BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan masa transisi, yakni masa sebelum lahirnya anak dalam kandungan dan kehidupan setelah lahirnya anak tersebut. Kehamilan dimulai sejak pembuahan hingga kelahiran janin. Lama kehamilan yang normal adalah 280 hari (40 minggu atau sembilan bulan 7 hari). Masa kehamilan dibagi menjadi 3 semester, yaitu. trimester pertama kehamilan 0-14 minggu, trimester kedua kehamilan 14-28 minggu, dan trimester ketiga kehamilan 28-42 minggu. (Maywita, 2021).
Ibu hamil membutuhkan lebih banyak darah untuk menunjang pertumbuhan janin.
Jika ibu hamil tidak mendapatkan cukup zat besi atau nutrisi tertentu lainnya, tubuh mungkin tidak mampu memproduksi sel darah merah yang dibutuhkan tubuh untuk membuat darah tambahan. Saat hamil, tubuh membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak dibandingkan wanita tidak hamil. Kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak ditentukan sejak janin dalam kandungan. Jika kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, besar kemungkinan janin yang dikandungnya akan sehat dan keselamatan ibu saat melahirkan terjamin. (Pohan, 2022).
Nutrisi bagi ibu hamil merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Hal ini diharapkan dapat memberikan hasil kehamilan yang baik terutama bagi generasi penerus yang sehat, cerdas dan produktif. Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan kepada ibu hamil, karena ibu hamil merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi. Salah satu masalah gizi yang paling umum terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah makronutrien terbesar dan tersulit di dunia untuk diobati. Ibu hamil dikatakan mengalami anemia gestasional jika kadar hemoglobin (Hb) di bawah 11 g/dL (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2020, prevalensi anemia pada ibu hamil tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 75 persen. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9% yang berarti 4-5 dari 10 ibu hamil menderita anemia. Prevalensi anemia menurut usia ditemukan sebesar 84,6% antara usia 15 dan 24 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Pada tahun 2016 terdapat 1.387 kasus anemia pada ibu hamil di Kota Padang dan pada tahun 2017 sebanyak 1.308 kasus, hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 1.410 kasus anemia pada ibu hamil dan pada tahun 2019 peningkatannya cukup besar yaitu sebanyak 2.027 kasus anemia pada ibu hamil (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2019). Menurut data Puskesmas Kota Padang tahun 2021, prevalensi anemia pada ibu hamil di Kota Padang pada tahun 2021 adalah sebesar 8,1% ibu hamil yang mengalami anemia. Salah satu faktor penyebab anemia pada kehamilan adalah defisiensi zat besi (Departemen Kesehatan RI, 2022).
Defisiensi zat besi merupakan penyebab umum anemia pada wanita usia subur dan sebagian wanita hamil (51%) di seluruh dunia (Robson, 2018). Hal ini sesuai dengan penelitian Paendong (2023) yang menemukan bahwa pada ibu hamil anemia yang menjalani pemeriksaan serum iron (SI), 61,5% mengalami penurunan kadar SI. Kondisi ini dipicu oleh ketidakpatuhan dalam mengonsumsi tablet zat besi, pola makan yang tidak tepat, atau usia kehamilan yang terlalu pendek. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi meningkat, konsentrasi darah dan sumsum tulang berubah. Oleh karena itu, ibu hamil kekurangan zat besi dalam darahnya. (Rismalinda, 2020).
Dampak anemia defisiensi besi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, keterlambatan tumbuh kembang janin dalam kandungan, mudah terjadinya infeksi, risiko Hb cordis dan dekompensasi < 6 g/dl, ketuban pecah dini dan perdarahan pasca melahirkan (Rifatolistia, 2021). Selain itu, anemia dapat menyebabkan masalah serius akibat pembuahan, seperti kematian janin, kelahiran prematur, dan cacat lahir. Oleh karena itu, pencegahan anemia merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan ibu dan janin (Fatmawati, 2015).
Rekomendasi utama WHO untuk mencegah anemia pada ibu hamil adalah mengonsumsi suplementasi zat besi dan folat oral secara umum selama kehamilan. Rekomendasi ini diterapkan secara luas dan didukung oleh tinjauan Cochrane mengenai penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan. Setelah melahirkan, WHO merekomendasikan penggunaan suplemen zat besi selama 6-12 minggu pertama di negara-negara di mana anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat sedang hingga berat (Eliza et al., 2023).
Indonesia melaksanakan program pencegahan anemia pada ibu hamil dengan memberikan suplemen zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes RI, 2021). Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019, proporsi ibu hamil yang mengonsumsi tablet zat besi sebesar 64,0%. Cakupan
tersebut masih jauh dari sasaran rencana strategis sebesar 98 persen (Profil Kesehatan Indonesia, 2021). Program ini sudah berlangsung lama, namun sejauh ini prevalensi anemia masih tinggi. Tujuan penurunan angka kejadian anemia dengan bantuan tablet zat besi belum berhasil, hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kepatuhan ibu hamil. Kepatuhan konsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan konsumsi tablet zat besi dan frekuensi konsumsi sehari-hari (Yanti, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang menurut teori Lawrence
Green dan M. Kreuter (2005), yang dikutip Martina dkk (2021), berpendapat bahwa kepatuhan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga. Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam perkembangan perilaku manusia. Pengetahuan yang baik akan menimbulkan sikap positif pada ibu hamil, dimana semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik pula sikapnya (Olin et al. 2019).
Menurut Chotimah dan Mukarromah (2017), dalam penelitiannya menyebutkan predisposisi perilaku ibu hamil anemia yang mempengaruhi kepatuhan dalam mnegonsumsi tablet Fe adalah pengetahuan. Menurut Mardiah dan Marlina (2019), pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi tablet Fe. Namun, hal yang paling penting adalah pengaruh sikap ibu hamil terhadap kepatuhan terhadap tablet Fe. Nurrohmah dkk (2020) menyatakan dalam penelitiannya terdapat hubungan antara sikap dan pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan dan penggunaan tablet Fe.
Berdasarkan penelitian Tio (2023) tentang faktor yang mempengaruhi konsumsi tabel Fe ibu hamil, analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor tersebut adalah pengetahuan (=0.029), sikap (=0.044), dukungan keluarga (=0.001). yang paling mempengaruhi kepatuhan ibu dalam meminum tablet Fe. Sementara itu, analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi adaptasi ibu pada tabel asupan Fe.
Berdasarkan penelitian diatas ditemukan bahwa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe yaitu pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga. Sehingga, saya tertarik dalam melakukan penelitian tersebut.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pauh....
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah
“faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi Tablet Fe di Pukesmas Pauh Kota Padang?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Pauh Kota Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Pukesmas Pauh Kota Padang
b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Pukesmas Pauh Kota Padang.
c. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Pukesmas Pauh Kota Padang.
d. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Pukesmas Pauh Kota Padang.
e. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah Kerja Pukesmas Pauh Kota Padang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi institusi puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe pada masa kehamilan.
2. Manfaat bagi ibu hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan ibu hamil sebagai informasi tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe selama minimal 90 hari dan mengetahui resiko terjadinya anemia pada ibu hamil.
3. Bagi institusi pendidikan (Fakultas Keparawatan Unand)
Penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi bahan bacaan di perpustakaan yang dapat memberi masukan dan menambah wawasan bagi mahasiswa tentang yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta pengalaman dalam melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.