ARS - 2964
PERANCANGAN AKUSTIKA STUDI KASUS RUANG AUDITORIUM PADA HOTEL DI MALIOBORO ALVIN HANS SANTOSO 180117180 / B Dosen Pengampu : Prof. Ir. Prasasto Satwiko MBSc., Ph.D
TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN 5.2 SEMESTER GENAP T.A 2020/2021
Assisten Dosen Maria Dominika Krisna Adya Anindita
DAFTAR ISI PENDAHULUAN DESKRIPSI PROYEK GAMBARAN SINGKAT PROYEK LANDASAN TEORI PERTIMBANGAN DESAIN UMUM SKENARIO 1 PENGANTAR PROYEK KAPASITAS PROYEK ANALISIS AWAL DESAIN MATERIAL ANALISIS DESAIN ANALISIS RT-60, BR ANALISIS EDT VISUALISASI 1 VISUALISASI 2 VISUALISASI 3 VISUALISASI 4 SKENARIO 2 PENGANTAR PROYEK KAPASITAS PROYEK DESAIN MATERIAL ANALISIS DESAIN ANALISIS RT-60, BR ANALISIS EDT VISUALISASI 1 VISUALISASI 2 VISUALISASI 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PENDAHULUAN DESKRIPSI PROYEK NAMA GEDUNG Auditorium Multifungsi LOKASI Hotel IBIS pada Kawasan Malioboro, D.I.Yogyakarta LUASAN 116,00 m2 1 Auditorium 58,4 m2 Foyer
GAMBARAN SINGKAT TIPOLOGI BANGUNAN
LINGKUNGAN DAN TOPOGRAFI
Tipologi bangunan yang ada pada studi akustika kali ini adalah sebuah hotel berbintang 3 yang berada di Kawasan Jalan Malioboro dan memiliki Auditorium. Studi kasus kali ini fokus pada ruang auditorium yang mana pada ruangan ini membutuhkan sound treatment dan sebagainya karena fungsi dari ruang ini sebagai area konferensi, ruang pernikahan, dan area konser musik
Lokasi bangunan yang memiliki ruang auditorium ini terletak di Kawasan Malioboro, dimana letaknya berada persis di belakang Mall Malioboro. Hotel ini juga memiliki akses yang terhubung secara langsung dengan Mall Malioboro itu sendiri. Lokasi pastinya ada di pinggir jalan yang mana jalan tersebut memiliki tingkat mobilitas kendaraan dan pejalan kaki yang cukup tinggi Pada kasus kali ini, tingkat kebisingan menjadi point utama dalam studi kasus kali ini. Untuk ruang lain yang berada di dalam bangunan ini, fungsi ruang lain didominasi oleh kamar hotel sehingga auditorium tidak mendapat kebisingan dari ruang lain. Maka dari itu, auditorium yang baik harus dirancang sedemikian rupa agar tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu privasi pengguna kamar hotel.
464,00 m2 1 Auditorium 233,6 m2 Foyer JUMLAH LANTAI 7 Lantai - 5 Lantai keatas - 2 Lantai Basement KAPASITAS PROYEK 1000 Orang dihitung untuk 1 auditorium
FUNGSI Auditorium pada hotel ini memiliki fungsi yang beragam dan banyak digunakan sebagai area untuk mengadakan acara seperti acara konferensi, pesta, sebagai area panggung musik, dan sebagainya. Auditorium ini memiliki 4 ruangan yang terbuka dimana ruangan ini Kebisingan yang didapat dari lingkungan sekitar rata-rata berasal bisa menjadi 1 grand auditorium yang dapat menampung kapasitas dari suara kendaraan dan para pedestrian. Kebisingan juga tidak hingga 1000 orang atau pengguna didapat dari lingkungan jalan dan pedestrian saja, tapi juga didapat Aktivitas yang terjadi dalam auditorium multifungsi dalam konteks dari pesawat terbang yang melintasi bangunan tersebut. bunyi dan suara, yaitu • Percakapan dominan (seperti konferensi, pidato, dan Auditorium terletak pada lantai yang cukup tinggi pada bangunan sehingga suara dari pesawat yang melintas bisa saja mengganggu sebagainya) pengguna nantinya. • Suara Dominan Musik (konser musik) • Mix-used antara percakapan dan suara musik (pesta pernikahan, Hal ini disebabkan karena lokasi tapak cukup dekat dengan lokasi ulang tahun, dan sebagainya Bandara AdiSucipto dimana jarak tersebut hanya memakan waktu Dari skenario 1 yang sudah ditetapkan, Auditorium ini memiliki 4 ruangan yang terbuka dimana area ini nantinya difokuskan untuk area yang didominasi oleh sekitar 30 menit. Bandara AdiSucipto merupakan salah satu suara percakapan manusia atau digunakan sebagai fungsi speech seperti bandara yang cukup sibuk sehingga akan banyak penerbangan yang menyebabkan jadwal tingkat lalu lintas pesawat cukup padat pidato, ceramah, dan sebagainya
https://www.google.com/search?q=hotel+ibis+malioboro&tbm=isch&ved=2ahUKEwiF-Lrvq87wAhUi5nMBHRGDCnwQ2cCegQIABAA&oq=hotel+ibis+malioboro&gs_lcp=CgNpbWcQAzICCAAyAggAMgIIADIGCAAQBRAeMgYIABAIEB4yBAgAEBgyBAgAEBgyBAgAEBgyBAgAEBgyBA gAEBg6BAgjECc6BAgAEB5Qt3NYtn9g5YABaABwAHgAgAFliAG2BJIBAzkuMZgBAKABAaoBC2d3cy13aXotaW1nwAEB&sclient=img&ei=2CKhYIWsCaLMz7sPkY aq4Ac&bih=803&biw=1688&safe=strict&hl=id#imgrc=_dQ_hrhLGaBiuM&imgdii=0VP8xnXGjGjVOM
1
PENDAHULUAN GAMBARAN SINGKAT IKLIM MIKRO SUHU UDARA Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki suhu yang cukup tinggi. Suhu udara pada ruang luar yogyakarta berkisar antara 24 - 32 derajat celcius (data diambil dari dData BMKG Mei 2021). Pada data rata-rata suhu udara alami tersebut dikatakan bahwa auditorium berada pada lingkungan yang memiliki suhu udara yang relatif tinggi khususnya pada siang hari Tingginya suhu udara tersebut membutuhkan pertimbangan untuk menggunakan penghawaan tambahan berupa penghawaan buatan seperti AC central yang menjadi salah satu alternatif untuk memberi kenyamanan penghawaan dan thermal pada ruang dalam
KECEPATAN DAN ARAH ANGIN Pada data yang didapat, data kecepatan angin yang didapat berdasarkan data 7 dimulai dari tanggal 16 Mei 2021.
Tipe iklim "AM dan AW", curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin pada umumnya bertiup angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220° bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam
Arah angin dari arah Barat Daya memiliki kecepatan angin sebesar 0.8 m/s (dihitung secara rata-rata dari 7 hari yang didapat). Sedangkan arah angin dari Tenggara memiliki kecepatam 2.7 m/s yang disebabkan oleh tingginya curah hujan dan prakiraan cuara yang menunjukan pada hari tersebut akan ada hujan lebat.
KELEMBABAN
CURAH HUJAN Data diambil dari website geoportal Kabupaten Sleman, Curah hujan pada daerah Yogyakarta khususnya kabupaten sleman tergolong cukup tinggi. Data menampilkan informasi sebaran curah hujan tahunan (mm/tahun) yang bersumber dari Analisis Data Stasiun Hujan Tahun 2009-2018 (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Balai Sabo - PUSAIR, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi). Data diupdate terakhir Agustus 2020
Rentang kelembaban udara pada lokasi khususnya daerah Yogyakarta berkisar antara 80 - 90%. Data diupdate terakhir tahun 2019 (Data sementara).
http://geoportal.slemankab.go.id/layers/geonode:curahhujan_ar
Dari data yang didapat, a r e a Yo g y a k a r t a memiliki tingkat kelembaban yang cukup tinggi sehingga nantinya dapat berpengaruh pada kualitas penggunaan material yang dipakai untuk menghindari adanya tumbuh jamur yang berpotensi merusak permukaan bahan sound insulation nantinya
STRUKTUR PLAT LANTAI
KOLOM
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI
SNI 03-2847-2002 pasal 3.12 Beton merupakan campuran antara semen portland/semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Yang dimaksud agregat adalah material bangunan yang berjenis granular, di mana contoh agregat halus misalnya pasir dan contoh agregat kasar yaitu kerikil. Beton mempunyai karakteristik yang mendasar yakni kuat terhadap beban tekan namun lemah terhadap beban tarik.
https://jogjakota.bps.go.id/statictable/2019/03/04/14/rata-rata-suhu-dan-kelembaban-udara-menurut-bulan-di-kota-yogyakarta-2017.html http://www.bpkp.go.id/diy/konten/824/profil-kota-yogyakarta https://almaidahjsastakl17.wordpress.com/2018/10/05/beton-bertulang/
ATAP DAN LANGIT Langit-langit pada auditorium berbatasan langsung dengan atap bangunan. Hal menarik disini adalah terdapat lantai yang berfungsi sebagai kamar hotel diatasnya. Antara langit dan plat lantai ruang terdapat celah yang cukup lebar. Bahan yang digunakan pada ceiling adalah gypsum yang memiliki sifat akustika yang baik. Sedangkan untuk area panggung dibuat bentuk sejajar dengan lantai namun menggunakan materal kayu sebagai reflector bunyi ke arah audiens
DINDING
LANTAI
BUKAAN JENDELA
BUKAAN PINTU
Dinding yang digunakan adalah dinding pasangan batu bata d e n g a n p l e ste r AC L d a n finishing cat untuk eksterior. Pada interior diberi lapisan bahan yang dapat menyerap dan memantulkan bunyi sehingga dapat mengurangi cacat akustik (gema)
Lantai yang digunakan pada ruang auditorium ini adalah lantai marmer khususnya pada area audiens yang ditutupi bahan insulasi berupa karpet pada jalur sirkulasi menuju panggung. Tujuan menggunakan marmer karena koefisien daya serap yang rendah sehingga dapat memantulkan bunyi. Pada panggung menggunakan lantai parquet yang dikenal dapat meredam bunyi walau sedikit
Pa d a r u a n g a u d i to r i u m i n i memiliki jendela pada sisi utara ruang yang menghadap ke area f oye r a u d i t o r i u m . J e n d e l a merupakan salah satu bukaan yang berpotensi memberi efek bising karena sifatnya yang semi terbuka khususnya di sambungan antara dinding dan jendela yang memiliki celah kecil. Perlu ada material yang dapat menginsulasi bunyi pada area tersebut
Pintu beada di sisi utara ruang yang memiiliki double door atau menggunakan daun pintu ganda. Material yang digunakan adalah material kayu
2
PENDAHULUAN LANDASAN TEORI AUDITORIUM KBBI
AKUSTIKA
auditorium /au·di·to·ri·um/ n bangunan atau ruangan besar yang digunakan untuk mengadakan pertemuan umum, pertunjukan, dan sebagainya
ENSIKLOPEDIA Audiens (Penonton, Penikmat) Auditorium
Dapat Diartikan
Rium (Tempat)
T e m p a t berkumpulnya para penonton dan penikmat dalam 1 a r e a u n t u k menyaksikan suatu pertunjukan tertentu
Merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi (Buku Fisika Bangunan, Prasasto Satwiko 2009) Akustik adalah ilmu interdisipliner yang berkaitan dengan studi tentang gelombang mekanik dalam gas, cairan, dan padatan termasuk getaran, suara, ultrasonik, dan infrasonik Dibagi menjadi 2 macam akustika Akustika Ruang (Room Accoustics) Menangani bunyi yang dikehendaki
AKUSTIKA KEBISINGAN Adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu Setiap ruang memiliki tingkat kebisingan yang berbeda. Maka dari itu dalam proses perancangan perlu memperhatkan kriteria kebisingan sehingga pengguna dapat merasa nyaman dan produktif dalam melaukan aktivitasnya Kriteria kebisingan (Noise Criterion) disebut juga sebagai tingkat kebisingan dengan standar yang sudah ditetapkan sebagai syarat untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya
Kontrol Kebisingan (Noise Control) Menangani masalah bunyi yang tidak dikehendaki
AUDITORIUM Berdasarkan jenis aktivitas yang berlangsung pada area ruang dalamnya, auditorium dapat dibedakan menjadi beberapa fungsi sebagai berikut
SPEECH AUDITORIUM
Pada standar yang sudah ditetapkan, Auditorium memiliki standar kebisingan 25-35 dBA. Kriteria te r s e b u t te r m a s u k d a l a m k r i te r i a ya n g membutuhkan peredaman suara sehingga butuh sound treatment untuk mendekati standart yang sudah disediakan
Merupakan auditorium yang fungsinya hanya berfokus pada fungsi percakapan manusia (konferensi, pidato, kuliah, raapat, pertemuan, dan sebagainya)
MUSIC AUDITORIUM Merupakan auditorium yang fungsinya hanya berfokus pada aktivitas yang didominasi oleh suara musik (konser, teater, seni tari, dan lainnya)
MULTIFUNCTION AUDITORIUM Merupakan auditorium yang bisa dikatakan multifungsi karena auditorium ini memiliki sifat yang universal dan tidak ada spesialisasi untuk kegiatan fungsi speech ataupun musik
ARAH PEMANTULAN Ada berbagai pertimbangan permukaan pemantulan suara pada plafon dalam melakukan kegiatan perancangan ruang yang membutuhkan treatment pada aspek akustika Permukaan Efek Pemantulan Cembung Paling Baik Datar Baik Cekung Buruk Kesimpulannya adalah, Arah pemantulan yang memiliki permukaan CEMBUNG memiliki sifat memantulkan bunyi yang lebih baik dibanding yang DATAR dan CEKUNG Buku Fisika Bangunan, Prasasto Satwiko Buku Akustika Arsitektur, Prasasto Satwiko, 2019
BUNYI Dalam fisika, bunyi atau suara adalah adalah getaran yang merambat sebagai gelombang akustik, melalui media transmisi seperti gas, cairan atau padat. Dalam fisiologi dan psikologi manusia, suara adalah penerimaan gelombang dan persepsi mereka oleh otak. Hanya gelombang akustik yang memiliki frekuensi antara 20 Hz dan 20 kHz, rentang frekuensi audio, yang menimbulkan persepsi pendengaran pada manusia. Di udara pada tekanan atmosfer, ini mewakili gelombang suara dengan panjang gelombang 17 meter (56 kaki) hingga 1,7 sentimeter (0,67 in). Gelombang suara di atas 20 kHz dikenal sebagai USG dan tidak terdengar oleh manusia. Gelombang suara di bawah 20 Hz dikenal sebagai infrasonik. Spesies hewan yang berbeda memiliki rentang pendengaran yang bervariasi.
Transmission Loss (TL) merupakan kemampuan bahan konstruksi yang dapat mengurangi terjadinya transmisi dan rambatan gelombang suara ke balik konstruksi yang disebabkan oleh suara yang diserap bahan tersebut dan dapat diukur dengan satuan dB Nilai TL bergantung pada frekuensi suara yang ada dan digunakan pada proses perancangan akustika tahap sound insulation
REVERBRATION TIME
Waktu dengung merupakan waktu yang diperlukan bunyi untuk berkurang 60 dB. Perhitungan dihitung dalam satuan detik. Suatu ruangan dikatakan mati jika memiliki waktu dengung yang terlalu pendek. Sebaliknya akan memberi suasana yang lebih hidup jika memiliki waktu dengung yang panjang. Wa k t u d e n g u n g d i t e n t u k a n berdasarkan jenis kegiatan yang berlangsung
3
PENDAHULUAN PERTIMBANGAN DESAIN UMUM IDENTIFIKASI PELETAKAN RUANG
AIR-BORNE NOISE
Bangunan yang digunakan untuk studi kasus kali ini adalah Untuk skenario kedua menggunakan ruangan yang sudah ditandai bangunan yang memiliki tipologi hotel yang berlokasi di kawasan pada gambar. Terdapat 4 modul ruangan yang nantinya akan dibagi Jl. Malioboro menjadi 2 fungsi. 3 diantaranya menjadi area ballroom yang nantinya dapat menyatu sehingga menjadi Grand Ballroom, lalu 1 Ruangan yang digunakan memiliki total keseluruhan 14.5 meter * 32 ruangan tersendiri akan dijadikan sebagai area konferensi yang meter juga bisa digunakan sebagai multifunction hall
Air-Borne Noise adalah bentuk suara yang dapat merambat melalui udara namun memiliki partikel yang tidak cukup kuat untuk memberi efek getaran pada struktur bangunan yang ada. Air-Borne Noise dapat menembus partikel material yang menjadi penghalangnya. Penanganan akustika pada skenario yang dipilih juga memiliki air-borne yang berpotensi mengganggu ruang sekitar
Untuk skenario pertama menggunakan 4 ruangan yang sudah ditandai pada gambar. Ruangan tersebut memiliki fungsi sebagai auditorium multifungsi yang memiliki fungsi yang dapat mendukung kegiatan speech dan musik. Kapasitas yang disediakan pada produk mencapai 1000 orang
SKENARIO 1
SKENARIO 2
Kebisingan yang dihasilkan oleh ruang di sekitar auditorium serba guna (roof garden & area service) adalah 70 dBA (area rekreasi), sedangkan kebisingan yang diperbolehkan pada ruang auditorium adalah 25 - 35 dBA. Antara keadaan sekitar dengan standar memiliki perbedaan angka yang cukup jauh sehingga perlu adanya penanganan akustika agar tingkat kebisingan yang dihasilkan dari proses Air- borne noise dari luar auditorium bisa teredam dan tidak menyebabkan cacat akustik pada ruang dalam multifunction auditorium nantinya
Kebisingan yang dihasilkan oleh ruang di sekitar auditorium serba guna (roof garden & area service) adalah 70 dBA (area rekreasi), sedangkan kebisingan yang diperbolehkan pada ruang auditorium adalah 25 - 35 dBA. Kebisinan yang dihasilkan oleh ruang rapat bergisar 40 - 45 dBA yang mana artinya kedua ruangan memiliki jarak yang cukup jauh antara kondisi yang ada dengan standart yang ada sehingga perlu adanya sound proofing sehingga kebisingan yang dihasilkan bisa teredam dan tidak menyebabkan cacat akustik pada ruang multifunction auditorium nantinya
Keterangan • Skenario 1 merupakan 4 ruang multifungsi • Skenario 2 merupakan 3 ruangan yang bisa menjadi 1 (grand ballroom) dan 1 ruang rapat
Hal yang unik terdapat pada skenario kedua yang mana akan dibagi menjadi 2 fungsi. Area hijau nanti akan digunaakan sebagai STRUCTURE-BORNE NOISE area pesta yang bisa digabung menjadi 1 ballrom yang sangat besar Structure-Borne Noise adalah bentuk suara yang dapat merambat melalui sehingga perlu ada sekat yang memiliki sifat operable atau partisi medium solid (struktur bangunan). Penanganan akustika pada skenario yang semi permanent dipilih juga memiliki Structure-Borne yang berpotensi mengganggu ruang sekitar
Dilihat dari denah yang disediakan, ruang multifunction auditorium ini memiliki posisi yang dekat dengan roof garden pada sisi timur, dan pada sisi barat ruangan juga terdapat prefunction room, storage, area service, dan gudang. Potensi kebisingan yang ditimbulkan akan memberikan efek cacat akustika pada area multifunction auditorium ini khususnya pada sisi barat - barat daya ruangan (area tersebut berisi ruang service). Pada area roof garden juga akan menimbulkan kebisingan karena roof garden ini nantinya akan banyak aktivitas dan kegiatan yang memiliki sifat hiburan
Dilihat dari sisi potongan, Letak area meeting berada di lantai 4 dengan banyak void di bawah ruangan. Pada area tersebut terdapat atrium dan lobby serta promotion area yang nantinya akan mengeluarkan suara yang cukup bising. Penanganan akustika yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya agar bunyi yang dihasilkan dari multifunction auditorium tidak mengganggu ruang yang ada di bawahnya, dan sebaliknya
Buku Akustika Arsitektur, Prasasto Satwiko, 2019
SKENARIO 1
SKENARIO 2
Structure-Bore Noise pada skenario 1 ini bisa terjadi karena ruang ini dekat dengan area AC outdoor yang terdapat persis di sebelah ruang auditorium dan strukturnya menyatu dengan struktur auditorium t e r s e b u t . Ke b i s i n g a n ya n g t e r j a d i memungkinkan adanya getaran dari alat. Fenomena ini dapat diatasi dengan cara memberikan suatu peredam getaran sehingga kegiatan yang ada di ruang tersebut tidak mengganggu fungsi multifunction auditorium ini
Pada skenario ke 2, Structure-Bore Noise juga terjadi pada 3 ruang auditorium yang bisa tergabung menjadi 1 ruangan yang sangat besar yang mana ruangan tersebut juga berdempetan dengan ruang konferensi dan area ac outdoor. Solusi dari fenomena ini adalah dengan memberi peredam getaran berupa damper pada sisi yang saling berdempetan sehingga ruang rapat, ruang auditorium, dan ruang ac outdoor dapat digunakan secara optimal sekalipun digunakan dalam 1 waktu yang sama
Keterangan • Skenario 1 merupakan 4 ruang multifungsi • Skenario 2 merupakan 3 ruangan yang bisa menjadi 1 (grand ballroom) dan 1 ruang rapat
4
ARS - 2964
PERANCANGAN AKUSTIKA SKENARIO 1
SOUND PROOFING SKENARIO 1
FUNGSI RUANG
Pada skenario 1, ruangan ini memiliki fungsi sebagai ruangan auditorium multifungsi yang mana nantinya auditorium ini dapat menampung fungsi yang dominan menggunakan suara percakapan (speech), dominan suara musik, dan mix used yang mana dapat menampung fungsi dominan musik dan percakapan dalam 1 waktu
STANDART KEBISINGAN 25 - 35 dBA
STANDART KEBISINGAN AUDITORIUM
Standart didapat dari data yang sudah ada pada buku Akustika Arsitektural karya Prasasto Satwiko, 2019
SUMBER KEBISINGAN HORIZONTAL SUMBER KEBISINGAN VERTIKAL Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA) Air-Borne Noise Structure-Borne Noise Kebisingan Roof Garden • Aktivitas (60 - 70 dBA) • Vegetasi (40 - 45 dBA)
Dilihat dari tampak denah secara Vertikal, ruang yang akan digunakan sebagai studi akustika berada di lantai 4. Lantai bawahnya memiliki fungsi sebagai kamar hotel dan void yang menerus menuju area atrium, lobby, dan promotion area.
BA
TAMPAK UTARA - SELATAN
Lantai atas atrium memiliki fungsi sebagai kamar hotel yang dapat memberi efek kebisingan dari suara perabot yang ada di dalam kamar, dan berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam kamar. Selain itu kebisingan juga dapat bersumber dari ruangan AC Outdoor
70 80
70 75
d
d BA
Pada bangunan ini diberi void yang menerus sampai lantai paling bawah sehingga akan memberi efek kebisingan berupa gema dari suara aktivitas yang ada.
Kebisingan Area Service • Aktivitas (74 dBA)
Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA) Air-Borne Noise Structure-Borne Noise Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Structure-Borne Noise
Kebisingan Area Service • Toilet (70 - 75 dBA)
Dilihat dari tampak denah secara horizontal, dilihat auditorium ini menggunakan ruang transisi atau pre-function room sebagai area transit sehingga ruang auditorium ini tidak berhadapan langsung dengan area roof garden dan pool deck dimana area tersebut merupakan area untuk hiburan (Fasilitas umum).
Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA) Air-Borne Noise Structure-Borne Noise
TAMPAK TIMUR - BARAT
STC - 55 STC - 60
Di sisi selatan, auditorium langsung berhadapan dengan area gudang untuk menyimpan alat dan area AC outdoor yang mana difungsikan sebagai area service
STANDART STC UNTUK AUDITORIUM
Standart STC yang digunakan untuk membuat suatu auditorium multifungsi adalah memiliki STC-55 sampai 60 dimana pada kriteria tersebut insulasi bunyi superior dengan hampir semua bunyi tidak terdengar (Akustika Arsitektural, Prasasto Satwiko 2019)
Material yang bisa digunakan s e s u a i d e n g a n STC ya n g ditetapkan adalah sebagai berikut
Pada sisi timur, kebisingan bersumber dari area service seperti toilet yang mana memiliki fungsi sanitasi drainase dan area tersebut akan sering digunakan oleh para pengguna nantinya. Kesimpulan yang didapat darisini adalah adanya kebisingan yang berlebihan akan dapat mengganggu fungsi dari multifunction auditorium ini. Lokasi yang cukup diapit oleh sumber kebisingan menjadikan ruangan ini membutuhkan perancangan akustika yang perlu diperhatikan
MATERIAL YANG DIGUNAKAN
Struktur concrete pada bangunan memiliki STC 53 sehingga tidak perlu menambah insulasi lagi Untuk insulasi dinding menggunakan Penambahan insulasi bertujuan Berikut adalah diagram STC yang sudah material pada gambar. Penggunaan u n t u k m e n c a p a i s t a n d a r ditetapkan untuk memudahkan penetapan bata merah (bahan bawaan) memiliki kebisingan pada auditorium fungsi untuk bahan insulasi juga (STC insulasi pada ruangan
Buku Akustika Arsitektur, Prasasto Satwiko, 2019 https://www.overclockers.co.uk/forums/threads/resilient-wall-soundproof-wall-advice.18757399/ https://continuingeducation.bnpmedia.com/courses/reef-industries/noise-control-and-isolation-for-multifamilymixed-use-construction/5/
40)
5
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1
SUMBER SUARA
SPESIFIKASI LOUDSPEAKER
SURFACE MOUNT SPEAKER (VSX-8)
• •
• •
• •
CEILING SPEAKER (NS-IC800)
Sumber : Mehta, 1999:238
PERHITUNGAN VOLUME RUANGAN Ruangan memiliki bentuk persegi panjang sehingga untuk mencari volume perlu mengetahui besaran panjang lebar, dan tinggi ruangan
2.00 5.00 m³
MAX
ROOM FOR SPEECH
80 (2.3)
110 (3.1)
150 (4.3)
CONCERT HALLS
220 (6.2)
275 (7.8)
380 (10.8)
OPERA HOUSE
160 (4.5)
200 (5.7)
260 (7.4)
CHURCHES
180 (5.1)
255 (7.2)
320 (9.1)
• • • • • •
MULTIFUNCTION AUDITORIUM
180 (5.1)
250 (7.1)
300 (8.5)
• •
THEATERS
100 (2.6)
125 (3.5)
180 (5.1)
https://akustika.co.id/desain-auditorium/
VOLUME RUANGAN AUDITORIUM
VOLUME PENGGUNA
Panjang * Lebar * Tinggi = 14.5 m * 32 m * 9 m = 4176 m³
500 PENGGUNA * 1 m³ = 500 m³
VOLUME RUANGAN VOLUME PENGGUNA
https://usa.yamaha.com/products/audio_visual/speaker_systems/ns-ic800/specs.html https://www.fullcompass.com/prod/244816-yamaha-vxs8-8-2-way-surface-mount-speakers-70v-black-pair https://akustika.co.id/desain-auditorium/
=
4176 500
=
SUBWOOFER (VXS-10ST) Type : Subwoofer, Bass reflex Component : 10" (25 cm) Cone driver, Dual voice coil Nominal Impedance : 8 ohm + 8ohm Sensitivity (1W, 1m) : 96 dB SPL Frequency Range (-10 dB) : 45 Hz - 250 kHz Subwoofer filter : Network: Low-pass filter 6 dB/Oct, 200 Hz, Acoustic filter: Low-pass filter 6 dB/Oct, 200 Hz, Satellite filter : Network: High-pass filter 6 dB/Oct, 200 Hz Satellite impedance : 8 : load per satellite output recommended *
8.352
PANGGUNG
Volume per tempat duduk audience (untuk ruang kelas, ruang kuliah, dan theater)
0.55 0.7 m²
MID
14.50
Luas area per tempat duduk audience
MIN
7.25
Kepadatan tempat duduk memiliki rata-rata luasan 0.6 m² sampai dengan 0.8 m². Perencanaan denah dan bentuk ruang pada studi kasus kali ini membutuhkan perhitungan volume. Perhitungan tersebut harus disesuaikan standart yang ada.
JENIS AUDITORIUM
KURSI
0
KAPASITAS PENGGUNA
: 14.5 meter : 32 meter : 9 meter
KURSI
PANJANG LEBAR TINGGI
Sensitivity (1W, 1m) : 91 dB SPL Maximum SPL (Calculated, 1m) : 117 dB SPL Frequency Range (-10 dB) : 51 Hz - 20 kHz Connector : Euroblock (4 pin) x 1 (input: +/-, loopthru: +/-) Transformer Taps (70 V) : 60 W, 30 W, 15 W, 7.5 W Converage Angle (500 Hz - 4kHz on average) : 100 H * 100 V
6
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1
ANALISIS DINDING
STAGE AREA
ANALISIS PLAFOND
Pada dinding di bagian ini merupakan area dimana nantinya dapat memantulkan bunyi secara optimal ke area audiens dengan cara memberi permukaan yang miring agar pantulan suara bisa dipantulkan secara merata ke seluruh area audience
STAGE AREA
Bunyi pantul pada daerah ini merupakan bunyi pantul pertama yang cukup berguna untuk audiens nantinya karena Plafond yang ada disini merupakan plafond default dimana plafond tersebut memiliki akan memantulkan bunyi secara tidak ketinggian 9 meter dari lantai. Namun dengan ketinggian tersebut, penggunaan plafon menjadi tidak berguna dan hanya sekedar memantulkan bunyi namun tidak merata. langsung dari sumber
Maka dari itu perlu diberi plafond tambahan untuk mengurangi efek cacat akustik yang Area ini merupakan area belakang ada
dimana area ini bisa memberi pantulan bunyi kembali ke arah audience sehingga dapat menimbulkan cacat akustik Pada area pantulan keseluruhan, peletakan speaker utama ada sehingga perlu diberi material absorber pada tengah merupakan salah satu cara untuk menjadikan
ANALISIS PANTULAN KESELURUHAN
KEBUTUHAN SPEAKER
Pemerataan suara pada ruangan ini juga menjadi salah satu tolak ukur untuk mengukur tingkat baik buruknya akustika dalam suatu ruangan. Metode simulasi pemerataan suara beserta spesifikasi sound amplification menggunakan software CISSCA 3.0
suara menjadi lebih central dengan letak yang ada di tengah. Suara yang dihasilkan mampu terpantul ke seluruh daerah, namun semakin jauh reseptor maka akan semakin kecil juga bunyi yang terdengar. Maka dari itu dibutuhkan speaker pendukung berupa ceiling speaker dan mount speaker pada sisi yang diberi tanda warna merah
STAGE AREA
SURFACE MOUNT SPEAKER (VSX-8) • • • • • •
Jumlah speaker yang digunakan • 1 subwoofer • 31 ceiling speaker • 10 mount loudspeaker di sebelah kanan dan kiri • 1 mount speaker sebagai speaker utama
Sensitivity (1W, 1m) : 91 dB SPL Maximum SPL (Calculated, 1m) : 117 dB SPL Frequency Range (-10 dB) : 51 Hz - 20 kHz Connector : Euroblock (4 pin) x 1 (input: +/-, loop-thru: +/-) Transformer Taps (70 V) : 60 W, 30 W, 15 W, 7.5 W Converage Angle (500 Hz - 4kHz on average) : 100 H * 100 V
7
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1
IDE DESAIN
SOUND DIFUSER
DETAIL
Pemberian sound difuser pada plafond untuk mencegah adanya pantulan bunyi yang berlebihan sehingga diberi fungsi difus pada bagian tersebut untuk mengantisipasi adanya cacat akustik SOUND DIFUSER
SOUND ABSORBER DINDING MIRING
SOUND ABSORBER Pemberian sound absorber pada bagian belakang dimana merupakan area yang rawan menimbulkan echo dengan tujuan untuk menghindari adanya bunyi pantul yang tidak dikehendaki
DINDING MIRING Pemberian permukaan dinding yang miring memiliki fungsi sebagai wadah untuk memantulkan bunyi agar bunyi bisa dipantulkan ke segala arah secara merata
BASSTRAP WALLPAPER
POTONGAN SKEMATIK
Ide desain yang ditawarkan kali ini melihat permasalahan akustika yang ada. Permasalahan akustika pada ruangan sebelumnya ada pada proses pemantulan suara yang tidak merata sehingga perlu pemberian permukaan miring untuk memantulkan suara
INSULATION DOOR Pemberian pintu insulasi yang memiliki fungsi untuk meredam suara dari dalam ke area luar. Selain itu juga pintu ini memiliki fungsi untuk menyempurnakan tingkat akustika pada area indoor auditorium
INSULATION DOOR FLOOR MAT CARPET
PERSPEKTIF DETAIL
FLOOR MAT CARPET Flooring yang dipilih pada auditorium kali ini menggunakan jenis lantai carpet yang mana jenis lantai ini sangat baik untuk meredam suara langsung atau direct sound yang berasal dari sumber suara itu sendiri
DENAH TAMPAK
VISUALISASI SKEMATIK TAMPAK KANAN
SKEMATIK TAMPAK KIRI
SKEMATIK TAMPAK DEPAN
SKEMATIK TAMPAK BELAKANG
DENAH AUDITORIUM
8
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1
MATERIAL Material memiliki peranan penting dalam merancang ruangan yang membutuhkan akustika yang ideal. Perancangan akustika didasarkan pada material, analisis, dan cara pemasangan terhadap satuan koefisien material. Literasi ini banyak diambil dari buku Akustika Arsitektur karya Prasasto Satwiko, 2019 dimana pada buku tersebut banyak dijelaskan tahap-tahap perancangan ruangan akustika. Tipologi kali ini merupakan ruangan auditorium yang memiliki luasan kurang lebih 450 meter persegi yang mana merupakan salah satu ruangan yang cukup besar. Untuk menghindari adanya flutter echo yang nantinya menyebabkan cacat akustik, maka dibutuhkan pemilihan material yang tepat untuk dinding, lantai, plafond, dan sebagainya. Selain itu pemberian sound difuser juga merupakan salah satu cara untuk meencegah terjadinya flutter echo pada ruangan auditorium SOUND DIFFUSER MATERIAL
WALL MATERIAL (STAGE, LEFT-RIGHT SIDE)
CEILING MATERIAL
WALL MATERIAL (AUDIENCE AREA)
FLOOR MATERIAL
SOUND-REFLECTING WALL
BASSTRAP MATERIAL (WALL)
Standart koefisien material didapat dari beberapa literatur berupa jurnal tentang koefisien material akustika dan www.alohacoustic.com untuk memastikan koefisien material yang akan digunakan untuk r u a n g a n n a n t i n ya . P e m i l i h a n m a t e r i a l berdasarkan fungsi. Sebagai absorber, untuk memantulakn, atau sebagai sound difuser
9
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1
ANALISIS DINDING
ANALISIS PLAFOND
Permainan dinding dengan memberi lekukan yang sedikit miring (sekitar 5 sampai 10 derajat) memiliki fungsi untuk memantulkan bunyi secara menyeluruh sehingga audience nantinya mendapatkan suara yang sama bagusnya dan sama kuatnya dimanapun para audience berada. Permainan dinding ini juga tidak hanya sebagai fungsi untuk memantulkan bunyi saja namun juga memiliki fungsi estetika sehingga dengan demikian selain memperbaiki akustika yang ada untuk ruangan tersebut juga memberi kesan elegant pada ruangan itu tersendiri DIRECT SOUND
PANTULAN 1
PANTULAN 2
0.00 ms
10.70 ms
29.70 ms
0.00 ms
10.40 ms
30.01 ms
0.00 ms
07.08 ms
23.90 ms
Direct sound memiliki nilai 0.00 ms karena belum memiliki Delay Time atau waktu dengung dan masih merupakan suara langsung dari sumber tanpa melalui pantulan apapun. Keterangan bunyi pantul pertama yang ada pada hasil analisis masih dibawah ketetapan maksimal yang mana Delay Time yang ditujukan untuk area penonton adalah 20 ms dan masih bisa ditoleransi sampai 30 ms. Pada keterangan yang didapat, Auditorium memiliki akustika yang cukup baik untuk bagian dinding Analisis pertama memiliki waktu dengung sebesar 0.7 sampai 10.70 ms sehingga bisa dikatakan masih dapat ditoleransi atau akustika masih dalam keadaan baik. Namun pada pantulan kedua, waktu dengung yang didapat adalah berkisar di angka 23.90 sampai ke angka 30,01 dimana sudah mulai mendekati ambang batas standart yang ditetapkan oleh suatu auditorium multifungsi. Maka dari itu untuk mengantisipasi waktu dengung yang terlalu panjang diberikan sound absorber pada dinding bagian yang diberi tanda warna kuning
AUDIENCE
STAGE
Plafond yang ada disini merupakan hasil perubahan dari analisis sound reflector pada area plafond. Permainan permukaan plafond yang mana menggunakan ketinggian yang sama namun hanya ada permainan elevasi sedikit dengan motif berundak memberikan pantulan bunyi yang merata ke seluruh area audience. Plafond tersebut memiliki ketinggian 9 meter dari lantai. Dengan adanya permainan elevasi pada area balkon ketinggian tersebut tidak menjadi masalah namun menjadi salah satu sarana untuk memantulkan direct noice secara menyeluruh
AUDIENCE
STAGE
REFLECTION SOUND 1
REFLECTION SOUND 2
9.60 ms
13.0 ms
11.0 ms
14.5 ms
12.4 ms
15.8 ms
13.9 ms
17.0 ms
Keterangan bunyi pantul pertama yang ada pada hasil analisis masih dibawah ketetapan maksimal yang mana Delay Time yang ditujukan untuk area penonton adalah 20 ms dan masih bisa ditoleransi sampai 30 ms. Pada keterangan yang didapat, Auditorium memiliki akustika yang cukup baik untuk bagian plafondnya
10
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1 (RT - 60)
Pada analisis kali ini, perlu dilakukan peningkatan kualitas akustika pada desain agar akustika pada ruangan dirancang tidak mengalami cacat akustik yang major atau yang cukup berdampak untuk digunakan nantinya
WARMTH & BRILLIANCE Warmth diukur dari BR (Bass Ratio)
BR =
HASIL BACA GRAFIK
BR =
Menurut RT-60, ruangan yang sudah di desain kali ini bisa dikatakan cukup atau memenuhi standart untuk kebisingan mulai dari 60 Hz sampai 10.000 Hz. Dengan demikian untuk mendukung fungsi speech keras sampai ke music keras bisa dikatakan sudah cukup memadai.
BR =
Pembacaan diagram menggunakan garis berwarna hijau yaitu dengan garis Millington-Sette yang mana disarankan dari software ecotect menggunakan grafik tersebut untuk membaca koefisien material apakah sudah memenuhi standart untuk kebutuhan serap dan pantulnya. Jika membaca dari grafik, untuk 60 Hz sampai 10.000 Hz, kebutuhan akustika sudah tercukupi baik untuk kebutuhan speech maupun untuk kebutuhan music sehingga bisa dikatakan ideal untuk sebuah ruangan auditorium yang multifungsi (speech dan music)
(RT125 + RT250) (RT500 + Rt1000) (1.63 + 1.26) (1.46 + 1.38)
2.89 2.84 BR = 1.02
Untuk Bass Ratio, sudah mendekati standart walaupun masih dibawah standart optimal dari BR itu sendiri (Optimal BR = 1.1)
Brilliance diukur dengan Early Decay Time (EDT2000) 200 = 0.48 = (EDT500 + EDT 1000) (200 + 220) (EDT4000) 195 = 0.46 = (EDT500 + EDT 1000) (200 + 220)
Untuk standart Brilliance masih dibawah standart menurut perhitungan dimana standartnya sebagai berikut
11
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 1 (EDT) EDT FREKUENSI 63 HZ
EDT FREKUENSI 500 HZ
EDT FREKUENSI 4000 HZ
EDT FREKUENSI 125 HZ
EDT FREKUENSI 1000 HZ
EDT FREKUENSI 8000 HZ
EDT FREKUENSI 250 HZ
EDT FREKUENSI 2000 HZ
EDT FREKUENSI 16000 HZ
PENJELASAN SINGKAT
HASIL ANALISIS
Grafik EDT adalah grafik yang menunjukan perbandingan antara Early Decay Time dengan Reverbration Time pada suatu ruangan yang membutuhkan penanganan khusus untuk akustikanya. Akustika kali ini memiliki studi kasus pada ruangan ballroom yang memiliki fungsi sebagai speech sekaligus sebagai fungsi music. Artinya ruangan ini multifungsi sehingga penanganan akustika harus bisa memadai mulai dari frekuensi rendah sampai ke frekuensi yang tinggi.
Kriteria grafik yang bagus adalah Garis EDT (biru) harus lebih curam dibanding garis RT (merah) atau Memiliki garis yang sejajar. Dari simulasi terhadap semua frekuensi, bisa dikatakan bahwa ruangan ini sudah cukup memadai untuk frekuensi rendah sampai tinggi. Artinya untuk awal ruangan ini sudah sangat baik penanganan akustikanya. Kemudian untuk kriteria selanjutnya adalah kedua garis saling berpotongan sehingga menciptakan titik potong diantara garis EDT dan garis RT.
Pada hasil simulasi pada semua frekuensi (63 - 16000 Hz) bisa dikatakan bahwa semua simulasi memiliki titik potong yang mirip dan menyerupai yaitu ada di bagian depan grafik dimana akustika sudah sangat baik untuk frekuensi rendah maupun tinggi. Dengan demikian pemilihan material, simulasi, dan analisis sudah sesuai dengan pemilihan yang dibutuhkan untuk kebutuhan akustika ruangan itu sendiri Pada grafik perbandingan nilai Early Decay Time (EDT) dan Reverbration Time (RT) terlihat bahwa suara yang dihasilkan oleh EDT lebih cepat menghilang dibanding dengan suara dari RT itu sendiri. Dalam hal ini bisa diartikan bahwa ruangan tersebut memiliki tingkat clarity (tingkat kejelasan) dan liveness (suara yang hidup) yang baik. Hal ini disebabkan karena komposisi material dan perbandingan antara material absorb, difuse, dan pantul yang sudah diperhitungkan secara matang
12
VISUALISASI
13
VISUALISASI
14 12
VISUALISASI
15 12
VISUALISASI
16 12
ARS - 2964
PERANCANGAN AKUSTIKA SKENARIO 2
SOUND PROOFING SKENARIO 2
FUNGSI RUANG
Pada skenario 2, ruangan ini dibagi menjadi 2 fungsi yang mana 3 modul ruangan memiliki fungsi auditorium yang mana ketiga modul tersebut dapat menjadi 1 ruangan yang besar. Area ini memiliki fungsi mix-used Auditorium yang mana dapat menampung fungsi speech dan musik secara bersamaan. Lalu ada 1 ruang yang bisa digunakan sebagai area konferensi yang memiliki fungsi speech
STANDART KEBISINGAN 25 - 35 dBA
STANDART KEBISINGAN AUDITORIUM
40 - 45 dBA
STANDART KEBISINGAN RUANG KONFERENSI
Standart didapat dari data yang sudah ada pada buku Akustika Arsitektural karya Prasasto Satwiko, 2019
SUMBER KEBISINGAN HORIZONTAL SUMBER KEBISINGAN VERTIKAL Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA)
Kebisingan Roof Garden • Aktivitas (60 - 70 dBA) • Vegetasi (40 - 45 dBA)
Dilihat dari tampak denah secara Vertikal, ruang yang akan digunakan sebagai studi akustika berada di lantai 4. Lantai bawahnya memiliki fungsi sebagai kamar hotel dan void yang menerus menuju area atrium, lobby, dan promotion area. Pada bangunan ini diberi void yang menerus sampai lantai paling bawah sehingga akan memberi efek kebisingan berupa gema dari suara aktivitas yang ada.
BA
Lantai atas atrium memiliki fungsi sebagai kamar hotel yang dapat memberi efek kebisingan dari suara perabot yang ada di dalam kamar, dan berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam kamar. Selain itu kebisingan juga dapat bersumber dari ruangan AC Outdoor
70 80
70 75
d
d BA
TAMPAK UTARA - SELATAN
Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA) Air-Borne Noise Structure-Borne Noise Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Structure-Borne Noise
Kebisingan Area Service • Aktivitas (74 dBA)
Kebisingan Aktivitas (60 - 70 dBA) Kebisingan Toilet (74 dBA) Air-Borne Noise Structure-Borne Noise
Kebisingan Area Service • Toilet (70 - 75 dBA) TAMPAK TIMUR - BARAT
MATERIAL YANG DIGUNAKAN
Dilihat dari tampak denah secara horizontal, dilihat 2 ruangan ini memiliki fungsi yang berbeda namun sama-sama menggunakan ruang transisi atau pre-function room sebagai area transit sehingga 2 jenis ruang ini tidak berhadapan langsung dengan area roof garden dan pool deck dimana area tersebut merupakan area untuk hiburan (Fasilitas umum).
STC - 55 STC - 60
Di sisi selatan, ruangan auditorium langsung berhadapan dengan area gudang untuk menyimpan alat dan area AC outdoor yang mana difungsikan sebagai area service. Sedangkan ruangan konferensi berhadapan langsung dengan area gudang yang hanya menimbulkan kebisingan dari furniture Pada sisi timur, kebisingan bersumber dari area service seperti toilet yang mana memiliki fungsi sanitasi drainase dan area tersebut akan sering digunakan oleh para pengguna nantinya. Pada bagian ini yang krusial ada pada bagian ruang konferensi yang mana ruang tersebut memiliki jarak cukup dekat dengan ruang service Kesimpulan yang didapat darisini adalah adanya kebisingan yang berlebihan akan dapat mengganggu fungsi dari multifunction auditorium ini. Lokasi yang cukup diapit oleh sumber kebisingan menjadikan ruangan ini membutuhkan perancangan akustika yang perlu diperhatikan
Berikut adalah diagram STC yang sudah ditetapkan untuk memudahkan penetapan insulasi pada ruangan Ada sekat yang memisahkan antara ruang auditorium dan ruang konferensi. Pemisah tersebut menggunakan partisi berupa Frame kayu 16’’ dengan sambungan kayu dengan modul 2*6 inch ditambah 2 layer gypsum 5/8’’ setiap sisinya dengan cellulose spray
Buku Akustika Arsitektur, Prasasto Satwiko, 2019 https://www.overclockers.co.uk/forums/threads/resilient-wall-soundproof-wall-advice.18757399/ https://continuingeducation.bnpmedia.com/courses/reef-industries/noise-control-and-isolation-for-multifamilymixed-use-construction/5/
STANDART STC UNTUK AUDITORIUM
STC - 45 STC - 50
STANDART STC RUANG KONFERENSI
Untuk insulasi dinding menggunakan material pada gambar. Penggunaan bata merah (bahan bawaan) memiliki fungsi untuk bahan insulasi juga (STC 40)
Standart STC yang digunakan untuk membuat suatu auditorium multifungsi adalah memiliki STC55 sampai 60 dimana pada kriteria tersebut insulasi bunyi superior dengan hampir semua bunyi tidak terdengar (Akustika Arsitektural, Prasasto Satwiko 2019). Pada ruang konferensi yang mana percakapan keras tidak terdengar oleh 90% orang sehingga standart STC yang ditetapkan ada di angka STC-45 sampai 50 Struktur concrete pada bangunan memiliki STC 53 sehingga tidak perlu menambah insulasi lagi Dinding tipe ini diberikan pada setiap
Penambahan insulasi b e r t u j u a n u n t u k sisi ruangan sehingga ruangan dilapisi mencapai standar secara keseluruhan oleh model insulasi sepertin pada gambar berikut kebisingan
17
SOUND TREATMENT & SOUND AMPLIFICATION SKENARIO 2 Tinggi ruangan terhitung 5 meter dari lantai karena desain efektif untuk ruang konferensi memiliki tinggi floor to ceiling rata-rata 4 sampai 5 meter
PANJANG LEBAR TINGGI
KAPASITAS PENGGUNA Kapasitas pengguna yang disarankan pada ruangan konferensi ini adalah 30 orang dan kapasitas maksimal bisa mencapai 40 orang tergantung layout yang dibutuhkan untuk fungsi yang diminta Layout ruangan merupakan layout yang dapat dipindah (fleksibel) dimana dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pengguna ruangan nantinya (by request)
PELETAKAN SPEAKER
: 14.5 meter : 8 meter : 5 meter
JENIS AUDITORIUM
MIN
MID
MAX
ROOM FOR SPEECH
80 (2.3)
110 (3.1)
150 (4.3)
CONCERT HALLS
220 (6.2)
275 (7.8)
380 (10.8)
OPERA HOUSE
160 (4.5)
200 (5.7)
260 (7.4)
CHURCHES
180 (5.1)
255 (7.2)
320 (9.1)
MULTIFUNCTION AUDITORIUM
180 (5.1)
250 (7.1)
300 (8.5)
THEATERS
100 (2.6)
125 (3.5)
180 (5.1)
SPESIFIKASI SPEAKER
https://akustika.co.id/desain-auditorium/
VOLUME RUANGAN KONFERENSI
VOLUME PENGGUNA
Panjang * Lebar * Tinggi = 14.5 m * 8 m * 3 m = 348 m³
40 PENGGUNA * 1 m³ = 40 m³ Penggunaan pengeras suara hanya mengandalkan speaker berjenis ceiling speaker mengingat ruangan memiliki fungsi sebagai fungsi speech atau conference room sehingga pengeras suara dari ceiling speaker saja dinilai sudah cukup untuk ruangan 348 = = 8.7 berukuran 14.5 meter * 8 meter ini
VOLUME RUANGAN VOLUME PENGGUNA
40
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.clipartkey.com%2Fview%2FiibTxwJ_clip-art-av-an-conference-room-audio-visual%2F&psig=AOvVaw2Q3Xk5-fZJ8c2i_cp9cYu6&ust=1623047969184000&source=images&cd=vfe&ved=0CAMQjB1qFwoTCOiVsfOygvECFQAAAAAdAAAAABAb https://www.google.com/search?q=conference+room+acoustic+speaker+layout&tbm=isch&ved=2ahUKEwjK-vj7soLxAhXGOLcAHR0qDQ8Q2-cCegQIABAA&oq=conference+room+acoustic+speaker+layout&gs_lcp=CgNpbWcQA1DpDFiiG2DEIGgAcAB4AIABVYgBvAOSAQE3mAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWfAAQE&sclient=img&ei=m228YIrBL8bx3LUPndS0eA&bih=568&biw=1242&safe=strict#imgrc=KUf1vnskWwP93M
18
SOUND TREATMENT SKENARIO 2
IDE DESAIN
DETAIL
SOUND REFLECTION THIN WOOD PANELING SOUND DIFUSER
SOUND REFLECTOR
Pemberian sound reflection pada bagian plafond dengan memberi sedikit permainan plafond untuk memberi kesan estetika. Selain itu pemberian plafon datar memiliki fungsi sebagai area ceiling speaker
SOUND ABSORBER Pemberian sound difuser pada dinding untuk mencegah adanya pantulan bunyi yang berlebihan sehingga diberi fungsi difus pada bagian tersebut untuk mengantisipasi adanya cacat akustik
THIN WOOD PANELING Thin wood paneling memiliki fungsi untuk memantulkan suara dengan jernih agar suara bisa sampai ke telinga para audience yang hadir dimanapun posisinya berada
CONFERENCE DOOR GYPSUM
GYPSUM Sama seperti panel kayu untuk ceiling, Gypsum memiliki sifat memantulkan suara namun tidak untuk semua frekuensi maka dari itu gypsum disini hanya sebagai penyeimbang
WOOD MARMER TILE
Ide desain yang ditawarkan kali ini melihat permasalahan akustika yang ada. Permasalahan akustika pada ruangan sebelumnya ada pada ruangan yang sama sekali tidak diberikan treatment untuk akustikanya sehingga perlu penanganan khusus pada akustika agar ruangan dapat berfungsi dengan baik
WOOD MARMER TILE
Lantai marmer dengan motif kayu menjadikan area ini memiliki kesan alami. Pemilihan marmer merupakan salah satu cara untuk menyeimbangkan antara difuse, reflection, dan absorb
DENAH TAMPAK
TAMPAK KANAN SKEMATIK
TAMPAK DEPAN SKEMATIK
SKEMATIK
SKEMATIK
TAMPAK KIRI SKEMATIK
TAMPAK BELAKANG SKEMATIK
SKEMATIK
SKEMATIK
DENAH MEETING ROOM SKEMATIK
19
SOUND TREATMENT SKENARIO 2
MATERIAL Material memiliki peranan penting dalam merancang ruangan yang membutuhkan akustika yang ideal. Perancangan akustika didasarkan pada material, analisis, dan cara pemasangan terhadap satuan koefisien material. Literasi ini banyak diambil dari buku Akustika Arsitektur karya Prasasto Satwiko, 2019 dimana pada buku tersebut banyak dijelaskan tahap-tahap perancangan ruangan akustika. Tipologi kali ini merupakan ruangan auditorium yang memiliki luasan kurang lebih 120 meter persegi yang mana merupakan salah satu ruangan yang cukup untuk sebuah conference room. Untuk menghindari adanya flutter echo yang nantinya menyebabkan cacat akustik, maka dibutuhkan pemilihan material yang tepat untuk dinding, lantai, plafond, dan sebagainya. Selain itu pemberian sound difuser juga merupakan salah satu cara untuk meencegah terjadinya flutter echo pada ruangan auditorium
CEILING MATERIAL
FLOORING MATERIAL
WALL MATERIAL (PRESENTER AREA)
WALL MATERIAL (AUDIENCE AREA - REFLECTOR)
WALL MATERIAL (ENTRANCE AREA)
WALL MATERIAL (AUDIENCE AREA - ABSORBER)
20
SOUND TREATMENT SKENARIO 2
ANALISIS KESELURUHAN Dari analisis keseluruhan pada ruangan yang sudah didesain, disini diperhatikan bahwa suara pantul dihasilkan oleh sumber suara (speaker, pembicara). Asumsi diberikan bahwa sumber suara berasal dari tengah agar dapat memperhatikan hasil suara merata pada analisis. Dari analisis tampak ini bisa dilihat bahwa suara pantul sudah dikatakan cukup merata untuk kasus ini mengingat fungsi ruangan ini sebagai speech function karena memiliki fungsi sebagai ruangan rapat dan ruang konferensi yang lebih banyak fungsi speechnya. Secara keseluruhan bisa dikatakan suara yang dihasilkan sudah cukup memantul dengan merata ke seluruh ruangan sehingga audience bisa dipastikan dapat mendengar suara yang nyaman untuk didengar dimanapun posisi para audience
ANALISIS DELAY TIME
DELAY TIME PERTAMA UNTUK ANALISIS KESELURUHAN PADA DESAIN
2.6 - 10 MS Delay time pada analisis kali ini bisa dikatakan sudah memenuhi syarat untuk pantulan pertama pada keseluruhan dari pusat (Standart > 20 ms. 30 ms masih bisa ditoleransi
DELAY TIME KEDUA UNTUK ANALISIS KESELURUHAN PADA DESAIN
5 - 9.5 MS Delay time pada analisis kali ini bisa dikatakan sudah memenuhi syarat untuk pantulan pertama pada keseluruhan dari pusat (Standart > 20 ms. 30 ms masih bisa ditoleransi
DELAY TIME DARI DINDING
DELAY TIME DARI PLAFOND
Delay time dari dinding bisa dikatakan sesuai dengan kebutuhan yang ada untuk sebuah ruangan speech. Permainan dinding dengan memberi lekukan yang sedikit miring (sekitar 5 sampai 10 derajat) memiliki fungsi untuk memantulkan bunyi secara menyeluruh sehingga audience nantinya mendapatkan suara yang sama bagusnya dan sama kuatnya dimanapun para audience berada. Permainan dinding ini juga tidak hanya sebagai fungsi untuk memantulkan bunyi saja namun juga memiliki fungsi estetika sehingga dengan demikian selain memperbaiki akustika yang ada untuk ruangan tersebut juga memberi kesan elegant pada ruangan itu tersendiri. Mengingat fungsinya hanya sebagai ruang speech, akustika pada ruangan ini berdasarkan analisis sudah baik untuk sound reflectionnya sehingga ruangan ini bisa dikatakan cukup baik untuk aspek akustika ruangannya
Delay time dari plafond bisa dikatakan sudah merata ke seluruh area audience. Permainan plafond dengan substraksi bentuk pada modeling memiliki fungsi untuk memantulkan bunyi secara menyeluruh sehingga audience nantinya mendapatkan suara yang sama bagusnya dan sama kuatnya dimanapun para audience berada. Permainan plafond ini juga tidak hanya sebagai fungsi untuk memantulkan bunyi saja namun juga memberi kesan elegant sehingga dengan demikian selain memperbaiki akustika yang ada untuk ruangan tersebut juga memberi kesan profesional mengingat fungsinya sebagai area meeting. Fungsi ruang ini hanya sebagai ruang speech sehingga akustika pada ruangan ini berdasarkan analisis sudah baik untuk sound reflectionnya sehingga ruangan ini bisa dikatakan cukup baik untuk aspek akustika ruangannya
DELAY TIME KESELURUHAN UNTUK ANALISIS PADA DESAIN
2.6 - 10 MS Delay time pada analisis kali ini bisa dikatakan sudah memenuhi syarat untuk pantulan pertama pada keseluruhan dari pusat (Standart > 20 ms. 30 ms masih bisa ditoleransi
21
SOUND TREATMENT SKENARIO 2
Pada analisis kali ini, perlu dilakukan peningkatan kualitas akustika pada desain agar akustika pada ruangan dirancang tidak mengalami cacat akustik yang major atau yang cukup berdampak untuk digunakan nantinya
HASIL BACA GRAFIK Menurut RT-60, ruangan yang sudah di desain kali ini bisa dikatakan cukup atau memenuhi standart untuk kebisingan mulai dari 60 Hz sampai 10.000 Hz. Dengan demikian untuk mendukung fungsi speech keras sampai ke music keras bisa dikatakan sudah cukup memadai. Pembacaan diagram menggunakan garis berwarna hijau yaitu dengan garis Millington-Sette yang mana disarankan dari software ecotect menggunakan grafik tersebut untuk membaca koefisien material apakah sudah memenuhi standart untuk kebutuhan serap dan pantulnya.
WARMTH & BRILLIANCE Warmth diukur dari BR (Bass Ratio)
BR = BR =
(RT125 + RT250) (RT500 + Rt1000) (0.84 + 0.94) (0.95 + 1.03)
1.78 1.98 BR = 0.89 BR =
Untuk Bass Ratio, sudah mendekati standart walaupun masih dibawah standart optimal dari BR itu sendiri (Optimal BR = 1.1)
Brilliance diukur dengan Early Decay Time (EDT2000) = (EDT500 + EDT 1000)
117 = 0.54 (100 + 115)
(EDT4000) = (EDT500 + EDT 1000)
110 = 0.51 (100 + 115)
Jika membaca dari grafik, untuk 60 Hz sampai 10.000 Hz, kebutuhan akustika sudah tercukupi baik untuk kebutuhan speech maupun untuk kebutuhan music sehingga bisa Untuk standart Brilliance masih dibawah standart menurut dikatakan ideal untuk sebuah ruangan auditorium yang perhitungan dimana standartnya sebagai berikut multifungsi (speech dan music)
22
SOUND TREATMENT SKENARIO 2 EDT FREKUENSI 63 HZ
EDT FREKUENSI 500 HZ
EDT FREKUENSI 4000 HZ
EDT FREKUENSI 125 HZ
EDT FREKUENSI 1000 HZ
EDT FREKUENSI 8000 HZ
EDT FREKUENSI 250 HZ
EDT FREKUENSI 2000 HZ
EDT FREKUENSI 16000 HZ
PENJELASAN SINGKAT
HASIL ANALISIS
Grafik EDT adalah grafik yang menunjukan perbandingan antara Early Decay Time dengan Reverbration Time pada suatu ruangan yang membutuhkan penanganan khusus untuk akustikanya. Akustika kali ini memiliki studi kasus pada ruangan ballroom yang memiliki fungsi sebagai speech sekaligus sebagai fungsi music. Artinya ruangan ini multifungsi sehingga penanganan akustika harus bisa memadai mulai dari frekuensi rendah sampai ke frekuensi yang tinggi.
Kriteria grafik yang bagus adalah Garis EDT (biru) harus lebih curam dibanding garis RT (merah) atau Memiliki garis yang sejajar. Dari simulasi terhadap semua frekuensi, bisa dikatakan bahwa ruangan ini sudah cukup memadai untuk frekuensi rendah sampai tinggi. Artinya untuk awal ruangan ini sudah sangat baik penanganan akustikanya. Kemudian untuk kriteria selanjutnya adalah kedua garis saling berpotongan sehingga menciptakan titik potong diantara garis EDT dan garis RT.
Pada hasil simulasi pada semua frekuensi (63 - 16000 Hz) bisa dikatakan bahwa semua simulasi memiliki garis yang sejajar antara garis early decay time dan garis reverbration time. Dengan demikian pemilihan material, simulasi, dan analisis sudah cukup sesuai dengan pemilihan yang dibutuhkan untuk kebutuhan akustika ruangan itu sendiri Pada grafik perbandingan nilai Early Decay Time (EDT) dan Reverbration Time (RT) terlihat bahwa suara yang dihasilkan oleh EDT lebih cepat menghilang dibanding dengan suara dari RT itu sendiri. Dalam hal ini bisa diartikan bahwa ruangan tersebut memiliki tingkat clarity (tingkat kejelasan) dan liveness (suara yang hidup) yang baik. Hal ini disebabkan karena komposisi material dan perbandingan antara material absorb, difuse, dan pantul yang sudah diperhitungkan secara matang
23
VISUALISASI
Permainan dinding dengan memberi lekukan yang sedikit miring (sekitar 5 sampai 10 derajat) memiliki fungsi untuk memantulkan bunyi secara menyeluruh sehingga audience nantinya mendapatkan suara yang sama bagusnya dan sama kuatnya dimanapun para audience berada. Permainan dinding ini juga tidak hanya sebagai fungsi untuk memantulkan bunyi saja namun juga memiliki fungsi estetika sehingga dengan demikian selain memperbaiki akustika yang ada untuk ruangan tersebut juga memberi kesan elegant pada ruangan itu tersendiri
24
VISUALISASI
Ruang ini merupakan ruang rapat atau conference area. Penggunaan perabot yang digunakan merupakan perabot yang movable, portable, atau bisa dikatakan mudah dipindah sehingga layout ruangan ini dapat diubah sesuai dengan keinginan orang yang akan menyewa ruangan ini. Pada bagian dinding meeting board itu merupakan wallpaper yang disesuaikan menyerupai acoustic panel sehingga secara estetika memiliki unsur unity yang kental dalam ruangan ini
25
VISUALISASI
Ruang ini merupakan ruang rapat atau conference area. Penggunaan perabot yang digunakan merupakan perabot yang movable, portable, atau bisa dikatakan mudah dipindah sehingga layout ruangan ini dapat diubah sesuai dengan keinginan orang yang akan menyewa ruangan ini. Pada bagian dinding meeting board itu merupakan wallpaper yang disesuaikan menyerupai acoustic panel sehingga secara estetika memiliki unsur unity yang kental dalam ruangan ini
26