Paradoks Barat di Timur Pulau Timor

Page 1

Kemarau, Siaga Karhutla

Diterbitkan Oleh:

PT MEDIA EXSIS KREATIF

Pimpinan Perusahaan:

Yunani, S.E

Pimpinan Redaksi:

Mayasari

Wakil Pimred:

Siti Soimah

Penanggungjawab:

Ismail

Redaktur Pelaksana:

Sadam Maulana

Wartawan Palembang:

Reza Mardiansyah, Yudiansyah, Kiki Nardance, Ettri Puspita, Suci

Wartawan Pagar Alam:

Delta Handoko

Wartawan Muara Enim:

Refli Antoni

Wartawan Ogan Ilir:

Wiwin Arianto

Wartawan OKU Timur:

Aan

Wartawan Musi Banyuasin:

Hafis Alfangky, Andini Patricka Nora

Wartawan Empat Lawang:

Alfariski

Wartawan Banyuasin:

Irwan

Wartawan Lahat: Ismail

Wartawan Ogan Komering Ilir:

Rasmiadi, Eman Saputra

Wartawan PALI:

Yoga

Sekretaris Redaksi:

Fauziah

Keuangan:

Yunita, S.E

Marketing/Iklan:

Miska Rini

Creative Design/Layout

Inal Sanjaya

Percetakan:

CV. Studiokreasi Indo Citra

Alamat : Jl. Mayor Salim Batubara, Sekip Jaya, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114

(IsiataukontenyangadadikoranFocusKinidiluar tanggungjawabpercetakan)

Alamat Redaksi:

Jalan Tegal Binangun RT. 20 Ruko No. 3. Kelurahan

Plaju Darat Palembang Sumatera Selatan 0711 – 5543339 focus.kini@gmail.com

Paradoks Barat di Timur Pulau Timor

ORDE Baru (Orba) mencatatkan tanggal khusus yakni 17 Juli 1976 sebagai hari terbentuknya Provinsi Timor Timur. Siapa pun yang pernah mengalami masa kekuasaan Orba, ataupun yang sempat membaca lagi buku-buku teks pelajaran rezim tersebut tentu mengingat bagaimana Timor Timur (Timtim) disebutkan sebagai provinsi Republik Indonesia dengan nomor urut ke-27. Kejadian dalam sejarah Indonesia itu bermula ketika bergulir “Revolucao dos Cravos” (Revolusi Bunga Merah) di Portugal pada 25 April 1974, yang dilancarkan atas rezim Antonio de Oliveira Salazar (Presiden) dan Marcel Caetano (Perdana Menteri). Revolusi yang dipimpin oleh Jenderal de Spinola tersebut berhasil menumbangkan kekuasaan diktator dan melahirkan pemerintahan baru dengan mengembalikan hak-hak sipil rakyat, membebaskan para tahanan politik, menghapus polisi rahasia, meniadakan sensor pers, dan memberikan kebebasan kepada rakyat untuk membentuk partai politik.

Tiada lama sesudahnya, terbentuklah sejumlah partai di “Timor Portugis”, sebutan bagi negara Timor Leste saat itu. Ada beberapa kelompok politik dengan haluannya masing-masing, seperti “Associacao Popular Democratica Timorense” (Apodeti), diketuai oleh Jose Fernando Osorio Soares, semula Apodeti bernama “Associacao Integraciacao de Timor Indonesia” (AITI) – partai politik yang menginginkan integrasi dengan Indonesia. Perlu diingat, kelompok yang berperan dalam Revolusi Bunga Merah di Portugal adalah para perwira militer beraliran “Kiri” yang tergolong dalam “Movimento dos Forcas Armadas” (MFA), semangat ideologis itu menular hingga ke wilayah jajahan. Salah satu partai baru yang besar di Timtim berhaluan Kiri (Marxisme-Komunisme) ialah “Associacao Social Democratica Timorense” (ASDT), kemudian berganti nama sebagai “Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente” (Fretilin). Partai lain yang juga berdiri adalah “Uniao Democratica Timorense” (UDT) yang lebih mendukung integrasi dengan Portugal, serta terdapat beberapa partai kecil lainnya. Fretilin sendiri merupakan pihak yang ingin Timtim meraih kemerdekaan penuh.

Jika kita masih sering “bergidik” saat mendengar kata “Komunis” atau “Komunisme”, maka ‘trendsetter’ dari kebiasaan itu juga sangat benar-bernar “berjasa” dalam mengikat tali temali hubungan Indonesia dengan Timtim, yakni sebuah wilayah yang tak begitu terkait dengan Indonesia karena beda mantan penjajah; Indonesia dijajah Belanda, Timtim dikolonisasi Portugal. Soeharto selaku presiden RI dipercaya kurang begitu tertarik dengan soal Timtim, atau Timor Portugis. Tetapi, meng-

ingat bahwa sang “Smiling General” masyhur menyandang gelar sebagai

“Penumpas Partai Komunis Indonesia / PKI”, Pak Harto akhirnya terbelalak pasca diperingatkan Perdana

Menteri Australia, Gough Whitlam, saat kunjungan di bulan September 1974 tentang “bahaya” merembetnya

Revolusi Portugal di bawah kaum Kiri ke Timtim yang secara geografis berbatasan langsung dengan Indonesia. Tidak sebatas kekhawatiran dalam

diri Indonesia sendiri, nampak sekali ketakutan pihak (Blok) Barat berperan lebih besar di sini.

Bergeser sedikit ke negara lain di Asia Tenggara, kita seolah membaca adanya “mukjizat” dalam Perang

Vietnam, ketika sebuah negara yang relatif baru merdeka, tidak juga tergolong kaya, namun mampu membuat Adidaya / “Super Power” dunia mesti lari lintang pukang. Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk intervensi dengan mendukung pemerintahan

Vietnam Selatan dalam membendung serangan Vietnam Utara yang berideologi Komunis. Mulai tahun

1955 AS betul-betul menjadi beking bagi pemerintahan Ngo Dinh Diem, dengan mengirimkan sejumlah

460.000 pasukan tiga matra (darat, laut, dan udara) serta lebih dari

100 opsir di bawah Letnan Jenderal Samuel Tankersley Williams. Setelah menuai kritikan dari dalam dan luar negeri, masih pula ditambah dengan ironi yang pahit, seperti peningkatan jumlah pelacur yang mencapai

300.000 orang per Oktober tahun

1969, atau juga banyaknya surat kabar memberitakan tentara Vietnam Selatan yang merampok karena alasan ekonomi, belum lagi prajurit-prajurit yang bunuh diri karena istrinya

berselingkuh maupun menjadi wanita penghibur tentara AS, perang pun berakhir. Washington memerintahkan mengevakuasi semua personel diplomatik, militer, dan sipil; lebih gamblangnya AS memilih kabur. Duong Van Minh, Jenderal yang menjabat sebagai presiden Vietnam Selatan selama dua hari memilih menyambut kedatangan

“Tentara Pembebasan” dari utara dengan penuh rasa hormat pada 30 April 1975 di istana Saigon. Mungkin saja soal Vietnam telah

“selesai” dan negara adidaya itu sudah bisa menarik kesimpulan : intervensinya di selatan adalah kerugian besar. Namun, kesimpulan itu belumlah usai dalam lingkup yang lebih luas yakni dalam aspek regionalitas di Asia Tenggara. Indonesia akhirnya melakukan invasi militer ke Timtim dengan mendaratkan pasukan ke Dili dan Baucau, lalu berdirilah pemerintahan boneka yang berasal dari unsur UDT dan Apodeti. Pendudukan itu beroleh restu dari presiden Amerika Serikat, Gerald Ford, dan sekretaris negaranya, Henry Kissinger. Mereka bertemu di Jakarta sehari sebelumnya yakni tanggal 6 Desember 1975. Ford meyakinkan bahwa ia memahami maksud dari Soeharto untuk “mengambil tindakan cepat dan drastis.” Kissinger menimpali presidennya tentang sensitifitas pemakaian senjata-senjata produksi AS, tapi hal itu tergantung bagaimana mereka mengartikannya sebagai, “…‘pertahanan diri’ atau ‘operasi militer luar negeri’.” Sebagai penutup, Kissinger menjamin bahwa ia dan presidennya mampu memengaruhi reaksi yang muncul di negaranya apabila sesuatu terjadi setelah mereka kembali.

Majalah Intisari edisi khusus B.J. Habibie (November 2019) memuat kisah seorang veteran Operasi Seroja 1977 bernama Sudiro. Banyak di dalamnya dipaparkan fakta mengenai dukungan ‘Paman Sam’ dalam invasi ke sebelah timur Pulau Timor. Salah satu alasan AS memberikan dukungan pada aksi militer itu ialah karena adanya basis Komunisme di pulau gersang tersebut. Henry Kissinger sebagai sosok yang ikut menguatkan keyakinan presiden RI kala itu, sewaktu masih menjadi direktur Studi Pertahanan di Harvard University, pernah diundang oleh Duta Besar AS yakni Henry Cabot Lodge ke Saigon, 1965. “Oleh-oleh” yang ia bawa pulang ialah kesadaran akan efektifnya strategi yang diciptakan mendiang Ho Chi Minh, pentolan Komunis pendiri Vietnam Utara. “Daerah Aman” bagi pasukan AS hanyalah di saat siang, tapi tidak di malam hari. Sedangkan “Daerah yang Dikuasai” sekedar dalam peta di dinding-dinding kantor, tidak pada realita di lapangan, demikian dalam pendapat Kissinger.

Ambisi Blok Barat semasa Perang Dingin itulah yang sejatinya menyebabkan jatuhnya korban sipil di Timtim sepanjang penguasaan Indonesia antara 1975-1999. Kendati beredar jumlah-jumlah nyawa yang melayang, belakangan penelitian oleh ‘Benetech Human Rights Data Analysis’ meyakini setidaknya 100.000 warga setempat tewas. Terkhusus pasca peristiwa penembakan demonstran di Timtim yang dikenal sebagai ‘Tragedi Santa Cruz’ pada 12 November 1991, AS menjatuhkan sanksi embargo. Presiden Clinton melarang negaranya melakuBersambung

2 KOLOM
KORAN MINGGUAN EDISI 89 MINGGU KEEMPAT MEI 2023
Foto Cover: Gubernur Sumsel H Herman Deru memantau kesiapan perlengkapan atasi Karhutla pada apel kesiapsiagaan Karhutla, Rabu (17/5/2023). Foto: humas Pemprov Sumsel Oleh: Arafah Pramasto, S.Pd. (Studie Club ‘Gerak Gerik Sejarah’)
ke Hal. 10 Tak
Ekspor Awan Kerupuk 988 Hingga Luar
KORAN MINGGUAN 16 HALAMAN Minggu Keempat Mei 2023 Harga Bundling: Rp.15.000,CERDAS, BIJAK DAN OBJEKTIF DAMPAK GELOMBANG PANAS CUACA EKSTREM, SUHU NYAMAN TUBUH HANYA 28°C
Peduli Sumpah Pocong, Kasus Hukum Tetap Jalan
Negeri

Paradoks...

kan ekspor seluruh peralatan dan pelayanan militer dengan Indonesia. Tak perlu sebut

“Super Power” jika tidak bisa mengakali. Inggris sebagai sekutu terdekat Amerika, keduanya setali tiga uang, meski secara resmi mengadopsi larangan menjual senjata kepada rezimrezim yang mungkin mengoperasikannya untuk melakukan represi internal, toh negeri itu telah menerbitkan 125 izin ekspor persenjataan pada Orba.

Bahkan ketika pesawat Hawker buatan Inggris, terbang di atas

Dili menghujani rakyat Timtim dengan peluru pada bulan Juli 1999, pemerintahan London tidak sama sekali menangguhkan ekspor seluruh perlengkapan militernya ke Indonesia !. Tulis Noreena Hertz, akademisi Universitas Cambridge dan pengamat Kapitalisme, dengan penuh kekesalan. Seiring dengan mema-

Lima...

Dari seluruh peserta yang mendaftar pada webinar dan local roadshow Program DCE 2.0, terpilih 200 pelaku UKM untuk mengikuti intimate class bersama Platform MyAds, Kuncie, dan 99% Usahaku dari ekosistem bisnis digital Telkomsel. Kemudian 60 pelaku UKM unggulan berhak mengikuti workshop dan dikurasi kembali dari aspek produk, legalitas, finansial, digital, dan kreativitas. Lalu 20 pelaku UKM terpilih untuk menjalani DCE 2.0 Academy, dan selanjutnya 5 pelaku UKM unggulan di antaranya berhak mendapatkan bantuan modal usaha dari Telkomsel.

Lima UKM unggulan DCE 2.0 tersebut adalah Darmojo Ayam

Panggang dari Sidoarjo, Jawa

Timur (peraih predikat Best of The Best), Come n Drink dari Jayapura, Papua (Terbaik Kategori Makanan & Minuman), Batik Anne Surya dari Surabaya,

nasnya perpolitikan dunia terkini, salah satunya dalam konflik Rusia-Ukraina yang mana Amerika Serikat ikut ‘nimbrung’ di dalamnya, hal ini seolah mengisyaratkan tentang menguatnya kepentingan para Super Power. Indonesia harus tetap awas, apalagi hamparan Zamrud Khatulistiwa yang subur maupun kekayaan buminya, tentu kapan saja dapat menjadi sasaran empuk bagi pemenuhan kebutuhan mesin-mesin perang mereka. Sederhananya, cukuplah sejarah mengajarkan kita, bagaimana pihak Barat menghembuskan

horor mengenai Isme / Paham

tertentu, lalu memakai tangan bangsa ini untuk menjadi eksekutor kepentingannya. Setelah tangan itu ‘berlumuran darah’, justru Washington menjadikan kita sebagai “terdakwa”, seolah tak cukup, “embargo” pun ditetapkan meski diam-diam

tetap mencari untung dari dagang senjata melalui sekutu terdekatnya. Inilah bukti adanya paradoks dalam manuver dominasi Barat, Timor Timur – kini Timor Leste – hanya satu dari sekian banyak contohnya.

Sumber

• Hertz, Noreena, Penjajahan Kapitalisme : Runtuhnya Negara dan Virus Jahat Konsumerisme, Bandung : Penerbit Nuansa, 2011.

• Huda, Ni’matul, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI : Kajian terhadap Daerah Istimewa, Daerah Khusus, dan Daerah Otonomi Khusus, Bandung : Nusa Media, 2014.

• Majalah Intisari Edisi Khusus B.J. Habibie November 2019.

• Pusat Data dan Analisa Tempo, Referendum Timor Timur-Seri I, Jakarta : Tempo Publishing, 2019.

• Pusat Data dan Analisa Tempo, Timor Leste dan Detik-detik Pasukan Indonesia Memasuki Timor Timur, Jakarta : Tempo Publishing, 2020.

• Redaksi Tempo, Sari Tempo : Rahasia-Rahasia Ali Moertopo, Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014.

• Dll.

Jawa Timur (Terbaik Kategori Fashion), Solohabo Gift dari

Karanganyar, Jawa Tengah (Terbaik Kategori Kriya), dan Maharati dari Jakarta Selatan, DKI Jakarta (Terbaik Kategori Personal Care).

Direktur Sales Telkomsel

Adiwinahyu B. Sigit mengatakan, “Penyelenggaraan DCE 2.0 merupakan perwujudan komitmen Telkomsel sebagai digital ecosystem enabler yang membuka lebih banyak peluang kemajuan dan pertumbuhan bagi masyarakat. Program ini dirancang untuk memberikan nilai tambah melalui pemanfaatan ekosistem aset dan infrastruktur digital Telkomsel, khususnya bagi para pelaku UKM di Indonesia yang tengah menjalani transformasi digital. Melalui Program DCE 2.0, kami terus berupaya memberikan dampak positif atas layanan dan solusi mobile digital yang

melebihi ekspektasi para pengguna, melalui penguatan kreativitas, kapabilitas, dan kompetensi digital dari para entrepreneur dan brand owner lokal, sekaligus membantu mereka untuk meraih pasar di tingkat nasional maupun global.

Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono lebih lanjut menambahkan, “Telkomsel akan terus melampaui batas ekspektasi untuk dapat membuka beragam potensi inisiatif guna mendukung sektor UKM menjadi katalisator dalam pemulihan dan kebangkitan bangsa untuk melewati berbagai tantangan. Bersama-sama kita dapat menjadi roda penggerak ekonomi bangsa, didukung oleh keunggulan kapabilitas di ekosistem digital yang inklusif.” (soim)

Pertamina Patra Niaga

Regional Sumbagsel sampai

saat ini juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi dalam meningkatkan kepedulian masyarakat untuk segera mendaftarkan kendaraanya di program subsidi tepat.

Bagi konsumen yang ingin mendaftarkan kendaraannya sebagai penerima BBM Subsidi dapat melalui website subsiditepat.mypertamina.id, pendaft-

Wawako...

lagi, jika petugas dari Pemkot yang melakukan perbaikan lampu jalan ini tidak benarkan melakukan penarikan uang jasa atau lainnya. Semua dilakukan secara gratis,” jelasnya Kamis malam (18/5), saat berbincang dengan warga yang sedang berkumpul di jalan anggada Kecamatan Kalidoni.

“Saya akan terima terus informasi dari masyarakat yang mengeluhkan jika lampu jalannya padam. Namun dijalan ang-

Pembangunan...

selengkap-lengkapnya tanpa terkecuali.

Transparansi dilakukannya karena Ardiansyah ingin Desa Air Senggeris yang ia pimpin benar-benar maju dalam hal pembangunan dan keluar dari keterpurukan. “Demi Allah saya tidak ingin apa-apa, saya hanya ingin desa ini maju dalam hal pembangunan dan lebih baik. Itu saja,” ucap dia.

Sejak menjadi Kades Air Senggeris sambung dia, pembangunan yang dilakukan selalu terarah dan melihat kemanfaatannya.”Kurang lebih 1 tahun menjabat kades saya fokuskan pembangunan dasar, semua jalan harus onderlagh minimal,” ungkap dia.

Selain fokus Infrastruktur, keinginan besar Kades Ardiansyah untuk desanya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul seperti moto Indonesia saat ini.

Dikatakan Ardiansyah, maju tidak hanya infrastruktur tetapi dari Sumber Daya Manusia (SDM) salah satunya peningkatan pendidikan.

“Banyak warga yang pesimis untuk menyekolahkan anak. Padahal kalau ada tekad maka semua akan ada jalannya. Halhal seperti ini yang mau saya

aran juga dapat diakses melalui aplikasi MyPertamina. Bagi masyarakat yang kesulitan untuk mendaftar secara mandiri, kami menyiagakan petugas di SPBU agar bisa membantu sebagai bentuk pelayanan ekstra kepada pelanggan.

Informasi lebih lanjut mengenai Program Subsidi Tepat, masyarakat dapat menghubungi Pertamina Call Center (PCC) 135.(soim)

SAMBUNGAN HAL. 7

gada ini titik lampu yang padam sudah menyala ketika saya tiba dilokasi. Maka dari itu kepada ketua RT dan tokoh masyarakat saya persilakan sampaikan titik lokasi yang lampu jalannya padam, jika ada tambahan mengenai lampu jalan. RT setempat ketika mengikuti musrembang tingkat kecamatan harus memasukan kedalam laporan tersebut, apabila sudah maka akan ditindak lanjuti,” paparnya kepada warga. (Yudi)

bangun,” kata dia.

“Saya ingin selain orang tua, pemikiran anak-anak juga maju. Tidak berfikir sekolah hanya mengandalkan uang tetapi bisa mengandalkan kemampuan otak,” ucap dia.

Ardiansyah bahkan yakin setelah Infrastruktur selesai maka pengalihan pihaknya adalah pengembangan dan peningkatan SDM.”Intinya saya ingin setiap satu rumah ada satu orang sarjana, dan hal ini bukan tidak mungkin dilakukan. Doakan saja,” pungkas dia. Sementara warga Desa Air Senggeris menyampaikan dirinya sangat bersyukur, khususnya atas pembangunan jalan lingkungan yang berlokasi di Dusun I.

Kami sangat bersyukur, karena selama ini keadaan roda dua kami tidak bisa menanjak akibat licin, apa lagi habis hujan. Namun, sekarang mulus jalannya, mudah dilalui,” terang dia.

“Kami juga sangat berterima kasih kepada Pemerintah Desa, untuk kedepannya, mari sama-sama menjaga jalan kita, kalau bukan kita siapa lagi. Kalau bukan kesadaran diri dari sekarang kapan lagi”, sambung dia menandaskan. (Adam Malik)

15 SAMBUNGAN KORAN MINGGUAN EDISI 89 MINGGU KEEMPAT MEI 2023
SAMBUNGAN HAL. 3
Transaksi...
SAMBUNGAN HAL. 2 SAMBUNGAN HAL. 3 https://suarapublik.id Informasi Langganan dan Pemasangan Iklan Hubungi 0711 - 5543339
SAMBUNGAN HAL. 8

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.