Media Komunikasi, Informasi, dan Pencerahan
Buletin DWI BULANAN
I
September 2011 YAYASAN KOLESE SANTO YUSUP MALANG & YAYASAN PENDIDIKAN KALIMANTAN PONTIANAK
MENU SAJIAN Editorial: Jembatan Komunikasi: Jendela Informasi
E ditorial... Jembatan Komunikasi:
Jendela Informasi
Pojok Costantinian: Spiritu Ferventes Estetika Inspirasi: Belajar dari 60 Tahun Lalu Santo Yusup Sang Tulus, Setia, dan Sederhana Lintas Yayasan 60 Tahun Yayasan Kolese Santo Yusup Berkarya Yayasan Pendidikan Kalimantan Pontianak, Apa Arti Sebuah Nama? Peresmian Kantor Yayasan dan Kantin Opini Wawancara Imajiner dengan Romo Wang
DEWAN REDAKSI Penasihat: P. Willy Malim Batuah, CDD Widjaja Tandra Pelindung: P. Yuki Hartandi, CDD P. Kanisius Rudy Saleh, CDD Pemimpin Redaksi: JI. Eko Prasetyo Wakil Pemimpin Redaksi: Beatus Inno Merep Editorial: Lindung Ratwiawan Lay Out: Tri Agus Iriandono Redaksi: Lindung Ratwiawan Tri Agus Iriandono Patrice Rosa Sung Irma Susanti
YAYASAN KOLESE SANTO YUSUP Jln. Simpang Borobudur 1 Malang - 0341-491776 YAYASAN PENDIDIKAN KALIMANTAN PONTIANAK Jln. K.S. Tubun 3 Pontianak - 0561 - 731425
D
alam buku “Contitutions and Rule Congregation of the Desciples of the Lord” pada bagian Art. 3: Mission and Ministry of The Congregation halaman 9 ditegaskan bahwa “Mass media is clearly seen as an important means of evangelization. The Congregation should use every means to publish books, both in the literary and scientific fields. They should pursue and promote the use audiovisual aids, modern mechanics and also establish printing presses to assist the Church in spreading the Gospel.” Untuk mewujudkan salah satu misi tersebut, sungguh kita harus menyambut baik atas usaha Yayasan Kolese Santo Yusup, Malang dan Yayasan Pendidikan Kalimantan, Pontianak yang menerbitkan Buletin Dwi Bulanan Costantini. Dengan terbitnya buletin ini diharapkan dapat terbangun jembatan komunikasi yang dewasa dan bertanggung jawab antar keluarga besar yang berkarya di Yayasan Kolese Santo Yusup, Malang dan Yayasan Pendidikan Kalimantan, Pontianak. Dengan jembatan komunikasi ini, spirit pendiri Kongregasi dan Yayasan dapat semakin dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang lebih
penting juga, misi rohani kita, yaitu menyampaikan Kabar Gembira, tidak hanya berhenti pada ide atau gagasan saja, namun bisa terimplementasi pada karya nyata kita. Buletin Costantini ini adalah undangan bagi Romo/ Suster/Bapak/Ibu, untuk ikut meramaikan dengan karya kreatif Romo/Suster/Bapak/Ibu. Dengan begitu informasi yang tersampaikan menjadi lebih beragam dan lebih berwarna. Sehingga jembatan komunikasi yang terbangun dan jendela informasi yang terbuka tidak berujung sia-sia. Akhirnya, kemesraan komunikasi pasti tidak akan cepat berlalu. (LR)
P ojok Costantinian... Wejangan Bapak Pendiri
Spiritu Ferventes
P
ara puteraku terkasih, semoga Tuhan menolong kita, dan semoga kita dianugerahi rahmat untuk menggunakan waktu dengan baik dengan cara menyelesaikan dengan baik pekerjaan-pekerjaan harian kita. Tahuntahun berlalu, tubuh akan menua, namun jiwa tidak akan pernah menua. Ia akan selalu hangat dan remaja dengan mempertahankan semangat agar ia tetap hidup dan segar. Spiritu ferventes (semangat yang bernyala-nyala), janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu bernyala-nyala dan layanilah Tuhan. Pergunakanlah waktu yang ada. Pergantian tahun mengingatkan kita bahwa hidup manusia yang singkat ini berlalu begitu cepat dan menantang kita untuk tidak membuang-buang waktu, sebaliknya mendorong kita Bersambung ke halaman
E stetika Inspirasi... Belajar dari 60 Tahun Yang Lalu oleh: Lindung Ratwiawan
D
alam buku Kitab Peringatan Ulang Tahun X Berdirinya “Kolese Santo Yusup” (Bekas SMA-SMP Hua-Ind), Malang ditegaskan bahwa tanggal 16 Juli 1951 merupakan hari yang bersejarah. Oleh karena, pada hari itu dimulailah pembukaan secara darurat dan sederhana sekolah SMRK Hua-Ind (yang kemudian dikenal dengan Kolese Santo Yusup). Pada saat itu, renovasi gedung sekolah masih belum selesai. Di sanasini penuh dengan bongkaran-bongkaran batu, pasir, dan sebagainya. Di tengah hiruk-pikuk tukang kayu dan tukang batu yang sedang bekerja, para guru dan murid dengan “tetap bersemangat” larut dalam kegiatan belajar-mengajar. Sungguh hal yang luar biasa. Keterbatasan dan kekurangan pada saat itu, tidak menjadi penghalang bagi murid-murid (kaum muda) untuk menimba ilmu dari para guru yang dengan setia dan penuh semangat dalam memberikan pondasi pengetahuan yang kuat serta membuka jendela cakrawala masa depan. Hari bersejarah ini merupakan batu penjuru dari sebuah perjuangan. Ya, keberadaan SMRK Hua-Ind tidak bisa dipisahkan dari Bapa Uskup pada masa itu, yaitu Mgr. A.E.J. Albers, O. Carm. Pada Januari 1951, Vikariat Malang menerima kedatangan Pastor Joseph Wang,CDD, yang sangat mahir berbahasa Tionghoa. Dengan kemahirannya itu, diharapkan Pastor Joseph Wang,CDD dapat mewartakan Kabar Gembira kepada umat yang berbahasa Tionghoa.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Pengertian tersebut dalam pendidikan mempunyai kata-kata kunci yaitu bimbingan, pengajaran, dan pelatihan sepanjang hayat. Ini sungguhsungguh diterapkan oleh Pastor Joseph Wang,CDD terbukti bahwa menurut cerita dulu sekolah Hua-Ind menampung ‘anak-anak nakal’. Anak-anak ini kemudian dibimbing, ditempa, dan dididik oleh tangan dingin para guru, sehingga akhirnya mencapai cita-cita yang diharapkan.
Bukan Sekali Tebang: Sebuah Proses Pendidikan adalah sebuah proses. Bukan seperti tukang kayu atau pemahat. Tukang kayu yang serta-merta bisa mengubah glondongan kayu yang diambilnya dari hutan menjadi kursi, meja, dan almari. Pemahat dengan tangan-tangan terampilnya bisa segera mengubah batu kali menjadi patung atau arca yang menarik. Apa yang dilakukan oleh tukang kayu dan pemahat bisa langsung segera dilihat. Tapi, kalau Peduli Kaum Muda, Peduli Masa Depan uru harus memiliki guru? Tidak. Inilah awal bagi Pastor Joseph Wang,CDD kesabaran, dan Apa yang kita lakukan sekarang, hanyalah untuk menyatakan harapan yang diyakininya bahwa keyakinan. Ya, kita harus memberikan dasar-dasar bagaimana menggali “Barangsiapa mempunyai kaum muda, dialah yang yakin, jika kaum muda pengetahuan yang benar. Apa yang kita lakukan mempunyai masa depan.” Bertolak dari spirit inilah, telah kita bimbing dan bina sekarang, hanyalah mengasah permata potensi yang Pastor Wang memberikan perhatian yang besar dengan cara yang benar, masih terpendam dalam diri anak. Kemampuan dan kepada kaum muda, terutama terkait dengan bidang maka akan membuahkan kepribadian anak perlu waktu untuk berkembang pendidikan. Kebetulan pada masa itu, beberapa hasil yang terbaik. secara maksimal. Kita sebagai guru harus memiliki kaum muda mengalami kesulitan untuk melanjutkan kesabaran, kesabaran, kesabaran, dan keyakinan. pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ya, kita harus yakin, jika kaum muda telah kita Hal itulah yang mendasari gagasan mendirikan bimbing dan bina dengan cara yang benar, maka akan sekolah yang pada mulanya diperuntukan bagi membuahkan hasil yang terbaik. murid-murid dari Sekolah-sekolah Tionghoa, yang dipersiapkan untuk Namun, tidak jarang di antara kita kurang memiliki kesabaran itu. menempuh ujian negeri. Apa yang diperjuangkan oleh Para Pendiri lembaga pendidikan kita Kita mencari jalan pintas untuk segera melihat hasil dari bimbingan tercinta ini, sesuai dengan pandangan dari beberapa ahli dan tokoh yang dan binaan kita. Akibatnya, kita sering kali menjadi hakim yang paling kejam, dengan mengetokan palu keputusan yang terlalu emosional: dasar bergerak dalam bidang tersebut. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 anak nakal, dasar bodoh sudah dijelaskan berkali-kali tidak juga paham, - 1959), menegaskan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk sebaiknya kamu tidak usah sekolah saja, dan ungkapan emosional lainnya. memajukan budi pekerti (karakter), pikiran (intelektual), dan jasmani Padahal sebenarnya, kita sungguh-sungguh tidak akan mengerti apa yang terjadi kemudian. Jika, kita sedikit bersabar dan menyadari bahwa KITA anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan menurut H. Home adalah proses yang terus-menerus hanyalah membantu menjadi cermin bagi anak-anak didik kita, yang (abadi), dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah nantinya bisa membiaskan potensi diri mereka, sehingga mereka berhasil berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, dalam bergulat dalam kehidupan di masyarakat nantinya. Nah, sebagai bahan refleksi KITA semua, dalam rangka mengenang seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kembali perjalanan 60 tahun lembaga pendidikan KITA tercinta ini, kemanusiaan dari manusia. Hal senada ditegaskan oleh Edgar Dalle bahwa pendidikan merupakan sudah selayaknya KITA meneladani para pendiri yang telah memberikan usaha sadar dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga melalui dasar-dasar pendidikan yang kuat bagi para siswa (kaum muda) dan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang berlangsung di nilai-nilai Kristiani yang menjadi spirit Karya Pendidikan kita. Kita telah sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta mewarisi, maka tanggung jawab moral KITA adalah mempertahankan, didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan meningkatkan, dan mengembangkan karya pendidikan ini dengan penuh Kejujuran, Kesetiaan, dan bertanggung jawab. (LR) hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
G
Costantini
E stetika Inspirasi...
Santo Yusup Sang Tulus, Setia, dan Sederhana Oleh: Eko Prasetyo
S
anto Yusup adalah suami Santa Perawan Maria dan angkat ayah dari Tuhan kita Yesus Kristus. Sumber utama informasi mengenai kehidupan Santo Yusup adalah dua bab pembukaan dari Injil Matius dan Injil Lukas, mereka praktis juga merupakan satusatunya sumber yang terpercaya. Ketika Maria mengandung secara ajaib oleh kuasa Roh Kudus, Yusup bingung dan bermaksud meninggalkan Maria secara diam-diam. Namun Yusup yang saleh itu tidak percaya akan godaan kebingungan dan kecurigaan terhadap Maria yang sedang hamil itu. Matius dalam Injilnya mengatakan bahwa Yusup memutuskan untuk “meninggalkan Maria secara diam-diam” (Mat 1:19). Ini menunjukkan kearifan Yusup yang tidak ingin mempermalukan Maria. Menurut Matius,Yusup adalah seorang tukang kayu (Mat 13:55). Riwayat hidup Yusup tidak banyak dikisahkan, kemungkinan Yusup sudah wafat sebelum Yesus mulai tampil dan memulai karyaNya. Karena, ia tidak pernah disebut-sebut lagi selama kurun waktu penampilan Yesus itu. Salah satu petunjuk biblis yang menunjukkan hal ini dapat ditemukan di dalam Injil Yohanes tentang peristiwa penyerahan Maria kepada Yohanes, murid kesayangan Yesus: Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada IbuNya: ‘Ibu, inilah anakmu!’ Kemudian kataNya kepada muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:26—27). Teks ini menggambarkan bahwa pada waktu itu Maria sudah menjanda. Ceritacerita apokrif purba menggambarkan Yusup sebagai seorang lelaki yang sudah tua, bahkan tua sekali. Meskipun bukan ayah Yesus dalam arti fisik Yusup dihubungkan dengan Yesus oleh persatuan rohaniah seorang ayah, kewibawaan dan pelayanan. Yesus adalah anggota keluarga Yusup dan hubungan itu diungkapkan dengan menggambarkan Yusup sebagai ayah asuh bahkan ayah Yesus yang sah. Devosi kepada Santo Yusup tidak dikenal di dalam Gereja selama berabad-abad. Hal ini
dilatarbelakangi oleh suatu kekuatiran bahwa penekanan yang berlebihan pada kedudukan Yusup dapat menimbulkan anggapan umum bahwa Yusup adalah ayah kandung Yesus. Dalam praktek sekarang, Gereja meng-hormati Yusup karena kekudusan dan martabat Maria sebagai Bunda Yesus, Putra Allah. Sri Paus Pius IX (1846—1878) pada tanggal 8 Desember 1870 menetapkan Yusup sebagai pelindung Gereja Universal. Dalam litani Santo Yusup, Yusup dilukiskan sebagai pelindung bagi para buruh/ karyawan, keluarga, para perawan, orang-orang sakit, dan orang-orang yang telah meninggal. Ia juga dihormati sebagai tokoh doa dan kehidupan rohani, pelindung para fakir miskin, para penguasa, bapa-bapa keluarga, imam-imam dan kaum religius serta pelindung para peziarah. Pada tahun 1937, Sri Paus Pius XI (1922-1939) mengangkat Santo Yusup sebagai pelindung perjuangan Gereja melawan komunisme ateistik. Dan pada tahun 1961, Sri Paus Yohanes XXIII (1958-1963) memilih Yusup sebagai pelindung surgawi Konsili Vatikan II. Nama Yusup sendiri mulai dimasukkan dalam Kanon Misa pada tahun 1962. Pada abad ke delapan dan kesembilan, tanggal 19 Maret ditentukan sebagai Hari Raya utama Santo Yusup. Pada tahun 1955, Sri Paus Pius XII (1939—1958) memaklumkan pesta Santo Yusup Pekerja yang dirayakan pada tanggal 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusup sebagai seorang pekerja dan untuk menyatakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah. Santo Yusup dalam hidupnya banyak sekali melakukan tindakan yang dapat kita teladani. Hal ini didasarkan atas sifat yang ia miliki. Beberapa sifat-sifatnya dan perbuatan yang ia lakukan, yaitu: (1) Ketulusan Cinta: Ketulusan cintanya dapat dibuktikan saat ia mengetahui Maria sedang mengandung ketika bertunangan dengannya, ia tidak berbuat sesuatu yang
mencemarkan nama baik dan membuat malu Maria. Karena ia sadar, hukum pada saat itu dapat membuat Maria dilempari batu hingga mati akibat hamil bukan dari orang yang menjadi tunangan atau suaminya. Ia tidak mau membuat Maria menderita (Matius 1: 19). (2) Taat: Ia tidak pernah membantah perintahperintah Allah yang ditujukan kepadanya. Ketika malaikat datang dalam mimpinya, memberitahukan mengenai kehamilan Maria, sesudah bangun dari tidurnya, tanpa bertanyatanya lagi ia segera memperistri Maria (Matius 1: 20-25).
K
ehidupan Santo Yusup yang sederhana dapat dilihat di sepanjang hidupnya. Ia harus bekerja keras dalam bengkel tukang kayunya, tetapi ia tidak berkeberatan. Ia bahagia dapat bekerja bagi keluarga kecilnya. Ia amat mengasihi Yesus dan Maria. Demikian pula ketika mendapat kabar dari malaikat bahwa keluarganya dalam bahaya dan menyuruhnya lari ke Mesir, ia pun segera melaksanakannya tanpa banyak pertanyaan (Matius 2: 13-15). (3) Kasih: Yusup sangat menyayangi anak asuhnya yaitu Yesus. Hal ini dapat diketahui ketika Yusup langsung membawa Maria dan Yesus ke Mesir untuk menghindari kekejaman Herodes. Setelah Herodes meninggal, ia membawa Yesus beserta IbuNya ke Nazaret di Galilea untuk menghindari pengganti Herodes yang kemungkinan berusaha menghabisi nyawa Yesus. Rasa kasih Yusup terhadap Yesus ditunjukan ketika ia begitu cemasnya mencari Yesus bersama Bunda Maria, saat Yesus menghilang. (4) Setia: Santo Yusup dengan setia menemani Maria mencari Yesus yang menghilang selama tiga hari. Selain itu ia juga sangat setia dengan perintah dari malaikat. (5) Sederhana: Kehidupan Santo Yusup yang sederhana dapat dilihat disepanjang hidupnya. Ia harus bekerja keras dalam bengkel tukang kayunya, tetapi ia tidak berkeberatan. Ia bahagia dapat bekerja bagi keluarga kecilnya. Ia amat mengasihi Yesus dan Maria. Tradisi Katolik sangat menghormati Santo Yusup, pestanya dirayakan pada 19 Maret (sebagai pelindung Keluarga Kudus) dan 1 Mei (sebagai pelindung para pekerja). Santo Yusup diminta perantaraannya untuk mati dengan baik, karena menurut tradisi ia wafat didampingi Yesus dan Maria. (EP) Sumber: Catholic Encyclopedia dan sumber-sumber lain.
SIKAP MANUSIA
Jauhkan aku dari manusia yang tidak mau menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain. (Khalil Gibran)
Costantini
L intas Yayasan.... Pembukaan Acara 60 Tahun Yayasan Kolese Santo Yusup Berkarya
S
ebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah dalam karya Yayasan Kolese Santo Yusup selama 60 tahun sejak dirintis sampai saat ini, Yayasan menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam aspek pendidikan, sosial dan lingkungan hidup yang diharapkan akan menjadi berkat bagi warga Kolese Santo Yusup maupun masyarakat. Rangkaian kegiatan dinamai 60 th Yayasan Kolese Santo Yusup Berkarya. Kegiatan dibingkai dalam misa syukur pembukaan acara dan misa syukur penutupan acara. Misa pembukaan diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 16 Juli 2011 di kapel Kolese Santo Yusup – Simpang Borobudur Malang. Misa dipersembahkan oleh Romo Yohanes Paulus Aang Winarko, Pr. dari Paroki Santo Albertus de Trapani; Romo Yuki Hartandi, CDD.; Romo Romanus Sukamto, CDD.; Romo Lodewyik Tshie, CDD.; dan Romo Willy Malim Batuah, CDD. Direncanakan berlangsung mulai pukul 09.00, misa terlaksana mulai pukul 09.15 sampai 10.30. Seluruh guru dan karyawan Yayasan Kolese Santo Yusup serta undangan turut serta merayakan misa. Dalam homilinya, Romo Willy Malim Batuah, CDD. mengungkapkan sejarah perjuangan almarhum Romo Yoseph Wang, CDD. termasuk kronologis perjalanan, tempat-tempat, dan tokoh-tokoh yang berjasa dalam perjuangan almarhum mendirikan sekolah-sekolah
dan unit-unit pendukung persekolahan di Yayasan Kolese Santo Yusup. Setelah misa acara dilanjutkan dengan seremonial pembukaan dan peluncuran merchandise 60 th Yayasan Kolese Santo Yusup Berkarya yang dilaksanakan di halaman sebelah selatan Gedung Serba Guna. Seremonial pembukaan diawali dengan sambutan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak oleh Romo Yuki Hartandi, CDD. dan dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Romo Willy Malim Batuah, CDD. Seremonial pemukulan gong umumnya dilakukan dengan 3 kali pemukulan, namun kesempatan ini Romo Willy Malim Batuah, CDD. memukul gong sebanyak 6 kali. Mungkinkah satu pukulan gong menandai 10 tahun usia karya Yayasan? Peluncuran merchandise 60 th Yayasan Kolese Santo Yusup Berkarya dilakukan dengan peragaan barang-barang merchandise oleh 2 siswi dan 1 siswa SMAK Kolese Santo Yusup. Merchandise berupa gantungan kunci pembuka botol, gantungan kunci cermin, gantungan kunci kaki tangan, mug tranparan, mug keramik, jam dinding, tas selempang dan T-Shirt. Semua produk dapat dibeli di tata usaha unit masing-masing, baik langsung atau melalui pemesanan terlebih dahulu. Harga barang relatif terjangkau oleh siswa maupun guru atau karyawan, yaitu antara Rp. 6.000,- sampai dengan Rp. 60.000,Acara ditutup dengan menampilkan suguhan tari barongsai dari kelompok barongsai klenteng Eng An Kiong Malang. Mengapa barongsai? Barongsai yang dikenal di Indonesia adalah tarian singa yang menurut catatan berasal dari negeri Cina pada sekitar abad ketiga sebelum masehi. Dalam kepercayaan orang Cina, singa melambangkan kebahagiaan dan kesenangan. Barongsai dipercaya dapat membawa keberuntungan karenanya dipertunjukan pada berbagai acara penting. Kelompok barongsai yang diundang menyuguhkan 3 variasi tarian, yakni sambutan, atraksi di daratan dan atraksi bangku selama hampir 1 jam. Tiga ekor barongsai berkostum putih, biru dan merah tampil lucu, menggemaskan dan sekaligus mendebarkan. Banyak penonton anak yang memberi makan barongsai, dengan angpao tentunya. Penampilan barongsai mengakhiri kegiatan pembukaan acara. Seluruh kegiatan dikemas dalam kesederhanaan tampilan, namun diharapkan akan meriah dalam aksi dan karya. (LIEN)
sambungan dari halaman
untuk memanfaatkan secara optimal seluruh hari-hari perjalanan kita yang cepat di atas bumi ini. Penuh doa, penuh karya. Penuh jasa bakti. Janganlah kalian pernah membuang-buang waktu untuk bermalas-malasan yang merupakan Bapak dari semua cacat cela. Sangat sulit mempertahankan seseorang yang mempunyai kebiasaan menyia-nyiakan waktunya, yang membuang-buang waktunya hanya untuk berkunjung demi merumpi. Membuangbuang waktu seperti itu kadang sama dengan
menginjak-injak cinta kasih. Dan apakah rahasia sukses untuk menghalangi pemborosan waktu? Aku menasehatkan dua hal kepada kalian: pertama, di malam hari sebelum kalian pergi tidur, rancanglah rencana kerja untuk hari esok dan usahakanlah untuk mengaturnya sedemikian rupa, perhatikanlah juga bahwa aksesoris bukanlah hal yang paling prinsip. Kedua, hargailah dan taatilah pepatah tua ini: Age quod agis, jangan sibuk dengan hal-hal lain, sebaliknya pusatkanlah perhatian kalian pada
pekerjaan yang merupakan point dari rencana kerja kalian hari ini. Kerjakanlah itu baikbaik, rapi, tepat, sepenuh hati. Jangan pernah menunda-nunda untuk menyelesaikannya. Spiritu ferventes ! Tetap Bersemangat !
(“Spiritu Ferventes�, judul tulisan Bapak Pendiri dalam Induite Vos Armaturam Dei, Kenakanlah Seluruh Perlengkapan Senjata Allah, Bab XVII. Tulisan disadur oleh P. Yosef Yuki Hartandi, CDD., dan diringkas karena tempat yang terbatas dan penyesuaian terhadap para pembaca)
Mengasihi Tuhan dan Sesama Jika kita tidak bisa mengasihi orang yang kita bisa lihat, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan, yang tidak bisa kita lihat? If we cannot love the person whom we see, how can we love God, whom we cannot see? (Mother Teresa )
Costantini
L intas Yayasan.... Yayasan Pendidikan Kalimantan Pontianak
Apa Arti Sebuah Nama? Y
ayasan Pendidikan Kalimantan Pontianak (YPK) adalah Yayasan yang didirikan Konggregasi Murid-Murid Tuhan (CDD), dalam fungsinya mengasuh sekolah CDD seperti Pontianak Middle School (1950), yang kemudian berubah nama menjadi SMP Santu Petrus (1950), Pontianak High School atau SMA Santu Petrus (1953), TK/SD Santa Maria (1957), TK/SD Karya Yosef (1964), SMK Santa Maria (1998). Dan terakhir Play Group Santa Maria (2006). Dilihat dari sudut hukum (Akta Notaris), Yayasan Pendidikan Kalimantan resmi berdiri tahun 1964. Dan sekolah-sekolah yang berdiri di bawah tahun 1964, berada dalam naungan Yayasan PERUM, Yayasan Keuskupan Agung Pontianak. Namun, masyarakat dan pemerintah biasanya lebih mengenal sekolahnya daripada Yayasannya, apalagi CDD, yang tempo dulu lebih dikenal sebagai identitas Pastor dari Taiwan. Di Pontianak kota, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa, persekolahan asuhan YPK/CDD lazim disapa sebagai sekolah Kun Tong (Tio Ciu) atau Khun Cung (Khek), atau Kunzhong (lafal Mandarin). Nama Kun Tong, Khun Cung atau Kunzhong merupakan terjemahan dari Sekolah Menengah Pontianak (Kun/Khun/Kun adalah singkatan dari Kuntian atau Pontianak; Tong/Cung/Zhong artinya Menengah). Dasarnya adalah, terjemahan dari nama “Pontianak Middle School”, sekolah yang pertama didirikan Pastor CDD, di tahun 1950. Di antara nama sekolah di atas, nama “Petrus” jauh lebih dikenal dari sekolah lainnya. Bahkan pernah terpikirkan, menjadikan semua sekolah asuhan YPK/CDD menjadi sekolah “Santu Petrus,” mulai dari SD-nya (Di Pontianak ada SMA Santu Paulus, asuhan Yayasan Bruder MTB). Hingga saat ini, masih ada surat yang masuk dari instansi pemerintah atau non pemerintah yang ditujukan ke Yayasan, dengan sebutan Yayasan Santu Petrus. Bahkan, ada di antara pegawai atau guru yang kurang mengenal asal usul sekolah, Yayasan Pendidikan Kalimantan atau Congregatio Discipulorum Domini (CDD). Dalam memandang dan mensyukuri pertumbuhan serta perkembangan sekolah yang up and down itu, telah dan akan terus dikenang dengan
M
alang, Senin, 15 Agutus 2011, Romo Yuki Hartandi, CDD melakukan pemberkatan dan peresmian Kantor Yayasan dan Kantin. Acara tersebut di hadiri oleh Kepala-kepala Unit se-Yayasan Kolese Santo Yusup, Malang dan karyawan kantor Yayasan. Setelah pembacaan Injil Lukas 19:1-10, yang mengisahkan tentang Zakheus, Romo Yuki memberikan renungan. Dikatakan sungguh bahagianya Zakheus, karena memperoleh berkat. Bayangkan, Yesus sangat berkenan kepada Zakheus, seperti yang difirmankanNya, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Walaupun Zakheus melakukan hal sederhana, yaitu melihat Yesus dengan memanjat pohon, karena tubuhnya pendek, namun Yesus sangat menghargai usahanya. Oleh karena itu, kita harus percaya, bahwa sesederhana apa pun usaha kita, Tuhan pasti akan melihat dan memberkati kita. Usaha kecil yang dapat kita lakukan agar Tuhan memberkati karya dan usaha kita adalah dengan berdoa. Pada kesempatan itu, Romo Yuki
amat manis oleh segenap keluarga besar YPK serta para alumni, akan langkah dan jejak keenam Pastor CDD yang tiba di Pontianak tahun 1949, ialah Lie, Ma, Cu, Chang, Chow, dan Pian Sin Fu, dan partisipasi banyak orang di dalamnya. Pastor Agustinus Lie, CDD, yang saat itu adalah superior CDD Indonesia, dalam refleksinya atas langkah dan jejak perjalanan 75 tahun karya pastoral CDD, menyebutnya sebagai, “Blessing in Disguise.” Karena itu, dalam perayaan meriah pada waktu itu, dan juga perayaan 60 tahun persekolahan Kunzhong di tahun 2010 lalu, dilambungkan puji syukur meriah akan berkat yang berlimpah dari Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dengan demikian dan dengan segala kerendahan hati juga, kesuksesan dirayakan sebagai buah kasih, dan sementara itu, kegagalan disambut sebagai buah yang masih ditunggu kematangannya dalam proses pembelajaran bersama. Bagi bangsa Timur, nama sungguh diperhitungkan, karena ia berhubungan dengan image atau citra lembaga (corporation image). Namun seorang Filsuf bernama William Shakespeare, penulis dan dramawan bangsa Inggris, telah berefleksi dan bertanya, “Apa arti sebuah nama” ? Benar, dan maka dari itu, marilah berbijak dalam memandang dan tidak melupakan eksistensi Sekolah dan Yayasan Pendidikan Kalimantan sebagai lembaga pendidikan kristiani, serta tidak melepaskannya dari eksistensi Congregatio Discipulorum Domini (CDD)! Apabila sekolah dan Yayasan adalah bangunannya, maka CDD adalah rohnya. Ah, kedengarannya terlalu filosofis atau eksentrik (nyentrik). Namun, itulah realita dan kandungan sejarah yang perlu diingat dan dihayati terus-menerus oleh seluruh komunitas CDD sendiri, dan siapa saja yang terpanggil, baik sekarang maupun akan datang untuk turut aktif ambil bagian (partisipasi) mengembangkan visi-misi CDD, sebagaimana telah dirintis dan diperjuangkan selama ini. (Salam dari Patrice, Pontianak, 12 Agustus 2011)
Peresmian Kantor Yayasan dan Kantin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harjono, yang telah merancang dan membangun Kantor Yayasan dan Kantin dengan penuh ketulusan serta tanpa pamrih. Lebih lanjut Romo Yuki menyatakan bahwa
pengelolaan Kantin di bawah pengawasan Yayasan. Disampaikan juga bahwa Ibu Istijati dipercaya sebagai Pengelola Kantin Yayasan tersebut. Peresmian ditutup dengan ramah tamah. (LR)
Costantini
L intas Yayasan.... Struktur Organisasi (Baru)
Struktur Organisasi
Yayasan Pendidikan Kalimantan
Yayasan Kosayu Malang
Tahun Ajaran, Juli 2010/2011
dalam Garis Komando
PEMBINA YAYASAN Ketua Anggota Anggota
KETUA YAYASAN
: Pastor Lodewyik T., CDD : Pastor Hilarius Sutiono, CDD : Pastor Willy Malim Batuah, CDD
PUSLITBANG
KEPALA KANTOR YAYASAN
PENGAWAS YAYASAN Ketua Anggota Anggota
: Suwanto, SH. MH. : Lie Fan Tjeng : Pastor Agustinus Lie, CDD
KABAG KEROHANIAN
PENGURUS HARIAN YPK 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara 4. Tata Usaha
: P. Widjaja Tandra, SH.MM : Br. Yoseph Tondang, CDD : Vinsent, SH. : Stefanus Kiyo, A.Md
KEPALA BAGIAN
UNIT SEKOLAH 1. Kepala PG-TK : Maria Mui Lie, SE 2. Kepala SD : Yohanes Baptista, S.Pd. M.Pd 3. Kepala SMP : Rosa Sung, S.Pd 4. Kepala SMK : Liesa Mandasari, SE. 5. Kepala SMA : Drs. A.Kadir, S.Pd. MM
Garis komando / sistem kerja Garis input / output
KASEK TKK I, II, III
KABAG PERSONALIA
KASEK SDK I, II, III
KABAG KEUANGAN
KASEK SMPK I, II
KABAG PENDIDIKAN
KASEK SMAK
SUSUNAN PENGURUS Ketua Sekretaris Bendahara Pembina Pengawas
: Pastor Willy Malim Batuah, CDD : Erasmus Prijo Tjahjono : Soediro Tanto Widjojo : Pastor Agustinus Lie, CDD : Pastor Romanus Sukamto, CDD
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR YAYASAN
1. Kepala Kantor : Pastor Rudy Saleh, CDD 2. Kurikulum & Litbang : Drs. Beatus Inno Merep, Lic.Psy.
Keterangan
KABAG UMUM
Kepala Kantor : Pastor Yosef Yuki Hartandi, CDD, M.A.Ed. Kabag Keuangan : Soediro Tanto Widjojo Kabag Personalia : Urbanus P. Sihombing, S.H. Kabag Pendidikan : Drs. JI. Eko Prasetyo Kabag Umum : Zakarias Kamsiadi Kabag Kerohanian : Pastor Willy Malim Batuah, CDD Ka Litbang : FX. Gatot Setyo Purnomo, S.Pd. Staf Keuangan : Paulus Rinoto, S.E. Staf TU : Wimbaningsih Narswari Antonius Baskoro Winarno, S.E. Pembantu Pelaksana : Carwan
KEPALA UNIT Kasek TKK Santo Yusup I Kasek TKK Santo Yusup II Kasek TKK Santo Yusup III Kasek SDK Santo Yusup I Kasek SDK Santo Yusup II Kasek SDK Santo Yusup III Kasek SMPK Kolese Santo Yusup I Kasek SMPK Kolese Santo Yusup II Kasek SMAK Kolese Santo Yusup Kepala Poliklinik Direktur Rumah Retret Sawiran Direktur LKP Kosayu
: M.G. Yuniar Maharti, S.Pd. : Veronica Budiastuti, S.Pd. : Elisabeth Sugini, S.Pd. : Lucia R. Sigid, S.Pd. : Bernadetie Lidarti, S.Pd. : Drs. Agustinus Samudi : Drs. Lindung Ratwiawan : Drs. Handojo Soewandi : Drs. Peter B. Sihombing : Dr. Merry Christiani Deckert : Br. M. Giyanto, CDD : Cornelis Sutiono
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN KOSAYU (CABANG DENPASAR) Ketua Sekretaris Bendahara
: Emanuel Frans Supriyanto : Drs. Piet I Wayan Lamun : I Made Lokananta
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR YAYASAN KOSAYU (CABANG DENPASAR) Kepala Kantor Kabag Keuangan Kabag Personalia / TU Staf Keuangan dan Pembukuan
: Vinsensius Riada Mone : Evarista Tanjung Puspitasari : I Gusti Ngurah Nuraga : Veronika Susiawati
KEPALA UNIT YAYASAN KOSAYU (CABANG DENPASAR) Kasek TKK Santo Yusup Bangli Kasek TKK Santo Yusup Klungkung Kasek Play Group Tegaljaya Kasek SDK Tegaljaya Kasek SMPK Tegaljaya
Costantini
: Maura A.K. Olinger : Magdalena Sri Wahyuni : Stefana Tri Raharsi : Sr. Cory, CU : Vinsensius Riada Mone
O pini Wawancara Imajiner dengan Pastor Josef Wang, CDD
Memaknai Sebuah Pengabdian (Sugih Tanpa Bandha) (Bagian Pertama) Oleh; Tri Agus Iriandono
D
alam rangka Peringatan ke-60 tahun berdirinya Yayasan Kolese Santo Yusup, berikut redaksi melaporkan hasil wawancara imajiner Redaksi (Red) dengan Pastor Wang (PW): (Suatu hari. Seperti biasanya, Pastor Wang duduk di kursi kayu di belakang meja kayu bundar di teras sekolah…) Red : “Apa kabar, Pastor?’ PW : “Sangat baik. Bagaimana keadaanmu? Red : “Masih terus berjuang, meskipun sering gagal dan jatuh bangun.” PW : “Seharusnya begitu, dan jalani saja, jangan pernah menyerah. Hidup harus terus diperjuangkan, harus punya idealisme. Kalau manusia sudah tidak punya idealisme lebih baik tidak usah hidup.” Red : “Maksudnya bagaimana, Pastor..?” PW : “Artinya, semua orang harus sadar betul kenapa Tuhan menciptakan kita di dunia. Setiap orang harus mampu mengejawantahkan tujuan hidupnya melalui idealismenya, atau cita-cita atau mimpi-mimpinya melalui perjuangan dan karyanya. Kalau hidupnya ngglambyar tanpa arah apa bedanya dengan hewan?“ Red : “Yayasan Kolese Santo Yusup sudah genap 60 tahun berdiri. Menurut Partor, apakah eksistensi Yayasan sekarang sudah seperti yang dicita-citakan semula?” PW “Sudah, tapi banyak yang belum.” Red : “Yang sudah tercapai apa saja Pastor?” PW : “Pertama. Jumlah murid semakin banyak, tidak hanya dari kalangan Tionghoa, tapi juga etnis lain bahkan juga dari beraneka agama banyak yang sekolah di sini. Ini
menggembirakan, sebab Katolik sendiri artinya umum atau universal, tidak pandang bulu dan tidak hanya untuk golongan/ agama tertentu. Kedua. Banyak alumni yang sukses dan “jadi orang” baik di luar negeri terlebih di Indonesia. Ketiga. Kesejahteraan guru dan karyawan sudah mulai baik, terutama sejak didirikan Kopdit Kosayu, dalam hal ini saya berterimakasih kepada Pastor Willy yang mensupport luar biasa keberadaan koperasi yang semakin hari semakin berkembang.” Red : “Yang belum dikerjakan atau belum tercapai apa, Pastor?” PW : “Ada 3 (tiga) juga. Pertama. Mendirikan Perguruan Tinggi. Tapi belum tercapai hingga sekarang. Saya dulu berniat mendirikan \ Universitas yang kualitasnya seperti di luar negeri. Agar lulusan dari SMA Hua Ind tidak melanjutkan ke Luar Negeri, tetapi tetap di sini. Untuk menghemat biaya dan terutama kecintaan kepada Tanah Air Indonesia semakin besar. Saya sendiri bukan orang Indonesia, tetapi ‘dimana kaki berpijak, di situ langit dijunjung’, saya senang sekali dengan kekayaan alam dan keramahan masyarakat Indonesia, yang walaupun sampai sekarang belum dikembangkan secara optimal potensi alam dan manusianya.
kurang mampu alangkah bijaksananya kalau diberikan biasiswa atau pembebasan uang sekolah kepada anak pandai tapi miskin. Ini seperti menanam benih atau bibit yang unggul, dan diharapkan akan mengahasilkan buah yang banyak dan unggul pula di masa mendatang. Anak yang kurang mampu tapi pandai jika disupport pendidikannya, akan merasa bertanggungjawab untuk membalas budi. Ini beda sekali dengan anak orang kaya tapi bodoh, akan bikin sengsara semua pihak dan pasti tidak tahu berterimakasih.” Red : “Semua orang menaruh hormat dan salut dengan kesederhanaan Pastor. Mengapa demikian?” PW : “Di atas sudah saya jelaskan, bahwa idealism dan tujuan hidup manusia harus jelas dan dijalankan dengan konsisten. Itu prinsip hidup namanya. Jika kita sadar bahwa makan hanya 3 kali sepiring sehari, untuk apa menimbun makanan sampai bergudanggudang? Hidup sederhana itu juga amanat Yesus dan juga kita meneladani Santo Yusup yang menjadi pelindung Yayasan kita.”
K
ekayaan itu tidak menambah apa-apa kepada seseorang, kecuali menambah banyak kesibukan/ pekerjaan.
esejahteraan guru dan karyawan sudah mulai baik, terutama sejak didirikan Kopdit Kosayu, dalam hal ini saya berterimakasih kepada Pastor Willy yang mensupport luar biasa keberadaan koperasi yang semakin hari semakin berkembang.”
Red : “Kenyataannya banyak para biarawan atau guru/karyawan yang punya pola hidup yang seperti itu. Bagaimana ini, Pastor?” PW : “Salahkan saya. Mungkin waktu itu saya tidak atau kurang menekankan dengan keras bahwa hidup sedehana itu sungguh mulia di mata Tuhan dan manusia. Kekayaan itu tidak menambah apa-apa kepada seseorang, kecuali menambah banyak kesibukan/pekerjaan saja. ‘Sugih tanpa bandha’ sangat tepat disandang oleh para biarawan dan guru, juga semua umat kristiani. Artinya, kekayaan atau kebaikan hati itu jauh lebih penting dibanding harta duniawi. Kita harus bisa menempatkan harta dunia di telapak kaki kita, bukan di atas kepala yang kita sembah. Hanya sekedar sarana, bukan yang utama. Banyak orang yang menghamba pada kekayaan duniawi” (Pastor Wang geleng-geleng kepala sambil pukul-pukul pantat sendiri kalau sedang gundah atau marah...)
Kedua. Masih sedikit alumni sini yang tertarik menjadi biarawan. Ini keprihatinan kita besama. Saya sendiri tidak mengetahui penyebabnya, mengapa sedikit sekali yang tertarik menjadi pastor. Hal ini perlu usaha keras dari berbagai pihak, terutama keteladanan dari para pastor sendiri dalam hal kesederhanaan. Ketiga. Dalam hal pengentasan kemiskinan dan pemberantasan kebodohan masih belum maksimal. Pelayanan kepada masyarakat yang
Red. “Menurut Pastor apa yang dimaksud dengan kekayaan hati?” PW : “Orang yang suka memberi, bukan suka menerima atau meminta-minta. Suka menolong orang yang membutuhkan, bukan menumpuk kekayaan sendiri. Orang yang suka mengasihi sesama, bukan membuat orang menderita atau menyakiti hati orang lain. Orang yang suka berkorban demi kesejahteraan sesama, bukan me-rongrong atau mencuri milik orang lain, seperti korupsi. Orang yang suka merendahkan
K
Costantini
hati, yang menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri.” Red : “Masyarakat pada umumnya mengatakan bahwa karakteristik sekolahsekolah Katolik adalah kedisiplinannya. Apakah Pastor sependapat?” PW : “Kedisiplinan itu pola hidup, bukan dipaksa-paksa. Tetapi hal ini sulit dipahami kebanyakan masyarakat kita. Memang, di zaman sejak kemerdekaan pola kesiplinan masyarakat masih terpengaruh sekali dengan jiwa kolonialisme. Menegakkan kedisiplinan harus dengan kekerasan dan ancaman. Hal itu masih kuat pengaruhnya di jiwa bangsa ini. Saya juga dulu masih melakukan hal yang sama. Karena pemahaman dalam menegakkan kedisiplinan memang identik dengan kekerasan. Bahkan saya juga sering memukul muridmurid yang malas atau melanggar etika. Tetapi, zaman sudah berubah. Sudah banyak yang sadar dan berpendidikan. Kedisiplinan dengan kekerasan sudah tidak relevan lagi untuk zaman sekarang. Penegakan kedisiplinan harus dengan kelembutan dan cinta kasih. Setiap orang akan termotivasi untuk selalu bertingkah-laku yang baik dan positif jika dibarengi dengan reward atau penghargaan. Situasi proses pembelajaran di sekolah harus kondusif, menyenangkan, dan memberi kebebasan kepada murid untuk bergerak dan berprestasi. Karena pada hakikatnya pendidikan adalah pembebasan atau memerdekakan individu dalam segala hal, agar hidupnya lebih baik, lebih maju, dan lebih manusiawi.” Red :” Jadi kedisiplinan sangat diperlukan ya Pastor?” PW : “Ya. Karena tanpa kesiplinan manusia akan hidup ngelantur tanpa arah. Bukan
hanya disiplin dalam hal waktu atau taat kepada peraturan, tetapi yang terutama adalah disiplin dalam membuahkan karya. Tanpa karya, manusia bukan apa-apa. Kita mengenal WR Soepratman karena Lagu Indonesia Raya yang diciptakannya. Kita mengenal Thomas Edison karena bola lampu yang dibuatnya. Kita sering terjebak hanya pada disiplin waktu. Kita merasa sudah berdisiplin kalau tidak terlambat masuk sekolah/kantor. Padahal itu baru pada tahap kulit, belum masuk pada level esensi
K
ita sering terjebak hanya pada disiplin waktu. Kita merasa sudah berdisiplin kalau tidak terlambat masuk sekolah/kantor. Padahal itu baru pada tahap kulit, belum masuk pada level esensi kedisiplinan. kedisiplinan.” Red : ”Tentang contek-mencotek, bagaimana menurut Pastor Wang?” PW : “Alat Evaluasi dalam Sistem Pendidikan yang keliru.” Red : “Maksudnya?” PW : “Ujian Nasional dan tes-tes yang dilaksanakan di sekolah masih menggunakan cara-cara yang konvensional atau Pilihan Ganda itu sangat tidak tepat, dan lebih parah lagi hal itu menciptakan kondisi untuk tindak kecurangan. Murid akan tergoda untuk berkelakuan tidak jujur. Demi menjaga gengsinya dan takut dianggap gagal, guru tidak ragu-ragu untuk memberi jawaban kepada muridnya pada saat UN. Lebih parah lagi, hal ini didukung juga
oleh atasannya.” Red :”Solusi yang tepat bagaimana, Pastor?” PW : “Pertama. Tidak perlu ada UN. Ini prinsip. Karena manusia punya potensi atau talenta yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak bisa disamaratakan. UN mengabaikan keunikan individu tersebut. Apalagi, tingkat pendidikan masing-masing daerah di Indonesia sangat beragam. Lihat saja di daerah lain di Indonesia Timur. Alih-alih prestasi belajar, berangkat ke sekolah saja masih harus dijemput. Buku tidak tersedia. Ruang belajar tidak memadai. Guru satu sekolah hanya 1 atau 2 orang. Alangkah kejamnya kalau prestasi pendidikan hanya dilihat dari hasil UN? Malaikat saja tidak akan mampu menolong mereka untuk mendongkrak nilai UN mereka. Kedua. Bentuk soal jangan pilihan ganda, tetapi tes subjektif kalau perlu ‘open book’, tes praktek, penugasan, portofolio. Pokoknyabentuk-bentuk tes yang bukan ranah hafalan. Sehingga meminimalisir niatan untuk tidak jujur.” Red : ”Seberapa besar keprihatinan Pastor melihat keadaan bangsa dan masyarakat Indonesia yang karut-marut dalam segala aspek kehidupan sampai sekarang ini?” PW: (Pastor Wang menundukkan kepala beberapa saat, sambil menarik nafas dalam-dalam…lalu…) “Lain waktu saja kita lanjutkan diskusi ini. Ini butuh waktu panjang untuk membahasnya. Sekarang saya mau pergi mengunjungi beberapa rumah orangtua murid” Pastor wang bergegas naik sepeda pancal yang selalu setia mengantarnya kemana saja… (Tulisan Bersambung ini terinspirasi dari hasil wawancara dengan Romo Willy, guru-guru senior dan alumni yang pernah dekat dan dididik oleh Romo Wang secara langsung)
Siswa Berprestasi dari SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang Tahun Pelajaran 2010/2011
1. Mudita Gunawan Juara Pertama OSN Matematika se Jawa Timur dan mewakili Jatim di OSN Medan 2010 Juara III Lomba Logika Mac Apple 2010 Universitas Ma Chung Juara II dalam Lomba Matematika tingkat SMP yang diadakan Unisma pada bulan Februari 2011 yang lalu Dan beberapa prestasi lainnya di tingkat Kodya 2. Brigitha Amelinda, Meraih NUN (Nilai Ujian Nasional) Tertinggi di Tingkat Kodya untuk sekolah-sekolah negeri dan swasta dengan Nilai 38,90 rincian: Bahasa Indonesia 9.40, Bahasa Inggris 10.00, Matematika 9.75, IPA 9.75. Redaksi Costantini menerima sumbangan karya tulis Anda dalam bentuk Opini, Lintas Yayasan atau Berita dari Unit-unit, Inspirasi, Foto Peristiwa, dan lain-lain. Kirimkan ke alamat Redaksi Costantini Jln. Simpang Borobudur 1 Malang—Jawa Timur, atau melalui email: buletincostantini@yahoo.com. Telepon: 0341– 491995, 491776. fax. 0341-491911.
Costantini