Warta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
04 - 2018
Tujuan
Memelihara Perjanjian MONGOLIA
Cerita Sampul Damdinsuren Tserenbyambaa tinggal di Ulan Bator, Ibu Kota Mongolia. Orang Kristen di Mongolia adalah minoritas kecil di antara orang-orang Buddhis, ateis, dan Shaman. Kristen Advent baru bisa masuk kembali ke Mongolia dalam tiga dasawarsa ini. Seperti halnya orang Advent lainnya di Mongolia, Damdinsuren adalah satu-satunya orang Kristen di dalam keluarganya. Karena sukacita yang dialaminya oleh karena Injil, ia telah bertekad untuk memberikan salam yang hangat bagi setiap pengunjung gereja Advent di Ulan Bator. Ia berdoa agar anak-anaknya juga bisa datang dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Foto Sampul: Eike Mueller
Fokus 10 Perubahan Firman 18 Renungan 20 Roh Nubuat 26 Pertanyaan dan Jawaban Alkitab Gereja Saya 14 Suara Milenium 16 Pandangan Global 22 Wawancara 24 Melihat ke Belakang Iman yang Hidup 15 Iman dalam Tindakan 27 Kesehatan dan Kebugaran 28 Bolehkah Saya Menceritakan Sebuah Kisah? 30 Iman yang Bertumbuh—Halaman Khusus untuk Anak-anak
2
04 - 2018 AdventistWorld.org
“Apakah kisah Alkitab kesukaan Anda?” Itulah pertanyaan yang saya dengar sebagai seorang pendeta dan editor. Dan sejujurnya, saya menjawab pertanyaan itu dengan cara yang berbeda-beda di sepanjang usia saya. Karena saya memiliki seorang ayah, seorang kakak, dan seorang paman yang bernama David, maka cerita Daud (David) dan Goliat adalah kisah kesukaan saya yang pertama. Di usia 10 tahun, meskipun berat dan tinggi badan saya sudah melampaui kakak saya David, saya malahan menyukai kisah Zakheus, sosok bertubuh kecil, yang berharap tidak terlihat. Perhatian Yesus yang luar biasa dalam melihat sesosok kecil di atas pohon saat tak seorang pun memperhatikan, memesona hati saya pada saat itu. Sebagai seorang pendeta muda, saya akan menunjuk kepada tiga kisah kehilangan di dalam Lukas 15—dirham yang hilang; domba yang hilang; dan anak yang hilang. Seperti semua pelajar Alkitab, saya menemukan kisah-kisah tentang kasih karunia ini sebagai “Injil di dalam Injil.” Tetapi dalam 20 tahun terakhir, kisah Injil lainnya telah menawan khayal saya, karena memang itu begitu menakjubkan, dan juga karena itu merupakan sebuah metafora yang penuh kuasa tentang bagaimana gereja Yesus mendapatkan lagi harapan dan sukacita di dalam menantikan kedatangan Yesus kedua kali. Catatan Lukas tentang dua murid yang berjalan ke Emaus (Lukas 24) adalah kisah kebangkitan yang menjadi kesukaan saya, sebagian karena situasinya digambarkan dalam bayang-bayang rembang petang—waktu kesukaan saya. Tetapi di dalam inti kisah itu ada dua bagian penting yang berbicara lantang di sepanjang sejarah kepada semua yang mengasihi Yesus dan merindukan kedatangan-Nya. Saya akan menceritakan kisahnya—secara ringkas—begini. Dua orang murid yang sedih dan putus asa berjalan bersama sambil bercakap-cakap setelah mereka menghadapi kenyataan tragis penyaliban Yesus. Mereka melakukan hal paling penting yang dilakukan oleh orang-orang percaya—mereka bersekutu selama beberapa jam untuk saling berbagi ketakutan, berbagi iman, saling mendengarkan, dan mencoba untuk mengerti. Dan apakah yang terjadi? Yesus menampakkan diri, dan berjalan beberapa mil jauhnya bersama mereka, cukup jauh untuk memberi mereka pelajaran Alkitab, dari Musa hingga para nabi, tentang peran dan misi Mesias. Pada hari kebangkitan-Nya, Yesus tidak lupa memenuhi janji-Nya kepada para murid: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). Kehadiran-Nya telah mengubah kisah itu untuk selama-lamanya—menghapuskan kesedihan, mengubah ketakutan menjadi kuasa, menghidupkan masa depan mereka dengan kerinduan akan Yesus yang kemudian berhasil mereka tularkan kepada orang-orang percaya di abad 20. Inilah, bagi saya, kisah berdirinya gereja—bukan 3.000 orang percaya yang dibaptis pada suatu hari Pentakosta, tetapi 2 orang percaya, yang disatukan oleh Yesus, yang bersekutu untuk berjalan dan berbincang bersama dalam perjalanan mereka menuju kuasa penyataan kebangkitan-Nya. Ketika Anda berdoa sambil menelusuri halaman-halaman Adventist World edisi ini, bertanyalah kepada diri sendiri apakah Anda terpanggil bersama-sama dengan orang percaya lainnya dalam perjalanan menuju harapan baru, sukacita baru, dan kekekalan bersama Yesus.
Momen Berita
Gereja Advent, bersama-sama dengan pemerintah dan para pemimpin masyarakat, berkumpul di Tatalea, Mesir, untuk meresmikan gereja Advent yang terbesar kedua di negara itu, yang baru saja selesai direnovasi. Foto: Samuel Britton
AdventistWorld.org 04 - 2018
3
Berita Singkat
“Hanya
kekekalan yang akan mengungkapkan apa makna nyanyian Del Delker bagi gerakan Advent di seluruh dunia.”
—Pembicara dan Direktur Voice of Prophecy H.M.S. Richard Sr., menulis tentang solois terkemuka Del Delker pada tahun 1955. Delker, yang terus bernyanyi dalam pelayanan Voice of Prophecy selama beberapa dasawarsa, meninggal dalam usia 93 tahun pada tanggal 31 Januari 2018. Suaranya yang rendah namun kuat tanpa ragu menceritakan kasih Kristus kepada banyak pendengar di seluruh dunia.
“Sejarah Advent itu sangat kaya, sangat bercorak, sangat dalam, dan sangat luas… itu bukan hanya sejarah tentang selusin orang.” —Direktur Kantor Arsip, Statistik, dan Riset di Kantor Pusat Gereja Mesehi Advent Hari Ketujuh sedunia, dalam sebuah pertemuan para sejarawan Advent di Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat. Beragam sejarawan dan teolog menyajikan makalah-makalah tentang para perintis Advent yang tidak dikenal dan memiliki kontribusi penting dalam pergerakan awal.
Hope Channel baru-baru ini bekerja sama dengan Uni Konferens FrancoBelgian membuka saluran Hope Channel Prancis. Saluran TV berbasis internet ini akan mengudara dari Paris dan akan berfokus pada program-program yang secara khusus ditujukan pada pendengar yang tidak peduli terhadap kerohanian. Di Prancis, kelompok pendengar ini diperkirakan ada sekitar 15 persen yang menyatakan diri ateis dan 10 persen orang-orang memiliki agama. 4
04 - 2018 AdventistWorld.org
Jumlah pasien di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, yang dilayani oleh 3.300 sukarelawan yang mendonasikan dana sebesar 40.608.800 dolar A.S. dalam sebuah pengobatan gratis, baik kesehatan umum, gigi, mata, dan pelayanan lainnya pada hari Natal, dan tanggal 26 serta 27 Desember. Pelayanan yang dilakukan di Phoenix Convention Center meliputi pembedahan, perawatan gigi menyeluruh, berbagai perawatan medis, pemeriksaan mata, dan pengadaan kacamata gratis. Pelayanan lainnya adalah pembukaan resep, konsultasi hukum, gunting rambut, dan pakaian gratis.
“Kami bukanlah orang-orang
Jumlah Lembaga Perawatan Kesehatan Advent di Seluruh Dunia
Gereja Advent Membuka Saluran TV di Prancis
6.770
441
Klinik dan Apotek
180
Rumah Sakit dan Sanitarium
121
Rumah Perawatan & Pusat Peristirahatan
21
Panti Asuhan dan Penampungan Anak-anak
yang berhasil atas usaha sendiri, melainkan atas jaringan kemanusiaan yang kekuataannya bergantung pada hubungan-hubungan terlemah dan cara kami memperlakukan mereka.”
—Dan Presecan, yang masa kecilnya hidup secara dramatis diubahkan oleh sebuah kotak sepatu yang dikirim oleh dua siswi Inggris berusia 11 tahun pada puncak krisis Balkan tahun 1990. Kotak istimewa itu, yang merupakan bagian dari United Kingdom’s Boxes for Bosnia Appeal, berisi hadiah-hadiah, sepucuk surat, foto pengirimnya, dan sebuah alamat siapa tahu si penerima mau membalas surat mereka. Presecan, yang sekarang melayani sebagai Direktur ADRA di Asia Tengah, baru-baru ini terhubung kembali dengan salah satu dari dua siswi itu di media sosial.
Berita Singkat
“Sejak hari itu, saya ingin
melakukan sesuatu untuk menolong mereka yang merasa sudah tidak memiliki pilihan selain bekerja memproduksi barang terlarang.”
—Jimmy Munoz, Asosiasi Kependetaan di Seabrook Seventh-day Adventist Church di
Lanham, Maryland, Amerika Serikat, setelah mengetahui bahwa setengah juta anakanak putus sekolah di kampung halamannya Kolombia, menjadi mangsa para bos obat bius yang mempekerjakan mereka di ladang-ladang terlarang. Munoz dan anggota gerejanya telah mendirikan pelayanan yang diberi nama A Cocaine-free World untuk mendukung kewiraswastaan dan menciptakan pekerjaan produktif di Kolombia.
“Para pengungsi
dan pendatang bukanlah ‘orang lain,’ mereka adalah kita…. Mereka adalah bagian dari sejarah dan mewakili kisah keluarga sedunia.”
—Wakil Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa Amina J. Mohammed menyatakan dalam pidato pembukaan Fourth Annual Symposium on the Role of Religion and Faith-based Organizations in International Affairs, yang salah satu pendukungnya adalah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Acara itu menyatukan sekitar 250 perwakilan dari komunitas PBB, kelompok-kelompok agama, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Penyelenggaranya antara lain dari Departemen Urusan Masyarakat dan Kebebasan Beragama General Conference dan Adventist Development and Relief Agency (ADRA).
900.000 Jumlah penduduk di Malawi, sebuah negara Afrika yang diperkirakan terjangkit penyakit epilepsi. Warren Boling (paling kanan), profesor dan ketua bedah syaraf di Loma Linda University School of Medicine, dan Travis Losey (kiri), direktur medis untuk penyakit syaraf dewasa di Comprehensive Epilepsy Center di Universitas Loma Linda, bekerja sama dengan ahli bedah syaraf Malawi, Patrick Kamalo (tengah), di Queen Elizabeth Central Hospital untuk program perawatan penyakit epilepsi pertama yang diadakan oleh para dokter di Malawi. Foto: Loma Linda University Health News AdventistWorld.org 04 - 2018
5
Berita Selanjutnya
Mahkamah Agung Filipina Memerintahkan untuk Menghormati Pemelihara Sabat
Melalui kasus yang penting ini, mahasiswa kedokteran sekarang dibebaskan dari kelas dan ujian pada hari Sabtu.
Oleh: Berita Divisi Asia Pasifik Selatan dan Adventist Review
Dalam apa yang disebut “keputusan penting,” Mahkamah Agung Filipina memenangkan seorang pelajar Advent dan memberinya hak konstitusional untuk secara bebas memelihara hari istirahat menurut keyakinannya. Perintah ini berkenaan dengan tuntutan dari Denmark Valmores, seorang mahasiswa di Mindanao State University’s College of Medicine (MSU-COM). Tuntutan Valmores disebabkan adanya seorang dosen universitas yang menolak hak religius penuntut untuk dibebaskan dari kelas dan ujian di hari Sabtu, hari istirahat Alkitabiah yang dipercayai oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Tindakan itu juga bertentangan dengan Bab 5 Piagam Hak Asasi di dalam Konstitusi Filipina tahun 1987. Bab 5 menyatakan bahwa: “Kebebasan untuk melaksanakan dan menikmati profesi serta ibadah keagamaan, tanpa membeda-bedakan atau pilih kasih, untuk selamanya diperbolehkan.” Pengacara Valmores, Neil Abayon, percaya bahwa pemerintah sedang meneguhkan identitas orang Advent sebagai warga yang memelihara hari Sabtu sebagai hari perhentian Tuhan. “Dampaknya sangat besar, mengingat salah satu pendapat yang ser-
ing digunakan untuk menentang komunitas Advent ketika kita meminta pengakuan akan hak kebebasan beragama adalah “Mengapakah seorang teman Advent Anda tetap bersekolah di hari Sabat?” Kata Abayon, mengutip tanggapan yang umum dilontarkan kepada mereka yang meminta izin pada hari tersebut. “Dalam kasus Valmores, telah ditegaskan oleh Mahkamah Agung Filipina bahwa penghormatan atas keyakinan orang lain adalah aturan umum dan bahwa seseorang tidak boleh dihukum karena melanggar kepercayaan agama orang lain,” katanya. Kasus itu dimulai pada tahun 2014 ketika beberapa kelas dan ujian yang diikuti oleh Valmores dipindahkan ke hari Sabtu. Pada suatu ketika, setelah ketinggalan sebuah ujian, Valmores dinyatakan gagal untuk kelas tersebut dan tidak berhak mengikuti ujian susulan. Sebagai tanggapan, Valmores menulis surat kepada dekan dan dewan fakultas untuk meminta pengecualian atas kelas-kelas yang diadakan pada hari Sabtu, sambil mengajukan juga sebuah ujian susulan. Setelah melakukan beberapa komunikasi resmi termasuk mengirimkan sertifikat keanggotaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang
Denmark Valmores, kiri, anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, seorang mahasiswa kedokteran yang kasusnya dimenangkan oleh Mahkamah Agung Filipina dalam hal penghormatan atas kebebasan menjalankan agamanya.
Foto: Southern Asia-Pacific Division News 6
04 - 2018 AdventistWorld.org
ditandatangani oleh Direktur Urusan Masyarakat dan Kebebasan Beragama Konferens Mindanao Tengah bagian Utara, Hanani Nietes, Valmores tidak memperoleh jawaban apa pun. Hal tersebut mendorong Valmores untuk menaikkan kasus ini dengan bantuan dari Commission on Higher Education (CHEd). Masalah ini langsung ditujukan kepada Rektor Mindanao State University Macapado, Abaton Muslim. Sebagai tanggapannya, Muslim mengirimkan memorandum CHEd tahun 2010 kepada dekan fakultas kedokteran dan anggota dewan fakultas lainnya. Namun kedua pihak itu tetap membisu setelah menerima memo tersebut. Kebisuan itu mendorong Valmores untuk menempuh jalur hukum karena hak religiusnya telah ditekan dan dicobai. Empat tahun setelah Valmores mendaftarkan kasusnya, pengadilan tertinggi Filipina memenangkan penuntut, dan menetapkan bahwa “lembaga-lembaga pendidikan wajib untuk melindungi kebebasan beragama bagi siswa-siswi mereka. Untuk tujuan itu, sekolah-sekolah kita memiliki tanggung jawab untuk membatasi kebebasan akademis, apabila bertentangan dengan hak-hak yang dilindungi oleh konstitusi.” “Kasus Valmores ini dapat digolongkan sebagai keputusan penting karena telah menjadi kasus pertama yang berkenaan dengan keyakinan untuk memelihara Sabat gereja Advent,” kata Abayon. “Hal ini seyogianya dijadikan topik pembahasan di fakultas hukum dalam mata kuliah Hukum Konstitusi. Dengan demikian para pengacara di masa yang akan datang dapat mengerti apakah yang dimaksud dengan pemeliharaan hari Sabat.” Saat ini Valmores melanjutkan studinya di universitas yang sama sambil melaksanakan haknya untuk beribadah.
Berita Selanjutnya
Komite Pengawas Kesatuan Mengeluarkan Pernyataan Mengenai Langkah ke Depan
Proses ini meliputi pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif dari ladang-ladang misi dunia.
Oleh: General Conference Unity Oversight Committee
Komite Pengawas Kesatuan bertemu di kantor pusat gereja Advent sedunia pada tanggal 14 Desember 2017, dengan ketua yang baru ditunjuk, Mike Ryan (dipilih oleh General Conference Administrative Committee), dan Hensley Moorooven, sekretarisnya. Pada pertemuan ini, komite mengadopsi sebuah proses untuk meninjau ulang dokumen “Procedures for Reconciliation and Adherence in Church Governance: Phase II” yang dirujuk kepada Sidang Tahunan 2017, untuk menghasilkan sebuah proposal yang baru atau yang telah direvisi. “Komite secara bulat menyetujui bahwa proses ini akan terbuka dan transparan, bahwa pandangan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedunia akan didengarkan,” jelas Ryan. “Para pejabat General Conference mendukung pendekatan ini dengan sepenuh hati.” Proses yang digunakan ini meliputi pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif dari ladang-ladang misi sedunia. Hal ini memungkinkan komite untuk memutuskan secara lebih akurat yaitu para pemimpin dan anggota gereja Advent sedunia akan berdiri dalam pemungutan suara pada Sidang General Conference dan Komite Eksekutif General Conference. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui kunjungan-kunjungan dan dialog pribadi dengan para pemimpin dari 13 wilayah (divisi), serta Uni Timur Tengah dan Afrika Utara. Data kualitatif juga akan dikumpulkan dari lembaga-lembaga General Conference dan General Conference Leadership Council yang terdiri atas para pejabat dan pemimpin departemen di General Conference. Data kuantitatif sedang dikumpulkan melalui survey kepada pa-
ra ketua uni dan divisi. Uni konferens memainkan peranan penting sebagai tiang penyangga organisasi gereja sedunia. Uni konferens adalah satu dari empat tipe unit organisasi yang berbasis massa dan memiliki karakteristik yang unik, karena langsung menjawab grassroot constituency. Selain itu, para ketua uni adalah anggota dari Komite Eksekutif General Conference dengan memiliki pandangan yang luas. Dengan demikian uni mewakili semua konstituen General Conference. Sebagai bagian dari proses,
“Komite secara bulat menyetujui bahwa proses ini akan terbuka dan transparan.” —Mike Ryan
Komite Pengawas Kesatuan meminta kepada semua ketua divisi dan uni untuk menjawab survey enam pertanyaan tentang pelbagai tindakan yang diusulkan dalam dokumen Tahap II yang didiskusikan dalam Sidang Tahunan pada tahun lalu. Ini akan memberikan informasi kepada komite mengenai rincian yang harus dimasukkan ke dalam proposal dokumen yang harus dipresentasikan dalam Sidang Tahunan 2018. “Para ketua uni maupun divisi telah diminta untuk menjawab enam pertanyaan mengenai apakah yang mereka percaya merupakan pandangan dari mayoritas anggota di wilayah mereka, yang ber-
tentangan dengan pendapat pribadi mereka,” kata David Trim, Direktur Office of Archives, Statistics, and Research (ASTR). Survey itu dibuat oleh ASTR, dan telah diedarkan oleh para pemimpin mereka. Para pemimpin uni dan divisi mengembalikan hasil survey mereka langsung kepada ASTR. Berkenaan dengan corak uni yang disebutkan di atas, riset menganggap para ketua uni mampu untuk menjangkau opini dari mayoritas jemaat. Proses riset ini juga dibuat sedemikian rupa sehingga keabsahan dari jawabannya dapat diuji untuk memaksimalkan keakuratan hasilnya. Jika terdapat perbedaan dalam suatu wilayah, ASTR akan mengadakan sampel secara acak kepada anggoa jemaat dalam suatu wilayah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. “Jawaban survey perorangan hanya dapat dilihat oleh kalangan terbatas—ASTR dan Komite Pengawas—dalam rangka menjaga integritas dari proses ini dan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh ditangani dengan benar,” jelas Moorooven. Komite akan melaporkan hasil ini kepada para pejabat senior General Conference dan Komite Pengawas. Hasil secara umum dapat dilihat oleh pemirsa Advent yang lebih luas. “Untuk memastikan kejelasan, survey ini dibuat dalam delapan bahasa,” kata Moorooven. “Pemilihan kata-kata dan perumusan pertanyaan dalam survey ini mendukung tingkat keabsahannya.” Komite Pengawas akan mengeluarkan bahan-bahan tambahan lainnya sampai dengan Sidang Tahunan 2018 di Battle Creek, Michigan.
AdventistWorld.org April 2018
7
Fokus Berita Divisi Pasifik Selatan (South Pacific Division/SPD)
Ratu Tonga Berbicara di Depan Pertemuan Wanita Ratu negeri Tonga, sebuah negara yang terdiri atas lusinan pulau di Lautan Pasifik Selatan, menjadi tamu kehormatan dalam sebuah acara doa sarapan pagi yang diadakan oleh Departemen Pelayanan Wanita di Daerah Misi Tonga di Pasifik Selatan. Sekitar 400 orang hadir, pada umumnya para pemimpin wanita yang berkumpul di Queen Salote Memorial Hall di Nuku’alofa untuk acara sarapan pagi istimewa pada tanggal 18 November 2017. Kebanyakan peserta belum menjadi anggota jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
“Marilah kita menggunakan derita kehilangan ini untuk menjadikan kita lebih realistis: Untuk mendengarkan, berdoa, mendukung, dan menasihati satu sama lain tanpa prasangka. Itulah maknanya menjadi murid Yesus. Itulah corak gereja yang kita cari.” Glenn Townend, Ketua Divisi Pasifik Selatan, memberikan nasihat atas kehilangan anggota-anggota di gereja Advent setempat untuk melakukan upaya positif agar kehilangan seperti itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
1.192 Jumlah siswa yang mendaftar di Carr Memorial Adventist Primary School di Port Moresby, Papua Nugini, yang baru-baru ini memecahkan rekor penerimaan siswa kelas 8 terbanyak—195 orang. Penerimaan siswa yang banyak itu didukung oleh 30 orang tenaga pengajar dan staf, dan membuat sekolah ini menjadi yang tertinggi dalam jumlah penerimaan siswa di Divisi Pasifik Selatan.
“Saat ini Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memiliki kesempatan untuk mengubah kehidupan ribuan orang.” Para pemimpin pelayanan kesehatan di Divisi Pasifik Selatan menanggapi merebaknya epidemi penyakit pola hidup (seperti diabetes) di Kepulauan Pasifik. Kegiatan yang diberi nama 10.000 Toes Campaign (Kampanye jari kaki) ini, adalah kerjasama antara Adventist Health dan Adventist Development and Relief Agency (ADRA), yang bertujuan untuk memperlengkapi gereja-gereja lokal di Pasifik Selatan dengan perangkat dan keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi anggota jemaat dan masyarakat untuk mengetahui lebih dini gejala diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya.
Para Penatua Gereja Diberdayakan untuk Baptisan di Australia. Sebuah upaya pemuridan dari gereja Advent di Australia akan memberdayakan para penatua gereja setempat untuk mengadakan baptisan dua kali dalam setahun. Ini adalah untuk pertama kali penatua gereja setempat berpartisipasi dalam program sejenis, yang didukung oleh Divisi Pasifik Selatan dan General Conference.
504.456 Keanggotaan SPD pada 30 September 2017
Presiden Fiji, George Konrote, baru-baru ini secara resmi membuka kongres pemuda di Uni Misi TransPacific. Lebih dari 500 orang muda dari 13 negara pulau menghadiri acara di Fulton College itu. (^-)
Foto: Adventist Record 8
04 - 2018 AdventistWorld.org
Perspektif
Oleh Terry Benedict
Foto: Ahmad Dirini
Kreativitas dan Tujuan Tanggal 15 April telah ditetapkan sebagai Hari Seni Sedunia oleh International Association of Art dalam rangka perayaan kreativitas dan untuk melahirkan kesadaran yang lebih besar atas ekspresi kreatif di seluruh dunia. Adventist World meminta kepada Terry Benedict, produser film Hacksaw Ridge—film pemenang Academy Award yang bercerita tentang kehidupan Desmond Doss—dan pendiri Shae Foundation, untuk membagikan perspektif spiritual tentang kreativitas. Belum lama ini saya memberikan serangkaian seminar tentang bagaimana menemukan bakat dan tujuan. Saya selalu takjub melihat bahwa antrean orang yang menunggu untuk berbicara dengan saya biasanya terbagi dalam dua kelompok: Orang berbahagia yang bersyukur karena akhirnya ada seseorang yang meneguhkan bahwa menjadi kreatif adalah anugerah Ilahi; dan kelompok bermasalah yang menginginkan sebuah “kiat” atau resep untuk menemukan bakat, hasrat dan tujuan mereka. Kenyataannya, dapat dikatakan bahwa memang ada sebuah resep singkat yang pernah ditulis, dan untuk menemukannya kita harus kembali ke pada mulanya—di dalam Kejadian 1. Hal pertama yang diperintahkan Tuhan kepada Adam menuntut suatu
kreativitas: “Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu” (Kej. 2:19). Kreativitas Tuhan tidak berakhir dengan penciptaan dunia ini. Ketika Tuhan menciptakan kita seturut gambar-Nya, Ia secara genetik menyuntikkan kepada kita kreativitas-Nya. Frasa kalimat “untuk melihat, bagaimana ia menamainya”—memberitahukan kita tentang hakikat Tuhan dan hakikat manusia yang diciptakan seturut gambar-Nya. Dan tentu saja, Adam dapat menyelesaikan tugas itu hanya karena kreativitas yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Namun demikian, ia juga diberikan kebebasan yang menakjubkan. Nampaknya Tuhan tertarik untuk bekerja sama dengan kita dan melihat kreativitas-Nya mengalir dalam diri manusia ketimbang “mengendalikannya” guna mencapai hasil yang sempurna. Pencipta kita telah menganugerahkan setiap dari kita sebagian yang berbeda-beda dari roh kreatif-Nya untuk tujuan-tujuan yang khusus. Seperti prisma, sinar putih-Nya menembus melalui diri kita, memberikan warna yang unik pada setiap kita. Sebuah dimensi dari roh kreatif-Nya adalah memampukan kita untuk “membuat berbagai rancangan” (lihat Kel. 31:2—4), baik dalam bentuk lukisan di atas kanvas, melalui lensa kamera, suara, kata-kata, atau ga-
gasan-gagasan. Dan Ia memberikan kesempatan untuk melihat bagaimana kita menggunakan dengan sepenuh hati dan terarah penggunakan roh kreatif itu. Tujuan hidup kita tidaklah tertutup di dalam misteri yang gelap. Sang Pencipta mengharapkan kita melalui kuasa-Nya melakukan lompatan dengan pengetahuan dan keahlian kita untuk mewujudkan rancangan-rancangan seni yang bermanfaat untuk orang lain dan memberi kemuliaan bagi-Nya. Hasilnya, semakin kita mewujudkan roh kreatif kita dalam cara-cara yang positif dan dapat dipertanggungjawabkan, makin kita mewujudkan maksud sang Pencipta dalam hidup kita dan kehidupan orang lain. Inspirasi melalui seni sangatlah penting untuk menanamkan benih-benih yang dapat mengubah, memperkaya, dan menyelamatkan kehidupan. Hal itu membuat kita mengerti mengapa menjadi kewajiban kita, misalnya, untuk membantu anak-anak menemukan karunia mereka dan membina mereka sehingga mereka dapat mengambil tempat yang tepat dalam rencana besar Allah, sebagai kontributor bagi masyarakat global dan untuk masuk dalam kerajaan-Nya. Misi kita adalah untuk memimpin dengan memberi teladan, dan memberikan dampak positif dalam kehidupan para seniman itu, mendukung, menginspirasi, dan membimbing mereka untuk menggunakan karunia Tuhan itu untuk melayani komunitas lokal maupun global. Untuk tujuan itu, saya percaya bahwa penting bagi kita untuk memelihara roh kreatif dalam diri kita semua. AdventistWorld.org 04 - 2018
9
Fokus
Perubahan Menjadi Diri Kita yang Sebenarnya
T
OLEH: GERALD A. KLINGBEIL
ahun lalu lebih dari 23 juta orang di seluruh dunia merasakan perlunya perubahan yang dramatis. Mereka merasakan begitu pentingnya hal itu sehingga memutuskan untuk melakukan bedah kosmetik, mulai dari facelift, operasi kelopak mata, sedot lemak, hingga bedah abdominoplasty untuk membuang lemak di perut.1 Angka di atas adalah statistik di negara seperti Taiwan atau Kamerun. Di Amerika Serikat sendiri, pasar kecantikan dan kosmetik diperkirakan melampaui 62 miliar dolar A.S.2 Itu artinya, 191 dolar A.S. per orang setiap tahun, sebuah angka yang mengejutkan mengingat apa yang dapat dibelanjakan dengan uang 191 dolar A.S. di belahan dunia lainnya. Secara global, pasar kecantikan dan kosmetik diramalkan mencapai 675 miliar dolar A.S. pada tahun 2020.3 Dan ini bukanlah fenomena yang baru. Sejak kejatuhan, manusia telah merindukan adanya perubahan. Barangkali itu adalah kerinduan akan Firdaus yang hilang atau sebuah kesadaran bahwa kita diciptakan bukan hanya untuk sekadar bekerja, makan, dan tidur. Di sepanjang sejarah terdapat banyak percobaan untuk mengubah masyarakat. Kejadian 11 menceritakan kisah tentang para pembangun menara yang mencoba meraih masa depan mereka. “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (Kej. 11:4). Sebuah kota, sebuah menara yang puncaknya menjangkau langit, sebuah nama untuk kita—itu adalah sebuah hasrat akan perubahan. Di kemudian hari, para pemimpin yang berkuasa mengubah dunia mereka dengan menaklukkan negara-negara tetangga dan membentuk sebuah imperium. Pengendalian dan kekuasaan mejadi mata uang yang diperlukan untuk mewujudkan perubahan itu. Dari Alexander Agung, Hannibal, Jengis Khan, Napoleon Bonaparte, Stalin, sampai Hitler—mereka semua mencoba untuk mendirikan sesuatu yang baru dengan menaklukkan dan menghancurkan yang lama, dan berharap agar yang baru itu dapat bertahan “selama-lamanya.” Dan mereka gagal.
Cara yang Lain
Komunisme telah gagal dalam pelbagai bentuknya; Fasisme Jerman telah jatuh; dan dunia kita masih berjalan bersama dengan “isme-isme” lain yang mencoba mengubah jalannya sejarah. Tukang kayu dari Nazaret, mengambil cara yang lain untuk perubahan. Yesus tidak pernah mengikuti permainan kekuasaan. Ia tidak mau memegang kendali. Bahkan, Ia dengan rela mengosongkan diri-Nya dengan cara menjadi manusia dan menanggung beban
kita (Flp. 2:6—8). Jalan perubahan yang ditapaki-Nya dengan pasti ke kayu salib kasar yang tertancap di luar Kota Yerusalem. Dalam perjalanan-Nya itu Ia menyentuh orang kusta dan memeluk para pendosa. Ia menyembuhkan orang yang sakit secara fisik dan terluka batinnya. Ia menjumpai orang-orang di tempat mereka berada—di pinggir sumur pada siang hari yang panas, di pinggir kolam yang dipadati kerumunan orang yang mencari kesembuhan, di jalan-jalan dan perlintasan Palestina, di rumah seorang Farisi. Yesus yang pelayanan-Nya relatif singkat itu telah mengubah dunia untuk selamanya. Ketika Ia berbicara tentang kerajaan Allah, mereka yang mendengarkan merasa tertarik kepada sang Pencipta. Ketika Ia menunjuk kepada Bapa di surga, para pendengar-Nya merasakan hati mereka berdegub kencang membayangkan masa depan yang tidak benar-benar bisa mereka bayangkan. Ketika Yesus mendengarkan mereka, mereka merasa didengarkan dan dimengerti. Banyak yang tidak mengerti arti dari kata-kata dan tindakan-Nya. Karena itulah mereka berteriak: “Hosana di tempat yang Mahatinggi” dan “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” mengutip mazmur mesianik yang populer (Mzm. 118:26; bdk. Mat. 21:1—10). Mereka mengetahui bahwa hanya seorang raja yang dapat membuat visi radikal Yesus menjadi kenyataan—oleh karena itu mereka memberikan sambutan untuk raja ketika Ia memasuki Yerusalem di akhir perjalanan-Nya. Mereka tidak menyadari bahwa pertempuran utama untuk kerajaan ini akan dihadapi di atas kayu salib dan kemudian, terus-menerus, di medan pertempuran hati. Sukacita mereka segera berubah menjadi kekecewaan. Setelah pengkhianatan Yudas dan peradilan sesat atas AdventistWorld.org 04 - 2018
11
diri Yesus oleh Sanhedrin gadungan yang tidak mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri, banyak dari mereka yang telah berteriak “Hosana di tempat yang Mahatinggi” berseru “Salibkan Dia” ketika Pilatus menunjukkan kepada mereka sosok Yesus yang telah disiksa dan didera. Raja mereka pastilah bukan seperti itu. Pemujaan mereka yang bersemangat berubah menjadi teriakan untuk membunuh. Murid-murid Yesus tidak melakukan hal yang lebih baik. Setelah lebih dari tiga tahun terus bersama Yesus dan menyaksikan pribadi-Nya dari dekat, seorang dari mereka menjual-Nya, dan seorang lainnya tiga kali menyangkal telah mengenal-Nya, dan hampir semua sisanya melarikan diri, terlalu ngeri mengingat apa yang telah diajarkan-Nya tentang hal-hal yang akan terjadi.
saat-saat yang paling kelam dalam sejarah dunia itu dua orang memutuskan untuk tetap bersama Yesus, meskipun hal itu berarti membela secara terbuka Manusia sekarat yang dituduh penjahat. Yusuf dari Arimatea, seorang anggota masyarakat Yahudi yang kaya dan seorang murid rahasia dari Yesus, menawarkan kuburnya sendiri. Ia ditemani oleh Nikodemus, seseorang yang telah lebih dulu datang kepada Yesus di kegelapan malam (Yoh. 19:38—42). Kedua pria itu tidak khawatir tentang kenajisan menurut hukum upacara saat mereka mengangkat tubuh tak bernyawa Yesus untuk dipersiapkan sehari sebelum Sabat yang kudus. Keduanya menawarkan yang terbaik—sebuah kubur dan 100 pon biaya penguburan yang mahal bertaburan kemenyan dan mur seperti layaknya seorang raja.
Di Salib
Dimulainya Sesuatu yang Baru
Seorang asing, Simon dari Kirene, memanggul salib itu (Mat. 27:32). Para serdadu memakukan Yesus ke balok yang kasar itu; dan Yesus menderita di antara langit dan bumi. Sebuah pemandangan yang gamblang. Manusia Ilahi ini, yang menanggung dosa dan menderita karena hakikat dosa yang menghancurkan, mendengar bisikan Iblis bahwa ini adalah akhirnya. “Iblis dengan godaannya yang keji mencoba mengelabui hati Yesus,” tulis Ellen White. “Sang Juruselamat tidak dapat melihat melalui pintu kubur. Tidak nampak bagi-Nya harapan untuk muncul ke luar dari kubur sebagai pemenang, atau penerimaan Bapa atas pengorbanan-Nya. Ia takut bahwasanya dosa begitu menyakiti Allah sehingga keterpisahan Mereka akan berlangsung abadi.”4 Kegelapan menutupi mentari, dan mereka yang berkumpul di kaki salib mendengar teriakan putus-asa: "'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?“ (Mat. 27:46). Hening. Di manakah Allah? Di manakah keadilan? Di manakah kasih karunia? Tuhan tergantung di salib. Ucapan Yesus yang terakhir “Sudah selesai” (Yoh. 19:30) mengingatkan kita pada rencana yang sudah dibuat jauh sebelum Penciptaan. “Jauh sebelum Ia meletakkan dasar dunia, Ia telah memikirkan kita, menempatkan kita sebagai sasaran kasih-Nya, untuk dijadikan-Nya utuh dan kudus oleh kasih-Nya,” tulis Eugene Peterson dalam versi The Message atas ayat Efesus 1:4, 5. “Jauh, jauh sebelumnya Ia telah memutuskan untuk mengangkat kita ke dalam keluarga-Nya melalui Yesus Kristus.”5 Alkitab telah memberitahukan kita bahwa di dalam 12
04 - 2018 AdventistWorld.org
Sabat itu hanya menyisakan sedikit waktu beristirahat bagi para pengikut Yesus. Semua harapan mereka telah sirna; semua pengharapan mereka kandas; semua mimpi mereka lenyap. Yesus telah mati, dalam kubur yang dingin, dikepung oleh serdadu Romawi. Perlahan jam-jam Sabat pun berlalu. Para pengikut yang dirundung duka tidak sadar bahwa dunia sedang berubah untuk selamanya. Sebuah gempa dahsyat mengiringi datangnya malaikat untuk menggulingkan batu penutup kubur. Para serdadu yang ketakutan meringkuk dalam debu ketika Yesus bangkit pada dini hari Minggu. Ketika Tuhan bangkit alam memberi hormat dan berteriak. Mereka yang menemukan kubur kosong dan mendengar peneguhan dari malaikat untuk “jangan takut” (Mat. 28:5) memberitahukan yang lain untuk duduk berdiam di ruang atas. Tuhan telah bangkit! Kemudian, perlahan dan hampir tak tampak pada awalnya, harapan tumbuh dan mengatasi kekecewaan dan ketakutan. Saya takjub melihat perubahan yang dikerjakan Yesus di atas kayu salib untuk dunia ini. Kekelaman penyaliban menjadi cahaya kebangkitan. Murid-murid yang putus asa, gentar menghadapi hidup mereka sendiri, berubah menjadi pewarta-pewarta yang berani tentang kebangkitan Tuhan dan keselamatan. Kisah para rasul menjadi sebuah catatan pria dan wanita yang berjuang demi Yesus. Kesalahan dibalut oleh pengampunan; maut telah kehilangan sengatnya (1 Kor. 15:54, 55). Hati yang hampa menjadi hati yang berkobar-kobar (Luk. 24:32).
Kekelaman Salib Menjadi Cahaya Kebangkitan
Di tengah-tengah semua itu kita melihat Yesus—berdiri tiba-tiba di sebuah ruangan yang penuh dengan para murid yang sedang bersembunyi di balik pintu terkunci. “Damai sejahtera bagi kamu!” Sapa-Nya dengan merdu; dan kepada Tomas Ia berkata: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku” (Yoh. 20:26, 27). Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah! 153 Ikan Besar Dan kemudian, setelah kebangkitan ada ikan (Yoh. 21). Petrus, Tomas, Natanael, Yakobus, Yohanes, serta dua orang murid yang lain telah kembali ke Galilea dan pergi keluar untuk menangkap ikan. Itulah yang sering kita lakukan ketika menghadapi pertanyaan besar. Kita kembali kepada apa yang kita tahu; kita kembali ke tempat-tempat yang kita kenal. Setelah sepanjang malam berada di tengah danau, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Tiba-tiba mereka melihat sesosok manusia melambaikan tangan di pantai. “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Siapakah yang memanggil anak-anak kepada orang asing? Mereka menggelengkan kepala. “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” (Yoh. 21:5, 6). Yohanes langsung mengenali Tuhannya. Petrus segera menceburkan dirinya ke air dan berenang ke pantai. Murid-murid yang lain berusaha keras untuk menarik jala mereka ke pantai. Yohanes bercerita kepada kita bahwa mereka menangkap 153 ekor ikan besar pada hari itu (ayat 11). Pasti ada yang sudah menghitungnya. Yesus mengundang mereka untuk menikmati sarapan yang hangat. Ia mengambil roti dan ikan dan membaginya kepada mereka. Lalu Ia menatap mata Petrus dan mengajukan pertanyaan telak: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” (ayat 15). Pertanyaan macam apa itu. Bagaimanakah mungkin kasihku untuk Yesus dibandingkan dengan kasihku untuk mereka? Tiga kali Yesus menanyakan pertanyaan yang sama. Tiga kali Ia menerima jawaban meyakinkan. Saya paling menyukai jawaban yang ketiga: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” (ayat 17). Tuhan, saya tidak dapat berpura-pura di hadapan Engkau. Engkau mengetahui hatiku; Engkau mengetahui masa laluku; Engkau mengetahui segalanya. Sebuah Gerakan Perubahan Setelah pertemuan dengan Yesus, Petrus memainkan peranan penting dalam gerakan Kristen mula-mula. Dan mereka pun Foto: Eberhard Grossgasteiger
berubah. Diberdayakan oleh kecurahan Roh, kelompok kecil pemimpin yang (hampir semuanya) tidak terpelajar itu mengabarkan Yesus tanpa rasa takut dan malu. Mereka bertambah dalam jumlah; mereka bertumbuh dalam kasih karunia; mereka berkembang dalam persekutuan (bdk. Kis. 2:42—47; 4:32, 33). Perkembangan yang mengubahkan ini membawa teologi baru. Petrus dan orang-orang percaya Yahudi pertama masih harus menyeberangi jurang teologi yang sangat lebar. Apakah Allah bukan hanya mengundang orang Israel, bangsa pilihan-Nya, untuk menjadi bagian dari Jalan (Kis. 9:2; 19:9, 23; 22:4; dst.) tetapi juga memanggil bangsa-bangsa lain untuk menjadi murid-murid-Nya? Pengalaman Petrus di rumah Kornelius adalah awal dari perubahan pola pikir itu (Kis. 10). Kasih karunia Allah menjangkau semua. Juruselamat datang untuk menyelamatkan orang berdosa—terlepas dari suku bangsa atau agama mereka. Karya Roh Kudus tidak dihalangi oleh batasanbatasan—bahkan oleh hal-hal yang terkadang dibentuk dalam pikiran kita dan dianggap sebagai perintah Tuhan. Fajar kebangkitan menandai dimulainya sebuah gerakan yang menghargai perubahan di atas kebuntuan. Dan perubahan itu berlanjut. Dua ribu tahun kemudian Tuhan masih mengundang kita untuk menjadi bagian dari gerakan yang bukan hanya mengabarkan bahwa Ia telah bangkit, tetapi bahwa Ia akan datang kembali untuk membawa kita pulang. Kita menunggu dan berjaga-jaga, dan sementara menunggu kita terkadang perlahan, kadang dramatis, kita pun diubahkan. Ini adalah pekerjaan dari dalam. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17). Dengan kuasa mengubahkan dari Tuhan, kita menjadi siapa kita seharusnya—sebuah berkat bagi mereka di sekitar kita yang masih mencari dan bertanya-tanya. Angka-angka ini didasarkan pada statistik terkini yang disediakan oleh the International Society of Aesthetic Plastic Surgery. lihat secarra detail di https://www.isaps.org/wp-content/uploads/2017/10/ GlobalStatistics.WorldWide.Summary2016s-1.pdf 2 Cf. https://www.prnewswire.com/news-releases/marketresearchcom-the-us-beauty-and-cosmetics-market-expected-to-exceed-62-billion-in-2016-300209081.html 3 https://www.businesswire.com/news/home/20150727005524/en/Research-Markets-Global-CosmeticsMarket-2015-2020-Market 4 Ellen G. White, The Desire of Ages (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1898), hlm. 753. 5 From The Message. Copyright © 1993, 1994, 1995, 1996, 2000, 2001, 2002. Digunakan atas izin NavPress Publishing Group. 1
Gerald A. Klingbeil melayani sebagai associate editor Adventist World dan merindukan perubahan yang lebih. AdventistWorld.org 04 - 2018
13
Suara Milenium
Berserah
D
alam waktu singkat langit menjadi gelap; cahaya keemasan terakhir mentari menghilang di balik awan kelabu raksasa. Angin dingin dan hujan memaksa kami untuk bergelung dalam kehangatan. Perahu-perahu kecil kami berguncang oleh ombak yang membesar. Berusaha keras untuk mengemudi dalam gelap, para kelasi itu mengarah langsung ke pantai. Dua puluh pelancong muda, seolah-olah hilang dalam deru ombak yang berirama, sedang kembali dari sebuah hari yang sangat bermakna. Beberapa minggu yang lalu, kegembiraan mengisi udara seraya rencana-rencana dibuat untuk perjalanan ke Palawan, satu dari pulau besar di Filipina. Palawan, sebuah surga dengan pantai berpasir putih dan air kebiruan, adalah tujuan impian bagi orang banyak. Tempat itu merupakan yang terbaik untuk melepaskan stres dan pekerjaan di sekolah. Dengan dana yang tersedia, kami pun siap berbekal doa dan harapan. Tapi saat ini, bukannya menatap takjub pada tebing batu gamping yang terjal atau menombak ikan di laguna berwarna kehijauan, kami sedang menghadapi sebuah badai. Badai Paolo telah melanda tanpa aba-aba. Ketika beberapa orang masih berharap untuk bersenang-senang, ada yang sudah menyusun rencana cadangan, dan sisanya terdiam kecewa. Beberapa Sabat yang lalu saya beribadah bersama kelompok pelayanan GROW setempat di sebuah bukit yang menghadap Danau Taal. Berserah, tema retret itu, menarik perhatian saya. Sekelompok profesional muda yang terbiasa mengatur dan merencanakan hampir segalanya dalam hidup ini belajar untuk berserah. Ketika mendengarkan pengalaman dari para peserta lain, saya menyadari mengapa berserah itu penting dan bergabung bersama mereka dalam sebuah perjalanan batin untuk berserah. Namun saya teringat perjalanan kami ke Palawan, sebuah perjalanan yang penuh petualangan dan pelajaran. Sebuah perjalanan untuk berserah. Sejak awal perjalanan kami telah mengalami bimbingan dan perlindungan
Kita tidak suka berserah. Orang-orang di sekeliling kita tidak suka
berserah.
14
04 - 2018 AdventistWorld.org
Tuhan. Kami telah merasakan hadirat-Nya— meskipun mengalami ban bocor, jalanan macet selama tiga jam, hujan, dan gelombang badai. Kami tetap dapat melihat keindahan langit yang menghitam, merasakan damai dalam gelombang badai, dan harapan dalam secercah sinar mentari. Badai itu boleh jadi menghancurkan impian-impian kami, tapi itu tidak dapat merampas iman kami kepada-Nya. Sambil berdoa, berbincang, tertawa, dan berbagi kisah hidup kami satu sama lain, kami saling menguatkan. Ikatan yang kuat dan sistem penunjang yang baru pun terbentuk. Ketika melihat kembali hal itu, saya menyadari bahwa hanya dalam berserah kita melihat keindahan dalam badai. Dalam berserah, kita menemukan makna dan tujuan di tengah kekacauan, dan dalam berserah ada harapan, damai, dan sukacita. Kami tidak suka berserah. Orang-orang di sekitar kami tidak suka berserah. Kami tenggelam dalam kesibukan hidup, tanpa menyadari bahwa dengan pencapaian yang begitu banyak ternyata kami tidak memperoleh apa-apa. Kehidupan Daud berbicara tentang berserah. Daud, Raja Israel yang diurapi, dapat dengan mudah menyingkirkan Saul. Namun ia menantikan waktu Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan sedang bekerja baginya dan melalui dia. Raja Daud menantikan Tuhan dalam keheningan dan penyerahan diri. Ia menyadari bahwa ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Allah yang Hidup, kita akan berdamai dengan apa pun yang menghalangi kita. “Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah,� tulis pemazmur. “Di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa� (Mzm. 16:11). Saya berserah pada hal itu.
Beersheba Maywald, berasal dari Tamil Nadu di India, dan sekarang sedang mengambil kuliah Master of Arts in Religion dengan fokus pada Perjanjian Baru di Adventist International Institute of Advanced Studies di Silang, Cavite, Filipina. Foto: Beersheba Maywald
Iman dalam Tindakan
Lilin Kecil di Tempat yang Gelap Ketika Tuhan Terlibat, Apa Pun Dapat Terjadi! O L E H I N D I A H AY E S *
I
a berjalan ke sebuah ruangan kecil di mana kami sedang beribadah, berkerudung dan memegang sebatang lilin. Wanita Muslim yang masih muda, khawatir dan sendirian, itu menahan air matanya saat membagikan kisahnya kepada seorang penyambut tamu di belakang. Amina dan suaminya baru-baru ini datang sebagai pengungsi di kota kami. Suaminya telah pergi ke Inggris untuk mencari pekerjaan, dan selang beberapa hari ia belum mendapat kabar darinya. Ia tidak tahu bagaimana cara menghubunginya atau apa yang harus dilakukannya. Malam sebelumnya, pada Jumat malam, Amina telah mengalami sebuah mimpi yang nyata. Dalam mimpinya itu ia disuruh membeli sebuah lilin keesokan harinya, pergi ke sebuah gereja, dan meminta pertolongan. Maka pagi hari itu Amina membeli lilin—tetapi ia tidak tahu bagaimana menemukan sebuah gereja. Amina meminta kepada sopir taksi untuk diantarkan ke sebuah gereja, dan sampailah ia ke pintu gereja kami. Kami sedang beribadah di sebuah evangelical church, yang baru beberapa bulan lalu dengan murah hati memperbolehkan kami untuk mulai mengadakan pertemuan di sana pada setiap hari Sabtu. Lilin Amina dinyalakan sebelum ibadah dimulai, dan dalam jam doa ia diundang ke depan. Kelompok kecil kami bertelut dan berdoa di sekelilingnya, dan tanpa mengetahui apa yang terjadi padanya kami mendoakan dengan tekun wanita yang nampak sangat kesusahan itu. Ketika kami memohon kepada Tuhan untuk menolongnya dan memberinya kedamaian, air mata mengucur deras di pipi Amina. Ibadah gereja kemudian berlangsung seperti biasa—kecuali sebuah dering telepon yang berbunyi saat perbaktian berjalan. Kami tidak mengetahui siapa yang menelepon hingga hari Sabat berikutnya. Tuhan Menjawab Doa Hari Sabat berikutnya salah seorang anggota gereja kami membagikan kesaksian Amina pada jam pengumuman. Saat itulah kami mengetahui bahwa panggilan telepon pada Sabat yang lalu itu berasal dari suami Amina. Ia baik-baik saja! Doa syafaat kami telah dijawab. Kami mungkin tidak akan berjumpa lagi dengan Amina, tetapi ia tidak akan mudah melupakan doa kepada Tuhan yang memberinya kedamaian. Sebuah benih telah ditanam. Pasukan Muda bagi Tuhan Kami adalah sebuah kelompok kecil di sebuah kota yang terdiri atas 5 juta orang yang belum dijangkau. Beberapa tahun yang lalu belum ada Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di daerah ini. Kami hanyalah minoritas dalam statistik gereja Advent. Pada usia 35 tahun, saya termasuk anggota tertua di keluarga besar gereja saya. Para penatua kami, pemimpin musik, bendahara gereja, pembicara, dan semua yang berperan serta adalah mahasiswa-mahasiswi berusia 20 tahunan. Boleh jadi kami memiliki anggota yang masih muda, tetapi pada hari itu saya menyadari bahwa kalau bukan untuk orang-orang muda yang berdiri di hadapan saya saat ini, mungkin tidak akan ada gereja Advent di kota yang termasuk jendela 10/40 ini. Dan Amina, yang mencari pertolongan, tidak akan pernah menemukan apa yang dicarinya. Tuaian sungguh banyak, namun pekerja sedikit. Berdoalah hari ini agar Tuhan akan mengirimkan pekerja-pekerja ke ladang-ladang dunia yang belum terjangkau. *India Hayes dan Amina adalah nama samaran. Hayes adalah pekerja garis depan di wilayah Timur Tengah/Afrika Utara.
Foto: Pran Thiramethanon
AdventistWorld.org 04 - 2018
15
Pandangan Global
Kesatuan Gereja dan Otoritas Alkitab Pentingnya Menyelesaikan Misi Tuhan
Tulisan ini adalah bagian pertama (diringkas) dari sebuah presentasi yang disajikan di General Conference Global Leadership Summit di Lisbon, Portugal, pada tanggal 6 Februari 2018. Corak gaya pidato tetap dipertahankan.–Editor
16
04 - 2018 AdventistWorld.org
S
Sungguh suatu kesempatan istimewa bagi kita untuk membahas salah satu hal yang dirindukan oleh Yesus seperti dicatat dalam Yohanes 17: Kesatuan gereja-Nya dalam menjalankan misi-Nya. Tema [pertemuan ini]: “Arti penting secara rohani dari Kesatuan Gereja dan Otoritas Alkitab untuk Menjalankan Misi Tuhan,” adalah sebuah pengingat yang kuat akan keinginan Kristus agar gereja-Nya menjadi satu, seperti Ia dan Bapa-Nya adalah satu. Kesatuan yang dipancarkan dari keallahan sangat melimpah. Allah Bapa; Allah Anak; dan Allah Roh Kudus selalu dalam kesatuan dan menjalankan karya Mereka bersama-sama tanpa perbedaan pendapat. Mereka adalah satu. Mereka satu dalam Penciptaan (Kej. 1:26); dalam pembaptisan Kristus (Mat. 3:16, 17); dalam penampakan yang mulia di atas gunung (Mat. 17:5); di salib (Mat. 27:50—54); dan seterusnya dan seterusnya. Tiga pribadi Allah ini selalu satu dalam segala keputusan mereka. Itulah sebabnya mengapa Tuhan menginginkan gereja-Nya untuk selaras dengan kehendak dan petunjuk-Nya. Harapan Tuhan bagi umat-Nya diungkapkan dalam kata-kata: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!... Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” (Mzm. 133:1, 3).
“O Jerusalem” oleh Greg Olsen. Dimuat dengan Izin. www.GregOlsen.com
Keinginan Tuhan Tuhan, berbicara melalui Daud, mengungkapkan keinginan-Nya yang kuat agar umat Tuhan bersatu. Kesatuan ini bukan hanya penampakan “kebersamaan” simbolis, tetapi bersatu dalam tujuan, misi, dan tugas, yang dapat terwujud hanya dengan berfokus pada kehendak Tuhan. Ketika kita terpisah dari rumus ini, maka “kesatuan” kita tidak akan lengkap dan terjadilah perpecahan. Kesatuan surgawi yang sejati dapat dicapai hanya jika kita dengan rendah hati menuruti perintah Tuhan melalui petunjuk Roh Kudus dan kita dapat mengerti kehendak-Nya melalui tulisan suci di dalam Alkitab dan nasihat Roh Nubuat. Melalui doa dan pembelajaran Tuhan akan membuka pintu-pintu untuk percakapan di dalam doa dan petunjuk Ilahi, sehingga gereja-Nya terbantu untuk mengetahui bagaimana melaksanakan tugas terbesar yang diberikan kepada umat manusia di zaman akhir ini—mengabarkan Kristus dan pekabaran 3 malaikat—yang menyatukan kita dalam mandat surgawi untuk gereja Tuhan di bumi. Kita membacanya dalam kata-kata Ellen White: “Dalam artinya yang khusus gereja Advent telah ditetapkan di dunia ini sebagai penjaga dan pembawa terang. Bagi mereka telah dipercayakan peringatan terakhir bagi dunia yang sedang sekarat ini. Pada mereka bersinar cahaya gemilang dari Firman Tuhan. Mereka telah diberikan sebuah tugas yang paling penting—menyampaikan pekabaran malaikat yang pertama, kedua, dan ketiga. Tidak ada tugas lain yang lebih penting daripada itu. Tidak sesuatu pun boleh mengalihkan perhatian mereka.“1
Kebutuhan Terbesar Kita Kebutuhan kita yang terbesar adalah untuk berdiam dan mengenal Tuhan kita dan apa yang menjadi kehendak-Nya. Seringkali, dalam usaha kita untuk membentuk konsep kita sendiri tentang kehendak Tuhan bagi kita, kita gagal untuk melaksanakan perintah Tuhan “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!“ (Mzm. 46:10). Dengan mencoba menemukan jalan sendiri untuk kesatuan tanpa berdiam dan mendengarkan bimbingan Tuhan, kita akhirnya kehilangan arah dan tak berdaya. Dalam proses mendengarkan kehendak Tuhan, kita harus memiliki rasa hormat yang besar kepada-Nya dan Firman-Nya, menghargai organisasi gereja yang didirikan-Nya, dan dengan rendah hati berdiam dan mengenali petunjuk Tuhan. Kerendahan hati adalah kunci utama dalam kesatuan. Firman Tuhan yang kudus menasihati kita untuk “sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!” (2 Kor. 13:11). Betapa pentingnya untuk “sehati sepikir.” Hal ini juga tercermin dalam kata-kata inspiratif berikut: “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Flp. 2:1—4). Sikap “sehati sepikir,” atau “satu tujuan,” yang dilakukan dengan “rendah hati” ini sangat dibutuhkan dalam kesatuan—sebuah usulan untuk seluruh gereja dalam membuat keputusan-keputusan. Tentu saja, kerendahan hati itu muncul hanya dengan menerima Roh Kristus di dalam diri kita dan memenuhi anjuran ini: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (ayat 5). Gereja Kristen mula-mula menanggapi hal ini dengan serius dan rendah hati, serta membiarkan Roh Kudus mengambil kendali penuh. “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati” (Kis. 2:46). Karena pengabdian mereka kepada Tuhan, dan kerendahan hati serta ketulusan
Kerendahan hati itu muncul hanya dengan menerima roh Kristus di dalam diri kita. mereka, mereka memiliki satu tujuan. Ini adalah penyerahan sejati kepada Tuhan, dan inilah yang akan dimiliki oleh gereja-Nya dalam menyelesaikan perintah agung-Nya yang disampaikan melalui pekabaran tiga malaikat.
Nasihat yang Menguatkan Buku Peraturan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memiliki nasihat yang baik bagi setiap kita tentang kesatuan. “Orang Kristen harus berusaha untuk menghindari kecenderungan yang akan memecah belah mereka dan menimbulkan cela bagi mereka. ‘Tuhan bertujuan agar anak-anakNya melebur menjadi satu. Apakah mereka tidak ingin hidup bersama di surga yang sama?.... Mereka yang menolak untuk bekerja dalam keharmonisan sangat tidak menghormati Tuhan.’—8T240. Gereja harus mencegah tindakan-tindakan yang mengancam keharmonisan antar anggota dan harus terus-menerus mendukung kesatuan.”2 Ketika Firman Tuhan ditinggikan, dan kerendahan hati yang digambarkan di dalam gereja Kristen mulamula hadir dalam hati kita melalui karya Roh Kudus, maka hasilnya adalah kesatuan yang sejati. Ellen G. White, Testimonies for the Church (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1948), jld. 9, hlm. 19. Seventh-day Adventist Church Manual (Silver Spring, Md.: General Conference of Seventh-day Adventists, 2016), hlm. 59. Lihat juga hlm 23, 59, 71, 120, 127, 167.
1
2
Ted N. C. Wilson adalah Ketua Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedunia. Tulisan-tulisan dan komentar lainnya secara resmi dapat dibaca di Twitter: @ PastorTedWilson dan Facebook: @ Pastor Ted Wilson. AdventistWorld.org 04 - 2018
17
Renungan
Tiga Tanda Baca
A
da tiga tanda baca yang memainkan peranan penting dalam hidup saya: Titik, tanda tanya, dan tanda seru. Titik menunjukkan segala sesuatu yang tetap, tidak bervariasi, dan sudah mapan: Hal-hal yang tidak terlalu saya pikirkan. “Saya makan sereal dengan susu kedelai tanpa gula”—titik. “Nama saya Werner Dullinger. Saya seorang pendeta, dengan seorang istri dan dua anak”—titik. “Pada hari Kamis, swalayan saya buka pada pukul 09.00”— titik. Hal-hal ini benar adanya. Tetapi itu tidak selalu memiliki hubungan penting dengan hidup saya atau memainkan peranan penting dalam hidup saya—kecuali istri dan anak-anak saya tentunya. Itu adalah pernyataan-pertanyaan sederhana. Tanda tanya nampaknya menjadi lebih penting seiring bertambahnya usia saya. Ketika saya masih muda, saya memiliki jawaban-jawaban yang jelas tentang hampir segala sesuatu. Dunia saya begitu jelas terbagi antara hitam dan putih tanpa sesuatu pun di antaranya. Namun bertambahnya pengalaman dan pembelajaran telah memunculkan banyak pertanyaan terbuka. Beberapa penjelasan lama tiba-tiba tidak lagi cukup memadai bagi dunia saya yang telah menjadi lebih rumit. Saya telah menyadari bahwa dunia ini tidak hanya dibagi menjadi hitam dan putih. Ada banyak nuansa di antaranya. Termasuk juga beberapa hal yang menyangkut iman saya. Ini bukanlah hal yang buruk atau menakutkan. Saya bisa hidup dengan beberapa tanda tanya dalam hidup saya. Tetapi sejujurnya—apakah hanya tanda tanya? Itu tidak cukup; harus ada yang lain dalam hidup ini. Inilah di mana masuk tanda seru ke dalam arena. Semakin tua, makin penting peranannya dalam hidup saya. Sebuah kalimat dengan tanda seru memiliki arti lebih daripada sebuah kalimat yang diakhiri sebuah titik. Sebuah tanda seru mengomunikasikan lebih banyak emosi dan keterhubungan ketimbang sebuah titik. “Tim kami telah memenangkan kejuaraan dunia!”
“Saya harus memberitahu Anda sesuatu: Saya baru saja membeli sebuah Porsche 911 berkekuatan 450 tenaga kuda!” Itu bukanlah informasi semata. Kita dapat segera menangkap kandungan emosi dan keterhubungan di sana. Tanda seru membuat hidup saya menjadi penuh makna dan berharga untuk dijalani. Tanda Seru Alkitabiah Alkitab mengenal sebuah tanda seru. Itu bukan sebuah tanda baca—melainkan sebuah kata. Amin adalah sebuah kata Ibrani yang berarti “meyakinkan, dapat dipercaya, menjadi yakin.” Kata ini digunakan dalam peristiwa yang berbeda-beda. Ketika umat menerima keabsahan sebuah janji, mereka berkata “Amin” (Bil. 5:22; Ul. 27:15; Yer. 11:5). Dalam contoh lain, ia menjadi jawaban atas sebuah berkat (1 Taw. 16:36; Neh. 8:6, 7). Di dalam Perjanjian Baru, kata ini secara teratur digunakan sebagai penutup sebuah doksologi atau doa (1 Kor. 14:16). “Amin” adalah sebuah peneguhan, sebuah tanda seru! Hidup menjadi lebih bermakna ketika kita berkata “Amin” untuk seseorang atau sesuatu. Kita harus mengatakan “Ya!” Kita memerlukan setidaknya satu tanda seru. Alkitab mengajarkan kita tentang banyak orang yang menemukan tanda seru mereka, yang memutuskan untuk membaktikan diri pada sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka. Paulus mengatakannya demikian: “Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku, oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak," tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah” (2 Kor. 1:19, 20). Kita adalah tanda seru dari Allah, impian terbesar Allah. Itulah alasan mengapa Yesus datang dan Foto: Luke Stackpoole
membayar harga yang tinggi untuk mewujudkan mimpi-Nya itu. Filipi 2:6—8 mengungkapkan hal ini secara indah. Di dalam Yesus, Allah mengosongkan diri-Nya sehingga kita memiliki kesempatan untuk menjangkau kekekalan melalui Dia. Banyak cara lain yang lebih nyaman untuk mati ketimbang mati di atas salib Romawi. Namun Tuhan tetap berpegang pada rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia yang memberontak dan terus melakukannya sampai mimpi-Nya menjadi kenyataan. Karena hal itulah, kata Paulus, karena saya tidak perlu khawatir lagi dengan nilai, harga diri, dan apakah saya diterima dan dikasihi, dan dengan kepercayaan diri saya, saya memiliki kebebasan untuk memulai pencarian tanda seru dalam hidup saya, untuk mencari “Amin” dalam hidup saya. Dag Hammerskjöld, Sekretaris Jendral PBB yang kedua (1953—1961), meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang di Zambia, di mana ia sedang memulai negosiasi untuk mengakhiri perang sipil. Dalam bukunya Markings, ia membagikan gagasannya: “Saya tidak tahu siapa—atau apa—yang bertanya; saya tidak tahu kapan itu dipertanyakan, bahkan saya tidak ingat apakah saya menjawabnya. Tetapi pada saat saya menjawab Ya untuk seseorang—atau sesuatu—sejak saat itu saya yakin bahwa hal itu bermakna dan bahwa, karenanya, hidup saya, yang berserah, memiliki sebuah tujuan.”* Itulah arti hidup ini. Untuk menemukan pertanyaan yang kita bisa, dari kedalaman hati kita, menjawab “Ya.” Hal ini hampir seperti jatuh cinta, ketika kita merasakan gelitik kupu-kupu di perut kita. Apakah Anda mengingat hal-hal gila yang Anda pikirkan? Mengendarai sepeda motor selama empat jam di tengah hujan badai, hanya untuk bersama dengan si dia selama 60 menit. Menonton film yang membosankan hanya karena ia menyukainya.
Jika kita ingin menjalani hidup kita, iman kita dan panggilan kita dengan sukacita... kita harus kembali kepada apa yang mula-mula memotivasi dan menarik hati kita. Pergi ke pertandingan sepak bola hanya karena si dia yang bermain. Saya pikir, tidak ada hubungan atau mimpi yang dapat bertahan jika perasaan itu hilang. Kita dapat merasakan hal itu hanya karena itu adalah mimpi yang kita impikan (bukan milik orang lain), dan hanya karena itu adalah pertanyaaan yang kita jawab, dan karena itu adalah “Ya” yang kita ucapkan. Jika kita ingin menjalani hidup kita, iman kita, dan panggilan kita dengan sukacita dan kepuasan mendalam, kita harus kembali kepada apa yang mula-mula memotivasi dan menarik hati kita. Kita harus merasakan seperti baru lagi nilai-nilai dan prioritas-prioritas yang kita pegang dengan seluruh keberadaan kita Apakah kita anggota jemaat, guru, pendeta, atau penata usaha, dengan kehidupan yang sangat sibuk dan jadwal padat, kita memerlukan perubahan semacam ini. Dalam terang “Ya” dari Tuhan yang melampaui segalanya yang disampaikan-Nya kepada kita melalui Yesus, kita, juga, dapat menjawab dengan tegas dan terus terang “Ya.” “Ya” Tuhan menjadi “Ya” penyerahan diri kita, dan tiba-tiba hidup kita memiliki makna dan tujuan. Jadi, Ya!! * Dag Hammersköld, Markings (New York: Alfred A. Knopf, 1964).
Werner Dullinger Ketua Uni Konferens Jerman, di Ostfildern, Jerman. AdventistWorld.org 04 - 2018
19
Roh Nubuat
Apakah Artinya Sebuah Surat?
E
llen G. White Estate saat ini memiliki lebih dari 5.000 surat yang ditulis oleh Ellen White. Surat ini dari Ellen White kepada Abram dan Caroline Dodge yang dipublikasikan secara lengkap untuk pertama kalinya pada tahun 2014 dalam The Ellen G. White Letters and Manuscripts With Annotations, jilid 1, hlm. 319-321. Jilid pertama buku ini memuat semua surat dan manuskrip Ellen White yang telah diketahui selama periode 15 tahun, 1845-1859, termasuk buku hariannya yang pertama. Jilid 2 (1860- 1863) sedang dalam persiapan. Tulisan di bawah ini telah disunting sesuai dengan keterbatasan tempat.
SURAT Surat 9, 1851 21 Desember, 1851 Saratoga Springs, New York Saudara dan Saudari Dodge yang terkasih: Gambar: Pusat Penelitiana Gereja Advent Saya memiliki waktu luang sejenak dan akan menggunakannya untuk menulis surat kepada Anda. Kesehatan saya cukup buruk belakangan ini, tetapi saat ini sudah lebih baik. Terkadang saya dan James merasa lelah sekali. Kami hampir tidak pernah SIAPAKAH KELUARGA DODGES? beristirahat sebelum jam sebelas atau dua belas malam; 1 kami tidak memiliki Abram A. Dodge (1817—1892) dan istrinya, waktu luang. Kalau bukan karena kekuatan yang setiap hari kami terima dari Tuhan, Caroline Elizabeth (1830—1915), adalah kami telah kandas. anggota awam yang aktif dari Jackson, Michigan Puji Tuhan bahwasanya kami memiliki Imam Agung yang penuh belaskasihan (pada awal tahun1850-an), kemudian tinggal di dan lemah lembut, yang dapat tersentuh oleh keterbatasan kami. Kami tidak Battle Creek dan Coopersville, di negara bagian berharap untuk beristirahat di sini, tidak, tidak. Jalan ke surga adalah jalan memikul yang sama. Abram Dodge dikenang oleh J. N. salib; jalanannya sempit dan lurus, tetapi kami akan terus maju dengan kegembiraan Loughborough untuk “kesetiaannya... dalam karena mengetahui bahwa Raja kemuliaan telah menapakinya sebelum kami. Kami membawa para pekerja dari satu tempat ke tidak akan mengeluhkan kerasnya perjalanan, tetapi akan menjadi pengikut Yesus tempat lain dengan kendaraannya.” Dodge adayang lemah lembut, menapaki jejak kaki-Nya… kami tidak akan memiliki pikiran lah seorang pengusaha, seorang pedagang alat yang bersungut-sungut karena kami mengalami pencobaan. Anak-anak Tuhan yang musik, dan seorang tukang memperbaiki jam…. terkasih pasti mengalaminya, dan setiap pencobaan yang dilewati dengan baik Tidak lama setelah pernikahan mereka pada hanya akan memperkaya kita dalam kemuliaan. Saya merindukan penderitaan itu. tahun 1851, Abram dan Caroline menghadiri Saya tidak akan pergi ke surga tanpa menderita meskipun seandainya saya bisa, sebuah konferensi di Camden, New York. Mereka dan melihat Yesus yang sangat menderita bagi kita untuk meberikan kita warisan bertemu dengan Ellen dan James White untuk yang berlimpah; dan melihat para martir yang mengorbankan hidup mereka untuk pertama kalinya dan menjadi sahabat dekat kebenaran, dan demi Yesus. Tidak, tidak. Perkenankan saya disempurnakan melalui mereka… Bertahun-tahun kemudian, pada tahun penderitaan. Saya rindu berbagi dengan Kristus dalam penderitaan-Nya, karena 1872, Ellen White… menulis: “Jika ada seorang dengan demikian, saya tahu bahwa saya akan berbagi dengan-Nya dalam kemuliaanwanita yang berharga dan takut akan Tuhan di Nya. Battle Creek, itu adalah Saudari Dodge.” Yesus adalah teladan kita. Marilah kita belajar untuk hidup sedekat mungkin dengan hidup-Nya. Jiwa saya berteriak memanggil Allah yang hidup. Keberadaan saya merindukan-Nya. Oh, agar bisa mencerminkan dengan sempurna gambaran-Nya yang indah! Oh, agar bisa sepenuhnya dipersembahkan bagi-Nya! Oh, betapa sulitnya mematikan cinta diri. Kita dapat bersukacita dalam seorang Juruselamat; Seseorang yang menyelamatkan kita dari segala dosa. Kita dapat berdiam bersama Tuhan di mana setiap 20 04 - 2018 AdventistWorld.org
harinya kita dapat berkata: “Saya hidup tapi bukan saya lagi, karena Kristus hidup di dalam diri saya untuk menghendaki dan melakukan apa yang disukai-Nya.” Kemuliaan bagi Tuhan. Saya tahu bahwa hidup saya tersembunyi bersama Kristus di dalam Tuhan. Tirai itu telah terangkat, saya telah melihat pahala berlimpah ada di sana untuk orang-orang kudus. Saya telah merasakan sukacita dunia yang akan datang, dan dunia itu sangat memanjakan bagi saya. Apa yang saya sukai, minati, harapkan, segalanya ada di surga. Saya rindu berjumpa dengan sang Raja dalam keelokan-Nya, Dia yang dicintai oleh jiwa saya. Surga, surga yang manis. “Saya rindu berada di sana; dan pikiran bahwa hal itu sudah dekat, membuat saya hampir-hampir tidak sabar menantikan datangnya Kristus.” 2 ... Marilah kita memiliki iman, iman yang hidup untuk Tuhan, dan kasih satu sama lain seperti Tuhan telah mengasihi kita. Kita sangat berbakat melihat kesalahan orang lain, dan tidak begitu cepat menemukan kesalahan diri sendiri. Jika setiap hari kita tekun berusaha menuruti kehendak Tuhan, dan dengan tekun berusaha memuliakan Tuhan, tanpa menuruti keinginan dan kesenangan sendiri, saya tahu bahwa kita akan tumbuh dan menjadi kuat tertanam dalam pokok anggur.... Suara malaikat nampaknya berdering kembali di telinga saya malam ini dengan nyaring dan jernih, bersiaplah, bersiaplah, bersiaplah, atau engkau akan ditimbang dan ditemukan ringan. Kristus akan mempersembahkan sebuah umat kepada bapa-Nya yang ditemukan tanpa cacat atau kerut atau apa pun, dan ketika Ia membimbing kita melalui gerbang batu permata di kota emas, Ia akan melihat hasil pembelian oleh darah-Nya, anak-anak yang ditebus-Nya, dan melihat hasil kerja keras-Nya dan merasa puas. Saya rindu melihat Yesus yang elok yang wajah-Nya menerangi kota kemuliaan; Ia dikasihi oleh para malaikat, yang membuang mahkota mereka yang berkilau seraya membungkuk di hadapan-Nya, yang kemudian menyentuh kecapi emas mereka dan memenuhi surga dengan musik yang indah, lagu-lagu untuk Anak Domba. Bahasa jiwa saya seperti ini: “Meskipun lautan gelap gulita, dan ombak menderu kencang, jika Yesus mengizinkan hal itu, saya akan berani. Karena musik surgawi itu telah memesona saya, saya akan bergabung dengan paduan suara itu, saya akan pergi, biarkan saya pergi.” 3 Jiwa saya di angkat pada kemuliaan. Saudara dan saudari yang terkasih, saya belum melupakan musim-musim yang kita lalui bersama di Konferens Milton [New York]. 4 Semoga Tuhan menguatkan dan membimbing Anda melalui segala pencobaan, sehingga Anda dapat meraih kemenangan. Kita diselimuti oleh darah Anak Domba dan kesaksian kita.... Hari Selasa atau Rabu yang akan datang kami memulai perjalanan kami ke Konferens Camden [New York]. Jika Yesus hadir di acara itu (saya percaya Ia akan hadir), pertemuan kami akan berhasil. Saya tahu jika kita rendah hati sebagaimana seharusnya, dan menyadari dari mana asalnya kekuatan kita, dan memiliki iman, iman yang hidup, Tuhan akan bekerja secara perkasa bagi kita, dan jejak-Nya akan terlihat di antara kita. James... sangat sibuk mengoreksi tulisan. Saudari Annie Smith membantunya, dan 5 saya memiliki sedikit waktu untuk menulis. Saya telah menulis hal ini pada malam setelah hari Sabat diterangi oleh cahaya lilin, dengan mata yang gatal, sehingga maafkan tulisan saya yang jelek. Beranilah. Jangan biarkan apa pun menenggelamkan dan membuat Anda gentar. Ingatlah bahwa kita telah hampir sampai di rumah. Kasih yang sebesar-besarnya untuk semua saudara dan saudari di Michigan, terutama mereka yang telah pernah bertemu dan berkenalan dengan saya. Beritahu mereka untuk bersukacita…. Saudara dan saudari yang terkasih, menulis suratlah kepada kami; kami akan senang mendengar kabar dari Anda dan saudara dan saudari di Jackson [Michigan]. Saya dan James mengirim kasih kami untuk Anda dan semua yang mengasihi Yesus. Dalam ketergesa-gesaan dan kasih, Ellen G. White
CATATAN 1 “Sebelum malam berakhir,” Ellen White menulis satu minggu sebelumnya: “Kami duduk dan melipat serta menggulung [the Riview]” “hingga lewat jam satu pagi.” (Surat 5, 14 Desember 1851 ). 2 Baris ini diambil dari lagu “I Long to Be There,” yang pertama kali dipublikasikan di kalangan Advent pemelihara hari Sabat oleh James White dalam Hymns for Second Advent Believers, 1852. Untuk sejarah yang lebih lengkap tentang lagu ini, lihatlah James R. Nix, Early Advent Singing. 3 Baris ini diambil dari lagu “What Heavenly Music,” yang termasuk di dalam kumpulan lagu James White yang pertama, Hymns for God’s Peculiar People, 1849. Untuk sejarah yang lebih lengkap tentang lagu ini, lihatlah James R. Nix, Early Advent Singing. 4 Abram Dodge, bersama penggantinnya yang baru beberapa bulan, melakukan perjalanan panjang bersama dengan orang percaya lainnya dari Jackson, Michigan, untuk menghadiri konferensi di Camden, New York, tanggal 20—22 Juni 1851. Tidak jelas apakah mereka juga mengikuti konferensi di West Milton, New York, yang diadakan minggu berikutnya. Juga ada konferensi kedua yang diumumkan untuk West Milton, tiga bulan kemudian, pada tanggal 19—21 September 1851. Namun, ketika Ellen White menulis tentang perjumpaannya dengan keluarga Dodge di “Konferensi Milton,” tidak dijelaskan konferensi Milton yang mana. 5 Annie Rebekah Smith, 23 tahun, Saudara perempuan editor the Review berikutnya, Uriah Smith, waktu itu telah bergabung dengan tim Review sebagai asisten editorial. Dalam suratnya yang ditulis satu bulan sebelumnya Ellen White mengungkapkan perasaannya tentang Annie Smith: “Ia benar-benar bantuan yang kita butuhkan. Ia bisa bekerja sama dengan James dan sangat membantunya. Kami dapat meninggalkannya sekarang untuk menerbitkan surat kabar itu dan dapat lebih banyak dimiliki oleh umat.”
AdventistWorld.org 04 - 2018
21
Wawancara
Percaya Berharap Menyanyi Sebuah Percakapan tentang Penerbitan Buku Lagu Pujian Berbahasa Jerman yang Baru
Associate editor Adventist World Gerald Klingbeil belum lama ini berbincang dengan Friedbert Hartmann, Sekretaris Uni Konferens Jerman bagian Utara di Hanover, Jerman, dan ketua komite yang selama bertahun-tahun merancang sebuah buku lagu pujian Glauben—Hoffen—Singen, tentang proses dan pengalaman dalam memperkenalkan buku lagu pujian yang baru itu. Musik adalah bagian penting dari ibadah dan kehidupan gereja. Gereja di Jerman dan Swiss telah memperbarui buku lagu pujiannya dari tahun 1983. Mengapakah begitu penting memproduksi sebuah buku lagu pujian yang baru? Seberapa seringkah kita harus memperbarui buku lagu pujian dan mengapa? Ketika kami memutuskan pada tahun 2007 untuk mulai mengerjakan sebuah buku lagu pujian yang baru, ada beberapa alasan untuk melakukannya. Pertama, buku lagu pujian kami Wir loben Gott (Kita Memuji Tuhan) telah hampir tidak dicetak lagi. Kedua, izin cetak untuk lagu-lagu tersebut telah hampir kadaluwarsa; kami tidak dapat begitu saja mencetak ulang buku tersebut. Ketiga, beberapa gereja memiliki koleksi lagu-lagu pujian yang lebih berjiwa muda, yang mendorong kami untuk menerbitkan pada tahun 2004 sebuah buku tambahan berjudul Leben aus der Quelle (Hidup Dari Sumber). Ini berarti bahwa gereja-gereja Advent di Jerman menyanyi menggunakan dua buku lagu pujian. Kami ingin membereskan situasi ini. Sebagai hasilnya, kami merasa perlu menciptakan sebuah buku lagu pujian yang berisi lagu-lagu tradisional dan juga lagu-lagu baru. Kami bahkan memiliki tujuan yang lebih besar: Buku lagu pujian yang baru harus berisi lagu-lagu pujian untuk setiap generasi, termasuk anak-anak dan remaja, dan 22
04 - 2018 AdventistWorld.org
bahkan anggota jemaat yang datang dari negara lain ke Jerman dan Swiss, sehingga mereka bisa paling tidak menemukan beberapa lagu yang tidak asing bagi mereka. Konsep kami adalah untuk menciptakan sebuah buku lagu pujian yang terpadu. Anda mengetuai komite yang menghasilkan buku lagu pujian yang baru itu. Berapa lamakah proses itu berlangsung dan bagaimanakah cara kerjanya? Pertemuan pertama dari komite kerja itu berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2007. Kami segera memutuskan untuk bekerja dengan dua komite: Satu komite yang berurusan dengan hal-hal musikal, sedangkan yang satu dengan bahasa teologi. Kami juga menjalankan survei melalui internet di kalangan anggota jemaat. Kemudian kami meninjau dan menilai setiap lagu dari buku lagu yang lama. Kami bahkan meninjau lagu-lagu pujian Advent yang lebih lama dan lagu-lagu pujian internasional untuk mencari lagu-lagu yang mungkin cocok menjadi lagu pujian yang baru, dan juga menerima pelbagai saran tentang lagu-lagu. Sejumlah komposer Advent menawarkan musik gubahan mereka. Hasilnya adalah sekumpulan musik dengan beberapa ribu lagu. Semua lagu itu dinilai ulang secara musikal, bahasa, dan teologis. Kami ingin memasukkan ke dalam buku lagu pujian itu hanya lagu-lagu yang bukan hanya berkualitas tinggi dalam hal musik dan syairnya, tetapi juga secara teologis mencerminkan apa yang diperjuangkan oleh orang Advent. Kemudian, pada suatu titik kami harus membuat pilihan. Buku lagu pujian ini akhirnya berisikan 694 buah lagu. Dua puluh dua orang menjadi bagian dari dua komite kerja itu: Para musisi profesional, ahli lagu pujian, pendeta, ahli bahasa Jerman, orang awam, ahli teologi, pengajar—semuanya anggota jemaat kami di Jerman dan Swiss. Foto: Stephan G. Brass
Saya bersama keluarga sering menyanyi dari buku lagu pujian yang baru. Meskipun kami merasa kehilangan beberapa lagu dari buku lagu yang lama, kami juga tertarik untuk mempelajari yang baru. Apakah kriteria yang penting bagi Anda dalam memilih lagu-lagu itu? Kami ingin menciptakan sebuah buku lagu pujian yang terpadu; setiap orang yang menjadi bagian dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di negara-negara berbahasa Jerman harus bisa menemukan lagu “mereka.� Kami menyusun buku lagu yang baru ini kedalam delapan kategori tematis dan 48 kategori, dimulai dengan pujian, syukur, dan penyembahan, dan diakhiri dengan Tuhan menyelesaikan karya-Nya di bumi. Semua topik yang berkenaan dengan langkah hidup dan iman kita tercermin dalam lagu-lagu ini. Bilamana mungkin, kami memasukkan lagu-lagu pujian dari tradisi Advent yang lama dalam setiap kategori utama, begitu pula lagu-lagu baru yang ditulis tahun-tahun belakangan ini. Lagu-lagu tersebut dapat ditemukan berdampingan dalam buku lagu pujian ini. Saya mengakui bahwa saya juga kehilangan beberapa lagu lama, yang menurut saya sangat indah. Tetapi pilihan-pilihan tidak dibuat secara perorangan tetapi oleh dua komite yang bekerja bersama-sama. Apakah pengalaman Anda dalam memperkenalkan buku lagu pujian yang baru ini ke gereja-gereja? Saya dapat membayangkan bahwa tidak semua anggota gereja merasa senang. Pengalaman kami sangat beragam: Banyak gereja yang menunggu-nunggu buku lagu pujian yang baru, ada juga beberapa gereja dan anggota jemaat yang enggan beralih dari yang lama. Kami menyadari bahwa selalu suit untuk mengganti sesuatu yang telah menjadi bagian dari kita selama berpuluh-puluh tahun. Membuang sesuatu yang telah melekat dan terbiasa bagi kita dengan buku lagu pujian yang baru, dengan judul yang tidak biasa dan sebagian lagu serta susunan yang baru, bisa cukup menantang. Kami sangat gembira bahwa sebagian besar gereja Advent di Jerman dan Swiss sekarang menyanyi dari buku lagu pujian yang baru. Permintaan akan buku lagu yang baru sangat besar sehingga kami harus segera mencetak ulang. Kami juga mencatat bahwasanya penerimaan buku lagu pujian yang baru itu akan lebih mudah di tempat di mana dilakukan presentasi, penjelasan, dan perkenalan secara resmi. Sebuah buku lagu pujian (yang barangkali akan digunakan selama berpuluh-puluh tahun) perlu dibedah. Ada juga gereja-gereja yang masih menggunakan buku pujian yang lama. Hal yang baik. Pada akhirnya, hal ini bukan masalah buku lagu yang benar atau yang salah, tetapi tentang isinya: Memuji dan menyembah Tuhan, menyanyi untuk menyaksikan iman kita, dan yang tak kalah pentingnya, merasakan kehadiran Tuhan dan persekutuan satu sama lain dengan bernyanyi. Umpan balik seperti apakah yang Anda dapatkan dari para musisi dan ahli lagu pujian? Buku lagu pujian ini diterima dengan baik oleh para ahli. Pendekatan yang terpadu dan pembagian tematis buku ini,
Jika memungkinkan,
berdasarkan kehidupan dan pengalaman iman kita, diaprekami memasukkan siasi. Mereka juga menyukai lagu-lagu pujian dari kenyataan bahwa lagu pujian tradisional dimasukkan setelah tradisi Advent yang lagu penyembahan, dan bahwa lama dalam setiap lagu untuk anak-anak serta lagu berbahasa asing juga dimasukkan kategori utama, begitu ke dalamnya, dan bahwa buku lagu pujian ini tidak hanya berisi pula lagu-lagu baru lagu tetapi juga banyak tulisan yang ditulis tahundan saran-saran seputar ibadah penyembahan. Banyak yang tahun belakangan ini. menganggap sebagai hal yang luar biasa ketika menemukan bahwa kami mencetak hampir semua lagu dalam empat suara dan bahkan menyertakan kunci nada untuk pemain gitar dan keyboard. Kami menyadari banyak pemain organ di gereja yang agak sulit mengiringi lagu-lagu orang muda. Karena itulah kami menawarkan seminar-seminar di mana orang dapat belajar untuk mengiringi lagu-lagu semacam itu. Apakah pengalaman yang Anda peroleh yang mungkin menarik bagi gereja di belahan dunia lain yang berencana untuk membuat buku lagu pujian yang baru? Apakah yang telah Anda pelajari? Apakah Ada yang akan Anda lakukan secara berbeda jika Anda mengulang hal yang sama? Untuk pertama kalinya kami terlibat dengan sebuah komite bahasa teologis. Hingga saat ini, pada umumnya musisilah yang menciptakan lagu baru. Tapi sungguh bermanfaat untuk meneliti lirik lagu itu, khususnya mengenai kandungan teologi di dalam kata-katanya. Kami juga belajar bahwa menciptakan sebuah lagu ternyata lebih lama daripada yang kami pikirkan. Nasihat kami: Mulailah lebih cepat! Kami membuat buku lagu pujian dengan bantuan 22 orang. Hampir semua yang kami lakukan melibatkan semua peserta. Lain kali kami akan mempertimbangkan apakah ada tugas yang dapat dikerjakan oleh sebuah kelompok yang lebih kecil. Semakin banyak tugas yang harus diproses oleh semua anggota komite, makin lama jadinya. Kami juga merencanakan material tambahan untuk buku lagu pujian yang baru. Sebagai contoh: Lampiran untuk pemain brass bands atau untuk tiga kelompok paduan suara. Kami bahkan memimpikan sebuah aplikasi komputer. Namun semua ini membutuhkan sumberdaya manusia dan pendanaan. Kami tidak memiliki dua sumberdaya yang cukup untuk mewujudkan semua rencana itu. Untuk itu nasihat kami untuk yang lain adalah: Rencanakan dan anggarkan sejak awal semua materi tambahan yang penting untuk sebuah buku lagu pujian yang baru. Dan karena tidak mungkin untuk melakukan semuanya sekaligus, mulailah membuat prioritas. Inilah yang telah kami lakukan, dan kami bersyukur karena Tuhan telah memberkati kami dan karena gereja-gereja Advent di sini dapat menyanyi dari buku lagu pujian yang baru, mewartakan kasih Tuhan, dan mengalami persekutuan satu sama lain dengan bernyanyi. AdventistWorld.org 04 - 2018
23
Melihat ke Belakang
Restorasi di Maple Grove Tempat Pembaruan Jasmani dan Rohani
H
anya seminggu sebelum Natal 1866, James White, yang lemah karena stroke yang dideritanya 16 bulan sebelumnya, tidak pulih seperti diharapkan oleh Ellen, istrinya. James telah mendapatkan perawatan hydrotherapy dan pengobatan alami lainnya di Our Home on the Hillside, sebuah lembaga kesehatan yang dikelola oleh Dr. James Jackson di Dansville, New York, Amerika Serikat, tetapi Ellen tidak puas dengan hasil yang dilihatnya. Karena takut suaminya tidak akan pernah pulih bila tetap tidak aktif, Ellen memilih untuk menjalani tur ceramahnya yang disebutnya “Northern Michigan,” bersama dengan James. Ellen menulis: “Untuk membiayai perjalanan ini, saya menarik semua permadani saya dan menjualnya.... Dengan uang hasil penjualan itu, saya membeli sebuah kereta tertutup, dan bersiap untuk melakukan perjalanan, dengan meletakkan di dalam kereta itu sebuah kasur tempat bapak berbaring.”1 Ditemani oleh putra mereka Willie, keluarga White meninggalkan rumah mereka di Battle Creek di tengah badai salju (“dingin musim salju yang paling parah,” tulis Ellen White).2 Tujuan mereka adalah Wright, Michigan, sebuah komunitas pertanian kecil di sebelah selatan negara itu—95 mil dari Battle Creek. Kelihatannya hal itu bukan rencana yang bijaksana, bepergian jauh bersama James yang kondisinya lemah. Ellen menulis: “Suami saya menghadapi perjalanan sejauh 90 mil itu lebih baik daripada yang saya takutkan, dan kelihatan tetap sehat ketika kami tiba di tujuan sama seperti ketika kami meninggalkan Battle Creek.”3 E. H. Root telah mengundang mereka untuk tinggal bersama keluarganya di pertanian mereka. Wright seperti rumah kedua bagi keluarga White dalam perjalanan mereka di sekitar Michigan, dan mereka mengasihi anggota gereja, dan keramahtamahan yang mereka terima, menjadikan tempat itu sempurna bagi kesembuhan James selanjutnya. Ellen bersikeras menyuruh James berolahraga setiap hari. “Tiap hari suami saya keluar untuk berjalan kaki. Pada musim salju datanglah badai yang menakutkan, dan Bapak berpikir ia tidak dapat keluar dalam badai dan salju. Saya pergi kepada saudara Root dan berkata: ‘Saudara Root, apakah Anda memiliki sepasang sepatu boot?'" “Ya," jawabnya. “Saya mau meminjamnya pagi ini," kata saya. Mengenakan sepatu boot dan berjalan keluar, saya berjalan seperempat mil di atas salju tebal. Ketika kembali, saya mengajak suami saya untuk berjalan-jalan. Ia berkata bahwa ia tidak dapat
Gambar dari tahun 1868 tentang kemah pertemuan Advent pertama di Wright, Michigan.
24
04 - 2018 AdventistWorld.org
Gambar: Pusat penelitian gereja Advent
Ladang terletak di belakang gereja Wright ini adalah lokasi KKR pertama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
keluar dalam cuaca seperti itu. ‘O, ya, Anda bisa,’ jawab saya. ‘Anda boleh berjalan di bekas tapak kaki saya.’ Ia adalah seorang pria yang sangat menghormati wanita; dan ketika ia melihat tapak kaki saya, ia berpikir bahwa jika seorang wanita bisa melakukannya, ia juga bisa. "Pagi itu ia pun berjalan kaki seperti biasanya.”4 Kesehatan James mulai membaik, dan terus meningkat setelah keluarga White meninggalkan Wright. Pada saatnya, dengan perawatan yang lemah-lembut, disertai dosis yang sehat paksaan halus untuk kembali ke mimbar dan berceramah, ia pun sembuh.
Orang Advent Mula-mula Mengapakah keluarga White memilih komunitas Wright? Apakah karena keramahtamahan petani Root dan keluarganya? Apakah udaranya yang bersih dan segar? Barangkali, tetapi yang lebih penting, adalah pekerjaan penting untuk jemaat yang harus dilakukan, dan itu merupakan dorongan bagi James untuk kembali bekerja. Wright adalah gereja Advent pemelihara hari Sabat yang didirikan tiga tahun sebelum Konferens Michigan berdiri, dan lima tahun sebelum General Conference dibentuk. Pada tahun 1858 Joseph B. Frisbie datang ke Wright, ke “tepi perbatasan,” untuk mengadakan serangkaian KKR. Kegiatan itu dihadiri banyak orang, meskipun ditentang oleh imam-imam setempat. Setelah memulai KKR itu di sebuah sekolah, Frisbie dipaksa untuk mencari lokasi yang baru. Salah satu pengawas kota menawarkan peternakannya, dan pertemuan itu pun berlanjut. Pada penutupan KKR, jumlah baptisan cukup untuk memulai sebuah gereja baru. Saat keluarga White tiba pada musim salju 1866, tulis Ellen, “Kami menemukan gereja ini dalam kondisi lemah. Benihbenih perpecahan dan ketidakpuasan mengakar di sebagian besar anggota jemaatnya, dan roh keduniawian menguasai mereka. Meskipun demikian, mereka menikmati pelayanan para penceramah kami dan mengherankan sekali melihat mereka begitu lapar akan makanan rohani. Di sinilah dimulainya pekerjaan yang efektif sejak sakitnya suami saya…. Kami mendengarkan dengan penuh perhatian. Saya melihat suami saya menjadi lebih kuat, lebih jelas, dan pembahasannya lebih dapat dimengerti.”5 Keluarga White menghabiskan waktu enam minggu di jemaat Wright, menguatkan mereka melalui pengajaran Alkitab, petunjuk dalam prinsip-prinsip kesehatan dan pembaruan cara berpakaian, dan membuat rencana persembahan sistematis (persepuluhan dan persembahan). Para anggota jemaat saling mengaku salah, kesatuan dicapai kembali, dan gereja itu pun bertumbuh. Satu catatan penting, kemah pertemuan pertama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh diadakan di Wright, hanya dua tahun setelah perjalanan keluarga White menembus badai
Foto: Merle Poirier
salju. “Dalam sebuah pertemuan yang diadakan di gereja Wright, Michigan, pada bulan Juli 1868, yang dihadiri oleh James, Ellen White dan Uriah Smith, topik-topik pertemuan diperkenalkan untuk pertama kali.”6 Awalnya James mengusulkan kemah pertemuan negara bagian Michigan, tetapi waktunya sudah terlambat untuk merencanakan pertemuan dalam skala besar seperti itu. Alternatifnya adalah mengadakan sebuah pertemuan wilayah yang lebih kecil: “Satu untuk wilayah barat Michigan, Wisconsin, dan Illinois; satu untuk wilayah timur Michigan, New York, dan Kanada; dan satu untuk wilayah selatan Michigan, Indiana, dan Ohio. Diputuskan untuk mengadakan pertemuan pertama di Wright, karena dekat dengan Danau Michigan, dan [orang percaya di] Wisconsin dan Illinois bisa datang ke sana melalui danau itu.”7 Kemah pertemuan regional yang pertama itu sangat sukses sehingga gagasan untuk mengadakan kemah pertemuan besar pun dilontarkan, dan format pertemuan itu dijadikan sebuah acuan.
Masih Bersaksi Saat ini, jika Anda berkunjung ke gereja Advent di Wright, Michigan, Anda akan menemui anggota-anggota jemaat yang setia dan masih aktif terlihat dalam misi gereja, 160 tahun setelah gereja itu didirikan. Itu masih merupakan tempat di mana pemulihan dan kesembuhan berlangsung, di tanah tempat pohon maple tua berada. Ellen G. White, Selected Messages (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1958, 1980), jilid 2, hlm. 306. Ellen G. White, Testimonies for the Church (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1948), jilid 1, hlm. 103. 3 Ibid., hlm. 104. 4 E. G. White, Selected Messages, jilid 2, hlm. 307. 5 E. G. White, Testimonies, jilid 1, hlm. 570. 6 A. W. Spalding, Origin and History of Seventh-day Adventists (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1962), jilid 2, hlm. 9. 7 Ibid., hlm. 9, 10. 1
2
Bernard Andersen adalah mantan anggota direksi Adventist Heritage Ministry dan Ketua Jemaat di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Wright, Michigan. Beth Thomas adalah editor lepas dan penulis, di Laurel, Maryland, Amerika Serikat.
AdventistWorld.org 04 - 2018
25
Pertanyaan dan Jawaban Alkitab
Bapa Kami P J
Apakah Benar Kata Abba Dalam Perjanjian Baru Berarti “Ayah”?
Istilah Abba, digunakan dalam Perjanjian Baru sebanyak tiga kali (Mrk. 14:36; Rm. 8:15; Gal. 4:6), bukan berarti Ayah. Abba adalah transliterasi dari kata dalam bahasa Aram yang berarti “sang bapa.” Istilah ini digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa untuk menyebut kepala keluarga, yang mengandung arti mendalam, sebuah ikatan kekeluargaan. Istilah bahasa Aram biasanya digunakan sebagai sebuah sapaan, “O Bapa,” tetapi itu dapat juga bersifat empatik (“Bapak!”). Dalam Injil Markus terjemahan bahasa Yunani terdapat— ho pater, “sang Bapa,”—menggunakan ungkapan bahasa Aram, meskipun konteksnya bahasa Yunani, dianggap cukup penting untuk digunakan dalam doa. Kita akan menyelidiki tiga ayat dan nilai teologis dari istilah ini.
1. Dalam Markus 14:36 Dalam Perjanjian Lama “Bapa” biasanya ditujukan kepada Tuhan, dan bangsa Israel mengidentifikasikan diri mereka sebagai anak Tuhan. Tetapi istilah itu dalam kondisi normal tidak diterapkan untuk Tuhan. Jelas bahwa istilah bahasa Aram Abba bukan sebuah sebutan yang umum untuk Tuhan di antara orang Yahudi. Dalam kasus Yesus, kita menemukan seorang anak manusia yang menyebut diri-Nya “Anak,” memanggil Tuhan “Abba, Bapa,” dan mengajar murid-murid untuk memanggil Tuhan “[Abba,] Bapa” (Mat. 6:9). Istilah Aram ini direkam dalam doa yang diucapkan Yesus dalam penderitaan di Getsemani. “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Mrk. 14:36). Istilah itu menunjukkan kedekatan dan menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan; Ia adalah 26
04 - 2018 AdventistWorld.org
bapa-Nya. Hal tersebut telah diumumkan oleh Tuhan pada saat baptisan Yesus (Mrk. 1:11). Ayat di atas mengandung sekaligus sedikitnya dua gagasan utama. Pertama, Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih dan sayang yang berkuasa membebaskan Anak dari apa yang sedang dihadapi-Nya. Kedua, sang Bapa itu bijaksana dan mengerti apa yang terbaik untuk sang Anak dan mereka yang diwakili-Nya; kehendak-Nya harus dihargai. Penderitaan di salib dan salib itu sendiri tidak akan mematahkan hubungan kasih Yesus dengan bapa-Nya, karena melalui salib kasih Bapa dinyatakan. Penggunaan istilah Aram Abba oleh Yesus menunjukkan bahwa hal yang umum bagi-Nya untuk menunjukkan hubungan kasih-Nya dengan Allah yang penuh kasih yang kepada-Nya kita harus berserah. Ia, sebagai Anak Allah, dapat bersaksi dan menyatakan bahwa Bapa Surgawi-Nya adalah Tuhan yang pengasih dan peduli kepada orang-orang berdosa hingga mau menderita bersama Anak di kayu salib.
2. Dalam Galatia 4:6 dan Roma 8:15 Dua ayat ini menunjukkan bahwa tindakan Yesus memanggil Allah “Abba, Bapa” adalah cukup penting untuk digunakan oleh Paulus, bahkan ketika menulis kepada jemaat berbahasa Yunani. Hal ini penting karena menunjukkan gambaran Allah yang mengasihi, yang mau mengadopsi orang berdosa ke dalam keluarga-Nya. Dalam kedua ayat tersebut kita melihat bahwa, melalui Roh yang mereka terima saat baptisan, orang-orang percaya dimampukan untuk memanggil Allah “Abba, Bapa”; untuk menjadi bagian dari keluarga Allah yang penuh kasih mendalam kepada umat manusia. Surat Galatia meletakkan status anak orang percaya pada karya penebusan Yesus, sementara kitab Roma menekankan pengangkatan anak yang memampukan kita untuk dibimbing oleh Roh. Istilah ini berbicara tentang Tuhan yang peduli kepada kita, yang menopang disaat kita membutuhkan, dan yang setia. Sebagai anak-anak kita memiliki warisan surgawi.
Angel Manuel Rodríguez telah melayani gereja sebagai pendeta, pengajar, dan teolog.
Kesehatan dan Kebugaran
“Mohon Lebih Terperinci!” Saya mengajar mata kuliah kesehatan di sekolah tinggi. Saya sendiri menyukai kolom World Health selama bertahun-tahun dan bahkan telah menggunakan bahan-bahan di dalamnya dalam kuliah saya. Namun terkadang, saya ingin kolom tersebut lebih terperinci, dan mungkin pembahasan yang lebih luas.
S
ejak diluncurkannya, kolom kesehatan Adventist World dimaksudkan untuk memberikan informasi yang jelas dan mutakhir. Melalui kolom ini kami berusaha untuk menyajikan informasi kesehatan yang berguna, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pembaca atau pun mengenai topik-topik “hangat” yang sesuai. Terkadang diperlukan istilah-istilah teknis untuk menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan penyakit, kesehatan, dan kebugaran, tetapi kami mencoba membuatnya jelas dan bisa dimengerti dalam artikel berisi 500 kata. Anda tidak sendirian dalam mengirimkan komentar seperti itu; para ahli dari beragam keahlian terkadang bertanya mengapa kami tidak memerinci suatu bahasan, tetapi kami tidak dapat memuat semuanya. Lebih mudah untuk menulis lebih banyak ketimbang lebih sedikit, tetapi demi ringkasnya artikel kami memilih untuk mana yang harus dimasukkan—dan hal itu tidak selalu mudah. Kami terus mencari solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Berkenaan dengan isi, kami menulis setiap kolom dan jawaban sesuai dengan kebijakan kerja dari General Conference, yang menetapkan bahwa pelayanan kesehatan kita harus berlandaskan Alkitab, sesuai dengan nasihat-nasihat Roh Nubuat, dan didukung oleh ulasan rekan sejawat, ilmu kesehatan yang berlandaskan bukti, dan menerapkannya dalam wawasan pandang Kristen yang alkitabiah.1 Internet telah memberikan segudang informasi kesehatan—dan informasi yang salah—tentang kesehatan. Foto: Garrett Sears
Ingatlah: “Sesuatu yang nampak terlalu bagus, biasanya tidak benar!” Kita semua perlu lebih waspada dan berhati-hati dalam hal sumber dan dapat dipercayanya sebuah informasi kesehatan. Sebagai sebuah gereja kita harus dengan saksama memastikan bahwa kita “memilah dengan benar perkataan kebenaran” (2 Tim. 2:15), apakah itu bersifat wahyu atau ilmiah, dengan menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berkembang. Hal ini mencegah kita untuk membiarkan dan membagikan “informasi” kesehatan yang tidak akurat dan belum terbukti ke gereja-gereja kita atau tidak mempedulikan fakta-fakta atau nasihat terkait. Kebenaran mensyaratkan kehati-hatian! Bahkan ada yang bertanya mengapakah kami menulis tentang penyakit, kesehatan, dan kebugaran? Jawabannya adalah: “Kesehatan sangat berhubungan dengan kebahagiaan kita karena kita tidak dapat memperoleh yang terakhir itu tanpa yang disebut terdahulu. Pengetahuan praktis tentang ilmu yang menyangkut kehidupan manusia diperlukan dalam rangka memuliakan Tuhan dengan tubuh kita. Oleh karena itu teramat penting bahwa di antara penelitian tentang anak-anak, fisiologi menempati peran pertama. Betapa sedikit yang mengetahui tentang struktur dan fungsi tubuh mereka sendiri dan hukum-hukum alami tentangnya! Banyak yang hidupnya mengalir begitu saja tanpa pengetahuan, seperti sebuah perahu di laut tanpa kompas atau jangkar; dan bukan hanya itu, mereka juga tidak tertarik untuk belajar bagaimana menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.”2 Kita memiliki Kompas dan Jangkar Ilahi. Tuhan telah memberi kita nasihat, dan ilmu-ilmu kesehatan telah membuktikan kebijaksanaan-Nya! Ia dapat dipercaya, dan kita boleh dengan yakin mengikuti-Nya. Working Policy of the General Conference of Seventh-day Adventists, 2016–2017 Edition (Nampa, Idaho: Pacific Press Publishing Association), 2016, hlm. 355–369. 2 Ellen G. White, Counsels on Health (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1923), hlm. 38. 1
Peter N. Landless, adalah ahli kardiologi nuklir untuk penyakit jantung dan menjabat sebagai Direktur Departemen Pelayanan Kesehatan di General Conference. Zeno L. Charles-Marcel, adalah Associate Direktur Pelayanan Kesehatan General Conference. AdventistWorld.org 04 - 2018
27
Mobil Pemadam
Kebakaran
A "
“Bolehkan Saya
Menceritakan Sebuah Kisah?”
OLEH: DICK DUERKSEN
28
04 - 2018 AdventistWorld.org
pakah yang kamu inginkan ketika tumbuh dewasa?" “Menjadi dokter misionaris Advent, ” jawab Donald Miller. Itulah yang paling didambakannya, dan hidupnya dicurahkan untuk meraih tujuan itu. Ia berprestasi di sekolah, cukup baik untuk masuk ke Loma Linda University School of Medicine. Setelah lulus, dokter Miller dan pengantin barunya, Wilma, mulai membuat rencana untuk menjadi misionaris. “Benar-benar tidak masalah ke mana kami pergi,” kata dokter Miller. “Ke mana pun Tuhan memerlukan kami di sanalah kami mau berada.” Miller memulai praktik kesehatannya dan mulai membayar pinjaman sekolahnya. “Sangat sulit bagi ayah dan ibu,” kata anak mereka, Gordon. “Apa yang benar-benar mereka inginkan adalah menjadi misionaris, tetapi sekarang mereka terikat dengan pekerjaan misionaris kesehatan di rumah.” “Dapatkah Anda membantu kami dalam sebuah perjalanan misi singkat ke sebuah kampung di pegunungan
Meksiko yang tidak memiliki dokter?” Permintaan itu datang dari seorang teman baik, seorang dokter, seperti Miller, yang sekarang memiliki sertifikat penerbangan dan telah membeli sebuah pesawat kecil. “Siap pak!” Jawab dokter Miller. Perjalanan itu adalah yang pertama dari misi-misi “singkat” ke Meksiko dan negara-negara lain di Amerika Tengah. Dokter Miller adalah pilot handal yang bisa mendarat di jalanan tanah, lahan sempit, dan bahkan di aspal bandara! Pesawatnya selalu disertai para sukarelawan medis dan berkotak-kotak obat. Selalu ada tempat untuk botol obat lain, sepasang alat bantu untuk berjalan, atau seorang perawat yang siap melayani. *** Dokter Miller sudah terbang selama 40 tahun, dan secara teratur memimpin perjalanan misi dan klinik terbang untuk orang-orang yang tinggal di pegunungan tinggi di Meksiko. “Tetapi kami masih ingin pergi sebagai misionaris medis di tempat yang jauh dari rumah,” kenang Wilma, “sehingga kami pun pensiun dini agar dapat melayani sebagai sukarelawan medis di mana pun Tuhan membutuhkan kami.” Ketika waktu pensiun tiba, mereka segera memulai impian lama mereka tentang pelayanan medis internasional, terutama di Asia Tenggara. “Beberapa kali kami terbang ke Kamboja dan melayani di kemah-kemah pengungsi. Perjalanan itu adalah yang terbaik,” kata Wilma. “Kami memberikan obat, memperbaiki tulang yang patah, membagikan makanan, dan memeluk anak-anak itu. Kebanyakan dari mereka yatim piatu, dan kami memberi kepada mereka masing-masing sebuah keluarga. Hal itu mustahil, karena itu kami berfokus untuk memastikan perawatan kesehatan terbaik di dunia untuk mereka.” “Ayah selalu membawa permen di kantongnya, dan anak-anak itu mengikutinya seperti Pipe Piper (Peniup Seruling dari Hamelin yang diikuti tikus-tikus). Segera saja beliau dikenal sebagai “Dokter Permen.” Suatu hari para penjaga di perkemahan memanggil dan meminta dokter Miller
segera datang karena seorang gadis kecil Kamboja dan adik lelakinya baru saja tiba dan memerlukan perawatan medis. “Kaki gadis ini patah tulangnya,” cerita Wilma, “namun ia telah berjalan selama berhari-hari untuk memastikan keselamatan adiknya. Gadis kecil yang kurus ini, dan adik lelakinya yang lebih kurus, menarik hati kami. Gadis ini telah dipukuli, dan kakinya hancur. Adik lelakinya ketakutan terhadap semua orang dan apa saja, dan masih menghindari teror yang menghantuinya. Dokter Miller memperbaiki kaki gadis itu dan menggunakan patahan badan sebuah mobil tua untuk meluruskan dan mengikat kaki itu. Selama itu adik lelakinya tidur di bawah ranjang kakaknya.” Pada suatu hari dokter permen memberikan mainan mobil pemadam kebakaran kepada bocah lelaki itu, sebuah hadiah kecil disertai setangkup kasih. Anak itu memeluknya dengan erat di dadanya, kemudian kembali bergelung di bawah ranjang kakaknya. Beberapa minggu kemudian, keluarga Miller kembali ke Amerika Serikat. *** Ketika menyadari bahwa ini merupakan kesempatan terakhir baginya untuk memberikan “hadiah sempurna” untuk ayahnya, Gordon Miller, sekarang telah menjadi dokter, memberitahu orang tuanya bahwa ia akan menerbangkan mereka ke Paris Air Show di Prancis. Pemborosan? Mungkin. Tetapi melihat ratusan pesawat dalam pertunjukan udara adalah mimpi terindah sang pilot/ dokter tua. Dokter Miller menerima tawaran putranya dan mulai merencanakan perjalanannya. Namun, tidak lama sebelum perjalanannya, dokter Miller mengalami serangan jantung dan meninggal. “Saya tidak mau pergi ke Paris Air Show sekarang,” kenang Wilma. “Tidak tanpa ayah.” “Kami ingin ibu pergi,” kata Gordon. “Ayah telah menantikan perjalanan ini, dan meskipun beliau tidak ada di sini, ayah ingin ibu pergi.” Kenangan Wilma tentang Kamboja membantu mereka memilih taksi saat keluar dari bandara Paris. “Ayah pasti mencari sopir taksi orang Asia,” Wilma
memberitahu Gordon, sambil menunjuk seorang pemuda Asia yang berdiri di samping sebuah taksi. “Di mana Anda dibesarkan?” Wilma bertanya begitu mereka berada di dalam taksi. “Kamboja,” sopir itu menjawab. “Apakah Anda tinggal di salah satu kemah pengungsi?” Ia mendesak. “Ya, kakak perempuan saya diangkat anak oleh keluarga Prancis, tetapi kakak perempuan saya yang satunya bersama saya hilang di kemah pengungsian selama beberapa tahun sampai ia menemukan kami.” Wilma merogoh ke dalam dompetnya, menemukan sebuah foto kumal, dan memberikannya dengan bersemangat kepada sopir tersebut. “Apakah Anda mengenal pria ini? Ia adalah suami saya, dan kami bekerja bersama di kemah-kemah pengungsi itu. Ia adalah seorang dokter. Seorang dokter yang sangat cakap!” Sopir itu melirik ke arah foto, meminggirkan taksinya, berhenti, dan menarik sebuah kotak kecil dari bawah kursinya. “Ya, saya mengenal dokter Miller,” kata sopir itu, sambil membuka kotak kecil tadi dan memperlihatkan isinya kepada Wilma. “Dokter Miller adalah sahabat saya. Beliau memberi saya harapan.” Di tangan sopir itu ada sebuah mainan tua berbentuk mobil pemadam kebakaran kecil. “Saya mulai ragu apakah hidup kita memiliki arti untuk orang lain,” kata Wilma. “Kemudian Tuhan membawa saya ke Paris dan menunjukkan kepada saya sebuah mobil pemadam kebakaran tua. Saya pikir kita telah melakukan apa yang Tuhan perlu kita untuk melakukannya.”
“Dokter Miller adalah sahabat saya. Dia memberikan Saya Harapan.”
Dick Duerksen, seorang pendeta dan suka bercerita, tinggal di Portland, Oregon, Amerika Serikat, dikenal di seluruh dunia sebagai “seorang itinerant pollinator of grace.”
Penerbit Adventist World adalah majalah periodik internasional milik Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sedunia. Divisi Asia-Pasifik Utara adalah penerbitnya. Dewan Penerbit Ted N. C. Wilson, ketua; Guillermo Biaggi, wakil ketua; Bill Knott, sekretaris; Lisa Beardsley-Hardy; Williams Costa; Daniel R. Jackson; Peter Landless; Robert Lemon; Geoffrey Mbwana; G. T. Ng; Daisy Orion; Juan Prestol-Puesán; Ella Simmons; Artur Stele; Ray Wahlen; Karnik Doukmetzian, penasihat hukum Penerbit Eksekutif dan Pemimpin Redaksi Bill Knott Wakil Penerbit Manajer Percetakan Internasional Chun, Pyung Duk Komite Koordinasi Adventist World Jairyong Lee, chair; Yutaka Inada, German Lust, Chun Pyung Duk; Han, Suk Hee Redaksi Bertempat di Silver Spring, Maryland André Brink, Lael Caesar, Gerald A. Klingbeil (associate editors), Sandra Blackmer, Stephen Chavez, Wilona Karimabadi, Andrew McChesney Redaksi Bertempat di Seoul, Korea Pyung Duk Chun, Jae Man Park, Hyo Jun Kim Manajer Operasional Merle Poirier Editor-at-large Mark A. Finley, John M. Fowler Penasihat Senior E. Edward Zinke Manajer Keuangan Kimberly Brown Asisten Editorial Marvene Thorpe-Baptiste Dewan Managemen Jairyong Lee, ketua; Bill Knott, sekretaris; P. D. Chun, Karnik Doukmetzian, Suk Hee Han, Yutaka Inada, German Lust, Ray Wahlen, Ex-officio: Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Ted N. C. Wilson Pengarah Seni and Desain Jeff Dever, Brett Meliti Para Penasihat Ted N. C. Wilson, Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Guillermo E. Biaggi, Mario Brito, Abner De Los Santos, Dan Jackson, Raafat A. Kamal, Michael F. Kaminskiy, Erton C. Köhler, Ezras Lakra, Jairyong Lee, Israel Leito, Thomas L. Lemon, Geoffrey G. Mbwana, Paul S. Ratsara, Blasious M. Ruguri, Samuel Saw, Artur A. Stele, Glenn Townend, Elie Weick-Dido Kepada para Penulis: Silakan mengirimkan naskah yang siap diterbitkan, melalui alamat redaksi 12501Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904-6600, U.S.A. Atau melalui fax: +1 (301) 680-6638 Surel: worldeditor@gc.adventist.org Situs: www.adventistworld.org Kecuali diberitahu, semua kutipan ayat Alkitab diambil dari ALkitab Terjemahan Baru. © 1974 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Digunakan dengan izin. Adventist World diterbitkan setiap bulan dan dicetak secara berkala di Korea, Brazil, Indonesia, Australia, Jerman, Austria, Argentina, Meksiko dan Amerika Serikat.
AdventistWorld.org 04 - 2018
29
Iman yang Bertumbuh
Halaman Khusus untuk Anak-anak
Kebenaran dan Kebohongan Kebenaran sulit ditemukan, tetapi kamu dapat selalu bergantung pada Alkitab. Alkitab menyebut Firman Tuhan sebagai “pedang kebenaran.” Alkitab membantu kita memperbaiki kebohongan-kebohongan rohani kita. Dari manakah kebohongan ini berasal? Alkitab mengatakan hal ini tentang Iblis: “Ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh. 8:44). Jadi sekarang kamu sudah mengetahui kebenaran!
Joseph Mempelajari Kebenaran
J
oseph mendengar suara langkah kaki menaiki anak tangga. Lelah karena seharian berjualan Alkitab, ia menemukan sebuah rumah pertanian yang ditinggalkan di sebuah hutan Rusia untuk bermalam. Tetapi suara-suara dan hal-hal aneh membuatnya tetap terjaga. Sekarang, dari sudut kamarnya di lantai atas, ia melihat ke anak tangga paling atas. Sesuatu yang mirip hantu, sosok berjubah putih muncul! “Ikutilah aku!” Joseph tidak percaya hantu, dan bertekad untuk menemukan kebenaran. Ia melompat dari ranjangnya, tetapi pada saat yang sama, sosok itu berlari menuruni anak tangga. Di bawah tangga Joseph mengulurkan tangannya untuk menangkap sosok
30
04 - 2018 AdventistWorld.org
itu. Tiba-tiba lantai yang dipijakinya terbuka, dan Joseph terjatuh. Itu adalah sebuah pintu jebakan! Di lantai dasar dua orang pria muncul. Mereka memegang Joseph dan mengikat kedua tanggannya. Saat penjual Alkitab yang kebingungan itu terduduk di sana, sosok mengerikan itu berdiri dan melepaskan sebuah ikatan di sekitar bahunya. Joseph memperhatikan saat kain putih itu dilepaskan dan nampaklah seorang pria besar. Melihat ke sekelilingnya, mata Joseph terpaku pada sebuah mesin cetak kecil. “Hantu-hantu” yang menghuni tempat itu ternyata komplotan pemalsu. Mereka mencetak uang palsu! Salah satu pemalsu itu memeriksa
tempat tidur Joseph. Melihat sebuah tas, ia membukanya. “Apakah ini?” Sambil menarik sebuah Alkitab. Merasa kecewa, ia merogoh lagi ke dalam tas—dan mendapatkan Alkitab lainnya. Kebingungan, ia mencoba untuk ketiga kalinya—dan tidak menemukan apa-apa kecuali Alkitab! Orang ini pasti sangat suci sehingga membawa begitu banyak Alkitab! Pikir si pemalsu. Dengan hati-hati ia menaruh kembali Alkitab-Alkitab itu ke dalam tas, dan kembali ke tempat mereka mengikat Joseph. Joseph, dengan tangan terikat, mendengarkan tiga orang itu berbisik satu sama lain. “Kami telah mendiskusikannya,” kata penjahat berbadan besar itu kepada Joseph,
Ilustrasi: Xuan Le
OLEH WILONA KARIMABADI
Harta Karun Alkitab “Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32).
Benar atau Palsu?
Apakah foto ini benar, atau seseorang sedang mengecoh Anda? Jawab: Tidak, gambar ini tidak nyata. Ini adalah karya seorang pintar yang menggunakan perangkat lunak untuk menyunting gambar. Tetapi kelihatannya cukup nyata, bukan? Hal ini memberitahu kita untuk terusmenerus mencari kebenaran di dunia ini.
“dan kami pikir Anda pastilah seorang yang sangat baik.” Ia berhenti, lalu melanjutkan. “Kami memutuskan tidak akan membunuh Anda jika Anda berjanji untuk tidak menceritakan kepada siapa pun tentang apa yang Anda lihat di sini.” Joseph memang belum melihat banyak hal, jadi ia memberikan janjinya untuk tidak berkata apa-apa tentang perbuatan mereka. Baru bertahun-tahun kemudian dan di tempat yang ribuan mil jauhnya dari pondok tua itu Joseph merasa bebas untuk menceritakan kisahnya. Malam itu, dengan cara yang mengherankan Alkitab, “pedang kebenaran,” benar-benar telah membebaskan Joseph! Sumber asli, “The Haunted House,” Junior Guide, August 13, 1958, halaman 12.
AdventistWorld.org 04 - 2018
31
K ami punya beberapa hal menarik di toko tahun ini hanya tersedia bagi pelanggan! Berlanggananlah hari ini!
www.AdventistReview.org (800) 545-2449 (hanya untuk Amerika Serikat)
Jika Anda tidak berlangganan Adventist Review, Anda kehilangan pengetahuan tentang sejarah Advent "Journal Faith". Berlanggananlah ke Adventist Review hari ini dan nikmati konten inspiratif, informatif, dan inovatif mengenai program pilihan Anda.