Cahaya Ramadhan 1432 H

Page 1

REPUBLIKA

1432 H

SENIN 25 JULI 2011

25

SAMBUT RAMADHAN Sejumlah anak membawa obor menyambut bulan suci Ramadhan di Desa Bisati, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kab Padangpariaman, Sumbar, pekan lalu. IGGOY EL FITRA/ANTARA

Festival Alquran Indonesia

Mutiara Hadis

Mendekatkan Alquran kepada Umat Oleh Friska Yolanda

Bukti tertulis, orang Indonesia sudah menyalin Alquran sejak 1625. JAKARTA — Seperti halnya negara Islam lain, Indonesia juga mampu mencetak Alquran sendiri. Hal itulah salah satu alasan bagi Asosiasi Penerbit Mushaf Alquran Indonesia (APMI) untuk mengadakan Festival Alquran Indonesia yang pertama. Sebelum tahun 2000, Alquran yang beredar di Indonesia adalah buatan Bombay yang dicetak di atas kertas koran. Tulisan Bombay berbentuk bulat dan pendekpendek, sedangkan kertas koran kualitasnya rendah sehingga mudah robek dan tidak tahan lama. Hal ini memotivasi sebuah penerbit untuk pertama kali mencetak Alquran. “Pustaka Mantik akhirnya menerbitkan Alquran yang ditulis sendiri dan ditashihkan Kementerian Agama,” ujar Ketua Umum APMI, Ali Mahdami, kepada Republika, Sabtu (23/7). Pada 1990-an, Indonesia hanya memiliki empat penerbit yang menerbitkan Alquran. Itu pun, ujar Ali, tidak menuliskan sendiri Alqurannya. Umumnya mereka hanya mengambil untuk mencetak. Akan tetapi, setelah Indonesia mampu membuat Alquran sendiri dengan tulisan yang lebih baik dan lebih kaya akan warna, lahirlah

penerbit-penerbit yang mencetak Alquran. Sampai saat ini sudah terdapat lebih dari 100 penerbit mushaf Alquran di Indonesia. Sesuai aturan pemerintah, penerbit-penerbit itu pun tidak sembarangan menerbitkan Alquran. Setiap Alquran yang mereka cetak harus melalui pemeriksaan Laznah Pentashih Alquran agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan. Pemeriksaan itu memakan waktu sekitar satu hingga 1,5 tahun yang dilakukan oleh para hafiz Alquran yang dipercaya. Penyalinan Alquran sendiri itu pun, menurut Ali, bertujuan untuk menyempurnakan Alquran yang sebelumnya telah beredar di Indonesia. Hal yang disempurnakan tentu bukan untuk menambah atau mengurangi isi Alquran. Ali mencontohkan, di dalam Alquran versi Arab, huruf ‘ya’ mati tidak dituliskan kedua titik di bawah dan sukunnya. Untuk orang Arab, kata dia, mereka sudah mengerti kalau itu huruf mati, sementara tidak semua orang Indonesia memahami hal tersebut. Agar memudahkan, huruf ‘ya’ tersebut diberi kelengkapannya. Sebetulnya kemampuan orang Indonesia untuk menyalin Alquran

sudah ada sejak 1625 silam. Pada tahun tersebut, Abdul as Sufi ad Din menulis salinan Alquran di atas kertas kulit kayu dengan ukuran 25 x 17 x 6,5 cm. Alquran itu memiliki 769 halaman. Indonesia juga memiliki Alquran raksasa yang ditulis oleh dua santri Pesantren al Asy’ariyah, Abdul Malik dan Hayafuddin Wonosobo. Sementara itu, untuk Alquran cetak, pertama kali dicetak pada 21 Agustus 1848 oleh Ibrahim bin Husin dari Singapura. Alquran tersebut dicetak di percetakan milik Muhammad Azhari bin Kemas H. Abdullah dengan ukuran 30 x 20 x 3 cm. Alquran ini dicetak di atas kertas putih tanpa cap kertas setebal 607 halaman. Setiap juz di Alquran itu terdiri dari 20 halaman dan pembatas ayatnya dibiarkan tanpa nomor. Hal itu menurut Ali, seharusnya dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dengan teknologi yang ada saat ini, Alquran mampu dibuat sedemikian menarik dengan warna dan tulisan yang indah.

Mengagumkan Pada festival ini, masyarakat dapat melihat berbagai karya penulis-penulis Alquran dalam berbagai ukuran. Panitia memamerkan Alquran dari terkecil hingga yang terbesar. Ada yang ditulis sendiri oleh hafiz Alquran, atau dikerjakan dalam tim. Ada pula dipamerkan Surat Yasin yang diukir di kayu seluas kira-kira 2 x 3 meter.

ALQURAN KUNO Pengunjung antusias bertanya kepada penjaga stan tentang Alquran kuno yang dipamerkan. Masyarakat Indonesia sudah menuliskan Alquran sejak abad ke-17.

Selain pameran mushaf Alquran, festival ini juga menyajikan acara bedah buku Islam dan diskusi keislaman. Tak ketinggalan pula acara lomba untuk anak-anak, seperti lomba hafalan Alquran. Mahfud, salah seorang pengunjung yang ditemui Republika, mengaku senang akan festival ini. Mahfud mengaku tergugah dengan cetakan dan salinan Alquran yang dipamerkan. “Subhanallah, senang sekali dapat melihat hasil karya para penyalin Alquran Indonesia,” kata Mahfud yang datang ke Gedung Bayt Alquran, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), bersama keluarganya langsung dari Cirebon. Mahfud yang mengelola sekolah tahfiz Alquran itu mengaku sering mengunjungi pameran serupa. Kebetulan pula, cucunya, Zaida Aufa (7 tahun), mengikuti lomba tahfiz di festival tersebut. Ratna, seorang pengunjung lain, juga mengaku kagum dengan pameran tersebut. Ia berpendapat, seharusnya anak-anak muda Islam berkunjung ke festival itu. Ratna menilai, kebanyakan anak muda saat ini jarang membaca Alquran. Mungkin, dengan datang dan melihat, mereka bisa tergerak untuk membiasakan diri membaca Alquran. “Orang zaman dulu saja bahkan tergerak menuliskan Alquran sampai sebesar ini,” ujar perempuan berambut ikal itu sambil menunjuk Mushaf Wonosobo yang ukurannya mencapai 2 x 3 meter. Festival yang berlangsung dari 22 hingga 30 Juli itu memang bermaksud menggugah masyarakat Indonesia untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik dengan memahami pedoman yang Dia berikan. Menurut Direktur Wakala Induk Nusantara, Zaim Saidi, saat ini tak jarang orang yang hafal Alquran pun hanya sampai tenggorokan. “Mereka tidak memahami setiap ayat yang dibaca, bahkan tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Zaim dalam diskusi buku Tidak Syar’inya Bank Syariah, Sabtu (23/7) lalu. Ali berharap acara itu dapat menjadi acara tahunan yang bisa saja diadakan di tempat lain. Bahkan, Ali bercita-cita untuk menggelar festival internasional Alquran mengingat Indonesia merupakan negara dengan masyarakat beragama Islam terbanyak di dunia. ■ ed: darmawan sepriyossa

DOK APMI

Dari Abu Hurairah RA: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunci, dan setan-setan dibelenggu.” (HR Abu Hurairah, No 1307)

Serba-serbi

Buku yang tak Pernah Basi

HIZBUT-TAHRIR.OR.ID

agi Hidayat Solichin, bergiat dalam produksi Alquran tidak semata urusan membuat dapurnya tetap ngebul. Sekretaris Asosiasi Penerbit Qur’an Indonesia (APQI) itu merasa urusan itu lebih merupakan masalah cinta dan kehendak untuk memperluas dakwah. “Alquran adalah buku yang tidak punya tanggal kedaluwarsa. Tidak ada istilah musiman bagi Alquran,” kata Hidayat. Ia mungkin orang yang paling ngotot untuk membatasi dengan tegas beda antara Alquran dan buku ‘biasa’. “Walaupun sama-sama buku, tapi keduanya berbeda. Buku produk manusia, sedangkan Alquran adalah produk Ilahi. Ini harus jelas dibedakan,” kata dia. Dengan keyakinan itulah, manakala APQI untuk pertama kalinya menggelar festival Alquran, yang akan berakhir 30 Juli mendatang di Bayt Alquran, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Hidayat merasa perlu menyamakan persepsi di antara penerbit yang ikut dalam pameran. “Benar, untuk menerbitkan Alquran diperlukan kertas, tinta, pekerja, dan modal. Namun, penerbit tidak bisa semata memandang untung dan rugi,” kata dia. Menurut Hidayat, bagaimanapun Alquran adalah kalam Ilahi, bukan semata produk manusia. “Karena itu, diperlukan perlakuan lebih. Bagi kami, visi dan misi untuk berdakwah lebih kental dibandingkan sekadar berdagang.” Dengan alasan itu, dalam sirkulasi dan perdagangannya, idealnya Hidayat merujuk pada konsep apotek dan rumah sakit pada 1970-an. “Pada masa itu, yang namanya apotek dan rumah sakit tidak terpisahkan. Sama dengan Alquran dan masjid,” kata dia. Artinya, Hidayat lebih cenderung sebaiknya Alquran hanya diperdagangkan di lingkungan masjid. “Yang butuh Alquran biasanya orang yang suka ke masjid. Dengan menaruh Alquran di masjid, otomatis menarik orang ke masjid,” kata dia, berhipotesis. Hidayat membantah hal itu akan mempersempit pasar. Menurut dia, pangsa pasar Alquran masih sangat besar. Data APQI menunjukkan, kebutuhan akan Alquran tercatat 35 juta kopi per tahun. Sementara, dalam pembuatannya sendiri Alquran mengalami lebih banyak koreksi dibanding buku biasa. Direktur Pustaka Darush Sunnah, Rifki, mengatakan, pihaknya mengoreksi produksi Alquran sedikitnya enam kali sebelum dilempar ke pasaran. “Kami tidak menoleransi kesalahan sekecil apa pun,” kata Rifki.

B

■ c11 ed: darmawan sepriyossa


1432 H

REPUBLIKA

Daejeon yang Kian Islami Oleh Fernan Rahadi

Muslim di Daejeon meningkat 50 persen dalam dua tahun.

A

lhamdulillah. Ucapan itu terlontar dari mulut Kirana Yuniati Putri. Insya Allah, bila Allah menghendaki, gadis berusia 24 tahun ini akan menjalani ibadah puasa Ramadhan tahun ketiga di negeri ginseng, Korea Selatan (Korsel). Mahasiswi yang tengah menempuh S3 di Nuclear and Quantum Engineering Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Daejeon, itu mengatakan suasana di lingkungan tempat tinggalnya sudah jauh lebih islami daripada tahun-tahun sebelumnya. “Alhamdulillah, sekarang Islam dan jilbab bukan lagi hal langka di Daejeon, terutama di lingkungan kampus KAIST,” kata wanita yang akrab dipanggil Putri kepada Republika Ahad (24/7). Maklum saja, jumlah Muslim di kota terbesar kelima di Korsel tersebut meningkat pesat hingga 50 persen. Semula hanya 400-an orang pada 2009, kini menjadi 600an orang pada 2011. Dua tahun lalu, saat kali pertama menginjakkan kaki di kota yang terletak di jantung Korsel itu, kisah Putri, banyak penduduk asli kota tersebut yang penasaran melihat orang asing seperti dirinya yang mengenakan jilbab di musim panas. Saat musim dingin, mungkin tidak ada yang dipermasalahkan karena para penduduk tersebut akan menganggap jilbab sebagai pelindung kepala dari hawa dingin. “Namun, saat musim panas, kami harus siap-siap menjadi pusat perhatian saat berjalan di tempat-tempat umum,” ujar alumnus Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

MERIAH

BLOGSPOT.COM

Umat Islam saat beraktivitas di salah satu masjid di Daejeon, Korea Selatan, beberapa waktu lalu. Beberapa kali wanita-wanita tua di tempat-tempat umum Daejeon memandang dirinya dengan penuh curiga. Sebagian dari mereka berbisik-bisik dengan temannya membicarakan tampilan penutup kepala yang bagi warga asli bagai pemandangan ganjil. Kalau Putri ditanya, dia hanya menjawab sebisanya. Tak banyak, tapi jujur. Setali tiga uang di KAIST. Saat itu, jumlah mahasiswa Indonesia beridentitas Muslim bisa dihitung dengan jari. Sulit menemukan nuansa islami dalam komunitas Indonesia. “Apalagi jika sudah masuk ke komunitas Korea,” kata gadis asal kota gudeg ini. Sejauh pemahaman dia, bangsa Korea terkenal dengan kebiasaan mengonsumsi daging babi dan alkohol. Bahkan, hampir dari semua makanan Korea mengandung daging babi. Setiap makan malam, mereka selalu mengonsumsi alkohol. Salah seorang teman Putri pernah berujar, minum alkohol adalah cara orang-orang Korea dekat satu sama lain. Saat mabuk, mereka akan bercerita apa adanya tanpa rasa sungkan. “Jika sampai menolak minum-minum (alkohol), seseorang akan dianggap tidak menghormati senior dan bos mereka. Hal ini terutama berlaku di perusahaan-perusahaan,” ujar Putri, menirukan ucapan rekannya. Nah, untuk menolak namun halus, sejumlah mahasiswa Muslim

26

SENIN 25 JULI 2011

mencari cara bergaul dengan orang-orang Korea tanpa mengikuti kebiasaan mereka berpesta babi dan alkohol. Maka, tak heran muncul berbagai pola pergaulan Muslim di sana. Ada yang jarang bergabung dengan teman-teman Korea-nya, namun ada juga yang bergabung meski hanya pada saat awal-awal dengan tujuan mengakrabkan diri. Bagaimana Ramadhan tahun pertama di Daejeon? Putri mengaku hari-hari terasa berat. Salah satunya saat itu memasuki musim panas. Suhu musim panas di Korsel bisa mencapai 35 derajat Celsius dengan kelembapan mencapai 80 persen. “Apalagi lama waktu puasa bisa mencapai 16-17 jam,” kata Putri yang fasih empat bahasa asing ini. Selain masalah suhu dan durasi puasa, cobaan juga datang dari teman-teman non-Muslim yang makan-minum dengan bebas meski Putri berpuasa. Kebanyakan dari rekannya tak ambil pusing meskipun memiliki rekan Muslim yang tidak bisa makan-minum dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Toh, tak sedikit mahasiswa setempat non-Muslim yang toleran dan meminta maaf. “Bahkan, dalam beberapa acara makan malam bersama, mereka rela menunggu waktu berbuka demi kebersamaan,” tutur Putri. Ia juga sering kali sahur dengan menu seadanya, seperti mi instan dan nasi-lauk yang juga instan.

Kadang, karena bangun agak siang, Putri terpaksa tak sahur. Maklum, dia pulang dari laboratorium hingga dini hari. “Atau karena teman sekamar yang bukan Muslim.” Namun, untuk urusan buka puasa tidak terlalu sulit karena banyak rumah makan yang buka. Di Daejeon, kata dia, juga tidak dijumpai masjid. Tempat berkumpulnya para Muslim di antaranya hanya Islamic Center of Daejeon (ICD), berlokasi di lantai dua ruko di daerah Kung-dong. Bisa juga di Mushala An-Noor yang berlokasi di pusat Daejeon. An-Noor merupakan salah satu tempat yang menjadi kebanggaan warga Muslim Indonesia di Daejeon. Mushala ini kerap menjadi tempat silaturahim para pekerja dan mahasiswa Indonesia. ICD juga sudah memiliki masjid yang rencananya akan beroperasi dalam waktu dekat. Dia berharap semoga nuansa islami semakin mudah ditemui di Daejeon, terutama pada bulan Ramadhan. “Sehingga menambah kekhusyukan dalam beribadah,” kata Putri. Menjelang Ramadhan 1432 H, Putri bersyukur karena semakin banyak mahasiswa Indonesia yang diterima di KAIST, yakni sekitar 50 orang. Yang lebih menggembirakan, sambungnya, semakin banyak mahasiswi Muslim KAIST asal Indonesia yang mengenakan jilbab. “Belakangan bahkan kami sering mengadakan pengajian bersama dengan mahasiswa Muslim Indonesia,” katanya. Lebaran tahun ini Putri berencana pulang ke Indonesia. Ia merasa senang akan segera kembali berkumpul dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya di kampung halaman. Namun, ia tak akan pernah melupakan pengalamannya yang jauh dari mereka selama tahun-tahun pertama di Daejeon. Ketika jauh berada di tengah orang-orang asing, kata dia, keimanan, ketakwaan, dan kepasrahan terhadap Allah meningkat. “Ketika pada akhirnya kita kembali ke Tanah Air, kita akan benarbenar mensyukuri nikmatnya berada di tengah masyarakat Muslim yang tak asing bagi kita,” ungkapnya. n ed: zaky al hamzah

I

slam yang agung dan indah semakin terasa menemukan keindahan dan manisnya ketika dituturkan oleh Muhammad Fehullah Gulen. Cedas dan logis, beliau jelaskan berbagai hal yang mendasar maupun keseharian kita sebagai muslim. Mulai dari hakikat Allah, faham ateisme, kenabian, mengapa ada yang kaya dan miskin, hingga masalah sensitif seperti perbedaan mazhab. Membaca kata demi kata buku ini kita semakin memahami Islam yang diturunkan ke bumi ini sebagai rahmatan lil ‘âlamîn. Berbekal buku tini kita akan mampu menampilkan Islam yang ramah, bukan Islam yang pemarah. Judul : Islam Rahmatan li al-‘âlamîn Penulis: Muhammad Fethullah Gulen Halaman : xvi + 430 halaman Harga : Rp. 75.000,-

Konsultasi Puasa Diasuh oleh KH Achmad Satori Ismail Jika ada pertanyaan seputar puasa, silahkan kirim pertanyaan Anda ke e-mail : sekretariat@republika.co.id

Memberi Tahu Anak Pentingnya Berpuasa Assalamualaikum Wr Wb Bapak Ustaz, sebentar lagi memasuki bulan puasa Ramadhan. Sementara itu, usia anak saya sudah memasuki masa akil baligh. Namun, saya dan suami kesulitan menyuruh anak saya berpuasa. Bagaimana memberi nasihat yang bijak agar dia mau berpuasa? Wassalamualikum Wr Wb Ibu Kusuma, Depok Jawab: Wassalamualaikum, Ibu Kusuma. Untuk menyadarkan anak yang sudah baligh agar mau berpuasa, kita seyogianya melakukan hal-hal berikut: Pertama, menanamkan keimanan yang dalam pada anak akan adanya hisab terhadap semua amalan kita. Orang yang tidak puasa sehari tanpa uzur tidak bisa menggantinya walau puasa setahun. Kedua, mencoba untuk memberi pengertian tentang keutamaan puasa pada bulan Ramadhan agar anak mau melaksanakan dan menghormatinya. Ketiga, bila anak belum mau melaksanakan juga, diberikan ancaman secara bertahap; mulai dari ancaman siksa di akhirat, menasihatinya dengan bahasa yang lembut, sampai memberikan pukulan yang tidak membahayakan fisiknya sebagai tanda bahwa kita tidak rela bila dia tidak berpuasa. Wallahu a’lam bis shawab.

Buka Warung Saat Siang Assalamualaikum Wr Wb Saudara kandung saya mempunyai warung makan yang tetap buka pada siang hari ketika bulan puasa. Dia tetap membuka warung itu karena menjadi sumber utama penghasilan bagi keluarganya. Apakah saudara saya berdosa, Pak Ustaz? Adianto, Surabaya Jawab: Membuka warung makan meski di bulan puasa sebenarnya tidak bermasalah. Itu pun jika tujuan membuka warung untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak wajib berpuasa karena sejumlah alasan, seperti uzur syar’i, layaknya musafir, sedang sakit, sudah tua renta sehingga tidak kuat berpuasa, dan perempuan hamil atau menyusui. Namun harus diupayakan agar ada hijab untuk menghormati orang berpuasa dan memuliakan Ramadhan. Wallahu a’lam. n

Untuk pemasangan dan informasi

Hardi 0818 0885 9123 021 9259 3383

Andriyanto 0815 9600 200 Jl.Taman Margasatwa No.12 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp. (021) 7819127 - 28; Fax. (021) 7817702


1432 H SENIN 25 JULI 2011

REPUBLIKA

Pengunjung bisa menikmati sejumlah program menarik.

B

ulan Ramadhan 1432 H tinggal satu pekan lagi. Selain masjid, mushala, dan perkantoran, sejumlah pusat perbelajaan tak ingin ketinggalan menyambutnya. Salah satunya Ekalokasari Plaza. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Bogor ini turut serta menyambut Ramadhan. Jauh hari sebelum Ramadhan tiba, Elok—sapaan Ekalokasari dari pengunjung mal—mulai mempercantik diri dengah hiasan-hiasan khas Ramadhannya. Apa sih persiapannya? Jika pada tahun lalu, tema dekorasi interior Elok yang berlokasi di Jalan Siliwangi 123, Kota Bogor, itu adalah Maroko dengan nuansa warna dominan ungu, nah, tema tahun ini, Ekalokasari Plaza membuat gebrakan baru dengan mendekorasi dalam ruang bernuansa “Tempo Doeloe”, perpaduan antara Indonesia tempo dulu dengan nuansa Timur Tengah. Assisten Marketing Manager Ekalokasari Plaza Yunati Alinda mengatakan, tema itu diambil karena ingin memperlihatkan kembali gambaran Indonesia pada masa lalu kepada pengunjung. “Temanya kali ini back to past, mengenang Indonesia zaman dulu,” kata Yuna, sapaan akrab wanita berambut panjang itu. Selain itu, katanya, negerinegeri di semenanjung Afrika Utara yang kerap disebut negerinegeri maghribi ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Elok, seperti Maroko. Negara di belahan utara Afrika yang letaknya beberapa kilometer dari Benua Eropa itu dipilih sebagai tema dekorasi tahun lalu.

27

Nuansa ‘Tempo Doeloe’ Sambut Ramadhan

Maroko memiliki ribuan pesona sehingga bisa memancing wisatawan asing. Saat itu, sambutan pengunjung pada nuansa Maroko sangat meriah. Banyak pengunjung yang berdatangan ke Elok, bahkan ada yang berulang kali. Bagaimana dengan nuasan tahun ini? Ia menjelaskan, sesuai tema “Tempo Doeloe”, warna yang lebih dominan adalah warna kuning. Tujuannya, pengunjung dapat melihat gambaran “Tempo Doeloe” bukan hanya pada dekorasi ruangan, melainkan juga pada materi yang digunakan. Seperti yang ada di dalam poster, umbul-umbul, dan nantinya akan ada sepeda ontel yang menjadi ikon Indonesia pada zaman dahulu. Bukan hanya itu, setiap customer service juga akan mengenakan pakaian yang bernuansa Ramadhan. Tentu, bukan hanya dekorasi nan cantik yang ditampilkan Ekalokasari Plaza menyambut kemeriahan Ramadhan. Pengelola Ekalokasari Plaza juga akan memanjakan pengunjung dengan program-program diskon yang dirancang khusus hanya pada Ramadhan. Dengan mengusung tema “Lebaran Salebration”, Ekalokasari Plaza memberikan berbagai harga diskon dan promo khusus menjelang Lebaran. Yuna memaparkan, nantinya akan ada “Three Day Sale” pada 19 sampai 21 Agustus. Program ini adalah memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berbelanja lebih lama karena pada saat itu, pusat perbelanjaan

NUANSA ISLAMI

INJAKARTA.COM

Ekalokasari Plaza Bogor dilihat dari depan, beberapa waktu lalu. Pusat perbelanjaan ini siap menyambut Ramadhan dengan beragam kegiatan dan diskon.

akan ditutup pukul 23.00 WIB dan akan ada diskon gila-gilaan hingga 80 persen. Pada periode sama, Elok akan memberikan “Gift Voucher Special Program”, yakni memberikan voucher berbelanja senilai Rp 500 ribu di semua toko yang berada di Ekalokasari. Pengunjung juga dapat berbelanja di Bazar Artis, yaitu sebuah

toko yang dimiliki artis-artis kenamaan di ibu kota. Selama bulan Ramadhan berlangsung, Ekalokasari Plaza juga akan menggelar berbagai perlombaan yang dapat diikuti anak-anak maupun orang dewasa, seperti Kids Nasyid Competition, Kids and Teen Fashion Competition, dan Nasyid Competition.

Acara yang tak kalah seru adalah Sahur On The Road. Acara yang dihelat pada 13 Agustus ini akan dipusatkan di Jalan Padjajaran, Bogor. Dengan banyaknya kegiatan Ramadhan yang akan disajikan di Elok, Yuna berharap, akan banyak pengunjung yang datang ke Elok. Bukan hanya sekadar berbelanja, melainkan pengun-

jung juga dapat berperan aktif dalam perlombaan-perlombaan. Pengunjung dapat menikmati berbagai acara yang dimulai 6 Agustus hingga 28 Agustus 2011. Pengunjung juga akan terus dimanjakan potongan harga besarbesaran sekaligus menikmati acara-acara amazing dari pengelola Ekalokasari Plaza. n c16 ed: zaky al hamzah


1432 H SENIN 25 JULI 2011

REPUBLIKA

‘Suara dari Surga’

Konsultasi Zakat

Warna Baru yang Memberi Inspirasi

Diasuh oleh Prof Dr M Amin Suma SH MA Jika ada pertanyaan seputar zakat, silahkan kirim pertanyaan Anda ke e-mail : sekretariat@republika.co.id

Apakah Amil Zakat Wajib Berzakat? Apakah amil zakat wajib mengeluarkan zakat dari penghasilan yang diterimanya sebagai bagian dari penerima zakat (mustahik)? Arif, Bogor

Oleh Syahruddin El-Fikri

Dalam setiap episode, pemirsa diajak ikut melihat serta merasakan pengalaman berharga bersama anak-anak.

M

elihat kehidupan dari sisi yang berbeda, kiranya itulah yang diberikan AlifTv untuk memberikan inspirasi pada khalayak. Sebagai saluran televisi Muslim, AlifTv mencoba hadir sebagai media pembaru dan penyejuk kehidupan umat Muslim di Indonesia. Caranya dengan mengemas berbagai persoalan keseharian melalui program-program penuh makna, Islami, dan tentu saja menginspirasi. Di antara program-program Islami buah karya AlifTv, “Suara dari Surga” menjadi salah satu program unggulan. Ini merupakan program yang menggambarkan

28

DOK ALIFTV

kehidupan berbagai panti asuhan di seluruh Indonesia, yang dikemas dalam tayangan berdurasi 30 menit. Melalui program bergenre reality ini, pemirsa akan memasuki keseharian anak-anak luar biasa lengkap dengan berbagai macam kegiatan mereka. Menyimak kisahkisah indah nan haru dari para penghuni panti asuhan dan menyambangi langsung tempat hunian mulia tersebut. Kasih sayang merupakan anugerah yang luar biasa, apalagi bila berdasarkan atas keikhlasan dan rasa kemanusiaan. Di sinilah “Suara dari Surga” menampilkan bagaimana tali kasih dapat tercipta dari dua sisi kehidupan yang bahkan tidak saling mengenal. Dalam setiap episodenya, pemirsa akan diajak untuk ikut melihat serta merasakan pengalaman berharga bersama anak-anak yang tumbuh berkembang tanpa orang tua, tapi masih bisa mendapatkan kasih sayang dari para pembimbing dan

pembina mereka. “Suara dari Surga” sebagai inspirasi yang dapat menumbuhkan panggilan hati para pemirsanya dengan memberi banyak ilmu yang berpedoman pada Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Kita bisa melihat potret hidup di mana ternyata ketidakhadiran orang tua bukan berarti memiliki kekurangan ataupun menjadi hambatan bagi anak-anak luar biasa ini untuk tetap bersinar. Semangat dan cita-cita tinggi terukir di wajah mereka tatkala segenap prestasi menambah kualitas pribadi mereka masing-masing. “Aku dan orang yang menyantuni anak yatim akan berada di surga seperti ini,” sabda Rasulullah SAW sambil menegakkan jari telunjuk dan jari tengah Beliau. Rasulullah sedemikian memuliakan orang-orang yang menyayangi anak-anak yatim piatu sebagaimana dirinya memuliakan anakanak tersebut. Dengan hadirnya

program reality tersebut, diharapkan dapat menjadi inspirasi baru dan menjadi pilihan masyarakat Muslim Indonesia sebagai sarana untuk lebih memahami hikmah yang diberikan oleh Allah SWT. “Suara dari Surga” ditayangkan setiap Kamis menjelang Maghrib pada saluran 137 Telkomvision. Temukan inspirasi baru setiap pekan. Insya Allah, dengan menyaksikan “Suara dari Surga”, pemirsa Alif tv dapat senantiasa menjadikan Alif tv sebagai sarana untuk terus mengasah kepekaan kita terhadap realitas sosial, peduli terhadap nasib sesama, mengamalkan sunah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, serta memperindah akhlak kita sebagai insan Muslim. Membuat kita mampu melihat gambaran kehidupan dari sudut pandang yang berbeda, membuat kita lebih mudah memahami, seindah mendengar suara surgawi. ■ ed: darmawan sepriyossa

Jawab: Amil zakat adalah pekerjaan mulia karena mempunyai tugas yang berkaitan dengan pemungutan zakat dan pendistribusiannya agar sesuai syariat dan tepat sasaran. Hal ini dikuatkan QS at-Taubah :60. Dengan demikian, amil zakat yang bekerja secara penuh (full time) berhak mendapatkan bagian dana zakat maksimal 1/8 bagian atau 12,5 persen dana yang terhimpun. Jika hak yang diperolehnya ini melebihi nisab, tentu saja ia harus mengeluarkan zakatnya. Amil zakat yang bertugas pada bulan Ramadhan di masjid atau lingkungan warga (RT/RW), sebenarnya tidak termasuk kategori amil zakat karena tidak bekerja penuh waktu (full time). Mereka tidak berhak menerima bagian 12,5 persen, kecuali sekadar upah.

Zakat Mal Berbentuk Barang Di samping mengeluarkan zakat mal melalui BAZ/LAZ, kami juga sering menyampaikan zakat langsung kepada mustahik. Apakah diperbolehkan? Tia, Depok Jawab: Para ulama menyatakan bahwa pembayar zakat boleh saja berzakat dengan barang yang dibutuhkan oleh para mustahik. Misalnya, para mustahik petani diberi zakat dalam bentuk perlengkapan atau alat-alat pertanian. Bisa pula berbentuk pupuk, benih, insektisida, dan lain-lain, yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi pertanian. Pokoknya, apa yang mereka butuhkan. Agar pemberian zakat itu lebih efektif, yang melakukannya sebaiknya BAZ/LAZ profesional. ■


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.