i
MANTEK (Mahasiswa Intelektual)
ii
MANTEK #Seri-2
Literasi & Intelektualitas
Mahasiswa Zaman Now
Forum Komunikasi dan Diskusi Mahasiswa Intelektual UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Desember, 2017
iii
MANTEK #Seri-2
Literasi dan Intelektualitas Mahasiswa Zaman Now FKD-MANTEK © 2017
Penulis: Ahda Alfian Taufiqur Rahim Aini Mukrimah Dilla Naharul Mumtaz Faris Ghulam Usman Fikry Wilian Hamdy Sulaiman Mappiasse Pake Izza Safira Moch Agung Suluq Muafa Muhajir Effendi Muhammad Rizal Fachriyan Raudatun Nikmah Rissa Jauza Hasanah Syukron Jazil Tholut Adz Dzahaby Walida Aminatun Nashihah Editor: Ahmad Makki Hasan Layouter & Design Cover: Ahmad Makki Hasan
Diterbitkan Pertama kali oleh: Forum Komunikasi dan Diskusi (FKD) Mahasiswa Intelektual (Mantek) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Jalan Gajayana 50 Malang 65144
iv
SEKAPUR SIRIH
T
idak banyak mahasiswa yang peduli akan urgensitas budaya literasi. Terlebih mereka yang masih berpredikat sebagai mahasiswa baru atau maba. Istilah diskusi saja bisa menjadi momok tersendiri bagi mereka. Apalagi jika disodorkan ungkapan intelektual. MANTEK (Mahasiswa Intelektual) adalah forum komunikasi dan diskusi yang digagas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2016. Sebuah komunitas sederhana yang dihuni oleh mahasiswa dari berbagai jurusan. Tujuan utamanya adalah untuk mengairahkan budaya literasi dan diskusi. Harapannya akan terbangun wawasan intelektual bagi mereka yang bergabung dalam forum ini.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, mereka telah banyak melaksanakan agendanya. Tidak sekedar kegiatan rutin untuk berdiskusi namun juga beberapa acara insidentil telah mereka gelar. Salah satunya adalah upgrading FKDMANTEK. Follow up kegiatan ini diantara adalah melahirkan karya tulis ilmiah populer yang ditulis langsung oleh beberapa anggota FKD-MANTEK. Buku “Literasi dan Intelektualitas Mahasiswa Zaman Now� ini adalah karya bersama kedua mereka. Ditulis dengan bahasa yang ringan dan sederhana. Mengajak pembaca untuk melek terhadap budaya literasi, diskusi dan
v
intelektualitas. Bagi seorang pemula dalam dunia tulismenulis, karya mereka ini kita dapat katakan lebih dari sekedar layak. Bagi FKD-MANTEK saya mengucapakn Selamat Berliterasi dan Berdiskusi. Saya memiliki keyakinan besar bahwa intelektualitas mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang akan berkembangan pesat ditangan Anda. Dan bagi para pembaca yang budiman, nikmatilah sajian karya sederhana ini. Semoga berkenan dan bermanfaat. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga apa yang kita rencanakan dan kita cita-citakan beriringan dengan ketetapan-Nya dan semoga kesuksesan senantiasa kita genggam erat-erat. Amin
Malang, 25 Desember 2017 Ttd, Ahmad Makki Hasan (Pembina FKD-MANTEK)
vi
Daftar Isi Sekapur Sirih ~ v Daftar Isi ~ vii
Literasi Investasi Insan Intelek ~ 1 Bangkitkan Tradisi Literasi ~ 5 Urgensitas Diskusi dan Budaya Literasi ~ 11 Perpustakaan sebagai Sarana Literasi ~ 17 Mahasiswa dan Literasi di Era Globalisasi ~ 23 Prestisme Mahasiswa di Era Modernisasi ~ 29 Intelektualisme Mahasiswa di Era Milenial ~ 34 Mahasiswa Masyarakat Intelektual ~ 40 Mahasiswa dan Generasi Penerus Bangsa ~ 46 Mahasiswa Kontemporer Haruslah Berdiskusi ~ 51 Degradasi Budaya Diskusi dan Literasi ~ 56 Diskusi, Literasi dan Perubahan Masyarakat ~ 62 Diskusi, Literasi dan Korupsi ~ 67 Buku Fiksi Tak Kalah dari Buku Nonfiksi ~ 73 Ngobrol Penuh Inspirasi ~ 78
vii
| 127 |
LITERASI INVESTASI INSAN INTELEK
“Haddsuu anni walau aayah, perilaku terpuji intelektualisasi� -- Fikry Wilian --
K
umpulan huruf dan kata yang menerangkan dunia saat ini merupakan salah satu investasi insan intelek zaman dahulu. Merupakan reflek terhadap kejahiliahan dan degadrasi semangat berfikir. Terpengaruh oleh zaman saat ini perlulah kita bersam me-revitalisassi semangat konsep litarsi khsusnya kepada mahasiswa. Sebagai insan akademik sekaligus insan intelek. Salah satu penunjang masyarakat madani suatu Negara. Melirik kembali kata-kata soekarno berikan aku 10 pemuda akan aku ubah dunia. Artinya bahwa mahasiswa secara tidak langsng yang ditunjuk oleh pak soekarno, maha dalam berprilaku dan maha atas pengendalian nafsu negatif dirinya. Sebagai manusia yang terkuat secara fisik dan psikis. Semangat mereka untuk merdeka dan berjuang. Esensi mahasiswalah yang paling berkembang dan berpengaruh terhadap kehidupan dalam konten Indonesia di era dewasa ini. Keadaan setelah zaman mahasiswa soekarno yang dikenal sebagai generasi millennial yang secara maklum dan sebuah kelaziman sebagai salah satu sebab dari perkembangan zaman dan perbedaan fasilitas. Akan tetapi hal ini merupakan kausalitas terhadap internal mahasiswa atau umunya pemuda era dewasa ini. Faktor
| 1 |
eksternal tersebut yang sangat mempengaruhi mental mahasiswa saat ini. Degadrasi, pudarnya semangat, hilangnya konsep literasi. Degadrasi halaqah halaqah diskusi di kalangan mahasiswa. Hal ini yang merupakan konsen kita bersama sebagai insan sadar akan keadaan zaman yang sangat menguntungkan dan sangat merugikan bagi orang yang menyalah fungsinkan, hilangnya semangat mahasiswa untuk secara langsung bertemu dan berdiskusi mengalami degadrasi dengan adanya alat instan diskusi, bercakap, bertatap mungkin lewat video call. Dan selain degadrasi nilai nilai diskusi era dewasa ini juga menimbulkan sifat apatisme terhadap mahasiswa dengan perkembangan zaman, atau bahkan hal yang sedang krusial di sekitar mereka, maka assessment eksistensi mahasiswa sebagai insan akademis yang berintelektual tinggi tidak sejalan dengan yurisdis empiris dan tidak mendatangkan menfaat serta efek terhadap kejahiliahan manusia Ketika mahasiswa mengkonsepkan kehidupan literal, dan tidak apatis terhadap kenyataan dan keadaan di sekeliling mereka, maka tidak dipungkiri hal ini merupaka amal jariyah dan investasi yang mungkin generasi sekarang belum bisa mendafatkan manfaatnya, akan tetapi yakinlah bahwa “pohon yang kita tanam sekarang belum tentu kita akan menikmati buahnya� kecuali dengan keberuntungan kecil yang diberikan allah berupa umur yang panjang, Hal inilah yang merupaka motivasi kita bersama untuk saling merivatalisasi nilai nilai, dan semangat berdiskusi, dan sadar dengan lingkungan di sekeliling kita, sejalan dengan itu budaya literasi juga merupakan literasi visual dari kalimat penjelas syariat allah yaitu Nabi Muahammad saw, “haddisuu anni wala aayah� sampaikanlah dariku walaupun satu ilmu, hal, hal ini merupakan indikator bahwa sekecil apapun, halpun yang
2 | FKD MANTEK #Seri-2
kita ketahui maka sampaikanlah, salah satu cara dan metode kita menyampaikan dengan menghidupakan budaya literasi, mungkin saja dengan penyampaian langsung dan sangat memungkinkan juga dengan kita membukukan apa yang akan kita sampaikan, dan hal ini menurut saya lebih efektif saya kira karena tulisan merupakan hardware, fisik dari pikiran yang kita hadiskan, Maka hal inilah yang saya maksud dengan investasi yang bersifat kekal dan akan dinikmati oleh para generasi setelah kita dan tidak menutup kemungkinan untuk kolega kita pada zaman millennial era dewasa ini
Literasi & Intelektualitas Mahasiswa Zaman Now| 3
FIKRY WILIAN, nama yang ellegant menurut teman-teman yang dberikan oleh orang tua saya sebagai salah satu usaha dalam doanya untuk sang anak “saya” menjadi seperti artikulasi nama Fikry dan Wilian secara literal memiliki kesamaan arti dari bahasa yang berbeda yaitu seseorang yang pintar, Wilian juga merupakan nama gabungan dari kedua orang tua saya, yaitu Lili dan Raslan secara kolektif “we are Lili and Raslan” dan menjadi Wilian, sedangkan Fikry merupakan laqob yang diberikan oleh guru saya yang juga merupakan guru bapak saya dulu kepada Raslan
4 | FKD MANTEK #Seri-2
BANGKITKAN LITERASI TRADISI “Bersama Allah itu cukup” -- Tholut Adz - Dzahaby --
M
ahasiswa, menurut Arbi Sanit adalah mahasiswa sebagai komunitas strategis dalam proses perubahan. Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status karena memiliki ikatan dengan Perguruan Tinggi. Mahasiswa juga merupakan seorang calon intelektual ataupun cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat dalam masyarakat itu sendiri Berbicara soal dunia dalam pendidikan, harus pula kita mau membahas soal literasi. Menurut Arik Abd Muhyi, dalam jurnalnya beliau menyebut literasi sebagai keberaksaraan bisa menulis, membaca, serta berbicara (public speaking). Dan nyatanya berdasarkan beberapa riset yang telah dilakukan oleh para ahli, menjelaskan bahwa keberhasilan dan sebagian proses pendidikan dari berbagai jenjang, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan strata tingkat 1. Semua itu sangat bergantung pada sebuah budaya yang kita kenal dengan “Budaya Literasi”.
| 5 |
Mahasiswa hidup dalam sebuah ranah persaigan yang kompetitif, dalam area yang kita kenal dengan kampus. Kampus sebagai jenjang tertinggi dalam dunia pendidikan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mampu menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu tujuan pencapaian yang harus dilakukan oleh sebuah Perguruan Tinggi. Karena setiap Perguruan Tinggi dituntut untuk melahirkan orang – orang yang memiliki semangat juang yang tinggi, pemikiran – pemikiran yang kritis, kreatif, mandiri, inovatif dan lain sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu tanggung jawab dan sebuah kewajiban yang harus di laukan oleh seluruh mahasiswa. Tapi perlu digaris bawahi juga bahwa hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa. Pun juga menjadi tanggung jawab para pendidik serta mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Mahasiswa dengan sederet title dan peran penting yang diemban-nya, dianggap sebagai sosok figur penting yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Kekuatan yang dimilikinya sebagai seorang yang dikenal sebagai elite intelektual, dituntut memberikan pemikiran-pemikiran yang cemerlang yang dapat di ekseskusi dan diaplikasikan secara real dalam kehidupan nyata di hadapan masyarakat. Ide-ide cemerlang sering menjadi ciri khas seorang mahasiswa, sehingga tak salah apabila bangsa ini menyimpan harapan besar dipundak mahasiswa sebagai generasi penerus yang dapat meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. Dewasa ini, budaya literasi membaca, menulis dan berbicara, mengutarakan argumen dan memberikan masukan yang berbobot adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan mahasiswa, semua itu adalah identitas seorang
6 | FKD MANTEK #Seri-2
mahasiswa sebagai salah satu icon sosok elit intelektual. Melalui berbagai sarana yang ada, tentunya sangat mudah baginya untuk memberikan peran dan berkontribusi aktif dalam menghidupkan budaya literasi. Melaui media sosial contohnya, kemudahan akses media sosial yang bersifat global dan bebas, hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk bersuara dan unjuk diri dalam mengembangkan potensi diri. Bukan untuk memprovokasi dan menghujat suatu golongan dan etnis tertentu, melainkan untuk menyebarkan kebaikan dan manfaat dari proses pembelajaran dan penggemblengan diri selama hidup dalam dunia perkulahan. Karena salah satu fungsi mahasiswa menurut Kartono yang penulis kutip dalam sebuah web internet, bahwa mahasiswa memegang peran yaitu sebagai Guardian of Value, yakni sebagai penjaga nilainilai masyarakat yang kebenarannya mutlak, yakni menjunjung tinggi kejujuran, integritas, empati dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat lainnya. Selain itu, juga dituntut untuk mampu berpikir secara ilmiah tentang nilai-nilai yang mereka jaga. Bukan itu saja, mahasiswa juga sebagai pembawa, penyampai, dan penyebar nilai-nilai serta ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari. Ironis sekali apabila kita melihat data yang diperoleh dari hasil survey berbagai LSM yang menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang memliki angka ketertarikan akan budaya literasi dikalangan mahasiswa dengan skor yang kecil, dalam skala negara berkembang. Maka timbulah pertanyaan, mengapa hal seperti ini bisa terjadi, dan dapat ditemukan jawaban yang menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan ini semua adalah aktivitas mahasiswa banyak dipusatkan kegiatan hedonisme dan nongkrong tanpa sebuah kejelasan. Penulis sempat berfikir, apabila mahasiswa malas membaca untuk
Literasi & Intelektualitas Mahasiswa Zaman Now| 7
menggembangkan kapasitas diri mereka bagaimana nasib negeri yang kita cintai ini, akankah menjadi negeri yang bermartabat dengan berbagai kemajuan dan keunggulan yang dimilikinya? Sebab berdasarkan hasil survey UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia menempati rank terendah di ASEAN. Dari 39 negara di dunia, Indonesia menempati posisi ke-38. Tidak kalah memprihatinkan, data UNDP menunjukkan posisi minat baca Indonesia berada di peringkat 96, sejajar dengan Bahrain, Malta, dan Suriname. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, hanya ada dua negara dengan peringkat di bawah Indonesia, yakni Kamboja dan Laos yang masing-masing berada di urutan angka seratus. Merespons kebuntuan dari hasil survey lembaga lembaga diatas, agaknya mahasiswa membutuhkan penyadaran yang serius. Sadar literasi akan menjadi soal bagi civitas akademika kampus. Terkhusus bagi mahasiswa baru untuk menanamkan pola, identitas, bagaimana ciri mahasiswa sesungguhnya. Masa peralihan dari siswa menjadi mahasiswa adalah proses yang tersulit dalam hidup. Karena pola pikir dan gaya hidup serta metode pembelajaran sangat berbeda antara masa SMA dengan perguruan tinggi. Disaat peralihan inilah jati diri seseorang mulai ditemukan. Sesorang akan terlihat sifat aslinya dimasa-masa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Mungkin akan berbeda dengan sifat yang sebelumnya. Itupun juga dapat dipengaruhi oleh pergaulan dan sudut pandang seseorang. Dengan persoalan ini mahasiswa baru akan menemukan wajah kemahasiswaan kita sesungguhnya ketika hidup di dunia perkuliahan. Budaya literasi tidak cukup hanya mengedepankan membaca dan beretorika, namun perlu juga dengan membudayakan kegiatan diskusi, karena diskusi adalah bertukar pikiran, yaitu membahas sesuatu topik dalam
8 | FKD MANTEK #Seri-2
kerangka pemikiran dari beberapa pihak. Dan hal ini merupakan cara efektik untuk mengembangkan kapasitas pemikiran seseorang. Karena diskusi diskusi yang diadakan dikampuskampus akan memberi peluang bagi kita untuk saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang muaranya akan kembali untuk kepentingan kita berupa makin luasnya cakrawala kita dalam memahami masalah duniawi dan yang lain-nya. Kualitas masa depan pemimpin bangsa ditentukan oleh generasi muda zaman sekarang yang memiliki tekad yang kuat diiringi dengan kemauan keras untuk belajar dan berkembang di dalam kampus maupun di luar kampus. Mahasiswa yang pandai diskusi, padai melihat peluang masa depan, dan berani meyampaikan kebenaran dengan santun di depan pemimpin yang berperlilaku tidak adil. Itu semua merupakan hasil dari proses diskusi. Dengan digalangkannya forum diskusi di kampus, maka dengan sendirinya akan hadir tunas-tunas bangsa yang pandai mengkaji sebuah masalah, dan hal semacam ini tentunya juga menjalankan sebuah misi mulia untuk menyiapkan sosok pemimpin masa depan yang mampu memberikan solusi kepada problematika dalam kehidupan bermasyarakat. Itu semua hasil dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan baik di dalam maupun diluar kampus. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses mendapatkan informasi maupun pengetahuan baru tanpa harus bergantung kepada dosen dan kelas perkuliahan. Karena dengan diskusilah kita dapat memperkaya pengetahuan yang berasal dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Literasi & Intelektualitas Mahasiswa Zaman Now| 9
THOLUT ADZ – DZAHABY Bukanlah siapa siapa, hanyalah manusia biasa yang senantiasa memburu tiket menuju jannah-Nya. Pemuda yang tidak bisa berdiam diri dalam waktu lama, hobby berkelana menunggangi kuda besi roda dua, senantiasa berlari dengan kecepatan syahada, memburu waktu alternatif yang ada, sebuah kendaraan motor roda dua, buatan pabrik dua windu dulu kala.
10 | FKD MANTEK #Seri-2
URGENSITAS DISKUSI DAN BUDAYA LITERASI Study now or stupid forever -Muhammad Rizal Fachriyan -
D
ewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan yang sangat cepat. Di satu sisi, perkembangan tersebut memberikan dampak yang positif, salah satunya berupa kemudahan dalam mengakses berita. Akan tetapi, di sisi lain memberikan dampak yang negatif berupa penyebarluasan berita bohong (hoax) yang akan berujung padaheatspeech. Sehingga seringkali informasi yang dikeluarkan baik perorang maupun badan usaha harus lebih ditelaah kembali oleh para pembaca itu sendiri. Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca untuk mempercayai sesuatu. Ada beberapa pandangan mengenai bagaimana hoax itu dengan mudah dipercayai oleh pembaca. Salah satunya adalah adanya kesamaan antara informasi yang terdapat didalam hoax dengan opini atau sikap pembaca. Sehingga pada tataran selanjutnya ini menjadi landasan dalam hal assesment terhadap seseorang ataupun institusi tertentu. Oleh karena itu, kecocokan antara opini penulis dan fakta dilapangan harus dihadirkan dalam penyajian informasi agar tidak menimbulkan hoax . karena informasi adalah salah satu
| 11 |
faktor dalam membangun opini publik. Bisa dibayangkan kalau yang menjadi landasan dalam hal menilai seseorang ataupun kinerja pemerintahan berdasarkan informasi hoax. Yang mana nantinya nalar atau pendapat yang berkembang berdasarkan sumber berita yang hoax hanya akan berujung pada heatspeech atau ujaran kebencian tanpa adanya solusi dari gagasan dan pandangan yang diutarakan. Disinilah letak seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mengalami kemajuan. Sehingga secara tidak langsung memperlihatkan seberapa haruskah kita menumbuhkan minat berdiskusi dan literasi. Disisi lain, juga memperlihatkan manfaat dari budaya diskusi dan literasi bagi generasi sekarang untruk menyokong permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Karena pokok permasalahan yang dikaji di dalam suatu forum diskusi akan menghasilkan resolusi dari permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi diskusi harus diawali dengan menumbuhkan budaya literasi. Yang mana, literasi sendiri dimaknai dengan keterampilan seorang individu dalam ranah kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks dimana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya. Lalu timbul pertanyaan yang mendasar untuk menyelesaikan salah satu permasalahan yang timbul dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Yaitu bagaimana cara menumbuhkan minat berdiskusi dan juga budaya literasi bagi mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dari kemajuan teknologi. Akan tetapi, disisi lain mahasiswa sendiri juga harus sadar pernyataan mendasar tentang mengapa dibutuhkannya peningkatan minat berdiskusi dan juga budaya keterampilan individu dalam ranah kognitif membaca dan menulis.
12 | FKD MANTEK #Seri-2
Perlu kita sadari bahwa dalam khazanah intelektual, diskusi merupakan salah satu bagian penting dalam mencapai sebuah keputusan ataupun kesepakatan. Akan tetapi untuk menjadikan diskusi yang sehat perlu dilakukan pembekalan wawasan yang luas yang salah satunya bisa didapat dengan membaca. Disinilah terdapat korespondensi atau berkesinambungan antara membaca, berdiskusi, dan menulis. Membaca sebelum berdiskusi akan melahirkan suatu diskusi yang sehat, yang mana diskusi yang sehat akan melahirkan generasi yang berkepala dingin dalam menghadapi persoalan dan perbedaan pandangan. Disisi lain berdiskusi juga akan meminimalisir kekerasankekerasan yang terjadi akibat perbedaan pandangan yang mungkin saat ini sedang marak terjadi. Disamping itu berdiskusi sebelum menulis merupakan faktor penunjang dalam menyampaikan aspirasi ataupun opini yang sehat pula. Dan ini semua harus ditumbuhkan sebagai salah satu cara atau inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Bayangkan jika ada dua kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu permasalahan dan dua kelompok tersebut tidak memiliki kemampuan dalam berdiskusi, maka yang terjadi adalah konfrontasi entah itu dalam bentuk saling fitnah ataupun bahkan adu jotos. Karena kebenaran ataupun kesepakatan hanya akan lahir dari meja diskusi. Dewasa ini, mahasiswa lebih banyak berbicara dibandingkan berbuat. Lebih banyak membuat rencana tanpa mengerjakan sedikit demi sedikit rencana yang telah direncanakan. Bahkan, fakta menunjukkan menurut United Nations Development program, Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 112 dari 175 negara. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu faktor penyebab rendahanya indek pembangun manusia dan sumber daya manusia Human Resource Development di
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 13
Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan terkhusus pada minat diskusi dan budaya literasi setiap individualnya. Sudah sepatutnya mahasiswa menyadari seberapa pentingkah diskusi dan budaya literasi itu diterapkan secara individual. Sehingga dengan budaya diskusi dan literasi, mahasiswa bisa menjadi lebih baik dan bisa memahami apa yang seharusnya mereka lakukan. Bekerja keras memang sangat diperlukan sebagai bekal bagi mahasiswa dalam konteks khusus dan pemuda dalam konteks umum. Akan tetapi, bekerja cerdas lebih sangat diperlukan mengingat bahwa mahasiswa adalah penerus dari pendahulu dan dari apa yang telah mereka capai. Sehingga timbul pertanyaan selanjutnya mengenani bagaimana minat ataupun juga budaya diskusi dan literasi ini dapat ditumbuhkan. Menurut hemat saya ada beberapa faktor yang seharusnya dihadirkan serta ditumbuhkan dalam upaya menciptakan minat berdiskusi dan pengembangan budaya literasi. Pertama, menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi. Kedua, prinsip hidup yang beranggapan bahwa budaya diskusi dan literasi merupakan kunci dari kemajuan suatu bangsa. Dan faktor ini tergolong sulit untuk diimplementasikan kepada setiap individu karena mungkin sebagian besar dari mahasiswa itu sendiri berfikir secara present thinking tidak berfikir secara future thinking. Ketiga,yang menjadi faktor pembentuk dari solusi pada permasalahan ini adalah keadaan lingkungan sekitar, dalam artian bahwa ketersediaan bahan bacaan yang berkualitas, menarik, dan beragam. Sehingga pernyataan yang tepat untuk lebih dulu disadari dari sekian banyak permasalahan serta solusi yang telah dijabarkan diatas adalah jangan sering dan terlalu banyak menghadirkan alasan, karena alasan-alasan yang
14 | FKD MANTEK #Seri-2
telah dihadirkan tidak akan pernah membawa individu tersebut menjadi sukses. Dan yang seharusnya dilakukan adalah lupakan segala macam alasan yang mungkin telah dihadirkan, mulai belajar, mulai tekun, mulai konsisten dengan apa yang telah direncanakan dan dikerjakan, dan jangan pernah menyerah dengan apa yang telah kita senangi atau cita-cita kan dan percayalah bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 15
MUHAMMAD RIZAL FACHRIYAN hanya seorang yang sangat menggemari budaya diskusi dan literasi. Dilahirkan di Banjarmasin, 22 Februari 2000. Anak terakhir dari dua orang bersaudara. Dan berasal dari pasangan H. Joko Susilo dan Hj. Sri Restu Subakti
16 | FKD MANTEK #Seri-2
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA LITERASI “Belum bisa, belajar. Sudah bisa, lanjutkan! “ --Walida Aminatun Nashihah--
U
niversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang adalah salah satu perguruan tinggi berbasis agama Islam yang ada di wilayah Malang. Universitas ini memiliki tujuh fakultas program sarjana dan juga program pascasarjana yang di dalamya terdapat ribuan mahasiswa. Dalam kesehariannya, mereka mendapatkan tugas dari masing-masing dosen mereka. Mulai dari makalah, jurnal, hingga laporan studi lapangan silih berganti mereka dapatkan. Untuk mengerjakan tugas tersebut, mereka membutuhkan bahan atau yang sering disebut dengan referensi, dan terkadang dosen memberi suatu patokan yang mana referensi harus berupa buku. Buku adalah makanan pokok bagi pelajar tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Sesuai dengan pepatah, buku adalah jendela dunia. Dengan buku, pelajar dan atau mahasiswa mendapatkan cakrawala pengetahuan serta wawasan yang ada di dunia ini yang belum ia ketahui. Berbicara tentang buku, otomatis pikiran kita akan mengarah pada suatu tempat bernama perpustakaan. Ya, buku dan perpustakaan adalah dua sejoli yang tak terpisahkan. Dimana ada perpustakaan, disitu pasti ada buku. Begitu juga di UIN Maliki Malang yang memiliki
| 17 |
fasilitas kampus berupa perpustakaan pusat. Disana, mahasiswa akan menemukan berbagai buku yang memiliki berbagai latar belakang keilmuan untuk menunjang mahasiswa dalam memperluas pengetahuannya sekaligus solusi untuk tugas mereka. Dalam memberikan tugas, dosen mengharapkan mahasiswa mampu mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Mencari referensi terpercaya berupa buku adalah salah satunya. Bukan tanpa alasan dosen memberikan ketentuan semacam itu, tapi karena memang sudah tersedia fasilitas dari kampus berupa perpustakaan untuk menjadi solusinya. Mahasiswa hanya perlu dating ke perpustakaan dengan membawa kartu tanda mahasiswa (KTM) dan mereka dapat meminjam buku yang mereka butuhkan. Pelayanan yang baik, fasilitas belajar di perpustakaan yang memadai, serta suasana yang kondusif diciptakan tak lain adalah untuk memudahkan mahasiswa dalam proses belajar. Namun, apakah realitanya demikian? Saya rasa belum sepenuhnya. Masih banyak mahasiswa yang enggan pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku demi menyelesaikan tugasnya. Di zaman modern seperti sekarang ini, teknologi semakin berkembang. Transportasi, informasi, ekonomi semua berkembang dengan pesat dan menjadikan masyarakat semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apa pun kebutuhan masyarakat tersedia di mana-mana dan bisa didapatkan dengan mudah. Efisien, instan, itulah alasan masyarakat beralih pada teknologi yang semakin berkembang seperti sekarang ini. Hal ini berimbas pada masyarakat yang mulai terbiasa dengan keadaan serba mudah dan menjadi enggan melakukan kegiatan yang sekiranya membutuhkan tenaga lebih untuk mencapainya. Kalau bisa dengan cara yang gampang
18 | FKD MANTEK #Seri-2
mengapa harus cari yang susah? Begitu kira-kira pemikiran mereka. Tidak jauh berbeda dengan yang dialami mahasiswa UIN Maliki Malang saat mendapatkan tugas dari dosen pembimbingnya, terlebih dosen yang mengharuskan adanya sumber dari buku cetak. Namun, bukan mahasiswa namanya kalau tak banyak akal. Dengan dalih jadwal kuliah yang padat yang akhirnya tidak sempat pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku, mereka mencari alternatif dalam mencari referensi tugas. Ada sebagian dari mereka memilih untuk berselancar di dunia internet untuk mendapatkan referensi. Alasannya, hal itu lebih mudah dilakukan daripada harus pergi ke perpustakaan pusat untuk meminjam buku. Jika mencari referensi di perpustakaan, mereka harus mencari dahulu ketersediaan buku yang sesuai. Setelah itu, mereka harus mencari buku tersebut di rak-rak buku. Dalam hal ini, perlu ketelitian dan kejelian mata untuk mengamati kode setiap buku. Bagi mahasiswa yang belum terbiasa pergi ke perpustakaan, mungkin langkah ini adalah langkah yang menyebalkan karena mereka harus jeli melihat kode satu per satu buku. Setelah mendapatkan buku yang mereka cari, mahasiswa diharuskan membaca buku tersebut sebelum akhirnya mereka menemukan sebuah jawaban atas apa yang mereka cari. Disini kita bisa melihat budaya literasi diterapkan. Dari gambaran kejadian di atas, dapat dilihat bahwa literasi yang tumbuh di kalangan mahasiswa UIN Maliki Malang belum sepenuhnya terbangun. Padahal, kehadiran perpustakaan pusat UIN Maliki Malang sebagai fasilitas mahasiswa dalam budaya literasi pada umumnya dan dapat menyelesaikan tugas pada khususnya. Di perpustakaan pusat UIN Maliki Malang sudah tersedia ribuan buku referensi dengan berbagai macam bidang kajian ilmu. Bukan menyediakan untuk satu atau dua fakultas saja, tapi
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 19
untuk semua fakultas yang ada di UIN Maliki Malang. Ketersediaan buku referensi di perpustakaan itulah salah satu alasan dosen mengharuskan mahasiswa memakai buku dalam setiap tugasnya. Buku yang tersedia pun juga banyak jumlahnya, jadi jumlah buku yang tersedia dengan jumlah mahasiswa sebanding. Perpustakaan sebagai fasilitas yang sudah disediakan dari kampus sebagai sarana pendukung kegiatan belajar, mahasiswa tinggal memanfaatkan saja. Saya kira, perlu adanya inovasi dari pihak perpustakaan pusat UIN Maliki sendiri dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa UIN Maliki Malang sehingga dapat menarik minat mahasiswa untuk pergi ke perpustakaan. Perpustakaan pusat bisa memberi inovasi berupa layanan perpustakaan yang berupa online. Perpustakaan UIN Maliki Malang memang sudah memiliki suatu aplikasi yang bernama M-Library UIN Maliki Malang yang dapat diakses oleh semua mahasiswa UIN Maliki Malang. Dengan cara mengunduh aplikasi di play store, mahasiswa dengan gratis dapat menikmati layanan aplikasi M-Library UIN Maliki Malang. Namun sayang, aplikasi ini hanya sebatas memberi layanan dalam hal pencarian ketersediaan buku di Perpustakaan Pusat UIN Maliki Malang. Sedangkan yang mahasiswa butuhkan adalah sebuah efisiensi. Efisiensi waktu maupun efisiensi dalam menyelesaikan tugas. Jika disangkut pautkan dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini, mungkin Perpustakaan Pusat dapat memberikan pelayanan lebih dalam aplikasi M-Librarynya. Aplikasi yang sebelumnya hanya memberika pelayanan berupa fasilitas untuk mencari ketersediaan buku di Perpustakaan Pusat UIN Maliki Malang, dapat ditambahkan fasilitas lagi berupa ketersediaan buku elektronik di aplikasi tersebut. Jadi, selain buku cetak yang tersedia di Perpustakaan UIN Maliki Malang tersedia pula buku elektronik yang tersedia di
20 | FKD MANTEK #Seri-2
aplikasi M-Library Perpustakaan Pusat UIN Maliki Malang. Dengan begitu, mahasiswa tetap bisa berliterasi lewat buku cetak maupun buku secara online.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 21
WALIDA AMINATUN NASHIHAH adalah identitas yang melekat dalam diri saya. Lahir di Kediri, 04 Februari 1999 dari sepasang insan bernama Moch. Machrus dan Siti Sa’adah. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah tempat saya berlabuh untuk menimba ilmu. Disana, saya berproses menjadi seseorang yang saya, orangtua, bangsa, negara, dan agama saya harapkan serta bermanfaat bagi mereka.
22 | FKD MANTEK #Seri-2
MAHASISWA DAN LITERASI DI ERA GLOBALISASI “Dimana ada usaha disitu pasti ada jalan, dalam artian kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas.� --Syukron Jazil—
M
ahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang diyakini mampu bersaing dan mengharumkan nama bangsa, juga mampu menyatukan serta menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa. Mahasiswa juga dianggap sebagai kaum intelektual atau kaum cendekiawan oleh masyarakat. Gabungan antara kesadaran akan amanah dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi kaum intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan Indonesia hebat. Selain itu mahasiswa adalah aset yang sangat berharga. Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. terutama dalam dunia pendidikan. Bukan zamannya lagi mahasiswa untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi tetapi mahasiswa harus mewarnai perubahan tersebut dengan
| 23 |
warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Mahasiswa harus menjadi agen pemberdayaan setelah perubahan yang berperan dalam pembangunan fisik dan non fisik sebuah bangsa yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa selanjutnya yaitu social control, kontrol budaya, kontrol masyarakat, dan kontrol individu sehingga menutup celah-celah adanya ketimpangan. Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa merupakan bagian masyarakat. Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma yang berlaku disekitarnya, dan pola berpikirnya. Sebagai seorang terpelajar dan bagian masyarakat, maka mahasiswa memiliki peran yang kompleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi yaitu agent of change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa adalah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peran itu. Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan.
24 | FKD MANTEK #Seri-2
Untuk menjadi iron stock tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja, perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, kemampuan memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi. Sering kita bertanya dalam hati, mengapa mahasiswa susah bersaing dalam dunia literasi, apa ada yang salah dalam sistem di tingkat universitas. Seberapakah prestasi, kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki, inovasi dan rekayasa teknologi yang sudah mahasiswa buat, apa yang telah dihasilkan karya-karya monumental mahasiswa saat ini, semua itu menggelitik di sanubari para kaum cerdik pandai yang merumuskan dari titik mana kita mau mulai membenahi. Potensi mahasiswa sangat besar apabila ditinjau dari jumlah yang terdiri dari berbagai suku, yang memiliki beraneka ragam budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Namun demikian, potensi yang begitu besar secara kuantitas itu perlu diimbangi dengan kualitas yang dimiliki. Budaya berbicara ini mungkin tidak akan lepas dari mahasiswa karena mahasiswa lebih sibuk melihat dan memahami orang lain berdasarkan sudut pandang mereka sendiri tanpa memahami apa sebenarnya yang bisa mereka lakukan. Untuk bisa setidaknya mengurangi kebiasaan budaya berbicara tersebut, mahasiswa sudah saatnya harus menggalakkan dengan serius budaya literasi, yakni budaya membaca dan menulis. Dengan budaya literasi ini, mahasiswa bisa menjadi lebih baik dan bisa memahami apa yang mereka lakukan dan apa yang harus mereka kerjakan. Untuk bisa menimbulkan kesadaran dalam menggalakkan
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 25
budaya literasi ini, maka peran pemerhati pendidikan dan pelaku pendidikan sudah sepantasnya untuk bisa menfasilitasi baik dalam hal buku, perlombaan, atau hadiah sebagai motivasi (penghargaan atau hadiah uang). Dari paparan di atas, terlihat bahwa budaya literasi di kalangan mahasiswa masih rendah dan butuh kegiatan yang perlu terus dioptimalisasi di perguruan tinggi. Sebagai halnya akademi dalam sejarah tiap peradaban besar, perguruan tinggi sejatinya dapat menjadi dapur akademik sekaligus produsen karya yang secara signifikan mengasah kompetensi anak bangsa, agar memiliki kecakapan khusus, membangun iklim yang lebih produktif, berperadaban, serta bermartabat. Dari paparan di atas, terlihat bahwa budaya literasi di kalangan mahasiswa merupakan kegiatan yang perlu terus dioptimalisasi di perguruan tinggi. Sebagai mana halnya akademi dalam sejarah tiap peradaban besar, perguruan tinggi sejatinya dapat menjadi dapur akademik sekaligus produsen karya yang secara signifikan mengasah kompetensi anak bangsa, agar memiliki kecakapan khusus, membangun iklim yang lebih produktif, berperadaban, serta bermartabat. Selain itu, dengan meningkatnya budaya literasi, mahasiswa dapat sekaligus berperan aktif dalam menyemai budaya membaca dan menulis di lingkungan sekitar. Pada akhirnya, globalisasi mau tak mau harus diterima dengan segala konsekuensinya. Tugas para intelektual muda saat ini adalah menjawab tantangan tersebut. Bagaimanapun, kepribadian kuat seorang mahasiswa terbentuk karena realitas yang mendukung mereka untuk melakukan transformasi sosial: tantangan dan tuntutan. Ketika eksistensi bangsa ini semakin rapuh, maka seorang intelektual muda berkewajiban untuk
26 | FKD MANTEK #Seri-2
melakukan satu pembaruan. Sederet daftar panjang permasalahan negeri ini membutuhkan sentuhan para intelektual muda yang kritis dengan sikap yang bisa dipertanggung jawabkan Persaingan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kesempatan yang besar bagi para intelektual muda untuk mengembangkan kompetensi dan potensi diri. Bagaimanapun juga, kekuatan pemuda terletak pada kemampuan berpikirnya yang idealis, segar, dan tidak tumpul. Item seperti itulah yang semestinya terus diasah dengan cara aktif dalam kegiatankegiatan ilmiah, bukan kegiatan yang membuat posisi pemuda terhimpit dalam arus pragmatisme dan konsumtivisme. Menggiatkan budaya literasi dengan cara aktif membaca, menulis, menjadi opinion leader, menggiatkan penelitian, dan menguasai bahasa Inggris adalah cara yang tepat untuk mengasah daya kritis, membumikan wacana, dan mengatasi permasalahan, baik di dalam negeri maupun di tingkat global.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 27
SYUKRON JAZIL, Saya Adalah Anak rantau yang Kuliah di universitas negri maulana Malik Ibrahim Malang, Jurusan Hukum Tata Negara, fakultas Syariah. Asal saya Dari Madura yg lebih khususnya yaitu Sumenep gili Raja,kelahiran 03 Mei 1998 yg terpampang playing Depan dalam jiwa Ini Adalah Kerja keras Kerja cerdas dab Kerja ikhlas, saya Anak tunggal yang memberanikan diri untuk berhijarah Dan menuntut ilmu, untuk mengembangkan intelektualitas supaya menjadi insan yang akademis yg berlandaskan AL qur'an Dan AL hadist, Motto hifup: Tidak ada ilmu yg bermanfaat Dan takut kpd Allah taala karean hal yang seperti itu yang menjadi keuntungan Dan kemulyaan dunia akhirat.
28 | FKD MANTEK #Seri-2
PRESTISME MAHASISWA DI ERA MODERNISASI “Percaya pada kemampuan pribadi, Uji keberuntungan dan Mencari resiko dalam hidup� -- Moch Agung Suluq Muafa --
M
ahasiswa merupakan seorang yang masih dalam proses mencari dan memahami ilmu pengetahuan dalam suatu instansi pendidikan tertentu. Hal yang mempunyai korelasi terminologi berkaitan dengan mahasiswa yaitu seorang individu yang sedang menuntut ilmu dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas (Hartaji, 2012:5). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) memberikan definisi yang berkaitan dengan mahasiswa adalah seorang yang belajar di perguruan tinggi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas tentang seorang mahasiswa, dimana seseorang bisa dikatakan atau dapat memperoleh predikat sebagai mahasiswa harus memenuhi beberapat unsur tertentu. Pertama, seseorang harus mempunyai niat kuat untuk terus belajar dan memahami sautu teori dan kemudian bisa mengaktualisasikan kepada masyarakat. Kedua, seseorang harus terdaftar sebagai pelajar dalam perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang keberadaannya mempunyai
| 29 |
ratifikasi yang jelas baik secara formil dan materiil instansi pendidikan serta negara. Melihat dari definisi tantang status mahasiswa yang harus memenuhi Unsur- unsur diatas, sering terjadi dekadensi permasalahan privat yang imbasnya pada permasalahan publik. Seperti halnya prestiseme dalam paradigma mahasiswa terhadap instansi pendidikan elite. Hal ini tidak terlepas dengan pengaruh dari arus globalisasi dan modernisasi yang jika dilihat dari perkembangannya lebih mengarah pada hal yang bersifat komples, bukan hal yang bersifat produktif, inovatif, dan memberikan edukasi secara komplementer. Prestisme sering disebut dengan istilah “gengsi� dimana hal ini jika di paparkan secara gamblang dalam prespektif sosiologi adalah suatu kehormatan dan kedudukan yang dimiliki oleh seseorang dalam lingkungan kehidupannya. Dan dalam prespektif ekonomi adalah kualitas dan kewibawaan seseorang yang mempunyai kemampuan dan peran untuk memiliki berbagai macam hal (terkait dengan barang-barang kekayaan dan barangbarang prestise) Istilah gengsi jika dikaitkan dengan unsur-unsur untuk menjadi mahasiswa akan memberikan multi prespektif baru yaitu kekakuan gengsi terhadap instansi pendidikan. Hal yang sering terjadi dari tahun ke tahun adalah permasalahan gengsi terhadap instansi pendidikan(kampus) yang dinilai kurang memuaskan, atau kurang memberikan dampak positif. Rasa gengi ini biasanya sering terjadi pada seseorang anak pasca menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas(SMA) dimana pada fase ini, keadaan seseorang sering mengalami kelabilan non permanet. Rasa labil tersebut akan memberikan perubahan baru pada seorang anak. Seperti halnya suatu tradisi dari sekolah dasar menuju
30 | FKD MANTEK #Seri-2
sekolah menengah pertama yang akan memberikan perubahan dan bahkan akan memicu timbulnya stress, begitu pula pada tradisi dari sekolah menengah atas menuju pada jenjang lebih tinggi yaitu univesitas. Tradisi ini, akan melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan bersifat privat, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan meningkatkan pada perhatiaan prestasi dan penilaiannya (Ssntrock,2002:74). Selain itu, pada tahap ini seorang anak sudah dianggap cakap dalam menyelesakan permasalahan yang terjadi, dan dianggap mampu untuk menentukan pilihan masa depannya, apakah orang tersebut melanjutkan untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan pada instansi pendidikan yang lebih tinggi. Semua instansi pendidikan sebenarnya mempunyai visi dan misi yang sama yaitu terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI,2015). Namun visi tersebut kurang difahami secara universal oleh para pelajar. Mereka lebih memahami bahwa instansi(kampus) elite atau kampus terkenal akan lebih memberikan peluang besar dalam dunia pekerjaan dari pada kampus yang kurang mempunyai kredibelitas tinggi. Lebih salah kaprahnya, mereka menggolongkan instansi atau memberikan pemetaan stratifikasi instansi(kampus) dalam kategori nama dan eksistensinya saja. Bukan memetakan berdasarkan cara mengedukasi, cara untuk membentuk relasi antar teman, dan hakikat dari proses mengenyam pendidikan itu sendiri. Hal ini perlu adanya rekonstruksi paradigma secara mendalam, agar hakikat sebagai seorang mahasiswa tidak kehilangan makna dari arti mahasiswa itu sendiri. Dan
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 31
memberikan pemahaman bahwa bukan sebuah instansi pendidikan(kampus) elite yang akan mempengaruhi kualitas seseorang dan memperluas peluang dalam jenjang karier, namun hal yang paling penting adalah bagaimana cara seorang pelajar untuk memaksimalkan pendidikannya sehingga bisa memberikan dampak positif kepada semua orang. Pembekalan pemahaman tentang hakikat menjadi mahasiswa bisa diberikan pra dan pasca kelulusan siswa (SMA) yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini perlu melibatkan beberapa orang bahkan lembaga tertentu, yaitu orang tua dan lembaga konsultasi. Peran utama orang tua adalah mendidik anak dan lembaga konsultasi atau (Bimbingan Konseling) mempunyai fungsi pengarahan dan motivasi. Pembekalan utama dari orang tua terkadang memiliki kendala mendasar. Seperti halnya terdapat perbedaan kapasitas orang tua yang sadar akan berpendidikan dan orang tua yang kurang sadar tentang pendidikan. Orang tua yang sadar tentang pendidikan akan lebih mudah memberikan motivasi dan daya prevensi kepada anaknya. Begitu pula sebaliknya orang tua yang notabene nya tidak terlalu mementingkan pendidikan akan lebih membiarkan dan memberi kebebasan kepada anaknya. Hal ini yang perlu difahami dan benahi, bahwa kesadaran pendidikan bukan hanya dituju pada siswa yang akan melanjutkan pendidikannya, tetapi juga kepada orang tua yang yang menyediakan pelayanan pokok kepada anak. Selain itu peran dari lembaga konsultasi atau Bimbingan Konseling adalah memberikan edukasi, pemahaman, dan dorongan kepada orang tua dan anak, sehingga bisa menuju harapanharapan positif yang diinginkan.
32 | FKD MANTEK #Seri-2
Moch Agung Suluq Muafa Adalah nama yang diberikan dari orang tua kepada saya dengan harapan sebuah kebesaran dan bisa menjadi seorang pioner (percontohan), terlahir di jawa timur tepatnya di kediri 16 Februari 1998. Mengambil studi Hukum bisnis Syariah fakultas syariah. Hobi saya mendengar Instrumen musik, Olahraga, Diskusi, Memasak. Motto hidup saya berani, uji keberuntungan, mencari resiko.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 33
INTELEKTUALISME MAHASISWA DI ERA MILENIAL “semakin tinggi suatu pohon semakin besar pula badai yang menerpa, tapi ingat ! badai pasti akan menyisakan pohonpohon terkuat” -- Aini Mukrimah --
S
uatu Negara tentunya tidak akan terlepas dari dunia pendidikan, karena dengan pendidikanlah kualitas suatu Negara akan dapat dilihat, begitupun di Negara kita Indonesia. Ada berbagai macam pendidikan di Indonesia, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Universitas, Bimbingan Belajar, Pondok Pesantren, dan lain sebagainya. Tentunya dari semua jenjang pendidikan itu akan menjadikan manusia menjadi insan yang bermartabat dan berintelektual. Bahkan Negara telah menegaskan pula dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat (1), Yaitu “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Baik siswa maupun mahasiswa, baik kyai maaupun santri, semuanya berhak mendapatkan
| 34 |
pendidikan. Karena seperti tujuan Negara kita sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa. Supaya masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang cerdas serta masyarakat yang berintelektual. Yang menjadi sorotan kali ini adalah para Mahasiswa yaitu para pemuda yang diharapkan akan meneruskan perjuangan Bangsa Indonesia, yang akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang tinggi, yang mampu melahirkan pula generasi-generasi hebat penerus bangsa. Seperti yang di katakana oleh Bung Karno dalam pidatonya “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, Beri Aku 10 Pemuda, maka akan kuguncangkan Dunia�. Banyak sekali dikatakan bahwa Mahasiswa merupakan Agent Of Change, Social Control, Iron Stock dan lain sebagainya. Tapi pada kenyataannya yang ada hanyalah Agent of Wifi, Agent Of Ngopi, Hura-Hura, Hedonis dll. Yang di harapkan sebagai perubah masa depan bangsa menjadi yang lebih baik, pada nyatanya banyak yang tidak sesuai dengan yang di harapkan. Mahasiswa mahasiswa di era milenial ini banyak yang bermalas-malasan. Banyak yang hanya bermain gadget, pergi ke mall, restoran, taman wisata, warung kopi dsb. Di warung kopi pun meskipun terdapat berbagai macam orang yang singgah, baik membaca buku, koordinasi, diskusi,bertukar fikiran, dan masih banyak lagi.juga tak sedikit yang hanya kongkow-kongkow biasa, bermain kartu remi, memetik gitar, menyanyi, bermain mobile legend, bercanda ria dengan teman maupun kekasihnya bahkan asap rokok bertebaran dimana-mana. Pemuda yang di harap-harapkan oleh bangsa menjelma menjadi pemuda yang dapat merusak bangsa itu sendiri.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 35
Menurut KBBI mahasiswa memiliki arti orang yang belajar di perguruan tinggi, sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Maha, Merupakan tingkatan tertinggi, Siswa, sebutan yang menuntut ilmu dari SD-SMA. Jadi dapat diartikan bahwa Mahasiswa merupakan level tertinggi dalam jenjang pendidikan. Menurut KBBI Masyarakat merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Menurut KBBI intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, mempunyai kecerdasan tinggi, cendekiawan, totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman. intelektual ialah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Dari berbagai definisi dan pendapat diatas dapat kita artikan bahwa Mahasiswa sebagai Masyarakat Intelektual merupakan orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi sebagai masyarakat (sekelompok orang) yang cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,
36 | FKD MANTEK #Seri-2
membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Peran dan fungsi dari mahasiswa ini sendiri berbagai macam. Yaitu : 1. Agent of Change, mahasiswa sebagai tonggak perubahan, perubahan menjadikan Bangsa menuju bangsa yang bermartabat dan berkualitas dalam hal apapuun umumnya dan dalam hal pendidikan khususnya. 2. Iron stock, sebagai sumber daya manusia yang tak akan ada habisnya untuk meneruskan perjuangan bangsa. 3. Moral force, mahasiswa merupakan orang yang memiliki moral yang baik, yang dapat memberi contoh yang baik terhadap lingkungan sekitarnya. 4. Sosial Control, mahasiswa sebagai control sosial dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Namun ada yang lebih penting dan harus di garis bawahi,bahwa peran mahasiswa dalam masyarakat ini sangatlah penting, Mahasiswa sebagai orang yang disebutsebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan. Oleh karena itu sebagai mahasiswa pada era milenial ini, yakni era dimana semua ada di genggaman kita, informasi apapun dapat di akses dengan begitu cepat, canggih, dan sangat mudah seharusnya merubah kebiasaan-kebiasaan buruknya saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. yang biasanya ngopi hanya cari wifi, jarang membaca buku tapi kongkow-kongkow melulu, bukan diskusi tapi membicarakan orang sana sini, banyak mengkritisi tapi tidak memberi solusi, gaya hidup hedonis,
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 37
jika yang di kenakan tidak branded katanya tidak mengikuti zaman, tidak kekinian.mari di ubah mulai dari sekarang. Hindari kata malas-malasan untuk menuntut pendidikan, Karena mahasiswa hari ini merupakan penerus perjuangan bangsa di masa akan datang. Maka dari itu Mulai dari sekarang perbanyak baca buku, perbanyak diskusi, literasi, kongkow-kongkow yang bermanfaat. Agar peran mahasiswa sebagai masyarakat intelektual dapat terlaksanakan dan dapat membawa bangsa menuju bangsa yang lebih baik.
38 | FKD MANTEK #Seri-2
AINI MUKRIMAH, Mata seorang wanita yang mulia,itulah arti nama saya yang sengaja di berikan kedua orang tua saya agar menjadi perempuan yang dapat membedakan hal baik dan buruk apapun itu. Lahir di kota bertajuk “Sunrise Of Java” Banyuwangi, pada tanggal 23 maret 1998. Sangat menyukai hangatnya persahabatan dan kekeluargaan. Tinggal di perumahan Palmira Graha Bukit Tidar. Sedang melanjutkan Study S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan Motto yang selalu saya ingat dan saya simpan dalam hati “Jika kamu berfikir bisa maka kamu akan bisa”. Dan itu memang benar-benar terbukti adanya.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 39
MAHASISWA MASYARAKAT INTELEKTUAL “Selalu beristiqomah dalam menjalankan kebaikkan� -- Rodhotun Nikmah --
D
Telah kita ketahui bahwa mahasiswa adalah seseorang yang perannya bisa diterima disemua kalangan masyarakat. Mahasiswa dianggap mempunyai keintelektualan yang tinggi didukung dengan usianya yang masih muda dengan semangat yang berkobar. Mahasiswa selalu digadang-gadang oleh masyarakat sebagai agen of change yakni pembawa perubahan. Kampus merupakan miniatur pemerintahan dimana didalamnya banyak kegiatan yang terselenggara mulai dari internal hingga eksternal, dalam hal ini mahasiswa pun dituntut untuk bisa memilih dengan selektiv manakah organisasi yang bisa mendukung keakademikannya. Tidak mengganggu aktivitas perkulihannya. Karena mahasiswa merupakan generasi-generasi yang dibutuhkan bangsa dalam pembangunan nasional. Mahasiswa bukan hanya sekedar pulang pergi dan keluar masuk kelas saja. Tapi yang dimaksud dengan mahasiswa berintelektual adalah mahasiswa yang bisa menerapkan keeintektualnya dalam kehidupan bermasyarakat baik itu dilingkungan kampus maupun di luar kampus. Seluruh lapisan masyarakat menggangap
| 40 |
bahwa mahasiswa adalah transformator nilai-nilai dari generasi yang terdahulu menuju genersi terdepan. eksistensi mahasiswa sangat dibutuhkan dalam perubahan sosial, perannya yang sangat esensial sudah selayaknya bahwa meraka mendapat julukan masyarakat yang beritelektual tertinggi. Kekita mereka berhadapan dengan pemerintah mereka mampu mengimbangi dengan keintelektualan nya tersebut. Sebagai kaum intelektual sudah sangat jelas apa tugas kita dan misi kita sebagai sosok yang diimpikan bangsa selama ini. Sebagai mahasiswa kita bertugas untuk mencari solusi dari berbagai permasalah yang dihadapi bangsa saat ini. Belajar mengejar ketinggalan, berpacu dalam perkembangan globalisasai sehingga bisa bersaing dengan masyarakat transnasional. Eksistensi mahasiswa dibutuhkan dalam pengambilan kebijakan pemerintahan. Hal ini dilakukukan agar hak-hak mereka tidak terabaikan, dalam artian bukan hak-hak individualnya tetapi mewakili hak-hak masyarakat itu sendiri. Mahasiswa merupakan mahkluk sosial dan individu, perlu disadari bahwa setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait dengan diri sendiri melainkan berimplementasi dalam kehidupan sosial dan lingkungannya. Mahasiswa sebagai insan akademis sekaligus berpancasialis juga harus terlibat langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai wujud dari sikap tanggung jawabnya sebagai warga negara. Sebagai masyarakat yang berintelektual mereka harus bisa menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku, bukan malah menentang serta menolak dengan menggunakan cara-cara yang tidak relevan. Untuk itu seharusnya mereka tau akan etika, moral sebagai salah satu sistem dalam bermayarakat.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 41
Mereka adalah sebagai pejuang moral, disaat mereka mengetahui sebuah kebenaran mereka cenderung berfikir kritis serta ideologis. Sebagai kaum yang paling dekat dengan masyarakat sudah selayaknya lah seorang mahasiswa itu membawa pesan moral kepada mereka. Kaum yang berintelektual adalah mereka yang menghadapi masalah dengan tenang namun kritis tidak sekedar mengandalkan kekuatan otot saja. Mereka tidak diam dengan penyimpanganpenyimpang yang ada, serta terhadap ketidak adilan kaum elit terhadap kaum masa. Sudah sepantasnya lah mereka berada di garda terdepan dalam menaggulangi permasalah semacam ini. Mempunyai rasa pemilikan terhadap bangsa dan menghargai sesama, sehingga pergerakan moral lebih bermanfaat. Nilai intelektual sendiri bisa terlihat dari eksistensi seorang mahasiswa dalam bersimpati dan berempati terhadap kehidupan bangsa, menyisakan waktu sejenak untuk berembuk memikirkan persoalan serta tantangan yang dihadapi bangsa. Tidak hanya sekedar aktif dalam perkuliah semata, akan tetapi dalam mengimlikasian terhadap bangsa nihil. Mereka sebagai kaum intelektual harus bisa berfikir dari berbagai sudut, bukan hanya berpacu pada satu sisi saja. Mahasiswa adalah kunci penentu dalam perubahan menuju keadilan dan kemakmuran bangsa. Sebagai kaum yang berinteltual mahasiswa pun masih menghadapi berbagai tantangan hal ini tidak bisa terhindar karena mereka bidup dalam kemodernisasian. Tekanan untuk berperilaku yang komsumtif serta instanisasian perilaku merupakan godaan dalam berintektual. Kegiatan berorganisasai merupakan salah satu langkah untuk menimbulkan rasa sosial kemasyrakatan sebagai kader intelektual. Pengintelektualan mahasiswa
42 | FKD MANTEK #Seri-2
merupakan salah satu faktor terciptanya masyarakat madani. Karena salah satu karakteristik masyarakat madanni adalah terintegrasinya kelompok-kelompok eksklusif dalam tatanan masyarat yang dinamin, sedangkan mahasiswa adalah salah satu kelompok eksklusif tersebut. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa yang dinamakan mayarakat intelektual bukan lah masyarakat langit yang tidak mau turun kebumi, bukan pula masyarakat yang hanya mengedepankan wacana dan teori, melainkan mereka harus mampu menghasilkan teori-terori yang bisa diterapkan dalam masyarakat yang majmuk. Keadaan yang kondusif didalam kampus tidak terlepas dari peran organ-organ yang ada didalam nya salah satunya adalah organisasi mahasiswa. Perguruan tinggi mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dengan baik sesuai yang telah termaktub dalam UUD, maka dari itu mahasiswa pun harus merespon hal tersebut yakni berkinerja dalam pendidikan dengan baik.serta bersikap kritis agar tercapai sistematika yang baik pula. Sebagai pelaku pembelajaran mahasiswa bereksistensi dalam menyumbangkan pemikirannya terhadap kampus maupun fakultas sebagai wujud keintelektualnya. Mereka benar-benar berintelektual atau kah hanya opini belaka, yang lebih terintelek tukang sapu dari pada mahasiswa. Kecakapan mereka dalam menggapi sebuah persoalan juga termasuk dalam nilai intelektual. Kecanggihan teknologi dan informasi sealin membawa dampak yang positif karena memudahkan mahasiswa dan mengakses informasi dan ilmu pengetahuan lewat dinia tangan, namun termasuk juga sebagai akendala mahasiswa dalam pengembangan keakademikannya, karena mereka cenderung berfikir instan dan malas dalam membaca buku. Budaya diskusi harus digalakkan demi
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 43
terwujudnya budaya intelektual, selain itu menulis juga termasuk wujud dari intelektual. Mahasiswa menuangkan ide pikirannya dalam bentuk tulisan, karena tulisan merupakan rekam jejak dari keakademikan mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk produktif dalam segala bidang, mereka dianggap serba bisa dalam segala hal. Jadi bisa disimpulkan bahwa mahasiswa yang berintelektual adalah mahasiswa yang produktif dam menulis, berdiskusi serta beraksi. Menanggapi masalah dengan tenang namun kritis serta logis. Tidak tinggal diam terhadap penyimpangan serta ketidak adilan, sebagai perantara antara kaum masa terhadap kaum elit.
44 | FKD MANTEK #Seri-2
RODHOTUN NIKMAH, lahir dituban tanggal 17 juni 1998 saya terlahir dari keluarga yang sangat agamis saya hidup dalam lingkungan pondok pesantren, dari sini terbentuk lah karakter saya yang mudah bergaul kepada siapapun. Riwayat pendidikan saya belajar di pondok pesantren Mambaus Sholihin Gresik. Kemudian saya melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi negeri tepat nya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malanng dan dari sini saya mulai berproses.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 45
MAHASISWA DAN GENERASI PENERUS BANGSA “Di setiap keterusterangan ada ketenangan jiwa” --Faris Ghulam Usman—
G
enerasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu sekelempok orang yang hidup dalam satu zaman atau sezaman, jika kata Generasi dikaitkan dengan kata Bangsa maka dapat ditarik sebuah definisi bahwa Generasi Bangsa adalah sekelompok orang atau masyarakat dari sebuah negara yang hidup dalam satu zaman. Sebuah bangsa pasti memiliki yang namanya pengurus atau penggerak untuk mengatur segala urusan negara tersebut, berbicara mengurus bukan cuma sekedar mengurus saja akan tetapi harus punya ilmu dan pengetahuan agar apa yang mau diurus nanti bisa tertata dengan baik dan tidak salah praktek. Setiap kepengurusan pasti ada batas masanya dan ketika masa kepengurusan itu sudah selesai pasti ada yang namanya Reshuffle ulang agar roda kepengurusan tetap berputar dan tidak stagnan ketika saya di pondok pimpinan pondok saya bapak K.H Machrus Amin selalu mengatakan kepada santrisantrinya bahwa “di pondok itu kita diajarakan bagaimana memimpin dan dipimpin” itulah salah satu kalimat dari kiyai saya yang masih saya ingat sampai saat ini. Hikmah yang bisa diambil dari kalimat itu adalah setiap generasi punya
| 46 |
masa perannya masing-masing yang tadinya hanya menjadi seorang anggota yang sanantiasa diperintah, diatur, dan diarahakan nanti akan menjadi yang memerintah, mengatur, dan mengarahkan begitu seterusnya sehingga roda kepengurusan dalam pondok tetap berjalan karena tidak mungkin yang memimpin akan selamanya memimpin dan yang dipimpin akan selamanya dipimpin. Sebuah lembaga baik atau buruknya itu tergantung orang yang ada di dalamnya yang bisa mengatur atau tidak, sama halnya sebuah bangsa berkembang atau tidaknya itu tergantung pada generasi yang meneruskan perjuangan para pendahulunya karena sejatinya lembaga, organisasi, bangsa, negara dan semisalnya itu hanyalah sebuah benda mati yang jika tidak ada yang menggerakkannya maka dia akan tetap mati dan tak bergerak layaknya benda mati Permasalahannya sekarang adalah apakah generasi yang akan menggantikan posisi para pendahulu bisa benarbenar menggantikan posisi mereka dan membuat perkembangan juga perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini ataukah sebaliknya malah membuat bangsa ini semakin terpuruk dan hancur? Dalam islam kita diajarkan bahwa hari ini harus lebih baik dari pada kemarin, artinya mau tidak mau generasi penerus bangsa harus berbuat yang lebih baik dari pada yang sudah pernah dibuat oleh para pendahulu. Untuk mewujudkan sebuah perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini maka generasi penerus harus dididik sebaik mungkin juga diberikan bekal keilmuan dan moral layaknya anak seorang raja yang digembleng agar nanti bisa menjadi seorang raja yang pantas untuk memimpin sebuah kerajaan. Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual harus berperan juga dalam mempersiapkan generasi yang akan datang demi mewujudkan bangsa yang lebih baik dan bisa berkembang sebagai mana cita-cita bangsa yang tercantum dalam pancasila dan undang-undang dasar. Bangsa ini
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 47
sudah krisis generasi mudanya disebabkan oleh pengaruh arus globalisasi dan teknologi yang berkembang pesat, contohnya segala informasi yang ada di internet bisa dijangkau siapa saja bahkan anak SD sekali pun, jika dulu kalau kita ingin mencari informasi tentang suatu hal harus pergi ke warnet terlebih dahulu sekarang hanya bermodalkan smartphone dan kuota anak kecil pun bisa mengeksplor internet sesuka hati mereka. Jika anak SD sekarang masing-masing mereka sudah memiliki smartphone bayangkan berapa banyak anak dibawah umur yang sudah melihat dan membaca kontenkonten yang seharusnya belum saatnya mereka untuk mengetahui itu. Banyak berita-berita tentang anak-anak muda yang bisa dibilang moralnya sudah rusak, contohnya pada tahun 2016 lalu pernah viral tentang foto seorang anak sudah tidur berdua dengan lawan jenisnya kemudian mereka menguploadnya ke facebook, juga pada tahun ini di instagram viral sebuah video anak SMP yang tiba-tiba melahirkan di sekolah dan masih banyak lagi kasus-kasus yang terjadi pada generasi masa kini. Itu semua akibat dari adanya arus globalisasi yang kuat juga perkembangn tekonologi, memang tidak semua pengaruh globalisasi dan teknologi itu memberi dampak negatf bagi generasi bangsa di sisi lain juga memberi manfaat yang besar bagi perkembangan negara karena semakin berkembangnya teknologi maka akan semakin mempermudah urusan negara di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, informasi dan lain-lain Saking derasnya pengaruh arus globalisasi dan juga perkembangan teknologi tak hanya generasi muda seperti anak-anak SD saja yang terkena dampak negatifnya bahkan Mahasiswa yang seharusnya menjadi jembatan menuju perubahan yang lebih baik bagi para generasi penerus bangsa malah ikut tenggelam dalam arus tersebut, yang
48 | FKD MANTEK #Seri-2
harusnya ketika ada sebuah permasalahan seperti tadi mereka membuat gerakan-gerakan baru yang inovatif dan menarik agar dapat menanggulangi pengaruh negatif dari arus gobalisasi dan teknologi seperti mengadakan bakti sosial yang berisi kegiatan seputar anak muda ketika menjelang perayaan tahun baru agar kegiatan anak-anak muda pada saat menjelang tahun baru bisa terisi dengan hal-hal yang positif tanpa harus menunggu dinas ini dan itu mengambil tindakan. Apa jadinya jika mahasiswa yang harusnya memberi contoh yang baik bagi generasi yang akan datang justru malah menjadi pihak yang merusak generasi itu sendiri dengan memberikan contoh dan pandangan negatif yang tidak pantas ada pada seorang yang memikul gelar mahasiswa. Misalnya kuliah hanya sebatas gengsi kalau tidak kuliah takut dibilang tidak keren dan sebagainya, pergi kuliah hanya sebatas mengisi absen, apatis tidak peka dan peduli dengan permasalahan yang ada, pergi kuliah hanya ingin berfoya-foya, gonta ganti pasangan, nongkrong dari satu cafe ke cafe lain katanya untuk ngopi tapi pembahasannya aib orang disertai omongan kasar seenaknya karena merasa sudah bebas dari orang tua, ada juga yang katanya aktivis orasi sana sini tapi keilmuan cetek dan terlalu fanatik dengan omeknya, saking fanatiknya omek lainnya dianggap musuh, kalau pun diajak diskusi argumen yang disampaikan 80% nalar sendiri, 20% dari Google. Jika itu yang dicontohkan mahasiswa zaman sekarang bagi generasi yang akan datang bagaimana nanti nasib generasi penerus bangsa? Wallahu a’lam
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 49
FARIS GHULAM USMAN lahir di Manado Sulawesi Utara, pada tanggal 26 september 1999, merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, ketika SD bersekolah di SDN 12 Manado, ketika MTs sampai aliyah kelas satu di pondok pesantren Darunnajah, kemudian kelas dua sampai tiga aliyah melanjutkan di MAN 1 Model Manado, dan sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab
50 | FKD MANTEK #Seri-2
MAHASISWA KONTEMPORER HARUSLAH BERDISKUSI “Ikhtiar, do’a dan ridho orangtua, berangkat.� --Ahda Alfian Tafiqur Rahim—
D
alam dunia perkuliahan mahasiswa mendapatkan sebuah ilmu dari seorang dosen dan membaca. Bukan hanya seorang dosen akan tetapi dari berdiskusi mahasiwa akan mendapatkan sebuah ilmu, kita bisa bertukar pikiran antar sesama mahasiswa. Berdiskusi bukan hanya dengan sesama mahasiswa dengan berbagai kalangan bisa juga untuk berdiskusi bertukar pemikiran antara pemikiran yang satu dengan yang lain. Seperti halnya Dunia kampus merupakan dunia yang menyimpan begitu banyak potensi dimana mahasiswa dapat mengeksploitasi segala potensinya saat bergelut di dalamnya. Berinteraksi dengan sesama mahasiswa, dosen, atau akademisi lain bisa menciptakan interaksi positif dan kemajuan intelektual. Salah satu interaksi tersebut adalah forum diskusi, baik mengenai materi perkuliahan maupun hal lain dapat dibahas untuk menunjang kemajuan intelektual serta bisa memberikan nilai tersendiri ataupun sekedar perenungan dalam benak masing-masing. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai satu masalah yang dilakukan oleh sekelompok orang. Diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antar dua orang atau lebih. Berbeda dengan bincang-
| 51 |
bincang biasa, karena diskusi mengandung pemikiran yang melibatkan argumen-argumen rasional untuk menyampaikan pemikirannya tersebut. Dan definisi berdiskusi sendiri menurut saya adalah sebuah perkumpulan dimana pemikir satu bertukar pikiran dan berdebat menguatkan argumentasi yang bertujuan untuk menghasilkan sesuatu. Sebenarnya budaya berdiskusi ini dibutuhkan oleh semua elemen masyarakat bukan hanya mahasiswa, tapi mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah elemen yang paling membutuhkan aktivitas diskusi. Mahasiswa harus menjadi contoh bagi seluruh elemen masyarakat untuk melestarikan budaya berdiskusi. Budaya berdiskusi sudah sangat langka ditemukan di kampus-kampus. Jikapun ada, kelompok diskusi ini selalu menjadi minoritas dan dianggap sebagai kelompok yang aneh karena tak jarang kelompok diskusi mendiskusikan topik yang mungkin dianggap tidak berguna untuk kebanyakan orang seperti isu politik, agama, bahkan kadang ketuhanan tidak lepas menjadi bahan diskusi. Kampus telah diserang oleh arus materialisme yang membuat mahasiswa menjadi apatis, pragmatis, dan hedonis. Mahasiswa yang telah terjangkit wabah tersebut tentu saja tidak tertarik pada aktivitas diskusi, mereka lebih tertarik pada acara-acara hiburan yang memberikan kesenangan instan. Tak heran dewasa ini sangat banyak organisasi-organisasi kampus yang lebih fokus untuk membuat acara-acara hiburan demi meraup keuntungan dibanding membuat forum-forum diskusi yang mampu menunjang kemajuan intelektual mahasiswa. Oleh karena itu kebiasaan melakukan diskusi, membahas terkait dengan isu-isu terbaru, kekinian, merupakan hal yang baik dan perlu dibudayakan. Apalagi sampai bisa melahirkan ide-ide brilian, solusi yang tepat,
52 | FKD MANTEK #Seri-2
misalnya dalam mengatasi berbagai problematika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal seperti inilah yang diharapkan. Kebiasaan berdiskusi, bisa kita lihat di berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus. Di sudutsudut kampus, taman, bahkan di masjid, selalu terlihat mereka yang melakukan diskusi. Saya katakan demikian, karena saya sendiri pernah menyaksikannya. Dulu ketika masih menimba ilmu di Kota Malang, tepatnya di kampus Hijau, UIN MALANG in, kebiasaan seperti ini sudah menjadi makanan harian bagi teman-teman yang aktif di berbagai organisasi, khususnya. Maka tak heran, setiap hari selalu ada kelompokkelompok kecil yang terlihat sedang membincangkan sesuatu, entah di pagi hari, siang, sore, bahkan di malam hari seperti halnya Forum Komunikasi dan Diskusi Mahasiswa Intelektual (FKD MANTEK). Dan, puncak dari aktivitas ini biasanya dilakukan setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu. Ini seringkali di lakukan dengan berdiskusi di tempat tempat yang berbeda seperti warung kopi warung makan masjid kelas basecamp dan lain sebagainya. Kegiatan diskusi semacam ini tentu mengharuskan mereka untuk membaca. Baik yang bersumber dari buku, berita-berita dari media televisi, koran, media online, maupun kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, hanya dengan ini mereka bisa memperoleh bahan yang kemudian akan dibahas, dikaji, dan didiskusikan secara bersama-sama. Banyak ideide besar lahir dari sebuah forum diskusi. Contohlah ilmu filsafat yang pertama kali dikembangkan oleh pedagangpedagang dari Asia Kecil sebelum sampai ke Yunani. Di Yunani, perbincangan ilmu filsafat tersebut diangkat ke sebuah forum diskusi yang mulai dihinggapi oleh masyarakat luas hingga menjadi perbincangan para elit-elit
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 53
polis setempat. Masih banyak contoh ide besar lainnya yang lahir dari rahim sebuah forum diskusi. Saya sendiri salut dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan kegiatan diskusi, mampu membaca keadaan dan berbagai peristiwa yang terjadi, terlebih bisa memberikan solusi atau pemecahan terhadap berbagai permasalahan yang terjadi. Tentu, hal yang seperti ini tak terlepas dari salah satu tugasnya, yaitu sebagai agent of change. Sesungguhnya, hal yang seperti ini akan jauh lebih mantap lagi, bila mahasiswa mampu mengabadikan hasil diskusinya lewat tulisan-tulisan. Dan, ini merupakan bagian dari gerakan yang perlu dan harus dilakukan dan dibudayakan oleh mahasiswa di era kontemporer. Mahasiswa harus tahu bahwa melalui gerakan literasi, khususnya menuangkan berbagai ide briliannya dalam tulisan, adalah suatu gerakan yang efektif dalam membumikan gagasan-gagasan tersebut. Sehingga, masyarakat di berbagai pelosok negeri bahkan mancanegara bisa mengetahuinya. Perlu diingat, bahwa rekam jejak mahasiswa, masyarakat, bahkan negara hanya bisa ditelusuri melalui karya tulis yang pernah diabadikannya. Oleh karena demikian, mahasiswa di era kontemporer haruslah berdiskusi jangan hanya mengandalkan dari sebuah rutinitas belajar dalam dunia perkuliahan bersama dosen. Dengan cara berdiskusi mahasiswa kontemporer bisa mengeksplor keilmuannya lebih luas dan lebih banyak wawasan.
54 | FKD MANTEK #Seri-2
AHDA ALFIAN TAUFIQUR RAHIM, mahasiswa biasa yang berasal dari Kota Blitar, di lahirkan di Kota Lumajang pada tanggal 9 Januari 1999, memiliki 3 saudara dan saya sendiri berada dalam posisi pertama dalam 4 bersaudara. Saya mengambil Jurusan Hukum Bisnis Syari'ah dari Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Yang mana memiliki cita-cita yang begitu kecil sebagai lulusan Perwira lulusan SIPSS. dan membahagiakan kedua orang tua di dunia dan akhirat.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 55
DEGRADASI BUDAYA DISKUSI DAN LITERASI “Berubah bukan tanpa alasan, melainkan karena keharusan� -- Hamdy Sulaiman Mappiasse Pake --
M
embaca menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca adalah salah satu aspek penting dalam belajar. Dasar pondasi pemikiran dan kreativitas pemikiran seseorang ditentukan dari apa yang dibacanya. Dalam pembelajaran, kegiatan membaca seyogyanya diiringi dengan menulis. Menulis dapat menunjang pengembangan keilmuan manusia. Bagaimana tidak? Banyaknya para tokoh besar dengan pemikiranpemikiran cemerlang terbentuk dari budaya membaca dan menulis. Mereka dikenal dan diingat dunia karena tulisannya. Dalam pengembangan keilmuan, penunjangnya tidak hanya menulis dan membaca tapi juga diskusi. Diskusi menjadi wadah untuk mengemukakan pendapat dan tempat untuk saling berbagi pemikiran. Di mata masyarakat, mahasiswa dipandang sebagai kaum intelektual. Mahasiswa dikenal dengan progresifitas dan kreatifitas dalam mensejahterakan masyarakat. Karena pada hakikatnya mahasiswa adalah sentral peradaban dan calon pemegang kepemimpinan bangsa. Tidak bisa
| 56 |
dipungkiri betapa besarnya kontribusi mahasiswa terhadap bangsa. Sebagai kaum intelektual, budaya diskusi dan literasi adalah hal yang krusial dalam pengembangan keilmuan, agar siap untuk memimpin bangsa kedepannya. Tapi, kebudayaan diskusi dan literasi ternyata semakin lama semakin menghilang. Hanya sedikit kantong-kantong diskusi yang dapat menampung sebagian mahasiswa yang “masih� bergairah dalam bidang keilmuan. Pengaruh kemunduran diskusi dan budaya literasi terhadap keilmuan bangsa merupakan hal yang urgen. Karena kualitas keilmuan bangsa ini ditunjang oleh kualitas literasi. Namun, sayangnya mahasiswa sebagai sentral peradaban bangsa ternyata termasuk ke dalam golongan yang minim budaya literasinya. Data dari UNESCO menyebutkan bahwasanya minat baca masyarakat Indonesia sangatlah memperihatinkan, yaitu sekitar 0,001 % . Yang berarti hanya satu dari 1000 masyarakat Indonesia yang membaca secara rutin. Membuat Indonesia menjadi peringkat ke 60 dari 61 negara yang ada soal minat membaca. Yogyakarta sebagai kota tertinggi minat baca hanya mencapai 0,049 % . Rata- rata orang jepang mampu menghabiskan lima sampai sepuluh buku dalam setahun dan rata-rata orang Indonesia hampir tidak mampu menghabiskan satu buku dalam setahun. Jika dibandingkan, Indonesia masih lah sangat jauh dari bangsa yang literasi hidup didalamnya. Literasi sebaiknya tidak dimaknai sesederhana membaca dan menulis saja. Tapi budaya literasi adalah kerja pemaknaan, analisis, serta penggunaan teks secara fungsional (freeboy & luke,2003). Bacaan adalah pupuk pengetahuan, pijakan berpikir, landasan dalam bertindak, dan pembentuk kepribadian. Sebagaimana “Orang yang berpikir benar pasti akan bertindak yang benar juga� (aristoteles). Semakin menjadi literat kita, semakin banyak
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 57
munculnya pertanyaan dalam benak kita dan semakin besar juga hasrat untuk mencari tau. Menurut The Social Progress Imperative, terdapat tiga indeks kemajuan sosial yaitu, kebutuhan dasar manusia (kebutuhan primer), fondamen kesejahteraan, dan kesempatan. Dalam fondamen kesejahteraan terdapat aspek penilaian tersendiri dalam bidang ilmu pengetahuan yang penilaiannya diambil dari tingkat tingginya literasi. Ini menunjukkan, demi membangun negara yang maju dibutuhkan budaya literasi yang mengakar pada masyarakat. Sebagaimana yang terjadi 14 abad yang lalu, terdapat peradaban yang dulunya sangat terkeblakangan tapi menjadi peradaban yang sangat maju berkat majunya budaya literasi yang tidak lain peradaban tersebut adalah peradaban islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Budaya literasi tidak main-main sebagai indikator majunya suatu bangsa, sejarah mencatat seluruh peradaban besar yang pernah ada, mencapai masa kejayaannya ketika kondisi keilmuannya juga hidup. Pastilah semua mempunyai sebab-akibat. Begitupun dengan degradasi diskusi dan budaya literasi. Beberapa faktor penyebabnya diantara lain: (1)Fasilitas baca, (2) Peran orang tua, (3) Penggunaan literatur bergambar yang berlebihan dan (4) Teknologi. Dari keempat faktor diatas, yang menjadi permasalahan utama adalah dampak negatif dari kemajuan teknologi, atau penyalahgunaan teknologi yang tidak digunakan secara bijak. Menurut J.C. Igbokwe dalam jurnalnya Influence of Electronic Media on Reading Ability of School Children, perkembangan teknologi telah merubah budaya membaca kita. Representasi diri manusia terhadap majunya teknologi adalah membuat akun-akun di sosial media. Masyarakat terkhususnya mahasiswa lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka dengan bermain gadget
58 | FKD MANTEK #Seri-2
mereka bukan untuk membaca literatur dalam bentuk ebook tetapi untuk sosial media, membuat status, membaca status, snapgram, chattingan, dll. Meskipun kegiatan ini termasuk dalam kegiatan “membaca” tapi tidak termasuk dalam kegiatan literasi, namun lebih ke berbicara (komunikasi). Tanpa disadari, tradisi berpikir sebelum berbicara telah mulai hilang berhubung dengan mulai hilangnya juga budaya literasi dan tergantikan dengan tradisi berbicara sebelum berpikir. Banyak orang yang hebat berbicara tapi tidak ada isinya, bagai “tong kosong nyaring bunyinya” kata pepatah, dalam artian banyak orang-orang yang berbicara tanpa dasar. Tapi karena orang yang mendengarkan tidak tau dan tidak mempertanyakan sumber yang diucapkan oleh yang berbicara akan menganggapnya “cerdas”. Beginilah kondisi intelektualitas bangsa yang ada. Cara berpikir yang seperti itu bisa dikatakan cara berpikir yang keliru. Tidak sedikit daripada mahasiswa juga melakukan hal yang sama, banyak dari mereka berkoar-koar diluar sana tapi tidak tau apa yang sebenarnya mereka katakan. Beginilah keadaan intelektualitas kita. Banyak yang berfikir bahwa dengan cepatnya merespon suatu permasalahan akan lebih baik tanpa berpikir lebih dahulu. Padahal, sebaiknya lebih baik jikalau dipikirkan dahulu apa yang ingin dikatakan dan bukan asal berbicara. Dalam bukunya yang berjudul Menikmati Demokrasi, Anis Matta menulis bahwa tradisi berpikir sebelum berbicara adalah tradisi ilmiah yang pokok. Jika dibalik katanya, tradisi sebelum berfikir adalah tradisi yang tidak ilmiah. Maka, tantangan mahasiswa zaman now adalah merevitalisasi diskusi dan budaya literasi . Dan salah satu cara untuk merevitalisasikannya adalah dengan dimulai dari diri sendiri, membangun budaya diskusi dan literasi dan kenalkan pada masyarakat dan bangsa. Dibuktikan dengan
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 59
karya-karya nyata atas nama mahasiswa dengan kapasitas keilmuan yang tidak bisa diragukan. Dengan tujuan membangun peradaban bangsa yang lebih baik. Hamdy Sulaiman Mappiasse Pake adalah seorang pemuda yang akrab dipanggil Hamdy. Dilahirkan pada hari senin, tanggal 17 Januari 2000. Saya adalah anak sulung dari dua bersaudara. Nama Hamdy yang berarti “syukur saya� dimandatkan kepada saya oleh orang tua saya dengan harapan agar saya selalu bersyukur. Saya berdomisili di Kota Manado, Sulawesi Utara. Saya adalah orang yang suka dengan hal-hal berpetualang ataupun hal-hal yang berbau seni. Hobi saya adalah menggambar. Pernah sekolah di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta dan Man Model Manado. Yang sekarang sedang kuliah di Universitas Islam Negeri Maliki Malang.
60 | FKD MANTEK #Seri-2
ERIN WIJAYANTI itulah nama pemberian orang tua saya. Terlahir di Desa Pilang Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan . pada tanggal 7 mei 1998. Saat ini, saya menetap di Jalan Gajayana No.5o Malang. Berasal dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas ekonomi Jurusan manajemen semester dua. Hobi saya mendengarkan musik dari segala jenis musik yang pastinya enak didengar dan hobi saya yang kedua adalah makan, motto hidup saya ialah sambut masa depan cemerlang dengan berilmu.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 61
DISKUSI, LITERASI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT “Dzikir,Pikir, dan Amal Shaleh� --Dilla Naharul Mumtazh--
M
ahasiswa sebagai salah satu agen perubahan merupakan bagian dari masyarakat yang mana menentukan sebuah masyarakat tersebut dapat menjadi maju atau tidak, sebagai agen perubahan mahasiswa dituntut untuk dapat menyeimbangkan hal-hal akademik maupun non akademik yang mana keduanya itu dapat seimbang apabila dikembangkan melalui diskusi atau pertemuan antar sesama mahasiswa atau non mahasiswa yang mana saling bertukar pikian mengenai suatu permasalahan agar dicapai titik temu atau kejelasan tentang sesuatu hal,. Selain itu dapat juga dikembangkan melalui literasi atau mengembangkan keterampilan melalui kegiatan tulis menulis yang mana mahasiswa dituntut untuk mampu berlitearsi Pada saat ini di lingkungan Universitas, mahasiswaa dinilai tidak mampu lagi dianggap sebagai suatu agen perubahan di masyarakat karena mahasiswa zaman sekarang atau bias disebut dengan fenomena mahasiswa zaman now ini lebih mementingkan hal-hal yang berbau individu dari pada masyarakat disekitarnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa sekarang yang lebih menyukai mengikuti tren yang tengah berkembang di
| 62 |
dunia seperti aspek fashion selain itu perilaku mahasiswa zaman now sekarang itu sudah diangggap melenceng dari perilaku mahasiswa pada kebiasaannya seperti ketika di dalam kelas yang sudah dikatakan sangat tidak beretika. Hal tersebut secara tidak langsung membuat mahasiswa tersebut tidak menyerap mata kuliah dengan baik dan juga sangat berdampak pada kemajuan intelektual pada mahasiswa itu sendiri yang mana mahasiswa sebagai agen perubahan di tengah masyarakat harusnya lebih berperan aktif terhadap berbagi fenomena yang ada di tengah masyarakat, hal tersebut menjadi latar belakang permasalahan yang mana seorang mahasiswa itu harus bisa merasakan apa yang orang lain rasakan hal tersebutlah yang dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan diskusi antar sesama individu atau kelompok yang mana pembicaraannya itu mengenai permasalahan yang ada di sekitar atau yang sedang berkembang. Kegiatan diskusi ini pada umumnya banyak diadakan di berbagai universitas namun dalam implementasinya bahwa minat mahasiswa dalam mengikuti kegiatan tersebut belum maksimal kerena banyak mahasiswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, padahal kegiatan tersebut jika diikuti pelaksanaannya dengan baik maka secara langsung akan memberikan dampak perkembangan intelektual yang baik. Selain itu dapat melalui kegiatan yang dinamakan literasi atau suatu kegiatan tulis menulis yang mana, mahasiswa dapat memberikan masukan sekaligus pendapatnya mengenai suatu fenomena yang ada di masyarakat Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang belajar di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sedangkan menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 63
tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi dari kedua pengertian ini sangat jelas bahwasanya mahasiswa adalah seorang yang telah dewasa karena umumnya itu mahasiswa berusia berkisar antara 18-25 tahun oleh karena sudah berusia seperti itu, mahasiswa dinilai sudah dapat berpikiran dewasa. Dikatakan bahwa mahasiswa sebagai masyarakat intelektual karena mahasiswa diniali telah mempuyai pikiran yang dewasa yang mana pemikiran yang semacam ini dipeoleh dari berbagai displin ilmu yang telah dipelajarinya selama hidupnya oleh karena itu sangat pantaslah bahwasanya mahasiswa dinilai sebagai masyarakat intelektual yang mana pengetian intelektual ini sendiri ialah seseorang yang mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu hal jadi mahasiswa dinilai sangat cakap dan dapat turun langsung untuk menjadi agen perubahan karena mahasiswa adalah bagian masyarakat yang berintelktual karena ilmunya dan berbagai pemikiran-pemikiran yang telah dihasilkannya Dalam proses pengembangan dan progresifitas keilmuan sangat dibutuhkan hal yang mendorong kemajuan dua hal tersebut yaitu harus ditumbukannya budaya berdiskusi dan berliterasi di kalangan mahasiswa itu sendiri,diskusi dinilai sangat penting karena karena dapat memeberikan angin segar berupa tambahan ilmu pengetahuan kepada tiap-tiap individu memlaui pemikiran dan pandangan tiap-tiap orang yang mana hal ini akan membantu proses berfikir individu
64 | FKD MANTEK #Seri-2
untuk mencari suatu kesimpulan dari sesuatu hal,melalui diskusi juga setiap permasalahan yang ada dapat dicarikan jalan keluarnya. Selain diskusi hal lainnya yang dapat meningkatkan pengembangan dan progresifitas seseorang ialah dengan berliterasi, yang mana berliterasi ini merupakan kemapuan seseorang dalam memahami suatu informasi yang diterimanya pada saat ia membaca ataupun menulis artinya dalam meningkatkan kemampuan beliterasi seseorang dituntut untuk mampu sesering mungkin untuk melakukan kegiatan membaca ataupun menulis agar lebih mudah dan cepat dalam memahami suatu informasi yang diterimannya melalui bacaan ataupun tulisan yang dibuat sendiri maupun orang lain. Dalam beberapa riset yang telah dilakukan oleh para pakar yang ahli dalam bidangnya bahwasanya urgensi dari diskusi dan literasi bagi seorang mahasiswa adalah sangat penting karena seorang mahasiswa dituntut untuk dapat memberikan kontribusi lebih bagi kehidupan bermasyaratnya,jadi apabila kondisi mahasiswa pada saat ini tidak baik maka hal itu dapat memberikan dampak secara tidak langsung bagi kelangsungan bangsa itu sendiri kedepannya. Oleh karena itu, dalam meningkatkan tingkat keintelktualitasan seorang mahasiswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan berdiskusi atau suatu kegiatan bertukar pikiran antar sesama baik itu yang bersifat individu dengan individu ataupun individu dengan kelompok yang mana kegiatan ini apabila sering dilakukan secara tidak langsung akan memberikan dampak yang sangat baik dalam perkembangan keintektualitasan seorang mahasiswa.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 65
DILLA NAHARUL MUMTAZH akrab dipanggil dilla merupakan anak sulung dari tiga bersaudara merupakan anak dari pasangan Didik Hermanto dan Nurlaila S.pd M.pd, wanita asal Aceh kelahiran 25 Februari 1999 ini mempuyai hobi membaca dan menulis tengah mengawali pendidikannya di perguruan tinggi negeri di Universitas islam Negeri Maulana Malik Malang jurusan Hukum Bisnis Syariah semester I sehari-hari wanita yang mengagumi Bill Gates ini aktif di beberapa organisasi baik di lingkup kampus maupun tidak seperti IPPMA, LADEC, PMII dan FKD Mantek.
66 | FKD MANTEK #Seri-2
DISKUSI, LITERASI DAN KORUPSI “1000 teman terlalu sedikit dan 1 musuh terlalu banyak� -- Muhajir Efendi --
K
orupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. dan bahasa Indonesia disebutan dengan korupsi yang bermakna menyogok, memutarbalikan, mengambil hak orang lain . Korupsi merupakan sebuah tindakan penyalahgunaan dalam hal kekuasaan atau organisasi untuk memperoleh keuntungan yang lebih, korupsi juga bisa disebut tindakan kriminal atau kejahatan yang luar biasa. Banyak dampak negative dari korupsi tidak hanya merugikan negara akan tetapi juga merugikan di kalangan masyarakat pasalnya kemiskinan di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh orang-orang yang haus akan kekuasan dan tidak pernah puas dengan apa yang dia miliki tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Korupsi merupakan salah satu tindakan kriminal dan kejahatan yang luar biasa. Di Indonesia korupsi kerap sekali terjadi tidak hanya di kalangan pemerintah akan tetapi juga di kalangan masyarakat walaupun lebih berdominan di
| 67 |
kalangan pemerintah. Tindakan korupsi sudah menjadi kebiasaan di Indonesia bahkan sudah menjadi budaya, pasalnya hampir setengah abad umur Indonesia korupsi masih sering terjadi baik di kalangan pemerintah mau pun di kalangan masyarakat. Sepertinya permasalahan ini sulit untuk dihilangkan bahkan hampir mustahil untuk dihilangkan. Untuk saat ini di Indonesia korupsi ditangani oleh lembaga tertentu yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK di dirikan pada tanggal 29 Desember 2003 yang merupakan suatu lembaga komisi yang menangani kasus-kasus tindakan korupsi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi dengan tujuan untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi. Dan KPK memiliki dua strategi dalam memberantas kejahatan korupsi yaitu menindak (represi) dan mencegah (preventif). Harus ada usaha untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalisasi kasus tindakan korupsi ini. Bukan hanya menjadi tugas pemerintah atau lembaga KPK saja, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama. Bermula dari kesadaran masing-masing atau hal-hal kecil seperti kejujura Penelitian yang dilakukan oleh Worl Blank faktor yang menimbulkan pemicu terjadinya korupsi terutamanya di Indonesia adalah pemerintahan kolonial. Bahkan, korupsi tidak hanya ada pada pemerintahan kolonial, tetapi juga terus berkembang sebagai pengaruh tidak langsung oleh
68 | FKD MANTEK #Seri-2
hasutan kaum nasionalis melawan pemerintah. Pemicu lainnya ialah bertambahnya pegawai negeri secara cepat yang mengakibatkan gaji mereka menjadi sangatlah kurang. Hal ini mengakibatkan perlunya pendapatan tambahan serta bertambah luasnya kekuasaan dan kesempatan birokrasi dibarengi dengan lemahnya penguasaan dari atas dan pengaruh partai-partai politik. Sebenarnya masih banyak lagi faktot-faktor pemicu terjadinya korupsi yang diantaranya tidak adanya kesadaran pada diri masing-masing, sulitnya bersikap jujur, hanya mementingkan diri sendiri, persaingan partai politk dan sikap tama’ (rakus) . Bahkan berawal dari hal-hal kecil lah semua itu bisa terjadi. Di indonesia yang mengakibatkan mahasiswa malas untuk mengola berita dari media.kebudayaan Disini lah mengapa diperlukan nya budaya diskusi dan literasi bagi mahasiswa. Karena, merebabnya tindakan korupsi yang disebabkan kurang nya literasi diskusi dari mahasiswa dan rumit nya perpolitikan mengelola berita sangat lah penting untuk menunjang pengetahuan dan perkembangan yang ada di indonesia. Bagaimanakah mahasiswa bisa tahu akan sikap pemimpin zaman sekarang yang berkuasa dan tertawa di atas penderitaan masyarakat jika mereka enggan untuk mengelola media. Dan kebudayaan membaca sangat lah minim pada mahasiswa zaman sekarang untuk mengetahui bagaiman dampak dari tindakan korupsi tersebut. Mahasiswa juga harus tau mengapa korupsi itu bisa terjadi, sejak kapan
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 69
korupsi itu bisa membudidaya bukan hanya di kalangan pemerintah akan tetapi juga di kalangan masyarakat. sejak dahulu bahkan sebelum kemerdekaan korupsi sudah ada. Pada zaman soeharto korupsi merebak dimanamana oleh para pejabat tinggi kerena pada zaman dahulu ketidak bolehan di kalangan masyarakat untuk berkontribusi atau memperotes pejabat-pejabat tinggi. Pada zaman sekarang masyarakat atau mahasiswa bebas untuk menyampaikan pendapat nya akan tetapi tidak tahu mengapa mahasiswa tidak mau berkontribusi atau menyampaikan pendapat untuk memberantas korupsi. Anggapan yang salah dari kalangan mahasiswa bahwasanya kasus tindakan korupsi hanya tanggung jawab lembaga tertentu atau yang sekarang di sebut lembaga KPK (komisi pemberantasan korupsi). Padahal sudah jelas tidak akan efektif jika korupsi hanya ditangani oleh lembaga KPK. Tetap harus ada kontribusi dari mahasiswa dalam membantu KPK untuk memberantas tindak kejahatan ini. Literasi menulis juga yang semakin berkurang bahkan hanya sedikit mahasiswa yang suka menulis padahal dengan menulis lah kita bisa mengapresiasikan atau menyampaikan pendapat kita. Ketidak pedulian mahasiswa akan literasi diskusi, membaca dan menulis semakin meredup bahkan hanya segelintirlah yang mau melakukan hal itu. Bagaimana masalah-masalah korupsi bisa hilang atau paling tidak meminimalkan jikalau hanya untuk hal kecil seperti
70 | FKD MANTEK #Seri-2
berdiskusi, membaca dan menulis enggan di lakukan, terus apa peranan dari mahasiswa itu sendiri. Angapan-anggapan mahasiswa akan tanggung jawab bahwasanya tindak kasus korupsi harus ditangani oleh lembaga tertentu atau KPK (komisi pemberantasan korupsi) hal itu adalah salah. Hal-hal seperti itu sebenarnya adalah tanggaung jawab bersama atau yang lebih berdominan dari mahasiswa.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 71
MUHAJIR EFENDI, sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tua. Saya biasa di panggil dengan sebutan fendi. Saya di lahirkan di sebuah desa kecil yang bernama teluk panji IV pada tanggal 7 juli 1997.pada tahun 2002 saya memulai pendidikan saya di TK (taman kanak-kanak) lalu pada tahun 2003 saya melanjutkan pendidikan saya di SDn 118391 sampai 2009 kemudian saya meneruskan ke MTSs al-ma’shum dari tahun 2009-2012 yang kemudian melanjutkan kesebuah pondok pesantren yaitu ar-risalah tamat pada tahun 2016 lalu saya mendapatkan amanah untuk mengabdikan diri tepat pada tahun 2017 saya melanjutkan kesalah satu perguruan tinggi UIN maliki. Hoby saya bermain sepak bola, bulu tanggkis, dan diskusi.
72 | FKD MANTEK #Seri-2
BUKU FIKSI TAK KALAH DARI BUKU NONFIKSI “If you want your children to be more intelligent, read them more fairytales. –Albert Einstein� --Rissa Jauza Hasanah--
B
uku fiksi merupakan sebuah buku yang berisi cerita yang sifatnya imajinatif, misalnya cerita pendek (cerpen), novel, puisi, drama, dongeng, mitos, komik, hikayat, dan lain sebagainya. Sedangkan buku nonfiksi berisi kejadian sebenarnya dan bersifat informatif, seperti laporan ilmiah yang berupa skripsi, disertasi ataupun tesis, buku pelajaran, buku ensiklopedia, jurnal, biografi, esai, opini, maupun pidato. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah masyarakat terlalu memandang rendah buku fiksi. Buku fiksi seringkali dianggap hanya sebagai hal gila, hal abstrak yang tidak jelas maknanya, yang tidak bisa diukur dengan akal sehat. Sedangkan pandangan mereka tentang buku nonfiksi sama sekali berbeda. Masyarakat memandang buku nonfiksi sebagai buku yang memiliki ilmu pasti, ilmu yang jelas dan masuk akal. Namun dalam pembelajaran, benarkah yang kita perlukan hanya buku nonfiksi saja? Buku fiksi memang tidak membutuhkan pengamatan dalam pembuatannya dan isinya tidak perlu dipertanggungjawabkan, karena ide dari buku tersebut
| 73 |
ditulis dan dikarang berdasarkan imajinasi dan khayalan penulis sendiri. Namun belum tentu imajinasi dan khayalan dalam buku fiksi itu sepenuhnya salah. Sebuah karya fiksi tetap masuk akal dan mengandung kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam suatu karya fiksi tidak harus sesuai dengan peraturan dan kebenaran yang ada di dunia nyata. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, bahkan bisa terjadi dan dianggap benar di dalam suatu karya fiksi. Buku fiksi memiliki banyak manfaat. Manfaatmanfaat yang bisa kita ambil dari membaca buku fiksi antara lain mengembangkan kemampuan verbal, meningkatkan fokus dan konsentrasi, membantu untuk lebih memahami dan menikmati seni, memperluas jangkauan imajinasi, meredam stress, menjauhkan penyakit lupa, membantu untuk menemukan jati diri, serta sebagai sarana menghibur diri. Lalu, bagaimana caranya memanfaatkan buku fiksi untuk menambah pengetahuan pembaca? Dalam manfaat membaca buku fiksi yang pertama disebutkan bahwa buku fiksi dapat mengembangkan kemampuan verbal. Membaca buku, entah itu buku nonfiksi atau fiksi, sama-sama dapat menambah perbendaharaan kosakata kita. Apalagi jika kita membaca buku fiksi terjemahan dari luar negeri, kata-kata yang dipakai dalam buku seperti itu adalah kata-kata yang sangat jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari dan bahkan dalam buku nonfiksi sekalipun. Setelah kita memiliki perbendaharaan kosakata yang cukup luas, kita dapat menggunakannya dalam situasi yang tepat dengan katakata yang tepat pula. Semakin banyak buku yang kita baca, maka akan semakin banyak pula kosa kata yang bisa digunakan setiap harinya.
74 | FKD MANTEK #Seri-2
Manfaat kedua dari membaca buku fiksi adalah meningkatkan fokus dan konsentrasi. Selagi kita membaca buku fiksi, kita seperti terbawa dalam suasana yang ditawarkan oleh buku tersebut. Kita membutuhkan fokus yang lebih untuk bisa terhanyut dalam kata-kata yang mengalir dalam sebuah buku. Manfaat ketiga adalah membantu untuk lebih memahami dan menikmati seni. Ada sebuah studi yang dilakukan oleh NEA (New Enterprise Associates) atau Badan Lingkungan Hidup Nasional bahwa orang yang membaca fiksi akan lebih mampu menikmati seni daripada orangorang yang sering pergi ke konser musik. Kenapa? Karena dalam satu buku fiksi, kita bisa merasakan emosi-emosi yang berbeda di setiap lembar halamannya. Sedangkan orang-orang yang sering pergi ke konser musik, barangkali hanya merasakan satu macam emosi saja, yaitu kesenangan. Manfaat keempat adalah memperluas jangkauan imajinasi. Dunia yang ada di dalam buku fiksi akan membantu memperluas pemahaman kita terhadap apa yang mungkin dan tidak mungkin terjadi. Selain itu, ketika semakin meluasnya jangkauan imajinasi, kita bisa mengasah kemampuan melihat kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Manfaat selanjutnya adalah membantu untuk menemukan jati diri. Membaca buku dapat memberi kita berbagai pengalaman yang berbeda. Kita dapat menciptakan dunia kita sendiri melalui perspektif-perspektif yang berbeda tersebut. Dari pengalaman dan perspektif yang berbeda tersebut, kita bisa mengalami hal-hal berbeda yang tidak bisa kita alami di dunia nyata. Sehingga secara tidak langsung, membaca buku fiksi akan membantu kita meningkatkan kemampuan imajinasi dan kesadaran akan siapa diri kita yang sebenarnya.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 75
Manfaat lainnya yang bisa kita terima dari membaca buku fiksi ialah sebagai hiburan, peredam stress, dan sebagai sarana menjauhkan penyakit lupa. Aktifitas membaca akan membantu kita untuk tetap menjaga memori agar tetap di tempatnya dan bahkan memperluas kapasitas otak. Selain itu, membaca buku fiksi juga bisa menjadi hobi menarik untuk memanfaatkan waktu luang kita dan tetap mendapatkan ilmu yang bermanfaat darinya. Kembali ke pertanyaan, apakah buku fiksi bisa dijadikan bahan belajar? Tentu bisa. Dengan berbagai macam manfaat yang telah disebutkan di atas, tentu pembaca sekalian bisa memahami dampak seperti apa yang akan buku fiksi hasilkan kepada Anda jika Anda membacanya.
76 | FKD MANTEK #Seri-2
RISSA JAUZA HASANAH merupakan nama terbaik yang bisa diberikan orang saya kepada saya. Saya dilahirkan tanggal 3 Desember 1999 silam di sebuah desa di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Setelah itu saya menghabiskan tujuh belas tahun hidup saya di Martapura, Kalimantan Selatan. Saya yang kini menempuh jenjang S-1 di sebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang, Universitas Brawijaya ini merupakan sosok yang hobi membaca dan bersosialisasi.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 77
NGOBROL PENUH INSPIRASI “Jadilah diri sendiri dan jangan lupa intropeksi � --Izza Safira--
N
gopi adalah suatu kegiatan yang sangat di gemari anak muda khususnya mahasiswa ,ngopi sering dilakukan di warung kopi dan ngopi sendiri identik dengan minuman yang bernama kopi dan banyak yang mengertisempitkan ngopi hanyalah sebagai kegiatan yang tidak bermanfaan karena kegiatan itu hanyalah minum kopi dan ngopi sediri sering dilakukan dimalam hari hingga banyak berpandangan bahwasanya ngopi ini sangat tidak bermanfaaat dan lebih di kenal dengan dunia malam yang hanya membuang-buang waktu saja padahal disaat kita pahami secara luas ngopi merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat karena di dalam ngopi itu terdapat komunikasi dengan orang lain yang pasti pemikiran nya berbeda antara individu satu dengan yang lain dengan itu berarti dalam ngopi individual itu bisa bertukar pikiran dengan individual lainnya. Dan selain itu ngopi juga bisa untuk mengembangkan pengetahuan, etika , kemampuan karena disaat berkomunikasi pasti ada pengetahuan baru yang yang bisa di dapatkan dan juga meningkatkan etika dalam berkomunikasi dengan orang lain karena dan juga individu bisa mengerti kekurangan pada dirinya hingga individu itu memperbarbaiki kekurangannya supaya menjadi individu
| 78 |
yang lebih baik jadi janganlah berpandangan bahwasannya suatu hal hal itu negatif karena pada hakikatnnya suatu hal itu sangat positif dan bermanffat dalam kehidupan seperti juga disaat mahasiswa dikelas dia hanya mengetahui sebagian saja ilmu yang dia dapat dikelas dan dia membaca yang hanya pengetahuan yang dia baca itu saja yang dia tau tapi dengan ngopi dia bisa lebih berwawasan berinspirasi karena teman komunikasi kita itu pasti mempunyai pengalaman yang belumkita alami dan pengetahuan yang belumkita ketahui jadi kita sebagai mahasiswa itu sangat perlu untuk ngopi karena sangat membantu menganbangkan karakter suata mahasiswa. Mahasiswa jaman now sering kita mendengar kata itu bagaimana dengan mahasiswa jaman now yang hanya hidupketergantungan dengan wifi dan angkringan mahasiswa sekarang menurut saya tidak berpengaruh kepada lingkungan sekitarnya karena apa dia hanya belajar saja untuk menjadi apa yang dia inginkan tapi idak semuanya seperti itu ada sebagian mahasiswa yang masih peduli dengan sekitarnya contoh nya mahasiswa yang mengkritisi bagaimana mengatasi masalah-masalah yang ada di sekitarnya yaitu dengan contoh sederhana yaitu dengan ngopi mahasiswa itu menbahas membicarakan bagaimana negara ini mau kemana sebenarnya negara ini dan kita sebagai mahasiswa itu harus bagaimana dengan negara ini yang sudah seperti ini yaitu dengan ngopi jadi menurut saya itu kita bisa merencanakan apa yang harus kita lakuakn kedepannya sebagai mahasiswa karena sebuah kegiatan itu harus adanya rencana jadi kita harus tau mngapa masalah itu datang ke negara ini dan bagai mana dampak masalah itu datang ke negara ini dan mahasiswa itu merencanakan dengan cara yang terkonsepsi dan strategi karena ini tidak hanya untuk kesejahteraan bersama tapi ini untuk kesejahteraan masyarakat.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 79
Jadi dengan ngopi mahasiswa itu bisa lebih berawawasan lebih peduli kepada daerah sekitarnya dan lebih berintropeksi kepada dirinya yaitu mengapa dengan ngopi mahasiswa lebih berwawasan karena dengan ngopi itu lebih terinspirasi dan dengan ngopi itu jiga bisa berpolitik karenan ngopi sendiri itu adalah kegiatan politik dan mengapa dengan ngopi itu juga bisa untuk intropeksi diri karena disaat berkomunikasi kita pasti ada yang mengkritik dan pasti adan yyang kontra dengan pendapat kita dankita bisa lebih tau apa kesalahan kita dengan itu kita bisa memperbaiki kualita kita dengan yang lebih benar atau yang lebih baik karena disaat kita mau merubah suatu lingkungan kita itu harus mempunyai kemampuan, pengetahuan,dan etika yang baik karena disaat kita tidak mempunyai etika yang tidak baik itu bukan lagi untuk memperbaiki tetapi tambeh merusak dan kita harus mempunyai kemampuan yang baik pula karena disaat kita tidak mempunyai kemampuan bukan kita membebaskan penindasan tetapi kita yang dirindas karena kita tidak punya kemampuan an dan kita harus juga mempunyai pengetahuan karena dengan adanya pengetahuan apa yang kita lakukan kedapanya itu jelas dan sitematis karena di saat tidak jelas atau tidak sistematis itu lebih membuat rancu masalah bukan tambah menyelasaikan maslah tambah menambah masalah . Ngopi yang sering kita lakukan yaitu berdikusi dengan teman kita yaitu dengan teman oraganisasi maka dari itu di saat ngopi kita itu juga harus memilih siapa teman kita yang mau kita ajak diskusi dan siapa yang mengajak kita berdiskusi karena di saat kita mau aja untuk ngopi tanpa kita tau ngopi nya iti benar-benar berdiskusi apa hanya ngobrol omng kosong saja mak dari itu kita harus memilih teman dalam berdiskusi itu dengan orang yang senang
80 | FKD MANTEK #Seri-2
berdiskusi juga supaya pembentukan pengembangan karakter kita itu terbentuk. Karena kita sebagai mahasiswa itu masih labil karena kita itu sebenrnya masih mau menbentuk diri kita sebenernya kita ini mau kemana maka dari itu kita itu tambah wawasan tambah inspirasi suoaya kita tau kita ini mau bagaimana kedepananya karena kalau kita hanya bermalas-malsan saj atanpa ada kita ini ingin membentuk karakter kita ya kita ini sangat trtiinggal dengang pengetahuan yang di zaman sekrang ini maka dari itu supaya kita tidak terringgal dan kita tau karakter ita sebernarnya dalam era globlisasi ini.
L i t e r a s i & I n t e l e k t u a l i t a s M a h a s i s w a Z a m a n N o w | 81
IZZA SAFIRA, dilahirkan di lumajang tanggal 30 juli 1999 dan saya terlahir dengan keadaan selamat walafiat dan saya juga dilahirkan oleh ibu saya yang bernama Nur Faizah dan saya juga mempunyai seorang ayah yang bernama H. Ali Maski tapi sayang beiau meninggal pada saat saya duduk di bangku pelajar labih tepatnya yaitu SMP, ya walaupun saya dilahrkan di lumajang tapi saya tidak tinggal di sana melainkan saya tinggal di madura karena asal ayah saya dari madura. Ya hobby saya yaitu berpetualang atau lebih kerennya lebih sering di sebut hangouts karena menurut saya pengalaman itu adalah guru terbaik saya karena saya sendiri yang langsung mengalaminya.
82 | FKD MANTEK #Seri-2
MANTEK (Mahasiswa Intelektual)
i
ii
| 127 |