9 # ISSUE
T
CON T PERSPECTIVE 10 | Tri Hardiatno Bercermin dari Rumah Sendiri 14 |
Herbayu Aji Antara Desain, Relasi dan Realitas
DESIGN 20 | Yats Colony Hotel Keselarasan Dalam Arsitektur 26 |
RM Demangan Dua Fungsi Satu Atap
32 |
Epic Coffee & Epilog Furniture Kenikmatan di Sudut Kota Yogyakarta
38 | Sarang Building (Soon to be) One Stop Art Space Complex 44 |
Kantor HBA+ dan Tekoff Cafe Ketika Urban dan Jawa Bersenyawa
ALUMNI 50 | Judy Pranata Sosok dibalik Terbentuknya YYAF WORLWIDE 54 | Heidlberg Mengintip Keindahan Kota Pelajar di Negara Jerman
ARTSPACE
4
ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
ENT T T OPINI POINT 62 | Yogyakarta Young Architects Forum Meeting Marathon 63 |
Fundament #1 Architecture + Individual
64 |
Pameran Rutin Architecture Tells the Story through Exhibition
65 |
Sharing Alumni Obrolan Berbobot Bersama Alumni
STUDENT WORKS 66 | Monumen Bundaran Palangka Raya Juara 3 Sayembara desain Monumen Bundaran Palangka Raya 70 |
Babakan Ciamis Alur-Mengalir Juara 1 Sayembara Parahyangan Design Competition 201
74 |
Transit Oriented Development Pengembangan Kawasan Stasiun Tugu Berbasis Transit untuk Yogyakarta di Masa Depan
TECHNOLOGY & INOVATION ANJANGSANA 82 | Royal Ambarrukmo Yogyakarta Berkolaborasi dengan Sejarah 88 |
Vast Store Jogja & Skateboarding
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
5
ABOUT VISIARÇAKA Membangun kecerdasan, kecintaan, dan kelestarian dunia arsitektur nusantara yang berwawasan internasional
MISIARÇAKA 1. Menyajikan informasi sesuai dengan realita dalam proses berfikir kritis mahasiswa. 2. Menjadi acuan dan pedoman untuk memperkaya keilmuan di bidang arsitektur 3. Membangun, mengajak, dan menginspirasi pembaca untuk sadar, berpikir, dan berkarya bagi masyarakat.
PENERBIT
BIRO PENULISAN DAN PENELITIAN HIMA TRIÇAKA UAJY
PEMBIMBING
Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, M.T.
PELINDUNG
Ir. Soesilo Budi Leksono, S.T. M.T. (Kaprodi Arsitektur UAJY) Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI, AA (Ketua IAI DIY)
SEKRETARIS
Muhammad Gifari
REDAKTUR PELAKSANA
A Christian Pratama Putra (Koordinator Biro)
PEMASARAN
PENASEHAT REDAKSI Chrispina Yovita Putri Yulius Duta Prabowo
Gilang Pidianku (Wakil Koordinator Biro)
LAYOUTER Sadewi Utami
BENDAHARA
Maria Vika Wirastri
WEBSITE issuu.com/arcaka SOCIAL facebook.com/arcaka instagram.com/arcaka CONTACT majalaharcaka@gmail.com
6
ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
AGENDA
SEPEKAN ARSITEKTUR 2018: Collaborative Space (UAJY)
PENDAFTARAN Early Bird 17 Desember 2017 - 15 Januari 2018 Reguler 16 Januari 2018 - 5 April 2018 DEADLINE 5 April 2018 JURI Yu Sing Ardhyasa Fabrian Gusma A Djoko Istiadji Perwakilan IAI
WISWAKHARMAN EXPO 2018: Urban Disaster Learning Center (PARADESC 2017)
PENDAFTARAN 30 November - 25 Februari 2018 DEADLINE 26 Februari 2018 JURI Perwakilan IAI Nasional Perwakilan IAI DIY Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D. (Dosen Prodi Arsitektur UGM) LINK www.wiswakharmanexpo.com
LINK www.sepekanarsitektur.wixsite.com/sepekan18
The 13th INDOBUILDTECH SURABAYA (Indobuildtech)
TANGGAL ACARA 28 Maret - 1 April 2018 Opening Hours 10.00 am to 09.00 pm VENUE Grand City Surabaya
LOMBA MAKET NASIONAL Green Building Innovation Contest (Unissula
PENDAFTARAN 11 November - 18 Januari 2018 DEADLINE 18 Januari 2018 LINK www.deskgram.org/esfra.unissula www.picbear.com/esfra.unissula
LINK www.indobuildtech.com
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
7
[ REDAKSI ]
Ketika mendengar kata Yogyakarta, mungkin sebagian besar orang akan berfikir tentang suatu kota yang kental akan nilai budayanya, terutama ketika hal itu dikaitkan dengan arsitektur. Jika kita berbicara mengenai arsitektur nusantara di Yogyakarta, maka kita akan kembali teringat tentang bangunan keraton, atap joglo, juga kesederhanaan dari material lokalnya. Arsitektur nusantara di Yogyakarta, seperti bangunan Keraton ataupun Rumah Joglo, memiliki berbagai nilai yang terkandung di dalamnya. Mulai dari nilai-nilai yang intengibel seperti filosofi-filosofi desain, bentuk, serta komposisi, maupun nilai tengibel yang dapat langsung dirasakan melalui fungsi serta keindahan visual. Terkait dengan nilai-nilai sustainablility, Arsitektur nusantara juga dibuat menyesuaikan iklim, suasana, serta kondisi yang ada di Yogyakarta. Namun seiring berjalannya waktu, akan selalu muncul hal-hal baru dalam perjalanan berarsitektur di Yogyakarta. Mulai banyak bermunculan bentuk-bentuk arsitektur yang lebih unik serta terkadang cukup ekspresif.
Bentuk langgam arsitektur kontemporer seperti ini mulai populer sehingga memberi warna baru bagi arsitektur di Yogyakarta. Setelah itu munculah pertanyaan “Apa selanjutnya? Apa sebenarnya yang ideal bagi arsitektur di Yogyakarta? Apakah dengan munculnya arsitektur kontemporer wajah arsitektur di Yogyakarta akan kehilangan identitas atau malah akan menampilkan ciri baru yang membuat arsitektur di Yogyakarta berkembang sehingga memiliki dampak yang lebih baik bagi lingkungan?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya dirangkum dalam judul Issue #9 yaitu “What’s Next? : Journey of Seeking Identity”. Lewat edisi kali ini, Majalah Arçaka mengajak kita semua untuk merasakan perjalanan pencarian identitas arsitektur di Yogyakarta dengan mencoba melihat dan mencari kembali DNA nusantara yang terdapat pada karyakarya arsitektur kontemporer serta dampaknya terhadap lingkungan. Dengan hadirnya beberap opini serta karyakarya yang dimuat dalam Majalah Arçaka Issue #9 ini, diharapkan dapat menjadi bahan pelajaran serta tambahan wawasan bagi kita semua yang membacanya. Enjoy!
Salam, A Christian Pratama P Redaksi
8
ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Biro Penulisan dan Penelitian A Christian P P Ars 15
Gilang Pidianku Ars 15
Maria Vika Ars 16
Anita Purnama Ars 16
Angela Savina P Ars 15
Sarah Membala Ars 15
Naomi Dian Ars 16
Sadewi Utami Ars 16
M Gifari Ars 16
Alfian Ramadhani Ars 17
Monica Nathania Ars 14
Chrispina Yovita Ars 14
Contributors
Paula Fresti Ars 15
Stella Maris Ars 15
Teresa Thea Lana Onasis Ars 15 #9 [JANUARYArs 14 ] ARÇAKA 2018
9
PERSPECTIVE [ SENIOR ARCHITECT ]
10 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
TRI HARDIATNO
BERCERMIN DARI RUMAH SENDIRI Text by Sarah Membala Photos by Willy Brizsky & Louis Purba
Arsitek lulusan Universitas Gadjah Mada ini sejak kuliah telah menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa sambil bekerja dengan kontraktor, memasuki tahun ke empat, Pak Tri begitu beliau kerap disapa, kemudian bekerja di biro arsitek. Setelah lulus Pak Tri banyak terlibat di awal perencanaan bangunan Universitas Gadjah Mada. Sekolah Luar Biasa Kalibayem yang dibangun pada tahun 1978 menjadi proyek pertamanya yang diresmikan oleh menteri pada saat itu. Sepanjang karirnya Tri Hardiatno senang mendesain masjid. Hingga saat ini ada sembilan masjid yang telah ia desain dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Kesenangannya mendesain masjid membuatnya berinisiatif untuk membangun masjid keluarga di Solo Kartosuro yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Tri Hardiatno merupakan pensiunan dosen arsitektur Universitas Sebelas Maret, pernah mejadi Ketua Dewan Kehormatan dan kini aktif sebagai Penatar Kode Etik di IAI Yogyakarta.. Baginya, arti arsitek sendiri adalah seorang yang mampu mendesain dan merancang berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan. Menurutnya ada dua landasan berpikir seorang arsitek dalam mendesain yakni secara fisikal dan pemaknaan. Fisikal akan berpikir secara rasional sementara secara pemaknaan akan berpikir dari segi nilai-nilai. Kedua landasan berpikir tersebut akan bertemu menjadi konsep perancangan sehingga muncul bentuk yang selaras dan harmonis seperti di dalam teori estetika arsitektur. “Karena kita memahami manusia yang akan menempati secara utuh sehingga kita menciptakan sebuah desain berdasarkan apa yang ia butuhkan bukan apa yang dia inginkan,kita harus bisa meyakinkan klien bahwa inilah yang terbaik buat anda� ungkapnya.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
11
PERSPECTIVE [ SENIOR ARCHITECT ]
Kesan pertama ketika melihat rumah Bapak Tri Hardiatno yakni sederhana namun sangat terasa sentuhan dari pemiliknya. Bangunan berstruktur tiga lantai yang memiliki fasad bata ekspos itu tampak terlihat seperti dua lantai. Beberapa tanaman hijau dan sayuran di depan rumah seakan menyambut kami. Di dalam rumah, bising kendaraan seperti tidak dapat dihindari sebab letak rumah yang persis berada di depan jalan.
Tri Hardiatno mulai tinggal di rumah berukuran 900m2 tersebut sejak tahun 1980 bersama tiga orang anak dan istrinya yang juga seorang arsitek, kini menjadi dosen interior di Institut Kesenian Yogyakarta. Yang paling menarik adalah di tengah ruangan terdapat kolom soko 1 yang merupakan inti dari kekuatan bangunan di dalam rumah sehingga semua beban menumpu pada kolom tersebut. Rumah hanya berjarak 25cm dengan tetangga sehingga pada dinding pembatas terdapat lubang ventilasi agar angin bisa masuk. Di ruang tamu terdapat layar untuk presentasi karena berhubungan langsung dengan ruang studio.
12 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
“Yang paling memuaskan bagi arsitek adalah ketika mendesain rumahnya sendiri dan paling banyak terlibat di dalam pembangunannya” Pungkasnya .
Semua titik dalam rumah dapat dijangkau seperti water tower dan puncak nok bila terjadi kerusakan dapat dijangkau dan diperbaiki. Beliau senang dengan lingkungan, terbukti di depan rumah terdapat sistem penanaman hydroponic dan aquaponic. Ketika ditanya mengenai arsitektur berkelanjutan Pak Tri mengungkapkan bahwa arsitektur yang ramah dengan lingkungannya baik dari segi ekologis, ekonomi dan sosial sehingga tercipta suatu keharmonisan yang terus berkelanjutan. “ Sustainable itu bagaimana bangunan tidak merusak lingkungan dan lingkungan tidak merusak bangunan” ujar Bapak Tri Harniatno.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
13
PERSPECTIVE [ JUNIOR ARCHITECT ]
HERBAYU AJI - HB ARCHITECT PLUS (HBA+)
ANTARA DESAIN, RELASI DAN REALITAS
14 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Text by Angela Savina Putri Photos by Muhammad Gifari and courtesy from HBA+
Dewasa ini, coffee shop telah menjadi salah satu tempat yang tidak dapat dipisahkan dari kaum urban. Di Yogyakarta, tepatnya di daerah Sagan, terdapat sebuah coffee shop yang ternyata juga kantor seorang arsitek bernama Herbayu Aji. Herbayu Aji adalah owner serta principle dari HBArchitectPlus(HBA+). Ia adalah sosok arsitek muda yang menginginkan adanya perubahan akan wajah arsitektur yang lebih minimalis, tropis, serta inovatif. Herbayu Aji selalu berusaha menyajikan sesuatu yang baru dalam setiap desainnya yang good looking, serta dapat menciptakan ruang baru bagi mereka yang singgah disana. Mixed Use Building Lahir dan dibesarkan di Kota Yogyakarta, membuat Herbayu Aji memiliki ketertarikan tersendiri untuk mengembangkan filosofi arsitektur Yogyakarta menjadi bentuk-bentuk yang tropis serta kontemporer. Setelah lulus dari Universitas Islam Indonesia, pada tahun 2004 Ia mencoba memperdalam ilmunya dengan bekerja di salah satu biro arsitektur di daerah Batam. Sosok Herbayu Aji yang dulunya dikenal pemalu, nampaknya kurang nyaman dengan metode pekerjaan yang diterapkan. Datang pagi ke kantor, bekerja, dan lembur hingga larut malam, membuatnya terkekang dan ingin mencoba peruntungannya dengan kembali ke Yogyakarta. Proyek pertama yang ia buat adalah sebuah rumah tinggal di daerah Palagan Yogyakarta, lalu terdapat beberapa Proyek residensial lainnya. Kemudian pada tahun 2010, Herbayu mencoba berperan sebagai gathering initiator sebuah project residensial bernama Kampung 3D dengan Budi Kelana yang tak lain adalah owner dan principle dari Wahana Architect. HBArchitectPlus sendiri baru berdiri pada tahun 2012. Dengan ciri khas bangunan utama menggunakan konsep mixed use house,
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
15
Interior kantor HBA+
16 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Tekof Caffee
Herbayu Aji mendesain rumah tinggalnya dengan menggabungkan antara rumah tinggal, kantor biro HBArcitectPlus dan juga Tekkof di dalam satu lingkungan rumah tinggalnya. Aura tropis nan minimalis amat terasa pada setiap detail desain pada bagian eksterior bangunannya. Selain good looking, bangunan rumah tinggal tersebut memiliki daya tarik tersendiri, dan berdesain up to date, yang disesuaikan dengan bentuk arsitektur minimalis masa kini. Baginya, arsitektur sudah menjadi bagian dari hidupnya. Komunikasi dalam Relasi Mengutamakan interaksi dalam usaha menambah relasi, Herbayu Aji memanfaatkan Tekkof sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan para client dari biro arsitekturnya. Tekkof sendiri baru berdiri pada bulan April 2017 lalu, dengan sasaran pengunjung yakni client, mahasiswa, serta para koleganya. Bentuknya sederhana dan muka bangunan berukuran 7 m2, Tekkof kini menjadi
sasaran utama para pelajar dan mahasiswa untuk tempat nongkrong dan bersantai bersama rekan rekan mereka. Berbicara mengenai relasi dengan pihak luar, Herbayu Aji bercerita jika Ia jarang sekali menawarkan dan memampangkan desain arsitekturnya dalam bentuk sayembara, lelang, maupun jenis penawaran lainnya. Dengan adanya Tekkof, ia berharap akan banyak pengunjung yang datang dan tertarik untuk melihat rumah serta kantornya, sehingga Tekkof dapat menjadi media untuk bertemu dan menambah client-client baru. “Yang terpenting dari menjalin sebuah hubungan kerja adalah dengan menjalin hubungan baik dengan banyak orang. Lalu yang kedua adalah mengurangi ego dan idealisme dari dalam diri sendiri. Karena bagaimanapun juga, client merupakan raja dan arsitek hanya bertugas sebagai penasehat akan ide desain dan suatu sentuhan yang ingin diberikan dalam suatu bangunan tersebut� katanya.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
17
Bar dan Kasir di Tekof Caffee
18 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Herbayu dan Masa Depan Yogyakarta Karena bagaimanapun juga, client merupakan raja dan arsitek hanya bertugas sebagai penasehat akan ide desain dan suatu sentuhan yang ingin diberikan dalam suatu bangunan tersebut” katanya. Pengagum Andra Matin dan Denny Honggo ini mengakui, Kota Yogyakarta memiliki perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Sebagai kota wisata dan kota pelajar, para pendatang serta investor memilih menanamkan modalnya di kota ini. Dan tidak dapat dipungkiri, beberapa bangunan serta fasilitas pendukung seperti hotel, resort dan perumahan banyak
yang dibangun tidak sesuai dengan ciri khas kejawen dari Yogyakarta. Herbayu Aji mengatakan, material seperti ukiran kayu, batu dan tegel dapat ikut diaplikasikan dalam bentuk fasad dan detail arsitektural pada bangunan bangunan modern yang kini sedang banyak dibangun di kota Yogyakarta. Dengan begitu, bangunan yang disajikan kepada masyarakat tidak terlihat “kuno”, namun memiliki suatu ciri khas yang secara turun temurun identik dengan Kota Yogyakarta. Tentunya dengan penambahan teknologi dan inovasi masa kini, bangunan tersebut akan dapat digunakan dan dinikmati hingga bertahun tahun kedepan.
Bangunan yang disajikan kepada masyarakat tidak terlihat “kuno”, namun memiliki suatu ciri khas yang secara turun temurun identik dengan Kota Yogyakarta. Tentunya dengan penambahan teknologi dan inovasi masa kini, bangunan tersebut akan dapat digunakan dan dinikmati hingga bertahun tahun kedepan.
CAREER TIMELINE 1998 : Menempuh kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Islam Indonesia 2010 : Gathering initiator dari project Kampung 3D 2004 – 2012 : Membantu beberapa konsultan arsitek di Yogyakarta dan Batam. 2012- Sekarang : Membangun Biro Arsitek HBArchitectPlus (HBA+)
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
19
Nilai lokalitas Yogyakarta tidak hanya dilihat pada fasad saja, namun juga dalam proses pembuatan, detail dan seni dalam arsitekturnya. Walaupun muncul arsitektur kontemporer, nilai lokal Jogja akan tetap ada sebagai warisan dan kekayaan yang tidak akan luntur.
20 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
DESIGN [LOCAL]
YATS COLONY
KESELARASAN DALAM ARSITEKTUR Text by Anita Purnama Photo by M. Gifari & Victor Yeremia H.
Bila mendengar istilah ‘arsitektur lokal’, kebanyakan orang akan berpikir tentang bangunan Joglo maupun bangunan lain dengan struktur kayu atau bambu yang diekspos. Apakah benar arsitektur lokal Yogyakarta hanya tentang itu saja? Bisakah suatu bangunan dengan desain kontemporer tetap mempertahankan nilai-nilai lokal?
Yats’ sendiri berasal dari kata ‘stay’ dalam bahasa Inggris yang berarti ‘tinggal’ dengan penulisan yang dibalik, sedangkan ‘colony’ artinya ‘sekumpulan orang’. Yats Colony Hotel berarti suatu hotel yang menyediakan tempat berkumpul atau ruang publik dan tempat tinggal yang nyaman.
Yats Colony Hotel merupakan salah satu hotel unik di Yogyakarta yang didesain pada tahun 2015 dan mulai dibangun pada tahun 2016. Ketika memasuki hotel ini, Tim Arcaka merasakan suasana yang tenang dan jauh dari keramaian karena bangunannya yang berada sejauh 30 meter dari jalan raya. Warna putih keabuan mendominasi fasad hotel ditemani tumbuhan hijau yang menambah kesan sejuk. Perpaduan warna putih yang terkesan kontemporer dan kontekstual dengan berbagai tumbuhan hijau ala resort menciptakan suasana yang berbeda dari hotel lain pada umumnya.
URBAN BOUTIQUE RESORT Boutique Hotel merupakan jenis hotel yang tidak menawarkan banyaknya jumlah bintang melainkan memiliki keunikan yang berbeda dari hotel lain pada umumnya. Berlokasi di daerah Patangpuluhan, Wirobrajan, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terus mengalami perkembangan, tim CDS (Collabo Design Studio) berpikir untuk membuat hotel dengan pendekatan urban pada sisi luar dan pendekatan resort pada sisi dalamnya. Dari pemikiran tersebut, dipakailah Urban Boutique Resort sebagai konsep dari Yats Colony Hotel. Urban place diterapkan dengan menyediakan restoran dan hall, sedangkan pendekatan resort berupa hotel dengan kolam renang berkonsep oasis tropis sebagai pusat viewnya.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
21
GRC yang digunakan sebagai pelingkup eksterior.
BERDIRI DIATAS STRUKTUR LAMA Yats Colony Hotel memanfaatkan struktur eksisting dari Hotel Rama Shinta yang direnovasi menjadi lebih nyaman dan indah. Memperbaharui suatu bangunan diatas struktur yang telah ada mungkin dapat membatasi kebebasan dalam mendesain, namun CDS (Collabo Design Studio) berhasil menciptakan suatu pembaharuan yang kreatif diatas keterbatasan tersebut. Langkah yang diambil oleh mereka yaitu melakukan penelitian mengenai jenis dan sifat material yang paling sesuai, mengolah interior dengan menyamarkan kolom-kolom, serta mengubah suatu gangguan menjadi daya tarik.
Fasad eksterior Yats Colony Hotel didominasi oleh material GRC berwarna putih keabuan. GRC (Glassfibre Reinforced Cement) merupakan material yang terbuat dari campuran semen dan pasir dengan serat glassfiber alkali resistant sebagai penguatnya. Penggunaan serat glassfiber sebagai penguat membuat GRC lebih ringan daripada beton biasa yang menggunakan tulangan baja. Oleh karena sifatnya yang ringan, material ini dipakai agar dapat ditopang oleh strukur lama yang tidak mampu menopang loaster maupun material lain yang lebih berat. Kolom dan sambungannya diletakkan di belakang agar terlihat samar-samar. Motif GRC dicetak membentuk huruf ‘Y’ yang mewakili kata ‘Yats’.
Kolom yang tidaAk bisa dihilangkan, disamarkan dengan melapisi material kaca.
22 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Perabot menggunakan kombinasi material kayu dan besi dengan natural finishing.
MENGHARGAI MATERIAL BEKAS Atap dengan konstruksi kayu pada hotel Rama Shinta, diganti dengan material yang lebih ringan untuk menyesuaikan daya topang dari struktur lama yang telah ada. Kayu bekas pada konstruksi atap tersebut diolah kembali dengan natural finishing dan digunakan sebagai perabot serta pemanis pada fasad Yats Colony Hotel.
Kayu ulin bekas dermaga yang tahan air dimanfaatkan pada deck di sekitar kolam renang.
Reng bekas ditata sebagai frame pada eksterior jendela.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
23
ARSITEKTUR TAAT REGULASI DENAH LANTAI 2
Tim Arcaka meminta pendapat Adityo Gayuh dan Nicodemus Yudha, selaku design principal dari Yats Colony Hotel, mengenai Arsitektur Jogja saat ini. Jawaban mereka mengingatkan kami pada pentingnya menaati regulasi dalam mendesain dan membangun suatu karya arsitektur. “Kami dari tim CDS punya prinsip, sebisa mungkin tidak mau melawan regulasi.”, kata Gayuh. Nico menambahkan, “Sempadan 10 meter, ya kami taati. AMDAL harus lolos ... ” “Sempadan 10 meter, kita kasih 30 meter ya ha..ha..ha..” imbuh Gayuh diikuti oleh tawa dari tim Arcaka.
0
5
10
20
30
Pembangunan Yats Colony Hotel taat regulasi dan lolos persyaratan AMDAL yang ada. Hotel ini tidak membuat perijinan baru karena perijinan pada hotel sebelumnya menyatakan jumlah kamar sebanyak 40 dan tidak mengalami penambahan. Ruang parkir yang disediakan oleh Yats Colony Hotel telah memenuhi persyaratan, bahkan melebihi standar yang ada. Sempadan pada site sekitar 30 meter dan dimanfaatkan sebagai lahan parkir dan urban place. Luas lahan pada site sebesar 2729 m2 dengan luas Tapak Bangunan 954 m2 dan luas total bangunan sebesar 1648 m2 (KDB : 0.34 dan KLB : 0.60). Dapat dikatakan Yats Colony Hotel tidak membangun hotel baru, melainkan merenovasi dan menaikkan kelas hotel yang telah ada melalui penelitian dan penerapan konsep yang sesuai dengan konteks.
DENAH LANTAI 1
shaft
0
24 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
5
10
20
30
Lorong penghubung urban space dengan resort.
Eksterior kamar tipe ‘Ha’.
YOGYAKARTA DI MASA MENDATANG
Hall pada urban space.
YATS COLONY HOTEL Hotel , Restaurant & Space Architect & interior : CDS (Colabo Design Studio) Design Principal : Adityo Gayuh , Nicodemus Yudha Team : Prahmahita Rayi, Galih Satrio, Marcello Wisnu Landscape : Zulfian Amrullah MEP : Agus Jamal Struktur : Gatot Suhandono Design Period : 2015 Construction Period : 2016 Luas Lahan : 2729 M2 Luas Tapak Bangunan: 954 M2 Luas Total Bangunan : 1648 M2
Tim Arcaka tidak lupa meminta pendapat Adityo Gayuh dan Nicodemus Yudha mengenai arsitektur Jogja dimasa mendatang. Mereka berpendapat arsitektur akan terus berkembang, namun nilai lokalitas Jogja akan tetap ada. Nilai-nilai tersebut berada di dalam jiwa, seni dan keterampilan masyarakat Jogja sebagai warisan dan kekayaan yang tidak akan luntur. Adityo Gayuh menyampaikan “Kelebihan Jogja itu selain punya akar tradisi yang kuat, kita punya akar kontemporer yang kuat juga ... ”, “ ... dan perpaduan seni juga ya” sambung Nico. Menurut mereka, kota dengan arsitektur dan seni yang kuat di indonesia ada tiga, yaitu Jogja, Bandung dan Bali. Arsitektur Bandung sudah dianggap modern, sedangkan arsitektur di Pulau Bali masih terikat pada tradisi yang kuat. “Uniknya, Jogja berada di antara dua garis tersebut dengan keraton dan isi sewon sebagai sumbunya. Kita tetap gak akan bisa semodern kota-kota besar lainnya untuk akses industri, tapi kita punya akses ke seni karena material lokal kita kuat, seninya juga kuat, dan didukung oleh wilayah sekitarnya” ujar Gayuh. Nilai lokalitas Yogyakarta tidak hanya dilihat pada fasad saja, namun dalam proses pembuatan, detail dan seni dalam arsitekturnya. Walaupun muncul arsitektur modern, nilai lokal Jogja akan terus ada, berkelanjutan dan tidak akan luntur. Lokalitas Jogja dijaga di craftmanshipnya, jadi nilai lokal ‘justru’ ada di manusianya. Arsitektur Jogja bukan berarti selalu Joglo, Joglo itu merupakan karya manusia di tahun 1700-an. Nah, sekarang itu karyanya bisa berbeda, namun jiwa manusia yang membuatnya tetap sama.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
25
RM DEMANGAN
DUA FUNGSI SATU ATAP
Fasade bangunan Rm. Demangan dari jalan utama
26 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Text by Lana Onasis and Monica Nathania Photos by Lana Onasis, Monica Nathania and courtesy from Instagram Rm Demangan
Pada era sekarang, menampilakan sesuatu yang berbeda adalah salah satu poin untuk dapat bertahan dalam segala bidang. Biasanya, sesuatu yang baru dapat digabungkan dengan sesuatu yang sudah ada tanpa mengilangkan idealisme baru tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan Arsitektur Kontemporer. Dalam bukunya yang berjudul Comtemporary Architects 2 (1964) L. Hilberseimer mengatakan, �Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur�. Di Yogyakarta sendiri, telah mulai bermunculan bangunan-bangunan dengan gaya kontemporer. Salah satunya adalah RM Demangan. Restoran yang berdiri tahun 2015 ini sudah dua kali mengalami perubahan baik fungsi dan tata ruang. Dari yang semula memiliki fungsi tempat tinggal dua lantai (1999) menjadi restoran dengan tema etnik Jawa. Hal unik lain dari bangunan ini adalah juga memiliki sebagai studio yang bergerak dalam bidang living attribute dengan sebutan MISC. Sebagai salah satu desainer MISC, Marcello Whisnu mengatakan bahwa RM Demangan mengusung konsep utama homey dan didukung dengan konsep tropical. Penggambungan konsep tersebut menjadikan bangunan ini lebih unik dari bangunan restoran yang lain.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
27
pintu masuk menuju RM Demangan
Suasana pantry yang bersih dan sejuk
RM Demangan Memasuki RM Demangan, hal pertama yang muncul adalah suasana homey. Dimulai dari pintu masuk berupa kaca yang sederhana dan didominasi warna putih, menuju area pantry yang bergabung dengan kasir. Pantry ini bersifat terbuka serta dilingkupi dengan keramik satu model yang tetap menggunakan nuansa putih serta elemen beton ekspos untuk menimbulkan kesan bersih serta sejuk. Mengenal ruang pada area restoran ini, terdapat beberapa sekat di area makan. Hal ini merupakan salah satu pemanfaatan dari fungsi sebelumya. Area makan pada RM Demangan dibagi menjadi dua, yaitu area makan dalam dan area makan luar pada sisi timur. Dalam pemanfaatanya, tim MISC menata dan mendesain perabotnya sesuai dengan konsep homey dan tropical. Semua perabot terbuat dari material kayu, rotan dan besi. Selain itu, warna pada perabot juga menggunakan warna natural dan warnawarna primer.
Ruang makan bagian dalam dengan furniture yang karya studio MISC
28 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
penggunaan elemen hijau pada partisi
Area luar yang dihubungkan jendela kaca
Jika melihat salah satu syarat dari arsitektur kontemporer dalah konsep ruang harus terkesan terbuka dan harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar, maka hal ini secara gamblang ditunjukan pada area makan. Antara area makan luar dan area makan dalam disatukan oleh elemen vertikal garden dan jendela kaca hidup. Restoran yang menyajikan berbagai olahan lokal ini menggunakan pelingkup dinding yang semuanya bewarna putih dan penggunaan tegel lantai sisa dari restoran sebelumnya. Pengaplikasian fasad yang menggunakan material transparan juga memberikan kesan terbuka. Hal ini berguna untuk optimalisasi cahaya yang masuk ke ruang sekaligus mengundang orang untuk datang. Keterbukaan pada fasad juga merupakan salah satu syarat Arsitektur Kontemporer. Bahan transparan pada fasad menggunakan glass box dan dipadukan dengan dinding bata yang dicat putih tanpa adanya plesteran. Walaupun fasad RM Demangan terkesan simple terdapat jiwa tropis yang sangat kental melalui kemunculan tanamantanaman yang terlihat dari fasad depan.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
29
Misc Living Attributes Fungsi lain daripada rumah makan ini yaitu sebagai studio Living Attributes, itulah mengapa bangunan ini dikatakan mixed use building. Salah satu ekpresi untuk menunjukan ciri khas bangunan ditunjukan dengan pintu masuk yang tersembunyi. Pencapaian menuju studio dijembatani oleh tangga yang terbuka dan menyatu dengan alam luar. Tangga bermaterial kayu tersebut didukung dengan nuansa green dan dilengkapi dengan kolam ikan terbuka di bawahnya. Misc Living Attributes yang juga menggarap interior Lokal Hotel & Restaurant (2013) ini dapat merubah fungsi bangunan kos-kosan menjadi tempat kerjanya sejak tahun 2010. Tidak ada perubahan yang signifikan dari bentuk bangunannya, perubahan terjadi pada beberapa sekat antar ruang dan ceiling yang tentunya disesuikan dengan kebutuhan ruang. Pemanfaataan denah lantai 2 yang berbentuk “L� dan dilengkapi dengan koridor terbuka membuktikan bahwa bangunan ini memiliki konsep terbuka sehingga dapat menerima cahaya matahari secara optimal. Konsep tersebut merupakan salah satu prinsip Arsitektur Kontemporer. Uniknya, setiap ruang di lantai 2 berisikan perabot khusus hasil karyanya. Sebagai desainer, Marcello Whisnu menegaskan bahwa meja, kursi, hingga partisi yang ada di setiap ruang studio merupakan karya Misc Living Attributes. Tidak hanya bangunan yang berkonsep, namun desain
Area dibalik pagar dengan material transparan
Tangga pada studio MISC
30 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Fasad MISC yang bernuansa tropis dan terbuka
produk yang mengisi seluruh interior pada studio ini juga dapat memberikan konsep tersendiri. Bangunan ini dapat memberikan kesan yang berbeda dilihat dari tampilan fasadnya. Misc Living Attributes memberikan sebuah ruang kecil sebagai ruang Thematic Season Product. Penggunaan dinding kaca untuk display produk yang dikombinasi dengan batu ekspos tersebut juga memberikan kesan yang transparan. Selain itu, penggunaan elemen hijau dengan memanfaatkan space kecil juga menunjukan eksplorasi ruang terbuka. Bentuk dan konsep yang berbeda ini menunjukan bagunan bebas berekpresi. Penggabungan dua fungsi yang berbeda ini sangat unik. Misc Living Attribute dan RM Demangan berhasil digabungkan dalam satu atap yang hanya dipisahkan dengan perbedaan lantai. Walaupun kedua fungsi bangunan terbuka, namun dapat terlingkupi dalam satu konsep.
“Good design is obvious. Great design is transparent� - Joe Sparano -
Area halaman yang dipajang berbagai tanamanan
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
31
Fasade bangunan Epic Cofee & Epilog Furniture
32 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
EPIC COFFEE & EPILOG FURNITURE
KENIKMATAN DI SUDUT KOTA YOGYAKARTA Text by Angela Savina Putri Photos by Muhammad Gifari & Angela Savina Pu
Industrial Concept Sebagai bangunan sederhana yang mengusung konsep industrial, Epic Coffee and Epilog Furniture mencoba menyajikan comfort zone yang baru bagi para penikmat kopi di Yogyakarta. Saat memasuki kafe, pengunjung akan disambut dengan lahan terbuka hijau serta parkir yang cukup luas dan dihiasi dengan shot lighting pada pepohonan yang tumbuh di sekitar bangunan tersebut. Bramono Filardy selaku manager dari Epic Coffee and Epilog Furniture menuturkan bahwa bangunan sengaja dibuat jauh dari Kota Yogyakarta dikarenakan Kota Yogyakarta dinilai sudah terlalu padat dan suasananya yang sarat akan keramaian penduduk. Dengan adanya Epic Coffee and Epilog Furniture ini, masyarakat Yogyakarta khususnya kalangan mahasiswa dan keluarga, bisa mendapatkan atmosphere kenyamanan tersendiri dari jenuhnya keramaian Kota Yogyakarta.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
33
Kesan Vintage pada Ruangan Dalam satu area bangunan, Epic Coffee and Epilog Furniture dibagi menjadi dua penempatan. Bagian depan bangunan merupakan area kafe yang menyediakan pantry dan bar untuk para barista, meja kasir beserta display untuk memajangproduk asli dari mereka, serta penempatan beberapa meja pengunjung yang terletak di bagian dalam, selasar, dan taman pada area tersebut.
FYI Industrial architectural concept pada awalnya tercipta pada arsitektur di Eropa akibat banyaknya bangunan bekas pabrik yang tidak lagi digunakan. Seiring berjalannya waktu, industrial concept semakin berkembang di dunia. Beberapa material yang digunakan juga cenderung kasar seperti logam, baja serta material industry berupa kaca, besi, dan alumunium yang diolah sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan elemen interior serta exterior yang menarik. Tampak eksterior bangunan saat malam hari
34 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Area bar yang di depannya di beri vocal point
Ruang duduk di bagian luar cafe
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
35
Masih dalam satu bangunan yang sama, terdapat pula Epilog Furniture, yakni suatu produk perabot dengan desain vintage yang berasal dari Kota Salatiga. Owner dari Epic Coffee and Epilog Furniture sengaja menyatukan kedua produk tersebut pada satu lokasi bangunan. Kemudian, pada sisi belakang bangunan, terdapat showroom dari Epilog Furniture. Terdapat banyak kaca serta bukaan dalam bangunan tersebut. Sebagai owner dari Epic Coffee and Epilog Furniture, Detail dari desain pada bangunan ini memang telah menjadi sorotannya sejak awal. Mulai dari eksterior taman, peletakan tempat parkir yang luas, sirkulasi dan penataan perabot, pengaruh cahaya dan pengudaraan alami dalam ba-
Interior Epic Coffee
Ruang di Epic Coffee yang berkonsep terbuka dan tidak memiliki sekat sama seklai
36 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
ngunan, serta lighting dari tiap tiap sudut bangunan sudah dipikirkan secara matang dalam pembangunanya. Selain konsep industrial building, interior dari bangunan tersebut terkesan vintage, dengan aksen kursi serta meja yang didesain dan disesuaikan dengan tema dari bangunan Epic Coffee and Epilog Furniture. Coffee Shop yang berdiri pada September 2013 ini sengaja tidak memberikan sekat dinding pada setiap ruangannya. Ditambah dengan pengatapan yang tinggi dan lighting pada pengatapannya, ruangan pada bangunan tersebut terkesan lebih luas dan lebar. Tak jarang banyak pengunjung yang terinspirasi akan model dan desain dari Epic Coffee and Epilog Furniture.
Penggunaan lighting selain sebagai fungsi penerangan juga fungsi dekorasi
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
37
DESIGN [LOCAL]
38 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
SARANG BUILDINGS
(SOON TO BE) ONE STOP ART SPACE COMPLEX Text by Chrispina Yovita Putri Photos by Chrispina Yovita Putri and Elizabeth Adiza
Sarang Buildings merupakan sebuah kompleks ruang seni rupa yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat ini menawarkan sebuah suasana baru dalam berproses dalam dunia seni dengan sebuah tempat yang banyak memberikan ruang kepada alam dan memberikan sentuhan alam dalam desainnya. Ruang dengan banyak nuansa alam ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagi para seniman untuk semakin produktif dalam berkarya.
(Kiri) Ruang interaksi di Sarang I
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
39
Gagasan untuk Menciptakan ‘Sarang’ Sarang Buildings merupakan kompleks ruang seni rupa yang terletak di Jalan Ambarbinangun, Kalipakis 05/02, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompleks ruang seni rupa ini digagas sekaligus dimiliki oleh Jumaldi Alfi, seorang seniman asal Sumatera Barat yang kini tinggal menetap di Yogyakarta. Alfi, begitu ia disapa, merupakan salah satu seniman paling dinamis dan berpengaruh di kancah seni kontemporer Indonesia saat ini. Pada masa awal memulai karir sebagai pelukis, Alfi memiliki gagasan untuk memiliki sebuah studio sebagai tempat berkarya. Keinginan ini menjadi semakin kuat setelah ia mulai berkiprah di dunia internasional dan melihat kehidupan para seniman di luar negeri yang memiliki studio yang representatif untuk mendukung produktifitas dalam berkarya. Suatu ketika dalam perbincangannya dengan Enin Supriyatna, seorang kurator seni, Alfi membicarakan gagasannya mengenai sebuah tempat dimana para seni-
Mengapa ‘Sarang’? Fungsi dari bangunan ini sudah disimbolkan ketika memilih kata sarang. Sarang, dalam analogi ‘sarang burung’, merupakan tempat dimana burung bertelur, kemudian mengerami, menjaga anak hingga sampai sang anak mandiri dan pergi ke tempat lain yang mana proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu karena kualitas dari anak burung akan terlihat setelah keluar dari sarang tersebut. Dengan demikian, Sarang Buildings dianalogikan seperti ‘sarang’ yang mewadahi gagasan atau ide atas seni, tempat utk menelurkan gagasan, kemudian berproses tentang kesenian masalah berkembang adalah ketika sudah berada di luar sana. Tempat ini diperuntukkan untuk menelurkan gagasan, tumbuh berproses, dan berkembang setelah keluar dari Sarang. Maka dari itu, tempat ini tidak disiapkan secara khusus secara permanen untuk galeri atau ruang pamer, tapi lebih pada ruang untuk berproses: ruang residensi, ruang pertemuan, ruang diskusi, ruang pameran, dan ruang-ruang lain yang dibutuhkan dalam proses ini. Diharapkan, seniman yang melakukan residensi di Sarang dapat melakukan dialog sehingga siap untuk terbang setelah masa residensi selesai. Dari latar belakang tersebut, muncullah sebuah tagline ‘Sarang: gagasan + proses + seni rupa’.
Sarang sebagai Wadah Sebagai sebuah kompleks ruang seni, Sarang Buildings terdiri dari dua bangunan, yaitu Sarang I dan Sarang II yang letak keduanya hanya berjarak ±20 meter. Saat ini Sarang Buildings ini mewadahi empat institusi seni, yaitu sebagai berikut: PartNER yang berkantor di Sarang I merupakan sebuah lembaga yang membantu seniman dalam berporoses menyiapkan kekaryaan untuk melahirkan ide-idenya. Office for Contemporary Art (OFCA) International yang berkantor di Sarang Imerupakan organisasi untuk menFrom left to right: Fendry Ekel, Astrid Honold dan Jumaldi Alfi dukung para seniman menjadi profesional untuk berkarya dalam kancah internasional. Pada tahun 2004 OFCA didirikan oleh Astrid Honold (founder), sejarawan seni man dapat berkumpul bersama untuk membuat proyek, berbasis Berlin serta seniman Indonesia, Jumaldi Alfi dan beradu pengetahuan serta berbagi pengalaman. Gagasan Fendry Ekel (co-founder). Pada tahun 2011, OFCA Inini terlaksana pada 2010 dengan terwujudnya bangunan ternational pindah dari Amsterdam ke Yogyakarta. Selain Sarang I. berfokus pada kegiatan seniman, OFCA International Sarang menyediakan infrastruktur fisik berupa beberapa berkepentingan dengan pengembangan konsep pameran, bangunan yang menampung berbagai institusi kesenian di berbagi ilmu pengetahuan dan pengembangan penelitian Yogyakarta. Sarang Buildings yang awalnya hanya direnseni rupa. cakan sebagai studio akhirnya dikelola secara profesional Sakato yang diwadahi di Sarang II merupakan suatu dan menjadi wadah untuk saling berbagi pengalaman dan kelompok kedaeraahan dengan latar belakang primordial gagasan seperti berupa pameran, kegiatan yang berkaitan dari daerah Sumatera Barat, namun juga berlaku untuk dengan seni rupa, kesenian hingga arsitektur. Sarang dibumum. Untuk berinteraksi menyiapkan diri sebagai seniuka secara resmi untuk umum pada awal tahun 2013 denman sambil menggali akar mereka sehingga tidak lupa gan tujuan nirlaba untuk mendukung seni kontemporer dari mana mereka berasal. di Indonesia, khususnya untuk memfasilitasi penciptaan Kiniko yang juga diwadahi di Sarang II merupakan sekarya seni, presentasi dan diskusi mengenai aspek stratebuah manajemen seni yang diisi oleh seniman-seniman gis yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan muda yang membantu sesama seniman muda untuk praktik seni kontemporer. mengenalkan pasar dan juga membantu dalam memasarkan karya.
40 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Kedepannya, akan ada beberapa institusi lagi yang akan bergabung dalam Sarang Buildings. Alfi merencanakan jumlah institusi yang akan diwadahi Sarang untuk dibatasi hingga tujuh institusi saja.
Proses Desain Sarang I Sebagai seseorang yang mencintai alam, Alfi bercita-cita untuk memiliki ruangan yang tidak merusak alam, tapi tertutup yang memiliki suasana seperti berada di alam terbuka dan tidak terkekang. Kebetulan Alfi pernah membaca sebuah buku berjudul 24 Architects in the South-East. Dari buku tersebut, ia menyukai sebuah bangunan bernama Sekeping Serendah yang dirancah oleh Ng Seksan, seorang arsitek asal Malaysia. Saat pertama kali melihat review karya Sekeping Serendah, Alfi langsung mengagumi bangunan tersebut. Alfi merasa bahwa bangunan yang didesain oleh Seksan tersebut persis dengan ruang yang ia cita-citakan selama ini: terdapat ruang yang berinteraksi dengan alam secara secara material dan emosional, keduanya berdiri sendiri dan tidak saling bertempur, namun berpadu secara harmonis. Ketika ia mengadakan pameran di Kuala Lumpur, Malaysia, Alfi tidak sengaja bertemu dengan Seksan. Saat pertama kali bertemu dan berbincang, Alfi merasakan ada kecocokan dengan Seksan. Selain arsitek, ternyata Seksan sekaligus seniman yang intens dengan seni rupa dan mengoleksi beberapa karya Alfi. Maka dari itu, Alfi langsung mengutarakan gagasannya untuk membangun Sarang, yaitu Sarang I. Site sebelum dibangunnya Sarang Buildings merupakan
sebuah lahan kosong yang digunakan warga sekitar sebagai tempat pembuangan sampah dan terdapat sebuah Joglo dengan kolam di sekelilingnya. Alfi memulai tahap perancangan dengan membersihkan lahan dan menanaminya dengan pepohonan. Setelah pepohonan ditanami, tidak lama setelah itu, Seksan bersama dengan Farah Azizah, partnernya, menuju ke Yogyakarta untuk merancang Sarang I. Seksan, Farah dan Alfi merancang Sarang I dengan interaksi langsung bersama tukang yang ada. Gaya dan Elemen Desain Saat memasuki Sarang I, terdapat dua perpaduan gaya bangunan: rumah kampung dengan elemen kayu bergaya arsitektur tradisional Jawa dan sebuah massa modern bergaya industrial dengan elemen beton dan logam ekspos yang dominan. Rumah kampung yang berada di bagian depan awalnya merupakan bangunan milik seorang warga. Areanya memanjang ke belakang. Bangunan ini dijual oleh si pemilik kemudian dibeli Alfi setelah massa industrial selesai dibangun. Bangunan rumah di bagian depan ini sementara masih merupakan ruang kosong yang akan difungsikan kemudian hari. Sementara bangunan di area belakang dimanfaatkan sebagai inner court dan kantor OFCA. Sebagai orang yang sedikit-banyak memahami dunia arsitektur sekaligus pecinta lingkungan dan ditambah dengan pengalaman ruang di luar negeri dengan paham Bauhaus, Alfi sangat menghargai kejujuran material. Baginya, setiap material memiliki karakternya masing-
ya)
Situasi Skematik pada Sarang I (gambar yg nggenah menyusul Selasa
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
41
masing yang dapat saling dipadukan secara harmonis. Maka dari itu, pengagum Tadao Ando ini menginginkan Sarang menggunakan material raw yang diekspos dengan perubahan seminimal mungkin, sehingga menimbulkan kesan industrial. Massa industrial ini difungsikan sebagai ruang interaksi, gudang dan kamar residensi seniman. Massa industrial terdiri dari dua lantai. Pada lantai 2 difungsikan sebagai ruang interaksi. Karena massa ini menghadap ke arah barat, didesain sebuah second skin yang terdiri dari rangka baja yang dilingkupi vegetasi sebagai shading atas cahaya dan panas matahari berlebih. Hal ini dilakukan untuk melindungi ruang interaksi yang memiliki bukaan kaca yang masif ke arah barat. Di antara Massa rumah kampung tradisional Jawa second skin dengan ruang interaksi, terdapat sebuah koridor sebagai ruang perantara sekaligus sebagai bukaan elemen overhead dari massa di lantai 1. Di dalam ruang interaksi, material dinding yang digunakan pada dinding sebelah utara adalah bata ekspos dengan tulangan beton yang juga diekspos. Pelingkup vertikal sisi timur merupakan pintu kaca dengan rangka baja. Ekspos material di ruang ini juga dilakukan pada struktur rangka baja atap bangunan.Sementara itu, fasad depan lantai 1 dilingkupi material bata ekspos dengan bukaan minim. Hal ini dilakukan untuk menciptakan privasi karena level ini difungsikan sebagai dua kamar residensi. Bukaan berupa pintu hanya diletakkan pada area gudang untuk mengakses area ini. Massa industrial ini dihubungkan diberi akses menuSuasana pada bridge di Sarang I ju bagian dalam keseluruhan bangunan melalui bridge di lantai 2 dan dengan koridor di lantai 1. Bridge pada lantai 2 dilingkupi rangka baja dengan atap kaca sebagai pencahayaan alami. Di sepanjang bridge terdapat elemen horizontal yang dapat difungsikan sebagai ruang duduk semi-outdoor dan lantai bridge menggunakan kisi-kisi baja yang sekaligus menjadi pelingkup atap koridor di lantai 1. Pada lantai 1, pemilihan material lantai menggunakan batu alam bertekstur kasar. Pada bagian belakang site, keberadaan Joglo dan kolam tetap dipertahankan. Joglo difungsikan sebagai tempat berkumpul atau berdiskusi. Kolam berisi ikan koi yang mengelilingi Joglo menambah suasana dingin pada bangunan. Sementara itu, bagian tengah site dikosngkan sebagai ruang terbuka hijau. Alfi sengaja mengosongkan ruang ini sebagai ruang terbuka untuk memberi ruang Fasad depan Sarang I dengan gaya modern industrial pada alam, terlebih dalam hal peresapan air. Rencana Masa Depan Dengan infrastruktur bangunan dan institusi yang ada, Jumaldi Alfi merencanakan masa depan Sarang Building sebagai sebuah one stop art space complex. Pertimbangan atas rencana ini karena mengingat bahwa di daerah Bantul terdapat banyak seniman, art space dan art gallery yang dapat diajak berkolaborasi bersama. Dengan menjadi one stop art space complex diharapkan para seniman dapat semakin produktif untuk berproses dan berkembang bersama dengan suasana yang beragam.
42 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Tampak dalam massa modern industrial Sarang I
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ] Tampak bridge secara vertikal di Sarang I
43
KETIKA URBAN DAN JAWA BERSENYAWA KANTOR HBA+ DAN TEKOF CAFFEE
Text by Angela Savina Putri Photos by Muhammad Gifari and courtesy from HBA+
Project : House, Office and Coffee Shop Location : Sagan, Yogyakarta Architect : Herbayu Aji Year : 2010 44 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Mixed Use Building HBArchitectPlus(HBA+) merupakan suatu biro arsitektur di Kota Yogyakarta milik salah seorang arsitek muda bernama Herbayu Aji. Dengan penggunaan lahan yang tidak begitu luas, sosok Herbayu berhasil memanfaatkan sisa lahan rumah tinggalnya, untuk dibangun suatu ban merupakan suatu biro arsitektur di Kota Yogyakarta milik salah seorang arsitek muda bernama Herbayu Aji. Dengan penggunaan lahan yang tidak begitu luas, sosok Herbayu berhasil memanfaatkan sisa lahan rumah tinggalnya, untuk dibangun suatu bangunan lagi yang ia fungsikan sebagai kantor arsitek dan kafe.. Penggunaan desain arsitektur mixed use yang minimalis dan modern, serta terkesan tropis membuat kediaman Herbayu Aji tambak lebih menonjol dibandingkan dengan bangunan lain disekitar kawasan tersebut. Kediaman dua lantai milik Herbayu tersebut dibangun pada tahun 2010 dan memiliki ciri khas tersendiri pada tiap detail arsitekturalnya. Mulai dari banyaknya bukaan yang ditampilkan, penggunaan warna coklat yang terkesan adem, serta pemilihan vegetasi berupa tanaman silver hair, salah satu jenis tanaman gantung dengan manfaat mengurangi adanya overlight pada beberapa bukaan jendela. Alternatif Material Penggunaan material-material alam sangat terlihat pada bangunan rumah tinggal tersebut. Terutama penggunaan batu lempung, yang sengaja Herbayu pesan dari Bandung, Jawa Barat. Batu lempung merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang terdiri dari material kaya aluminum dan silika. Tak heran,batu lempung kini menjadi salah satu alternatif material untuk eksterior bangunan. Alih-alih ingin mengekspose kayu, Herbayu Aji memanfaatkan teknologi wood steel
pattern, yakni sebuah material besi, yang dicetak ulang, mirip dengan motif kayu pada aslinya. Ketika bahan kayu asli yang pada dasarnya bersifat lapuk bila terkena hujan, kini dapat disiasati dengan penggunaan wood steel pattern. Berfisikkan kayu, namun tahan lama. Penggunaan material kaca juga terlihat menonjol pada bangunan tersebut. Sengaja memilih teknik tersebut karena ia menginginkan sebuah desain rumah tinggal dengan banyak pencahayaan serta pegudaraan alami yang masuk ke dalam rumah, sehingga bangunan tersebut tidak memerlukan banyak lampu maupun pendingin ruangan. Apabila ditanya mengapa Herbayu memilih menggunakan material artifisial dibandingkan material asli, jawabannya adalah untuk melestarikan keberlanjutan lingkungan sekitar. Dengan material artifisial, manusia dapat lebih melestarikan ekosistem hutan dan bahan bahan lain di sekitarnya.
FYI Mixed-use house adalah sebuah bangunan yang mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus, antara lain rumah tinggal dengan kantor, kafe, galeri seni dan lain sebagainya. Fungsi-fungsi tersebut disusun untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, menciptakan suatu fungsi dan suasana baru dalam suatu hunian, serta efisiensi pergerakan karena adanya pengelompokan berbagai fungsi ruang.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
45
Pemanfaatan Ruang Dengan berbagai pertimbangan fungsional pada rumah tersebut, Herbayu mulai membuat sebuah kantor biro arsitektur miliknya pada bagian selatan dari rumah tinggalnya. Pada kantor HBArchitectPlus(HBA+), Herbayu mendesain bagian kantor dengan banyak bukaan.. Terdapat enam slot meja kantor, beserta sebuah sofa dan lemar i display yang berisi berupa beberapa buku desain miliknya, ditambah beberapa elemen eksterior yang menarik lainnya, membuat suasana ruangan kantor tersebut lebih terkesan tenang, dan nyaman untuk bekarya. Setelah membangun kantor HBArchitectPlus(HBA+), Ia mencoba untuk memanfaat-
kan gudang di bawah kantor bironya. Ruangan tersebut pada akhirnya di alih fungsikan sebagai suatu ruangan yang dapat digunakan sebagai interaksi antara dirinya dengan para clientnya. April pada tahun 2017, berdirilah Tekkof, sebuah coffee shop yang sengaja dibuat sebagai sarana komunikasi antara Herbayu dengan rekan rekan kerjanya. Memanfaatkan ruangan dengan luas sekitar 50m2, Tekkof didesan dengan gaya urban minimalism dengan bar yang tidak begitu besar dan terdapat satu lemari besar yang sengaja digunakan untuk menyimpan buku arsitektural milik Herbayu. Pada dinding interiornya, terdapat pengadopsian material khas jawa, yakni penggunaan
Tampak eksterior bangunan saat malam hari
46 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Eksterior Rumah, kantor, dan Caffee
Dinding dengan syle minimalis
Eksterior Tekof dan Kantor HBA+
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
47
tegel kunci sebagai main designnya. Modern, namun tidak meninggalkan budaya khas dari tanah Jawa. Bagian muka bangunan hanya berukuran 7 meter saja. Penyusunan meja dan kursi santai sarat terlihat pada bagian depan Tekkof. Saat malam hari, lighting yang disajikan membuat atmosphere
48 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
ketenangan dan kenyamanan amat terasa. Memanfaatkan wall spot lighting, dan lampu hias pada beberapa titik vegetasi, membuat Tekkof, dan hunian milik Herbayu Aji, memiliki nilai arsitektural tersendiri, baik dalam segi filosofi maupun keberlanjutan bangunannya, jika dibandingkan bangunan bangunan lain di Yogyakarta.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
49
DESIGN [ALUMNI]
Judy Pranata
SOSOK DIBALIK TERBENTUKNYA YYAF “Permasalahan mengenai arsitektur Yogyakarta akan semakin tak menentu apabila tiap arsitek berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya forum atau perkumpulan arsitek untuk membicarakan tentang kota ini kedepannya agar menjadi lebih baik.” Kritis, inovatif dan terbuka. Ketiga sikap itulah yang menggambarkan sosok Judy Pranata, alumni Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 2000, yang menjadi inisator terbentuknya YYAF (Yogyakarta Youth Architect Forum). YYAF merupakan suatu forum berkumpulnya arsitek-arsitek muda Yogyakarta untuk saling berbagi pemikiran dan pendapat mereka mengenai isu-isu tentang profesi arsitektur. Ide untuk mendirikan forum tersebut muncul karena Judy menyadari bahwa komunikasi merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan pemikiran tiap orang demi kebaikan bersama.
Judy Pranata merupakan arsitek muda Indonesia dengan berbagai pengalaman, baik yang ia peroleh di Indonesia maupun mancanegara. Ia telah terlibat dalam berbagai karya arsitektur interior maupun eksterior di Indonesia, Singapore hingga Dubai. Beberapa desainnya yang telah terbangun antara lain Christian Dior di Doha Qatar, Al Salam Hospital Dubai, Angsana Suite Dubai, Green resort di Bali dan masih banyak lagi. Kini, Judy bekerja sebagai direktur manajer dari JP-Studio, sebuah biro Arsitek di Yogyakarta dengan karya yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
TERLAMBAT MENEMUKAN ARSITEKTUR
“BIASAKAN UNTUK MERASA BELUM CUKUP”
Judy Pranata berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia arsitektur. Ia mengaku bukan tipikal mahasiswa kampus, melainkan ‘orang cari duit’ yang sempat bekerja di rental film, desain grafis, dan layouter majalah selama kuliah. Kesadarannya dalam menemukan arsitektur muncul pada awal 2006, ketika Tugas Akhirnya mengenai Japan Foundation dengan nama Japan Cultural Centre mendapat apresiasi yang baik dari berbagai pihak. Tugas tersebut ternyata dibaca oleh Japan Foundation di Jakarta dan dianggap sebagai dokumen yang perlu diarsipkan. Berkat tugas akhirnya tersebut, Judy Pranata sempat mendapat tawaran beasiswa di Chiba University, Jepang, walaupun pada akhirnya tidak diambil. “
Pada bulan Mei tahun 2006, terjadi gempa besar di Jogja sehingga ia memutuskan untuk bekerja di Total Jakarta sebagai drafter & visualizer untuk memenuhi kebutuhannya. Selama kurang lebih satu tahun bekerja di Total, ia mendapat banyak ilmu mengenai teori, komposisi, perpaduan warna dan visualisasi desain yang baik. Judy Pranata bekerja di FDC (French Decoration Center), sebuah pabrik interior di Kuwait, Qatar, Dubai pada tahun 2007. Bekerja selama dua tahun di FDC membuat ia belajar banyak mengenai interior dan teknik produksinya serta dunia kerja yang berbeda dengan Indonesia. Pada tahun 2009, Judy Pranata memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencoba keberuntungan di Jakarta. Di Jakarta, ia mulai mendalami arsitektur yang lebih mendetail tentang interior. Menurutnya, desain interior memungkinkan perhitungan dan perencaaan yang lebih akurat sampai pada ukuran milimeter.
Text by Anita Purnama Photo by Gilang Pidianku
50 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Mrs. UTI BOARDING HOUSE Sewon Bantul, Yogyakarta, Indonesia.
ANGSANA SUITE DUBAI
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
51
KEDAI ARSITEKTUR Judy Pranata mulai membuka biro arsitektur sendiri pada tahun 2013 dengan nama JP-Studio. Menurutnya, hal terpenting yang perlu dikuasai dalam mendirikan biro asitektur secara mandiri adalah kualifikasi secara teknik, pengalaman, kemampuan marketing, dan cara berpolitik yang halus. Berpolitik yang halus karena baginya, arsitek adalah pengacara klien. Seorang arsitek harus mewadahi kebutuhan dan keinginan klien terlebih dahulu sebelum mengutarakan keinginannya dalam mendesain.
KARYA YANG TERSEBAR DI BERBAGAI KOTA DAN NEGARA
52 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Judy berpendapat bahwa arsitektur itu komplit kalau bisa menguasai teori dasar tentang struktur, penguasaan produksi, networking, kemampuan dan kolaborasi seni, serta marketing dan man management. Baginya, seorang arsitek perlu mengusai dasar-dasar arsitektur dan interior, baik itu tentang teknik maupun cara menjualnya.
Karya Judy tersebar diberbagai kota di Indonesia seperti Jogja, Surabaya, Tangerang, Batam, bahkan sampai ke Singapore dan Dubai.
Mrs. HERA HOUSE Tanjung Duren, Jakarta, Indonesia
JOGJA DI MASA DEPAN Bercerita mengenai isu keadaan Joga di masa yang akan datang, Judy Pranata mengatakan Kota Jogja akan menuju peradaban baru yang merayap dengan pembangunan ke bawah seperti tunnel karena kondisi kota ini tidak mendukung pembangunan vertikal ke atas. Sebagai inisiator YYAF (Yogyakarta Young Architect Forum), Judy menyadari pentingnya forum atau perkumpulan arsitek untuk membicarakan tentang Kota Jogja kedepannya. “Permasalahan mengenai arsitektur di Yogyakarta akan semakin tak menentu bila tiap arsitek berjalan sendiri-sendiri.” Imbuhnya.
“Kalau kamu bisa jadi berbeda dari mereka, kenapa enggak? Aku berharap Atma Jaya itu punya orang-orang yang punya style baru. Buatlah DNA mu sendiri, isu mu sendiri dan pendekatanmu sendiri.”
Himpunan mahasiswa juga merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pendapat maupun pemikiran bersama. Perkumpulan seperti itu dapat berpengaruh bagi masa depan Kota Jogja apabila disampaikan kepada orang yang bersangkutan. Menurutnya, arsitek saat ini belum terlalu berperan dalam mendukung pembangunan di Jogja. Ia juga menganggap Kota Jogja bukanlah kota yang mudah menerima perubahan, sehingga Judy mengumpamakan Jogja sebagai ‘kota yang diam’ sementara situasi disekitarnya yang terus berubah.
CAREER TIMELINE 2000-(awal)2006 : Architecture UAJY 2006 : Total Jakarta - Drafter & visualizer (pake Archicad & 3Dmax) 2007 : FDC Kuwait, Qatar, Dubai – interior & teknik produksinya
2009 : Cellini Jakarta – acoustical design & kitchen 2011 : CCD Serpong – produksi, marketing, manajemen proyek 2013 : Mendiririkan Biro JP-Studio
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
53
DESIGN [ WORLDWIDE ]
Heidelberg. Heidelberg adalah sebuah kota otonom tua di Baden-Württemberg, yang terletak di tepi sungai Neckar, barat daya Negara Jerman. Terletak sekitar 78 km di selatan Frankfurt, Heidelberg menjadi kota terbesar kelima di negara bagian Baden-Württemberg dengan kepadatan penduduknya mencapai 156.257 (tahun 2015). Disebut sebagai “Kota Pelajar” di Jerman, Heidelberg memiliki universitas tertua di Jerman dan mayoritas populasinya adalah pelajar.
Di area seluas 10.883 km2 ini, kita dapat menemukan sebuah kota tua yang menyimpan banyak sekali keindahan serta peninggalan arsitektur barok.
54 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
MENGINTIP KEINDAHAN KOTA PELAJAR DI NEGARA JERMAN Text and photos by Maria Vika
Kota Pelajar. Seperti halnya Yogyakarta, Heidelberg juga dikenal sebagai kota pelajar karena keberadaan Ruprecht-KarlsUniversität Heidelberg (Universitas Heidelberg) di kota ini. Universitas yang berdiri pada tahun 1386 atas instruksi Paus Urban VI ini merupakan universitas tertua di Jerman dan merupakan salah satu di dunia yang masih bertahan. Universitas Heidelberg memiliki dua belas fakultas yang menawarkan program gelar sarjana maupun pasacasarjana yang kemudian terbagi dalam tiga kampus utama yaitu humaniora, ilmu pengetahuan alam dan kedokteran, serta ilmu sosial.
Universitas Hidelberg mengklaim dirinya sebagai universitas riset dengan orientasi internasional yang kuat. Terbukti, Universitas ini telah melahirkan lebih dari 50 pemenang hadiah nobel dan alumni yang sukses secara internasional. Mulai dari pendiri dan pelopor akademis, filsuf, teolog, ilmuan, dan lainnya. Berkat konsistensinya tersebut, Uni Heidelberg menjadi pusat ilmiah dan universitas unggulan di Jerman serta menjadi salah satu yang terkemuka di dunia, dengan membawahi banyak institut-institut penelitian. Tidak heran, saat ini terdapat 30.000 siswa dari seluruh dunia dengan total pengajar dan staf riset yang mencapai 5.000 ilmuan (450 diantaranya profesor).
Saat berkunjung ke sana pun, saya berkesempatan ditemani oleh para mahasiswa PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Heidelberg. Salah satu dari mereka – yang berasal dari Jogja – mengatakan, menuntut ilmu di Heidelberg merupakan pilihan yang sangat tepat (meskipun mungkin bukan untuk teknik, melainkan kedokteran). Serupa dengan Kota Jogja, Heidelberg itu tenang, namun menghanyutkan. Tidak terlalu ramai seperti ibukota, namun tetap memiliki banyak point of interest yang menarik untuk dikunjungi. Walaupun biaya hidupnya relatif cukup tinggi, namun untuk masalah pendidikan, Heidelberg sangat bisa diperhitungkan, mengingat banyaknya institut dan universitas yang ada, ditambah perpustakaan-perpustakaan yang dapat mendukung pembelajarannya.
Entrance Hall memperlihatkan gaya arsitektur Yunani yang terpampang pada desain order di setiap detail kolom
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
55
Arsitektur di Heidelberg. Meskipun jika dilihat dari segi arsitektur, Kota Heidelberg masih kurang populer jika dibandingkan Cologne dengan Katedral gotiknya, atau Berlin dengan Bradenburger Tor – nya, namun tidak sedikit wisatawan yang berkunjung ke Heidelberg untuk melihat keindahan dan keunikan arsitekturnya. Menjadi salah satu kota besar di Jerman yang tidak hancur pada perang dunia ke-2, Heidelberg memiliki banyak bangunan bersejarah yang masih bertahan serta dapat dilihat hingga saat ini. Ciri khas Heidelberg adalah pusat kotanya yang beratapkan merah. Keunikan lainnya adalah di kota ini terdapat pedestrian (Fußgängerzone) terpanjang di Eropa, dimana pada sisi kanan dan kirinya berdiri bangunanbangunan tua yang masih berfungsi dan terkenal, salah satunya adalah Schloss Heidelberg. Walaupun sudah rusak dan tinggal reruntuhannya saja, kemegahan bangunan yang semula adalah benteng pertahanan ini masih terasa jelas.
Bangunan yang kedua adalah jembatan tua (Alten Brücke). Jembatan dengan nama asli Karl-Theodor ini merupakan jembatan tertua di Jerman yang secara tertulis pertama kali disebutkan pada tahun 1248. Meskipun dahulu jembatan ini pernah rusak karena es dan pernah dibom, namun kini justru kokoh berdiri di atas sungai Neckar, menghubungkan kota tua dan bagian timur distrik, serta menjadi salah satu landmark terpenting dan tujuan utama dari Kota Heidelberg.
56 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Heidelberg memiliki banyak pesona dan daya tarik tersendiri. Banyak yang berpendapat bahwa kota ini akan selalu indah, kapanpun – apapun musimnya. Saat itu beruntung saya dapat mengunjungi Heidelberg pada saat musim gugur, dimana kota ini menyajikan pemandangan yang sangat menarik, yaitu saat keindahan arsitektur Eropa era Barok bertemu dengan puing-puing sejarah Jerman yang tersisa, dibalut warna hijau menguning dan oranye saling berpadu dari pepohonan dan tumbuhan yang sedang mempertahankan daun-daun terakhirnya, membuat sebuah kesatuan yang ... speechless. Tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan perpaduan keindahan tersebut. Satu hal lagi yang tidak bisa saya lupakan adalah pemandangan Heidelberg pada malam hari. Objek yang sama, namun karena ditambah dengan pencahayaan buatan, dan pemandangan langit malam yang cerah saat itu, membuat suasana yang tercipta semakin berbeda.
Sepanjang Musim Saat berjalan terus melewati jembatan dan masuk ke dalam kota tua Heidelberg, kita akan menemukan satu bangunan yang tertua di sini, yaitu Hotel “Zum Ritter” yang dibangun oleh keluarga pedagang kain pada tahun 1592. Terakhir yang tidak boleh dilewatkan dari Heidelberg adalah pergi ke Königstuhl, sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi dan tidak jauh dari kota tua Heidelberg. Dari atas sana, kita dapat menikmati seluruh pemandangan kota dan sungai Neckar yang sangat indah. Jangan lupa, saat turun kembali menuju kastil disarankan untuk mencoba Heidelberger Bergbahn, yaitu sebuah kereta api pegunungan tradisional yang menyajikan pemandangan dan pengalaman luar biasa yang dijamin akan membuat siapapun yang ke sana ingin kembali lagi!
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
57
Sanctuary, Recycling The Abandon by Alvian Imantaka ARS13
AL-LATHIEF, Kelembutan Bangunan Masjid Menyatu dengan Bangunan Kaku 50 Tahun Mendatang. by Prayogo Hasan ARS13 Daur Langit by Andreas Widi ARS16
58 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Water Tower Purifying System by Arif Naldi ARS16
Hutan Cahaya by Eric Marvin ARS14
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
59
]
Taman Lilin Gedung Thomas Aquinas Babasari by Jonathan Harry Prasetyo ARS17
[
A R T S P A C E
Stasiun Tugu & Grahatama Pustaka by Romanus Elshadai Juniarta ARS16
60 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Yogyakarta sejatinya adalah sebuah daerah dengan kekentalan adat istiadat di dalamnya. Perkembangan modernisasi mendesak kota ini mengikuti arus perubahan. Sosial,politik, ekonomi, dan budaya sedikit demi sedikit bergeser dari titik awalnya, mencoba berkembang sepesat-pesatnya agar tidak tertinggal dari daerah lain NKRI. Pembangunan menjadi sorotan utama, seperti simbol perubahan masa, seolah berebut mengalihkan fungsi lahan, itulah gambaran Yogyakarta pada masa-masa perubahannya. Magnet kuat Yogyakarta tak lain adalah budaya, menjadi dasar setiap perbuatan khususnya kaum jawa asli, namun sungguh tak bisa dipungkiri jaman menggeruskan budaya dengan sekejap. Dampak pembangunan terkena imbasnya, banyaknya kaum urban mendesak meningkatnya alih fungsi lahan, kebutuhan mereka harus dipenuhi, tapi budaya daerah terancam mati. Sudah lama ini kemerosotan profesi petani meningkat, budaya jawa bertani terpaksa merosot dengan adanya alih fungsi lahan, terganti hotel dan segala bangunan rendah sampai pencakar langit yang berlomba-lomba hadir di lahan “Kota Gudeg”, menempati ruang seenaknya tanpa peduli siapa leluhurnya. Lantas Yogyakarta mau bergerak kemana? Berdiam digerogoti bangunan komersial atau mempertahankan rumah kebudayaan? Keprihatinan sedikit demi sedikit mulai diperbaiki, ruang publik mulai beranjak dari kesemrawutannya, malioboro menjadi contoh apik bagaimana pemerintahan bekerja memperbaiki kelengahannya, pedestrian menjadi poin penting yang diperhatikan, meningkatkan keselamatan dan setidaknya mengurangi polusi pada zona publik. Namun satu masalah yang tak kunjung usai dan justru mulai bertambah , kembali pada megaproyek yang pernah memaksa warga Yogyakarta untuk menaikkan semboyan “Jogja Ora Didol” masih membekas hingga kini, perijinan pembangunan tidak sepenuhnya pada pemerintah daerah, pemerintah pusat punya andil yang cukup besar dalam hal ini. Peraturan pemerintah harus tegas! Bayangan Yogyakarta di masa depan dengan gedung yang mencakar-cakar langit dengan megahnya, polusi dimana-mana, minimnya ketersediaan air bagi rakyat, ekosistem yang memburuk dan kemacetan yang tinggi mungkin saja terjadi. Lalu sebagai masyarakat yang “nunut” tinggal di kota ini , apa yang bisa kita lakukan? Sebagai generasi muda khususnya calon arsitek menjadi baik apabila sejak dini mulai peka akan lingkungan. Keinginan lain yang terdambakan, kapan Yogyakarta kembali pada kodratnya, meninggikan rumah adat dan penerapan konsepnya ke dalam tatanan sebuah hunian , dengan perasaan sederhana yang tidak meninggalkan keistimewaan dalam fasad dan fungsi ruang.
Agatha Hesturini
Mahasiswa Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
61
POINT [ ARCHITECTURAL EVENT ]
MEETING MARATHON
YOGYAKARTA YOUNG ARCHITECTS FORUM
YYAF (Yogyakarta Young Architects Forum) merupakan suatu forum bagi para arsitek muda profesional untuk bertemu dan berdiskusi mengenai permasalahan atau keresahan yang mereka alami dalam menjalankan profesi sebagai arsitek di Yogyakarta. Forum ini diinisiasi oleh Judy Pranata bersama dengan beberapa rekan arsitek lain pada September 2017 lalu. Melihat berbagai forum serupa di beberapa kota lain, YYAF diharapkan dapat menjadi wadah bagi arsitek-arsitek muda di Yogyakarta untuk saling berbagi pengalaman dan pemikiran mereka. Salah satu kegiatan yang sudah dilaksanan sejak terbentuknya YYAF adalah MM (Meeting Marathon). Setelah dimulai dengan Meeting Marathon #1 yang mengangkat tema Host, Cluster & Networking, YYAF kembali mengadakan Meeting Marathon #2 pada tanggal 23 September 2017 lalu yang mengangkat topik mengenai Fee & Marketplace. Pada acara ini, diundang pula 2 arsitek profesional dari kota lain yang telah memiliki nama besar yakni Ary Indra (Aboday) dari Jakarta dan Andy Rahman (Andy Rahman Architect) dari Malang untuk ikut berbagi pengalaman dan cerita mereka mengenai topik tersebut. Dalam Hal ini, Ary Indra berbicara mengenai bagaimana idealnya membentuk suatu biro yang sehat secara keuangan dengan cara membuat target-target yang harus dipenuhi untuk memberikan keseimbangan finansial agar suatu biro dapat selalu bertahan dan menjadi sukses. Selain itu, ia juga menyampaikan bagaimana pentingnya perlindungan secara legalitas hukum bagi suatu biro sehingga posisi mereka aman dalam menjalankan bisnis. Untuk itu, diperlukan perhitungan biaya yang matang dan terencakan untuk bertahun-tahun kedepan serta
62 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Text by A Christian Pratama Putra Photos by Benediktus Danarto
perlindungan hukum yang jelas bagi suatu biro agar dapat sukses dan terus bertahan. Sementara Andy Rahman lebih bercerita mengenai bagaimana ia membentuk suatu marketplace sendiri dengan cara mempublikasikan karya-karyanya di berbagai media sosial untuk mendapatkan perhatian dan tempat dari berbagai kalangan. Menurutnya, arsitek tidak mungkin mempromosikan bironya secara terangterangan seperti perusahaan komersil pada umumnya, sehingga cara terbaik untuk bisa dikenal secara luas adalah dengan mempublikasi karya-karyanya diberbagai media sosial. Selain mendatangkan tamu arsitek profesional dari luar Jogja, terdapat pula ketua IAI DIY Achmad Syaifudin yang juga memberikan penjelasan mengenai kebijakankebijakan yang telah dibuat IAI untuk dapat dipahami dan diikuti oleh para arsitek muda agar dapat berprofesi secara sehat. Tidak ketinggalan, terdapat pula arsitek senior yang juga merupakan dosen di Universitas Atma Jaya Yogyakarta yakni Djoko Istiadji yang menceritakan bagaimana ia mengelola keuangan ketika mendapat suatu proyek sehingga kita dapat bekerja secara professional. Setelah MM 2 ini, akan diadakan pula MM 3 yang mengangkat tema Branding pada 24 November 2017. Dengan adanya Meeting Marathon ini, YYAF berharap untuk dapat terus memberikan hubungan baik antar arsitek dan menjalin relasi yang lebih luas lagi. Serta jika memungkinkan, dapat saling bertukar arsitek, pegawai, maupun proyek jika di kemudian hari ada biro yang mendapat terlalu banyak proyek sehingga bisa dialihkan ke biro lain yang kekurangan proyek.
POINT [ ARCHITECTURAL EVENT ]
FUNDAMENT #1
ARCHITECTURE + INDIVIDUAL
“Individu adalah dasar yang utama, dasar terkecil yang memengaruhi lingkungan dan kebutuhannya.”
Text by Naomi Dian Photos by Fundament
Mengambil tempat di Kantin 105, Sarang Building, Bantul, diskusi pada Jumat, 27 Oktober 2017 ini mengusung tema Architectural + Individual. Fundament, suatu wadah diskusi arsitektur, menyelenggarakan diskusi ini sebagai pembuka dari rangkaian diskusi selanjutnya. Diskusi ini mengupas tuntas mengenai bagaimana seorang individu memaknai dirinya sendiri untuk meruang dan berarsitektur. Judy Pranata, selaku perintis JP Studio mengajak peserta untuk mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebelum memulai berarsitektur. Bagi Judy, pengalaman hidup membuatnya belajar mengenal diri sendiri. Judy belajar mengenali dirinya sendiri dari berbagai aspek, yaitu mengetahui kekurangan dan kelebihan, menangkap minat sejak dini, melakukan pencarian diri dan metodenya, belajar dari sosok idola, memperkuat karakter desain, menjadi sosok kolaboratif, menstandarkan output kerja, menyesuaikan kecepatan kerja, memperbaiki kemampuan kerja, berpolitik dalam setiap pendekatan, marketing diri, manajemen diri, menjadi problem solver, budget & fee, surviving, upgrading, connection networking, serta merencanakan apa yang akan dilakukan di usia 45 tahun ke atas. Judy berpraktik sebagai arsitek melalui proses mengenali semua yang dilihat, dari sisi seni, struktur, dan material, serta melakukan pendekatan, dan mencari ide ke suatu tempat. Pembicara kedua, Yoshi Fajar Kresno Murti, mampu mengubah mind set peserta mengenai arsitektur. Menurut Yoshi, arsitektur adalah sebuah perspektif, bukan profesi. Individu harus berani mencoba keluar dari batas-batas. Yoshi, selaku perintis Ugahari Arsitek,
berpraktik arsitektur melalui budaya. Bukan hanya membangun dalam segi bentuk, tetapi Yoshi juga selalu mengedepankan nilai, sikap, dan praktik budaya. Dalam Bahasa Jawa Kuno, Ugahari artinya “pas” atau tidak kurang dan tidak lebih. Dijelaskan lebih jauh oleh Yoshi, definisi “pas” yaitu bangunan harus mencakup nilai kontekstual, adil terhadap semua pihak, proporsional pada desain, dan bersikap “no is no” yang mementingkan komunikasi dan negosiasi terhadap sudut pandang lain.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
63
POINT [ CAMPUS NEWS ]
Pameran Rutin
ARCHITECTURE TELLS THE STORY THROUGH EXHIBITION Text by Sarah Membala Photos by M Gifari Dalam mengapresiasi hasil-hasil karya mahasiswa arsitektur
“Pameran rutin kali ini mengusung tema Design with style, Design
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Biro Pameran menggelar
with smile dengan berangkat dari keprihatinan terhadap desain
PAMERAN RUTIN #1 di selasar lantai 4 gedung Thomas Aquinas.
mahasiswa yang kurang sesuai dengan keinginannya sehingga dalam
Studio Arsitektur, Sistem Bangunan, Perencanaan Permukiman, Sketsa, dan Lomba Desain merupakan sarana menggali sebuah karya arsitektur yang sinkron dalam mewadahi kebutuhan akan dunia dengan tidak mengesampingkan konsep-konsep dalam mendesain yang kemudian dikemas dalam bingkai pameran. Berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya, pameran rutin
tahun
ini
sirkulasi pengunjung
lebih
mengedepankan
kenyamanan
dengan menempatkan panel-panel
di dua sisi selasar. Setiap panel menampilkan karyakarya terbaik mahasiswa arsitektur Atmajaya Yogyakarta.
proses mendesain khususnya pada mata kuliah Studio Arsitektur terkadang kurang enjoy dan cenderung tidak mampu menemukan ciri khas desain sendiri. Karena dalam dunia arsitektur sendiri adalah tentang bagaimana caranya kita mendesain dengan kreasi dan gaya kita sendiri. Oleh karena itu, diharapkan pameran rutin ini hadir untuk memberi gambaran dan motivasi tentang bagaimana suatu desain tercipta dari gaya sendiri dengan demikian mampu membangkitkan semangat untuk terus belajar serta memiliki totalitas tinggi dalam mendesain� ujar Agatha Hesturini selaku koordinator Biro Pameran. Agatha menambahkan yang menarik dari pameran ini ialah alurnya yang dikemas dengan rapi. Dari panel depan menampilkan latar belakang dan tujuan lalu ketika menjelajahi
panel
berikutnya
menampilkan karya yang terbaik dari mahasiswa, beberapa diantaranya terdiri dari maket Studio Arsitektur, Perencanaan Permukiman dan Sistem Bangunan yang dibuat dengan sangat detail dan terukur. Di panel terakhir terdapat panel khusus untuk kritik dan saran.
64 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Sharing Alumni
Obrolan Berbobot Bersama Alumni Text by Teresa Thea Photos by Pubdok Hima Tricaka Salah satu program kerja dari Biro Cerdis (Ceramah dan Diskusi)
Greenroof or Gardenroof , Teknik ini merupakan sebuah solusi
HIMA Triçaka kembali meluncurkan sebuah acara sharing bersama
untuk penyerapan air hujan sehingga akan berkurangnya masalah
alumni untuk para mahasiswa arsitektur Atma Jaya. Kali ini, Biro Cerdis
banjir saat musim hujan yang akan mengganggu aktivitas manusia.
mengangkat tema Liveable City and Blue Green Infrastructure dengan
Air hujan yang diterima di gardenroof akan difiltrasi terlebih dahulu
menghadirkan seorang pembicara dari alumnus arsitektur Atma Jaya
oleh vegetasi yang ada sebelum dibuang ke saluran drainase kota.
yang bernama Anton Siura. Beliau akan membawakan materi sesuai
Salah satu daerah di Singapura, water system tersebut sebelum
tema dengan berbagai contoh proyek-proyek yang ia jalani di Singapura
disalurkan ke saluran drainase utama akan diproses ulang seperti
saat ini.
penambahan zat florin dan akan digunakan sebagai sarana di Water
“Indonesia merupakan negara berkembang yang sudah mulai
Playground. Water Playground tersebut merupakan sebuah tempat
melakukan pembangunan infrastruktur�, itulah kata Anton sebagai
bermain air untuk anak-anak dan tempat berkumpul. Teknik
pembuka kalimat. Anton mulai menjelaskan mengenai berbagai
gardenroof ini sudah banyak diterapkan di bangunan-bangunan
tantangan bagi negara Indonesia ini mengenai urbanisasi. Semakin
berskala besar di Singapura seperti apartments, perkantoran, plaza,
banyak orang berpindah ke kota, semakin banyak pula bangunan rumah
dan lainnya. Tak hanya sebagai tempat penyerapan air hujan, ruang
tinggal yang menjadi masalah dunia di 20 tahun ke depan. Hal tersebut
ini dapat digunakan untuk tempat berkumpul.
mempengaruhi perubahan iklim karena berkurangnya lahan hijau.
Dalam acara ini, Anton tidak hanya menyampaikan materinya tetapi
Perubahan iklim pun mempengaruhi perubahan suhu udara. Tingkat
juga menyampaikan beberapa tips untuk para mahasiswa arsitektur
evaporasi akan semakin tinggi dan tingkat penyerapan akan menurun
dalam menekuni kuliah. Perjalanannya dari nol hingga saat ini
jika lahan hijau berkurang pada sebuah kawasan. Salah satu solusinya
bekerja di Singapura menjadi sebuah kebanggaan dirinya untuk
yaitu membangun sebuah blue green infrastructure di sebuah kota yang
membantu Indonesia menjadi lebih maju dalam hal infrasturktur.
dapat menyeimbangkan kawasan hijau dengan kawasan bangunan atau
Beliau juga memberi semangat bagi para mahasiswa untuk lebih
gedung-gedung. Infrastruktur yang dibahas yaitu mengenai penghijauan
tekun dalam pengembangan software skills yang nantinya akan
yang banyak membantu menjawab persoalaan dunia saat ini.
sangat berguna dalam dunia kerja.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
65
3rd Winner
TRI AGUNG PRATAMA ARS’ 14
66 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
STUDENT WORKS [ COMPETITION ]
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
67
68 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
69
1st Winner
Parahyangan Design Competition 2017 VENSKA FRIZKY DEANDRA S ARS’ 14
70 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
RIFANDI FEBRIANTO ARS’ 14
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
71
72 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
73
74 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TUGU BERBASIS TRANSIT UNTUK YOGYAKARTA DI MASA DEPAN Text by Birgita Stella Maris & Paula Fresti Souce from Balitbang Photos by Gilang Pidianku
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Yogyakarta memiliki tingkat populasi dan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Hal ini terjadi di beberapa kawasan tertentu yang memiliki fungsi mixed use. Kawasan yang merupakan gabungan antara permukiman, area komersial, serta perkantoran adalah sebuah potensi, namun akan menjadi masalah jika salah dalam penataan . Beberapa masalah yang timbul, yaitu kemacetan dan kepadatan penduduk yang tak terkendali sehingga mengakibatkan turunnya kualitas hidup masyarakat. Salah satu contohnya adalah Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta. Menjadi stasiun pusat yang menghubungkan Yogyakarta dengan kota lain membuat lingkungan hidup masyaraktat di kawasan Stasiun Tugu bertumbuh dan berkembang. Tidak hanya itu, Stasiun Tugu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan dan perkembangan kota Yogyakarta dari zaman penjajahan hingga seperti sekarang. Stasiun ini juga menjadi bagian dari salah satu kegiatan utama dalam konsep sumbu utama Kota Yoyakarta, maka tak heran jika banyak orang yang menjadikannya obyek kunjungan saat berwisata ke Yogyakarta. Kedatangan pengunjung dari berbagai penjuru tentunya harus diimbangi oleh aksesbilitas, transportasi, dan fasilitas umum yang sesuai.
Kondisi kawasan Stasiun Tugu yang demikian, menjadikan Stasiun Tugu terhubung dengan beberapa transportasi umum di Yogyakarta baik transportasi motorized seperti TJ (Trans Jogja), taksi, ojek, bentor (becak motor); maupun dengan transportasi non motorized seperti becak dan andhong (kereta kuda). Disamping itu, tersedia juga jalur untuk pejalan kaki di kawasan Stasiun Tugu.
Transit Oriented Development Pengembangan kawasan berbasis transit merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi kemacetan dan kepadatan lalu lintas di suatu kawasan demi meningkatkan kualitas lingkungan di masyarakat. Beberapa kota besar di negara maju separti New York, Hongkong, Korea Selatan, Australia, dan China sudah menerapkan sistem Transit Oriented Development (TOD). Pada dasarnya, konsep TOD ini diterapkan pada kawasan yang memiliki fungsi lebih dari satu (mixed use), sehingga meningkatkan efektifitas, efisiensi, serta mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan kendaraan pribadi dengan pengaturan lahan yang terintegrasi satu dengan lainnya. Berdasarkan lokasi dan skala luas kawasan, kawasan Stasiun Tugu memiliki potensi dikem
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
75
bangkan menjadi urban TOD . Urban TOD adalah kawasan berbasis transit yang berlokasi pada jaringan utama transit dan merupakan kawasan mixed use dengan kepadatan tinggi. Pengembangan kawasan berbasis transit ini, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilannya, antara lain: sebaran pusat-pusat kegiatan kota, sebaran titiktitik transit, karakter penggunaan lahan pusat kegiatan yang terletak dekat dengan titik transit, kepadatan bangunan di sekitar titik transit, ketersediaan fasilitas pejalan kaki yang layak digunakan, serta perlu memperhatikan tingkat kenyamanan, kemudahan, dan keamanan pejalan kaki.
76 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Perkembangan Kawasan Stasiun Tugu Saat ini, keberlanjutan sebuah lingkungan hidup adalah hal penting yang perlu diperhatikan. Pemerintah kota sudah mulai memperhatikan permasalahan ini dan mempertimbangan wajah Yogyakarta di masa yang akan datang. Penataan mulai dari skala mikro sudah dilakukan seperti penataan parkir kendaraan bermotor dan pengolahan pedestrian di sekitar kawasan Stasiun Tugu. Penyediakan lahan parkir tersendiri, membuat pergerakan pe-
jalan kaki lebih bebas dan nyaman untuk menuju ke berbagai lokasi di kawasan Stasiun Tugu. Peletakan rest point untuk pejalan kaki pun sekarang sudah mulai diperhatikan meskipun belum semua area terjamah. Mulai dari skala kecil ini, perkembangan Kawasan Stasiun Tugu terus berjalan secara perlahan namun pasti. Perkembangan ke arah urban TOD sangat diharapkan mengingat kepadatan dan fungsi yang beraneka ragam di kawasan ini.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
77
78 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Text and photos by Anita Purnama
[ TECHNOLOGY & INNOVATION ]
dam (c) yang diletakan pada struktur suatu bangunan guna
yang terdiri dari sebuah massa (m), pegas (k), dan pere-
Tuned Mass Damper (TMD) merupakan suatu perangkat
dengan nama Tuned Mass Damper yang disingkat TMD.
seperti angin maupun gempa. Perangkat tersebut dikenal
tersebut dan orang-orang di dalamnya dari gaya lateral
gunakan suatu perangkat untuk melindungi bagunan
Berbagai bangunan pencakar langit di dunia meng-
mi gaya lateral maupun getaran akibat aktivitas manusia.
tinggi, menara, stadion, dan jembatan yang rawan mengala-
dutan besar. Perangkat ini biasa digunakan pada bangunan
diletakkan pada struktur yang paling rawan mengalami len-
mengurangi getaran dinamik pada struktur. TMD biasanya
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
79
1. Mengukur frekuensi dan besarnya gerakan yang tidak diinginkan. 2. Mengembangkan model struktur yang ada serta menetapkan massa TMD dan penempatannya untuk mencapai frekuensi getaran yang dibutuhkan. 3. Melakukan pengujian prototype TMD untuk menyempurnakan desain.
Suatu sistem massa (M) - pegas (K) menerima gaya dinamik
berupa getaran. Lalu, sistem tersebut mendapat sistem ge-
taran lain sebagai isolator dengan massa (m) dan konstanta
pegas (k) yang relatif lebih kecil. Apabila frekuensi dari iso-
lator tersebut diatur hingga menjadi sama dengan frekuensi
getar dari gaya dinamiknya, dapat dibuktikan secara teoritis
bahwa massa utama menjadi tidak bergetar sama sekali.
tikan performanya.
4. Mengukur pergerakan TMD pada struktur untuk memas-
POSES DESAIN TMD :
PRINSIP DASAR
[ Solusi Peredam Gempa yang Efektif ]
TUNED MASS DAMPER
terletak
pada
bantalan
berupa
alat
yang
sisi
antara
untuk
massa
vertikal gerakan
penyangga mengendalikan
dan
dua strukturalnya.
pada
bisa berguling. Pegas dan peredam diletakkan di-
Massa
Translational Tuned Mass Damper
Ada dua jenis TMD yang digunakan saat ini, yaitu :
PENERAPAN TMD SAAT INI
80 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
lantai 63 dengan massa 373 ton (2% dari masa keseluruhan bangunan).
upakan jenis Translational Tuned Mass Damper yang diletakkan pada
gi 279 meter ini selesai dibangun tahun 1977. TMD yang dgunakan mer-
tama yang menggunakan sistem TMD secara lengkap. Bangunan seting-
Citicorp Center, New York, Amerika Serikat merupakan bangunan per-
bandul
sederhana
yang
menggntung
di
bawah
ini. TMD yang
tersebut dapat mengurangi getaran bangunan sebanyak 40%.
tar 728 ton dan dipasang pada lantai 88 hingga 92. TMD
digunakan memiliki diameter 5,5 meter dengan massa seki-
dulum Tuned Mass Damper terbesar saat
Taipei 101, Taipei, Taiwan merupakan bangunan dengan Pen-
ak ke arah berlawanan sehingga getaran lantai dapat diredam.
lantai. Getaran pada lantai merangsang bandul untuk berger-
gambarkan
sehingga sistem bekerja seperti bandul. Gambar berikut meng-
dapat diatasi dengan penggunaan kabel penggantung massa,
Permasalahan yang dialami pada bantalan translational TMD
Pendulum Tuned Mass Damper
FIGURE : A simple pendulum tuned mass damper.
Kerugian penggunaan TMD
- Membutuhkan ruang yang besar untuk penempatannya. - Efektivitas kerja TMD dibatasi oleh berat maksimum sehingga dapat memungkinkan peletakannya di atas struktur. - Efektivitasnya kerja TMD bergantung pada tingkat akurasi pada penyetelannya, sedangkan frekuensi alam yang terjadi pada struktur sulit diprediksi dengan pasti.
Keuntungan penggunaan TMD
+ TMD tidak bergantung pada sumber energi eksternal untuk beroperasi
+ TMD peka terhadap rangsangan atau getaran yang relatif kecil.
+ Perangkat TMD dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.
+ Tidak membutuhkan perawatan yang sulit.
+ Dapat mencegah kerugian yang dapat disebabkan oleh bencana seperti
gempa.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
81
>
http://www.deicon.com/tuned-mass-
mass-damper-49677879
https://www.slideshare.net/perdanarafis/tuned-
Purdue University 2002 >
dampers/
Deicon
structural-engg/tuned-mass-dampers/1198/
The Constructor > https://theconstructor.org/
com/watch?v=f1U4SAgy60c
Practical Engineering > https://www.youtube.
share.net/subhajitbiswas102/tuned-mass-damper
Subhajit Kumar Biswas 2015 > https://www.slide-
REFERENSI
yang tak ternilai bila dibandingkan dengan harga dan kekurangannya.
bat gaya lateral. TMD dapat menyelamatkan harta benda dan kehidupan
akan lebih banyak bangunan dan nyawa yang selamat dari kerusakan aki-
pa. Dengan adanya TMD sebagai peredam getaran pada struktur, maka
batan yang ada di Yogyakarta karena kota ini rawan terjadi bencana gem-
Penggunaan TMD sangat disarankan pada bangunan tinggi dan jem-
an, kerusakan dan kegagalan struktur akibat kekuatan angin dan gempa.
dari berbagai gaya lateral. Perangkat ini dapat mencegah ketidaknyaman-
System berupa perangkat kontrol yang efektif untuk melindungi struktur
TMD (Tuned Mass Damper) merupakan salah satu Disaster Management
KESIMPULAN
ROYAL AMBARRUKMO YOGYAKARTA
BERKOLABORASI DENGAN SEJARAH
82 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Text by Naomi Dian Photos by Naomi Dian and Hotel Royal Ambarrukmo
ANJANGSANA [ JEJAK ARSITEKTUR ]
Dahulu dikenal sebagai Ambarrukmo Palace Hotel, hotel yang telah mengalami pergantian nama sebanyak dua kali ini berdiri di atas tanah milik Keraton Yogyakarta, yaitu tepat di sebelah Kedaton Ambarrukmo. Dulunya tanah tersebut
Ambarrukmo Palace Hotel
Patung Dua Anak Penggembala dan Dua Kerbau.
merupakan kebun pesanggrahan. Mempertahankan sejarah dan budaya sebagai konsep membawanya konsisten untuk turut menyumbangkan napas budaya bagi keberlangsungan kehidupan kawasan Yogyakarta. Sejarah Bangunan telah berdiri sejak tahun 1964 diprakasai oleh Presiden pertama, Soekarno dengan dibantu oleh seorang arsitek dari Jepang. Hotel yang dibangun bersamaan dengan Hotel Inna Grand Bali Beach Hotel, Hotel Grand Inna Samudra Beach, dan Hotel Indonesia merupakan hasil rampasan kekalahan Jepang. Pada bulan April 2004, Ambarrukmo Palace Hotel resmi ditutup karena bangkrut. Selanjutnya, pada tahun 2006 hingga 2011, renovasi besar dilakukan untuk menghidupkan kembali legenda perhotelan Indonesia. Pada Oktober 2011, hotel ini lahir kembali dengan nama Royal Ambarrukmo Yogyakarta, dimana saham beralih ke pengelola swasta, yaitu oleh PT. Putera Mataram Indah Wisata. Status kepemilikan tanah dipegang oleh Keraton Yogyakarta, sedangkan secara bangunan milik nasional. Logo Royal Ambarrukmo Yogyakarta berasal dari motif batik truntum yang berarti cinta bersemi kembali. Ambarrukmo sendiri terdiri dari dua kata, Ambar berarti wangi dan Rukmo yang memiliki arti harfiah kemewahan atau emas. Sehingga warna ini mempengaruhi nuansa warna di setiap sudut hotel. Sebagai bangunan cagar budaya nasional, manajamen hanya diizinkan untuk merawat dan memperbaiki, tidak diperbolehkan adanya pembongkaran makro dalam bangunannya, terutama eksterior dan karya seninya, sedangkan, interior dapat dirubah menurut kebijakan manajamen namun tetap dengan napas budaya yang kuat dan harus mendapat izin dari Sultan.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
83
Mozaik “Kehidupan Masyarakat Jawa Tengah.”
Kamar tidur tamu
Interior pada lorong hotel yang kontemporer.
Relief “Untung Rugi di Lereng Merapi” pada lobby.
a. Bangunan Hotel Bentuk pilar, dinding, tralis, dan tatanan taman masih sama persis seperti awal berdiri. Detail tralis berbentuk bulat sebagai pagar kamar. Terdapat dua bangunan utama, untuk sisi timur dibangun pada tahun 1964 dan sisi barat dibangun tahun 1974.
84 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Lampu The Kasultanan Ballroom yang terinspirasi motif batik truntum.
b. Kolam renang Struktur kolam tidak dirubah, masih sama seperti awal berdiri. Hanya dimodernisasi menjadi resort, dan diberi tangga sebagai pengaman.
Kolam renang berkonsep resort
c. Patung Terdapat 8 patung di area kolam. Patung manusia merupakan life size model, sehingga posisi, proporsi, dan bentuk dari masing-masing patung sama seperti model aslinya. Patung Dua Penggembala Kerbau terbuat dari perunggu, meskipun patung penggembala tersebut menghilang saat renovasi tahun 2006. e.
The Kasultanan Ballroom
f. Diresmikan pada tahun 2014 dan cukup menampung 2.000 orang. Detail eksterior disamakan dengan bangunan lama, tetapi dari material gypsum. The Kasultanan Ballroom dilengkapi dengan 4 lantai parkir, dimana setiap tingkatannya naik setengah level. Tinggi plafond The Kasultanan Ballroom adalah 9 meter. g. Kamar Tidur Tamu Kamar bernuansa hangat keemasan dan putih gading sesuai arti harfiah Ambarrukmo. Tinggi plafond pada kamar sekitar 2,25 meter. h. Lobby Interior lobby dimodernisasikan, seperti perubahan pada ceiling, keramik yang dulunya tegel menjadi keramik marmer, dan unsur batik truntum pada pilar. i. Mozaik Keramik karya J. Soedhiono Pada lantai 1, menuju ke arah Restoran, terdapat mozaik keramik yang menceritakan kehidupan masyarakat di Jawa Tengah. Lukisan bawah terdiri dari 10 warna pastel. Pada lantai 8 terdapat juga mozaik keramik dengan 15 warna. Mozaik tersebut menceritakan kehidupan masyarakat di Yogyakarta. i. Heritage Area Heritage Area merupakan Kedaton Ambarrukmo yang pernah ditinggali Sultan HB VII semasa hidupnya.
Swimming Pool
• Koridor menuju Heritage Area dibangun dengan kayu jati abad 18. Pintu utama Kedaton Ambarrukmo sesungguhnya berada di sebelah utara, namun karena Sultan Hamengku Buwono V hingga ke-VII datang menggunakan kereta Kencana, sehingga akses masuk melalui Paretan – sebuah ruang antara Pendopo Agung dan Pringgitan Ageng. • Agak ke dalam, terdapat Bale Kambang yang berbentuk limasan segi delapan, difungsikan sebagai tempat meditasi Sultan Hamengku Buwono pada lantai 2, Pawon Ageng pada lantai dasarnya dan tempat pemandian khusus keluarga pada kolam di bawahnya. • Bagian atas melambangkan kehormatan Jawa, sedangkan bagian bawah sebagai lambang kolonial Belanda. • Gadri sebagai tempat makan Sultan dan keluarga, serta difungsikan sebagai tempat menonton pertunjukkan wayang. • Gandhok Tengen untuk tempat tinggal putri, bagian belakang untuk tamu darah biru, sedangkan bagian depan, untuk tamu di luar kesultanan. Ksatrian tinggal di Gandhok Kiwa. • Selasar • Rumah Sultan terdapat 4 ruangan yang sekarang difungsikan sebagai museum, yaitu (ruang batik, wayang kulit, keris, dan ruang sakral Sultan Hamengku Buwono VII yang dulunya sempat menjadi kediaman setelah turun tahta dan juga kamar wafatnya beliau). • Pendopo Agung merupakan ruang tamu Kedaton Ambarrukmo yang dibangun pada tahun 1857, kemudian dipugar pada 1859.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
85
Bagian dalam “Ndalem Ageng” yang kini difungsikan sebagai Museum Ambarrukmo
Gadri
Bale Kambang
Detail Pendopo
Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo
Sustainability Royal Ambarrukmo Yogyakarta mengemban tugas untuk menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali lingkungan sekitar. Bangunan bernuansa klasik bercampur modern ini konsisten mempertahankan karakter sejarah dan budaya dalam setiap sudutnya. Interior akan tetap klasik dengan nuansa warna hangat keemasan dan putih gading. Hotel tidak mengikuti zaman, tetapi zaman yang harus melihat keklasikan hotel.
Secara façade, bangunan memang dipertahankan klasik, tetapi dari segi teknologi, Royal Ambarrukmo Yogyakarta akan tetap mengikuti perubahan zaman. Aspek ini diwujudkan seperti pada penggunaan smart TV, AC hemat energi, lampu LED, lampu timer dengan sensor cahaya, serta aplikasi pada atap Punika Deli yang dapat dibuka atau ditutup.
86 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
Pohon seusia hotel yang masih dipertahankan.
Secara tidak sengaja, tidak ada bangunan yang lebih tinggi di sekitar hotel. Saat menginap, anda akan disuguhi pemandangan Gunung Merapi di sebelah utara langsung tanpa terhalangi oleh apapun. Ruang-ruang hijau pun tidak dikurangi dan masih tetap dipertahankan, seperti pohon besar yang berada di dekat pintu masuk Punika Deli. Pohon tersebut merupakan salah satu pohon yang sudah ada sejak tahun 1968. Vertical garden juga menghiasi bagian depan dari Punika Deli.
Untuk ke depannya, dipastikan tidak akan ada jembatan penghubung dengan Plaza Ambarrukmo. Hal ini dikarenakan bangunan ini termasuk dalam cagar budaya. Selain itu kepercayaan akan sikap tidak sopan jika “nglangkahi� Kedaton Ambarrukmo. Royal Ambarrukmo Yogyakarta juga akan difungsikan sebagai Living Museum Hotel yang diwujudkan dalam pembuatan plakat yang menampung deskripsi karya-karya seni yang ada.
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
87
ANJANGSANA [ FENOMENA&LIFESTYLE ]
VAST STORE
JOGJA & SKATEBOARDING Text by Naomi Dian Photos by Muhammad Gifari
Tentu Anda pernah menyusuri Jalan Selokan Mataram, bukan? Di samping kemacetannya saat jamjam sibuk, Anda pasti menyadari banyak toko dan rumah makan berjajar di sepanjang jalan. Tidak jauh ke barat, Anda akan mendapatkan sebuah lahan dengan tatanan mixed-use yang unik, yaitu sebuah skate park yang dipadukan dengan toko. Ya, tempat tersebut adalah Vast, toko clothing independence yang dikolaborasi dengan skatepark. Di Indonesia, Vast merupakan satu-satunya inovasi bangunan mixed-used toko dan skatepark, dan hingga hari ini belum memiliki cabang. Seturan yang notabene adalah Central Business District menjadikan lokasi Vast cukup strategis untuk dijangkau. Sejak dibuka pada bulan Februari 2017, Vast berdampak positif bagi komunitas skateboarding di Jogja. Dengan luas lahan skatepark 〖400 m〗^2 dan dibuat sesuai standar
88 ARÇAKA #9 [ JANUARY 2018 ]
menjadikannya mampu menampung aktivitas anak-anak muda untuk bermain skateboarding. Mereka memiliki tempat untuk berlatih, bukan lagi di jalan, karena di samping berbahaya, jalan memang bukan tempatnya. Anggota komunitas ini sebenarnya berjumlah kurang lebih 100 orang dengan member aktif sekitar 2030 orang. Berawal dengan kecintaan dengan dunia skateboarding dan musik menjadikan pendorong pemilik Vast, untuk mewujudkan Vast sebagai suatu tempat untuk mereka berlatih. Pemilik ingin mewujudkan nuansa komunitas di tempat ini, sehingga selain menjadi home base skateboarder Jogja, Vast juga difungsikan sebagai home base-nya komunitas grafitti dan musik. Fungsi tersebut terwujud dalam pembagian sub store, seperti squad grafitti, skatepark, di samping main store dan shoes and care. Kurangnya produsen clothing
Lampu Ruang Shoes and Care terinspirasi dari skateboard.
Plang nama dan branding Vast Store
independence yang memodali komunitas skateboarding, sepeda bmx, serta band independence untuk menghasilkan merchandise juga menjadi salah satu alasan pendirian Vast. Bangunan berkonsep Rough Industrial ini didesain oleh pemilikb timnya. Berawal dari ide Cabin House, Vast diwujudkan dalam bentuk segitiga dengan material mortar, kaca, dan dinding yang unfinished. Skate park pun sudah didesain sesuai standar pemakaian. Pengunjung yang datang cukup beragam, mulai dari anggota komunitas skateboard itu sendiri hingga mahasiswa dari dalam bahkan luar kota. Biasanya mereka datang saat weekend, dengan frekuensi malam hari lebih ramai. Latihan rutin skateboard yang biasa dilakukan yaitu setiap hari Rabu, Sabtu, dan Minggu, dengan catatan jika tidak hujan. Selain itu Vast juga sering mengadakan event, seperti kompetisi skateboarding, event musik, ataupun grafitti. Jika dihitung kurang lebih 3-4 kali event dalam setahun. Vast juga pernah digunakan sebagai tempat berlangsungnya Kompetisi Skateboard tingkat lokal. Bahkan para skateboarder nasional pernah datang ke Vast untuk play dan perform.
Bagian dalam Vast
Kegiatan Skateboarding di sore hari
Kegiatan skateboarding di sore hari
ARÇAKA #9 [JANUARY 2018 ]
89
KRITIK DAN SARAN
majalaharcaka@gmail.com
@arcaka