Majalah unesa edisi 65 dok

Page 1



WARNA EDITORIAL

Rektor Berstandar Empat l

Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 65 Tahun XV - Januari 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, Sigit Widodo Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Toni, Jhon PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

DR. SUYATNO, M.PD

T

ergelitik disertai senyum mengiyakan, rupanya, akan diberikan oleh orangorang, termasuk kaum akademisi kepada Tahir. Betapa tidak. Tahir, orang kaya di Indonesia, memiliki filosofi unik soal pekerjaan. Menurutnya, orang yang bekerja itu terdiri dari 4 tahapan. Tahir yang baru saja (Januari 2014) memberikan hibah bantuan uang Rp 6 miliar ke pemprov DKI Jakarta untuk penanggulangan banjir ini menganggap kerja berdasarkan hobi adalah kelas manusia terendah. Itu adalah pemikiran yang terlalu kebarat-baratan. Lalu, bekerja berdasarkan visi merupakan kelas pekerjaan yang tertinggi. Menurut Tahir, kerja paling rendah kelasnya atau tingkat pertama jika bekerja karena hobi. Itu sangat pemikiran barat, be yourself. Tingkat kedua ditandai oleh bekerja karena tanggung jawab karena merupakan hal yang wajib. Tingkat ketiga adalah bekerja karena ahli. Orang kaya dermawan ini mengatakan, kerja berdasarkan ahli merupakan hasil dari bekerja karena tanggung jawab. Tingkat tertinggi atau keempat adalah bekerja yang memiliki visi. Seolah percuma bagi Tahir jika bekerja tidak memiliki visi atau tujuan yang jelas. “Menjadi presiden, orang kaya, terkenal, menteri itu bukan tujuan hidup. Itu hanya jalan alat yang kita pakai untuk sebuah tujuan. Tujuan semua sama, yaitu membawa berkah untuk orang lain. Mulai dari keluarga dulu. Orang yang bisa benahi keluarga baru bisa benahi negara,” tambahnya. Lalu, bisakah Unesa memilih rektor berstandar empat seperti konsep Tahir tersebut? Rektor yang bekerja karena visi. Rektor yang mementingkan lembaga dan Negara daripada kebutuhan keluarga. Rektor yang tidak bersembunyi di pernyataan “rektor kan juga manusia”. Rektor yang mampu menarik benang merah dari benang yang telah dibentangkan sekarang. Rektor yang mampu memberi warna apik bagi dinamika akademik. Rektor yang tidak mau di jalur transaksional pertemanan. Rektor yang demikian itu dapat dipastikan mampu menduduki standar empat. Semua orang akan berverbal ria dengan mengatakan bisa. Hanya realisasinya, bisa jadi jauh panggang dari api. Tidaklah mudah memilih rektor berstandar empat alias standar visi. Yang paling banyak di Indonesia itu rektor yang berstandar satu atau dua saja. Memang ada, rektor yang berkaliber standar empat namun jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Namun, pasti ada jalan untuk menentukan rektor berdimensi empat itu. Rektor berstandar empat dapat dilahirkan manakala sistem pemilihannya benar-benar berasal dari hulu. Kemudian, sampai ke hilir, proses benar-benar dijalankan dengan baik. Penjaringan dilakukan dengan sepenuhnya. Hasil penjaringan itu tidak hanya sebatas bahan tertulis semata tetapi menjadi bahan untuk penggodokan melalui uji publik, uji visi, uji reputasi, uji mimpi. Setelah mengerucut akibat seleksi uji-uji tadi, sang calon disodori visi dan misi Unesa. Dengan visi dan misi Unesa, aktivitas kepemimpinan apa saja yang akan mereka mainkan. Visi dan visi itu diuji di panelis pakar. Kemudian, calon akan mengerucut lagi. Hasil calon itu menjadi adu visi di pemilihan rektor dan di hadapan orang banyak. Visi yang kuno, statis, klasik, hanya copy paste, rendahan, dan sebagainya harus ditolak. Pola penjaringan dengan lirik-melirik dan main mata lalu dikalkulasi jumlah yang melirik dan muncul calon pasti, tentu akan merugikan perkembangan perjalanan Unesa. Pola itu sebaiknya dibumihanguskan dengan jiwa besar. Bolehlah ada lirik-melirik. Namun, yang menjadi penentu adalah kiprah nyata seperti yang disampaikan Pak Rektor di Majalah Unesa edisi 64 tentang “Mencari Pemimpin Unesa Masa Depan.” Rektor yang layak adalah dia yang mempunyai kekokohan akademis, memiliki integritas yang kuat, dan mampu membangun jaringan internasional. Siapakah dia? n

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

19

03. WARNA Rektor Berstandar Empat oleh Dr. Suyatno, M.Pd

18

05. LAPORAN UTAMA

• Kado Spesial di Penghujung Tahun; Dosen dan Karyawan Berprestasi tingkat Unesa dan Nasional • Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd Peraih Peng­har­gaan Satyalancana Karya Satya • Drs. I Nyoman Sudarka, M.S, Peraih Satyalancana Dwidya Sistha • Drs. Heru Siswanto, M. Si Raih Penghargaan dari Presiden • Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes. Fokus Teliti Enzim dan Serat Pangan • Karyawan-Karyawan Berprestasi Unesa; dari Tenaga Laboratorium hingga Pengemudi

18. LENSA UNESA 20. LAPORAN KHUSUS

• Mencari Pemimpin Unesa Masa Depan • Jalan Perubahan Menuju Unesa Bermartabat

24. KOLOM REKTOR • What Winners Are Made Of

26. INSPIRASI ALUMNI • Perjuangan Keras Muchamad Zinuri, Raih Beasiswa Monbukagakusho

17

31 SEPUTAR UNESA • S3 Teknologi Pendidikan Unesa Siap Lahirkan Teknolog Pendidikan Utama • Lilis Wardani, Peraih Best of The Best Gelar Cipta Karya Busana 2013

34. CATATAN LIDAH • 2014-2018, oleh Djuli Djatiprambudi

4 |

Wajah-wajah bahagia peserta PPG SM-3T Unesa yang telah mengikuti Yudisium dan berhak menerima sertifikat Profesi Guru.

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014


LAPORAN UTAMA

Sejumlah dosen dan karyawan ber­prestasi Universitas Negeri Su­rabaya (Unesa) mendapatkan peng­ hargaan di penghujung ta­­ hun 2014. Mereka berhasil men­­jadi yang terbaik sesuai bi­ dang kerjanya. Tak hanya do­ sen dan karyawan, beberapa lem­ ba­ ga mulai dari fakultas, Unit Pelaksana Kerja (UPT) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga mendapatkan peng­hargaan atas prestasinya. Siapa saja dosen, karyawan, dan lembaga berprestasi itu? Be­rikut hasil liputan tim re­por­ ter majalah Unesa.

Kado Spesial di Penghujung Tahun

DOSEN DAN KARYAWAN BERPRESTASI Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA

Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd Peraih Penghargaan Satyalancana Karya Satya

BERKAH 32 TAHUN BEKERJA IKHLAS Kerja keras dan tulus yang dilakukan Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd selama 32 tahun berbuah manis. Dosen senior itu berhasil mendapatkan penghargaan satyalancana karya satya atas dedikasi dan pengabdiannya.

S

atyalancana Karya Satya merupakan penghargaan yang di­ berikan oleh pemerintah bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah mendedikasikan diri dan mengabdi se­lama 10 atau 20 atau 30 tahun lebih secara terus me­ne­rus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, ke­setiaan dan pengabdian sehingga dapat dijadikan te­ ladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana Karya Satya di­ba­gi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Sat­yalancana Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun.Penghargaan satyalancana karya satya yang diberikan ke­pa­da Prof. Roesminingsih termasuk dalam kategori Satyalancana Karya Sat­ya 30 tahun. Menanggapi penghargaan yang diterima tersebut, Prof. Roes­ miningsih mengaku tak menyangka akan mendapatkan peng­ hargaan tersebut. Sejauh ini ia sama sekali tidak pernah mengajukan diri untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Padahal, untuk men­dapatkan penghargaan tersebut, biasanya dilakukan dengan merekomendasikan diri atau pengajuan diri. “Alhamdulilah, saya

6

|

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

men­dapatkan penghargaan itu yang tak pernah saya duga itu,” ujar Prof. Roesminingsih. Meski demikian, ia mengaku bersyukur dan akan berupaya se­ makin meningkatkan semangat bekerja dan profesionalisme da­ lam bekerja sehingga ada timbal balik yaitu kepercayaan terhadap ma­syarakat dan juga lembaga pemerintahan negara. Bagi Roes­mi­ ningsih, penghargaan tersebut merupakan pelecut dirinya untuk se­ ma­kin bekerja keras dan berkarya. BERPIKIR POSITIF Perjalanan karir setiap orang memang berbeda. Ada kalanya lu­ rus-lurus saja. Tapi, tak sedikit yang harus melewati jalanan nan terjal dan penuh tantangan. Demikian pula yang dialami Roesminingsih. Perjalanan karir yang dilalui, tidak semua sesuai yang diharapkan. Berbagai masalah, rintangan dan hambatan tentu menjadi pernakpernik yang menghiasi perjalanan karirnya.


LAPORAN UTAMA

Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd di ruang kerjanya, bangga meraih Penghargaan Satyalancana Karya Satya .

Beruntung, dosen yang juga menjadi Kepala Penjaminan Mu­­ tu itu menyikapi segala masalah dan rintangan dalam hidup de­ ngan pikiran yang positif. Dengan sikap tersebut, ia mampu me­ ngendalikan diri sehingga tidak berlarut-larut dalam masalah yang bisa menimbulkan stres. “Sembari mencari solusi, masalah yang me­ nerpa itu harus kita nikmati. Alhasil, semua akan mendapatkan pe­ la­jaran yang berarti dan berguna,” ungkap Roesminingsih berbagi nasihat. Bagi Roesminingsih, usia bukan menjadi kendala untuk tetap bekerja keras dan berkarya. Ia mencontohkan, meski kini usianya sudah menginjak lebih dari setengah abad, namun aktivitas dan tang­gung jawab yang diembang sangat besar. Selain sebagai dosen, Roes­miningsih juga menjalani berbagai aktivitas. Di antaranya, ke­ pa­la PJM, Ketua Badan Akreditasi Provinsi (BAP) Jawa Timur untuk mad­rasah(2012-2017), dewan penasehat pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan sekretaris Senat Unesa. Ia pun berbagi tentang kunci kesuksesan. Ia mengatakan sukses itu bermula dari sebuah tanggung jawab. Selama ini, ia senantiasa me­ngerjakan segala tugas yang diberikan dengan penuh tanggung ja­wab. Baginya, tanggung jawab merupakan wujud nyata dari ke­per­

ca­yaan yang diberikan orang lain. “Kepercayaan seseorang jangan pernah diabaikan dan harus dilakukan dengan penuh tanggung ja­ wab. Jika tidak, maka orang akan menjadi tidak percaya kepada kita,” paparnya. Tak hanya soal kinerja, Roesminingsih juga senantiasa mengup­date ilmu melalui beragam cara. Update ilmu itu diperlukan agar se­nantiasa berinovasi dalam pengajaran. Baginya, ilmu merupakan sum­ber pengetahuan yang tak pernah lekang oleh waktu. Karena itu, ia menyarankan agar tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat. “Setiap hari, ilmu kan selalu berubah dan meningkat,” tandasnya. Ia berharap sagar Unesa lebih bisa menjaga segala sesuatu yang su­dah dibangun. Sebab, membangun itu lebih mudah dibandingkan menjaga apa yang telah dibangun. Ia berharap, infrastruktur yang telah dibangun itu benar-benar dijaga dengan baik. Selain itu, SDM Unesa juga perlu ditingkatkan kualitasnya. Sehingga, tak hanya pada tataan infrastruktur saja yang dibenahi, tepai SDM yang ada juga ha­ rus dibenahi. (WAHYU)

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA Drs. I Nyoman Sudarka, M.S, Peraih Satyalancana Dwidya Sistha

BUAH KONSISTENSI FIP Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa patut berbangga. Berkat konsistensi dan dedikasinya terhadap program pendidikan dan pelatih di Akademi Angkatan Laut, dosen-dosen di fakultas tertua itu pun meraih penghargaan Satyalancana Dwidya Sistha: sebuah pernghargaan atas dedikasi dan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer.

P

emberian penghargaan itu, tentu sa­ja membuat bangga keluarga be­ sa FIP khususnya. Dekan FIP, Drs. I Nyoman Sudarka, M.S yang mewakili penerimaan peng­hargaan tersebut tak bisa me­nyem­bunyikan raut muka bahagianya. Ia me­ngaku bangga dan terharu karena dedikasi do­sen-dosen FIP selama hampir 15 tahun un­ tuk memberikan pelatihan pendidikan di Aka­ demi Angkatan Laut (AAL) berbuah manis. Nyoman mengatakan, selama 15 tahun ber­ kiprah, Unesa memang memiliki peran pen­ting dalam kerja sama tersebut terkait pe­ nguatan cara mengajar di kalangan TNI AL, terutama di Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal). Di lem­baga itu, Unesa diminta untuk membantu micro­teaching dan AA (Applied Approach), se­ buah kursus untuk meningkatkan kua­ litas Tenaga Pendidik (Gadik). Selama ini, yang melaksanakan tu­­gas tersebut adalah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) sebagai pe­nye­leng­ga­ra pendidikan bagi Kobangdikal. Nyoman, yang merupakan penanggung jawab kerja sama ter­ sebut mengatakan bahwa permintaan kerja sama memang atas ini­siatif dari Kobangdikal sendiri. Walaupun di lingkungan militer, tapi mereka juga ingin tahu pendidikan, khususnya pembelajaran. Karena itu, para instruktur di sana membutuhkan pendidikan AA (Applied Approach). Sebagaimana diketahui, seorang pendidik harus memiliki kom­ pe­ tensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran pe­serta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan ber­ ba­ gai potensi yang dimiliki. Nah, salah satu program kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan pedagogis tenaga pen­ didik dengan AAL adalah program PEKERTI atau Peningkatan Ke­te­ rampilan Dasar Teknik Instruksional dan Applied Approach (AA). “Sekalipun di tingkat militer, kompetensi mengajar mereka ma­ sih membutuhkan tambahan pengembangan. Karena itu, kami dari FIP menerjunkan sejumlah dosen ke sana atau mereka yang datang ke FIP untuk pembelajaran dan praktikum,” terang Nyoman Sudarka.

8

|

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

BUAH KONSISTENSI Konsistensi FIP dalam melakukan kerja sa­ ma bidang pendidikan dengan Kobangdikal, ber­ buah prestasi. Semula, pendidikan budi pe­ kerti ditangani oleh universitas dengan ang­garan yang tidak seberapa. Jika universitas me­ngeluarkan dosen senior, tentu dana untuk menutupnya tidak cukup. Karena itu, FIP tampil ke depan sebagai fakultas yang ber­ se­ dia menyelenggarakan pendidikan bagi Kobangdikal. “Saya pernah berbicara di forum PR IV. Se­ kecil apapun permintaan kerjasama dari luar, kita harus merespons positif. Mereka dari jauh mengenal Unesa karena punya sesuatu. Me­ngapa harus ditolak, apalagi hanya karena ma­ salah finansial,” tegas dekan berusia 62 tahun itu. Sejak itu, tugas tersebut diserahkan ke­ pada Fakultas Ilmu Pendidikan secara kon­sis­ ten dan berkelanjutan. Selama ini, ada sekitar 10 hingga 15 dosen FIP yang diterjunkan sesuai mata kuliahnya masing-masing. FIP tidak pernah melihat dari segi finansial, bahkan FIP memberi insentif ke­ pada dosen yang dilibatkan. “Biarlah insentif yang tidak seberapa itu menjadikan motivasi bagi mereka. Dengan begitu, pihak luar dapat menghargai Unesa ka­rena kompetensi dan kewenangan yang kami miliki,” ucap dekan kelahiran Denpasar itu. Berkat perannya tersebut, tahun 2013 lalu setiap dosen yang diterjunkan di Kobangdikal mendapatkan penghargaan Sat­ya­lan­ca­ na Dwidya Sistha, tanda penghargaan bagi mereka yang telah me­ lak­sanakan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer. Selain satyalancana tersebut, masing-masing dosen juga mendapatkan sertifikat. Sementara itu, kenang-kenangan yang pernah diberikan Ko­ bang­dikal pada FIP sekarang dipajang di dalam ruang dekan. Ke­ nang-kenangan tersebut antara lain berupa lukisan dan trofi yang ber­tuliskan “Dikspespa DIK Tahun 2007 Sefungkhas—Pusdikbamin Ko­bangdikal” dan “Siswa Dikspespa DIK Tahun 2013 Pusdikbamin— Ko­bangdikal. (SAN)


LAPORAN UTAMA Drs. Heru Siswanto, M. Si Raih Penghargaan dari Presiden

DONOR DARAH LEBIH 100 KALI

Tidak pernah terbayang di benak Heru Siswanto bahwa rutinitas donor darah tiap tiga bulan sekali itu akan mendapat tanggapan positif dengan memperoleh penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial. Yang terlintas di benaknya saat itu bukanlah target mendapat penghargaan, tetapi lebih pada kegiatan sukarela untuk menolong sesama.

S

etelah menjalaninya sampai 100 kali, ia pun men­da­patkan penghargaan. Padahal, ia tidak pernah berniat un­tuk menuju angka 100. Bahkan untuk menghitungnya pun tidak pernah terpikirkan. Baginya, semua itu ia la­kukan secara sukarela untuk menolong sesama. Ti­dak aneh bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono me­ nganugerahkan tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial pa­da pelaku Donor Darah Sukarela satu ini. Keaktifan dosen kelahiran Madiun 8 Februari 1960 mendonorkan da­ rah merupakan upaya untuk mengimplementasikan ilmunya ke masyarakat. Salah satunya, dengan memulai dari hal-hal kecil se­perti menjadi Donor Darah Sukarela (DDS) bagi mereka yang mem­butuhkan. “Donor darah pertama saya adalah pada tahun 1982, waktu itu sa­ya masih duduk di semester tiga. Sekarang saya rutin mendonorkan da­ rah ke PMI setiap tiga bulan sekali. Selain berbagi dengan mereka yang membutuhkan, saya juga bisa mengontrol kesehatan,” ujar Heru. Seiring berjalannya waktu, ketercapaian donor darah Heru su­ dah melampaui angka 100. Mendonorkan darah sebanyak 100 kali berarti telah mengeluarkan lima kali lipat darah yang ada di tu­ buhnya, tanpa imbalan. Saat ini ia tercatat sebagai pendonor yang sudah melakukan donor darah sebanyak 108 kali. Saat melakukan

do­nor ke-107, Heru mendapat kabar bahwa ia akan mendapatkan penghargaan dari presiden. “Sungguh tidak mengira bahwa jumlah donor saya akan di­ hitung. Tapi setelah melihat sebuah pamflet yang menyatakan bah­ wa pendonor darah 100 kali akan diberi penghargaan oleh presiden, ba­ru saya percaya. Mulai saat itu saya ingin segera bertemu presiden. Ada rasa kebanggaan tersendiri,” ungkap dosen yang juga menerima peng­hargaan Dwidya Sistha, tanda penghargaan bagi mereka yang telah melaksanakan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer se­lama empat tahun berturut-turut. Akhirnya pada tanggal 16—18 Desember 2013, Heru be­ser­ ta rombongan dari 21 PMI se-Jatim berada di Jakarta untuk me­ ne­rima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan itu bernama Satyalancana Kebaktian Sosial pada Para Do­nor Darah Sukarela 100 Kali Tahun 2013. Acara yang berlangsung di Ruang Puri Agung Hotel Sahid Jaya—Jakarta Pusat itu mem­be­ ri­kan penghargaan pada DDS 100 kali di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 950 orang. Berdasarkan angka tersebut, Ja­wa Timur adalah provinsi paling besar yang menyumbang DDS, ya­itu mencapai 450 orang. Dari sejumlah kota di Jawa Timur, kota ter­ba­ nyak DDS adalah Surabaya yang mencapai angka 288 orang. Pada kesempatan tersebut, para DDS mendapatkan uang sebesar Rp750.000,00 dan seragam batik plus ongkos jahitnya. Seragam batik yang disamakan perprovinsi tersebut dipakai dalam acara “Temu Asih Ketua Umum PMI dengan Donor Darah Sukarela 100 Kali” pada tanggal 16 Desember, lalu dilanjutkan dengan penyematan cincin DDS oleh Ketua Umum PMI, Jussf Kalla, kepada perwakilan DDS tiap provinsi. Pada cincin seberat empat gram itu ditorehkan tanda plus yang merupakan simbol Palang Merah Indonesia. Sementara itu, penerimaan Satyalancana dilakukan pada tanggal 18 Desember. Menanggapi sejumlah penghargaan yang telah diperolehnya, Heru cukup menjadikannya pagar untuk berbuat lebih baik. Ada kalanya berat, ada kalanya tidak. Berat karena harus memikul tanggungjawab, ringan karena dirinya tidak meminta untuk dihargai. “Dalam menjalani hidup, saya memiliki empat pedoman yakni me­yakini apa yang diimani, bersyukur, berdoa, dan berusaha se­mak­ simal mungkin untuk berbuat lebih baik. Dengan begitu, saya dapat mem­pertanggungjawabkan segala perbuatan saya di hadapan Tu­ han,” pungkas dosen yang tinggal di Perum Griya Japan Raya Mo­ jokerto itu. (SAN) Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA

DUA SRIKANDI UNESA RAIH PENGHARGAAN PENELITI BERPRESTASI Unesa menambah daftar peneliti berprestasi. Dua srikandinya, Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes dan Dr. Trisakti, M.Si berhasil meraih penghargaan peneliti berprestasi. Prof. Leny Yuanitaterpilih sebagai peneliti berprestasi kategori kelompok bidang ilmu sains dan teknologi, sedangkan Dr. Trisakti sebagai peneliti berprestasi kategori kelompok bidang ilmu sosial dan humaniora.

Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes.

Fokus Teliti Enzim dan Serat Pangan

P

rof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes dinobatkan sebagai penerima pengh­ argaan peneliti berprestasi oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Mayarakat) Unesa untuk kategori kelompok bidang ilmu sains dan teknologi. Selain mendapatkan sertifikat, dosen yang mulai meneliti sejak tahun 2005 itu juga mendapat hadiah berupa uang tunai sebesar 2,5 juta rupiah. Karya penelitian yang dianugerahi penghargaan adalah pene­li­ tian yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2007, Leny melakukan penelitian berupa Isolasi Fitase dari Mikroorganisme Ta­nah Kapur untuk Defitinisasi Jagung dalam Mempertahankan Ni­lai Gizi Protein dan Mineral. Fitase merupakan enzim yang dapat di­per­ oleh dari tanaman, mikroorganisme, maupun beberapa jaringan he­ wan tertentu. Fitase mikroorganisme memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan mengingat karakternya yang sangat me­ ngun­tungkan untuk dunia industri. Fitase mikroorganisme memiliki ke­unggulan, antara lain potensi produksi yang tidak terbatas, relatif mudah dan murah, serta dapat dikendalikan. Mikroorganisme yang di­peroleh dari tanah defisiensi fosfat atau dalam keadaan tidak ter­ sedia (misalnya tanah berkapur) akan mempunyai potensi tinggi peng­hasil fitase. Tahun berikutnya (2008), Leny kembali melanjutkan pene­li­ tiannya tersebut di Tanah Gunung Kapur Gresik dengan me­man­ fa­atkan mikroorganisme Bacillus licheniformis. Sesuai judulnya ya­ itu Isolasi dan Karakterisasi Fitase dari Bacillus licheniformis Tanah Gu­nung Kapur Gresik untuk Defitinisasi Jagung, Leny mengarahkan hasil penelitiannya tersebut untuk meningkatkan nutrisi tanaman ja­gung melalui penurunan kandungan fitat (garam) sehingga tidak mengikat protein, pati, maupun berbagai mineral di dalamnya. BIODATA SINGKAT:

10 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Nama Lengkap

Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes.

Jabatan Fungsional

Guru Besar

Tempat, Tgl. lahir

Surabaya, 12-09-1951

Alamat rumah

Margorejo Indah III- B 707 Surabaya

Pendidikan

S1 IKIP Malang (Pendidikan Kimia) S2 Unair Surabaya (Biokimia/Ilmu Kedokteran Dasar) S3 Unair Surabaya (Kimia/MIPA)

Penghargaan

Dosen Berprestasi Unesa (2009) Tanda kehormatan Satyalancana karya satya XX (2011)


LAPORAN UTAMA “Sejak awal penelitian saya memang berkutat pada dua ke­ lompok, yaitu enzim dan serat pangan. Ketertarikan saya pada serat pangan adalah berkat guru besar saya dulu yang juga gemar meneliti serat pangan,” kenang dosen sekaligus guru besar Kimia Unesa itu. AKTIF MENELITI Perempuan yang mengantongi gelar S3 dari Universitas Air­ lang­ ga jurusan Kimia itu mengaku sangat gemar meneliti. Walaupun ti­ dak ada dana, setiap kali ada kesempatan ia selalu membuat pro­po­sal. Karena itu, setiap tahunnya ia menyempatkan untuk me­la­ku­kan penelitian. “Bagi saya, penelitian harus jalan meski tidak ada da­­na,” imbuh dosen yang pernah menerima penghargaan dosen ber­­prestasi Unesa tahun 2009 itu.

Tekad itu setidaknya ia wujudkan dengan menghasilkan karya pe­nelitian satu hingga dua kali dalam setahun. Tercatat, sejak mulai aktif melakukan penelitian tahun 2005, dosen kelahiran Surabaya 12 September 1951 itu sudah menghasilkan 13 karya penelitian (hasil penelitian, lihat tabel). Dua di antara hasil karya penelitian itu me­ngan­tarnya meraih penghargaan sebagai peneliti terbaik. Karena sudah menjadi kegemaran, Prof. Leny pun mengaku enjoy dalam melakukan penelitian. Ia tidak suka melakukan pe­ne­li­tian dengan terburu-buru, yang nantinya dapat membuat out of target. “Saya selalu mencari literatur dari jurnal terpercaya, tidak ha­nya nasional bahkan internasional. Dengan begitu, saya akan menemukan permasalahan yang berbobot dan dapat mengajinya di la­ tar belakang,” ungkapnya. (SAN)

DAFTAR HASIL PENELITIAN Tahun

Judul Penelitian

Sumber

2013

Pemanfaatan Fitase Bacillus subtilis Holiwood Gresik Amobil untuk Meningkatkan Nilai Gizi pada Tepung Jagung Bebas Fitat

Hibah Bersaing DP2M

2012

Pemanfaatan Fitase Bacillus subtilis Holiwood Gresik untuk Meningkatkan Nilai Gizi pada Tepung Jagung Bebas Fitat

Hibah Bersaing DP2M

2011

Perubahan Biokimiawi dan Jumlah Mikroba Cemaran pada Daging Ayam Ras melalui Penambahan STPP Food Grade (Anggota)

Fundamental DP2M

2010

Aktivitas Enzim Pencernaan pada Diet Tinggi Serat Pangan: Variasi Derajat Keasaman dan Lama Perebusan (Ketua)

Stranas DP2M

2010

Uji Toksisitas Anti Radikal Bebas, dan Anti Trigliserida Teh Kambucha (Anggota)

Stranas DP2M

2009

Efektivitas Diet Tinggi Serat Pangan Kacang Panjang untuk Menurunkan LDL Rattus norvegicus (Anggota)

Stranas DP2M

2009

Mekanisme Pengikatan Asam Empedu oleh Komponen Serat Pangan untuk Menjelaskan Efek Hipokolesterolemik (tahun II) (Ketua)

Fundamental DP2M

2008

Mekanisme Pengikatan Asam Empedu oleh Komponen Serat Pangan untuk Menjelaskan Efek Hipokolesterolemik (tahun I) (Ketua)

Fundamental DP2M

2008

Isolasi dan Karakterisasi Fitase dari Bacillus licheniformis Tanah Gunung Kapur Gresik untuk Defitinisasi Jagung –Tahun II (Ketua)

DIPA/PR1

2007

Isolasi Fitase dari Mikroorganisme Tanah Kapur untuk Defitinisasi Jagung dalam Mempertahankan Nilai Gizi Protein dan Mineral (Thn I) (Ketua)

DIPA/PR I

2007

Penggunaan STPP Food Grade pada Fase Pasca Mortem untuk Meningkatkan Kualitas dan Daya Simpan Ayam, Ikan, Udang (Ketua)

Hibah Bersaing DP2M

2006

Penentuan Mekanisme Reaksi pembentukan Kompleks Fe- Serat Pangan pada Kondisi Sistim Gastrointestinal

Fundamental DP2M

2005

Pengaruh Pemasakan dan Penyimpanan pada penggunaaan STPP Sebagai Antioksidan dan Pengempuk Daging

DIPA

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 11


LAPORAN UTAMA

Saya tidak ingin hanya mengajar, namun harus ada kegiatan lain yang dapat mengembangkan pengetahuan saya, di samping juga ha­rus berguna bagi orang lain.”

Dr. Trisakti, M.Si

Konsentrasi Teliti Seni Pertunjukan Tradisional di Jawa Timur

D

r. Trisakti berhasil meraih penghargaan peneliti berprestasi ka­tegori kelompok bidang ilmu sosial dan humaniora. Atas pres­tasi tersebut, dosen kelahiran Surabaya, 28 September 1965 itu selain mendapatkan sertifikat, juga mendapat ha­ di­ah berupa uang tunai sebesar 2,5 juta rupiah. Karya penelitian Dr. Trisakti yang berhasil mendapatkan peng­ har­gaan berjudul Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Per­tun­ jukan Tradisional Jawa Timur sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tra­ di­sional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Penelitian itu di lakukan dua kali pada tahun 2012 dan tahun 2013. “Melalui pe­nelitian itulah saya dinyatakan menjadi peneliti berprestasi,” pa­ parnya. Sesuai judulnya, Trisakti menjelaskan bahwa penelitian tersebut ter­konsentrasi pada pertunjukan tradisional di Jawa Timur. Untuk mem­peroleh data, ia pun harus berkunjung ke daerah-daerah di

12 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Jawa Timur dan menyaksikan secara langsung pertunjukan tra­di­sio­ nal yang sedang digelar. “Menyaksikan secara langsung berbeda de­ ngan hanya menonton dari rekaman. Menonton rekaman tidak bisa men­jabarkan minat masyarakat di daerahnya langsung”, imbuhnya. Dalam penelitian itu, Trisakti melibatkan mahasiswanya melalui ma­ta kuliah Kajian Seni Pertunjukan. Dengan begitu, Trisakti ber­ha­ rap para mahasiswa dapat belajar langsung di lapangan. Sesuai latar belakang pendidikannya, penelitian yang dilakukan Trisakti selama ini memang mengarah pada seni pertunjukan. Dosen yang merampungkan S2 dan S3 di Jurusan Kajian Bu­ daya Universitas Udayana tersebut terbilang aktif dalam ke­ gi­ atan penelitian. Sejak tahun 1993, setidaknya setiap tahun ia menghasilkan satu penelitian. Bahkan, sejak 2007, ia selalu men­da­ patkan penelitian paling tidak dua kali dalam setahun. Tahun 2012, ia mulai mengarahkan penelitiannya pada pemetaan seni per­tunjukan


LAPORAN UTAMA Jawa Timur. Selain untuk mendapatkan dana dari Dik­ ti, Trisakti menerangkan tujuan utamanya meneliti adalah untuk me­ ngem­bang­kan ilmu dan keterampilan. (hasil penelitian, lihat tabel) “Saya tidak ingin hanya mengajar, namun harus ada kegiatan lain yang dapat mengembangkan pengetahuan saya, di samping juga ha­rus berguna bagi orang lain,” ungkap dosen yang mengantongi gelar sarjana dari IKIP Surabaya Jurusan Seni Tari tersebut.

Dari sederet penelitian yang telah dilakukan, Trisakti paling ter­ tarik dengan penelitian tentang kearifan budaya pada tahun 2007 dan 2008. Penelitian itu merupakan penelitian yang paling me­ nan­ tang karena selama dua tahun ia berturutturut harus meneliti etnik-et­ nik di Jawa Timur. (SAN)

DAFTAR HASIL PENELITIAN Judul

Tahun

Uji Coba Naskah Kuliah Tari Jawa Timur I (Penelitian)

1993

Keterangan Ketua/DIKS

Uji Coba Materi Kuliah Antropologi (Penelitian)

1994

Mandiri

Mengapa Alumni Pendidikan Seni Tari Tidak Mengajar Bidang Studi Seni Tari

1994

Anggota/DIKS

Mengapa Alumni Seni Tari FPBS IKIP Surabaya Tidak Mengajar Seni Tari Sesuai Kewenangannya (Penelitian) Kepembimbingan Guru dalam Pelaksanaan PSG di SMK 9 Surabaya (Penelitian) Eksistensi Ketoprak Siswo Budoyo Sebagai Seni Pertunjukan Rakyat di Jawa Timur. Tinjauan Struktur Dramatik dan Fungsi Sosial (Tesis S2) Langen Tayub pada Wisuda Waranggana di Kabupaten Nganjuk: Pola Interaksi Sosial Masyarakat. Seni Pertunjukan Ketoprak Televisi dalam Konteks Transformasi Budaya (Penelitian, mandiri 2005) “Kearifan Budaya Etnik Nusantara pada Milenium Baru Analisis Eksistensi Budaya Lokal dan Budaya Nasional”, dalam Laporan Penelitian tanggal 15 Mei 2007, Lembaga Penelitian Unesa. Ketua. DIPA Unesa. Pengkemasan Seni Pertunjukan Ketoprak Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Bangsa. Ketua. Hibah Bersaing DP2M. “Kearifan Lokal dalam Masyarakat Etnik Jawa Timur” Kajian Budaya Etnik Jawa Timur pada Milenium Baru, Analisis Dampak Arus Budaya Global Terhadap Eksistensi Budaya Lokal dan Budaya Nasional. “Profil Alumni FBS Unesa dan Pendapat Mereka Tentang Relevansi Mata Kuliah yang Mereka Tempuh dengan Dunia Kerja”. Anggota. FBS. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill untuk Memperbaiki Kualitas Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya. Ketua. Stranas. DIPA Unesa. Pengkemasan Tari Ngremo Ludruk Sebagai Strategi Pengembangan Tari Tradisional di Tengah Modernisasi Masyarakat (tahun I). Anggota. Hibah Bersaing. DP2M. Pengkemasan Tari Ngremo Ludruk Sebagai Strategi Pengembangan Tari Tradisional di Tengah Modernisasi Masyarakat (tahun II). Anggota. Hibah Bersaing. DP2M. Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa (Ketua Peneliti Utama). Penelitian Payung. DIPA Unesa. Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Timur Sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tradisional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Ketua. Stranas Tahun 1. Penelitian Strategis Nasional: Pemetaan Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Timur Sebagai Strategi Pelestarian Budaya Tradisional: Kajian Bentuk, Fungsi, Makna Simbolik Pertunjukan. Ketua. Stranas Tahun 2. DP2M.

1997 1999

Anggota DIKS Ketua DIKS

2002

Mandiri

2004

Ketua/DP2M

2005

Mandiri

2007

Ketua DIPA

2007

Ketua/DP2M

2008 2008 2009

Anggota DIPA Anggota FBS Unesa Ketua DIPA

2009

Anggota DP2M

2010

Anggota DP2M

2011

Ketua DIPA

2012

Ketua DP2M

2013

Ketua DP2M

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 13


LAPORAN UTAMA

Karyawan-Karyawan Berprestasi Unesa

DARI TENAGA LABORATORIUM HINGGA PENGEMUDI Selain dosen yang meraih penghargaan, sejumlah tenaga administrasi, laboran dan karyawan Unesa juga berhasil mendapatkan penghargaan atas prestasi dan dedikasinya. Berikut sosok dan kiprah mereka yang mendapatkan prestasi itu.

Trisiswanti, S.Si, Laboran Terbaik FMIPA

Membuat Media Berbiaya Murah

TRISISWANTI S.Si, M.Kes, la­ bo­­ ran dari jurusan Biologi FMIPA ber­hasil terpilih sebagai laboran terbaik se-Unesa. Tri­ sis­wanti, yang menjadi laboran di Laboratorium Ekologi dan La­boratorium Taksonomi jurusan Biologi itu dinobatkan men­jadi laboran terbaik atas makalah yang berjudul: Media Alternatif untuk Pengukuran Kadar Kualitas Air. Meski mengaku tak menyangka bisa terpilih menjadi la­ bo­ran terbaik, perempuan kelahiran 23 Oktober 1978 itu ter­ bilang aktif dan kreatif dalam praktikum. Salah satu ma­ka­lah­ nya, Media Alternatif untuk Pengukuran Kadar Kualitas Air yang mengantarnya menjadi laboran terbaik, pernah di­im­ple­men­ta­ sikan saat praktikum Ekologi dan Limonologi dalam materi pe­ gu­kuran kadar kualitas air yang meliputi pemeriksaan secara kimiawi, fisik, dan biologis. Di antaranya yang diteliti adalah kadar ok­sigen terlarut dalam air, salinitas, suhu, serta identifikasi jenisje­nis plankton di perairan. Banyaknya parameter tersebut, otomatis membutuhkan pe­ ralatan yang beragam dan dalam jumlah yang tidak sedikit. Alum­ ni S2 Kesehatan Lingkungan Unair itu lantas membuat pe­ra­latan alternatif dengan bahan yang relatif murah. Salah satu contoh peralatan yang dibuat adalah preparat. Alat itu digunakan da­ lam pengukuran kadar kualitas air. Biasanya, satu alat untuk me­ ngukur kadar air berharga sekitar satu juta rupiah, namun dengan

14 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

pre­parat biaya menjadi sangat terjangkau. Selain sebagai laboran untuk Ekologi dan Taksonomi, Tri­sis­ wan­ti juga menyediakan bahan-bahan praktikum untuk para ma­hasiswa Biologi baik yang ada di C3, C9, maupun C10. “Hanya ba­han-bahannya saja yang disediakan, untuk alat-alatnya sudah ada di laboratorium yang ada di ketiga gedung tersebut,” jelas alum­ni S1 Biologi Unair itu. Mengenai prestasi yang didapat itu, Trisiswanti mengaku se­ la­ma ini tidak pernah mengikuti lomba. Ia hanya aktif di berbagai ke­giatan workshop atau pelatihan-pelatihan saja. Karena itu, ia ber­syukur kiprahnya sebagai laboran mendapat apresiasi dengan peng­hargaan sebagai laboran terbaik.“Bagi saya, yang terpenting bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan sesuai peraturan yang ada, masalah penghargaan itu nomor kesekian,” pungkas la­boran yang akrab dipanggil Mbak Wanti itu. (LINA)

Mohamad Sulton Arifin, S.Pd, Tenaga Administrasi Akademik Berprestasi

Totalitas, Kunci Raih Prestasi

TERPILIH sebagai kar­ ya­ wan berprestasi ka­ tegori bi­ dang Te­na­ga Administrasi Aka­ demik tentu menjadi ke­bang­­gaan tersendiri bagi Mu­ hammad Sulton Arifin. Se­­ tidaknya, kerja keras dan usaha maksimal dalam men­ ja­lani pekerjaan yang ditekuni berbuah prestasi. Bagi Sulton, peng­har­gaan itu memang


LAPORAN UTAMA bukan tujuan utama, tetapi hanyalah salah sa­tu sarana pelecut agar ia makin bekerja lebih keras di tahun-ta­hun berikutnya. Prinsip bekerja keras dan total di rutinitas pekerjaan yang dilakukan memang sudah menjadi prinsip hidup Sulton. Ia sadar bahwa apabila serius dalam pekerjaan, pasti akan ada buah manis yang diperoleh. Ia sebenarnya tak memperdulikan apakah pekerjaan yang dilakukan itu ada penilaian atau tidak. Baginya, biar saja orang lain yang menilai pekerjaannya. Yang penting, ia akan berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras terkait pekerjaan yang dijalani. “Kita bekerja itu bukan hanya urusan dengan manusia, melainkan urusan dengan Sang Maha Pencipta,” ungkapnya. Sulton menambahkan, kerja keras harus diimbangi dengan kerja cerdas, yakni harus tahu bagaimana suatu pekerjaan membuahkan hasil yang maksimal dalam waktu yang relatif efektif. Demikian sebaliknya, kerja cerdas memerlukan kerja keras. Jika suatu pekerjaan tidak dilaksanakan dengan semangat kerja kerja keras, hasilnya tidak akan maksimal. “Kerja cerdas itu dapat kita peroleh jika mau menuntut ilmu alias belajar hingga akhir hayat kita,” terangnya. Satu lagi yang perlu dilakukan selain bekerja keras dan bekerja cerdas, yakni bekerja ikhlas semata-mata hanya mengharap ridha dari Tuhan. Kerja ikhlas itu penting dimiliki agar tetap semangat ketika kerja keras dan kerja cerdas yang dilakukan belum mendapatkan hasil. “Dengan kerja ikhlas, kita tidak mudah down dan tetap semangat untuk bekerja. Agar mampu bekerja ikhlas memang harus dilatih dengan memperbanyak ibadah,” pungkasnya. (RUDI)

Puspo Anggono, Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK)

Banyak Belajar dari Para Senior BELAJAR dari yang sudah pengalaman dan senior, itulah kunci keberhasilan Puspo Anggono dalam bekerja. Ia mengakui awalnya tidak begitu paham dengan bidang pekerjaannya sebagai Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK). Tetapi, ketidakpahaman itu tidak membuat ia lantas mudah putus asa. Karena sudah mendapatkan kepercayaan, ia pun harus sebisa mungkin cepat paham dan mengerti dengan bidang tugasnya. Karena itu, ia tak pernah sungkan belajar kepada para senior dan orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang PUMK tersebut. Usaha keras Puspo belajar ke para senior, membuahkan hasil. Ia tidak saja semakin paham dengan bidang pekerjaannya, tetapi

juga mendapatkan prestasi dengan terpilih sebagai Pemegang Uang Muka Kerja terbaik. “Jujur saya kaget dengan penghargaan ini. Karena banyak yang senior dan yang lebih baik dari saya, tapi kok saya yang terpilih,” ujarnya merendah. Pekerjaan yang ditekuni Puspo, terbilang berat karena berkaitan dengan keuangan. Namun, dengan prinsip yang kuat, ia mampu melaksanakan tugas itu dengan baik. Baginya, ada tiga kunci utama yang membuat ia mampu menjalankan tugas dengan baik. Pertama, dukungan keluarga karena karena sering tidak pulang. Kedua, selalu berkoordinasi dengan pimpinan dan ketiga, senantiasa terbiasa bekerja over time. Mengenai tip bekerja, karyawan yang sudah bekerja sebelas tahun di Unesa itu tak memiliki prinsip yang muluk-muluk. Ia hanya bilang, salah satu kunci adalah loyalitas terhadap lembaga. ia ber berharap Unesa terus bekembang menjadi lebih lebih baik seiring dengan semakin majunya perkembangan infrastruktur saat ini. (PUTRI)

Sri Maryati,S.T, Pembuat Daftar Gaji (PDG) Terbaik

Prioritaskan Kerja dan Disiplin SRI Maryati, S.T, tak pernah menyangka bakal mendapat penghargaan sebagai Pem­ bu­ at Daftar Gaji Terbaik. Se­ wak­ tu berbincang dengan re­ porter majalah Unesa, wa­ nita kelahiran 3 Februari 1972 tersebut mengaku tidak tahu kriteria apa sehingga ia terpilih menjadi Juru Bayar Terbaik. “Yang terpenting, saya tidak pernah menunda pekerjaan, kalau pekerjaan harus selesai tanggal yang ditentukan, saya berusaha sudah menyelesaikan sebelum tanggal tersebut. Saya selalu menomorsatukan tugas-tugas saya itu. Mungkin yang dipilih itu yang tidak pernah telat, yang tidak pernah banyak kesalahan dalam pembuatan SPN,” ungkapnya. Sebelum menjadi juru bayar di BAAK-PSI, Sri Maryati mengawali pekerjaan di Unesa sebagai tenaga honorer di Lemlit tahun 1993. Tahun 2001, ia menjadi CPNS, kemudian 2003 diangkat menjadi PNS. Setelah diangkat menjadi PNS, ia lantas menempuh kuliah di Universitas Adibuana dan berhasil mendapatkan gelar S1 Teknik Elektro. Sri Maryati berharap, mudah-mudahan tetap jaya dengan visi-misinya terutama untuk kesejahteraan pegawainya, Ia juga bersyukur ada tunjangan kinerja, yang membuatnya lebih disiplin, lebih baik lagi dalam bekerja. Menurutnya Unesa juga sudah lebih maju dan lebih dikenal. Karena ada sosialisasi, ya mudah-mudahan semakin banyak yang berminat untuk berkuliah di Unesa. (LINA) Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 15


LAPORAN UTAMA

Drs. Edy Sutikno, Pengolah Data/Administrasi Umum Teladan

Karena Niat Awal

Prijanto, SE, Peraih Penghargaan Dharma Pengabdian

Berupaya Terbaik

DEDIKASI yang tinggi ter­ BEKERJA keras dan tidak ha­ dap pekerjaan membuat per­nah setengah–setengah Drs. Edy Sutikno begitu da­lam me­lakukan pekerjaan. menikmati pekerjaannya Itulah prinsip yang senantiasa meski pe­ kerjaan itu telah di­ lakukan Priyanto, S.E dilakukan selama berpuluh dalam mengabdikan dirinya tahun. De­di­k asi itu semakin di Unesa. Selama kurang lengkap dengan ke­ lebih 30 tahun, ia bekerja berhasilan dirinya me­ raih di Uni­ ver­ sity Press Unesa penghargaan pengolah data dengan kerja keras dan dan adminidtrasi terbaik. kesungguhan hati. Tak pelak, Edy, begitu panggilan kesungguhannya dalam akrabnya sama sekali tak menyangka pe­ker­jaan yang selama bekerja itu pun mendapat ap­resiasi. Ia mendapatkan piagam ini digeluti mendapatkan apresiasi yang baik. penghargaan Dharma Pe­ngab­di­an yang dianugerahkan pada Menurutnya, keberhasilan suatu pekerjaan bermula dari ni­ peringatan Dies Natalis ke-49. at yang ada dalam diri seseorang. Jika tujuan pertama untuk “Saya tidak menyangka penghargaan ini diberikan pada be­ ker­ ja, pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan. saya, pa­dahal saya merasa dalam bekerja, biasa-biasa saja. Tetapi, jika niat bekerja tapi di dalam bekerja hanya main-main, Cuma dalam me­ lakukan sebuah tugas saya tidak pernah hasilnya ten­tu jauh dari yang diharapkan. “Bagi saya, niat itu setengah-setengah.” tu­turnya rendah hati. menentukan ke­ber­hasilan seseorang dalam bekerja,” ujar Edy, Penghargaan yang diterima itu, tentu menjadi tambahan ketika berbincang de­ngan reporter majalah Unea di ruang mo­tivasi bagi Prijanto untuk berkerja lebih baik lagi. Sebelum kerjanya. men­jadi pegawai di Unipress, Prijanto pernah ditempatkan di Edy pun menyadari bahwa penghargaan yang didapat La­boratorium Fisika, diperbantukan di program BJJ (Belajar tidak lan­tas membuat ia lupa diri. Justru, penghargaan itu Jarak Jauh) pada bagian perlengkapan, diperbantukan di semakin men­ jadi motivasi untuk meningkatkan kualitas UT (Uni­ver­sitas Terbuka) yang bertempat di Unair. Sebelum kerjanya. Tentu, ia akan merasa malu jika penghargaan yang akhirnya di­ ta­ rik lagi ke Unesa pada tahun 1988 dan diterima itu tidak di­imbangi dengan member contoh yang ditempatkan di UNESA Uni­ver­sity Press hingga sekarang. baik kepada anak buah­nya. Di Unipress, pria Sekilas, jika mencermati kelahiran Malang 12 Februari perjalanan karir Edy dalam “Saya tidak menyangka penghargaan 1962 itu me­mu­lai pekerjaan pekerjaan me­ mang tak sebagai operator mesin ini diberikan pada saya, pa­dahal saya cetak sebelum akhirnya men­ segampang membalikkan tangan. Awalnya, ia masuk dapat kepercayaan sebagai merasa dalam bekerja, biasa-biasa sebagai pegawai honorer penanggung jawab produksi. saja. Cuma dalam me­lakukan sebuah Se­bagi penanggung jawab sebagai salah satu karyawan per­cetakan di IKIP Surabaya. produksi, tentu ia berupaya tugas saya tidak pernah setengahSetalah lama menjadi menjaga agar kualitas pegawai honorer, ia akhirnya produksi baik sehingga tidak setengah.” diangkat menjadi PNS. mengecewakan pe­langgan. Tahun 2006, ketika Fa­kultas Meski sudah bekerja Ekonomi (FE) dibuka, Edy yang dulu ditugaskan di per­ce­takan dengan baik, tapi masih ada kendala yang dihadapi. Salah Unipress dipindah menjadi tenaga pengolah data dan ad­ satu kendala yang dihadapi itu adalah me­nge­nai keajegan ministrasi di FE hingga sekarang. pegawai yang bekerja. Kerap kali terjadi, setelah mem­bimbing Selama menjadi pengolah data dan administrasi FE, tak SDM hingga ahli, tiba-tiba mereka di-rolling dan di­ganti orang banyak ham­ batan berarti. Satu-satunya, hambatan yang baru. Tentu saja, pergantian itu membuat ia harus men­didik pernah ditemui adalah terkait sistem pemasukan nilai yang lagi SDM baru. “Seharusnya, saat sudah ahli melakukan pe­ kerap bersamaan de­ngan fakultas lain ke puskom. Karena itu, ia kerjaannya, SDM tersebut sebaiknya tidak dipindah agar pe­ menyarankan agar ada jadwal secara rinci pada setiap fakultas kerjaan terus berjalan lancar,” harap Prijanto. (CHANDRA KIRANA) sehingga tidak ada sa­ling kejar-kejaran dalam memasukkan nilai. (WAHYU)

16 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014


LAPORAN UTAMA

Efa Susanti, Satuan Pengamanan Terbaik

Tegas, Disiplin, dan Santun

SOSOK yang satu ini tentu sudah tidak asing di lingkungan Fakultas Ma­tematika dan Ilmu Pe­nge­ta­huan Alam Unesa. Dia adalah Efa Susanti, salah satu satpam pe­rempuan yang baru saja men­dapatkan penghargaan se­bagai Satpam Teladan tahun 2014. Meski perempuan, Efa dikenal sebagi satpam yang tegas dan disiplin. Suatu ketika, ia terpaksa harus mencabut pentil salah satu motor mahasiswa karena tiga kali diperingatkan agar tidak parkir sembarangan, tak dihiraukan. “Bukan masalah jahat atau tidak jahat, ini masalahnya tentang kedisiplinan dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya,” tuturnya. Tindakan tegas itu pun berefek positif. Mahasiswa menjadi jera dan tidak memarkir sepedanya di tempat sembarangan. Meski demikian, Efa juga pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan karena tindakan tegasnya itu. Ia pernah ditabrak oleh mahasiswa karena jengkel terhadap kedisiplinan yang dilakukan. Tindakan mahasiswa itupun, ia laporkan ke atasan. Mahasiswa tersebut pun dipanggil. “Alhamdulillah, saat ini mahasiswa tersebut sudah berubah, sekarang sudah disiplin malah memberitahukan kepada temannya bahwa parkir di tempat seperti itu kurang aman,” ujarnya. Efa mengatakan, ketegasan itu harus diawali dari diri sendiri. Sebab, ketegasan itu lahir dari keyakinan dan komitmen pribadi terhadap keputusan yang diambil sehingga terwujud dalam tindakan dan aktivitas. Bersikap tegas, tambah Efa, berarti harus konsisten terhadap keputusan yang

diambil dan berani menerima konsekuensinya walaupun berat. Perempuan kelahiran 29 Desember 1989 itu menambahkan, kualitas kepemimpinan yang efektif sangat ditunjang keberanian, ketegasan dan kedispilinan. “Hukum tidak akan jalan tanpa kedisiplinan. Jika hukum tidak jalan, maka wewenang dan kekuasaan juga macet. Kekuasaan yang macet membuat siapa pun yang berkuasa tidak memiliki wibawa, tidak bisa menjalankan fungsinya, dan akhirnya ditinggalkan oleh pengikutnya. Inilah kehancuran sebuah kepemimpinan,” ujarnya. Masalah penegakan hukum dan kedisiplinan ini sangat vital per­ anannya. Tidak saja di militer, tetapi juga di seluruh bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedis­ iplinan adalah jantung kehidupan sebuah bangsa. Bangsa yang tidak memiliki kedisiplinan akan hancur. Sebab tanpa kedisiplinan, hukum tidak bisa ditegakkan. (RUDI)

Tukiyono, Pengemudi Teladan

Mengemudi itu Bagian dari Hidup TUKIYONO, pria kelahiran 17 juni 1963 mungkin bisa di­bi­lang sopir pertama di Universitas Negeri Surabaya. Ia me­nga­wali pekerjaan sebagai tenaga serabutan pada ta­hun 1985, sewaktu Unesa masih bernama IKIP Surabaya. Ia me­ ngerjakan apa saja mulai dari mengemudi, mengantar surat dan apapun pekerjaan yang memerlukan bantuannya pada wak­tu itu. Tahun

2004, ia lantas dipindah ke bagian bus sebagai sopir hingga sekarang. Terhitung, sudah 24 tahun Tukiyo bekerja sebagai pengemudi di Unesa. Sedari awal, ia memang mendaftar sebagai pengemudi. Baginya, mengemudi adalah hobi dan pekerjaan yang menyenangkan. Atas dedikasinya, itu tak heran ia pun dinobatkan menjadi sopir terbaik 2014. Ketika ditanya suka duka bekerja sebagai pengemudi di Une­ sa, pria berusia 50 tahun itu menjawab “Sukanya karena me­nge­ mudi itu menyenangkan dan sudah bagian dari hidup saya, tetapi ada juga dukanya yakni jika ada kendala di jalan,” ujar Tukiyono. Bapak dengan satu anak itu berharap, ia bisa dipekerjakan apa saja di luar pekerjaan utamanya sebagai pengemudi bus. Jika ti­dak ada yang memerlukan bus, ia berharap bisa diberi pekerjaan lain. (ARI/LINA) Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA SEMINAR INOVASi SAINS DALAM KURIKULUM: Seminar nasional pendidikan sain bertema: Inovasi pendidikan sains dalam menyongsong pe­lak­sanaan kurikulum 2013 berlangsung meriah. Seminar yang diselengarakan program studi pendidikan sains pascasarjana Unesa itu menghadirkan narasumber Prof. Dr. Hamid Husan, MA (Guru Besar UPI) dan Prof. Dr. Muslimin Ibrahim,M.Pd (Guru Besar Unesa).

"OUR CONTEMPORER HERITAGE" DALAM rangka ujian akhir semester mata kuliah Tata Rias dan Busana Karakter, mahasiswa Jurusan Sendratari FBS Unesa menggelar acara tari di Mall Ciputra World. Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa (21/1) dengan tema "Our Contemporer Heritage” itu mendapat animo dari banyak pengunjung. Pada awal acara, pengunjung disuguhi perform phantomim dengan mengajak penonton menjawab teka-teki. Selain menyajikan tari kontemporer dan zombie flashmob, mahasiswa juga memamerkan 13 busana rancangan mereka dengan aneka judul seperti Keajaiban Nawangwulan; Cakil Tidak Pernah Diceritakan; Bima Terhebat; Srikandi di Zona Bahaya; Perjuangan Gatotkaca; Shinta Kecil; Semar; Anjani Cantik; Holi Anoman; Kekuatan Lembusuro; Rangda Senja; Malaikat dari Hujan Mutiara; dan Efek Ratu Pantai Selatan. (NARASI DAN FOTO: ARI)

18 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014


LENSA UNESA

YUDISIUM PERTAMA PPG SEBANYAK 259 lulusan PPG prajabatan Pasca SM3T Angkatan I diyudisium, Senin (10/2). Momentum bahagia itu dihadiri Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Muchlas Samani, Direktur PPG Prof. Dr. Lutfiah, ketua LPPM Prof. Dr. Wayan dan pejabat Unesa tingkat fakultas maupun jurusan. Ini pertama kali Unesa meluluskan guru profesional dari PPG jalur SM3T. Mereka memperoleh sertifikat pendidik. Yudisium dan pelantikan tersebut juga menghasilkan 13 lulusan terbaik dari berbagai jurusan. Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Muchlas Samani berpesan melalui sebuah puisi, yang intinya, untuk meraih sebuah impian harus bertahap. “Sebuah impian harus bertahap, dimulai dari yang kecil, dari diri sendiri,” pesannya. (PUTRI/AROHMAN) SEMINAR ABK; Sekitar 377 pe­­ serta hadir dalam seminar Pe­­nataan Kelembagaan dan Ku­rikulum bagi Anak Ber­ke­bu­ tu­ han Khusus (ABK) di kom­ pleks SLB Gedung Q-2 Unesa Kam­ pus Gedangan Sidoarjo pada Sabtu (11/1). Pe­ser­ta yang hadir berasal dari ka­ la­ ngan guru, kepala sekolah, pe­ mer­ hati ABK dan mahasiswa. Pem­ bicara dalam seminar sehari itu adalah Dr Totok Bintoro, M.Pd.; Dr. Praptono, M.Ed.; dan Drs. Sumarman. Saat ini, Unesa men­ dapat penghargaan dari Kem­dik­ bud kepada sebagai kampus in­ klu­si dan pusat rujukan kampus ra­ mah ABK wilayah Indonesia ba­gian Timur. (NASKAH DAN FOTO: ARI) Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

19


IN UNES P A IM EM

EPAN AD AS M

MENCAR IP

LAPORAN KHUSUS

Pergantian rektor Unesa memang masih beberapa bulan lagi—sekitar 5 bulan lagi (Juni 2014). Meski demikian, gaung suksesi kepemimpinan di Unesa sudah mulai terdengar. Salah satunya, melalui diskusi yang dilakukan BEM Unesa pada 22 November 2013 yang mengupas tentang pemimpin Unesa Masa Depan. Bagaimana sejatinya kriteria rektor Unesa masa depan?

R

ektor Unesa saat ini, Prof. Muchlas me­ nge­ mu­­kakan pen­da­pat me­ narik seputar per­ gan­ tian pemimpin Unesa ke depan. Mantan staf ahli Ke­ men­diknas itu mensyaratkan 3 kriteria untuk pemimpin Une­sa masa depan. Kriteria per­ ta­ ma, pemimpin masa depan Une­ sa harus memiliki standing aka­de­ mik yang kokoh. Bagi Muchlas, de­ mikian sapaan akrabnya,

20

|

stan­ding akademik itu penting lan­ taran secara kelembagaan, Une­sa belum sekokoh Unair, ITS, UGM, UI dan PTN lain yang lebih dulu. Jika rektornya memiliki stan­ding akademik yang kokoh, ten­tu Unesa akan lebih mudah ber­ gaul dan duduk setara dengan universitas ternama di tingkat nasional. Imbasnya, Une­sa akan makin dikenal luas dan terlibat dalam berbagai pe­

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

ngambilan keputusan di tingkat nasional. Kriteria kedua, lanjut Much­ las, pemimpin Unesa ke depan ha­rus memiliki integritas yang kuat. Sebab, saat ini, Unesa te­ ngah mengelola projek IDB de­ ngan dana besar mencapai 39,2 juta dolar atau setara 420 mi­liar. Untuk mengelolah dana sebesar itu, tentu dibutuhkan pe­mimpin (rektor) yang ber­in­ tegritas kuat. Jika tidak memiliki

integritas kuat, godaan dalam me­ ngelola projek sebesar itu pasti berpeluang besar meng­ hambatnya. Karena itu, sangat diperlukan rektor yang tidak mu­dah tergoda dan tergiur se­ hing­ ga melakukan tindakantin­ dakan yang melanggar hu­ kum. Ibarat pohon, semakin ting­gi semakin kencang angin me­ nerpa. Agar tidak mudah am­bruk diterpa angin, tentu di­


LAPORAN KHUSUS perlukan akar (pemimpin) yang kuat dan berintegritas. Kriteria ketiga, pemimpin Une­sa masa depan harus memi­ li­ ki kemampuan membangun je­jaring internasional. Muchlas meng­ilustrasikan, jika di­iba­rat­ kan pabrik, Unesa belum me­ miliki merek terkenal. Karena itu, Unesa perlu menggandeng uni­ ver­ sitas lain agar dapat numpang na­ ma universitas ter­ sebut. Era global memaksa semua uni­ver­sitas bekerja sama de­­ngan uni­versitas lain di luar negeri. Program double deg­ree, pengiriman dosen dan ma­ ha­ siswa, penelitian bersama me­ rupakan contoh kerja sama yang harus dilakukan. Prof. Dr. I Wayan Susila, M.T, guru besar Unesa yang ki­ ni menjadi ketua LPPM me­ nga­ takan bahwa calon rektor Une­ sa ke depan harus sesuai

pegawai, dan karyawan kam­ pus. Rektor ke depan juga harus berupaya keras untuk me­ma­ju­ kan Unesa menjadi lebih baik,” ung­kap I Wayan. Sementara itu, Prof. Dr. Fa­ biola Dharmawanti Kurnia, M.Pd berharap rektor ke depan da­ pat melanjutkan kinerja rektor sebelumnya seperti ke­ma­juan fisik dari bangunan, pem­ ba­ ngu­ nan gedung, dan fasilitas kam­pus. Tidak hanya dari sisi

de­ngan peraturan menteri dan di­harapkan membawa misi Une­ sa untuk dapat menjalin ker­ja sama dengan pihak luar negeri, perguruan tinggi, dan ins­tansi terkait lainnya sehingga Unesa dapat dikenal secara luas. Se­lain itu, Wayan mengatakan bah­wa seorang rektor harus men­ jun­ jung nilai-nilai akademis. Sa­lah satunya, dapat menguasai Ba­ hasa Inggris. Penguasaan ba­ ha­ sa internasional diperlukan se­bagai sarana penunjang hu­ bungan dengan pihak ins­tan­si dari luar negeri. “Saya ber­ ha­ rap citra rektor masa depan da­ pat dijadikan panutan baik dari kalangan mahasiswa, do­ sen,

me­ ngakui bahwa keadaan Unesa sekarang jauh lebih baik dibandingkan dengan se­ belumnya. Karena itu, ia ber­ha­ rap, rektor masa depan dapan bisa melanjutkan kemajuan yang sudah dimiliki sekarang demi citra Unesa di masyarakat luas. Selain itu, perlu terus menerus melakukan peningkatan nilai akademik dan SDM. (WAHYU)

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

Prof. Fabiola Dharmawanti K. M.Pd

Prof. I Wayan Susila, M.T

sangat berharap jika rektor ters­ ebut masih berusia pro­ duk­ tif dalam kinerjanya dan ma­sih layak, akan sangat baik jika rektor tersebut tetap me­ lanjutkan kinerjanya.

fisik, nonfisik seperti kualitas aka­demik juga harus lebih di­ tingkatkan mulai dari jajaran ma­ hasiswa, dosen, pegawai, dan lain-lain. “Calon rektor ke depan, harus bisa menjalin ke­ mit­ raan dengan instansi lain baik dalam dan luar negeri,” te­ rangnya. Senada, Prof. Dr. H. Kusnan, M.T mengatakan bahwa calon rektor ke depan harus lebih memiliki semangat memajukan Unesa baik segi akademik maupun nonakademik. Ha­ nya saja, meski rektor bisa di­ gan­ ti sesuai aturannya, na­ mun ia

Tak berbeda jauh, Prof. Dr. Mu­noto, M.Pd mengakui bahwa ke­ pemimpinan Unesa periode se­ karang sudah bagus dalam pembangunannya. Ia berharap calon rektor selanjutnya dapat meningkatkan kua­ li­ tas akademik mulai dari pe­ ngem­bangan laboratorium, sum­ ber daya manusia, sistem pembelajaran, dan sebagainya. Yang terpenting, tambahn Mu­

Prof. Dr. Munoto, M.Pd

Prof. Dr. H. Kusnan, M.T

noto, penjaminan mutu Unesa harus terjaga. Sebab, ke­majuan suatu perguruan tinggi bisa dilihat dari jaminan mutu dan kualitas lulusan. “Saya ber­ha­rap rektor ke depan lebih mem­per­ hatikan penjamin mutu demi pe­ningkatan kualitas perguruan tinggi,” pungkasnya. Dalam bahasa yang hampir sa­ ma, Prof. Dr. Mustaji, M.Pd Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

21


LAPORAN KHUSUS

JALAN PERUBAHAN MENUJU UNESA BERMARTABAT Oleh Martadi Ketika roda perubahan mulai ber­gerak dan seluruh jajaran su­dah berada dalam satu ‘trek’ yang relatif sama, perlu disusun pro­gram-program visioner, yaitu membuka jendela masa de­pan dengan menciptakan visi yang jelas dan terfokus, yang akan menuntun arah pe­rubahan Unesa ke arah yang te­pat.

G Penulis adalah dosen Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa

22

|

rowing with Character’, se­ lama empat tahun ter­ akhir slogan ini bi­ sa dengan mudah ki­ ta temukan di semua produk gra­fis Unesa, ada di kop surat, am­­plop, stopmaf, kalender, span­ duk, banner, dan masih ba­nyak produk grafis yang lain. Mes­kipun hanya terdiri tiga ka­ta, sesungguhnya slogan ini me­ mi­ liki makna yang luar biasa. Mak­ na tentang cita-cita luhur un­tuk wewujudkan Universitas Ne­ geri Surabaya sebagai per­ gu­­ruan tinggi bermartabat yang mampu berdiri sejajar de­ ngan perguruan tinggi lain di In­­­donesia ditengah persaingan Asian Community 2015. ‘Growing with Character’ ada­­lah sebuah momentum pe­ ru­ bahan. Keberhasilan sebuah pe­­rubahan terkait erat dengan ta­hapan proses perubahan itu sen­­ diri yaitu tahap persiapan pe­rubahan, tahap implementasi pe­­rubahan, dan tahap peng­ge­ lo­laan hasil perubahan . Pro­ses implementasi perubahan ti­ dak akan berhasil apabila ta­ hap persiapannya sudah tidak je­las. Dan ketika perubahan itu su­

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

dah berjalan yang tidak boleh ter­lewatkan adalah memelihara mo­ mentum perubahan. Ibarat pe­ sawat harus segera tinggal lan­ das ketika momentumnya su­dah tiba, terlepas tujuannya de­kat atau jauh, yang terpenting tu­juan dan kerangka waktunya ha­rus jelas. Jika terlambat, pe­sa­ wat ‘Growing with Character’ ti­ dak akan pernah ‘tinggal landas’ ter­bang mengudara dan hanya akan menjadi bagian cacatan se­ ja­rah panjang Unesa. Momentum sudah di­ tan­ cap­ kan dengan kukuh oleh rek­tor terdahulu, pekerjaan ru­ mah kita semua bagaimana me­ mi­lih figur calon rektor Unesa 2014-2018 yang tepat agar ti­ dak kehilangan momentum ter­sebut. Pendapat saya, untuk mam­ pu menterjemahkan slo­ gan tersebut setidaknya Une­sa empat tahun kedepan mem­ bu­ tuhkan figur yang memiliki kri­teria: visioner, integritas, ka­ pa­ sitas akademik, networking, dan berani melakukan pe­ ru­ bahan. Untuk melakukan se­ bu­ ah perubahan, pertama yang harus ditanamkan adalah ada­ nya kesadaran untuk mau

be­rubah (change awareness), yang harus disuntikkan ke se­ genap jajaran kunci di Unesa. Ar­­tinya, kesadaran perubahan ter­ sebut betul-betul harus di­ pa­hami dan merasuk keseluruh warga Unesa, mulai di tingkat top leader sampai grass root agar ada kesamaan visi dan misi. Akan timbul persoalan, ke­tika perubahan tersebut ha­ nya dipahami oleh para top lea­der saja, maka ketika roda pe­ rubahan sudah bergulir, sementara komponen-kom­po­ nen lain belum sinergis, ujungujung­nya perubahan tidak ber­­ jalan sesuai dengan target yang direncanakan bahkan me­ nim­ bul­kan kemacetan-ke­ma­cetan di berbagai lini. Perubahan adalah sua­ tu proses pembelajaran, meng­gan­ ti­kan yang lama dengan yang ba­ ru dan itu tidak semudah mem­ balikkan telapak tangan. Tetapi yang perlu diingat, tan­pa adanya kesadaran bersama se­ luruh warga Unesa, program pe­ ru­bahan akan tersendat, karena ra­ puhnya landasan komitmen ter­ hadap perubahan seperti yang di canangkan dalam visi dan


LAPORAN KHUSUS

misi. Untuk itu, calon pimpinan Unesa kedepan harus memiliki integritas, komitmen tinggi, dan mampu ‘memanajemeni’ sin­drom kecemasan. Ibarat me­ nyeberang jembatan baru ke­ te­ mu katak sudah disangka buaya. Baru melangkah sedikit dan menghadapi resistensi da­ lam bentuk ketidaksetujuan (yang sudah harus diantisipasi se­ belumnya) lalu tidak me­ ne­ ruskan tetapi malah me­nya­lah­ kan perubahaannya, atau lebih ga­watnya lagi menghujat agen peng­agas perubahannya. Ketika roda perubahan mulai ber­gerak dan seluruh jajaran su­ dah berada dalam satu ‘trek’ yang relatif sama, perlu disusun pro­gram-program visioner, yaitu membuka jendela masa de­ pan dengan menciptakan visi yang jelas dan terfokus, yang akan menuntun arah pe­ rubahan Unesa ke arah yang te­ pat. Tanpa adanya arah tujuan yang jelas, maka energi yang di ke­luarkan Unesa menjadi sangat tidak efisien. Menurut hemat saya, ke depan fokus yang ha­ rus dilakukan Unesa adalah po­sitioning, artinya dengan mem­pertimbangkan potensi yang kita miliki (keunggulan) dan arah persaingan global, Unesa harus menjadi lebih fokus yang menjadi core business yaitu melahirkan para pendidik yang unggul dan profesional.

Tanpa adanya positioning yang jelas, maka sebuah visi hanya akan tetap menjadi slogan belaka tanpa maujud secara nyata yang tercermin dalam kehidupan budaya kampus. Sulit dibayangkan, ibarat sebuah kendaraan yang sudah berjalan dengan kecepatan penuh, tetapi sopir kendaraan tersebut tidak tahu arah tujuannya. Mengutip pendapat A.B. Susanto, terdapat tiga kaidah pe­ rubahan. Kaidah pertama ada­lah Law of Native, yaitu pe­ ru­bahan yang dilakukan harus me­ libatkan seluruh anggota or­ ganisasi. Segenap impian yang terkemas dalam visi Une­ sa harus meresap ke dalam sa­ nubari semua warga Unesa dan membuahkan komitmen ber­sama. Baik mulai top leader, mid­lle leader, sampai pelaku di ting­kat grass root, betul-betul me­mahami dan menyadari roh pe­ rubahan tersebut, sehingga ter­ dapat kesamaan gerak dan langkah di semua jajaran dan lini. Kaidah kedua, adalah Law of Chaos, yaitu sesuatu yang ha­ rus disadari bahwa dalam se­tiap perubahan pasti timbul ke­ ka­ cau­an. Calon pemimpin Unesa ha­ rus siap menerima fakta ini dan memiliki strategi yang tepat un­tuk mengelola kekacauan ter­ sebut menjadi suatu yang tidak mengganggu perubahan se­cara

makro, bahkan mampu meng­ ubah­nya menjadi energi positif ter­hadap perubahan itu sendiri. Kaidah ketiga adalah Law of Eden, yaitu kegiatan pe­ ru­ ba­ han membutuhkan peran te­ ladan, kompetensi dan ko­ mit­ men tinggi. Artinya, calon pe­ mimpin Unesa ke depan harus memberikan contoh nya­ ta sehingga bisa menjadi tau­la­ dan bagi bawahannya. Kita tidak hanya cukup meminta ja­ ja­ ran kita untuk meningkatkan pro­ fe­sionalitasnya tanpa dibarengi tau­dalan secara konkrit. Kita ti­ dak bisa meminta anak buah ki­ta datang tepat waktu, apabila pim­pinan tidak pula melakukan hal serupa. Untuk mengawal momen­ tum perubahan tersebut, se­ sung­ guhnya Unesa tidak ke­ kurangan putra-putri ter­ baik­ nya, terlepas siapapun dia, yang dibutuhkan Unesa em­pat tahun ke depan adalah orang yang ‘tepat’ untuk bisa me­ner­ bangkan pesawat dengan tag­ line ‘Growing with Character’ meng­ udara tinggi menjelajah ang­ kasa dalam kondisi cuaca apapun dan bisa selamat me­ ngan­tarkan penumpang sampai tu­juan. Siapakah sosok pilot yang ‘tepat’ tersebut? Kita se­ mua ikut bertanggungjawab un­tuk memilihnya. (mrtadi@yahoo.com)

Untuk mengawal momen­tum perubahan, se­ sung­guhnya Unesa tidak ke­kurangan putra-putri ter­ baik­nya, terlepas siapapun dia, yang dibutuhkan Unesa em­pat tahun ke depan adalah orang yang ‘tepat’ untuk bisa me­ner­bangkan pesawat dengan tag­line ‘Growing with Character’ meng­udara tinggi menjelajah ang­kasa dalam kondisi cuaca apapun dan bisa selamat me­ngan­ tarkan penumpang sampai tu­juan.

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

|

23


KOLOM REKTOR

WHAT WINNERS ARE MADE OF Karyawan tidak harus secer­das Einstein dan Stephen Haw­king. Calon karyawan juga ti­dak harus membaca buku Sha­kes­peare dan Ary Ginandjar. Te­tapi karyawan harus memiliki ke­cerdasan cukup baik agar da­pat mengerjakan tugas-tugas yang diterima. Lebih dari itu, kar­yawan yang cerdas dapat de­ngan mudah mengikuti per­kembangan perusahaan.

T

Oleh Prof. Muchlas Samani

24 |

anggal 26-28 Januari 2014 saya mengikuti acara Workshop Penge­ lo­ laan Keuangan bagi KPA, yang diadakan oleh Sekretariat Jen­ deral Kemdikbud di Hotel Millennium Jakarta. Kebetulan Minggu tgl 26 pagi ada keluarga yang menikahkan anaknya di TMII (Taman Mini Indonesia In­ dah), sehingga istri saya ikut ke Jakarta. Lumayan, wa­ laupun tiket pesawat harus mem­ ba­ yar sendiri, istri saya dapat me­ numpang nginap di hotel ber­ sa­ma saya. Saya pesan kepada Mas Nardi, teman yang biasa men­carikan tiket, agar isteri saya di­carikan tiket promo atau yang ter­murah. Alhamdulillah dapat. Acara workshop berjalan le­ bih cepat dari yang dijadwalkan. Acara yang dijadwalkan ditutup Selasa pukul 10.00, sudah di­tu­ tup Senin sore. Pada hal tiket sa­ya dan istri untuk Jakarta-Su­ ra­ baya pada Selasa pukul 13. Mau­nya memajukan tiket, tetapi tidak bisa karena tiket istri saya ti­ket promo. Kalau memajukan ha­rus membayar. Akhirnya kami te­tap menggunakan jadwal se­ mula, pulang ke Surabaya pukul 13 dan saya menganggur di ho­ tel Selasa pagi. Untunglah saya membawa bu­ku berjudul Winning tulisan Jack Welch dan Suzy Welch. Jack Welch adalah mantan bos Ge­ neral Electric, sedang Suzy Welch saya duga istrinya. Saya

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

me­ manfaatkan waktu luang untuk membacanya. Kebetulan yang saya baca Chapter 6 yang ber­judul Hiring: What Winners Are Made of. Isinya sangat bagus dan oleh karena itu saya ingin berbagi dengan pembaca. Pada chapter itu Jack da Suzy Welech menjelaskan apa kriteria yang perlu digunakan pada saat melakukan rekrutmen karyawan. Kriteria itu konon sering ditanyakan ketika mereka memberikan seminar maupun pelatihan manajemen. Kriteria tersebut sangat penting agar perusahaan memiliki karyawan dan pimpinan yang betul-betul bagus. Staf yang tidak sesuai dengan kriteria yang diperlukan seringkali membuat kerepotan. Menurut Jack dan Suzy Welch saringan pertama untuk rek­ rutmen calon karyawan ada­­lah untuk menguji tiga as­ pek, yaitu integrity, intel­lige­ nce­ dan maturity. Yang dimaksud dengan integrity dalam konteks ini adalah kejujuran dan satunya kata dengan perbuatan. Setiap karyawan harus memahami nilai-nilai serta aturan-aturan yang diterapkan di perusahaan dan harus dengan sepenuh hati menerapkannya. Bagaimana cara menge­ ta­hui integritas orang? Untuk orang dalam, integritas dapat di­ ketahui dari perilaku sehari-hari yang bersangkutan. Tentu itu di­ lakukan dalam waktu cukup

lama, sehingga dapat dilihat kon­sistensinya. Bagaimana ba­ gi calon dari luar? Tentu lebih su­lit. Biasanya didasarkan dari re­putasi yang bersangkutan dan atau referensi orang lain yang ter­percaya. Karyawan tidak harus secer­ das Einstein dan Stephen Haw­ king. Calon karyawan juga ti­dak harus membaca buku Sha­kes­ peare dan Ary Ginandjar. Te­tapi karyawan harus memiliki ke­ cerdasan cukup baik agar da­ pat mengerjakan tugas-tugas yang diterima. Lebih dari itu, kar­ yawan yang cerdas dapat de­ngan mudah mengikuti per­ kembangan perusahaan. Ketika perusahaan tumbuh, tentu terjadi perubahan tata kerja diperusahaan dan karyawan tentu harus dapat mengikutinya. Jack dan Suzy Welch meng­ ingatkan agar kita tidak mengaburkan antara ke­ cer­ dasan dan pendidikan. Me­ mang benar, bisanya lulusan per­guruan tinggi terkenal ada­ lah mereka yang cerdas. Tetapi itu juga tidak menjamin. Fakta juga menunjukkan banyak lu­ lusan perguruan tinggi biasa atau bahkan tidak pernah kuliah tetapi mereka cerdas.ma­ tangan (maturity) penting bagi kar­yawan. Dengan kematangan kar­ yawan tidak mudah emosi, da­ pat menghargai orang lain, da­ pat melakukan introspeksi dari kekurangan diri, serta


KOLOM REKTOR

mudah bekerjasama dalam tim. pekerjaan-pekerjaan yang me­ Karyawan yang kurang matang ngan­dung risiko. seringkali menimbulkan situasi P yang dimaksud oleh Jack dan Suzy Welch adalah passion. kerja yang tidak kondusif. Di samping tiga syarat tadi, Jika pekerjaan menjadi passionJack dan Suzy Welch me­nga­ta­ nya, maka karyawan akan me­ kan karyawan harus memiliki nikmati pekerjaannya. De­ “The 4-E dab 1-P”. Apa itu? E ngan demikian dia akan be­ pertama, karyawan harus me­ ker­ ja dengan sepenuh hati miliki positive energy. Mak­sud­ dan hasilnya akan maksimal. nya karyawan harus me­ mi­ liki Kar­yawan yang bekerja ka­re­na energi dan semangat un­ tuk terpaksa atau sekedar me­lak­sa­ “ker­ja-kerja-kerja”. Mung­kin na­kan kuwajiban, hasilnya tidak se­ perti semangat yang dian­ akan maksimal. Kriteria di atas berlaku untuk jur­­ kan oleh Menteri BUMN, Dah­­ lan Iskan. Karyawan de­ se­mua karyawan. Namun untuk ngan positive energy akan se­ level pimpinan apalagi pimpinan lalu optimis dan bersemangat puncak di unit kerja, diperlukan un­ tuk mengerjakan tugasnya. kri­ teria tambahan. Jack dan Kar­yawan dengan positive ener­ Suzy Welch menyebutkan em­ gy akan mencintai pe­ker­ja­annya. pat tambahan untuk syarat pim­ E kedua adalah energize pinan, yaitu authenticity, ability others. Maksudnya karyawan to see around corners, strong yang baik akan memberi se­ pen­chant to surround themselves ma­­ ngat kepada rekan lainnya. with better people, danheavy duty Hal itu tidak selalu disampaikan resilience. se­­ bagai ucapan, tetapi lebih Menurut Jack dan dari itu melalui contoh yang Su­ zy Welch, orang de­ meng­ inspirasi orang lain. ngan authenticity memiliki ke­ Membangun kebersamaan man­dirian dan rasa percaya diri ker­ ja keras merupakan con­ yang kuat. Dengan demikian toh energize others. dia akan berani mengambil ke­ E ketiga adalah edge, the putusan yang dianggap te­ pat cou­rage to make tough yes-or- walaupun mungkin tidak po­ no decision. Seringkali si­tuasi puler. Pemimpin apalagi pe­ kerja bersifat abu-abu, se­ mim­ pin puncak tidak boleh hingga orang dapat berbeda hanya mencari popularitas pen­ dapat karena masing-ma­ dan melupakan kemajuan sing melihat dari sisi yang ber­ orga­ nisasi. Pemimpin de­ beda. Dalam situasi seperti itu ngan authenticity tidak akan karyawan harus mampu me­ se­ kadar mengikuti arus orang nga­nalisis mana yang tepat dan banyak. Dia akan akan me­ berani mengatakan “ya” untuk ngam­ bil langkah berani demi yang diyakini benar dan me­ ke­ majuan organisasi yang di­ nga­ takan “tidak” untuk yang pimpinnya. diyakini tidak benar. Walaupun Yang dimaksud de­ yang informasi yang keliru tadi ngan ability to see around cor­ berasal dari orang/pihak yang ners adalah kemampuan mem­ berpengaruh. pre­diksi apa yang akan terjadi E keemapat adalah execute. di masa datang. Tentu yang Mak­ sudnya kemampuan un­ dimaksud Jack dan Suzy Welch tuk melaksanakan suatu tugas. bukan semacam juru ramal, Tidak semua orang yang faham tetapi dengan ber­ba­gai data dan dan bahkan pandai ber­ teori fenomena, pemimpin puncak mampu melaksanakan apa harus mampu membuat prediksi yang diteorikan. Di sam­ ping ke depan. Dengan begitu, da­pat kemampuan untuk me­lak­sa­na­ dilakukan antisipasinya. Bah­kan kan suatu pekerjaan juga di­per­ dengan kemampuan itu, yang lukan keberanian. Apalagi ada bersangkutan dapat “me­ man­

faat­ kan” perubahan itu untuk ke­majuan organisasi. Pemimpin harus mampu men­ dayagunakan staf untuk kemajuan organisasi. Makin pan­ dai staf yang dimiliki tentunya ma­kin lancar pekerjaan. Namun demikian tidak semua pimpinan merasa nyaman ketika dikelilingi dan mendapat masukan dari karyawan yang lebih pandai dari dia sendiri. Pemimpin yang baik, apalagi pemimpin puncak seharusnya siap dikelilingi dan mendapat masukan dari staf yang lebih pandai atau lebih pengalaman dari dia sendiri. Pemimpin seperti itulah yang oleh Jack dan Suzy Welch dise­ but dengan strong penchant to surround themselves with better people. Tidak ada orang yang ti­dak pernah gagal. Demikian pula setiap organisasi pernah me­ nga­ lami kegagalan program. Se­tiap orang maupun organisasi juga akan selalu menghadapi tan­ tangan, baik dari dalam mau­ pun dari luar. Pemimpin apalagi pemimpin puncak harus memiliki heavy duty resilience, yaitu kemampuan meng­ hadapi tantangan dan be­rani bangkit dari kegagalan. Pemimpin yang baik harus me­ maknai kegagalan sebagai pe­ lajaran dan sukses yang ter­tun­ da. Pemimpin yang baik harus memaknai tantangan sebagai peluang untuk sukses. Jujur saya merasa men­ da­ pat pelajaran banyak dari membaca chapter 6 buku ber­ ju­dul Winning, karya Jack Welch dan Suzy Welch. Yang ingin men­ dapatkan gambaran lebih lengkap, silahkan membaca bu­ ku aslinya. Semoga. n

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 25


INSPIRASI ALUMNI

Perjuangan Keras Muchamad Zinuri, Raih Beasiswa Monbukagakusho

Terobsesi Adopsi Perpustakaan Universitas Tsukuba yang Supercanggih

B

agi Muhamad Zinuri, bisa men­dapat kesempatan me­lanjutkan studi ke ne­ geri Sakura, Jepang me­ ru­ pakan impian paling besar da­lam hidup yang bisa diraih. Apa­lagi, impian studi ke Jepang itu berhasil ia raih dengan per­ juangan keras melalui se­ leksi program beasiswa pe­me­rintah Jepang atau yang le­bih dikenal dengan Beasiswa Mon­bu­ka­ga­ ku­sho. Beasiswa yang mulai di­ ta­ warkan ke Indonesia sejak ta­ hun 1960 itu merupakan pro­ gram Japanese Studies yang di­ khususkan untuk mahasiswa ak­tif jurusan bahasa dan sastra Je­pang. Program non gelar itu me­mungkinkan mahasiswa be­ la­jar bahasa dan sastra Jepang le­bih mendalam selama 1 tahun

26 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

di Universitas pilihan yang di­se­ tu­jui Monbukagakusho. Zinuri mendapat ke­ sem­ pa­ tan belajar di Jepang kali pertama de­ ngan beasiswa tersebut pada ta­ hun 20072008 di Universitas Tsu­ kuba, Prefektur Ibaraki. Se­la­ma setahun di Universitas Tsukuba, selain mengikuti kuliah re­ gu­ lar dan presentasi, Zinuri me­ manfaatkan waktu untuk me­ nu­lis skripsi sebagai syarat kelu­ lusan di Unesa. Impian dan harapan untuk te­rus melanjutkan penelitian di bidang linguistik, semakin mem­ buat Zinuri bersemangat untuk mendapatkan beasiswa Mon­ bu­ kagakusho kembali. Setelah ber­juang selama tiga tahun la­ ma­nya, Zinuri akhirnya kembali men­ dapatkan kesempatan un­

tuk melanjutkan studi ke Ne­ ge­ ri Sakura. Kali ini, melaluin pro­gram Research Student yang di­ tujukan untuk lulusan S1/S2 yang ingin melanjutkan studi ke S2/S3. Kini, Zinuri sedang men­­dalami Applied Linguistics pada konsentrasi Syntax and Ge­ ne­rative Grammar di Graduate School of Humanities and Social Scien­ces, Tsukuba University. TSUKUBA UNIVERSITY Sebelum berganti nama men­­­jadi Tsukuba University, du­ lu universitas Tsukuba bernama Tok­ yo University of Education atau IKIP-nya Tokyo). Pada ta­ hun 1970, parlemen Jepang me­mutuskan membangun kota penelitian di Prefektur Ibaraki. Di­mulai dengan memindahkan Tokyo University of Education


INSPIRASI ALUMNI pada Oktober 1973. Dalam wak­ tu singkat, Tsukuba berubah men­jadi kota penelitian dengan di­ dirikannya pusat-pusat pe­ ne­ litian seperti: JAXA (Japan Ae­ rospace Exploration Agency), NARO (National Agriculture and Food Research Organization), JIRCAS (Japan International Re­ search Center for Agricultural Sciences), dll. Oktober tahun ini, Tsukuba University genap berusia 40 tahun dam menjadi universitas de­ngan peringkat ke-5 di Jepang. Berbagai prestasi berhasil diraih. 5 profesornya menjadi pe­ nyumbang penghargaan No­ bel untuk Jepang. Di bidang olah­ raga, Tsukuba Univeristy menjadi penyumbang tropi di kejuaraan olahraga dunia me­ la­ lui mahasiswa-mahasiswa ju­ ru­ san Olahraga. Tidak sedikit atlet-atlet nasional Jepang me­ rupakan mahasiswa Tsukuba Uni­versity. Tsukuba University me­ mi­liki 9 Undergraduate School dan 8 Graduate School yang terletak di 3 kampus yakni Tenoudai, Kasuga, dan Tokyo. Ma­sing-masing kampus ter­se­ but dilengkapi dengan 5 per­ pus­ takaan dan 1 rumah sakit. Se­lain itu, juga memiliki 11 Lab School dimana 5 di antaranya me­ rupakan sekolah untuk orang-orang berkebutuhan khu­ sus. Sistem pendidikan di Tsukuba University sejak April 2013, berubah menjadi sis­tem semester,. Sebelumnya, meng­ gu­nakan system catur wulan yang sangat jarang ditemukan di Jepang. Banyak hal menarik di Tsu­ kuba University yang harus dikembangkan dan ditiru oleh Unesa. Selain hal-hal yang berkaitan dengan fa­ si­ li­ tas, sistem pembelajaraan di universitas tersebut bisa dia­ dop­ si. Apalagi, antara Unesa dan Tsukuba University telah menjalin kerja sama sejak tahun 2008 melalui kunjungan Rektor Unesa beserta rombongan wak­ tu itu, penulis

TSUKUBA UNIVERSITY LIBRARY Tsukuba University memiliki 5 perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap dan canggih. Ke­ lima perpustakaan tersebut ada­lah Central Library, Art and Physical Library, Medical Library, Lib and Info Library dan Otsuka Library. Central Library berada te­pat di depan gedung Graduate School of Humanities and So­ cial Sciences. Perpustakaan itu merupakan tempat Zinu­ ri melakukan penelitian. Per­ pus­ ta­kaan pusat terdiri dari 5 lantai utama dengan 2 bangunan me­ nyam­bung yang biasa disebut de­ngan gedung utama dan An­ nex Building.

Perpustakaan Tsukuba di­ tunjang dengan berbagai fa­ si­ litas yang sangat membantu ma­ hasiswa. Fasilitas itu antara lain, website perpustakaan yang interaktif, ruang belajar/ruang­ baca/lounge, print/copy, pe­ layanan yang ramah, koleksi re­ fe­rensi yang lengkap. Perpustakaan Uviversitas Tsu­kuba dengan berbagai fa­si­ litas penunjang yang modern itu, diakui Zinuri sangat meng­ ins­pirasi dirinya agar Unesa ke­ lak bisa mengadopsi dan mem­ buat Perpustakaan Pusat yang mo­dern sebagai pusat kegiatan Muhamad Zinuri bersama teman dan ma­hasiswa. (*) pengajar di kampus (atas). Zinuri bersama para mahasiswa Indonesia di Jepang.

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 27


JATIM MENGAJAR

Siswa SDN 3 Sendang tampak antusias belajar saat tim Monev PPG Unesa menyambanginya.

MONEV JATIM MENGAJAR DI PONOROGO

“JALANNYA... SU­DAH LUAR BIASA... WOW LAGI”

P

agi di Ponorogo. Se­ telah semalam me­nem­ puh perjalanan dari Su­ rabaya. Hotel La-ti­ ban, tempat kami menginap, se­ dang menggeliat. Teh dan ko­pi disajikan di meja-meja di de­ pan kamar-kamar. Menurut re­sepsionis, menu makan pagi ha­ri ini adalah nasi goreng. Saya dan bu Luci pun ber­ ge­gas keluar hotel. Untuk apa kalau tidak dalam rangka ber­bu­ ru sego pecel. Kalau Anda ke Po­ no­rogo, dan belum makan nasi pe­ cel, maka kunjungan Anda ti­dak lengkap. Ternyata tidak hanya nasi pe­cel yang kami dapatkan. Ta­

28 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

Oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela

pi juga tempe goreng, tahu go­ reng, punten (nasi dan kelapa pa­ rut dilumatkan menyerupai tetel atau jadah), singkong go­ reng dan pisang goreng. Pagi ini, kami menjadwalkan diri untuk mengunjungi para pe­serta Jatim Mengajar di Ke­ ca­matan Ngrayun. Kami, adalah sa­ya, pak Rahman, bu Lusi dan Mu­­jiono (wartawan Harian DU­ TA). Ada tiga lokasi yang akan ka­mi kunjungi. SDN 3 Sendang, SDN 7 Baosan Kidul, dan SDN 2 Mra­yan. Berturut-turut, di sana ada Rudy, Heri dan Wachid. Kami mampir dulu ke Kan­­ tor Dinas Pendidikan di Ja­ lan Gondosuli. Bertemu ibu

Is­ miyatun, yang selama ini men­ jadi contact person kami, yang ternyata adalah te­ tang­ ­ ga depan rumah bapak ibu mertua. Bertemu kepala dinas, mengobrol sebentar, me­ nye­ rahkan empat buah buku se­ba­ gai kenang-kenangan dari kami. Lan­tas pamit, bergerak menuju Ngrayun. Syukurlah, bu Ismiyatun su­ dah mempersiapkan segala se­ suatunya. Kami didampingi se­orang pemandu, petugas da­ ri UPTD Ngrayun, namanya pak Jo­ ko, alumni Seni Rupa IKIP Su­ rabaya angkatan 1986. Dari UPTD Ngrayun nantinya, kami akan ‘ditampani’ oleh Kepala Se­


JATIM MENGAJAR ko­lah SDN 2 Sendang sebagai pe­mandu berikutnya. Estafet. Sekitar pukul 07.30, kami be­ rangkat dari kantor dinas, me­nuju Bungkal, mengarah ke Ngra­yun. Jalan naik ndeder, me­ nurun curam, berkelok-ke­ lok. Banyak bagian jalan yang ru­sak meski tidak seberat di Sum­ba Timur atau Papua. Pe­ man­ da­ ngan­ nya masih sangat alami, hu­­tan pinus, lembah-lembah dan ngarai, bukit-bukit landai (ti­ dak bertumpuk-tumpuk seperti di Sumba Timur). Sesekali me­ le­ wati perkampungan dengan belasan rumah. Masih cukup me­ngasyikkan untuk dinikmati. AC mobil sengaja dimatikan dan jen­dela dibiarkan terbuka, agar ke­sejukan alam lebih asli. Sampai di UPTD Ngrayun pa­ da pukul 08.30. Ditemui oleh bapak Boyadi, S.Pd., yang mewakili Kepala UPTD. Ber­ sa­ ma Kepala SD 3 Sen­dang yang sudah datang men­jem­put, beliau berunding me­nga­tur strategi kunjungan ka­ mi. Di­ putuskanlah untuk me­­ngun­ju­ ngi tempat terjauh dulu, yaitu SDN 3 Sendang. Per­tim­ba­ngan­ nya, karena kalau hujan turun, tem­pat itu tidak bisa dikunjungi. Ja­lan licin dan sa­ngat berbahaya. Pukul 08.50, dari UPTD Ngra­­ yun, bergerak menuju Sen­­dang. Dipandu oleh bapak Ke­­ pala Sekolah dan seorang pe­ tugas dari UPTD. Mereka ber­ bon­ ce­ ngan naik motor, dan mobil ka­ mi mengekor di be­lakangnya. Jalan rusak berat di banyak ba­ gian meski beraspal. Naik turun, berkelok-kelok, hutan, lem­bah, ngarai. Kata bu Lucia, serasa di Sumba. “Jalannya..... su­ dah luar biasa.... wow lagi”. Ka­tanya sambil tertawa campur nge­ri. Lima belas menit kemudian, mobil memasuki jalan ma­ ka­ dam. Cak Jum, driver kami, me­ nye­ rahkan tugasnya dengan lego lilo pada bapak kepala sekolah yang menawarkan un­ tuk menggantikannya pe­ gang setir, dan cak Jum yang gan­ ti membonceng sepeda mo­

tor. Nampaknya ada sim­ biosis mutualisme (atau ko­men­sa­ lis­ me?). Antara kepala sekolah yang tidak tega melihat cak Jum me­ngemudi, dan cak Jum yang mungkin tidak terlalu yakin me­ lihat medan berat seperti itu. JALURNYA MENGERIKAN Di sepanjang jalan, banyak ditemui jalan yang terbuat dari lempung gunung. Licin, lengket sekali. Banyak genangan air yang membuat jalan menjadi se­ makin membahayakan. Ban mobil sempat hanya berputar saja tanpa bergerak. Padahal ju­ rang menganga hanya sejengkalan saja. Hutan pinus yang langsing tinggi menjulang be­ rada di sebelah kanan-kiri jalan, dilengkapi lembah dan nga­ rai. Kami dikocok-kocok di dalam mobil, meskipun ja­ rum speedometer nyaris tidak ber­ge­ rak dari angka nol saking pe­lan­ nya. Jalannya yang menanjak, ndeder-nya luar biasa, kalau lagi turun, curamnya juga luar biasa. Ditambah dengan jurang-jurang yang menganga. Bikin perut mulas. Di pelosok Sumba Timur yang medannya seekstrim itu pun, tidak sempat membuat pe­ rut saya mulas. Ngeri. Pukul 10.30. Sampailah di SDN 3 Sendang. Sekolah yang dikelilingi bukit dan lembah. Hujan rintik menyambut kami. Guru-guru berbusana PSH dan siswa-siswa yang berseragam batik, menebar senyum penuh kehangatan. Juga Rudy, yang ber­busana batik, rapi sekali, de­ ngan senyumnya yang cerah menceriakan. Drs. Hadi Suminto, kepala se­kolah itu, telah berhasil me­ mim­pin mereka menjadi sosoksosok yang santun dan ramah. Sekolah dengan kelas-kelas yang bersih meski satu ruang un­tuk dua kelas (kelas rangkap). Se­ patu-sepatu siswa berbaris rapi di depan kelas, sengaja di­ lepas supaya kelas tetap ber­sih. Poster-poster bernuansa pe­ ngembangan karakter ter­ tem­ pel di banyak titik. Halaman

se­kolah yang kecil itu berpagar ta­naman hidup yang langsung berhadapan dengan bukit dan lembah. Sekolah ini seperti sebuah telaga yang mampu menghapus segala dahaga. Ketegangan dan kelelahan karena untuk mencapainya musti uji nyali, hilang seketika diguyur dengan kehangatan, keramahan dan kemurnian yang begitu alami. Menyejukkan, membuat betah. Tidak bisa tidak, komitmen kepala sekolah yang santun namun penuh dedikasi itulah yang begitu kental mewarnai. Ada sembilan orang guru, termasuk Rudy, peserta Jatim Mengajar. Yang sudah PNS 3, yaitu kasek, guru agama, penjaga sekolah. Selebihnya adalah guru GTT. Lulusan PGSD 1 orang, Pendidikan Bahasa Indonesia 1 orang, Pendidikan Sejarah 1 orang. Sisanya masih kuliah, 2 orang di PGSD UT, dan 1 orang di STKIP Ponorogo. Jumlah siswa seluruhnya 75 orang. Sekolah yang berdiri sejak 1980, yang awalnya sebagai SD kecil ini, sekarang memiliki 75 siswa. SD kecil, dengan sistem pembelajaran bermodul, ternyata tidak bertahan lama karena modulnya tidak kontinyu alias seret, maka beralihlah sekolah itu menjadi SD konvensional. Rudy, tugas utamanya sebagai guru kelas di kelas IV. Dia, meskipun Sarjana Pendidikan Sejarah, akhirnya harus menjadi guru borongan, karena berperan sebagai guru kelas. Termasuk mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Dia menikmati tugas akademik maupun sosialnya dengan baik. Berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat dengan luwes. Keberadaannya, menurut kasek dan guru-guru, sangat membantu. Rudy juga mengajar ekstrakurikuler Pramuka, dan mengajar di TPA. Selama di sini, dia tinggal di mes sekolah. Di mes itu disediakan dipan dan kasur

Rudy, tugas utamanya sebagai guru kelas di kelas IV. Dia, meskipun Sarjana Pendidikan Sejarah, akhirnya harus menjadi guru borongan, karena berperan sebagai guru kelas. Termasuk mengajar. Dia menikmati tugas akademik maupun sosialnya dengan baik. Berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat dengan luwes.

Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 29


JATIM MENGAJAR

Menempuh jalanan menanjak menuju SDN 3 Sendang yang berada di atas bukit terjal.

oleh kepala sekolah. Untuk makan, Rudy menumpang pada penduduk setempat yang tidak tega melihat Rudy memasak sendiri. Di tempat ini, air agak susah, tapi sekarang, karena sudah mu­ lai musim penghujan, air sum­ ber mulai tersedia. Meski begitu, Rudy mengajukan ban­ tuan pengadaan air bersih ke YDSF. Supaya bisa mengatasi ke­ langkaan air di musim kemarau. Menurut kasek, Program Ja­ tim Mengajar ibarat ‘semilir angin’ yang menyejukkan. Se­ kolah ini sangat kekurangan guru. Permohonan bantuan te­ naga guru sudah berkali-kali diajukan ke pemda, tapi tidak kunjung terwujud. Kehadiran Ru­dy adalah angin semilir itu, benar-benar memberikan man­ faat. Oleh sebab itu, kepala se­ kolah berharap, program yang merupakan kerjasama an­ tara Unesa dan YDSF ini bisa terus berlanjut, dan SDN 3 Sendang tetap dijadikan tempat penugasan. Setelah saya salat dhuhur di musala dekat sekolah (milik ma­syarakat), yang untuk men­ capainya musti ‘ngos-ngosan’ ka­rena harus menaiki jalan ma­ kadam menanjak sekitar seratus me­ ter, saya juga meminta

Rudy membuat proposal pem­ be­ nahan musala. Tidak ada tempat wudhu di musala itu. Ba­ ngunannya yang hanya se­ kitar 48 meter persegi itu pun dindingnya belum dicat, lan­ tainya belum diplester/di­ ke­ ramik. Menyedihkan. Padahal di situlah guru dan anak-anak se­ kolah itu menumpang salat. Sewaktu saya masuk ke kelas I, dan meminta anakanak mungil itu membaca, se­ bagian dari mereka sudah bisa membaca, meski masih grotal-gratul. Sebagian belum bisa. Namun di kelas II, hampir semuanya sudah bisa membaca dengan lumayan lancar. Jauh lebih lancar dibanding anakanak kelas V atau VI di Sumba Timur dan Papua. SD 3 Sendang ini belum memiliki perpustakaan. Meski­ pun ada bantuan buku-buku dari DAK Kabupaten Ponorogo, buku-buku itu masih tersimpan. Kepala sekolah mempunyai ide untuk membuat perpustakaan nonruangan. Ya, hanya itu sa­ tu-satunya cara supaya bukubu­ ku itu bisa dimanfaatkan de­ngan baik, sementara ruang untuk perpustakaan tidak di­ mi­ liki. Rudy saya minta untuk me­rancang peerpustakaan non­ruangan itu, apa saja yang

diperlukan, berapa biayanya, kami akan membantu untuk me­ wujudkannya. Hujan mereda, tinggal ge­ rimis kecil. Kabut menutupi pun­ cak-puncak bukit. Me­nyem­bu­ nyikan kontur lembah dan nga­ rai. Dalam kesejukan alam yang begitu murni, ditingkahi suara teriakan-teriakan riang anakanak sekolah, dan keramahan serta ketulusan kepala sekolah dan guru-guru, kami menikmati menu makan siang. Nasi tiwul, lodeh tempe, urap sayur, tem­ pe goreng panjang yang di­ balur tepung singkong, dan ayam goreng. Nikmatnya luar biasa. Waktunya mengisi pe­ rut. Sebelum melanjutkan per­ jalanan. Konon, uji nyali belum ber­ akhir. Empat orang guru de­ ngan sepeda motornya ma­ sing-masing sudah siap me­ ngan­ tarkan kami menuju SDN 7 Baosan Kidul. Rute untuk men­capai sekolah itu, tak kalah hebohnya dengan rute yang baru saja kami tempuh tadi. Ma­ ka mobil harus berbalik arah, tidak perlu mengantar kami karena jalannya terlalu ber­ bahaya untuk roda empat. Cukup tunggu saja di sebuah tempat yang bernama Ga­ wangan. Kami menyerahkan empat buah buku untuk kenang-ke­ nangan. Juga sejumlah dana untuk kas sekolah. Tidak banyak, tapi insyaallah bermanfaat. Ke­ pala sekolah dan guru-guru me­ nerimanya dengan suka hati dan penuh rasa syukur. Untaian doa mengalir dari mulut mereka me­ ngiringi langkah-langkah kami. Baiklah. Sampai jumpa di Bao­san Kidul.... (bersambung) Sendang, Ngrayun, Ponorogo, 27 November 2013

30 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014


SEPUTAR UNESA

S3 Teknologi Pendidikan Unesa

Siap Lahirkan Teknolog Pendidikan Utama Oleh Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

P

ascasarjana Unesa me­nam­bah satu program studi Tek­­nologi Pendidikan jen­jang S3 (doktor). Program stu­­di tersebut adalah Teknologi Pen­didikan Tahun akademik 2013-2014. Program itu dibuka ber­­dasarkan surat keputusan izin operasional DIKTI No: 457/E/o/2013, Tanggal 27 Sep­tem­­ber 2013. Sebelumnya ber­da­ sarkan nomor surat ke­pu­tusan izin operasional No:1768/d/t/2009, tanggal: 5 Ok­tober 2009 Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya telah me­nye­leng­­garakan Pro­gram Magister (S2) Teknologi Pen­di­ dikan. Per­kuliahan semester ga­sal angkatan pertama telah dikuti oleh 13 mahasiswa, se­dangkan se­mester genap di­ha­rapkan dapat diikuti oleh 15 ma­hasiswa dari 20 peserta yang telah mengikuti tes penerimaan ma­ha­siswa baru (15/2/2014). Program Studi S3 Teknologi Pen­­didikan PPs Unesa ini di­ha­ rapkan dapat menghasilkan tek­­ nolog pendidikan utama, yang mampu mengembangkan prin­sip dan/teori, mengelola pro­yek dan/ atau sistem in­for­masi yang terkait dengan etika praktik penciptaan, peng­gu­naan, dan pengelolaan pro­ses dan sumber belajar untuk me­mfasilitasi belajar dan me­ningkatkan kinerja. Selain itu mampu menganalisis dan me­ ngem­ bangkan model kebijakan dan atau regulasi pendidikan ber­ kaitan dengan etika praktik pen­ ciptaan, penggunaan, dan pe­ngelolaan proses dan sumber be­lajar untuk memfasilitasi be­lajar dan meningkatkan kinerja. Untuk mencapai kompetensi lu­lusan disusun struktur ku­ri­ku­lum S3 (Doktor) Teknologi Pen­didikan yang didasarkan pa­da paradigma baru teknologi pendidikan tahun 2008 dan tuntutan perkembangan ilmu pe­ngetahuan dan teknologi di m­asa mendatang. Program Studi S-3 Teknologi Pendidikan No

Mata Kuliah

SKS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Filsafat Teknologi Pendidikan Metodologi Penelitian Lanjut Meta Kognitif Kebijakan Pendidikan Pembelajaran Cyber Komparasi Pendidikan Global Etika Teknologi Pendidikan Seminar Teknologi Pendidikan MKPD 1 MKPD 2 Disertasi Jumlah

2 3 2 2 2 2 2 5 2 3 20 45

Semester 1 2 2 2 2

2 3 2 2 2

8

9

3 3 8

4

5

5

6

ke­las tersendiri jika jumlahnya le­bih dari 8 mahasiswa. Jumlah ke­se­lu­ ruhan kredit yang ditempuh oleh mahasiswa S3 Teknologi Pen­didikan Unesa untuk ma­ha­siswa yang sebidang 45 sks dan yang tidak sebidang 52 sks. Di­ba­wah ini struktur mata kuliah matrikulasi bagi mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan PPs Une­sa. Mata Kuliah Matrikulasi S3 Teknologi Pendidikan No

Mata Kuliah

SKS

1 2

Teknologi Pembelajaran Disain Pembelajaran Kajian dan Pengembangan Kurikulum

2 3 2

2

Jumlah

7

4

3

1 2

2

Semester 3 4 5

6

3

3

0

STRUKTUR KURIKULUM Dengan demikian, kini di Uni­versitas Negeri Surabaya telah ada Program Studi Tek­no­logi Pendidikan jenjang Sar­jana (S1), Magister (S2), dan Dok­tor (S3). Masing-masing jen­jang memiliki gradasi kom­pe­tesi yang jelas. Lulusan S1 dikenal dengan sebutan tek­no­log pendidikan pratama, S2 di­sebut teknolog pendidikan madya, dan S3 disebut de­ngan teknolog pendidikan uta­ma. Teknolog pendidikan uta­ma berurusan dengan pe­ngem­ba­ngan prinsip-prinsip dan/atau teori-teori pendidikan. Tek­no­log pendidikan madya, men­ja­lankan kegiatannya untuk me­ngembangkan prosedur-prosedur pendidikan yang dapat memudahkan belajar siswa, berdasarkan prinsip dan/ atau teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan. Teknolog pendidikan pratama, berurusan dengan pembuatan produk-produk pendidikan, sejalan dengan prosedur yang telah dibuat oleh teknolog pendidikan. Pembedaan peranan dan hubungan kerja di antara ketiga profesi ini ditunjukkan dalam diagram berikut:

20 20

STRUKTUR KURIKULUM Bagi mereka yang tidak se­ bi­ dang diwajibkan mengikuti mat­ rikulasi mata kuliah se­banyak 7 SKS yang bisa di­lak­sanakan bersama dengan ma­hasiswa program magister (S2) atau dilaksanakan dengan

Gambar : Domain Teknologi Pendidikan (Januszewski and Molenda, 2008). Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 31


SEPUTAR UNESA Teknolog pendidikan utama menggunakan intuisi untuk men­ cip­takan prinsip/teori pendidikan. Prinsip/teori ini diuji secara empirik oleh peneliti pendidikan (temuan), dan diikuti dengan modifikasi bila di­perlukan. Selanjutnya, prinsip/teori dan temuan memberi balikan pa­da intuisi untuk mengembangkan prinsip/teori lanjutan serta disain penelitian yang dipandang memadai, dan begitu seterusnya. Jadi, ben­tuk pengujian yang interaktif dan utuh ini (intuisi-teori-penelitian) me­rupakan inti dari kegiatan teknolog pendidikan utama, di mana prin­sip-prinsip dan teori yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip ini merupakan hasilnya. Teknolog pendidikan madya menggunakan prinsip/teori yang dihasilkan ilmuwan untuk menciptakan prosedur-prosedur pen­­­ didikan. Kembali kegiatan ini diawali dengan intuisi, namun bu­kan untuk menciptakan prinsip/teori. Teknolog pendidikan madya meng­ gu­nakannya untuk menciptakan prosedur-prosedur pen­di­di­kan. Pro­sedur ini dapat juga diuji secara empirik (temuan), dan memberi ma­sukan pada intuisi, dan begitu seterusnya. Inilah yang men­jadi inti ke­giatan teknolog pendidikan madya, di mana prosedur-pro­sedur pen­didikan yang sahih merupakan hasilnya. Teknolog pendidikan pratama menggunakan prosedur-pro­se­ dur yang diciptakan oleh teknolog pendidikan madya untuk mem­bu­ at produk pendidikan (seperti: media, atau instrumen penilaian, atau program evaluasi). Pada tingkat ini, intuisi nampaknya tidak men­­jadi prasyarat penting lagi. Demikian pula, tahap validasi empirik da­ pat dihilangkan --tidak dibutuhkan oleh teknolog pendidikan pra­ tama. Yang diperlukan pada tingkat ini adalah penilaian ter­ha­dap produk-produk pembelajaran yang dihasilkannya ketika di­gu­na­kan. Bagaimanapun juga, karena produk-produk pendidikan ini te­ lah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip serta teori-teori yang telah di­va­ lidasi, demikian juga berdasarkan prosedur-prosedur yang sahih, ma­ ka peluang keberhasilannya akan cukup tinggi dan ke­butuhan per­ bai­kan dapat dikurangi. Meskipun, baik penelitian mau­pun evaluasi, pa­da dasarnya menaruh perhatian pada pengujian pen­di­dikan secara empirik, namun penelitian dilakukan pada tingkat penciptaan prinsip/ teori dan prosedur, sedangkan penilaian empirik di­lakukan pada ting­ kat penggunaan produk pendidikan. Kurikulum S3 Teknologi Pendidikan dikembangkan berdasarkan kon­teks tugas dan ekspektasi kinerja ilmuwan bidang teknologi pen­ di­dikan yang merujuk kepada kompetensi seperti dalam domain tek­ nologi pendidikan (menciptakan, menggunakan, mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat guna dengan tujuan untuk mem­ fa­silitasi belajar dan meningkatkan kinerja)

Prof. Mustaji

Sesuai dengan sosoknya sebagai pengalaman belajar di jenjang S3 Teknologi Pendidikan, maka terdapat kekhasan dalam spesifikasi pengalaman belajar yang disajikan dalam kurikulum, yaitu (a) lebih luas jangkauan kajian akademiknya, (b) lebih banyak menuntut ref­­leksi bertolak dari pengalaman ilmuwan bidang teknologi pen­ di­dikan, dan (c) lebih jauh tagihannya mengenai dampak jangka pan­jang kinerjanya sebagai ilmuwan, pemelihara mutu dan ke­ber­ langsungan program S-1 dan S2 Teknologi Pendidikan, serta tang­ gung jawabnya sebagai ilmuwan di bidang teknologi pen­didikan. Agar benar-benar menghasilkan ilmuwan yang handal maka, proses kon­struksi penguasaan setiap kompetensi dijabarkan men­jadi pe­ nga­ laman belajar yang memungkinkan tercapainya kom­ pe­ tensi yang telah ditetapkan. Pengalaman belajar tersebut memfasilitasi: (1) perolehan pe­ nge­­tahuan dan pemahaman (acquiring and integrating knowledge), (2) perluasan dan penajaman pemahaman (expanding and refining know­­ledge) dan penerapan pengetahuan secara bermakna (applying know­ledge meaningfully ), melalui pengkajian dengan berbagai mo­ dus dalam berbagai konteks, penguasaan keterampilan baik kognitif dan personal-sosial maupun psikomotorik, melalui berbagai bentuk la­­tihan disertai balikan (feedback) dan, (3) penumbuhan sikap dan ni­lai yang bermuara pada pembentukan karakter, dilakukan melalui peng­­hayatan secara pasif berbagai peristiwa sarat-nilai (vicarious lear­ning) dan keterlibatan secara aktif dalam berbagai kegiatan sa­ rat-nilai (get learning). Pengembangan materi dari setiap pengalaman belajar, dila­ku­ kan dengan mengaitkan rincian kompetensi/sub-kompetensi de­ ngan bentuk kegiatan belajar yang diacarakan serta materi pem­ be­­lajaran yang dimuatkan ke dalam tiap kegiatan belajar untuk men­­capai penguasaan kompetensi atau sub-kompetensi yang telah di­­tetapkan sebagai sasaran pembentukan beserta asesmen tagihan pe­­nguasaannya. Berdasarkan format kegiatan belajar, muatan substantif, ting­ ka­tan, dan cakupan kompetensi/ sub-kompetensi yang telah di­te­ tap­kan, dapat diperkirakan jumlah waktu yang diperlukan untuk pe­nguasaan setiap sub kompetensi yaitu dengan menggunakan sis­tem kredit semester. Berdasarkan kandungan isinya dilakukan pe­milihan menjadi pengalaman belajar yang bermuatan (1) teo­ retik, (2) praktik, dan (3) penghayatan lapangan. Berdasarkan ke­te­ ra­wasannya dilakukan pemilihan menjadi kegiatan (1) terjadwal, (2) ter­­struktur, dan(3) mandiri, masing-masing dengan perbandingan alo­­kasi waktu yang berbeda. * Gambar: Domain Teknologi Pendidikan (Januszewski and Molenda, 2008).

32 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2013


SEPUTAR UNESA

Lilis Wardani, Peraih Best of The Best Gelar Cipta Karya Busana 2013

Karena Cinta & Cita-Cita Menjadi Wirausaha Menjadi Best of The Best dalam gelar cipta karya busana merupakan kebanggaan tersendiri bagi Lilis Wardani. Mahasiswi D3 Busana asal Bojonegero itu pun tak kuasa menahan haru tatkala ia dinobatkan sebagai perancang busanan terbaik 2013.

S

ejak awal, mahasiswi ang­ ka­tan 2011 D3 Tata Busana itu mengaku sangat gemar de­ ngan tata busana. Te­ pat­nya, ia mulai gandrung dan se­rius dengan tata busana sejak du­duk di bangku SMA. Di SMKN 1­Bojonegoro itu, Lilis masuk di jurusan Tata Busana. Pilihan ma­suk di jurusan itu bukan tan­ pa alasan. Salah satunya, ia sa­ ngat terdorong dan bercita-cita menjadi seorang wirausaha di bidang busana. “Masuk SMK pengen memiliki skill bu­ sa­ na, biar bisa buka usaha sen­ diri,” ungkapnya ketika ber­ke­sem­pa­ tan berbincang dengan reporter ma­jalah Unesa. Untuk mengasah kege­ ma­ ran­nya di bidang tata busana, Li­ lis pun melanjutkan studi D3 Ta­ ta Busana di Unesa. Dengan ke­ te­kunan dan keseriusannya, Lilis akhirnya berhasil mendapatkan pre­ stasi dalam gelar Cipta Karya Tata Busana. Dalam pa­ ge­­laran itu, ia memilih baju adat pengantin Dayak untuk di­mo­di­ fikasi. Ia memilih pengantin Dayak ka­rena dinilai eksotis, menawan, unik dan menginspirasi. Dengan sen­ tuhan modifikasi. wanita ke­lahiran Bojonegoro 1992 itu

mampu membuat busana pe­ ngan­tin Dayak modifikasi yang me­nawan. Bulang Burai King, sa­ lah satu busana adat Dayak yang ha­nya memiliki dua warna yaitu hi­ tam dan merah itulah yang men­ jadi inspirasi Lilis dalam men­ciptakan busana pengantin Dayak modifikasi tanpa me­ning­ galkan pakem. “Dayak sa­ ngat mengagumkan. Pakem war­ na suku Dayak hitam dan me­ rah dipadu dengan warna-war­ ni (orange, kuning, biru, putih) dan ornamen lekapan be­nang sebagai pemanis makin me­ nam­bah keeksotisan busana pe­ ngantin Dayak,” paparnya. Lilis berharap bisa me­ ngem­­bang­kan keah­lian­nya di bidang fashion itu Ka­ re­ na itu, ia senantiasa ber­usaha melakukan yang terbaik demi hasil yang terbaik. “Semoga ke depan, sa­ ya bisa mengembangkan skill le­bih dan lebih,” ungkapnya. Ia juga berharap setelah lulus D3 Tata Busana dapat bekerja di bidangnya. “Harapa saya bi­ sa bekerja yang tidak terlalu me­ lenceng dari busana untuk men­­ dapatkan pengalaman, se­ telah itu baru buka usaha,” pung­ kasny. (GILANG) Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

2014-2018 l Djuli Djatiprambudi

T

idak lama lagi masa pengabdian Prof. Dr. Muchlas Samani se­bagai rektor akan berakhir. Sebelum sampai di titik akhir ma­ sa pengabdiannya, tentu akan didahului oleh prosesi pe­milihan bakal calon rektor untuk masa bakti 2014-2018. Siapa dia yang layak duduk sebagai rektor yang akan membawa Une­sa berperan aktif di dalam Asian Community 2015? Berikut ini ada­lah hasil wawancara imajiner dari sosok imajiner yang mulai an­ cang-ancang mengikuti prosesi pemilihan bakal calon rektor. “Selamat sore!”. Kata saya membuka percakapan di sebuah café di sekitar jalan Mayjen Sungkono Surabaya. “Selamat sore!”. “Anda tampaknya telah mempersiapkan segalanya mengikuti pe­milihan bakal calon rektor”. “Ya biasa sajalah. Tapi, memang saya tidak main-main mem­ per­siapkannya. Bagi saya menjadi rektor Unesa pasca Pak Muchlas bu­kan soal gampang. Banyak hal yang telah dicapai, maka perlu di­ teruskan. Tapi juga masih banyak hal yang belum tersentuh, karena itu perlu direncanakan dengan baik untuk diwujudkan”. “Apa Anda menyadari kalau menjadi rektor bukan soal kemauan be­laka, apalagi tanpa modal yang kuat?”. “Tentu saya sadar itu. Memimpin sebuah kampus di era sekarang me­mang tidak cukup hanya bermodal kemauan. Seorang rektor juga harus merupakan representasi sebagai pendidik dan peneliti yang baik dan memiliki reputasi di tingkat nasional. Syukur reputasinya diakui di dunia internasional. Dengan modal ini saya kira sudah men­ cerminkan keteladan bagi sivitas akademika yang dipimpinnya. Saya tidak mungkin mengajak para dosen mengajar dan meneliti secara baik dan profesional, jika saya sendiri kinerjanya buruk di bidang ini. Warga kampus akan ikut bangga jika rektornya memiliki reputasi yang baik di dunia keilmuan. Kampus itu hakekatnya lembaga ke­ il­muan. Jadi semestinya, rektornya pun juga harus merupakan il­ muwan yang baik”. “Modal apa lagi yang Anda andalkan untuk memimpin Unesa?” “Saya kira modal jejaring dengan berbagai stake holders amat membantu untuk mengembangkan Unesa ke depan. Tanpa memiliki jejaring yang luas, saya kira akan sangat sulit untuk menggenjot ke­ majuan Unesa bersaing dan bersinergi dengan perguruan tinggi lain”. “Apa Anda memiliki modal jejaring itu?” “Ya. Tentu. Tanpa jejaring saya akan dibikin pusing sendiri me­ mimpin Unesa?”. “Mengapa begitu?” “Bayangkan. Apa bisa misalnya untuk mengejar ketertinggalan kam­pus Unesa di pembangunan fisik seluruh dananya hanya me­ ngan­dalkan dari uang yang dibayarkan mahasiswa? Saya kira akan ter­lalu lama diwujudkan jika hanya itu sumbernya. Maka perlu digali sebanyak mungkin sumber-sumber dana dari luar, baik dari pe­me­ rintah maupun swasta. Untuk itu perlu jejaring yang luas. Kita harus bisa meyakinkan pihak luar bahwa Unesa memiliki prosfektus yang tinggi, biar mereka tertarik membantu Unesa”. “Apa menurut Anda Unesa telah memiliki posisioning yang baik di tengah masyarakat?” “Saya mengamati dua tahun terakhir ini Unesa memiliki posisioning sangat baik, bahkan cenderung meningkat terus. Minat pelajar untuk melanjutkan ke Unesa sangat tinggi. Terbukti jumlah pendaftar ke Unesa naik tajam dua tahun terakhir. Tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri lainnya. Unesa saya kira akan di­ persepsikan berbeda oleh masyarakat seiring dengan perubahan

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 65 Tahun XV - Januari 2014

besar-besaran yang terjadi sekarang dan masa mendatang. Stigma sebagai per­guruan medioker akan hilang de­ ngan sendirinya. Saya meyakini itu, jika kita mampu membawa Unesa ke arah perubahan yang dibangun ber­ dasarkan visi dan misi yang tepat dan visioner”. “Apa yang akan Anda prioritaskan da­lam tahun pertama jika Anda men­ jadi rektor?” “Saya akan mereview dahulu apa yang telah dicapai Pak Muchlas. Saya tidak ingin apa yang dicapai rektor sebelumnya berhenti tiba-tiba hanya karena saya memaksakan keinginan saya semata. Saya harus mencari titik kesinambungannya dengan masa sebelumnya, agar ada kontinyuitas capaian yang makin baik dan sempurna. Saya kira prioritasnya menyelesaikan pembangunan fisik yang sudah dimulai oleh Pak Muchlas secara besar-besaran. Setelah itu, saya segera memprioritaskan pilar-pilar utama pembangunan perguruan tinggi. Pilar SDM dosen dan tenaga kependidikan perlu mendapatkan perhatian khusus. Kalau SDM-nya berkualitas, memenuhi syarat sebagai SDM yang mampu bekerja dengan optimal dan berinisiatif tinggi, saya kira akan sangat gampang untuk membawa Unesa menjadi perguruan tinggi bergengsi”. “Setelah itu apa lagi?” “Pilar infrastruktur harus segera diwujudkan. Terutama in­fra­ struk­tur pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dengan dilengkapi akses informasi yang mudah dan cepat. Saya tidak ingin SDM yang memiliki kompetensi tinggi menjadi gelisah atau frustrasi gara-gara infrastruktur di kampusnya amat terbatas dan ketinggalan zaman”. “Kalau semua itu bisa terwujud, tapi tidak ada model dan me­ka­ nisme pengelolaan kampus yang baik apa bisa jalan?” “Ya itu pilar berikutnya yang akan diwujudkan. Yaitu pilar ma­ najemen kampus. Tidak mungkin di dalam kampus yang megah secara fisik dengan intrastruktur dan SDM yang baik akan bekerja produktif dan optimal jika tidak ada manajemen kampus yang baik, yang mampu mengakomodasi lalu-lintas energi perubahan di berbagai lini. Menajemen yang baik menurut saya harus mam­ pu menginspirasi, menggerakkan, mengoptimalkan, dan me­nye­ jahterakan segala potensi untuk disatukan menjadi kekuatan pe­ rubahan yang signifikan. Seorang rektor harus mampu mengelola se­mua sumber kekuatan itu menjadi energi perubahan yang di­ha­ rapkan bersama”. “Apa dengan pilar-pilar itu, Unesa akan mampu menjadi salah satu leader dalam era Asean Community 2015?” “Saya pikir sangat bisa. Tinggal bagaimana semua warga Unesa me­nyadari semuanya bahwa zaman telah mengalami perubahan ce­pat. Semua itu butuh respons yang cepat dan tepat. Di era Asean Community 2015 semua akses akan dibuka luas, bebas, dan terbuka. Pada era ini akan terjadi lalu lintas SDM, barang, dan jasa yang me­na­ warkan keunggulan. Jadi kalau kita kalah unggul di era ini, kita akan men­jadi perguruan tinggi medioker terus”. “Pertanyaan terakhir. Apa Anda merasa mendapatkan dukungan se­nat, rektor sekarang, dan memiliki akses ke kementerian? Bukankah itu variabel yang menentukan seseorang menjadi rektor?” “Saya tahu soal itu. Saya juga tahu, menjadi bakal calon rektor ti­dak cukup bermodal visi dan misi yang dahsyat. Dukungan senat, rektor, dan kementerian akan saya upayakan dengan baik dan ber­ mar­tabat”. Wawancara ini diakhiri dengan makan bersama. Saya memilih me­nu tandenloin steak kesukaan saya. Sementara, hujan di luar ma­ sih terlihat deras. (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.