2019 Disusun Oleh Tim Kimia Analitik Budhi Oktavia, Desy Kurniawati, Annisa Dewi Pangestuti, Mawardi, Indang Dewata, Edi Nasra, Alizar, Hary Sanjaya
[PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2]
JURUSAN KIMIA, FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNIVERSITAS NEGERI PADANG
DATA PRAKTIKAN
Pas Foto 3x4
Nama
:
NIM
:
Hari / Jam Praktikum
:
Kelompok
:
Prodi
:
No HP
:
Nama Dosen
: 1. 2.
Nama Asisten
: 1. 2.
Padang, ………………………., 20…. Praktikan,
(………………………………………) NIM.
Praktikum Kimia Analitik-2
1
KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya, maka Modul Praktikum Kimia Analitik 2 berhasil disusun sebaik mungkin. Modul ini disusun berdasarkan kebutuhan percobaan-percobaan Kimia Analitik 2 dan adanya penyempurnaan kurikulum Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang Praktikum Kimia Analitik 2 ini merupakan bagian dari mata kuliah Kimia Analitik 2 yang berisi tentang perubahan fasa dan pemisahan kimia. Analisa perubahan fasa dapat digunakan untuk analisa kualitatif suatu senyawa berdasarkan titik beku dan titik leleh. Pemisahan kimia dilakukan dengan cara destilasi, sokletasi dan ekstraksi pelarut. Pemisahan lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kromatografi, yang mana pada modul ini akan diberikan beberapa objek praktikum untuk kromatografi. Agar tujuan praktikum ini tercapai ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan yang melakukan percobaan, antara lain: 1. Membaca dan mendiskusikan bahan yang akan dipraktikumkan terlebih dahulu dan kemudian membuat jurnal setiap percobaan. 2. Mengamati dengan teliti setiap hal yang ditemukan selama melakukan percobaan, mencatat dalam buku jurnal dan menanda tanganinya kepada pembimbing atau asisten yang bertugas setiap selesai percobaan. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak dalam penyusunan modul praktikum kimia analitik 2 ini. Demi kesempurnaan modul ini ke depannya, kritik dan saran yang membangun kami terima dengan senang hati.
Tim Kimia Analitik
Praktikum Kimia Analitik-2
2
DAFTAR ISI DATA PRAKTIKAN ....................................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3 TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................................................................................... 4 PERCOBAAN 1 : PENENTUAN TITIK BEKU DAN TITIK LELEH....................................................... 7 PERCOBAAN 2 : PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN TEKNIK DESTILASI DESERHANA ............. 12 PERCOBAAN 3 : PENENTUAN KANDUNGAN MINYAK SAMPEL ALAM DENGAN TEKNIK SOKLETASI ................................................................................................................................ 16 PERCOBAAN 4 : PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI .............................................................. 22 PERCOBAAN 5 : PENENTUAN KONSENTRASI NIKEL DENGAN DMG SECARA EKSTRAKSI PELARUT ................................................................................................................................... 27 PERCOBAAN 6 : PENGARUH PH TERHADAP EKSTRAKSI PELARUT ........................................... 31 PERCOBAAN 7 : KROMATOGRAFI KERTAS ............................................................................... 35 PERCOBAAN 8 : KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS (KLT) ............................................................ 39 PERCOBAAN 9 : KROMATOGRAFI KOLOM ............................................................................... 43 PERCOBAAN 10 : KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ....................................................... 47 PUSTAKA .................................................................................................................................. 50
Praktikum Kimia Analitik-2
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM Setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum Kimia Analitik harus menaati semua peraturan yang berlaku di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang.
A. Kehadiran 1. Mahasiswa harus datang tepat waktu 2. Mahasiswa yang terlambat 10 menit tanpa alasan yang sah dianggap absen dan tidak diizinkan melakukan praktikum. 3. Mahasiswa yang tidak mengisi daftar hadir dianggap tidak melakukan praktikum 4. Jika berhalangan hadir karena sakit atau sebab lain, harus segera melaporkan kepada asisten / dosen dengan membawa surat keterangan. B. Tugas Sebelum Praktikum 1. Praktikan akan diberikan pengarahan sebelum melakukan percobaan dan harus memiliki Modul Praktikum. 2. Mahasiswa harus melengkapi pengetahuan yang mendasari percobaan tersebut dari bahan kuliah dan buku-buku sumber. 3. Mahasiswa harus menyediakan buku catatan praktikum yang disebut dengan Buku Jurnal Praktikum. Susunan isi jurnal tersebut adalah sebagai berikut: a. Judul Praktikum b. Tujuan Praktikum c. Dasar Teori d. Prosedur kerja dalam bentuk diagram e. Perhitungan (jika ada) f.
Tabel Pengamatan
4. Mahasiswa harus menjawab pertanyaan dalam tugas pendahuluan yang terdapat dalam penuntun Praktikum (pada lembar tersendiri). Tugas ini diserahkan pada asisten/dosen yang bertugas sebelum praktikum dimulai. Bila hal tersebut tidak dilaksanakan, mahasiswa tidak dibenarkan untuk melaksanakan praktikum.
Praktikum Kimia Analitik-2
4
C. Pelaksanaan Praktikum 1. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian tertulis tentang praktikum yang akan dilakukan selama lebih kurang 15 menit. 2. Asisten akan membantu praktikum jika terdapat kesulitan dalam memahami hal yang akan dipraktikumkan. 3. Semua data pengamatan dicatat dalam buku jurnal praktikumnya pada asisten. Asisten memeriksa data yang diperoleh dan memberi paraf. D. Keamanan dan Kebersihan 1. Mahasiswa diharuskan memakai jas laboratorium selama praktikum 2. Mahasiswa yang berambut panjang harus mengikat rambutnya 3. Mahasiswa tidak diperkenankan merokok, makan dan minum dalam laboratorium 4. Selama praktikum mahasiswa tidak diperkenankan memakai topi dan sandal 5. Mahasiswa harus membawa sabun dan lap sendiri, dan memelihara kebersihan laboratorium (meja praktikum, bak cuci dan lantai) 6. Mahasiswa harus hemat menggunakan zat-zat kimia dan air. Sisa pelarut organik harus dikumpulkan dalam botol yang sudah disediakan (jangan dibuang ke dalam bak cuci) 7. Sampah kertas dan benda keras (pecahan gelas, batu didih dan benda keras lainnya) harus dibuang pada tempat yang telah disediakan 8. Laporkan setiap kecelakaan bagaimanapun kecilnya pada asisten/pemimpin praktikum 9. Alat dan zat yang digunakan bersama jangan dibawa ke meja (tempat sendiri) 10. Alat-alat yang telah digunakan dikembalikan dalam keadaan bersih
E. Laporan Praktikum 1. Laporan setiap percobaan yang harus ditulis pada kertas kuarto jenis HVS polos. 2. Susunan laporan praktikum adalah sebagai berikut: a. Tujuan Percobaan b. Teori Teori yang dikemukakan tidak hanya terdapat dalam penuntun praktikum saja tetapi harus ditambah dan dilengkapi c. Alat dan Bahan yang digunakan Praktikum Kimia Analitik-2
5
d. Cara kerja secara singkat dan boleh dalam bentuk diagram e. Data Pengamatan f.
Pembahasan, yaitu hubungkan data yang diperoleh dengan teori yang anda tulis
g. Kesimpulan h. Jawaban Pertanyaan i.
Daftar Pustaka
3. Pada cover laporan harus dicantumkan: a. Judul Praktikum b. Nama, NIM, Jurusan c. Tanggal Percobaan d. Nama Asisten yang membimbing praktikan 4. Laporan setelah diserahkan pada asisten atau dosen, seminggu setelah percobaan selesai
F. Penggantian Peralatan Mahasiswa harus mengganti peralatan yang rusak/pecah (baik disengaja atau tidak) dengan jenis alat yang sama dan menunjukkan kwitansi pembelian tersebut. TIDAK DIPERKENANKAN MENGGUNAKAN KOMPUTER UNTUK MEMBUAT LAPORAN
Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang
Praktikum Kimia Analitik-2
6
PERCOBAAN 1 : PENENTUAN TITIK BEKU DAN TITIK LELEH I.
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : a. untuk memahami prinsip dasar penentuan titik beku dan titik leleh, b. untuk menentukan titik beku dan titik leleh beberapa senyawa kimia II.
Teori Dasar Pelajaran mengenai analisis kimia dimulai dengan salah satu pengamatan paling awal,
substansi meleleh dan mendidih pada suhu tertentu, dan dengan demikian mengubah bentuk dari padatan ke cair, atau dari cair ke gas, atau sebaliknya. Transisi antara keadaan materi ini, atau fasa, menyediakan informasi yang membantu mengidentifikasi zat dan menentukan kemurniannya. Perubahan fasa yang diwakili di bawah ini dapat terjadi dengan senyawa atau elemen murni tunggal, atau campuran dua atau lebih zat. GAS
n ti o sa en n nd io co at riz po
at
ion
n co
at ns de
n io
va
im bl su
melting freezing SOLID
LIQUID
Gambar 1. Perubahan fasa untuk air Pada saat mendidih penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan saja, tetapi di seluruh bagian zat cair. Di dalam zat cair terdiri atas partikel-partikel zat cair. Partikelpartikel zat cair ini dapat bergerak mengelilingi satu dengan yang lain. Partikel-partikel ini dapat bergerak bebas, karena jarak antar partikel sedikit berjauhan. Jika zat cair dipanaskan, maka partikel-partikel akan bergerak semakin cepat, dan ini menyebabkan Praktikum Kimia Analitik-2
7
ikatan antar partikel menjadi lemah sehingga beberapa partikel akan melepaskan diri dari partikel lain dan berubah menjadi uap. Namun sebelum zat cair berubah menjadi uap, akan terjadi kesetimbangan antara fase cair ke uap dan sebaliknya fase uap ke cair. Pada saat terjadinya perubahan fase cair menjadi uap disebut mendidih. Titik didih merupakan suhu saat terjadinya kesetimbangan tekanan antara zat cair dan uap. Tiap zat mempunyai titik didih yang berbeda-beda tergantung dari sifat-sifat itu sendiri. Perubahan wujud benda dari benda padat menjadi benda cair disebut meleleh (melebur) atau mencair. Titik Ieleh adalah suhu saat berubahnya wujud dari padat menjadi cair. Seperti halnya titik didih, titik Ieleh untuk setiap benda berbeda-beda. Perubahan wujud dari cair ke padat tersebut dinamakan membeku. Titik beku adalah suhu ketika terjadinya perubahan dari cair ke padat. Titik beku ini akan berubah jika dua zat dicampur, contoh penambahan garam pada air akan menurunkan titik beku air. Titik leleh sering ditentukan dalam peralatan yang sangat sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 2. Sampel yang terkandung dalam kapiler berdinding tipis, dan termometer harus dalam jarak dekat dan dipanaskan pada kecepatan tidak melebihi 1o per menit saat mendekati titik lebur.
Gambar 2. Alat sederhana penentuan titik leleh
Praktikum Kimia Analitik-2
8
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Hotplate/magnetik stirer
4. Gelas Piala 1 L
2. Termometer
5. Gelas Piala 50 mL
3. Pipet kapiler B. Bahan 1. Minyak goreng 2. Mentega 3. Batu es IV.
Prosedur Kerja A. Penentuan Titik Beku 1. Siapkan gelas piala 1L yang telah diisi dengan batu es, cek suhu dengan termometer hingga diperoleh suhu sekitar 1-30C. 2. Masukkan minyak goreng sebanyak 25 ml ke dalam gelas piala 50 ml. 3. Masukkan gelas piala berisi sampel ke dalam gelas piala 1 L kemudian diaduk dengan menggunakan termometer. 4. Lanjutkan pengadukan sampai termometer yang tercelup dalam sampel tidak terlihat lagi jika dilihat dari samping (bagian luar gelas piala), kemudian dicatat suhunya B. Penentuan Titik Leleh 1. Panaskan sedikit mentega dalam gelas piala di atas hotplate hingga mencair 2. Celupkan pipet kapiler ke dalam mentega cair tersebut sekitar 0,5 cm, kemudian angkat piper kapiler tersebut dan didinginkan sehingga mentega membeku lagi (dapat didinginkan dalam kulkas / pakai es) 3. Pipet kapiler yang sudah berisi sampel mentega dan termometer kemudian diikat pakai gelang karet.
Praktikum Kimia Analitik-2
9
4. Selanjutnya seperti pada gambar 2, sampel dengan termometer dicelupkan ke dalam gelas piala yang dipanaskan sambil diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer 5. Amati sampel mentega dalam pipet kapiler sampai sampel tersebut mencair. Pada saat mencair maka sampelnya akan naik pada kapiler, catat suhunya.
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik beku, titik leleh dan titik didih ! 2. Menurut anda bagaimanakah titik leleh suatu senyawa murni, apakah “tajam� atau tidak? 3. Untuk apa perlu dilakukan penentuan titik beku, titi leleh dan titik didih? 4. Gambarkanlah peralatan untuk penentuan titik beku 5. Tuliskanlah berapa titik beku dan titik didih untuk zat kimia, minimal 4 contoh zat !
Praktikum Kimia Analitik-2
10
LEMBAR PENGAMATAN A. Penentuan Titik Beku Suhu gelas piala berisi es
:
Nama sampel
:
Volume sampel
:
Titik beku sampel 1
:
Titik beku sampel 2
:
Rata-rata titik beku
:
B. Penentuan Titik Leleh Suhu gelas piala
:
Nama sampel
:
Tinggi sampel pada kapiler
:
Titik leleh sampel 1
:
Titik leleh sampel 2
:
Rata-rata titik leleh
:
Praktikum Kimia Analitik-2
11
PERCOBAAN 2 : PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN TEKNIK DESTILASI DESERHANA I.
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : a. untuk mengetahui prinsip dasar proses destilasi secara sederhana, b. untuk memisahkan dua zat cair yang mempunyai titik didih yang berbeda II.
Teori Dasar Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali dalam wujud cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap. Dalam ilmu kimia ada beberapa metode destilasi yaitu destilasi sederhana, destilasi bertingkat, destilasi uap, dan destilasi vakum. Sebagai contoh suatu campuran terdiri dari dua komponen yaitu komponen A dan komponen B. Molekul senyawa A menghasilkan tekanan uap PA dan molekul senyawa B menghasilkan tekanan uap PB, yang menurut hukum Rault dapat ditulis dengan : PA = XA . P0A dan PB = XB . P0B
Praktikum Kimia Analitik-2
12
Jika larutan ini didihkan, maka akan diikuti dengan perubahan komposisi, baik fasa larutan maupun komposisi fasa uap.Apabila komponen A merupakan komponen yang lebih mudah menguap, maka P0A > P0B dan YA/YB ( YA dan YB masingmasing fraksi mol komponen A dan B dalam fasa uap) harus lebih besar daripada XA/XB (fraksi mol komponen A dan B dalam fasa cair). III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Labu Destilasi
6. Pemanas
2. Pendingin
7. Standar
3. Termometer
8. Erlenmeyer
4. Penyumbat
9. Gelas Ukur
5. Piknometer
10. Gelas Piala
B. Bahan 1. Spritus 2. Aquades 3. CuSO4 anhidrat IV.
Prosedur Kerja 1. Pasanglah alat destilasi. Dalam pemasangan ini jangan biarkan alat gelas berkontak langsung dengan besi. Gunakan penyekat karet. 2. Masukkan batu didih ke dalam labu destilasi 3. Menuangkan 50 mL campuran yang akan dipisahkan 4. Menyambungkan alat pendingin dan panaskan secara perlahan-lahan dn amati perubahannya 5. Saat tetesan pertama jatuh di penampung destilat, catat suhunya. Hentikan destilasi dan tukar penampung destilat setiap erjadi kenaikan suhu secara signifikan sehingga didapatkan beberapa fraksi 6. Untuk mengetahui adanya kandungan air dalam destilat gunakan CuSO4 anhidrat Praktikum Kimia Analitik-2
13
7. Tentukan % v/v dari destilat yang dihasilkan V.
Pertanyaan 1. Jelaskan prinsip kerja destilasi ! 2. Jelaskan jenis-jenis destilasi beserta gambarnya masing-masing ! 3. Apa fungsi memasukkan batu didih ? Tuliskan syarat batu didih yang akan digunakan ! 4. Apa yang dimaksud dengan titik didih ? 5. Tuliskan minimal 4 contoh penggunaan destilasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia industri
Praktikum Kimia Analitik-2
14
LEMBAR PENGAMATAN Volume campuran yang digunakan
:
Volume destilat yang didapat
:
Volume residu
:
Titik didih destilat
:
v/v destilat
:
Praktikum Kimia Analitik-2
15
PERCOBAAN 3 : PENENTUAN KANDUNGAN MINYAK SAMPEL ALAM DENGAN TEKNIK SOKLETASI I. Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : a. mempelajari dan mengamati proses ekstraksi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metode sokletasi, b. menghitung rendemen II. Teori Dasar Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu komponen berdasarkan perbedaan kelarutannya. Tujuan dari ekstraksi ini adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Berdasarkan jenisnya ekstraksi dibagi menjadi 2 yaitu ; c. Ekstraksi dingin Ekstraksi dingin adalah metode ekstraksi yang tidak memanfaatkan energi panas dalam proses penyaringan. Beberapa metode ekstraksi dingin yaitu maserasi dan perkolasi. d. Ekstraksi panas Ekstraksi panas adalah metode ekstraksi yang melibatkan energi panas dalam proses penyaringan. Beberapa metode ekstraksi panas yaitu refluk dan sokletasi. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang- ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti benzen dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Praktikum Kimia Analitik-2
16
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sampel sedangkan dihaluskan adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar. Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali adalah zat yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik hidrokarbon dan untuk senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan yang berulang ulang pada proses sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir pada bahan yang di ekstraksi. Sampel pelarut yang digunakan bening atau tidak berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi hanya pengulangan, sistematis dan pemisahan dengan menggunakan labu untuk ekstraksi sederhana tetapi lebih merupakan metoda yang spesial, dan alat yang digunakan lebih kompleks.
Gambar 3. Alat Sokletasi Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi: 1. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol; 2. Titik didih pelarut rendah; 3. Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan; Praktikum Kimia Analitik-2
17
4. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan; dan 5. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar) III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Alat sokletasi 2. Test tube 3. Corong 4. Gelas piala 5. Erlenmeyer B. Bahan 1. Sampel : biji pala, cengkeh, biji sawit 2. Pelarut : Heksan
IV.
Prosedur Kerja 1. Bersihkan soklet, masukkan 3 butir batu didih dan keringkan, timbang, catat berat labu + batu didih. 2. Siapkan contoh dari biji sampel. Biji sampel digiling halus. 3. Buat selongsong (timbel) dari kertas saring, ukurannya disesuaikan dengan besarnya tabung soklet. Timbang berat selongsong kosong. 4. Isi selongsong dari kertas saring dengan contoh. Timbang berat selongsong + contoh. Berat contoh saja dapat dihitung. 5. Masukkan selongsong yang berisi contoh kedalam tabung soklet. 6. Sambungkan tabung soklet yang berisi contoh dengan labu soklet, jangan lupa mengolesi bagian ujung yang disambungkan dengan vaselin, untuk memudahkan waktu membukanya nanti. 7. Berdirikan labu pada mantel pemanas, dan tabung soklet yang tersambung pada labu di klem kan pada standar, posisinya harus berdiri tegak lurus. 8. Masukkan pelarut n-heksana dari mulut tabung soklet, sampai terisi penuh. Setelah penuh, pelarut dengan sendirinya akan turun ke labu soklet. 9. Pasangkan pendingin pada mulut tabung soklet. Jangan lupa mengolesi bagian yang disambung dengan vaselin. 10. Alirkan air pendingin dari kran, periksa kalau ada kebocoran, kalau ada, harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan. Praktikum Kimia Analitik-2
18
11. Hidupkan mantel pemanas, dan proses sokletasi dimulai. 12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh. Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak dari jaringan biji sampel. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah melarutkan minyak, maka dengan sendirnya pelarut akan turun ke labu. Di labu pelarut kembali menguap dan meninggalkan minyak. Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun kedalam tabung soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan minyak yang masih tersisa dalam biji sampel. Setelah penuh kembali turun kelabu sambil membawa minyak. Sirkulasi terus terjadi selama proses, sehingga akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n heksana. 13. Bila proses dipandang telah siap, maka mantel pemanas dimatikan. Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari dalam tabung soklet, diremas, sehingga kering pelarut, pelarut hasil remasan dimasukkan kedalam tabung soklet. 14. setelah contoh dikeluarkan, unit alat dipasangkan kembali, dan mantel pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut. Amati dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat dimatikan, dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan dalam botol tersendiri. Kalau terlambat, tabung sempat penuh, maka semua pelarut akan turun ke labu dibagian bawah, sedangkan sekarang kita pada tahap pengambilan pelarut. 15. bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni minyak dalam labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan, dan alat dilepas menjadi bagian–bagiannya. 16. minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan cara memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut. Diovenkan selama 15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang. 17. pekerjaan seperti nno. 16 dilakukan beberapa kali, sampai didapat berat tetap. 18. berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam biji sampel juga dapat dihitung. 19. minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.
Praktikum Kimia Analitik-2
19
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan prinsip kerja sokletasi ! 2. Jelaskan jenis-jenis ekstraksi ! 3. Apa syarat pelarut yang digunakan pada sokletasi ! 4. Bagaimana menghentikan proses sokletasi ? 5. Bagaimana menghitung rendemen minyak pada sampel sokletasi ?
Praktikum Kimia Analitik-2
20
LEMBAR PENGAMATAN Pelarut yang digunakan
:
Nama sampel
:
Berat sampel
:
Berat labu
:
Berat labu + minyak
:
Berat minyak
:
Rendemen minyak
:
Praktikum Kimia Analitik-2
21
PERCOBAAN 4 : PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : 1. Praktikan mampu memahami prinsip kerja ekstraksi pelarut dan terampil melakukan ekstraksi pelarut 2. Praktikan mampu menentukan koefisien distribusi dengan teknik ekstraksi pelarut
II.
Teori Dasar Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik dan paling popular. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun dalam tingkat mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kedua pelarut ini memiliki daya melarutkan zat yang berbeda. Sebagai contoh Iod. Iod sedikit larut dalam air tetapi Iod lebih mudah larut dalam CCl4 atau CHCl3. Kelarutan Iod dalam air dan dalam CCl4 atau CHCl3 tidak sama. Dengan demikian kita dapat mengekstrak Iod dalam larutan air menggunakan CCl4 atau CHCl3.Pelarut yang baik untuk ekstraksi harus memiliki daya melarutkan zat terlarut lebih besar daripada pelarut semula. Maka percobaan ini dapat membuktikan apakah kelarutan Iod lebih besar dalam CCl4 atau CHCl3 daripada dalam air. Dalam suatu ekstraksi diketahui angka banding distribusi (D) yang dapat didefenisikan sebagai berikut : D=
Konsentrasi Iod zat terlarut dalam fasa organik Konsentrasi Iod zat terlarut dalam fasa air
Kesempurnaan ekstraksi dapat dinyatakan dengan persen ekstraksi (%E). Hubungan %E dan D dinyatakan dengan persamaan % E = 100
đ??ˇ đ??ˇ+
đ?‘‰đ?‘Ž đ?‘‰đ?‘?
Va = Volume fasa cair Vb = Volume fasa organik
Praktikum Kimia Analitik-2
22
Biasanya dengan satu kali ekstraksi tidak cukup. Kemudian sisa ekstraksi diekstraksi lagi dengan pelarut yang baru. Jika ekstraksi dilakukan sebanyak n kali, maka %E= III.
Ă— 100%
Alat dan Bahan A. Alat 1. Corong pisah
6. Erlenmeyer
2. Buret
7. Ring klem
3. Statif dan klem
8. Botol semprot
4. Pipet gondok 25 mL
9. Gelas Ukur 50 mL
5. Pipet gondok 10 mL
10. Corong
B. Bahan 1. I2 dalam KI 0,02 M 2. Aquades 3. CCl4 4. Na2S2O3 0,1 M 5. Indikator kanji 1 %
IV.
Prosedur Kerja A. Menentukan konsentrasi Iod mula-mula 1. Pipet 5 mL larutan induk Iod kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer 2. Menambahkan 25 mL aquades kemudian dititrasi dengan larutan standar tiosulfat 0,1 M sampai akan mencapai titik akhir titrasi 3. Menambahkan indicator kanji sehingga larutan menjadi biru, kemudian melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang B. Ekstraksi Pelarut dengan 1 kali pencucian 1. Memasukkan 12,5 mL larutan induk I2 ke dalam corong pisah
Praktikum Kimia Analitik-2
23
2. Menambahkan 25 mL CCl4 kedalamnya 3. Kocok beberapa menit, kemudian biarkan sampai terjadi dua lapisan 4. Memasukkan 5 mL lapisan airnya kedalam Erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan standar tiosulfat 0,1 M sampai akan mencapai titik akhir 5. Menambahkan indikator kanji sehingga larutan menjadi biru kemudian melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang 6. Hitung harga KD dan %E C. Ekstraksi Pelarut dengan 2 kali pencucian 1. Memasukkan 12,5 mL larutan induk I2 ke dalam corong pisah 2. Menambahkan 12,5 mL CCl4 ke dalamnya 3. Kocok beberapa menit kemudian biarkan sampai terjadi 2 lapisan 4. Memisahkan lapisan organik dengan lapisan airnya (lapisan air tetap berada dalam corong pisah ), kemudian tambahkan lagi 12,5 mL CCl4 ke dalam corong pisah tadi 5. Kocok beberapa menit, kemudian biarkan sampai terjadi 2 lapisan. Pisahkan lapisan organik dengan lapisan airnya. 6. Memasukkan 5 mL lapisan airnya ke dalam Erlenmeyer, kemudian dititrasi dengan larutan standar tiosulfat 0,1 M sampai akan mencapai titik akhir 7. Menambahkan indikator kanji sehingga larutan menjadi biru kemudian lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang 8. Hitung harga KD dan %E. 9. Bandingkan efisiensi pemisahan antara 1 kali pencucian dengan 2 kali pencucian
Praktikum Kimia Analitik-2
24
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan prinsip kerja pemisahan secara ekstraksi pelarut ! 2. Jelaskan mekanisme ekstraksi Iod ! 3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi tiosulfat ! 4. Jelaskan perbedaan koefisien distribusi (Kd) dengan angka banding distribusi (D) ! 5. Jelaskan syarat pemilihan pelarut dalam ekstraksi pelarut !
Praktikum Kimia Analitik-2
25
LEMBAR PENGAMATAN Penentuan Konsentrasi I2 awal Volume larutan I2
=
Volume tiosulfat yang dibutuhkan
=
Konsentrasi larutan I2
=
Penentuan Konsentrasi I2 dengan 1 kali pencucian Volume Larutan I2
=
Volume tiosulfat yang dibutuhkan
=
Konsentrasi larutan I2 dalam fasa air
=
Konsentrasi larutan I2 dalam fasa organik= Penentuan Konsentrasi I2 dengan 2 kali pencucian Volume larutan I2
=
Volume tiosulfat yang dibutuhkan
=
Konsentrasi larutan I2 dalam fasa air
=
Konsentrasi larutan I2 dalam fasa organik
=
Praktikum Kimia Analitik-2
26
PERCOBAAN 5 : PENENTUAN KONSENTRASI NIKEL DENGAN DMG SECARA EKSTRAKSI PELARUT I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah a. Praktikan dapat membuat kurva kalibrasi pada penentuan Nikel secara spektrofotometer b. Praktikan dapat menentukan konsentrasi Nikel dengan menggunakan kurva kalibrasi setelah dilakukan ekstraksi pelarut
II.
Teori Dasar Keberadaan logam dalam perairan dapat mencemari lingkungan sehingga
kandungannya dalam perairan tersebut harus ditentukan untuk mengetahui seberapa besar
dampaknya
terhadap
lingkungan
yang
nantinya
dicarikan
alternative
penanganannya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk penentuan ion logam dalam perairan secara sederhana adalah dengan metode spektrofotometri dimana cuplikan yang mengandung sampel dilewatkan
sinar monokromatis. Besarnya serapan cuplikan
terhadap sinar monokromatis tersebut dapat diketahui dari Adsorban atau %T, dimana harga A = -log T. Syarat pengukuran dengan spektrofotometri ini adalah larutan tersebut harus berwarna sehingga untuk menentukan konsentrasi ion dalam perairan, ion tersebut harus dikomplekskan dengan pengompleks spesifik dari logam tersebut yang akan memberikan warna tertentu. Nikel dapat membentuk kompleks dengan dimetilglioksim (DMG) dalam suasana sedikit basa, akan tetapi hanya sedikit larut dalam kloroform. Penentuan konsentrasi Nikel dengan DMG sebagai pengompleks bisa dilakukan dengan metode kalibrasi, dimana sederetan larutan standar Nikel dengan konsentrasi tertentu dikomplekskan dengan DMG kemudian diukur adsorbannya dan dibuatkan kurva kalibrasinya. Dari kurva tersebut maka konsentrasi Nikel dapat ditentukan dengan mengalirkan pada grafi atau menggunakan persamaannya.
Praktikum Kimia Analitik-2
27
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Corong pisah 250 mL
6. Pipet Gondok 10 mL
2. Statif
7. Spektronik 21
3. Corong
8. Erlenmeyer 250 mL
4. Gelas Ukur 25 mL
9. Ring klem
5. Buret B. Bahan
IV.
1. Kloroform
4.
Asam Sitrat
2. Aquades
5.
Ammonia
3. DMG 1 %
6.
NiSO4(NH4)2SO4.6H2O 200 ppm
Prosedur Kerja 1. Membuat larutan Nikel 200 ppm dari NiSO4(NH4)2SO4.6H2O 2. Membuat larutan standar 10, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm dari larutan Nikel 200 ppm 3. Mengambil 10 mL larutan standar Nikel dan sampel dan masukkan dalam gelas kimia. Kemudian tambahkan 90 mL air dan 5 gram asam sitrat. Lalu basakan larutan ini dengan ammonia sampai pH 7,5 4. Larutan ini kemudian dimasukkan ke dalalm corong pisah dan tambahkan 20 mL DMG 1 %. Kemudian tambahkan 12 mL kloroform setelah 1- 2 menit 5. Kocok dengan kuat dan biarkan beberapa menit sampai kedua lapisan terpisah dengan baik 6. Pisahkan lapisan kloroform yang berwarna merah dan masukkan ke dalam kuvet. Kemudian ukur adsorbannya 7. Buatkan kurva kalibrasinya dan tentukan konsentrasi Nikel dalam sampel
Praktikum Kimia Analitik-2
28
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan prinsip dasar pengukuran menggunakan spektrofotometri ! 2. Kenapa Ni harus dikomplekskan dengan DMG ? 3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar ?
Praktikum Kimia Analitik-2
29
LEMBAR PENGAMATAN No
Konsentrasi
%T
(X) 1
10 ppm
2
20 ppm
3
40 ppm
4
60 ppm
5
80 ppm
6
100 ppm ∑X=
Adsorban
XY
X2
∑ XY =
∑ X2 =
(Y)
∑Y=
Sampel
Persamaan regresi
:
Konsentrasi Nikel dalam sampel
:
Praktikum Kimia Analitik-2
30
PERCOBAAN 6 : PENGARUH PH TERHADAP EKSTRAKSI PELARUT I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh parameter
ekstraksi pada pemisahan ion logam dengan metode ekstraksi pelarut. II.
Teori Dasar Partisi suatu komponen antara dua cairan yang tidak saling bercampur dapat
memberikan berbagai kemungkinan yang atraktif pada suatu teknik pemisahan analitik. Meskipun demikian, metode ini umumnya tidak digunakan sebagai suatu teknik analisis namun seringkali sebagai salah satu tahapan yang penting dalam suatu prosedur analisis. Jika suatu solute terdistribusi antara dua cairan yang tidak saling bercampur, maka pada keadaan yang berkesetimbangan terdapat hubungan definit antara konsentrasi solute pada kedua cairan yang bersangkutan. Hubungan inilah yang dikenal sebagai hukum distribusi (Nerst, 1981). Kd =
[đ??´1] [đ??´2]
Dimana Kd = koefisien terdistribusi, [A1] = konsentrasi spesi A pada fasa 1, [A2] = konsentrasi spesi A pada fasa 2 Pemisahan berbagai ion logam dapat dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut yang terlebih dahulu membentuk spesi netral. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah melalui pembentukan senyawa kompleks atau senyawa kelat logam dengan pereaksi organik yang berperan sebagai ligan. Pada percobaan ini, ion logam dengan difeniltiokarbazida atau ditizon akan membentuk senyawa kompleks netral sehingga dapat terekstraksi dari fasa air ke fasa organik. Mn+ + nHDz ↔ M(Dz)n + nH+
dimana HDz = ditizon
Besaran Kd dalam hal ini tidak dapat digunakan karena terdapat perbedaan molekuler antara spesi awal dan spesi yang terekstraksi. Oleh karena itu lebih tepat untuk menggunakan angka banding distribusi (D). D =
đ??śđ?‘š đ?‘?đ?‘Žđ?‘‘đ?‘Ž đ?‘“đ?‘Žđ?‘ đ?‘Ž đ?‘œđ?‘&#x;đ?‘”đ?‘Žđ?‘›đ?‘–đ?‘˜ đ??śđ?‘š đ?‘?đ?‘Žđ?‘‘đ?‘Ž đ?‘“đ?‘Žđ?‘ đ?‘Ž đ?‘Žđ?‘–đ?‘&#x;
Cm = konsentrasi total M Praktikum Kimia Analitik-2
31
Dengan memperhitungkan semua kesetimbangan yang terjadi pada sistem ekstraksi seperti ini, maka dapat ditunjukkan adanya hubungan kuantitatif antara angka banding distribusi dengan berbagai parameter lainnya. Log D = log Keks + n log [HDz]org + n pH Dimana Keks =
III.
đ??žđ?‘‘ đ?‘€ (đ??ˇđ?‘?)đ?‘›. đ??žđ?‘“. đ??ž đ?‘Žđ?‘› đ??žđ??ˇđ??ťđ??ˇđ?‘§đ?‘›
KdM(DZ)n
= koefisien distribusi M(DZ)n
KdHDZ
= koefisien distribusi HDZ
Kf
= tetapan pembentukan kompleks M(DZ)n
Ka
= tetapan ionisasi HDz
Alat dan Bahan A. Alat 1. Corong pisah
5. Gelas kimia
2. Statif
6. Pipet volume 10 mL
3. Klem
7. Spektronik
4. Corong
8. Gelas ukur
B. Bahan 1. Larutan baku 1 ppm kobal (II) 2. Larutan ditizon dalam kloroform 1 % 3. Larutan Buffer pH 6, 7, 8, 9, 10
IV.
Prosedur Kerja
1. Ke dalam 4 corong pisah, masukkan masing-masing 10 mL larutan baku 1 ppm kobal 2. Menambahkan ke dalamnya berturut-turut larutan buffer 5 mL pH 6,7,8,9, dan 10 (corong 1 buffer pH 6, corong 2 buffer pH 7 dst) Praktikum Kimia Analitik-2
32
3. Menambahkan 10 mL larutan ditizon dalam kloroform 1 % 4. Kemudian kocok dengan kuat dan diamkan beberapa saat sehingga terbentuk dua lapisan 5. Pisahkan lapisan kloroformnya dan ukur adsorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan kloroform sebagai larutan blanko
V.
Pertanyaan 1. Tuliskan reaksi pembentukan kompleks yang terjadi pada sitem ekstraksi ini ! 2. Tuliskan fungsi penambahan larutan buffer ! 3. Tuliskan sifat fisika dan sifat kimia dari bahan-bahan yang digunakan !
Praktikum Kimia Analitik-2
33
LEMBAR PENGAMATAN No
pH
1
6
2
7
3
8
4
9
%T
Adsorban
Praktikum Kimia Analitik-2
34
PERCOBAAN 7 : KROMATOGRAFI KERTAS I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Praktikan dapat menggunakan metode kromatografi kertas untuk memisahkan suatu campuran 2. Praktikan dapat dengan terampil menggunakan metode kromatografi sebagai metode pemisahan
II.
Teori Dasar Kromatografi kertas pertama kali dikembangkan oleh Gorgon, Martin, dan Synge
dengan menggunakan kertas sebagai pengganti kolom. Pada kromatografi kertas, bahan kertas yang digunakan adalah kertas saring khusus yang lebih murni daripada kertas saring biasa. Kertas saring tersebut mengandung selulosa dengan tingkat kemurnian yang tinggi. selulosa tersebut dapat mengikt molekul air dengan kuat melalui ikatan hidrogen. Air yang terdapat pada selulosa tersebut bertindak sebagai fasa diam, sedangkan fasa geraknya adalah pelarut organik yang tidak polar. Mekanisme proses kromatografi kertas adalah mekanisme partisi karena fasa diam dan fasa geraknya berupa cairan. Dalam hal ini fasa diam harus lebih polar dari fasa geraknya. Teknik pemisahan kromatografi kertas ini didasarkan pada perbedaan kelarutan komponen dalam fasa gerak. Kecepatan bergerak komponen dalam eluen tidak sama cepatnya akibat perbedaan kelarutan komponen dalam eluen. Hal inilah yang pada akhirnya memberikan pemisahan terhadap masing-masing komponennya. Dengan memilih pelarut yang sesuai, maka ion-ion logam dapat dipisahkan satu sama lainnya setelah dilakukan pengembangan yang cukup. Untuk menentukan komponen yang terdapat pada kromatogram digunakan faktor retensi (Rf) Rf = III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Gelas kimia 250 mL
6. Gelas ukur 10 mL Praktikum Kimia Analitik-2
35
2. Tabung reaksi
7. Gelas Ukur 5 mL
3. Pipet tetes
8. Pipa kapiler
4. Gelas ukur 100 mL
9. Labu ukur 100 mL
5. Rak tabung reaksi
B. Bahan 1. Spidol 2. Alkohol 3. Kertas Whatmann 4. Akuades IV.
Prosedur Kerja 1. Membuat kertas kromatogram Whatmann dengan ukuran 10 x 4 cm. Buatlah batas atas dan batas bawah masing-masing 1 cm dari ujung 2. Menjenuhkan kertas yang akan digunakan dengan air selama 1 hari 3. Totolkan titik dengan tinta pada garis batas bawah kemudian biarkan tinta sampai kering 4. Masukkan alkohol ke dalam gelas kimia sampai batas garis bawah tidak terbenam 5. Gantungkan kertas kromatogram 6. Biarkan eluen naik dan perhatikan eluen tersebut naik 7. Setelah eluen mencapai batas atas kromatogram, maka kromatogram dikeluarkan dan dikeringkan 8. Tentukan Rf-nya 9. Ulangi percobaan dengan campuran lain
Praktikum Kimia Analitik-2
36
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan prinsip pemisahan secara kromatografi ! 2. Jelaskan prinsip pemisahan komponen dengan kromatografi kertas ! 3. Tuliskan fasa diam dan fasa gerak yang digunakan dalam kromatografi kertas ! 4. Apa yang dimaksud dengan fasa diam, fasa gerak dan kertas kromatogram ?
Praktikum Kimia Analitik-2
37
LEMBAR PENGAMATAN Sampel
=
Fasa gerak
=
Jarak yang ditempuh eluen
=
Jarak yang ditempuh noda komponen
=
Rf
=
Praktikum Kimia Analitik-2
38
PERCOBAAN 8 : KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS (KLT) I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : 1. Praktikan dapat mengetahui penerapan dari KLT 2. Praktikan terampil menggunakan alat-alat untuk percobaab KLT
II.
Teori Dasar Kromatografi lapisan tipis merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk
memisahkan suatu komponen dalam campurannya. Dalam kromatograf lapisan tipis, pemisahan dilakukan dalam suatu lapisan tipis dimana fasa diamnya dsebarkan diatas suatu pelat gelas. Pemisahan ini karena proses kesetimbangan yang berturut-turut dari molekul komponen antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan interaksi dari berbagai molekul komponen dengan fasa diam menyebabkan komponen bergerak dalam kecepatan yang berbeda sehingga pada akhirnya komponen tersebut akan terpisah satu sama lain. Mekanisme pemisahannnya adalah adsorbs karena fasa diamnya berupa padat dan fasa geraknya cair yang didasarkan pada adsorbs komponen-komponennya pada adsorben. Kekuatan adsorbs berbagai komponen cuplikan pada zar adsorben itu tidak sama, sehingga komponen tersebut akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda.
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Gelas kimia 250 mL
4. Gelas ukur 100 mL
2. Pelat Kaca
5. Gelas ukur 25 mL
3. Kaca Arloji
6. Pipa kapiler
Praktikum Kimia Analitik-2
39
B. Bahan 1. Bahan alam 2. Etanol 3. Asam asetat 4. Heksana 5. Akuades 6. Plat kromatografi
IV.
Prosedur Kerja A. Membuat lempeng Alumina 1. Bersihkan pelat kaca mula-mula 2. Sementara itu, campurkan kira-kira 3 gram serbuk alumina dengan 6 mL aquades dalam lumpang. Kemudian aduk sampai homogen. 3. Ambil 1 mL bubur tersebut dan sebarkan dengan cepat di atas lempeng kaca sampai merata setipis mungkin. Jangan memegang bagian tengah kaca dengan jari 4. Biarkan mengering 5. Buatkan garis batas atas dan garis batas bawah dengan jarak 1 cm dari tepi
B. Memisahkan Komponen Sampel Alam 1. Sampel alam dimaserasi (direndam dengan air) 2. Ekstrak sampel alam tersebut 3. Diatas kromatogram tadi, teteskan zat yang akan dipisahkan menggunakan pipa kapiler pada garis batas bawah 4. Biarkan beberapa saat hingga mengering
Praktikum Kimia Analitik-2
40
5. Kromatogram tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang telah berisi campuran pelarut dengan komposisi tertentu. Noda yang ditotolkan tadi jangan sampai tercelup ke dalam fasa gerak 6. Apabila eluen telah sampai pada batas atas, keluarkan kromatogram dan deteksi noda menggunakan sinar UV 7. Tentukan harga Rf masing-masing noda
V.
Pertanyaan 1. Jelaskan mekanisme pemisahan dengan KLT ! 2. Tuliskan fasa diam dan fasa gerak yang digunakan dalam KLT ! 3. Jelaskan 5 perbedaan kromatografi kertas dengan KLT ! 4. Tuliskan beberapa penerapan KLT dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia industri !
Praktikum Kimia Analitik-2
41
LEMBAR PENGAMATAN Sampel
=
Fasa Gerak
=
Jarak yang ditempuh eluen
=
Jarak yang ditempuh noda komponen
=
Rf
=
Praktikum Kimia Analitik-2
42
PERCOBAAN 9 : KROMATOGRAFI KOLOM I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menyiapkan kolom yang akan digunakan untuk pemisahan kromatografi kolom 2. Memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran secara kromatografi kolom 3. Memahami prinsip kromatografi kolom dan perbedaannya dengan kromatografi lainnya
II.
Teori Dasar Metode kromatografi yang pertama kali dilakukan oleh Michael Tsweet (ahli botani
Rusia) adalah kromatografi kolom. Dia menggunakan CaCO3 sebagai fasa diam. Tsweet memisahkan pigmen-pigmen tumbuhan yang nantinya terpisah dalam bentk warna-warna. Berdasarkan pigmen warna inilah nama kromatografi dibuat. Chroma = warna dan graphein = tulisan. Pada kromatografi kolom sejumlah kecil cuplikan dari campuran dimasukkan melalui bagian atas kolom yang kemudian akan membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa. Bila pelarut (eluen) dibiarkan mengalir melalui kolom, maka ia akan mengangkut senyawasenyawa yang merupakan komponen-komponen campuran. Kecepatan bergerak dari suatu komponen tergantung dari besarnya komponen tersebut terhambat/tertahan oleh adsorben (penyerap) di dalam kolom.Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat dibandingkan bila terserap kuat.Apabila terjadi serapan yang cukup besar maka akan terjadi pemisahan yang sempurna. Selain itu, kecepatan bergerak dari suatu komponen dalam campuran juga ditentukan oleh kepolaran eluen/pelarut yang digunakan. Bila kepolaran eluen yang digunakan mendekati kepolaran komponen dalam campuran, maka akan mudah bagi pelarut mengelusi komponen tersebut dan akan lebih cepat bergerak dibandingkan komponen yang kepolarannya jauh dari eluen.
Praktikum Kimia Analitik-2
43
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Kolom kromatografi
5. Kapas
2. Botol Vial
6. Gelas ukur
3. Standard dan Klem
7. Batang pengaduk
4. Gelas kimia
B. Bahan 1. Bahan Alam 2. Eluen 3. Adsorban (pasir pantai yang sudah bersih atau silica gel)
IV.
Prosedur Kerja A. Persiapan Sampel 1. Sampel yang akan dipisahkan diekstrak tanpa menggunakan air 2. Hasil ekstrak disaring dengan kapas dan siap dipisahkan dengan kromatografi kolom
B. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom 1. Pasang kolom kromatografi yang telah dijenuhkan dengan pelarut pada standar 2. Masukkan sedikit kapas ke dalam kolom kromatografi yang sudah ditambahkan sedikit eluen sampai diyakini tidak ada lagi gelembung udara 3. Sementara itu jenuhkan adsorban dengan eluen yang digunakan 4. Masukkan adsorban yang telah jenuh tersebut ke dalam kolom 5. Masukkan cuplikan yang akan dipisahkan
Praktikum Kimia Analitik-2
44
6. Elusikan eluen yang akan digunakan dan tamping dengan botol vial dengan kecepatan alir 20 tetes per menit sampai botol vial cukup penuh 7. Gabungkan hasil dengan warna sama (fraksi-fraksi). Tentukan harga Rf-nya.
V.
Pertanyaan 1. Jelasan syarat eluen yang akan digunakan dalam proses kromatografi kolom ini! 2. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemisahan pada kromatografi kolom ! 3. Tuliskan keuntungan dan kelemahan kromatografi kolom bila dibandingkan kromatografi lainnnya !
Praktikum Kimia Analitik-2
45
LEMBAR PENGAMATAN Sampel
=
Fasa diam yang digunakan
=
Jumlah fraksi yang didapat
=
Harga Rf masing-masing fraksi
=
Praktikum Kimia Analitik-2
46
PERCOBAAN 10 : KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI I.
Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah analisa kuantitatif kafein dalam berbagai jenis
minuman ringan dengan teknik kromatografi cair kinerja tinggi. II.
Teori Dasar Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada terpartisinya
senyawa-senyawa antara fasa diam dan fasa gerak. Saat ini, teknik HPLC yang banyak digunakan secara luas adalah teknik kromatografi fasa terbalik. Dalam HPLC terbalik, kolom diisi dengan butiran padatan yang merupakan fasa diam sedangkan fasa geraknya dialirkan melewati partikel tersebut. Penelitian yang mendalam mengenai fasa diam dalam teknik kromatografi ini telah menunjukkan bahwa jika fasa diam tersebut tersusun atas butiran-butiran yang sangat kecil, berbentuk bola dan mempunyai ukuran yang seragam, memungkinkan untuk memperoleh hasil pemisahan yang sempurna dari campuran dengan menggunakan jumlah pelarut yang sedikit dalam beberapa menit. Kromatografi dengan menggunakan fasa diam tersebut dikenal dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Dengan menggunakan fasa diam tersebut dibutuhkan suatu pompa tekanan tinggi untuk mendorong fasa geraknya. Fasa diam yang umum digunakan dalam kromatografi adalah bahan yang bersifat polar seperti silica, sementara fasa geraknya adalah pelarut organik yang kepolarannya kurang bila dibandingkan dengan fasa diamnya. Teknik kromatografi seperti ini sebagai kromatografi fasa normal. Sedangkan jika fasa diamnya berupa fasa terikat dimana partikel silica ditutupi dengan melapisinya dengan senyawa silena, maka dapat digunakan fasa gerak yang polar. Jenis kromatografi ini dikenal sebagai kromatografi fasa terbalik, waktu retensi akan meningkat dengan meningkatnya karakter nonpolar dari suatu senyawa. Pelarut-pelarut polar seperti air dan methanol merupakan eluen yang banyak digunakan karena lebih murah dibandingkan kebanyakan pelarut organik lain dan kurang berbahaya jika dibuang ke lingkungan. Seperti diketahui bahwa beberapa biomolekul yang ditemukan dalam larutan hanya larut dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa tersebut tidak dapat di kromatografi dalam pelarut non polar, kalaupun bisa diperlukan persiapan yang ekstensif.
Praktikum Kimia Analitik-2
47
Dalam percobaan ini, penggunaan HPLC fasa terbalik tidak membutuhkan pekerjaan mengekstraksi kafein ke dalam pelarut lain. Dengan menyuntikkan suatu sampel yang terlarut atau jika terdapat bahan yang tidak larut, sampel disaring terlebih dahulu sebelum disuntikkan. Eluen dari kolom dimonitor dalam bentuk adsorban. Hal ini karena adsorban sebanding dengan konsentrasi, bentuk kromatogramnya akan sebanding dengan jumlah kafein total yang terdapat dalam sampel. Dalam percobaan ini, HPLC fasa terbalik digunakan untuk menentukan konsentrasi kafein dalam sampel-sampel seperti kopi, teh, dan cola. Eluen yang digunakan adalah campuran air (fasa gerak yang lemah, yang mempunyai retensi yang besar) dengan methanol (fasa gerak yang kekuatan elusinya besar)
III.
Alat dan Bahan A. Alat 1. Peralatan HPLC
4. Gelas kimia
2. Alat penyuntik
5. Batang pengaduk
3. Ultrasonic bath
6. Pipet tetes
A. Bahan 1. Larutan standar 500 ppm kafein 2. Larutan 5 % asam fosfat 3. Metanol dan air bidestilasi 4. Sampel minuman berkafein
IV.
Prosedur Kerja A. Pembuatan Fasa Gerak 1. Buat fasa gerak dengan komposisi 140 mL aquabidest, 1,4 mL H3PO4 5 %, dan 60 mL methanol 2. Hilangkan gas terlarutnya menggunakan ultrasonic bath Praktikum Kimia Analitik-2
48
B. Penyiapan Larutan Standar Dengan menggunakan larutan standar 500 ppm kafein, buat sederetan larutan standar dengan konsentrasi masing-masing 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm sebanyak 5 mL. Untuk pengenceran gunakan eluen yang telah dibuat diatas.
C. Penyiapan Larutan Sampel 1. Hilangkan terlebih dahulu gas terlarut yang terdapat dalam minuman tersebut menggunakan ultrasonic bath 2. Lakukan pengenceran sebesar 5 kali dalam labu takar 10 mL dengan menggunakan eluen diatas
C. Analisis 1. Rekam kromatogram masing-masing larutan standar dan sampel yang telah disediakan 2. Catat parameter kromatograf yang digunakan, seperti laju alir eluen, tekanan, jenis kolom, panjang gelombang
V.
Pertanyaan 1. Gambarkan skema kerja HPLC ! 2. Tuliskan sifat fisika dan sifat kimia bahan-bahan yang digunakan !
Praktikum Kimia Analitik-2
49
PUSTAKA J. Bassett dkk, Vogel’S Textbook of Quantitative Inorganic Analysis” edisi ke-4, Longman, 1978, London, hal. 346, 447 J. H. Kennedy, “Analytical Chemistry : Practice “, edisi ke – 2, Saunders College Publishing, 1990, Orlando D. A. Skoog; D. M. West; F. J. Holler “Fundamental of Analytical Chemistry” 7th ed. Saunders College Publishing, 1990, Orlando. D. Harvey “Modern Analytical Chemistry” 1st ed.McGraw-Hill, 2000, Singapura. Slowinski and Masterton. 1990. Qualitative Analysis and the properties of ions in aqueous solutions, Harcourt College Publishers, Orlando – Florida, USA. G. Svehla. Vogel: Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Diterjemahkan oleh Soetiono dan handyana Pudjaatmaka Pecsok, Modern Methods Of Chemical Analysis
Praktikum Kimia Analitik-2
50