MATERI_Penalaran hukum

Page 1

PENALARAN HUKUM


CARA MENDAPATKAN KEBENARAN • Non-Ilmiah • Ilmiah : 1. Non-Empiris, merupakan kegiatan intelektual secara rasional unt memperoleh pengetahuan tdk tergantung atau bersumber pada pengalaman, tdk memerlukan pembuktian empiris, cukup pembuktian rasional dan konsitensi rasional, (a priori), Filsafat 2. Empris, merupakan kegiatan intelektual secara rasional unt memperoh pengetahuan yg bersumber pada pengalaman, kebenaran menuntut pembuktian rasional dan konsitensi (a posteriori) Fisika, Biologi


Filsafat • Filsafat adl kegiatan intelektual yg secara kritis mencoba memahami hakekat sesuatu atau sejauh yg dijangkau oleh akal budi mencari sebab-sebab terdalam dari segalansesuatu dgn segala implikasinya, berdasarkan kekuatan akal budi tanpa mengantungkan diripada otoritas manapun juga • Filsafat dibagi : • Ontologi merenungkan hahehat hal ada • Espistemologi yang merenungkan hakekat pengetahuan dan landasan pengetahuan manusia • Etika yg merenungkan hakekat nilai dan perilaku yg baik


• • • •

Estetika merenungkan hakekat nilai keindaan Logika yg merenungkan hakekat berpikir Logika Cabang Filsafat yg memelajari kegiatan berpikir manusia • Logika suatu metode atau teknik yg diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran • Faktor-factor yg mempengaruhi manusia berpikir: • - Jika pernyataannya atau pendiriannya dibantah oleh orang lain


- Jika ia ditanya - Dorongan rasa ingin tahu - Jika dalam lingkungan terjadi perubahan secara mendadak atau trjadi peristiwa yg tdk diharapkann - Manfaat Logika : - Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghidari kekeliruan - Logika mengantarkan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang


-Dalam aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan atas prinsip-prinsip logika Untuk Memahami Logika orang harus mempunyai pengertian yang jelas tentang Penalaran PENALARAN adalah suatu bentuk pemikiran: 1. Pengertian atau Konsep 2. Proposisi atau pernyataan 3. Penalaran


PENALARAN • • • •

“Ayam Putih Berkokok”, merupakan pengalaman indera Mata: melihat ayam , melihat warna putih Telinga : mendengar suara berkokok Bersamaan aktivitas indera terjadilah aktivitas pikiran, yaitu pembentukan pengertian, dlm hal ini terbentuk pengertian “ayam”, “putih” dan <menggonggong” • Pengertian adalah sesuatu yang abstrak, maka harus diganti dengan lambing, lambing biasanya berupa bahasa, dalam bahasa lambangnya adalah kata. Kata sebgai fungsi pengertian disebut dengan Term


Perbandingan • Tunggal : Gunung, manusia, keadilan • Majemuk : kereta api, lapangan sepak bola • Perbandingan diatas antara pengertian dengan jumlah kata • Univok : guru, sendok makan • Ekuivok : bulan (satelit) dan bulan (waktu = 30 hari) • Analog : (0rang) sehat, (obat) sehat, Udara (sehat), “sehat” mempunyai yg sekaligus sama dan berbeda • Perbandingan diatas antara term dgn jumlah pengertian


Proposisi • Bersamaan dgn bersamaan observasi empiric, terbentuk pengertian dan perangkaian term-term, karena pengertian tdk berdiri sendiri. Rangkaian pengertian tsb disebut Proposisi. • Proses pembentukannya: • 1. Ada pengertian yang menerangkan pengertian yang lain, ada pengertian yang diingkari pengertian yang lain • “ Ayam putih itu berkokok” • “berkokok”, menerangkan tentang “ayam putih”. Pengertian yang menerangkan disebut Predikat (P)


• • • •

Pengertian yang diterangkan disebut Subyek (S) Kata “itu” fungsi menerangkan diberi tanda = Maka pola proposinya S = P S = P , kalau ada pengingaran, “Ayam putih itu tidak berkokok” • Kedua: dalam proses pembentukan proposisi sekaligus terjadi pengakuan, benar atau salah • Karena proposisi tsb melalui observasi empiric, maka disebut proposisi empiric • Tidak semua proposisi adalah proposisi empirik


• Proposisi Mutlak, tidak dapat dicocokan dengan indera, akan tetapi sifat kebenaran dan kesalahannya langsung Nampak dalam pikiran, dan karenanya harus diterima • “Janda adalah wanita yang pernah kawin” • “Bagian itu lebih kecil dari yang dibagi” • Dalam proposisi P dihubungkan dengan S, kalau hubungan itu bergantung pada syarat yg hrs dipenuh disebubut proposisi hipotetik, kalau tanpa syarat disebut proposisi kategorik • Proposisi lambangnya kalimat berita


Penalaran • • • • • •

Logam 1 dipanasi memuai Logam 2 dipanasi memuai Logam 3 ……………………. Logam 10 dipanasi memuai Jadi logam lain dipanasi memuai Seumlah proposisi yg diketahui benar, kemudian meyimpulkan proposisi baru yg sebelumnya tidak diketahui, ini disebut Penalaran • Dalam Penalaran, proposisi-proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis (antesedens)


Induktif - Deduktif • Penalaran Induktif penalaran yang konkluksinya lebih lebih luar dari premisnya • Penalaran Deduktif konkluksinya tidak boleh lebih luas daripada premisnya. Deduksi, dalam premisnya harus ada proposisi universal • Penalaran erat hubungannya dengan penyimpulan, argument dan bukti. Proses penalaran meliputi aktivitas mencari proposisi-proposisi untuk disusun menjadi premis, menilai hubungan proposisi-proposisi dalam premis dan menentukan konkluksinya • Orang mengadakan penalaran artinya untuk menemukan kebenaran


Kegiatan Berpikir • Kegiatan berpikir itu berwujud dalam akal budi yg berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yg lain • Penalaran merupakan proses akal budi yg berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran atau pikiran-pkiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan • Kegiatan Akal Budi Manusia , Ada 3 tahap: • 1. Kegiatan akal budi tingkat pertama dinamakan Aprehensi Sederhana yg menghasilkan Konsep • 2. Kegiatan akal budi tingkat kedua dinamakan Keputusan yang menghasilkan Proposisi


• 3. Kegatan akal budi tingkat ketiga yang dinamakan Penalaran yang menghasilkan Argumentasi • Contoh Deduksi: • Semua manusia terkena nasib mati (Premis Major) Raja adalah seorang manusia (Premis Minor) jadi, Raja terkena nasib mati juga (Konkluksi) - Saya harus kawin atau meneruskan kuliah - Saya tidak akan meneruskan kuliah - Jadi, saya harus kawin


• Jika pada jalan yang sangat menurun ini suatu bus remnya blong, penumpangnya dalam bahaya Bus itu remnya blong pada jalan yang sangat menurun Jadi, penumpangnya dalam bahaya - Adalah tidak biasa seseorang dalam keadaan miskin dan makmur akan hidup bermewahmewahan - Seseorang dalam keadaan miskin - Jadi, adalah tidak mungkin ia akan hidup bermewah-mewahan


Kesesatan • Kesesatan Formal dan Kesesatan Material • Kesesatan Bahasa: 1, Kesesatan karena aksen atau tekanan Tiap pagi pasukan mengadakan Apel Apel itu buah Jadi tiap pagi pasukan mengadakan buah 2. Kesesatan karena term ekuivok Sifat abadi adalah sifat Illahi Adam adalah mahasiswa abadi


3. Kesesatan karena Amfiboli Terjadi kalau konstruksi sebuah kalimat itu demikian rupa, sehingga artinya bercabang, Misal: Mahasiswa yang duduk di atas meja yang paling depan 4. Kesesatan karena arti kiasan Kalau ada penalaran sebuah arti kiasan disamakan dengan arti yang sebenarnya, atau sebaliknya, terjadilah kesesatan karena arti kiasan


Kesesatan Relevansi • Kesesatan ini timbul kalau orang menurunkan suatu konkluksi yang tidak relevan dengan premisnya • 1. Argumentum ad hominem Kesesatan ini terjadi kalau org berusaha menerima atau menolak sesuatu tidak berdasarkan penalaran, akan tetapi berdasarkan keadaan /kepentingan orang yang mengusulkan


• 2. Argumentum ad verecundiam Kesesatan ini menerima atau menolak sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena org yg mengemukakannya adlah org yg berwibawa, ahli, dapat dipercaya 3. Argumentum ad baculum Kesesatan timbul kalau penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman


• 4. Argumentum ad misericordiam • Penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan agar dapat diterima, argument demikian biasanya berhubungan dgn usaha agar perbuatan dimaafkan • 5. Argumentum ad populum • Argumen ini ditujukan kepada rakyat, massa, pembuktian logis tdk dipentingkan, yg diutamakan menggugah emosi massa agar menerima konklusi tertentu


• 6. Argumentum ad ignorantiam • Sesuatu dinyatakan benar semata-mata belum dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya sesuatu itu dinyatakan salah, karena belum dibuktikan bahwa itu benar • 7, Kesesatan non causa pro causa • Kesesatan ini terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap


• 8. Kesesatan aksidensi • Terjadi apabila kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada peristiwa atau peristiwaperistiwa tertentu yang karena keadaannya yang bersifat aksidental menyebabkan penerapan itu tidak cocok • 9. Kesesatan karena komposisi dan divisi • Ada predikat-predikat yg hanya mengenai individuindividu suatu kelompok kolektif. Kalau kita menyimpulkan bhw predikat itu juga berlaku bagi kelompok kolektif seluruhnya, penalaran kita sesat karena komposisi


• 10. Ignoratio elenchi • Ignoratio elenchi terjadi apabila konkluksi yg diturunkan dari premis tidak relevan dengan premis itu • 11. Kesesatan karena pertanyaan yang komplek • Sebuah pertanyaan atau perintah, seringkali bukan pertanyaan tunggal yang dijawab dengan tepat dengan satu jawaban, meskipun pertanyaan berbentuk kalimat tunggal


Penalaran Langsung • Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjuk penalaran yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi. Konkluksinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subyek dan predikatnya • Contoh: “Ayam itu binatang” • Ayam (kata benda) itu (kopula) binatang (kata benda)


• Banyak proposisi yg predikatnya tdk menujuk kata benda tetapi kata sifat, “Burung bangau itu putih”, maka dirubah menjadi yang standart : “Burung bangau itu burung putih” • Ada kalimat yang tidak memakai kopula, Tidak semua burung berkicau”, dirubah yang standart: Tidak semua burung adalah burung yang berkicau”


Silogisme • Silogisme adalah suatu bentuk formal dari deduksi, dalam logika digunakan sebagai bentuk standar dari penalaran deduktif • Semua pahlawan adalah orang berjasa • Diponegoro adalah pahlawan • Jadi: Diponegoro adalah orang yang berjasa • Ada 3 proposisi: 2 proposisi sebagai Premis • 1 proposisi sebagai kesimpulan (konkluksi)


• Jumlah term ada 3: pahlawan, orang berjasa dan Diponegoro (masing-masing digunakan dua kali) • Diponegoro digunakan 2 kali sebagai subyek(1 kali di premis, 1 kali di kesimpulan) • Orang berjasa digunakan 2 kali berfungsi sebagai Predikat( 1 kali premis, 1 kali kesimpulan)


• Term Pahlawan, dua kali terdapat dalam premis, tetapi tidak dalam kesimpulan, Term ini disebut Term tengah (M) • M sama dengan P • S sama dengan M • Jadi S sama dengan P


Prinsip-Prinsip Silogisme 1. Prinsip Persamaan, bahwa dua hal adalah sama, kalau kedua-duanya sama dengan hal yang ketiga. S = M = P, jadi S = P 2. Prinsip Perbedaan , bahwa dua hal itu berbeda yang satu dengan yang lain, kalau yang satu sama dengan yang ketiga, sedang yang lain tidak sama S = M ≠P, Jadi S ≠P Kedua prinsip tersebut dalam penerapannya perlu 2 prinsip lagi:


1. Prinsip Distribusi, Apa yang berlaku secara distributive untuk suatu kelas , yaitu berlaku untuk semua dan masing-masing anggotanya, berlaku untuk tiap-tiap anggotanya masing-masing. Semua pahlawan adalah orang berjasa (orang berjasa berlaku untuk semua pahlawan secara distributive)


Diponegoro adalah pahlawan (Diponegoro adalah anggota kelas pahlawan) Jadi : Diponegoro adalah orang berjasa (orang berjasa berlaku juga untuk Diponegoro) 2. Prinsip Distributif Negatip, Apa yang diingkari tentang sesuatu kelas secara distributive , juga diingkari pada tiap-tiap anggotanya masingmasing


Toyota itu bukan sedan bermesin disel(Term sedan bermesin disel diingkari tentang Toyota secara distributif) Mobil Adam itu adalah sebuah Toyota (Mobil Adam adalah anggota kelas Toyota) Jadi: Mobil Adam itu bukan sedan bermesin disel (sedan bermesin disel juga diingkari pada mobil Adam)


Asas-asas Penalaran 1. Asas Identitas, segala sesuatu itu identic dengan dirinya sendiri A = A 2. Asas Kontradiksi, tidak ada sesuatu yang sekaligus memiliki dan tidak memiliki sesuatu sifat tertentu, tidak mungkin A = B dan sekaligus A≠B 3. Asas Tiada Jalan Tengah, sesuatu itu pasti memiliki atau tidak memiliki sifat tertentu A = B atau A ≠B tidak ada kemungkinan lain


Sistim Civil Law Cara berpikir : Abstrak, konseptual,simetris Pembagian bidang hukum : Privat, Publik Pendekatan dalam penyelesaian masalah : Berangkat dari aturan Pola Penalaran : Sistemik --- Problematik Sumber Hukum Positif : terutama berupa peraturan perundang-undangan Karateristik Perundangan : Kodifikasi


Karakteristik Putusan Hakim: Tidak berlaku asas preseden yang mengikat Peranan pembentukan hokum : pembentuk undang-undang Profesi kehakiman: Hakim dididik dari lulusan universitas, menjadikan profesi hakim sebagai awal karir Peran Universitas : sangat besar dalam penciptaan doktrin


Common Law Cara berpikir : kongkret, kasusistik, pragmatis Pembagian bidang hukum : tidak mengenal privat dan public Pendekatan dalam penyelesaian masalah : berangkat dari problem kongkret yang disajikan di pengadilan, kebutuhan para pihak Pola penalaran : Problematik ---- Sistemik Sumber hokum positif: terutama putusan hakim


Karakteristik Perundang-undangan: disusun untuk merespon kebutuhan case law, oOleh karena itu materi peraturan perundangan biasanya difokuskan unuk pembentukan hokum acara Karakter putusan : berlaku asas preseden yang mengikat Peranan pembentukan hokum : Hakim melalui putusan kongkret


Profesi Kehakiman : Hakim diangkat dari profesi lhukum lain (terutama advocate) yang menjadikan profesi hakim sebagai puncak karir mereka Peran Universsitas: Universitas kurang berperan dalam menciptakan doktrin-doktrin hukum


Penalaran Hukum Konsep

- Difinisi - Deskripsi - Klasfikasi Proposisi

Penalaran - Deduksi

- Induksi


Penggunaan Logika Dalam Ilmu Hukum - Hakekat Hukum (the nature of laws) - Sumber Hukum (the sources of laws) - Jenis Hukum (the kinds of laws) Hakekat/pemaknaan hokum 1. Hukum sebagai asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal, serta norma-norma positif dalam system perundang-undangan suatu negara


2. Hukum sebagai putusan hakim in-concreto yang tersistematisasi sebagai jugde made law 3. Hukum sebagai pola-pola perilaku social yang terlembagakan, eksis sebagai variable social yang empiric, dan manifestasi makna-makna simbolik para pelaku social sebagai tampak dalam interaksi antar mereka


Langkah Penalaran Hukum 1. Mengidentifikasi fakta-fakta untuk menghasilkan suatu struktur (peta) kasus yang sungguh-sungguh diyakini oleh hakim sebagai kasus yang riil terjadi 2. Menghubungkan (mensubsumsi) struktur kasus tersebut dengan sumber-sumber hokum yang relevan, sehingga dapat menetapkan perbuatan hukum dalam peristilahan yuridis (legal term)


3. Menyeleksi sumber hokum dan aturan hokum yang relevan untuk kemudian mencari tahu kebijakan yang terkandung dalam aturan hokum itu, sehingga dihasilkan suatu struktur (peta) aturan yang koheren 4. Menghubungkan struktur aturan dengan struktur kasus 5. Mencari alternative-alternative penyelesaian yang mungkin


6. Menetapkan pilihan atas salah satu alternative untuk kemudian diformulasikan sebagai putusan akhir Sudikno Mertokusumo, seorang Sarjana Hukum, selayaknya menguasai kemapuan menyelesaikan perkara yurdik, dan yang harus dikuasai seorang penalar hokum adalah : The power of solving legal problems, terdiri :


1. Merumuskan masalah hukum (legal problem identification) 2. Memecahkannya (legal problem solving) 3. Mengambil keputusan (decision making) Langkah Pertama: Sengketa antara Ahmad dan Barnawi, Barnawi sebagai penyewa diusir Ahmad sebagai pemilik yang mendapat hak kepemilikan dari Carkim


Bagaimana kedudukan Barnawi sebagai penyewa? Barnawi menggugat Ahmad, hakim menempatkan kedua belah pihak sama (asas audi alteram partem), masing-masing pihak memberikan versinya masing-masing(gugatan, jawaban, replik, duplik) Hakim melakukan identifikasi setiap versi kasus,


Membuang keterangan-keterangan yang irrelevan, sehingga pada keyakinan posisi kasus yang sesungguhnya (struktur kasus/fakta) Dalam langkah pertama, digunakan logika induktif: Fakta menurut Carkim : Carkim menyerahkan rumahnya untuk ditempati Barnawi dengan imbalan sejumlah uang


Fakta menurut Barnawi : Barnawi menempati rumah Carkim dengan imbalan sejumlah uang Fakta diindentifikasi hakim: Carkim adalah pemilik rumah Barnawi adalah pihak yang menempati rumah Barnawi memberikan sejumlah uang kepada Carkim


Carkim menerma sejumlah uang dari Barnawi Identifikasi berikutnya : Fakta menurut Carkim: Carkim menyerahkan hak kepemilikan kepada Ahmad Fakta menurut Ahmad: Ahmad membayar sejumlah lunas sejumlah uang kepada Carkim


Fakta diidentifikasi hakim: Carkim adalah penjual rumah Ahmad adalah pembeli rumah Langkah Kedua : Hakim melakukan mengkualifikasikan dengan menerjemahkan kasus ke dalam peristilahan yuridis (disni merupakan titik krusial dalam penalaran hokum) karena fakta-fakta yang dikemukakan para pihak diformulasikan dalam


Kata-kata yang mungkin dimaknai secara berbeda menurut kacamata yuridis Hakim sebagai pengemban hokum telah dibekali tentang macam-macam kualifikasi perbuatan hokum. Tiap-tiap kualifikasi diberi peristilahan yuridis (legal term) melalui sumber-sumber hokum. (kualifikasi perbuatan hukum dlm hk perdata, pidana, administrasi Negara)


Pengkualifikasian mudah apabila kasus yang dihadapi strukturnya sederhana. Harus diperhatikan bila kasusnya strukturnya komplek (missal: menyangkut berbagai bidang hukum, sumber hukum yang diacu tidak memberikan rumusan yang ekplisit, bahkan tidak menyediakan aturan sama sekali), maka harus melakukan penemuan hukum


Sumber Hukum - Undang-undang - Traktaat - Perjanjian (kontrak) - Kebiasaan - Yurisprudensi - Doktrin Sumber Hukum lain, tapi jarang dikemukakan dalam buku teks


- asas-asas hukum - Autonomic legislation Hubungan fakta-fakta yang ditemukan dalam kasus kongkrit dengan sumber hukum: Struktur kasus : - Carkim adalah pemilik rumah - Barnawi adalah pihak yang menempati rumah - Barnawi memberikan sejumlah uang kepada Carkim


- Carkim menerima sejumlah uang dari Barnawi - Carkim adalah penjual rumah - Ahmad adalah pembeli rumah Kualifikasi hakim : - Carkim dan Barnawi terlibat hubungan sewa menyewa - Carkim dan Ahmad terlibat hubungan jual beli


Langkah Ketiga Disini yang dilakukan adalah menyeleksi sumber hukum dan aturan hukum yang relevan, untuk kemudian mencari tahu kebijakan yang terkandung dalam aturan hukum itu. Apabila sumber hukum yang sudah diseleksi ditemukan (maka perlu diperhatikan asas-asas berlakunya undang-undang) Hal ini dapat dipergunakan apabila terdapat kontradiksi antara berbagai peraturan perundangan


Harus diperhatikan juga sifat norma (perintah, larangan), menganalisis aturan (mencari kebijakan dalam aturan) Menurut Burght dan Wilkelman : 1. Dapat mengenali isi suatu aturan hukum/pembacaan teks dengan baik 2. Pengetahuan tentang pengertian yang digunakan dalam aturan hukum itu


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.