Dimana bisa Membeli Produk Organik ya? Terjangkau & Terperca Pasar Alternatif : Harga Lebih Terjangkau i yuk‌!! Pesan Langsung ke Petan
inspirasi gaya hidup organik
Dari Redaksi,
Foto Sampul Belanja sehat setelah mengantar anak sekolah Foto Dokumentasi AOI
ISSN : 2089 7294
Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab Direktur Program AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Pelaksana Ani Purwati Staf Redaksi Rasdi Wangsa Lidya Inawati Sucipto K. Saputro Desain Grafis Arief Rifali Firman Keuangan Endang Priastuti Marketing Rizki Ratna A. Distribusi Ilyas Alamat Redaksi Jl. Kamper Blok M No.1 Budi Agung, Bogor, Jawa Barat Telp./Fax +62 0251-8316294 E-mail organis@organicindonesia.org Website www.organicindonesia.org
diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fairtrade.
be part of our movement
Daftar isi
Surat Pembaca
04
Isu Utama Dimana bisa Membeli Produk Organik Terjangkau & Terpercaya? Pasar Alternatif : Harga Lebih Terjangkau
05
Pesan Langsung ke Petani yuk‌!!
08 11
Jendela Konsultasi Pertanian Untuk Dataran Tinggi
14
Penjaminan Organis Penjaminan Komunitas: Bantu Petani Kecil
15
Profil Donna Agnesia: Konsumsi Organik Untuk Jaga Kesehatan Keluarga
18
Agribisnis Jurus Jitu Bisnis Sosial di Produk Organik
21
Info Organis BOF 2 - FHI, Pasar Organik dan Fairtrade Terbesar di Indonesia
24
Bijak di Rumah Bahan Pencuci Ramah Lingkungan
28
Ragam Mengenal Pangan Olahan Organik
30
Foto: hibban fathurrahman
Surat Pembaca tambah rubrik
4
|
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Isu Utama |
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
5
Pangan organik untuk Indonesia Foto padi organik Pangan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia mempunyai hak kedaulatan atas pangan. Mencukupi kebutuhan bahan pangan yang sehat bagi yang mengonsumsinya, sehat serta sejahtera bagi yang menghasilkannya (memproduksinya), serta aman bagi lingkungan sekitarnya, tidaklah mudah. Perubahan global terutama bidang teknologi pangan serta pertanian membuat kita bersama secara langsung ataupun tidak telah menyokong atau menjadikan pangan modern sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Makanan yang dibuat atau dibentuk dari berbagai proses yang belum tentu baik bagi konsumen yang mengonsumsinya bahkan bagi kualitas lingkungan di sekitarnya sudah merupakan hal yang menjadi biasa saat ini. Silakan melihat apa yang tertera di rak toko sekitar kita, semua didominansi oleh hasil teknologi canggih hingga sederhana serta semua terlihat seragam.
Kekuatan, keuntungan serta manfaat dengan menanam bahan pangan sendiri secara tidak langsung adalah konsumen dapat lebih menghemat pengeluaran dari hal yang paling sederhana seperti bumbu dapur, cabe, seledri, daun bawang hingga daundaunan untuk lalapan. Disamping itu kita bisa mendapat produk segar yang kualitasnya jelas diketahui baik karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetis atau tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya karena ditanam sendiri dan yang pasti akan lebih sehat.
Tidak lagi terlihat penjual makanan, katakanlah untuk sarapan pagi berupa umbi-umbian dan kacang-kacangan rebus, bubur dengan aneka rasa serta jenis pangan lokal setempat. Semua tergantikan dengan roti yang terbuat dari gandum, cereal dari olahan susu atau gandum atau jagung ‌.. yang semua notabene diimport dan yang penting adalah bukan merupakan bagian dari khasanah kuliner Indonesia.
Seolah kebiasaan ini mengingatkan kita untuk kembali pada kebiasaan nenek moyang kita, semua tinggal diambil dari kebun. Tentunya hal ini bukan mustahil karena dapat kita lakukan di perkotaan dengan lahan yang terbatas. Bercocock tanam dikota seakan menghidupkan kembali budaya bercocoktanam terutama untuk kawasan diperkotaan bahwa bertani itu bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja.
(foto kue non terigu)
Bila dilihat dari segi geografis Indonesia, Pasar Tani di tengah kota juga bisa menjadi salah sarana mengakses produk pangan sehat di perkotaan. Akses pasar dengan pendekatan konsumen dan produsen secara langsung akan memperkuat dasar kepercayaan yang menjadi landasan organik. Hal penting yang dilihat dari sisi konsumen adalah keterjangkauan produk sehingga konsumen bisa menentukan kualitas seperti apa yang mampu dibelinya. Aspek pendidikan konsumen pun berjalan di sini dimana konsumen mengenali siapa dan bagaimana produksi pangan yang disantapnya dihasilkan sehingga dapat saling menghargai.
Dari kutipan sebuah buku “ Food Rules� yang ditulis oleh Michael Pollan yang artinya kurang lebih “jangan konsumsi makanan atau bahan pangan yang tidak dikonsumsi oleh nenek-nenekmu,� sederhana tapi memberi makna yang dalam, mengajak kita kembali mengonsumsi makanan atau pilih bahan pangan yang asli dari masingmasing daerah. Untuk kehidupan di perkotaan tidaklah mudah menentukan sikap serta bersikap konsisten terhadap apa yang dikonsumsi dalam keseharian. Beberapa tahun terakhir semakin 6
banyak terdengar gerakan melakukan penanaman pangan di daerah sekitar tempat tinggal dengan cara memanfaatkan halaman rumah atau tanah kosong dengan berbagai teknik seperti vertikultur dengan sistem bertingkat karena terbatasnya lahan di perkotaan, dengan memanfaatkan wadah yang ada seperti botol bekas wadah air mineral, ember yang tidak terpakai bahkan sampai dengan polybag. Jenis tanaman yang ditanampun beragam mulai dari bumbu dapur, buah-buahan, sayur mayor, kacang-kacangan dan lainnya.
|
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Keragaman Pangan Nasional Salah satu keunikan dan keuntungan pertemuan antara produsen dan konsumen adalah mengenalkan produk pangan dengan keunikan dan keragaman, dimana konsumen mempunyai aneka pilihan untuk memutuskan pilihan. Pertanian organik yang mempertahankan keragaman hayati dengan berbagai varietas asli lokal, dan menolak penggunaan produk rekayasa genetik (PRG/GMO) tentunya memastikan bahwa keragaman pangan nasional dari seluruh penjuru tanah air akan lebih terjaga dan setiap daerah mempunyai kekhasan makanan sesuai budaya dan geografisnya. Pengenalan ragam varietas lokal Indonesia akan sangat terbantu apabila ketersediaan ragam pangannya ada, sehingga membantu masyarakat mengenal kembali dan mengenalkannya pada keluarga. Mulai dari jenis padi, umbi-umbian, kacangkacangan, biji-bijian lokal, begitu pula dengan sayur mayur lokal. Tentunya dengan tata cara memasak yang sudah dilakukan secara turun temurun. (Foto umbi2an dan kacang2ngan) Akses pangan organik dan sehat untuk seluruh konsumen di Indonesia, bisa dilakukan bersama dengan membuka kembali kekuatan-kekuatan pertanian lokal, dimana sahabat kita para petani bisa langsung mengonsumsi pangan sehat yang dihasilkannya serta memperdagangkan kelebihannya untuk menlengkapi biaya kehidupannya. Perlu kita cermati tentang harga jual produk pertanian yang menganut keterbukaan sehingga semua bisa mendapatkan kesejahteraan kehidupan bersama.
Slow Food, upaya kembalikan pangan lokal Sementara itu telah banyak kegiatan untuk mengembalikan seluruh unsur pangan di dunia ini. Semua berdasarkan pilar masing-masing walaupun dengan bahasa yang berbeda, tetapi intinya adalah Tumbuhan/Hewan, Manusia dan Alam. Bagaimana kita sebagai penghuni planet bumi ini bisa merubah produksi serta konsumsi dengan cara yang berkelanjutan untuk menjaga keragaman hayati dalam
menanggulangi krisis produk serta distribusi pangan yang terjadi saat ini. Kreatifitas, imajinasi serta pengetahuan dibutuhkan bersama untuk melakukan berbagai perbaikan yang sudah tidak bisa ditunda lagi, dimana nantinya ada kebutuhan atau permintaan pasti produksi akan mengikuti. Salah satu perhelatan pengenalan kembali pangan lokal di tingkat dunia pada tahun 2012 dilakukan Slow Food Internasional. Ajang pertemuan organisasi Slow Food telah berlangsung pada 25 -29 Oktober 2012 di Linggoto Fiere, Torino Italia, dan tahun ini mengambil slogan: “Food that Change the World” (“ Pangan yang Mengubah Dunia”). Slow Food merupakan sebuah organisasi eco gastronomik internasional, non profit dan berbasis anggota. Adalah Carlo Petrini yang mendirikannya pertama kali pada tahun 1989, untuk melawan gaya hidup cepat , industri makanan cepat saji dan mempromosikan pangan lokal berkelanjutan. Terdiri dari 100 ribu anggota di 160 negara di bawah naungan 1300 convivia termasuk sekolah, rumah sakit, institusi dan otoritas lokal, bersama dengan 2000 komunitas makanan, 1000 ahli masak dan 400 akademisi dan 1000 murid sekolah serta produsen muda dari 160 negara. Dengan landasan Good, Clean and Fair, Slow Food dapat menghasilkan “Sustainable Quality Food”. Good dalam arti baik disantap dan cita rasanya, clean: dihasilkan dengan tehnik atau tata cara yang berkelanjutan serta menghargai lingkungan, fair : dihasilkan dengan cara menghargai pekerja, aturan dan budayanya serta berkeadilan. Foto. Pengunjung Pameran, semua antusias mengikuti acara yang ada. Anak anak menuju area Slow Food Educa
Foto: Bibong Widyarti, Oktober 2012 Kegiatan pameran yang dihadiri lebih dari 220.000 pengunjung ini juga menyuguhkan berbagai acara yang dapat diikuti, mulai konferensi, workshop, kunjungan, food testing, edukasi untuk anak-anak kaum muda dan dewasa dengan topik bahasan makanan, pertanian, keanekaragaman
hayati, perubahan iklim, energy bersih berkelanjutan (Food, Agriculture, Biodiversity, Climate Change, Suistainable Clean Energy). Foto: Bibong Widyarti, Oktober 2012 Arena pameran tersusun rapi berdasarkan letak kontinen dan geografisnya dengan tema yang khas, sehingga memudahkan pengunjung menemukan gastronomi serta keanekaragaman hayati lokal masingmasing area. Workshop, seminar, food testing and education, merupakan arena pembelajaran, pertukaran informasi bagi semua pengunjung dalam berbagai kalangan dan usia serta para delegasi. Keragamannya jelas terlihat, dirasakan dan bisa dipahami. Efeknya tentu saja penyadaran, apakah kita membiarkan kekayaan yang belum tergali seluruhnya hilang begitu saja tanpa bisa digantikan serta tidak bisa dinikmati oleh generasi kita selanjutnya? Keragaman bahan pangan yang luar biasa juga perlu dipertahankan dengan segala upaya yang bisa dilakukan setiap individu. Sehingga tidak salah apa yang dikatakan bahwa pilihan untuk di piring makan saat ini menentukan masa depan kehidupan. Pengunjung juga dapat mencicipi produk unik dari seluruh dunia serta bertatap muka dengan produsen, petani, peternak, nelayan serta artisan dari lebih dari 200 Slow Food Presedia, Terra Madre Network dan ribuan peserta pameran. Dari kawasan Eropa dan Mediterania menghadirkan zaitun dan minyak zaitun, keju, roti. Eropa menghadirkan wines, bir, coklat olahan dan kawasan Afrika menampilkan couscous, kopi, coklat, dan cola nut. Asia juga menampilkan display khusus berupa berbagai jenis padi-padian, rempah-rempah, umbi-umbian serta biji-bijian dengan masakan tradisional. Amerika Latin tampil dengan berbagai produk sesuai dengan kondisi alamnya yaitu kopi, coklat, madu dan spirits. Amerika Utara tampil dengan sirup maple dan beras serta buah-buahan.
Yang membuat terperangah adalah saat semua peserta yang berasal dari Asia diminta mempersiapkan berbagai jenis padi, biji-bijian, rempah-rempah dan umbi-umbian. Saat semua sudah terpajang, terlihatlah betapa banyaknya keragamanan yang ada di sana. Indonesia tampil dengan jenis padipadian, umbi-umbian, rempah-rempah dan biji bijian. Diikuti negara lainnya dari Filipina, Malaysia, India. Semua seakan mewarnai betapa kuatnya keragaman bahan pangan di areal ini. Indonesia diwakili oleh Komunitas Kasepuhan Cipta Gelar dari kaki gunung Halimun Jawa Barat berbicara tentang kearifan lokalnya tentang tata cara budibudaya, menjaga serta mempertahankan jenis varietas lokal dalam seminar dilengkapi dengan workshop untuk memperagakan menu lokalnya “Nasi Kabuli”. Lengkap sudah pengalaman menelusuri semua pondasi Good Clean and Fair yang menjadi landasan gerakan Slow Food. Kekuatan menjaga keanekaragaman hayati dengan semua aspeknya merupakan hal berharga bagi umat manusia di dunia. Seperti kata kunci dari Vandana Siva dalam salah satu seminarnya dalam acara “Salone del Gusto and Terra Madre 2012”, bahwa Tumbuhan, Manusia dan Tanah adalah kekuatan kehidupan. Penulis: Bibong Widyarti, konsumen organik, Anggota DPA-AOI
Foto. Produk peserta Salone del Gusto- Terra Madre 2012, dari kemasan sederhana hingga kemasan modern.
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
7
| Isu Utama
Wujudkan kemandirian dan ketahanan pangan mulai dari keluarga petani
8
|
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Isu Utama |
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
9
| Isu Utama
Anggaran kecil, Pemerintah enggan berdayakan petani organik untuk mandiri Anggaran kecil, Pemerintah enggan berdayakan petani organik untuk mandiri Masyarakat sipil di Indonesia sudah mengkampanyekan gerakan pertanian organik sejak tahun 70-an dan mendapat respon baik dari pemerintah ketika di tahun 2000 pemerintah Indonesia meluncurkan program Go Organic 2010. Respon terbaik dari pemerintah adalah keputusan DPR RI periode 2004-2009 untuk mengalihkan anggaran subsidi untuk pupuk kimia menjadi subsisi pupuk organik dalam bentuk dukungan membangun rumah kompos di desa-desa. Pada waktu itu ditargetkan ada 10.000 rumah kompos yang akan dibangun di 10.000 desa, dan ditargetkan selama 5 tahun dengan mekanisme bergulir seluruh desa di Indonesia bisa memiliki rumah kompos. Sayangnya keputusan tentang pengalihan dana subsisi pupuk
10
|
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
kimia ke pupuk organik tidak dilaksanakan secara konsisten. Dana yang dialokasikan ternyata masih sebagian besar dialokasikan lewat pabrik pupuk daripada untuk pembangunan rumah kompos oleh petani. Target 10.000 rumah kompos per tahun tidak terealisasi. Diperkirakan sejauh setelah keputusan ini berjalan kurang lebih selama 3 tahun tidak lebih 500 rumah kompos yang sudah dibangun oleh pemerintah.
Pada dasarnya keberadaan SNI dan OKPO adalah untuk membangun mekanisme yang mewajibkan setiap produk pertanian organik yang dijual di pasar memiliki sertifikat organik yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi pemerintah. Alih-alih mendukung pengembangan pertanian organik, kewajiban sertifikasi ini sendiri kemudian mematahkan semangat petani untuk bertani organik.
Akibatnya pembangunan rumah kompos tidak berkontribusi signifikan terhadap pengembangan pertanian organik. Keputusan lain yang berhubungan dengan Program Go Organic 2010 adalah disyahkannya Otoritas Kompeten Pertanian Organik dan Standard Nasional Indonesia untuk produk pangan organik lewat BSN SNI 01-6729-2002 yang diperbarui lewat BSN SNI 6729:2010.
Kewajiban sertifikasi mengakibatkan biaya produksi menjadi meningkat bahkan untuk lahan produksi di bawah 20 hektar biaya sertifikasi tidak akan memberikan keuntungan yang berarti bagi petani. Pemerintah memang memberikan dukungan biaya untuk sertifikasi tersebut. Tapi dukungan tersebut sangat kecil dan terbatas pada komoditas yang dijual di pasar domestik yang
Isu Utama | pada dasarnya tidak memerlukan sertifikasi. Dari segi jumlah sejauh ini dukungan untuk sertifikasi baru diberikan kepada sekitar 60 kelompok tani. Selain itu, dalam konteks distribusi dan penyaluran anggaran (spending anggaran) di beberapa tempat ditemukan bahwa proses distribusinya tidak hanya tidak jelas bagi PEMDA tetapi juga bagi petani. Dengan demikian praktik korupsi-kolusi dan nepotisme, secara struktural telah melibatkan rakyat miskin dan masyarakat secara umum, karena kesalahan pengaturan kelembagaan, serta kurangnya pengawasan dari masyarakat sendiri.
nian, namun anggaran tersebut masih sangat sedikit dan belum mencukupi kebutuhan gagasan “Go Organic�. Rata-rata belanja untuk pertanian oganik selama 2011-2012 diperkirakan hanya mencapai Rp1,5 triliun atau sekitar 8,47 persen dari belanja fungsi pertanian. Tahun 2011, angggaran pertanian organik hanya berkisar Rp 1,17 triiun, atau hanya 6,82 persen dari total belanja fungsi. Anggaran tersebut pada 5 kegiatan.Secara berurutan kegiatan yang paling besar anggarannya adalah subsidi pupuk, UPPO, rumah kompos , SRI dan LSPO (lihat tabel 1).
Tabel 1. Sebaran Program dan Dari aspek gender, anggaran JumLah Anggaran Pertanian pembangunan di sektor perOrganik 2011 tanian relatif tidak mendorong Komponen Tahun 2011 berkembangnya keadilan dan (dalam juta) % dari Fungsi % kesetaraan gender. Kelompok tani dari Kementan misalnya masih dilihat sebagai Subsidi Pupuk Organik 800.000 kelompok laki-laki, demikian juga 4.65 4,51 program-program di sektor perSRI 25.792 0.15 0,14 tanian ditujukan untuk laki-laki. Rumah Kompos 32.685 Kalaupun ada perempuan dalam 0.19 0,18 kelompok tani maka perannya UPPO 313.691 1.82 lebih sebagai penerus peran-per- 1,77 an domestik di kelompok. LSPO 1.423 0.01 0,01 Munculnya program-program Jumlah 1.173.591 6.82 6,6 pertanian organik dengan anggarannya yang terus meningkat mendorong Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan Circle Indonesia memetakan program apa saja dan seberapa besar anggaran yang dialokasikan dalam APBN dan bagaimana praktik pelaksanaannya di tingkat lapangan. Anggaran tak cukupi “Go Organic� Sumber: APBN 2011 Hasil kajian AOI dan Circle Indonesia dengan dukungan Program Dengan komposisi tersebut, 31,8 Representasi USAID 2012 menun- persen merupakan bantuan sosial jukan, meski pada 2012 anggaran yang ditujukan langsung kepada pertanian organik meningkat kelompok tani. Sedangkan 68,2 mencapai 10 persen dari alokasi persen diberikan melalui perufungsi dan Kementerian Pertasahaan pupuk.Dengan potret
anggaran seperti di atas, menunjukkan bahwa pemerintah dalam pengembangan pertanian organik di Indonesia lebih berkonsentrasi pada penyediaan pupuk ketimbang aspek lain misalnya benih dan pengolahan paska panen. Dengan besarnya alokasi subsidi pupuk dan bantuan langsung pupuk yang nilainya mencapi Rp1,68 triiun jelas menunjukkan bahwa pemerintah lebih senang menjadi pelaksana dengan memberi pupuk ketimbang memberdayakan petani untuk mandiri dengan memproduksi pupuknya sendiri. Kajian yang dipaparkan pada 14 Agustus 2012 ini juga menyebutkan, alokasi terbesar program organik saat ini masih berbentuk subsidi yang dikelola oleh perusahaan pupuk. Sedangkan program organik lain melalui bantuan sosial yang dilakukan melalui tugas pembantuan menempatkan kementerian sebagai pembuat program dan pemegang anggaran, sementara daerah hanya menjadi obyek yang harus tunduk pada kemauan pusat. Menurut kajian yang dilakukan di Boyolali, Jawa Tengah ini, praktik System of Rice Intensification/ SRI dan Unit Pengolahan Pupuk Organik/UPPO dengan anggaran yang sangat sedikit tersebut, kenyataannya juga kurang efektif karena: pertama, distribusi anggaran tidak secara ketat mempertimbangkan lokasi dan kapasitas kelompok penerima. Pada praktiknya, lokasi penerima SRI dan UPPO belum tentu sesuai kriteria yang telah ditentukan. Demikian juga dalam penentuan kelompok penerima, relatif diwarnai kedekatan seseorang dengan kekuasaan di tingkat kabupaten.
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) | 11
| Isu Utama
PANGAN ORGANIK BERMANFAAT UNTUK KESEHATAN
Pangan organik bermanfaat untuk kesehatan (foto produk organik di rak) Produk pangan organik berasal dari teknik bertani tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Teknik bertani secara organik ini lebih mengutamakan keseimbangan fungsi alam. Pertanian organik melihat satu kesatuan fungsi alam yang tidak terpisahkan. Bahwa dalam berproduksi lebih mengutamakan persahabatan dengan alam, mempunyai prinsip selaras dengan alam, tidak merusak dan tidak memberi efek samping. Caranya dengan tidak menggunakan bahanbahan kimia buatan seperti pupuk dan pestisida kimia hasil pabrik, sebaliknya menggunakan bahan-bahan alami hasil karya petani sendiri (kompos dan pestisida alami). Bahan-bahan kimia buatan seringkali mengakibatkan dampak buruk pada kesehatan. Selain berbahaya bagi petani yang bersinggungan langsung dengan lahan dan teknik pertaniannya, bahan-bahan kimia ini juga berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsi hasil panennya. Kandungan pestisida yang masih melekat pada hasil pangan 12 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
pertanian bisa memberikan efek buruk pada konsumen. Pestisida kimia menurut Dr. Phaidon Toruan, MM, Ketua Bidang Olah Raga tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama bagi diet konsumen yang dianjurkannya makan makanan mentah yang sehat seperti organik. Dengan menghindari makanan toksik yang berpestisida juga bisa membantu mencegah kegemukan selain dengan menjaga pola konsumsi secara keseluruhan. Seperti merubah pangan sumber karbohidrat dari beras putih ke beras merah, tidak makan makanan yang digoreng serta melakukan aktifitas aerobik. Tak heran bila banyak dokter dan ahli terapi menyarankan mengkonsumsi pangan organik untuk menjaga kesehatan. Bagi orang yang sehat, yang sedang sakit, pemilik kebutuhan khusus (autis), pangan organik sangat baik sebagai menu pola makan yang sangat baik. (foto bermacam beras organik-merah, putih)
Mengkonsumsi pangan organik berarti meminimalkan asupan bahan kimia berbahaya bagi tubuh. Swasti, seorang konsumen organik di Cibubur, Jakarta Timur mengakui bahwa anaknya saat berusia 9 tahun yang menderita autis, aktivitas dan kondisi tubuhnya bisa lebih stabil setelah mengkonsumsi produk pangan organik. Sebelum mengkonsumsi pangan organik, anaknya tersebut sangat aktif saat mengkonsumsi produk pangan konvensional yang masih menggunakan bahan-bahan kimia. “Melihat manfaat organik yang besar untuk lingkungan dan kesehatan tubuh, akhirnya satu keluarga kami saat ini sudah mengkonsumsi produk organik,� ungkap ibu tiga orang anak ini. “Yang terpenting lagi saya bisa lebih mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi anak-anak saya,� lanjutnya. Sebagian besar konsumen organik lainpun mengakui manfaat pangan organik untuk kesehatannya. Mereka bisa merasakan kesehatannya menjadi lebih baik. Jarang sakit dan ke dokter lagi setelah mengkonsumsi pangan organik seperti beras dan sayur-sayuran. Bahkan produk kosmetik berbahan organik dan alami yang dipakai juga membuat
Isu Utama | konsumen tidak merasa alergi pada kulitnya lagi. Petani organik yang menjual hasil panen beras organik langsung pada konsumennya juga mengatakan bahwa sebagian besar konsumennya telah mendapat saran dokter untuk mengkonsumsi beras organik. Bahkan ahli terapi juga menyarankan pada pasiennya untuk mengkonsumsi beras organik agar bisa sehat kembali. “Sebagian besar konsumen yang membeli beras organik dari kami adalah mereka yang sudah mendapat saran dokter atau ahli terapi untuk makan beras organik yang alami. Kata dokter mereka yang sudah terkena penyakit diabetes, stroke dan sebagainya sangat baik mengkonsumsi beras dan produk organik lainnya untuk memuluhkan kesehatannya,” ungkap Bayinah, seorang petani organik perempuan dari Banjarnegara. Menurut pakar naturopati DR. dr. Amarullah Siregar Ph.D dalam sebuah media nasional, sejak dahulu manfaat makanan organik sudah diteliti mampu meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan proses degeneratif, mencegah terjadinya paparan radikal bebas, regenerasi sel dan optimalisasi antibodi. “Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, susu organik mempunyai lebih dari 60-80 persen kandungan nutrisi dibandingkan susu konvensional. Sedangkan, seperti tomat, kentang, bawang, kubis mempunyai 20-40 persen lebih kandungan antioksidan dibandingkan buah dan sayuran konvensional,” ucapnya. Amarullah juga mengatakan, untuk hidup sehat secara organik tidak selamanya mahal. Hal tersebut dapat disiasati dengan mulai menananam tanaman-tanaman rumahan. “Kan nggak mesti beli yang di supermarket. Sekarang yang jadi masalah, organik itu bisa kita tanam sendiri. Misalnya mau tanam bayam, sawi, kangkung, kan tinggal di tanam dalam pot-pot,” kata Amarullah. Hasil penelitian: Organik tingkatkan kesehatan (foto Sayur-sayuran/kayu manis, kecap dll organik) Hasil penelitian University of Newcastle, Australia seperti dilansir Daily Mail 2011 menunjukkan makanan organik cenderung meningkatkan kesehatan secara umum. Hasil penelitian ini menegaskan tingkat senyawa makanan
organik yang lebih tinggi mendorong tubuh untuk membakar lemak. Ini bisa membantu mengurangi berat badan. Para peneliti yang berbasis di School of Agriculture, Food and Rural Development di Newcastle ini meninjau semua riset terbaru mengenai nutrisi yang ditemukan dalam makanan organik. Mereka menemukan bahwa buah dan sayuran yang tumbuh dengan cara ini lebih kaya akan zat paling bermanfaat yang disebut metabolit sekunder dan vitamin C. Metabolit sekunder dikatakan mampu untuk mendorong sistem kekebalan dan melindungi tubuh dari radikal bebas. Zat-zat itu termasuk fenolik, tanin, flavanoid, karotenoid dan resveratrol pembakar lemak, yang dikatakan membantu melindungi dari kanker, diabetes dan penyakit jantung.
Sebagaimana lebih banyak ilmu pengetahuan dilakukan, kami melihat bukti menunjukkan perbedaan nutrisi penting terkait dengan makanan organik,” jelasnya.(*)
Penelitian ini juga membuktikan bahwa dalam produk organik kandungan metabolit sekunder 12 persen lebih tinggi daripada dalam sampel konvensional. Keberadaan vitamin C rata-rata 6 persen lebih tinggi. Tim peneliti menggunakan penemuan ini untuk memperkirakan pengaruh meningkatkan hidup dari hanya makan buah dan sayuran biasa ke versi organik dalam jumlah sama. Pemimpin penelitian Dr. Kirsten Brandt, dosen senior dalam kualitas makanan dan kesehatan mengatakan, angkaangka itu mewakili “tebakan terbaik” berdasarkan semua informasi yang tersedia. Dia menunjukkan kebanyakan orang mungkin akan hidup lebih lama tetapi sedikit yang beruntung bisa menambah beberapa bulan, dan bahkan hingga lima tahun. Penelitian iini mengungkapkan para penggemar makanan organik bisa hidup lebih lama karena sepadan dengan penurunan berat badan, atau kurangnya berat badan. Peter Melchett, Direktur Soil Association mengatakan, ada banyak alasan orangorang memilih makanan organik, dan tidak sedikit karena alasan lebih baik untuk lingkungan, kesejahteraan binatang dan margasatwa. “Di sini kami memiliki riset yang mendemonstrasikan manfaat kesehatan juga penting. EdisiEdisi 28 /26 Th./ 9Th. (Mei 8 (Sept-Des - Agustus2011) 2012) | | 13
| Jendela Konsultasi
Pertanian Untuk Dataran Tinggi Agus Kardinan Pestisida Nabati
Daun Bayam Bolong-Bolong Dear Redaksi, Daun tanaman bayam saya bolongbolong. Apakah penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Terima kasih, Neta Pariaman, Sumatera Barat Toto Himawan menjawab: Daun bayam yang bolong-bolong bisa disebabkan oleh belalang tapi itu bolongnya agak besar ya dan pasti kelihatan belalngnya. Kalau bolongnya kecil-kecil mungkin disebabkan oleh kutu anjing (Phylotreta sp.), yaitu jenis kumbang kecil. Sementara bisa diatasi dengan memakai pestisida nabati (misal serbuk biji mimba). Bisa juga menggunakan agens hayati (Beauveria basiana). Caranya semprotkan pada daun dan tanahnya. Untuk tanam berikutnya pastikan komposnya bagus dan ditambah dengan B. basiana dan Metarhyzium. Kalau lubang kecil atau transparan warna putih, itu disebabkan jamur putih. Cara mengatasinya semprot saja memakai Trichoderma. Sayangnya tidak ada gambar gejalanya ya. Mungkin sementara itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih. Salam, Toto Himawan
Dear Redaksi, Pada waktu musim padi, kan semua petani menanam padi. Jadi kondisi lahannya banyak air, tanahnya berlumpur, dan seterusnya. Nah... kalau semua petani menanam padi, pada saat panen harga gabah jatuh. Saya berpikir, kenapa tidak menanam tanaman lain saja. Apalagi kalau desa lain sudah tanam duluan, sudah ketauan ada hama. 14 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Jadi tanaman lain apa yang baik sebagai pengganti tanaman padi tersebut di lahan yang sama? Lalu langkah terbaik apa untuk memulai pertanian organik di lahan tersebut? Terima kasih, Muhammad Khariri Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo, Kudus, Jawa Tengah
Agung Prawoto
YP Sudaryanto
Diah Setyorini
Daniel Supriyono
Standar dan Sertifikasi
Sayuran Organik
Daniel Supriono (Ahli Padi Organik) menjawab: Sesungguhnya ganti tanaman (rotasi/ pergiliran) tidak hanya dilihat karena padi tidak/kurang menguntungkan saja. Aspek ekonomi oke tidak dilarang. Tapi juga seyogyanya mempertimbangkan aspek ekologi (ketinggian tempat), lahan Saudara ada di mana? Kirakira ketinggian tempat berapa dari permukaan air laut? Untuk ganti tanaman antara lain perlu pertimbangan faktor ini. Alternatif tanaman dataran rendah ke menengah (0-600 m dpl) adalah cabai, terong, timun, bawang merah (tanah berpasir), kacang panjang, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau), kangkung, bayam, sawi, dan lain-lain. Untuk dataran menengah ke atas (lebih dari 600 m dpl) biasa tumbuh baik tanaman seperti: kol, bit, wortel, buncis, selada keriting, pakcoy, brokoli, kembang kol, dan lain-lain. Tentang peralihan dari lahan konvensional (kimiawi) ke organik perlu dilakukan pentahapan (konversi). Strateginya adalah pengurangan bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida) dan diganti dengan bahan-bahan organik. Secara umum empat kali musim tanaman sudah dapat diterapkan pertanian organik. Hal ini memang relatif, karena masih perlu dikaji lebih mendalam (seperti seberapa banyak selama ini penggunaan bahan kimia). Tapi okelah untuk sementara itu dulu. Selamat mencoba dan terus mencoba, masih terbuka lebar untuk konsultasi lebih lanjut.
Kesuburan Tanah
Padi Organik
Sabirin
Tanaman Tahunan
Toto Himawan
Hama dan Penyakit Tanaman
Redaksi Ahli
.. , a b o c n e M t Selama
Penjaminan Organis |
Penjaminan Komunitas: Bantu Petani Kecil Adanya pertumbuhan sektor pertanian organik dan meningkatnya permintaan pasar yang semakin luas dengan jarak produsen dan konsumen yang cukup jauh, maka penjaminan atau sertifikasi produk organik sangat diperlukan. Sertifikasi organik merupakan salah satu bentuk penjaminan pasar atas produk organik. Tanpa ada jaminan tersebut, sulit membuktikan kepada konsumen bahwa produk yang akan mereka konsumsi benar-benar produk organik.
Bermacam Penjaminan Berbasis Komunitas di Indonesia Petani organik kecil menggunakan Sistem Penjaminan Berbasis Komunitas (PBK) untuk memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan petani memenuhi standar organik yang berlaku atau disepakati bersama. (foto petani di lahan organik) Seiiring kesadaran pentingnya hidup sehat dan ramah lingkungan, masyarakat juga mulai mengenal pertanian dan produk organik. Saat ini sebagian petani telah mengembangkan pertanian organik dan sebagian masyarakat sebagai konsumen juga telah mengkonsumsi produk organik. Meski jumlahnya masih relatif sedikit, namun perkembangan para pengembang dan penikmat produk yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis ini cukup menggembirakan. Sebagai komunitas yang bisa mempengaruhi dan menjadi contoh untuk
masyarakat lainnya. Sebagian besar petani organik skala kecil dan konsumennya berinteraksi jual beli produk organik dengan mengembangkan sistem kepercayaan dan penjaminan berbasis komunitas (PBK) atau diinternasional dikenal dengan nama Participatory Guarantee System (PGS). Dalam jarak dekat, sistem kepercayaan di antara petani dan konsumen organik biasanya menjadi dasar yang cukup meyakinkan bahwa petani benar-benar menghasilkan produk organik dengan standar yang ditentukan. Dalam jarak jauh, jika pasar produknya untuk skala domestik biasanya petani organik dan komunitasnya (koperasi, lembaga pendamping petani dan sebagianya) mengembangkan sistem penjaminan berbasis komunitas untuk memberikan jaminan atas keaslian produk organik kepada konsumen. Penjaminan Berbasis Komunitas (PBK) merupakan sistem penjaminan yang sesuai dan diperuntukan bagi (pasar/ konsumen) lokal, kelompok petani
kecil yang sulit mengakses sertifikasi pihak ketiga, yang menekankan ada relasi yang berkesinambungan antara petani dan konsumen. Pada sistem penjaminan ini idealnya melibatkan banyak pihak meliputi petani, konsumen, pedagang, koperasi, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan sebagainya. Para pihak terlibat dalam membangun skema penjaminan organik, mulai dari perencanaan standar dan sistem pengawasan; pelaksanaan hingga evaluasi sistem. Istilah ini menggambarkan adanya kepedulian bersama banyak pihak terhadap kesejahteraan petani, keamanan produk pertanian dan keberlanjutan pertanian dan lingkungan hidup, sehingga sistem penjaminan ini juga dikenal sebagai sistem penjaminan partisipatif. Sistem penjaminan ini mendukung dan mendorong kelompok tani untuk bekerjasama dan meningkatkan hal-hal yang terkait dengan praktik pertanian melalui berbagai pengetahuan dan pengalaman. Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Jun 2012) |
15
| Penjaminan Organis Sistem penjaminan ini juga harus sesuai dengan kondisi budaya dan ekologis serta tradisi setempat, dengan menekankan pada aspek sosial dan lingkungan, dan juga mata pencaharian yang berkelanjutan. Penjaminan ini ditetapkan dan bersifat spesifik terhadap komunitas individu, geografis, dan pasar sesuai dengan kelokalannya. Sistem ini dapat digunakan untuk meningkatkan sosial ekonomi dan kondisi ekologi dengan mendorong produksi dan proses produksi skala kecil. Jaringan kerja antara konsumen dan petani kecil merupakan pendorong agar petani skala kecil memperkuat untuk memperluas produksi mereka. Fokus utama penjaminan berbasis komunitas ini untuk memberikan penjaminan organik bagi pasar lokal dan langsung. Prosedur penjaminan berbasis komunitas ini lebih sederhana dan berbiaya murah bagi para petani kecil. Penjaminan berbasis komunitas mengharuskan adanya suatu pendekatan ekologis yang mendasar terhadap pertanian yang tidak menerapkan pemakaian pupuk atau pestisida kimiawi sintetis maupun organisme rekayasa genetik dan lebih lanjut menunjang para petani dan pekerja dalam sebuah wadah ketahanan ekonomi jangka panjang dan keadilan sosial. Menurut data Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2011, PBK yang teridentifikasi di Indonesia berjumlah 34. Di antaranya PAMOR INDONESIA, SAHANI, Bina Sarana Bakti (BSB) dan lain-lain. Selain mempunyai persamaan seperti samasama mempunyai standar, bermacam PBK ini juga memiliki perbedaan, seperti ada PBK yang belum memiliki prosedur terdokumentasi, tidak membentuk kelembagaan yang khusus dalam memastikan pemenuhan standar organik dan dalin-lain. PAMOR INDONESIA Sejak 2008, Aliansi Organis Indonesia (AOI) menginisiasi terbentuknya model PBK di Indonesia dengan nama PAMOR INDONESIA atau Penjaminan Mutu Organik Indonesia. Dalam menjalankan sistem penjaminannya memiliki PAMOR INDONESIA memiliki standar organik, mekanisme penilaian yang 16 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
dilakukan oleh sesama petani, prosedur yang terdokumentasi dan label untuk produk yang memenuhi standar organiknya. Penjaminan Pamor Indonesia diperuntukkan bagi kelompok petani skala kecil, pasar lokal dan nasional. Untuk memastikan petani telah memenuhi standar organik Pamor Indonesia, dibentuklah sebuah kelembagaan yang dinamakan Unit Pamor Indonesia yang beranggotankan multipihak . Beda antara sertifikasi organik dari pihak ketiga (Lembaga Sertifikasi Pertanian Organik-LSPO) dengan sertifikasi organik partisipatif PAMOR INDONESIA adalah tingkat kesulitan dari dokumentasi. Dalam dokumentasi PAMOR INDONESIA lebih sederhana dan mudah. Demikian juga dari segi biaya, PAMOR INDONESIA lebih terjangkau petani karena tidak melibatkan pihak eksternal dalam proses penjaminannya. Saat ini PAMOR INDONESIA telah memperbarui panduan dan pedoman sehingga petani lebih mudah mengaplikasikannya. Kelompok petani yang sudah menerapkan PAMOR INDONESIA di antaranya Tani Organi Merapi (TOM) di Magelang, Jawa tengah, Brenjonk di Malang, Jawa Timur. (foto produk PAMOR TOM) SAHANI Kelompok petani yang tergabung di Koperasi SAHANI mulai mengembangkan pertanian organik sekitar tahun 1993. Setelah berjalan sekitar 4 tahun, mulailah SAHANI memasarkan produk beras organik dengan pasar bersama. Pada tahun 2004, SAHANI mengadakan pelatihan Sistem Pengawasan Internal (Internal Control System - ICS) yang difasilitasi oleh BioCert waktu itu. Menurut Imam Hidayat dari SAHANI, setelah pelatihan itu, SAHANI mengadopsi ICS sebagai standar Penjaminan Organik berbasis Komunitas (PBK). SAHANI melakukan ICS sebagai kontrol untuk petani yang tergabung dengan SAHANI agar proses budidaya organik sesuai dengan standar pertanian organik. Yang terlibat dalam personel ICS adalah petani. Untuk mensukseskan program PBK ini, SAHANI telah melatih personel ICS mulai dari Staf
Pendaftaran, Inspektor Internal, Komisi Persetujuan dan Manajer Mutu. Staf Pendaftaraan: dijabat oleh pengurus kelompok petani. Bertugas untuk mendaftar petani yang tertarik dengan ICS. Koordinator Wilayah: dijabat oleh perwakilan yang ditunjuk oleh beberapa kelompok petani di wilayah bersangkutan. Bertanggung jawab untuk mengontrol kualitas produk organik. Inspektor Internal: bertugas untuk menginspeksi lahan petani mitra SAHANI secara silang. Maksudnya inspektor tidak boleh menginspeksi wilayahnya sendiri demi menghindari konflik kepentingan. Terdiri dari 3 orang, satu orang dari wilayah Klaten, 1 orang dari wilayah Magelang dan 1 orang dari wilayah Purworejo. Komisi Persetujuan: terdiri dari perwakilan kelompok petani dan staf SAHANI. Bertugas untuk memberikan status atas lahan dari petani mitra Sahani yang mengikuti proses ICS. Manajer Mutu: terdiri dari perwakilan kelompok petani dan staf SAHANI. Bertugas untuk mengontrol produk yang masuk Sahani. Sampai saat ini SAHANI menggunakan sistem PBK ke semua pelanggan dari Yogyakarta maupun luar kota. Seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Malang, Surabaya, Bali, Medan, Samarinda, dan kota-kota di Jawa Tengah. Sistem PBK dengan berdasarkan pada ICS bisa membantu untuk menjamin proses organik dan juga bisa meningkatkan mutu produk organik. Namun menurut Imam, tidak semua petani suka dengan proses ICS karena tidak terbiasa mencatat proses produksi dan tidak semua konsumen mengenal sistem ICS. “Untuk membantu petani yang kesulitan mencatat sebagai proses ICS, ya harus ada pendampingan dalam proses pencatatan. Sementara untuk mengenalkan sistem ICS kepada konsumen, ya tetap melakukan sosialisasi tentang apa itu ICS dan kenapa diperlukan termasuk bahwa ICS merupakan bagian dari penjaminan organik,� jelas Imam. (foto konsumen ke lapangan)
Penjaminan Organis | Pada dasarnya SAHANI berusaha membuat ICS sesimple mungkin karena sebenarnya ini proses mencatat proses produksi dengan beberapa form pendukung dengan acuan standar organik. Menurut Imam, prosesnya bisa dibilang mirip dengan PAMOR INDONESIA, hanya saja PAMOR INDONESIA lebih disempuranakan dan merupakan kesepakatan yang diakui bersama. Sedangkan sumber standarnya sama yaitu ICS. Atau bisa dibilang ICS adalah bagian dari PAMOR INDONESIA. Yang membedakan adalah struktur dalam PAMOR INDONESIA, yaitu ada forum PAMOR yang terdiri dari multistakholder dan ada inspektor eksternal dari PAMOR. Selain itu ada perbaikan dan penambahan, termasuk form-formnya dan ada sebuah sertifikat dengan Nomor Registrasi dari Sekretarian PAMOR INDONESIA yang ada di Aliansi Organis Indonesia (AOI). Dan untuk saat ini memang syarat petani Mitra SAHANI yang ingin mengikuti PAMOR INDONESIA harus menjalankan proses ICS dulu. Bina Sarana Bakti (BSB) Bina Sarana Bakti (BSB) dengan kepemimpinan Pather Agatho di Cisarua, Bogor Jawa Barat telah mengembangkan pertanian organik sejak 1980 an. Dalam perkembangannya permintaan produk organik BSB semakin meningkat. Bahkan produk organik Agatho telah terkenal di seputar Jabodetabek. Bahkan pada 2000 telah ada permintaan ekspor ke Singapura. Untuk menjawab permintaan ekspor dan perencanaan progresif, BSB membangun mitra petani. Sejak awal direncanakan menuju tiap hari ekspor sehingga butuh lahan di luar BSB. “Maka kita adakan penawaran kepada pihak peminat organis yang punya lahan seperti Permata Hati, Denny Farm dan lain-lain. Waktu itu sudah 10 mitra terlibat. Ketika diskusi dengan mereka pihak BSB sudah menyusun konsep budidaya dan MOU sederhana, intinya kebun disetting mirip BSB dan sangat ketat dalam hal prinsip, semua setuju, juga wajib kursus di BSB,” jelas
Y.P Sudaryanto, Ketua BSB saat ini. (foto lahan organik BSB) Menurutnya, saat itu sebagian lahan terletak di sekitar Cisarua dan sempat melebar ke Mega Mendung, Cipanas dan Sukabumi. Bahkan sempat negosiasi dengan kota administrasi Batu, Malang. Dalam membangun komunitas mitra dan menjaga kualitas produksi bersama selalu ada kunjungan rutin dan sidak terutama catatan bed, benih – bibit. Semua wajib membuat info panen setiap Sabtu. Selain itu penyadaran organis telah diberikan saat awal kesepakatan sambil membangun infrastruktur selama 1 minggu penuh. Dalam hal ini positifnya sekaligus mengubah paradigma bertani dan lansung tahu motivasi mitra. Sedangkan negatifnya benyak tenaga BSB tercurah tanpa ikatan kecuali percaya mitra akan setia dan nanti setor sayur. Selain itu BSB menyiapkan Standar Operasional Prosedure (SOP). Namun tidak memiliki struktur karena mitra BSB bukan kelompok tani melainkan perorangan. Di antara mitra BSB hanya saling mengawasi dan BSB mendampingi dengan kunjungan rutin tiap dua minggu sekali. Dalam penggunaan benih petani bebas asal bukan transgenik. Di antara mitra BSB memberitahu varietasnya atau saling memberi informasi. Kompenen yang ada dalam PBK yang dikembangkan BSB ini seperti pemilik lahan jelas, penanggung jawab yang ditunjuk, model tanam, target, sistem panen dengan standar mutu BSB, harga tetap dan pertemuan bersama 2x setahun. Sementara itu, tantangan yang muncul terkait mutu dan produktifitas. Umumnya masih belum pandai menerapkan manajemen BSB sehingga sayur tidak sesuai standar tercampur dengan yang standar. Ketelitian dalam pemeliharaan produksi, petani mitra masih belum biasa kerja dengan sistem produksi rutin dengan pengawasan target. (foto produk organik BSB) Untuk mengatasinya dengan cara konsisten mengajarkan pedoman 10M2, standar mutu dan ketegasan pengiriman sayur. Juga pertemuan rutin dan diskusi tentang semangat organis, pengertian organis yang bukan sekedar ekonomi, perhitungan harga sekaligus rewardnya bagi
mereka yang mencapai target. BSB lebih menekankan hidup organis dengan mereka meski kurang berhasil konsisten dipraktikkan tapi tetap mewarnai kerja mereka. Yang perlu ditingkatkan frekwensi pertamuan di lapangan sekaligus pendampingan mengatasi masalah, penting menjaga spirit untuk terus maju dan saling mengawasi. Dalam perjalanannya, dua kali BSB terpaksa menghentikan dengan salah satu mitra petani secara sepihak karena pelanggaran prinsipil. PAMOR INDONESIA Jl. Kamper Blok M No. 1 Budi Agung - Bogor 16165 Telp./Fax: 0251- 831 629 4 Email: info@pamor-indonesia.org Sahani Organik & Fairtrade Telp. 0815 7937 041; 0274 780 8931 Fax 0274 888926; Cp Imam Hidayat: 081 568 595 81 www.sahani.org www.sahaniorganik.blogspot.com Yayasan Bina Sarana Bakti (BSB) Pusat Pengembangan Organis Jl. Gandamanah No. 74 Tugu Selatan PO. BOX 32, Cisarua – Bogor 16750 Telp. +62 251 8254531 Fax. +62 251 8253334 Email: info@bsb-agatho.org
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) | 17
| Profil
TEKAD BAYINAH HASILKAN PRODUK PERTANIAN YANG SEHAT DENGAN ORGANIK
Tekad Bayinah hasilkan produk pertanian yang sehat dengan organik (foto padi organik)
hinggap tak mengganggu tanaman yang seminggu lagi siap panen ini. Capung pun bermain di antara malai yang penuh dengan biji padi.
lahan seluas 3000 m2 ini. Sementara lahan organik Bayinah lainnya telah dipanen beberapa bulan sebelumnya.
Harum semerbak menyeruak hangatnya matahari yang beranjak naik di ufuk timur. Bukan karena parfum, melainkan harum padi yang mulai menguning. Butiran padi jenis menthik wangi dan hitam yang menggantung di malainya seakan mengundang untuk menyentuhnya. Burung-burung berterbangan dan
Suasana inilah yang sekilas nampak di lahan pertanian organik Bayinah di Desa Merden, Kecamatan Purwonegoro, Banjarnegara, Jawa Tengah. Lahan yang terletak sekitar 200 meter dari rumah Bayinah ini bersebelahan dengan lahan non organik dan jalan raya. Bayinah menanam padi secara organik di
Lahan pertanian organik Bayinah yang baru akan dipanen ini nampak berbeda dengan lahan pertanian non organik di sekitarnya. Tanaman padi organik jenis menthik wangi dan beras hitam ditanam secara bersamaan di satu lahan. Sementara hanya satu jenis padi non organik yang ditanam di hamparan lahan
18 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Profil | yang sama. Burung lebih suka hinggap di padi organik. Tanaman padi organik nampak lebih banyak bijinya dan segar. Sedangkan tanaman padi non organik nampak lebih jarang bijinya dan lebih kering. Di antara maraknya pertanian non organik di sekitarnya, Bayinah sengaja mengembangkan pertanian organik sejak 2007. Saat itu Bayinah memutuskan pulang kampung ke Banjarnegara untuk merawat almarhumah ibunya yang sakit. Tak hanya itu Bayinah juga terpanggil menjaga lahan pertanian keluarga dan menghasilkan produk pertanian yang sehat. (foto Bayinah)
sintetis bisa kembali pulih dan sehat dengan pertanian organik. Dengan menggunakan bahan-bahan alami dan organik, lahan pertanian bisa mendapatkan asupan nutrisi dan mengembalikan bermacam mikroba yang menyehatkan lahan. Dengan mengandalkan pengetahuan tentang organik, ibu berusia 58 tahun ini mulai mengembangkan pertanian padi organik. Bayinah juga mengolah pupuk organik dan nutrisi tanaman sendiri untuk pertanian organiknya. Untuk menunjang kemampuan bertani secara organik, Bayinah belajar dari berbagai media dan para ahli pertanian organik, pupuk organik, nutrisi hasil fermentasi dan teknik bertani SRI.
Pupuk kimia merusak Namun ini bukanlah tugas yang mudah. Lahan pertanian keluarga Bayinah telah rusak karena pertanian non organik. Pemakaian pupuk kimia yang intensif dan meningkat ternyata semakin memperburuk kondisi lahannya menjadi kering, keras dan retak-retak saat tidak ada hujan selama seminggu. Sementara saat musim hujan lahan mengalami banjir. Hasil uji laboratorium di 10 titik lahan pertaniannya menunjukan sangat basa kondisinya. Mikroba di lahannya juga tidak ada lagi. Tak hanya itu, pemakaian pupuk kimia dan bibit yang didekte pihak-pihak tertentu tanpa sadar juga menjerat petani pada hutang. “Petani yang tidak mempunyai hutang akhirnya punya hutang. Sementara lahan semakin rusak. Ini sangat menyakitkan. Nah biangnya adalah pupuk kimia yang digunakan,” ungkap ibu tiga orang anak ini. Melihat lahan pertanian keluarganya yang rusak setelah pengembangan pertanian non organik selama bertahun-tahun, Bayinah yang sebelumnya adalah konsumen organik ini berpikir untuk memperbaiki lahan dan mengembangkan unsur hara. Pupuk organik memperbaiki Bayinah berharap lahan pertanian yang rusak karena pupuk kimia
(Foto mol dalam tong & pengolahan pupuk) Meski tetangganya tidak percaya dan mencemooh upayanya mengembangkan pertanian organik, semangat Bayinah tidak surut. Pada 2007 Bayinah mulai mengembangkan pertanian organik. Awalnya Bayinah mengolah 0,6 hektar dari seluruh 3 hektar lahannya secara organik dengan memberinya pupuk kandang yang diolahnya sendiri. Bayinah juga memberikan nutrisi untuk penyubur dan penggembur tanah lahannya. Dengan teknik tanam SRI, satu tanaman padi ditanam dalam satu lubang yang berjarak 30:30 cm satu dengan lainnya. Bayinah juga trampil membuat berbagai mol dari tanaman di sekitar, seperti bambu, bonggol pisang, dan memborong kotoran ternak dari salah seorang petani. Dari Jakarta, Bayinah membeli semacam aktivator untuk pembuatan kompos sebanyak 10 liter, yang segera habis digunakan. ”Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, dalam beberapa bulan hasilnya mulai terlihat. Tanahnya mulai sehat, dan hasil panen yang diperoleh lebih banyak dari cara konvensional yang menggunakan berbagai asupan kimia,” jelas Bayinah. Menurutnya, tanah yang konsisten ditanami organik, sekarang sangat gembur. Bahkan mungkin dalam beberapa musim mendatang, tidak perlu menggunakan traktor lagi. Hasil
panen secara organik meningkat. Dari 1 batang tanaman padi berkembang menjadi 40-60 batang per rumpunnya. Jenis padi cintanur yang pertama ditanam secara organik ini menghasilkan sekitar 1 ton. Dibandingkan dengan padi yang ditanam dengan asupan kimia, rendemen yang diperoleh lebih tinggi. Sebagai perbandingan dengan cara konvensional, rendemen padi berkisar 50 – 53 persen. Sedangkan dengan organik, rendemennya mencapai 7 persen pada saat kemarau, dan 60 persen pada saat musim hujan. “Juga tidak ada hama selama awal tanam. Ini karena pupuk yang berkualitas sehingga ada penangkal dari tanaman. Bisa disebut tanaman menjadi tahan banting,” kata Bayinah. “Lebih dari itu, keluarga kami menjadi sehat karena hasil panenan ini dikonsumsi keluarga. Ada juga yang dijual, ke daerah sekitar, namun sering kurang, karena permintaan akan produk lebih tinggi,” lanjutnya. Jenis varietas yang ditanam pun mulai beragam. Sekarang ada padi yang merah, hitam, pandan wangi, mentik wangi. Bayinah juga memelihara kelinci, kambing dan ayam, untuk dimanfaatkan kotorannya. Saat ini sudah menginjak musim tanam ke-10. Dari seluruh lahan organiknya, 3 hektar (ha) menghasilkan panen rata-rata 21 ton. Hasil panen yang sehat ini menjadi menu konsumsi Bayinah sekeluarga dan dijual pada konsumen yang membutuhkannya. Biasanya konsumen yang datang membeli beras organik Bayinah adalah mereka yang disarankan dokter mengkonsumsi beras organik yang lebih menyehatkan tubuh. Mandiri (foto bayinah dan ternak) Bagi Bayinah, bertani secara organik yang terpadu membuatnya mandiri. Dia maupun petani lainnya bisa melakukan cara tanam sendiri, membuat pupuk dan nutrisi alami sendiri. Pada akhirnya petani organik bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena hanya menjual produk yang lebih berkualitas Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
19
| Profil sementara input pertanian organik sudah ada di lahan sekitarnya yang bisa dibuat sendiri. Berharap petani lainnya megembangkan praktik pertanian organik dan terpadu seperti bertani dan beternak, membuat pupuk dan nutrisi alami sendiri, Bayinah tak segan-segan berbagi ilmu dengan petani di sekitarnya. Melalui Kelompok petani Istiqomah, Bayinah berbagi ilmu organik dengan petani di seputar Banjarnegara, Purbalinga, Wonosobo dan sekitarnya. (Foto bayinah dan kelompok taninya di dekat kandang) Bayinah memahami dalam pengelolaan pertanian organik membutuhkan kerja yang sedikit berbeda. Mungkin sekarang beberapa petani penggarap sudah terlanjur dimanjakan oleh budaya pupuk dan pestisida instan, sehingga merasa lebih repot ketika mengelola organik. Misalnya ketika pemeliharaan tanaman padi, seminggu sekali disemprot dengan pupuk organik cair yang saya buat sendiri. Lalu beberapa hari kemudian setelah disemprot, sering muncul rumput, karena tanah yang dipupuk menjadi lebih subur. Biasanya petani suka menggunakan roundup (semacam herbisida) untuk menghilangkan rumput. Tapi Bayinah mencabut rumput itu lalu dibenamkan ke tanah kembali sebagai pupuk baru padi tanaman padinya, sehingga menjadi lebih subur. Sementara untuk pengendalian hama, seperti hama tikus, biasanya Bayinah mengeringkan lahannya dan rumahnya dikasih gula. Bayinah juga menyiapkan obat yang diramu dari bahan-bahan nabati seperti jahe, temulawak, srikaya, gadung dan lainnya untuk mengatasi hama lainnya. Namun menurutnya, obat ini tidak banyak digunakan, karena dalam pertanian organik yang dijalaninya, telah membuat padi menjadi lebih tahan dalam serangan hama.
20 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Agribisnis |
Bisnis Madu Organik yang Laris Manis (Foto madu dan sarangnya di pohon) Madu tak hanya manis rasanya. Hasil karya lebah ini juga punya banyak khasiat. Banyak orang yang mencarinya karena khasiatnya . Mulai untuk sumber nutrisi tubuh, baik untuk konsumsi pengidap deabetes, mengobati sakit maag dan pencernaan, mencegah infeksi, mencegah kegemukan, mengurangi hipertensi, memperlancar bicara anak, dan sebagainya. Dalam beberapa kebiasaan dan ritual budaya, masyarakat adat juga menggunakan madu. Potensi madu hutan Apis dorsata di Indonesia mencapai 200 ton per tahun, sementara daya serap pasar lokal hanya 13 persennya saja. Perlu pengembangan akses pasar, keragaman produk dan meningkatkan mutu madu hutan. Inilah yang mendorong
beberapa LSM pendamping produsen madu hutan menginisiasi terbentuknya Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) pada tanggal 23 September 2005 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Madu hutan dihasilkan dari lebah Apis dorsata yang mencari makan dari bunga-bunga tanaman di hutan dan membentuk sarangnya di dahandahan pepohonan di hutan. Aktifitas mencari makan lebah Apis dorsata ini berkontribusi bagi keragaman hayati di kawasan hutan. Sarang lebah Apis dorsata dapat dimanfaatkan sebagai madu, lilin dan produk lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Pengembangan madu hutan ini juga membantu program konservasi hutan
karena secara tidak langsung melibatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan dimana sarang lebah Apis dorsata berada yang menjadi sumber pendapatan masyarakat. (foto madu dan lebah di wadah) Madu hutan berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk organik, karena dibudidayakan secara lestari di kawasan hutan yang dari asalnya memang dikelola secara alami. Selain kesadaran akan manfaat madu bagi tubuh, daya beli yang meningkat membuat konsumen madu mencari madu hutan yang berkualitas. Salah satunya yang bersertifikat organik. Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) telah melakukan pengumpulan madu hutan secara lestari di areal seluas 7378,4 ha dalam kawasan TNDS yang memiliki luas keseluruhan 132.000 ha. Dengan Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
21
| Agribisnis mengunakan mekanisme pengawasan mutu kelompok (internal control system - ICS), APDS memastikan bahwa madu hutan yang dikumpulkan memenuhi persyaratan sertifikasi BIOCert, SNI 01-6729-2002 dan mutu produk madu. Madu hutan APDS mendapat sertifikat organik yang pertama di Indonesia dan yang kedua bagi sertifikat organik yang dimiliki kelompok tani. (foto proses penirisan madu dan johny w utama) Drs. Johny W Utama sebagai Direktur Dian Niaga, distributor dan pemasar madu hutan organik APDS, mengatakan bahwa disadari atau tidak daya jual beli konsumen Indonesia meningkat pesat. Diprediksikan claim income menengah Indonesia berjumlah ±150 juta penduduk. Tentu saja daya beli tinggi diiikuti cara memilih yang semakin selektif pula. Pendapatan konsumen yang tinggi (high Income customer) berkorelasi positif dengan tingkat edukasi yang sangat kritis dengan kualitas produk yang akan mereka beli. “Pada umumnya mereka memprioritaskan produk produk organik apalagi yang sudah disertifikasi, bukan saja “yang katanya sudah organik”. Dalam kasus madu hutan, madu organik Danau Sentarum (KALBAR ) yang menjadi madu hutan pertama (2007) yang mendapat sertifikasi organik, sehingga madu hutan ini sangat diminati,” ungkap Johny. Selain daya beli konsumen yang meningkat, untuk meningkatkan daya jual madu hutan organik ini, Dian Niaga juga melakukan berbagai upaya. Pembeli madu hutan pada umumnya sangat pemilih dan tidak mudah percaya. Maka dalam strategi pemasaran, Dian Niaga perlu lembaga yang kredible di mata konsumen seperti AMWAY. Konsumen tahu AMWAY sangat ketat menseleksi suppliernya dan supplier harus dapat mempertanggung jawabkan kualitas madunya. Untuk itu seluruh Trade Channel harus diverifikasi, diantaranya : 1. APDS harus bisa menjamin anggota-anggota periaunya melakukan teknik pasca panen yang benar, tidak ada kontaminasi zat-zat lain misalnya. 2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pendamping APDS harus mengawal agar tepat prosedur panen madu hutan tersebut. Misal tidak mengangkat madu keluar dari hutan di saat siang hari karena HMF masuk dan 22
|
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Jun 2012)
rusak, enzimnya mati sehingga madu tidak berkhasiat lagi. 3. Dian Niaga (DNJ) melakukan pembotolan dan repacking secara prosedur organik juga (harus lulus prosedur lembaga sertifikasi organik dalam hal ini Biocert ). 4. Aliansi Organis Indonesia (AOI) sebagai penjamin teknis bersama. 5. Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHII ) sebagai penjamin kualitas juga melakukan verifikasi secara berkala dari hulu ke hilir. 6. AMWAY menjamin kepada IBO (agen) nya (yang menawarkan pada pembeli), bahwa kualitas A - Z telah terkontrol. Apabila jalinan kerja “Pemasaran Berjaringan” (Network Marketing) ini berjalan mulus dari tahun ke tahun, maka kepercayaan konsumen akan menjadi kesetiaan pada merk tersebut dan repeat order (pemesanan berulangpun) terjadi. “Seluruh proses ini sulit dikatakan sebagai sukses dari Dian Niaga sendiri. Lebih tepatnya sukses seluruh jaringan kerja dari petani APDS, AOI, JMHI, DNJ dan AMWAY,” jelas Johny. (Foto JMHI dan madhu duniya) Sebelum DNJ memasarkan madu hutan organik secara massal, Johny berupaya memasarkannya dalam jumlah kecil. Setiap saat Johny ke Pontianak atau Danau Sentarum, tak lupa Johny pribadi selalu membawa 6-8 botol madu hutan untuk teman-teman family di Jakarta. Ternyata semua suka madu tersebut. Maka sejak APDS berdiri bersama Riak Bumi dan terutam setelah JMHI diinisiasi tahun 2005, Dian Niaga baru terlibat formil menjual madu hutan dalam jumlah yang berarti. Saat ini madu hutan JMHI termasuk madu hutan Danau Sentarum dijual melalui jaringan pemasaran multi level AMWAY dengan merk Amway. Selain itu juga di toko-toko organik, supermarket di Jakarta dan outlet High End seperti SOGO, FOOD HALL, ALUN-ALUN, LIVING WORLD dengan merk DORSATA. Harga premium tinggi (Foto madu dorsata) Menurut Johny, harga madu hutan DORSATA termasuk harga Premium yaitu harga tertinggi untuk madu hutan Indonesia, dan menjadi price leader di Indonesia. Retail selling price saat ini Rp 115.000/ botol 300 gram. Dalam penentuan harga, pada awal pendirian JMHI 2005-2007 anggota masih mau mengikkuti harga kesepakatan bersama (sesuai meeting
tahunan) yang prosesnya amat terbuka, fokus, padat. Namun setelah 2007 terjadi kecenderungan anggota JMHI tiba-tiba menaikkan harga walau sudah kontrak. Selanjutnya JMHI menawarkan sistem bagi hasil dengan anggota, bilamana bisa menjual madu lebih dari 2 ton/ tahun. Sejauh ini hanya APDS dan Sumbawa yang pernah menikmati bagi hasil tersebut. Kebanyakan anggota JMHI tidak mencapai jumlah 2 ton tersebut untuk dijual ke DNJ. Retail madu Danau Sentarum mencapai 5 ton/tahun tapi di tahun 2009 Danau Sentarum pernah menjual 13,5 ton kepada DNJ dengan nilai ± Rp 607.500.000 (enam ratus tujuh juta lima ratus ribu rupiah). Ini tak lepas dari sertifikasi dan label organik yang bisa menaikkan nilai jual madu. Selain itu logo JMHI sebagai organisai payung cukup berperan. Dalam negosiasi dengan buyer seperti kasus madu hutan Sumbawa yang belum bersertifikasi tapi JMHS cukup mampu menjaga kesinambungan ketersediaan madu. Hal tersebut juga penting bagi pembeli seperti AMWAY. Saat ini yang menjadi kendala utama adalah gagal panen di Danau Sentarum. Telah 2 tahun tidak ada madu. Kemungkinan adalah karena perubahan iklim (climate change). Untuk kendala ini Dian Niaga tidak punya kiat mengatasinya. Madu Danau Sentarum laku sekali terjual tapi tanpa madu Dian Niaga tidak bisa jual apa apa. Jadi masalahnya Supply lebih kecil dari Demand.(*)
Agribisnis |
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) |
23
| Info Organis OGH Expo 2012: It’s Time To Share (foto 1, kemeriahan stand AOI) Organic, Green & Healthy Expo (OGH Expo) yang kedua kembali hadir di Jakarta pada 5-7 Oktober 2012. Bertempat di Tebet Green Mall, Tebet, Jakarta Selatan, para petani, produsen, pedagang, pemerhati, dan aktifis organik berkumpul di acara bertajuk “It’s Time To Share” ini. Tak ketinggalan Aliansi Organis Indonesia (AOI) juga turut memeriahkan acara ini. Tak hanya menampilkan bermacam produk organik petani, AOI juga menyuguhkan bermacam informasi seputar produk pertanian dan gaya hidup organik, penjaminan organik, serta berbagi kiat-kiat dan pengalaman untuk sukses menembus pasar maupun event organik internasional seperti BioFach. Melalui acara ini AOI bersama Komunitas Organik Indonesia (KOI) dan pelaku organik lainnya ingin menunjukan produk dan karya yang memiliki landasan 4P, yaitu People, Planet, Profit & Patriotic berupa produk organik, green & healthy living di Indonesia. “OGH Expo bertujuan untuk mengedukasi masyarakat melalui serangkaian acara seminar, talkshow, dan cooking show,” ungkap Ir. Christopher Emille Jayanata selaku koordinator acara, di Green Mall Tebet, Jumat (5/10/2012). Acara talkshow ini seperti Slow Food oleh Bibong Widyarti, Gaya Hidup Organik bersama Yasmin Wirjawan dan Betty Nurbaiti, bertani di rumah oleh Suparwan, kisah mengikuti pameran organik di tingkat internasional BioFach oleh Paula Yahya, pola makan sehat bersama Wied Harry, dan sebagainya. (foto talkshow 1, yasmin wiryawan dll) KOI juga ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa organik itu lebih dari sekadar makanan. Organik kini sudah menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup. Ada 105 stand yang menampilkan bermacam produk organik, alami dan sehat seperti beras, sayur-sayuran, herbal, sabun, kosmetik, kerajinan daur ulang sampah dan sebagainya. Yasmin Wirjawan, istri Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan dalam sambutannya mengatakan, orang yang mengkonsumsi makanan organik, 24 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
setiap tahun mengalami peningkatan antara 10 sampai 20 persen di seluruh dunia. “Ini merupakan peluang bisnis yang sangat bagus bagi industri organik di Indonesia untuk melakukan ekspor ke luar negeri,” ujar Yasmin. Namun sayang menurutnya, di Indonesia produksi makanan organik masih dalam skala industri kecil dan menengah. Hal ini menjadi tugas pemerintah untuk terus mengembangkan industri organik agar bisa bersaing di pasar dunia. Akan lebih baik bila pemerintah bisa memfasilitasi pertemuan antara produsen dan konsumen organik. “Ajang pameran seperti OGH Expo ini bisa menjadi salah satu upaya untuk mempertemukan produsen dan konsumen organik ini,” ungkapnya. Berpartisipasi dan berbagi Selama ini AOI juga mendukung berbagai kegiatan pameran organik baik di tingkat nasional maupun internasional. Sejak 2010, AOI mengadakan pameran organik, alami dan sehat di tingkat nasional setiap tahunnya. Bila 2011 AOI menggandeng KOI untuk menyelenggarakan OGH Expo, maka pada Juni 2012, AOI menggandeng AKSI menyelenggarakan Bogor Organic Fair (BOF) di Bogor dan mendukung kegiatan OGH Expo 5-6 Oktober 2012. Di tingkat internasional, AOI sebagai mamber IFOAM aktif berpartisipasi di ajang pameran organik BioFach di Nurenberg, Jerman setiap tahun. Selain mempromosikan dan memasarkan produk-produk organik khas Indonesia, AOI sebagai perwakilan Indonesia juga mengenalkan bermacam kekayaan budaya dan sumber daya alam Indonesia yang berkualitas di BioFach. (foto talkshow 2 dan AOI) Melalui OGH Expo 2012 ini, Paula Yahya yang juga mengikuti BioFach turut berbagi pengalaman bagaimana cara mengikuti BioFach dan mengekspor produk organik. Menurut Paula, produk organik yang ditampilkan di ajang BioFach adalah produk yang sudah mendapat sertifikat organik. Begitupun produk organik yang diekspor sudah mendapat sertifikat organik. Betty Nurbaiti sebagai salah satu pendukung OGH Expo ini juga mengatakan melalui kegiatan OGH Expo masyarakat bisa berpartisipasi
dan mendapatkan produk organik yang dibutuhkan. Selain itu juga mendapat informasi dan pengetahuan bagaimana menjalankan hidup secara organik dan sehat. Menurut pengusaha produk perawatan kulit dari bahan organik ini, gaya hidup organik menjadi pilihan satu-satunya jika kita ingin menjaga diri dan keluarga dari banyak hal yang dapat merugikan kesehatan. “Kita tentu akan melakukan yang terbaik bagi orang-orang yang kita cintai. Ini bukanlah tren belaka,” kata Betty. Bagi Betty, banyak sekali yang bisa dipelajari jika memutuskan untuk bergaya hidup organik. Produk organik juga meliputi suplemen tambahan, produk-produk perawatan kulit, produk kecantikan, produk kebersihan seperti sabun mandi, sabun cuci pakaian, pasta gigi, pakaian, dan masih banyak lagi. Produk-produk tersebut adalah produk yang bersentuhan dengan kita pada level sehari-hari. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak jumlah bahan kimia dan racun lainnya yang kita bebankan pada tubuh kita bila kita menggunakan produk berbahan kimia dan racun?(*)
Info Organis |
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) 25 |
| Info Organis madu hutan organik di Kota Giri. Tukar pengalaman Indonesia dan India, tingkatkan penjaminan organik komunitas Nilgiri Hills (Foto: http://en.wikipedia. org/wiki/Nilgiri_mountains) Nilgiri berarti Mountain Blue sebuah kawasan kota dengan ketinggian 1800 mdpl di India bagian selatan. Ketinggian ini membuat kota Giri ini menjadi daerah yang cukup dingin dibandingkan daerah India lainnya. Daerah ini dapat ditempuh dengan darat selama 2 – 3 jam dari Coimbatore. Hutan dan perkebunan teh adalah pemandangan sekeliling kota ini. Kota Giri terbilang daerah dengan penduduk yang tidak padat. Mayoritas penduduknya adalah petani teh. Beberapa produk teh yang dijual di sana sudah banyak mendapat sertifikat dan belabel organik. Jenis sertifikasi beragam dari yang hanya penjaminan lokal (organic India) hingga internasional seperti organic EU dan Raintforest Alliance. Selain teh, Kota Giri memiliki beberapa kelompok masyarakat yang mengumpulkan madu (Apis Dorsata) dari kawasan hutan dan tebing tinggi. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat berupaya untuk mengikuti metode panen berkelanjutan, dengan kualitas produk yang baik dan harga yang jauh lebih baik dari sebelumnya. (foto workshop 1) Untuk meningkatkan kemampuan petani madu organik menghasilkan produk yang berkualitas, pada 2 – 4 Oktober 2012 di Kota Giri, India, Keystone Foundation dengan NTFPEP dan Aliansi Organis Indonesia-AOI (Indonesia Organic Alliance-IOA) bekerjasama mengadakan workshop membangun standar dan mekanisme penjaminan partisipatif untuk komoditas madu hutan. Selain workshop, para peserta dari India dan Indonesia ini juga berbagi ilmu dan pengalaman masing-masing dalam menghasilkan dan menjamin produk madu hutan organik dengan melakukan kunjungan ke beberapa area produksi 26 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Melalui workshop ini, Mathew Jhon dari Keystone Foundation India mengatakan kalau penjaminan organik berbasis partisipatif atau komunitas (Participatory Guarantee System-PGS) mengutamakan semangat dan karakter kepercayaan dalam pengembangannya. Tambahan dokumen dan kontrol hanya bagian kecil dari pembuktian. “Petani yang berkelompok sadar benar telah membangun PGS yang berarti produknya telah di jamin, sehingga curang jauh dari bayangan mereka dan tetap menjaga keaslian produk yang akan dipasarkan atau dijual,” jelas Mathew. Selama ini pembiayaan proses penjaminan ini melekat dengan kerjakerja Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di daerah. Sehingga belum ada mekanisme pembiayaan yang membebani petani. Selain itu PGS di India hanya berfungsi sebagai penjaminan. Tidak harus masuk dalam fungsi–fungsi perdagangan. Malah tidak ada mekanisme pemasaran satu pintu untuk produk yang sudah di labell PGS India. (foto workshop 2) Joy Daniel dari Institute for Integrated Rural Development (IIRD) India menjelaskan pengalamanya dalam menerapkan dan membangun PGS di desanya. Kelompok petani membangun sebuah mekanisme Self Help Group (SHG). SHG ini adalah penyisihan sebagian uang petani dari penjualan yang mereka lakukan. SHG ini kemudian digunakan untuk banyak hal yang dianggap perlu dan penting bagi kemajuan pertanian. Bisa banyak hal varianya, jika besar bisa saja petani membangun infrastruktur pertanian. Namun PGS sudah menjadi bagian dari dalam pembiayaan rutin tersebut. Menurut Joy, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun PGS, yaitu: 1. Local group Kelompok di sini adalah kelompok terkecil dalam masyarakat sosial yaitu keluarga. Dalam sebuah desa ada sedikitnya 5 keluarga yang memiliki ikatan cukup kuat. Dan itu menjadi kesempatan untuk menerapkan PGS ini.
2. Ikrar Sebuah komitmen yang dibangun bersama dengan petani. Ikrar ini dipandang lebih baik dari sebuah kontrak. Juga dapat digabungkan untuk meyakinkan bahwa petani memahami apa yang akan mereka lakukan. 3. Penilaian sesama petani Cukup dengan kontrol sosial sebuah penjaminan dapat berjalan. Sedangkan Mathew mengatakan struktur PGS India meliputi: 1. National Council: PGS di tingkat nasional yang berada di bawah Pemerintah India. Pemerintah India mengkui penjaminan pihak pertama dan penjaminan pihak ketiga. Ini dilakukan untuk mengakomodir semua pasar yang ada, sehingga petani memiliki akses baik pasar lokal maupun pasar internasional 2. Fasilitation council: Fungsi ini berada di daerah/regional, dimana berfungsi untuk memfasilitasi petani kecil untuk mendapatkan penjaminan PGS India. Lembaga yang menjalankan fungsi ini harus mendapat akreditasi dari National Council. 3. Local group: kumpulan dari petani-petani yang mendapatkan dan akan mendapat penjaminan. Kelompok ini terdiri dari 5 petani kecil. Biasanya pendekatan keluarga atau RT (di Indonesia). (foto 3) Sementara itu Sucipto K. Saputro dari AOI menyampaikan pengalaman AOI dalam membangun PGS, yang juga menekankan fungsi pemasaran untuk produk yang telah dijamin secara partisipatif dan fungsi pendampingan untuk membangun mekanisme penjaminan kelompok. “Fungsi pemasaran meliputi cara pemasaran satu pintu untuk produk yang telah dijamin oleh PGS. Sehingga sebagai sebuah metode, fungsi ini menjadi semacam kontrol untuk produk yang dipasarkan,” papar Sucipto. Dalam pembahasan workshop PGS kali ini lebih menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh petani madu dan fasilitator council. Dalam membangun persyaratan sangat ditekankan kesederhanaan prosedur dan aturan sehingga tidak memberatkan petani
Info Organis | dalam menerapkanya.
council dapat memenuhinya.(*)
Sedangkan peran fasilitator council yaitu melakukan peningkatan kapasitas bagi kelompok petani, memfasilitasi pengembangan produk, memenuhi standar penyimpanan, pemprosesan dan pengemasan dan memiliki kemampuan untuk penelitian, laboratorium test untuk madu hutan. Dalam melakukan keempat hal ini bukan perkara mudah. Untuk memenuhinya butuh banyak tenaga dan sumber dana. Tidak semua faslitasi
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) | 27
| Bijak di Rumah Kompor nabati, hemat & ramah lingkungan Kompor nabati mulai dipasarkan di kalangan masyarakat Jakarta. Disebut kompor nabati, karena menggunakan bahan bakar minyak dari tumbuhtumbuhan. Keunggulan yang paling utama kompor nabati yaitu bisa menggunakan minyak bekas menggoreng makanan atau yang sering disebut minyak jelantah, sebagai bahan bakar kompor. Kompor nabati juga diklaim mampu memasak dua kali lebih cepat dibanding kompor minyak tanah. Kompor tersebut juga cukup hemat. Hanya dengan satu liter minyak goreng bekas, bisa untuk memasak selama empat jam. Kompor nabati dijual seharga Rp275 ribu. Produsen kompor akan terus berupaya mengembangkan kompor nabati, sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih murah lagi. Kompor nabati bisa menjadi alternatif di tengah keresahan masyarakat tentang rencana pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak sebesar 33 persen, atau naik Rp1500 per liter. Masyarakat merasa resah, karena akan berimbas pada kenaikan harga barang lainnya. Ciri-ciri kompor nabati • Cara kerja / perawatan tidak jauh berbeda dengan kompor minyak tanah • Memakai sumbu biasa tali seperti kompor minyak tanah • Kesempurnaan sirkulasi udara Data teknis kompor nabati • Dimensi (diameter x tinggi) : 250 X 280 mm • Menggunakan plat dengan ketebalan 0.5 mm • Menggunakan sumbu tali sebanyak 14 buah • Kapasitas tangki bahan bakar adalah 2 liter Data kelengkapan kompor nabati • Menggunakan sistim knockdown tanpa baut • Mempunyai meter indikator isi tangki bahan bakar • Mempunyai tuas pengatur untuk mengatur besar / kecil dan memadamkan nyala api 28 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
Data performance kompor nabati • Pemakaian minyak jelantah 4-5 jam / liter • Waktu pemanasan air sampai mendidih 18 menit. (berdasarkan 3 ltr air) Benefit menggunakan kompor nabati • Bahan bakar mudah didapat karena dari minyak goreng bekas (jelantah) tanpa proses • Bisa menggunakan minyak nabati lainnya dan sangat murah • Aman dan tidak mudah meledak • Biaya operasi Kompor dan perawatan sangat murah • Harga perunitnya terjangkau • Mengurangi beban pemerintah dalam subsidi BBM, pendistribusian, penyimpanan dan pengadaan infrastruktur (pembangunan depo BBM) • Mengurangi pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah minyak jelantah di setiap rumah tangga dan industri. • Membantu pemerintah mengurangi biaya kesehatan masyarakat, karena mengubah perilaku masyarakat yang menggunakan minyak goreng berkali-kali sehingga dapat menggangu kesehatan (kolesterol, kanker, dll). • Membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Keunggulan kompor nabati • Tidak Berbau • Tidak dapat meledak dan terbakar • Mudah mematikannya • Tidak membuat panci jadi hitam • Tidak mempengaruhi cita rasa masakan Sumber: www.kompornabati.com, www.metrotvnews.com - 13 Maret 2012
Ragam | Kedelai Impor Transgenik vs Kedelai Lokal Organik: Pertaruhan Kedaulatan Pangan Bangsa (Foto kedelai) Meski Indonesia sering disebut negara agraris, banyak bahan pangan yang mestinya bisa diproduksi di dalam negeri justru masih didatangkan dari negara lain. Sebut saja, beras, kedelai, gula, bahkan garam! Pada akhir Juli 2012, di beberapa daerah di Jawa sempat terjadi kelangkaan kedelai, lantaran bahan pangan ini sulit ditemukan. Impor kedelai terbesar Indonesia berasal dari AS, mencapai 1.847.900 ton pada 2011. Beberapa negara lain seperti Argentina, Brazil, dan lain-lain juga mengekspor kedelai ke Indonesia, sebagian besar adalah negaranegara yang mengijinkan teknologi rekayasa genetika diterapkan di pertanian. Menanggapi impor kedelai ini, Menteri Pertanian RI, Suswono, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi membenarkan bahwa kedelai yang diimpor dari AS itu adalah kedelai transgenik (produk rekayasa genetika/PRG), dan hal ini memang diijinkan oleh Pemerintah Indonesia. Persoalannya, bukan hanya besarnya volume impor kedelai yang harus dibeli Indonesia dengan harga yang tidak murah. Kontroversi seputar keamanan PRG tetap harus menjadi perhatian kita bersama. Awal Oktober 2012 lalu perhatian publik sempat teralihkan ke sebuah berita tentang hasil penelitian pada jagung PRG (Genetically Modified Organism/GMO). Jagung PRG produk perusahaan bioteknologi terkemuka Monsanto dengan kode NK603 itu, di pasar dunia memang diperuntukkan sebagai pakan ternak. Tanaman jagung PRG NK603 ini direkayasa untuk tahan terhadap pembasmi gulma glyphosate yang banyak digunakan oleh petani. Dari hasil penelitian Universitas Caen Perancis, jagung NK603 menimbulkan masalah kesehatan serius pada hewan percobaan yang diberi pakan jagung tersebut, seperti tumor, kerusakan organ, hingga kematian dini. Beragam reaksi pun bermunculan dari berbagai kalangan. Para peneliti
di European Food Safety Authority (EFSA) meragukan hasil penelitian Universitas Caen itu. Sementara pemerintah Rusia mengambil langkah lebih jauh. Rospotrebnadzor, Badan Perlindungan Konsumen Rusia, meminta Lembaga Penelitian Gizi untuk menyelidiki temuan terbaru di Perancis itu. Sambil menunggu hasil penyelidikan, impor dan penjualan jagung NK603 untuk sementara dihentikan. Bagaimana di Indonesia? Regulasi Peredaran PRG Belum Memadai Masyarakat Indonesia menanggapi PRG dengan berbagai sikap: pro, kontra, tidak peduli, atau tidak tahu harus bagaimana. Salah satu yang menjadi perdebatan hangat adalah kekhawatiran dampak negatif terhadap kesehatan, lingkungan hidup (ekosistem), dan keamanan hayati akibat pelepasan PRG, serta bagaimana cara mengetahuinya (mengujinya). Isu tersebut cukup beralasan, karena begitu suatu PRG dilepas ke alam bebas, maka perilakunya tidak dapat dikendalikan (dikontrol) sebagaimana ketika PRG tersebut berada di dalam laboratorium. Tanggung jawab pihak pengembang akan menjadi lebih besar ketika PRG berada di luar laboratorium. Untuk mengantisipasi pengembangan produk bioteknologi, pemerintah Indonesia telah memiliki struktur organisasi dan perangkat peraturan, termasuk pedoman pelaksanaan dan pengkajian PRG. Pelepasan tanaman, ikan, hewan, dan pakan PRG tersebut diatur dalam PP No.21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. PP ini merupakan peningkatan/penyempurnaan dari peraturan sebelumnya, yaitu Keputusan Bersama Empat Menteri Tahun 1999. Namun PP No.21 Tahun 2005 ini belum efektif melindungi masyarakat dan lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Wahyu Yun S. (pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada) dalam sebuah diskusi yang digelar KONPHALINDO, Februari 2012. PP ini dibuat atas dasar prinsip pendekatan kehati-hatian sesuai dengan amanat Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati yang
telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-undang No.21 Tahun 2004. Menurut Wahyu, konsep hukum yang mengatur bioteknologi berdiri di atas tiga konsep dasar yaitu: Perlindungan Hukum, Pengaturan Hukum (Regulasi), dan Pertanggungjawaban Hukumnya. “Namun penerapan prinsip hukum umum tidak optimal,” jelas Wahyu. Salah satu prinsip hukum umum itu adalah kehati-kehatian (precautionary principle) dengan beberapa elemen mendasar, yaitu: adanya langkah kehati-kehatian apabila menghadapi kekurangan bukti ilmiah (scientific uncertainty); adanya eksplorasi terhadap upaya alternatif yang mungkin diterapkan bila ancaman bahaya atau kerusakan (damage) muncul; pemberian beban pembuktian terbalik kepada pelaku usaha; serta perlunya proses yang demokratis dan transparan dalam penerapan prinsip ini, termasuk hak publik atas informasi. “Prinsip kehati-hatian dapat kita terjemahkan bahwa ketika terdapat alasan ilmiah untuk membuat kita percaya bahwa suatu aktivitas, teknologi, atau suatu substansi dapat menimbulkan bahaya, maka kita perlu melakukan upaya untuk mencegah bahaya tersebut,” lanjut pakar hukum bioteknologi dari UGM itu. “Jika kita selalu menunggu adanya suatu kepastian ilmiah (scientific certainty), bisa jadi akan ada korban atau masyarakat yang keburu dirugikan atau meninggal, dan dampak kerusakan lingkungan bisa jadi semakin sulit dipulihkan. Memang, prinsip ini cukup sulit diterapkan.” Untuk menguji keamanan PRG, ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu keamanan pangan, pakan, dan lingkungan. Untuk pengambilan keputusan tentang keamanan pangan dan/atau keamanan pakan PRG, regulasi ini melibatkan Badan POM (BPOM) dan kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan). Untuk melihat keamanan pangan, kita harus melihat komposisi atau identitas pangan tersebut, komposisi gizi, anti gizi, toksin, dan alergennya. Sumber gennya juga perlu kita lihat, Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) | 29
| Ragam apakah dari bakteri, tanaman, hewan atau manusia. Di tingkat gen, kita harus melihat apakah gen itu bersifat toksin atau tidak, meski kemungkinan itu sangat kecil namun tetap harus diuji. Apakah DNA yang disisipkan dapat menimbulkan reaksi alergi atau tidak, juga harus diuji. Tak kalah penting dicermati adalah stabilitasnya, hasil rekayasa gen harus stabil, jika diturunkan sifatnya tidak boleh berubah. Ketika ingin mengetahui keamanan suatu PRG, muncul konsep atau pendekatan “kesepadanan substansial”. Dalam konsep ini, PRG dan non PRG dikatakan sepadan, misalnya jika kandungan vitamin, gizi, karbohidrat, dan komponen lainnya sama/sepadan secara substansial. Artinya, jika manusia telah mengkonsumsi kedelai non PRG sejak ratusan tahun dan keadaannya aman-aman saja sampai sekarang, maka mengkonsumsi kedelai PRG saat ini pun harus diasumsikan aman. Sebaliknya, ketika pangan PRG dan non PRG tidak sepadan secara substansial, maka pangan PRG patut dipertimbangkan keamanannya untuk dikonsumsi. Konsep ini pada awalnya bukan muncul dari kalangan ilmuwan (scientific communities), tetapi merupakan usulan dari pihak industri. Kebijakan Tidak Berpihak kepada Petani Minimnya insentif dan sulitnya memasarkan kedelai lokal membuat daya tarik menanam kedelai di kalangan petani sangat rendah. Apalagi pemerintah lebih suka mengimpor kedelai, ketimbang memberi dukungan kepada petani kedelai lokal, sehingga keadaan ini tidak mampu mendongkrak peningkatan produksi kedelai di dalam negeri. Padahal Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai pada 1992 dengan proteksi. Namun setelah krisis moneter menghantam Indonesia pada 1998, Dana Moneter Internasional (IMF) memerintahkan Indonesia agar tidak memberikan proteksi apapun untuk komoditas kedelai. Dibukalah keran impor kedelai, dan langsung disambut dengan berbagai fasilitas kredit ekspor untuk negara-negara produsen yang bekerja sama dengan 30 | Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012)
para importir lokal. Negara-negara tersebut memberi pinjaman tanpa bunga kepada Indonesia untuk mengimpor kedelai, lalu dipasarkan di dalam negeri. Dengan konsumsi kedelai dalam negeri yang rata-rata mencapai 1,9 juta ton per tahun, hal ini akan menjadi peluang bisnis yang sangat menggiurkan. “Menanam kedelai sebenarnya bisa menjadi menarik bagi petani,” ujar Mubayyinah Jauhari, seorang petani organik di Banjarnegara, Jawa Tengah. “Ini jika pemerintah memberi jaminan harga beli kedelai dari petani secara layak.” Menurut Mubayyinah, kedelai tidak membutuhkan penanganan khusus dalam budidayanya, seperti pengairan yang istimewa, pupuk dan pestisida kimia yang intensif. Kedelai justru tidak membutuhkan lahan yang terlalu basah. Apalagi kalau lahan sudah organis, petani tidak memerlukan input banyak seperti kedelai konvensional. Petani bisa membuat sendiri semua input yang dibutuhkan. “Hanya saja, kita perlu menanamnya secara serentak, bersama-sama, sehingga lahan kedelai dapat mencapai luasan yang cukup untuk bisa terhindar sebagai sasaran empuk serangan hama,” imbuh petani beras dan domba organik ini. “Tempe yang berbahan baku kedelai lokal rasanya lebih enak, lebih bergizi, meski harganya sedikit lebih mahal daripada tempe berbahan baku kedelai impor. Tetapi konsumen mendapatkan pangan yang lebih sehat”. Meski diakuinya bahwa perajin tahu dan tempe di daerahnya lebih menyukai kedelai impor yang besarbesar dan berwarna putih itu, karena harganya lebih murah. Harga kedelai impor per Juli 2012, berkisar Rp 8.470 - Rp.8.600-an, sementara harga kedelai lokal mencapai Rp.9.050/kg. Kebijakan yang tidak berpihak kepada petani kedelai lokal, diizinkannya kedelai impor PRG tanpa bea masuk yang pantas dan kini menyerbu pasar Indonesia, berbuntut pada situasi pasokan pangan yang penuh ketergantungan pada impor. Tanpa disadari, konsumen pun telah “dipaksa” mengkonsumsi pangan PRG, meski
tidak mengetahui keamanannya. Sementara petani tetap tidak tertarik menanam kedelai lokal. Sesungguhnya petani Indonesia mampu memproduksi sendiri berbagai komoditas pertanian, termasuk produk pertanian yang terlanjur diimpor. Persoalannya terletak pada kemauan para pembuat kebijakan, apakah mau bekerja sama untuk mencapai kemandirian petani sebagai anak bangsa? Harga kedelai yang sarat dengan permainan adalah salah satu bukti betapa kedaulatan pangan bangsa ini telah tersandera, betapa kita telah dibuat terus bergantung pada produk impor. Pertanian kedelai lokal organik menjadi pilihan tepat sebagai alternatif terhadap kedelai impor transgenik. Pertarungan keduanya akan menentukan kedaulatan pangan bangsa ini di masa depan. Penulis: Ika N. Krishnayanti Aliansi Petani Indonesia-API Jl. Slamet Riyadi IV RT 10/04 No. 4950, Kel. Kebun Manggis, Matraman, Jakarta Timur 13150, Indonesia Tel - +62 21 8564164 Fax - +62 21 8564164 Email - api_bumie@yahoo.co.id
Edisi 28 / Th. 9 (Mei - Agustus 2012) | 31