中 国 建 筑 建筑史研究
ARSITEKTUR TIONGHOA SEBUAH KAJIAN SEJARAH ARSITEKTUR
Kata Pengantar Kata Cina semenjak 2014 tidak digunakan lagi dalam bahasa Indonesia karena mengandung konotasi negatif di dalamnya. Sebagai ganti dari kata Cina yang dilarang maka digantikan dengan kata yang memang berasal dari dialek Kanton yaitu Tionghoa dan Tiongkok. Kata Tionghoa mengacu kepada sosio-kultural yang tidak terbatas oleh wilayah tapi berdasarkan kesamaan budaya, sedangkan kata Tiongkok mengacu geopolitik wilayah dan pemerintahan yang berkuasa. Maka dalam tulisan kali ini digunakanlah judul “Arsitektur: Tionghoa: Sebuah Kajian Sejarah” agar tidak terikat oleh geopolitik Tiongkok tapi lebih melihat arsitektur sebagai hasil kebudayaan Tionghoa yang sudah berlangsung ribuan tahun lamanya dan menyebar ke seantero dunia, walaupun begitu akan ada banyak subjek pembahasan yang berangkat dari wilayah Tiongkok sebagai pusat kebudayaan Tionghoa. Saat mendengar kata Arsitektur Tionghoa mungkin yang terbayang adalah bangunan-bangunan berkesan oriental dengan warna dominan merah, atap yang melengkung, dan ragam hiasan seperti naga yang sering kita lihat di film-film kungfu atau berbagai klenteng yang tersebar banyak di banyak negara. Kekayaan arsitektur tionghoa akan kita bedah pada tulisan kali ini dari sejarah awal peradabannya dengan konsep filosofi dan kebudayaan yang mengiringinya sampai perkembangannya pada masa kontemporer saat tulisan ini disusun. Tentunya terlalu congkak bila mengklaim bahwa tulisan ini bisa menampung kayanya budaya arsitektur Tionghoa yang sudah berlangsung lama, ada banyak simplikasi dalam tulisan ini yang perlu dicari penjelasan kompleksnya pada tulisan lain. Akhir kata, selamat membaca karya tulis ini dan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan kedepannya.
Title: Arsitektur Tionghoa; Sebuah Kajian Sejarah Arsitektur Writer: Anwar Subekhi / 165060500111001 Aliffi Majiid / 175060501111001 R. M. Krisdandi Arya Bimo / 195060500111025 Lecturer: Dr.techn. Ir. Yusfan Adeputera Yusran, ST., MT.Ars. Dr. Ema Yunita Titisari, ST., MT. Cover Photo: Markus Winkler Courses: Sejarah dan Teori Arsitektur 2 Architecture Departement Brawijaya University, Indonesia Year: 2021
Repro: Unsplash
What’s inside?
02
Chapter One Sejarah Peradaban dan Arsitektur Tionghoa
12
Chapter Two Sejarah Periode Dinasti dan Arsitektur Peninggalannya
30
Chapter Three Konstruksi Tradisional Arsitektur Tionghoa
34
Chapter Four Konsep dan Filosofi Arsitektur Tionghoa
42
Chapter Five Arsitektur Tionghoa di Masa Kontemporer
Repro: Unsplash
1
chapter Kebudayaan dan Peradaban Tionghoa
Page 02
Kebudayaan dan Peradaban Tionghoa Berbicara tentang arsitektur sebuah peradaban tentu harus melihat bagaimana latar sejarah budaya sebuah peradaban terbentuk, karena arsitektur sendiri adalah hasil dari proses budaya sebuah peradaban manusia. Maka dari itu kita perlu melihat terlebih dulu apa itu “kebudayaan Tionghoa”?
Manusia (Homo Sapiens) diperkirakan pertama kali mencapai daratan utama Tiongkok sekitar 60000 tahun silam. Sedangkan untuk pemukiman manusia yang dapat teridentifikasi pertama kali berada di sekitar pinggiran sungai Kuning sekitar 4000 tahun SM dan ini merupakan cikal bakal etnis Tiongkok yang akan membentuk peradaban yang cukup besar serta berpengaruh di dunia.
Repro: Unsplash
Pada kurun waktu 206 SM - 220 M peradaban Tiongkok diperkirakan sudah mulai mengenal sistem pemerintahan yang solid dengan berdirinya Dinasti Han. Pada era Dinasti Han inilah penyebaran masyarakat dari tepi sungai Kuning menuju dataran Tiongkok yang luas terjadi. Saat penyebaran penduduk ini terjadi masyarakat telah memiliki kesamaan tradisi, kepercayaan, ritual, dan yang paling utama adalah kesamaan terkait sistem penulisan. Kebudayaan ini berkembang dan memiliki karakter unik termasuk dalam hal arsitektur yang akan kita bahas, yaitu arsitektur tionghoa. Dalam penulisan ini perlu dijelaskan perbedaan definisi antara Tionghoa dan Tiongkok. Tionghoa lebih merujuk kepada hal terkait sosio-kultural yang sangat terkait dengan kebudayaan, sedangkan Tiongkok lebih merujuk kepada suatu kesatuan geopolitik yang terkait dengan pemerintahan seperti dinasti-dinasti. Berikut merupakan tabel dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Tiongkok.
Tabel 1.1 Daftar Dinasti Yang Pernah Berkuasa di Tiongkok Sumber: Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt Dinasti
Tahun
Dinasti
Tahun
Dinasti
Tahun
Xiaca.
2070–1600 BCE
Northern Dynasties
386-581
Shu
907-925
Shang ca.
1600–1046 BCE
Northern Wei
386-534
Later Shu
935-965
Zhou
1046–256 BCE
Eastern Wei
534-550
Nanping/ Jingnan
907-924
Western Zhou
1046–770 BCE
Western Wei
535-557
Chu
927-951
Eastern Zhou
770–221 BCE
Northern Qi
550-577
Wu
902-937
Spring and Autumn Period
770–476 BCE
Northern Zhou
557-581
Southern Tang
937-978
Warring States Period
475–221 BCE
Southern Dynasties
420-589
Wu-Yue
907-978
Qin
221–207 BCE
Liu-Song
420-479
Min
907-946
Han
206 BCE–220 CE
Southern Qi
479-502
Southern Han
907-971
Western Han
206 BCE–9 CE
Liang
502-557
Northern Han
951-979
Xin (Wang Mang Interregnum)
9–23
Chen
557-589
Liao
947-1125
Eastern Han
23-220
Sui
581-618
Song
960-1279
ThreeKingdoms
220-280
Tang
618-907
Northern Song
960-1127
Wei
220-265
FiveDynasties
907-979
Southern Song
1127-1279
Shu
221-263
Later Liang
907-923
Western (Xi) Xia/ Tangut
1038-1227
Wu
222-280
Later Tang
923-936
Jin
1115-1234
Jin
281-420
Later Jin
936-947
Yuan
1271-1368
Western Jin
281-316
Later Han
947-950
Ming
1368-1644
Eastern Jin
317-420
Later Zhou
951-979
Qing
1644-1911
Sixteen States
304-439
Ten Kingdoms
902-979
Peradaban Tionghoa telah berlangsung begitu lama dengan berbagai proses pergolakan yang terjadi dalam segala aspek yang mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Pada era-era awal muncul sebuah ajaran hasil pemikiran Lao-tze yang disebut “Taoisme”. Ta o i s m e s e n d i r i b e r a n g k a t d a r i pemikiran yang lebih tua dan telah dipegang oleh masyarakat sejak lama yaitu “Feng-shui”. Taoisme banyak berisi ajaran moral bagaimana hubungan antara manusia-deng an manusia, manusia dengan alam sekitarnya, dan manusia dengan Yang memiliki kekuatan lebih atau sering disebut Dewa. Seiring berkembangnya waktu muncul lagi pemikiran yang kemudian berkembang menjadi pegangan hidup masyarakat Tionghoa yang dicetuskan oleh Confucius sehingga ajarannya disebut “Konfusianisme” atau lebih akrab di Indonesia disebut dengan “Konghucu”. Nilai-nilai yang diajarkan Confucius pun berangkat dari Taoisme berupa argumen pendukung atau bahkan antitesis dari ajaran Taoisme. Jika Taoisme berfokus pada masyarakat secara umum, sedangkan ajaran Konfusius lebih berfokus pada ajaran-ajaran seputar pemerintahan dan birokrasi berjalan mengatur politik negara. Pada intinya semua ajaran itu memiliki satu inti yaitu har moni, keseimbangan, titik equilibrium kalau bisa disebut begitu. Pada perkembangan selanjutnya masuk berbagai kebudayaan bahkan ajaran lain yang ikut mempengaruhi nilai-nilai yang dijunjung masyarakat Tionghoa. Seperti Buddhisme yang berasal dari India mulai masuk ke masyarakat Tionghoa pada era dinasti Han dan berjaya pada Era dinasti
Tang. Nilai-nilai asli masyarakat yaitu Taoisme dan Konfusianisme ikut menyesuaikan dengan ajaran Buddhisme. Hal ini bisa kita lihat dari perkembangan arsitektur pada masa itu yang banyak meninggalkan bangunan berupa Pagoda dan sangha-sangha tempat pendidikan para bikkhu dan bikkhuni. Selepas dari dinasti Tang sampai dengan Dinasti Yuan yang didirikan oleh bangsa Mongol nilai Buddhisme lebih menonjol dan ajaranajaran Konfusius mulai ditinggalkan perlahan-lahan. Hal ini didukung dengan bukti peninggalan arsitektur yang semakin minim hiasan dibanding sebelumnya tapi lebih menonjolkan sosok Buddha sebagai acuan utama. Saat Dinasti Yuan dilanda perpecahan dan kemudian runtuh lantas digantikan oleh Dinasti Ming yang notabene adalah suku asli peradaban Tionghoa yaitu suku Han. Mulai dari dinasti inilah ajaranajaran Konfusius kembali ditonjolkan dalam birokrasi dan pemerintahan, sementara pada masyarakat awam Taoisme yang telah berbaur dengan Buddhisme masih dipegang. Pada era dinasti Ming terjadi proses pemindahan ibukota dari Nanjing ke Beijing dengan dibangunnya Kota Terlarang yang merupakan istana bagi Kaisar. Kota Terlarang merupakan pening galan arsitektur yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini dan menjadi objek penelitian yang menyimpan beribu pengetahuan sepuatar peradaban era itu.
Gambar 1.2 Kota Terlarang yang merupakan peninggalan Arsitektur Tionghoa terbesar semenjak Dinasti Ming Sumber: TheJakartaPost
Dinasti Ming menghadapi serbuan bangsa Manchuria dari utara yang membuat banyak etnis asli Tionghoa berpindah ke arah selatan bahkan menyebar ke banyak belahan dunia. Penyebaran masyarakat Tionghoa ke berbagai belahan dunia membuat banyak komunitas-komunitas tionghoa yang masih eksis sampai saat ini yang masih memeg ang nilai leluhur mereka. Perkumpulan masyarakat tionghoa di berbagai negara itu disebut “Pecinan”. Pecinan sering digambarkan dengan klenteng dan bangunan-bangunan lain yang bercorak oriental.
Pasca kekalahan Dinasti Ming daratan Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Qing yang didirikan bangsa Manchuria yang seringkali dianggap bukan bagian dari masyarakat Tionghoa. Peninggalanpeninggalan Dinasti Ming diteruskan dan dijaga dengan baik oleh Dinasti Qing, sampai-sampai mereka meng adopsi nilai Konfusianisme masyarakat tionghoa yang berlaku walaupun aslinya mereka berkebudayaan Shamanisme atau pemujaan terhadap roh. Kota terlarang yang merupakan peninggalan Dinasti Ming pun masih dijadikan istana bagi para Kaisar.
Gambar 1.2 Peta Dataran Tiongkok Sumber: Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Pada 1911 merupakan akhir dari ribuan tahun kekuasan dinasti di wilayah Tiongkok. Revolusi melahirkan sebuah Republik Tiongkok yang kemudian digantikan lagi oleh kaum komunis dengan didirikannya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949. Pada era awal Republik Rakyat Tiongkok segala hal yang berhubungan dengan kebudayaan lama Tionghoa diberangus dan d i g a n ti d en g a n b ud aya ko mun i s ya n g menekankan pada kesetaraan. Masa ini sering disebut deng an Revolusi Budaya yang dicetuskan oleh Mao Zedong. Pada dekade 1970-an dengan bergantinya generasi ke pemimpinan maka kebijakan terkait kebudayaan Tionghoa diubah, karakter Tionghoa dihidupkan lagi dalam segala aspek kehidupan. Hubungan dengan para Tionghoa keturunan di belahan bumi lain pun dijaga demi merawat budaya bersama yang berakar nenek moyang sama.
Repro: Unsplash
2
chapter Sejarah Arsitektur Tionghoa
Page 12
Sejarah
Arsitektur Tionghoa
Sejarah budaya Tionghoa yang sudah berlangsung ribuan tahun tidak mening galkan jejak-jejak ber upa bangunan dari waktu ribuan tahun lalu. Peninggalan yang bisa dilihat sampai saat ini adalah hasil dari peradaban dinastidinasti akhir Tiongkok seperti Yuan, Ming, dan Qing. Hal ini tak lepas dari material yang dominan diterapkan pada bangunan-bangunan Tionghoa yaitu kayu. Karakteristik kayu yang mudah termakan usia baik oleh cuaca lingkungan sekitar atau oleh serangan rayap yang membuatnya lapuk tentu sangat singkat dan sulit ditemukan pening g alan arkeologinya. Material lain yang sering diterapkan adalah batu sebagai pondasi dan campuran tanah liat sebagai bahan pagar yang mengelilingi bangunanbangunan tionghoa. Artefak-artefak berupa pondasi atau umpak itulah yang
Bentuk hunian purba yang pertama kali ditemukan pada sekitaran tepi Sungai Kuning yang disebut-sebut sebagai lokasi awal manusia bermukim di dataran Tiongkok Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Peninggalan Dinasti Terhadap Arsitektur Tionghoa
Gambar 2.1 Rekonstruksi bangunan peninggalan pada era awal dinasti Tiongkok Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Tiongkok Kuno (Ancient: 200 BCE)
1
Tiongkok kuno merupakan penyebutan masa sebelum dimulainya Dinasti Han, lebih tepatnya seluruh dinasti sebelum 200 CE dikategorikan sebagai tiongkok kuno oleh profesor Liang Sicheng; bapak arsitektur modern, yang membagi masa periode menjadi enam. Periode tiongkok kuno memiliki perbandingan periode di barat yaitu Ancient crete, Mycenae, dan Yunani Kuno, seperti peninggalan Knossos dan Parthenon di Yunani. Pada periode Tiongkok Kuno ini terbagi menjadi beberapa dinasti seperti tabel sebelumnya, namun minimnya informasi membuat catatan sejarah dari setiap dinasti begitu minim, salah satu yang terdokumentasi adalah Dinasti Zhou (1046–256 BCE) dan Dinasti Qin (221–207 BCE).
Gambar 2.2 Penampang dan rekonstruksi struktur bertingkat yang ditopang pilar yang diukir pada bejana perunggu, digali di desa Zhaogu, kabupaten Hui, Henan, periode Negara-Negara Berperang. Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Dinasti Zhou memerintah Tiongkok Kuno dari 1046 BCE hingga 256 BCE, dan menjadi dinasti yang paling lama berkuasa dalam sejarah cina. Pada periode Dinasti Zhou terkenal dengan awal dari dua filosofi utama Tiongkok, yaitu Konfusianisme dan Taoisme. Filsuf China Konfusius hidup dari tahun 551 BCE hingga 479 BCE. Banyak dari perkataan dan ajarannya mempengaruhi budaya dan pemerintah sepanjang sisa sejarah Tiongkok Kuno. Taoisme diperkenalkan oleh filsuf terkenal lainnya Lao Tzu, dimana ia memperkenalkan konsep Yin dan Yang. Selain itu pada Dinasti Zhou, lebih banyak bentuk arsitektur muncul. Seperti tembok pertahanan yang panjang muncul, aula berkabung, makam, dan altar juga menjadi biasa. Dalam struktur arsitektur Dinasti Zhou, sistem braket Cina asli mulai diterapkan. Pergantian atap dari jerami menjadi genteng, dan ditemukannya batu bata. Berikut merupakan contoh peninggalan dari Dinasti Zhou: Rencana tiga kota berdinding ganda pada periode Zhou Timur A. Handan, ibu kota Zhao, Hebei; B. Xiadu, ibu kota Yan, Hebei; C. Linzi, ibu kota Qi, Shandong
Dinasti Han
2
Seperti yang telah disebutkan, pada era Dinasti Han terbentuk sistem pemerintahan yang lebih solid dibanding sebelumnya dengan menjadikan Konfusianisme sebagai landasan negara. Konfusianisme tentunya turut berpengaruh pada kehidupan sehari-hari seperti persoalan membuat bangunan. Pada Era dinasti ini Agama Buddha sudah masuk.
Gambar 2.3 Rekonstruksi teoritis Ming Tang, awal abad pertama masehi. Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.4 Rencana rekonstruksi kompleks aula depan Wiyanggong, Han Barat Chang'an dan Rekonstruksi teoritis bagian eksterior dan interior bangunan dengan pondasi taixie Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.4 Jenis atap Tionghoa yang paling umum: 1. Atap berpinggul; 2. Atap pelana pinggul; 3. Atap pelana pinggul tanpa chiwei (penghias ujung punggungan utama); 4. Atap atap menjorok dengan chiwei 5. Atap atap menjorok; 6. Atap piramida Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.6 Rencana Han Barat Chang'an. dari Li Haowen 1979, juan ⅕ dan Rencana Han Barat Chang'an berdasarkan penggalian Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.7 Ukiran bernuansa Buddhisme Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.8 Garis imajiner dari Lembah Ziwu di Selatan ke Kuil Tianqi di Utara, membentang antara Istana Changle dan Weiyang serta makam kaisar Han pertama dan permaisurinya. Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Era Tiga Kerajaan dan Enam Dinasti
3
Periode Tiga Kerajaan dan Enam Dinasti ini berlangsung sekitar 220 589, dimana pada periode ini banyak pengaruh teknologi arsitektur dari luar misalnya teknologi genteng kaca dan Chi Wei yang merupakan sebuah kegiatan pembuatan ornamen binatang yang ada di sudut atap. Sebuah pengaruh yang sangat besar ini selama ini adalah agama Buddha, sehingga pada era ini pula banyak peninggalan berupa kuil Budhha yang dipengaruhi oleh India dan Negara barat. Kuil dan pagoda yang didirikan ini begitu banyak, juga telah menghiasi beberapa daerah dengan keindahan ornamen yang dimilikinya; baik secara eksterior maupun interior. Pada era ini banyak meninggalkan keindahan-keindahan arsitektural yang disisipkan di bangunan, seperti ukiran pada Tianlongshan Grottoes, Longmen Grottoes, Dunhuang Frescoes, dan Yungang Grottoes.
A
B
C
D
Gambar 2.9 (A,B) Sisa-sisa kompleks arsitektur dari dua selungkup konsentris, Niya, Xinjiang, ca. abad ketiga dan hiasan interior yang bernuansa Buddhisme berpadu dengan Taoisme. (C,D) Kuil dan Patung Buddha yang diukir pada dinding-dinding tebing batu. Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Dinasti Sui dan Dinasti Tang
4
Pada era Dinasti Tang disebut sebagai era paling gemilang bagi Sejarah Tiongkok dan kebudayaan Tionghoa. Agama Buddha yang masuk dan tumbuh pesat pada era ini ikut mempengaruhi kebudayaan masyarakat Tionghoa, tak terkecuali Arsitektur.
Gambar 2.10 Daming Gong, Chang'an, ca. 662–881, di atas fondasi arsitektur sebelumnya. Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.11 Pagoda merupakan hasil adaptasi antara Buddhisme dengan ajaran lokal Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.12 Rekonstruksi teoritis dari Hanyuan Hall, Daminggong, Chang'an, ca. 662–881 Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
5
Gambar 2.13 Pagoda, Biara Chongsheng, Dali, Yunnan, bata, pagoda pusat tanggal abad kesepuluh Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Dinasti Song, Liao, dan Jin
6
Era Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan
Gambar 2.14 Aula Sepuluh Ribu Buddha, Biara Zhenguo, Haodong, Pingyao, Shanxi, 963 Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.15 Gambar garis Pagoda Kayu, Kabupaten Ying, Shanxi, 67,31 meter, 1056 Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Dinasti Yuan
7
D i n a s t i Yu a n merupakan Dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol dengan Kaisar per tamanya Kubilai Khan. Kubilai Khan merupakan cucu dari Jengis Khan yang berupaya menaklukkan Asia daratan dan sekitarnya untuk membentuk Kekaisaran Mongol. Setelah Mongol menguasai daratan Tiongkok kebudayaan Mongol dan Tionghoa bercampur mempengaruhi kehidupan masyarakat ter masuk dalam hal bangunan.
Pada era ini Konfusianisme cenderung ditinggalkan oleh penguasa dan kebudayaan Mongol mendominasi pemerintahan. Buddhisme berbaur dengan Taoisme masih menjadi dominasi di masyarakat sebagai acuan nilai. Peninggalan berupa pagoda pada era ini sudah berubah drastis dari material dan bentukan serta ornamennya, terkesan polos dengan material tanah yang lebih tahan akan cuaca dibanding kayu.
Gambar 2.16 Pagoda Putih, 50,7 meter, Biara Miaoying, Beijing, 1279. Pagoda peninggalan Dinasti Yuan Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
8
Gambar 2.17 Layout Plan The Forbidden City
Dinasti Ming
Dinasti Ming merupakan dinasti yang didirikan oleh suku mayoritas daratan Tiongkok yaitu suku Han. Nilai-nilai Konfusianisme kembali muncul sebagai ciri khas masyarakat pada era ini termasuk pada hal-hal terkait pendirian bangunan dan karya-karya seni. Saat Dinasti Ming berkuasa dilakukanlah pemindahan ibukota dari Nanjing ke Beijing dengan dibangunnya istana Kota Terlarang yang masih bisa disaksikan sampai saat ini. Kota terlarang menjadi peninggalan Arsitektur Tionghoa terbesar sekaligus objek penelitian yang sering dikaji dalam berbagai subjek.
Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Gambar 2.18 Lukisan The Forbidden City Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Dinasti Qing
9
Secara historis, periode dinasti Qing atau Manchu (1636-1911) mer upakan kekaisaran terakhir di sejarah China. Pada 15 Mei 1636, Hong Taiji; ketua militer kedua dari dinasti Jin, mengubah n a m a d i n a s t i n y a m e n j a d i Q i n g. Berdasarkan kepercayaan Tionghoa, Qing merupakan simbolisasi dari elemen air, dimana dapat secara efektif mengkudeta dinasti Ming yang memiliki simbolisasi elemen api. Ada tiga cara dinasti Qing berevolusi untuk menjadi kekaisaran Cina terakhir. Pertama, kinerja politik dan ritual keagamaan untuk mendukung legitimasinya kesuksesan dinasti Ming. Kedua, dimulainya kampanye militer pada abad 17 da n 18 un tuk ditug a ska n ke perbatasan dalam Asia, termasuk Tibet
dan Xinjiang. Ketiga, diizinkannya ritual kebudayaan dari masyarakat nomadik untuk mengklaim legitimasinya (Hang, 2016). Dinasti Qing telah menjadi dinasti terpanjang ketiga setelah dinasti Tang dan Ming, dan juga telah meninggalkan warisan politik yang tak terkalahkan oleh dinasti Cina lainnya. Qing adalah kerajaan yang benar-benar kosmopolitan dalam 249 tahun pemerintahannya dalam membawa stabilitas dan harmoni jangka panjang antara Han-Cina dan orang-orang etnis-minoritas di Kekaisaran Cina yang jarang terjadi dalam sejarah Cina (Hang, 2016). Berikut merupakan peninggalan arsitektur dari Dinasti Qing.
Gambar 2.19 Kuil di Yungang dekat Datong, provinsi Shanxi Sumber : The culture of China / edited by Kathleen Kuiper
Taman Yuyuan, dibangun di Dinasti Qing Akhir, dengan keragamannya dalam perubahan spasial dan elemen lanskap, mempertahankan fitur taman pribadi tradisional dan mewarisi teknik konstruksi konvensional. Dapat dilihat dari atas bahwa terlepas dari kenyataan bahwa banyak kota Cina terkikis dan dibentuk oleh budaya barat, taman Yuyuan di Nanjing, meskipun telah terbuka untuk umum selama beberapa waktu, tidak terpengaruh, menjaga gaya arsitektur tradisional.
Gambar 2.20 Yuyuan Garden Repro: Internet
Delapan Karakter Arsitektur Tionghoa
Sumbu Horizontal Bangunan arsitektur Tionghoa sering ditemui dengan bentuk yang simetris dan sangat menekankan keseimbangan. Adanya sumbu yang menjadi perwujudan keseimbangan yin-yang pada arsitektur Tionghoa merupakan cara untuk menemukan harmoni pada bangunan. Sumbu ini tak hanya terlihat pada skala mikro bangunan tapi juga sampai makro seperti perencanaan kota.
Satu lantai dan menggunakan ukuran manusia Dalam menetapkan ukuran suatu bangunan arsitektur Tionghoa menerapkan kelipatan dari ukuran manusia seperti tinggi Balai Harmoni di Kota Terlarang yang memiliki tinggi 5 kali tinggi manusia. Arsitektur Tionghoa lebih sering ditemukan dalam wujud satu lantai, hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh teknologi konstruksi yang berkembang. Pada arsitektur pagoda tentu menjadi sebuah pengecualian, karena pagoda adalah adaptasi buddhisme yang datang dari India untuk menyimbolkan stupa dan meru.
Courtyard Hadirnya ruang terbuka yang dikelilingi oleh bangunan merupakan karakteristik khusus yang sering ditemui. Hal ini tak lepas dari kebudayaan primordial masyarakat Tionghoa yang membangun pagar dan parit serta ada banyak bangunan dalam satu komplek. Courtyard sendiri sering diidentikan dengan ruang sakral dan menjadi pusat keseimbangan dari suatu komplek bangunan.
Bangunan yang berkomplek Jarang sekali bangunan Tionghoa yang ditemukan sebagai single building, akan ada bangunan-bangunan pendukungnya.
Gerbang Karena pembangunan pagar yang memberikan batas yang jelas antara luar dan dalam maka kehadiran gerbang sebagai perantara keduanya menjadi hal yang wajib. Posisi pagar sendiri menjadi sesuatu yang krusial dan penting, dalam menentukannya seorang master feng shui biasanya diperlukan.
Modular Ada rasio-rasio tertentu yang menjadi pegangan bagi masyarakat Tionghoa antara panjang dan lebar. Hal ini berhubungan dengan proporsi dan keharmonisan yang diyakini oleh mereka.
Dekorasi ornamen-ornamen semacam naga dan lain-lain yang menjadi simbol dari kepercayaan masyarakat tionghoa memenuhi ukiran bangunan, apalagi pada bagian atap yang berhias dengan ramainya oleh berbagai macam dekorasi. Tak hanya atap, pada bagian dinding, pondasi dan lain-lain ornamen yang berisi ajaran-ajaran atau suatu kisah sering kali hadir dalam wujud ornamen.
Privasi Masyarakat Tionghoa yang hirarkis sangat memperhatikan privasi. Hal ini didukung pula dengan hadirnya batas-batas yang jelas antara satu ruangan dengan ruangan yang lain.
3
chapter Konstruksi Bangunan Arsitektur Tionghoa
Page 30
Konstruksi Bangunan Arsitektur Tionghoa
Bangunan arsitektur Tionghoa sebagian besar memanfaatkan material kayu atau bambu. Sistem Struktur yang diterapkan adalah sistem struktur rangka, ada juga yang menggunakan sistem dinding pemikul atau bearing wall.
Gambar 3.1 Sketsa Konstruksi Yang Sering Digunakan Pada Arsitektur Tionghoa Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Pa d a b a g i a n Po n d a s i umumnya berupa gundukan tanah dengan dilapisi batu sebagai pijakan tiang atau biasa kita sebut umpak. Pada batu pijakan tiang diukir hiasanhiasan yang memuat kepercayaan kosmologis yang berkaitan dengan bangunan. Kolom dan balok pada bangunan Tionghoa cenderung memiliki ukuran yang besar, hal ini untuk mendukung beban atap yang cukup berat karena berasal dari material tanah. Balok-balok diperkuat dengan menggunakan pasak dan berbagai teknik sambungan yang erat.
Dinding luar bangunan disusun oleh kolom-kolom dan balok-balok yang m e n a h a n b e b a n a t a p. sedangkan dinding bagian dalam yang membentuk ruang berupa tirai atau panel-panel pintu. Atap pada bangunan Tionghoa menjadi kekhasan sendiri, umumnya berjenis atap pelana dengan lengkungan yang sering ditemui. Rangka atap disusun oleh balok-balok silang yang disangga oleh kolom dan balok yang disebut dougong. Semakin ting gi strata bangunan maka akan semakin kompleks struktur dougong pada atapnya.
Gambar 3.2 Konstruksi Dougong Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Jenis Atap
Arsitektur Tionghoa
Atap Satu Susun Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Atap Bersusun Banyak Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
Atap
Berlengkungan Besar
Sumber : Chinese Architecture A History, Nancy Shatzman Steinhardt
4
chapter Konsep dan Filosofi Arsitektur Tionghoa
Page 34
Tien Yuan Ti-Fang 天元蒂芳
Yin Yang 陰陽
Filosofi arsitektur Cina sangat dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambang-lambang dari bentuk ideal dan kehar monisan dalam tatanan masyarakat. Bentuk ideal dan keharmonisan dalam masyarakat dapat dilihat dari filosofi Tien Yuan Ti-Fang, yaitu filosofi yang mengatakan bahwa langit berbentuk bulat sedangkan bumi itu sebenarnya kotak (persegi). Dimana jika ditelisik lebih mendalam, bentuk kotak/persegi merupakan lambang keteraturan dan intelektualitas manusia dan bentuk bundar merupakan lambang ketidakteraturan sifat alam. Filosofi ini diterapkan pada arsitektur Cina, dimana bangunan yang berfungsi tempat-tempat pemujaan kebesaran Tuhan memiliki bentuk dasar bulat (lingkaran) sedangkan per mukiman masyarakat memiliki bentuk dasar kotak.
Konsep Keseimbangan dalam kehidupan diatur dalam dualitas Yin dan Yang, hong Shui atau Feng Shui. YinYang Adalah sebuah konsep dualitas yang saling bertentangan (oposisi) satu dan lainya namun memiliki maksud untuk saling melengkapi demi terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan alam ini.Simbolisasinya merupakan roda lingkaran anasir Yin dan Yang, dimana masing-masing anasir menguasai seteng ah bidang lingkaran yang melambangkan hukum keseimbangan, juga roda siklus kehidupan yang berputar aktif dan tidak statis. Contoh Yin-Yang: Utara-Selatan, Laki-Perempuan, AirApi, Siang-Malam. Aplikasi Yin-Yang dalam ilmu arsitektur Cina adalah pada penggunaan sumbu-sumbu berlawanan pada tiap bangunan Cina seperti Utara Selatan, Timur Barat.
Feng Shui 風水
Konsep dan Filosofi
Arsitektur Tionghoa
Feng Shui adalah tradisi dari arsitektur Cina yang umumnya berhubungan dengan pemilihan site, mendesain, konstr uksi, dekorasi interior dan eksterior. Kalau diartikan perkata Feng berarti angin dan Shui berarti air. Feng Shui mengkombinasikan antara Surga, Bumi, dan Manusia untuk mencari keselarasan antara lokasi yang dipilih, orientasi, doktrin alam dan nasib manusia itu sendiri. Feng Shui memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan geomorfologi, struktur tanah, arah angin, sirkulasi udara, aliran air, sinar matahari, warna dan sebagainnya.
Dasar pengetahuan dan filsafat dari Feng Shui dibagi menjadi 3 yaitu unsur yaitu : Ÿ Unsur Ekologi mer upakan gambaran peta geomorfologi yang berupa struktur geologi, medan dan keadaan topografi seperti gunung, angin, air dan sinar matahari yang berdasar pada falsafah budaya peradaban. Ÿ Unsur estetika dapat dilihat pada pondasi, bentuk, desain bangunan dan tata ruang yang dikaitkan dengan kehidupan alam dan sosial. Ÿ Unsur psikologi dikaitkan dengan budaya sampai logika dan pola pikir. Sebagian besar, fokus terhadap rasa aman, nyaman, tentram, harmonis dan serasi yang menggambarkan jiwa kepribadian.
Ilmu Feng Shui memiliki elemenelemen, elemen-elemen ini merupakan 5 unsur alam yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. kelima elemen tersebut adalah : Ÿ Air : Bersifat tenang, dingin dan menggambarkan suatu perjalanan. Dilambangkan dengan warna biru. Ÿ Api : Bersifat energik, panas dan berbahaya. Ÿ Kayu : Menggambarkan kreativitas atau per ubahan. Bersifat musim semi. Ÿ Logam : Berhubungan dengan bisnis dan bersifat musim gugur dan menggambarkan kesuksesan. Ÿ Tanah : Berhubungan dengan kesabaran.
Dalam Feng Shui juga terdapat Tai Chi, Ba Gua, dan Kua Pribadi. Tai Chi merupakan diagram dari 5 elemen dan sebuah pandangan mengenai interaksi energi dari elemen-elemen. Dan harmoni terjadi saat semuanya dalam keadaan seimbang. Tapi setiap elemen dapat memperkuat atau melemahkan elemen lainnya. Dengan cara menguntungkan atau merusaknya.
anggota keluarga. Trigram bermanfaat bagi penentuan penyakit dan memberikan penyembuhan spesifik berdasarkan elemen pengaturan trigram. Untuk menganalisis suatu kasus dengan denah, trigram dapat diketahui dengan arah hadap dan arah duduk bangunan atau rumah tersebut. Untuk mencari angka dalam Ba-Gua Trigram dapat menggunakan rumus pada tabel 4.1.
Ba-Gua (delapan diagram) merupakan delapan diagram yang digunakan di dalam kosmologi Tao (Taoisme) digambarkan sebagai berbagai delapan ko n s e p s a l i n g t e r k a i t . D i a g r a m dikelompokkan menjadi delapan trigrams, yang mewakili langit, danau, api, petir, angin, air, gunung dan bumi. Pada setiap Trigram Ba-Gua mewakili banyak hal, termasuk arah, elemen, dan angka. Setiap trigram menguasai bagian tubuh yang berbeda. Secara tradisional, setiap trigram dihubungkan dengan anggota keluarga. Trigram bermanfaat bagi penentuan penyakit dan memberikan penyembuhan spesifik berdasarkan elemen pengaturan trigram. (Gambar 4.1)
Kua adalah angka simbolis yang mengelompokkan seseorang individu dalam feng shui. Dengan mengetahui angka kua maka kesesuain antara sektor dalam rumah dengan penghuni akan diketahui. Kelompok tersebut adalah kelompok timur dan barat. Kua 1, 3, 4, 9 termasuk dalam kelompok timur. Ruang atau sektor yang baik adalah selatan, tenggara, timur, dan utara. Sementara kua 2, 5, 6, 7, dan 8 masuk dalam kelompok barat dengan sektor yang baik adalah timur laut, barat laut, barat, barat daya.
Pada setiap Trigram Ba-Gua mewakili banyak hal, termasuk arah, elemen, dan angka. Setiap trigram menguasai bagian tubuh yang berbeda. Secara tradisional, setiap trigram dihubungkan dengan
Dalam analisis, setiap tempat tinggal dapat dibagi menjadi 9 sektor, yaitu delapan arah mata angin dan satu pusat. Setiap sektor mata angin dapat menyiratkan kategori baik dan buruk dari sektor tersebut. Empat kategori baik adalah sheng chi, tian yi, nian yan, dan fu wei. Sementara empat kategori buruk adalah ho hai, wu gui, liu sha, dan jue
Gambar 4.1 Metode Ba-Gua Diagram Gambar 4.1 Metode Ba-Gua Diagram
Tabel 4.1 Angka pada Ba-Gua Trigram
Tabel 4.2 Hasil Analisis Ba-Gua Diagram Arah dan Posisi Baik
Arah dan Posisi Buruk Kelompok Pa-Kui Timur
Sheng Chi
Tian Yi
Nian Yuan
Fu Wei
Ho Hai
Wu Gui
Liu Sha
Jue Ming
1
Tenggara
Timur
Selatan
Utara
Barat
Timur Laut
Barat Laut
Barat Daya
3
Selatan
Utara
Tenggara
Timur
Barat Daya
Barat Laut
Timur Laut
Barat
4
Utara
Selatan
Timur
Tenggara
Barat Laut
Barat Daya
Barat
Timur Laut
9
Timur
Tenggara
Utara
Selatan
Timur Laut
Barat
Barat Daya
Barat Laut
Kelompok Pa-Kui Barat 6
Barat
Timur Laut
Barat Daya
Barat Laut
Tenggara
Timur
Utara
Selatan
2
Timur Laut
Barat
Barat Laut
Barat Daya
Timur
Tenggara
Selatan
Utara
7
Barat Laut
Barat Daya
Timur Laut
Barat
Utara
Selatan
Tenggara
Timur
8
Barat Daya
Barat Laut
Barat
Timur Laut
Selatan
Utara
Timur
Tenggara
Prinsip Dasar
Arsitektur Tionghoa
Dari filosofi dan ajaran yang sudah dijelaskan, muncullah prinsip-prinsip dasar dalam Arsitektur Tionghoa sebagai berikut: 1 Memfokuskan pada bumi bukan surga, mengutamakan ilmu pengetahuan bukan kemuliaan, seperti tidak ada perbedaaan prinsip antara bangunan sakral/religius dengan bangunan umum, hanya arah, susunan ruang yang memiliki penekanan berbeda secara umum bersifat sekuensial horizontal, sakral hirarkis konsentris, mengutamakan posisi, gerak dan orientasi manusia dalam ruang. sehingga eksplorasi prinsip tersebut dalam arsitektur yaitu; Potensialitas dinding; penonjolan individualitas bangunan; pengorganisasian susunan courtyard; permainan tinggi lantai; bangunan dibatasi taman; rumah utama bersumbu utara-selatan dan selalu memilih tempat yang lebih tinggi; ; interior dengan elemen utama perabot berukir dengan warna megah sebagai lambang gengsi; pintu dan jendela menjadi elemen penunjang yang penting dalam tatanan permukaan bangunan; dan adanya privasi berdasarkan rasa hormat dan keintiman tata laku/ etika Bangsa Cina yang diterapkan secara vertikal dengan langit-langit, atap, dan secara horizontal dengan courtyard dan lantai.
2 Hirarki dan Status, pada umumnya dicirikan oleh lokasi lahan terhadap jalan utama/strategis, jumlah courtyard, warna tiang, bentuk, dan kerumitan ornamen atap, serta jumlah trave hall : 9 (kaiser), 7 (putra mahkota), 5 (mandarin), 3 (rakyat biasa). 3 Koordinasi atau Orientasi, sebagai sikap dan pandangan terhadap rumah sebagai sel dasar arsitektur dan keluarga merupakan mikrokosmos dari tatanan masyarakat umum sehingga pengaturan dan koordinasi sel dasar memiliki arti sebagai pengaturan dan koordinasi dunia. 4 Tata Ruang Rumah 5 Struktur dan Konstruksi, konsep yang diterapkan pada rangka atap dengan sistem saling tumpang, bukan kuda-kuda dengan penyang ga miring, kolom sebagai pendukung beban atap, dinding sebagai pembatas non struktural dan sistem bracket (tou kung). 6 Stilistika seluruh permukaan bangunan penuh dengan dekorasi, pola lantai : diagonal (jen), hexagonal (kou), susunan bata (ting), bangunan menggunakan konstruksi kayu dan dengan kombinasi warna mencolok seperti merah, kuning, dan hitam.
5
chapter Arsitektur Tionghoa di Masa Kontemporer dengan Pendekatan Telaah Jurnal: Parametrising historical Chinese courtyard dwellings: An algorithmic design framework for the digital representation of Siheyuan iterations based on traditional design principles. Yuyang Wang, Asterios Agkathidis, Andrew Crompton
Page 42
Pendahuluan Arsitektur Kontemporer Tionghoa (Si He Yuan) Intervensi dari perkembangan arsitektur tradisional Tionghoa dari masa ke masa kini berpadu dengan kesesuaian abad-20 di era modernisasi; dimana kini prinsip desain Arsitektur Tionghoa banyak dibatasi oleh faktor sosial dan kebudayaan yang kian berubah (Wang et al., 2020). Salah satunya adalah Beijing Si He Yuan (四合院) yang selama periode 1949 hingga 2009 mengalami kerusakan dan hancur karena faktor usia bangunan dan masalah lingkungan akibat pemanasan global seperti kelembaban, suhu yang tinggi, dan hama (Ni, 2009).
Gambar 5.2 Floor Plan The Beijing Cathay View Courtyard Residence Gambar 5.1 Perspektif The Beijing Cathay View Courtyard Residence
Hal ini juga dipengaruhi oleh pergantian generasi dari masa ke masa yang banyak menghilangkan dan tidak mewariskan pemahaman prinsip desain Si He Yuan berupa simbolisasi (symbolism), kepercayaan (beliefs), material (materials), dan ruang (spaces), sehingga kini mayoritas rumah-rumah tradisional di China banyak dianggap tidak asli karena prinsip yang salah seperti proporsi dan simetri bangunan. Salah satunya adalah The Beijing Cathay View Courtyard Residence (Gambar 5.1) di Beijing, merupakan sebuah villa dengan perencanaan gaya Arsitektur Tionghoa yang gagal menerapkan konsep Si He Yuan. Hal ini didukung dengan studi dari Zhang (2015) dan Li (2016) yang menyebutkan bahwa villa tersebut memiliki kekurangan perencanaan aksial dan terdapat kesalahan pada proporsional ruang (Gambar 5.2).
Penelitian yang memilih lokus bangunan dengan Si He Yuan tergolong cukup banyak, namun luaran ber upa temuan untuk mengetahui variasi prinsip desain Si He Yuan sangat sedikit (Wang et al., 2020). Villari (1987), Ni (2009), dan Li (2010) mengungkapkan fleksibilitas pada prinsip dasar desain Si He Yuan, namun tidak dengan luaran studi (findings) untuk menunjukkan variasi pola di dalam prinsip Si He Yuan. Sehingga di masa kontemporer dengan kemampuan teknologi yang semakin canggih, Wang et al. (2020) melanjutkan penelitian untuk menemukan luaran variasi prinsip desain Si He Yuan berdasarkan tipologi dengan pendekatan komputasi menggunakan basis alg oritma pada scripting visual Grasshopper yang tertanam dalam 3D Rhinoceros. Sumber data prinsip Si He Yuan yang banyak m en g a cu p a d a p en el i ti a n terd a h u l u , diantaranya yaitu Li (2001) yang mengungkapkan tata bahasa dari standar Arsitektur Tionghoa Ying Zao Fa Shi. Xiong et al. (2013) yang meneliti tata bahasa dari Gulou; sebuah struktur kayu pada Pagoda, di bagian Cina Selatan dan diimplementasikan ke dalam bahasa komputasi. Huang et al. (2019) dalam temuannya untuk mempelajari konotasi budaya Si He Yuan dengan pendekatan eksplorasi konfigurasi spasial menggunakan metode komputasional space syntax. Chiou dan Krishnamurti (1997, dalam Wang et al., 2020) meneliti pertimbangan komputasi yang mendasari Fengshui. Acuan studi terakhir adalah Liu dan Wu (2015) yang telah memproduksi sebuah program komputasi sebagai bentuk parametris Si He Yuan Beijing terhadap fokus modular sistem yang menjadi dasar arsitektur tradisional Tionghoa tanpa mempertimbangkan prinsip desain tradisional Si He Yuan sebagai salah satu aspek filosofis Arsitektur Tionghoa.
Metodologi Arsitektur Kontemporer Tionghoa (Si He Yuan)
Dalam antropologi, terdapat banyak aspek kekuatan seperti feodalisme, Confucius, Tao, klan, kosmologi, hukum konstruksi, dan letak geografis yang membentuk Si He Yuan, namun beberapa kekuatan tersebut pengaruhnya tidak terlalu signifikan (Chan dan Xiong, 2007). Sehingga dalam variasi pembentuk utama Si He Yuan, Wang et al. (2020) mengacu pada Fengshui dan peraturan konstruksi, baik eksplisit maupun implisit. Secara spesifik, Fengshui dengan metode Xing Shi (mengamati konteks) membantu dalam pemilihan tapak yang menguntungkan, dan Li Qi (mengatur energi vital) yang didasari pada ko n s e p ko s m i k u n t u k m e m b a n t u pengerjaan rumah tangga dan penentu dimensi ruang. Si He Yuan Beijing mencapai puncak selama Dinasti Qing (1616 - 1912) dan merupakan yang paling banyak tersisa saat ini, hal ini disebabkan oleh hukum konstruksi dari pemerintahan Qing yang bisa bertahan hingga era saat ini, oleh karena itu pada data algoritma hukum konstruksi menggunakan studi dari Qing Shi Yingzao Zeli (Qing Style Building Regulation dalam Liang, 2006). Selain menggunakan studi tersebut, Wang (2020) juga menambahkan pengaturan konstruksi melalui wawancara kepada pengrajin kayu yang diwarisi variasi dan kode hukum konstruksi dari generasi terdahulu yang tidak tertulis di dalam literatur untuk membentuk Si He Yuan.
Dalam metodologi, untuk menyempurnakan algoritma Si He Yuan memerlukan beberapa fase dan tahapan, hal ini bermaksud untuk mengambil prinsip dasar dalam pembentukan Si He Yuan, berikut merupakan 4 fase dari pemilihan tapak hingga verifikasi algoritma.
Fase Pertama: Pemilihan Tapak 1. Bentuk Tapak 2. Lingkungan Sekitar Tapak 3. Ukuran Tapak
Fase Kedua: Mendesain Pola Denah Bangunan 1. Mendefinisikan Sumbu Pusat Tapak 2. Mendefinisikan Pola Lokasi Gerbang Depan dan Belakang 3. Membagi tapak kedalam beberapa courtyard 4. Mendeterminasi Pola Denah Bangunan dari Setiap Courtyard
Fase Ketiga: Mendesain Per Komponen Bangunan 1. Bangunan Individual 2. Beranda 3. Gerbang 4. Sisi Dinding
Fase Keempat: Merelokasi Komponen Arsitektural Fase Kelima: Memasukkan Data kedalam Konsep Kerja Algoritma
Fase Pertama Pemilihan Tapak
Bentuk Tapak Bentuk tapak merupakan salah satu aspek dari Feng Shui karena berpengaruh pada baik atau buruknya tapak. Jaringan kota Beijing pada dasarnya sudah memiliki bentuk persegi sejak Dinasti Song, namun pada beberapa tapak masih berbentuk poligon yang tidak teratur. Wang et al. (2020) mengungkapkan tujuh bentuk tapak (gambar 2) yang telah teridentifikasi di jaringan kota Beijing. Dalam proses dimulai dari mengidentifikasi setiap bentuk tapak (panjang, lokasi), lalu mengidentifikasi pola bentuk tapak, dan terakhir mengidentifikasi keberuntungan tapak melalui bentuknya.
Gambar 5.3 Tujuh Tipe Bentuk Tapak
Lingkungan Sekitar Tapak Pada zaman kuno, pemilihan tapak yang baik juga mempertimbangkan posisi dan jarak landmark terhadap tapak, sehing g a lingkungan sekitar tapak dibagi menjadi oktan (timur, timur laut, utara, barat laut, barat, selatan, dan teng gara), namun parameter jarak landmark terhadap tapak tidak diketahui karena pengukuran di zaman kuno tidak begitu akurat (Wang et al., 2020). Landmark yang digunakan sebagai elemen penilaian Si He Yuan adalah pohon, kolam, sungai, jalan atau gang, bangunan tetangga (atau bisa berupa bukit maupun gunung), dan persimpangan jalan. Setelah penentuan landmark yang menjadi acuan, setiap tapak dikategorikan dan menghasilkan 53 kode yang mewakili tapak deng an nilai keuntungan baik dan tidak diuntungkan (Gambar 5.4).
Ukuran Tapak Faktor lain yang menentukan kualitas tapak adalah berdasarkan ukurannya. Di zaman kuno, penentuan ukuran tapak bergantung pada jumlah courtyard yang tersedia, courtyard dalam konsep desain Si He Yuan mengacu pada ruang terbuka yang dikelilingi oleh pembatas, dan dalam menentukan courtyard yang tepat dari Si He Yuan dipengaruhi oleh anggaran rumah tangga, status sosial, permintaan hidup, preferensi pribadi, dan sebagainya.
Dari ketiga kriteria tersebut digunakan untuk menentukan satu tapak dengan penilaian tertinggi, nantinya tapak yang terpilih ini digunakan pada tahap kedua untuk mulai merancang pola denah bangunan dengan konsep dasar Si He Yuan. Berdasarkan hasil penilaian algoritma, dapat dipilih satu tapak deng an bentuk persegi panjang ke arah utara selatan, dengan landmark bukit yang terdapat di utara dan timur laut, juga sungai di bagian barat daya dan barat, dan dengan ukuran tapak yang wajar (mencapai luas 2800 sqm)
Gambar 5.4 Proses Perhitungan Lingkungan Tapak Terhadap Keberuntungan
Fase Kedua: Mendesain Pola Denah Bangunan Pada tahap mendesain pola denah bangunan atau denah lantai, menggunakan perhitungan yang melibatkan preferensi pemilik rumah, anggaran rumah tangga, dan status sosial, serta memasukkan perhitungan luasan dan letak ruangan, beranda, gerbang depan, gerbang belakang, dan gerbang festooned. Studi terdahulu yang mengkaji prinsip desain tradisional digunakan untuk mendapatkan aturan, namun dalam prakteknya sudah banyak fleksibilitas dan tidak ada materi sejarah secara langsung untuk menjelaskan prinsip-prinsip tersebut (Wang et al., 2020)
Mendefinisikan
Sumbu Pusat Tapak Sumbu pusat tapak adalah kunci parameter, tidak hanya sebagai komponen keseimbangan namun juga sebagai penentu orientasi ruang utama; inti ruang paling penting di dalam Arsitektur Tionghoa adalah Si He Yuan dengan banyak cour tyard. Untuk mengidentifikasi dan menentukan sumbu pusat tapak bisa dilakukan dengan mengobservasi jenis tanah dengan pertimbangan kekuatan tanah untuk pembangunan inti ruang paling penting. Wang et al. (2020) membagi menjadi dua prinsip dalam penentuan ini, yang per tama dan yang pengaruhnya paling signifikan adalah memilih bagian muka atau depan dari Si He Yuan (inti ruang paling penting) berdasarkan orientasi tapak, hal ini dikarenakan dapat memberikan akses keluar dan masuk dengan mudah. Di dalam tradisi, untuk menentukan sumbu pusat pada orientasi tapak utara-selatan sebagaimana bagian tampak depan Si He Yuan (inti ruang paling penting) disarankan untuk miring tujuh derajat melawan arah jarum jam dari selatan. Sedangkan pada orientasi tapak yang menghadap timur-barat, sumbu pusatnya menghadapkan bagian depan Si He Yuan (inti ruang paling penting) ke arah timurbarat pula, hal ini juga sama dengan penentuan akses utama yang mengharuskan bagian depan Si He Yuan menghadap ke bagian dimana tapak berorientasi. Selanjutnya pada prinsip kedua, ketinggian bagian depan Si He Yuan (inti ruang paling penting) untuk menghadap ke elemen air seperti sungai atau danau, dan membelakangi bukit atau gunung (Gambar 5.5).
Gambar 5.5 Contoh Penggunaan Vektor Dalam Menentukan Pusat Tapak
Penempatan g erbang dilakukan menjadi dua faktor, yaitu adalah orientasi tapak dan konteks lingkungan sekitar. Pertama, orientasi tapak dikategorikan menjadi dua tipe, yaitu utara-selatan dan timur-barat. Kedua, untuk melihat konteks lingkungan sekitar perlu mengidentifikasi kedekatan antar bangunan di empat sisi persegi pada tapak. Kedua parameter ini digunakan untuk menentukan gerbang depan.
Mendefinisikan
Pola Lokasi Gerbang Depan dan Belakang
Gambar 5.6 Hasil Proses Algoritma Terhadap Penentuan Lokasi Gerbang Depan
Untuk tapak yang berorientasi menghadap utara-selatan, terdapat tiga pola, yaitu: Pola pertama: ketika jalan atau gang berada di selatan tapak, pintu gerbang diletakkan di, atau dekat dengan ujung timur dari sisi selatan Si He Yuan.
Pola kedua: ketika jalan atau gang berada di timur atau barat tapak namun tidak berada di selatan, maka gerbang diletakkan di, atau dekat dengan ujung selatan dari pembatas diantara jalan atau gang dan tapak.
Pola ketiga: ketika jalan atau gang hanya berada di utara, maka gerbang akan terletak di, atau dekat dengan ujung utara. Perlu diingat bahwa pada Si He Yuan deng an banyak cour tyards umumnya memiliki koridor di utara-selatan dan memungkinkan adanya gerbang di ujung selatan dari tapak, sehingga sirkulasi bermula dari courtyard yang berada di selatan.
Untuk tapak yang berorientasi di timur-barat memiliki dua pola sebagai berikut: Pola pertama: ketika terdapat jalan atau gang di sebelah timur atau barat, gerbang depan dapat terletak di, atau di dekat ujung selatan atau ujung utara katas jalan/gang.
Gambar 5.7 Si He Yuan Dua Courtyard dengan Orientasi Utara-Selatan yang Gerbang Depannya berada di Selatan Courtyard
Pola kedua: ketika tidak ada jalan atau gang di timur atau barat namun hanya ke utara atau selatan, gerbang depan terletak di ujung timur (ketika kamar utama menghadap timur) atau ujung barat (ketika kamar utama menghadap barat) dari batas jalan/gang.
Si He Yuan dengan gerbang belakang sangat jarang ditemukan, namun biasanya terletak pada, atau dekat dari ujung courtyard terakhir, dimana memungkinkan adanya sirkulasi yang menghubungkan dari Si He Yuan ke ruang luar. Biasanya gerbang depan dan gerbang belakang tidak dapat terletak di sisi yang sama dari Si He Yuan.
Membagi Tapak Kedalam Beberapa Courtyard Menurut penelitian Ni (2009) yang mengkaji jumlah courtyard di beberapa perumahan, umumnya courtyard terbagi menjadi satu hingga lima (Gambar 5.8) tergantung dari luas tapak yang dimiliki pengguna seperti pada tabel dibawah ini. Didalam proses perencanaan, sebelum menentukan banyak courtyard yang ada di dalam tapak, perlu dilakukan pengukuran luas area serta panjang dan lebarnya. Wang et al. (2020) mengembangkan r umus dalam penentuan jumlah courtyard berdasarkan luas area dari penelitian Ni (2009), dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah Courtyard
Area (sqm)
1
2
3
4
5
100 - 400
300 - 800
500 - 1200
1000 - 1900
1700 - 2800
Gambar 5.8 Pembagian Courtyard Berdasarkan Luas Area
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat ditentukan variasi jumlah courtyard dengan masingmasing luas area seperti pada gambar 5.9 Hasil dari penentuan jumlah courtyard ini nantinya akan dilanjutkan determinasi pola denah ruang terhadap setiap courtyard. Gambar 5.9 Variasi Jumlah Courtyard
Mendeterminasi Pola Denah Bangunan dari Setiap Courtyard Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak ada ketentuan secara hukum tradisional yang mendasari penentuan denah lantai pada courtyard. Sehingga Wang (2020) d a la m penelitiannya mencari alter natif ag ar dapat mendasari prinsip desain perancangan pola denah lantai ini, dan ditemukan dua kriteria dalam mengkategorikan pola denah lantai, yaitu: lokasi dari courtyard (di depan, tengah, atau belakang dari Si He Yuan) dan tipe courtyard (standar atau tidak standar). Pada pola denah lantai dengan courtyard standar diharuskan mengandung beberapa komponen diantaranya beranda, ruang utama, ruang sekunder timur (Dong Xiang Fang), ruang sekunder barat (Xi Xiang Fang), r uang an sayap timur (Dong Er Fang), ruangan sayap barat (Xi Er Fang), ruang sekunder sayap timur (Dong Xiang Er Fang), ruang sekunder
sayap barat (Xi Xiang Er Fang), gerbang festoon (Chihua Men, biasanya hanya untuk courtyard tengah pertama). Pada pola denah lantai denah courtyard tidak standar wajib mengandung ruang yang berhadapan (Dao Zuo Fang) atau ruang di bagian belakang (Hou Zhao Fang), dan dianjurkan untuk menambahkan beberapa komponen ruang arsitektural seperti pada courtyard standar. Pada kedua jenis courtyard juga diharuskan terdapat gerbang depan yang terletak di depan courtyard, dan tidak diwajibkan adanya gerbang belakang di bagian belakang courtyard (atau koridor penghubung gerbang depan dan courtyard depan). Pada courtyard tidak standar, di bagian depannya diharuskan terdapat ruang yang saling berhadapan, jika courtyard terdapat di belakang (di samping gerbang belakang), diwajibkan ada ruang belakang. Berikut merupakan visualisasi dari
setiap pola lantai dari dua jenis courtyard. Sementara itu, terdapat aturan lain yang dipaparkan dari Konfusianisme untuk setiap courtyard sebagai tambahan dari desain lantai dasar. Ruang primer secara general diletakkan di tengah dari sisi belakang dengan sumbu tengah courtyard memotong denah secara keseluruhan, dan komponen lain seperti sayap r uang, r uang sekunder, sayap ruang sekunder, dan beranda, secara asimetri berpasangan dengan sumbu tengah courtyard. Berdasarkan observasi dari rumah Si He Yuan yang masih ada di Beijing, Wa n g e t a l . ( 2 0 2 0 ) menyimpulkan bahwa ketika orientasi sumbu tengah/pusat tapak sejajar dengan, atau miring beberapa derajat d a ri o ri en ta s i ta p a k , penempatan ruang dan beranda dapat sedikit dipindahkan dan diputar (Gambar 5.10).
Gambar 5.10 Pola Denah Bangunan dengan Lokasi Courtyard (Front, Mid, Back) dan Tipe Courtyard (Strandard atau Non-Standard)
Fase Ketiga: Mendesain per-Komponen Arsitektural Komponen arsitektural utama dari Si He Yuan adalah beranda, ruang utama, ruang sekunder, sayap ruang, sayap ruang sekunder, ruang yang saling berhadapan, ruang belakang, gerbang festoon, gerbang depan, gerbang belakang, dan tepi dinding (dinding pelingkup Si He Yuan). Setelah melewati proses tahap kedua, perancangan Si He Yuan dilanjut dengan menggunakan aturan dasar dari Gongcheng Zuofa Zeli dan Feng Shui. Lebih spesifik, Liang (2006, dalam Wang et al, 2020) yang menelaah aturan Gongcheng Zuofa Zeli, telah mendapatkan aturan dasar yang menjadi batasan dari mendesain komponen-komponen arsitektural ini. Pada aturan Feng Shui, mengacu pada salah satu metodenya yaitu Li Qi (mengatur energi vital) dan penguat dari aturan sosial kuno; seperti Konfusianisme dan klan kuno, dalam memperbaiki
Bangunan Individual Terdapat dua aturan yang digunakan dalam menentukan urutan besaran ruang pada Si He Yuan. Pertama, dipengaruhi oleh Konfuanisme dan klan kuno untuk menentukan hirarki ruang. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan mengikuti sekuen ruang dari yang terbesar ke terkecil seperti ruang utama > ruang sekunder > sayap ruang > sayap ruang sekunder. Kedua, untuk mendapatkan “energi vital” dengan metode Feng Shui, terdapat prediksi terhadap keberuntungan pemilik yang memberikan keberuntungan dan kebahagiaan pada ruang, yang biasa disebut Ba Gua Qi Zheng Da You Nian (delapan trigram). Aturan ini membagi courtyard menjadi sembilan area deng an g rid 3 x 3. Wang (2020) mentransformasikan trigram ini kedalam algoritma seperti pada gambar 5.11.
Gambar 5.10 Delapan Pola untuk Mendeterminasi Keberuntungan dari Setiap Bagian Courtyard
Beranda
Fase Ketiga
Salah satu fitur yang jelas membedakan beranda dari bagian lain bangunan adalah atapnya yang melengkung. Beranda ditentukan oleh dua faktor, pertama adalah lokasi ruang utama dan ruang sekunder. Ini ditetapkan dengan penentuan ukuran courtyard pada fase kedua dan preferensi pengguna pada fase keempat. Faktor kedua adalah panjang samping kolom beranda dalam tampilan rencana, yang nilainya dipilih oleh pengrajin.
Gerbang Terdapat dua jenis gerbang, yaitu gerbang depan/belakang dan gerbang festoon. Bentuk gerbang depan dan gerbang belakang mirip dengan kamar, namun perbedaannya pada gerbang tidak memiliki partisi tertutup untuk mendefinisikan interior, tetapi partisi tunggal untuk mendefinisikan bagian luar dan dalam Si He Yuan. Terdapat kesamaan prinsip desain bingkai kayu struktural gerbang dan bangunan individu, hanya saja berbeda pada penilaian parameter.
Sisi Dinding Dinding biasanya ada di tepi setiap halaman, tetapi dalam banyak kasus, beberapa bagian tepi halaman ditempati oleh bangunan sehingga tidak ada dinding yang diperlukan. Bentuk dinding dapat bervariasi secara rinci dengan ketebalan antara 11 dan 16 dan tinggi antara 70 dan 120.
Fase Keempat:
Merelokasi Komponen Arsitektural
Pada penelitian sebelumnya terhadap Si He Yuan, juga ditambah dengan catatan peta Ibu Kota Qianlong, ruang individual dan beranda telah bergeser atau berotasi. Hal ini menjadi catatan dalam penentuan algoritma Wang (2020) bahwa sumbu pusat yang simetris tetap dipertahankan meskipun ruang individu dan beranda bergeser. Wang (2020) mulai memasukkan data kedalam algoritma dengan lokasi titik pusat denah dari ruang individu dan beranda didasari pada vektor koordinat x dan y. Pergerakan (pergeseran maupun perputaran) pada ruang individu dan beranda menggunakan fungsi vektor, dan direpresentasikan dengan variabel x dan y. Jarak dan arah pergerakan garis vektor direpresentasikan dengan nilai yang dikandung x dan y. Rotasi dari setiap ruang individu dan beranda didefinisikan sebagai parameter pengukuran menggunakan derajat diantara -20 dan +20.
Fase Kelima: Memasukkan Data kedalam
Konsep Kerja Algoritma
Daftar Pustaka
Chan, C., & Xiong, Y. (2007). The features and forces that define, maintain and endanger Beijing courtyard housing. Journal of Architectural and Planning Research, 24(1), 42-64. Hang, H. C. S. (2016). China, imperial: 8. Qing or Manchu dynasty period, 1636–1911. The Encyclopedia of Empire, First Edition, 1-12. 10.1002/9781118455074 Huang, B.-X., Chiou, S.-C., & Li, W.-Y. (2019). Study on courtyard residence and cultural sustainability: reading Chinese traditional Siheyuan through Space Syntax. Sustainability, 11(6), 245-272. Kuiper, K. (Ed.). (2011). The Culture of China. Britannica Educational Publishing. Li, A. I.-K. (2001). A shape grammar for teaching the architectural style of the Yingzao fashi (PhD Thesis)). Li, D. (2016, Juni). Computational re-interpretation of heritage architecture (PhD thesis). 10.17638/03001775 Li, J. (2010). Qianlong Jingcheng Quantu Zhong de Heyuan Jianzhu Yu Hutong Jiefang Kongjian Tanjiu [research of courtyard building and Hutong block modes on the Qianlong capital map]. 317-346. Liu, J. (2017). Component-driven procedural modelling for ancient Chinese architecture of the Qing Dynasty. International Journal of Architectural Heritage. 10.1080/15583058.2017.1410253 Liu, J., & Wu, Z. (2015). Rule-based generation of ancient Chinese architecture from the Song dynasty. Journal on Computing and Cultural Heritage, 9(2), 1-22. Ning, Y. (2009). Study on Typology of Beijing Hutong Siheyuan. Villari, S. (1991). J N L Durand (1760-1834 : Art and Science of Architecture). Rizzoli. Wang, H., Jinze, L., & Qiu, O. (n.d.). Architectural Characteristics and Transformation of Private Gardens of Nanjing in Modern Chinese History. Modern Landscape Architecture, 156-166. Wang, Y., Agkathidis, A., & Crompton, A. (2020, July 18). Parametrising historical Chinese courtyard dwellings: An algorithmic design framework for the digital representation of Siheyuan iterations based on traditional design principles. Frontiers of Architectural Research, 751773. Xiong, L., Xiong, W., & Zhang, H. (2013). Gulou structure grammar and its computer implementation. Languages of Design - Volume 2 - Computation and Performance, 725-734. Zhang, D. (2015). Classical courtyard houses of Beijing: architecture as cultural artifact. Space and Communication, 47-68. 10.15340/2148172511881
中 国 建 筑 建筑史研究