Internship Report // 2018

Page 1

JULI - DES 2018

BERARSITEK TUR DI BCI ASIA , J AKAR TA

ALDEA FEBRYAN R. 14 01 15422

Mahasiswa arsitektur bukan hanya bisa mendapatkan pembelajaran dari magang di biro/konsultan arsitek, namun melalui media arsitektur juga dapat mempelajari hal yang baru. Apa saja yang dapat diambil dari proses belajar di sana? 1



BERARSITE K TUR DI BCI ASIA , J AKAR TA

Laporan Kerja Praktik Perancangan dan Penulisan Publikasi Arsitektur Aldea Febryan R. // 14 01 15422 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Djarot Purbadi, M. T. Sumber Cover: Martin Westlake

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2018



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK PERANCANGAN DAN PENULISAN ARS 3463 BERARSITEKTUR DI BCI ASIA, JAKARTA

Disusun oleh: Aldea Febryan R. 14 01 5422 / T.A Diselesaikan, diperiksa dan disetujui di Yogyakarta Pada tanggal: ....................................... Oleh, Dosen Pembimbing,

Koordinator Kerja Praktik,

Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, M. T.

Adityo, ST. ,M. Sc.

Mengetahui, Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Andi Prasetiyo Wibowo, S.T., M.Eng.



Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingannya praktikan dapat melaksanakan kerja praktik dan menyelesaikan laporan akhir kerja praktik dengan judul BERARSITEKTUR DI BCI ASIA, JAKARTA. Praktikan menyadari bahwa tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, proses kerja praktik maupun laporan kerja praktik ini tidak mungkin dapat terselesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. , selaku ketua program studi arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2. , selaku koordinator kerja praktik. 3. Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, M. T., selaku dosen pembimbing selama praktikan mengambil mata kuliah kerja praktik yang sangat open minded, serta waktu yang diberikan selama asistensi dan dukungan atas mengambil magang di Construction+ Indonesia. 4. Pietter Sanjaya, selaku general manager BCI Asia Indonesia 5. Candice Lim, selaku managing editor Construction+ Magazine yang memberikan arahan dalam praktikan dalam apply dan memberikan peluang di Constuction+ Indonesia. 6. Anton Adianto, selaku senior editor Construction+ Indonesia yang memberikan kesempatan bagi praktikan untuk berpartisipasi dalam penulisan majalah serta bimbingan dalam dinamika proses magang. 7. Mba Avy, Mba Ambar, Mba Anti, Mba Heni, Kak Nisa, Kak Vini, Kak Bondan, Kak Yusa, Mas Dodit, dan seluruh staff BCI Asia yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu telah menerima saya dengan suasana kantor yang sangat hangat akan kekeluargaan. 8. Mama, yang memberikan dukungan, fasilitas, dan doa kepada praktikan sehingga mampu menjalani dan menyelesaikan masa magang di Jakarta. 9. Alvian dan teman-teman di Jogja yang selalu menanyakan kabar serta memberikan semangat untuk melaksanakan magang di Jakarta. Seluruh konten dalam laporan ini merupakan pembelajaran maupun proses yang praktikan lakukan di kantor BCI Asia Jakarta baik dari penulisan, editing, event, riset dan lain sebagainya. Maka dari itu, praktikan memohon maaf jika adanya kesalahan pengetikan, penyebutan nama, penafsiran, dan kesalahan lainnya; baik disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata, praktikan berterima kasih serta memohon maaf sebesar-besarnya dan juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan informasi serupa selama proses berarsitektur.

Jakarta, 2 Desember 2018 Aldea Febryan R. 7


CONTENT

01

PENDAHULUAN 01 01 01 02 02

Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Manfaat Keja Praktik Sistematika Laporan

43

PROFIL PERUSAHAAN 03 03 03 05

Profil Perusahaan Lingkup Perusahaan Publikasi Perusahaan Struktur Organisasi

55

ANALISIS 43 48 49 52

03

KESIMPULAN

Arsitektur Modern Arsitektur Minimalis Arsitektur Tropis Arsitektur Metafora

8


07

08

07 Posisi Praktikan 07 Metode Kerja Praktikan

08 08 08 09

BEBAN PRAKTIKAN

PROSES Perkerjaan Utama Pekerjaan Lainnya Alur Pekerjaan Karya Praktikan

9


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mata kuliah kerja praktik merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa program studi arsitektur UAJY. Mata kuliah ini bermanfaat untuk mengetahui pentingnya praktik di lapangan sebagai persiapan karir profesional pasca kelulusan studinya. Dalam proses kerja praktik, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan berbagai teori dan latihan yang diberikan di kampus dalam praktik nyata di lapangan sambil meningkatkan daya kritis mahasiswa terhadap bidang keilmuan arsitektur. Dalam mata kuliah kerja praktik di UAJY, terdapat 3 pilihan; kerja praktik prencanaan & perancangan, kerja praktik pengawasan, dan kerja praktik penelitian/penulisan. Dari semua kategori tersebut, kerja praktik yang dijalani penulis merupakan kerja praktik yang sedikit berbeda yakni gabungan diantara kerja praktik perencanaan & perancangan dan kerja praktik penulisan, tepatnya, kerja praktik perancangan dengan produk utama berupa publikasi arsitektur. 1.2 Tujuan dan Sasaran Diharapkan dengan adanya kerja praktik ini mahasiswa dapat mengenal proses berarsitektur, yang meliputi proses membuat, menggunakan, mengalami dan memahami arsitektur, di dunia praktisi dan menambah pengalaman saat kembali ke kampus dan ketika lulus sebagai sarjana. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai proses pendalaman materi perkuliahan, menguji kompetensi dan mengukur kemampuan praktikan di lapangan. 2. Menambah pengalaman praktik lapangan yang tidak didapatkan di bangku kuliah. 3. Terlibat langsung dengan media publikasi arsitektur profesional. Adapun sasaran dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengenal metode, pendekatan serta proses yang digunakan kantor media publikasi dalam menyusun produk publikasi arsitektur. 2. Berlatih menuangkan hasil pemikiran dalam bentuk tulisan maupun kritik arsitektur. 3. Meningkatkan pemahaman teori-teori perancangan pada berbagai desain yang dibahas dalam publikasi arsitektur. 4. Memotivasi dan menggali potensi yang dimiliki praktikan. 5. Menambah wawasan dalam proses berarsitektur. 6. Memperluas jaringan sosial praktikan dengan berbagai praktisi. 1.3 Ruang Lingkup Kerja praktik akan difokuskan pada proses penulisan dalam berbagai bentuk teks publikasi arsitektur, baik berupa informasi, apresiasi maupun kritik; serta dalam proses penyusunan publikasi arsitektur dari ide awal hingga

1


pencetakan dan distribusi produk publikasi. Lingkup kerja praktikan adalah sebagai reporter & writer intern yang tidak dibatasi dalam penyusunan majalah Construction+ 10 & 11 Edition bersama Senior Editor, Anton Adianto. Proses kerja praktik yang dijalankan selama lima bulan (Juli 2018 - Desember 2018) di Kantor BCI Asia Indonesia, Jakarta. 1.4 Manfaat Kerja Praktik Manfaat yang diharapkan setelah melakukan kerja praktik di Construction+ adalah: 1. Memahami proses dan sistem kerja di media publikasi arsitektur profesional 2. Memahami metode, pendekatan, dan proses penyusunan publikasi arsitektur 3. Memahami proses bekerja dalam tim 4. Memperoleh pengalaman, wawasan dan ilmu tentang penulisan arsitektur 1.5 Sistematika Laporan Penulisan laporan kerja praktik ini disusun secara sistematis. Pembahasannya dijabarkan menjadi beberapa bab. Berikut merupakan sistematika penulisan laporan: BAB I. PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang kerja praktik, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode dan manfaat kerja praktik. BAB II. PROFIL PERUSAHAAN Berisi tentang latar belakang perusahaan, lingkup pelayanan, struktur organisasi perusahaan, metode kerja perusahaan dan pengalaman perusahaan. BAB III. BEBAN PRAKTIKAN Berisi tentang lingkup kerja praktikan, metode kerja praktikan. BAB IV. PROSES Berisi tentang hasil pekerjaan praktikan yang telah dikerjakan baik yang terbit pada media online maupun cetak. BAB V. ANALISIS Berisi tentang analisis dari tulisan-tulisan yang telah dibuat oleh praktikan. BAB VI. KESIMPULAN Berisi tentang pengalaman yang didapat selama melakukan kerja praktik, dan proses pembelajaran di program studi arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2


BAB II. PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan BCI Media Group adalah penyedia prospek penjualan Bisnis-ke-Bisnis yang terkemuka untuk industri bangunan dan konstruksi. Jangkauan area yang dimiliki yakni di Australia, New Zealand dan Asia dengan 23 kantor di 10 negara. BCI senantiasa melakukan riset mengenai proyek-proyek konstruksi terkini, dari tahap konsep awal dan tahap desain, sampai ke tahap konstruksi. Didirikan pada tahun 1998, BCI Media Group memiliki sejarah yang panjang dalam menyediakan informasi proyek yang berkualitas bagi anggota kami, di berbagai proyek konstruksi di setiap negara. Timnya didedikasikan untuk melakukan riset dan melaporkan proyek-proyek konstruksi sektor privat maupun sektor publik, dari tahap desain konsep dan perencanaan sampai ke tahap penawaran, pemberian kontrak dan tahap dimulainya pembangunan. Produk utamanya sebagai jasa informasi konstruksi terkini dan produk pelengkap lainnya ditujukan untuk menjadi penyelaras kegiatan pemasaran dan penjualan bagi anggotanya, dengan membuka kesempatan bagi mereka untuk menemukan dan membangun hubungan dengan target audien dengan mudah dan pada waktu yang tepat. BCI Media Group menyediakan wadah, jasa dan alat bagi tim penjualan dan pemasaran anggotanya agar dapat bekerja sama dengan efisien dan menganut pendeketan kolaboratif dan strategis dalam membangun bisnis mereka. Setiap proyek di dalam database memuat informasi detil mengenai para pengambil keputusan utama yang berkenaan dengan proyek tersebut, dan juga produk-produk dan jasa yang dibutuhkan dalam proyek tersebut. Dengan lebih dari 240 staff riset di seluruh Asia Pasifik yang berdedikasi untuk mencari informasi-informasi tersebut setiap harinya. 2.2 Lingkup Perusahaan BCI Media Group mampu menjadi wadah bagi konsultan arsitek, pengembang, kontraktor, sub kontraktor hingga suplier material dalam bangunan. 2.3 Publikasi Perusahaan Dalam membantu penjualan informasi proyek, BCI Media Group menerbitkan produk majalah yang dapat menjadi booster bisnis penjualan maupun ulasan mengenai dunia konstruksi.

3


FUTURARC FuturArc adalah majalah yang diterbitkan 2 bulan sekali (total 6 majalah per tahun) dengan fokus kepada arsitektur dan desain bangun ramah lingkungan, melaporkan proyek-proyek ternama, dilengkapi dengan diskusi dan komentar mendalam tentang topik-topik yang berkaitan dengan dunia arsitektur dan pelaku industry konstruksi. Selaras dengan misi FuturArc dalam mendukung desain bangun ramah lingkungan, majalah ini juga menyelenggarakan dua ajang kompetisi tahunan untuk mencari ide-ide dan proyek-proyek di Asia Pasifik yang tidak hanya kreatif, tapi juga berdampak minimal terhadap lingkungan: FuturArc Prize dan FuturArc Green Leadership Award.

Architectur@ Architectur@ adalah publikasi tahunan yang berfokus pada proyek-proyek arsitektur yang akan datang di Asia, menyoroti gedung-gedung generasi selanjutnya di Asia Pasifik yang akan mulai dibangun di tahun berikutnya. Proyek-proyek tersebut dipilih setiap tahunnya dari lebih dari 100,000 proyek yang akan datang yang dilaporkan oleh para staff riset BCI Asia dan BCI Australia. Setiap profil proyek menampilkan deskripsi, tata letak, tata lantai, ketinggian, bentuk dan rangkuman informasi proyek. Staff riset BCI mewawancarai setengah juta arsitek, pengembang, insinyur dan kontraktor dalam mengumpulkan informasi mengenai proyek-proyek tersebut.

Construction+ Construction+ adalah majalah yang diterbitkan 3 bulan sekali dengan menyajikan business to business yang mendalam pada dunia industri pembangunan. Mulai dari proyek profesional dan teknologi pembangunan. Majalah ini menyoroti perusahaan arsitektur, konstruksi, dan desain terbaru serta penting di tiap negara. Melalui jaringan kontak industri yang terdaftar di BCI Asia, dapat dengan mudahnya menggali dan menemukan berbagai certia, proyek, dan berita. Majalah ini diterbitkan pada 4 negara Asia yakni, Indonesia, Malaysia, Singapore, dan Hong Kong.

4


2.4 Struktur Organisasi Perusahaan (Jakarta) Robert Krups & Damian Eastman Joint CEO

Nish PKN COO Asia

Don Smith Economics Team Leader

Pietter GM Indonesia

Burak Ogut Sr. Infrastructure Engineer

SALES PL

NEW

Ronal Imam Sales Manager

IT

RENEWAL

Ali Nugraha Sales Manager

Yunita L. T Team Leader

CMD

ECONOMICS

EVENTS

Ika Ambar R. Head of Event


Michelle Aizenberg CRO

Candice Lim Business Manager, Publishing

PUBLISHING

Anton Adianto Sr. Editor

ADMIN & FINANCE

HR

RESEARCH

RQC

Rudy Haris Manager

Ika Ambar R. HRBP

Cahyono S. Manager

Surya J.

SALES

Aldea Febryan Intern

GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI BCI ASIA SUMBER: PRAKTIKAN, 2018


BAB III. BEBAN PRAKTIKAN

3.1 Posisi Praktikan Praktikan mendapat kesempatan secara langsung dalam tim pembuatan majalah Construction+ Indonesia 10 & 11 Edition. Di sini, praktikan diarahkan langsung oleh Senior Editor yang bertanggung jawab atas majalah tersebut. Mulai dari pencarian opsi karya yang akan dibahas hingga proses produksi majalahnya. 3.2 Metode Kerja Praktikan Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan proses belajar di perusahaan ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan mencari mempersiapkan beberapa opsi proyek untuk dapat dibahas ke dalam majalah edisi selanjutnya. Dalam proses ini praktikan harus melihat jika proyek tersebut terbangun dan akan dibangun dalam rentang dua tahun kebelakang dan dua tahun kedepan. 2. Praktikan mencari kontak dan menghubungi pihak terkait dengan proyek yang akan dimuat dalam majalah edisi selanjutnya. Di sini praktikan harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada pihak terkait. 3. Proses pembelajaran praktikan dibimbing secara langsung dengan Senior Editor. Dalam menjalankan kerja praktik beliau memberikan komentar yang esensial terkait penyusunan majalah. 4. Di luar proyek majalah praktikan memiliki tugas untuk selalu update platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Website Construction+ Indonesia. Hal ini dapat menunjang praktikan untuk mengasah kemampuan penulisan konsep bangunan secara singkat. 5. BCI Asia dan Construction+ Indonesia tidak jarang menjadi media partner dalam beberapa acara, sehingga praktikan juga berkesempatan untuk turut aktif berpartisipasi hadir dalam berbagai acara yang masih dalam lingkup dunia konstruksi. 6. Praktikan dengan minat desain grafis dan tata letak juga berkesempatan untuk mendapat bimbingan terkait desain grafis dan tata letak majalah dengan program Adobe InDesign yang diberikan oleh karyawan perusahaan.

7


BAB IV. PROSES

Dalam proses kerja praktik, praktikan mendapat kesempatan untuk turut berpartisipasi langsung dalam kegiatan menulis arsitektur di media publikasi. Berikut adalah pekerjaan yang dilakukan oleh praktikan: 4.1 Pekerjaan Utama 1. Construction+ Indonesia #10: Indonesia’s Residential Development Today 2. Construction+ Indonesia #11: Safety Schemes & Regulation 4.2 Pekerjaan Lainnya 1. Proofreading 2. Menulis berita seputar dunia konstruksi pada media online Construction+ Asia 3. Reporter dalam beberapa acara, seperti: HOMEDEC 2018, Jakarta Market Update by JLL, Book Launching ‘A Design For Life’ by Riri Yakub, Indonesia Building ME Expo 2018, dan Talkshow Sustainable Living For Home, Neighborhood and Community by GBCI 4.3 Alur Pekerjaan Online Research

Pencarian bangunan arsitektural yang terbangun maupun akan terbangun dalam waktu 2 tahun terakhir.

Writing

Pembahasan proyek yang telah dipilih dengan data yang ada dari narasumber.

Layouting

Proses layout dari tulisan dan foto yang dipilih.

1 2 3 4 5 6

Interview

Arsitek, Developer, Ketua sebuah organisasi yang berhubungan dengan tema dan bangunan arsitektural yang dipilih.

Editing

Mengedit hasil draft tulisan yang telah dibuat serta pemilihan foto yang akan masuk pada majalah.

Proofreading

Tahapan akhir untuk pengecekan baik tulisan maupun layout sebelum masuk percetakan.

GAMBAR 4.1 ALUR KERJA DI CONSTRUCTION+ INDONESIA SUMBER: PRAKTIKAN, 2018

8


GAMBAR 4.2 PROOF READING C+ INDONESIA #10 SUMBER: PRAKTIKAN, 2018

9


GAMBAR 4.3 COVER C+ INDONESIA #10 SUMBER: PRAKTIKAN, 2018

10


11


H A S I L K A RYA P R A K TI K A N kompilasi seluruh tulisan yang dimuat dalam media cetak maupun digital

12


RUM AH GE R BON G

Bintaro sektor 4, Tangerang Studio SA_e 2017

Saat ini, pertumbuhan penduduk kota di Indonesia semakin tinggi. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan fasilitas yang mendukung kegiatan kota bagi warganya, salah satunya adalah rumah tinggal. Saat ini telah banyak rumah yang terbangun dalam bentuk kavlingan. Kebanyakan konsep kavling saat ini berkonsep rumah tumbuh sehingga pemilik memiliki kesempatan untuk mengembangkan maupun mendesain sendiri rumahnya di masa mendatang. Konsep rumah tumbuh atau multistep development house menjadi angin segar sebuah hunian rumah bagi pasangan atau keluarga di perkotaan dalam menyikapi kebutuhan pokoknya, yaitu papan. Rumah Gerbong yang berada di salah satu perumahan di Bintaro, Tangerang merupakan salah satu contoh rumah tumbuh yang terekam dengan baik dalam perkembangan masyarakat urban saat ini. Sejak tahun 2013 rumah ini telah mengalami perubahan. Akhir tahun 2017 merupakan klimaks dalam pembangunan Rumah Gerbong dengan penambahan beberapa fungsi lainnya. Studio SA_e selaku arsiteknya memasukkan elemen angin, cahaya, hujan, dan sebagainya ke dalam desain Rumah Gerbong.

ini juga didapat dari konsep krowakisme. Dalam hal pewarnaan, rumah ini hanya menggunakan warna putih. Pemilihan warna putih ini dipilih sebagai salah satu strategi agar lebih menyatu dengan rumah sekitar sehingga tidak terlalu mencolok, selain juga ingin menonjolkan warna natural alam. Adapun alasan lainnya, jika rumah ini kelak akan mengalami pengecatan ulang atau penambahan bidang, maka hal dalam pemilihan warna cat akan lebih mudah dilakukan, karena hanya menggunakan warna putih saja. Secara struktur, rumah ini tidak menambahkan struktur yang berat. Hal ini menciptakan pembebanan tanah yang kecil. Hal ini didukung dengan penggunaan material ringan yang dipilih untuk kecepatan pembangunan dan meminimalisir pembebanan. Material yang digunakan tidak lebih dari struktur baja ringan, bata ringan, dan precement board. Konteks rumah tumbuh yang dijadikan tema utama dari Rumah Gerbong ini dihadirkan secara brilian oleh Studio SA_e dan menjadikan hunian ini sangat atraktif secara desain, sekaligus fungsional bagi masyarakat urban modern saat ini.

KROWAKISME vv Pada dasarnya Rumah Gerbong merupakan dua rumah yang berlokasi berlawanan yang kemudian dijadikan satu. Dalam tahap pertumbuhan yang baru pada desain rumah ini, Studio SA_e membagi ruang menjadi tiga zona utama, yakni zona tempat tinggal, bekerja, dan berinteraksi. Fungsi zona tempat tinggal berada berhadapan langsung dengan jalan begitu pula dengan zona kerja. Dari pembagian zona tersebut menimbulkan zona pembagi di tengah kedua zona tersebut yang dijadikan zona berinteraksi untuk kontak antara kedua zona tersebut. Strategi pembagian zona 13


GAMBAR 4.4 LAYOUT KONTEN RUMAH GERBONG DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

14


RUM A K E B AGUS AN Kebagusan, Jakarta Selatan ArMS 2018

pada bangunan. Salah satunya dengan memberikan bukaan kaca yang lebar. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan kurangnya privasi setiap unit sehingga diciptakanlah aksen dinding tipis nan tajam dengan struktur overhang sebagai pilihan. Penggunaan dinding tipis tersebut menambah kesan melayang dan ringan, serta menjaga proporsi dan dimensi pada fasad bangunan.

Nilai properti yang mulai lesu sejak tahun 2015 menjadikan tantangan bagi para arsitek untuk mendesain rumah yang memiliki lahan terbatas. Luas kavling dan bangunan yang tepat akan sangat berpengaruh pada nilai harga jual. Ruma. id bersama ArMS membangun townhouse yang mewadahi 10 unit di lahan yang kecil, namun dapat membuat harga jual yang tinggi. Lokasinya yang berada di area TB Simatupang dan berdekatan dengan commuter line menjadikan nilai tambah bagi Ruma Kebagusan.

MATERIAL SEDERHANA Ruma Kebagusan menggunakan material yang mudah didapat dan sederhana, yakni batu bata. Dengan pewarnaan abu-abu tua, menjadikan bangunan ini tidak terlalu mencolok bagi lingkungan sekitarnya. Proyek ini justru menjadi contoh baru bagi lingkungan sekitarnya, bagaimana rumah tropis dengan ukuran yang compact dapat terlihat rapi dengan material yang sederhana. Proyek ini memberikan contoh lain bagi masyarakat bahwa desain rumah dengan lahan terbatas mampu memberikan kualitas yang baik. Hal yang berpengaruh pada nilai dari pembangunannya adalah luasan dari bangunan itu sendiri. Dengan bujet yang terbatas, sebaiknya rumah dibuat compact dengan luasan yang efektif dan efisien. Selain itu, berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Ruma.id, seluruh pembeli Ruma Kebagusan merupakan first home owner dengan range umur yang sama. Oleh karena itu, desain yang compact pada proyek hunian ini sangat cocok untuk menjawab kebutuhan target pembeli yang dituju.

DESAIN YANG COMPACT Mendesain unit rumah dengan lebar kavling 6 meter bukan perkara yang mudah bagi ArMS. Pada umumnya dengan lebar kavling yang sempit, rumah akan didesain untuk menghabiskan lahan di setiap sisi bangunannya. Namun, hal tersebut tidak diterapkan untuk Ruma Kebagusan. Desain rumah yang compact menjadi solusi bagi proyek ini. Setiap unit mampu menyediakan tiga kamar tidur, dua kamar mandi, sebuah powder room, sebuah area servis, sebuah kamar mandi servis, balkon, area jemur, dan carport. Meski compact, proyek ini memiliki detail struktur yang perlu diperhatikan dengan baik. Level dari balok dan pelat lantai dijaga dengan tepat agar mengantisipasi kemungkinan penambahan bangunan. Dalam hal fasad, ArMS bermain dengan proporsi yang dapat memberikan wajah ramping dan ringan

15


GAMBAR 4.5 LAYOUT KONTEN RUMA KEBAGUSAN DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

16


AVI AN T OW E R

Ahmad Yani, Surabaya PT Archimetric 2018

Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia dengan 2,7 juta penduduk. Sebagai sebuah kota bisnis, Surabaya juga dipenuhi oleh gedung-gedung perkantoran yang tidak hanya terpusat di tengah kota saja, tetapi juga merambah ke daerah Surabaya Barat dan Timur. Kendati dipenuhi gedung-gedung perkantoran modern, namun hingga saat ini bangunan perkantoran di kota tersebut umumnya masih berbentuk persegi. Hal ini dapat dimaklumi, karena bentuk persegi merupakan bentuk yang efisien. Namun, tahun ini baru saja terbangun gedung perkantoran dengan bentuk yang unik di Surabaya Timur, yakni Avian Tower. Sedikit banyak, gedung perkantoran karya Archimetric ini telah mengubah skyline kota Surabaya.

Efek dari rotasi ini menyebabkan fasad bangunan dapat terlihat berbeda, tergantung dari arah melihatnya. Terkadang bangunan ini akan terlihat kecil di bawah, besar di atas atau besar di bawah, kecil di atas atau bahkan besar di bawah dan atas, kecil di tengah. STRUKTUR YANG EFISIEN Hingga saat ini, stigma pembangunan gedung berbentuk spiral akan dinilai tidak mungkin terbangun. Hal ini dikarenakan biaya pembangunan yang tinggi apabila tidak berhati-hati dalam merancang sistem strukturnya. Seperti kita ketahui, struktur untuk pembangunan gedung berbentuk spiral akan berbeda dengan gedung berbentuk persegi. Sistem struktur pada Avian Tower didesain dengan efisien dengan mempertahankan bentuk yang lurus dari bawah hingga atas, di mana pada bagian tengah bangunan tidak ikut berotasi. Sedangkan pada bagian luar bangunan ini, Archimetric memilih untuk menggunakan struktur komposit (baja dan beton) di mana kolom-kolomnya ikut berotasi. Fasad dari Avian Tower juga dibuat secara modular sehingga masing-masing kaca pada bangunan ini tidak menggunakan kaca cekung atau cembung (melintir) yang dapat meningkatkan biaya pembangunan, melainkan tetap menggunakan kaca datar standar. Kaca pada bangunan ini menggunakan jenis double-glazing low-e yang mampu mengurangi panas matahari secara drastis. Selain karena penggunaan jenis kaca yang khusus, Avian Tower dirancang untuk menyesuaikan orientasi dan iklim kota Surabaya. Bangunan ini dibuat memanjang berbentuk spiral dengan orientasi timur-barat sehingga mayoritas lantai perkantorannya akan menghadap ke arah selatan dan utara yang dapat menguntungkan jika mengacu pada arah matahari. Oleh sebab itu, bangunan ini dapat

MERESPON BUNDARAN WARU Berawal dari klien Avian Tower yang menginginkan berdirinya bangunan yang ikonik agar dapat digunakan sebagai headquarter bagi perusahaannya, PT Archimetric mendesainnya dengan terinspirasi dari bundaran yang berada dekat dengan lokasi pembangunan, yakni Bundaran Waru. Kawasan tersebut merupakan salah satu bundaran terbesar dan terpadat di Surabaya, karena lokasi ini menjadi pintu gerbang utama Surabaya dari arah barat daya. Desain Avian Tower merespon bentuk, arah, dan garis-garis lengkung dari pergerakan kendaraan, bentuk urban landscape, dan infrastruktur di sekitar site. Akibatnya, bangunan ini seolah bergerak dan melintir spiral seiring dari pergerakan sistem transportasi kendaraan yang ada di sekitar bundaran tersebut. Setiap lantainya, Avian Tower berotasi 3 derajat dari lantai di bawahnya sehingga pada lantai teratas telah berotasi hingga 60 derajat dari lantai paling dasar. 17


GAMBAR 4.6 LAYOUT KONTEN AVIAN TOWER DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

mengurangi pemakaian energi untuk AC. Apalagi pada bagian barat bangunan terdapat balkon yang diletakkan pada masing-masing lantai.

Tantangan sesungguhnya terletak pada perubahan lebar site di mana Archimetric harus membuat bangunan spiral pada tapak yang ramping. Dalam proses perizinan, arsitek baru mengetahui bahwa akan ada pelebaran jalan pada sisi selatan tapak sehingga site bangunan ini akan terpotong 3,8 meter. Padahal, lebar yang dapat terbangun sebelumnya sebesar 31,5 meter (setelah terpotong GSB). Tentu saja hal tersebut mengubah desain dari bangunan ini, dari yang sebelumnya tiap lantai bangunan berotasi 3,75 derajat menjadi hanya 3 derajat. Namun, tantangan tersebut dapat dikomunikasikan oleh Archimetric kepada klien dengan dukungan walikota Surabaya.

DUKUNGAN WALIKOTA SURABAYA Tantangan dalam pembangunan proyek ini bukan tentang bentuk bangunannya yang unik, karena walikota Surabaya, Tri Rismaharini, mendukung penuh pembangunan Avian Tower. Dalam hal ini, Risma selalu mendorong para arsitek untuk membuat bangunan dengan bentuk yang unik, serta ikonik. Oleh karenanya, Archimetric tidak memiliki kendala dalam proses perizinan desain bangunan. 18


HO TEL U J AN E VAL L A B AN D UN G Jl. Aceh, Bandung PT Budi Pradono Architects 2018

Bandung sebagai kota kreatif mampu mengundang minat wisatawan, baik domestik dan internasional. Salah satu akomodasi yang menarik di pusat kota Bandung dengan permainan bentuk massanya datang dari U Janevalla Hotel. Didominasi dengan polesan warna abu gelap dari material concrete yang diekspos, hotel ini mengusung konsep yang mengikuti dinamika urbanitas di sekitarnya.

arsitek mencoba untuk mengintepretasikan salah satu tarian tradisional ke dalam bentuk bangunan ini. Tari jaipong dipilih, karena lokasi bangunan ini berada di provinsi Jawa Barat dan juga gerakan tariannya yang sempat menjadi polemik. Pada akhirnya, bentuk U Janevalla Hotel ini merupakan representasi dan reintepretasi dari sebuah tradisi yang tidak digali dari arsitektur, melainkan dari seni. Dengan bentuk yang tidak tipikal, penyelesaian bangunan ini secara struktural maupun arsitektural memang membutuhkan penanganan ekstra.

DINAMIKA URBANITAS Hotel yang memiliki 119 kamar dengan desain tidak tipikal ini dirancang oleh konsultan arsitek dan interior PT Budi Pradono Architects (BPA). Tim arsitek melihat bahwa kawasan pusat kota merupakan kawasan yang didominasi dengan bangunan komersial dan area publik. Di kemudian hari, pusat kota Bandung akan banyak berdiri bangunan middle rise hingga high rise lainnya. Melihat kondisi tersebut, BPA memikirkan bagaimana agar hotel ini dapat merespon kondisi saat ini maupun masa yang akan datang. Dengan melihat bangunan sekitarnya yang memiliki kemiripan, yakni menempatkan massa bangunan berada di tengah tapak, U Janevalla Hotel melakukan strategi yang sama dengan memisahkan massa bangunan, namun masih terkoneksi dengan baik. Namun, tim arsitek menyelaraskan kondisi yang ada dengan memisahkan kedua massa bangunan, karena implikasi ilmu fisika bangunan, di mana hal ini akan memberikan aspek pengudaraan alami secara terus-menerus dari ujung utara ke selatan sehingga diharapkan mampu mereduksi penggunaan AC.

SUPER EKSPOS Hotel ini baik secara eksterior maupun interior tetap berusaha untuk memperlihatkan material apa adanya. Hal ini tampak dari pewarnaan yang digunakan, yakni hanya berupa abu gelap yang dihasilkan dari concrete dan juga coklat dari warna kayu. Selain itu, bangunan ini memiliki banyak bukaan yang memanfaatkan kaca jenis stropsol. Kaca jenis ini dipilih, karena kelebihannya yang dapat mereduksi sinar matahari yang masuk dan mampu memantulkan bayangan pada malam hari sehingga dapat membantu memberikan kesan yang luas di dalam kamar. Pada interior kamar, seluruh material direduksi menjadi sesuatu yang sifatnya paling mendasar. Hal itu tampak pada lemari baju yang didesain dengan hanya menyisakan gantungan baju saja. Demikian halnya pada lemari lainnya yang juga didesain dalam bentuk rak saja sehingga di satu sisi mendapatkan ruang yang maksimal, tetapi di sisi lain juga mampu mereduksi furniturnya. Secara keseluruhan, interior kamar hotel ini memiliki konsep super ekspos, di mana seluruh pipanya terlihat dari luar. Secara tidak langsung, desain ini memungkinkan kita dapat mengantisipasi permasalahan pada pipa di kemudian hari.

INTEPRETASI TARI JAIPONG Bentuk massa bangunan ini cukup menarik untuk dikaji. Dari kejauhan pun U Janevalla Hotel mampu menarik pandangan mereka yang melintasi Jalan Aceh, Bandung. Tim 19


GAMBAR 4.7 LAYOUT KONTEN U JANEVALLA HOTEL BANDUNG DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

20


PE TRO TE K N O OFFI C E

Kawasan Industri & Pergudangan Taman Tekno, BSD City, Banten Ady Putra Architect 2018

Bagi sebagian arsitek, proyek renovasi merupakan sebuah tantangan. Penyebabnya adalah mereka harus mampu memberikan fungsi yang maksimal dan menarik dengan keterbatasan kondisi bangunan yang sudah ada. Sama halnya seperti apa yang dirasakan oleh Ady Putra Architect yang melakukan proyek renovasi Petrotekno Office di BSD, Tangerang Selatan, Banten. Tim arsitek harus memutar otak pada konsep dan penerapannya agar bangunan yang dibangun tidak terkesan tambal sulam, dan harus menjadikan bangunan tersebut memiliki konsep yang baru secara utuh.

memperhatikan penghijauan, Ady Putra menghadirkan suasana resor yang tropical pada Petrotekno Office. Implementasinya mulai dari pemanfaatan tanaman hijau. hingga penggunaan material lokal. Adapun material lokal yang digunakan, antara lain: batu bata, roster, beton, besi, dan kayu. Uniknya, Ady Putra mampu memanfaatkan penggunaan material bata ini menjadi focal point pada fasad bangunan. Pemilihan material tersebut tidak dipungkiri, karena dapat diekspos dan menghasilkan perpaduan warna alami yang indah, layaknya suasana di resor. Ditambah lagi dengan hadirnya empat taman dalam bangunan ini yang mendukung suasana liburan yang homey seperti yang diinginkan.

SPLIT LEVEL Selain bangunan ini berfungsi sebagai kantor, bagian belakang tapak sering digunakan untuk memasukkan dan menimbang alat berat. Dari sisi kebutuhan ini, maka diperlukan akses yang leluasa untuk kontainer ke belakang. Namun di satu sisi untuk perluasan kantor, harus memaksimalkan semua lebar tapak. Untuk mengakomodasi kebutuhan itu, maka dibuatlah bangunan split level pada proyek ini. Perbedaan elevasi yang dibuat menciptakan kesan dinamis pada ruang sehingga ruang yang tercipta dari perbedaan ini dapat difungsikan dengan hal lainnya, seperti menghadirkan taman yang mampu memasukkan cahaya ke dalam ruang. Meski demikian, membuat split level pada bangunan yang sudah jadi bukan perkara yang mudah. Tim arsitek harus melihat kondisi struktur eksisting yang tidak rapi dan ideal, di samping memperhatikan dimensi dan posisi kolom secara cermat.

PENCAHAYAAN DAN PENGUDARAAN ALAMI Pada prinsipnya, renovasi kantor dan gudang tiga lantai ini adalah untuk memaksimalkan pencahayaan, penghawaan yang alami, serta memberikan unsur hijau ke dalam proyek. Salah satunya melalui void-void yang didesain untuk memberikan sirkulasi udara alami dan pencahayaan ke dalam ruangan. Penerapan desain yang mengedepankan unsurunsur alami pada kantor dan gudang ini menjadikan Petrotekno Office menonjol daripada bangunan sekitarnya. Tanpa harus menggunakan material yang istimewa dan mahal, bangunan ini juga diharapkan dapat berkontribusi pada lingkungan sekitar dengan menghemat energi dan unsur hijau pada lingkungan.

MATERIAL LOKAL Melihat kondisi sekitar kompleks pergudangan yang cenderung tidak

21


GAMBAR 4.8 LAYOUT KONTEN PETROTEKNO OFFICE DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

22


OMNIA DAYCL U B & S AK E N O H AN A R E S TAUR AN T Pecatu Uluwatu, Bali WOHA Architects & Rockwell New York 2018

Bali, sebuah pulau di Indonesia yang tidak pernah kehilangan daya tariknya bagi turis domestik maupun mancanegara. Seolah tidak ada kata istirahat untuk pesta dari pagi hingga malam di pulau ini. Mulai dari bar yang bertebaran di tepi pantai hingga kelab malam, menjadikan Bali sebagai salah satu pusat hiburan terbaik di dunia. Dirancang oleh WOHA Singapore dan Rockwell New York, OMNIA menjadi kelab pertama berkonsep day club di Bali dengan memaksimalkan kegiatan yang dapat diakomodasi pada lokasi yang berkontur terjal. Bersama restoran Sake no Hana yang berada di pinggir tebing Uluwatu, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu destinasi yang memberikan pengalaman tak terlupakan untuk menikmati indahnya panorama Samudra Hindia dengan ditemani alunan musik beach house. OMNIA dan restoran Sake no Hana merupakan pengembangan kawasan dari The Cliff – Alila Villas Uluwatu Suites.

yang diinginkan tim desain dapat tercapai 100%, meski dengan menggunakan penggalian pondasi hingga sedalam 6,5 meter dan balok ikat sebagai struktur utama guna menghindari longsor pada tebing. THE CUBE Selain bar dengan desain dan struktur yang menakjubkan, ciri khas lain pada proyek ini adalah penggunaan bentuk yang mayoritas kubus sederhana. Salah satunya pada restoran Sake no Hana yang menggunakan bentuk persegi sederhana namun memiliki fasad yang menyatu dengan sekitar. Material yang digunakan pada tempat ini merupakan material lokal, yakni memanfaatkan kayu ulin. Penyusunan kayu yang seolah menjadi “sangkar� bagi pengunjung menyatukan desainnya dengan Alila Villas Uluwatu yang telah berdiri sebelumnya. Namun, berbeda halnya dengan atap bar yang berada di ujung tebing, desain yang lebih modern dengan penggunaan material kombinasi dari manikmanik kaca, spekulan, dan kanopi dari stainless steel disebut sebagai The Cube. Desain atap ini dipilih bukan tanpa alasan, karena bentuk kubus tersebut merupakan representasi dari lampu kristal di OMNIA Las Vegas. Secara keseluruhan, Hakkasan Group bersama WOHA Singapore dan Rockwell New York memberikan angin segar pada konsep beach club di Bali. Tempat ini menawarkan berbagai fasilitas, seperti bungalow, mini private pool, VIP cabanas, swim-up bar, cube bar, dan sun bed yang ditata menghadap kolam renang utama yang berbentuk lengkung untuk memanjakan setiap pengunjungnya.

DESAIN DAN STRUKTUR Saat memasuki area OMNIA Day Club, terlihat bar yang mencolok dari kejauhan. Bentuk area bar yang dipilih merupakan persegi sederhana yang diputar 45 derajat. WOHA Singapore merancang sedemikian rupa agar secara visual bar tersebut dapat menyatu dengan infinity pool bersama panorama yang ada. Hal ini membuat bar tersebut tampak seolah menjadi bangunan yang melayang dari 100 meter di atas permukaan laut jika dilihat dari berbagai sudut pada pinggiran tebing. Dalam merealisasikan desain bar ini, pemilihan struktur kolom menjadi salah satu concern bagi tim desain. Bersama Atelier 6, akhirnya desain dan struktur

23


GAMBAR 4.9 LAYOUT KONTEN OMNIA DAY CLUB & SAKE NO HANA RESTO DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

24


M ASJI D S AR I ASI H

Jl. Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang US&P Architects 2017

Sebagai negara dengan mayoritas beragama Islam, tentunya menjadi hal yang wajar jika di Indonesia terdapat banyak bangunan masjid, mulai dari skala kecil yang berkapasitas 100 jamaah hingga yang mampu menampung 200.000 jamaah. Hingga saat ini, keberadaan bangunan masjid di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 800 ribu unit. Masjid merupakan salah satu tempat ibadah yang juga sering dijadikan sebagai destinasi wisata. Hal ini dikarenakan bangunan masjid memiliki nilai historis tersendiri atau bahkan karena desain arsitekturnya sangat unik dan menarik. Salah satu masjid baru yang memiliki desain atraktif adalah Masjid Sari Asih yang berada di Karawaci, Tangerang. Didesain oleh US&P Architects, masjid ini menggunakan perpaduan desain arsitektur Persia dan Maroko yang mampu menjadi salah satu ikon bagi master plan Sari Asih Karawaci.

dalam ruang. Selain itu, kubah ini menjadi focal point, baik secara eksterior maupun interior di dalamnya. Ditunjang dengan detail keramik motif Islami dengan pewarnaan yang sama dengan eksteriornya, hal tersebut menambah kuat penerapan arsitektur Persia dan Maroko pada Masjid Sari Asih Karawaci. MASTER PLAN Sebelum dibangun Masjid Sari Asih, pada lahan di sekitarnya terdapat Rumah Sakit Sari Asih yang telah lama terbangun. RS Sari Asih merupakan salah satu rumah sakit swasta pertama yang berada di Tangerang. Setelah lebih dari 35 tahun berdiri, RS Sari Asih mulai mengembangkan lahan yang berada di sekitarnya untuk menjadi kawasan Sari Asih Karawaci. Pengembangan dari rumah sakit ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat sekitarnya, di mana kebutuhan ibadah adalah salah satunya. Untuk itulah, Sari Asih Groups membangun masjid ini di kawasan rumah sakit yang sebuah lama berdiri. Dengan perencanaan yang mengintegrasikan masjid dan rumah sakit, maka bangunan ini memiliki satu lantai yang didesain multifungsi dan dapat dijadikan ruang seminar dokter dan pasien rumah sakit pada tingkat pertama. Lantai keduanya menjadi salah satu focal point lain untuk bangunan ini, yakni ruang ibadah pria yang notabene mampu memperlihatkan keindahan desain pada dindingnya maupun pesona kubah kacanya. Pada lantai ketiga didesain ruang ibadah wanita, sekaligus menjadi perluasan ruang ibadah pada hari Jumat. Selain itu, Kawasan ini nantinya akan memiliki sebuah perkantoran yang dapat mendukung administrasi rumah sakit. Sebagai bangunan yang memiliki fasad menonjol dalam kawasan ini, masjid ini akan menjadi salah satu ikon dari rencana besar master plan Sari Asih Karawaci.

ARSITEKTUR PERSIA DAN MAROKO Bangunan Masjid Sari Asih Karawaci tampak mencolok pada daerah tersebut dengan fasad yang didominasi dengan warna biru dengan kubah kacanya yang khas. Pewarnaan tersebut menjadi salah satu simbolisasi yang dibuat oleh US&P Architects dalam mengusung konsep arsitektur Maroko yang digabungkan dengan nuansa Persia. Setiap detail pada fasad eksterior, plafon, dan pintu masjid menjadi mosaik tersendiri yang mendukung konsep tersebut. Tidak dipungkiri, gaya arsitektur Persia dan Maroko banyak ditemui pada Masjid Sari Asih Karawaci. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pemakaian motifmotif Islamic yang diaplikasikan pada bangunan ibadah ini. Namun lebih menariknya, US&P Architects mengkombinasikan konsep tersebut dengan arsitektur modern. Hal ini terlihat pada kubah kaca yang digunakan sehingga mampu memberikan kesan modern dalam masjid ini. Penggunaan kubah kaca tersebut menjadi salah satu penghematan atas penggunaan pencahayaan 25


GAMBAR 4.10 LAYOUT KONTEN MASJID SARI ASIH DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

26


AS APAR TM E N T

La Riz Mansion, Surabaya ALIGN Architecture Interior & Design 2018

Sebagai kota kedua terpadat di Indonesia, pembangunan hunian tapak maupun apartemen semakin meningkat di Surabaya. Daerah yang sedang marak akan pembangunannya berada di Surabaya Barat sehingga tidak heran jika baik hunian maupun bangunan hiburan sedang hangat-hangatnya didirikan di daerah tersebut. Hal tersebut menarik minat seseorang yang berdomisili di daerah Surabaya Timur untuk memiliki hunian di daerah Surabaya Barat sebagai “weekend apartment� bagi pemiliknya. Didesain oleh ALIGN architecture interior & design, hunian yang berada di La Riz Mansion di kawasan Lontar ini mengutamakan fungsionalitas dan kenyamanan bagi penghuninya. SCANDINAVIAN-BOHEMIAN Hadir dengan konsep Scandinavian-Bohemian, apartemen dengan dua kamar tidur ini menggunakan furnitur dan aksesoris yang tepat guna dan tidak berlebihan. Kedua konsep tersebut dipilih, karena penghuni menginginkan hunian yang simple dan fungsional sehingga pemilihan aksesoris, furnitur, dan pewarnaannya menjadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam desain hunian tersebut. Walau konsep yang dipilih adalah Scandinavian-Bohemian yang tidak terlalu menampilkan sisi Indonesia, namun material yang digunakan pada interior ini dapat mewakilinya. Material kayu berwarna cerah yang dipakai masih mendukung untuk desain tropis di hunian ini. Selain itu, aksesoris berupa tanaman monstera dipilih untuk menambah kesan cozy dalam apartemen ini. SELARAS DENGAN KONDISI YANG ADA Mendesain unit apartemen yang sudah memiliki luasan yang tetap, warna dan material bawaan dari eksisting apartemen itu sendiri memang sedikit tricky. Pemberian kesan ruang yang tidak penuh dan sesak diaplikasikan dengan penggunaan warna yang terang. Penempatan cermin berukuran besar antara ruang makan dan koridor kamar juga dapat memberikan kesan luas pada ruang tersebut. Kunci dari pemilihan furnitur dalam hunian ini adalah memperhatikan ukuran dan fungsi dari furnitur itu sendiri. Selain itu, untuk menyiasati penggunaan dua kamar tidur dalam hunian ini, maka perletakan tempat tidur menjadi hal yang layak diperhatikan. Penataan tempat tidur sudut di kamar tidur anak memberikan kesempatan bagi interior untuk meletakkan ranjang berukuran 1600 x 2000mm sehingga dapat ditempati oleh dua orang anak. Sementara itu, kebutuhan ruang tidur nanny disiapkan dengan pemakaian sofa bed di area ruang duduk. Sofa yang dipilih tidak terlalu besar, namun bisa ditarik dan diubah menjadi kasur tambahan sehingga fungsi dari furnitur tersebut memiliki nilai lebih.

27


GAMBAR 4.11 LAYOUT KONTEN AS APARTMENT DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

28


M R . F OX

Energy Building SCBD, Jakarta Selatan PT Bitte Design Studio 2017

Salah satu aktivitas yang biasa dilakukan bagi kaum pekerja di Jakarta adalah bersantai dan melepas penat dari rutinitas kerja sebelum akhirnya kembali ke tempat tinggal masing- masing. Sebuah kombinasi bar dan restoran bernama Mr. Fox hadir di tengah-tengah hiruk-pikuk di Jakarta, tepatnya berada di daerah Sudirman Central Business District (SCBD). Bertempat di Energy Building, Mr. Fox didesain secara impresif oleh PT Bitte Design Studio. ELEMEN VERTIKAL Ruangan yang sempit bukan menjadi masalah dalam proses desain interior Mr. Fox ini. Penggunaan langit-langit yang tinggi menawarkan kesan luas terhadap ruangan ini. Selain berfungsi untuk membuat kesan yang lapang, ketinggian langit-langitnya dibagi menjadi dua sehingga lantai mezzanine-nya dimanfaatkan menjadi ruang VIP. Elemen-elemen vertikal yang menciptakan kesan luas terhadap ruang ini juga dapat ditemui dengan mudah. Garis- garis vertikal yang berulang dapat dilihat pada dinding, balok, kolom, bahkan tangga yang dilapisi oleh plywood. Selain itu, penataan keramik berwarna gelap pada dinding secara vertikal juga berperan dalam memberikan kesan yang luas. Penempatan furnitur berupa rak hitam tinggi dengan material pipa besi yang berada di tengah ruangan menjadi pilihan untuk menopang lampu gantung, sekaligus menjadi penyekat pada tiap meja pengunjung. Aplikasi brilian ini membuat meja pengunjung dapat dibuat terpisah, namun tidak memberikan kesan berat terhadap ruangan itu sendiri. Sebagai tempat bersantai bersama teman lama maupun baru, ruangan ini harus mampu memberikan rasa intim bagi pengunjungnya. Didesainnya bar panjang dengan penataan kursi yang disusun berjajar secara linear menjadikan kesan santai dan area ini juga dapat mengakomodasi segala jenis pengunjung. Langit-langit meja bar di sini ditutup oleh cermin sehingga menciptakan ilusi area tersebut menjadi lapang dan tinggi. SUASANA TROPIS Suasana hangat dan tropis sudah dapat dirasakan ketika pengunjung baru memasuki Mr. Fox. Lampu-lampu yang berwarna kuning menyambut pengunjung secara hangat dalam ruangan ini. Jenis lampu yang digunakan merupakan lampu gantung yang panjang dan ramping yang dipilih agar tidak memakan space terlalu banyak. Rak hitam yang berada di tengah ruang menjadi peletakan berbagai jenis tanaman. Warna hijau yang berasal dari tanaman yang telah terata apik juga menjadikan suasana ruang lebih tropis. Selain itu, suasana tropis juga tercipta dari pemilihan material batu terrazo dan kayu untuk lantai seluruh ruangan tersebut. Untuk menyatukan warna dan suasana dalam ruang ini, Bitte Design Studio memilih furnitur geometrik yang lembut bergaya Skandinavia. Secara keseluruhan, konsep interior yang diusung Bitte Design Studio mampu memberikan ruang yang luas, hangat, serta bercita rasa tropis dalam ruang yang sempit, selain juga memberikan rasa yang intim bagi pengunjungnya..

29


GAMBAR 4.11 LAYOUT KONTEN MR. FOX DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

30


ZHU M A SE N AYAN C I T Y Senayan City, Jakarta Selatan Einstein & Associates 2017

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki kebudayaan tradisional yang masih eksis hingga saat ini. Di Jakarta sendiri sudah banyak menjamur restoran bertemakan Jepang. Namun, restoran Jepang bernama Zhuma ini mengimplementasikan nuansa Jepang secara total, mulai dari pemilihan furnitur hingga material yang digunakan. Restoran yang berada di salah satu pusat perbelanjaan paling bergensi di Jakarta Selatan ini didesain apik oleh Einstein & Associates. ZEN GARDEN DAN YIN AND YANG Desain interior pada restoran terinspirasi dari budaya tradisional Jepang dengan menekankan aspek alam, di mana zen garden dan konsep yin and yang menjadi inspirasinya. Einstein & Associates mengimplementasikan tiga elemen utama yang dapat menciptakan suasana Jepang pada restoran ini, yaitu dengan pemilihan kayu yang berwarna gelap, batu keabu-abuan, dan tanaman. Kayu berwarna gelap melambangkan sisi hangat, sementara batu mewakili sisi dingin dari alam yang tetap dapat menciptakan keseimbangan dan harmoni, sedangkan tanaman melambangkan kehidupan yang hidup di alam. Tiga area utama yang didefinisikan pada restoran Zhuma, yaitu sushi bar, ruang makan indoor dan ruang makan outdoor. Ketiga ruangan tersebut menyatu menjadi sebuah lukisan di zen garden, apalagi dengan adanya kelopak sakura yang berjatuhan dan air di kolam yang mengalir secara perlahan. Sakura dan ikan koi digunakan untuk menonjolkan nilai budaya Jepang tersebut, di mana sakura menyimbolkan kebahagiaan, ketenangan dan keheningan, sedangkan ikan koi melambangkan sisi gelap dan terang dari kehidupan seperti yin and yang. KAMON Dalam merepresentasikan nuansa Jepang, Zhuma menambahkan aksentuasi “kamon”. “Kamon” merupakan lambang tradisional Jepang yang biasa disimbolkan untuk menunjukkan asal usul seseorang, yaitu garis keturunan keluarga. Biasanya lambang tersebut dapat diterapkan pada baju, senjata maupun furnitur. Restoran Zhuma menggunakan simbol ini sebagai aksentuasi yang diletakkan pada background dari sushi bar. Penggunaan warna kuning yang kontras bersamaan dengan warna interior yang cenderung gelap, membuat “kamon” menjadi focal point bagi pengunjung di restoran ini. Selain itu, simbol tersebut dimanfaatkan menjadi sekat partisi untuk memisahkan antara ruang makan indoor dan ruang makan outdoor. KIMONO MERAH Secara ruang, Zhuma memiliki dua entrance, yaitu melalui sushi bar dan melalui ruang makan outdoor. Namun uniknya, centre point dan starting point restoran ini bukan berada di pintu masuknya, melainkan pada ruangan yang memiliki kimono merah dengan motif bunga sakura. Ruangan ini sendiri berada jauh dari entrance restoran tersebut. Suasana musim semi yang ingin ditampilkan dapat terlihat pada kimono merah tersebut, layaknya pohon sakura yang bunganya mulai bermekaran. Sakura dari kimono merah itu menyebar ke luar, dari area makan indoor yang gelap dan tenang bergeser ke area makan outdoor yang lebih cerah dan penuh kehidupan. Perubahan ini dapat mewakili perubahan musim semi ke musim panas yang lebih hangat. Sementara itu, transisi antara ruang makan indoor dan ruang makan outdoor dibuat sangat halus dengan menggunakan beberapa bukaan. Secara keseluruhan, konsep desain yang diusung oleh Einstein & Associates mampu hadir mewakili budaya tradisional Jepang yang kental dengan tetap memberikan kenyamanan optimal bagi pengunjung Zhuma. 31


GAMBAR 4.12 LAYOUT KONTEN ZHUMA SENAYAN CITY DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

32


TA M AN C AH AYA M ADAN I

Pasiran, Singkawang Barat, Kalimantan Barat PHL Architects 2019 (expect)

warga untuk berdatangan. Salah satunya dengan kegiatan maupun fasilitas yang mendukung aktivitas kreatif. Arena skateboard, wall climbing, creativity wall, dan jogging track merupakan sebagian fasilitas taman yang dibuat agar warga dapat melakukan aktivitas fisik. Selain itu, amphiteater yang berada di Taman Cahaya Madani ini dapat menampung berbagai kegiatan baik untuk event, ceremony, dan lain sebagainya. Dilihat dari lokasi taman yang ada, Taman Cahaya Madani dapat diakses dari berbagai arah. Dengan adanya path utama, PHL Architects menciptakan area yang saling terintegrasi dengan garis aksis yang menghubungkan antara kompleks pemerintahan dan Masjid Agung Singkawang, sekaligus membentuk area komunal dalam taman ini. Ditambah lagi dengan didesainnya sirkulasi dan pola dari tiap area komunal sehingga mampu memberikan ekspresi keterbukaan dan menambah atmosfer taman dalam bangunan. Desain yang terintegrasi dan sirkulasi yang mengikat tiap ruangnya tersebut membuat taman ini dinilai akan mampu menjadi taman yang mewadahi masyarakat Singkawang. Selain itu, adanya fasilitas dan perawatan yang memadai membuat taman ini akan tetap terjaga dengan aktivitas yang bermanfaat bagi penggunanya.

Sektor wisata hingga saat ini menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi tanah air. Setiap wilayah di Indonesia berlomba-lomba untuk membangun sektor wisata di tiap kotanya. Salah satunya adalah kota Singkawang dengan cara memperbaiki kembali taman kota yang ada. Semua ini berawal dari keinginan Thjai Chui Mie selaku Walikota Singkawang periode tahun 2017-2022 yang memiliki visi dan misi untuk membangun kota Singkawang menjadi kota wisata berbudaya. Salah satu taman yang mengalami pengembangan ulang di kota tersebut adalah Taman Cahaya Madani karya PHL Architects, yang sebelumnya bernama Taman Gayung Bersambut. TOLERANSI ANTAR ETNIS Taman yang sebelumnya bernama Taman Gayung Bersambut ini awalnya minim perawatan dan fasilitas yang memadai untuk masyarakat Singkawang. Redevelopment taman kota ini akan menjadi tempat untuk mempromosikan kekayaan seni budaya masyarakat lokal. Dilihat dari warga Singkawang yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya, taman ini diharapkan mampu menampung kegiatan berkumpul yang secara tidak langsung akan menampilkan aspek toleransi antar etnis. Selain itu, tempat ini akan memudahkan interaksi pemerintah kota Singkawang dengan komunitas lokal yang ada. Sebagai tempat berkumpul masyarakat Singkawang, dibutuhkan kegiatan yang mampu memicu keinginan

33


GAMBAR 4.14 LAYOUT KONTEN TAMAN CAHAYA MADANI DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

34


S AM AN E A H I L L

Parung Panjang, Bogor andramatin 2020 (expect)

Tidak dapat dipungkiri jika harga hunian di daerah Jakarta dan sekitarnya semakin hari semakin tidak terjangkau lagi bagi kaum milenial. Banyak perumahan menengah berfokus untuk memaksimalkan pengolahan lahan sehingga tidak mempertimbangkan pentingnya pengadaan ruang terbuka publik ke dalam kawasannya. FARPOINT, salah satu pengembang real estate di Indonesia, menggandeng arsitek ternama Andra Matin untuk berkolaborasi mengembangkan Samanea Hill dengan mengutamakan konsep eco residence. Berlokasi di Parung Panjang, kawasan perumahan tersebut memiliki akses commuter line dari stasiun Parung Panjang yang berada tidak jauh dari perumahan ini. Hal ini tentunya menjadikan nilai tambah untuk penghuni yang mendapat kemudahan untuk beraktivitas menuju pusat kota Jakarta.

baik tersebut penghuni akan dapat menikmati suasana perjalanan menuju tempat makan semi outdoor ala al fresco, natural lake, jogging track, serta clubhouse yang dilengkapi dengan kolam renang. SOLID DAN MODERN Secara fisik, desain fasad hunian ini terkesan solid dan modern. Namun, hal tersebut juga tidak lantas menepikan aspek cuaca di Indonesia. Untuk beradaptasi dengan cuaca tropis, fasad bangunan Samanea Hill lebih banyak menggunakan material dinding yang dapat meredam panas secara langsung. Selain itu, didesain juga ketinggian plafon bangunan hingga mencapai 4,8 meter (pada tipe suite) untuk menjadikan sirkulasi udara dalam bangunan semakin lancar. Sedangkan untuk pewarnaannya, hunian ini didominasi dengan warna abu-abu cerah dan kuning yang berpadu dengan hijau pepohonan di lingkungan sekitar. Secara psikologis, paduan warna ini diharapkan dapat membuat perasaan penghuninya menjadi lebih santai dan segar. Minimnya penggunaan kaca pada fasad bangunan menjadikan hunian ini terkesan tertutup. Andramatin menyadari bahwa kebanyakan hunian saat ini menggunakan banyak jendela pada fasad bangunan, namun penghuni rumah justru merasa tidak memiliki privasi dengan lebarnya bukaan tersebut. Akibatnya, para penghuni rumah menyiasatinya dengan menggunakan tirai. Untuk itulah, proyek Samanea Hill didesain untuk menyesuaikan iklim tropis, dengan memperhatikan fungsi dan keindahan estetika bangunan.

FITUR INOVATIF Setiap unit pada Samanea Hill dilengkapi dengan lima fitur inovatif, yakni innercourt, sirkulasi udara yang optimal, cahaya alami, hemat listrik, dan ruang tumbuh. Inner court yang berada di dalam tiap hunian ini diharapkan mampu memberikan sirkulasi udara yang baik, serta mengoptimalkan cahaya alami di dalamnya sehingga penggunaan daya listrik tiap hunian dapat ditekan. Selain itu, hunian ini dipersiapkan agar penghuni dapat mengembangkan hunian dengan sendirinya. Di luar dari fitur yang diberikan pada tiap hunian, kawasan perumahan Samanea Hill juga memberikan fitur yang memudahkan bagi penghuninya. Penghuni akan menikmati area Pedestrian Avenue yang terinspirasi dari kenyamanan berjalan kaki di Hong Kong dan di Florence, Italia. Hampir di seluruh kawasan Samanea Hill akan terintegrasi secara mudah dengan adanya jalan setapak di dalam perumahan. Dengan adanya jalan setapak yang terintegrasi dengan 35


GAMBAR 4.13 LAYOUT KONTEN SAMANEA HILL DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

36


G UAN G JI C E N TE R

Jl. Royale Boulevard, Cengkareng Timur HB Architeam 2021 (expect)

Setiap umat beragama pasti akan mempercayai dengan apa yang dianutnya. Dalam kepercayaan umat Buddha Meitreya, untuk mencapai kestabilan dan kesempurnaan hidup, maka umatnya harus melalui proses dari masa ke masa. Mulai dari masa pembentukan, pertumbuhan dan pertahanan. Dari kepercayaan ini, HB Architeam selaku tim arsitek merepresentasikan ke dalam hirarki masa bangunan yang berada di kawasan Vihara Guang Ji Center.

mengutamakan Tao, menjunjung atasan mengayomi bawahan, menghormati yang tua mengutamakan yang bijak, mematuhi aturan tata krama ke-Buddhaan, dan mengenang jasa leluhur. Enam aturan ini dituangkan dalam bentuk lonceng pada atap bangunan yang menyerupai bentuk angka enam dalam bahasa mandarin. Lonceng sendiri dinilai memiliki fungsi yang sama dalam gereja yang diletakkan pada tempat tertinggi. Material yang digunakan pada atap bangunan ini terbuat dari genteng keramik dengan finishing cat kuning. Warna kuning dalam proyek ini hampir mendominasi bangunan, karena warna ini merupakan simbol kebijaksanaan. Sedangkan nilai-nilai budaya dalam bangunan diwujudkan melalui relief yang ada dengan material GRC. Yayasan Guang Ji di Indonesia adalah sebuah wadah yang memungkinkan HB Architeam untuk berkarya secara nyata bagi kemanusiaan. Proyek ini menjadi rumah, komunitas, serta pusat kehidupan bagi umat Buddha Meitreya dengan pedoman enam aturan rumah tangga yang menjadi bukti konkrit bagi pelaksanaan kebutuhan di masyarakat. Selain diperuntukkan bagi umat Buddha sendiri, proyek ini kelak menjadi tempat yang terbuka untuk masyarakat yang sekadar ingin berkunjung. Tidak hanya itu, vihara ini juga diharapkan akan mampu memberikan pelajaran nilainilai moralitas yang dianut umat Buddha Meitreya.

HIRARKI MASSA BANGUNAN Berada di lahan yang dikelilingi jalan pada keempat sisinya, menjadikan proyek Guang Ji Center harus mengurangi luas bangunannya guna kepentingan garis sempadan. Namun, hal tersebut menjadikan HB Architeam untuk bereksplorasi lebih banyak dalam proyek ini. Dengan memegang erat enam aturan rumah tangga yang dipercaya umat Buddha Meitreya, proyek ini mampu mencerminkan umatnya baik dari segi fungsi maupun fisik bangunan. Ketinggian massa ditata mulai dari asrama hingga vihara. Secara runtut, kawasan ini memiliki asrama yang dikelilingi taman, sekolah untuk menempuh ilmu dengan berbagai fasilitas, aula sebagai sarana sosial, dan vihara sebagai tempat paling suci untuk beribadah. Selain dalam aula, sarana sosial yang dapat ditampung pada kawasan ini berada di taman pendidikan yang dapat dinikmati oleh pengunjung umum maupun pengunjung vihara. Dari runtutan tiap fungsi massa bangunan, tampak secara gamblang adanya hirarki yang dimasukkan dalam desain bangunan ini. ATAP ‘LONCENG’ Selain mempercayai proses kehidupan, umat Buddha Meitreya juga memiliki enam aturan rumah tangga yang dipegang teguh, yakni minum air ingat sumbernya, menghormati guru 37


GAMBAR 4.14 LAYOUT KONTEN GUANG JI CENTER DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #11 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

38


S OR BONNE BUI L D I N G - TAZ K I A C AM PUS 2 Jl. Tirto Sentono No. 15, Malang aaa-studio 2019 (expect)

Perkembangan arsitektur Islam berasal dari Timur Tengah yang menjadikan sesuatu yang lumrah jika banyak Islamic building yang dibangun dengan gaya Timur Tengah, baik dari bangunan dengan fungsi tempat ibadat hingga pendidikan. Namun, hal tersebut berbeda dengan Sorbonne Building yang berada di kawasan Tazkia Campus 2 karya aaa-studio. Sorbonne Building adalah bangunan tahap kedua yang dikerjakan pada proyek kawasan Tazkia Campus 2. Fungsi dari gedung ini adalah untuk mengakomodasi kegiatan belajar mengajar, serta untuk fungsi publik. Salah satunya ruang makan yang berskala besar, baik indoor maupun outdoor, yang dapat diakses oleh pengunjung umum. Lokasi gedung ini berada di bagian depan tapak Tazkia Campus 2, dan menjadi gedung pertama yang terlihat dari jalan utama sehingga akan menjadi ‘wajah’ kawasan kampus ini. Tazkia Campus 2 merupakan proyek kawasan pengembangan setelah rampungnya Tazkia Campus 1 yang telah dikerjakan oleh aaa-studio pada tahun 2011 lalu. Pengembangan kawasan Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Campus 2 diharapkan mampu mewadahi murid SMP dan SMA khusus lakilaki sehingga nantinya kawasan ini dapat menampung siswa perempuan dan laki-laki dengan gedung yang terpisah.

memisahkan massa bangunan. Penataan massa didasari dari grid yang searah dengan kiblat sebagai salah satu unsur terpenting dalam sebuah Islamic building. Selain akan memudahkan dalam beribadat, grid ini juga menjadi identitas bagi kawasan Tazkia. Pada kawasan yang menghadap ke selatan ini, arah kiblat mengarah 23 derajat ke utara sehingga didapatkan pola grid kiblat yang memotong axis tegak lurus dalam tapak. MODERN TROPIS DENGAN AKSEN ISLAMI Bentuk Sorbonne Building telah dikonsep agar selaras dengan kawasan Tazkia secara keseluruhan, baik kampus 1 maupun 2, yakni modern tropis dengan aksen Islami. Bentuk U yang terbuka ke arah utara menghubungkan bentuk Leiden Building yang berada di sebelah barat Sorbonne, serta menjadi inner courtyard. Pertimbangan untuk memberikan inner courtyard pada sisi utara tersebut agar dapat memaksimalkan udara mengalir ke dalam bangunan, mengingat kecepatan angin yang cukup kencang sebagai potensi kawasan di dataran tinggi ini, sehingga Sorbonne Building berpotensi untuk menghindari penggunaan AC berlebihan. Selubung fasad gedung ini menggunakan kaca masif yang dijadikan fokus utama, selain juga memberikan kesan modern yang kuat dan dapat mempercepat proses pengerjaannya. Dengan orientasi bangunan utara-selatan, fasad dengan material kaca dapat dimanfaatkan, karena meminimalkan cahaya matahari secara langsung. Selain itu, cara ini dapat mengoptimalkan pencahayaan alami, terutama pada ruang- ruang dengan fungsi utama sebagai ruang belajar. Penggunaan warna kuning yang menjadi ciri khas Tazkia, ditonjolkan pada desain Sorbonne Building.

SPIRITUAL DAN DUNIAWI Kawasan Tazkia mewadahi berbagai fungsi dan kegiatan kegiatan belajar mengajar, pengembangan diri, serta aktifitas sehari-hari selama 24 jam. Hal ini disebabkan oleh konsep dari Islamic Boarding School, di mana terdapat keseimbangan antara kegiatan spiritual dan duniawi. Implementasinya dalam desain terpapar lewat pembagian zona untuk tatanan massa dalam kawasan yang menjadi penting. Fungsi tersebut didesain dengan 39


GAMBAR 4.15 LAYOUT KONTEN SORBONNE BUILDING DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

orientasi gedung yang berdasarkan grid arah kiblat melalui pemanfaatan material GRC Arabesk serta konsep tropis dan green building yang memanfaatkan potensi tapak sebagai wujud tanggung jawab serta rasa syukur manusia sebagai khalifah. Konsep dari gedung tersebut dapat menunjukkan pada masyarakat bahwa arsitektur Islami, khususnya dengan fungsi pendidikan di Indonesia, mampu menjadi ikon perkembangan arsitektur yang berkelanjutan. Konsep tersebut tidak harus ditunjukkan dengan style bangunan ala Timur Tengah saja, namun juga dapat ditampilkan dengan pengolahan ruang yang baik dan benar dengan tetap mengutamakan potensi tapak. Filosofi ini menjadi perwujudan yang lebih mendalam dari konsep Islam akan Habluminallah, Habluminannas, dan Habluminal’alam, dibandingkan dengan perwujudan fisiknya saja.

Warna kuning yang ada pada kanopi dibuat seolah-olah menerus sampai ke dasar. Bentuk kanopi yang dinamis dikreasi dengan menyesuaikan bentuk sudut bangunan yang melengkung. Selain menjadikan keunikan tampilan, hal ini juga mampu menunjukkan arsitektur sekolah Islam yang modern dan berkelanjutan. MATERIAL ARABESK Secara keseluruhan, konsep desain Sorbonne Building mengikuti masterplan dari Tazkia sebagai ikon arsitektur pendidikan slam yang modern dan maju. Inovasi penggunaan dan proses pengerjaan dengan material yang berbeda di setiap bangunan menjadi satu penyampaian pesan mengenai perkembangan arsitektur itu sendiri. Hal ini juga terlihat pada konsep modern yang didapat dari penggunaan kaca pada fasad, kanopi kaca pada inner courtyard, roof garden, dan skybridge yang terhubung ke gedung Leiden. Konsep Islami juga didapat dari 40


CHURC H UB OF FE L L OW SH I P Mrican, Sleman, Yogyakarta AID 2021 (expect)

Menjadi sesuatu yang lazim ketika banyak bangunan peribadatan yang menjadi ikon dari sebuah kota maupun negara. Tidak hanya menjadi sekadar tempat untuk beribadat, terkadang bangunan tersebut didesain sedemikian rupa agar dapat meninggalkan kesan yang menakjubkan. Sama halnya dengan desain bangunan ChurcHUB of Fellowship di Mrican, Yogyakarta yang didesain oleh Alvian Imantaka Design (AID). Lokasi bangunan gereja ini berada pada kawasan sub-urban yang dikelilingi lingkungan akademik, residensial, dan komersial. Posisi tapak yang berada pada pertigaan jalan menjadi tantangan tersendiri bagi AID. Berdasarkan temuan activity nodes di lingkungan sekitar yang beragam menjadi landasan utama dalam merumuskan konsep perancangan pada bangunan ini.

secara playful untuk mengedepankan interaksi komunal. Tidak hanya aktivitas ibadat secara normatif saja yang dikedepankan, melainkan juga pengembangan diri serta persaudaraan yang diharapkan mampu terwadahi dalam gereja ini. Hal tersebut menjadi acuan bagi AID untuk merancang sebuah gereja, sekaligus creative hub bagi komunitas di dalamnya. Namun, hal tersebut juga menjadi tantangan untuk memadukan standar convention hall di dalam sebuah gereja yang harus mampu menampung user dalam jumlah banyak sekaligus mempertahankan kesan akrab dan hangat di dalamnya. AID merespon tantangan tersebut ke dalam rancangan dengan membagi konstruksi bangunan menjadi dua blok secara skematik. Ruang-ruang dengan skala publik dan monumental ditempatkan pada front block dari tapak dengan penataan jumlah lantai yang lebih sedikit dan jarak floor-to-floor yang lebih tinggi untuk menjaga ambience sebuah hall. Sebaliknya, ruang-ruang lain dengan skala yang akrab ditempatkan pada back block dari tapak dengan jumlah lantai yang lebih banyak dan jarak floor-to-floor yang lebih rendah. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya level mezzanine pada lantai 4 yang secara konstruksional penjadi penghubung bagi kedua blok tersebut sehingga activity nodes pengguna yang lebih sporadic secara kuantitas dan akrab secara kualitas pada back block mampu terakomodasi.

SACRED AND HAVING FUN Sebagai sebuah gereja, AID menerjemahkan kegiatan beribadat tidak hanya untuk mewadahi rutinitas ritual saja. Bangunan ini dirancang secara spatial sebagai ruang untuk berkontemplasi secara komunal. Seperti halnya spirit kontemplasi yang secara konseptual diterjemahkan AID sebagai “30% sacred, 60% having fun�. Kesan formalitas sengaja direduksi seminimum mungkin pada penataan ruang dalam untuk menghilangkan batasan-batasan yang bersifat kaku sehingga mampu memaksimalkan interaksi antar pengguna. Pada ground level hingga top floor disediakan pocket space yang memiliki fungsi sebagai sirkulasi, namun juga dapat menjadi tempat untuk berbincang santai.Inilah nilai otentik dari gereja ini dimana skala ruang yang dirancang secara akrab untuk memacu spirit fellowship pada komunitas (jemaat).

CURVATURE Seperti halnya kontemplasi, aspek resiliency diwujudkan melalui gubahan massa bangunan, serta pengolahan fasad yang didominasi warna putih dengan geometri yang halus dan sederhana. Curvature pada fasad menghubungkan muka bangunan dan penutup atap di atasnya. Kejujuran

MENJADI CREATIVE HUB Dalam penataan ruang dalam, ruang-ruang serta sirkulasinya dirancang 41


GAMBAR 4.16 LAYOUT KONTEN CHURCHHUB OF FELLOWSHIP DI MAJALAH CONSTRUCTION+ INDONESIA #10 SUMBER: CONSTRUCTION+ INDONESIA TEAM, 2018

dalam proses adaptasi pada transformasi massa ini yang dikedepankan oleh AID. Gubahan massa tersebut mampu dilihat secara tersirat sebagai gambaran dari wings of dove pada kedua sisi bangunan, hal inilah yang sekaligus menjelaskan entitas sebagai sebuah gereja Kristen secara sederhana tanpa mendominasi nilai dari entitas lain pada lingkungan setempat. Massa bangunan merupakan hasil adaptasi dari tapak yang ada. Kondisi tapak yang memanjang dengan muka yang lebih pendek menyebabkan penataan orientasi bangunannya harus efisien. Massa tunggal dengan vertical extension mampu memberi sirkulasi yang lebih lega untuk akses dan parkir kendaraan

yang bersamaan dengan mobilitas pedestrian. Single centered mass juga dirancang untuk menegaskan monumentalitas dari sebuah rumah ibadat. Terkait dengan posisi hook pada pertigaan jalan, AID memberikan setback pada muka bangunan selebar 9 meter dari muka jalan sehingga sirkulasi keluar masuk kendaraan dari gereja tidak akan membebani jalan sekitarnya. Pedestrian entrance pada muka bangunan juga mampu menegaskan spirit transcendence yang merupakan wujud sacred value sebagai bangunan ibadat.

42


BAB V. ANALISIS PRAKTIKAN

R AG A M AR SI TE K TUR YAN G ADA PADA TUL I S AN D I CON S TRUC TI ON + INDON E SI A

Menurut Vitruvius dalam buku De Architectura, bangunan yang baik

haruslah memiliki venustas (estetika), firmitas (kekuatan), dan utilitas (fungsi). Arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Pada perkembangan saat ini, arsitektur harus bisa mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis. Hingga saat ini sudah banyak ragam konsep arsitektur bermunculan. Dalam tulisan-tulisan yang telah dimuat sebelumnya di majalah Construction+ Indonesia #10 dan #11 muncul beberapa konsep arsitektur baik yang telah terbangun maupun masih berupa konseptual.

A RSIT E K TUR MODER N

Dalam buku yang berjudul “Age of The Master: A Personal View of Modern Architecture� pada 1978 karya Rayner Banham, menjelaskan bahwa perkembangan arsitektur modern lebih menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Arsitektur modern merupakan gaya yang internasional yang menganut paham Form Follow Funstion (bentuk mengikuti fungsi). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tidak adanya dekorasi dan pengulangan yang berlebih merupakan ciri arsitektur modern. Di tahun 1917 setelah perang dunia pertama, komposisi, rasio dan dimensi manusia menjadi penunjang terbentuknya sebuah ruang. Kemudian muncullah konsep free plan atau biasa dikenal universal plan yang menjadikan ruang dapat digunakan untuk berbagai macam aktifitas/fungsi. Selain itu konsep open space nampak menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus serta pemilihan material didominasi dengan beton, baja dan kaca serta bentuk yang polos. Di sini lah ornamen dianggap menjadi suatu kejahatan dalam arsitektur modern. Pengaruh arsitektur modern tidak hanya berkembang di negara-negara barat saja, namun merambah ke Asia. Salah satu tokoh arsitek terkenal yang memperkenalkan arsitektur di Asia ialah Kenzo Tange, dengan menyatukan arsitektur tradisional Jepang dengan pengaruh barat. Nasional Gymnasium 1964 Olympic Games, Jin’nancho, dan Shibuya Ward merupakan karya-

43


GAMBAR 5.1 AVIAN TOWER SUMBER: PT ARCHIMETRIC, 2018

44


GAMBAR 5.2 OMNIA DAY CLUB SUMBER: MARTIN WESTLAKE, 2018

karya Kenzo yang mengenalkan bangunannya dengan arsitektur modern. Konsep tersebut dituangkan pada bangunan Avian Tower yang digarap oleh PT Archimetric dengan bentuk yang dinilai tidak mungkin dapat terbangun. Struktur pembangunan gedung berbentuk spiral ini menggunakan baja dan beton dengan kolom yang ikut berotasi. Sedangkan fasad kaca yang digunakan dibuat secara modular dengan kaca standar. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh WOHA dalam bangunan OMNIA Dayclub & Sake No Hana Restaurant. Bentuk sederhana persegi dijadikan sebagai vocal point dayclub ini dengan aksentuasi yang tidak berlebihan. Selain itu kesan modern di tempat ini ditunjang dengan pewarnaan yang dominan putih sehingga terkesan polos sederhana. Sama halnya dengan desain bangunan ChurcHUB of Fellowship karya

45


GAMBAR 5.3 CHURCHUB OF FELLOWSHIP SUMBER: AID, 2018

AID. Bentuk bangunan yang mulannya hanya berbentuk persegi diberikan aksentuasi dengan material yang berbeda yakni kaca mampu membuat bangunan secara visual menjadi lebih ringan. Serta pemilihan aksentuasi sederhana yakni garis vertikal dan tanda salib menunjang konsep modern pada fasad bangunan. Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan arsitektur modern ini mulai dipadupadankan dengan berbagai macam konsep arsitektur lainnya. Hal ini dikarenakan tipologi banguanan yang akan dibangun. Salah satu tipologi yang memadupadankan dengan arsitektur yang khas dengan tipologi tersebut yakni masjid. Seperti Masjid Sari Asih yang dirancang oleh US&P Architects. Pada Masjid Sari Asih Karawaci gaya arsitektur Persia dan Maroko banyak ditemui. Hal dikarenakan banyaknya pemakaian motif-motif Islamic

46


yang diaplikasikan pada bangunan ibadah ini. Namun menariknya, konsep tersebut dikombinasikan dengan arsitektur modern. Hal ini terlihat pada kubah kaca yang digunakan sehingga mampu memberikan kesan modern dalam masjid ini. Penggunaan kubah kaca tersebut menjadi salah satu penghematan atas penggunaan pencahayaan dalam ruang. Selain itu, kubah ini menjadi focal point, baik secara eksterior maupun interior di dalamnya. Ditunjang dengan detail keramik motif Islami dengan pewarnaan yang sama dengan eksteriornya, hal tersebut menambah kuat penerapan arsitektur Persia dan Maroko pada Masjid Sari Asih Karawaci.

GAMBAR 5.4 MASJID SARI ASIH CIKARANG SUMBER: PT PARAMADHARMA, 2017

47


A RSIT E K TUR MINIMA L IS

Arsitektur minimalis sangat erat dikaitkan dengan arsitektur modern. Hal ini dikarenakan perkembangan kedua konsep tersebut berkembang secara bersamaan. Bahkan tidak mudah untuk mengetahu perbedaan dari kedua konsep tersebut. Konsep awal arsitektur minimalis adalah keheningan dan kesederhanaan, yang teraplikasi dalam desain bangunan dengan menggunakan bahan yang ada, sederhana, memaksimalkan fungsi dan tidak telalu mahal. Namun, pada perkembangan sekarang arsitektur minimalis lebih diidentifikasi sebagai bentuk yang mengeksploitasi garis, ruang kosong dan transparan, minim lengkungan dan pernak-pernik. Dalam perencanaan perumahan Samanea Hill menerapkan konsep tersebut. Minimnya penggunaan kaca pada fasad bangunan menjadikan hunian ini terkesan tertutup. Namun kesan tersebut justru menimbulkan kesederhanaan pada tiap rumah. Andramatin juga menyadari bahwa kebanyakan hunian saat ini menggunakan banyak jendela pada fasad bangunan, namun penghuni rumah justru merasa tidak memiliki privasi dengan lebarnya bukaan tersebut. Akibatnya, para penghuni rumah menyiasatinya dengan menggunakan tirai. Untuk itulah, proyek Samanea Hill didesain untuk menyesuaikan iklim tropis, dengan memperhatikan fungsi dan keindahan estetika bangunan.

GAMBAR 5.5 SAMANEA HILL SUMBER: ANDRAMATIN ARCHITECT, 2018

48


GAMBAR 5.6 INTERIOR PETROTEKNO OFFICE SUMBER: ADY PUTRA ARCHITECT, 2018

A RSIT E K TUR TROPIS

Kata tropis merupakan suatu gambaran keadaan posisi suatu wilayah yang hanya memiliki dua musim saja, yakni penghujan dan kemarau serta berdekatan dengan garis khatulistiwa. Iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, dan kesehatan udara. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Desain bangunan pada daerah tropis memang sangat berbeda dengan daerah beriklim subtropis, sedang, dan dingin. Salah satu prinsip arsitektur yang mampu menjadi solusi dan beradaptasi dengan iklim tropis adalah arsitektur tropis. Prinsip desain arsitektur tropis adalah menciptakan bangunan yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan tropis sehingga nyaman ditempati bagi penghuninya. Arsitektur tropis mengusahakan bangunan agar menjadi pasif, yang artinya dapat beradaptasi secara otomatis (secara desain) tanpa adanya tambahan energi yang diperlukan termasuk mengurangi penggunaan AC dan lampu di siang hari dan mengurangi penggunaan pompa saat hujan. Seperti yang terlihat dalam gambar proyek Petrotekno Office dan

49


Rumah Gerbong yang memberikan void dalam ukuran yang besar untuk dapat memasukkan cahaya matahari secara maksimal. Serta area void dimaksimalkan untuk memberikan penghijauan dalam ruang. Guna penghijauan dalam ruang ini dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak terhadap udara di sekitar. Sehingga mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap penggunaan AC dalam ruang. Namun dalam rumah gerbong memiliki perbedaan yakni, Studio Sae merancang rumah ini dengan konsep yang dimiliki sendiri yaitu krowakisme. Dimana konsep ini memasukkan unsur alam untuk hadir dengan ‘rongga’ dengan jumlah yang optimal di setiap titik. Hal tersebut diaplikasikan agar hunian ini lebih sehat dan dapat memiliki aktivitas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

GAMBAR 5.7 RUMAH GERBONG SUMBER: MARIO WIBOWO, 2017

50


GAMBAR 5.8 SORBONNE BUILDING SUMBER: AAA-STUDIO, 2017

51


GAMBAR 5.9 MR. FOX SUMBER: PT BITTE DESIGN STUDIO, 2017

Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan pada proyek Sorbonne dan interior Mr. Fox. Dalam kedua proyek ini arsitek mencoba untuk lebih membawa suasana tropis dibandingkan untuk konsep secara arsitekturalnya. Penambahan penghijauan dalam ruang memang akan dapat memberikan suasana tersebut. Namun juga pemilihan tanaman tersebut harus mempertimbangkan pencahayaan yang cukup untuk tanaman tersebut dapat hidup.

A RSIT E K TUR METAF OR A

Arsitektur merupakan sebuah bahasa, pendekatan rancangan bangunan dengan sudut pandang metafora adalah gaya bahasa berarsitektur dalam membandingkan kesamaan sifat objek dengan objek lainnya. Metafora dapat dimaknai sebagai kode yang dapat ditangkap secara langsung oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandalkan objek lainnya serta bagaimana melihat suatu bangunan arsitektural menjadi suatu objek lainnya karena memiliki kemiripan. Dalam buku The Language of Post Modern karya Charles Jencks, metafora merupakan ungkapan bentuk yang diwujudkan pada bangunan sehinggamenimbulkan berbagai reaksi pada manusia, terlebih membandingkan dengan suatu benda lainnya. Akan tetapi, manusia bisa saja memiliki pandangan tertentu terhadap bangunan yang dilihatnya.

52


“People invariby see on building in term of another, or intern of similar object, in short a metaphor�. Sedangkan menurut Anthony C. Antoniades ada tiga kategori metafora, yakni: Intangible Metaphors (metafora tidak nyata), Tangible Metaphors (metafora nyata), dan Combined Metaphors. Tangible Metaphore diterapkan pada Guang Ji Center dan Hotel U Janevalla Bandung. Kedua proyek ini berangkat dari hal-hal yang lebih visual dan memiliki karakter pada sebuah benda serta lebih mudah orang mengenali maksud bangunan tersebut. Proyek Guang Ji Center merepresentasikan bentuk angka enam dalam bahasa mandarin yang mirip dengan lonceng pada atapnya. Angka enam dipilih untuk mengindahkan enam aturan umat Buddha Meitreya. Sedangkan lonceng sendiri dinilai memiliki fungsi yang sama dalam gereja yang diletakkan pada tempat tertinggi. Sedangkan proyek Hotel U Janevalla Bandung merepresentasikan bentuk bangunannya dari gerakan tari jaipong. Tari jaipong dipilih, karena lokasi bangunan ini berada di provinsi Jawa Barat dan juga gerakan tariannya yang sempat menjadi polemik. Namun pada akhirnya bentuk U Janevalla Hotel ini merupakan representasi dan reintepretasi dari sebuah tradisi yang tidak digali dari arsitektur, melainkan dari seni dengan bentuk uniknya.

GAMBAR 5.10 GUANG JI CENTER SUMBER: HB ARCHITEAM, 2017

53


GAMBAR 5.11 U JANEVALLA HOTEL BANDUNG SUMBER: FERNANDO GOMULYA, 2018

54


BAB VI. PENUTUP KESIMPULAN

Selama menjalani masa magang di PT BCI Asia, terlebih pada divisi publikasi majalah Construction+ Indonesia pada periode Juli - Desember 2018, secara umum praktikan belajar dan memahami akan hal-hal baru yang terjadi di dunia nyata, yakni: 1. Prosedur kerja di majalah Construction+ Indonesia Proses pekerjaan mulai dari pra penulisan (mencari-cari bangunan yang akan diulas), penulisan, pasca penulisan (editing), tata letak, pra cetak (cetak tahap pertama untuk melihat pewarnaan), dan proof reading lalu dicetak tahap akhir. 2. Manajemen kerja di PT BCI Asia Dikarenakan perusahaan ini berbasis bisnis dan publikasi adalah divisi penunjang dari sebuah bisnis maka majalah Construction+ Indonesia memiliki beberapa halaman untuk memuat iklan dari klien BCI Asia. Selain itu di perusahaan ini memiliki banyak divisi yang saling berkaitan satu sama lain. Iklan-iklan yang dimuat pada majalah ini merupakan hasil pekerjaan dari divisi CMD. 3. Memahami arsitektur melalui tulisan menjadi salah satu metode yang nyaman bagi praktikan untuk memahami sebuah karya arsitektur. Dari ulasan yang praktikan buat membuat praktikan dapat memperluas wawasan di dunia arsitektur, lebih mengapresiasi karya arsitektur orang lain melalui konsep yang telah dibuat, berfikir secara objektif, dan melatih serta mendorong praktikan untuk menuangkan ide desain secara mendalam. 4. Konsep arsitektur yang diminati kebanyakan masyarakat Indonesia adalah arsitektur tropis. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya karya arsitektur tropis yang dimuat dalam majalah Construction+ Indonesia selama bulan juli - desember. Arsitektur tropis dinilai lebih aplikatif dan cocok untuk cuaca di Indonesia. Namun beberapa arsitek memilih untuk mencampurkan konsep arsitektur tropis dengan konsep lainnya seperti arsitektur modern. Selain poin-poin keempat di atas, praktikan belajar banyak hal di perusahaan PT BCI Asia. Dikarenakan perusahaan ini memiliki banyak divisi praktikan dibebaskan untuk belajar dari divisi lainnya. Seperti bagaimana meeting untuk mencari klien, riset, dan bagaimana untuk membuat sebuah event dalam bidang konstruksi.

55


GAMBAR 6.1 AREA KERJA PRAKTIKAN SUMBER: PRAKTIKAN, 2018

56


DAFTAR PUSTAKA

Banham, Reyner. 1975. Age of The Master: A Personal View of Modern Architecture. New York: Harper & Row. Jencks, Charles. 1977. The Language of Post Modern Architecture. New York: Rizzoli. Nidlom, Ahmad. 2001. Bangunan Yang Ramah Lingkungan Menurut Konsep Arsitektur Tropis. Pollio, Marcus Vitruvius. De Architecture. 2018. Construction+ Indonesia #10: Indonesia’s Residential Development Today. Jakarta: PT BCI Asia 2018. Construction+ Indonesia #11: Safety Schemes & Regulation. Jakarta: PT BCI Asia

57


58


LAMPIRAN 1: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - RUMAH GERBONG File : C+ Project Questionnaire - Rumah Gerbong Interviewee : Studio SA_e Interviewer : Aldea Febryan Date : August 14, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Mohon dijelaskan konsep desain pada proyek Rumah Gerbong A: Studio SA_e menyebutnya sebagai Krowakisme, yakni sebuah konsep untuk memasukan unsur/elemen alam seperti cahaya, hujan, angin, dan sebagainya. Maka dihadirkan “rongga-rongga� atau void dengan jumlah yang optimal disetiap titik. Hal ini di aplikasikan agar rumah lebih sehat dan berinteraksi lebih dengan lingkunagn sekitar.

pada umumnya? A: Kami merasa rumah gerbong merupakan salah satu contoh rumah tumbuh yang baik, yang membedakan adalah pembagian zonasi yang sangkil dan mangkus baik secara vertikal maupun horizontal. (lihat gambar potongan) Q: Material utama apa saja yang diaplikasikan pada proyek ini? A: Material yang diutamakan adalah yang bersifat ringan, cepat, dan tahan lama. Maka dipilihlah atap ringan, struktur baja, bata ringan, dan precement board.

Q: Apa yang menjadi focal point dalam proyek rumah ini? A: Kegiatan/aktivitas didalam yang diwadahi serta ambience hijau alamnya. Kegiatan berbagi macam di dalam rumah dari hunian, kantor firma, hingga kegiatan publik, hal ini menjadikan salah satu titik rancangan dalam zonasi dan sirkulasi.

Q: Bagaimana dengan alasan pemilihan colour schemenya, baik untuk interior maupun eksterior? A: pemilihan warna putih sebagai salah satu strategi agar lebih blend dengan rumah sekitar agar tidak terlalu mencolok dan redam, serta ingin menonjolkan warna natural alam. Ada alasan lain yakni jika akan dicat ulang atau penambahan bidang yang akan dicat akan lebih mudah memilih cat karna warna putih saja.

Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi desain interior, kawasan, sosial, dan lingkungan? A: Secara struktur: tidak ada penambahan struktur yang berat pada rumah ini, hal ini menciptakan pembebanan tanan yang kecil, penggunaan material ringan dipilih agar meminimalisir pembebanan dan kecepatan pembangunan menilik kawasan perumahan sehingga kecepatan pembangunan dipikirkan. Secara interior dan eksterior; pemilihan warna putih sebagai salah satu strategi agar lebih blend dengan rumah sekitar agar tidak terlalu mencolok dan redam.

Q: Terkait dengan majalah Construction+, mohon diceritakan hal menarik yang berhubungan dengan proses desain hingga pelaksanaan proyek Rumah Gerbong ini. A: Karena termasuk proyek renovasi, proses desain termasuk yang komprehensif dengan studi eksplorasi yang panjang melalui maket, sehubungan penambahan beberapa elemen dan fungsi di eksisting. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang

Q: Apa yang ingin dicapai dari proyek Rumah Gerbong ini? Apa yang membedakan rumah ini dengan rumah 59


sangat eksperimental di lapangan seperti elemen tangga yang menggunakan plat besi dan sling baja, lantai rooftop, dan sebagainya. Q: Apa tantangan terbesar yang harus dihadapi (terkait dengan lokasi, bujet, desain, dll.) terkait dengan perencanaan dan pengerjaan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Lokasi yang terletak di perumahan memaksa untuk melakukan pelaksanaan proyek dengan hati2, baik saat pemasangan baja dan loading material. Perijinan rt rw dan koordinasi dengan kemanan sangat diperlukan. Pada saat pelaksanaan penghuni rumah masih tetap tinggal di rumah tersebut, diatasi dengan perencanaan penempatan tempat tinggal, misal ketika jadwal hari ini renov kamar depan maka seketika semua hal yang berhubungan dengan tempat tinggal didepan harus dipindah dibelakang begitu sebaliknya. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan untuk diketahui pembaca berkaitan dengan proyek ini? A: Rumah ini merupakan 2 rumah yang bertolak belakang yang dijadikan satu. Pembagian zonasi yang bertolak belakang juga yakni kantor dan hunian dibagi menjadi depan belakang (utara selatan), dan zona publik pada lantai terbawah dan teratas sehingga tidak ada fungsi utama di lantai terbawah dan teratas.

60


LAMPIRAN 2: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - RUMA KEBAGUSAN File : C+ Project Questionnaire - Ruma Kebagusan (1) Interviewee : Ar. Muhammad Sagitha (ArMS) Interviewer : Aldea Febryan Date : August 27, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat ArMs diminta untuk mendesain proyek Kebagusan Townhouse ini? A: Lahan sudah rata tanpa perlu treatment cut and fill, jalan akses menuju setiap kavling sudah terbentuk dengan jelas. Diperlukan desain yang tepat dengan bentuk compact untuk pasar yang mulai lesu di semester 2 tahun 2015.

unit sebelahnya. Dan dikarenakan setiap unit memiliki satu pohon yang menembus dari area carport masing masing, diharapkan bayangan pohon tersebut akan memberikan warna atau tekstur di setiap dinding overhang tersebut. Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh ArMs dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna dan masyarakat sekitar? A: Sebagai aksen di bagian dasar setiap rumah kita mempergunakan material bata exposed yang dicat oleh warna abu abu tua. Aksen bata tersebut dipergunakan juga sebagai material di area gerbang utama sebagai dinding penerima. Dibuat kesan bergelombang sebagai kesan bentuk organik yang dibuat dari bata yang diputar derajatnya dengan teknik komputer parametrik. Hasilnya adalah bentukan organik yang dibentuk dari modul material sederhana yaitu bata ekspos dengan teknologi sederhana secara ketukangan.

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Desain compact yang menarik akan memberikan nafas baru di saat property mulai lesu di tahun 2015. Dimensi luas kavling dan luas bangunan yang tepat akan berpengaruh pada nilai jual. Bagaimana mendesain rumah dengan lebar kavling yang sangat terbatas yaitu 6m tetapi tetap terlihat menarik dan elegan. Permainan proporsi yang terlihat ramping dari facade depan, dengan bukaan kaca yang lebar menjadikan bangunan terkesan ringan dan juga lapang. Dengan aksen dinding dinding tipis dan tajam dengan struktur overhang menjadikan dinding tersebut sebagai layering dari setiap massa ramping dan juga penjaga privacy dari setiap unit di sebelahnya. Kesan yang didapat dibuat setipis mungkin agar kesan melayang dan ringan selalu terjaga dari setiap proporsi dan dimensinya.

Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial dan lingkungan? A: Bangunan ini tidak mencolok bagi lingkungan sekitar, hanya memberikan contoh yang baru bagaimana rumah tropis dengan ukuran yang compact dapat terlihat rapih dengan material sederhana. Material yang biasa dipergunakan oleh rumah rumah sekitarnya.

Q: Bagian mana saja yang ingin di-highlight oleh ArMs dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek townhouse ini? A: Bentuk layering dari dinding overhang sebagai karakteristik dari setiap hunian, sebagai kesan dinding yang melayang dan juga penjaga privacy dari setiap

Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh townhouse ini yang berbeda dengan townhouse pada umumnya? A: Ukuran townhouse dengan lebar 6m pada umumnya selalu menghabiskan lahan di setiap pinggir batasnya, 61


townhouse ini memberikan contoh untuk kesan ringan dan ramping tetap bisa membuat townhouse yang elegan tanpa perlu menghabiskan seluruh lahan. Setiap unit tetap mendapatkan taman dalam dan juga facade menarik yang terjaga secara proporsional. Q:Terkait dengan konstruksi, mohon diceritakan halhal menarik mengenai proses perencanaan hingga konstruksi di lapangan pada proyek townhouse ini. A: Dengan permainan tumpuk menumpuk pada massa bangunan menjadikan detail struktur harus diperhatikan dengan baik. Level dari balok dan plat lantai dijaga dengan baik agar mendapatkan bentuk sesuai dengan yang diharapkan. Permainan kantilever pada dinding tipis penjaga privacy di setiap unit dijaga permainan level baloknya, berbeda dengan system balok konvensional pada unit townhouse pada umumnya. Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Kerapihan ketukangan dengan produksi massal adalah tantangan terberat. Biasanya townhouse dengan desain konvensional sangat mudah dikerjakan oleh kualita stukang biasa, khusus desain seperti ini diperlukan ketelitian tukang dan juga waktu yang efisien agar budget tetap terjaga. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Hal yang sangat berpengaruh pada nilai dari pembangunan adalah luasan dari bangunan itu sendiri. Dengan budget yanbg terbatas sebaiknya dibuat rumah compact dengan luasan yang efektif dan juga efisien. Rumah compact akan menghemat pembangunan, lebih baik dimensi dari rumah dibuat efisien daripada mengurangi kualitas dari pembangunan tersebut. Proyek ini memberikan contoh disaat property lesu tetap bisa bertahan dikarenakan harganya terjangkau dan tetap menjaga kualitas, luas bangunan yang dijaga agar efisien.

62


LAMPIRAN 3: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - RUMA KEBAGUSAN File : C+ Project Questionnaire - Ruma Kebagusan (2) Interviewee : Mahdi Kemal Assegaf (Ruma.id) Interviewer : Aldea Febryan Date : August 21, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Apa yang mendasari pemilihan lokasi untuk proyek townhouse ini? A: Lokasi terletak di Jakarta Selatan, Lokasi di daerah yang memiliki high density, Lokasi terletak di sekitar secondary business district (TB Simatupang), Lokasi dalam radius (5 menit) terjangkau oleh Mass Transportation

nilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial dan lingkungan? A: Daerah sekitar project masih banyak perkampungan warga asli, dimana banyak rumah-rumah “tua” yang jauh dari design rumah modern dan banyak kawasan hijau nya. Dalam design ArMs banyak unsur material yang digunakan adalah material natural (mentah) seperti batu-bata yang di exposed yang jauh dari kesan “modern”. Dan juga penempatan area hijau (baik di dalam maupun luar rumah) sangat memperlihatkan kawasan hijau pada townhouse tersebut

Q: Mengapa memilih ArMs untuk mendesain proyek townhouse ini? A: Telah memiliki pengalaman mendesign rumah dengan type kecil, Memiliki karakter design yang disukai sebagian besar target market ruma.id yaitu first home owner yang relative berumur 25-40, Memiliki design yang long lasting, Memiliki karakter yang kuat pada setiap design nya, sehingga konsumen akan selalu menginat bentuk rumah

Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh townhouse ini yang berbeda dengan townhouse pada umumnya? A: Dengan size kecil (85sqm bangunan) memiliki feature yang banyak yaitu 3 Kamar Tidur • • 2 Kamar Mandi • 1 Powder Room • 1 Service room • 1 Kamar Mandi Service • 1 balkon atas • Are Jemur khusus • 1 Carport (dapat di convert menjadi 2) Potensi untuk menambah luas bangunan. Design rumah sudah mempersiapkan “rumah tumbuh”. Dimana apabila dikemudian hari pemilih rumah memerlukan area rumah yang lebih besar, maka area yang sudah disiapkan pada rumah standard dapat di bangun dan menambahkan luas area bangunan Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan proyek ini? Lalu,

Q: Tolong dijelaskan briefing awal permintaan ruma.id kepada ArMs. A: Kami telah menunjuk arsitek lain pada mula nya, namun pada tahap design kami merasa tingkat kesulitan men design rumah dengan type kecil berbeda dengan biasa nya dan perlu skill set atau pengalaman arsitek yang memiliki pengalan tersebut. Pilihan kemudian jatuh pada ArMs karena karakter design-design ArMs cocok dengan DNA ruma.id Q: Apakah hasil yang ada sesuai dengan ekspektasi? A: Ya, hasil design memuaskan. Dan hal itu terbukti dengan appresiasi konsumen ruma.id yang tanggal dalam rumah nya Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilai63


bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Untuk pembangunan rumah awal (rumah contoh) terjadi beberapa kali kesalahan pelaksanaan pembangunan di karenakan kontraktor belum terbiasa dengan design cukup detail. Oleh karena nya untuk meminimalisasi kesalahan, diperlukan pengawasan extra dari pelaksana lapangan dan juga “assistensi� dan komunikasi extra antara pelaksana lapangan dengan Arsitek. Apabila ada keraguan dalam hal kecil, diperlukan konsultasi dengan arsitek. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Sesuai dengan hasil “study� yang dilakukan oleh kami (ruma.id), kami mendapat nya seluruh pembeli memiliki profile yang sama yaitu First Home buyer dengan range umur yang sama. Oleh karena itu design urban yang di design sangat cocok menjawab kebutuhan kalangan-kalangan sesuai target market yang kami tuju.

64


LAMPIRAN 4: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - AVIAN TOWER File : C+ Project Questionnaire - Avian Tower Interviewee : Ivan Priatman (PT Archimetric) Interviewer : Aldea Febryan Date : August 9, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Awalnya, apa yang disampaikan klien pada proyek Avian Tower ini? A: Klien menginginkan bangunan yang ikonik yang bisa menjadi kebanggaan perusahaannya dan kebanggaan kota Surabaya. Bangunan ini akan dipakai sebagai Headquarters dari perusahaannya. Klien menginginkan bentuk bangunan yang unik, yang belum ada sebelumnya di Indonesia.

di atas; atau besar di bawah dan atas, kecil di tengah. Q: Apa yang menjadi focal point dalam proyek ini? A: Tentunya bangunan yang melintir tidak mungkin dibangun, atau akan amat costly untuk dibangun apabila kita tidak berhati-hati dalam merancang sistim struktur nya. Sistim struktur didesain dengan amat efisien dengan mempertahankan bentuk yang lurus sampai ke atas untuk bagian tengah bangunan ini yang tidak berotasi. Sedangkan untuk bagian terluar bangunan ini, menggunakan struktur komposit (baja dan beton), di mana kolom-kolomnya mengikuti rotasi dan melintirnya bangunan. Façade dari bangunan ini juga dibuat modular sehingga masing-masing kaca pada bangunan ini bisa menggunakan kaca yang datar, bukan kaca yang melintir yang akan menimbulkan cost yang luar biasa pula. Masing-masing lantai terdiri dari 60 modul kaca, yang karena melintirnya bangunan, terdiri dari 30 modul yang berbeda. Modul façade ini diulang pada lantai berikutnya, sehingga seluruh bagian tower hanya menggunakan 30 modul kaca yang berbeda saja.

Q: Bagaimana awal mula Archimetric dapat terlibat dalam proyek ini? A: Kami sudah mengenal klien cukup lama, dan ketika kami dihubungi untuk mendesain bangunan headquarters tersebut dengan kriteria di atas, kami yakin mampu deliver keinginan klien. Q: Mohon dijelaskan konsep desain Avian Tower. A: Desain Avian Tower didapatkan dari lokasi proyek ini yang berada di dekat salah satu bundaran yang paling ramai di Surabaya, bundaran Waru. Desain Avian Tower merespon bentuk, arah, dan garis-garis lengkung baik pergerakan kendaraan dan bentuk urban landscape dan infrastruktur di sekitar site. Bangunan seolah-olah bergerak, melintir, dan berspiral merespon dan seiring dengan pergerakan sistim transportasi kendaraan di daerah bundaran Waru tersebut. Bangunan melintir pada setiap lantainya; pada setiap lantai, bangunan berotasi 3 derajat dari lantai di bawahnya. Sehingga pada pucuknya, bangunan ini melintir sejauh 60 derajat dari lantai dasar bangunan ini. Efek dari melintirnya bangunan ini, tergantung dari arah melihatnya, bangunan ini kadang akan terlihat kecil di bawah, besar di atas; atau besar di bawah, kecil

Q: Bagaimana proyek perkantoran ini dapat masuk ke dalam nilai-nilai setempat, dilihat dari sisi kawasan, sosial, dan lingkungan? A: Desain tower ini merespon terhadap kondisi kawasan sekitar bundaran Waru yang penuh dengan pergerakan transportasi kendaraan dan bentuk dari urban landscape di sekitarnya. Dari segi sosial, secara bangunan ini menjadi salah satu kebanggaan dan ikon kota Surabaya, sekaligus menjadi semacam penyapa bagi yang berdatangan di kota Surabaya karena 65


posisinya yang berada di dekat jalan tol bandara Juanda dan juga pada poros arteri Utara-Selatan kota Surabaya, Jl. Ahmad Yani. Bangunan ini juga dirancang untuk menyesuaikan orientasi dan iklim kota Surabaya. Bangunan dibuat memanjang berbentuk oval dengan orientasi TimurBarat, sehingga mayoritas dari lantai perkantorannya akan menghadap ke arah Selatan dan Utara, arah yang cukup menguntungkan dilihat dari arah matahari. Pada bagian barat bangunan, diletakkan balkon pada masing-masing lantai sehingga mengurangi panas matahari yang masuk melalui sisi barat bangunan.

proses perencanaan? A: Selain hal yang terjadi pada no. 7, boleh dibilang proses perijinan berjalan dengan lancar, tanpa kendala yang berarti. Sebenarnya bentuk-bentuk bangunan yang unik dan tidak lazim tersebut didukung oleh Walikota Surabaya Ibu Risma (yang background nya juga Arsitek). Beliau justru meng-encourage bentukbentuk bangunan yang ikonik dan unik, dan berpesan untuk menghindari bentuk-bentuk bangunan yang kotak-kotak dan biasa. Jadi sebenarnya sejalan dengan visi Ibu Risma untuk kota Surabaya.

Q: Material utama apa saja yang diaplikasikan pada proyek ini? A: Façade bangunan ini menggunakan kaca doubleglazing low-e yang dapat mengurangi panas matahari yang masuk ke bangunan secara drastis, sehingga mengurangi pemakaian energi untuk AC. Q: Terkait dengan majalah Construction+, mohon diceritakan hal menarik yang berhubungan dengan proses desain hingga pelaksanaan proyek Avian Tower ini. A: Membuat bangunan yang melintir pada site yang ramping cukup menantang. Bahkan, pada proses perijinan, kami mendapatkan kabar, bahwa akan ada pelebaran jalan pada sisi selatan site, sehingga lebar site kami terpotong 3.8 m. Dari lebar yang dapat dibangun sebelumnya (setelah terpotong GSB) sebesar 31,5 m, menjadi lebih sempit 27,7 m. Desain harus kami sesuaikan, dengan yang sebelumnya berputar 3.75 derajat per lantai menjadi desain yang sekarang yaitu 3 derajat per lantai. Q: Apa tantangan terbesar yang harus dihadapi (terkait dengan lokasi, bujet, desain, dll.) terkait dengan perencanaan dan pengerjaan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Lihat no. 7. Q: Seperti yang diketahui dari beberapa foto yang telah beredar dan render yang kami ketahui melalui website, desain bangunan Avian Tower akan mengubah skyline kota Surabaya dikarenakan bentuk bangunan yang terbilang baru di Surabaya. Bagaimana dengan proses perijinannya sendiri? Apakah menjadi kendala selama 66


LAMPIRAN 5: TRANSKRIP | INTERIOR - ZHUMA SENAYAN CITY File : ZHUMA-text-val Interviewee : Einstein & Associates Interviewer : Date : July, 2018 Purpose : Interior Design Award 2018 Article by : Aldea Febryan Zhuma is a Japanese restaurant, located at one of the most prestigious shopping malls in Jakarta, Indonesia. The idea and concept behind Zhuma is a fully traditional Japanese restaurant with Japanese culture and philosophy behind the design concept. The restaurant uses traditional Japanese emblems or what the Japanese called “Kamon” as one of the main traditional elements throughout the restaurant. “Kamon” is a unique culture and tradition you can find only in Japan. A “Kamon” is used to represent a unique identity of a family and can be applied to clothings, weapons and even furnitures.

for the sushi bar and as partitions separating the main dining area and the outside dining area. While not common, the center point and the starting point of the restaurant is actually not the entrance but the red kimono with sakura emblems all over it at the far corner of the restaurant. The Kimono at the back of the main dining represents spring that spreads to the other areas, just like a sakura tree when the flowers are beginning to bloom and later the petals begin to fall. The wind blows, creating ripples and spreading the petals to the other areas. The levelling of the wooden ceiling represent the rippling water and the sakura prints on the table represents the fallen petals, just like a beautiful picturesque view of a calm pond in the middle of spring in Japan with cool wind blowing. The sushi bar is pictured as the garden at the side of the pond, with the big stone at the cashier table and the bonsais near the main dining area. The Outdoor dining area symbolizes the sakura garden and the koi pond. The sakura from the red kimono spreads to the outside, the darker and calm area of the main dining area shifts into the outdoor area where it is brighter and and full of life, representing the season change from spring to the warmer summer. The transition is made very subtle, using several openings so that the change is not too drastic. The end of the sakura petals from the pond and the garden is at the vip dining room at the end of the outdoor dining area. The table is embellished with prints of koi fishes and sakura petals, symbolizing the little koi pond.

The interior design of Zhuma is based on the traditional aspects of Japan, emphasizing on the natural aspects. A zen garden in Japan and the concept of Yin and Yang are the inspirations for the design. The designer wants to paint a picture of traditional Japan, using the interior design as the brush, giving the people inside it tranquility and peace of mind. The three dominating elements in the design is the dark colored wood, the greyish stone and the plants. The dark colored wood represents the warm side while the stone represents the cold side of nature, creating balance and harmony, also adding the plants to symbolize the lives living inside nature. Zhuma is divided into three main areas; the sushi bar, the main dining area and the outdoor dining area. People can enter the restaurant through the two entrance; the one through the sushi bar and the one through the outdoor dining. People can already see the “Kamon” from the outside, used as the lit background

The three areas together paints a beautiful zen garden, 67


with sakura petals falling and flowing freely following the ripples of the water. Sakura and koi fish are used to further accentuate the value of Japanese culture in which sakura is a symbol of happiness, calmness and serenity while koi fish represents the dark and light side of life, just like Yin and Yang.

68


LAMPIRAN 6: TRANSKRIP ...... | INTERIOR - MR. FOX File : Mr. Fox-text-val Interviewee : Bitte Design Studio Interviewer : Date : July, 2018 Purpose : Interior Design Award 2018 Article by : Aldea Febryan Located in Energy Building, SCBD, Mr Fox is a restaurant/bar combination that welcomes their visitors like a host welcoming their guest. Mr Fox is a sanctuary in a busy city life. The pattern wall design lets sunlight illuminates the room and tropical plants are also integrated to create a comfortable experience. The room is a narrow, high-ceiling space that offers linear table-chairs arrangement and cozy spacious leather benches. Intimacy is built by arranging benches in booth seats closely together. A vertical structure in the middle of the dining area functioned as a base for chandeliers and embellishments as well as keeping the intimacy intact by creating a sense of ‘compactness’ and playing with the scale. Soft geometric interior is presented through loose Scandinavian-style furniture in conjunction with strategically placed plants around the room. Motif of repetitive lines can be seen everywhere: on the stair walls, columns, and beams. A more transparent pattern wall with subtle lines can also be found near windows facing outdoor area. It creates a beautiful shade of sun during the day. Natural terrazzo stone and wood material are used for the floor, ceiling and even furniture —along with other elements such as leather and brass—that lend warmth to the whole Mr Fox experience.

It is a restaurant/bar combination that welcomes their visitors like a host welcoming their guest. Mr Fox is a sanctuary in a busy city life. Though the Mr. Fox is a compact space, the high ceiling of the establishment alleviates the sense of claustrophobia. Plus, the atmosphere are kept intimate between people due to the linear booth seating arrangement. It aims to be a casual space that can accommodate all kind of people. EVALUATION CRITERIA #1: SPATIAL DESIGN Mr fox has a narrow and high-ceiling space with a mezzanine that used as a vip room. It offers linear table-chairs arrangement with a long bar located right in front of the main entrance. The pattern wall design on the right side of the space is treated as a secondary skin that used as a barrier to the outside yet still let the sunlight illuminates the room. Moreover, the tropical plants are also integrated to the design elements in order to create a warm atmosphere. EVALUATION CRITERIA #2: COMFORT The notion of comfort in Mr Fox can be seen on the loose seating arrangements and type of furnitures. In addition, this place aims to be a casual hang out space that can accomodate any kind of people without being intimidating. Soft geometric interior is presented through loose Scandinavian-style furniture in conjunction with strategically placed plants around the room. Furthermore, another way to achieve the notion of comfort is to play with the level of intimacy. The Intimacy is built by arranging benches in booth seats closely together. A vertical structure in the middle of

INTRODUCTION Located right beside the entrance of Energy Building in Senopati Central Business District (SCBD), Mr. Fox is a new addition by Ismaya Group that’s elusive to the eyes, just like the animal that it takes its name from. 69


the dining area functioned as a base for chandeliers and embellish- ments as well as keeping the intimacy intact by creating a sense of ‘compactness’ and playing with the scale. EVALUATION CRITERIA #3: AESTHETICS Motif of repetitive lines can be seen everywhere: on the stair walls, columns, and beams. A more transparent pattern wall with subtle lines can also be found near windows facing outdoor area. It creates a beautiful shade of sun during the day. Natural terrazzo stone and wood material are used for the floor, ceiling and even furniture—along with other elements such as leather and brass—that lend warmth to the whole Mr Fox experience. The repetitive chandeliers located on the centerpiece of the vertical structure also create a sense of beauty. It somehow contrast the ca- sual surrounding. Moreover, the decorative chandeliers, wall lamps, table lamps and standing lamps are used to create a warm ambiance with an elegant touch. EVALUATION CRITERIA #4: INNOVATION Architecture isn’t just for the outside. On designing Mr Fox, we’ve treated the space as it is an architecture project. Innovative interior architecture is just another way we are able to create inspired and dynamic spaces. Experimentation with levels, positioning and textures all have an impact on the way spaces are presented. EVALUATION CRITERIA #5: REALISATION EFFICIENCY The notion of efficiency on this design can be applied on the use of the materials. On this project, we intend to use less material as possible. For this reason, we design a repetitive wall pattern wood as well as linear pattern wood which are applied to cover most of the wall areas.

70


LAMPIRAN 7: TRANSKRIP WAWANCARA | INDESIGN - SORBONNE BUILDING, TAZKIA CAMPUS 2 File : C+ Project Questionnaire - Sorbonne Building Interviewee : Livie Kusuma T (AAA Studio) Interviewer : Aldea Febryan Date : August 24, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Pada awalnya, apa yang disampaikan klien untuk perancangan proyek Sorbonne ini? A: Sorbonne Building adalah bangunan tahap kedua yang dikerjakan pada Project Tazkia Campus 2 ini, Sorbonne Building mengakomodasi kegiatan belajar mengajar, serta fungsi publik seperti ruang makan berskala besar baik indoor maupun outdoor yang juga dapat diakses oleh tamu yang berkunjung. Sebagai gedung yang akan menjadi ‘wajah’ kawasan karena letaknya yang berada di depan dan yang pertama kali terlihat dari jalan utama, klien ingin agar bangunan ini memiliki tampilan yang unik.

alami yang maksimal, terutama dengan fungsi utama bangunan sebagai ruang belajar. Fasad kaca yang tertutup membutuhkan void untuk mengalirkan udara ke dalam bangunan, sehingga lantai 1 sebagai ruang makan dibuat terbuka. Letak site berada di perbukitan dan memiliki kontur melandai ke sisi utara, serta kondisi angin yang cukup kencang merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan. Karena itu bentuk bangunan U memungkinkan sisi bagian utara memiliki inner courtyard, sehingga dengan memanfaatkan taman terbuka dapat memaksimalkan udara mengalir ke dalam bangunan namun juga berfungsi sebagai filter angin yang kencang. Dengan potensi dan pengolahan desain ini Sorbonne Building dapat menghindari penggunaan AC.

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek Sorbonne ini? A: Konsep desain tetap menerapkan ciri khas Tazkia, baik di campus 1 maupun 2, yaitu ciri khas desain modern tropis dengan aksen islami. Bentuk bangunan Sorbonne telah dikonsep sebelumnya menyesuaikan konsep Masterplan secara keseluruhan untuk mendapatkan kesinambungan. Bentuk U yang terbuka ke arah utara menghubungkan bentuk bangunan Leiden di sebelah barat, sehingga meskipun konsep masterplan Tazkia bermassa banyak, namun tetap menyatu secara desain. Grid yang didapat dari arah Kiblat tetap menjadi acuan dasar bentuk bangunn sebagai konsep Masterplan secara umum, yang membentuk sisi miring bentuk U di bagian timur. Material kaca dipilih sebagai selubung utama fasad bangunan, untuk memberi kesan modern yang kuat, serta proses pelaksanaan yang lebih cepat. Dengan orientasi bangunan utara selatan fasad kaca dapat membantu meminimalkan cahaya matahari langsung, namun tetap mendapatkan pencahayaan

Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh aaa studio dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek sorbonne ini? A: Sorbonne building yang terletak di bagian depan site memiliki fasad kaca yang masif sebagai fokus utama, dan ciri khas tazkia yang memiliki unsur warna kuning ditonjolkan dari kanopi yang dibuat seolaholah menerus sampai ke dasar. Bentuk kanopi yang dinamis menyesuaikan bentuk sudut bangunan yang membentuk lengkung. Selain menjadikan keunikan tampilan, konsep ini juga ingin menunjukkan arsitektur sekolah islam yang modern dan berkelanjutan. Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh aaa studio dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna dan masyarakat sekitar? A: Secara keseluruhan konsep desain Sorbonne 71


Building menerapkan konsep masterplan Tazkia secara umum sebagai ikon arsitektur pendidikan islam yang modern dan maju. Inovasi penggunaan dan proses pengerjaan dengan material yang berbeda di setiap bangunan menjadi satu penyampaian pesan mengenai perkembangan arsitektur itu sendiri. Seperti konsep modern yang didapat dari fasad kaca, kanopi kaca inner courtyard, penggunaan elevator, roof garden, dan konsep skybridge yang terhubung ke gedung Leiden. Konsep islami didapat dari sisi gedung yang didapat dari konsep grid arah kiblat, material arabesk, serta konsep tropis dan green building itu sendiri yang memanfaatkan potensi site sebagai wujud tanggung jawab serta rasa syukur manusia sebagai khalifah.

makan semi outdoor. Ruang belajar merupakan fungsi utama dari Sorbonne Building, terdapat 26 ruang kelas dari lantai level 1 sampai 3. Kantor utama terdapat di level 3 dengan konsep mezanin di level 4. Rofftop terdapat di area barat level 3, dan dimanfaatkan sebagai ruang belajar outdoor dengan partisi sliding kaca. Ruang terbuka di rooftop ini terhubung dengan rooftop Leiden Building di sebelah barat dengan skybridge. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Desain Sorbonne yang modern ingin menunjukkan pada masyarakat, bahwa arsitektur islam khususnya fungsi pendidikan di Indonesia juga bisa menjadi ikon perkembangan arsitektur yang berkelanjutan. Konsep islami tidak harus ditunjukkan dengan style timur tengah, tetapi juga dapat ditunjukkan dengan pengolahan ruang yang baik dan benar dengan tetap mengutamakan potensi site, filosofi ini merupakan perwujudan lebih dalam konsep islam habluminallah, habluminannas, dan habluminal’alam, dibanding hanya dengan perwujudan fisik saja.

Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial dan lingkungan? A: Konsep bangunan ramah lingkungan yang berusaha diterapkan ke dalam desain akan menjawab permasalahan tapak, secara makro maupun mikro. Tazkia juga menjadi ikon dari segi fungsi sebagai fungsi pendidikan serta dari sisi desain yang menjadi ikon kawasan. Selain itu konsep masterplan Tazkia memiliki tempat ibadah dapat diakses secara umum di waktu tertentu oleh masyarakat sebagai fasilitas publik.

TAZKIA Q: Bagaimana awal mula aaa studio dapat terlibat dengan proyek kawasan ini? A: aaa-studio sebelumnya telah mengerjakan proyek bangunan tempat ibadah, dan menginspirasi klien yang sedang mencari arsitek lokal untuk dapat membantu membangun Islamic boarding school dalam jangka panjang. Kami memiliki visi yang sama mengenai

Q: Fasilitas apa saja yang masuk dalam bangunan Sorbonne Building ini? A: Di lantai dasar terdapat dining hall dan convenience store yang dapat diakses baik siswa maupun tamu yang dapat berkunjung. Dining hall ini terhubung dengan inner courtyard yang juga dimanfaatkan sebagai area 72


arsitektur Islam modern, dan mempunyai misi untuk memajukan islam melalui arsitektur itu sendiri. Kami mulai bekerjasama sejak pengerjaan proyek kawasan Tazkia Campus 1 yang mewadahi siswa putri pada tahun 2011 sampai selesai di tahun 2017, pada saat itu masih digabung antara siswa putra dan putri dengan area yang berbeda dalam satu kawasan. Lalu dikembangkanlah proyek kawasan Tazkia Campus 2 pada tahun 2016 merupakan proyek berkelanjutan yang mewadahi siswa putra agar terpisah antara siswa putra dan putri.

penting. Fungsi-fungsi tersebut terbagi menjadi beberapa bangunan terpisah. Selain karena faktor privasi, bangunan terpisah juga memudahkan proses pelaksanaan pembangunan yang bertahap, mengingat tazkia juga adalah sebuah yayasan sosial milik swasta yang mengandalkan donasi. Penataan massa didasari dari grid searah kiblat yang menjadi unsur penting dalam bangunan islamic, selain memudahkan dalam ibadah juga menjadi identitas. Pada site ini arah kiblat adalah 23 derajat ke arah utara, sehingga didapatkan pola grid kiblat yang memotong axis tegak lurus dalam site.

Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat aaa studio diminta untuk mendesain proyek kawasan ini? A: Site merupakan lahan kosong di daerah lereng yang berbukit, terletak di pinggir perbatasan Kabupaten Malang, dan belum memiliki akses yang layak. Seiring pembangunan kawasan sekitar Tazkia juga ikut berkembang dan semakin banyak fasilitas umum yang juga ikut memajukan perekonomian kawasan.

Penyelesaian konsep green dan permasalahan iklim Permasalahan iklim tropis yang umum dalam arsitektur adalah sinar matahari dan curah hujan yang tinggi. Secara khusus, desain tazkia juga harus bisa memecahkan permasalahan angin karena letaknya yang berada di dataran tinggi. Maka, perlu penyelesaian desain yang efisien menanggapi pemakaian energi yang tinggi di dalam kompleks site. Penggunaan material yang tepat, pemanfaatan bukaan dan koridor udara, serta konsep secondary façade dikembangkan untuk mendapatkan penyelesaian iklim makro dan mikro secara maksimal. Eksplorasi material lokal ditonjolkan dari penggunaan perforated secondary façade di layer yang berbeda dari koridor bangunan, sekaligus menjadi ciri khas dari boarding school ini.

Q: Apa konsep dari kawasan ini? A: Tazkia IIBS adalah sekolah-asrama untuk muslim yang berada di bawah naungan yayasan. Tazkia kampus 2 mewadahi murid smp dan sma khusus lakilaki, yang berumur sekitar 12-18 tahun. Sistem belajar asrama mendorong mereka untuk belajar mandiri, sehingga secara keseluruhan program desain Tazkia harus dapat memenuhi kebutuhan mereka bukan hanya untuk pendidikan, tetapi juga kebutuhan seharihari, yang mengutamakan kenyamanan yang turut menumbuhkan kemandirian. Letak Tazkia yang berada di dataran tinggi di daerah suburban memiliki potensi view dan pengolahan lahan yang maksimal. Konsep Desain Tazkia tidak hanya mencakup integrasi masingmasing bangunan dengan site, tetapi juga interaksi siswa dan alam sekitarnya.

Study program vs daily living program Tazkia Boarding School mewadahi tidak hanya kegiatan belajar, tetapi juga kegiatan sehari-hari selama 24 jam bagi para siswanya. Desain Tazkia harus dapat menunjang serta memberi impact dalam program belajar maupun program keseharian. Usia siswa yang masih anak sampai remaja memerlukan wadah aktifitas rutin yang tidak terlalu kaku dan membosankan, sehingga interaksi dengan ruang terbuka dimaksimalkan dengan adanya kelas outdoor dan banyaknya plaza terbuka untuk menunjang aktifitas belajar. Selain penyelesaian dari sisi arsitektur, pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai salah satu program pengembangan kepribadian juga turut menciptakan integrasi yang baik antara manusia dan alam. Pengolahan landscape sebagai ruang hidup bersama yang saling menguntungkan. Salah satunya dengan urban farming, dimana siswanya

Keseimbangan spiritual dan duniawi dalam olah site Kompleks tazkia mewadahi berbagai fungsi dan kegiatan, karena konsep islamic boarding school adalah kegiatan yang seimbang antara dunia dan spiritual. Selain itu, dari fungsinya juga harus dapat mewadahi kegiatan belajar mengajar, akomodasi siswa, serta aktifitas sehari-hari selama 24 jam. Karena itu, pembagian zona untuk tata massa sangat 73


terutama saat ada acara atau memasuki waktu ibadah.

dapat menanam sampai memanen sendiri hasil kebun berupa sayur dan buah-buahan sekaligus belajar untuk mendiri, bekerja sama, mengasah dispilin dan tanggung jawab, serta dekat dengan alam. Tata olah lansekap bisa mewadahi aktifitas ruang terbuka hijau yang komplekd dengan tetap menjaga privasi masingmasing kebutuhan. Tazkia memiliki ruang terbuka yang terbagi menjadi 6 distrik. Area publik di bagian selatan terdapat dua fungsi berbeda, yaitu ruang kelas dan kantor, serta di bagian barat adalah guest house untuk tamu yang berkunjung. Di bagian tengah terdapat masjid sebagai jantung dan pusat ibadah. Di bagian Utara terdapat Sport center dan lebih banyak area terbuka untuk aktifitas siswa. supporting structure, façade, roof Bahan bangunan untuk façade sebagian besar didominasi oleh beton pre cast arabesque. Untuk beberapa bagian façade, kami menggunakan panel komposit aluminium dan kaca permukaan lebar untuk sedikit sentuhan arsitektur modern. Bahan atap terdiri dari dek logam komposit dan dek beton di beberapa lokasi. Alasan untuk memilih jenis bahan atap adalah karena sudut yang ditentukan untuk sebagian besar atap tidak begitu curam, jadi kami menggunakan material dengan modular besar untuk atap untuk mencegah kebocoran air.

Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tazkia adalah proyek yang dikelola oleh yayasan yang mendapatkan bujet pembangunan terbesar adalah dari donatur personal, dan seiring perkembangannya mendapat pemasukan dari kegiatan belajar. Sehingga di awal pembangunan harus menyesuaikan bujet terbatas, yang diperlukan untuk membuka lahan baru serta pelaksanaan tahap pertama. Site yang didapatkan juga belum final pada awalnya, dikarenakan kepemilikan lahan, sehingga desain masterplan harus bisa fleksibel dan konsepnya tetap dapat disesuaikan secara maksimal jika kondisi site berubah (luasan maupun borderline-nya) Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan kawasan ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Perkembangan Tazkia bukan hanya sebatas sekolah saja, tetapi juga fasilitas umum untuk masyarakat sekitar, seperti masjid, minimarket, perpustakaan islam, perumahan rakyat, guest house, sport center, dan kegiatan keagamaan serta sosial dalam sistemnya.

building structure, interior design and exterior furniture karena struktur utama cukup modular, kami memutuskan untuk menggunakan sistem portal beton konvensional untuk struktur utama. Material yang digunakan adalah beton siap pakai dan berbagai jenis dan ukuran batang besi. Untuk desain interior, furniture yang digunakan adalah yang ringan dan mudah dibersihkan, penggunaan lantai keramik, dan beberapa partisi drywall. Pre cast arabesque concrete digunakan sebagai aksen di dalam ruangan. Q: Terkait dengan konstruksi, mohon diceritakan halhal menarik mengenai proses perencanaan hingga konstruksi di lapangan pada proyek kawasan ini. A: Proyek Tazkia yang memiliki massa banyak dimaksudkan agar pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara bertahap. Karena dilaksanakan berdampingan dengan kegiatan belajar, maka sedikit banyak progresnya harus menyesuaikan jadwal 74


LAMPIRAN 8: TRANSKRIP WAWANCARA | INDESIGN - CHURCHUB OF FELLOWSHIP File : C+ Project Questionnaire - Churchhub Of Fellowship Interviewee : Alvian Imantaka (AID) Interviewer : Aldea Febryan Date : July 28, 2018 Purpose : C+ Indonesia #10 Indonesia’s Residential Development Today Article by : Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat AIDdiminta untuk mendesain proyekgerejaini? A: Site perancangan berupa tanah pekarangan kosong yang terletak di kawasan sub-urban yang dikelilingi lingkungan akademik, residential, serta komersial. Posisi site yang berada tepat pada pertigaan jalan menjadi tantangan tersendiri bagi kami dalam menata sirkulasi menuju building. Berdasarkan beberapa kondisi tersebut dapat kami temukan bahwa activity nodes di lingkungan sekitar sangatlah beragam dan temuan kami inilah yang menjadi landasan utama dalam merumuskan konsep perancangan.

serta persaudaraan harus terwadahi dalam sebuah gereja. Hal inilah yang menjadi acuan bagi kami untuk merancang sebuah gereja sekaligus creative hub bagi komunitas di dalamnya. Konsep tersebut yang menjadi hasil terjemahan kami mengenai kontemplasi, kondisi dimana resiliency dan imajinasi berpadu dalam playful mind di dalamnya Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh AID dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek rumah ibadah ini? A: Curvature pada fasad yang menghubungkan area muka bangunan serta penutup atap di atasnya. Selain itu smooth looks tersebut sejalan dengan desain area sirkulasi dimana secara spasial tidak terdapat strict boundary antara ruang-ruang yang bersifat private dan public. Ciri paling jelas terdapat pada level lantai 4 yang sebenarnya berdiri sebagai mezzanine floor dimana terdapat beberapa void yang memadukan tautan antar ruang secara vertical maupun horizontal.

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Kontemplasi. Sebagai sebuah gereja kami ingin menerjemahkan kegiatan beribadah tak hanya terwadahi sebagai sebuah rutinitas. Lebih dari itu, kami merancang ruang yang mampu memicu komunitas (jemaat) untuk berkontemplasi secara komunal. Secara sederhana dapat kami rumuskan ide tersebut menjadi “30% sacred 60% having fun�. Seperti halnya kontemplasi, aspek resiliency kami wujudkan melalui gubahan massa serta pengolahan fasad yang didominasi warna putih dengan geometri yang smooth dan sederhana. Pedestrian entrance pada muka bangunan juga menegaskan spirit transendency yang merupakan wujud sacred value sebagai sebuah gereja. Namun untuk area dalam, penataan ruang serta sirkulasi kami rancang secara playful untuk mengedepankan interaksi komunal. Tak hanya aktivitas beribadah secara normatif namun kami juga menyadari bahwa nilai pengembangan diri

Q: Bagaimana proses perancangan masa bangunannya, bagaimana transformasi bentuk tersebut apakah itu termasuk dalam focal point dari proyek ini? A: Massa bangunan merupakan hasil adaptasi dari site yang ada, kondisi site yang memanjang dengan muka yang lebih pendek menyebabkan kami harus mampu menata orientasi building dengan efisien. Massa tunggal dengan vertical extension mampu memberi sirkulasi yang lebih lega untuk akses serta parkir kendaraan –pada ground level- bersamaan dengan mobilitas pedestrian. Terkait dengan posisi hook pada pertigaan jalan, kami 75


tetapkan setback pada muka bangunan selebar 9meter dari muka jalan, sehingga sirkulasi keluar masuk gereja tidak akan tumpah dan turut membebani jalan sekitar. Single centered mass juga dirancang untuk menegaskan monumentalitas dari gereja. Demikian halnya dengan aspek langkah beautifikasi yang kami lakukan dimana kurva pada kedua sisi kami rancang untuk menunjukkan identitas sebagai lifted up building. Kejujuran dalam proses adaptasi dalam transformasi massa ini yang memang kami kedepankan. Secara sekilas transformasi sebagai “wings of dove� ini yang mampu menunjukkan nilai gereja kristen secara tersirat tanpa mendominasi nilai keagamaan di lingkungannya.

Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh gereja ini yang berbeda dengan gereja pada umumnya? A: Fluidity level dan feeling of home. Kesan formalitas sengaja kami reduksi seminimum mungkin dalam tata ruang dalamnya untuk menghilangkan batasan-batasan yang bersifat kaku sehingga mampu memaksimalkan interaksi antara user (jemaat) dengan komunitaskomunitas di dalam gereja. Berawal dari ground level hingga top floor kami sediakan pocket spaces yang selain berfungsi sebagai sirkulasi namun juga sebagai tempat untuk berbincang santai, inilah nilai otentik dari gereja ini dimana ruang menjadi akrab untuk boosting fellowship.

Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh AID dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna dan masyarakat sekitar? A: Vegetasi. Pemilihan tone warna yang didominasi oleh warna putih polos sebagai wrapping pada building merupakan langkah untuk menonjolkan keberadaan vegetasi sebagai hal yang vital dalam perencanaan meskipun memiliki lahan yang terbatas. Memiliki tingkat density yang cukup rapat sebagai kawasan sub-urban kami harapkan aspek greeneries mampu berdampak secara fisik maupun sebagai role model bagi kelestarian lingkungan.

Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tantangan terbesar yaitu memadukan standard dari convention hall (untuk menampung berbagai event massal) yang kami adaptasi dengan skala ruang akrab yang menjadi ide dasar dari gereja ini. Melalui berbagai diskusi dengan para stakeholder serta beragam literasi maka hadirlah solusi sebagaimana desain yang kami hadirkan ini. Secara skematik kami mencoba memisahkan dua perbedaan tersebut secara konstruksional ke dalam 2 blok. Dimana ruang-ruang dengan skala publik kami tempatkan pada blok depan site (ruang ibadah utama, main lobby, tribune) dengan jumlah lantai yang lebih sedikit serta jarak floor to floor yang lebih tinggi untuk memaksimalkan ambience of convention hall. Sebaliknya, pada ruang-ruang lain dengan skala yang lebih kecil kami tempatkan pada blok belakang site dan dirancang dengan jarak floor to floor yang lebih rapat serta jumlah lantai yang lebih banyak untuk mengakomodasi activity nodes dari user (jemaat) yang lebih sporadis secara kuantitas namun lebih akrab secara kualitas.

Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial dan lingkungan? A: Secara skala, hasil rancangan setinggi 5 lantai ini terlihat mendominasi lingkungan sekitarnya. Hal tersebut yang ingin kami hindari sedari awal perencanaan. Oleh karena itu, meski terdapat beragam fungsi yang harus diwadahi kami mencoba untuk blending terhadap lingkungan melalui konfigurasi proporsi. Meskipun memiliki skala yang relatif besar namun dengan pengolahan building edge yang polos serta single color tone justru kami mencoba menjadikan gereja ini sebagai giant blank background yang menonjolkan existing scenery serta skyline dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan aspek sosial, lingkungan sub-urban yang dipenuhi oleh pendatang juga menjadi pertimbangan dalam menghadirkan desain yang universal secara visual dengan mengedepankan elegancy dan dynamicity. 76


LAMPIRAN 9: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - U JANEVALLA BANDUNG HOTEL File : C+ Project Questionnaire - U Janevalla Bandung Interviewee : PT Budi Pradono Architect Interviewer : Aldea Febryan Date : November 21, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat Arsitek diminta untuk mendesain proyek U Janevalla Bandung ini? A: Site berada di pusat kota Bandung yang merupakan area public dan area komersial. Site hotel itu sendiri merupakan bekas bangunan tempat cucian mobil, sehingga hanya terdapat bangunan kecil di lahan tersebut, selain itu terdapat banyak hotel-hotel yang menjulng di sekitar site, seperti Hotel Aryaduta dan Hotel dan Apartemen La Grande

Barat di kenal dengan tarian Jaipong. Tari tradisional ini sempat menjadi polemik karena gerakannya. Kemudian kami berpikir bagaimana tari Jaipong ini direpresentasikan ke dalam bangunan. Pada akhirnya, Dancing Hotel merupakan representasi dan reinterpretasi tradisi yang tidak digali dari arsitektur tetapi dari seni. Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh Arsitek dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek hotel ini? A: Area kamar, reception area, restaurant, roof top bar, beserta infinity pool di tengah kota Bandung dan form bangunan secara menyeluruh,

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Dituntut oleh dinamika urbanitas, di kemudian hari area ini akan berdiri bangunan middle rise sampai dengan high rise lainnya. Lalu yang menjadi persoalan adalah bagaimana bangunan ini merespon kondisi urbanitas saat ini maupun masa yang akan datang. Kami mencoba melakukan analisis urbanitas dan didapat bahwa hampir semua bangunan komersil di sekitarnya memiliki pendekatan yang mirip yaitu; penempatan massa bangunan berada di tengah site. Merespon kondisi ini maka Dancing Hotel melakukan strategi untuk mem-fragmenkan massa bangunannya, sehingga terlihat terdiri dari 2 massa yang kecil. Pemilihan keputusan untuk mengawinkan 2 massa yang kecil ini sebenarnya adalah implikasi ilmu fisika bangunan di mana aspek pengudaraan naturalnya dapat menerus dari ujung utara ke selatan, sehingga dengan modal ini, diharapkan AC yang digunakan hanya di area tertentu saja, sisanya menggunakan pengudaraan alami. Kemudian mengapa kami memilih “menari�? Jawa

Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh Arsitek dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna? A: Bangunan secara menyeluruh menggunakan tema ekspos,sehingga material yang dominan concrete, elemen kayu dan kaca Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh hotel ini yang berbeda dengan hotel pada umumnya? A: Bangunan hotel mencoba mengekspos bentuk sehingga tidak sama seperti hotel pada umumnya, dengan jumlah kamar yang didesain sebanyak 119, kamar-kamar di hotel tersebut memiliki bentuk yang tidk tipikal, sehingga masing-masing ruangan memiliki pengalaman ruang yang berbeda-beda untuk pengunjungnya Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, 77


desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan hotel ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Dengan bentuk yang tidak tipikal, penyelesaian baik secara structural maupun arsitektural membutuhkn penanganan ekstra,sehingga terkadang muncul kasus-kasus di lapngan yang banyak penyesuaian dan kompromi Q: Apa colour scheme pada proyek ini? Mohon dijelaskan. A: Warna-warna ekspos concrete dan dark grey, serta natural teak wood Q: Mohon diceritakan mengenai desain massa bangunan dengan fasad yang dominan menggunakan kaca. A: Kaca menggunakan jenis kaca stopsol dengan kelebihan yaitu mereduce sinar matahari yang masuk dan saat malam hari efek dari kaca stopsol adalah memantulkan bayangan, sehingga memberikan efek cermin di kamar pada malam hari,diharapkan mampu memberikan kesn yang luas pada kamar. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Pada interior kamar, seluruh material kami reduksi menjadi yang sifatnya paling mendasar misalnya almari baju hanya tinggal gantungan baju saja. Almari yang lain juga hanya berupa rak saja. Sehingga di satu sisi mendapatkan ruang yang maksimal tetapi juga mereduksi furniturenya. Konsep interiornya secara keseluruhan adalah super ekspos di mana seluruh pipanya terlihat dari luar. Di sisi ini kita dapat mengantisipasi permasalahan pemipaan.

78


LAMPIRAN 10: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - PETROTEKNO OFFICE File : C+ Project Questionnaire - Petrotekno Office Interviewee : Ady Putra Interviewer : Aldea Febryan Date : November 20, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by: Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat Ady Putra diminta untuk mendesain proyek Petrotekno Office ini? A: Kondisi site sdh ada bangunan eksisting berupa kantor dan gudang 3 lantai dari developer

Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh Ady Putra dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek kantor ini? A: Pada renovasi ini kami banyak membuat beberapa void dengan membongkar lantai eksisting serta membuat 4 taman di dalam bangunan ini. Focal pointnya yang terasa signifikan ada di lobby, taman tengah, tampak bangunan dengan sirip2 dinding bata serta ruang-ruang split level

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Selain berfungsi sebagai kantor, site ini di bagian belakang sering dipakai untuk memasukkan dan menimbang alat berat. Dari sisi kebutuhan ini maka diperlukan sebuah akses kontainer ke belakang. Satu sisi kebutuhan perluasan office harus memaksimalkan semua lebar site. Jadi yang kami lalukan agar luas office bisa maksimum serta container bisa masuk ke belakang, maka perluasan ke samping kami menggunakan “split Level�. Sebagai arsitek kami selalu senang apa bila sebuah ruang memiliki perbedaan tinggi untuk menciptakan kesan dinamis dan bermain. Pada penambahan lantai split ini, kami meletakkan sebuah taman dan pohon yang berfungsi untuk memasukkan cahaya ke office di lantai bawah. Pada prinsipnya kami memaksimalkan pencahayaan matahari alami, pengudaraan alami serta memberikan unsur hijau pada proyek ini. Karena kami melihat keadaan sekeliling kompleks pergudangan ini yang cenderung tidak mementingkan kehijauan landscape. Suasana tropis serta resort yang ingin kami hadirkan pada design bangunan ini, mulai dari material hingga memaksimalkan elemen-elemen alam sebagai penerangan dan pengudaraan bagunan untuk memberi kesan hommy dan nyaman pada pengguna bangunan.

Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh Ady Putra dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna? A: Untuk membawa kesan tropis dan resort dalam project office ini maka kami banyak mengangkat material-material lokal yang meiliki tekstur serta warna alami yaitu: Bata expose, roster, beton expose, besi, kayu Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh kantor ini yang berbeda dengan kantor pada umumnya? A: Kesan resort dan hijau serta permainan ketinggian lantai dan solid void di dalamnya untuk pencahayaan dan pengudaraan alami Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan kantor ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tantangan terbesar selain di budget adalah kondisi struktur eksisting yang ridak rapih dan ideal apalagi kami memainkan split level yang harus memperhatikan 79


dimensi dan posisi balok eksisting Q: Apa yang mendasari penggunaan bata ekspos dan aksentuasi roster pada eksterior bangunan? A: Saya ingin memberi kesan lokal dan sentuhan resort, maka saya memilih material alam yang bisa memberi warna, tekstur dan pattern yang indah jika terkena cahaya matahari serta menjadi pembeda dengan bangunan sekitar tanpa harus memakai materialmaterial yang istimewa dan mahal Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Bahwa tantangan yang menarik dari sebuah project renovasi adalah menghadirkan sesuatu karya yang berfungsi maksimal dan menarik dengan keterbatasan kondisi bangunan lama yang ada. Kita harus memutar otak, konsep dan penerapan agar bangunan yang dibangun tidak berkesan tambal sulam namun menjadi project baru yang utuh secara konsep dan hasil pengerjaannya. Juga selalu menjadi pembeda dan berkontribusi dengan lingkungan sekitar bukan dari bentuk atau tampak yang menonjol tetapi kita memberikan bangunan yang hemat energi serta memberikan kehijauan buat lingkungan.

80


LAMPIRAN 11: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - SAKE NO HANA RESTAURANT & OMNIA BALI File : C+ Project Questionnaire - OMNIA Bali Interviewee : Alice Yu (GM OMNIA Bali), & WOHA Interviewer : Aldea Febryan Date : December 2, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: As the background, how was the site condition when the design team was asked to design this OMNIA Bali? A: Actually, the design of Sake no Hana Resto and the Omnia Day club is part of the area plan for The Cliff AVU Suites. In the initial process, construction of the structure of public buildings in this area, the owner informed that he would be converted into a Day Club and cooperate with Hakkasan. To support this plan, then the owner through Hakkasan appointed Rockwell to design and revise the public design layout area that was originally designed by WOHA, by accommodating the wishes of the opereator (Hakkasan) and designing the interior and loose furniture. Broadly speaking, the condition of the site is divided by river cliffs and at the end borders with coastal cliffs with a difference of sea level around 100 meters. With a contoured ground surface, the Architecture planner (WOHA) maximizes this condition and the design and level of the building are adjusted

Q: Which section of clients and design team want to highlight, and what is the focal point in this project? A: Owner wants a design that there is an icon that is a special feature and Woha designs very brilliantly, Cliff Bar which is on a cliff with its cube material is made of a combination: Glass beads, stainless steel specers and stainless steel canopy. Then seamless glass railing. And WOW Cliff Bar becomes the ICON of the Omnia Day Club Bali and is strengthened by its invinity pool. Q: Please tell about ‘the box’ shape meaning as the roof. A: We call it; Cage. In, Sake No Hana Resto and Omnia Day Club there are 2 dominant roof shape features, namely; Sake No Hana’s cage and cage Cliff Bar are currently Iconic. Actually this design is still a unified design that cannot be separated from the one at Alila Villas Uluwatu that has been established before. Q: Please tell us, about the structure in this project, since we saw from photos this project kind of hanging place in the sky. A: If you take a photo from several angles you will see the structure of the building floating. This building is Cliff Bar. By Woha it was designed in such a way that it was combined with the infinity pool so that the Cliff Bar building would have been as impressive as floating. Please note, excavations for this building foundation, 6.5 meters into the ground, and the tie beam are also linked to the main building structure to avoid sliding

Q: Please tell us, what is the design concept in this project? A: In the initial design process, we were not involved. The more appropriate answer, maybe from the planners involved. From the results achieved, according to us design concept: 1. maximize activities that can be accommodated with site conditions that are very contoured and close to cliffs. 2. make buildings awasome, unic and iconic 81


due to cliff landslides due to earthquakes and others. Structural planner, AT6 Structure is very helpful in designing the structure of this building, so what Woha wants 100% can be achieved. And the most important is the involvement of the designer Rockwell Groups and directives from the Hakkasan , greatly strengthening the overall image of this Day Club. And making the most awesome Day club in Bali Q: What elements and material are used by the design team in this project to convey their ‘message’ to users? A: Designers strive to create an atmosphere that is intimate and dynamic, by maximizing open spaces and the use of natural materials such as; rubble wall made from limestone excavation foundation, rough render limestone, wood floor, pebble wash and PC tile. Q: What makes OMNIA being different with any other day club in Bali? A: The most different ones are: 1. A very beautiful, iconic design, very elegant 2. Position on the edge of a cliff with 100 meters above sea level. Q: What’s the biggest challengs (due to location, design, budgets, etc.) that must be faced by design team regarding this day club development? Then, how to get over it? A: The biggest challenge for designers is in addition to location, budget, etc., as well as technology, both related to lighting, sound systems etc. Besides that, it also improvised activities that must be kept up to date. Also not to be forgotten is the friendliness of the staff, good service for all guests etc. Q: Is there things you wanna add and tell for reader to know more about this project? A: Besides having collaborated with world-class designers, such as; Rockweel Group and Woha are also Day Club operators who currently only have one in Indonesia, namely Hakkasan, the construction is also monitored by Earth Check and has received its certificate.

82


LAMPIRAN 12: TRANSKRIP WAWANCARA | PROJECT - MASJID SARI ASIH File : C+ Project Questionnaire - Masjid Sari Asih Interviewee : US&P Architect Interviewer : Aldea Febryan Date : November 20, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat USP diminta untuk mendesain proyek Masjid Sari Asih ini? A: Kondisi lahan eksisting sdh ada bangunannya yg kemudian di bongkar. Lahan berada di kawasan area kompleks Sari Asih Group yg terdapat RS. Sari Asih Karawaci yg sdh berdiri sejak lama beserta lahan parkir yang luas dan perumahan dokter. Rencananya Masjid ini bagian dari rencana master plan terpadu area Sari Asih Karawaci dengan Masjid menjadi salah satu ikonnya.

oleh USP dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna? A: Penggunaan material keramik motif islami pada keseluruhan dinding eksterior dan interior. Masjid ini fungsinya tidak hanya bangunan ibadah tetapi juga sebagai tempat pendukung dari kegiatan Rumah Sakit Sari Asih itu sendiri. Contohnya kegiatan seminar, pelatihan, acara pertemuan dan lain-lain. Bangunan ini mempunyai luas 1200 m2, terbagi atas 3 lantai, pertama semi basement fungsinya sebagai tempat multi fungsi kegiatan Rumah Sakit atau perluasan sholat jamaah dihari Jumat atau hari raya, serta terdapat fungsi toilet dan wudhu yang terpisah antara pria dan wanita. Lantai 1 digunakan untuk fungsi ruang sholat pria dan lantai 2 untuk ruang sholat wanita.

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Konsep arsitektur Masjid Sari Asih menggunakan konsep islami arsitektur Persia, sesuai keinginan owner yang terinspirasi dari Blue Mosque yang berada di Afghanistan. Kemudian konsep tersebut digabungkan dengan sentuhan arsitektur modern dengan penggunaan kaca pada bagian kubah-kubah Masjid dan beberapa detail arsitektur lainnya. Sedangkan untuk konsep interiornya menggunakan konsep arsitektur Maroko. Terutama pada detail-detail plafond dan pintu-pintu Masjid.

Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh Masjid ini yang berbeda dengan Masjid pada umumnya? A: Hal yang berbeda dengan masjid masjid lainnya adalah penggunaan material keramik motif islami pada keseluruhan dinding eksterior dan interior dan dengan penggunaan kubah kaca yang transparan Q: Apa colour scheme pada proyek ini? Mohon dijelaskan. A: Colour scheme pada masjid ini adalah penggunaan material yang mayoritas berwarna biru langit dgn perpaduan warna coklat pada kayu.

Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh USP dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek masjid ini? A: Area yg menjadi daya tarik di Masjid ini adalah area sholat pria. Karena berada tepat di tengah kubah yang terbuat dari kaca transparan Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan 83


LAMPIRAN 13: TRANSKRIP WAWANCARA | INDESIGN - SAMANEA HILL File : C+ Project Questionnaire - Samanea Hill Interviewee : FARPOINT & andramatin architect Interviewer : Aldea Febryan Date : November 6, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi site saat AMA diminta untuk mendesain proyek Samanea Hill ini? A: Kondisi site berupa lahan kosong (non-pertanian).

rumah pertama yang mengandalkan commuter line dalam beraktivitas. Berlokasi di Parung Panjang, Samanea Hill diapit oleh area kota penyangga Jakarta yang kian berkembang; seperti kawasan Serpong, BSD, dan Gading Serpong. Akses commuter line dari Stasiun Parung Panjang memudahkan aktivitas dari dan menuju pusat Jakarta, yang bisa ditempuh dalam waktu 60 menit ke Stasiun Sudirman. Ditambah dengan akses Tol Jakarta-Serpong dan Tol Jakarta-Tangerang.

Q: Mohon diceritakan apa konsep desain yang diterapkan di proyek ini? A: Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa bagi kaum milenial, harga hunian tapak di Jakarta dan sekitarnya semakin tidak terjangkau. Bahkan banyak perumahan menengah di sekitar Jakarta yang hanya berfokus pada pengolahan lahan yang maksimal, sehingga melupakan pentingnya ruang terbuka publik. Pengembang real estate Indonesia FARPOINT dan Andra Matin berkolaborasi untuk mengembangkan Samanea Hill, sebuah hunian designer’s home yang mengutamakan konsep eco residence. Andra Matin dipercaya merancang master plan, area perumahan, komersial dan fasilitas sosial Samanea Hill dengan mengedepankan desain yang baik dan fitur-fitur inovatif di dalam setiap unitnya. Pengembang mengoptimalkan pengolahan lahan dengan tetap menyediakan ruang terbuka hijau, baik di dalam perumahan maupun di dalam unit dengan adanya fitur innercourt.

Q: Bagian atau ruangan mana saja yang ingin dihighlight oleh AMA dan klien, serta apa yang menjadi focal point dalam proyek housing ini? A: • Setiap unit Samanea Hill dilengkapi oleh 5 fitur inovatif; innercourt, sirkulasi udara, cahaya alami, hemat listrik, dan ruang tumbuh. • Samanea Hill mempunyai luas area sebesar 25 Hektar dan dilengkapi dengan 45.000m2 area penghijauan. • Pedestrian yang tersedia di hampir semua area sehingga memudahkan pejalan kaki beraktivitas dan berinteraksi di dalam perumahan.

Haryanto Tiono, President Director proyek Samanea Hill menjelaskan, “Kami berharap Samanea Hill dapat menjawab kebutuhan hunian yang nyaman, indah, dan sehat bagi kaum milenial. Mengingat semakin terbatasnya lahan dan tingginya harga di kawasan perkotaan.” Haryanto menambahkan, bahwa FARPOINT optimis Samanea Hill akan menjadi hunian yang ideal bagi pasangan muda, kaum milenial, dan pembeli

Q: Elemen dan material apa saja yang dimanfaatkan oleh AMA dalam proyek ini untuk menyampaikan pesannya kepada pengguna? A: Andra Matin mengajak masyarakat Indonesia untuk merangkul anugerah hidup di negara tropis, dengan cuaca yang tidak ekstrem. Untuk beradaptasi dengan cuaca tropis, fasad bangunan lebih banyak menggunakan elemen/ material dinding 84


yang dapat meredam panas secara tidak langsung. Serta meminimalisir penggunaan kaca. Sirkulasi udara yang baik dan cahaya alami matahari akan didapatkan lewat fitur innercourt untuk hunian yang lebih sehat.

dengan tipe unit Deluxe (36/72) dan Suite (36/72). Dalam waktu dekat, kami akan memasarkan tipe unit Prime dan The Business Loft, serta unit-unit khusus dengan garden view.

Q: Hal apa saja yang dimiliki oleh perumahan ini yang berbeda dengan perumahan pada umumnya? A: Sejalan dengan filosofi pengembang “Think Beyond”, Samanea Hill dirancang dengan memikirkan aspek desain, fungsi, dan kualitas bagi penghuni yang tinggal dan hidup di dalamnya. Berdiri di atas lahan seluas 25 hektar dengan 45.000 meter persegi area penghijauan, Samanea Hill menyediakan fasilitas lengkap untuk mendukung terciptanya lingkungan hidup yang guyub dan asri. Setiap Cluster menyediakan area bermain anak dan taman. Lintasan jogging dan danau alami akan menjadi sarana olahraga dan rekreasi. Serta Clubhouse, yang lengkap dengan fasilitas kolam renang, pusat kebugaran, café dan restoran. Kesehatan lingkungan dan ekonomi menjadi faktor penting dalam mendesain setiap unitnya. Andra Matin, Principal andramatin mengungkapkan, “Saya terinspirasi untuk mendesain hunian yang menjaga privasi dan memberikan ketenangan kepada penghuninya. Namun di balik itu, penghuni akan merasakan detail desain yang indah sekaligus fungsional bagi mereka.” Andra Matin percaya, desain rumah yang baik tidak hanya indah, namun harus sehat dengan sirkulasi udara yang benar dan hemat energi.

Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, desain, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh tim desain terkait dengan pembangunan perumahan ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tantangan terbesar kami adalah bagaimana mewujudkan visi untuk menghadirkan sebuah designer’s home dengan konsep eco residence, didesain yang baik, indah, dan fungsional. Sebagai pengembang, FARPOINT mengatasi tantangan ini dengan bekerja sama dengan desainer ternama dan berpengalaman, yang sudah terbukti kualitasnya. Salah satunya adalah Andra Matin untuk proyek Samanea Hill. Kami memiliki kesamaan visi untuk menciptakan hunian yang indah, sehat, dan terjangkau. Kami percaya, desain yang baik dapat menampilkan keindahan sekaligus fungsional bagi penghuninya. Q: Apa colour scheme pada proyek ini? Mohon dijelaskan. A: Kami menghadirkan desain yang simple, modern yang sesuai dengan selera masa kini. Menggunakan kombinasi warna abu-abu dengan warna cerah, yang berpadu dengan hijau pepohonan di lingkungan sekitar. Secara psikologis, paduan warna ini dapat membuat perasaan yang lebih rileks dan segar. Kami ingin penghuni tinggal di Samanea Hill dengan ‘kesan’ yang mengena di hati mereka. Setelah menjalani aktivitas sehari-hari, mereka pulang ke rumah –ke ruang pribadi mereka-- yang nyaman dan tenang.

Setiap unit Samanea Hill dirancang dengan 5 fitur inovatif: innercourt (taman di dalam rumah), sirkulasi udara yang optimal, cahaya alami untuk hunian yang lebih sehat, hemat listrik, dan ruang tumbuh yang dapat dimanfaatkan menjadi ruang tambahan sesuai kebutuhan. “Harapan saya, Samanea Hill akan menjadi proyek hunian yang akan menjadi contoh untuk pengembangan perumahan affordable di masa depan, yaitu rumah terjangkau dengan desain yang baik dan berkualitas. Saya dan FARPOINT percaya, bahwa desain yang baik adalah milik semua orang.” jelas Andra Matin.

Q: Apa alasan penggunaan fasad yang berbeda-beda pada perumahan ini? Mohon diceritakan. A: Kami ingin menampilkan desain yang simple, modern dan dinamis. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek ini untuk diketahui oleh pembaca? A: Grand Launching Samanea Hill tahap pertama telah sukses digelar pada akhir September lalu, dengan 2 (dua) tipe unit Deluxe dan Suite di Cluster ACACIA yang ditawarkan mulai dari Rp 400 jutaan terjual habis. Saat

Q: Ada berapa kluster pada perumahan ini, dan menggunakan tipe berapa? A: Samanea Hill terdiri dari 3 Cluster. Saat ini, kami sudah memasarkan Cluster ACACIA, 85


ini kami membuka blok baru di Cluster ACACIA yang terbatas jumlahnya. Rumah contoh Samanea Hill dapat Anda lihat langsung dengan mengunjungi Marketing Gallery & Show Unit yang berlokasi di Ruko De Mansion, Blok A no. 20-21, Jl. Jalur Sutra, Alam Sutra.

86


LAMPIRAN 14: TRANSKRIP WAWANCARA | INTERIOR - AS APARTMENT File : C+ Project Questionnaire - AS APT Interviewee : Alexander Gunawan (ALIGN Architect) Interviewer : Aldea Febryan Date : October 29, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: Awalnya, apa yang disampaikan klien pada proyek interior apartemen ini? A: Apartment ini merupakan “weekend apartment” bagi klien. Klien yang berdomisili di Surabaya Timur, sering menghabiskan weekend di Surabaya Barat.

Q: Material utama apa saja yang diaplikasikan pada proyek ini? A: Desain interior di apartment ini didominasi pemakaian kayu kayu berwarna muda dan terang, dengan perpaduan spray paint warna putih. Pemakaian cermin yang berukuran besar untuk menambah kesan lapang di desain interior apartment ini.

Q: Mohon dijelaskan konsep desain interior untuk apartemen ini. A: Konsep yang dipilih adalah “scandinavianbohemian”. Scandinavian dirasa paling cocok untuk kebutuhan apartment dengan 2 bedroom ini. Dengan gaya Scandinavian yang simple dan fungsional dirasa tepat untuk project ini. Pemakaian furniture-furniture yang tepat dan tidak berlebihan cocok untuk diterapkan dalam sebuah desain apartment. Bohemian dipilih untuk menambahkan “beauty” pada desain bergaya Scandinavian di apartment ini.

Q: Bagaimana dengan alasan pemilihan colour schemenya? A: Seperti yang saya katakan sebelumnya, pemilihan warna kayu muda dan putih mendominasi desain interior apartment ini agar ruang terasa lebih luas dari ukuran sebenarnya. Selain itu, warna-warna ini juga dipilih untuk menselaraskan dengan warna-warna material bawaan dari apartment itu sendiri.

Q: Apa yang menjadi focal point dalam proyek interior ini? A: Simplicity, penataan furniture dan aksesoris yang tepat guna dan tidak berlebihan, membuat desain apartment ini terasa lebih luas dari luas sebenarnya.

Q: Terkait dengan majalah Construction+, mohon diceritakan hal menarik yang berhubungan dengan proses desain hingga pelaksanaan proyek interior AS Apartement ini. A: Time frame untuk pengerjaan proyek ini cukup singkat, dari perencanaan desain dan penerapan konstruksi di lapangan sekitar 3 bulan. Diputuskan untuk tidak terlalu mengubah desain bawaan dari apartment ini, namun mendukungnya dan meningkatkannya dari pemilihan warna-warna kayu muda dan putih terang. Peletakan cermin berukuran besar antara ruang makan dan koridor kamar-kamar memberikan efek luas dan seakan ruang-ruang tersebut saling interaksi dan terkoneksi dengan baik.

Q: Bagaimana proyek interior ini dapat masuk ke dalam nilai-nilai setempat, dilihat dari sisi desain interior, kawasan, sosial, dan lingkungan? A: Walaupun konsep yang dipilih “Scandinavianbohemian”, yang tidak terlalu Indonesia banget, namun material-material kayu muda yang dipakai masih mendukung untuk desain tropis d apartment ini. Aksesoris-aksesoris bernuansa tanaman monstrea dipilih untuk menambah kesan cozy di unit ini. 87


Q: Apa tantangan terbesar yang harus dihadapi (terkait dengan lokasi, bujet, desain, dll.) terkait dengan perencanaan dan pengerjaan proyek interior ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tantangan terbesar dari mendesain interior sebuah apartment yang tidak terlalu luas adalah bagaimana membuat ruang-ruang yang terdesain tidak terasa penuh dan sesak, namun malah membuatnya terasa lebih luas dan lapang. Seperti dikatakan sebelumnya, pemilihan warna-warna terang cocok untuk diterapkan pada desain interior apartment yang tidak terlalu luas. Pemilihan furniture-furniture dengan size yang tepat, tidak terlalu besar (bulky) namun fungsional lebih dibutuhkan pada sebuah desain apartment. Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan untuk diketahui pembaca berkaitan dengan proyek interior ini? A: Apartment ini hanya memiliki 2 kamar tidur, yaitu kamar utama dan kamar tidur untuk 2 anak. Penataan Kasur sudut di kamar tidur anak, memberikan kesempatan bagi interior untuk meletakkan ukuran Kasur berukuran 1600x2000mm, sehingga bisa untuk ditempati 2 anak. Panel TV di desain menempel dinding dengan meja ambalan yang secukupnya. Panel TV sendiri dibuat dengan bahan padded (empuk) untuk keamanan anak-anak, mengingat kamar ini tidak besar dan sirkulasnya yang terbatas. Tidak ada sudut tajam di desain kamar anak ini. Sementara ini kebutuhan ruang tidur nanny kita siapkan dengan pemakaian sofa bed di area ruang duduk. Sofa yang dipilih tidak terlalu besar, namun bisa ditarik dan dirubah menjadi Kasur tambahan.

88


LAMPIRAN 15: TRANSKRIP WAWANCARA | INDESIGN - GUANG JI CENTER File : C+ Project Questionnaire - Vihara Guang Ji Interviewee : HB Architeam Interviewer : Anton Adianto Date : November 16, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan

Q: Sebagai latar belakang, bagaimana kondisi tapak dan lingkungan sekitar proyek Vihara Guangji ini saat HB Architects ditunjuk untuk memulai proyek ini? A: Kondisi tapak Guang Ji Center adalah tanah kosong dengan kontur yang menurun dari arah utara ke selatan. Site dikelilingi oleh jalan di keempat sisinya sehingga menjadikan ukuran proyek ini harus dikurangi untuk kepentingan garis sempadan bangunan.

atap bangunan yang mengacu kepada paham enam aturan dalam aliran Maitreya yang telah disebutkan sebelumnya. Atap massa bangunan ini mengambil bentuk angka enam dalam bahasa mandarin (ĺ…­) yang menyerupai bentuk lonceng. Lonceng sendiri seperti halnya fungsi dalam Gereja diletakkan pada tempat tertinggi. Q: Fasilitas apa saja yang ditawarkan dan menjadi keunggulan proyek villa ini? A: Guang Ji Center memiliki luas lahan 4,2 hektar dan luas bangunan hampir 10 hektar terdiri atas beberapa massa bangunan, antara lain: -Bangunan Vihara, sebagai tempat beribadah -Bangunan Aula, sebagai sarana sosial tempat penyelenggaraan acara baik acara formal maupun nonformal -Bangunan Sekolah, sebagai tempat murid untuk menempuh ilmu yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas, seperti lapangan olahraga dan kolam renang -Bangunan Asrama, sebagai tempat tinggal murid Adapun keunggulan dari proyek Guang Ji Center ini adalah dikarenakan lahannya yang besar, area di sekeliling bangunan dapat dipenuhi oleh taman sehingga lingkungan disekitarnya akan terlihat asri. Sebagai sarana sosial, Guang Ji Center juga dilengkapi dengan taman pendidikan yang dapat dinikmati oleh penghuni maupun pengunjung Guang Ji Center

Q: Apa yang menjadi filosofi desain yang dihadirkan pada proyek ini? A: Guangji Center adalah pusat kegiatan umat Buddha Maitreya yang memegang teguh enam aturan rumah tangga Guang Ji, yakni: minum air ingat sumbernya, menghormati guru mengutamakan Tao, menjunjung atasan mengayomi bawahan, menghormati yang tua mengutamakan yang bijak, mematuhi aturan tata krama keBuddhaan dan mengenang jasa leluhur. Keenam aturan tersebut dituangkan dalam bentuk lonceng yang menjadi symbol bangunan pada proyek ini. Guang Ji Center terdiri dari beberapa massa bangunan, yaitu: Vihara, sekolah, aula, dan asrama. Umat Buddha Maitreya memiliki paham apabila ingin mencapai kestabilan dan kesempurnaan maka harus melalui proses dari masa ke masa, misalnya dari masa pembentukan, pertumbuhan dan pertahanan. Oleh karena itu ketinggian masing-masing bangunan didesain secara bertahap ketinggiannya dari asrama hingga vihara sesuai dengan paham tersebut.

Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial dan lingkungan? A: Wilayah Cengkareng Timur yang merupakan lokasi

Q: Apa saja yang ingin di-highlight dan menjadi focal point dalam proyek ini? A: Yang ingin dihighlight dalam proyek ini adalah bentuk 89


Guang Ji Center memiliki jumlah umat Maitreya yang signifikan. Agama Buddha Maitreya sendiri menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas yang harus ditanam sejak dini, sehingga Guang Ji Center bukan hanya terbuka bagi kalangan umatnya saja namun juga terbuka secara umum bagi yang ingin mempelajari nilai-nilai moralitas tersebut.

Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan berkaitan dengan proyek ini? A: Yayasan Guang Ji di Indonesia adalah sebuah wadah yang memungkinkan kita untuk berkarya nyata bagi kemanusiaan. Guang Ji Center sebagai rumah, komunitas, pusat kehidupan bagi masyarakat yang berpedoman pada 6 aturan rumah tangga menjadi bukti konkrit bagi pelaksanaan kebutuhan di masyarakat.

Q: Material apa saja yang dikedepankan pada proyek ini? Lalu, bagaimana dengan aplikasi colour schemenya? A: Bentuk bangunan dipercaya harus kokoh sehingga dominan menggunakan konstruksi massif, misalnya batu bata dan plester. Sedangkan nilai-nilai budaya dalam bangunan ini diwujudkan melalui relief GRC. Atap bangunan adalah genteng keramik yang difinishing dengan cat kuning. Warna kuning sendiri merupakan symbol dari kebijaksanaan. Q: Terkait dengan konstruksi dan majalah Construction+, mohon diceritakan hal-hal menarik mengenai proses desain dan pelaksanaannya di lapangan pada proyek Vihara Guanjing tersebut sampai saat ini. A: Walaupun berada di lahan yang cukup besar namun berhubung Guang Ji Center memiliki fungsi mixused yang sangat besar sehingga untuk menampung kebutuhan pengunjungnya diperlukan jumlah parkir yang memadai. Satu-satunya pilihan adalah menjadikan level ground sebagai area parkir. Hal ini disebabkan lokasi rawan banjir sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan basement. Q: Apa tantangan terbesar (terkait dengan lokasi, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh HB Architeam terkait dengan perencanaan dan pembangunan proyek Vihara Guanjing ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Site berada pada jalur yang akan dilalui jalan umum sehingga peletakan dari keseluruhan bangunan harus mematuhi rencana jalan tersebut dan harus dikurangi GSB di keempat sisinya. Secara ketinggian Guang Ji Center ini berpedoman pada peningkatan level puncak atap masing-masing massa bangunan secara bertahap. Tantangan terbesarnya adalah kebutuhan ruang setiap bangunan harus mengikuti ketinggian yang diperbolehkan sehingga dapat mengikuti paham kestabilan dan kesempurnaan tersebut. 90


LAMPIRAN 16: TRANSKRIP WAWANCARA | INDESIGN - TAMAN CAHAYA MADANI File : C+ Project Questionnaire - Taman Madani Interviewee : PHL Architect Interviewer : Anton Adianto Date : October 22, 2018 Purpose : C+ Indonesia #11 Safety Schemes & Regulation Article by : Aldea Febryan Q: Bagaimana awal mula PHL Architects dilibatkan untuk menangani proyek Taman Cahaya Madani ini? A: Bermula dari keinginan Ibu Thjai Chui Mie pada pertengahan tahun 2017, yang pada saat ini merupakan Walikota terpilih Singkawang periode 2017-2022. Beliau mempunyai visi dan misi membangun kota singkawang menjadi kota wisata budaya, dan pembangunan kota dimulai dari pembangunan Singkawang Cultural Center sebagai tempat mempromosikan kekayaan seni budaya kota Singkawang. Kemudian dilanjutkan dengan redevelopment taman kota yaitu Taman Gayung Bersambut yang berada bersebelahan dengan Masid Agung Singkawang dan berhadapan dengan kantor Walikota Singkawang. Taman kota ini semula merupakan tempat berkumpulnya warga kota Singkawang, tetapi karena kurangnya perawatan dan fasilitas didalamnya mengakibatkan taman ini menjadi terbengkalai. oleh karenanya redevelopment taman diperlukan untuk menguatkan identitas area komunal dan ruang terbuka kota serta membentuk wajah kota Singkawang sebagai kota yang kreatif dan berbudaya. Rencananya redevelopment taman kota ini akan diubah namanya menjadi Taman Cahaya Madani

yang diterapkan PHL Architect pada proyek ini? A: Dalam pembentukan masterplan, konsep desain yang diterapkan yaitu menciptakan area yang saling terintegrasi dengan menciptakan aksis untuk menghubungkan antara kompleks walikota Singkawang dan Masjid Agung Singkawang, dan membentuk area – area komunal yang dapat digunakan untuk berbagai aktifitas didalamnya Q: Apa yang menjadi focal point dalam desain proyek ini? A: Point of interest dari taman ini terletak pada setiap area komunalnya, yang setiap area komunalnya menyajikan fasilitas untuk kegiatan yang berbeda – beda tetapi semua terdapat dalam satu Kawasan taman ini. Q: Secara keseluruhan, fasilitas apa saja yang nantinya terdapat pada proyek ini? A: Fasilitas yang nantinya ada dalam taman ini berupa Event plaza, jogging track, pavilion, skateboard, playground, retail, gallery, open amphitheatre Q: Bagaimana proyek ini dapat masuk ke dalam nilainilai setempat, dilihat dari sisi fisik bangunan, kawasan, sosial, dan lingkungan? A: Melihat dari sisi lingkungan dimana kurangnya jumlah serta kurang terawatnya ruang terbuka yang dapat dipakai sebagai area komunal warga. sehingga redevelopment Taman Cahaya Madani berfungsi untuk menguatkan identitas ruang terbuka kota untuk mewadahi berbagai aktivitas masyarakat dan mendukung terwujudnya komunitas kota

Q: Apa saja yang diinginkan klien dalam perencanaan proyek ini? A: Taman Cahaya Madani dapat menjadi tempat perkumpulan dan interaksi bagi pemerintah kota Singkawang dengan komunitas lokal. Selain itu fasilitas yang dibangun juga dititikberatkan untuk mendukung perwujudan masyarakat Singkawang kreatif Q: Dalam skala masterplan-nya, apa konsep desain 91


Melihat dari sisi fisik bangunan, area taman didesain terbuka dan terdapat bangunan utama yang menyediakan fasilitas – fasilitas yang dapat digunakan warga sebagai tempat berkumpul. Melihat dari sisi Kawasan dan lingkungan, bangunan ini berada di tengah kota singkawang, dan berdekatan dengan kantor walikota dan masjid agung Singkawang, sehingga taman ini diharapkan nantinya dapat menjadi percontohan sekaligus wajah baru kota singkawang yang kreatif dan berbudaya. Melihat dari sisi social dimana kota singkawang terdiri dari berbagai etnis dan budaya, taman ini merupakan tempat berkumpul semua warga singkawang yang secara tidak langsung menampilkan aspek toleransi antar etnis. Q: Apa tantangan utama (terkait dengan lokasi, bujet, dll.) yang harus dihadapi oleh PHL Architect pada pembangunan proyek ini? Lalu, bagaimana cara untuk mengatasinya? A: Tantangan utama terkait dengan budget, dimana budget untuk membangun taman ini berasal dari dana sosial Q: Apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan terkait dengan proyek Taman Cahaya Madani ini? A: -

92




Published & Designed by Aldea Febryan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.