Dialog Jumat

Page 1

REPUBLIKA

JUMAT, 14 OKTOBER 2011 / 16 DZULQAIDAH 1432 H n 1 MOHAMMAD HANNON/AP

laporan utama

MENUJU

SATU HILAL

’’O

rang Amerika sudah mencapai bulan, kita masih saja mencari-cari bulan.� Geguyon itu menggambarkan betapa umat Islam di negeri ini masih saja disibukkan dengan urusan menentukan hilal. Hal ini terjadi karena beberapa pihak memiliki kriteria

yang berbeda untuk menentukan hilal. Akibatnya, perbedaan dalam mengawali puasa Ramadhan, berhari raya Idul Fitri, atau Idul Adha kerap terjadi. Padahal, alangkah indahnya jika kita dapat melaksanakan semua itu bersama-sama. Kini, muncul upaya untuk menyamakan atau menyatukan kriteria hilal tersebut. Akankah berhasil? 2

PRAMAYUDA/ANTARA

8

Tetaplah Berzikir Meski Sibuk

Antara Sufi dan Seni

Banyak orang yang tenggelam dalam kesibukan, terutama pekerjaan, sehingga tak punya waktu untuk diri sendiri, bahkan juga untuk Sang Pencipta. Padahal, seorang Muslim harus mampu mengingat Allah kapan pun, di mana pun, dan dalam keadaan bagaimana pun. Maka, tetaplah berzikir.

8

Dalam sejarah Islam, banyak sekali sufi yang menjadi seniman dan seniman yang menjadi sufi. Bahkan, terkadang ada di antara mereka sulit membedakan mana di antara keduanya yang lebih menonjol pada diri seorang sufi. Memang, seni dan musik tak banyak disinggung dalam Alquran. Namun, Alquran itu sendiri melampaui karya seni terbaik mana pun.

AMIN MADANI/REPUBLIKA

DOK PRIBADI

12

Kagumi Bukhari dan Muslim Baginya, penelitian adalah dunia yang sangat menarik. Penelitian pula yang membuatnya bisa melanglang buana. Karena itu, ia ingin lebih banyak lagi perempuan Muslim yang terjun ke ranah penelitian seperti dirinya. Tapi, mengapa ia begitu mengagumi dua perawi hadis terkemuka, Bukhari dan Muslim?

Dr Amelia Fauzia

Pewarna dari Serangga

5

Anda kerap menggunakan zat pewarna makanan untuk aneka olahan? Jika benar begitu, Anda tak perlu ragu untuk menggunakan pewarna makanan yang terbuat dari serangga Cochineal. MUI telah menghalalkannya. Apa pertimbangannya?


REPUBLIKA

laporan utama NU–Muhammadi yah diminta berlapang dada mengambil jalan tengah.

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

Utamakan Ketenangan Umat

SAIFUL BAHRI/ANTARA

Oleh Damanhuri Zuhri

K

ecewa sekaligus prihatin. Itulah yang dirasakan Imam Musthafa Kamal, direktur utama PT Wiracandra Mulia (WCM), lantaran umat Islam di Indonesia masih saja dihadapkan pada masalah klasik dalam penentuan hilal. Ayah empat anak yang pernah bekerja selama tujuh tahun sebagai vice president pada Boat Builder Yacht Industry dengan konsentrasi pasar Amerika Serikat ini mengaku sangat kecewa ketika melihat umat Islam Indonesia merayakan Lebaran berbeda. “Mengapa hal ini terulang kembali dan kembali. Pemerintah lemah dalam memimpin ormas-ormas Islam,” ujar pria berusia 44 tahun ini, Rabu (12/10), mengomentari perbedaan Hari Raya Idul Fitri 1432 H lalu. Sebagai Muslim, ia juga merasa sedih dan malu. Sebab, hal itu jelas-jelas menunjukkan terjadinya dualisme dalam beribadah. Menurut dia, pihak-pihak yang berbeda pandangan dalam hal ini mestinya bisa mengedepankan cara elegan dengan tidak menonjolkan ego sebagai yang paling benar. Apa salahnya kaidah dalam ilmu pengetahuan modern dipadukan dengan kaidah-kaidah penentuan hilal konvensional untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat? “Marilah

erbedaan penetapan 1 Syawal 1432 H lalu memicu keprihatinan kalangan umat Islam di Indonesia. Hal itu agaknya juga dirasakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Maka, ketika memimpin sidang kabinet paripurna, Selasa (6/9) lalu, ia meminta MUI dan para ulama lain agar dapat menentukan cara untuk memutuskan datangnya 1 Syawal pada tahun-tahun mendatang. “Berpikirlah dengan tenang dan jernih untuk menetapkan Lebaran tahun mendatang,” pinta Presiden. Seperti halnya Presiden, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun berharap tidak akan ada lagi perbedaan penetapan Lebaran. “Ijtihad para ulama telah mulai dirintis seusai kontroversi penetapan Idul Fitri 1432 H lalu,” kata Ketua MUI Ma’ruf Amin. Dijelaskan Ma’ruf, sejak agama Islam menyebar pada abad ke-13, umat Islam selalu menggunakan perhitungan hilal guna menentukan jatuhnya hari raya. Seiring berjalannya waktu, metode ini terus mengalami penyempurnaan.

P

l

Sidang itsbat di Kementerian Agama

“Selain perhitungan hilal, perhitungan juga menggunakan kitab-kitab,” kata Ma’ruf. Kemudian, seiring perkembangan teknologi, penentuan juga bisa melalui ilmu modern. Ilmu modern yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga bisa digunakan. Yakni, melalui peneropongan bintang serta perhitungan-perhitungan guna mencari akurasi. MUI, seperti dikatakan Ma’ruf beberapa waktu lalu, juga mendukung upaya-upaya untuk menyamakan kriteria penentuan hilal. Menurut dia, selama masih ada perbedaan kriteria itu, maka Lebaran ganda bakal kerap terjadi. Dalam pandangan Ahmad Izzudin, pakar ilmu falak dari Lajnah Falakiyah NU Jawa Tengah, para ulama dari ormas-ormas Islam perlu bertemu untuk mencari solusi guna mengatasi perbedaan itu. Izzuddin yang juga dosen Fakultas Syariah dan Program Magister Ilmu Falak IAIN Walisongo, Semarang, melihat perbedaan yang terjadi dalam

ban 30 hari”, lanjut Ziyad, masing-masing pihak boleh berijtihad berdasarkan hadis itu. Meski demikian, harus diingat, persatuan adalah yang utama. “Kekompakan umat adalah skala prioritas.” Pria kelahiran Tuban, Jawa Timur, 20 Januari 1978 ini tidak tahu persis apakah dalam menetapkan hilal kedua ormas tersebut menggunakan dalil Alquran yang menyebutkan pentingnya menaati ulil amri, yakni pemerintah, seperti yang termaktub dalam surah an-Nisaa (4) ayat 59. Dalam hal ini, Ziyad menilai, pemerintah kurang tegas. Pemerintah mestinya bisa menyatukan kedua ormas itu. Ia kemudian membandingkan dengan Malaysia. “Di Malaysia saja, apa pun organisasinya, mereka bisa sepakat karena ini demi persatuan umat,” kata penulis buku Psikologi Qur’ani dan Miracle of Tadarus ini. Maka, ketika melihat perbedaan Lebaran di Indonesia, hatinya sedih. “Bukan galau lagi, tapi sedih. Karena setiap elemen masyarakat bertanya-tanya kepada kita, harus ikut yang mana? Kalau saya, secara pribadi kembali ke ayat itu, wa ulil amri minkum, mengikuti pemerintah.” Mengenai Hari Raya Idul Adha yang bakal segera tiba, Ziyad berharap pemerintah mampu menyatukan penetapan hilal tersebut sehingga memberikan ketenangan kepada umat Islam. “Pada prinsipnya, Idul Adha itu setelah wukuf di Arafah. Jangan sampai kita Idul Adha, di Arab Saudi baru wukuf, atau sebaliknya terlalu jauh,” imbuhnya.

Kurangi ego

bekerja lebih serius lagi untuk keluarga, masyarakat banyak, dan negara,” ucapnya penuh harap. Kekecewaan senada diungkapkan Ustaz Ziyad Ul Haq MA. Hafiz Alquran 30 juz dan sarjana Perguruan Tinggi Ilmu Alquran, ini berpendapat, sebaiknya masing-masing ormas Islam bijak dan jernih

Semoga tak Ada Lagi Lebaran Ganda Oleh Indah Wulandari

2

beberapa dasawarsa ini karena adanya ketidaksamaan dalam menerjemahkan makna wujudul hilal. Perbedaan itu, jelasnya, bukan karena organisasi, melainkan lebih pada cara memaknai hadis, “Berpuasalah kamu karena melihat bulan dan berbukalah kamu karena me-lihat bulan. Bila tertutup awan, sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi 30 hari.” Cara pandang dalam memahami hadis inilah, menurut Izzudin, yang menjadi pangkal perbedaan dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan. Dari dasar itu, muncul dua pemahaman dalam menentukan awal Ramadhan dan awal Syawal. Pertama, rukyat, yaitu melihat hilal pada akhir Sya’ban atau Ramadhan pada saat Maghrib atau istikmal (sempurna), dengan menyempurnakan bilangan bulan menjadi 30 hari jika rukyat terhalang oleh awan (mendung). Kedua, hisab, yaitu menggunakan perhitungan yang didasarkan pada peredaran bulan, bumi, dan matahari. Masalahnya, lanjut Izzudin, yang sering dijadikan dasar pemerintah tampaknya hanya dari dua ormas, yakni NU dan Muhammadiyah. “Pemerintah harus bisa menjadi fasilitator, seperti RENO ESNIR/ANTARA membentuk halaqah alim ulama,” katanya. Pada saat yang sama, Muhammadiyah sangat menghargai perbedaan yang terjadi. “Tapi, sebaiknya kalau ada dua pendapat yang berbeda, pemerintah harus mengumumkan dua versinya,” ujar Ketua PP Muhammadiyah Abdul Fatah Wibisono. Pertimbangannya, menurut Fatah, pemerintah berada di sisi pengatur di luar urusan keagamaan. Dia pun mengacu pada UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing. “Pemerintah tak punya otoritas untuk memulai atau mengakhiri ibadah tiap-tiap umat beragama,” tegas Fatah. Dari sisi penentuan hilal untuk menetapkan awal puasa Ramadhan atau Lebaran, Fatah melihat ada kesan pemerintah melakukan pemaksaan. Caranya, dengan menimbang tercapainya ketinggian hilal di dua derajat. Padahal, lanjutnya, ada beragam penganut penentuan hilal dengan metode tertentu di Indonesia. “Nabi Muhammad tak pernah bertanya ketinggian hilal dan tak pernah melarang adanya ahli hisab,” cetus Fatah. Meski demikian, kata dia, Muhammadiyah pada dasarnya tidak antirukyat. Tapi, menginginkan adanya ijtihad untuk menemukan kebenaran serta kriteria yang disepakati bersama para ulama. “Masyarakat pun bisa memilih mana yang diyakininya sebagai dasar penghitungan.” n ed: wachidah handasah

memandang persoalan hilal ini dan lebih mementingkan kepentingan umat, bukan kepentingan pribadi, tokoh tertentu, atau golongan dan kelompok. “Jangan sampai kemudian keputusan masing-masing ormas membingungkan masyarakat luar,” tegasnya. Suami dari Ade Halimah SQ, hafizah 30 juz Alquran yang pernah menjadi juara dunia dalam lomba hafal Alquran di Libya ini berpandangan, setiap keputusan hendaknya didasarkan pada kepentingan umat. “Saya pikir, way out-nya simple. Kembali kepada kaidah tashorrufurra’iyyah manuthun bil maslahah.

Artinya, keputusan pemerintah harus didasarkan untuk kepentingan umat dan tidak boleh memihak pada organisasi,” ujarnya. Menurut Ziyad, kedua ormas Islam terbesar di Indonesia—dalam hal ini Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)—harus mau berlapang dada mengambil jalan tengah. Untuk itu, harus ada mediasi yang tidak berpihak kepada salah satu di antara keduanya, dalam hal ini pemerintah. Jika rujukannya adalah hadis Nabi SAW: “Berpuasalah kalian karena melihat bulan dan berhari rayalah kalian karena melihat bulan. Bila terhalang awan, sempurnakan bilangan Sya’-

Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, Achmad Sudrajat MA, juga merasa galau dan cemas dengan adanya perbedaan Hari Raya Idul Fitri lalu. “Karena sesuatu yang bisa disepakati, yang bisa dikumpulkan menjadi satu kesatuan, terpecahkan karena hal-hal yang tidak prinsip,” kata Sudrajat. Sejatinya, ia sangat berharap pihakpihak yang terkait dalam masalah ini menemukan titik temu yang bisa menenangkan masyarakat. Sebab, menurutnya, kedamaian dan ketenteraman umat lebih utama. Mantan sekretaris duta besar RI untuk Qatar yang kini mengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama ini berharap, pimpinan ormas legowo duduk bersama untuk menemukan titik temu. Pemerintah harus turun tangan dengan memanggil, mempertemukan, dan memutuskan hal itu menjadi satu kesatuan. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

laporan utama JUMAT, 14 OKTOBER 2011

3

Idul Adha, Insya Allah Seragam

WIHDAN HIDAYAT

Posisi bulan bukan pada ketinggian kritis.

Oleh Damanhuri Zuhri

H

ari Raya Qurban atau Hari Raya Idul Adha atau juga dikenal dengan sebutan Lebaran Haji 1432 H dalam kalender nasional akan jatuh pada Ahad, 6 November 2011. Berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri 1432 H lalu, umat Islam di Indonesia diprediksi akan merayakan Idul Adha bersamasama. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Prof Dr Nasaruddin Umar, juga meyakini hal itu. “Saya kira nanti akan aman lah,” kata Nasaruddin usai memberikan tausiah di hadapan peserta Pelatihan Psikologi Qur’ani Berbasis Miracle of Tadarus di Jakarta, belum lama ini. Lebih lanjut, Rektor Institut PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Alquran) Jakarta ini menjelaskan, nantinya hilal tidak berada di bawah dua derajat. “Kalau dua derajat lewat ada yang melihat sudah bisa diakui. Tapi, kemarin ada yang melihat, tapi di bawah dua derajat, itu dianggap.” Saat ditanya langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan pemerintah agar penetapan hilal bisa sama, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, perlu dialog dan diskusi terus-menerus. “Ini saya kira memerlukan waktu karena merombak struktur berpikir, merombak metodologi kajian, dan merombak opini yang sudah mengakar dalam masyarakat. Jadi, metode rukyat atau hisab pemerintah dan masyarakat itu semua harus bergeser sedikit untuk mencapai sebuah kesamaan.” Mengenai anggapan bahwa pemerintah kurang tegas, terutama dalam mengatasi sikap pimpinan ormas dalam penetapan hilal, Nasaruddin menjawab, “Harapan powerfull itu saya kira bukan zamannya. Jadi, kita pakai soft of power, bukan hard power. Bukan pakai tangan besi, tapi menggunakan special message,”

jelasnya. Memang, menggunakan special message atau soft of power memerlukan waktu dan kesabaran. “Kuncinya sabar. Semua pihak harus bersabar. Jadi, pemerintah harus sabar, rakyat harus sabar, ulama harus sabar, dan semua harus sabar.” Peneliti senior pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, juga memprediksi pelaksanaan Hari Raya Idul Adha nanti bisa seragam. “Insya Allah akan seragam karena posisi bulan bukan pada ketinggian kritis,” ungkap anggota Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama ini. Pria kelahiran Purwokerto, 23 Januari 1962 ini juga merasa prihatin dengan Lebaran ganda yang baru lalu. Menurut dia, soal kecil bisa jadi rawan bila ada pemicu lain yang tak terduga. “Bagi yang melaksanakan Idul Fitri lebih dulu, bisa saja menganggap saudaranya yang masih berpuasa, puasanya itu haram. Sebaliknya, bagi yang masih berpuasa, meng-

wawancara elaksanaan awal puasa Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri yang kerap terjadi sungguh menguras energi dan emosi umat Islam. Karena itu, sungguh bisa dipahami bila umat berharap hal seperti itu tak terjadi lagi pada masa depan. Lalu, muncul upaya untuk menyamakan kriteria penentuan hilal. Masalahnya, akankah hal itu bisa terwujud dalam waktu dekat? Dan, benarkah penyatuan kriteria itu merupakan langkah terbaik? Mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu, wartawan Republika Indah Wulandari mewawancarai astronom dari Observatorium Bosscha, Bandung, Dr H Moedji Raharto. Berikut petikannya:

P

Kerap kali terjadi perbedaan dalam penetapan awal puasa Ramadhan maupun Lebaran di Indonesia. Bagaiman pendapat Anda? Perbedaan Lebaran dan awal puasa menimbulkan kekurangnyamanan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Perbedaan harus segera diakhiri. Penyatuan kalender Islam merupakan kebutuhan masyarakat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Umat Islam di Indonesia mempunyai semangat untuk bersatu dalam penentuan awal bulan Islam, tapi belum menetapkan agenda atau langkahlangkah konkret untuk mewujudkannya. Perlu kesungguhan untuk mewujudkan kebutuhan nasional umat Islam Indonesia, jangan terjebak dalam persoalan-persoalan emosional yang menguras tenaga. Lebih baik tenaga kita dikerahkan untuk menetapkan langkah-langkah konkret penyatuan dalam penetapan awal bulan di Indonesia. Ada unsur syariah dan sains tentang hilal yang perlu dipahami bersama. Langkah berikutnya adalah mengkaji independensi konsep awal bulan Islam dan mencari penyatuan konsep awal bulan. Yang disatukan adalah konsepnya, implikasinya juga perlu dipikirkan untuk disosialisasikan dan disepakati. Kalau kita ingin mendudukkan kebenaran sebagai bagian dari pengambilan keputusan dan berniat ingin mengajak masyarakat ke arah yang benar, ya harus dimulai. Sama-sama membina umat dalam merukyat

anggap saudaranya yang sudah Id seharusnya masih wajib puasa. Walau tak terjadi hal yang rawan, Lebaran ganda tidak nyaman secara sosial,” ujar Thomas, yang saat kuliah di ITB aktif dalam kegiatan di Masjid Salman. Banyak dari kita yang bertanya-tanya, mengapa umat Islam di negara lain bisa merayakan hari raya bersama-sama” Tentang hal ini, Thomas menjelaskan, di banyak negara otoritasnya tunggal dan ditaati, baik atas dasar peraturan perundang-undangan—misalnya Arab Saudi, Malaysia, Brunei Darussalam—maupun karena tidak ada pilihan lain. Di Indonesia, otoritas pemerintah belum disepakati walau ada fatwa MUI Nomor 2/2004 tentang wajibnya umat Islam Indonesia mengikuti keputusan pemerintah. “Otoritas ormas Islam masih cukup kuat dengan berlindung pada UUD 1945 Pasal 29 tentang Kebebasan Beragama.” Diakuinya, masih ada kecenderungan ego organisasi, terutama pada ormas besar yang pengikutnya sangat banyak.

“Dengan ego organisasi itu, mereka cenderung tidak memerhatikan dampak kebingungan yang dialami umat Islam secara umum, karena mereka fokus pada konsolidasi pengikutnya saja.”

Kriteria baru Perbedaan dalam penetapan awal bulan Qamariyah yang kerap terjadi ini, menurut Thomas, masalah utamanya adalah perbedaan kriteria dalam penentuan hilal. Karenanya, upaya untuk mengatasi perbedaan itu adalah semua ormas Islam harus mau mengubah kriterianya ke kriteria baru yang disepakati. Lebih lanjut, Thomas mengungkapkan, sudah sekian ratus tahun perdebatan soal dalil rukyat dan hisab tidak pernah selesai. Masing-masing memperkuat argumentasinya sehingga paham rukyat dan paham hisab semakin menjauh, hampir tidak mungkin mengompromikan dalil. Titik temunya, menurut dia, adalah penyamaan kriteria menuju kriteria imkanur rukyat, yaitu kriteria hisab yang

bisa disetarakan dengan rukyat. “Dengan kriteria itu, awal bulan yang ditetapkan dengan hisab akan sama hasilnya dengan rukyat karena didasarkan pada kemungkinan rukyat dari data hasil rukyat jangka panjang,” jelasnya. Pemerintah, jelas dia, menggunakan kriteria hasil kesepakatan ormas-ormas Islam, yaitu kriteria “2,3,8”, yang disebut juga sebagai kriteria MABIMS (kesepakatan menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Kriteria itu adalah (a) tinggi bulan minimal dua derajat, (b) jarak bulan-matahari minimal tiga derajat, dan (c) umur bulan minimal delapan jam. “Kesepakatan itu dirumuskan pada 1998, walau wakil Muhammadiyah menolaknya,” ujarnya. Tentang lokakarya yang diprakarsai Kemenag dalam upaya mengatasi perbedaan dalam penentuan hilal, Thomas menyebut, lokakarya itu menegaskan kembali krietria “2,3,8” tersebut. n ed: wachidah handasah

Dr H Moedji Raharto

Perbedaan Harus Segera Diakhiri dengan cara yang cermat dan belajar sepakat, belajar mengevaluasi kesepakatan tanpa pamrih karena Allah semata. Sepengetahuan Anda, apakah perbedaan semacam ini hanya terjadi di Indonesia ataukah negara lain juga mengalaminya? Kuncinya di suatu negara bisa bersatu dalam penetapan awal bulan Islamnya bila ditetapkan oleh satu pemimpin walaupun mungkin keputusannya kontroversial. Di beberapa negara lain juga sama seperti di Indonesia, terjadi pro dan kontra terhadap hasil pengamatan hilal yang menjadi isu pokok. Apa sebenarnya penyebab terjadinya perbedaan penentuan hilal di negeri kita? Pemahaman hilal disederhanakan dengan kriteria yang belum memenuhi visibilitas hilal. Jadi, kriteria bisa sangat beragam, tapi tidak menyentuh kriteria visibilitas hilal yang berdasar sains hilal. Jadi, tidak konsisten bila cara hisab dan rukyat diterapkan, pasti akan ada kesenjangan. Apa yang bisa dilakukan pemerintah, ulama, dan para ahli astronomi, termasuk Anda, untuk mengatasi hal itu? Karena perannya membina umat beragama, pemerintah perlu mempunyai agenda untuk memfasilitasi pertemuan para ahli hisab dan rukyat, serta ulama dan ahli astronomi. Ulama dan ahli astronomi sebaiknya berperan mencerahkan persoalan dari sisi syariah dan sains hilal sehingga setiap keputusan mempunyai dasar yang kuat dari syariah dan sains hilal.

kat. Saya optimistis, bagaimana mendorong kemauan dengan kesungguhan usaha-usaha penyatuan. Kendala-kendala yang mungkin muncul? Iktikad baik ingin bersatu bila tidak diagendakan oleh masing-masing ormas dan disinkronkan dengan pemerintah tentunya akan jalan di tempat. Usaha yang tidak sungguh-sungguh, tidak tuntas, akan membuat usaha penyatuan terbengkalai. Prediksi untuk jatuhnya 1 Dzulhijah dan Idul Adha 1432 H yang sebentar lagi datang? Ijtimak Kamis, 27 Oktober 2011, pukul 02.56 WIB, tinggi bulan di wilayah Indonesia di atas dua derajat (antara lima hingga tujuh derajat). Di Pelabuhan Ratu di atas enam derajat dan luas bulan sabit sebesar satu persen. Ini tergolong hilal yang sulit, hilal prestatif untuk diamati di Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2011 setelah matahari terbenam. Jadi, di Indonesia, Insya Allah 1 Dzulhijah 1432 H jatuh pada Jumat 28 Oktober 2011 dan 10 Dzulhijah 1432 H jatuh pada Ahad, 6 November 2011. n ed: wachidah handasah

Apakah penyamaan kriteria penentuan hilal merupakan sesuatu yang mendesak? Anda optimistis hal itu terwujud? Betul, sesuatu yang mendesak karena suasana bisa berkembang pada masalah-masalah yang tidak seharusnya terjadi. Misalnya, menyebarkan SMS berita yang tidak benar, menyesatkan, yang bisa berujung pada kebingungan dan ketegangan di masyaraEDI YUSUF/REPUBLIKA


REPUBLIKA

tuntunan

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

Menjauhi Sikap Sombong

4

AGUNG SUPRIYANTO

Ilmu tidak akan menetap bersama kesombongan dan keangkuhan.

Oleh Wachidah Handasah

’’S

ombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR Muslim). Demikian peringatan keras Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang bersikap sombong. Banyak hal dalam kehidupan seharihari yang dapat dikategorikan kesombongan. Celakanya, kerap kali kita tidak menyadarinya. Ulama terkemuka Arab Saudi, Syekh Muhammad Shalih al-Utsaimin, dalam bukunya, Halal Haram dalam Islam, mencontohkan beberapa sikap sombong, di antaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. “Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang telah memberikan masukan kepadamu hanya karena dia berasal dari kalangan yang lebih rendah darimu,” kata al-Utsaimin. Ini banyak menimpa para penuntut ilmu. Bila ada seseorang yang mengabarkan sesuatu sedangkan pemberi kabar itu posisi keilmuannya lebih rendah darinya, dia menganggap rendah berita itu dan tak mau menerimanya.

Padahal, seperti termaktub dalam kitab Al-‘Ilmi, ilmu akan menghindar dari orang yang sombong dan selalu merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain. Ibarat air, ia selalu menghindari tempat yang tinggi. Sebab, tempat yang tinggi akan menyingkirkan aliran air ke kanan atau kiri dan tidak akan ada yang tergenang di atasnya. Begitu pula halnya dengan ilmu, tidak akan menetap bersama kesombongan dan keangkuhan, bahkan bisa jadi ilmu itu tercabut karena kesombongan tersebut. Karena sifat sombongnya, seseorang selalu menganggap apa yang diucapkannya benar, sedangkan orang lain salah. Orang sombong, menurut alUtsaimin, biasanya gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambahlah keangkuhannya. Selain karena merasa banyak ilmu, tak sedikit pula orang yang menjadi sombong lantaran banyak harta. Namun, ada pula orang yang tidak kaya alias miskin tapi masih saja sombong. Tentang hal ini, Rasulullah SAW juga memberi peringatan lewat sebuah Hadis: “Orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat. Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka, dan bagi mereka

IQTISHAD (EKONOMI ISLAM)

Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta www.amikom.ac.id

Nabi Muhammad SAW. Beliau senantiasa tawadhu pada kebenaran dan tawadhu pula kepada sesama. Lantas, jika suatu kali terjadi benturan antara tawadhu pada kebenaran dan tawadhu pada manusia, manakah yang harus diutamakan? Mengutip kitab Al-‘Ilmi, al-Utsaimin menegaskan, tawadhu pada kebenaran lebih

diutamakan. “Misalnya, jika ada orang yang mencela kebenaran dan merasa bangga bermusuhan dengan orang yang mengamalkan kebenaran, maka dalam kondisi ini engkau tidak boleh bersikap tawadhu kepadanya. Debatlah orang itu sekali pun ia menghina atau memakimu. Bagaimanapun engkau harus menolong kebenaran.” n

Kebijakan Moneter Mencegah Penyimpangan (9)

D

Oleh: Prof. Dr. M. Suyanto

azab yang pedih.” (HR Muslim). Seorang yang alim atau memiliki pengetahuan agama yang baik, menurut al-Utsaimin, tidak selayaknya bersikap seperti orang kaya, di mana setiap kali bertambah ilmunya bertambah pula kesombongannya. Mestinya, setiap kali bertambah ilmu bertambah pula tawadhunya (rendah hati). Contohlah akhlak

alam hukum Islam, transaksi tunai dan kredit dibolehkan. Dalam transaksi tunai, uang dan barang dipertukarkan secara simultan; sementara dalam transaksi kredit, barang diserahkan terlebih dahulu yang diikuti dengan uang pada saat jatuh tempo atau sebaliknya, uang diserahkan terlebih dahulu, kemudian barang diserahkan selang beberapa waktu berikutnya. Dalam Islam kita mengenal istilah salam. Secara bahasa, salam atau salaf artinya terdahulu. Sedangkan menurut terminologi ilmu fiqih, salam atau salaf adalah jual beli ter-hadap satu barang yang digambarkan dan dalam

kepemilikan dengan pembayaran tunai dalam perjanjian, tetapi penyerahan barangnya tertunda. Islam menyarankan dalam transaksi perdagangan untuk dicatat, terutama ketika pembayaran dan pengiriman barangnya ditunda (Afzalurrahman, 1982:25). Dalam bermuamalah secara tidak tunai, Allah memerintahkan untuk menuliskannya. Dalam surat Al Baqarah ayat 282 : Hai orangorang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Rasulullah s.a.w. menganjurkan dalam salam untuk menggunakan takaran yang pasti, timbangan yang pasti dan waktu yang pasti. Dari Ibnu Abbas r.a. katanya : ”Nabi s.a.w., datang ke Madinah, sedangkan mereka tengah mensalafkan buah dua atau tiga tahun. Sabda Nabi s.a.w.: ”Barangsiapa mensalafkan sesuatu, maka hendaklah dengan takaran yang pasti, timbangan yang pasti dan untuk masa yang pasti” (Bukhari dan Muslim). Dari Abdullah bin Abu Mujalid r.a. katanya : Abdullah bin Syaddad bin Haad pernah berbeda pendapat dengan Abu Burdah tentang salaf. Alu mereka utus saya kepada Ibnu Abi Aufa. Lantas saya tanyakan kepadanya perihal itu. Jawabnya, ”Sesungguhnya pada masa Rasulullah s.a.w., pada masa Abu Bakar dan pada masa Umar, kami pernah mensalafkan gandum sya’ir, buah anggur dan kurma. Dan saya pernah pula bertanya kepada Ibnu Abza, jawabnya pun seperti itu juga.” (Bukhari).

Dari Muhammad (Abdullah)bin Abu Mujalid r.a, katanya : ”Abdullah bin Syaddad dan Abu Burdah mengutusku kepada Abdullah bin Abi Aufa, keduanya berkata : Tanyakanlah, pernahkah para sahabat Nabi s.a.w., mensalafkan gandum pada masa Nabi s.a.w. ?” Abdullah berkata, ”Kami dengan penduduk Syam peranakan pernah mensalafkan gandum, sya’ir dan minyak dengan takaran ayng pasti hingga masa yang pasti.” Aku berkata kepada orang yang punya pohon. Kata Abdullah, ”Kami tidak pernah bertanya kepada mereka tentang hal itu.” Kemudian keduanya mengutus saya kepada Abdurrahman bin Abza, lalu saya bertanya kepadanya. Jawabnya, ”Para sahabat Nabi s.a.w., pernah mensalaf pada masa beliau, tetapi kami tidak pernah bertanya kepada mereka apakah mereka mempunyai kebun atau tidak.” (Bukhari). Dalam Islam, yang tidak dibolehkan adalah uang dan barang dipertukarkan selang beberapa waktu setelah kontrak ditandatangani. Praktek inilah yang dinamakan kali-bi-kali Jika transaksi semacam ini dibenarkan, akan timbul pasar emas, perak, dan asset berharga lainnya dan sebagian tabungan yang dimiliki akan dialokasikan untuk transaksi spekulatif ini. Dalam hal ini tidak ada nilai tambah untuk perekonomian secara keseluruhan. Pendapatan hanya dinikmati oleh pemilik modal sehingga menciptakan ketidakseimbangan arus uang dan barang. Larangan transaksi ini dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan tabungan untuk hal-hal selain produksi barang dan jasa, yaitu mencegah terciptanya pasar uang, seperti halnya mencegah terciptanya loan market dengan menghapus riba. (Sadr, 1989). G Adv.


REPUBLIKA

fatwa

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

MENCERMATI HUKUM YOGA

Hindari yoga yang memperagakan unsur meditasi dan mantra.

Oleh Wachidah Handasah

Y

oga, bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, umumnya dipahami sebagai salah satu bentuk olahraga pernapasan. Biasanya, yoga diajarkan di sanggar-sanggar senam dan kebugaran. Namun, setelah diteliti dan dikaji oleh tim Majelis Ulama Indonesia (MUI), persoalan yoga ternyata tidak sesederhana itu. Terlebih, setelah Ahli Majlis Muzakarah Fatwa Kebangsaan (AMMFK) Malaysia mengharamkan yoga. Dari sini, muncullah banyak pertanyaan seputar status hukum yoga. Pada saat yang sama, muncul pula desakan agar MUI mengkaji, membahas, dan memfatwakan masalah yoga. Istilah yoga berasal dari akar kata Sansekerta ‘yuj’ yang artinya menyatukan diri dengan Tuhan. Pendiri yoga, Rsi Patanjali, membahas yoga dalam bukunya, Yoga Sutra. Ia mengatakan, yoga merupakan sarana pengendalian pikiran. Menurutnya, pikiran dapat dikendalikan dengan terus-menerus mempraktikkan yoga dan melepaskan ikatan

5 REALMODERNMAN.COM

duniawi. Urutan yang harus dilakukan saat berlatih yoga adalah pranayama, asana, dan meditasi. Jika sudah mahir, meditasi dilakukan di awal. Yoga sesungguhnya sudah ada sejak enam abad sebelum Masehi, jauh sebelum agama Hindu lahir. Awalnya, yoga tidak terkait dengan agama apa pun. Tetapi dalam perkembangannya, banyak pendeta Hindu yang mendalami yoga yang kemudian melakukan asimilasi yoga dengan ajaran agama Hindu. Meski demikian, yoga sendiri tidak seluruhnya dikembangkan atau berkembang dalam bingkai agama Hindu. Dalam arti, ada yoga yang tidak bercampur dengan ajaran agama. Setelah berjalan sekian abad, yoga berkembang ke dalam berbagai aliran, seperti Bhakti Yoga, Hatha Yoga, Vinyasa, Einggar, dan Bikram. Dalam aliran-aliran tersebut, ada aliran yang murni bersifat ritual dan spiritual agama Hindu. Namun, ada pula aliran yang hanya berbentuk olahraga pernapasan dengan tujuan semata-mata untuk kesehatan.

Tiga bentuk Terkait hal ini, MUI membentuk tim khusus yang bertugas mengkaji praktik yoga di Indonesia. Dari hasil kajian itu, praktik yoga di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam

tiga bentuk. Pertama, yoga bhakti. Ini adalah yoga yang murni mengandung ritual dan spiritual agama Hindu. Setiap gerakan dalam yoga bhakti bukan merupakan olahfisik semata, melainkan merupakan gerakan simbolis yang melambangkan sejumlah kegiatan ritual, yakni hubungan dengan Tuhan. Tim MUI menemukan praktik yoga jenis ini pada setidaknya dua sanggar yoga di Bali. Kedua, yoga dengan meditasi dan menggunakan mantra-mantra. Yoga jenis ini merupakan kegiatan olahraga yang disertai dengan meditasi dan membaca mantramantra tertentu. Berdasarkan hasil penelitian tim MUI, ucapan atau suara dalam yoga jenis ini baru terbatas pada ucapan-ucapan untuk memusatkan perhatian atau konsentrasi dan untuk memotivasi diri. Sementara untuk meditasi, disesuaikan dengan agama dan keyakinan peserta. Ketiga, yoga murni olahraga. Ini adalah yoga yang murni merupakan kegiatan

olahraga yang menyeimbangkan body, mind, dan soul yang tidak terkait dengan keyakinan dan ritual agama tertentu. Dalam yoga jenis ini, ada terminologi yang menggunakan bahasa Sansekerta, tetapi tidak terkait dengan ajaran agama tertentu. Praktik yoga semacam ini banyak ditemukan di sanggar-sanggar senam yoga di DKI dan Bandung. Meski demikian, perlu diwaspadai masuknya unsur-unsur agama lain dalam pengajaran yoga ini. Setelah melalui pembahasan dan pengkajian mendalam, Komisi Fatwa MUI menetapkan hukum yoga. Yaitu, yoga yang murni ritual dan spiritual agama lain, hukum melakukannya bagi orang Islam adalah haram. Begitu pula yoga yang mengandung meditasi dan mantra atau spiritual dan ritual ajaran agama lain, MUI menetapkan hukumnya haram sebagai langkah preventif agar tidak merusak akidah (sadd al-dzari’ah). Sedangkan, yoga yang murni olahraga pernapasan untuk kepentingan kesehatan, hukumnya mubah (boleh). n

LIFESTYLO.COM

.COM IOUS EALIC CAK

halalan thayyiban

Pewarna Makanan dari Serangga, Halalkah? Oleh Wachidah Handasah nda kerap menggunakan zat pewarna makanan untuk aneka olahan? Jika benar begitu, Anda mungkin perlu kenal lebih jauh dengan zat pewarna yang terbuat dari serangga, khususnya serangga bernama Cochineal. Serangga ini banyak terdapat di kawasan Amerika Selatan dan Meksiko. Serangga ini, seperti dilansir laman halalmui.org, menghasilkan asam carminic sekitar 17-24 persen dari bobot tubuhnya. Asam carminic ini dapat diekstraksi dan dibuat pewarna carmine untuk produk makanan. Di kalangan ahli fikih, ada beberapa pendapat terkait penggunaan serangga sebagai bahan pewarna. Ada yang membolehkan, ada pula yang mengharamkan. Menurut mazhab Syafi’i, pemanfaatan serangga untuk bahan konsumsi hukumnya haram. Dengan demikian, zat pewarna yang diambil dan dibuat dari yang haram, hukumnya haram pula. Namun dalam sejumlah kitab fikih, serangga itu disebut al-hasyarat. Hewan ini ada yang darahnya mengalir dan ada pula yang tidak mengalir. Dalam hal ini, serangga yang darahnya mengalir,

A

bangkainya adalah najis. Sebaliknya, serangga yang darahnya tidak mengalir, bangkainya dinyatakan suci. Dalam pandangan Imam Syafi’i dan Abu Hanifah, serangga hukumnya haram. Sebab, ia termasuk khabaits (hewan yang menjijikkan). “... Dan ia (Rasulullah) mengharamkan yang khabaits (menjijikkan).” (QS 7: 157). Adapun Imam Malik, Ibnu Abi Layla, dan Auza’i berpendapat, serangga hukumnya halal selama tidak membahayakan. Dan, Cochineal adalah jenis serangga yang tidak membahayakan. Maka, menurut pandangan para imam ini, zat pewarna yang dihasilkan dari Cochineal hukumnya halal sehingga

dapat dipergunakan untuk pewarna produk makanan dan minuman. Sebagian ulama lain berpendapat, Cochineal termasuk jenis belalang. Berdasarkan hadis Nabi, belalang hukumnya halal. MUI menghalalkan Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, para ulama di Komisi Fatwa MUI kemudian membahas hukum terkait pewarna dari serangga Cochineal ini. Setelah melalui pembahasan dan perdebatan yang alot, sidang pleno Komisi Fatwa akhirnya menyepakati dan menetapkan fatwa halal untuk pewarna makanan-minuman dari serangga

Cochineal. “Ketetapan fatwa ini merupakan hasil pembahasan yang dilakukan secara maraton dalam tempo yang lama, sejak periode Maret 2011 yang lalu,” kata Lukmanul Hakim, direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obatobatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Agustus lalu. Dalam menetapkan fatwa halal ini, ada sejumlah hal yang menjadi dasar pertimbangan. Di antaranya, bahan pewarna ini mengandung nilai manfaat dan kebaikan bagi manusia, tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Juga tidak ada racun pada serangga Cochineal. Bahkan, ekstrak serangga ini telah dikonsumsi sejak abad ke-15 oleh suku Aztec dan Maya di Amerika Latin. Pertimbangan berikutnya, darah hewan ini tidak mengalir sehingga bangkainya pun dinyatakan suci. Selain itu, Cochineal memiliki kedekatan

(kesamaan) dengan belalang yang dihalalkan secara nas. Sementara dalam penelaahan awal, para ulama di Komisi Fatwa MUI mengemukakan, serangga sejenis Cochineal masuk dalam kategori al-hasyarat. Dalam hal ini, sebagian anggota Komisi Fatwa membenarkan pendapat ulama dari mazhab Maliki yang menghalalkan memakan al-hasyarat sepanjang ber manfaat, tidak membahayakan, serta disembelih sesuai dengan kaidah syariah. Penetapan fatwa halal ini juga sebagai respons atas perkembangan ilmu dan teknologi (iptek). Berkat perkembangan iptek, bahan yang semula dianggap tidak berguna atau bahkan membahayakan, ternyata belakangan dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan pangan. Salah satunya, zat pewarna dari serangga Cochineal. n


REPUBLIKA

muhibah

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

6

FOTO-FOTO: DOK PPPA YOGYAKARTA

Rumah Tahfidz Al-Anshar Bantul

Lahirkan Para Pencinta Alquran

Salah seorang santri sudah hafal lima juz Alquran. Oleh Damanhuri Zuhri

R

uang tamu berukuran 4x10 meter di kediaman H Saring Joyo Saputro menjadi tempat bagi 16 santri untuk mondok dan belajar. Ruang sederhana ini pun kini menyandang nama: Rumah Tahfidz Al-Anshar. Rumah tahfidz yang berada di Sewon, Bantul, Yogyakarta, ini diresmikan pada akhir tahun 2009 silam. Manajer Area Program Pembimbitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Qur’an Yogyakarta, Irfan Yudha Satriya, menjelaskan Rumah Tahfidz Al-Anshar merupakan rumah tahfidz binaan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Sebanyak 16 santri dibimbing Ustazah Murfi’ah yang hafal Alquran 30 juz dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum 2, Yogyakarta. “Rumah Tahfidz Al-Anshar Bantul merupakan rumah tahfidz khusus akhwat (putri), yang seluruh biayanya ditopang dari bantuan PPPA Yogyakarta sebesar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per bulannya, mulai dari biaya makan, biaya sekolah, dan peralatan hingga insentif ustazah,”

kata Irfan dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (12/10). Rumah tahfidz yang memiliki kegiatan ekstra berupa hadroh dan shalawatan ini, menurut Irfan, telah menorehkan berbagai prestasi. Salah seorang santri rumah tahfidz ini, misalnya, berhasil menjuarai Musabaqah Hafal Alquran antarrumah tahfidz se-Daerah Istimewa Yogyakarta. “Salah satu santri juga pernah menjadi juara MTQ antarsekolah sekecamatan dan akan maju ke MTQ tingkat Kabupaten Bantul,” imbuh Irfan. Meski kondisi Rumah Tahfidz AlAnshar saat ini terbilang masih kurang dibandingkan rumah tahfidz lain yang sudah mandiri, kata dia, sesungguhnya Rumah Tahfidz Al-Anshar memiliki potensi yang sangat besar, yakni dengan dikembangkannya budidaya ikan lele. “Rumah Tahfidz Al-Anshar mempunyai potensi ekonomi peternakan ikan

rohis

LDK Al-Hurriyah IPB Ingin Cetak Kader Dakwah

INDAH WULANDARI/REPUBLIKA

Oleh Indah Wulandari embaga Dakwah Kampus AlHurriyah Institut Pertanian Bogor (LDK Al-Hurriyah IPB) menyelenggarakan kegiatan “Spectacular Training For Your Amazing Future Registered Activist Program 2011” (Spectrum RAP 2011). Kegiatan yang digelar sebulan penuh ini bertujuan melahirkan kader dakwah yang tangguh. “Kegiatan ini sebagai ajang pelatihan keorganisasian mahasiswa baru,” kata Ketua Panitia Spectrum RAP 2011, Khairil Azhar, Senin (10/10). Kegiatan ini dibagi dalam beberapa sesi. Sesi perdana dinamakan “Spectrum 1: Find Yourself to be a Great Activist in Spectrum”. Sesi ini berupa kegiatan pelatihan motivasi dan talkshow mengenai konsep diri dan eksplorasi optimalisasi potensi diri. Kegiatan yang telah berlangsung pada Ahad (9/10) lalu ini menghadirkan Reza M Syarif dan Derby Dian Utama sebagai pembicara. Bertempat di gedung Toyib Hadiwijaya IPB, kegiatan ini juga dimeriahkan oleh grup perkusi terbaik IPB. “Output yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah peserta dapat mengenal dan memahami potensi dirinya dan mampu menggali potensi dirinya itu serta menjadi pemimpin yang baik,” jelas Khairil. Pekan berikutnya, yakni Ahad (16/10),

L

digelar “Spectrum 2: You Move or Moved in Spectrum”. Pada sesi ini akan ada seminar dan simulasi manajemen serta dasar-dasar organisasi yang meliputi manajemen rapat, kesekretariatan, dan administrasi. Sementara itu, dunia pers mahasiswa akan diulas dalam “Spectrum 3: It’s Time to Go Public with Spectrum”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Ahad (30/10). Peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian diberi penugasan berupa pembuatan isu hingga dapat terpublikasi di media massa. Pada sesi ini akan ada seminar yang menghadirkan jurnalis dari Harian Republika dan Presiden Mahasiswa IPB. Adapun pada Spectrum 4, yang bakal berlangsung pada Sabtu (12/11) mendatang, peserta akan dilatih oleh figur pengusaha sukses di IPB, Ahmad Alam, yang kini menjabat sebagai manajer pemasaran Rozelt. Selanjutnya, peserta terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengumpulan dana secara efektif dan kreatif. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Seluruh rangkaian kegiatan ini bakal ditutup dengan outbound sehari bersama Rumah Peradaban PPSDMS Nurul Fikri pada 13 Oktober 2011. “Insya Allah akan mempererat ukhuwah antarpeserta dan menciptakan pemuda yang memiliki jasmani yang sehat dan kuat, teamwork yang kokoh, dan semangat berjuang untuk mencapai tujuan,” harap Khairil. n ed: wachidah handasah

lele yang nantinya diharapkan dapat menjadi rumah tahfidz mandiri.” Sementara itu, Haji Saring yang kini berstatus pensiunan PNS mengaku sangat senang rumahnya dijadikan rumah tahfidz, sebuah tempat bagi anak-anak belajar dan menghafal Alquran. Sejak kecil, ia memang suka dengan orang yang menghafal Alquran. Dan, ia merasa bersyukur karena menantunya Murfi’ah yang hafal Alquran 30 juz siap memberi bimbingan kepada para santri. Disebutkan, Rumah Tahfidz Al-Anshar berawal dari sebuah pengajian yang diselenggarakan untuk anak-anak di sekitar Mushala Al-Anshar. Alhamdulillah, kemampuan para santri maju demikian pesat. Saat ini, ada di antara mereka yang hafal juz 30 dan juz 29. Bahkan, seorang santri, Laili, yang saat ini duduk di kelas satu madrasah tsanawiyah, sudah hafal lima juz.

Dua metode Dalam rangka meningkatkan hafalan, santri Rumah Tahfidz Al-Anshar diberikan dua metode, yakni bin-nadzor (membaca secara tahsin dan tajwid) serta setoran hafalan. Untuk metode bin-nadzor, tiga orang santri membaca secara bersama-sama dengan surat berbeda di hadapan ustazah. Sedangkan untuk setoran, para santri menyetorkan hafalan satu per satu. Untuk setoran hafalan, bergantung pada potensi santri. Menurut Ustazah Murfi’ah, potensi anak dalam menghafal berbeda-beda. Ada yang setoran one day one ayat (satu hari hanya setor satu ayat) dan ada juga santri yang setor hafalan sampai 27 ayat. “Alhamdulillah satu tahun setelah

mereka belajar di Rumah Tahfidz AlAnshar, ada yang hafal tiga juz bahkan ada yang hafal sampai lima juz,” ujarnya penuh syukur. Irfan menambahkan, ada sejumlah kendala yang dihadapi dalam membina para santri. Misalnya, kemampuan adaptasi santri dalam proses menghafal Alquran sehingga masing-masing santri mempunyai hafalan berbeda. Kendala lain adalah belum sevisinya seluruh wali santri terhadap proses pembelajaran di rumah tahfidz sehingga masih ada kekhawatiran yang berlebihan dari wali santri. “Kendala lain adalah terbatasnya infrastruktur rumah tahfidz,” kata Irfan sembari menyebut, di wilayah DIY terdapat sekitar 100 rumah tahfidz. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

komunitas Oleh Indah Wulandari

A

tas undangan Parlemen Islam Iran, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MERC), dr Sarbini Abdul Murad, berkesempatan mengikuti “5th International Conference for Support Palestine” yang digelar di Teheran, Iran, pada 1–2 Oktober lalu. MER-C menjadi salah satu dari sedikit organisasi nonpemerintah (NGO) yang menghadiri konferensi akbar tersebut. Konferensi ini dihadiri oleh para pejabat, parlemen, dan tokoh masyarakat dari 44 negara. Salah satu hasil dari konferensi ini adalah akan diadakan karavan darat pada Maret 2012 mendatang. Aksi karavan darat yang diberi nama “Global March to Jerussalem” akan dimulai dari India menuju Yordania mele-

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

MER-C Ikuti Konferensi Internasional tentang Palestina di Iran DOK MER-C

wati jembatan Allenby—menghubungkan Yordania dan Tepi Barat—menuju Yerusalem. Sebelumnya, tepatnya di penghujung 2010 hingga awal 2011, program karavan serupa digelar dengan tujuan akhir, Jalur Gaza. Kali ini, sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Palestina yang belum kunjung didapat, akan kembali digelar program karavan darat dengan tujuan akhir Yerusalem. Selain untuk memberi dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan mengembalikan Yerusalem sebagai ibu kota

Palestina, “Global March to Jerussalem” juga merupakan bentuk penentangan masyarakat internasional terhadap arogansi Israel selama ini. Yerusalem dipilih karena merupakan kota suci bagi tiga agama. Para aktivis kemanusiaan dan perdamaian serta tokoh masyarakat lintas agama dan lintas bangsa akan ambil bagian dalam aksi ini. Pada karavan darat sebelumnya yang diberi nama “Asia to

7

Gaza Solidarity Caravan”, Indonesia mengirimkan 12 delegasi. Saat itu, relawan MER-C juga ikut serta. Keikutsertaan Indonesia sangat diharapkan pada program karavan darat kali ini. Hal itu akan menunjukkan dukungan dan partisipasi bangsa Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina, yang tercatat sebagai salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, MER-C juga terus menyelesaikan proses pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza yang dananya berasal dari sumbangan rakyat Indonesia. Lokasi rumah sakit tersebut berada di Bayt Lahiya, Gaza utara. Sudah hampir satu tahun ini, sebanyak enam relawan MER-C bertugas di Gaza untuk mengawasi langsung proses pembangunan rumah sakit yang pengerjaan konstruksinya sudah mencapai 45 persen itu. n ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

tasawuf

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

8

MURAD SEZER/REUTERS

Prof Dr Nasaruddin Umar

Mengapa Sufi Akrab dengan Seni?

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

P

ertanyaan ini menarik untuk dikaji, apakah seni menjadi faktor dalam proses pencapaian target kaum sufi atau karena perilaku sufi yang mengekspresikan nilai seni, atau keduanya saling berkontribusi? Artinya, seni bisa membantu melahirkan suasana batin yang halus, indah, dan estetis. Pada saat bersamaan, jiwa sufi yang halus, lembut, dan estetis mengekspresikan sesuatu yang bernilai seni. Dalam lintasan sejarah dunia Islam, banyak sekali sufi yang seniman dan seniman yang jadi sufi. Bahkan, terkadang ada di antara mereka sulit membedakan mana di antara keduanya lebih menonjol pada diri seorang sufi, apakah dia sebagai sufi atau sebagai seniman. Sebut saja Jalaluddin Rumi, yang lahir di Balkh, 6 Rabiul Awal 604 H atau 30 September 1207 M. Ia dikenal bukan hanya sebagai sufi yang mampu menjadi komposer seni musik, yang lebih dikenal dengan sebutan whirling darvisis (shema), tetapi juga melalui puisinya yang terekam di dalam master piece-nya, Mathnawi, yang oleh pengikutnya disebut sebagai ‘Alquran dalam bahasa Persia’ atau wahyu tentang makna batin Alquran. Hegel menganggap Rumi sebagai penyair dan pemikir terbesar dalam sejarah dunia. Pujian senada dituturkan Maurice Barres, penulis Prancis. Setelah bergelut dengan puisi-puisi Rumi, ia menyadari akan kekurangan Shakespeare, Goethe, dan Hugo. Prof RA Nicholson setelah menerjemahkan Mathnawi ke dalam versi Inggris, menyebut Rumi sebagai penyair mistik terbesar sepanjang abad (the greatest mystic poet of any age). Sejak semula, Islam dan dunia seni memang bagaikan sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Islam tanpa seni dan seni tanpa Islam tidak akan mencapai kesempurnaan. Islam merupakan ajaran Tuhan yang memerlukan seni di dalam mengartikulasikan kedalaman aspek kebatinan dari ajaran itu. Seni merupakan bagian dari sisi dalam manusia

yang membutuhkan lokus untuk mengaktualisasikan nilai-nilai estetisnya. Islam dan seni menuntut ekspresi rasa yang amat mendalam dari manusia. Islam berisi ajakan kelembutan, kedamaian, kehalusan, dan harmoni kepada pemeluknya, sedangkan seni menawarkan ajakan-ajakan itu. Islam dan seni keduanya mencitrakan hal-hal yang bersifat universal, seperti nilai-nilai etika dan estetika. Seni memiliki potensi yang amat dalam untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan seni, seseorang dapat merasakan keindahan, ketenangan, kehangatan, kerinduan, kesyahduan, dan keheningan. Suasana batin seperti ini sangat dibutuhkan dan merupakan dambaan para pencari Tuhan (salik). Ada kesan di dalam masyarakat kita seolah seni dan seniman tidak punya tempat di dalam Islam, terutama di dalam masyarakat Islam Sunni. Seolah-olah Islam dan seni bagaikan air dan minyak. Islam orientasinya kesalehan, kesucian, dan keluhuran budi pekerti. Sedangkan, seni dan seniman konotasinya glamor, urakan, dan tidak taat asas budi pekerti. Asumsi dan konotasi seperti itu tidak sepenuhnya benar. Idealnya, seorang Muslim sejati lebih familiar dengan seni karena cara paling efektif menuju Tuhan ialah dengan menempuh jalur rasa (cinta). Jalur ini lebih pendek dibandingkan dengan jalur takut. Dalam Islam, Tuhan bukan sosok yang maha mengerikan untuk ditakuti, tetapi sosok yang maha penyayang untuk dicintai. Pola relasi cinta menggambarkan Tuhan immanent dan dekat. Sedangkan, pola relasi takut menggam-

barkan Tuhan trancendent dan jauh. Kalau yang dimaksud dengan seniman ialah seseorang yang memiliki jiwa, rasa, bakat, dan atau watak seni, Nabi Muhammad SAW juga seniman. Hanya saja, predikat seniman untuk Nabi tentu saja seni yang sejati dan agung, sejalan dengan fitrah dan martabat luhur kemanusiaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keindahan dan kehalusan budi pekerti. Dengan kata lain, seni yang mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya. Allah Maha Indah tentu mencintai keindahan. Bukan seni yang berselera rendah, yang hanya mengacu kepada kecenderungan biologis. Dengan kata lain, seni yang menjauhkan diri manusia kepada Tuhannya. Seni yang sesungguhnya adalah sesuatu yang agung dan mengandung nilainilai universal dan lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan. Memang, ada seni yang rendah, yang mengekspresikan nafsu kerendahan manusia, yang kemudian mendekatkan diri ke lumpur dosa dan maksiat, bukannya mendekatkan diri kepada Tuhan. Seni yang agung tidak pernah lekang dimakan usia. Seni yang agung selalu aktual bersama pengagumnya. Kita perlu mengapresiasi kecenderungan tersebut. Seni yang bercorak religius ini tidak perlu takut dengan pasar karena fenomena kesadaran syar’i yang semakin tumbuh di dalam masyarakat kita ternyata memberikan pasar pada karya-karya seni agung ini. Lihatlah, misalnya liriklirik lagu yang bernuansa religius laku keras. Lihat pula film Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, dan film-film atau sinetron lain yang senapas dengannya, juga mendapatkan tempat yang

Karunia Tuhan Alquran juga mengisyaratkan bahwa suara yang merdu, yang menjadi unsur penting di dalam penampilan bakat seni, merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada orang-orang tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam QS Fathir (35): 1: “Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.” Dalam kitab Tafsir Fakhr al-Razi dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan tambahan pada ayat ini ialah suara yang bagus (al-shaut al-hasan). Nilai-nilai keindahan dan kebaikan mendapatkan tempat yang positif di dalam Alquran, seperti diisyaratkan dalam QS al-A’raf (7): 32. “Katakanlah, siapakah

Berlari Menuju Allah

rehal

Meski Sibuk Tetap Berzikir Judul buku : Zikir dan Doa dalam Kesibukan: Mem bawa Umat Supaya Sukses dan Selamat Penulis : KH Mawardi Labay El Shulthani Penerbit : Al-Mawardi Prima Cetakan : Edisi baru Mei 2011 Tebal : 254 halaman

esibukan telah mendera manusia modern, apalagi yang tinggal di kota-kota besar. Hal itu terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak orang yang tenggelam dalam kesibukan, terutama pekerjaan, sehingga seakan-akan tidak punya waktu untuk diri sendiri. Kalau untuk diri sendiri saja dia tidak punya waktu, apalagi untuk Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakannya dan memberi kehidupan di dunia ini. Namun, sebagai seorang Muslim, kita tidak boleh hanyut dalam kesibukan yang membuat kita melupakan Allah. Padahal, Allah selalu melihat kita dan memberikan rezeki dan pertolongan kepada kita. Rasulullah SAW mengingatkan kepada setiap Muslim agar selalu mengingat Allah kapan pun, di mana pun, dan dalam keadaan bagaimana pun. Salah satu hadisnya yang sangat penting kita simak dan laksanakan adalah: “Ingatlah Allah, baik pada saat kalian dalam kelapangan dan kesempitan, niscaya Allah akan mengingat dan menolongmu saat kamu dalam keadaan sempit.” Karena itu, kaum Muslim dianjurkan oleh Allah SWT (dalam Alquran) dan Rasulullah SAW (melalui berbagai hadis sahih) agar kita selalu berzikir dan

berarti di dalam masyarakat. Seni Islam tidak mesti harus bernuansa Timur Tengah (Arab). Ajaran Islam tidak identik dengan kebudayaan Arab. Islam memberikan peluang dan hak setiap budaya lokal (cultural right) untuk menampilkan, mengekspresikan, dan menafsirkan Alquran dan Hadis. Kita bisa tetap menjadi orang Indonesia, tanpa harus menyerupai orang Arab, untuk menjadi the best Muslim. “Yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS al-Hujurat ayat 13). Memang, seni dan musik tidak banyak disinggung di dalam Alquran, tetapi Alquran itu sendiri melampaui karya seni terbaik sekali pun, dan tentu Nabi Muhammad SAW juga melampaui seniman mana pun, baik pada masa turunnya maupun pada zaman-zaman sesudahnya. Salah satu kemukjizatan Alquran ialah keindahan dan ketinggian nilai seni sastra dan bahasanya.

yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Sindiran Alquran terhadap suara yang tidak memiliki unsur keindahan dan kasar ialah suara keledai, dinyatakan dalam QS Luqman (31):19: “Sesungguhnya seburukburuk suara ialah suara keledai.” Banyak hadis menerangkan bahwa musik dan seni suara mempunyai arti penting di dalam kehidupan manusia. Para Nabi yang diutus oleh Allah SWT memiliki suara yang bagus, sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan Qatadah: “Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan suaranya bagus.” Dalam beberapa riwayat, Rasulullah memberikan dukungan terhadap musik dan seni suara dan tidak melarangnya secara umum, seperti diketahui dalam sikap Beliau. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah yang menceritakan dua budak perempuan pada Hari Raya Idul Adha menampilkan kebolehannya bermain musik dengan menabuh rebana, sementara Nabi dan Aisyah menikmatinya. Tiba-tiba, Abu Bakar datang dan membentak kedua pemusik tadi, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan berkata: “Biarkanlah mereka berdua, hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya.” Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah yang mengatakan: “Saya melihat Rasulullah SAW menutupiku dengan serbannya, sementara aku menyaksikan orang-orang Habsyi bermain di masjid. Lalu, Umar datang dan mencegah mereka bermain di masjid, kemudian Rasulullah berkata, ‘Biarkan mereka, kami jamin keamanan wahai Bani Arfidah’.” Dalam Hadis riwayat al-Baihaqi, sebagaimana dikutip al-Gazali, diceritakan behwa ketika Rasulullah memasuki Kota Madinah, para perempuan melantunkan nyanyian di rumahnya masing-masing: “Telah terbit bulan purnama di atas kita, dari bukit Tsaniyatil Wada. Wajiblah bersyukur atas kita, selama penyeru menyerukan kepada Allah.” Hadis-hadis sahih dan pendapat ulama terkemuka di atas menunjukkan bahwa pertunjukan seni, termasuk di dalamnya permainan alat-alat musik dan nasyid, dibenarkan oleh Rasullah SAW. Memang, ada juga riwayat yang mencela alat bunyi-bunyian seperti seruling (mazamir), tetapi hal tersebut jika musik dan bunyibunyian itu dimaksudkan untuk tujuantujuan tertentu yang bertentangan dengan syariah, misalnya seni musik mengiringi ritual kemusyrikan, seni musik yang menimbulkan fitnah, mengajak orang untuk mabuk, serta merangsang pendengarnya untuk melakukan maksiat dan melupakan Tuhan. Seni musik bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam yang harus dilestarikan. Sudah saatnya juga seni musik dan berbagai bentuk seni lainnya dijadikan media dakwah untuk mengajak orang berhati lembut, berpikiran lurus, berperilaku santun, bertutur kata halus, serta menampilkan jati diri dan inner beauty setiap orang. n

K

berdoa dalam keadaan apa pun, termasuk di tengah kesibukan pekerjaan kita sehari-hari. Kesibukan tidak boleh menghalangi kita untuk berzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Buku yang ditulis oleh KH Mawardi El Shultani, ulama yang produktif menulis buku-buku keislaman, khususnya tentang zikir dan doa, ini memaparkan pentingnya berzikir dan berdoa dalam kesibukan sekali pun agar hidup kita sukses dan selamat di dunia dan akhirat. Ia menegaskan, kesibukan merupakan keperluan atau kebutuhan, bahkan menjadi hiburan dan kebanggaan hidup di dunia ini. Namun, kesibukan tanpa zikir dan doa kepada Allah SWT, pasti membawa manusia kepada kehancuran. “Kehidupan diri pribadi, istri, anak, cucu dan keluarga, rumah tangga, tetangga, masyarakat desa,

pemuda/ pemudi, bangsa dan negara, bahkan dunia akan menemui kehancuran manakala tidak mau berzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Maka dari itu, zikir dan doa dalam kesibukan adalah utama, bahkan paling utama di dalam hidup dan kehidupan insan.” (hlm 33-34). Penulis memulai bukunya dengan penegasan tentang pentingnya zikir dan doa dalam kesibukan. “Sungguh, setiap detik kita bergantung pada rahmat dan nikmat Allah SWT. Sudah selayaknya kita sebagai manusia yang terus-menerus menerima nikmat-Nya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Hanya dengan berzikir dan berdoa dalam kesibukan, hidup dan kehidupan insan akan tenteram, aman, damai dan bahagia.” (hlm 46). Pada bagian satu, penulis mengupas zikir sebagai penenang hati dan penawar duka. Termasuk ke dalamnya tentang keutaamaan takwa, hikmah shalat mencegah kemunkaran, peran syukur dalam hidup, pentingnya sabar, serta manfaat doa dalam hidup dan kehidupan. Pada bagian dua, penulis menjabarkan pentingnya zikir dan doa dalam kehidupan sehari-hari. Selain menyajikan zikir dan doa sesudah shalat fardhu, penulis juga menyertakan berbagai macam doa yang sangat perlu diketahui dan diamalkan oleh kaum Muslim, seperti doa keselamatan, multidoa, doa qunut nazilah, dan doa mencapai kualitas hidup. Selain itu, doa-doa yang terkandung dalam Alquran dan Hadis, serta doa selamat. Siapa pun Anda, sesibuk apa pun Anda, buku ini sangat perlu Anda baca dan amalkan. n irwan kelana ed: wachidah handasah

Judul buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: : : : :

Terapi Ruhani untuk Semua Habib Ali al-Jufri Zaman I, 2011 352 halaman

enghadapkan dan mendekatkan diri kepada Allah sangatlah penting, yang pada zaman sekarang menjadi begitu asing dan banyak ditinggalkan orang. Orang lebih suka tenggelam dalam kesibukan yang sebenarnya tidak ada gunanya dan membuang-buang waktu untuk sesuatu yang sia-sia. Mereka telah tertipu kehidupan dunia dengan segala yang ditampilkannya, berpaling dari kebahagiaan dan kebaikan hakiki, serta merelakan diri mereka terpuruk dalam keadaan yang sangat mengenaskan.” Itulah salah satu penegasan yang sangat berkesan dalam buku Ma’alim alSuluk li al-Mar’ah al-Muslimah, yang diindonesiakan menjadi Terapi Ruhani untuk Semua. Buku yang ditulis oleh Habib Ali al-Jufri, ahli tasawuf muda dan ahli fikih mazhab Syafi’i yang berdomisili di Yaman Selatan, itu berupaya menggugah kesadaran setiap pembacanya untuk berlari menuju Allah, menjemput kasih Ilahi. “Alangkah beruntungnya orang yang hatinya selalu rindu untuk bersimpuh di hadapan-Nya, lalu menempuh jalan spiritual para pecinta.” (hlm 16). Secara keseluruhan, buku ini terdiri atas delapan bab. Dimulai dengan rambu-rambu spiritual, antara lain, menghadap Allah, cara tepat mengelola diri, Allah bersifat qadim dan azali, cara mendekatkan diri kepada Allah, berteman dengan orang baik, mengoreksi diri, menjaga dorongan batin untuk menjadi hamba Allah yang baik, dan meneguhkan tekad untuk menghadap Allah. Penulis menegaskan bahwa tekad

“M

untuk menghadap Allah dapat diteguhkan dengan tiga hal berikut, yakni memperbanyak zikir kepada Allah, merenungkan apa yang ada di sisi Allah, dan bergaul dengan ahli Allah. Bab-bab berikutnya tak kalah indah dan penting. Seperti yang terpenting adalah mengikuti sunah Rasul, mengatasi empat hambatan, hambatan yang merintangi salik, kiat mengobati penyakit utama hati, prinsip cinta dan benci karena Allah, serta membaguskan amal lebih penting daripada amal. Buku ini ditutup dengan tanya jawab tentang hal-hal yang sangat aktual dan sering kali ditanyakan oleh kaum Muslim. Misalnya, hukum wanita berziarah kubur, sampaikah pahala membaca Alquran kepada ahli kubur, dan durhaka kepada orang tua. Tak berlebihan jika Habib Umar Ibnu Muhammad Ibnu Salim Ibnu Hafizh, seorang pemikir, dai, dan guru besar, mengemukakan, “Buku ini menguraikan firman-firman-Nya yang apabila direnungkan secara mendalam akan meneguhkan iman dan keyakinan kita serta menuntun kita menuju ke hadapan-Nya.” n irwan kelana ed: wachidah handasah


REPUBLIKA

zakat & wakaf

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

YBM-BRI Luncurkan Program Beasiswa Kader Surau

Kurban yang Higienis

DAMANHURI ZUHRI/REPUBLIKA

Oleh Damanhuri Zuhri

B

anyak cara mengangkat orangorang kurang mampu menjadi orang-orang besar dan berilmu. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI) melakukannya dengan menggulirkan Program Beasiswa Kader Surau. Bertempat di kampus Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Depok, Jawa Barat, belum lama ini, program tersebut secara resmi diluncurkan. Untuk menggulirkan program ini, YBM-BRI menggandeng dua perguruan tinggi Islam, yakni STEI SEBI dan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor. “Para mahasiswa peraih Beasiswa Kader Surau berasal dari daerah-daerah yang tersebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Mereka dididik di STEI SEBI sebanyak 30 orang dan di UIKA Bogor sebanyak 20 orang,” ungkap Direktur Eksekutif YBMBRI Nasir Tajang MAg. Menurut Nasir, program tersebut diperuntukkan bagi generasi muda aktivis masjid untuk menjalani pendidikan dan pembinaan agar siap menjadi pelopor dan penggerak ekonomi masyarakat berbasis masjid. Program ini, lanjut Nasir, memiliki empat karakteristik SDM yang diharapkan, yaitu sarjana ekonomi Islam, pemimpin dan tokoh masyarakat masa depan, social entrepreneur, serta pelopor dan pemberdaya ekonomi masyarakat berbasis masjid. Untuk melahirkan SDM yang andal, mereka digodok dalam pembinaan intensif di asrama. Mereka juga diikutsertakan dalam kegiatan magang, kegiatan kekhususan saat liburan, penempatan dan pendampingan di masjid-masjid berbasis sosial, ekonomi dan pendidikan, membuat database masjid dan masya-

Oleh Rakhmad Zailani Kiki Koordinator Pengkajian JIC ni kisah tentang dokter hewan yang berpengalaman dalam menangani kesehatan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha. Ia adalah drh Amir Mahmud, pemilik KlinikHewan.Com. Waktu itu, tahun 2001, saat kasus anthrax mencuat di daerah Bogor menjelang Hari Raya Idul Adha, media massa begitu gencar memberitakannya. Siapa saja diwawancarai. Siapa saja bisa bicara tentang anthrax di koran dan televisi. Salama kurang lebih dua minggu berturut-turut, berita anthrax jadi semakin ramai namun juga simpang siur. Penyebabnya tak lain karena narasumber dan sumber berita yang disampaikan media masa kurang tepat, sementara pihak-pihak yang berkepentingan seakan hilang entah ke mana. Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) sebagai organisasi profesi yang terkait langsung dengan masalah ini tak kunjung bicara untuk menjernihkan masalah. Demikian juga Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) lewat Dirjen Kesehatan Hewannya tak juga muncul di televisi. Justru Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Kesehatan) mendominasi berita serta memberikan pernyataan yang mestinya bukan kewenangannya. Barulah di hari-hari terakhir mendekati Idul Adha, Dinas Peternakan Bogor dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB muncul di televisi memberikan pernyataan untuk menjernihkan masalah. Tak kurang, FKH IPB pada hari H menurunkan para mahasiswanya ke wilayah DKI untuk memantau kesehatan hewan kurban bekerja sama dengan Dinas Peternakan Provinsi DKI Jakarta. Drh Amir Mahmud, sebagai dokter hewan praktik, saat itu turut kewalahan menerima permintaan pemeriksaan kesehatan hewan kurban dari para pedagang dan panitia kurban. Ia juga kebanjiran permintaan seminar, ceramah, dan sejenisnya di berbagai tempat. Pemotongan hewan kurban menjadi momen yang menegangkan waktu itu. Namun, keadaan berubah begitu drastis pada pelaksanaan kurban di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pemotongan hewan kurban pun kembali seperti yang dulu, apa adanya. Masyarakat begitu mudah melupakan peristiwa yang terjadi di tahun sebelumnya, padahal di daerah-daerah endemis anthrax akan selalu muncul setiap saat, sepanjang tahun.

I rakat sekitar masjid, penyelesaian studi, serta persiapan pengabdian. “Untuk melahirkan tenagatenaga terampil yang berkualitas, semua mahasiswa penerima beasiswa tersebut akan mengikuti bimbingan Islamic mentoring, tahsin Alquran, tahfiz Alquran minimal tiga juz, pembiasaan ibadah pribadi dan sosial, kemampuan bahasa Arab dan Inggris, kegiatan olahraga dan kesehatan, serta dialog dengan para tokoh. Mereka juga akan mengikuti berbagai pelatihan, mulai dari pelatihan manajemen diri, organisasi, kepemimpinan inspiratif, pelatihan membangun jaringan kerja, maupun pelatihan berbicara di depan umum (public speaking).

Perlu kerja sama Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc, pimpinan Pesantren Ulil Albab Bogor yang juga ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), menyambut positif program YBM-BRI ini. Menurut Didin, dalam membangun SDM yang andal diperlukan kerja sama berbagai pihak. Hal ini karena ada pihak yang mempunyai kader, tapi tidak punya dana. Sebaliknya, ada pihak yang danaya cukup, tapi belum tersalurkan sesuai dengan harapan.

“Nah, YBM-BRI adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial, yang memberikan fasilitasfasilitas pembiayaan untuk para kader umat, para mahasiswa, terutama yang mau kembali ke daerah,” ujar Didin. Mengapa program ini menggunakan surau? Sebab, menurut Didin, surau sesungguhnya adalah masjid. “Masjid itu kan pusat aktivitas umat Islam. Sayang, sekarang masjid kurang menjadi pusat aktivitas umat Islam. Karena itu, kita membuat kader-kader yang mampu memakmurkan masjid, mampu menjadikan masjid sebagai sentral pendidikan dan ekonomi, di samping aktivitas ibadah.” Ia berharap, program ini akan terus berjalan sehingga semakin banyak umat yang mencintai masjid dengan ilmu, bukan semata-mata karena emosi. Pada acara peluncuran tersebut, Nasir Tajang secara simbolis menyerahkan beasiswa kepada dua penerima Beasiswa Kader Surau, yakni Reza Pahlevi dari Aceh dan Muhammad Dasuki dari Kalimantan Selatan. Menurut Reza dan Dasuki, untuk menjadi penerima beasiswa ini, mereka harus mengikuti proses seleksi dan tes yang sangat ketat. n ed: wachidah handasah

9

Kondisi inilah yang mendorong drh Amir Mahmud aktif berpesan dalam upaya memperbaiki sistem pemotongan hewan kurban. Meski secara riil ia tidak memiliki akses ke dalam proses pemotongan kewan kurban, langkah-langkah sosialisasi terus ia lakukan dengan pendekatan ke pihak kelurahan di sekitar wilayah Cibubur. Brosur-brosur secara rutin dicetak dan disebarkan. Proposal pelatihan kader kesehatan kewan kurbah telah beberapa kali diajukan ke tingkat kelurahan, namun tidak mendapat tanggapan memadai. Barulah pada Idul Adha tahun 2006, konsep ini dilemparkan kepada panitia kurban Masjid Nurul Mustafa, Permata Puri 2 Cimanggis, dan mendapatkan respons yang baik. Kemudian, konsep ini diujicobakan untuk pertama kalinya di masjid tersebut. Tahun-tahun kemudian, drh Amir Mahmud menjadi sosok yang dibutuhkan para panitia kurban, utamanya di Bogor dan DKI Jakarta. Pada 2010, menjelang Idul Adha, ia diundang oleh Jakarta Islamic (JIC) untuk memberikan materi tentang Pedoman Praktis Pemotongan Hewan Kurban Secara Higienis. Materi ini mendapatkan apresiasi sangat bagus dari para peserta yang merupakan utusan masjid dan ormas Islam di DKI Jakarta, termasuk dari MUI Kepulauan Seribu. Di akhir acara, ia menyerahkan kumpulan tulisannya kepada JIC agar dapat diterbitkan dalam bentuk buku. Ia mengatakan bahwa kumpulan tulisan ini sudah diminta oleh salah satu lembaga di Singapura, tetapi ia menolak untuk memberikan dan hanya memberikan kepada JIC. Ia berharap, bukunya yang mengadaptasi sistem HACCP, melalui JIC, dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. JIC merasa bersyukur diberikan kepercayaan untuk menerbitkan kumpulan tulisan tersebut dalam sebuah buku. Ini dikarenakan, materi dalam kumpulan tulisan tersebut sangat bermanfaat bagi para penyelenggara pemotongan hewan kurban karena memuat informasi yang lengkap tentang persoalan pemotongan hewan kurban. Selain itu, kumpulan tulisan tersebut—kini telah dibukukan oleh JIC dengan beberapa tambahan materi—ditulis dengan gaya tulisan dan pilihan kata yang memudahkan siapa pun untuk membaca dan memahaminya. Anda pun dapat memilki buku tersebut jika mengikuti pelatihan Manajemen Hewan Kurban yang akan dilaksanakan di JIC pada Rabu, 26 Oktober 2011. Bagi yang berminat mengikuti pelatihan tersebut dan mendapatkan bukunya, hubungi nomor HP 081314165949. n


REPUBLIKA

mujahidah

10

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

P

ermaisuri nan merakyat. Predikat mulia ini layak disematkan pada Tuanku Sultanah Nur Zahirah, permaisuri dari Trengganu, Malaysia. Baginya, status permaisuri bukanlah penghalang untuk menyelami kehidupan sosial rakyatnya. Ia gencar menggulirkan programprogram pemberdayaan wanita. Salah satunya melalui pendidikan. Istri Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong Al-Wathiqu Billah Sultan Mizan Zainal Abidin ini dikenal memiliki jiwa kedermawanan sejak kecil. Muslimah yang lahir pada 7 Desember 1973 ini terlahir dari keluarga yang taat beragama. Sehari-hari, dia senantiasa menampilkan kepribadian perempuan Melayu yang menggenggam erat tradisi dan nilai-nilai keislaman. Sikap jujur, bersahaja, dan etika sopan santun tetap me-

lekat meski dia tinggal di istana. Dalam mendidik keempat anaknya, sang permaisuri menempatkan ajaran agama Islam sebagai landasan utama. Kepada empat buah hatinya, Nur Zahirah juga memberikan pendidikan formal serta mengajarkan cara bersosialisasi dengan masyarakat. Satu lagi sikap yang terpancar dari dirinya adalah menghormati orang lain ditambah senyum bersahabat kepada siapa saja. Jiwa sosial sang permaisuri terlihat jelas ketika sebagian wilayah pantai Malaysia diterjang gelombang tsunami beberapa tahun lalu. Kala itu, ia aktif mengumpulkan sumbangan dari berbagai pihak. Program pengentasan kemiskinan dan santunan bagi warga berkebutuhan khusus juga menjadi fokus kerja sosialnya. Saat sang suami berulang tahun ke-44 pada 2006 silam, Nur Zahirah berbagi dengan anak-anak dan wanita yang papa. Melalui sebuah yayasan milik keluarga Istana, Yayasan Di Raja Sultan Mizan,

Peduli pendidikan Pendidikan merupakan salah satu bidang yang menjadi fokus perhatian sang permaisuri. Dia, misalnya, tergabung dalam Girl Guide Association of Trengganu, sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan perempuan. Satu lagi organisasi penting yang dinaunginya adalah Tadika An-Nur. Ini adalah organisasi pendidikan prasekolah pertama di

G

Oleh Indah Wulandari

dia menggulirkan program untuk ibu dan bayi. Suatu kali, dengan penuh semangat, ia membagi-bagikan botol susu khusus untuk anak-anak penyandang bibir sumbing. Program sang permaisuri lainnya, di antaranya pembagian pompa air susu ibu (ASI) serta berbagai peralatan bagi penderita gangguan penglihatan. Seluruh bantuan tadi didistribusikan melalui Rumah Sakit Nur Zahirah. Kegigihannya membuatnya menjadi patron berbagai organisasi sosial di negara bagian Trengganu. Beberapa organisasi yang dipimpin Nur Zahirah, antara lain, Majelis Kebajikan dan Pembangunan Masyarakat (menangani pemberdayaan dan pengembangan sosial), Pertubuhan Kebajikan Anak Yatim Trengganu, Persatuan Hospis Trengganu, serta Persatuan Ibu Bapak dan Guru Sekolah Kebangsaan Pusat Bukit Besar, Trengganu.

R N.O ME WO

Ia yakin, peran wanita sangat penting dalam memberantas kemiskinan.

LIM US M IS W

Sultanah Nur Zahirah Kiprah Sosial Ratu Melayu Trengganu, yang dirintis sang suami. Ide mendirikan sekolah ini berawal dari kebutuhannya mendidik sang anak. Kini, sekolah ini dibuka untuk umum. Meski menjalani aktivitas yang padat, Nur Zahirah tetap memprioritaskan keluarganya. Dia masih sempat menata dan mendekorasi ruangan Istana. Dia pun tak segan turun ke dapur untuk memasak menu favorit sang suami dan anak-anaknya. Untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuhnya, ia pun berolahraga secara teratur. Olahraga favoritnya adalah joging dan berkuda. Kiprah sang permaisuri di ranah sosial dan pendidikan ini mengundang perhatian banyak kalangan di Malaysia. Salah satu bukti dari perhatian itu adalah gelar doktor honoris causa bidang manajemen yang dianugerahkan kepadanya dari Universiti Sains dan Teknologi Malaysia Trengganu. Pencapaian itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Ia tetap gigih meng-

upaya kan program-pro gram pemberdayaan wanita. Salah satunya lewat forum Women Advisory Panel Meeting yang ketiga pada 2006. Menggandeng Islamic Development Bank (IDB), dia berhasil meyakinkan para peserta pertemuan untuk mengupayakan bantuan modal bagi para wanita yang berprofesi sebagai pengusaha kecil. Dia yakin, peran perempuan sangat penting dan berarti dalam memberantas kemiskinan. n ed: wachidah handasah

fikih muslimah AGUNG SUPRIYANTO

Muslimah Boleh Iktikaf di Masjid Oleh Wachidah Handasah anyak Muslimah mendambakan dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan beriktikaf di dalam masjid. Hanya saja, terkadang mereka ragu apakah Islam membolehkan. Imam Syafi’i menegaskan, Muslimah boleh beriktikaf di masjid mana pun karena tidak ada kewajiban baginya untuk mengerjakan iktikaf di masjid yang biasa digunakan untuk shalat berjamaah. Akan tetapi, tidak diperbolehkan beriktikaf di rumah. Abu Hanifah dan Ats-Tsauri mengatakan, Muslimah diperbolehkan beriktikaf di tempat shalat (mushala) yang berada di dalam rumahnya. Iktikaf di tempat tersebut sama fadilahnya dengan shalat di tempat itu. Diceritakan dari Abu Hanifah, ia tidak membenarkan Muslimah iktikaf di masjid yang digunakan untuk shalat berjamaah. Sebab, Nabi SAW tidak beriktikaf di masjid ketika melihat kemah-kemah para istrinya berada di dalam masjid, seraya berucap: “Apakah kebaikan yang kalian kehendaki?” Selain itu, menurut Abu Hanifah, masjid (tem-

B

Betapa besar rahmat Allah Swt. dia berikan ilham kepada hamba-Nya yang mempelajari dan mengolah Al-Qur'an ini, teruslah semangat belajar Al-Qur'an" (KH. Muhammad Arifin Ilham)

pat shalat) di rumah merupakan tempat yang utama bagi Muslimah untuk mengerjakan shalat sekaligus menjadi tempat iktikaf mereka, di mana kedudukannya sama dengan masjid bagi orang laki-laki. Lain lagi dengan pendapat Syamsuddin bin Qadamah. Ia menjelaskan hal ini dengan mengutip firman Allah SWT: “Sedang kalian dalam keadaan beriktikaf di dalam masjid.” (QS al-Baqarah: 187). Maksud masjid di sini adalah tempat-tempat yang khusus dibangun untuk mengerjakan shalat. Sedangkan, shalat di rumah bukanlah termasuk masjid. Sebab, tempat itu tidak khusus dibangun untuk mengerjakan shalat berjamaah. Disebutnya tempat itu sebagai masjid merupakan ungkapan majaz (kiasan) dan tidak diberlakukan baginya hukum-hukum yang berlaku di masjid pada umumnya. Sebab, diperbolehkan seseorang yang sedang junub berdiam diri di dalamnya. Juga seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Dijadikan bumi ini bagiku sebagai masjid.” Selain itu, ketika istri-istri Rasulullah memohon izin untuk beriktikaf di masjid, Beliau mengizinkan mereka. Seandainya masjid itu bukan tempat

iktikaf bagi mereka, niscaya Beliau tidak akan mengizinkan. Sedangkan, seandainya tempat yang lain (selain masjid yang digunakan untuk shalat berjamaah) lebih baik, niscaya Beliau akan mengingatkan mereka mengenai hal itu. Juga, lanjut Syamsuddin bin Qadamah, karena iktikaf merupakan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dengan syarat dikerjakan di masjid bagi laki-laki. Maka, hal itu juga disyaratkan bagi wanita. Seperti tertulis dalam buku Fiqih Wanita karya Syekh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, iktikaf boleh dikerjakan oleh Muslimah tanpa harus mengerjakan puasa terlebih dahulu. Disunahkan pula untuk menutupi ruangan dengan sesuatu. Dulu, ketika para istri Rasulullah hendak beriktikaf, mereka diperintahkan untuk mendirikan kemah. Hal ini karena masjid juga dihadiri oleh kaum pria. Kemah-kemah itu sebaiknya tidak didirikan di tempat shalat laki-laki. Sebab, hal itu dapat memotong barisan jamaah pria dan mempersempit ruangan. Satu hal lagi, jika beriktikaf di masjid, hendaknya para Muslimah tidak saling melihat antara satu dan lainnya. n

e-Pen

Harga e-pen Rp1069.000,-* (Tas, Charger, Headshet)

Ciptakan Keajaiban 22 Keunggulan yang dapat dibunyikan dengan e-Pen Bacaan Al Qur’an perkata, per ayat & satu halaman penuh Terjemah Tafsiriyah Per Kata Keyword Sistem Pewarnaan Tajwid Tafsir Ath Thabari Panduan Hukum Tajwid Doa dan Zikir Terjemah Kementrian Agama RI Munasabah Ayat dan Surah Tafsir Ibnu Katsir Asbabunnuzul Hadits Sahih Kosakata Khazanah Pengetahuan Doa dalam Al Qur'an Zikir Al Ma'surat Asmaul Husna Indeks Tematik Analisis Peta Tanda-tanda dalam Al Qur'an Sirah Nabawiyah Atlas Sirah Nabawiyah Plus DVD belajar membaca Qur’an Metode Syabana

G GARANSI ARANSI 1 TTahun ahun e-pen dapat dibeli terpisah

Harga Qur’an MTR Rp329.000,-* ukuran 21,3 x 30.3 cm , kertas Khusus Qur’an 1264 Hal, Full Color

Info & Pemesanan ke SMS Center: Pusat: 08579 3344 911 Jakarta : 0815 19600 939 Surabaya : 0856 3015 448 Bandung: 0857 2092 1754 Yogyakarta: 0857 2910 5619 Medan : 0821 6659 5105

Suara e-Pen paling jelas, paling berkualitas!

Harga satu set lengkap MTR e-pen Rp1.398.000,-*

Satu Set Syaamil Miracle e-pen terdiri dari 1 Qur’an Miracle The Reference dengan 22 keunggulan 1 e-Pen (plus Mp3 & bisa menyimpan data) 1 Charger (bisa berfungsi sebagai kabel data) 1 Tas 1 Headset

Ketik: djr_nama_alamat kirim_kota *Harga diatas berlaku untuk Pulau Jawa / diluar ongkos kirim Tersedia di Agen, toko buku Gramedia & toko buku terdekat di kota Anda Khusus jamaah Majelis Az-Zikra pemesanan bisa melalui: 0813 8962 1113 (Kris)

Klik “Cara Penggunaan Miracle e-pen” di Youtube dan link di media online kami. Simpleclick SygmaPublishing

by SygmaPublishing

PIN: 261E729B

YM: manda_sygma

S h a r i n g

t h e

M i ra c l e

w w w. syg m a p u b l i s h i n g . c o m


REPUBLIKA

silaturahim

JUMAT, 14 OKTOBER 2011

11

Majelis Taklim Ibu-Ibu MASK

Menciptakan Muslimah Sejati M Oleh Indah Wulandari

asjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Menteng, Jakarta Pusat, merupakan salah satu pusat pendidikan agama tertua di Jakarta. Beragam aktivitas keagamaan diselenggarakan di sini, termasuk kegiatan untuk para Muslimah. “Para Muslimah diharapkan bisa mengabdikan diri terhadap dakwah Islamiah dalam wadah majelis taklim (MT),” kata Ketua Umum Pengurus MASK, Aksa Mahmud, saat halal bihalal internal belum lama ini. Ia sangat mendukung kegiatan para Muslimah di masjid ini, mulai dari kajian tafsir Alquran, Hadis, tausiah, sampai bakti sosial. Menilik sejarahnya, MT Muslimah MASK bermula dari Pengajian Proklamasi 36 yang dipimpin Hj Alamsjah Ratu Perwiranegara. Sosok ini telah berkiprah dalam memakmurkan MASK sejak tahun 1980 dalam bidang dakwah.

Pada 2001, pengurus MASK membentuk sebuah lembaga bernama Majelis Taklim Ibu-Ibu Masjid Agung Sunda Kelapa. Tujuan utama dibentuknya lembaga ini adalah meneruskan visi dan misi Pengajian Proklamasi 36. Kali ini, Hj Nurul Aini S Gatam ditunjuk sebagai ketua. Pada 2006, majelis ini berada di bawah naungan Bidang Keagamaan MASK. “Kita ingin menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kepedulian sosial dan kepribadian luhur sebagai aktualisasi dari panggilan keislaman secara konkret,” tutur Nurul Aini. Saat ini, majelis taklim ini rutin menggelar beragam kegiatan keagamaan. Ada kegiatan belajar membaca Alquran dengan ilmu tajwid, kajian Alquran dengan cara mengartikan satu per satu ayat-ayat Alquran, juga tadarus Alquran dengan membacanya secara bersama-sama. Majelis Taklim Ibu-Ibu MASK juga secara teratur menyelenggarakan kajian ilmu tafsir dan hadis, ilmu tauhid, fikih, dan akidah akhlak. Semua materi ini dia-

jarkan secara bergiliran tiap hari ataupun mingguan. Ustaz A Nur Alam Bachtir, yang menjadi salah satu pengisi majelis, menyemangati para Muslimah agar selalu istikamah. “Perempuan adalah ujung tombak terbentuknya keluarga dan generasi muda yang beriman,” ujarnya. n ed: wachidah handasah

TATA, NY ISMONO, TUTY, LILY

ELVINA, LATIFA

YENNI, KUSUMAWANTI DINI, ANNA

DESY, MURTI FOTO-FOTO: INDAH WULANDARI/REPUBLIKA


REPUBLIKA

JUMAT, 14 OKTOBER 2011 / 16 DZULQAIDAH 1432 H n 12 DOK PRIBADI

Amelia Fauzia

Kagumi Bukhari dan Muslim Ia ingin lebih banyak lagi wanita Muslim menekuni dunia riset.

B I O D A T A Nama : Dr Amelia Fauzia Lahir : Tangerang, 25 Maret, 1971 Pendidikan : l Program Doktoral, Asia Institute, the University of Melbourne, Bidang Sejarah Indonesia dan Studi Filantropi, 2004-2008 l Master (S2) dalam Islamic Studies di University of Leiden, 19961998, cum laude. l S1, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1990-1995, cum laude. l Aliyah, Pesantren Darunnajah Jakarta, 1984-1990, cum laude. Pengalaman Kerja dan Pekerjaan Saat ini: l Wakil ketua, Lembaga Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011- sekarang). l Anggota pengurus, Badan Wakaf Indonesia (BWI), Bidang Penelitian dan Pengembangan (2010 - sekarang). l Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010 sekarang). l Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1999 – sekarang). l Direktur program Tabungan Kesehatan Masyarakat, (2010 – sekarang). l Anggota Council, Asian Muslim Action Network (AMAN), perwakilan untuk Indonesia (2011 – sekarang). l Direktur Center for the Study of Religion and Culture (Pusat Kajian Agama dan Budaya) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2010). l Direktur proyek penelitian internasional “Islamic Philanthropy for Social Justice in Muslim Societies, membawahi enam negara: Mesir, Indonesia, India, Tanzania, Turki, dan Inggris (2002-2004). l Peneliti muda (Himpunan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat-HP2M), Jakarta (1994-1995). n

Oleh Indah Wulandari

D

unia penelitian tak kenal batas negara. Wakil Ketua Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Amelia Fauzia, membuktikannya. Penelitian ilmiahnya di bidang filantropi dan kultur Islam pada komunitas Muslim dilakukan di enam negara, yaitu Indonesia, India, Inggris, Mesir, Tanzania, dan Turki. “Muslim di Indonesia juga memiliki kesadaran untuk melakukan perubahan sosial melalui filantropi atau kedermawanan,” ujar Amelia yang sedang mengikuti Visiting Fellow di School of Humanities and Social Sciences of University of New South Wales (UNSW), Canberra, Australia. Penelitiannya di enam negara yang dilakukan pada 2002-2004 tersebut menemukan bahwa praktik filantropi Islam masih dalam bentuk tradisional, yakni berupa

pemberian zakat, sedekah, dan wakaf. Sayangnya, lanjut Amelia, sebagian besar tidak dikelola secara baik oleh organisasi yang profesional, karena masyarakat lebih suka memberikan langsung kepada orang-orang yang dianggap tidak mampu. Hanya Turki yang sedikit lebih baik pengelolaan filantropi Islamnya, rata-rata sudah dalam bentuk yayasan. “Yang lebih penting adalah filantropi Islam di negara-negara ini menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar untuk kesejahteraan, dan berpotensi mendorong keadilan sosial,” ujar salah satu pengurus Badan Wakaf Indonesia ini. Sebagai peneliti, Amelia ingin mengemukakan fakta apa adanya. “Itulah integritas seorang peneliti yang sudah ditunjukkan oleh para ilmuwan Muslim terdahulu seperti Ibnu Khaldun,” ujar dia. Ketertarikan Amelia menekuni penelitian mulai muncul sejak tahun-tahun terakhirnya belajar di pesantren. Alumnus Pesantren Darunnajah, Jakarta, ini sangat mengagumi sosok Imam Bukhari dan

Muslim. Dia terpikat dengan gaya mereka dalam melakukan penelitian hadis, menelusuri keaslian hadis, sampai melihat karakter orang yang meriwayatkannya satu per satu. Cara kerja mereka, kata Amelia, sama dengan peneliti modern. Jika ada salah satu orang dalam rantai hadis yang mereka anggap kurang dipercaya, misalnya suka berbohong maka mereka mencari narasumber lain jika memungkinkan, atau hadis yang diriwayatkan tidak mereka masukkan dalam kumpulan hadis shahih. “Imam Bukhari dan Muslim memiliki integritas, memiliki sikap ilmiah dan objektivitas yang tinggi,” ujarnya. Latar belakang pendidikannya, diakui Amelia, memengaruhi jalan hidupnya. Dia belajar sejarah Islam sejak kuliah S1 di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (sekarang Sejarah Peradaban Islam) Fakultas Adab, UIN Jakarta, dan berlanjut ke pendidikan S2 di Universitas Leiden, Belanda. Di tahun akhir kuliah S1, dia mengikuti program di HP2M (Himpunan untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat), se buah lembaga di bawah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Kunci sukses Amelia juga mendorong kemunculan para perempuan peneliti dari Indonesia. Diakuinya, perempuan yang menekuni dunia riset memang langka. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain, terma-

suk negara maju. Namun, ia optimistis, nantinya akan muncul banyak perempuan peneliti di Indonesia. Saat ini, misalnya, ia melihat cukup banyak wanita Muslim yang menjadi peneliti, baik di bidang sains maupun ilmu sosial. Baginya, penelitian telah menjadi dunianya. Menurut dia, selalu ada hal yang menarik dan menantang untuk diteliti. Pekerjaan sebagai peneliti juga membawa seseorang tidak terbatas hanya melakukan penelitian di tempat kerja sendiri, tapi bisa berkolaborasi dengan lembaga lain. Berbagai penelitian juga telah membawanya berkeliling dunia. Mulai dari Singapura, Australia, Kanada, Amerika, Jerman, Mesir, Turki, Thailand, Prancis, dan Belanda. Undangan mengisi seminar di beberapa negara juga selalu mengisi jadwalnya. “Setidaknya ada tiga hal yang sangat membantu pekerjaan saya hingga sukses,” ungkapnya. Pertama, Amelia bersyukur mendapat dukungan dari suami dan anak-anaknya. Sang suami memberi kesempatan yang sangat luas baginya untuk berkarya. Pada saat yang sama, dia selalu berusaha bersikap objektif dan menjaga integritas akademis. Terakhir, dia senantiasa menjaga silaturahim. “Suamilah di sini yang sangat berperan membantu menjaga keseimbangan karier dan keluarga,” puji Amelia kepada belahan jiwanya. n ed: wachidah handasah

MEMBIASAKAN ANAK HIDUP SEHAT Oleh: Dr H Briliantono M Soenarwo, SpOT

R

asulullah Saw menyatakan dalam salah satu hadisnya bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci. Tinggal bagaimana orang tua mereka mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anak itu. Didikan dan bimbingan orang tua itu akan mewarnai hidup sang anak selanjutnya. Dengan begitu, menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan yang berkenaan dengan kesehatan. Fase kanak-kanak adalah periode meniru. Anak-anak cenderung meniru yang dia dengar dan lihat dari orang-orang di sekitarnya atau lingkungannya. Kalau dalam fase ini, anak-anak senantiasa mendengar dan melihat kebaikan orang tuanya, insya Allah mereka akan menjadi orang-orang baik. Karena mereka terbiasa meniru kebaikan yang mereka lihat.dilakukan oleh orang tua mereka. Oleh sebab itu, sebagai orang tua, kita harus hatihati dalam ber tutur kata maupun berperilaku. Ada hal yang menarik ketika saya diundang memberikan ceramah di depan para ulama dan pemuka agama di sebuah provinsi di Sumatera. Gubernur yang membuka acara itu berkata, bahwa beliau sehat karena tidak merokok. Anak-anak beliau juga tidak ada yang merokok. Mengapa begitu? Karena mereka (anak-anak Pak Gubernur) melihat Ayah mereka tidak merokok. Begitu juga cucu-cucu Pak Gubernur, tidak ada yang merokok. Ini karena mereka melihat Ayah dan Kakek mereka tidak merokok. Begitulah.... Sesungguhnya anak itu ter gantung bagaimana orang tuanya. Kita bisa mendidik anak-anak agar terbiasa menjalani pola hidup sehat sejak kecil. Untuk menstimulasi anak-anak agar terbiasa hidup sehat, kita bisa

memulai dari hal-hal yang sederhana, antaranya: 1. Mengajari mereka bangun pagi, lalu berolah raga setelah menunaikan shalat Shubuh, 2. Membiasakan menggosok gigi setiap bangun tidur dan menjelang tidur, 3. Memilihkan makanan sehat, misalnya bukan makanan instan, 4. Meminta mereka tidak buang sampah di sembarang tempat, 5. Membiasakan mencuci tangan setiap selesai beraktivitas atau ketika mau makan, 6. Mencuci kaki sebelum tidur, lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan berwudhu, 7. Tidak tidur terlalu malam, apalagi kalau besok pagi harus pergi ke sekolah. Dan masih banyak cara kita mengajari anak-anak agar menerapkan pola hidup sehat. Tapi, kita ingin anak-anak kita sehat bukan hanya jasmaninya saja, melainkan

ruhaninya juga. Berikut adalah cara menyehatkan jiwa dan ruhani anakanak kita: 1. Biasakan selalu bersyukur kepada Allah atas setiap karunia yang Dia anugerahkan, 2. Ajari mereka senantiasa patuh dan taat pada orang tua, 3. Mengucapkan terima kasih kepada orang yang memberikan kebaikan kepada mereka, 4. Mengajari mereka minta maaf bila bersalah, agar mereka rendah hati dan tidak sombong, 5. Memberi contoh pada mereka senangnya hidup bila bisa berbagi dengan sesama, 6. Selalu berbaik sangka kepada orang dan senang memaafkan. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita. Dan kita berharap, anak-anak kita pun menjadi orang-orang yang baik, yang hidup menurut aturan Allah, di samping patuh pada aturan negara. Semoga Allah merahmati kita semua. G


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.