Masterplan Re-Design Kawasan Permukiman kumuh : Kelurahan Sawah Besar.

Page 1

Re-desain Kawasan Permukiman Kumuh

Kelurahan Sawah Besar Perencanaan Wilayah dan Kota l Universitas Semarang l 2021


Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga kami mendapatkan kesempatan untuk belajar dan berkarya dalam penyusunan laporan “Re-desain Permukiman Kumuh di Kelurahan Sawah Besar Kota Semarang” sebagai salah satu output dalam Mata Kuliah Perancangan Kota. Selama proses penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh pihak-pihak yang berada di belakang kami. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan kami bahwa Laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan serta penataan kawasan pemukiman kumuh di Kelurahan Sawah BesarKota Semarang kepada pihak pemerintah, masyarakat dan pembacanya.


Daftar Anggota

Ravenna Yumniar Az Zahra

Intan Dewi Cahaya

C.531.19.0018

C.531.19.0011

Afif Nur Rochmandhoni C.531.19.0004

I Gede Made Khrisna B P C.531.19.0010

Falaq Tsani Wiedputra C.531.19.0045

Aditya Damanik C.531.19.0046


Tugas Besar Perancangan Kota PWK17532P

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah, sistematika penulisan


K

LATAR BELAKANG awasan kumuh saat ini banyak bermunculan di

ditopang oleh sektor perdagangan dan industri. Kondisi ini

beberapa kawasan, terutama di kawasan pesisir.

menyebabkan berbagai polemik dan masalah yang dapat terjadi

Kepadatansgsjkgfjs penduduk yang tinggi akan berdampak pada

salah satunya yaitu pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi

kepadatan kawasan permukiman yang pada akhirnya dapat

dengan pengembangan wilayah yang kurang agresif.

menimbulkan permukiman kumuh. Permukiman kumuh

Lingkup studi perencaan kali ini juga berlokasi di kawasan pesisir

mengacu pada kondisi lingkungan tempat tinggal yang

yang dibangunnya lahan tambak milik pribadi. Permasalahan

kondisi materialnya tidak layak huni, sarana dan prasarana

seperi banjir air rob sudah menjadi hal biasa bagi warga di

belum tersedia, luasan terbatas, kepadatan tinggi, rawan

sekitarnya. Meski begitu masih terdapat beberapa rumah warga

terjadinya penyakit sosial dan lingkungan, serta kehidupan

yang tetap tinggal di kawasan tersebut dengan memanfaatkan

penduduk dan masyarakat. keberlangsungan penghidupan

kayu-kayu atau triplek untuk meninggikan rumah sehingga

terancam. (Setiawan dan Niken). , Tahun 2014). Permukiman

terhindar dari banjir, yang mana justru meninggalkan kesan

kumuh disamakan dengan permukiman liar, yaitu masyarakat

kawasan kumuh di daerah tersebut.

yang tinggal di darat atau kota tanpa izin. Permukiman pada

Pada

dasarnya ada karena adanya kehidupan. Tujuan dari

menjadikan Kelurahan Sawah Besar sebagai wilayah yang layak

permukiman adalah untuk menciptakan generasi yang akan

dan nyaman untuk ditinggali dan melaksanakan kegiatan manusia

datang dengan memperbaiki infrastruktur (Aldrich, 2015); Le,

sehari-hari.

akhirnya

Lan Huing, 2016). Sawah Besar adalah satu daerah yang paling kumuh dan merupakan kawasan hitam di Kota Semarang, hingga mendapatkan julukan sebagai "kandang kerbau" karena

T

diperlukan

adanya

rancangan

bagaimana

TUJUAN DAN SASARAN ujuan dari tugas besar ini untuk mengetahui bagaimana cara merancang sebuah kawasan kumuh menjadi

sangat

asdfhasda kawasan yang layak huni. sasaran dari tugas besar ini ditujukan

memprihatinkan dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

agar mahasiswa mengerti bagaimana cara mengaplikasikan dan

Sebagian besar perekonomian Kelurahan Sawah Besar

merancang sebuah kawasan menjadi kawasan yang layak huni.

wilayah

khfadaajhf

tersebut

memiliki

kondisi

yang


R

RUANG LINGKUP uang lingkup wilayah

Kelurahan Sawah Besar merupakan salah satu kelurahan di

Atas alasan tersebut maka pemilihan kawasan prioritas

Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Kelurahan ini memiliki

pembangunan

letak yang cukup strategis karena tidak jauh dari pusat kota dan

kemiskinan, kepadatan penduduk yang tinggi, sarana serta

Kawasan industri. Hal ini membuat kelurahan ini ramai penduduk,

prasarana yang buruk serta aspek konstektual tapak untuk

sehingga menyebabkan kawasan ini tidak tertata rapi dan kumuh.

dapat

Luas wilayah : ±55 ha

dirancang sedemikian rupa agar dapat memajukan kawasan

Batas Administrasi Kelurahan Sawah Besar yaitu :

tersebut.

di

dikaji

Kelurahan

kemudian

Namun

dalam

Sawah

Besar

meliputi

dibandingkan

peracangannya

serta

tetap

memperhatikan peraturan tata ruang yang berlaku.  Sebelah Barat

: Sungai Banjir

Kanal

BAB I PENDAHULUAN

Timur  Sebelah Timur

: Kelurahan Muktiharjo Kidul

 Sebelah

Utara

:

SISTEMATIKA PENULISAN

Kelurahan

Kaligawe

R

 Sebelah Selatan : Kelurahan uang lingkup substansi Siwalan Kawasan penelitian berada di Kelurahan Sawah Besar,

 Latar Belakang adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan

pemahaman

kepada

pembaca

atau

pendengar mengenai apa yang ingin disampaikan yang bertujuan mengapa karya tulis dibuat.  Tujuan dan Sasaran Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari

Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Dengan pertimbangan

pernyataan misi, yaitu mengenai apa yang akan dicapai

penentuan lokasi berdasarkan kepadatan penduduk, banyaknya

atau apa yang akan dihasilkan.

kantong-kantong kemiskinan, kawasan kumuh, tingginya tingkat permasalahan sosial ekonomi, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan.


 Ruang Lingkup adalah batasan banyaknya subjek yang

node dan landmark.

tercakup dalam sebuah masalah. Secara umum memiliki makna

 Elemen perancangan Kota terdiri dari pola penggunaan lahan,

batasan. Ruang Lingkup Wilayah berisi tentang batasan yang

bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parker, ruang terbuka

mencakup suatu wilayah.

kota, dan jalur pejalan kaki.

Ruang Lingkup Substansi berisi pembahasan terkait dengan sasaran penelitian.  Sistematika

Penulisan

 UDGL (Urban Design Guidelines) berisi panduan rancangan kota yang disusun dengan tujuan menjembatani hasil rancangan ke dalam

adalah

sebuah

urutan

dalam

menyelesaikan sebuah riset, penelitian, maupun karya tulis.

suatu panduan rancangan yang spesifik untuk menjamin kualitas pada tingkat yang makro. BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II KAJIAN LITERATUR  Aktivitas dan Kebutuhan Ruang berisi ruang publik, ruang privat, dan ruang servis  Perencanaan Tapak mengatur penggunaan lahan terkait dengan bidang-bidang yang mengisi sebuah lahan yakni arsitektur ,

 Gambaran Umum Fisik Topografi dilakukan untuk menentukan posisi planimetris (x,y) dan posisi vertikal (z) dari objek-objek dipermukaan bumi. Tata Guna Lahan berisi tentang penelitian terhadap sebuah lahan dengan melihat potensinya seperti faktor kondisi

Teknik (prasarana, jaringan jalan, drainase, air bersih, energi, dan

biofisik, ekonomi, dan sosial.

limbah) , arsitektur lansekap (RTH maupun non hijau)

Klimatologi berisi kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama

 Kriteria Tak Terukur merupakan penentu kualitas fisik suatu

periode waktu yang Panjang.

kawasan dengan pertimbangan, access, compatibility, view,

Tata Guna Ruang berguna untuk mewujudkan wilayah yang

identity, sense, dan livability.

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

 Kriteria Terukur berisi pertimbangan-pertimbangan faktor fisik dasar, faktor ekonomi, maupun faktor budaya.  Elemen Citra Kota berisi lima elemen yaitu path, edge, district,

 Gambaran Umum Non Fisik Karakteristik Aktivitas berisi penjelasan mengenai sifat atau karakter dan kegiatan yang sedang berlangsung pada wilayah tersebut


 Potensi dan Permasalahan Wilayah Studi

terbuka kota, dan jalur pejalan kaki.  Konsep

Potensi berisi peluang yang dimiliki wilayah studi Permasalahan berisi permasalahan yang dialami wilayah

berisikan

pengertian,

proses,

dan

rancangan desain. BAB V KAWASAN PERMUKIMAN

studi

 Amplop Bangunan berisikan gambaran volume ruang

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN LOKASI STUDI

 Analisis

Desain

Aktivitas

dan

Kebutuhan

Ruang

tentang

memecahkan masalah sehingga teridentifikasi fasilitas yang dibutuhkan suatu ruang indoor maupun outdoor seperti tempat bermain anak, parkiran, ruang sholat, dll  Analisis Tapak berisi data-data tapak seperti batas, ukuran, dan sebagainya.

maksimum bangunan yang diletakkan disuatu tapak.  Siteplan berisi konsep gambaran atau peta rencana pembagian bangunan ataupun kavling.  Prespektif Siteplan berisikan pembentukan ruang-ruang antara diatas sebuah lahan yang dilihat secara spasial.  UDGL (Urban Design Guidelines) ) berisi panduan rancangan

kota

yang

disusun

dengan

tujuan

 Analisis Kriteria Tak Terukur berisi pemecahan masalah

menjembatani hasil rancangan ke dalam suatu panduan

sehingga menemukan kualitas fisik suatu kawasan dengan

rancangan yang spesifik untuk menjamin kualitas pada

pertimbangan, access, compatibility, view, identity, sense,

tingkat yang makro.

dan livability.  Analisis Kriteria Terukur berisi pemecahan masalah dengan pertimbangan-pertimbangan faktor fisik dasar, faktor ekonomi, maupun faktor budaya.  Elemen Citra Kota berisi analisis mengenai landmark, path, district, nodes, edge, dll  Elemen Perancangan Kota berisi pemecahan masalah dengan mempertimbangkan pola penggunaan lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang

 Rancangan dalam bentuk 3D berisi rancangan-rancangan kawasan permukiman berbentuk 3 dimensi.


Tugas Besar Perancangan Kota PWK17532P

BAB II KAJIAN LITERATUR Aktivitas dan kebutuhan ruang, perencanaan tapak, kriteria tak terukur, kriteria terukur, elemen citra kota, elemen perancangan kota, UDGL


AKTIVITAS DAN KEBUTUHAN RUANG

A

nalisis aktivitas dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang

berlangsung pada kondisi kawasan. Perencanaan tapak perlu melakukan identifikasi karakteristik aktivitas yang kemudian dilajutkan dengan melakukan analisis aktivitas. Untuk melakukan analisis aktivitas maka diperlukan suatu analisis yang bertujuan untuk menentukan kebutuhan ruang berdasarkan karakteristik aktivitas yang telah diidentifikasi. Dalam “Life Between Building” Jan gehl menyatakan bahwa dilihat dari segi hubungan kebutuhan dan lingkungan yang mendiaminya

Gambar 2. Tiga Jenis Aktivitas Luar di Ruang Publik

terdapat 3 jenis aktifitas luar yang ada di ruang publik yaitu : a. Neceassary

activity,

adalah

kegiatan

yang

merupakan

kebutuhan rutinitas (kewajiban) kita untuk melaksanakan, seperti sekolah berangkat ke kantor, ke pasar, dll. Maka kegiatan ini bersifat kebutuhan yang dipengaruhi oleh

PERENCANAAN TAPAK

T

apak

adalah

dialokasikan

lahan untuk

dengan

luas

tertentu

pembangunan.

yang

Sedangkan

DSLKFHDSMDBCLD perencanaan adalah proses untuk menetapkan tindakan yang

kerangka fisik sehingga manusianya tidak memiliki pilihan.

tepat di masa depan melalui pilihan-pilihan yang sistematik dan

b. Optional activity, adalah kegiatan yang bersifat pilihan seperti

menghasilkan rencana. Perencanaan Tapak dimaksudkan untuk

berdiri disuatu tempat lalu mengamati lingkungan sekitar,

merencanakan elemen-elemen ruang luar bangunan dan antar

berjalan-jalan untuk menghirup udara segar. Kegiatan ini akan

bangunan,

menjadi optimal bila kondisi outdor saling mendukung.

mengintegrasikan ruang di dalam tapak dengan lingkungan

c. Social activity, adalah kegiatan yang terjadi baik secara kebutuhan atau pun pilihan yang kehadirannya memenuhi ruang publik. Bentuk kegiatan ini termasuk kegiatan sosial

serta

bertujuan

menghubungkan

dan

sekitarnya. Perencanaan tapak menjadi jembatan kepentingan pemilik lahan dan kepentingan publik secara lebih luas.


Perencanaan Tapak menurut Kevin Lynch (1984) yaitu proses

lingkungan (ekologis) semata, melainkan juga harus mampu

pengolahan struktur ruang yang didalamnya membentuk ruang-

mendorong terciptanya ruang untuk persemaian budaya lokal,

ruang antara pada sebuah lahan dan merupakan sebuah bidang

kohesi sosial dan keadilan ruang ekonomi bagi seluruh warga

ilmu yang memiliki nilai seni. Dalam perencanaan tapak

kota.

penggunaan lahan diatur dengan bidang-bidang yang mengisi ruangnya, seperti : arsitektur, arsitektur landscape, ruang luaran, serta perencanaan dalam perkotaan dengan penempatan objek fisik dan kegiatan sebagai satu kesatuan ruang dan waktu. Perencanaan tapak mengatur penggunaan lahan terkait dengan bidang-bidang yang mengisi sebuah lahan, yakni arsitektur (kavling dan bangunan, baik hunian maupun non hunian), teknik (prasarana: jaringan jalan, drainase, air bersih, energi, dan limbah), arsitektur lansekap (ruang terbuka hijau maupun non hijau), dan perencanaan kota (peraturan tata ruang dan kebijakan membangun). Perencanaan tapak tersebut mencakup perencanaan bangunan

Gambar 3. Contoh Siteplan Kawasan Citra Grand Semarang

tunggal, perencanaan sekelompok kecil rumah (house cluster/

Analisis perancangan tapak dalam suatu kawasan terdiri dari :

planned

lingkungan

• Analisis Tautan Wilayah : digunakan untuk mengetahui

permukiman (neighborhood planning), struktur ruang lingkungan

keterkiatan atau hubungan kawasan yang satu dengan

permukiman (neighborhood structure), dan pengolahan ruang

lainnya pada site sehingga dapat mengetahui keberadaan site

antar bangunan menjadi lebih berkualitas. Hakikat perencanaan

tersebut.

unit

development),

perencanaan

tapak pada akhirnya tidak hanya terkait pada masalah keahlian untuk mewujudkan kualitas fisik (fungsional-estetik) dan SDJGSAKHDGAKSDG

• Analisis Topografi : digunakan untuk mengetahui besar dari kelerengan ataupun ketinggian dari suatu kawasan sehingga


dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan fungsi kawasan dengan peletakan daerah yang akan dibangun. • Analisis

Lingkungan

:

digunakan

untuk

mengatahui

perkembangan kondisi fisik yang berupa abiotik dan biotik yang ada di dalam site. • Analisis Aksesibilitas : digunakan untuk mengetahui akses keluar masuk dalam kawasan site maupun menghubungkan site yang satu dengan site lainnya. Dalam analisis aksesibilitas terdapat golongan aksesibilitas tinggi, sedang, dan rendah. • Analisis Kebisingan : digunakan untuk mengetahui seberapa

• Analisis Iklim dan Lintasan Matahari : digunakan untuk mengetahui letak dari suatu bangunan yang dapat disesuaikan dengan lintasan matahari dan arah angin. • Analisis Drainase : digunakan untuk mengetahui sistem aliran air yang ada dalam kawasan pada suatu site.

KRITERIA TAK TERUKUR

K

riteria tak terukur merupakan kriteria yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi lebih menekankan pada

aspekCAM,SNDFGKNA kualitatif di lapangan, karena menyangkut perasaan atau

besar intensitas suara yang sesuai dengan batas yang

persepsi manusia yang melihatnya (Penataan visual kawasan).

ditentukan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan untuk

Menurut Hamid Shirvani 1985 kriteria tak terukur terdiri dari :

tingkat kebisingannya. Dalam analisis kebisingan juga

 Access (Pencapaian)

terdapat 3 (tiga) klasifikasi kebisingan, yaitu kebisingan tinggi, sedang, dan rendah.

Access

merupakan

pemberian

keamasan,

kenyamanan,

kemudahan bagi para pengguna untuk mencapai tujuan dengan

• Analisis Vegetasi : digunakan untuk mengetahui kesesuaian

sarana dan prasarana transportasi yang mendukung kemudahan

jenis tanaman yang tepat dan dapat dikembangkan pada

aksesbilitas yang direncanakan dan dirancang sesuai kebutuhan

kawasan yang ada dalam site sebagai pendukung seperti

pengguna.

penunjuk arah dan pengurang polusi.

perencanaan dan perancangannya memperhatika tatanan, letak,

• Analisis View : digunakan untuk mengetahui cara dalam mengamati suatu site dari sisi pengamat (view to site) untuk memberi pandangan untuk luar site (view from site).

Fasilitas

untuk

aksesbilitas

hendaknya

dalam

dimensi dan sirkulasi.  Compatibility (Kecocokan) Compatibility merupakan aspek yang berkaitan dengan afjkgasdfhgfg


kepadatan, lokasi, skala maupun bentuk masa bangunan.

KRITERIA TERUKUR

budaya dan komponen yang cocok dengan nilai bangunan.

K

 Views

DGHFGJFGJ pertimbangan-pertimbangan seperti faktor fisik dasar, faktor

Disamping itu, aspek lain yang harus diperhatikan adalah sejarah,

Views merupakan aspek yang berkaitan dengan suatu

riteria Terukur merupakan kriteria dasar perancangan kota yang dapat diukur secara kuantitatif, yang diperoleh dari

ekonomi, maupun faktor budaya. Kriteria terukur ini terbagi menjadi

kejelasan bentuk yang terkait dengan orientasi manusia

2 menurut (Hamid Shirvani, 1986, hal.133) :

terhadap bangunan. Nilai visual yang ditimbulkan pada view

a) Kriteria lingkungan alami dan kriteria bentuk,

dapat diperoleh dari skala dan pola, besaran tinggi, dan tekstur.

b) Massa dan intensitas bangunan

Selain itu, view tersebut juga dapat berupa landmark.

Pengukuran ini terutama bentuk fisiknya meliputi : tinggi, Panjang,

 Identity (Identitas)

lebar dan ditujukan untuk mendapat ukuran tinggi bangunan, jarak

Identity merupakan suatu ciri yang dapat dikenali oleh

bangunan, ruang terbuka, dan sebagainya. Pertimbangan terhadap

pengamat (citra). Elemen ini dapat dikenali melalui landmark dari

Floor Area Ratio (FAR) atau Floor Space Index (FSI).

suatu kawasan yang dapat mencirikan identitas dari kawasan

FAR model Amerika (De Chiara and Koppleman, 1982, hal.594)

tersebut.

maupun FSI model Inggris (Keeble, 1952, hal.8-3) mempunyai prinsip

 Sense (Rasa)

yang sama yakni:

Sense adalah suasana yang ditimbulkan masih berhubungan dengan aspek budaya. Kriteria ini dapat dicapai dengan disain

“Perbandingan Total Luas Lantai dengan Total Luas Lahan atau Total Luas Lantai dibagi Total Luas Lahan”. Dapat dirumuskan dengan:

bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yang dapat menyentuh hati masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan berkaitan dengan kegiatan sosial maupun proses alami.  Livability (Kehidupan) Livability merupakan rasa nyaman untuk tinggal atau beraktivitas pada suatu kawasan atau obyek.

Hubungan dengan ketinggian bangunan ada kaitannya dengan Building Coverage (BC) yaitu perbandingan Luas Dasar dengan Total Luas Lahan,


Sedangkan Ketinggian bangunannya sebagai berikut:

KDB = Luas m² x %KDB Contoh 1 :

Keterangan: Ht = Total tinggi bangunan dH = Rata-rata tinggi bangunan

Diketahui luas tanah yang dimiliki 120 m², KDB Kecamatan “A” adalah 60%. C

Jawaban : KDB = Luas m² x 60%

B A

E

= 120 m² x 60% = 72 m² Sehingga lahan yang diijinkan untuk didirikan bangunan adalah

D A = Luas Lahan B = KDB C = Ketinggian Bangunan D = Jarak Antar Bangunan E = GSB

maksimal luas lantai dasar bangunan adalah 72 m² dan sisanya 48 m² adalah daerah area hijau atupun area resapan air. Koefesien

Lantai

Bangunan

(KLB)

adalah

jumlah

bangunan

keseluruhan baik lantai dasar, lantai satu, lantai dua dan seterusnya

Koefesien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara

yang di perbolehkan untuk di bangun. Ketika sudah mengetahui KDB

luas bangunan dengan luas bahan. Nilai ini menentukan berapa

bisa menghitung luas dengan rasio yang ada.

persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh dibangun.

KLB ini akan menjadi hal yang sangat penting ketika membangun

Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan

gedung tinggi. Dari KLB ini kita bisa memperkirakan seberapa tinggi

untuk mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-

sebuah gedung bisa dibangun dalam sebuah lahan. Aturan KLB ini

batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan

dibuat oleh pemerintah untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat

ke tanah.

dan pelaku konstruksi untuk membangun gedung dengan tujuan

Perbandingan KDB adalah :

untuk menghindari kekacauan tata kawasan.

KDB 50%, KDB 60% hingga KDB 70% (tergantung Kebijakan Pemerintah setempat).


Contoh perhitungan KLB :

sampai sisi terluar dari bangunan.Rumah yang letaknya di

Misalnya terdapat lahan dengan luas 540 m², dan lahan tersebut berada di daerah dengan zona yang memiliki nilai KLB 1,2 dan KDB 70%, maka

pinggiran jalan, GSBnya ditentukan oleh fungsi serta kelas jalan

hitung luas seluruh lantai yang diperbolehkan untuk dibangun! Serta gambarkan penampangnya.

ELEMEN CITRA KOTA

Jawaban :

G

KDB

ambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-

=….x…..

rata pandangan masyarakatnya yang dikenal dengan

=….. Total Luas Lantai

dkjsfgvkshf citra kota. Pentingnya citra mental itu karena citra yang jelas = Luas Lahan x KLB

akan memberikan banyak hal yang sangat penting bagi

= ……. X ………

masyarakatnya,

= .........m²

dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena

seperti

kemampuan

untuk

berorientasi

Jadi Luas lantai seluruhnya adalah ……..

tidak merasa tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu

Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis imajiner pada lahan

tempat, dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat

yang menandakan bagian mana yang boleh dibangun dan bagian

yang lain. (Lynch, Kevin. The image of the city. Cambridge.

mana yang tidak boleh dibangun. Bangunan yang didirikan di atas

1969).

sebuah lahan tidak boleh melampaui garis ini.

Terdapat

Misalkan Garis Sempadan Bangunan adalah 3 meter, artinya

mengungkapkan citra kota yaitu path, edge, district, node

bangunan tersebut diperbolehkan dibangun sampai 3 meter dari tepi

dan land-mark. Semakin kuat kelima elemen tersebut maka

jalan raya. Patokan serta batasan untuk cara mengukur luas GSB

semakin baik juga kota tersebut memberikan kulaitas image-

(Garis Sempadan Bangunan) ialah as atau garis tengah jalan, tepi

nya atau brand identitas bagi para pengamat kota.

pantai, tepi sungai, rel kereta api, dan/atau juga jaringan tegangan

 Path (jalur)

tinggi. Sehingga jika sebuah rumah

Merupakan rute-rute sirkulasi yang digunakan orang untuk

kebetulan berada di pinggir

lima

elemen

yang

dapat

dipakai

untuk

sebuah jalan, maka garis sempadannya diukur dari garis tengah jalan

melakukan pergerakan secara umum, seperti jalan, lintasan

tersebut aslkfbhdasjkfh

jkagfa


kereta api, gang-gang utama, dan sebagainya. Path adalah elemen

menonjol dari kota seperti tugu, menara, gedung tinggi dan

yang paling penting dalam citra kota, jika elemen ini tidak jelas maka

sebagainya. Landmark adalah elemen penting dari bentuk

kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan.

kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di

 Edge (tepian)

dalam

Merupakan batas atau pengakhiran antara dua kawasan dan

daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika

berfungsi sebagai pemutus linier, seperti pantai, tembok, sungai,

bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada

topografi dan sebagainya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika

sekuensi dari beberapa landmark (merasa nyaman dalam

kontinuitas

orientasi),

tampak

jelas

batasannya.

Demikian

pula fungsi

batasannya harus jelas membagi atau menyatukan.  District

kota dan

serta

membantuk

ada

orang

perbedaan

mengenali

skala

suatu

masing-masing

landmark.

Merupakan sebuah kawasan yang memiliki ciri khas yang mirip

ELEMEN PERANCANGAN KOTA

(bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, dimana

 Tata Guna Lahan (Land Use)

orang merasa harus mengakhiri atau

memasukinya. Distrik

Rancangan dasar dua dimensi berupa denah peruntukan lahan

mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan

yang menjadi acuan ruang tiga dimensi yang akan dibentuk.

jelas tampi-lannya dan dapat dilihat homogen.

Ruang tiga dimensi atau bangunan akan dibangun di tempat

 Node

sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.

Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau

 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

aktifitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktifitas

Berkaitan dengan bentuk fisik bangunan. Hal-hal yang

lain, misalnya

persimpangan lalu lintas, taman, square, dan

diperhatikan adalah ketinggian bangunan, kepejalan bangunan,

sebagainya. Node memiliki identitas yang lebih baik jika memiliki

koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, garis

bentuk yang jelas (karena mudah diingat) serta tampilannya berbeda

sampadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur, hingga

dari lingkungannya (fungsi maupun bentuknya).

warna.

 Landmark

 Ruang Terbuka (Open Space)

Merupakan elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang

Mencakup semua unsur landscape berupa jalan, trotoar,

sdfgifsfj

sdfgwskfgskjfg


pedestrian, dan taman.

alat perencanaan yang menjadi penghubung perencanaan kota

 Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

dengan desain arsitektur dengan menginformasikan bagian

Sirkulasi adalah elemen yang dapat membentuk dan mengontrol pola

fisik kota yang telah terintegrasi dengan sistem transportasi

kegiatan kota dimana saling terhubung membentuk pergerakan.

dengan mempertimbangkan komponen fisik, ekonomi, sosial

Tempat parkir memiliki pengaruh besar dalam perancangan kota,

dan budaya, serta lingkungan demi mewujudkan lingkungan

karena semakin baik penataan parkir pada suatu kota maka akan

perkotaan yang berkelanjutan.

semakin baik juga pergerakan dalam kota tersebut.  Kegiatan Pendukung (Activity Support) Seluruh penggnaan dan kegiatan yang berlangsung di dalam semua ruang terbuka kota. 

Papan Penanda (Signage)

Elemen visual sebagai alat bantu menginformasikan masyarakat pengguna ruang kota. 

Preservasi (Preservation)

Perlindungan terhadap tempat atau aset di dalam kota yang sudah ada. Biasanya bersifat istimewa dan berharga karena memiliki nilai sejarah. 

UDGL tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang, penataan lingkungan dan bangunan,

serta

pedoman

untuk

rancangan

rencana

penanaman modal

dan

pedoman

pengendalian

lingkungan

dan

pembangunan daerah. Oleh karenanya UDGL sangat diperlukan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan serta terintegrasi

dengan

lingkungan

dan

dapat

penghubung

antara

pemerintah

daerah,

menjadi

swasta

dan

masyarakat dalam pengambilan keputusan penataan ruang wilayah daerah. Perumusan Urban Design Guidelines (UDGL)

Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

mengacu pada Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Sarana bagi pejalan kaki serta menjadi sarana pada sektor infromal seperti pedagang kaki atau pedagang asongan.

John Lang (1996) dan AC Hall (1996) telah mencoba untuk memperjelas hubungan antara tujuan desain, prinsip desain,

UDGL (Urban Design Guidelines)

U

rban Design Guidelines (UDGL) atau Pedoman Desain

Perkotaan dan biasa lebih dikenal dengan Rencana Tata

sdkjfgisgf Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Negara Indonesia, merupakan sebuah

dan desain pedoman, yang kemudian diringkas ke dalam diagram berikut yang mengidentifikasi komponen kunci dari kebijakan desain [Punter/Carmona, 1997].


 Program Bangunan dan Lingkungan Program bangunan dan lingkungan adalah penjabaran lebih lanjut dari peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, serta kebutuhan RTH (Ruang Terbuka Hijau), fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.  Rencana Umum dan Panduan Rancangan Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuanketentuan tata bangunan dan lingkungan yang memuat rencana peruntukan lahan mikro, perpetakan, rencana tapak, system Gambar 2. Komponan Utama dari Kebijakan Desain

pergerakan, prasarana dan sarana lingkungan, aksesibilitas

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

lingkungan, dan rencana wujud visual bangunan gedung untuk

06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan

semua lapisan sosial yang berkepentingan di dalam kawasan

dan

tersebut.

Lingkungan Muatan

materi RTBL, serta pengaturan

pelaksanaan di daerah, dan pembinaan teknis. Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan Dokumen RTBL. Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan bertujuan sebagai acuan dalam menghasilkan Dokumen RTBL yang berkualitas, memenuhi syarat dan dapat diimplementasikan dalam mewujudkan tata bangunan dan lingkungan

yang

berkelanjutan.

layak

huni, berjati diri, produktif, dan

 Rencana investasi Merupakan arahan program investasi bangunan gedung dan lingkungannya berdasarkan program bangunan dan lingkungan serta ketentuan rencana umum dan panduan rencana yang memuat program investasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Rencana ini juga disertai estimasi biaya investasi, baik penataan bangunan lama maupun rencana pembangunan baru dan pengembangannya serta pola pendanaannya.


 Ketentuan

Pengendalian

Rencana

dan

Pedoman

Pengendalian Pelaksanaan Ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan merupakan persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan untuk kawasan yang bersangkutan, prosedur perizinan, dan lembaga yang bertanggung jawab dalam pengendalian pelaksanaan.


Tugas Besar Perancangan Kota PWK17532P

BAB III Gambaran Umum Kawasan Gambaran Umum Fisik, Gambaran Umum Non Fisik, Potensi dan Permasalahan Wilayah Studi


Gambaran umum fisik  Topografi

Topografi Kota Semarang terdiri dari perbukitan, dataran rendah dan pantai. Khususnya di Kelurahan Sawah Besar yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Gayamsari memiliki kelerengan kurang lebih sebesar 0% hingga 2%. Artinya Kelurahan Sawah Besar masuk ke dalam kategori dataran rendah dan memiliki kontur tanah yang rata. Bahkan di beberapa titik memiliki elevasi tanah yang sama dengan permukaan air laut.

Terlihat pada peta bahwa Kelurahan Sawah Besar khususnya pada wilayah studi yang ditandai dengan lingkaran merah memiliki topografi yang bisa dibilang landai atau hampir sama rata permukaan tanahnya, hanya memiliki selisih 2 meter serta titik tanah tertinggi hanya 9 meter.

------------


Gambaran umum fisik  Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan Kelurahan Sawah Besar

Tata Guna Lahan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Sawah Besar (Luas : 4.40ha)

Seperti yang terlihat pada peta, Kelurahan Sawah Besar terbagi menjadi 3 guna lahan yaitu permukiman, perdagangan dan jasa, dan campuran.

Pada wilayah kawasan permukiman kumuh yang menjadi lokasi studi kami, saat ini guna lahannya adalah sebagai permukiman warga.


Gambaran umum fisik K  Klimatologi

ota Semarang memiliki iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsum timur. Angin bertiup

dari arah utara barat laut (NW) pada bulan November hingga Mei hjfdhas dan membawa banyak uap air sehingga menciptakan musim hujan, sedangkan pada Juni sampai Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) uap air yang terbawa lebih sedikit dan periode curah hujan menurun sehingga menciptakan musim kemarau. Berdasarkan data cuaca yang diamati di Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang. Suhu minimum di Bulan September sebesar 21,1 ℃ dan berubah-ubah sepanjang bulan, selain itu suhu maksimum juga berubah-ubah dari 29,9 ℃ ke 32,9 ℃. Kecepatan angin rata-rata sebesar 215 km/hari di bulan Agustus hingga 286 km/hari di bulan Januari, kondisi tersebut berubah-ubah tiap bulannya. Dapat dilihat pada peta analisis curah hujan bahwa Kota Semarang yang ditandai dengan lingkaran hitam termasuk memiliki curah hujan menengah dengan rata-rata 9,891 mm per tahun dan memiliki sebaran yang tidak merata sepanjang tahun. Pada periode bulan Oktober hingga November ini, intensitas hujan harian cenderung meningkat dengan kelembaban udara berkisar antara 60% sampai 80%. Tinggi gelombang di Perairan Utara sekitar 0,1 meter hingga 0,5 meter.

Peta 3.3 Peta Analisis Curah Hujan


Gambaran umum fisik T  Tata Guna Ruang

ata Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang. Kegiatan penyelenggaraan penataan ruang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang terdapat dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

Gambar 3.1 Kondisi Jalan Batursari VII

tentang Penataan Ruang. Dalam lokasi survei kami di JL. Baturasi yang berlokasi di kelurahan. Sawah Besar memiliki potensi penataan ruang yang kurang baik, dikarenakan banyaknya jumlah bangunan yang tidak tertata dengan baik. Jumlah penduduk yang padat menyebabkan permukiman menjadi terlihat kumuh. Sehingga perlunya penata ruang kembali agar permukiman tersebut menjadi nyaman, sehat, dan layak huni . Dan perlunya kesadaran masyarakat agar tidak

Gambar 3.2 Kondisi Lingkungan di Gang Buntu

membuang sampah sembarangan.

Gambar 3.3 Lahan Kosong di Batursari IX Gambar 3.4 Kondisi Jalan Batursari VIII


Gambaran umum non K fisik  Karakteristrik Aktivitas

elurahan Sawah Besar merupakan sebuah wilayah di

sepanjang jalannya hampir tidak ada sampah dipinggir jalan dan akses

Kecamatan Gayamsari yang mana wilayah ini saat kami

jalan yang luas, serta saluran got yang baik.

melakukan survey lokasi ternyata ditemukan cukup banyak ajdsfhg

Di kampung ini juga terdapat sentra kerajinan tas yang dibuktikan

titik yang bisa dikategorikan kumuh. Dikatakan kumuh sebab,

dengan adanya gapura gang pandansari yang bertuliskan “Kampung

terdapat banyak permukiman yang melebihi kapasitas

Tas Pandansari’’

normal. Adapula persebaran penduduk yang tidak merata. Dibuktikan oleh kami saat melakukan survey wilayah, yaitu terdapat satu wilayah yang permukimannya sangat padat hingga tidak ada ruang untuk akses jalan bahkan saluran air. Ada juga lahan kosong yang harusnya wilayah tersebut cocok dijadikan permukiman, malah terbengkalai, kotor, dan banjir sehingga terkesan kumuh. Di wilayah Sawah Besar juga terdapat sebuah tambak, tepatnya di gang Batursari. Yang mana ternyata tambak ini milik perorangan. Tambak ini juga dijadikan sebagai tempat pemancingan bagi para pemancing untuk menghabiskan waktunya. Dengan hanya membayar sekian ribu, para pemancing sudah bisa memancing ikan disana tanpa ada batasan jumlah ikan yang didapat. Wilayah yang sudah dikategorikan rapih dan tertata adalah gang Pandansari. Sebab saat kami meninjau langsung lokasi tersebut,

sudah

dkjfgdkajfgkajgf

cukup

baik

penataannya.

Dibuktikan

Gambar 3.5 Dokumentasi lingkungan aktivitas warga sehari-hari


Gambaran umum non B fisik  Karakteristik Pengguna

erdasarkan data Kecamatan Gayamsari dalam Angka 2020, masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sawah

Besar dsjfgjdh adalah 9081 jiwa. Jumlah masyarakat laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki sebesar 51% dan perempuan sebesar 49%. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Sawah Besar adalah golongan menengah kebawah, sehingga masih dapat ditemukan kawasan kumuh pada kelurahan ini.


Potensi dan permasalahan wilayah P studi  Potensi

ada wilayah Sawah Besar tepatnya di

berdampak pada peningkatan ekonomi warga

kampung Batursari IV terdapat sebuah tambak dg yang cukup luas. Saat kami

sekitar. Dikatakan demikian sebab apabila

melakukan tinjauan lokasi ternyata terdapat

tidak hanya orang yang punya tambak yang

sejumlah orang yang sedang memancing di

diuntungkan, tapi juga warga disekitarnya

tambak tersebut.

juga karena warga lain bisa membuka warung

tempat wisata pemancingan ini terealisasi,

disekitar pemancingan, menjadi tukang parkir dan penitipan barang juga.

Gambar 3.5 Tambak di Lingkungan Batursari

Gambar 3.6 Rob di Kampung Batursari

pondasi pembatas antara jalan dan tambak dan tidak ada saluran air mengalir/got.

 Masalah

Masalah lain yang terjadi di wilayah ini adalah

M

lahan parkir apabila terealisasi untuk dijadikan

asalah diwilayah Sawah Besar pasti tidak lepas dengan banjir. Karena

wilayahnya berbatasan langsung dengan dfgdfhd Hal ini membuktikan bahwa tambak tersebut

Kanal Banjir Timur. Sejak adanya perbaikan

sudah cukup dikenal di wilayah Sawah Besar.

tanggul Kanal Banjir Timur ini, banjir sudah

Sehingga memiliki potensi untuk dijadikan

tidak separah pada saat tanggul belum

tempat wisata pemancingan.Di tambak ini

diperbaiki

terdapat ikan mujair, ikan nila, ikan bandeng,

Saat ini, setelah Kanal Banjir Timur sudah

dan masih banyak lagi.

diperbaiki malah banjir beralih ke jalan

Dengan adanya potensi untuk dijadikan

perkampungan warga karena luapan dari

tempat wisata ini pastinya akan bisa juga

tambak. Karena tambak tersebut tidak ada

lingkungan yang kumuh serta terbatasnya

wisata pemancingan.


Tugas Besar Perancangan Kota PWK17532P

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN KAWASAN KUMUH SAWAH BESAR Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, tapak, krirteria tak terukur, kriteria terukur, elemen citra kota, elemen perangcangan kota, konsep desain


Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang

 Analisis Hubungan Antara Ruang Di Kawasan Perancangan

Setiap kawasan pasti membutuhkan sebuah ruang , yang mana dalam perencanaan perlunya sebuah ruang untuk membuat sesuatu bangunan, yang mana pada studi ini dapat mengetahui banyaknya sebuah ruang yang dapat dimanfaatkan kembali agar menjadi kawasan yang lebih maju.


 Analisis Kebutuhan Ruang • Ruang Publik

Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang • Ruang Privat

Ruang Publik dikatagorikan sebagai ruang yang digunakan

Ruang Privat merupakan ruang yang bersifat rahasia, yang

masyarakat untuk melakukan aktivitas sosisal.

mana hanya digunakan masing-masing induvidu/kelompok, untuk dikawasan ini contohnya rumah

• Ruang Konservasi Ruang

Konservasi

merupakan

ruang

memanfaatkan Sumber alam yang ada.

berguna

untuk


 Sarana Jaringan jalan

Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang

Kondisi jalan pada kawasan permukiman sawah besar masih berpaving, dan belum ada yang beraspal. Dan kawasan ini termasuk kawasan yang mudah terjadi nya banjir.

Drainase

Kondisi Drainase di permukiman sawah besar dengan panjang kurang lebih 2,5 m.


Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang

 Jaringan Listrik dan Jaringan Telepon

Kondisi Jaringan telpon dan jaringan listrik di Permukiman Sawah Besar .

 Persampahan

Masyarakat menyediakan tong sampah di setiap perumahan untuk membuang sampah


 Prasarana

Peribadatan

Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang Pendidikan

Terdapat 1 tempat ibadah yaiitu mesjid dikawasan batusari, sawah besar.

Terdapat 1 tempat pendidikan yaitu paud Batursari, Sawah Besar, wilayah studi kami.

di daerah


Analis Tapak Analisis Tautan Wilayah

Analisis Topografi

Konstelasi Wilayah Wilayah perancangan merupakan bagian dari Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsarei, Kota Semarang. Wilayah ini berbatasan dengan Kelurahan Kaligawe di sebelah utara, Kelurahan Muktiharjo Kidul di sebelah timur, Kelurahan Siwalan di sebelah selatan dan Sungai banjir kanal timur di sebelah barat.

Wilayah perancangan berada di Kelurahan Sawah Besar

Perancangan merupakan delinasi tapak dengan luas ± 4,40 ha.

Data dan Analisis

Respon

Topografi di wilayah perencanaan Kelurahan Sawah Besar tergolong datar. Dengan kelerengan 0-2% dan memiliki tingkat kemiringan yang rendah.

• Zona dengan topografi datar sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun yang lebih maju, • Seperti : Kawasan Industri yang lebih besar, Bangunan rumah dan pemukiman warga yang baru, Bangunan Komersial, dan Bangunan lainnya yang lebih tertata.


Analis Tapak Analisis Kebisingan Data dan Analisis

Kebisingan di wilayah perencanaan tergolong tinggi, karena wilayah perencanaan yang dominan dengan kawasan permukiman warga yang kumuh dan sering terjadi aktivitas di sekitarnya.

Analisis Vegetasi Respon

Kebisingan tinggi : Wilayah dengan kebisingan tinggi akan direncanakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa Kebisingan sedang : Wilayah dengan kebisingan sedang akan direncanakan sebagai kawasan permukiman dan RTH.

Data dan Analisis

Vegetasi yang terdapat di kawasan perencanaan Sawah Besar masih tergolong sedikit, dominan hanya tanaman hijau dengan media berupa pot-pot di depan rumah warga. Namun untuk sekitar tambak hanya dibiarkan bergitu saja.

Respon

Akan direncanakan vegetasi mangrove di sekitar tambak dengan pemetaan mangrove, yang nantinya dapat menjaga keanekaragaman hayati dan menahan air. Akan direncanakan penanaman pohon eksisting dan beberapa tanaman hijau dengan media pot


Analis Tapak Analisis Aksesbilitas Data dan Analisis

Analisis View Respon

Data dan Analisis

Respon

Pemancingan From site

To site Jalan yang berada pada kawasan perencanaan ini adalah ± 2 - 3,25m. Pada jalan tersebut hampir semua jalan sudah di paving, namun untuk kawasan sekitar tambak masih berpasir dan berbatu.

Aksesbilitas Besar Terdapat di daerah yang sering menjadi akses jalan kendaraan umum, namun yang hanya di lewati motor dan mobil saja, tidak untuk kendaraan besar lainnya. Lebar jalan sekitar 3 – 3,25m dan sebagai kawasan perdagangan Aksesbilitas Sedang Pada sepanjang jalan lingkungan permukiman kumuh yang beberapa dekat dengan tambak.

From site • View from site adalah tambak disebelah timur dan tanggul disebelah barat kawasan perancangan. • View to site adalah kegiatan permukiman penduduk dengan aktivitas sehari-hari.

Akan dilakukan desain jalan lingkungan lebih rapi, terutama akses jalan utama dan menuju tambak. Terdapat kawasan pemancingan from site kawasan yang dapat dikembangkan. Di wilayah ini juga terdapat sungai dari view to site. Dan tambak dari view from site


Analis Tapak Analisis Iklim dan Lintasan Matahari Data dan Analisis Arah Angin

Analisis Drainase

Respon

Data dan Analisis

Respon

Arah Angin Got ± 30cm

Got ± 25cm

Arah Lintasan --------------------------- Matahari

-----

-------------------------------

Arah Lintasan Matahari Got ± 30cm

Rawan banjir rob

• Arah angin dari utara ke selatan yang dipengaruhi oleh posisi tambak, dengan suhu 27˚C • Arah matahari dari timur ke barat, hal ini menjadi patokan bahwa perencanaan kawasan harus mempertimbangkan arah lintasan matahari.

Peletakan masa bangunan maupun perancangan kawasan wisata nantinya akan disesuaikan dengan arah lintasan matahari dan arah angin, sehingga kawasan yang direncanakan akan mendapatkan pencahayaan cukup dan kondisi udara rata. Dan adanya bukaan seperti posisi pintu dan jendela di sisi timur

Pada wilayah perencanaan drainase sudah ada namun masih belum bisa di bilang baik, penggunaan dan manfaatnya terbilang kurang. Kawasan perencanaan ini yang didominasi oleh permukiman warga ini masih memerlukan tatanan baru. Terutama pada kawasan sekitar tambak yang rawan terjadi air rob bahkan sampai menggenangi rumah warga. Mulai dari belum adanya tanggul penanggulangan air rob ataupun saluran drainase seperti got rumah warga yang masih sering tertutup.

Jaringan drainase yang akan direncanakan tidak mengubah struktur drainase yang sudah ada, akan tetapi penataan drainase tersebut akan berdasarkan pada pengelolaan system pengairan sesuai fungsinya. Sehingga saat terjadi rob dan banjir wilayah sekitar tidak terendam parah.


Zoning Analisis zoning pada kawasan merupakan hasil overlay yang didapat dari analisis topografi, lingkungan, aksesibilitas, maupun kebisingan. Dimana hasil tersebut akan menjadi zoning kawasan perencanaan tapak. Zona privat digunakan sebagai permukiman dan sarana serta prasarana penunjang, diharapkan dengan dipisahnya kawasan industri dengan pemukiman warga, warga dapat hidup dengan layak dan terhindar dari kebisingan serta polusi yang timbul akibat aktivitas industri sekitar, penempatan permukiman terdapat di sekitar jalan utama, hal ini bertujuan apabila masyarakat ingin membuka usaha toko kelontong, dsb dapat ramai karena letaknya yang ada di jalur utama. Zona publik akan digunakan sebagai kawasan industri dimana pada kawasan tersebut aktivitas yang berlangsung hanya seputar perdagangan dan jasa dimana letaknya yang berdekatan dengan jalan Pantura sehingga area permukiman tidak tercampur oleh pabrik-pabrik yang ada, apabila antara bangunan industri dengan perkampungan warga tidak dikelompokkan dikhawatirkan Kesehatan dan kelayakan tempat tinggal warga tidak terjamin


 Access (Pencapaian)

Analis kriteria tak terukur

Aksesibilitas pada wilayah Sawah Besar masih dikatakan

Untuk pedestrian atau jalur pejalan kaki pada wilayah ini saat kami

kurang, apalagi saat dilanda hujan deras. Pasti sebagian besar

melakukan survey, tidak kami temukan adanya jalur pedestrian.

jalan di wilayah Sawah Besar tergenang banjir. Banjir ini

Hal ini yang menurut kami mengakibatkan pejalan kaki kurang

pastinya sangat mengganggu aktivitas manusia terutama

merasa aman saat melakukan aktivitasnya.

pada para pekerja saat jam berangkat dan pulang kerja.

Apalagi saat jalan tergenang air hujan, tentunya hal ini menyebabkan ketidak nyamanan pada pejalan kaki, karena mereka harus rela berbecek-becekan oleh jalan yang mereka lalui.

Pada bagian area parkir di wilayah Sawah Besar masih tidak tertata dengan rapih. Sebagian rumah warga juga belum memiliki garasi sehingga warga meletakkan kendaraannya di bahu jalan yang tentunya itu mengganggu kendaraan lain saat melalui jalan tersebut.


 Compatibility

Analis kriteria tak terukur Di wilayah batursari tepatnya disetiap gangnya sudah direnovasi oleh pemerintah kota semarang. Sehingga dapat dilihat pada gambar disamping bahwa sedang dilakukannya pembuatan saluran besar untuk jalur air mengair guna mengantisipasi apabila hujan lebat tidak menyebabkan jalan disekitar tergenang. Disebelah atau dibagaian sisinya di beri pondasi untuk memperkokoh agar tidak ambles saat menghadapi musim penghujan. Disetiap jembatan gangnya pula diberi pagar pembatas untuk keamanan warga melintas. Pembangunan saluran ini belum 100% jadi masih terlihat berantakan. Namun apabila sudah selesai pembangunan pasti akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar sawah besar.


 Views (Pemandangan)

Analis kriteria tak terukur

Yang menjadi landmark di Kawasan Sawah Besar adalah Banjir Kanal Timur. Dimana jika lebih dioptimalkan lagi pembenahannya pasti Banjir Kanal Timur akan jadi destinasi wisata seperti Banjir Kanal Barat. Saat kami melakukan survey wilayah Sawah Besar terdapat gazebo dibeberapa titik terutama dipinggir Banjir Kanal Timur. Gazebo ini menjadi tempat untuk beristirahat bagi masyarakat yang berkunjung di Banjir Kanal Timur.


 Identity

Analis kriteria tak terukur Jika berbicara tentang Kelurahan Sawah Besar pasti pikiran kita langsung tertuju oleh Kanal Banjir Timur. Kanal Banjir Timur yang dulunya belum direnovasi tentu akan menimbulkan stigma miring di masyarakat Kota Semarang. Saat ini Kota Semarang sedang gencar-gencarnya melaksanakan

pembangunan.

Pembangunan

ini

bertujuan

untuk

menjadikan Kota Semarang menjadi kota yang lebih baik lagi dalam segi apapun. Salah satunya adalah renovasi Kanal Banjir Timur yang bertujuan agar memaksimalkan fungsi kanal sesungguhnya. Jika kita lihat bahwa Semarang bagian bawah memang perlu adanya perhatian khusus, sebab banjir yang menjadi momok bagi masyarakat Semarang bagian bawah ini begitu mengganggu aktivitas apalagi di musim penghujan saat ini. Maka dari itulah renovasi Kanal Banjir Timur ini dilakukan dan dikebut. Sekaligus ini sebagai identitas atau tanda pengenal wilayah Sawah Besar.


 Sense

Analis kriteria tak terukur

Kelurahan Sawah Besar, merupakan kelurahan yang sudah tidak asing lagi didengar bagi masyarakat Kota Semarang tentunya. Ketika mendengar nama Sawah Besar, pasti yang terlintas dipikiran adalah banjirnya. Hal ini sudah bukan rahasia lagi karena memang fakta lapangan menunjukkan bahwa permasalahan utama wilayah ini adalah banjirnya.

Adanya banjir ini malah dibarengi dengan penataan rumah warga yang tidak terencana sehingga menimbulkan kesan kumuh. Apalagi ditambah masalah sampah yang masih dibuang sembarangan dan sebagian besar warganya belum mempedulikan lingkungan sekitar semakin menambah kesan kumuhnya wilayah ini.


Analis kriteria tak terukur

 Livability

Pada study wilayah yang kami ambil yaitu Kelurahan Sawah Besar, hampir sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan kumuh. Kami katakan kumuh sebab terdapat banyak rumah yang pembangunannya tidak terencana dan hanya menggunakan material seadanya. Jumlah penduduk yang banyak tidak sebanding dengan luas wilayahnya juga termasuk penyebab kawasan ini dikatakan kumuh. Wilayah yang sering tergenang banjir dan banyak sampah yang berserakan juga menjadi satu dari lain hal mengapa kawasan ini disebut kumuh.

Maka dari itu dari segi Livability atau kenyamanan untuk ditinggali dan beraktivitas, kami rasa Sawah Besar kurang dari kata layak.


Analis kriteria terukur B. Perhitungan Ketinggian Bangunan

A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Luas Perencaan yang diambil adalah 4,40H = 44.000 m² dengan RDTRK KDB 60% Sehingga KDB (luas lahan yang boleh dibangun bangunan) adalah sebagai berikut :

Luas Perencaan yang diambil adalah 4,40H = 44.000 m² dengan RDTRK KLB 1,2 Sehingga KLB (luas lantai yang boleh dibangun bangunan) adalah sebagai berikut :

KDB = 44.000 m² x 60%

KLB = 44.000 m² x 1,2

= 26.400 m² Sehingga lahan yang diijinkan untuk didirikan bangunan adalah maksimal luas lantai dasar bangunan adalah 26.400m² dan sisanya 17.600m² adalah daerah area hijau ataupun area resapan air. Namun saat ini Nilai KDB permukiman di Kelurahan Sawah Besar tidak sesuai dan melebihi koefisien KDB permukiman pada RTDTRK yang hanya sebesar 60%.

= 52.800 m² Jadi luas lantai seluruhnya adalah 52.800 m². Luas lantai bangunan yang boleh dibangun = 52.800 : 26.400 = 2 lantai Rata-rata tinggi bangunan permukiman di Kelurahan Sawah Besar hanya satu lantai dan paling tinggi hanyalah tiga lantai. Hal ini sudah sesuai dengan RTDTRK yang mengijinkan maksimum jumlah lantai pada permukiman adalah sebanyak tiga lantai.

C. Garis Sempadan Bangunan Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang pada pendirian bangunan berbatasan di atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Pada RTDRK Kota Semarang garis sepadan untuk permukiman adalah sepanjang 23 meter. Namun, bisa juga dengan menghitung setengah dari luas jalan. Luas jalan pada kawasan permukiman Kelurahan Sawah Besar maksimal 2 meter, sehingga garis sempadan bangunannya sebesar 1 meter. Banyak bangunan permukiman di kelurahan ini yang garis sempadannya tidak mencapai 1 meter bahkan ada yang langsung berhimpitan dengan jalan sehingga garis sempadan permukiman di kelurahan ini belum


Elemen Citra Kota  Path (Jalur)

Jalan merupakan elemen (pathways) yang paling mudah dikenali dan paling sering digunakan oleh manusia. Terlihat pada peta bahwa wilayah ini jaringan jalannya sangat sederhana seperti dari main line kemudian bercabang menuju ke beberapa sub line


Elemen Citra Kota  Edges (Teplan)

 Nodes (Simpul) Simpangan pertama pada gang masuk merupakan elemen simpul (nodes) yang digunakan sebagai titik pertemuan dari segala arah. Sehingga mobilitas atau aktivitas tertinggi terdapat pada simpangan tersebut.

Dari sini selokan atau aliran drainase dijadikan sebagai elemen tepian (edges) karena digunakan untuk menentukan titik atau garis batas suatu wilayah. Biasanya sungai atau selokan digunakan untuk mempermudah karena area tersebut adalah area “netral” yang artinya status kepemilikannya adalah tempat umum dan siapa saja dapat memanfaatkan sebagai mana mestinya.


Elemen Citra Kota  District (distrik) Elemen distrik pada wilayah studi ini hanya berupa bangunanbangunan permukiman penduduk yang saling berjajar dan berdempetan satu sama lain. Karena bentuk serta struktur bangunannya hampir mirip satu sama lain, sehingga dapat terlihat dari sisi luar dan mudah dikenali oleh siapapun.

Sangat terlihat jelas bahwa ukuran rumah yang rata-rata hampir sama kemudian letak serta jarak antar rumah sangat berdempetan tidak ada sekat antar tetangga sehingga sangat rentan terhadap bahaya contohnya jika terjadi kebakaran maka api akan cepat menjalar ke rumah-rumah yang ada di sekitarnya.


Elemen perancangan kota L and Use (Tata Guna Lahan)

Pada wilayah studi yang berada di seberang

Sungai Es

Area Tambak

Sungai Banjir Kanal Timur, lebih tepatnya di Kampung Batursari sekitar aliran Kali Es dan diapit area tambak yang cukup luas. Penggunaan lahan didominasi oleh area permukiman sebagai aktivitas utama, selain itu aktivitas penunjangnya yaitu pemancingan, dan budidaya ternak pribadi. Karena letaknya yang cukup strategis di sekitar Sungai Banjir Kanal Timur, kawasan ini juga memiliki

Sungai Banjir Kanal Timur

potensi dalam bidang perdagangan dan jasa. Berdasarkan RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031, wilayah ini memiliki peruntukan lahan sebagai lahan permukiman dan letaknya berada di sempadan Sungai Es dan seberang Sungai Banjir Kanal Timur. Sehigga perencanaan tata guna lahan akan menyesuaikan kriteria penggunaan lahan kawasan permukiman sekitar sempadan sungai yang ada.

Permukiman Padat Penduduk

Lahan Kosong


Elemen perancangan kota B

Bangunan Non Permanen

uilding form and Massing (Bentuk dan Massa Bangunan) Ketinggian bangunan pada kawasan perancangan

Bangunan Dua Lantai

Kampung Batursari tidak melebihi 2 laintai, rata-rata

Area Tambak

bangunan yang ada bersifat semi permanen 1 lantai dengan bentuk bangunan panggung (tidak menempel langsung dengan tanah. Hal ini dikarenakan daya dukung lingkungan setempat yang memiliki jenis tanah tidak stabil

untuk membangun bangunan dengan massa berat. Rancangan

yang

tepat

untuk

elemen

pembangunan ditunjukkan secara horizontal

ini

yaitu dengan

ketinggian maksimal bangunan 2 lantai serta konsep

Sempadan Sungai Es

dan berada di tepi tambak sehingga tiidak memungkinkan

bangunan eco green dan panggung untuk meminimalisir terjadinya banjir saat hujan atau rob terjadi, fasilitas pendukung berupa taman dan pemancingan.

pembangunan akan diarahkan 5 meter dari sungai di depan dan 5 meter dari tambak di belakang, samping kanan dan kiri. Ketinggian bangunan maksimal 6-8 meter dengan KDB 70% untuk menjaga area tambak dan sempadan sungai yang ada

Bangunan Semi Permanen

Bangunan Permanen

Bangunan Satu Lantai

Perencanaan lanjutan yang dapat dilakukan yaitu


Elemen perancangan kota C

Jalan Tikus

irculation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)

Sempadan Sungai Es

Sirkulasi yang ada pada lingkungan Kampung Batursari

Area Tambak

cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan

mudahnya aksesibilitas yang mudah akan tetapi pada

Jalan Buntu

beberapa gang terlalu sempit dan tidak layak untuk dilewati karena jalan rusak, tergenang air dan sebagainya. Sedangkan untuk lahan parkir beberapa bangunan memiliki tempat parkir, namun masih banyak yang parkir di jalan sehingga jalan yang sudah sempit bertambah sempit akibat tidak adanya area pakir. Berdasarkan analisis diatas, maka sirkulasi yang ada pada Kampung Batursari perlu ditingkatkan lagi karena pada wilayah tersebut didominasi oleh ganggang buntu sehingga ruang gerak masyarakat terbatas, perlu juga disediakan parkir khusus pada tiap-tiap bangunan atau dilakukan perencanaan khusus

lahan

parkir sebagai solusi agar para

Area Tambak

jalan sehingga jalan dapat berfungsi dengan optimal. Note : Titik Biru = jaringan jalan Titik Jingga = area tambak Garis Biru = sempadan sungai Polygon Hijau = permukiman Polygon Biru = Banjir Kanal Timur

Akses Sungai Banjir Kanal Timur

pemancing dan penduduk sekitar tidak parkir di bahu


Elemen perancangan O kota

Area Tambak

pen Space (Ruang Terbuka Hijau)

Ruang terbuka yang ada di Kampung Batursari

masih berupa lahan kosong yang tidak ditanami tumbuhan, pada area timur dan barat dipenuhi oleh area tambak, sehingga jarang ditemukan tumbuhan

Sempadan Sungai Es

peneduh. Pada sisi depan di bantaran Sungai Es pun belum ada tumbuhan/pepohonan hijau karena masih dalam proses normalisasi Sungai Es. Dimana luas sampai 10 meter terhitung dari sempadan Sungai Es sehingga lebih dari ¾ bangunan sebelumnya berada di sempadan

sungai Perancangan yang akan diterapkan untuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH) pasif dengan penanaman tumbuhan di sekitar Sungai Es serta di area lahan

Sungai Banjir Kanal Timur

Kampung Batursari ini telah mundur lebih dari 5 meter

kosong yang ada, selain itu disediakan tanamantanaman yang tumbuh di dalam pot dan disebarkan ke seluruh gang yang ada di Kampung Batursari, pot-pot tersebut ditata secara vertikal dengan pot yang digunakan dari limbah plastik bekas air minum kemasan, galon ataupun kemasan minyak. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan dan membuat Kampung Batursari lebih teduh dan tertata rapi.

Area Rencana Taman

Area Lahan Kosong


Elemen perancangan kota P Pada wilayah perancangan Kampung Batursari edestrian Way (Area Pedestrian)

tidak terdapat jalur pedestrian, luas jalanannya pun

Lebar jalan lebih dari 3 meter

tidak lebih dari 4 meter, tidak sering jalan yang ada

Area sempadan sungai

juga penuh oleh motor yang terparkir pada kanan dan kiri, sehingga pejalan kaki harus beriringan dengan pengguna kendaraan bermotor dan itu berbahaya, kecil. Oleh karena itu, perancangan yang dilakukan akan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dengan cara membuatkan jalur yang terpisah dengan begitu pejalan kaki akan lebih merasa aman ketika berjalan kaki di Kampung Batursari.

Lebar jalan kurang dari 3 meter

apalagi di Kampung Batursari terdapat banyak anak

Jalan utama sempadan Sungai Banjir Kanal Timur

Area Tambak


Elemen perancangan kota A ctivity Support (Kegiatan Pendukung) Kegiatan pendukung yang ada wilayah

Peternakan

Isi Ulang Galon

Pemancingan

perancangan Kampung Batursari adalah perdagangan dan jasa, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya area tambak yang dimanfaatkan oleh pemiliknya sebagai kolam pemancingan ikan sehingga orang disekitar banyak yang berjualan alat dan perlengkapan untuk memancing, selain itu juga terdapat usaha dibidang melayani jasa perbaikan motor, toko kelontong, isi ulang air galon maupun usaha dalam bidang penadah

Bengkel

Rencana Taman Publik

jasa diantaranya : bengkel motor yang cukup ramai

rongsokan. Kegiatan tersebut menunjang terciptanya interaksi antara pengguna kawasan, yaitu warga yang bermukim di Kampung Batursari dengan pengunjung pemancingan, penunjang kegiatan permukiman lain akan dilakukan pengadaan taman sebagai ruang

Toko Alat Pemancingan

terbuka publik, dimana dengan adanya pengadaan taman diharapkan wilayah Kampung Batursari dapat

Toko kelontong

lebih hijau serta memperkuat penggunaan ruang terbuka public dan interaksi antar masyarakat lebih terbangun.

Penadah Rongsokan


ignage (Penanda)

Untuk papan penanda di Kawasan Kampung

Safety Convex Mirror

Elemen perancangan kota S Papan Pemancingan

Batursari belum direncanakan dengan baik, karena 3 gang yang ada buntu namun tidak ada penunjuk jalan kalau gang tersebut buntu, selain itu pada tiap tikungan gang sudah dipasang safety convex mirror yang berfungsi agar pengguna jalan dapat melihat blind spot. Beberapa papan penanda pemancingan letaknya kurang memperhatikan estetika dimana papan penanda tersebut terletak dibalik pohon sehingga pengunjung tidak melihat dengan jelas papan penanda

tersebut. Oleh karenanya perencanaan yang akan dilakukan

penataan papan dengan memperhatikan estetika, selain itu

Safety Convex Mirror

penambahan papan penanda uga akan dilakukan agar pengunjung lebih mudah untuk mengetahui kondisi wilayah di Kampung Batursari atau jika ingin berkunjung di pemancingan tidak tertukar antara pemancingan ikan

Penunjuk Gang Buntu

bandeng dan pemancingan ikan bawal, untuk pemasangan safety convex mirror akan diperbarui mengingat ada beberapa yang sudah tidak layak pakai karena kacanya sudah buram dan menguning.

Spanduk penjual


Elemen perancangan kota P reservation (Konservasi) Preservasi yang akan dilakukan untuk melindungi

kawasan sempadan sungai dan kawasan tambak yaitu dengan pengendalian sungai sebagai upaya pencegahan

Peninggian Jalan

Pembangunan Pembatas

serta penanggulangan terjadinya kerusakan lingkungan yang

disebabkan

oleh

luapan

air

sungai, erosi,

sendimentasi. Selain itu untuk mencegah tersusutnya permukiman warga akibat meuasnya area tambak perlu dilakukan upaya peninggian jalan dan pemberian batas antara permukiman padat penduduk dengan tambak. Hal lain yang akan dilakukan yaitu dengan larangan mendirikan bangunan pada sempadan sungai, larangan pembuangan sampah di sungai, serta larangan kegiatan yang dapat menghambat intensitas dan arah aliran air sungai. Langkah preservasi selanjutnya yaitu dengan peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di wilayah Kampung Batursari guna menjaga fungsi dan kelestarian lingkungan sekitar sempadan sungai dan tambak.

Taman Terbuka Publik

Pembangunan Pembatas


Konsep Desain GREEN COMMUNITY

Apa itu Green Community ? Green Community merupakan salah satu bentuk konsep elemen pengembangan kota hijau yang berfokuskan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengenalan, pengertian dan pemahaman tentang masyarakat atau komunitas hijau yang merujuk pada kota hijau yang cerdas (green smart city).

Siapa saja pelakunya ? Pembentukan ‘green community’ dimulai dari gagasan, konsep dan strategi pencapaian, penyusunan program aksi hingga pembentukan kelompok-kelompok ‘green community’ , berkumpul dan diskusi baik tokoh-tokoh masyarakat setempat, aparat Pemerintahan Lokal (tingkat RT, RW dan Kelurahan), pakar atau akademisi terkait perumahan, permukiman dan perkotaan, serta perwakilan dari anggota masyarakat setempat.


Tugas Besar Perancangan Kota PWK17532P

BAB V RANCANGAN KAWASAN KUMUH SAWAH BESAR Siteplan (2D), UDGL (Urban Design Guidelines), Rancangan 3D


Siteplan 2D Keterangan :

: Ruko : Rumah : RTH : Lapangan : Panti Asuhan : Gedung Parkir : Masjid : Sekolahan : Klinik


Rancangan 3D

Hasil rancangan pada pada area kawasan seluas 4,40 Ha yang ada di kelurahan Sawah Besar. Dengan sedikit melakukan perubahan pada penataan zona permukiman, kemudian memperlebar jaringan jalan, serta menambah area RTH dan taman.


Urban Design Guidelines






Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Semarang 2021


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.