Cahaya Ramadhan 1432 H.

Page 1

REPUBLIKA

1432 H

KAMIS 25 AGUSTUS 2011

29

Larangan Maksiat tak Digubris Tempat hiburan ada yang beroperasi sejak siang hingga lewat tengah malam.

KHOIRUL/REPUBLIKA

BAGIKAN MAKANAN

Murid SMA Plus PGRI Cibinong, Bogor, Jawa Barat, membagikan makanan berbuka puasa kepada masyarakat di sekitar Pasar Cibinong, Selasa (23/8). Pembagian takjil ini merupakan kepedulian mereka terhadap warga yang masih beraktivitas di pasar ketika waktu buka puasa tiba.

Tumpengan Malam Lailatul Qadar

BLITAR — Ratusan warga Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menggelar kegiatan tumpengan bersama untuk menyambut lailatul qadar— malam penuh kemuliaan. Lalu, ketika Maghrib tiba, mereka menyantap tumpeng itu secara berjamaah di balai desa setempat atau membawanya ke rumah. Kegiatan tersebut rutin dilakukan masyarakat Desa Krenceng. Dengan membawa tumpeng, mereka berharap, makanan yang disediakan itu membawa berkah. “Ini bagian dari sedekah dan sengaja dilakukan pada malam ganjil. Kami hanya berharap berkah,” kata Mustain, tokoh agama Desa Krenceng. Kegiatan itu diikuti oleh seluruh warga desa. Mereka membawa tum-

peng yang isinya makanan berupa nasi lengkap dengan lauknya. Seluruh tumpeng yang dibawa dikumpulkan menjadi satu di balai desa. Mustain menyebut, di daerahnya, tradisi ini sering disebut dengan nama udunan yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “menurun”. Kegiatan ini sebagai bagian tradisi yang selalu dilakukan tiap tahun pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, terutama malam ganjil yang dipercaya sebagai waktu datangnya malam lailatul qadar. “Tradisi ini sudah berlangsung tiap tahun. Kegiatan ini juga sebagai ajang silaturahim antarwarga,” kata Mustain. Warga Desa Krenceng juga rutin mengadakan kegiatan pengajian atau tadarusan Alquran bersama, shalat sunah berjamaah, dan amalan-

amalan ibadah lainnya, terutama saat malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Mereka, seperti kalangan Muslim lainnya, percaya bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang sangat dinantikan saat Ramadhan karena setiap amalan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Muhani, salah seorang warga setempat, mengaku cukup senang dengan kegiatan ini. Ia bisa meningkatkan amal ibadah dan bertemu dengan para tetangganya untuk lebih memperkuat jalinan silaturahim. “Kegiatan ini diikuti satu desa dan tidak tiap hari kami bisa saling menyapa. Untuk itu, kami akan terus lestarikan acara ini sambil berharap berkah dari malam lailatul qadar,” kata Muhani. ■ antara, ed: asep nur zaman

TULUNGAGUNG — Kendati bulan puasa, bisnis maksiat tetap jalan. Inilah yang membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, kecewa. Aparat dianggap tak menggubris fatwa penutupan tempat-tempat hiburan malam yang ditengarai sebagai sarang maksiat selama bulan Ramadhan. “MUI sangat kecewa karena faktanya masih banyak tempat-tempat hiburan malam, seperti kafe, tempat karaoke, dan sebagainya masih jalan terus (beroperasi). Padahal, sejak awal bulan Ramadhan, MUI sudah membuat rekomendasi tertulis terkait pelarangan tempat-tempat hiburan malam ini,” kata KH Masykur Kholil, salah seorang pengurus MUI Kabupaten Tulungagung, Rabu (24/8). MUI belum melayangkan protes resmi ke pihak-pihak yang terkait dalam eksekusi pelarangan sementara sarana hiburan malam yang disebut Kholil sebagai sarang maksiat tersebut. Namun, secara kelembagaan maupun di tingkat jajaran pengurus, pengasuh Pondok Pesantren Menoro di Kelurahan Bangoan, Kecamatan Kedungwaru, itu sangat menyesalkan ketidaktegasan pemerintah daerah, dalam hal ini bupati serta aparat kepolisian karena dinilai tidak mengawal fatwa MUI seperti diharapkan. Buktinya, lanjut Masykur Kholil, banyak tempat hiburan, baik yang berbentuk kafe maupun rumah karaoke, tetap beroperasi sebagaimana hari biasa meski jam operasional dibatasi setelah jam shalat tarawih hingga pukul 01.00 WIB. “Masalahnya, MUI tidak memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan. Kami sifatnya hanya melakukan amar

ma’ruf nahi munkar (mengajak melakukan kebaikan dan menjauhi segala tindakan yang mungkar/jahat),” ujarnya. Meski pada akhirnya MUI tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak melayangkan surat protes resmi ke bupati maupun kepolisian, Masykur tetap berharap, pembiaran aktivitas/operasional sejumlah tempat hiburan malam selama bulan Ramadan tersebut tidak lagi terulang sebab selain mengesankan kurangnya penghargaan serta penghormatan terhadap umat Islam yang tengah menjalankan ibadah puasa, ia khawatir ketidaktegasan pemerintah bisa memicu konflik horizontal. Menurut dia, pengalaman di sejumlah daerah, khususnya di Ibu Kota Jakarta, ada sekelompok ormas yang melakukan razia sepihak ke tempat-tempat hiburan malam dan perjudian. Hal ini harus dicegah agar tidak terjadi di Kota Marmer. “Sekali lagi, kapasitas kami hanya mengingatkan. MUI tidak bisa berbuat apa-apa jika mereka (satpol PP dan kepolisian) tidak mau bertindak, tapi juga jangan menyalahkan siapa-siapa jika dampaknya fatal,” ujar Masykur. Dari pantauan, aktivitas dunia hiburan malam di Kota Marmer itu memang terkesan jalan terus. Pemandangan itu tidak hanya terlihat pada tempat-tempat hiburan kelas menengah ke atas, seperti pub, rumah karaoke, dan kafe, tetapi juga marak terlihat di kelas ekonomi bawah, seperti “warung kopi pangku” yang menyediakan pelayan gadis-gadis muda hingga warung remang-remang. Bedanya dengan aktivitas pada harihari biasa atau di luar bulan Ramadhan, hanyalah pada jam operasional. Pada harihari biasa, jam operasional berlangsung nyaris 15 jam penuh, yakni mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB, sementara pada bulan puasa, jam operasional dibatasi mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB. Aturan jam operasional itu pun tidak semuanya mematuhi. Beberapa rumah karaoke disebut-sebut ada yang membuka layanan hiburan sejak siang hingga malam, tetapi dengan cara sembunyi-sembunyi. ■ antara, ed: asep nur zaman

Ngadem Sambil Ngabuburit di Sarang Bekantan Oleh Ichsan Emrald

ampir di setiap baliho bertema lingkungan di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, selalu muncul wajah primata berhidung panjang dan berbulu pirang. Seakan-akan menjadi ikon, pemerintah kota paling utara di Indonesia ini menampilkan wajah bekantan itu di papan yang menempel di tiang-tiang bandar udara (bandara). Disebut juga si monyet belanda, satwa “penduduk asli” Pulau Kalimantan itu kini sulit sekali ditemukan penampakannya. Kota Tarakan sendiri memiliki konservasi khusus untuk binatang yang memiliki nama ilmiah Nasalis larvatus tersebut, yaitu di sebuah hutan mangrove. Tak sulit mencari hutan yang dikenal sebagai tempat wisata alam di Kota Tarakan itu. Letaknya di Jalan Gajah Mada yang dilewati angkutan umum dari arah pusat kota. Namanya Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan. Begitu tiba, pengunjung akan langsung disambut sosok bekantan— dalam bentuk patung! Dengan hanya merogoh kocek Rp 3.000, pengunjung dapat memasuki ke kawasan sarang bekantan itu sambil menikmati hawa sejuk dan pemandangan hijau yang berbanding terbalik dengan

H

cuaca panas di luar hutan mangrove. Panas di Kota Tarakan memang menyengat, maklum dekat garis khatulistiwa. Sebuah jalan setapak selebar dua meter yang terbuat dari kayu membelah hutan mangrove dan mengantar pengunjung untuk menikmati indahnya tempat tersebut pada sore hari. Di beberapa titik terdapat melepas lelah. Petugas konservasi, Nurdiansyah, mengemukakan, kawasan ini diresmikan pada 2001 dengan satwa bekantan berjumlah dua ekor. Setelah ada tambahan dari Berau dan masyarakat, jumlah primata itu menjadi 30 ekor. Hanya saja, kita tidak bisa kontan bertemu “saudara tua” itu ketika memasuki tempat tersebut. “Mereka berkumpul di dalam sana,” kata Nurdiansyah.

Pohon bernapas Saat menapaki jalan kayu, di kanankiri terlihat hutan bakau yang cukup rimbun. Sesekali terdengar bunyi ‘ceplakceplok’ dari akar bakau yang tengah bernapas. Saat itu, pertengahan Ramadhan, air laut sedang surut. Dari atas jalan kayu yang berjarak sekitar 1,5 meter dari lahan bakau, pengunjung bisa melihat gelembung udara yang keluar dari tanah. Kemudian, di kanan-kiri, ada kandang khusus bagi bekantan kecil atau yang sering menyerang pengunjung. Gazebogazebo juga bisa ditemukan di sisi jalan

ICHSAN EMERAL/REPUBLIKA

kayu setapak itu bagi pengunjung yang ingin berteduh. Meski saat itu kawasan tersebut terbilang sepi, pengunjung mengaku senang. “Di sini adem, jadi kita bisa menunggu berbuka puasa dengan tenang. Duduk dan bersantai di sini enggak terasa, percayalah,” ujar Ihsan, ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan, ketika sedang bersantai di bangku hutan mangrove. Republika melanjutkan perjalanan memasuki hutan mangrove tersebut dan menemui seorang kakek, Doi (60), yang

biasa berkunjung ke situ. Kali ini, ia membawa sang cucu, Radit (3). “Mana monyetnya, Kakek?” ujar Radit. Doi bercerita, dahulu sering kali dijumpai bekantan-bekantan kecil di kawasan hutan di Pulau Tarakan. Namun, setelah sering ditangkap dan dipotong oleh warga, jumlahnya jadi berkurang. “Kalau dibuat hutan seperti ini, kita bisa melihat bekantan lagi,” tuturnya. Apalagi, lanjut dia, pada bulan puasa, hutan mangrove bisa menjadi pilihan ngabuburit. Cuma, karena tidak ada penjual makanan, pengunjung harus berge-

gas pulang jika Maghrib sudah dekat. Lebih ke dalam lagi, pengunjung bisa melihat beberapa keluarga datang untuk berekreasi. Salah satunya Iwan (50) yang membawa serta keluarganya dari Makassar, Sulawesi Selatan. “Biasanya para bekantan itu ramai di sini, menunggu diberi pisang oleh pengunjung.” Tapi, sore itu sedikit sekali sang “tuan rumah” datang menghampiri pengunjung. Mungkin baru saja selesai makan dan perutnya sudah kenyang sehingga hanya bergelantungan di atas pohon. Maklum, mereka tidak berpuasa. ■ ed: asep nur zaman


1432 H KAMIS 25 AGUSTUS 2011

REPUBLIKA

MUHAMMAD ISMAIL

Konsultasi Zakat Diasuh oleh Prof Dr M Amin Suma SH MA

Ramadhan adalah Penyeimbang Ramadhan membuatnya lebih sering mengunjungi masjid.

J

ika sibuk dan teriknya hari terobati oleh datangnya malam, hiruk pikuk kesibukan duniawi manusia selama 11 bulan dilipur oleh Ramadhan. Bagi Direktur PT Zahira Internasional, Muhamad Ismail, Ramadhan bukan semata bulan puasa yang berdampak pada berkurangnya jam kerja. “Ramadhan adalah penyeimbang,” kata Ismail, yakin. Pria kelahiran 23 Maret 1982 itu menilai, selama 11 bulan sebelum kedatangan Ramadhan, manusia disibukkan urusan duniawi, sementara nilai amalan yang berlipat-lipat dalam bulan Ramadhan mendorong manusia untuk memperbanyak ibadah. “Pemaksimalan ibadah saat Ramadhan itu yang menyeimbangkan 11 bulan lainnya,” ujar dia. Selain itu, kesibukan duniawi juga dinilainya memunculkan dan menyuburkan sifat egois yang kemudian dieliminasi Ramadhan. Peraih gelar sarjana dan master dari Bina Nusantara University itu mengatakan, Ramadhan menghilangkan sifat abai terhadap sesama. Hal itu disebabkan puasa Ramadhan mengajarkan manusia untuk ikut merasakan keseharian orang-orang yang kurang beruntung. “Saat kita bisa makan, kita harus peduli apakah mereka yang kurang beruntung juga bisa makan,” kata Ismail.

Selain melalui puasa, menurut pria yang oleh rekannya akrab disapa Mamad itu, Ramadhan juga mendidik manusia melalui zakat. Di mata Ismail, perintah zakat merupakan pengingat bahwa ada hak orang lain dalam setiap genggam materi yang diperoleh manusia. “Zakat mengajarkan Muslim tentang semangat berbagi di sepanjang hidup kita, dan Ramadhan menjadi semacam pengingat atas perintah Islam itu.” Bagi keseharian pria yang lahir di Jeddah itu, Ramadhan juga bermakna peningkatan ritual ibadah. Kepada Republika, ia mengaku tak mau menyia-nyiakan kesempatan shalat Tarawih. Bersama istrinya, ayah satu orang putri ini berusaha tidak absen mengikuti Tarawih berjamaah di masjid dekat kediamannya di bilangan Bintaro. “Saya jadi punya kesempatan mengunjungi masjid lebih sering daripada di luar bulan Ramadhan,” kata dia.

Memasuki pekan terakhir Ramadhan, Ismail mengaku berupaya meningkatkan intensitas hubungan rububiyah-nya dengan mengikuti qiyamul lail. “Biasanya sejak pukul 02.00 dini hari sampai masuk Subuh.” Dengan begitu, makan sahur ia jalani di masjid. Soal buka puasa, pria sibuk itu tak selalu bisa menikmatinya bersama keluarga di rumah. Selain di kantor, terkadang ia harus menghadiri undangan buka bersama di luar kantor. Namun, ia bersyukur lokasi kantor yang berada di daerah Kemang dekat dengan tempat tinggalnya sehingga membuatnya lebih sering buka puasa di rumah. “Paling senang bisa berbuka di rumah, nggak ada duanya lah, pokoknya,” ujar Ismail, tertawa ringan. “Soal Idul Fitri, Ismail memak-

30

(Ketua Dewan Syariah Dompet Dhuafa) Jika ada pertanyaan seputar zakat, silahkan kirim pertanyaan Anda ke e-mail : zakat@republika.co.id atau ke : layandonatur@dompetdhuafa.org

nainya lebih dari sekadar hari raya. Sebagai seorang Muslim, katanya, ia berharap dapat menuntaskan bulan Ramadhan dengan hasil yang baik. “Agar Idul Fitri bisa benar-benar jadi hari kemenangan, mudah-mudahan,” katanya. Selain itu, kehadirannya sebagai momentum untuk bersilaturahim merupakan bentuk kemeriahan lain Idul Fitri di mata Ismail. Di luar itu, Idul Fitri menjadi istimewa bagi pria yang telah 20 tahun tinggal di Jakarta ini. Karena tak mudik, Ismail akan menghabiskan libur Lebaran di Ibu Kota. “Saya akan menikmati Jakarta yang hening, saat kota ini ditinggalkan oleh banyak orang untuk berlebaran di kampung halaman,” ujar dia menutup perbincangan. ■ c15 ed: darmawan s

Zakat Rumah Burung Walet Berapa persenkah zakat yang harus dikeluarkan dari rumah burung walet? Roni, Bandar Lampung Jawab: Karena ini merupakan hal yang baru, kami tidak menemukan bahasannya dalam berbagai literatur hukum Islam atau fikih Islam. Yang paling memungkinkan, zakat atas hasil rumah burung walet ini dianalogikan pada zakat madu yang oleh para ulama disetarakan dengan zakat pertanian (lihat Fiqh Zakat, hal 403). Jadi, nisabnya adalah seharga 652 kg beras, sedangkan zakatnya sebesar 10 persen. Adapun mengenai kewajiban zakatnya, jelas sekali termasuk ke dalam kategori al-Amwaal (harta benda) sehingga kewajibannya berdasarkan nash yang bersifat umum, seperti firman Allah dalam QS At-Taubah (9):103 atau berdasarkan surat QS al-Baqarah (2): 267 yang mewajibkan zakat pada setiap hasil usaha yang halal dan baik.

DOKREP

Ngabuburit

SANG LEGENDA DI LAPANGAN BERDEBU

Oleh Fernan Rahadi

RUSDY/REPUBLIKA

D

ebu-debu beterbangan di tiap sudut Lapangan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa (23/8) malam itu. Hidung yang mampet atau tenggorokan

yang tercekat debu membuat siapa pun yang datang ke situ tak kuasa menahan batuk. Meskipun begitu, hal itu tidak menghalangi langkah ratusan anak muda, lelaki perempuan, mendatangi lapangan tersebut. Sambil menutup hidung, mereka menjejali tempat tersebut. Seolah tak ada apa pun di kepala mereka selain sang legenda: Iwan Fals. Iwan adalah musisi yang ditunggutunggu kehadirannya pada acara Djarum Coklat Ngabuburit malam itu. Penampilan keempat yang dilakukan penyanyi yang menginjak usia 50 tahun pada 3 September nanti itu selama Ramadhan ini. Sebelumnya, Iwan sudah melakukan pertunjukan musik di Lapangan Yonhubad Depok, Lapangan Blok S Jakarta Selatan, dan Lapangan Tipar Cakung Jakarta Timur. Penampilan terakhir Iwan untuk acara Djarum Coklat Ngabuburit adalah di GOR Bekasi, Rabu (24/8) malam. Anak-anak muda yang kebanyakan adalah para remaja tanggung (ABG) sudah sejak sore memadati Lapangan Semanan yang berdebu tersebut. Dengan membawa sejumlah atribut seperti kaos, bendera, dan spanduk bertuliskan OI (Orang Indonesia) mereka berkerumun di depan pang-

gung. Acara Djarum Coklat Ngabuburit tersebut baru berlangsung sekitar pukul 20.30 WIB, atau usai waktu tarawih. Mendekati detik-detik waktu tersebut, anak-anak muda itu mulai merangsek ke depan. Kini, tak ada tersisa seinci pun ruang kosong di muka panggung. Pertunjukan musik tersebut diawali dengan penampilan sejumlah artis pendukung. Ada Kelompok Tari Rabanni yang membawakan sejumlah tarian sufi, serta Ki Ageng Ganjur Yogyakarta yang melantunkan sejumlah lagu dengan berbagai alat musik instrumental Jawa. Tak ketinggalan, Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Effendi Anas, ikut menyumbangkan satu lagu berjudul Tuhan, karya Sam Bimbo. Di tengah massa yang kian tak sabar serta para petugas Satpol PP yang tak henti-hentinya menyiramkan air ke kerumunan massa yang bertarung dengan debu, akhirnya lelaki berambut putih itu muncul. Dengan pakaian sederhana, kaos berkerah berwarna biru langit, celana jeans, dan sebuah ikat di kepalanya. Iwan Fals menyapa para penggemarnya dengan ucapan salam. “Assalamualaikum,” sapa Iwan yang

langsung dibalas para OI dengan jawaban bergemuruh. Sejenak, setelah mengalungkan gitar akustiknya, Iwan bersama band pendampingnya pun mulai menghentak seisi lapangan berdebu tersebut dengan lagu pertama berjudul Siang di Seberang Sebuah Istana. Para pemuda yang tergabung dalam OI pun mengiringi nyanyian Iwan dengan fasih. “Seorang anak kecil bertubuh dekil/ Tertidur berbantal sebelah lengan/Berselimut debu jalanan...” Iwan pun membawakan lagu bertema lingkungan, Tanam Siram Tanam. Selesai Tanam Siram Tanam, Iwan membawakan sejumlah lagu andalannya yang lain, seperti Umar Bakrie, Sarjana Muda, dan Surat Buat Wakil Rakyat. Pertunjukan malam itu pun ditutup dengan tembang andalan Iwan, Bongka’, yang mendapatkan sambutan paling antusias dari penonton malam itu. Sambil berbasah-basahan, para ABG itu pun menyanyi dan menari-nari. “Kalau cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang. Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperbudak jabatan...” ■ ed: darmawan s


1432 H KAMIS 25 AGUSTUS 2011

REPUBLIKA

31

Konsultasi Puasa Diasuh oleh Prof Dr KH Achmad Satori Ismail

COKELAT LEBARAN Seorang penjaga toko menata cokelat- cokelat bertemakan Ramadhan dan Idul Fitri di Dapur Cokelat, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/8). Menjelang Idul Fitri permintaan cokelat bermotif Islami banyak diminati konsumen dengan rentang harga Rp 60 ribu hingga Rp 250 ribu.

Jika ada pertanyaan seputar puasa, silahkan kirim pertanyaan Anda ke e-mail : puasa@republika.co.id

Hukum Perempuan Shalat di Masjid Ustaz, sewaktu itu, saya ingin shalat tarawih di masjid. Namun, tiba-tiba, bapak saya menyatakan, “Lebih baik perempuan shalat di rumah.” Yang saya tahu, konteks itu biasanya untuk shalat lima waktu. Apakah ada hadis atau ayat Alquran yang menegaskan pernyataan di atas dalam shalat tarawih di masjid bagi kaum hawa? Dan lebih baiknya saya mengikuti yang mana? Mohon penjelasannya, Ustaz. Terima Kasih.

PRAYOGI

Giska, Bekasi

The Sultan Hotel & Residence

Buka Bersama Anak Yatim Pihak hotel menjamu mereka secara spesial.

B

agi sebagian orang, untuk sekadar masuk ataupun menginap di sebuah hotel tentu bukan perkara hal yang mudah. Apalagi, kalau hotel tersebut hanya dapat dijangkau oleh kalangan berduit saja. Hal inilah yang dirasakan oleh anakanak dari Yayasan Yatim Piatu dan Dhuafa Darussa’adah, Mampang, Jakarta Selatan. Senin (22/8) malam lalu menjadi hari yang tidak terlupakan bagi 50 anak yatim dan piatu dari Yayasan Yatim Piatu dan Dhuafa Darussa’adah. Untuk pertama kalinya, mereka dapat menginjakkan kaki di sebuah hotel mewah dengan furnitur mahal yang berada di dalamnya. Berada di Golden Ballroom The

Sultan Hotel & Residence, ke 50 anak itu merasakan buka puasa dengan suasana yang berbeda. Republika melihat ke 50 anak yang datang itu memang dijamu layaknya tamu-tamu hotel lainnnya, bahkan lebih spesial. Ketika anak-anak itu masuk ke dalam ruangan, mereka dihantarkan oleh pelayan-pelayan yang mengenakan jas sangat rapi menuju ke meja makan bundar yang dapat diisi oleh enam hingga delapan orang. Peralatan makan lengkap dan buah-buah yang segar tersaji di atas meja. Saat azan Maghrib berkumandang, para pelayan menghampiri meja mereka satu per satu dan memberikan makanan pembuka atau takjil. Farhan Muharam (10), salah satu anak yang hadir malam itu, mengatakan, ia baru pertama kali masuk ke dalam hotel. “Ini berkah Ramadhan, saya dan teman-teman bisa merasakan berbuka puasa di hotel,” ujarnya. Farhan yang duduk di bangku kelas lima SD itu walaupun

tampak sangat canggung, ia terlihat sibuk bercanda dengan teman di sebelahnya sambil memainkan sendok yang ada di mejanya. Farhan mengaku sangat bingung karena di mejanya terdapat banyak sekali peralatan makan. “Sendok, piring, gelas, sebenarnya sudah cukup, kalau begini, ribet yang mana mau dipakai duluan,” katanya. Farhan menuturkan, pengalaman berbuka puasa di hotel tidak akan pernah ia lupakan. Farhan bukannya tidak bersyukur dengan apa yang sudah didapatnya di asrama, melainkan dia mengatakan berbuka puasa di hotel rasanya lebih nyaman. Sama seperti Farhan, Aditya Eka Saputra (14) juga mengatakan, berbuka puasa di hotel sangat enak. Sambil melahap sate yang ada di hadapannya, Adit berkata, “Makanannya enak-enak.” Ketua Yayasan Yatim Piatu dan Dhuafa Darussa’adah Hj Zuhairiah mengatakan, mungkin ini adalah pengalaman yang sangat berkesan

bagi anak-anak. “Kami hanya dapat mengucap alhamdulillah atas segala nikmat yang telah Allah berikan di dalam bulan Ramadhan kali ini,” ujarnya. Acara buka puasa bersama anak-anak yatim piatu ini dalam rangka perayaan ulang tahun ke-5 Hotel Sultan. Manajer Hotel Sultan I Nyoman Sarya mengatakan, pada bulan Ramadhan kali ini yang juga bertepatan dengan hari jadi Hotel Sultan, pihaknya ingin bisa berbagi kebahagiaan walapun sedikit. Dia juga mengatakan, Ramadhan kali ini menjadi momen yang tepat untuk introspeksi dan menata segala hal. Ia berharap, nantinya setelah Idul Fitri, dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk para tamu. Acara buka puasa bersama malam itu juga menghadirkan penceramah Ustaz Ahmad Taufik Nuh. Kehadirannya menjadikan suasana yang tadinya hening dan formal itu berubah penuh canda. n c16 ed: nidia zuraya

Promag Gelar Iktikaf di Sejumlah Masjid JAKARTA — Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, sejumlah masjid menggelar kegiatan iktikaf. Kegiatan yang dimulai sejak selesai tarawih itu, umumnya berakhir pada pukul 04.30 WIB dini hari. Dalam rangka memeriahkan bulan Ramadhan 1432 H, PT Kalbe Farma melalui produknya, Promag, menggelar program “Promag I’tikaf Ramadhan 2011” di beberapa masjid di Jakarta. Kegiatan ini berlangsung selama sembilan hari yang dilaksanakan sejak 20 Agustus hingga 29 Agustus 2011 mendatang. Menurut Direktur PT Kalbe

Farma Widjanarko Loka, program iktikaf ini bertujuan membangun kesadaran umat muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan sunah Rasulullah SAW sebagaimana yang dicontohkannya. “Iktikaf di bulan Ramadhan itu merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW. Selain itu, pada bulan Ramadhan inilah terdapat satu malam yang sangat utama dan mulia, yakni Lailatul Qadar,” ujar Widjanarko kepada Republika, di Masjid At-Tin,

Jakarta Timur, Sabtu (20/8) malam. Ia menambahkan, program iktikaf yang diselenggarakan Promag ini bertujuan untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama menyempurnakan ibadah dan meraih kemuliaan di bulan Ramadhan. Widjanarko menyatakan, kegiatan yang dimulai setelah shalat tarawih dan dilanjutkan dengan tausiah dari sejumlah ustaz ini juga menampilkan brand ambassador Promag, Dude Herlino dan artis senior Deddy Mizwar. Di sela-sela acara, penyelenggara juga menyemarakkan malam

Ramadhan dengan tadarusan dan shalat tahajud berjamaah, kemudian diakhiri dengan sahur bersama. Pada kegiatan iktikaf tahun 2011 ini, Promag bekerja sama dengan sejumlah masjid di Jakarta, seperti Masjid At-Tin, Masjid Al-Munawaroh, Masjid Sunda Kelapa, Masjid Pondok Indah, dan Masjid Darul Hikam. Untuk mengikuti iktikaf, masyarakat bisa mendaftar di salah satu masjid tersebut, sekaligus mendapatkan kupon iktikaf Promag untuk ditukarkan dengan sajian sahur gratis bagi 500 pendaftar pertama. n Imam Budi Utomo ed: nidia zuraya

Jawab: Banyak sekali hadis yang menganjurkan agar wanita shalat di rumahnya, antara lain: 1. Sebaik-baik masjid bagi wanita adalah kamar rumah-rumah mereka (HR Ahmad, At Thabrani, Ibnu Khuzaimah, dan al Hakim). 2. Shalatnya wanita di kamarnya lebih baik daripada shalat di rumahnya dan shalatnya di rumah lebih baik dari shalat di halamannya, dan shalat di halamannya lebih baik dari shalatnya di masjid masyarakatnya (HR At Thabrani). 3. Janganlah kamu sekalian melarang wanita-wanitamu untuk pergi ke masjid dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka (HR Abu Daud dari Ibnu Umar). Hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa wanita diperbolehkan untuk shalat di masjid, tetapi shalat mereka di rumah lebih baik. Semakin jauh dari mata yang melihatnya, shalat mereka lebih baik. Ini berkaitan dengan shalat mereka. Berbeda masalahnya dengan kepergian wanita ke masjid untuk menuntut ilmu atau mendengarkan ceramah, umpamanya. Bila mereka tidak bisa belajar tentang agamanya di rumahnya melalui radio, TV atau kaset, mereka harus pergi ke masjid untuk menuntut ilmu dan tidak boleh dilarang. Hal ini disarikan dari hadis nomor 3 di atas. Di sana, ada hadis lain yang diriwayatkan Imam Muslim: “Apabila wanita-wanita kamu minta izin untuk ke masjid, izinkanlah.” Namun, semua itu dengan syarat dapat izin suami dan tidak khawatir adanya fitnah dan si wanita bisa berpegang teguh dengan adabadab syara’. Pada masa Rasulullah SAW, para wanita komitmen dengan agamanya, tetapi sepeninggal Rasulullah SAW, sebagian wanita meremehkan adab-adab syar’i tersebut sehingga Siti Aisyah berkata, “Seandainya Rasulullah SAW menyaksikan hal-hal baru yang dilakukan wanita (sepeninggalnya), pasti akan melarang mereka pergi ke masjid sebagaimana dilarangnya wanitawanita bani Israil.” (HR Muslim). Imam Nawawi menafsirkan “hal-hal baru” yang dilakukan wanita dengan menggunakan perhiasan, minyak wangi, dan baju yang indah. Oleh sebab itu, ada penegasan Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud, “Janganlah kamu melarang wanita-wanita hamba Allah dari masjid. Hendaknya mereka keluar tanpa berhias. Dan Rasulullah bersabda, “Bila salah seorang wanita dari kamu pergi ke masjid, jangan menggunakan minyak wangi.” (HR Imam Muslim). Ibnu Khuzaimah dalam hadis sahihnya meriwayatkan, “Allah tidak menerima shalat wanita yang keluar ke masjid, sedangkan bau wanginya semerbak sehingga dia pulang dan mandi.” Dengan jawaban ini, Mbak Giska bisa memilih mana yang afdal. Kalau cuma untuk shalat, sebaiknya jangan pergi ke masjid, tapi kalau punya tujuan untuk mendengarkan ceramah atau menuntut ilmu, tidak dilarang untuk pergi ke masjid. Wallahu alam. n

Pengalaman Puasa Puasa dan Shalat Harus Bareng, Loh!

Supaya Nggak Lapar Main Beklen

ssalamualaikum Wr Wb. Namaku Dzulfikar Alfarisy. Ini tahun keempatku berpuasa. Wah, nggak terasa puasa kali ini udah mau habis ya, dan Alhamdulillah, aku belum pernah kebobolan, loh! Puasa terus. Aku mulai belajar puasa pas kelas dua SD dan sekarang aku sudah kelas enam. Tapi, waktu itu belum bisa full. Kadang aku menjalankan puasa setengah hari saja.

A

A

Oh iya, adikku Bakhits Sakhaa Rayyan juga sama, belum pernah bolong. Adikku ini duduk di kelas lima. Rayyan juga belajar puasa mulai kelas dua. Meski adikku sempat sakit beberapa hari, dia tetap puasa. Kata adikku itu, “Rugi kayaknya kalau nggak puasa.” Padahal, ayah sudah menyuruh Rayyan agar membatalkan puasa karena nggak tega melihat adikku ini lemas karena sakit tapi terus puasa. Adikku yang satu lagi, Venia Syadza Nisrina, sudah mulai belajar puasa sejak kelas satu. Karena baru belajar, Venia hanya bisa puasa setengah hari. Dia baru makan pas siang. Lalu, dia baru makan lagi pas buka puasa saat Maghrib. Aku juga nggak pernah putus shalat Subuh di masjid bareng ayah dan Rayyan. Dzulfikar Alfarisy (SDN 04 Pagi Ciganjur) Bakhits Sakhaa Rayyan dan Venia Syadza Nisrina (SDI An-Nuriyah)

ssalamualaikum, perkenalkan namaku Asti Rahmatul Zannah. Umur saya 11 tahun. Saat ini saya duduk di kelas VI SDN Lengkong Besar, Kota Bandung. Pengalaman saya yang dialami selama melaksanakan ibadah puasa, yaitu ketika menjelang tengah hari itu perut laparnya minta ampun. Tapi, saya akali saja dengan cara main monopoli atau main beklen sama teman-teman. Eh, kakak pengasuh pengalaman puasa, tau nggak yang namanya beklen? Itu loh, permainan yang menggunakan kwuk dan bola kecil. Biasanya dimainkan oleh empat orang dan kwuknya pun tidak boleh lebih dari 15 biji. Jadi, kalau aku merasa lapar dan haus, ya langsung saja ajak teman-teman untuk bermain monopoli atau beklen. Tapi, kata mama aku, kalau aku itu agakagak manja soalnya kalau mau sahur harus dibangunin, nggak bisa bangun sendiri. Terus

kalau sahur harus ada sayur kangkung, hehee... Kan sayur kangkung bagus agar siangnya bisa tidur pulas, sebab kalau aku pulang sekolah sekitar jam 12.00 WIB, aku wudhu dulu lalu shalat Zhuhur. Nah, setelah itu baru tidur dan bangunnya sekitar pukul 17.00 WIB. Asti Rahmatul Zannah SDN Lengkong Besar, Kota Bandung, Kelas VI

Adik-adik bisa mengirim cerita pengalaman berpuasa. Jangan lupa, kirim juga foto adik-adik untuk dimuat di halaman ini. Kakak tunggu ya tulisan dan foto kalian di Email: puasa@republika.co.id atau surat ke Republika, Jalan Warung Buncit Nomor 37, Jakarta Selatan.


1432 KAMIS 25 AGUSTUS 2011

REPUBLIKA

32

Mutiara Hadis Abu Hurairah RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mendirikan (shalat malam) Ramadhan karena iman dan berharap pahala dari Allah, ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhari No 985)

Iktikaf Cara Rasulullah Berpuasa Syahruddin El-Fikri ebagai umat Islam, kita semua tentu bercita-cita bisa beribadah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Shalat seperti yang dicontohkan Rasul, makan, minum, tersenyum, dan amal ibadah lainnya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Tak mudah mengikuti seperti apa yang diberikan dan disampaikan oleh Rasul SAW. Sebab, beliau adalah teladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah pemimpin yang tak ada bandingannya di dunia ini. Banyak orang mengakui keagungan dan kehebatan Rasulullah. Beliau adalah contoh bagi orang kaya dalam kedermawanannya, beliau adalah contoh bagi orang miskin dalam kesederhanaan dan kezuhudannya, dan Rasulullah SAW adalah teladan bagi pemimpin dalam ketegasan dan kebijaksanaannya. Dalam Alquran, Allah memuji Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang baik bagi umat. (QS al-Ahzab [33]: 21). Bahkan, dalam salah satu hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA dinyatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW itu senantiasa merujuk pada Alquran. Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencontoh dan meneladani kepribadian Rasulullah SAW dalam segala hal, termasuk puasa. Berikut beberapa cara yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah puasa dan menghidupkan Ramadhan.

S MERAIH LAILATUL QADAR

MUSIRON

Seorang jamaah tengah melaksanakan shalat malam di sebuah masjid di kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rabu ( 24/8). Memasuki hari ke-25 Ramadhan, umat muslim berlomba-lomba meraih Lailatul Qadar dengan melakukan iktikaf di sejumlah masjid.

Bertukar Demi Lebaran A Syalabi Ihsan

Dari tiap gepok uang, Napitupulu mengambil untung Rp 10 ribu.

P

ria bertopi itu membawa bergepok-gepok uang kertas baru. Masih berbau harum dan tegar, belum lecek. Nominalnya bervariasi. Mulai seribu, dua ribu, hingga Rp 10 ribu. Total, Napitupulu membawa Rp 10 juta. Uang kertas bernominal kecil yang ia jajakan memang membengkak menjelang Lebaran. Biasanya, pria asli Medan itu cuma membawa Rp 3 juta dalam bentuk gepokan. “Tapi biasanya sih nggak habis. Buat persiapan

saja,” ujar lelaki bertubuh tegap itu kepada Republika yang menemuinya di serambi Stasiun Jatinegara, Senin (23/8) lalu. Napitupulu menjamin semua uang yang dibawanya asli. Menurut dia, uang itu hasil penukarannya ke bank melalui perantara. Ia mengaku masih butuh jasa orang ketiga karena masih sulit untuk menukarkan uang langsung ke bank. Napitupulu mengambil keuntungan Rp 10 ribu dari setiap gepok uang yang dia tukarkan. Dengan modal itu, ia mengaku akan mudik ke Medan sehabis Lebaran. Ke Medan pun ia tak akan berkosong tangan. Napitupulu akan membawa lagi gepokan uang untuk dijajakan kembali di stasiun, terminal, dan bandara. “Untungnya bisa menjadi bekal kembali ke Jakarta,” kata dia. Untuk musim Lebaran ini, kebutuhan uang kertas baru memang meninggi. Maklum, tradisi memberi uang kepada sanak famili, terutama anak-anak, masih kokoh dipegang.

Lain lagi dengan Cornila. Sejak tahun lalu, karyawati sebuah perusahaan swasta itu biasa menukarkan uang dengan lembaran kertas yang baru, langsung ke bank. Cornila memilih bank CIMB Niaga karena antreannya tidak begitu panjang. Karena rutinitasnya setiap tahun itu, Cornila sering kali menolong teman-temannya yang juga ingin mendapatkan uang kertas baru untuk ‘angpao’ Lebaran. Baik bank ataupun Cornila tidak memungut biaya untuk setiap uang yang ditukarkannya. Menurut dia, prosedurnya pun tidak begitu sulit. Cornila mengaku hanya membawa uang yang ingin ditukarkan, masuk ke dalam antrean, hingga dilayani langsung petugas bank. “Tapi kalau menukar Rp 10 juta, harus bilang dulu sebelumnya,” ujar Cornila kepada Republika, Rabu (24/8). Menurut dia, banyak teman yang meminta bantuannya untuk menukarkan uang. Biasanya, ujar Cornila, uang itu akan dibagikan lagi kepada sanak famili, terutama anak-anak, saat Lebaran. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengungkapkan, untuk menjaga ketersediaan uang tunai— termasuk uang kertas bernominal kecil, pada Ramadhan hingga Lebaran kali ini BI sudah mengoperasikan kas keliling untuk bank-bank di sekitar Jabodetabek. Karena itu, Difi berpendapat, penukaran uang kertas sebenarnya bisa dilakukan di bank. “Sudah ada sejak awal Ramadhan ini,” kata Difi saat dihubungi Republika, Selasa (24/8).

Difi menjelaskan, Bank Indonesia sudah menjamin ketersediaan uang tunai untuk Ramadhan hingga Lebaran, dengan jumlah sekitar Rp 60 triliun. Jumlah itu sesuai kebutuhan akan uang selama masa puasa Ramadhan dan Lebaran 2011, yang mencapai Rp 61,36 triliun. Angka itu meningkat Rp 6,57 triliun atau sekitar 12 persen dari kebutuhan tahun sebelumnya, Rp 54,78 triliun. Pelayanan penukaran uang dilakukan di seluruh satuan kerja kas Bank Indonesia, yaitu di Kantor Pusat dan 39 Kantor Bank Indonesia. Menurut Difi, waktu pelayanan penukaran uang oleh Bank Indonesia pada umumnya ditentukan jadwalnya pada hari-hari tertentu, dimulai pukul 09.00 sampai pukul 11.30 waktu setempat. Difi menjelaskan, menjelang hari raya keagamaan, Bank Indonesia melakukan pelayanan penukaran setiap hari kerja. Layanan penukaran uang itu meliputi penukaran uang layak edar atau uang tidak layak edar (lusuh, cacat, dan rusak) dengan uang baru. Juga penukaran uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran, yang masih berlaku masa penukarannya. Meski demikian, Difi tidak bisa menampik keberadaan pengecer uang seperti Napitupulu. Difi mengakui, belum ada laporan pemalsuan uang dengan modus penukaran uang kertas seperti itu. Namun, Difi mengimbau masyarakat agar berhati-hati dengan uang yang ditukarkan. “Apakah uang palsu atau tidak,” ujar dia. n ed: darmawan s

Mengail Zakat dengan Bakso Ikan Sebagai kabupaten terpadat di Jawa Barat, Kabupaten Bogor, memiliki dilema. Kabupaten ini menjabat status sebagai kabupaten termiskin. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat (2008), Kabupaten Bogor menyumbang angka 519.500 jiwa penduduk miskin. Kemiskinan juga terlihat dari kecilnya pendapatan rata-rata warga yang hanya Rp 600 ribu per bulan. Kondisi itu membuat Mohammad Toha dan enam karibnya membangun sebuah yayasan untuk menyalurkan zakat harta para koleganya. Kolega mereka memang bukan orang sembarangan. Dari anggota DPRD, pengusaha, hingga pejabat daerah masuk ke dalam daftar penyalur zakat. Hanya, Toha memiliki persepsi berbeda tentang zakat. Buatnya, lembaga zakat tidak sebatas membantu orang miskin dari

kesusahan tetapi mengangkat harkat si penerima zakat dari miskin menjadi berdaya. “Idenya bagaimana mendongkrak pendapatan rakyat Bogor dari miskin ke menengah,” ungkap Toha saat berbincang dengan Republika, Rabu (24/8). Ramadhan kali inipun menjadi momentum Yayasan Mekar Mitra Mandiri untuk beraksi. Yayasan yang berdiri pada 2010 ini meluncurkan program tebar 2000 gerobak bakso ikan untuk warga Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Gerobak plus kompor gas, tabung gas, selang dan regulator itu akan disalurkan secara bertahap. Untuk tahap ini, terdapat 45 gerobak bakso yang sudah terdistribusi. Dalam lima tahun, Toha menargetkan dua ribu gerobak sudah terdistribusikan. Sehingga, ungkapnya, akan ada 50 gerobak bakso mustahik di 40 kecamatan di Kabupaten Bogor.

Tidak ada bagi hasil atau setor keuntungan bagi para penerima zakat. Para mustahik —sebutan bagi penerima zakat— hanya diwajibkan untuk mengikuti mentoring wirausaha yang dilakukan yayasan. Untuk mencegah penipuan, pihak yayasan membuat memorandum of understanding (MoU) dengan para mustahik. “Di dalam MoU juga disepakati jika tiga kali tidak hadir berturut-turut maka gerobak akan ditarik,” kata Toha. Yayasan pun tidak mensyaratkan surat keterangan tidak mampu dari RT, RW, atau kelurahan. Menurut Toha, sulit untuk mendapatkan surat tersebut di Kabupaten Bogor. Birokrasi berbelit dan luasnya wilayah, ujarnya, membuat warga kesulitan untuk mendapatkan selembar kertas lambang status itu. “Bahkan, ada kelurahan yang menarik uang untuk bikin surat itu.”

Toha mengukur potensi kemampuan calon mustahik melalui, jika berdasarkan survei calon mustahik dinyatakan layak, dia bisa mendapatkan bantuan. Asal ada KTP sebagai bukti warga Kabupaten Bogor. Meski tidak menarik profit dari para pedagang, Toha mengaku memotong 2,5 persen keuntungan pedagang. “Uang tersebut untuk mendidik para mustahik itu tentang zakat, dan menunjukkan statusnya sudah berubah menjadi muzakki— pemberi zakat,” kata Toha. Karena itu Toha menargetkan para binaannya mampu berpenghasilan Rp 3 juta sebulan. Tentu saja Toha dan yayasannya perlu bekerja ekstra. Untuk itu Toha memproduksi sendiri bakso yang dijual para binaannya. Baso ikan itu dibuat dengan sistem pabrikan dan bermerk ISuka. n a syalabi ihsan ed: darmawan s

Berniat puasa sejak malam Diriwayatkan dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadhan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).

Mengawali dengan sahur Setiap akan berpuasa, Rasul SAW selalu makan sahur dengan mengakhirkannya, yakni menjelang datangnya waktu imsak.

Menyegerakan berbuka dan shalat Dan ketika berbuka itu, Rasul SAW hanya memakan tiga biji kurma dan segelas air putih, lalu segera berwudhu untuk mengerjakan shalat Maghrib. Dari Abu ‘Athiyah RA, dia berkata, “Saya bersama Masruq datang kepada Aisyah RA. Kemudian Masruq berkata kepadanya, “Ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang masing-masing ingin mengejar kebaikan, dan salah seorang dari keduanya itu segera mengerjakan shalat Maghrib dan kemudian berbuka. Sedangkan yang seorang lagi, berbuka dulu baru kemudian mengerjakan shalat Maghrib.” Aisyah bertanya, “Siapakah yang segera mengerjakan shalat Maghrib dan berbuka?” Masruq menjawab, “Abdullah bin Mas’ud.” Kemudian Aisyah berkata, “Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW.” (HR Muslim No 1242).

Memberbanyak ibadah Selama bulan Ramadhan, Rasul SAW senantiasa memperbanyak amalan, seperti shalat malam, tadarus Alquran, zikir, tasbih, dan sedekah.

Iktikaf Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, Rasul SAW meningkatkan aktivitas ibadahnya, terutama iktikaf. n

ramadhanrepublika2011

@puasarepublika

Email: puasa@republika.co.id SMS: 08121033399


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.