WARNA EDITORIAL
Majalah Unesa
ISSN 1411 – 397X Nomor 77 Tahun XVI - Januari 2015 PELINDUNG Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I) Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III) Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA Rudi Umar Susanto M. Wahyu Utomo Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Rizal, Murbi, Diyanti, Mahmud, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya FOTOGRAFER Huda, A. Gilang P. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804
TULUS UNTUK ECO-CAMPUS
B
ayangkan, jika sa tentu akan mengarah kampus Une pada Eco-Campus yang sa itu berudara sejati. Untuk mengarah segar, rindang, ke Eco-Campus, diper indah, dan nyaman ten lukan kepaduan tindak tu Unesa akan melipat dari semua warga kam gandakan energi positif pus. Kampus yang nya bagi warganya. Energi man bukan tugas pe positif itu, selain menye kerja harian semata hatkan, juga akan mam yang me mang dibayar pu menghasilkan karya untuk itu. Kampus yang yang membanggakan. nya man juga menjadi Mahasiswa dapat bela tanggung jawab semua jar dengan khidmat. Do komponen, yakni do sen dapat mengajar de l DR. SUYATNO, M.PD sen, mahasiswa, dan ngan tulus. Lalu, sinergi karyawan. Percuma saja perkuliahan akan meluruskan cita-cita pekerja tiap hari mengelola taman te para mahasiswanya. tapi para mahasiswa justru merusak ta Unesa pada tahun-tahun men man itu. Percuma saja petugas harian datang bertekad untuk membingkai menyapu sampah jika tiap hari maha kampus dengan sebutan Eco-Campus siswa dan dosen membuang sampah yang berdimensi pemaksimalan energi seenaknya. Begitulah seterusnya. Penumbuhan kultur lebih sulit positif bagi warganya. Gejala untuk menjadi kampus yang nyaman sudah dibandingkan penataan fisik Ecomulai kelihatan. Di kampus Ketintang, Campus. Dalam penumbuhan kul terdapat ranu yang menarik air agar ti tur diperlukan kesadaran tinggi akan dak banjir, memberikan habitat baru pentingnya lingkungan yang nyaman. biasaan, penguatan, dan peng bagi ikan, burung, dan unggas. Kini, Pem tiap hari, banyak mahasiswa yang hargaan perlu diterapkan dalam me berdiskusi di pinggir ranu itu dengan numbuhkan kultur tersebut. menggelar tikar di atas paving yang Sudah waktunya, Unesa berkultur tertata rapi. Di pinggir Ranunesa ter Eco-Campus dalam menjalankan tugas dapat tetumbuhan yang rindang dan pendidikan di negeri ini. Untuk itu, pro indah. Tampak sebelah barat ornamen gram Eco-Campus yang digulirkan ter yang meng hiasi pandangan dengan amat tepat untuk saat ini. Agar pelak latar belakang kubah masjid. Selain itu, sanaannya berjalan secara baik perlu selasar pejalan kaki dari pintu gerbang tim yang bertugas untuk menjaga depan terlihat rindang dan hijau. Peja gawang keterlaksanaan Eco-Campus lan kaki merasakan kenyamanan saat itu. Tim itulah yang kelak mengawal, menuju gedung perkuliahan. Ke ber me nata, mendinamisasi, dan me sihan taman terlihat jelas. nguat kan kampus yang nyaman, Kemudian, di kampus Lidahwetan asri, dan menyehatkan. Eco-Campus mulai terlihat penataan jalan, paving, ha rus dikehendaki bukan dibiarkan dan monumen kampus (sekarang se bertumbuh alami. Kenyamanan dan dang dibangun). Tumbuhan mulai ke keasrian perlu diciptakan. Kampus Li lihatan rindang dan hijau. Mata seakan dah Wetan teramat strategis untuk kelak dimanjakan dengan taman dan ukuran perkembangan kota sehingga pe nataan lingkungan. Gedung-ge perlu sentuhan yang apik dalam hal dung mulai dipadukan dengan lingku Eco-Campus. Begitu pula, kampus Ke ngan sekitarnya. tintang juga merindukan Eco-Campus Itulah tanda-tanda Eco-Campus ki yang berwibawa karena keindahan, ranya dapat berjalan dengan baik jika kebersihan, kenyamanan, keasrian, dimanajemeni dengan baik pula. Eco- dan keunikannya. n Campus sejati adalah proses memba ngun kenyamanan kampus secara ter integrasi, terpadu, dan berkultur. Une Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
3
CONTENT
INFO HALAMAN
10
03. WARNA
Tulus untuk Eco-Campus oleh Dr. Suyatno, M.Pd
11
05. LAPORAN UTAMA
PANORAMA UNESA. Melintasi gerbang Une sa kampus Lidah Wetan serasa menemukan kesejukan tersendiri di atas areal yang terus bertumbuh menjadi kawasan eco campus yang menyejukkan.
• Komitmen Unesa Wujudkan Eco-Campus • Campus Demand Management untuk Unesa Ramah Lingkungan • Terapkan 3R untuk Atasi Sampah • Bangun Sistem Internal Manajemen Air • Kampus Harus Nyaman dan Indah • Menuju Realisasi Eco-Campus • Eco-Campus, Program Penyelamat Lingkungan • Perlu Kerja Sama Semua Elemen Kampus
15. INSPIRASI ALUMNI
• Kiprah Choirul Anam, Alumnus Jurusan Bahasa Jepang Satu-satunya Sarjana Pendidikan yang Jadi Komisioner KPU
18. LENSA UNESA 22 KABAR PRESTASI
• I Made Arsana S.Pd, MT, sang Sosok Dosen Inovatif Ciptakan Alat Optimasi Penukar Panas
24. ARTIKEL WAWASAN • Merayakan Literasi di Sekolah
26. JATIM MENGAJAR
• Menuju Sukamade, Lebih Berat dari Daerah 3T
15
29. SEPUTAR UNESA 33. INFO SEHAT
• 5 Cara Meningkatkan Relaksasi Diri
34. CATATAN LIDAH
09 4 |
• Meta Kognitif oleh Djuli Djatiprambudi
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
33 RALAT: Pada Edisi 75 Tahun XV - November 2014 (hal 17) terdapat kekurangtepan menye butkan istilah dalam berita “HUT Brimob Polri ke-69”, yang benar adalah Korbrimob Polri. Dengan ini ketidaktepatan telah kami sesuaikan dan betulkan. Terima kasih.
LAPORAN UTAMA
SEJUK: Suasana sejuk penuh dengan tanaman hijau di salah satu sudut gedung FIP kawasan kampus Unesa Lidah Wetan.
KOMITMEN UNESA WUJUDKAN
Eco-Campus Di tengah maraknya polusi dan isu pemanasan global (global warming), Universitas Negeri Surabaya tidak tinggal diam. Sebagai lembaga pendidikan yang dihuni para intelektual, sudah semestinya Unesa berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satunya dengan mewujudkan kampus berwawasan lingkungan (Eco-Campus).
K
oordinator program EcoCampus Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT ke pada reporter Majalah Unesa mengatakan bahwa Unesa me miliki ko mitmen yang kuat ter hadap permasalahan lingkungan. Oleh ka rena itu, pada tahun 2015
ini, Unesa berkomitmen untuk be nar-benar melaksanakan kampus berwawasan lingkungan tersebut. Sejatinya, ungkap Tri Wrahatnolo, program Eco-Campus Unesa kali pertama didengungkan pada saat pencanangan program Green Tech nology dalam rangka menyambut
Dies Natalis ke-46 Unesa tahun 2010 la lu. Pada saat itu tema yang di usung adalah Green and Clean Goes to Campus yang mendorong Unesa me nuju kampus bernuansa ling ku ngan hidup. Tri Wrahatnolo, yang kini menjadi Pem bantu Rektor II menjelaskan
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
5
LAPORAN UTAMA
PR II Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT
bahwa program Eco-Campus kali ini akan lebih diimplementasikan secara nya ta dan disinergikan dengan bi dang-bidang lain. Bidang-bidang tersebut adalah pendidikan dan pe nga jaran, penelitian, pengabdian ke pada masyarakat, organisasi dan ad ministrasi umum, akademik, ke uangan dan aset, kelembagaan dan kegiatan kemahasiswaan, serta bi dang kerja sama. Untuk melaksanakan itu, diperlu kan penerapan Sistem Manajemen Ling kungan (SML). Dalam ran ca ngan program Eco-Campus, ada li ma hal yang menjadi alasan akan diberlakukannya SML tersebut. Per tama, aktivitas makan dan mi num (sampah dan pencemaran lainnya); kedua, penggunaan ken daraan bermotor (pencemaran uda ra); ketiga, pemakaian alat-alat lis trik (pemborosan energi); keempat, pemakaian air (limbah cair, pem borosan penggunaan air); dan ke lima, sarana dan prasarana labora torium serta sarana penunjang lain nya (bila memiliki). Dalam rancangan program ter sebut, ada empat tim yang mena ngani masing-masing bagian. Ke em pat tim itu adalah Tim Hutan Ko ta dan Keanekaragaman Hayati, Tim Energi, Tim Sampah, Tim Air, Tim Tran sportasi, Tim Master Plan, dan Tim Estetika Lingkungan.
6 |
Dibutuhkan Komitmen Seluruh Insan Kampus Program Eco Campus Unesa ti dak bisa dilepaskan dari seluruh in san kampus, baik pimpinan, do sen, karyawan, mahasiswa dan ta mu kampus. Pasalnya, program ini memang menyasar langsung pa da seluruh warga kampus. Ka rena itu, keberhasilannya akan sa ngat ditentukan oleh seberapa jauh komitmen dari seluruh insan kam pus. Seluruh warga kampus harus ber komitmen dan berperan aktif da lam pengembangan ilmu dan teknologi serta penerapan gaya hi dup berwawasan lingkungan. “Saya berharapa civitas akademika Une sa menjadi pelopor penciptaan ka wasan berbudaya pelestarian lingku ngan,” ujar Tri Wrahatnolo. Visi Eco Campus adalah mewu judkan Unesa sebagai kampus rek reasi, edukasi, dan konservasi me lalui penerapan sistem manajemen ling kungan yang berkelanjutan me liputi aspek infrastruktur, ke bi jakan, dan perilaku dari setiap ele men kampus demi mendukung ter capainya kualitas lingkungan hi dup yang layak bagi kehidupan ma nusia dan makhluk hidup lain serta terciptanya lingkungan bersih, in dah, nyaman, serta sehat. Sementara itu, ada 9 misi yang menjadi tujuan program ini. Pertama, menciptakan lingkungan kampus dan
lingkungan sekitar agar bersih, indah, nyaman, dan me nyehatkan. Kedua, mendorong in di vidu kampus dan tamu betah tinggal di dalam kampus dan lingkungan kampus. Ketiga, mem berikan keteladanan kepada masya rakat tentang kepedulian dan tang gung jawab dalam menciptakan ling kungan yang bersih, indah, nyaman, dan menyehatkan. Keempat, mendorong ter cip ta nya kampus yang peduli ling ku ngan. Kelima, mewujudkan wilayah konservasi alam dalam kampus. Ke enam, memberikan konstribusi da lam upaya pelestarian lingkungan di luar kampus Unesa. Ketujuh me nyelesaikan masalah sampah di Une sa. Kedelapan, mendorong ter se dianya makanan dan minuman yang sehat. Dan, kesembilan adalah me wujudkan sistem transportasi kam pus dan parkir kendaraan yang ter tib, aman, nyaman, dan bebas polusi udara dan suara. Tri menambahkan, agar program ter sebut dapat dengan mudah di evaluasi maka dibuatlah lima pa rameter utama program Eco-Cam pus Unesa. Apa saja parameter ter sebut? Pertama, penghematan ener gi listrik, air, dan penggunaan kertas. Kedua, penghijauan. Ketiga, ke bersihan dan kenyamanan ling ku ngan. Keempat, makanan sehat. Kelima, kawasan tanpa rokok di area kampus. (SYAIFUL)
Mahasiswa belajar nyaman di manapun, di lingkungan kampus Unesa yang asri.
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
Dr. Ir. Dadang S., M.T, Tim Eco Campus Divisi Transportasi
LAPORAN UTAMA
Kampus Demand Management untuk Unesa Ramah Lingkungan
E
co Campus atau kampus ra mah lingkungan yang a kan diterapkan Unesa memer lukan banyak divisi. Salah satunya, Divisi Transportasi. Tim ber ang gotakan 5 orang yang di ketuai Dr. Ir. Dadang S, M.T itu bertugas me ngerjakan dua kajian trans portasi yakni di kampus Unesa Ketintang dan kampus Unesa Lidah Wetan. Menurut Dadang, fokus tim saat ada lah kampus Unesa Ketintang. Kam pus Unesa Lidah Wetan belum sepenuhnya sesuai dengan konsep di visi Master Plan Eco Campus. Waktu itu bangunan gedung belum sesuai dan batas-batas tanah masih banyak yang belum jelas, se hing ga masih perlu ditata ulang. “Kon sep yang digagas divisi transportasi menggunakan pola penataan dengan Traffic Demand Management, yakn i mengelola aset yang ada di kampus ketintang terkait lahan par kir dan sirkulasi dalam kampus,” paparnya. Dadang menjelaskan, lahan ko song di spot-spot sekitar kampus Une sa Ketintang akan digunakan un tuk tempat parkir terpusat ken da raan roda dua (sepeda motor). Mengingat parkir saat ini masih be lum tertata dengan baik. Nantinya, parkir akan terpusat berada di setiap fa kultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Teknik (FT). “Dengan parkir terpusat, maha siswa bisa parkir lebih rapi,” ujar Do sen D-3 Transportasi tersebut. Sirkulasi dalam kampus juga akan diatur. Pintu masuk berada di ger bang utara, sedangkan pintu keluar melalui gerbang selatan. Se belumnya, kedua gerbang ter se but digunakan untuk masuk dan
keluar kendaraan. Penerapan sir ku lasi tersebut perlu diterapkan agar tidak terjadi penumpukan ken daraan. Untuk memperlancar kon sep tersebut, akan dibuatkan ID Card untuk kendaraan roda dua. Pembuatan id card dilakukan de ngan mendaftarkan satu sepeda mo tor untuk memasuki kampus. Kon sepnya, satu motor untuk satu ma hasiswa. Gerbang masuk akan dibuat automatic gate. Hanya yang memiliki id card yang bisa memasuki kampus. “Pembuatan id card akan bekerja sama dengan pihak perpus takaan. Untuk mahasiswa yang jalan kaki dan menggunakan sepeda, akan dibedakan id card-nya,” imbuh dosen kelahiran Lamongan tersebut. Menurut Dadang, realisasi kon sep akan dilaksanakan pada tahun 2015 ini dan akan dievaluasi pada tahun 2016. Jika sudah sesuai ren ca na, tahun 2016, kata Dadang, kampus Unesa Ketintang akan steril dari kendaraan roda dua dan roda empat). Transportasi di dalam kam pus akan menggunakan bus lis trik yang sudah di-launching. Peng gunaan bus akan disesuaikan de ngan aktivitas di kampus, dari pagi hingga sore hari. Selain itu, akan ada transportasi ramah lingkungan yakni sepeda. “Kendalanya ada lah parkir sepeda. Sejatinya, sesuai rencana tim lahan parkir sepeda akan dipusatkan di depan gerbang kampus. Sayang, lahan ter sebut sudah di gunakan gedung wirausaha,” sesal Dadang. Sistem transportasi akan di ta ta sedemikian rupa. Seperti pe masangan rambu dan marka jalan. Akan ada jalur satu arah saja. Apa bila ada yang melanggar, akan ada sanksi (punishment) bagi pe lang gar. Sanksi akan disesuaikan ma
Dr. Ir. Dadang S, M.T
najemen kampus dengan meng op timalkan kinerja satpam. Untuk ke pentingan ke fakultas lain atau aktivitas dalam kampus akan diop timalkan pemanfaatan jalur pe des trian, sehingga tidak ada lalu lalang motor dan akan mengurangi polusi. “Konsep transportasu ini se per ti yang diterapkan di jalan raya sebe narnya. Dengan pola penataan ini, kampus Unesa Ketintang punya se butan lain yakni Kampus Demand Management,” tandasnya. Dadang berharap dengan kon sep eco campus itu akan membuat tingkat kebisingan kampus ber ku rang, mengubah pola pemakaian bermotor menjadi transportasi yang ada di kampus dan kampus bebas atau steril dari gas emisi buang sehingga hewan-hewan langka mau masuk ke Unesa sehingga proses belajar di kampus pun menjadi lebih nyaman. (ANDINI)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
7
LAPORAN UTAMA Dra Winarsih, M.Kes, Tim Eco-Campus Divisi Sampah.
Terapkan 3R untuk Atasi Sampah Divisi atau tim sampah adalah salah satu tim yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Eco-Campus. Dra. Winarsih, M.Kes menyebut ada tiga jurus un tuk mengatasi permasalahan sampah, yakni melalui penerapan konsep pengelola han 3 R (Recycle, Reuse, dan Reduce) yang ramah lingkungan.
Dra. Winarsih, M.Kes (kanan) memeriksa pemanfaatan alat komposter temuannya.
R
ecycle merupakan metode mengolah sampah menjadi kompos. Reuse merupakan pe ngolahan sampah de ngan membentuk bank sampah. Sedangkan Reduce merupakan pe ngolahan sampah dengan upa ya mengurangi atau memilah sam pah sehingga ketika memasuki ru mah kompos Unesa sudah da lam keadaan dipilah-pilah dari sum ber nya. Dikatakan Winarsih, sesuai kon sep tim sampah, di Unesa akan di buat rumah kompos. Lokasi rumah kompos berada di dekat Pusat Ba ha sa Kampus Ketintang. Siapapun be bas menyetorkan sampah di sa na. “Sampah itu tidak dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau Tempat pembuangan Akhir (TPA), namun sampah-sampah ter sebut kita olah di Unesa dengan cara
8 |
3R. Hal ini sesuai dengan undangundang (UU) RI no 18 tahun 2008 pa sal 12 yang mengatur tentang pembuangan sampah.” ujar Winarsih. Tim Divisi Sampah yang terdiri dari PR II (Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T., Drs. Marsudi, M.Pd, Drs. Mo cham ad Yadi dan tim kebersihan Unesa) mengakui bahwa untuk me la ksanakan konsep tersebut di bu tuhkan andil semua pihak, termasuk mahasiswa melalui Himpunan Ma ha siswa dan Badan Eksekutif Ma ha siswa. “Untuk pelaksanaannya di Unesa sendiri belum efektif karena dibutuhkannya asas kebersamaan dan partisipasi serta keberlanjutan” tutur Dosen jurusan Biologi tersebut. Ditambahkan Winarsih, sejauh ini pengolahan sampah masih di la kukan dengan cara dibuang dan di bakar. Padahal, jika orang sudah tahu maknanya, sampah bukan lagi
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
menjadi barang yang dibuang tapi bisa menjadi sumber daya alam yang bermanfaat. “Contohnya, daun ke ring yang bisa dikembalikan ke daun lagi. Maksudnya adalah daun yang sudah kering tersebut dapat dijadikan pupuk untuk tanaman se hing ga tanaman tumbuh subur,” ungkapnya. Winarsih sangat berharap de ngan adanya Eco-Campus semua pi hak bisa menata diri. Untuk tim sam pah, telah dibuat sistem pe ren canaan, sosialisasi, dan evaluasi se hingga bisa diketahui apa saja kendala-kendala yang dialami. “Bia sanya, kendala terbesar berasal dari individu masing-masing yang masih ter biasa memperlakukan sampah dengan dibuang atau dibakar,” tam bahnya. Ia berharap, ke depan warga Unesa secara bersama-sama dapat menyelesaikan masalah sampah de ngan jalan mengubah mindset yaitu dengan mengolah da ri sum ber sampah. Dengan be gitu akan meringankan masalah sampah. “Se seorang yang mampu menghargai hal sepele seperti sampah, bisa di ni lai bahwa orang itu tentu akan menghargai sesuatu yang lebih dari sam pah seperti menghargai orang lain dan menghargai waktu.” pung kasnya. (ULIL)
LAPORAN UTAMA Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd,.Tim Eco Campus Divisi Air
Bangun Sistem Internal Manajemen Air
M
enuju eco-campus, Une sa diharapkan menjadi kampus yang ramah ling kungan dan memiliki bu daya konservasi lingkungan. Dalam program eco-campus, manajemen dan tata kelola air merupakan salah satu bidang yang substansial. Pada prinsip nya, tim air yang telah dibentuk pada akhir 2014 bertugas agar air di Unesa cu kup untuk memenuhi kebutuhan se luruh masyarakat kampus. Karena itu, perlu dibangun sistem internal manajemen air. Koordinator Tim Air, Dr. Asri Wi ji astuti, M.Pd, mengatakan, Unesa akan membangun sistem internal manajemen air. Artinya, air yang ada di Unesa tidak boleh dibuang ke luar dari area. Unesa akan mengop ti malkan sumber-sumber air yang ada, baik dari air hujan maupun dari sumber air tanah. Saat ini, Unesa telah memiliki be berapa sumber air. Di antaranya, da ri sumur di areal BAAK. Hanya saja, de bitnya belum dicek. Kemudian, ada waduk Lidah Wetan, namun ha rus disurvei terlebih dahulu le ga litas untuk pengambilan airnya dan kepemilikannya. “Jika legalitas pe ngambilan air di waduk Lidah We tan telah diperoleh, perhari dapat diambil sekitar 20.000 liter. Air terse but tentu mampu mencukupi kebu tuhan air di asrama mahasiswa, PPG, dan masjid,” terang Asri. Selain dua sumber air di atas, air waduk juga dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan pohon yang di bangun oleh tim hutan kampus. Se hingga, ada penghematan bia ya pemakaian air yang selama ini menggunakan air PDAM. Upa ya
Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd
tersebut dilakukan ketika meng ha dapi musim kemarau. Sementara itu, pada musim hu jan akan dibuat teknologi yang bernama rocking filter. Air hu jan di panen atau ditangkap meng gu nakan rocking filter. Teknologi ini akan dicoba pada tiga titik, yakni di Pascasarjana, masjid Ketintang dan masjid Lidah Wetan sebagai mode ling. Pada tahun kedua, setiap fakul tas dan unit kerja diharapkan sudah terpasang teknologi tersebut. “Hasil panen air hujan dapat di gunakan untuk operasional pe ma kaian air selama musim penghujan, se hingga diharapkan pada mu sim penghujan kita dapat menghemat peng gunaan air yang diganti de ngan panen air hujan,” jelas Asri. Tim air juga akan membangun sum ber air berbasis embung. Em bung adalah tempat atau wadah pe nampungan air saat terjadi surplus air hujan yang digunakan sewaktu terjadi kekurangan air. Em bung berfungsi menampung air sekaligus sebagai daerah resapan, me ngu ra ngi dan menampung volume air sehingga dapat mencegah ter ja di
nya banjir pada saat musim hujan, serta menampung air hujan sebagai antisipasi mengatasi kekeringan saat musim kemarau. “Unesa akan meminta satu em bung yang akan diletakkan di kam pus Unesa Lidah Wetan. Ukurannya 30 meter x 50 meter dengan kedala man 5 meter. Sehingga, dengan ada nya embung ini tidak terjadi banjir di musim penghujan, serta saat musim kemarau bisa digunakan un tuk cadangan menyiram tanaman, bah kan setelah diolah dapat untuk me ngisi kamar mandi,” paparnya. Survei Kebutuhan Air Awal tahun 2015, tim air akan men-survei kebutuhan air mahasiswa selama di kampus secara riil. Selain itu akan disurvei pula kebutuhan air di setiap fakultas dan unit kerja. Setelah disurvei akan dipetakan kebutuhan air dan upaya penghematannya. Ecocampus, selain dapat membangun bu da ya masyarakat kampus supaya berbudaya melakukan konservasi air, dampak ikutannya adalah secara eko nomi dapat menghemat budgetting Unesa. “Penghematan-penghematan itu kan bisa untuk mengirim pertu karan pelajar, dapat digunakan un tuk peningkatan kapasitas SDM. Se hingga itu kan jadi investasi juga,” tutur Asri. Selain itu, juga akan ada program mengolah air buangan da ri air wudhu di masjid dan limbah food court dan membentuk satgas air di setiap fakultas dan unit kerja selingkungan Unesa. “Kalau ada air yang berlebihan kita lakukan advokasi peng hematan air. Hal-hal semacam itu harus ada satgasnya,” tandas do sen Pendidikan Luar Biasa (PLB) itu. Yang spektakuler, Unesa akan mem buat air siap minum. Caranya, air dari PDAM akan dibuatkan alat penjernih, sehingga ketika air keluar sudah siap minum. Akan ada kran-kran siap minum di setiap fakultas. “Untuk tiga tahun ini, kita masih membenahi manajemen air dulu,” pungkas dosen kelahiran Malang itu. (LINA MEZALINA)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
9
LAPORAN UTAMA Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn, Tim Eco Campus Divisi Estetika Lingkungan
Kampus Harus Nyaman dan Indah Mencitrakan kampus sebagai rumah bagi mahasiswa, merupakan salah sa tu tujuan dalam pembudayaan lingkungan pada konsep eco-campus yang ki ni berada dalam tahap proses pelaksanaan. Salah satu eksekutor konsep ecocampus yang berperan dalam merancang desain kampus berbudaya lingkungan, yaitu tim estetika lingkungan, yang dikoordinatori Dr. Djuli Djatiprambudi, M. Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis.
Dr. Djuli Djatiprambudi, M. Sn.
M
enciptakan kampus de ngan nuansa yang in dah dan ramah ling ku ngan tentu sangat pen ting untuk merangsang kreativitas mahasiswa dan dosen dalam proses belajar mengajar sekaligus mem berikan motivasi belajar yang le bih baik bagi mahasiswa. Me nu rut Dr. Djuli Djatiprambudi, M. Sn., ko ordinator tim eco-campus divisi es tetika lingkungan, kampus yang baik adalah kampus yang lingkungannya baik dan memiliki Sumber Daya Ma nusia (SDM) yang juga baik. Dosen kelahiran 12 Juli 1963 tersebut memaparkan, konsep ecocampus harus diawali dengan ran
10 |
cang fisik secara visual yang me narik. Tidak hanya menarik dari sisi fisik, tetapi juga harus mampu me motivasi mahasiswa dengan ling kungan yang indah, asri dan ber estetika lingkungan, “Taman kam pus bisa dipakai sebagai lokasi ber diskusi, ruang publik santai di kam pus digunakan sebagai media per kuliahan, dan sebagainya,” ujarnya. Konsep estetika lingkungan di bu at dengan tujuan memperindah kampus dimulai dari segi esteti ka bangunan, tata letak bangunan, koordinasi/hubungan antarbangun an, land marks, dan sebagainya. Se mua konsep tersebut, menurut Djuli, sudah dirancang cukup matang dan sudah dipresentasikan ke beberapa lembaga. Saat ini, tinggal membuat langkah-langkah operasional. Lang kah operasional yang dimaksud Dju li, terkait kesiapan anggaran sebagai mo dal pembangunan, kesiapan pi hak internal kampus untuk berperan aktif, dan kesiapan pihak pelaksana baik dari dalam maupun luar Unesa. Dosen yang mengampu mata ku liah Tinjauan Desain di jurusan Se ni Rupa dan Desain Grafis (SRDG) itu me nambahkan, pelaksanaan program ecocampus tidak bisa dilaksanakan dalam satu atau dua tahun,. Program tersebut membutuhkan waktu beberapa tahun agar terealisasi dengan baik. “Namanya eco, kan juga harus menanam. Nah, me nanam pohon saja tidak bisa setahun tapi butuh waktu lebih dari se tahun agar menghasilkan pohon yang besar dan rindang,” jelasnya.
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
Selain itu, konsep eco-campus ju ga harus didukung budaya masya rakat kampus dengan menanamkan kepedulian dan kesadaran akan ke wa jiban menjaga kebersihan ling kungan, memerhatikan pemakaian listrik, dan turut menjaga dan meng hargai keindahan lingkungan. Pem budayaan atau pembiasaan seperti itu, tentu juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Visualisasi kampus, lanjut Djuli, sa paan akrabnya, menjadi sangat pen ting. Bagaimana mencitrakan kampus menjadi tempat yang nya man, rindang, dan indah secara vi sual inilah yang mampu menarik mahasiswa berperan aktif dan me ningkatkan kreativitasnya. Sehingga ma hasiswa menjadi rindu kampus ka rena seperti rumah sendiri bagi mahasiswa. “Konsep kita adalah ba gaimana mahasiwa berdiskusi di ta man nyaman, membaca di perpus takaan nyaman, istirahat di kafetaria nyaman sehingga mahasiswa menja di betah, dan tidak pengin cepat pu lang ke kos,“ungkapnya. Sebagai bagian dari tim eco- cam pus, Djuli sangat berharap program ter sebut dapat segera direalisasikan. Dengan demikian, tidak ada lagi pe nundaan waktu yang juga menunda ter wujudnya peningkatan kreativitas dan produktivitas mahasiswa maupun dosen. Jika program ini terealisasi Une sa akan dapat bertransformasi menjadi kampus yang berlingkungan baik dan men jadi rumah yang nyaman bagi civitas akademika. (ANNISA ILMA) n
LAPORAN UTAMA
ASRI: Kawasan kampus Unesa di Lidah Wetan yang tampak menghijau dan asri.
Menuju Realisasi Eco-Campus Jika tak ada kendala, sesuai rencana yang dikemukakan ketua program Tim Eco Campus,. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT, yang juga Pembantu Rektor II Unesa, Eco-Campus akan mulai diujicobakan pada 2015 tahun ini dan akan dievaluasi pelaksanaannya pada tahun 2016. Untuk tahap awal, pelaksanaan eco-campus akan diterapkan di kampus Ketintang yang dinilai sudah lebih siap bila dibandingkan dengan kampus Lidah Wetan. Tentu saja, realisasi program tersebut membutuhkan keterlibatan dan kepedulian semua pihak, terutama civitas akademika Unesa . Berikut tanggapan para civitas akademika yang berhasil diwawancarai reporter Majalah Unesa terkait eco-campus?
K
etua jurusan Pen didikan Luar Biasa (PLB) Dra. En dang Purbaningrum, M.Kes mendukung penuh pelaksa naan program eco campus. Ju ru san PLB telah siap dengan ber bagai program yang men dukung eco campus. Bahkan, Dra. Endang P, M.Kes Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) te lah mencanangkan program R5 , yakni ringkas, resik, rapi, rawat, dan rajin. Ringkas terkait dengan penataan dokumen-dokumen supaya terlihat rapi dan tertata. Resik berarti menjalankan program kebersihan di setiap ruangan dan area fakultas dengan melibatkan petugas kebersihan dan partisipasi mahasiswa. Selanjutnya, Rapi berarti suasana fakultas harus terlihat rapi agar sedap dipandang mata. Sedangkan Rawat berarti merawat dengan baik lingkungan dan inventaris dengan mengoptimalkan dana perawatan yang telah disediakan. Terakhir, Rajin berarti membudayakan sikap rajin untuk mahasiswa, dosen dan karyawan. “De ngan pelaksanaan R5 yang optimal, akan membentuk ekosistem kampus yang baik,” terang Endang. Terkait dengan kebersihan dan penghijauan, FIP juga gen car menyosialisasikan kepada mahasiswa melalui Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
11
LAPORAN UTAMA PKKMB. Bahkan, dalam mata kuliah tertentu, program ke bersihan dan penghijauan juga telah diintegrasikan. Se lain itu, ketika mengajar dosen tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga memperbaiki karakter dan memberi contoh budaya hidup bersih. “Saya berharap ke depan R5 bisa menjadi budaya yang sejalan dengan pro gram eco campus di Unesa,” ungkapnya. Senada, Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd, Kajur Bimbingan Kon seling, sangat mendukung pelaksanaan program eco campus. Hanya, saja ia memberi catatan beberapa kawasan di Lidah Wetan yang perlu pembenahan karena belum men cerminkan eco campus. Salah satunya, pembangunan jalan yang tidak sesuai standar sehingga menghambat serapan air. Meski mendukung, Titin mempertanyakan sosialisasi tentang program tersebut yang belum dilakukan secara menyeluruh ke jurusan dan fakultas. Ia berharap, tim pu sat Unesa lebih gencar melakukan sosialisasi program ter sebut. “Bila ditanya mengenai kesiapan menyambut eco campus, tentu kami sangat siap,” terang Titin. Dukungan pelaksanaan eco campus juga dikemukakan Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indononesia, Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd. Menurut Syamsul, sejatinya konsep Eco Campus bukan hal baru di jurusan Bahasa dan Sastra In donesia. Sebelum gerakan membudayakan lingkungan di wilayah kampus Unesa, JBSI sudah lama mengonsep kam pus hijau di lingkup jurusan. Bahkan, gerak nyata dilakukan
dengan me minta mahasiswa baru menanam pohon pada masa Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) JBSI. “Dengan penanaman itu, diharapkan mahasiswa memiliki kesan lingkungan sehingga mereka akan ikut serta menjaga dan memelihara kampus ke de pannya,” ujar Syamsul Sodiq. Tidak hanya mahasiswa, dosen pun turut membantu upaya kampus berwawasan lingkungan tersebut. Syamsul mengakui meski belum semua mahasiswa maupun do sen tahu istilah Eco Campus, namun secara praktik di la pangan mereka sudah turut andil dalam melaksanakan kegiatan berbasis lingkungan. “Selain menjaga kerapian dan kebersihan kelas, ruangan dosen JBSI juga diperbarui dan para dosen diminta turut memelihara kebersihan dan kerapian ruangannya,” tambahnya. Berbagai fasilitas perkuliahan yang dulu kurang diper hatikan, kini mulai difungsikan secara maksimal. Melalui optimalisasi fasilitas tersebut, terang Syamsul, kini JBSI memiliki beberapa ruangan seperti ruang pembelajaran/ literasi, ruang ganti laboratorium sastra, dan penataan baru ruang kelas di gedung T8 dan T4, penataan perpusta kaan secara berkala, perawatan kebersihan toilet, dan se bagainya. “Ini membuktikan bahwa sebelum langkah Eco Campus disegerakan, JBSI telah lama peduli dengan ling kungannya,” tandasnya. (LINA MEZALINA/ANNISA ILMA/MURBI)
Eco-Campus, Program Penyelamat Lingkungan Ramah lingkungan dalam konteks akademik adalah memberikan kenyamanan kepada mahasiswa agar dapat menjalankan kegiatan perkuliahan dengan baik sehingga bisa mewujudkan apa yang diinginkannya.
P
Drs. Martinus Legowo, M.A
12 |
ernyataan itu diungkapkan Drs. Martinus Legowo, M.A terkait konsep eco campus. Me nurutnya, yang paling penting dalam eco campus adalah ba gaimana agar seluruh warga kampus dapat menikmati kegiatan dan fasi li tas dengan nyaman, dan memiliki kesadaran mengelola, merawat, dan menjaga lingkungan kampus. Agar bisa terwujud, tentu di bu tuhkan sosialisasi yang intens ke pada semua sivitas akademika, ter uta ma mahasiswa harus mendapat
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
pe ngarahan tentang pentingnya men jaga dan merawat lingkungan kampus, ruangan kuliah, referensi, dan laboratorium. Dosen yang menjabat Ke pala Program Studi Sosiologi Fa kul tas Ilmu Sosial dan Hukum itu me nambahkan, sosialisasi tersebut da pat didukung dengan interaksi yang baik antarmahasiswa dengan ma hasiswa, dan mahasiswa dengan dosen. “Dengan interaksi yang baik, sosialisasi yang diberikan akan efektif dan efisien,” paparnya. Dosen dan mahasiswa bisa juga menerapkan Tridharma Perguruan Tinggi dalam mendukung Eco Cam pus. Caranya, dengan melakukan pe nelitian, pendidikan, dan pengabdian yang mengacu pada Eco Campus Sementara itu, Dra. Meirinawati, M.AP, Kaprodi S-1 Administrasi Publik mengatakan, terkait eco campus, Pro
di Administrasi Publik telah memu lai sebelum wacana eco campus di dengungkan. Salah satu kegiatan yang dilakukan prodi tersebut ada lah kegiatan Bazar Intrapreneursip bertema go green. Salah satu produk yang dibuat dalam kegiatan tersebut adalah memanfaatkan barang limbah menjadi barang kerajinan tangan yang layak jual. Selain itu, ada juga inovasi produk pembuatan jajanan pasar berbahan jagung manis yang lezat dan mampu bersaing dengan produk lain. Tak hanya di level kegiatan, Pro di Administrasi Publik, juga mening katkan kesadaran mahasiswa untuk menjaga lingkungan kampus me la lui sosialisasi ketika kuliah. Salah sa tunya, dengan mengingatkan mahasiswa agar hemat listrik dan he mat pemakaian air. Bahkan, da lam mata kuliah prodi AP pun ada materi Perencanaan Tata Kota dan Kawasan Terbuka Hijau dalam Pembu atan Kebijakan Pemerintahan Daerah.
“
LAPORAN UTAMA Menurut saya prestasi mahasiswa sangat dipengaruhi bagimana kondisi lingkungan.” [SLAMET WIDODO]
“Melalui mata kuliah tersebut, saya yakin mahasiswa prodi S-1 Ad mi nistrasi Publik sadar betul terhadap lingkungan kampus dan dampak ter ha dap kestabilan lingkungan,” ujar Meirinawati. Senada, Slamet Widodo, ma ha siswa Pascasarjana Unesa, men du kung penuh penerapan program eco campus. Ia berharap program tersebut bisa diterapkan secara menyeluruh agar kampus menjadi nyaman, aman dan asri. Mahasiswa penerima bea siswa S2 LPDP (Lembaga Pengelola Da na Pendidikan) itu menegaskan bahwa antara iklim akademik dan kondisi lingkungan memiliki korelasi signifikan. Dengan terciptanya ling kungan yang nyaman akan men
do rong iklim akademik yang baik. “Menurut saya prestasi mahasiswa sangat dipengaruhi bagaimana kon disi lingkungan. Iklim akademik akan terwujud dengan baik jika ling ku ngan menudukung” paparnya. Slamet menilai, kampus merupa kan sarana yang tepat sebagai pem belajaran sekaligus bukti kepedulian ter hadap lingkungan. Menerapkan eco campus bisa dimulai dari halhal kecil seperti melaksanakan piket harian di kelas, membuang sampah sesuai jenis dan pada tempatnya, me matikan listrik jika tidak digunakan dan menggunakan air seperlunya. Slamet menambahkan, sejauh ini, khususnya di Pascasarjana ada sedikit kekurangannya, yaitu penataan lahan parkir yang dinilai ma sih ribet dan menyusahkan mahasiswa. Ia berharap, ke depan sistem pe ngelolahan par kir tersebut diperbarui sehingga ma ha siswa lebih nya man keluar masuk parkir. (RIZAL/MAHMUD/DIYANTI)
Perlu Kerja Sama Semua Elemen Kampus Konsep eco-campus seolah telah menjadi kewajiban bagi perguruan tinggi negeri , Dr. Raharjo M.Si (kajur Biologi) FMIPA mengaku setuju adanya ecocampus tersebut.
D
Dr. Raharjo M.Si
osen kelahiran Surabaya itu berpendapat bahwa eco campus merupakan sistem manajemen untuk menge lo lah ling kungan di area kam pus. sehingga semua kom po nen harus terlibat terutama mahasiswa, dosen,
Dr. Wahono Widodo M.Si
dan tenaga kependidikan. Raharjo mengatakan, manajemen tersebut harus didukung kebijakan dari Universitas hingga jurusan. “Un tuk melaksanakan program tersebut, tentu perlu power dari jajaran pim pinan pusat,” ungkapnya.
Dari FMIPA sendiri sangat men dukung program eco campus ter se but. Bah kan, bentuk dukungan sudah diwujudkan dengan kebija kan mengelolah sampah seperti pe milahan sampah dan pengelolahan sampah baik sampah organik mau pun anorganik. Raharjo menegaskan, program ber orientasi lingkungan seharusnya sudah dilakukan seluruh komponen baik mahaiswa maupun dosen. Selain pengelolahan sampah, bentuk nyata dukungan FMIPA ter hadapt eco campus adalah dengan adanya gerakan peng he matan air dan listrik. Gerakan tersebut dilaku kan dengan bentuk himbauan kepa da mahasiswa dan komponen kam pus lain. Sementara itu, lebih jauh Dr. Wa hono Widodo M.Si, ketua jurusan
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
|
13
LAPORAN UTAMA Pendidikan Sains menegaskan bah wa eco campus bukan hanya sekadar berwawasan lingkungan, namun ha rus lah mampu men do rong sivitas akademika aktif dalam pengelolahan lingkungan, terutama di lingkungan kampus. Wahono menyebut ada tiga as pek untuk mewujudkan eco campus dalam kampus. Pertama aspek pen didikan. Pada aspek ini perlu ada satu mata kuliah yang diintegrasi dengan wawasan eco-campus. Kedua, aspek penelitian yang harus diupayakan da lam konteks lingkungan. Ketiga, aspek pengabdian terhadap masya rakat. Aspek ini mendorong per lu nya menumbuhkan kesadaran ma syarakat akan lingkungan melalui pendidikan sehingga muncul kebia saan sadar lingkungan di tengah ma syarakat. Dari Fakultas Teknik, dukungan terhadap program eco campus juga disuarakan. Dr. Mochamad Cho lik, Ketua Jurusan Teknik Mesin me ngatakan bahwa ada tiga hal yang harus dikurangi menuju pada eco campus. Pertama, mengurangi emisi gas buang. Gas hasil pembuangan knal pot sepeda motor merupakan po lutan. Hal tersebut dapat di ku rangi dengan perangkat knalpot modifikasi yang ramah lingkungan.
Kedua, mengurangi ketidakpedulian akan tanaman dengan membuat program satu orang menanam dan merawat dua pohon. Ketiga, pe ngurangan penggunaan air condi tioner (AC). Menurutnya, AC boros biaya penggunaan, perawatan, dan pembelian selain juga tidak menye hatkan. Karena itu, ia menyarankan agar pembangunan gedung Unesa diberi inovasi penataan sirkulasi uda ra dalam ruangan sehingga tetap nyaman walaupun tanpa AC. Sementara itu, Dr. Suparji, M.Pd, Ketua Jurusan Teknik Sipil berharap program yang telah dirancang sejak Unesa dipimpin Prof. Muchlas Samani itu segera terealisasi. Ia me nga kui bahwa Unesa telah banyak meng alami perbaikan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung terseleng garanya eco campus. Suparji mengatakan, jika eco campus ini terwujud yang paling me rasakan adalah mahasiswa yang no tabene penghuni mayoritas kampus. Sa yang, sejauh ini kepedulian ma hasiswa terhadap konsep eco campus masih kurang. Buktinya, kebanyakan mahasiswa masih tidak disiplin saat parkir. Walaupun telah diberi tempat yang luas, mahasiswa tetap saja banyak yang parkir di jalan. “Contoh lain, sampah-sampah masih banyak
yang tertinggal di kelas, gazebo, hingga pot bunga. Padahal, eco cam pus sudah disosialisasikan sejak jauhjauh hari,” paparnya. Suparji berharap, eco-campus akan memberikan efek baik bagi lingkungan di kelas maupun luar ke las. Mahasiswa bisa belajar di suatu tem pat sambil mendiskusikan per ku liahan dengan lingkungan yang sejuk dan rindang. Kondisi itu, pasti sa ngat membantu menaikan iklim belajar. (EMIR/ANDINI/DANANG)
RAMAH LINGKUNGAN: Beberapa sudut kampus Unesa yang ditata sebagai sarana pendidikan yang ramah lingkungan. Joglo yang asri disediakan untuk aktivitas warga kampus (foto kiri). Sementara itu di kompleks gedung FMIPA tersedia sangkar burung sebagai sarana konservasi burung di lingkungan kampus Unesa sebagaimana tampak pada foto atas.
14 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
INSPIRASI ALUMNI
SERAH TERIMA: Choirul Anam saat menyerahkan piagam kepada Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. [DOK PRIBADI}
Kiprah Choirul Anam, Alumnus Jurusan Bahasa Jepang di Panggung Politik
SARJANA PENDIDIKAN DI KOMISIONER KPU
Awal mula di KPU, Anam merasa seperti orang asing. Ia sama sekali tidak menemukan kawankawannya di Unesa. Kebanyakan, di KPU banyak berasal dari Universitas Brawijaya, dan Uni versitas Airlangga yang berlatar belakang jurusan ilmu politik atau ilmu hukum. Barangkali, ia adalah anggota KPU satu-satunya yang bergelar sarjana pendidikan.
B
iasanya alumni pendidikan a kan cenderung memilih profesi sebagai pendidik dalam meniti kariernya. Namun tidak bagi Choirul Anam. Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) angkatan 1997 itu, memilih karier di bidang politik dengan terjun menjadi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tercatat, pria kelahiran Pasuruan itu pernah menjadi ko misioner KPU Surabaya. Bahkan kini, ia naik level menjadi komisoner KPU Jawa Timur.
Choirul Anam lahir dan besar di Desa Beji, Bangil Pasuruan. Ayahnya merupakan tamatan Sekolah Pendidikan Gu ru (SPG), yang juga pendiri sebuah pesantren. Latar belakang orang tua yang tak jauh dari ling kup pendidikan itulah yang mendorong Choi rul Anam selepas SMA melanjutkan pendidikan ke IKIP Negeri Surabaya. Sedari kecil, Anam, demikian sapaan ak rabnya terbiasa hidup sederhana. Sang ayah meninggal dunia ketiaka ia baru berusia 7 Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 15
INSPIRASI ALUMNI tahun. Nyaris, sejak saat itu, sang ibulah yang menjadi tulang punggung keluarga. Kondisi itu membuat Anam sudah terbiasa bekerja membantu perekonomian keluarga. Sewak tu SMA, ia mengelola warung kelontong. Kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan itu membuat ia tidak langsung kuliah selepas SMA. Dua tahun Anam harus bekerja terlebih dahulu. Berbagai pekerjaan pun pernah dijalani. Ia pernah bekerja di pe rusahaan tekstil Pandaan. Bahkan, ia juga pernah bekerja sebagai cleaning service sela ma kurang lebih satu tahun. Sadar bahwa pendidikan akan mampu mengubah jalan hidupnya, Anam pun ma kin bertekad kuat untuk melanjutkan kuliah. Sebelum mengikuti ujian seleksi masuk per guruan tinggi, ia terlebih dahulu ikut kursus komputer di Malang. Dari Bangil ke Malang, ia tempuh dengan kereta api. Dari interaksi di kereta api dengan teman-temannya yang se dang berangkat kuliah, Anam makin terlecut keinginannya untuk sesegera mungkin bisa kuliah. Atas masukan dari salah satu teman, Anam lantas mendaftar ke IKIP Negeri Su rabaya dan IKIP Negeri Malang. Kedua per guruan tinggi tersebut dipilih karena bi ayanya masih terjangkau. “Saya ikut UMPTN dan ternyata diterima di IKIP Surabaya juru san Bahasa Jepang,” paparnya.
jurusan pendidikan bahasa Jepang dan di pindah ke kampus Lidah Wetan, ia tidak me miliki kakak kelas maupun adik kelas. Sebab, angkatan kakak kelasnya semuanya berada di kampus Ketintang. “Kami hidup sendirian, tidak punya pembimbing, tidak punya orang yang bisa dilihat sebagai inspirasi sehingga pergaulan di sana sangat terbatas. Berun tung saya aktif di berbagai organisasi se hingga bisa memberikan warna dalam kehi dupan saya saat ini,” paparnya. Jiwa wirausaha yang sudah tertanama sejak kecil membuat Anam tak canggung untuk kerja sampingan di kampus. Setiap ada acara di kampus, ia biasanya berjualan
Pahit Getir di Kota Pahlawan Surabaya tentu menjadi tempat yang begitu berarti bagi Anam untuk mewujud kan impiannya. Apalagi, di antara teman-te mannya alumni SMA, ia termasuk yang ber untung bisa diterima di perguruan tinggi ne geri. Sayang, pada awal-awal kuliah, harapan bisa menikmati kuliah dengan suasana di kota tidak menjadi kenyataan. Sebab, ia merupakan mahasiswa yang pertama kali menempati kampus di Lidah Wetan, khu sus nya Fakultas Bahasa dan Seni dengan nuansa kampus yang gersang dan tak jauh berbeda dengan suasana desa, kala itu. “Mungkin bisa dikatakan saya merupa kan mahasiswa yang sangat mengenaskan. Sebab, saya orang desa, orang daerah dan datang ke Surabaya ternyata ditaruh di kam pus Lidah Wetan yang sangat gersang, pa nas, dan minim air,” terangnya. Anam masih ingat, dulu, ketika masuk di
16 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
"
Kalau di runut dari sekarang, saya merupakan satu-satunya alumni Unesa di Jawa Timur yang jadi komisioner. Di provinsi lain tidak ada anggota KPU yang bergelar sarjana pen didikan.”
DITERIMA PRESIDEN: Choirul Anam saat diterima Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta. [DOK PRIBADI}
INSPIRASI ALUMNI kue, minuman dan berbagai aksesoris. Sa at semester 1, ia pun sudah berjualan ke rudung. Ia membawa (kulakan) kerudung dari desa dan dijual kepada teman-teman di kampus yang kebanyakan mahasiswi. Tak hanya di kampus, ia juga pernah berjualan ketika ada kegiatan di Stadion Tambak Sari Surabaya. “Ini adalah realita kehidupan saya,” tuturnya. Selain kuliah, pria kelahiran 16 juni 1978 ini aktif di organisasi. Ia mengikuti UKM pen cak silat, aktif di BEM Jurusan dan senat fa kultas. Untuk organisasi luar kampus, ia aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan sempat menjadi ketua umum IMM kota Surabaya. “Interaksi dengan orang-orang lu ar itulah yang membuat proses kehidupan menjadi sangat berarti,” tandasnya. Keaktifannya di UKM Pencak Silat mem buat Anam kerap terlibat dalam aksi-aksi mahasiswa. Ia pernah ditempatkan di Satgas (Sa tuan Tugas) Pengamanan Demonstrasi un tuk mengawal kawan-kawan yang de monstrasi. Karena tugas itu, ia sempat ber hadapan dengan marinir yang sedang ber tugas. Ada pengalaman unik saat ia menjadi satgas pengamanan demonstran. Sebelum berangkat aksi, ia dan kawan-kawan yang menjadi Satgas Pengamanan diberi air putih dan pisang agar tubuh bisa kebal. “Kalau ingat masa lalu, saya sempat tersenyum sen diri. Benar atau tidak, saya tidak tahu, karena itu keisengan kawan-kawan senior biar kami percaya diri di lapangan,” ujarnya. Terjun di Dunia Politik Setelah lulus Kuliah, Anam membuka usaha di bidang IT. Ia membuat sebuah CV bernama Nirwana Indo Perkasa yang berlo kasi di depan Telkom. Usaha tersebut berja lan cukup lama sebelum akhirnya pada ta hun 2012, karena kesibukannya di aktivitas politik, usaha tersebut ditutup. “Waktu itu, saya dipercaya menjadi Ketua Koordinator JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat) Kota Surabaya dan Koordinator Ad ministrasi JPPR Provinsi Jawa Timur, itu se perti pemantau pemilu,” ungkapnya. Kiprah Anam di dunia politik makin mon cer. Tahun 2004, ia dipercaya sebagai koor di nator utama JPPR untuk kota Surabaya yang membawahi 2200 relawan. Ia juga
BIODATA SINGKAT am, S.Pd NAMA: Choirul an L LAHIR: TEMPAT TANGGA 1978 i Pasuruan , 16 jun Wiyung ta ma ALAMAT: Per rabaya Su 34 v. Ka Regency KHIR: RA TE N AA RJ PEKE Timur wa Komisioner KPU Ja 19 20 14 Masa Bakti 20 hir: Pendidikan Terak sa Jepang ha Ba n ika did S1 Pen Surabaya Universitas Negeri MOTTO HIDUP: ama Bermanfaat bagi ses n pun. pa ka n da n pu dimana
di sisi lain ia bangga karena meskipun ber la tar sarjana pendidikan bahasa Jepang, ia bisa menjadi komisioner KPU. “Kalau di runut dari sekarang, saya merupakan satusatunya alumni Unesa di Jawa Timur yang jadi komisioner. Di provinsi lain tidak ada anggota KPU yang bergelar sarjana pendidi kan,” ungkapnya. Mengenai pilihan terjun di dunia politik, Anam mengatakan bahwa lahan mengabdi tidak selalu harus di dunia pendidikan. Di manapun setiap orang bisa mengabdi dan membagikan ilmu kepada orang lain. Ter masuk pilihannya mengabdi sebagai ang gota KPU. “Di manapun saya berada, saya bisa membanggakan almamater saya yaitu Uni versitas Negeri Surabaya,” pungkasnya. (RUDI UMAR)
mengemban amanah sebagai Koordinator Administrasi JPPR Jawa Timur. Nyaris, pada tahun 2004 ia sudah langsung terjun dalam proses-proses demokrasi. Sewaktu ada pendaftaran anggota ko misioner Kota Surabaya, Anam tertarik ikut mendaftar. Ternyata, ia tidak lolos karena terkendala usia yang belum mencukupi usia minimum. Saat itu, usia Anam baru 26 tahun, padahal persyaratannya harus berusia 28 ta hun. Pada periode ta hun 2009, ia kembali mendaf tar kan diri, dan akhirnya berhasil lo los menjadi anggota komisioner KPU Kota Surabaya. Awal mula di KPU, Anam merasa se perti orang asing. Ia sama sekali tidak menemukan kawanka wannya di Unesa. Ke banyakan, di KPU banyak berasal dari Uni versitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga yang berlatar belakang jurusan ilmu politik atau ilmu hukum. Barangkali, ia adalah anggota KPU satusatunya yang bergelar sarjana pendidikan. Di satu sisi, ia merasa sendirian namun Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 17
LENSA UNESA
RAPAT TERBUKA
SENAT UNESA
S
ebagai bagian dari rangkaian aca ra menyambut Dies Natalis ke-50 Unesa, Rapat Terbuka Se nat Universitas Negeri Surabaya digelar pada Selasa, 23 Desember 2014. Dalam rapat tersebut, peserta yang hadir tidak hanya para pejabat Unesa melainkan juga dosen, pegawai, dan mahasiswa. Beberapa buku karya Unesa pun diluncurkan sebagai bagian dari buk ti komitmen Unesa sebagai Pusat Ge rakan Literasi. Di tengah-tengah acara, ada orasi ilmiah dari Didik Nurhadi, M.Pd., M.A., Ph.D. dengan tajuk orasi “Karakteristik Teks Argumentatif Baha sa Jepang”. (SYAIFUL/SURYO)
18 |
S
DIALOG UNESA DI TVRI
enin, 29 Desember 2014, Unesa menggelar acara Dialog Khusus di TVRI. Empat narasumber dari Unesa hadir dalam dialog khusus tersebut. Me reka adalah Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rek tor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (Pembantu Rektor I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (Pem bantu Rektor II), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. (Pembantu Rektor IV). Selain keempat narasumber, beberapa
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
tokoh Unesa lain juga hadir, di antaranya Dr. Ketut Praseto, M.S. (Pembantu Rektor III), Dr. Suyatno, M.Pd. (Kepala Humas Unesa), dan Dr. Djuli Djatiprambudi (Kajur Seni Rupa). Acara yang dimoderatori pre senter kawakan Iwan Twana Kotta itu membicarakan mengenai berbagai pro gres Unesa selama 50 tahun berdiri serta berbagai program yang akan dilaksanakan ke depan. (SYAIFUL/SANDI)
LENSA UNESA
PEMILIHAN
DEKAN SE-UNESA
S
eluruh fakultas yang ada di Unesa menggelar polling penjaringan aspi rasi mahasiswa, karyawan, dan dosen untuk pemilihan dekan periode 2015— 2019, Senin (26/1/2015). Dalam peraturan yang telah ditetapkan, minimal ada tiga bakal calon dekan yang harus diajukan oleh masing-masing fakultas. Namun, hanya ada dua orang sebagai calon yang ditetapkan melalui rapat senat fakultas dan diajukan kepada rektor. (SYAIFUL/KHUSNUL)
LEMBAGA JEPANG
BERI MASUKAN
ECO-CAMPUS UNESA
P
rogram Eco-Campus yang diga lakkan oleh Unesa dilirik oleh lembaga pemerintahan da ri Jepang. Tiga orang perwakilan da ri Kitakyushu City Government, En vironmental Bureau, Jepang hadir ke Unesa pada Senin (2/2/2015). Mereka adalah Naoki Matoshima, Ogata Shinichi, dan Seiichiro Ayabe. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. berserta Tim Eco-Campus Unesa menjelaskan berbagai program yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan di lantai dua Gedung Rektorat Unesa. Sementara Pembantu Rektor IV Unesa Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. menjadi penerjemah dalam pertemuan terse but. (SYAIFUL)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 19
KOLOM REKTOR
ECO-CAMPUS UNTUK UNESA Bertolak dari asumsi bumi sebagai ekosistem, Unesa membuat program eco-campus untuk mendukung kehidupan di kam pus. Kampus sebagai tempat para civitas akademika dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi, perlu ditata agar menjadi tempat yang nyaman, indah, dan ramah, sehinggga penghuni kampus merasa betah beraktivitas. Dengan demi kian, kinerja seluruh civitas bisa ditingkatkan.
H
anya ada satu bumi yang selama ini bisa ditempati oleh manusia. Bu mi yang hanya satu tersebut bukan hanya sebagai tempat ting gal tetapi juga menghidupi seluruh makhluk yang menempati. Bumi memiliki sistem ke hi dupan, yang melibatkan seluruh unsur yang ada yaitu: benda mati, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sebagai satu sis tem (ecosistem), ada keterkaitan dan keter gantungan antara unsur-unsur yang ada dan berlaku hukum kausalitas (sebab aki bat). Masing-masing unsur mengemban fung si tertentu dan bekerjasama untuk men du kung suatu kehidupan. Semua yang ada di bumi, memiliki peran dan fungsi dalam menjaga kelangsungan kehidupan. Kita sering melihat bagaimana sistem kehidupan melalui berbagai program di layar televisi. Ada rantai kehidupan yang me libatkan berbagai unsur, seperti rantai makanan, yang pernah diajarkan di sekolah menengah. Misal, padi – tikus – ular – elang. Atau, rumput – kijang – harimau – bakteri – tanah – rumput lagi. Artinya tanah yang subur akan ditumbuhi banyak rumput. Rum put dimakan kijang, sehingga kijang bisa berkembang biak dengan baik. Kijang-kijang tersebut kemudian akan dimakan oleh hari mau. Dan ketika harimau mati akan diurai oleh bakteri untuk menyuburkan tanah. Kita juga tahu bahwa fungsi pohon (ta naman), selain menghasilkan oksigen, me nahan banjir, juga melindungi dari sinar ma tahari. Fungsi pohon bisa kita rasakan lang sung. Ketika kita berada di bawah pohon pada siang hari yang panas terik. akan terasa
20 |
teduh dan segar. Tetapi coba rasakan kalau pada siang hari yang panas, tidak ada pohon akan semakin terasa panas. Manusia sebagai bagian dari alam, juga ter ikat oleh hukum alam. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa ada makhluk yang lain, tanah, tumbuhan, dan binatang. Dalam po sisi rantai makanan, manusia memang berada pada puncak, karena manusia makan apa saja (carnifora). Manusia bisa makan tumbuhan dan daging. Berbeda dengan ha rimau yang hanya bisa makan daging, dan gajah yang hanya bisa makan tumbuhan. Bahkan di antara penghuni bumi yang diberi “amanah” untuk menjadi pengelola ada lah manusia, sebagai Khalifatullah fil Ardli. Manusia diberi amanah untuk meman faatkan segala yang ada di alam dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya ma sing-massing. Sayangnya tidak semua ma nusia memahami dan menyadari amanah tersebut. Sebagian manusia justru meng eksploitasi sumber daya yang ada, tanpa memelihara dan menjaga kelestarian fungsi nya. Tindakan tersebut dapat mengganggu fungsi ecosistem dan menimbulkan kerusa kan lingkungan hidup. Betapa berat beban yang ditanggung oleh bumi, karena jumlah manusia yang tinggal semakin tahun semakin bertambah, dan mereka secara terus menerus mengeks ploitasi sumber daya yang terkandung di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ma nusia yang juga terus bertambah. Sementa ra bumi tidak bertambah luas dan sumber daya yang dimiliki semakin berkurang kare na terus dieksploitasi manusia. Tidak semua
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
Oleh Prof. Warsono manusia tahu bahwa bumi memiliki ke mampuan daya dukung yang terbatas, dan tidak semua sumber daya yang dimiliki bisa memperbarui diri. Ada sumber daya alam yang bisa diperbarui, seperti hutan, tetapi ada juga sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui, se perti minyak bumi. Sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui tersebut, akan habis jika terus dieksploitasi, dan jika sudah habis, maka manusia akan kehilangan. Di sisi lain, manusia juga terlalu rakus dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang bisa diperbarui. Akibatnya sumber daya tersebut juga mengalami penurunan dan kerusakan, sehingga kemampuan daya dukungnya juga menurun. Di sisi lain, manusia juga terus menam bah beban bumi, sebagai akibat dari perilaku yang egois. Menusia memandang bumi se bagai objek untuk memenuhi kepuasan hi dup, dengan memenuhi segala kebutuhan yang tidak pernah habis. Kebutuhan manusia terus diciptakan oleh kaum kapitalis melalui iklan-iklan, sehingga Herbert Marcuse me nyebut dengan kebutuhan semu, yaitu ke butuhan yang terus menerus diciptakan tan pa menyadari bahwa sebenarnya dia tidak sedang membutuhkan. Di antara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan biologis (ma kan, minum, rumah, seks dan lainya), ke butuhan sosial (harga diri, prestise). Ke butuhan biologis, secara kuantitas ada ba tasnya, misal makan satu hari tiga kali atau be rapa kilo beras, tetapi secara kualitas terus berkembang. Makan tidak lagi dilihat da ri kuantitas, tetapi kualitas, makan di mana. Begitu juga rumah, bukan lagi se
KOLOM REKTOR ba gai tempat berlindung dari panas dan hujan, tetapi sudah menjadi simbol status sosial. Pemenuhan kebutuhan yang terus meningkat dari segi kuantitas maupun kua litas menimbulkan tekanan kepada daya du kung bumi. Contoh perilaku yang menambah beban berat bumi adalah perilaku membuang sam pah di sembarang tempat, dan tidak melaku kan pemisahan antara sampah organik dan anorganik seperti plastik. Sampah-sampah organik bisa diurai oleh bumi, meskipun juga membutuhkan waktu yang lama, jika jumlahnya besar. Sedangkan sampah plastik tidak mudah diurai oleh bumi. Untuk meng urai sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun. Tanpa disadari, kita te lah merusak dan melemahkan daya dukung bu mi yang hanya satu-satunya tempat untuk manusia hidup selama ini. Jika bumi semakin rusak dan daya dukungnya semakin lemah, maka kita tinggal menunggu datangnya kia mat. Sebagai khalifatullah fil ardli, manusia diberi “kewenangan” untuk mengelola bu mi, namun manusia tetap merupakan bagi an dari alam, yang terikat oleh hukum alam (Allah). Hubungan manusia dengan bumi (lingkungan alam), berkorelasi positif. Ar tinya semakin baik perilaku kita terhadap alam, alampun semakin “ramah” terhadap kita. Tetapi sebaliknya, semakin buruk pe rilaku kita terhadap alam, alam juga se makin “garang” terhadap kita. Lihat aja ke pantai, kalau kita menganggap bahwa pan tai sebagai bak sampah dan kita terus me nerus membuang sampah ke laut, ma ka untuk sementara sampah-sampah itu akan “ditelan” laut, tetapi jangan lupa bah wa sampah tersebut akhirnya akan “dimuntah kan” kembali ke pantai. Begitu juga kalau kita menganggap sungai sebagai WC dan kita buang air besar ke sungai, maka kita akan me nerima akibatnya, dengan minum air yang kotor, yang kita cemari sendiri. Bahkan ketika sungai itu dipakai untuk mengaliri sa wah, maka padi yang diairi dengan air yang kotor, rasanya tidak seenak padi yang diairi dengan air yang bersih. Bertolak dari asumsi bumi sebagai ekosistem, Unesa membuat program ecocampus untuk mendukung kehidupan di kampus. Kampus sebagai tempat aktivitas para civitas akademika dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi, perlu ditata agar menjadi tempat yang nyaman, indah, dan ramah, sehinggga penghuni kampus
merasa betah beraktivitas. Dengan demikian, kinerja seluruh civitas bisa ditingkatkan. Program eco-campus juga dimaksudkan untuk membantu mengurangi beban ling kungan, dan meningkatkan daya du ku nganya. Program eco-campus di antaranya ada lah penanaman hutan kampus, pe na taan lingkungan, pengelolaan limbah, peng hematan air dan listrik, sehingga kampus menjadi tempat yang “ramah”. Penanaman hutan kampus dimaksudkan sebagai hutan pendidikan dan sekaligus konservasi tum buhan langka. Di area yang disediakan se
“
Surabaya se bagai kota industri dengan populasi yang sudah mencapai sekitar 2,8 juta, dengan tingkat kepadatan mencapai 8.000 perkilometer perlu dukungan suplai oksigen dari tumbuhan. kitar 4 ha akan ditanami pohon-pohon lang ka, sehingga masyarakat, dan khususnya para pelajar bisa mengenal secara langsung pohon-pohon yang hanya dikenal namanya lewat buku. Hutan tersebut sekaligus juga akan ber fungsi sebagai paru-paru kota. Surabaya se bagai kota industri dengan populasi yang sudah mencapai sekitar 2,8 juta, de ngan tingkat kepadatan mencapai 8.000 perkilo meter perlu dukungan suplai oksigen dari tumbuhan. Jumlah tanaman yang semakin berkurang akan berpengaruh terhadap suhu udara, Oleh karena itu, dengan penanaman hutan kampus diharapkan akan membantu mensuplai oksigen dan sekaligus mengu rangi suhu udara di kota Surabaya. Selain penanaman hutan kampus, pro gram ecocampus juga melalukan penghe matan air dan listrik. Sebagai sumber kehi dupan jumlah air tetap, hanya bentuk dan kualitasnya bisa berubah. Air bisa berbentuk padat (es), cair, dan gas (uap). Kualitas air bisa bersih dan kotor atau tercemar. De
ngan jumlah penduduk yang semakin me nigkat kebutuhan air bersih juga semakin meningkat. Namun, jumlah air bersih justru semakin menurun, akibat dari perilaku ma nusia. Manusia terus menerus mencemari air dengan membuang limbah industri atau sampah langsung ke sungai. Stok air bersih juga semakin berkurang sejalan de ngan banyaknya penebangan hutan atau pohon. Dengan semakin berkurangnya hu tan sumber mata air bersih juga semakin ber kurang. Banyak sumber-sumber mata air yang mulai mengering, sementara su ngai sebagai bahan baku air minum sema kin tercemar oleh limbah pabrik dan rumah tinggal. Di sisi lain, kita masih boros dalam penggunaan air. Oleh karena itu, penghe matan air dan pendaurualangkan air harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan ke hidupan ke depan. Sikap boros masyarakat unesa bukan hanya dalam air, tetapi juga dalam peng gunaan listrik. Kita belum terbiasa meng gunakan listrik sesuai dengan kebutuhan. Ke pe dulian civitas akademika unesa ter ha dap penghematan listrik masih sangat rendah. Banyak ruangan yang lampu dan AC-nya tetap menyala, meskipun su dah tidak digunakan. Kebiasaan untuk mema tikan lampu dan AC setelah tidak dipakai belum tumbuh. Bahkan ada fakultas yang menyalakan semua lampu, termasuk lampu taman pada malam hari. Mungkin si empu nya berpandangan bahwa dengan lampu yang menyala menjadi indah. Padahal pa da malam hari kampus tidak difungsikan untuk kegiatan Tri Dharma. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan air. Ini jelas merupakan bentuk pemborosan karena ta gihan listrik dan air di Unesa setiap bulan sangat besar. Oleh karena itu, penghematan air dan listrik menjadi bagian dari program eco-campus, agar dana yang ada bisa diman faatkan untuk investasi, membangun yang lain. Sudah tentu program eco-campus, ti dak akan berhasil, kalau tidak didukung oleh kesadaran seluruh civitas akademika Unesa. Program eco-campus sebenarnya juga program untuk mendidik diri kita sen diri, bahwa kita sebagai bagian dari alam, yang terikat oleh hukum alam yaitu hukum kausalitas. Program eco-campus juga di maksudkan untuk menyadarkan tugas kita sebagai khalifatullah fil ardli, yaitu menjaga lingkungan agar tetap bisa mendukung ke hidupan di muka bumi. Semoga kita semua menjadi sadar akan arti kehidupan. amin . n
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 21
KABAR PRESTASI
INOVATIF: I Made Arsana bersama alat optimasi penukar panas hasil ciptaannya. [ANDIN}
I Made Arsana S.Pd, MT, sang Sosok Dosen Inovatif
CIPTAKAN ALAT OPTIMASI PENUKAR PANAS
Prestasi membanggakan ditorehkan dosen Unesa, I Made Arsana, S.Pd, MT. Dosen jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik itu berhasil menciptakan sebuah alat optimasi penukar panas jenis pembuluh dan kawat berseling tunggal. Atas prestasi itu, ia pun diganjar penghargaan peneliti berprestasi dalam Dies Natalis Unesa ke-50 beberapa waktu lalu.
A
lat yang ditemukan I Made Ar sana merupakan hasil pe ne litian disertasi studi S3 di ITS Jurusan Teknik Kimia. Untuk penelitian itu, Made, demikian panggilan ak rabnya, menghabiskan waktu selama kurang lebih satu tahun. Dalam ringkasan penelitian disertasinya, disebutkan bahwa alat penukar panas jenis pembuluh dan ka wat tersebut terdiri atas pembuluh (tube) yang dibuat berlekuk-lekuk, dengan kawat (wire) yang dipasang lekat pada kedua sisinya dalam arah normal pada
22 |
pembuluh. Pada umumnya, penukar panas meng gunakan susunan kawat inline (simetri) di antara kedua sisinya, sedangkan da lam penelitian yang dilakukan Made meng gunakan susunan kawat staggered (bersel ing). Susunan model kawat berseling ter sebut akan menurunkan tahanan perpin dahan panas konveksi. Usaha yang dila kukan Made di bidang alat pendingin, ba nyak diarahkan untuk mengembangkan desain baru pada bagian tertentu yang nantinya memberikan efek pada pening
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
katan kemampuan penukar panas dan me ngurangi penggunaan bahan kons truksi alat. “Penelitian ini akan melakukan op ti masi terhadap penukar panas je nis pembuluh dan kawat untuk meningkat kan kapasitas penukar panas (laju per pindahan panas) dan mengurangi massa penukar panas,” tulis Made dalam ringka san disertasinya. Lebih jauh disebutkan, sistem yang ditinjau dalam penelitian adalah penukar panas dengan tinggi 445 mm, lebar 431
KABAR PRESTASI mm, diameter luar pembuluh 4,8 mm, dia meter dalam pembuluh 3,2 mm, dan jarak antarpembuluh 40 mm. Simulasi meng gunakan metoda finite element dengan bantuan program MATLAB, dimana sebu ah penukar panas dibagi menjadi bebera pa unit elemen. Setiap elemen pemodelan terdiri dari sebuah pembuluh (tube) sepanjang pith kawat (pw) dan sebuah kawat sebagai fin se panjang pitch pembuluh (pw). Panas yang dilepaskan oleh setiap elemen ada lah Qele, dan selanjutnya penjumlahan semua Qele merupakan panas total yang dipindahkan oleh penukar panas (Qtotal) atau disebut kapasitas penukar panas. Validasi dilakukan dengan memban dingkan temperatur permukaan elemen pemodelan dengan hasil eksperimen, pe nukar panas dengan fluida kerja minyak (oli) thermo 22 dioperasikan pada kondisi normal (konveksi bebas) dengan variasi suhu fluida masuk yaitu 60°C dan 70°C, serta suhu lingkungan 30°C. Dis tri busi temperatur permukaan penukar pa nas diperoleh dengan pemasangan thermo kopel pada 9 titik unit elemen, dan divali dasi dengan memetakan alat infrared ther mography. Optimasi dilakukan dengan metoda Hooke-Jeeves, yang bertujuan
BIODATA SINGKAT NAMA: d, MT I Made Arsana, S.P JABATAN: Lektor Kepala Lahir: Tempat Tanggal sember 1967 Denpansar, 28 De H: MA ALAMAT RU Bambe BT Perumahan Bukit k esi Gr o rej iyo 20 Dr IKAN: RIWAYAT PENDID Teknik rta ka • S1 UNY Yogya f Otomoti Teknik Mesin • S2 ITS Surabaya Teknik Kimia • S3 ITS Surabaya
untuk mengoptimalkan geometri penukar panas terutama pada bagian diameter (dw) dan jarak antar kawat (pw) sehingga diperoleh perbandingan antara kapasitas dan massa penukar panas yang optimal. Model yang dikembangkan untuk mempresentasikan korelasi perpindahan panas pada penukar panas jenis pembuluh dan kawat berseling tunggal yaitu satu elemen penukar panas yang terdiri dari sebuah tube sepanjang pitch kawat dan sebuah kawat sepanjang pitch pembuluh ternyata valid. Validasi dilakukan dengan pendekatan parameter suhu elemen pada 9 titik termokopel dengan persentase error di bawah 5% antara hasil eksperimen dengan hasil pemodelan. Faktor optimasi (fref ) maksimal diperoleh saat diameter wire (dw) sama dengan 0,8 mm dan jarak antar wire (pw) sebesar 7 mm dengan nilai fref = f / f0 = 1.2976. Prototipe Penukar panas Made menjelaskan, tujuan pe ngem bangan teknologi tersebut adalah untuk pro totipe penukar panas yang optimal. Yaitu optimasi terhadap kapasitas penukar panas jenis pembuluh dan kawat dengan menggunakan metode Hook-Jeeves yang dikombinasi dengan analisis thermal boundary layer, sehingga diperoleh per ban dingan kapasitas terhadap massa penukar panas yang optimal dengan mem variasi parameter geometri yang telah ditentukan. “Tujuan alat ini adalah
untuk mengoptimalkan energi panas yang ber lebih, agar tidak terbuang percuma, dengan cara mengkonversi” ungkapnya. Sebelumnya, Made telah me ngem bangkan alat serupa bernama Pradeep Ku mara namun dengan menggunakan mo del yang berbeda. Ia melakukan optimasi terhadap domestic condenser yaitu model NST200 dengan menggunakan mo del yang telah dikembangkan oleh Tagliafi co dan Tanda yang bertujuan untuk me ningkatkan perpindahan panas dan me ngurangi biaya pembuatan condenser. Berangkat dari beberapa penelitian tersebut, Made dalam penelitiannya kali ini melakukan kajian baru berupa susunan kawat yang tidak simetri (single staggered configuration) di antara kedua sisi penukar panas. Dengan posisi kawat berseling ter sebut maka tidak akan terjadi fenomena ber impitnya lapisan batas panas akibat dari posisi kawat yang saling berhadapan di antara kedua sisi penukar panas. Selan jutnya hampir semua peneliti dalam me la kukan optimasi, belum memasukkan variabel spasi (pitch) kawat optimal ber dasarkan analisis thermal boundary layer sebagai studi pendahuluan. Beranjak dari pemikiran itu , menurut Made, optimasi terhadap penukar panas jenis pembuluh dan kawat dengan meng gunakan desain kawat berseling tunggal (single staggered wire and tube heat exchanger) perlu dilakukan untuk mendapatkan desain yang optimal. De sain optimal dimaksudkan adalah un tuk mencapai kinerja penukar panas se maksimal mungkin dengan peng gu na an material fabrikasi yang seminimal mungkin. Dan, hasil penelitian ini bisa diaplikasikan pada lemari es. “Selain op timal, cara ini juga lebih efisien, sehingga alat ini lebih murah,” ujar Dosen kelahiran Denpasar tersebut. Dosen alumnus UNY itu berharap ha sil penelitian dapat memberi masukan teknologi kepada pihak industri dalam me rancang penukar panas jenis pembuluh dan kawat yang optimal. Made berharap hasil penelitian tersebut bermanfaat bagi industri dan juga pihak-pihak yang me ngembangkan lainnya. (ANDINI)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 23
ARTIKEL WAWASAN
TAMAN BACAAN perlu disediakan di sekolah-sekolah dan tempat strategis lainnya agar siapa pun bisa mendapatkan buku bacaan.
MERAYAKAN LITERASI DI SEKOLAH OLEH Pratiwi Retnaningdyah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswe dan menyatakan kondisi pendidikan sudah gawat darurat. Salah satu kondisi kronis adalah rendahnya kemampuan literasi siswa. Indonesia berada di peringkat 42 dari 45 negara peserta dalam asesmen Progress Inter national Reading Literacy Study (PIRLS) 2011.
24 |
S
ementara itu, kemampuan lite rasi membaca siswa dalam tes Pro gramme for International Student Assessment (PISA) 2013 menempatkan Indonesia pada posisi hampir bun cit, 64 dari 65 negara peserta. Hasil PIRLS dan PISA yang amat rendah dalam bidang literasi ini seharusnya membuat pendidikan kita bangun dari mati suri. Keputusan Anies Baswedan untuk membatalkan Kurikulum 2013 perlu disambut baik. Pilihan kembali ke kuri kulum 2006 (sebagai penyempurnaan kurikulum 2004) haruslah dilihat seb agai momen yang pas. Dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi kan (KTSP), sekolah perlu mengambil langkah strategis, yakni dengan me masukkan program literasi di sekolah masing-masing.
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
Mengapa literasi? Di jaman serba digital sekarang ini, literasi tidak lagi hanya dimaknai sebagai serangkaian ketrampilan. UNESCO sendiri sudah mengubah haluan pemberdayaan lit erasi dari pemberantasan buta aksara menjadi pembangunan budaya literat (Global Report on Adult Learning and Education, 2013). Fokus pengemban gan literasi tidak lagi pada apa man faat literasi bagi manusia, namun leb ih pada apa yang bisa dilakukan ma syarakat dengan literasi. Bagaimana literasi diperoleh dan dimanfaatkan menentukan tingginya ‘harga’ literasi bagi penggunanya. Pembangunan budaya literat be rarti bahwa literasi sudah saatnya dipandang sebagai praktik sosial. Di negara-negara maju dan berbudaya literat, literasi sudah menjadi bagian
dalam kehidupan sehari-hari. Mudah saja melihat bedanya. Orang baca buku dengan tenang di ruang pub lik sudah jamak di negara berbudaya literat, sementara masyarakat kita ma sih suka menghabiskan waktu untuk ngobrol atau menonton televisi. Pen ulis adalah orang yang kesekian yang menyatakan hal yang sama. Namun gerakan sepenting program literasi memang harus didengungkan terusmenerus dan direalisasikan dalam ke hidupan sehari-hari. Kota Surabaya sudah menunjukkan tekadnya untuk membudayakan literasi di sekolah. Pencanangan Surabaya Kota Literasi pada bulan Mei 2014 menjadi tonggak Surabaya menjadikan gerakan literasi secara resmi. Spanduk ‘Surabaya Kota Literasi’ juga dipasang di gerbang sekolah.. Lalu bagaimana sebenarnya kesiapan sekolah dalam mengembang kan program literasi? Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Untuk itu tiap sekolah tanpa terkecuali harus mem berikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Di sekolah den gan budaya literasi yang tinggi, siswa akan cenderung lebih berhasil, dan guru lebih bersemangat mengajar. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengemban gan budaya literat, Carol S. Beers dkk dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction (2009) memberikan beberapa strategi untuk menciptakan iklim literasi yang positif di sekolah. Lingkungan fisik ramah literasi. Lingkungan fisik adalah hal perta ma yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembe lajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi bisa dilihat dari beberapa kondisi ini: karya siswa dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor dan kan tor kepala sekolah dan guru. Karyakarya siswa diganti secara rutin, un tuk memberikan kesempatan pada semua kelas untuk menjadi perhatian.
"
ARTIKEL WAWASAN
Program pengembangan literasi sekolah akan bisa dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan bila ada kolaborasi antara berbagai institusi terkait. Perlu ada kerja sama antara sekolah dengan perguruan tinggi dan perpustakaan kota/ daerah. ”
Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dengan mudah didapat di pojok baca di semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga memajang karya siswa dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya siswa akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat. Lingkungan sosial dan afektif. Seko lah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Ini bisa dibentuk dengan cara pembe rian pengakuan atas pencapaian siswa sepanjang tahun. Di sekolah di luar neg eri, pemberianachievement award setiap minggu pada saat assembly (upacara) sudah rutin dilakukan. Prestasi yang diakui tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya siswa. Dengan demikian, setiap anak punya kesempat an untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi juga dirayakan selama tahun pelajaran berlangsung. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, kar naval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan litera si. Yang bisa dilakukan antara lain adalah membangun budaya kolaboratif antar
guru dan staf sekolah. Dengan demikian tiap orang bisa terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang-tua seb agai sukarelawan dalam program literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat. Lingkungan akademik. Lingkungan fisik dan sosial akan bisa dibangun bila lingkungan akademik tercipta. Ini bisa dilihat dari perencanaan dan pelak sanaan program literasi di sekolah. Pimpinan sekolah bisa membentuk tim literasi. Tim ini bertugas untuk mem buat perencanaan dan asesmen pro gram. Adanya tim literasi sekolah bisa memastikan terciptanya suasana aka demik yang kondusif, di mana seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberi kan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah sa tunya dengan menjalankan kegiatan membaca senyap selama 15-30 menit, minimal 3 kali seminggu. Waktu literasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, kepada mereka perlu diberikan kesempatan pengembangan profes sional tentang literasi. Program pengembangan literasi sekolah akan bisa dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan berkelan jutan bila ada kolaborasi antara ber bagai institusi terkait. Perlu ada kerja sama antara sekolah dengan pergu ruan tinggi dan perpustakaan kota/ daerah. Perguruan tinggi perlu men jalankan fungsinya sebagai pusat ka jian literasi, dan perpustakaan kota/ daerah perlu melakukan aksi jemput bola dengan program-program lit erasi berbasis komunitas. Bila semua pihak turun tangan mengembangkan literasi, maka kita bisa merealisasikan mimpi mencapai masyarakat literat. *Penulis adalah peneliti kajian literasi, pengajar Universitas Negeri Surabaya, kandidat PhD the University of Melbourne.
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 25
JATIM MENGAJAR
SEMANGAT PENDIDIKAN: Tim Monev dan peserta Jatim Mengajar bersama anak-anak usia sekolah di Banyuwangi. [DOK LUTHFIYAH}
Monev Banyuwangi (Bagian 1)
MENUJU SUKAMADE, LEBIH BERAT DARI DAERAH 3T Siapa bilang pendidikan di Jawa Timur sudah merata? Buktinya, di daerah pelosok Banyuwangi masih ada daerah sangat memerlukan perhatian, khususnya dalam bidang pelayanan pendi dikan. Salah satu daerah tersebut kini ditempati oleh peserta Jatim mengajar hasil kerja sama YDSF dan Unesa dalam meningkatkan pendidikan di daerah terpencil. Berikut catatan monev Jatim Mengajar di Banyuwangi yang ditulis oleh Prof. Luthfiyah Nuerlaela, direktur P3G unesa yang telah melihat langsung ke lokasi.
M
inggu pagi, pukul 05.30. Mobil yang kami kenda rai menembus jalanan yang masih sepi dan agak berkabut. Suami saya, Mas Ayik, pegang kemudi. Saya di sebelahnya, dan Bu Lucia (Dra. Lucia Tri Pangesthi, M.Pd), duduk di jok tengah. Mas Ayik kebetulan sedang cuti, dan dengan senang hati dia bersedia menemani kami.
26 |
Tujuan kami adalah Banyuwangi. Sebenarnya tidak sampai Banyu wangi. Menurut informasi dari ber bagai sumber, juga hasil browsing di internet, kami cukup sampai ke Jajag, se buah kecamatan setelah Kalibaru, sebelum Banyuwangi. Dari sana, Desa Sarongan, tempat tugas Eko Sumargo, peserta Program Jatim Mengajar ang katan kedua, jaraknya jauh lebih dekat dibanding bila dari Kalibaru atau Ba
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
nyuwangi. Eko Sumargo sendiri belum bi sa saya hubungi sampai detik ini, se jak dia ditugaskan lima bulan yang lalu. Tidak ada sinyal di tempat tu gas nya. Beberapa hari sebelum ka mi berangkat, saya berusaha un tuk kontak dia, hampir setiap ha ri. Berharap saya mendapatkan ke be run tungan, bisa menghubungi dia dan memberi tahu kalau kami akan
da tang mengunjunginya. Tapi tidak berhasil. Dia mungkin terdampar di kawasan dunia lain, hehe. Sekitar pukul 12.30 kami memasuki Kecamatan Jajag. Dipandu oleh Mas Yanto, saudara Bu Yanti (Dr. Suryanti, M.Pd, PD 2 PPPG), kami menuju rumah Mas Yanto di Pesanggaran. Bu Yanti memang berasal dari Banyuwangi, se hingga saudaranya banyak tersebar di Kota Blambangan itu. Mas Yanto dan Mbak Rini, adalah suami istri yang ramah dan penuh per hatian. Sesuai dengan profesi mereka berdua, perawat dan bidan. Mereka ter biasa merawat dan membidani orang-orang dengan keramahan, ke pedulian, termasuk pada tamu-tamu seperti kami ini. Kami mengobrol dan berdiskusi tentang rencana perjalanan kami ke SDN 2 Sarongan. Sarongan adalah na ma desa. Sekolah itu sendiri ter nyata ada di Dusun Sukamade, sekitar empat jam dari Pesanggaran, dengan kondisi medan yang berat. Sukamade, kalau Anda pernah mendengar, merupakan tempat di mana menghampar Kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Ya, yang terkenal dengan penangkaran penyu itu. Di sanalah sekolah yang akan kami tuju. Di tengah perkebunan yang konon sudah ada sejak zaman Belanda. Mas Yanto bertanya ke sana kemari kepada orang-orang melalui telepon, berkoordinasi untuk mendapatkan informasi tentang rute ke Desa Sarongan, dan bagaimana supaya kami bisa mencapai tempat tersebut. Beliau berdua sudah pernah ke sana, dan tahu betul seperti apa rutenya. Oleh sebab itu Mas Yanto berusaha untuk memastikan perjalanan kami akan aman dan lancar. Mas Yanto juga menghubungi seorang guru yang mengajar di SD 2 Sarongan, Pak Zamzuri, kebetulan rumah beliau ada di Kandangan, sebuah dusun di Desa Sarongan. Pak Zamzuri diminta untuk memandu kami menuju Sukamade. Juga menghubungi pemilik Land Rover
"
JATIM MENGAJAR
Perjalanan dari rumah Pak Zamzuri ke Sukamade adalah perjalanan yang penuh goncangan. Kami terl emp arlempar ke kanan-kiri, ke atas-baw ah. Juga diwarnai gerimis dan hujan deras. Kami kedinginan.”
yang akan kami sewa. Terios kami tak layak untuk menuju ke kawasan yang untuk mencapainya harus melalui medan yang ekstrim itu. Akhirnya, setelah mempertim bang kan berbagai hal, menyangkut jarak tempuh, kondisi medan, ken daraan, dan cuaca, diputuskan kami berangkat siang ini juga. Sebenarnya yang kami rencanakan sebelumnya adalah, hari ini kami akan menginap di Pulau Merah, dan saat matahari mulai be ranjak menuju peraduan, kami akan berlari-lari kecil di sepanjang pantai. Baru besok paginya menuju
Sarongan. Ternyata itu bukan rencana yang tepat. Sama sekali tidak tepat. Jadi, “lupakan Pulau Merah”, kata saya pada Bu Lusi dan Mas Ayik. Setelah menikmati makan siang dengan menu ayam pedas, salah satu makanan khas Banyuwangi, dan salat Dhuhur Ashar jama’ takdim, kami bersiap. Dilepas oleh Mas Yanto dan Mbak Rini, berangkatlah kami pada sekitar pukul 14.30. Meninggalkan keramahan dan kehangatan di rumah besar itu. Mobil pun melaju, menuju Desa Sarongan. Ternyata untuk menuju ke sana, kami harus memasuki kawasan Perhutani PTP XII. Kami mengisi buku tamu di pos satpam, berfoto-foto sebentar, dan membeli kopi bubuk, namanya Kopi Lanang, di kafe di seberang pos satpam. Hutan rimbun dan hijau, penuh dengan pepohonan: karet, sengon, coklat, kopi, dan tebu. Juga bunga-bunga berdaun merah di sepanjang tepi jalan, kontras dengan warna hijau pepohonan dan warna hitam jalanan. Hanya sebentar saja kami berken dara di jalan mulus. Setelahnya adalah jalan makadam. Beberapa kali ber papasan dengan mobii double gardan, mobil-mobil pribadi yang lain, bus
TRASNPORTASI KHUSUS: Mobil yang dimodifikasi khusus disewa untuk menjangkau lokasi Monev Jatim Mengajar di Banyuwangi. [DOK LUTHFIYAH} Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 27
JATIM MENGAJAR wisata, dan sepeda motor. Kalau mereka menuju jalan pulang setelah berwisata di Teluk Hijau (Green Bay), kami baru memulai perjalanan ‘wisata’ kami. Sekitar satu jam kemudian, sam pai lah kami di Dusun Kandangan, Desa Sarongan. Pak Zamzuri sudah menunggu di Balai Desa Kandangan. Se buah mobil ‘Land Rover’ (dengan tanda petik), sudah menunggu. ‘Land Rover’ itu sebenarnya adalah Jeep yang dimodifikasi sedemikian rupa, dengan penampilan serupa Land Rover (jauh sih sebenarnya....hehe). Tapi bagaimana pun, mobil itu lebih co cok untuk mengarungi jalanan menuju Sukamade, dibanding Terios ka mi, meski Terios kami adalah tipe adventure. Sekitar pukul 17.00, kami be rang kat. Drivernya, Pak Imam. Mas Ayik du duk di sebelahnya. Saya dan bu Lusi di jok tengah, bersama bagasi-bagasi kami. Di belakang, di bak terbuka, pak Zamzuri dan Pak Tajudin. Pak Tajudin, pria berpostur kecil itu, adalah peserta Program Banyuwangi Mengajar, yang tugasnya juga di SD 2 Sarongan. Ke be tulan dia baru pulang mudik dari Kalibaru, tempat tinggalnya, dan bisa bersama-sama kami menuju Sukamade. Pak Zamzuri hampir 5 tahun men jadi guru PNS, sejak 2010. Penempatan pertama langsung di SDN 2 Sarongan. Lulusan dari Pondok Pesantren Blok Agung Darussalam, Kecamatan Te galsari, Banyuwangi. Lanjut D2 PGSD
Universitas Ibrahimi, Genteng. Lanjut lagi S1 BK di IKIP PGRI Jember. Beliau adalah guru kelas. Sudah sertifikasi. Perjalanan dari rumah Pak Zamzuri ke Sukamade adalah perjalanan yang penuh goncangan. Kami terlemparlempar ke kanan-kiri, ke atas-ba wah. Juga diwarnai gerimis dan hujan deras. Kami kedinginan. Air hujan masuk ke dalam mobil, tampias di mana-mana. Baju-baju kami sebagian basah. Sekitar dua jam ka mi mengarungi daratan yang naik tu run ber kelok-kelok dan berbatu-batu. Batu-batunya besarbesar, ‘pating pringis’ di sana-sini. Sungguh, ini perjalanan yang cukup menguras ad renalin. Lihatlah jurangjurang menganga itu. Sedikit saja ‘Land Rover’ ini selip, bisa fatal akibatnya. Kami jadi ingat rute-rute di Sumba Timur dan daerah-daerah 3T yang lain. Benar apa yang diceritakan Mas Yanto tadi. Untuk mencapai Sukamade, medan yang harus ditempuh tidaklah ringan. Bahkan sangat berat. Saya sendiri tidak menyangka akan menempuh perjalanan dengan medan seberat ini. Ya, karena ini di Banyuwangi gitu lho. Masih di Pulau Jawa. Jawa Timur gitu lho. Tapi dalam kondisi apa pun, se perti biasanya, saya selalu mengan dalkan pikiran positif. Driver yang memegang kemudi ini, meski pe ra wakannya kecil, dia sudah sangat lihai dan hafal medan. Lagi pula, Allah akan selalu melindungi kami. Ka mi datang ke Sukamade dengan me nempuh perjalanan penuh risiko ini dengan niat baik. Bersilaturahim, itu yang pertama. Melihat kondisi Eko Su margo, itu yang kedua. Melihat kondisi pendidikan di Sukamade dan ber bagai permasalahannya, serta mencoba membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Mempelajari adat dan tradisi masyarakat setempat, mengeratkan persaudaraan dan ke cin taan serta kepedulian. Bismillah, FOTO DULU: Penulis bersama peserta Jatim Mengajar di penempatan. [DOK LUTHFIYAH}
28 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
insyaallah Tuhan Yang Maha Pengasih akan memudahkan semuanya. “Pak Zam, kayaknya drivernya tidak terlalu berpengalaman nih.” Seloroh saya pada Pak Zam. “Coba lihat. Milih jalan saja nggak becus. Masak dari tadi lewat jalan nggronjal-nggronjal terus.” Pak Imam, driver yang ramah dan sopan itu tertawa. “Mboten wonten dalan alus, Bu...”, katanya. Tiba di Desa Sukamade saat adzan maghrib berkumandang. Eko Sumargo, menyambut kami dengan penuh suka cita dan sangat surprised. Dia tidak menyangka kami akan datang, ya, karena tidak ada kabar apa pun yang dia terima tentang rencana kedatangan kami. Begitu pula, kami juga tidak bisa memberikan kabar apa pun pada dia. Sukamade adalah tempat yang terisolir, tidak ada sinyal, kecuali di sebuah tempat di bibir sungai, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari mess guru, tempat tinggal Eko. Hujan turun terus dengan deras, dan semakin deras. Kami singgah di rumah Kepala Sekolah. Kebetulan Pak Ismaini, kepala sekolah, dan istrinya, sedang ada di Genteng, menengok saudaranya yang sedang kritis di rumah sakit. Kami hanya bertelepon saat di Kandangan tadi. Kepala sekolah dan istrinya meminta maaf karena tidak bisa menemani kami ke Sukamade. Kami mandi, salat Maghrib dan Isya’ jama’ takdim, dan menikmati makan malam. Nasi putih, mi instan, dan telor ceplok. Sementara hujan di luar tak kunjung reda, dan kami sudah mulai berbincang tentang banjir yang sering membuat air sungai meluap, anak sekolah di seberang sungai tidak bisa ke sekolah, sembako krisis karena akses jalan terputus, dan hasil panen serta tanaman tegalan yang rusak. Kami hanya bisa berharap, semoga semuanya itu tidak terjadi lagi, juga tidak terjadi saat ini, di mana kami sedang berada di sini. (ARM)
SEPUTAR UNESA
HADAPI AEC 2015, PASCASARJANA GELAR SEMINAR INTERNATIONAL
A
EC (Asean Economic Comm unity) sudah di depan mata. Hanya tinggal beberapa hari Indonesia akan masuk dalam sebuah komunitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara demi terwujudnya eko no mi yang terintegrasi. Nah, dalam rangka menyambut AEC 2015 Unesa, Prodi Pendidikan IPS Pascasarjana Une sa mengadakan Seminar Internasional selama 2 hari pada Sabtu dan Minggu, 13 dan 14 Desember 2014 di Auditorium Gedung K10 lantai 3 Pascasarjana Unesa Kampus Ketintang. Seminar dihadiri Direktur Pasca sarjana Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D, Ketua HISPISI Prof. Dr. Trisno Martono, M.M., dan Ir. Hadi Prasetyo M.E. yang mewakili gubernur Jawa Timur. Acara seminar dibuka Pembantu Rektor III Unesa, Dr. Ketut Prasetyo, M.S.
Acara yang mengusung tema “Social Studies Education in the Era AFTA 2015” itu dibagi menjadi dua sesion. Sesi per tama berlangsung pada pukul 10.00–13.00 WIB dengan pembicara Drs. Bambang DH, M.Pd. (anggota DPRD), Prof. Dr. Bonnie Conthren dari Flinder University Australia, Prof. Dr. Tomohito Harada dari Hyogo University of Education Japan, Prof. Dr. Lee Myung Hee dari Kongju National University of Korea, Prof. Dr. Moh. Nor Mansor dari University Kebangsaan Malaysia, Prof. Thitiadee A dari Prince of Songkla University Thailand, Prof. Tetsuro Ejima dari Aichi University of Education Japan. Sesi kedua berlangsung pada pukul 14.00–17.00 WIB dengan pembicara Prof. Kyoko Majima dari Aichi Uni ver sity of Education Japan, Prof. Tsuchiya Takesi dari Aichi University of
Education Japan, Prof. Hiro Saito dari Singapore Management University, Dr. Ketut Prasetyo dari State University of Surabaya, Hwang Hong Sheop dari Busan University of Education Korea, Prof. Dr. Wasino, M.Hum. dari state University of Semarang , Tanaka Ayaha dari Aichi University of Education Japan, Nasution, Ph.D dari State University of Surabaya. Selain pemateri utama, terdapat 26 pemakalah yang turut mengisi kegiatan tersebut. Pemakalah yang hadir tidak hanya berasal dari Unesa, me lainkan juga dari beberapa per guruan tinggi lain, seperti Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Lambung Mangkurat, Economics De par tment IKIP PGRI Madiun, State Islamic University Maulana Malik Ib ra him Malang, Universitas Negeri Semarang dan lain-lain. (KHUSNUL/PUPUT)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 29
SEPUTAR UNESA
Seminar Nasional Bimbingan Konseling
D PSLPD Tampilkan
Kreativitas Penyandang
DISABILITAS
P
usat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas (PSLPD) Unesa merayakan ulang tahun pertamanya di halaman Kantor Pusat Unesa, pada Jumat 19 Desember 2014. Acara yang mengusung tema “Menuju Unesa, Kampus Inklusif” menampilkan kreativitas dari penyandang disabilitas. Drs.Sujarwanto, M.Pd, koordinator PSLPD mengatakan, sebagai kampus yang ramah terhadap penyandang disabilitas, Unesa berusaha memberikan yang terbaik, baik sisi akademik maupun non akademik. Apalagi, di antara mereka juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan sesuai dengan bakat, kemampuan, dan kemauan masingmasing. Untuk itu, maka diadakan beberapa rangkaian acara dalam kegiatan tersebut. Antara lain: penampilan kreativitas dari penyandang disabilitas, baik penyandang disabilitas dari Unesa sendiri maupun dari luar Unesa dan memberikan berbagai macam doorprize bagi penonton yang hadir. Acara itu bertujuan untuk menyatukan para pemerhati dan orang-orang yang peduli dengan para penyandang disabilitas, sesuai dengan jargonnya “Bersama peduli disabilitas”. Di samping itu, juga menjadi ajang silaturrahmi untuk mempererat hubungan antaranggota yang berasal dari berbagai fakultas di Unesa. Serta mengumpulkan 33 mahasiswa yang menyandang disabilitas. “Semoga PSLPD lebih maju, berkembang, dan mampu memperhatikan hal-hal yang menunjang mahasiswa disabilitas, seperti fasilitas,” harap Eka Christian, mahasiswa penyandang disabilitas dari FBS. (LINA MEZALINA)
30 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
alam rangka memperingati Dies Natalis ke-50, Prodi Bimbingan dan Konseling menggelar acara Seminar Nasional dan Reuni Emas yang bertajuk “Pemberdayaan Bimbingan dan Konseling Sekolah” pada Minggu 21 Desember 2014 di gedung PPG Unesa. Acara yang diketuai Drs. Moch. Nursalim, M.Si. itu dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 08.00—12.30 WIB dengan acara Seminar Nasional. Sesi kedua dimulai pukul 13.00—15.00 WIB dengan acara Reuni Emas. Hadir dalam acara tersebut para mahasiswa, guru-guru BK, alumni mahasiswa BK, dan dosen purna BK. Narasumber yang menyampaikan materi pada seminar tersebut adalah Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. (Ketua ABKIN) dan Dr. Tamsil Muis, M.Pd. (Dosen BK Unesa). Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Ketua Jurusan, Dekan FIP, Rektor Unesa dan Ketua ABKIN. Acara dimeriahkan dengan pertunjukkan ASL (American Sign Language) oleh Nahdiyah Paramita, mahasiswa PLB Unesa dan penampilan akustik oleh mahasiswa BK. Antusiasme peserta terhadap acara itu terlihat oleh jumlah peserta yang hadir, yaitu sebanyak 400 orang dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat Seminar Nasional.“Acara seperti ini sangat bagus. Kalau bisa seringsering mengadakan acara semacam ini karena dengan acara ini kita selaku guru BK lebih update mengenai isuisu terkini yang ada di BK dan mengentaskan isu bersama,” jelas Aini, alumni mahasiswa BK. (MURBI/SR)
SEPUTAR UNESA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SIAP GANDENG DELL CANOMICAL GROUP DAN UBUNTU
K
ebutuhan teknologi semakin meningkat seiring per kem bangan zaman. Terkait hal itu, jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Unesa me ngadakan Seminar Teknologi bersama Dell dan Ubuntu pada Jumat 19 Desember 2014 di Ruang Sidang A1 Fakultas Teknik Unesa. Seminar bertema “Dell Technomatize, Lebih Ken cang, Lebih Irit, Lebih Aman” itu di buka dengan sambutan dari ketua pelaksana, PD I Fakultas Teknik, dan Oliviana L selaku Pemateri. Peserta da lam acara itu
Humas Isi PERGANTIAN TAHUN dengan Diskusi Menulis
H
ubungan Masyarakat Une sa punya cara unik me nyambut pergantian tahun 2015. Bertempat di Jog lo Foodcourt Unesa, tim humas meng
bersifat umum, semua mahasiswa di Unesa dapat mengikuti. Seminar dibagi menjadi 3 se si dengan 3 pemateri yakni Olivia na L dan Dimas Prawitra dari Dell Canomical Group yang memperke nalkan Dell dan Ubuntu, serta De ddy Irvan dari Jagad Review yang mem perkenalkan proses bengkel pembuatan laptop di Jagad Review. Untuk memeriahkan acara, salah sa tu pemateri memberikan banyak doorprize dengan memberikan per tanyaan untuk para peserta.
Kajur Teknik Informatika, Bam bang Sujatmiko berharap dapat be kerja sama dengan pihak Dell. Kerja sama mulai dirintis untuk per kembangan Jurusan Teknik Infor matika. Bambang memiliki rencana biaya masuk ke Unesa bisa meng gunakan sistem kredit agar ti dak memberatkan mahasiswa. Selain itu dengan banyak relasi, ia juga ingin membuat laboratorium khu sus TI dan tempat TUK (Tes Uji Kompetensi) sesuai bidang yang di ambil. Ke depannya mahasiswa TI tidak hanya memiliki ijazah namun juga memiliki sertifikat kompetensi. “Ba nyak ren ca na untuk kemajuan ju ru san se hing ga diperlukan banyak aca ra semacam ini. Tahun depan akan dia dakan juga pelatihan kepada dosen untuk menunjang pelaksanaan pro gram yang ada di jurusan,” ujarnya. Senada dengan di atas, Ketua Pelaksa na Reza mengatakan, acara tersebut sangat bermanfaat dan menambah wa wasan juga menambah link. Ia berharap acara seperti itu semakin ditingkatkan intensitasnya. (ANDINI/EMIR/SR)
gelar acara diskusi kiat cerdas menulis pada Kamis malam 31 Desember 2014 di Joglo Foodcourt Unesa. Hadir se bagai pembicara, Drs. Much. Khoiri, M.Si. (Dosen Bahasa Inggris Unesa) Dr. Djuli Djatiprambudi, Kajur Seni Rupa, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt Pem bantu Rektor IV Unesa dan Kepala Hu mas Unesa Dr. Suyatno, M.Pd, yang juga menjadi pemandu acara. Kiat-kiat cerdas menulis dipapar kan dengan sangat baik oleh para narasumber dari berbagai prespektif. Selain membahas mengenai kiat-kiat cerdas menulis, acara tersebut juga
menghasilkan sebuah resolusi me nulis di tahun 2015. “Resolusi itu ha rus jelas. Jangan katakan ingin tapi harus. Karena kalau sudah ada kata harus jika tidak tercapai akan me nangis,” jelas Khoiri. Sementara itu, Prof. Dr. Djodjok sa ngat berharap ke depan gairah menulis di Unesa menjadi lebih baik. “Saya ucapkan selamat me nyong song tahun baru. Semoga sukses dan bahagia. Soalnya kalau cuma sukses tapi tidak bahagia maka percuma. Ada banyak orang bahagia karena merasa sukses,” ujar Djodjok. (SYAIFUL)
Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 31
SEPUTAR UNESA
KONSER EMAS DIPENUHI PENONTON
S
ebuah mahakarya yang bertajuk “Konser Emas 50 Tahun Unesa” telah sukses dihelat pada Jum’at 19 Desember 2014 bertempat di Gedung Serba Guna Unesa. Konser Emas yang melibatkan ku rang lebih 200 orang pengisi acara menyajikan hiburan yang bernuansa seni. Peserta yang hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Seni itu melebihi kuota yang disediakan panitia. Acara dibuka pada pukul 19.30 WIB dengan tari Re mo Bolet yang menunjukkan kecintaan Unesa akan se ni tradisional. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S. yang direncanakan memberikan sambutan tidak dapat meng hadiri acara dan diwakili oleh Dr. Ketut Prasetyo, M.S., Pembantu Rektor III Unesa. Ketua Jurusan Sendratasik FBS Unesa Drs. Joko Tutuko M.Sn. juga turut membuka acara. Selain itu, acara dihadiri oleh Prof. Dr. Djodjok Soepardjo M.Litt. (Pembantu Rektor IV), Prof. Dr. Lutfiyah Nur Laela, M. Pd (Direktur PPG ), dan dosen-dosen Jurusan Sendratasik FBS Unesa.
MC yang memandu jalannya acara adalah juara Mbak dan Mas Unesa serta salah satu mahasiswa Unesa secara bergantian. Acara inti diisi oleh penampilan puisi dan gurit, Gamsi Percussion, paduan suara Gita Pramawisesa, Kerocong, Solo piano, Hyper Sax, Jrang Jreng, Teater Sen dratasik United. Puncak acara sekaligus penghujung acara yakni penampilan Unesa Symphony Orchestra dan paduan suara Gita Pramawisesa dengan tema “Meddle Nusantara” dan juga penampilan keduanya beserta semua artis. Konser ini merupakan konser akbar yang pertama dia dakan oleh Jurusan Sendratasik dalam mengisi Dies Natalis ke-50 Unesa. Farela, salah satu panitia menuturkan bahwa dalam persiapannya membutuhkan kerja ekstra karena panitia tidak hanya mahasiswa namun juga melibatkan dosen. “Harapannya dengan acara ini, Jurusan Sendratasik lebih giat mengembangkan bakatnya,” ujar Farela salah satu panitia konser. (KHUSNUL/ANDINI/SR)
KONSER: Penampilan para seniman dari mahasiswa Unesa dalam acara Konser 50 Tahun Unesa yang memukau penonton.
32 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
5 CARA MENINGKATKAN
INFO SEHAT
3
Pertanyakan ‘Sugesti’ Anda yang Lama Emosi bisa menerjang seperti badai. Jika Anda berpikir “Saya pasti stress”. Hal itu mungkin benar, tetapi jika Anda terus meyakini hal itu dapat memicu stress. Kita sebenarnya dapat mengelola emosi, misalnya dengan mencairkan suasana, arahkan perhatian ke hal lain di sekitar Anda, atau memang harus menerimanya. Dengan melakukan refleksi, Anda akan melihat bagaimana keyakinan diri membawa emosi Anda. Anda bisa “bersahabat” dengannya dan membiarkan stress itu pergi.
RELAKSASI DIRI 4 Menghadapi rutinitias terkadang menjenuhkan dan bahkan bisa membuat diri stress ketika muncul sejum lah masalah. Berikut ini ada sejumlah tips yang bisa dilakukan untuk menambah relaksasi menghadapi ru tinitias.
Ganti Kebiasaan Buruk dengan Kebiasaan Baik Rahasia untuk mengurangi stress adalah dengan mengisi kehidupan dengan kebiasaan yang baik. Bukan hanya mereplikasi kebiasaan orang lain tetapi juga menciptakan kebiasaaan sendiri. Misalnya saja, Anda gemar untuk menikmati cemilan saat menonton televisi atau setelah makan malam. Tambahkan hal yang dapat menyenangkan Anda. Misalnya luangkan waktu 15 menit setelah makan dengan menikmati cemilan dari wadah yang spesial. Atau, tambahkan secangkir teh kesukaan Anda ketika menonton televisi. Atau Anda bisa menghubungi teman untuk sekadar bercerita.
5
Berdiri dan Gerakkan Tubuh Stress bermula dari pikiran, tetapi itu tidak akan tetap berada di sana. Anda mungkin berpikir jika hanya duduk berjam-jam tidak akan membuat stress. Tetapi tubuh Anda didesign untuk bergerak dan tidak hanya duduk sepanjang hari. Biasakan untuk menggerakan diri, berdiri atau berjalan setiap setengah jam atau setidaknya sejam sekali. Dengan menggerakkan tubuh, ketegangan otot bisa berkurang dan itu akan membuat diri merasa lebih baik. n (MAN/BBS)
1
Pilih Menu Sarapan Sehat Rencanakan menu sarapan Anda dengan makanan yang lebih sehat. Fokus kepada makanan yang memiliki karbohidrat kompleks, lemak sehat, dan protein dari seluruh sumber makanan.
2
Jauhkan Segala Gadget Saat Tidur Minum kopi terlalu banyak atau mendekati waktu tidur, tentu akan memperlambat rasa kantuk datang di malam hari. Tapi tak hanya itu, membaca atau bermain gadget (seperti ponsel, tablet, dan gadget lainnya) juga bisa mengganggu tidur. Penelitian terbaru dari Brigham and Women’s Hospital menemukan bahwa paparan cahaya dari gadget ketika malam hari dapat mempengaruhi kualitas tidur Anda, dan kesehatan secara keseluruhan. Dari hasil studi dikelahui partisipan yang membaca dari iPad empat jam sebelum tidur akan memperlambat datangnya rasa kantuk di malam hari, serta mengurangi kewaspadaan pada pagi harinya, bahkan setelah dia tidur selama 8 jam. Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015 MAJALAH UNESA
| 33
CATATAN LIDAH
META KOGNITIF l Djuli Djatiprambudi
K
alau kita merasa golongan orang terpelajar, maka kita akan me rasa terheran-heran melihat deretan sepeda motor diparkir di sepanjang jalan yang jelas ada tanda larangan parkir. Lihatlah, pemandangan setiap hari di jalan sekitar Ranuesa, kampus Ketin tang. Di situ kita bisa bercermin diri; inikah potret orang terpelajar? Daftar keheranan akan bertambah panjang, mana kala kita sering menjumpai kelas-kelas kosong dengan AC dan lampu listrik masih menya la. Ditambah sampah plastik, kertas, atau barang bekas tampak berserakan di sekitar kampus, sementara tempat sampah terlihat di mana-mana. Pe mandangan macam itu benar-benar memrihatinkan. Perilaku macam itu, tentu bukan mereka tidak tahu makna tanda lalu lintas yang terpasang di jalan itu. Mereka juga tidak mungkin tidak tahu aja kan hemat energi, hemat air, dan buang sampah tidak disembarang tem pat. Lantas, kalau para terpelajar macam itu dengan segala pengetahuan (kognitif ) yang dimiliki tampak berperilaku paradok macam itu, apa yang harus kita katakan? Memang, orang terpelajar yang bersikap paradok semacam itu, menu rut etika Jawa disebut sebagai orang yang sekadar tahu tentang “bener”, tetapi mereka belum memahami sesuatu yang “pener”. Konsep “bener” ha nya menunjuk pada seperangkat pengetahuan yang berisi soal metode memahami sesuatu dengan ukuran-ukuran tertentu. Sedangkan konsep “pener” menunjuk pada kemampuan menerapkan konsep “bener” pada momentum keberadaban hidup yang diselimuti pertimbangan etis dan estetis, bahkan asketis. Dimensi etis menunjuk pada nilai-nilai normatif: soal pantas dan tidak pantas dalam konteks sosial-budaya. Dimensi estetis menunjuk pada nilainilai indah dan tidak indah. Sedangkan, dimensi asketis (asketisme) adalah perilaku hidup yang menerapkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban. Dengan itu, sesungguhnya memiliki seperangkat pengetahuan (kog nitif ) saja tidaklah cukup. Namun, demi mengangkat derajad makna ke beradaban hidup sebagai manusia, sekali lagi, maka diperlukan kemam puan menerapkan kognitif dalam konteks nilai etis, estetis, dan asketis. Kemampuan inilah yang disebut meta kognitif. Celakanya, kesadaran meta kognitif inilah yang memrihatinkan di kalangan kaum yang menyebut dirinya sebagai sivitas akademik. Dikata kan memrihatinkan karena gejalanya sudah sampai pada taraf sulit dite rima akal sehat. Sivitas akademik yang mestinya menurut akal sehat akan mampu mengelola kognitifnya menjadi energi meta kognitif, ternyata ma sih jauh dari yang seharusnya. Hal demikian juga tercermindalam konteks memilih seorang pimpinan dalam berbagai tingkatan. Kesadaran meta kognitif sering kali dikalahkan dengan hal-hal pragmatis, ego sektoral, pe ta perkongsian dan kepentingan individu atau kelompok. Sementara itu, kesadaran meta kognitif warga kampus itulah yang akan menjamin program eco-campus yang mulai digulirkan dengan kon sep terintegrasi seperti sekarang. Tanpa kedasaran meta kognitif yang baik, maka hari ini katakanlah ada gerakan menanam pohon, maka hari itu pula kepedulian untuk merawatnya sekaligus dilupakan. Selan jutnya, tanpa kesadaran meta kognitif yang baik, sekalipun di jalan-jalan
34 |
MAJALAH UNESA Nomor: 77 Tahun XVI - Januari 2015
sudah terpasang tanda di la rang parkir, perilaku parkir di tem pat sembarangan tetap saja ter ja di. Sekalipun tempat sampah di se diakan di berbagai tempat, tanpa kesadaran meta kognitif, tidak ada jaminan sampah dibuang di tem pat yang seharusnya. Konsep eco-campus dalam makna yang lebih jauh menunjuk pada konsep ekosistem dalam arti fisik dan ekosistem dalam arti me tafisik (meta ekosistem). Artinya, ada ekosistem dalam tingkatan jagad ma terial dan jagad imaterial. Ekosistem dalam konteks jagad material lebih mempertimbangkan tata kelola lingkungan (kampus) secara menyeluruh yang terintegrasi dengan manajemen ilmu pengetahuan dan teknologi yang terukur. Sedangkan meta ekosistem (jagad imaterial) lebih memasuki wilayah ruhaniah (asketisme), yang tidak sekadar memahami, tetapi meng hayati, bahkan “menyetubuhi” lingkungan alam fisik dan non fisik menjadi kosmos dan metakosmos yang saling berinteraksi. Ekosistem dalam jagad material maupun imaterial telah banyak di ajarkan oleh nenek moyang melalui local wisdom di dalam kehidupan tradisi. Masyarakat suku Dayak, misalnya, mengenal ajaran “potong satu, tanam tiga”. Artinya, ketika mereka menebang satu pohon untuk keperlu an tertentu, mereka wajib tanam tiga pohon. Dengan laku macam ini, ke seimbangan alam akan tetap terjaga. Masyarakat Badui Dalam hingga kini tidak menggunakan produk-produk modern, termasuk tidak memakai lis trik, membangun rumah, dan sebagainya. Mereka bersikukuh tetap mem pertahankan tradisi untuk setia menggunakan material alam di sekitarnya dengan mempertimbangkan harmoni. Orang Tengger juga memegang ajaran “meta ekosistem” seperti “ambil jarum, kembali kapak”. Ajaran ini bermakna barang siapa mencuri sesuatu sekalipun sedikit, dia harus me ngembalikan puluhan kali dari apa yang dicuri. Karena itu, masyarakat Tengger dikenal sebagai masyarakat yang damai, aman, dan sentosa. Bo leh dikatakan tidak ada tindakan kriminal di sana. Mengapa masyarakat tradisi yang hidup jauh dari modernitas dan keterpelajaran memiliki kesadaran meta kognitif yang sangat baik? Hal demikian disebabkan oleh salah satu ajaran penting yang hampir semua masyarakat tradisi memilikinya, yaitu bahwa tiap manusia harus menjaga keseimbangan atau harmoni antara alam terindra/material (sekala) dan alam tak terindra/imaterial (niskala). Kalau hukum keseimbangan dua en titas alam ini dilanggar, maka diyakini oleh masyarakat tradisi akan men datangkan mala petaka yang bisa menghancurkan tempat di mana mere ka hidup dan memiliki sejarah. Sebaliknya, masyarakat terpelajar terus-menerus terbius mengejar ta raf capaian kognitif setinggi-tingginya, minus kesadaran meta kognitif. Ka rena itu, jangan heran di sana-sini sering terjadi perilaku menyimpang, pe rilaku paradok, bahkan perilaku destruktif-vandalistik berlebihan terhadap lingkungan tempat hidupnya. Sekali lagi, kesadaran meta kognitif terdapat dalam laku etis, estetis, dan asketis. Ketiga laku ini menjadi trivium (tiga kekuatan) yang saling me lengkapi dan integral dalam dimensi meta ekosistem. Maka, program ecocampus dalam konteks ini saya maknai sebagai program untuk mengajak, atau bahkan menciptakan warga kampus untuk hidup dengan kesadaran meta kognitif. Dari sini, kita bisa membayangkan betapa “cerdas” orang Dayak, Badui Dalam, dan Tengger, karena mereka memiliki kesadaran meta kognitif jauh di atas kita. Jangan-jangan kita sebagai warga kampus sudah lama yang terlanjur sombong dengan capaian kognitif kita, yang ternyata hanya artifisial maknanya bagi kehidupan. n (Email: djulip@yahoo.com)