Majalah Unesa 97-2016

Page 1



WARNA REDAKSI Puncak kegiatan Haornas di FIK Unesa dimarakkan dengan Gebyar dan Fun Walk sebagai wujud sumbangsih FIK Unesa kepada masyarakat umum dan sekitar kampus Lidah Wetan dalam hal pembinaan olahraga dan permasalahannya sebagai dasar pembinaan prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Oleh

Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes

T

ahun 2016 semoga menjadi tahun awal kegemilangan FIK ­Unesa dan menjadi ujung tombak revolusi mental seperti yang dicanangkan oleh RI-1, Presiden Joko Widodo. Demikian maksud inti dari serangkaian kegiatan HAORNAS FIK UNESA 2016 dengan tema“Olahraga sebagai Ujung Tombak Revolusi Mental”. HAORNAS FIK UNESA 2016 kali ini sangat spesial karena selain merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya (dimulai tahun 2015), rangkaian kegiatan di tahun ini dimulai dengan agenda Seminar Internasional dan Workshop dengan pembicara David Blow dari Australia, seorang pakar terapi cedera olahraga. Acara dirangkai dengan beberapa kegiatan sosial keolahragaan di antaranya donor darah, kejuaraan karate, floorball, athletics challenge, futsal, baik tingkat Jawa Timur, nasional, maupun internasional. Puncak kegiatan ditutup dengan acara Gebyar dan Fun Walk HAORNAS yang merupakan wujud sumbangsih atau kontribusi FIK Unesa kepada masyarakat umum dan sekitar

kampus Lidah Wetan terhadap pembinaan dan permasalahan olahraga sebagai dasar pembinaan prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Latar belakang lain yang mendasari pentingnya kegiatan ini dilaksanakan adalah FIK Unesa ingin mewujudkan terciptanya kegayutan dan munculnya simbiosis mutualisme antara dunia akademik, dunia organisasi olahraga seperti KONI, DISPORA, dengan para pelaku

bagi lembaga untuk mewujudkan Unesa menjadi Kampus Prima Olahraga. Oleh karenanya diharapkan penyelenggaraan kegiatan HAORNAS tahun berikutnya akan dikemas lebih baik. Even ini tidak hanya dianggap sebagai kegiatan seremonial dan rutinitas tahunan, tetapi juga sebagai kegiatan yang memiliki “NILAI JUAL” Unesa khususnya FIK di hadapan para investor, stakeholder keolahragaan nasional dan internasional, lembaga-lembaga lain, dan masyarakat luas yang ingn menjalin kerja sama dengan Unesa ataupun FIK Unesa baik secara profit maupun nonprofit dan pada akhirnya menjadi kebanggaan dan konfidensi alumni dan sivitas akademika FIK Unesa khususnya dan Unesa pada umumnya. Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kondisi kegiatan yang masih perlu diperbaiki pelaksanannnya, peringatan Hari Olahraga Nasional tetaplah menjadi ruh pembinaan olahraga nasional menuju level olahraga dunia...SALAM OLAHRAGA. n

OLAHRAGA UJUNG TOMBAK REVOLUSI MENTAL olahraga. Selain itu terlaksananya kegiatan ini merupakan wujud kecintaan dan penghargaan terhadap olahraga tanah air yang telah ditetapkan oleh pemerintah setiap 9 September. Secara khusus, diharapkan dengan peringatan HAORNAS 2016 kali ini dibuktikan bahwa FIK Unesa sebagai lembaga akademis berbasis olahraga akan mendukung sepenuhnya Grand Design Keolahragaan Nasional. Hal itulah yang menjadi pemandu dan

Majalah Unesa

Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unesa.

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

3


DAFTAR RUBRIK

15 Edisi Ini

05

OLAHRAGA UJUNG TOMBAK REVOLUSI MENTAL

Hari Olahraga Nasional atau yang kerap disingkat Haornas diperingati setiap 9 September. Penentuan tanggal tersebut merujuk pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) kali pertama yang dihelat pada 9-12 September 1948, atau 3 tahun berselang setelah Indonesia merdeka di Surakarta (Solo).

08

KEMERIAHAN HAORNAS FIK UNESA

13

KAPOLDA JATIM KULIAH TAMU DI UNESA

EDISI SEPTEMBER 2016 18 29

16

LAPORAN PENGABDIAN AKSOS DI JOMBANG

18

20

LENSA UNESA

KOLOM REKTOR

Dialog di FMIPA mengangkat tema Konservasi dalam Talk Show Cendikia TVRI.

22

33

INSPIRASI ALUMNI

RESENSI BUKU Panduan Menghadapi Negaholic

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 97 Tahun XVII - September 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum. REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Syaiful Rahman, Lina Mezalina, Andini Okta, Murbi, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Aziz, Raras, Puput, Syaiful H FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

SEMARAK HAORNAS 2016

OLAHRAGA UJUNG TOMBAK REVOLUSI MENTAL Hari Olahraga Nasional atau yang kerap disingkat Haornas diperingati setiap 9 September. Penentuan tanggal tersebut merujuk pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) kali pertama yang dihelat pada 9-12 September 1948, atau 3 tahun berselang setelah Indonesia merdeka di Surakarta (Solo).

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

5


LAPORAN

UTAMA

PENGHARGAAN. Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla didampingi Menpora, Imam Nahrawi saat memberikan penghargaan kepada para atlet berpretasi dan mengharumkan nama negara di level internasional, dalam perayaan puncak Haornas 2016, di Sidoarjo. foto: DOK

S

uksesnya pelaksanaan PON kali pertama setelah Indonesia lepas dari cengkeraman penjajah, memiliki makna besar bagi bangsa Indonesia. Melalui PON itu, Indonesia mampu menunjukkan kepada dunia sebagai negara berdaulat dengan berbagai cabang pertandingan yang dilombakan. Semangat nasionalimse yang sejatinya berkobar pada diri atlet-atlet utusan daerah kala itu. Pada PON ke-1 sebanyak 600 atlet turut dalam sembilan cabang olahraga yang dipertandingkan. Kesembilan cabang olahraga tersebut adalah atletik, lempar

6

cakram, bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, pencak silat, panahan, dan bola basket. Tidak seperti saat ini yang diikuti oleh perwakilan atlet masing-masing propinsi di Indonesia, PON ke-1 hanya diikuti oleh atlet tingkat kota dan karasidenan. Sebanyak 12 daerah yang ikut dalam PON ke-1 yakni Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kedu, Banyuwangi dan Surabaya dengan total medali 108 terdiri atas medali emas, perak, dan perunggu. Pada perhelatan PON ke-1 itu, Surakarta sebagai tuan rumah berhasil menjadi juara umum dengan

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

perolehan 36 medali terdiri atas 16 emas, 10 perak, dan 10 perunggu. Peresmian PON ke-1 dilakukan oleh Presiden Soekarno saat pembukaan. Sementara penutupan dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang kala itu menjadi Ketua Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI). KORI kemudian tergabung dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Pada 2007, KORI berubah nama menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI) hingga sekarang. Peresmian PON ke-1 itulah yang kemudian diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. n


LAPORAN UTAMA

HAORNAS 2016 MOMEN BANGKITKAN OLAHRAGA NASIONAL Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Peringatan Haornas 2016 diselenggarakan dengan semarak. Peringatan Haornas kali ini sudah memasuki penyelenggaraan yang ke-33. Jika tahun-tahun sebelumnya peringatan Haornas kebanyakan dilaksanakan di Solo, Jogja, dan Jakarta, kali ini puncak peringatan dilaksanakan di Sidoarjo, Jawa Timur. bersinergi untuk menggelorakan kembali “Gerakan Ayo Olahraga” agar olahraga menjadi budaya dan gaya hidup masyarakat di kota dan di desa,” pinta Imam Nahrawi. Dengan diposisikannya olahraga sebagai kebutuhan dan gaya hidup, menurutnya, secara tidak langsung akan membuka ruang yang luas bagi munculnya bibit-bibit potensial olahragawan yang berprestasi untuk selanjutnya dibina dan dikembangkan dengan dukungan Sport Science, menjadi atlet-atlet elit yang berprestasi di tingkat internasional hingga meraih medali dalam Olimpade dan mengibarkan Bendera Merah Putih di hadapan publik mancanegara.

KEBANGGAN. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi menyalami atlet cilik berprestasi dalam perayaan puncak Haornas 2016, di Sidoarjo. foto: DOK

M

enteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi mengajak seluruh rakyat Indonesia menggelorakan kembali semangat berolahraga di seluruh lapisan masyarakat agar tercipta Indonesia Sehat dan Produktif. “Mari kita kembali budayakan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga,” papar Menpora. Untuk membudayakan olahraga diakui Imam Nahrawi, tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi diperlukan proses yang berjenjang dan berkesinambungan. Budaya berolahraga, lanjutnya dapat dimulai

dari lingkungan terkecil sampai komunitas masyarakat yang lebih besar. “Sangat diperlukan peran keluarga dengan menerapkan pola hidup aktif dalam aktivitas sehari-hari,” ujar menteri yang akrab dipanggil Cak Imam ini. Haornas 2016 mengusung tema Ayo Olahraga untuk Indonesia Sehat dan Produktif. Menurut Nahrawi, tema tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Nawacita Presiden Joko Widodo yang ingin meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang sehat dan produktif. “Melalui tema ini, saya mengajak seluruh lapisan masyarakat bisa bersatu padu dan

Majalah Unesa

Berlangsung Meriah Peringatan Puncak HAORNAS XXXIII 2016 di Stadion Delta Sidoarjo berlangsung meriah dan semarak. Diawali dengan arak-arakan atlet peraih medali dalam Olimpiade Rio 2016, yang menghadirkan kembali Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir, Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan dan para atlet berprestasi lainnya. Mengawali Haornas, digelar berbagai pertandingan final Liga Sepakbola Pelajar mulai U-12, U-14, dan U-16 serta Liga Mahasiswa yang digelar oleh pemerintah dalam upaya menata pembinaan bibit pesepakbola nasional. Prosesi puncak peringatan HAORNAS kali ini menghadirkan aksi 300 pemanah yang membidik satu sasaran yang sama untuk menyalakan api obor di kaldron stadion sebagai bentuk mulai digelorakannya lagi semangat Ayo

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

7


LAPORAN

UTAMA

Olahraga. Acara puncak peringatan HAORNAS di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, juga dikemas dalam bentuk hiburan melibatkan 1712 penari yang menampilkan tarian-tarian kolosal dengan perpaduan musik modern dan tradisional. Para penari yang dilibatkan adalah para pelajar, mahasiswa dan beberapa seniman. Beberapa artis ibu kota seperti Charlie ST 12 dan The Miska turut tampil. Sebagai aksi hiburan juga ditampilkan juggling musikal bersama yang dilakukan oleh 1.000 pesepakbola usia muda dari 34 provinsi yang dicatat sebagai rekor MURI. Sehari sebelumnya, dalam rangkaian peringatan HAORNAS XXXIII, rekor MURI juga ditorehkan dalam kegiatan Festival Bugar Lansia Indonesia 2016 yang diikuti 3200

peserta senam lansia bersama Menpora Imam Nahrawi di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, Kamis (8/9) pagi. Ribuan peserta yang memeriahkan puncak peringatan HAORNAS 2016 dengan torehan rekor itu, menurut Menpora, memberikan pesan, semangat sekaligus ajakan kepada masyarakat untuk bergerak bersama dan menghidupkan budaya olahraga, sesuai dengan tagline program yang diusung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga yakni, “Ayo Olahraga.” Selain kegiatan yang dicatat dalam rekor Muri dan aksi ratusan pemanah, puncak peringatan Haornas 2016 yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla ini juga akan dimeriahkan berbagai pertunjukan seni, budaya, dan olahraga tradisional.n

HAORNAS DARI TAHUN KE TAHUN (PERIODE 2011-2016)

1 2011: Puncak Haornas 2011,

dilaksanakan di Stadion Tennis Indoor Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

1 2012: Puncak Acara Haornas 2012

berlangsung bersamaan dengan pembukaan PON XVIII di Stadion Utama Riau.

1 2013: Puncak acara Haornas 2013

dipusatkan di Yogyakarta

1 2014: Peringatan Haornas

dilaksanakan di Stadion Sriwedari Solo

1 2015: Puncak peringatan Hari Olahraga

Nasional (Haornas) diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta.

1 2016: Puncak peringatan Hari Olahraga

Nasional (Haornas) diselenggarakan di Sidoarjo Jawa Timur.

KEMERIAHAN

HAORNAS DI FIK UNESA

B

agi Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unesa, Peringatan Haornas ke-33 2016 menjadi momen spesial. Pasalnya, baru kali ini selama pelaksanaan Haornas, FIK dapat melaksanakan kegiatan bertepatan dengan Puncak Peringatan Haornas 9 September 2016. “Ini kali pertama, FIK dapat memeriahkan kegiatan tersebut tepat pada Jumat, 9 Sep­ tember 2016 di halaman gedung U1 FIK Kampus Lidah Wetan Unesa. Sebelumnya peringatan Haornas tidak dilangsungkan tepat pada waktunya” ungkap Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. FIK memang telah merancang peringatan Haornas 2016 ini dengan berbagai bentuk kegiatan. Mengusung tema Dengan Haornas Kita Wujudkan Generasi Bugar, Cerdas dan Berkarakter Mulia bertujuan untuk Indonesia Sehat dan Produktif. Kegiatan tersebut dihadiri Sivitas Akademika FIK Unesa dan mahasiswa. Dari jajaran dekanat, di antaranya Dekan FIK Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Wadek I FIK Unesa, Drs. Gatot Darmawan, M.Pd. Wadek II Mokhamad Nur Bawono, S. Or., M.Kes. dan Wadek 3 FIK Drs. Arif Bulqini, M.Kes.

8

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

Rangkaian kegiatan HAORNAS FIK diawali dengan apel HAORNAS dengan pembina Dekan FIK, Prof. Dr. Nurhasan M.Kes . Selain apel, diselenggarakan pula berbagai kegiatan seperti senam bersama, donor darah, catur berpasangan, gobak sodor, balon bergoyang serta ada pula lomba khusus Pimpinan FIK Unesa yakni Tarik Tambang. Drs. Arif Bulqini, M.Kes, Ketua Pelaksana Haornas FIK menyampaikan bahwa kegiatan Haornas 2016 di FIK diisi dengan berbagai agenda, diantaranya Seminar Internasional dan Workshop dengan pembicara David Blow dari Australia, seorang pakar terapi cedera olahraga, beberapa kegiatan sosial keolahragaan (donor darah, kejuaraan karate, floorball, athletics challenge, futsal baik tingkat Jawa Timur, nasional, maupun internasional). Puncak kegiatan ditutup dengan acara Gebyar dan Fun Walk HAORNAS. “FIK Unesa berharap dengan peringatan Haornas kali ini, FIK Unesa dapat mewujudkan Unesa menjadi Kampus Prima Olahraga,” paparnya.


LAPORAN UTAMA

SEMANGAT. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa, Prof. Dr. Nushasan, M.Kes turun langsung memimpin jalannya peringatan Hari Olahraga Nasional di kampus Unesa Lidah Wetan, Surabaya. foto: DOK

Sportivitas Olahraga Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono mengapresiasi peringatan Haornas yang diselenggarakan di FIK Unesa. Warsono menyebut bahwa olahraga memiliki makna tidak hanya pada sisi kesehatan semata. Sisi lain dari olahraga, adalah sportivitas. “Dalam olahraga ada suatu nilai yang harus dijunjung tinggi oleh para atlet, yaitu sportivitas,� ungkapnya. Dalam sportivitas, lanjut Warsono, ada nilai ketaatan terhadap peraturan, kerja keras, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan dan sebagainya. Dalam setiap cabang olah raga atau dalam bentuk permainan sekalipun selalu ada peraturan (aturan) yang mengatur bagaimana harus melakukan. Peraturan itu harus disepakati dan ditaati bersama oleh para atlet. “Jika ada pelanggaran maka akan dikenakan sanksi. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan

olahraga, apalgi kalau itu olahraga prestasi selalu ada wasit yang bertindak sebagai hakim dalam pertandingan tersebut, yang akan memberi sanksi jika ada yang melangar,� tandasnya. Menurut Warsono, adanya peraturan dalam olahraga menjadi media untuk melatih karakter ketaatan aturan (hukum). Jika sejak dini anak-anak sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk taat dan patuh terhadap peraturan, maka akan terbentuk perilaku yang taat dan patuh terhadap peraturan. Sehingga kelak setelah mereka dewasa dan menjadi pemimpin atau warga negara biasa sikap taat dan patuh terhadap peraturan itu akan terus dibawa. Selain terkait sportivitas, Warsono berpandangan bahwa olahraga juga mengajarkan kerja keras, terutama olahraga prestasi. Untuk

Majalah Unesa

bisa meraih juara, atlet harus kerja keras, dan disiplin berlatih. Prestasi tidak akan bisa dicapai tanpa kerja keras dan disiplin yang tinggi. Setiap ada perlombaan selalu dilakukan persiapan berupa latihan. Para atlet dimasukan dalam suatu pusat latihan, untuk melakukan latihan secara keras dengan penuh disiplin. Olahraga juga mengajarkan kejujuran dan tanggung jawab. Seorang atlet tidak boleh melakukan pelanggaran terhadap aturan. Ada pameo bahwa pelatih sepak bola di Eropa mengajarkan kepada para pemainnya agar tidak melakukan pelanggaran, meskipun wasit tidak tahu. Apa yang disampaikan itu merupakan ajaran moral (karakter) kejujuran dan tanggung jawab.n (SIR/ ARM/BBS)

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

9


LAPORAN

UTAMA

10 RAGAM ACARA MEMPERINGATI HAORNAS DI FIK

F

akultas Ilmu Keolahragaan Unesa Surabaya mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional (Harornas) 2016. Berikut berbagai rangkaian kegiatan tersebut: 1. Seminar dan workshop Neuromuscular Taping Seminar dan workshop dilaksanakan pada 28 s/d 29 Agustus 2016 mulai pukul 08.00 WIB – selesai. Seminar dan workshop bertempat di Auditorium FIK Lantai 3 gedung U1 Kampus FIK Lidah Wetan 2. Senam aerobic Kegiatan senam aerobic dilaksanakan pada 09 September 2016 mulai pukul 08.00 WIB – selesai bertempat di halaman kampus FIK Lidah Wetan 3. Upacara Haornas Upacara Haornas berlangsung di halaman kampus FIK Lidah Wetan pada 09 September 2016 mulai pukul 09.00 WIB – selesai 4. Olahraga Tradisional Olahraga tradisional seperti tarik tambang dan sebagainya dilaksanakan pada 09 September 2016 mulai pukul 10.00 WIB – selesai bertempat di halaman kampus FIK Lidah Wetan 5. Donor darah Kegiatan sosial donor darah dilaksanakan pada 09 September 2016 mulai pukul 09.00 WIB – selesai bertempat di Ruang Fitness FIK UNESA

10

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

6. Atletic challenge Kegiatan ini dilaksanakan pada 07 Oktober 2016 mulai pukul 06.00 WIB – selesai bertempat di Track athletic kampus FIK Lidah Wetan 7. Karate Championship Se-Jawa Timur Lomba karate se-Jawa Timur dilaksanakan pada 07-08 Oktober 2016 mulai pukul 06.00 WIB – selesai bertempat di Track athletic kampus FIK Lidah Wetan 8. Floorball Championship Nasional Kegiatan ini berlangsung pada 08-09 Oktober 2016 mulai pukul 06.00 WIB – selesai bertempat di GOR International Futsal Center kampus FIK Lidah Wetan 9. Futsal Antar SMA Se Jawa Timur Kegiatan lomba futsal antar SMA se-Jawa Timur digelar pada 13-15 Oktober 2016 mulai pukul 06.00 WIB – selesai bertempat di GOR International Futsal Center kampus FIK Lidah Wetan 10. Fun Walk Kegiatan Fun Walk dilasanakan pada 16 Oktober 2016 mulai pukul 06.00 WIB – Selesai bertempat di Halaman Gedung Rektorat Lidah Wetan Kesepuluh ragam kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Haornas 2016 berlangsung meriah dan sukses. Seluruh Civitas Akademik Unesa, Pelajar, alumni dan Masyarakat Umum ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. n

Majalah Unesa


WARTA UTAMA

SEMINAR NASIONAL

MEMBANGUN HUKUM DI ERA MEA

M

EA sudah diberlakukan sejak akhir Desember 2015 lalu. ASEAN sudah menyiapkan kerangka mekanisme pasar bebas, tidak hanya mengacu pada konsep ASEAN sebagai single market, tetapi juga sebagai single production base yang membutuhkan lalu-lintas kapital dan tenaga kerja terampil. Dampak lain pemberlakuan MEA, meningkatnya persaingan antara mereka di dalam kawasan. Kebijakan ini diambil dalam rangka menghadapi persaingan di tingkat global. Salah satu karakteristik kunci MEA adalah Competitive Economic Region. Transaksi perdagangan dan jasa telah menyatu dan berintegrasi dalam satu pasar bersama Asean. Para pelaku usaha di Indonesia, harus memahami hukum persaingan usaha. Dalam konteks inilah dituntut kesiapan bangsa Indonesia, agar kita tidak sekedar menjadi pasar, tetapi justru akan mendorong dinamika laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu poin penting adalah seberapa jauh pembangunan hukum di Indonesia yang koheren dengan produk hukum negara-negara ASEAN. Pembangunan hukum bukanlah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan arah pembangunan di bidang lainnya dan memerlukan penyelarasan dengan garis-garis besar gagasan dalam UUD 1945. Pembangunan hukum dalam era MEA di antaranya meliputi di bidang persaingan usaha, ketenagakerjaan, investasi dan perlindungan UMKM. Pembangunan hukum harus harmonis dengan tuntutan global seperti saat ini, namun tidak boleh meninggalkan nilainilai kebangsaan Indonesia. Pembangunan hukum nasional harus dilakukan

CINDERAMATA. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa, Prof. Dr. Sarmini, M.Hum. menyerahkan cinderamata kepada narasumber. foto: HUMAS UNESA

dari dalam Indonesia sendiri (development from within). Untuk itu hukum Nasional Indonesia harus dikuatkan baik substansi maupun proses agar mampu menghadapi arus globalisasi. Latar belakang itulah yang mendasari Jurusan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Pembangunan Hukum Nasional di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. � Acara diselenggarakan pada Rabu 14 September 2016 di Hotel Santika, Jalan Jemursari 258, Surabaya, Ruang Merah Delima. Seminar menghadirkan beberapa pembicara antara lain Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti, Prof. Dr. Jamal Wiwoho S.H., M.Hum., Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Nindyo Pramono S.H., M.H., Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian

Majalah Unesa

Ketenagakerjaan, Sahat Sinurat S.H., M.H., Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Dr. Sukarmi S.H., M.H. Seminar ini juga diikuti oleh pemakalah dan peserta dari seluruh Indonesia yang berasal dari berbagai perguruan tinggi (Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Atmajaya Jakarta, Universitas Trisakti Jakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Bung Hatta Padang, Universitas Bangka Belitung, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Cenderawasih Jayapura, dll) dan instansi (Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Kantor Perwakilan KPPU Surabaya, Komisi Yudisial Penghubung Jawa Timur, DPC PERADI Kota Surabaya, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim, KPU Surabaya, P.T. Smart Wikan Profesional, dan sebagainya. n (SH/UMI)

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

11


WARTA

UTAMA

SOSIALISASI & DIALOG PUBLIK JASA RAHARJA JATIM DI UNESA

CINDERAMATA. Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djojok Soepardjo, M.Lit. saat menerima cinderamata dari Jasa Raharja Kantor Cabang Jawa Timur. . foto: HUMAS UNESA

J

asa Raharja Kantor Cabang Jawa Timur melakukan sosialisasi asuransi kecelakaan dan safety reading di Gedung Serba Guna kampus Universitas Negeri Surabaya pada Rabu, 7 September 2016. Sosialisasi dan dialog jasa raharja itu mengambil tema Budaya Proaktif Guna Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat. Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Cabang Jasa Ra­ harja Jatim, Triyugara, Kepala Seksi STNK Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jatim, Kompol Gathut Bowo SIK, Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dishub Jatim, Arjani ATD. Dari Unesa, hadir Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djojok Soepardjo, M.Lit. Dalam sosialisasi tersebut, Triyugara memaparkan bahwa hingga Agustus 2016, PT Jasa Raharja Kantor Cabang Jawa Timur (Jatim) sudah mengeluarkan dana klaim akibat kecelakaan baik kematian maupun luka-luka sebesar Rp180 miliar. Jumlah itu meningkat dibanding periode yang sama tahun 2015 yang mencapai sekitar Rp 150 miliar. “Kenaikan secara jumlah pasti terjadi, karena adanya kenaikan jumlah kendaraan bermotor, dan pengendara,” ungkapnya. Triyugara menambahkan, tahun ini, premi yang diberikan pemerintah kepada PT Jasa Raharja Cabang Jatim mencapai Rp 404 miliar. Jumlah itu mengalami kenaikan dibanding

12

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

tahun 2015 lalu, karena bersamaan dengan peningkatan jumlah kendaraan. Karena anggaran premi diberikan berdasarkan jumlah kendaraan yang tercatat di wilayah Jatim dan mengalami peningkatan atau penambahan per tahunnya.”Semakin banyak kendaraan, semakin bertambah premi yang disiapkan. Kenaikannya antara 12 hingga 15 persen,” tambahnya. Tahun 2016 ini klaim tersebut diprediksi juga akan meningkat, karena secara angka kejadian kecelakaan juga meningkat. Kompol Gathut Bowo SIK, Kepala Seksi STNK Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jatim, mengakui bila jumlah kenaikan kendaraan di Jatim cukup tinggi, terutama mobil baru. Tak hanya itu, peningkatan jumlah kendaraan di wilayah Jatim, juga membuat jumlah kejadian kecelakaan meningkat. Namun Gathut menyebutkan, secara kuantitatif atau nilai, belum bisa diberikan karena masih harus diperbandingkan dengan jumlah kendaraan dan ukuran jalan. Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dishub Jatim, Arjani ATD, menambahkan, selain sosialisasi pihaknya juga sudah mengambil langkah dan menyebarkan kebijakan yang terkait antisipasi terjadinya kecelakaan yang disampaikan dari Direktorat Angkutan Darat Kementerian Perhubungan. n(SIR/SH)

Majalah Unesa


WARTA UTAMA

KAPOLDA JATIM ISI KULIAH TAMU DI UNESA

KULIAH TAMU. Kapolda Jatim, Inspektur Jendral Polisi Drs. Anton Setiadji, S.H., didampingi Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S, Dekan FISH, Prof. Dr. Sarmini, M.Hum, dan Warek III, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt saat kuliah terbuka di FISH Unesa . foto: HUMAS UNESA

D

alam rangka menyambut Dies Natalies, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya mengadakan Kuliah Tamu di Gema Unesa. Acara yang diselenggarakan pada Selasa (20/9) tersebut men-

gundang Kapolda Jawa Timur Inspektur Jendral Polisi Drs. Anton Setiadji, S.H., M.H. sebagai pembicara utama. Selain itu, turut hadir Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono M.S., Wakil Rektor III Dr. Ketut Prasetyo M.S., Wakil Rektor IV Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt. dan Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Hukum, Prof. Dr. Sarmini M.Hum. beserta jajarannya. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Warsono mengungkapkan rasa terima kasih kepada Kapolda Jawa Timur yang bersedia hadir dan memberikan ilmu kepada sivitas di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa. Selanjutnya, Kapolda Jatim memberikan wawasan tentang pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga keamanan dan kedamaian dalam masyarakat. Selain itu, Anton Setiadji juga menerangkan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi serta kehidupan dalam bermasyarakat. “Namun, hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mahasiswa bisa membentengi dirinya saat muncul berbagai kelompok radikal. Di mana mahasiswa merupakan salah satu sasaran untuk bisa direkrut untuk menjadi anggota di kelompok mereka,” tambahnya. n (SURYO/FUL/HUMAS)

PPM WORKSHOP PERBAIKI AKREDITASI UNESA

P

restasi akreditasi menjadi tolok-ukur kualitas suatu lembaga. Unesa sebagai lembaga pendidikan juga berupaya untuk terus meningkatkan akreditasinya. Namun, akreditasi universitas akan lebih baik apabila akreditasi mulai tingkat prodi juga lebih baik. Oleh karena itu, Pusat Penjaminan Mutu (PPM) Unesa menggelar Workshop Penyusunan Data Kuantitatif Borang Akreditasi Program Studi, Sabtu (24/9/2016) di Gedung E1 Kantor Pusat lantai 3 Unesa. Selain ketua prodi selingkung Unesa, hadir pula Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S., Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si., Kepala PPM Unesa Dr. Meini Sondang, S., M.Pd. berserta beberapa jajarannya. “Kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas akreditasi program

AKREDITASI. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono didampingi Warek I, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si., dan Kepala PPM Unesa Dr. Meini Sondang, S., M.Pd., saat pembukaan . foto: HUMAS UNESA

studi di Unesa dan untuk meningkatkan kualitas dosen,” tegas Warsono dalam sambutan pembukaannya. Menurut Warsono, di era globalisasi ini, persaingan semakin ketat. Unesa pun sudah menjalin kerja sama dengan

Majalah Unesa

ber­bagai pihak. Oleh karena itu, Unesa perlu meningkatkan daya saing. baik kualitas mahasiswa maupun dosennya. “Etos kerja harus ditingkatkan. Harus bisa kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja tuntas,” tandasnya. n (SH)

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

13


KABAR

PRESTASI

MEDALI EMAS: Tim Arung Jeram Unesa saat beraksi menaklukkan jeram di derasnya air. Kekompakan mereka membuahkan medali emas di ajang PON XIX 2016, Jawa Barat.

Laporan Pengabdian

Atlet Arung Jeram Unesa Raih Dua Medali Emas PON XIX Nama Unesa kembali harum pada ajang PON XIX di Jawa Barat. Lima atlet putri berbakat dari cabang lomba Arung Jeram berhasil mempersembahkan dua medali emas untuk kontingen PON Jawa Timur.

K

elima atlet putri itu adalah Eva Hariyanti (FIK- Pend.Or 2014), Dwi Zulaikah (FT-Tata Busana 2011), Nafisha Ratnasari (FEManajemen 2013), Shely Oktaviana (FIP-PLS 2014), dan Nadia Isfarisa (FIPPLS 2015). Mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam (Himapala Unesa). Sebelum melaju dan mewakili tim

14

Arung Jeram kontingen PON Jatim, kelima atlet tersebut mereka terlebih dahulu harus bersaing ketat dengan seluruh atlet arung jeram di Jawa Timur dalam proses seleksi daerah. Berkat kekompakan, semangat dan daya juang tinggi, akhirnya mereka berhasil lolos selekda dan mewakili kontingen Jawa Timur di ajang PON XIX di Jawa Barat.

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

Pada 6 September 2016, perjalanan berharga mereka dimulai. Bersama seluruh atlet pilihan se-Jawa Timur, tim yang dibina oleh Adi Ruswin, pemilik Noars Rafting itu berangkat dari Surabaya menuju Bandung. Berjam-jam lamanya waktu yang ditempuh, sempat membuat fisik mereka menurun. Agar tetap dapat menjaga kondisi, hari pertama di


KABAR PRESTASI Bandung mereka gunakan untuk beristirahat. Keesokan harinya, barulah mereka menyiapkan diri berlatih di medan yang telah disediakan. “Awalnya, kami sempat khawatir dengan volume air sungai yang tinggi, namun hal itu tidak menghalangi kami untuk berlatih,” ungkap Eva Hariyanti, salah satu anggota tim. Pada 19 dan 20 September 2016, tepatnya di sungai Cimandiri, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten

Sukabumi, kompetisi sebenarnya dimulai. Mereka terdaftar mengikuti kategori dua di antara empat kategori arung jeram, yakni slalom dan down river race. Kerja keras dan semangat tanpa henti, mereka akhirnya berhasil meraih dua medali emas. Mereka berhasil menyabet dua emas sekaligus dari dua kategori yang diikuti. “Sungguh, kami nggak nyangka dua-duanya (dua kategori) bisa dapet, padahal sempet down karena ketemu

dengan pesaing yang hebat-hebat seperti dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Harapannya tim ini bisa terus eksis dan berprestasi, dapat membanggakan dan mengharumkan nama Jatim dan Indonesia di kancah nasional dan Internasional. Semoga dapat mengikuti PON XX/2020 selanjutnya di Papua” ungkap Eva lagi. n

TIM GARDA MARITIM MENWA UNESA JUARA 2 INDONESIA MARITIME CHALLENGE 2016

T

im Garda Maritim Universitas Negeri Surabaya menorehkan prestasi nasional. Tim yang diwakili UKM Resimen Mahasiswa 804 (Menwa) Unesa itu berhasil meraih juara 2 dalam ajang Indonesia Maritime Challenge 2016 yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa Maritime Challenge Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Kegiatan yang berlangsung mulai 5-20 Agustus 2016 itu merupakan ajang berskala nasional diikuti 10 tim dari sepuluh universitas di Indonesia. Acara digelar selama dua minggu di Pulau Bawean-Gili-Noko. Even tersebut sukses menjadi viral dan mengangkat daerah terpencil di Kabupaten Gresik. Resimen Mahasiswa 804 dipercaya Unesa mewakili ajang perlombaan kemaritiman tersebut. Satu tim terdiri atas 11 orang. Mereka adalah YeniMarcelawati (Sosiologi, FISH), Muzzaki (FIK), Agustine Wilujeng (Ikom, FISH), Khusnul Khotimah (Hukum, FISH), Eva Erliana (Ikor, FIK), M. Faddlan (FIK), AbriIngratubun (Teknik Informatika, FT), Aburizal (Akuntansi, FE), Junian Cahyanto Wibawa (Ikor, FIK), Diding Adi (Ikor, FIK), M. Sofyan Daud (Teknik Mesin, FT). Maritime Challenge merupakan acara yang bertujuan mengangkat potensi kemaritiman di Indonesia. Ada lima perlombaan kemaritiman yang diperebutkan yaitu Rowing race, Sailing race, navigasi laut, ropework,

dan Man Over Board. Tahun ini adalah tahun kedua penyelenggaraan. Sebelumnya, even ini hanya diikuti 5 universitas. Tahun ini, ada penambahan kuota peserta menjadi 10 peserta yaitu Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Universitas Hang Tuah, Institut Teknologi Kalimantan, Universitas Trunojoyo, Politeknik Negeri Madura, dan Politeknik Maritim Negeri Semarang. Pada ajang tersebut, Unesa berhasil membawa juara 2 dengan selisih dua poin dari sang juara umum UINSA. “Kami sudah berjuang maksimal

dengan target juara. Meski target juara masih belum tercapai, paling tidak kami pulang tidak tangan kosong. Juara 2 sudah cukup,” tutur Ketua tim Garda Maritim Unesa, Yeni. Menurut Yeni, tim Garda Maritim Unesa sudah berusaha keras dengan rajin berlatih dan berdoa. Selisih yang tipis sempat membuat tim kecewa, namun dengan lapang dada mereka menerimanya. Ahmad Yusqi selaku ketua pelaksana Indonesia Maritime Challenge berharap acara serupa dapat dilaksanakan setiap tahun dengan mengangkat pulau atau daerah terpencil lain guna meningkatkan sektor ekonomi dan lebih menggeliatkan semangat kemaritiman di Indonesia.n SURYO/AGUSTINE

JAWARA: Tim Garda Maritim Unesa berhasil meraih juara 2 dalam ajang Indonesia Maritime Challenge 2016 yang diselenggarakan oleh ITS Surabaya.

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

15


LAPORAN

PENGABDIAN

KELUARGA BARU: Penulis berfoto bersama anak-anak Dusun Ngapus, Desa Sumberaji, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang dalam kegiatan AKSOS (Akuntansi Sosial Solidaritas).

LAPORAN PENGABDIAN AKSOS DI JOMBANG

Menemukan Keluarga Kedua di Dusun Ngapus Pengalaman melakukan pengabdian di Dusun Ngapus Desa Sumberaji, Kecamatan Kabuh, Jombang memberi kesan mendalam bagi para peserta. Salah satunya dialami Laisa Urnia, mahasiswa S-1 Akuntansi angkatan 2015 yang menjadi peserta Aksi Sosial Solidaritas (AKSOS). Berikut penuturannya!

S

aya mengalami sendiri bagaimana kesan mendalam itu terasa. Bagaimana tidak, sebelum sampai di lokasi, kami harus melewati jalan setapak yang hanya cukup dilewati dua sepeda motor jika berlawanan arah atau satu mobil saja. Kanan dan kiri jalan sepanjang perjalanan, terhampar pemandangan hutan. Perjalanan begitu jauh dan berdebu. Selain sempitnya jalan, bebatuan besar dan kecil menjadi perintang tersendiri. Sangat mungkin

16

| Nomor: 97 Tahun XVII -September 2016 |

Majalah Unesa

jika tidak hati-hati berkendara akan membuat kita jatuh terpeleset. Warga di sana sangat ramah. Saya dipertemukan dengan sosok ibu Tamini, yang sangat baik dan ramah. Saking baik dan perhatiannya, saya pun tak segansegan menjadikan Bu Tamini sebagai ibu kedua. Setiap hari, Bu Tamini selalu menawari makan. Meskipun makanan yang beliau tawarkan sudah cukup pantas, tapi beliau selalu merasa apa yang diberikan tidak akan sama dengan


LAPORAN PENGINAPAN apa yang selama ini sudah saya dapatkan di kota. Jujur, saya sangat terharu akan perhatian yang begitu besar itu. Sebenarnya, Bu Tamini memiliki tiga anak. Tapi, anak pertama sudah terlebih dulu meninggalkan rumah karena sudah menikah. Suami Bu Tamini bernama Pak Dul Cipto. Itulah panggilan akrab bapak kedua saya itu. Setiap hari, Pak Dul menghabiskan waktu di sawah seperti bapak dan ibu pada umumnya di desa sana. Mata pencaharian warga Ngapus memang bertani. Pak Dul, terbilang orang yang kuat dalam bekerja, sabar dan tegar. Beliau selalu tidur di ruang tamu menunggui saya pulang seusai rapat. Bahkan, pernah beliau mengutus anak laki-lakinya untuk mencari saya karena sudah hampir pukul 12 malam saya belum pulang. Saat itu saya masih melakukan persiapan acara AKSOS Fair. Saya sangat merindukan perhatian Bapak. Sedangkan anak-anak beliau, yang pertama Arifin, masih duduk di bangku kelas 2 SMA, bersama dengan yang kedua, Uus juga duduk di bangku sekolah yang sama. Arifin dan Uus anak kembar. Bagi saya, mereka adalah adik yang sangat perhatian juga. Tak jarang saya ditanya apakah saya sudah mandi, makan, dan tidur dengan baik. Senang sekali mendapat keluarga kedua yang melimpahkan kasih dan sayangnya

KALAU BOLEH JUJUR, TIDAK BANYAK YANG SAYA LAKUKAN DI SANA. SELAMA TUJUH HARI DI SANA, SAYA MEMBANTU IBU MEMASAK, MENCUCI PIRING, MENYAPU, ATAU MENGUPAS KACANG DARI KULITNYA, PEKERJAAN YANG TIDAK BEGITU BERAT. SETIAP SORE SAYA MENGAJAR MENGAJI. CUMA ITU. setiap saat. Kalau boleh jujur, tidak banyak yang saya lakukan di sana. Selama tujuh hari di sana, saya membantu ibu memasak, mencuci piring, menyapu, atau mengupas kacang dari kulitnya, pekerjaan yang tidak begitu berat. Setiap sore saya mengajar mengaji. Sesekali saya juga ikut mengajar di sekolah. Cuma itu. Kalau berbicara soal sarana dan prasarana, memang masih minim. Listrik baru masuk desa sekitar dua tahunan.

Air bersih juga baru-baru ini saja. Miris rasanya mengetahui bahwa Uus baru bisa merasakan nikmatnya menonton TV setelah kelas satu SMA. Dulu, warga Ngapus jarang mandi karena untuk mendapatkan air harus menempuh jarak yang cukup jauh. Adik-adik juga terkendala transportasi untuk sekolah. Setiap hari mereka yang sudah duduk di bangku SMP atau SMA harus keluar desa dan menempuh jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu, sepeda motor menjadi alternatif utama dan pertama. Itu satu-satunya pilihan. Jadi, terkadang dengan terpaksa, mereka harus libur sekolah kalau-kalau sepeda motor mereka dipakai untuk iring-iring manten, pergi ke hajatan, atau pergi ke balai desa. Di sana, ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk punya banyak kendaraan. Di tengah keterbatasan, desa ini memiliki anak-anak yang bercita-cita dan bersemangat besar. Anak-anak di sana sangat antusias belajar, tidak pernah mengeluh meskipun harus berlamalama di sekolah. Bahkan, mereka sangat senang ketika kali pertama diadakan upacara bendera, ya, meskipun saya dan teman-teman yang jadi petugasnya. Jumlah murid SD yang bersekolah hanya belasan. Kalau upacara dilaksanakan, tentunya akan habis jadi petugas upacara dan hanya menyisakan satu atau dua murid saja untuk menjadi peserta. Berbicara soal seni dan bahasa, mayoritas warga di sana hanya mengenal campur sari. Anak-anak muda hanya mengenal lagu dangdut. Itu pun cuma beberapa lagu dan tidak sedikit dari warga desa yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Memangnya sudah berapa tahun Indonesia merdeka? Saya tidak yakin warga di sana tahu. Miris, bukan?n Laporan Laisa Urnia, mahasiswa S-1 Akuntansi angkatan 2015 yang menjadi peserta Aksi Sosial Solidaritas (AKSOS)

AKRAB: Penulis berfoto bersama siswa di sekolah setempat, Dusun Ngapus, Desa Sumberaji, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

17


LENSA UNESA

FMIPA KAMPUS KONSERVASI akultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa mendapat kesempatan menggelar dialog Talk Show dalam program Cendikia TVRI pada 26 September 2016. Dialog di FMIPA mengangkat tema Konservasi dengan narasumber Prof. Dr. Suyono, M.Pd (Dekan), Prof. Dr. Madlazim, M.Si (Wakil Dekan 1) , Dr. Wasis (Wakil Dekan 2) dan Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd (Wakil Dekan 3). Dialog diikui oleh civitas akademika FMIPA. l HUMAS

18

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

HUMAS Unesa kembali menggelar Pelatihan J­ urnalisitik dan Radio tingkat dasar bagi mahasiswa Unesa. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Sabtu dan Minggu, 24 dan 25 September 2016. Pemateri berasal dari Humas Unesa, Wartawan Senior, dan Wartawan dari Majalah Unesa. Acara yang dibuka langsung Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djojok Soepardjo, M. Litt berlangsung meriah dengan peserta dari perwakilan setiap prodi dan jurusan se-Unesa. l(SH/HUMAS)

PELATIHAN

JURNALISTIK & RADIO (TD)

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII- September 2016 |

19


KOLOM REKTOR Hampir setiap peringatan hari olah raga selalu dikaitkan dengan kesehatan dan kebugaran. Bahkan, anjuran untuk untuk berolah raga terus disampaikan oleh para pejabat, agar warga negaranya sehat dan bugar. Olah raga memang bukan hanya sesuatu yang dianjurkan kepada setiap orang tetapi juga merupakan kebutuhan agar badan tetap sehat dan bugar. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.

P

emerintah telah menetapkan bahwa tanggal 9 September sebagai hari olah raga nasional. Pada tahun ini peringatan hari olah raga nasional yang ke XXXIII mengambil tema “Ayo Olah Raga untuk Indonesia Sehat dan Produktif”. Melalui tema tersebut, ada gerakan untuk menggalakkan olah raga bagi semua orang, semua umur dan lapisan, menuju Indonesia sehat dan produktif. Peringatan hari olah raga ini bukan hanya semata-mata ditujukan untuk meningkatkan capaian prestasi atlet kita dalam ajang kompetisi di tingkat internasional, tetapi yang lebih penting adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penetapan hari olah raga bukan hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Berbagai negara menetapkan hari olahraganya sendirisendiri. Malaysia, misalnya, negara tetangga kita juga memunyai hari olah raga nasional. Namanya adalah hari sukan negara dan ditetapkan pada 8 Oktober. Kebetulan pada 8-9 Oktober 2016, saya berada di Kuala Lumpur, sehingga bisa menyaksikan bagaimana Malaysia memperingati hari sukan negara. Sama seperti di Indonesia, hari olah raga di Malaysia juga diperingati dengan melibatkan para pelajar dan pejabat negara. Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak ikut merayakan hari Sukan Negara dengan ikut berjalan menyusuri jalan kota Kuala lumpur. Hampir setiap peringatan hari olah raga selalu dikaitkan dengan kesehatan dan kebugaran. Bahkan, anjuran untuk untuk berolah raga terus disampaikan oleh para pejabat, agar warga negaranya sehat dan bugar. Olah raga memang bukan hanya sesuatu yang diajurkan

kepada setiap orang tetapi juga merupakan kebutuhan agar badan tetap sehat dan bugar. Bagi anakanak, olah raga bisa dijadikan sebagai perangsang pertumbuhan badan, sedangkan bagi orang dewasa, olah raga juga bisa dijadikan sarana untuk meningkatkan stamina tubuh, sehingga produktivitas bisa meningkat. Selain itu, dengan berolah raga diharapkan akan meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Pandangan bahwa olah raga membuat badan sehat tidak lepas dari pepatah lama yaitu mens sana in corpore sano.

untuk memaknai gerakannya. Jiwa dan Badan Satu Kesatuan Menurut Rene Descartes, antara jiwa dan badan merupakan satu kesatuan (monodualisme) yang membentuk manusia (human being). Jiwa dimaknai sebagai kehendak bebas, yang “terpenjara” dalam badan, karena kehendak bebas jiwa akan diwujudkan oleh badan. Sebagai contoh seandainya badan sedang sakit, atau mengalami cacat tubuh (misal, kaki tinggal satu) maka keinginan untuk lari sekencangkencangnya tentu tidak bisa, paling tidak akan sama dengan mereka yang kakinya masih utuh dan lengkap. Namun demikian, badan tidak akan memiliki nilai “manusiawi”, jika tidak digerakkan oleh jiwa. Karena gerakannya hanyalah bersifat mekanis, yang tidak memiliki arti. Misal orang yang terkena strok, sering ada anggota badan yang terus bergerak tanpa bisa dikontrol. Memang badan sebagai organisme hidup ditandai dengan adanya gerakan, maka sering muncul istilah gerak badan. Gerak badan diperlukan untuk menjaga agar metabolism tubuh bisa berjalan lancar, sehingga badan menjadi sehat dan bugar. Dengan badan yang sehat dan bugar, tentu bisa mengurangi beban jiwa, sebab jika badan tidak sehat akan mempengaruhi paling tidak membatasi kehendak bebas jiwa. Kondisi yang demikian bisa menimbulkan rasa frustasi. Oleh karena itu, ada anjuran untuk gerak badan atau berolahraga, agar badan tetap dalam kondisi sehat dan bugar. Dengan badan yang sehat dan bugar, bisa mengurangi rasa stress karena kehendak bebasnya bisa dilaksanakan. Ini mungkin makna dari mens sana in copore sano, dalam arti di dalam badan yang sehat diharapkan

HARI OLAHRAGA

20

NASIONAL Meskipun banyak orang yang tidak setuju, namun pernyataan mens sana incorpore sano masih tetap bisa dijadikan sebagai peringatan agar kita tetap memperhatikan kesehatan dan kebugaran. Memang dalam statemen tersebut seakan-akan badanlah yang menentukan kondisi jiwa (dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Pemahaman yang seperti ini yang sering menjadi bahan perdebatan, atau ketidaksetujuan dari sebagian pihak, karena jiwa yang sehatlah lah yang menentukan kesehatan badan. Terlepas mana yang benar, antara badan dan jiwa memang ada saling kebergantungan, dan saling membutuhkan. Jiwa membutuhkan badan sebagai “tempat” untuk mewujukan kehendak bebasnya, sedangkan badan membutuhkan jiwa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa


KOLOM REKTOR jiwanya juga sehat. Namun kondisi badan yang sehat juga dipengaruhi oleh kehendak jiwa. Sebagai contoh orang yang punya keinginan untuk makan terus dan dalam jumlah yang banyak, bisa mempengaruhi proses metabolisme. Jumlah makanan yang terlalu banyak dan melebihi kemampuan organ untuk mengolah, bisa menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai analogi, ketika sampah yang dibuang ke lingkungan, jumlahnya lebih banyak dari kemampuan alam untuk mengolah, atau jenis sampah yang dibuang ke lingkungan sulit untuk diurai, maka akan menambah beban atau memperberat kerja lingkungan untuk mengolah sampah. Akibatnya, lingkungan menjadi kotor atau bau yang tidak enak, atau menimbulkan berbagai penyakit. Hal yang sama bisa terjadi pada orang yang terus ingin makan, menyebabkan jumlah makanan yang masuk ke lambung terus bertambah banyak. Lambung akan terus memberi ruang untuk menampung makanan yang masuk, namun kemampuan lambung untuk mencerna ada keterbatasan, dan jumlah makanan yang masuk melebihi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, akibatnya terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan ini bisa menimbulkan berbagai penyakit. Berbagai penyakit seperti, diabetes dan kolesterol menurut para ahli disebabkan pola makan yang tidak terartur dan dalam jumlah yang banyak, sementara kebutuhan tubuh jauh lebih sedikit dari yang disediakan. Contoh kasus di atas, memberi gambaran, bahwa kehendak bebas (jiwa) bisa menyebabkan kondisi badan yang tidak sehat. Memang ada faktor yang menyebabkan sakit, di antaranya adalah pola makan, jenis dan jumlah yang dimakan. Faktor ini berkaitan dengan kehendak bebas jiwa. Karena kalau keinginan makan tidak dikendalikan, makan bisa menimbulkan ganggungan kesehatan badan. Oleh karena itu, ada hadis yang memberi nasihat kepada orang yang makan, yaitu berhentilah sebelum kenyang. Ini berarti jiwa (kehendak untuk terus makan) harus kendalikan. Persoalannya adalah apa yang harus mengendalikan kehendak bebas tersebut? Ada suatu teori yang menyatakan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh keinginan dan pengetahuan atau

keyakinan. Sebagai contoh kalau orang ingin sehat dan dia tahu atau yakin bahwa olah raga bisa menyehatkan badan, maka orang tersebut akan berolah raga. Begitu juga orang yang ingin sehat dan yakin bahwa hadis Rasulullah untuk berhenti makan sebelum kenyang pasti benar, maka dia akan membatasi jumlah dan mengatur pola makan. Memang hubungan antara olah raga dengan kesehatan dan kebugaran, telah banyak dijelaskan secara scientific/ilmiah.. Bahkan berbagai jenis olah raga telah diciptakan untuk keperluan kesehatan tertentu, misal senam jantung sehat, senam ibu hamil, senam kebugaran, dan lainnya. Namun demikian, masih juga ada orang yang enggan berolah raga dengan berbagai alasan, seperti, tidak punya waktu karena terlalu sibuk atau alasan lain. Antara pengetahuan dan keyakinan memang ada hubungan. Keyakinan seseorang merupakan puncak dari pengetahuan. Namun yang dimaksud bukan hanya pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki semata, tetapi lebih bagaimana sesorang menggunakan pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk memandang sesuatu. Bagaimana cara seseorang menggunakan pemikirannya itulah yang akan menghasilkan suatu keyakinan. Sebagai contoh kasus Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang melibatkan banyak orang, dan dari tingkat pendidikan yang beragam mulai dari yang rendah sampai yang bergelar doktor, tentu masing-masing memiliki rasionalitas sebagai pembenar atas apa yang dilakukan. Bahkan rasionalitas tersebut sampai menghasilkan suatu keyakinan yang pada gilirannya dipakai untuk membenarkan tindakannya. Sprotivitas, Kejujuran, dan Tanggung Jawab Sisi lain dari olah raga adalah sportivitas. Dalam olah raga ada suatu nilai yang harus dijunjung tinggi oleh para atlet, yaitu sportivitas. Dalam sportivitas ada nilai ketaatan terhadap peraturan, kerja keras, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, dan sebagainya. Dalam setiap cabang olah raga atau dalam bentuk permainan sekalipun selalu ada peraturan. Peraturan itu harus disepakati dan ditaati secara bersama oleh para atlet. Jika ada pelanggaran maka

Majalah Unesa

akan dikenakan sanksi. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan olah raga, apalagi kalau itu olah raga prestasi selalu ada wasit yang bertindak sebagai hakim dalam pertandingan tersebut, yang akan memberi sanksi jika ada yang melanggar. Adanya peraturan dalam olah raga menjadi media untuk melatih karakter ketaatan terhadap aturan (hukum). Jika sejak dini anak-anak sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk taat dan patuh terhadap peraturan, maka akan terbentuk perilaku yang taat dan patuh terhadap peraturan. Sehingga kelak setelah mereka dewasa dan menjadi pemimpin atau warganegara biasa sikap taat dan patuh terhadap peraturan itu akan terus dibawa. Olah raga juga mengajarkan kerja keras, terutama olah raga prestasi. Untuk bisa meraih juara, atlet harus kerja keras, dan disiplin berlatih. Prestasi tidak akan bisa dicapai tanpa kerja keras dan disiplin yang tingi. Dalam setiap ada perlobaan selalu dilakukan persiapan berupa latihan. Para atlet dimasukan dalam suatu pusat latihan, untuk melalukan latihan secara keras dengan penuh disiplin. Olah raga juga mengajarkan kejujuran dan tanggung jawab. Seorang atlet tidak boleh melakukan pelanggaran terhadap aturan. Ada pameo bahwa pelatih sepak bola di Eropa mengajarkan kepada para pemainnya agar tidak melakukan pelanggaran, meskipun wasit tidak tahu. Apa yang disampaikan itu merupakan ajaran moral (karakter) kejujuran dan tanggungj awab. Memang nilai ini baru dirasakan oleh para atlet, mungkin masyarakat biasa (yang bukan atlet) tidak bisa merasakan nilai ini, karena mereka berolah raga hanya untuk kesehatan dan kebugaran, bukan untuk meraih suatu prestasi. Meskipun demikian, jika kita ingin sehat dan bugar juga harus disiplin (dalam arti secara rutin) berolah raga. Dengan berolah raga secara teratur, badan kita akan sehat, bugar dan stamina bagus. Oleh karena itu, kiranya thema hari olah raga nasional yang diambil: “Ayo olah raga untuk Indoonesia yang sehat dan produktif�, kiranya sangat tepat, karena dengan berolahraga, badan akan sehat dan bugar, serta stamina bagus. Dengan demikian produktivtas kerja akan meningkat. Selamat berolah raga. n

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

21


INSPIRASI

ALUMNI

SUYATNO

DOSEN DAN PEGIAT PRAMUKA NASIONAL KEPUTUSAN MENGIKUTI AJAKAN PAMAN KE PULAU JAWA MEMBAWA BERKAH TERSENDIRI BAGI SUYATNO. PRESTASINYA SEMAKIN TERPUPUK SUBUR HINGGA BERHASIL MENJADI DOSEN DAN PEGIAT PRAMUKA DENGAN BERBAGAI JABATAN DAN PENGHARGAAN. BARUBARU INI, ALUMNI S-1 IKIP SURABAYA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANGKATAN 1984 MENDAPATKAN GELAR GURU BESAR BIDANG SASTRA ANAK. SEPERTI APA KIPRAHNYA!

D

osen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kelahiran Labuhan Bilik, Medan, Sumatera Utara 8 Januari 1964 ini akrab dipanggil Pak Yatno atau Kak Yatno karena keaktifannya di kepramukaan. Suyatno kecil hidup dalam keluarga sederhana. Ayahnya bernama Markun Martodirdjo, seorang pensiunan Perkebunan Tembakau PTPN IX. Sementara ibunya bernama Siti Damian, seorang wiraswasta. Sejak kecil, Suyatno mempunyai kepandaian menggambar. Ia kerap menggambar tokoh gajah, jerapah, dan harimau. Gambargambar tersebut dibuat dari kardus selanjutnya digunting kecil, lalu dipasangkan benang, lampu, dan layar. Gambar-gambar yang dibuat layaknya pertunjukan wayang. Dengan alat tersebut, Suyatno

22

memerankan diri sebagai dalang dan memberikan hiburan kepada anak-anak atau teman-teman di sekitarnya. Untuk bisa menikmati pertunjukan ala Suyatno itu, anakanak harus membayar sebesar Rp 5–Rp 10. Prestasi Suyatno sudah terlihat sejak kecil. Selain cakap dalam prestasi, jiwa kepemimpinan Suyatno juga sangat menonjol sejak belia. Sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD, Suyatno selalu terpilih menjadi ketua kelas. Puncak prestasi selama SD didapat dengan keberhasilannya terpilih sebagai siswa teladan tingkat kabupaten. Atas prestasi tersebut, ia berhasil mendapatkan hadiah sebesar Rp 450.000 kala itu. Dengan uang tersebut, ia mampu membeli seekor sapi, yang kemudian menjadi pekerjaan baru baginya, yakni menggembala sapi sepulang sekolah. Ia menggembala

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

sapi dengan tetangga-tetangganya. Di daerah tempat tinggalnya, penggembala sapi tidak dipegang dan diikuti, tetapi sapi tersebut dibiarkan lepas hingga sore dan dibawa pulang. Selain menggembala sapi, ia bersama teman-temannya suka mencari ikan, mencari kayu dan berenang di sungai pinggiran kota. Hijrah ke Jawa Tahun 1977, ia lulus sekolah dasar dengan nilai yang baik. Namun, ia terpaksa harus berhenti setahun di jenjang SMP karena mengikuti bapaknya yang telah pensiun dari PTPN IX perkebunan tembakau dan pindah ke Lampung bekerja di kebun kopi. Sewaktu sekolah di Lampung, prestasi terus ditunjukkan Suyatno. Selain semakin aktif di kepramukaan, ia tetap dipercaya sebagai ketua kelas,


INSPIRASI ALUMNI

BAK SELEBRITIS: Suyatno di antara para guru usai kegiatan seminar literasi foto bersama. Di samping sebagai pakar menulis, metode-metode pembelajarannya digemari guru yang mengikuti kegiatannya.

sebagai ketua OSIS, dan beberapa kegiatan siswa lainnya. Ia pun mulai gemar menulis dan berkarya. Perjalanan hidup Suyatno berubah ketika pamannya berkunjung ke Lampung. Sang paman mengajak hijrah ke Jawa, tepatnya di Ponorogo. Kepindahan itu tentu berakibat ia harus pindah sekolah juga. Ada sedikit kendala ketika pindah sekolah di Ponorogo. Suyatno tidak serta-merta dapat bersekolah karena ditolak kepala SMP PGRI Bungkal karena sudah akan ujian. Sampai akhirnya, kakak Suyatno mengatakan pada kepala sekolah agar menguji Suyatno. Jika memang tidak mampu, sang kakak mempersilakan tidak dinaikkan kelas. Kepala sekolah setuju. Suyatno pun harus mengikuti ujian sekolah saat baru masuk di sekolah tersebut. Ujian dilalui Suyatno, dan hasilnya

memuaskan. Semua nilainya bagus. Hanya ada satu yang tidak bagus, yakni nilai pelajaran bahasa Jawa yakni mendapat angka 5. Itu bisa dimaklumi karena memang ia tidak menerima pelajaran tersebut saat di Medan dan Lampung. Pestasi Suyatno semakin berkembang saat berada di Ponorogo. Ia mendapat ranking dua di sekolah. Dengan peringkat dua tersebut, ia diterima menjadi siswa di sekolah pendidikan guru (SPG) melalui tes. Kesempatan bersekolah di SPG Negeri Ponorogo menjadi keberuntungan baginya yang memang bercita-cita sebagai guru. Selepas SPG di Ponorogo tahun 1984, Suyatno berhijrah ke Surabaya karena lulus Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) di IKIP Surabaya dengan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pilihan jurusan tersebut sejalan dengan

Majalah Unesa

hobi menulis serta cita-cita menjadi seorang guru yang diimpikan. Aktif di Organisasi Mahasiswa Masa-masa awal sebagai mahasiswa baru tahun 1985, Suyatno langsung bergabung di organisasi kemahasiswaan. Mulai dari himpunan mahasiswa jurusan sebagai anggota bidang humas hingga selanjutnya pada tahun 1986 menjadi ketua senat fakultas. Tahun 1987, ia memperoleh prestasi terbaik sebagai mahasiswa teladan nasional. Selama menjadi mahasiswa, ia selalu terpilih sebagai ketua kelas. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, ia aktif di kegiatan gerakan pramuka IKIP Surabaya. Bahkan, ia merupakan salah satu pendiri UKM Pramuka Unesa. Ia dipercaya sebagai ketua Dewan Racana selama dua periode pada

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

23


INSPIRASI

ALUMNI

tahun 1984 dan 1985 dan sebagai pemangku adat dua periode pada tahun 1986 dan 1987. Berkat prestasinya sebagai mahasiswa teladan nasional, tahun 1989 saat lulus dari jenjang pendidikan S-1, Suyatno diminta menjadi dosen bahasa Indonesia tanpa tes. Ia mulai mengajar hingga tahun 1990. Pada tahun 1990, ia melanjutkan studi S-2 di Universitas Negeri Malang (UM). Ia menulis tesis tentang Prosa Moral Hitam yang kini telah menjadi buku dan sudah diterbitkan. Saat menjadi Ketua Jurusan BSI, Suyatno terpilih menjadi salah satu ketua jurusan berprestasi se-Universitas Negeri Surabaya. Selain sibuk sebagai dosen dan mengampu beberapa mata kuliah seperti perencanaan pembelajaran, kehumasan, serta apresiasi prosa fiksi dan sastra anak, Suyatno juga sering menjadi pemateri, tim ahli, tim teknis, fasilitator dan pemandu beberapa pelatihan di bidang pendidikan dan kepemudaan baik tingkat kabupaten, provinsi, sampai tingkat nasional dan internasional.

Ponorogo hingga menjabat sebagai Dewan Kerja Daerah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Jawa Timur selama dua periode. Keaktifan Suyatno di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur diawali sejak tahun 1996 sebagai Andalan Humas. Selanjutnya, ia pernah pula menjabat sebagai Andalan Bidang Khusus, Andalan Binamuda, serta Andalan Binawasa. Suyatno menambahkan, kepramukaan telah memberikan banyak bekal ilmu yang dapat bermanfaat sampai saat ini. Pramuka mengajarkan kreativitas, kemandirian, kedisiplinan, inovasi dan kepribadian lainnya. Penghargaan di bidang kepramukaanpun banyak diterimanya. Di antaranya, Lencana Pancawarsa tingkat V, Lencana Darma Bakti, dan Lencana Melati. n

Jiwa Kepramukaan Selain menjadi dosen, Suyatno juga masih aktif sebagai Humas Kwarda Jatim. Mengenai kecintaannya terhadap pramuka, ia menyatakan bahwa kepramukaan sudah mendarah daging dan menjadi bagian hidup yang mengantarkannya pada kesuksesan di masyarakat saat ini. Beragam jabatan di kepramukaan pernah dijabat mulai menjadi Dewan Kerja Cabang Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega

24

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

BIODATA Nama : Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. TTL : Labuhan Bilik, Medan, 8 Januari 1964 Pendidikan : - S-1 IKIP Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (ang1984) - S-2 IKIP Malang (1990) - S-3 Unesa (lulus cumlaude, 2008) - Guru Besar Bidang Sastra Anak (Tahun 2016)


KABAR SM3T

Catatan SM-3T dari Dompu (Bagian 1)

Potret Buram Guru Profesional Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd terus setia menjelajahi daerah 3T untuk melihat langsung kondisi pendidikan di daerah paling membutuhkan perhatian pemerintah di sektor pendidikan. Berikut catatan perjalanannya yang dibagikan melalui majalah Unesa.

R

uang utama DCC (Daejeon Convention Center) lantai 2 itu penuh. Para profesional home economics dari berbagai negara bertemu. Saya perkirakan ada sekitar 800 orang. Setiap orang duduk menghadap podium dan backdrop yang menjadi pusat perhatian di depan sana. Di sepanjang meja di depan peserta disediakan satu alat translator, karena beberapa kata sambutan dan presentasi keynote speaker akan dilakukan dalam bahasa Korea. GARUDA tipe Bombardier membawa saya terbang dari Surabaya menuju Lombok Praya. Cuaca cerah dan panas saat saya memasuki pesawat

beberapa menit yang lalu, namun udara sejuk di dalam pesawat begitu saja mengantarkan saya dalam tidur yang lelap. Saya terbangun setelah pramugari membagikan kotak kue dan terlelap lagi tanpa menyentuhnya, sampai pesawat menjelang mendarat. Hm, nikmatnya tidur. Anda harus bersyukur jika Anda termasuk orang yang di mana pun bisa tidur. Itu akan sangat membantu Anda untuk menghemat energi guna keperluan lain yang mungkin sudah menunggu. Lombok mendung tapi tidak hujan. Bandara sepi dan cenderung lengang. Saya memasuki lounge, menikmati makan siang. Saya hanya transit saja di sini. Pukul 14.35 nanti saya akan

Majalah Unesa

melanjutkan penerbangan menuju Bima. Rupanya Garuda sangat tepat waktu hari ini. Kurang 5 menit dari waktu boarding, penumpang sudah dipanggil untuk masuk pesawat. Kurang dari 10 menit, pesawat bahkan sudah mendarat di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin, Bima. Dr. Nuril, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Dompu, telah menunggu saya begitu saya keluar dari pintu terminal. Tidak hanya itu. Arif, Anas, dan Suherman, wajah-wajah yang sudah sangat saya kenal itu, juga telah ada. Mereka adalah alumni peserta PPG-SM-3T angkatan pertama. Seperti ingin menumpahkan rindu, saya jabat

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

25


KABAR

SM3T

tangan mereka erat-erat, begitu juga mereka. Saya masuk ke mobil Pak Nuril yang menjemput saya bersama anaknya. Saat mobil bergerak keluar dari bandara, ketiga anak muda tadi mengikuti kami dengan sepeda motor mereka. Sebelum sampai hotel Marina, tempat saya menginap selama di Bima, kami sempat berhenti di pinggir jalan. Makan jagung rebus yang warnanya putih dan punel serta manis asin. Juga minum kelapa muda yang hijau ranum seperti baru saja dipetik. Hotel Marina lumayan bagus, sejuk dan bersih. Namun saat ini saya tidak terlalu tertarik untuk menikmati kenyamanannya sebelum menyelesaian urusan dengan Pak Nuril. Besok siang adalah kedatangan peserta Program SM-3T angkatan ke-6. Ada 58 orang dengan dua pendamping. Saya perlu memastikan transportasi, konsumsi, kepala sekolah, dan susunan acara penerimaan besok siang, sudah siap semua. Peserta SM-3T itu dari UNY, bukan Unesa. Keberadaan saya di sini adalah dalam rangka melaksanakan tugas dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan Nasional, sebagai tim pendamping yang mewakili GTK. Oleh sebab itu, saya sengaja datang mendahului rombongan untuk memastikan semuanya, mengingat Dompu baru pertama kali ini ditempati sebagai wilayah penugasan Program SM3T. Selesai berdiskusi dengan Pak Nuril, saya bersama empat anak muda, karena Asbur--alumni PPG SM-3T yang lain juga bergabung, menghabiskan senja dan malam hari sambil makan jagung rebus dan jagung bakar di Jalan Panda. Juga menikmati bakso Manalagi di pusat Kota Bima. Suasana bahagia karena bertemu mereka, berbaur dengan kepedihan mendengarkan kisah hidup mereka selepas dari Program PPG. Dua dari mereka saat ini telah menjadi guru. Bukan PNS atau GTT (guru tidak tetap), tetapi masih sebagai guru honorer. Ada yang mengajar di tiga sekolah, ada yang di dua sekolah. Salah satu dari mereka awalnya juga mengajar, namun tidak mampu bertahan dengan desakan kebutuhan

26

DITERIMA: Penulis (berjilbab) bersama para pendidik di Dompu yang menerima baik kehadiran tim.

ekonomi keluarga. Akhirnya yang mereka lakukan adalah bekerja apa saja, bercocok-tanam, beternak, berjualan kecil-kecilan, bahkan ngojek. Bagaimana tidak. Honorarium sebagai guru sungguh mencengangkan. Diterimakan setiap 3 bulan sekali dengan besaran sekitar 100 sampai 150 ribu. Ya, tiga bulan. Tak terbayang entah bertahan untuk berapa lama uang sebanyak itu. Betapa rendah penghargaan pada profesi guru. Tidak hanya itu. Kalau Anda ingin menjadi guru honorer di sebuah sekolah, biarpun Anda sudah memiliki sertifikat profesi, Anda harus merelakan sejumlah uang agar bisa diterima. Jumlahnya sekitar tiga sampai empat juta. Dengan uang masuk sebesar itu, Anda belum tentu memperoleh jam mengajar. Uang itu sekadar jaminan bahwa nama Anda tercatat sebagai guru di sekolah tersebut. Artinya, Anda belum tentu dapat honor mengajar. Bagaimana bisa dapat honor kalau jam mengajar saja tidak ada? Saya seperti tidak percaya dengan cerita itu, meski sebenarnya ini bukan cerita pertama yang saya dengar. Tapi anak-anak muda ini tidak mungkin berbohong. Mengarang cerita hanya untuk membuat alasan kenapa mereka tidak mengajar. Padahal negara telah menginvestasikan mereka selama dua tahun. Satu tahun di tempat pengabdian dan satu tahun di pendidikan profesi. Sertifikat guru profesional yang mereka perjuangkan ternyata tidak cukup sakti untuk memperoleh sekadar tempat

| Nomor: 97 Tahun XVII -September 2016 |

Majalah Unesa

mengajar. Malam semakin larut, dan saya diantar kembali ke hotel oleh Arif dan kawan-kawan. Untuk mereka berempat, saya memberi sekadar oleh-oleh makanan dan buku, sebagai tanda ingat. Tentu saja mereka sangat berterima kasih meski mungkin apa yang saya bawakan itu tidak terlalu berharga. Sebelum mereka pergi meninggalkan hotel, saya titipkan salam saya untuk keluarga mereka. Pukul 22.00 di Bima. Malam yang berangsur sepi mengantarkan saya pada tidur yang gelisah. Bayangan kisah anak-anak saya tadi, yang harus berjuang untuk menghidupi keluarganya dengan kerja keras semacam itu, sungguh di luar dugaan saya. Terbayang juga selembar kertas bernama sertifikat guru profesional yang mereka peroleh satu dua tahun yang lalu. Perjuangan mereka di daerah 3T, serta ketekunan mereka menempuh PPG. Untuk apa semua itu? Tak adakah ruang bagi mereka agar bisa mengabdikan diri di dunia pendidikan dengan segala kesungguhan dan kompetensinya? Tentu saja dengan penghargaan yang selayaknya? Perlu perjuangan panjang untuk mengakhiri potret buram dunia pendidikan ini rupanya. Di mana pun, tidak hanya di Bima dan Dompu, bahkan juga di kota-kota besar di negeri ini, praktik semacam itu masih banyak mewarnai. n Ditulis oleh Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela M.Pd, Gurus Besar Jurusan PKK, FT Unesa.


KABAR MANCA

Kembali ke Bremen, Jerman (bagian 1)

Malas Bertanya Sesat di Jalan Prof. Muchlas Samani belum lama ini kembali mengunjungi Jerman untuk kegiatan ilmiah di ITB Bremen University. Banyak catatan inspiratif yang dibagikan, mulai perjalananan yang penuh kesan hingga pengalaman menikmati dunia akademik di Bremen. Berikut beberapa tulisan Prof. Muchlas Samani yang kami turunkan dalam rubrik Kabar Manca dalam beberapa seri.

S

aya sudah beberapa kali singgah di bandara Attatruk di Istambul Turki, ketika ke Eropa dengan menumpang pesawat Turkish Air. Saya sampai hafal kebiasaan orang Turki yang bertepuk tangan saat pesawat mendarat dengan mulus, bahkan pada 2014 pernah ke Turki beberapa hari. Kali ini saya bersama istri ke Jerman juga menggunakan Turkish Air dan

tentu saja transit di bandara Atatruk Istambul. Pesawat mendarat pada sekitar pukul 02.45 dini hari waktu setempat atau pukul 06.45 WIB, setelah terbang lebih dari 11 jam dari Jakarta. Setelah pemeriksaan keamanan melalui X-ray, kami masuk ke area internasional. Karena sudah beberapa kali, saya dan istri sudah merencanakan setelah semua beres dan gate untuk Istambul

Majalah Unesa

Bremen ketemu, akan mencari musala untuk salat subuh. Ternyata penerbangan TK 1331 pukul 08.20 belum ada kepastian gate-nya. Pada layar tampak tulisan TK 1331 gate is waiting. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk salat subuh dulu. Kami sudah tahu lokasi musala yang di bandara Attatruk ditulis sebagai masjid, bukan musala, bukan praying room dan juga bukan mosque. Kami

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

27


KABAR

MANCA

DISKUSI: Penulis (dua dari kiri) saat berdiskusi tentang pendidikan vokasi bersama Pekka Kamarainen (kiri), Selin Arusoglu (tengah) dan Larisa Freund (kanan).

juga sudah tahu kalau tempat wudhu tidak nempel di musala, tetapi di depan agak ke samping. Oleh karena itu, kami mengganti sepatu dengan sandal agar lebih enak ketika kaki basah sesudah berwudhu. Kami memutuskan salat bergantian karena harus menjaga tas bawaan, dan saya yang lebih dahulu salat. Ternyata Belum Subuh Setelah berwudhu dan masuk musala, saya melihat cukup banyak orang di dalamnya. Ada yang sedang salat, ada yang sedang wiridan, ada yang sedang duduk-duduk dan berbicara dengan temannya dan juga yang duduk istirahat sambil mengantuk. Saya langsung salat sunah fajar disambung salat subuh. Membaca wirid pendek dan segera keluar musala dengan maksud agar istri segera dapat salat. Nah, ketika sedang menunggu istri salat sambil mengutak-utik HP mencari wifi gratisan, lamat-lamat terdengan suara azan. Saya bertanya, apakah itu suara azan dan ketika melihat arloji sudah menunjukkan pukul 05.32 waktu setempat. Tentu itu bukan azan, mungkin telinga saya yang salah dengar. Atau mungkin suara orang

28

mengaji. Atau bahkan ada HP orang lain yang memperdengarkan suara azan untuk daerah lain. Ketika istri selesai salat dan duduk di sebelah saya ternyata juga bercerita, ketika selesai salat terdengar suara azan. Saya mencoba mengecek dan ternyata benar, tad itu suara azan subuh. Jadi saya dan istri tadi salat subuh sebelum waktunya. Makanya tadi banyak orang yang dudukduduk di musala, yang ternyata menunggu waktu salat subuh. Dalam hati saya menggerutu pada diri sendiri, mengapa tadi tidak bertanya. Akibatnya ya, salat subuh sebelum waktunya dan supaya afdol diulang lagi. Sambil menertawakan diri sendiri saya teringat nasihat kuno yang mengatakan malas bertanya sesat di jalan. Selesai salat, kami mencari sarapan dan agar tidak mengulang kesalahan maka kami masuk area food court dan membaca dengan teliti apa saja menu makanan yang ditawarkan. Kami juga memastikan apakah dapat membayar dengan kartu kredit karena tidak memiliki uang lira. Akhirnya memilih makan burger dengan kentang goreng ala McD saja. Karena ingin minum dingin, kami

| Nomor: 96 Tahun XVII -Agustus 2016 |

Majalah Unesa

minta jatah coke diganti dengan teh seperti yang ada di gambar tayangan. Saya yakin gambar teh di tayangan itu hot tea, sehingga saya tidak bertanya. Begitu nampan bersisi burger, kentang goreng dan segelas teh disodorkan, saya terima dan bawa ke meja. Apa yang tejadi? Ternyata tehnya dingin. Memang tidak ada esnya, tetapi tidak panas. Sekali lagi, malas bertanya sesat di jalan. Masih Bingung Sebenarnya saya sudah beberapa kali di ITB Bremen University, bahkan tahun lalu juga datang bersama dengan rombongan dari Unesa. Hanya, selama ini saya datang untuk kunjungan singkat dan datang menggunakan taksi. Nah kali ini, saya datang ke ITB Bremen University untuk melakukan penelitian kolaboratif selama 3 minggu. Tentu akan sangat boros jika setiap hari menggunakan taksi. Oleh karena itu saya memutuskan akan menggunakan tram yang terkenal tepat waktu dan murah. Partner penelitian saya, Dr. Pekka Kamarainen, orang Finlandia yang bekerja di ITB dan sudah beberapa kali ke Indonesia, sepertinya khawatir saya bingung. Oleh karena itu, dia email


KABAR MANCA menanyakan apakah saya memerlukan penjemputan dari bandara dan ketika hari pertama ke ITB. Dengan “percaya diri” saya menjawab email, kalau saya akan naik taksi saja. Saya juga menjelaskan kalau sudah dapat apartemen di Olgastrasse 19 dan akan ke ITB naik tram. Sepertinya dia masih khawatir, oleh karena itu memberi petunjuk detail sekali, tram no berapa yang harus saya gunakan, naiknya dimana, ganti dimana dan seterusnya. Ketika saya menjelaskan bahwa host saya menyarankan naik bus no. 25 atau 730 atau 740 ke HBF (central statiun) dan kemudian menggunakan tram no. 6 ke ITB, Pekka tampak kawatir. Dia tetap menyarankan naik tram 10 dari St Jurgan Strasse dan bahkan, mengirimkan peta. Masih juga kawatir, dia kirim email lagi akan mampir ke apartemen untuk mengantarkan peta yang lebih jelas. Sungkan merepotkan, saya menjawab sore ini akan melihat tempat tram no. 10 stop di St Jurgan Strasse, sehingga besok pagi sudah hafal. Selasa, pukul 09.00 saya berangkat dari apartmen ditemani istri yang kebetulan ikut ke Jerman. Naik tram no 10, di HBF ganti tram no. 6 dan turun di Universitat Nord seperti petunjuk Pekka. Semua lancar, dan

mudah karena dalam kereta ada layar kecil yang menunjukkan nama pemberhentian yang akan tiba dan juga ada suaranya. Bahkan di HBF ada penjelasan kalau di sini Anda dapat bertukar tram sesuai dengan tujuan. Turun dari tram, saya mencai gedung BIBA dan drop tower yang oleh Pekka dijadikan pedoman. Betul ketemu. Sesuai tafsir saya terhadap petunjuk Pekka, segera saya menyeberang jalan dan masuk gedung di situ. Namun ketika masuk, saya merasa ini bukan gedung ITB. Apalagi tidak ada petunjuk atau tulisan ITB di gedung itu. Ternyata saya masih bingung juga, padahal sudah beberapa kali ke ITB. Tidak mau berlama-lama bingung, segera saya bertanya kepada anak muda bule yang tampak sangat ramah dan dengan bahasa Inggris yang bagus. Ketika saya mengatakan ingin ke ITB sepertinya dia tidak tahu. Dengan sigap, dia mengajak saya ke ruang kerjanya dan membuka web untuk mencari ITB dan ketemu. Ternyata saya salah menyeberang. Mestinya menyeberang ke arah gedung BIBA dan drop tower, bukan sebaliknya. Untung ada anak muda bule yang ngganteng, ramah dan mau membantu mencarikan di web.

Semoga Yang Maha Pemberi Pahala, memberikan balasan setimpal kepada anak itu. Sambil berjalan menuju gedung ITB seperti yang diarahkan anak tadi, saya berpikir pastilah anak muda tadi peneliti atau paling tidak mahasiswa S3 yang sedang menyusun disertasi. Ruang kerjanya bagus, dengan meja kerja besar gaya bule yang di atasnya banyak kertas berserakan seperti sedang mengerjakan sesuatu. Juga tampak beberapa buku referensi dan jurnal yang beberapa di antaranya sedang terbuka. Begitu masuk gedung ITB dan naik ke lantai 2, ada seorang ibu setengah baya, berbadan kurus dan bersuara besar menyambut kami. Setelah memberikan salam, saya mengenalkan diri. Dia langsung menjawab “Well, Pekka has told me about you. Let me show you Pekka’s office”. Diantarlah saya ke ruang kerja Pekka, dan Pekka ternyata sudah menunggu dan menyambut dengan kalimat “Selamat pagi”. Memang dia bisa bahasa Indonesia, walupun tidak lancar. Saya disarankan menggunakan ruang kerja Prof. Michael Gessler, karena dia sedang di Namibia. Hari pertama di ITB, diisi dengan diskusi bersama Pekka Kamrainen, Larisa Freund-cewek cantik-yang tahun lalu saya puji karena sendirian mengurusi seminar internasional dan beres, dan Susane Kopatz, wanita muda sedang hamil 5 bulan, sekretaris IJRVET yang sebagai reviewer saya sudah sering beremail ria tetapi baru sekali ini bertemu muka. Topik diskusi masih bersifat umum dan belum menukik ke substansi penelitian. Diskusi berjalan hangat diselingi kelakar, karena memang kami sudah pernah bertemu. n BERSAMBUNG Ditulis oleh Prof. Dr. Muchlas Samani, Gurus Besar Fakultas Teknik Unesa.

BERKESAN: Gedung ITB Bremen University yang sangat representatif untuk atmosfir pembelajaran di universitas.

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

29


ARTIKEL

WAWASAN

BERBASIS AKTIVITAS Oleh EKO PRASEETYO, M.Kom.*)

Banyak buku teks sastra untuk siswa yang beredar di tanah air, namun tidak banyak yang memberikan alternatif pembelajaran sastra sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menarik minat baca siswa.

S

aat ini, di era global, anak-anak kita adalah anak-anak gawai (baca-gadget) yang lahir dan tumbuh dalam kemeriahan laptop, ponsel, internet, twiter, facebook, WA, email, instagram, dan media sosial yang lainnya. Tangan mereka seolah tidak mau lepas dengan alat-alat gawai tersebut, di mana pun dan kapan pun. Bahkan, ketika sang anak bersama orang tuanya di meja makan, anak-anak tidak memedulikan komunikasi antarsemuka dan yang dipedulikan adalah kiriman informasi dari dunia maya yang menurutnya lebih mengasyikkan. Dalam kondisi seperti itu, wajarlah jika orang tua mengatakan bahwa anak-anak adalah sosok yang antisosial, individualistis, egoistis, dan bertulang lemah karena kurang bergerak. Itulah tanda anak generasi Z.

Di tengah gaung gerakan literasi sekolah yang didengungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), salah satu hal yang mendapatkan prioritas ialah upaya meningkatkan minat baca anak. Persoalannya, habituasi budaya membaca tersebut menghadapi tembok tinggi karena berbagai hal. Salah satunya adalah ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dengan usia anak. Di sinilah pengajaran sastra anak menempati posisi penting. Sastra anak semakin meminta perhatian para pengajar sastra dan peneliti. Hal ini

30

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

berkaitan dengan semakin dikenalnya sastra anak sebagai bagian dari ilmu sastra. Dengan demikian, para pengajar sastra, khususnya sastra anak, dituntut untuk menguasai kompetensi di bidang pengajaran sastra. Banyak buku teks sastra untuk siswa yang beredar di tanah air, namun tidak banyak yang memberikan alternatif pembelajaran sastra sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menarik minat baca siswa. Di antara yang sedikit itu, buku Pengajaran Sastra, Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas karya Taufik Ampera (Widya Padjajaran, 2010) bisa menjadi panduan bagi para pengajar sastra. Sesuai topiknya, pengajaran sastra anak berbasis aktivitas menekankan pada aktivitas siswa dengan bimbingan pengajar. Kegiatan mandiri yang diciptakan dalam model pembelajran ini merupakan kegiatan yang sangat bermakna karena menuntut siswa untuk kreatif. Mereka diberi keleluasaan untuk melakukan tanggapan dan tindakan terhadap lingkungannya. Kaitannya dengan sastra anak, pengalaman dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman pengganti. Pengalaman langsung bisa diperoleh dengan cara partisipasi pada suatu kegiatan atau berbuat langsung, misalnya membuat karangan. Sementara pengalaman pengganti


ARTIKEL WAWASAN diperoleh melalui observasi langsung (menyimak deklamasi, puisi dan menonton drama), menonton animasi atau melihat fotografi, membaca atau mendengarkan karyakarya sastra, serta melihat simbol-simbol yang terdapat dalam karya sastra anak. Jamak kita lihat bahwa selama ini pengajaran sastra di sekolah umumnya dilakukan hanya berdasar buku teks yang ada. Selain pola pengajaran yang konvensional tersebut, tidak sedikit pengajar sastra yang kurang mempunyai kompetensi di bidangnya sehingga anak menjadi bosan, bahkan akhirnya tidak menyukai pelajaran sastra. Maka, tidak mengherankan apabila tujuan gerakan literasi sekolah dalam membangun minat membaca justru menemui hambatan. Dalam hal ini, pengajaran sastra berbasis aktivitas dapat menjadi solusi yang tepat. Sebab, konsep pengajaran ini menekankan pada aktivitas siswa dengan bimbingan pengajar. Siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan belajar secara mandiri. Metode pengajaran ini berbeda dengan konsep pendidikan tradisional yang menempatkan siswa hanya sebagai pendengar dalam proses belajar mengajar. Kelemahan lain dalam konsep pendidikan tradisional ialah pengajar dianggap sebagai orang yang serbatahu dan sangat menentukan segala hal yang dianggap penting oleh siswa. Pengajaran sastra anak berbasis aktivitas menempatkan pengajar sebagai seorang pembimbing yang harus bersama-sama dengan siswa mencari informasi, menentukan konsep, dan menginterpretasikan karya sastra. Kedudukan pengajar di sini menempati posisi sebagai fasilitator, dinamisator, dan mediator proses. Sebagai fasilitator, seorang pengajar mengarahkan siswa agar mereka mampu menemukan sendiri makna dan fungsi karya sastra yang digeluti. Sebagai dinamisator, pengajar sastra menciptakan situasi pengajaran yang dialogis dengan berorientasi pada proses, bukan pada hasil. Sementara sebagai mediator, pengajar sekadar memberikan arahan agar siswa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab dalam berolah sastra. Dengan kata lain, pengajaran sastra anak berbasis aktivitas ini menuntut siswa untuk kreatif. Mereka diberi keleluasaan untuk melakukan tanggapan dan tindakan terhadap

Secara teknis, pengajaran tersebut menuntut kompetensi khusus seorang pengajar sastra anak. Misalnya, teknik demonstrasi dalam apresiasi sastra anak. lingkungannya. Dalam prosesnya, mereka melalui tahapan persiapan, pengelolaan kegiatan kesusastraan, penyampaian gagasan dalam bentuk karya sastra, dan penilaian sebagai evaluasi. Pembelajaran dengan metode ini memberikan manfaat tersendiri bagi siswa. Pertama, siswa mendapat pengalaman langsung seperti merumuskan ide, melakukan kerja sama, dan mempersembahkan karya. Kedua, siswa dapat mengembangkan diri dan menunjukkan kemampuannya. Ketiga, siswa berkesempatan untuk lebih banyak berbuat, berpikir kritis, dan mengembangkan keliaran imajinasinya. Secara teknis, pengajaran tersebut menuntut kompetensi khusus seorang pengajar sastra anak. Misalnya, teknik demonstrasi dalam apresiasi sastra anak. Metode ini melibatkan keterampilan bercerita atau mendongeng dan keterampilan membaca puisi atau deklamasi. Dalam mendongeng langsung tanpa alat peraga, misalnya, seorang guru dituntut memahami dongeng yang akan diceritakan serta mampu menciptakan suasana yang gembira. Ketika mendongeng dengan alat peraga, diperlukan sedikit keterampilan karena tokoh yang akan dibawakan harus sesuai karakter dalam cerita. Keterampilan khusus lain juga diperlukan saat mengajarkan deklamasi, dramatisisasi, puisi, dan musikalisasi puisi. Pengajar juga perlu membekali siswa dengan teknik menciptakan kembali karya sastra. Tujuannya, siswa dilibatkan secara aktif dalam melakukan kerja sama, menyumbang saran, dan menyelesaikan masalah dalam membuat karya sastra. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat mengembangkan kreativitasnya, berpikir kritis, dan mengembangkan daya imajinasinya. Yang juga tak kalah penting, tujuan utama pembelajaran ini untuk menumbuhkan budaya membaca pada anak dapat tercapai. n

*) Penulis adalah pengajar Literasi dan Alumnus Sastra Indonsia Unesa

Majalah Unesa

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

31


RESENSI

B

BUKU

KEINGINAN BERKULIAH

Bermimpi sesuatu yang besar memanglah tidak ada yang melarang. Apalagi mimpi itu merupakan citacita atau keinginan yang diidamkan sedari kecil. Hal yang wajar bila kita menginginkan hal itu terwujud. Bukan hanya sebatas angan pun bunga dalam tidur. Meski terkadang harus mengorbankan sesuatu yang amat berharga sekalipun. Itu masih dalam taraf kewajaran. Buku Mendayung Impian Menuju Samudera Bahagia yang ditulis oleh Wahyu Wibowo dan Ales Nurdiyansyah ini menceritakan perjuangan seorang anak yang ingin mewujudkan impiannya. Meskipun mimpi itu amat sederhana. Yaitu ingin kuliah. Buku dengan ketebalan 172 ini, berisi kisah inpiratif yang dapat dipetik hikmahnya. Di dalamnya, pembaca akan diajak untuk meresapi perjuangan tokohtokoh dalam berjuang mewujudkan impian mereka masing-masing. Bab pertama berjudul “Menyusun Kepingan Impian Berkuliah” dengan subbab judul “Menyelami Dasar Samudera Mahasiswa”. Di dalam bab ini, pembaca diajak untuk menyelami kata “mahasiswa”. Kata yang selalu didamba oleh setiap pemuda di jagat semesta. Tidak hanya pemuda, bisikkan kata itu juga didamba, diagungkan, dan selalu mengisi bibirbibir media, pemerintah, pejabat, akademisi, ibu-bapak rumah tangga, petani, tukang becak, pemulung, atau bibir siapa saja dengan tidak pernah henti-hentinya. Mahasiswa seolah menjadi makhluk paling istimewa, dicinta, dan jauh dari kata menderita. Keinginan berstatus mahasiswa memang tidak terbatas oleh usia dan waktu. Siapa pun berhak mencantumkan gelar itu dalam sebutan namanya. Hanya saja meraih gelar kebanggaan itu bukanlah hal sepele. Bukan segampang mengedipkan mata kala kondisi tubuh tidak sedang begitu sehat, bukan pula seremeh membolak-balikkan telapak tangan bila tengah ada goresan luka

32

Judul : Mendayung Impian Menuju Samudera Bahagia Penulis : Wahyu Wibowo dan Ales Nurdiyansyah Penerbit : Pustaka Senja Terbit : April, 2016 Isbn : 978-602-7731-55-4 di sekitar tangan. Tapi, meraih status mahasiswa harus ditempuh dengan menjalankan usaha sekuat baja, doa tidak pernah berhenti, mungkin tangis yang terus membanjiri naluri. Kata “mahasiswa” terkadang mengisi porsi yang besar di telinga dan ingatan anak-anak baik di kota maupun di desa (hal 3). Tetapi tidak semua orang dapat menyandang status mahasiswa pun berkuliah. Ketiadaan biaya sering kali menjadi penghalang hal itu terwujud. Alhasil, mimpi untuk kuliah pun kandas. Hal semacam itu sering kali dirasakan oleh orangorang yang diimpit ekonomi. Biaya kuliah memanglah tidak sedikit, walau ada jalur bidik misi tapi tetap saja hanya segelintir orang yang mampu menyandang satus “maha” itu tadi. Hal inilah yang dialami tokoh kita yang bernama Alan, keinginannya

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

untuk berkuliah pun harus pupus. Sebab, keadaan ekonomi. Tidak sedikit juga dari mereka yang sudah bergelar “maha” hanya bermain-main di dalamnya. Tanpa peduli bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Masih banyak orang yang ingin kuliah tapi terbentur faktor ekonomi. Sedangkan mereka yang sudah duduk dan menyuandang gelar itu hanya menganggapnya sebatas permainan yang cukup menyenangkan mungkin. Dalam bab ini dikisahkan seorang anak yang ingin kuliah namun terbentur biaya. Pun sesorang yang sudah bergelar “maha” itu selalu abai terhadap statusnya. Tidak sedikit dari orang-orang itu yang kerjanya nongkrong di kantin, becanda ria, jua pulang pergi kuliah tanpa membawa bekal apapun dari kampusnya. Sedang di sisi lain, masih ada para pemuda yang ingin kuliah sungguh-sungguh, namun harus kandas karena ketiadaan rupiah. Kita bisa memetik buah hikmah dari kisah di atas. Pertama, bahwa kewajiban menuntut ilmu itu memang sangat penting. Tidak mengenal usia dan waktu. Bahkan didalam sebuah hadits mengatakan “Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga liang lahat”. Artinya kewajiban belajar akan terus berlanjut hingga menutup mata. Kedua, bahwa dalam meraih sebuah impian memang dibutuhkan perjuangan. Alan tokoh dalam kisah ini tetap berjuang agar bisa kuliah meskipun dia harus mengumpulkan lembaran rupiah dari peluh yang menetes setiap jengkalnya. Sungguh, betapa pendidikan itu amat teramat penting. Bahkan, di dalam Al-Qur’an Allah meninggikan derajat orangorang yang demikian. Maka, sudah seharusnya kita bisa memetik buah pelajaran yang tertuang di atas. Bahwa memang, ilmu itu harus dikejar meskipun sampai ke negeri Cina. Tentu, berbekal dengan ilmu yang telah dimiliki, diharapkan mampu membalikkan keadaan. Pun juga kehidupan yang lebih baik karenanya.n (TONI AL-MUNAWWAR)


RESENSI BUKU

PANDUAN MENGHADAPI NEGAHOLIC

D

Dalam dunia kerja, kita acapkali dihadapkan pada situasi atau tantangan yang tidak mudah. Salah satunya adalah menghadapi orang-orang yang sulit diatur, apalagi jika mereka masih satu tim. Hal ini umumnya menjadi keluhan bagi pimpinan seperti supervisor dan manajer. Buku ini mencoba berbagi kiat tepat menghadapi orang-orang yang sulit diatur. Tentu saja orang-orang seperti ini merupakan sebuah tantangan, tapi penulis meyakinkan bahwa mengatur kalangan tersebut bisa dilakukan! Sebagaian orang senang bekerja sama dengan orang lain, tetapi sebagian lain tidak. Di buku ini dijelaskan bahwa sebagai manajer, kita tidak bisa duduk bermalas-malasan dan hanya melihat ketika orang yang sulit diatur merusak lingkungan kerja. Sebab, hal itu bisa merugikan bisnis. Orang-orang yang sulit diatur sering memicu orang lain untuk marah. Meskipun demikian, mereka tetap mendapatkan gaji dari perusahaan. Setiap orang, baik para pelanggan, klien, eksekutif perusahaan, rekan kerja, maupun pemasok, adalah sasaran potensial yang bisa menjadi korban. Lantas, apa sebenarnya yang membuat aura karyawan yang bermasalah itu berpikir bahwa bukan masalah bagi mereka untuk bertingkah dengan cara yang sangat mengganggu seperti itu? Buku ini memberikan penjelasan secara lugas tentang tips, strategi, dan teknik-teknik untuk mengatasinya. Dalam buku ini dijelaskan ada sepuluh tipe orang yang sulit diatur. Mereka adalah tipe penggertak, orang yang suka mengeluh, orang yang suka menunda pekerjaan, tipe sok tahu segalanya, pendiam, tipe kupukupu sosial, orang yang merasa tak seorang ahli, orang yang baru, orang yang terlalu sensitif, orang yang suka menipu (hlm. 9). Di dunia kerja, orang-orang dengan tipe tersebut dapat menghadirkan persoalan tersendiri, terutama dengan rekan sesama pekerja. Hal ini menjadi tugas tersendiri bagi manajer untuk mampu mengatasi situasi yang berpotensi menciptakan problem di lingkungan kerja itu. Nah, perilaku ini

Judul : Rahasia Cepat Menangani Orang-Orang Yang Sulit Diatur Penulis : Marilyn Pincus Penerbit : Saufa Cetakan : Pertama, 2016 Tebal : 148 halaman dikenal dengan istilah negativitas. Negativitas (perilaku negatif ) di tempat kerja sudah menjadi hal yang biasa. Secara praktiknya, sudah menjadi sebuah epidemik (wabah). Dalam buku ini, istilah negaholic digunakan untuk menunjukkan aspek kecanduan dari negativitas. Negativitas semacam ini merupakan gangguan, kontra produktif, dan menular, semua itu ada kaitannya dengan negaholic. Individu-individu seperti ini lebih senang berperilaku buruk daripada mengalami sedikit kesulitan demi perubahan. Seperti halnya penyakit umumnya, negaholic, bisa menyebarkan aspek yang buruk. Dijelaskan dalam buku ini tentang anatomi negaholic. Secara rinci, dipaparkan karakteristik negaholic. Di antaranya adalah suka menyendiri, sering bertindak egois, tidak pernah berpikir bahwa sebuah proyek akan berhasil, dan punya sikap ”saya tidak bisa”. Selain itu, negaholic banyak menghabiskan waktu untuk

Majalah Unesa

mengkritik, punya kehidupan personal yang mengganggu, dan tidak mau menanggung risiko. Mereka juga selalu berpikir negatif, selalu mencari situasi ”kalah-kalah” daripada ”menang-menang”, cenderung tertutup, mood-nya selalu berubahubah, serta suka menyalahkan orang lain (hlm. 14). Yang istimewa, buku ini tidak hanya menguraikan dengan lugas dan detail perilaku negatif di lingkungan kerja serta rahasia negaholic, tetapi juga upaya mengatasinya. Bagian keempat dari buku ini, yaitu Usaha Menghadapi Negaholic, menjelaskan hal itu dalam dua subbab, yaitu ”Tindakan dan Penghentian secara Disipliner” serta ”Memelihara Kemampuan Berkomunikasi yang Kuat” (hlm. 104). Tak bisa dipungkiri, keberadaan negaholic memang merupakan bagian dari dinamika dunia kerja. Namun, apabila ini dibiarkan berlarut-larut, negaholic dapat menjadi duri dalam daging perusahaan. Oleh sebab itu, permasalahan ini hendaknya bisa menjadikan kita introspeksi. Salah satunya adalah meninjau kembali penerimaan (rekrutmen) karyawan yang sudah terjadi dan lakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Ketika bersiap untuk memecat seseorang, posisi manajer seperti berjalan di atas cangkang telur. Pemecatan merupakan tindakan yang berisiko tinggi (hlm. 105). Karena itu, diperlukan berbagai pertimbangan mendasar sebelum akhirnya memutuskan tindakan tegas tersebut. Langkah preventif seperti dokumentasi dan catatan tertulis bisa menjadi alat yang penting untuk mendukung pertimbangan keputusan yang akan diambil. Kesimpulannya, komunikasi interpersonal dan intrapersonal dianggap memegang peran yang amat penting dalam menghadapi problem semacam ini. Yang paling penting, dapat dicari akar permasalahan sehingga membuat seorang karyawan sulit diatur. Sebuah buku yang perlu dibaca oleh siapa saja yang menekuni dunia industri, terutama mereka yang menjadi pimpinan perusahaan. n (EKO PRASETYO)

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

33


CATATAN LINTAS

KELUAR DARI CANGKANG

S

enin, 26 September 2016, saya ikut diskusi tentang pendidikan vokasi di Balitbang Dikbud Jakarta. Saya antusias mengikuti, karena inilah momen yang tepat untuk melakukan “reformasi” pendidikan vokasi di Indonesia. Mumpung pemimpin tertinggi di negara ini, Pre­siden Jokowi sedang gandrung dengan pendidikan vokasi. Oleh karena itu, walaupun hari Minggu saya bertugas di Samarinda, saya memerlukan terbang dari Kaltim ke Jakarta, baru sorenya pulang ke Surabaya. Ketika memasuki ruang rapat, peserta sudah banyak. Tampak tokoh-tokoh penting, antara lain Dr. Ananta Kusuma (staf ahli Mendikbud), Dr. Harris Iskandar (Dirjen Paud Dikmas), Ketua BSNP beserta beberapa anggota, wakil dari BNSP Kemnakertrans, Dr. Hendarman (Kepala Pusat Peneltian Kebijakan) dan beberapa stafnya, Dr. Junus dan Dr. Bahrun dari Direktorat PMK, Wakil dari Univ Ahmad Dahlan-Yogyakarta yang konon mendapat tugas khusus dari Mendikbud untuk melakukan kajian Pendididikan Vokasi. Padahal saya masuk bersama Dr. Boediono (mantan Ka Balitbang Dibud) dan Prof Zamroni dari UNY serta Dr. Totok Suprajitno (Ka Balitbang Dikbud) saat ini. Pak Totok mengantar diskusi dengan menjelaskan bahwa diskusi ini baru pertama dan akan dilakukan secara periodik untuk menggali gagasan untuk menemukan model pendidikan vokasi yang cocok di Indonesia. Jadi diskusi lebih merupakan brainstroming dan tidak dimaksudkan untuk mengambil simpulan. Setelah itu, Pak Ananta (staf ahli Mendikbud) yang ditugasi sebagai Ketua Pokja Pendidikan Vokasi menyampaikan inti pengarahan Presiden, pengarahan Mendikbud dan apa-apa yang sudah dikerjakan oleh Pokja. Pak Harris yang mendapat giliran berikutnya menyampaikan keluhan karena kursus “tidak dianggap” sebagai bagian pendidikan vokasi. Padahal, menurut beliau, kursus memegang

34

peran penting, misalnya kursus bahasa Inggris dan sebagainya. Semua peserta diundang untuk mengajukan gagasan. Dalam diskusi semacam itu, semua peserta harus berpikiran terbuka, mengurangi ego sektoral dan berpikir ke depan. Pengalaman menunjukkan ketika kita ingin melakukan perubahan, banyak orang yang tidak ingin berubah, banyak orang yang “merasa apa yang selama ini dilakukan itulah yang benar”, banyak orang yang tidak ingin “rumahnya” dikotak-katik, apalagi “dimasuki” orang lain. Sebelum “ketertutupan” seperti itu dapat diatasi akan sulit untuk melakukan perubahan. Saya sangat gembira karena dugaan saya tersebut salah. Memang masih terasa banyak peserta yang defensif dengan mengatakan sudah melakukan ini-itu, sudah mencapai ini-itu serta dengan bangga memiliki banyak capaian, namun hampir semua terbuka untuk melakukan perubahan. Hampir semua peserta merasa bahwa perkembangan iptek telah bergitu masif, sehingga semua harus berubah termasuk pendidikan vokasi. Gagasan “warung padang” dalam pendidikan vokasi ternyata direspons cukup baik oleh peserta. Maksud saya, ke depan dunia kerja itu seperti penggemar warung padang, yang masuk warung dengan keinginan sangat bervariasi. Ada yang ingin disajikan lauk lengkap, namun juga banyak yang datang ingin makan dengan lauk tertentu saja. Dalam konteks masak-memasak (tata boga), mungkin ada orang yang ingin belajar memasak semua jenis masakan. Namun mungkin juga ada yang hanya ingin memasak masakan jenis tertentu, karena hanya itu yang diperlukan dunia kerja yang akan dimasuki. Memaksa orang seperti itu belajar memasak seluruh jenis masakan akan merupakan pemborosan uang dan umur siswa. Karena peserta tampak terbuka dengan gagasan yang berbeda

| Nomor: 97 Tahun XVII - September 2016 |

Majalah Unesa

dengan yang selama ini kita lakukan dan Pak Totok menambahi, jika Oleh Muchlas Samani memang apa yang ingin kita lakukan tidak sesuai dengan undang-undang, justru undang-undangnya yang kita ubah. Mumpung, kita sedang ingin menyempurnakan Undang-Undang Sisdiknas. Oleh karena itu semua peserta “harus keluar dari cangkang”, artinya saat diskusi seperti ini kita keluar dari “rumah/tupoksi” masingmasing agar dapat melihat masalah degan lebih jernih dan tidak bias oleh kepentingan diri atau lebih-lebih kepentingan eksistensi lembaga tempat kerja. Ada metafora “jangan bertanya tentang air kepada ikan”. Karena selama ini ikan berada di dalam air, ikan menganggap semua yang seperti itu. Agar dapat melihat air dengan jernih, ikan harus keluar dari air. Seperti disampaikan Pak Totok, diskusi tidak akan mengambil sim­ pulan. Namun disepakati perlunya dua hal. Pertama, perlunya grand design pendidikan vokasi yang dibuat secara utuh, lintas lembaga yang cocok untuk menatap masa depan. Bagian ini yang lebih tepat menjadi tugas Balitbang Dikbud. Kedua, perlu juga program yang sifatnya quich yield (segera tampak hasilnya) dan ini lebih cocok di­ kerjakan oleh Pokja yang diketuai oleh Pak Ananta. Tentu keduanya dapat sa­ ling menjadi masukan. Prinsip “keluar cangkang” harus tetap dipegang, apalagi saat menyusun grand designnya. Semoga.n.n (Blog: muchlassamani.blogspot.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.