Islam Digest

Page 1

Masjid Talomanoh Perpaduan Harmonis Tiga Kebudayaan

ARSITEKTUR HLM C2

BEIRUT Kota Peradaban Finiqiyah Alquran menyebut daerah yang dikuasai kaum ‘Ad atau peradaban Finiqiyah dengan nama al-Ahqaf (bukit-bukit pasir).

SITUS HLM C3

MIKE CLERCX Ingin Menjadi Muslim Seutuhnya Mike berkenalan dengan Islam sejak tiga tahun silam saat menginjakkan kakinya di Indonesia.

REPUBLIKA

MUALAF HLM C8

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011 ● C1

WIKIMEDIA

“BULAN RAMADHAN, BULAN YANG DI DALAMNYA DITURUNKAN (PERMULAAN) ALQURAN SEBAGAI PETUNJUK BAGI MANUSIA DAN PENJELASAN-PENJELASAN MENGENAI PETUNJUK ITU DAN PEMBEDA (ANTARA HAK DAN YANG BATIL).” (QS AL-BAQARAH [2]: 185).

S

Oleh Heri Ruslan

yahr Alquran. Begitulah para ulama biasa menjuluki bulan Ramadhan. Pada bulan suci inilah Alquran—kalam Allah SWT—pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena hubungannya yang erat

dengan Alquran, bulan Ramadhan pun mendapat gelar ‘Bulannya Alquran’. Alquran berasal dari kata kerja qara’a yang berarti ‘membaca’ dan bentuk masdar (kata dasarnya)-nya adalah qur’an (bacaan). Ensiklopedi Islam mendefinisikan Alquran sebagai kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. (QS 26:192-195). Bagi kaum Muslim, Alquran sebagai kitab Allah menempati posisi pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam. Alquran berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup

di dunia serta akhirat. Menurut Prof MM Al-A’zami dalam The History the Qur’anic Text, Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu 23 tahun. “Kitab suci Alquran diturunkan secara bertahap untuk memenuhi tuntunan situasi dan lingkungan yang ada,” ujar Prof Al-A’zami. Ibnu Abbas (wafat 68 H), seorang ilmuwan terkemuka di antara sahabat Rasulullah SAW, menyatakan, Alquran diturunkan ke langit terbawah (bait al-izzah) dalam satu malam. Kemudian, diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan keperluan. Sebagai wahyu (QS 4:163), surah-surah dan ayat-ayat Alquran diturunkan oleh Allah SWT secara bertahap. Ibnu Hajar al-Asqalani berpendapat, Alquran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam al-qadar (kemuliaan), lengkap dari ayat pertama hingga terakhir. Namun, Fakhruddin ar-Razi memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz (catatan mengenai ketentuan yang ditetapkan Allah SWT) ke langit dunia dalam 23 kali lailatul qadar. “Ayat-ayat yang diturunkan dalam setiap malam al-qadar adalah ayat-ayat yang hendak diturunkan pada tahun itu secara berangsurangsur kepada Nabi SAW,” ujar ar-Razi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah kami turunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan.” (QS Al-Qadar: 1). Lima ayat pertama Alquran dari surah alAlaq pertama kali diturunkan pada 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Saat itu, Rasulullah SAW yang berusia 40 sedang menyendiri di Gua Hira

yang terletak di pegunungan sekitar Makkah. Malam itu, Nabi SAW melihat Malaikat Jibril datang kepadanya sambil berkata, “Iqra’ (bacalah).” Pada saat itu, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu berupa lima ayat pertama yang tercantum dalam surah al-Alaq. Tak lama setelah itu turun wahyu kedua, yaitu surah al-Muddatstsir ayat 1-10. Wahyu kedua itu berisi perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah kepada manusia. Alquran terdiri atas 114 surah. Setiap surah memiliki jumlah ayat yang berbeda-beda. Surah terpendek terdiri atas tiga ayat, sedangkan yang terpanjang mencapai 286 ayat. Tentang jumlah ayat dalam Alquran, para ulama berbeda pendapat. Abu Abdurrahman as-Salmi, seorang ulama Kufah terkemuka, berpendapat Alquran terdiri atas 6.236 ayat. Sedangkan, menurut as-Suyuti, terdiri atas 6.000 ayat lebih. Al-Alusi berpendapat jumlah ayat Alquran terdiri atas 6.616 ayat. Perbedaan pendapat itu disebabkan adanya perbedaan dalam metode penghitungan. Ada yang menyebutkan kalimat basmalah sebagai ayat, ada yang tidak. Demikian pula dengan kata-kata pembuka surah, seperti Ya Sin, Alif Lam Mim, dan lainnya. Ada yang menyebutnya sebagai ayat, ada pula yang tidak. Pada umumnya, para ulama menetapkan hari terakhir penghabisan turunnya Alquran adalah Jumat, 9 Zulhijah 10 H/ 16 Maret 632 M. Saat itu, Rasulullah berusia 63 tahun. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS al-Hijir [15]: 9). Hampir 15 abad lamanya, keaslian Alquran tetap terpelihara. ■


arsitektur

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

slam masuk ke Thailand diduga melalui pedagang dari Arab, Cina, dan India pada abad ke-10 M. Ada pula yang mengatakan Islam masuk melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Wilayah pertama di negeri Gajah Putih yang menerima Islam adalah Patani. Patani dikenal memiliki pelabuhan yang strategis pada zamannya. Para pedagang dari berbagai negara berbondong-bondong berlabuh di Patani. Saat itu, peradaban Islam juga sedang mengalami kemajuan yang begitu pesat. Tak heran jika para saudagar Islam dari semenanjung Arab dan berbagai wilayah lainnya juga berlomba datang ke Patani. Menurut Ensiklopedi Islam, para saudagar Islam mendirikan perkampungan. Berkembangnya wilayah Patani sebagai kawasan bisnis, Raja Phaya Tu Nakpa—penguasa Kerajaan Buddha Inthira—memindahkan ibu kota pemerintahannya dari Kota Mahligai ke Patani. Maklum saja, Kota Mahligai berada di wilayah pedalaman Patani sehingga tak strategis. “Dengan demikian, ketika ibu kota

I

SEKILAS

HIKAYAT ISLAM DI THAILAND

pemerintahan Budha Ithira dipindahkan ke Patani, umat Islam sudah ada yang bermukim di wilayah itu,” tulis Ensiklopedi Islam. Perkampungan saudagar Muslim sudah berdiri di Patani jauh sebelum wilayah itu menjadi ibu kota pemerintahan Buddha Ithira. Dengan hadirnya perkampungan Muslim, penduduk Patani pun sudah mengenal Islam. Bahkan, sekitar 300 tahun sebelum perpindahan ibu kota ke Patani, penduduk di wilayah itu sudah banyak yang masuk Islam. Sembari berdagang, para saudagar Muslim pun biasa berdakwah menyebarkan agama Allah SWT. Ada beberapa pendapat dan versi tentang proses masuknya Islam ke wilayah Patani. Versi pertama menyebutkan, Islam masuk ke Patani dari negeri Campa. Pendapat itu didasarkan pada batu nisan yang bertitimangsa 893 H. Versi kedua menyebutkan, Islam datang ke tanah Patani sejak abad 1 Hijriah, dibawa oleh para pedagang Arab yang berniaga di negeri Melayu. Para pedagang Muslim itu singgah di pelabuhan Patani yang meng-

hubungkan dunia Arab dengan Cina dan India. Versi ketiga meyakini, agama Islam yang menyebar di Patani berasal dari Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di ujung utara Pulau Sumatra. Hal itu dibuktikan dengan persamaan mazhab keagamaan dan kebudayaan kedua kerajaan. Bahkan, dalam buku Hikayat Patani dan Sejarah Kerajaaan Melayu Patani disebutkan, Samudera Pasai merupakan sumber kerohanian Patani. Kini, populasi Muslim di Thailand hanya sekitar 15 persen dibandingkan penganut Budha. Mayoritas Muslim tinggal di bagian selatan Thailand, yaitu sekitar 1,5 juta jiwa. Provinsi Patani, Yala, Satun, dan Narathiwat adalah tiga provinsi yang didominasi penduduk Muslim. Rata-rata penduduk tersebut berbahasa Melayu, yaitu berada di Patani, Yala, dan Narathiwat. Selain berbahasa asli Thailand dan Malaysia, terdapat juga penduduk yang berbahasa Cina. Banyak Muslim Thailand secara etnik dan bahasa berasal dari bangsa Thai. Mereka berasal dari keturunan yang menikah dengan

C2

pedagang yang membawa Islam ke Thailand. Ada pula yang menikah dan berpindah agama menjadi Muslim. Di tiga daerah perbatasan Thailand dan Malaysia tersebut kebanyakan populasi Muslim berasal dari bangsa Melayu. Mereka yang dikenal sebagai bangsa Yawi ini berbicara bahasa Melayu yang tidak dimengerti oleh penduduk berbahasa Thai. Hal ini menciptakan identitas unik penduduk Muslim di Thailand. Jauh di utara, seperti di beberapa daerah di tengah Thailand, terdapat bangsa Muslim Thailand yang berasal dari bangsa Hui. Kebanyakan bangsa Muslim Cina di Thailand berasal dari kelompok yang disebut Chin Ho atau Haw dalam bahasa Thai. Meski dalam sejarahnya Chin Ho bukanlah seorang Muslim. Banyak sejarawan berpendapat nama tersebut adalah kombinasi dari Chin (Cina) dan Ho (Hui). Hal ini juga berhubungan dengan kesamaan pengucapan dengan Cheng Ho, salah sorang penjelajah terkenal dari Cina yang mengunjungi Thailand dalam sejarah awal Siam. ■ c02, ed: heri ruslan

Masjid Talomanoh

Perpaduan Harmonis Tiga Kebudayaan adialhussein. Begitu masjid tua yang terletak di Desa Talomanoh, sekitar empat kilometer di selatan kantor distrik Bacho atau sekitar 25 km dari ibu kota Provinsi Narathiwat, Thailand itu dikenal. Masjid bersejarah itu dibangun oleh seorang ulama bernama Wadi al-Husein. Masyarakat setempat biasa menyebut bangunan yang telah berusia 300 tahun itu dengan nama Masjid Talomanoh. Ada sederet nama yang disandang masjid tua itu, antara lain: Masjid Talok Manok, Masjid Talo Mano, Masjid Wadi al-Hussein, serta Masjid al-Hussein. Masjid itu dibangun tak lama sebelum ambruknya Kesultanan Patani. Alkisah, seorang ulama bernama Wadi alHussein az Sanawi, hijrah dari Bano Sano Yanya di Provinsi Patani ke distrik Bacho. Di tempat yang baru itulah, Hussein mendirikan masjid tersebut pada 1796. Meski telah berusia tiga abad, masjid itu masih kokoh berdiri sampai hari ini. Karena itulah, sebagian Muslim di Thailand menyebutnya Masjid 300 Tahun. Menurut penelitian para sejarawan arsitektur, keterlibatan Hussein dalam pembangunan masjid itu sangatlah ambigu. “Apakah ia yang mendirikan masjid tersebut pada abad ke-18 atau sebagai pencetus rekonstruksi masjid pada tahun 1960-an,” ujar para sejarawan arsitektur dalam laman Archnet. Arsitektur Masjid Talomanoh berhasil menggabungkan tiga kebudayaan dalam perpaduan yang harmonis. Ketiga kebudayaan itu adalah Thailand, Melayu, dan Cina. Sebelum masuk ke dalam

V

ARSITEKTURNYA MENGGABUNGKAN TIGA KEBUDAYAAN, YAKNI THAILAND, MELAYU, DAN CINA.

masjid bersejarah itu, para jamaah atau pengunjung harus melewati sebuah ‘jembatan’ terlebih dahulu. Jembatan itu letaknya hampir setara dengan pintu masuk masjid yang memang berdiri di atas fondasi seperti rumah panggung. Model ini berasal dari kebudayaan Melayu atau Asia Tenggara yang sebagian besar rumahnya dibuat seperti panggung. Rumah panggung seperti itu biasanya dibangun di daerah-daerah yang basah. Masjid tersebut terdiri dari dua bagian yang tersambung satu dengan yang lainnya. Seluruhnya dibuat dari kayu yang saling tersambung, tanpa menggunakan paku, sesuai dengan gaya bangunan Thailad dan Melayu. Arsitek masjid itu memilih menggunakan pasak kecil sebagai pengganti paku untuk menggabungkan satu kayu dengan kayu lain pada konstruksi masjid. Ukiran yang terdapat di jendelanya menunjukkan sifat kayu yang dipakai dan kreativitas yang artistik dan juga kepraktisan struktural. Detail ukiran yang menjadi perhatian adalah brackets kayu yang terdapat di bawah atap. Selain itu, ada pula pahatan yang berdiri di puncak atap yang melengkung. Masjid tersebut aslinya beratapkan daun palem. Dalam proses rekonstruksi diganti dengan atap dari tanah liat merah yang dibakar. Atapnya yang berjenjang merupakan arsitektural tradisional dari Asia Tenggara. Di tengah-tengah bangunan terdapat atap pelana. Di belakang atap tersebut terdapat menara azan yang dibuat dengan gaya Cina. Lubang udara menara yang terdapat di setiap sisi menara sempit tersebut diukir dengan ukiran daun, bunga, dan desain Cina. Masjid tiga abad itu masih aktif sebagai bangunan religius. Para pengunjung harus mendapatkan izin dari Imam desa untuk dapat memasukinya. Tidak jauh dari masjid tersebut terdapat pemakaman umat Muslim setempat. Di

pemakaman tersebut terdapat batu bundar yang menandakan makam laki-laki, sedangkan batu nisan yang terdapat di atas makam perempuan hanya terlihat setengahnya saja. Hal ini dilakukan sesuai dengan adat setempat. Desa Telok Manok atau Talomanoh adalah desa yang terletak di sebelah selatan Thailand, di dekat perbatasan Malaysia. Desa kecil ini terletak di Teluk Thailand dan berjarak sekitar empat kilometer dari Distrik Bacho. Daerah selatan Thailand yang sering disebut sebagai Patani Besar atau Patani Raya adalah daerah yang terdiri dari Provinsi Pattani, Ala, dan Satu. Area ini sangatlah unik karena secara demografi masyarakat di daerah ini mayoritas menganut agama Islam yang cukup kuat. Hal ini bertentangan dengan demografi Thailnad yang 97 persen menganut Budha. Banyak umat Muslim yang tinggal di daerah tersebut berasal dari etnik Melayu. Sebagian besar masyarakat Muslim memang berada di Provinsi Narathiwat yang memiliki luas sekitar 4.475 km persegi itu. Nama Narathiwat berarti tempat tinggal orang-orang baik. Di daerah ini kaya akan sumber daya alam dan relatif subur. Masyarakat Desa Telok Mano menghidupi diri dengan bertani dan menangkap ikan. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang memperoleh pendapatan dari menangkar emas lokal, hutan rawa gambut, dan resor tepi laut. Wilayah selatan Thailand pernah diperintah di bawah kekuasaan Kesultanan Patani yang memiliki kemiripan dengan Kesultanan Kelantan di perbatasan Malaysia. Islam tiba di daerah itu pada abad ke-12 melalui perdagangan yang dilakukan oleh orang India, Arab, dan Cina. Pada 1457 Pengadilan Patani secara resmi memeluk Islam. Dinasti Patani kemudian menjadi sebuah dinasti terbesar dan terpadat di negara bagian Semenanjung Melayu sampai akhir abad ke-17 M. Pada tahun 1688 Dinasti Kelantan kehilangan cahaya dan pengaruhnya. Pada 1729 daerah Patani mengalami kemenangan perang sipil. Wilayah itu jatuh di bawah pengawasan Siam. Selama berada di bawah kekuasaan Siam, sultan-sultan Patani dan Kelantan diwajibkan membayar upeti dengan mengirimkan bunga atau emas ke Kerajaan Syam. Ketegangan agama dan budaya mengakibatkan pemberontakan dari rakyat Patani. Syam harus mengurangi kekuatan dengan membagi daerah tersebut menjadi tujuh provinsi pada 1816 M. Dan sekali lagi, pada 1906 daerah tersebut dibagi menjadi empat provinsi seperti yang dikenal sampai hari ini. ■ c02, ed: heri ruslan


situs

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

BEIRUT

C3

KALOUSTIAN

VISUALPHOTO

KOTA PERADABAN FINIQIYAH PANORAMIO

ALQURAN MENYEBUT DAERAH YANG DIKUASAI KAUM ‘AD SEBAGAI KOTA PERADABAN FINIQIYAH DENGAN NAMA AL-AHQAF (BUKIT-BUKIT PASIR).

GEOGRAPHICGUIDE.NET

eirut. Inilah salah satu kota terkemuka dalam sejarah peradaban manusia. Nama kota yang terletak di tepian Laut Tengah itu tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith AlNabawi, Beirut terletak di bekas reruntuhan peradaban Finiqiyah. Finiqiyah atau Phunicia atau Punisia adalah sebuah peradaban yang menjalankan praktik penyaliban. Menurut Bible Encyclopedia, peradaban itu berasal dari kabilah (kaum) ‘Ad, kaum terkuat ras Semit, penghuni asli Arabia yang menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai teluk Parsi sampai perbatasan Irak. Alquran menyebut daerah yang dikuasai kaum ‘Ad dengan nama al-Ahqaf (bukitbukit pasir). Nama daerah itu juga dijadikan nama surah ke-46, yakni alAhqaf. Allah SWT berfiman, “Dan ingatlah Hud saudara kaum ‘Ad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukitbukit pasir… (QS al-Ahqaf [46]:21). Kaum ‘Ad sangat besar kepala. Mereka merasa menjadi kaum yang superior sehingga berani menantang Nabi Hud AS. Kaum ‘Ad berkata, “Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?” Maka, mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama tujuh malam delapan hari secara terus-menerus. Hingga akhirnya mereka musnah. Azab yang dijatuhkan kepada Kaum ‘Ad itu terekam dalam surah al-Haqqah [69] ayat 6 dan 7. Allah SWT berfirman, “Sedangkan Kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus, maka kamu melihat Kaum ‘Ad waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” Sebelum azab itu diturunkan, Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya yang beriman hijrah ke Hijaz (Arab Saudi). Sejarah mengenal umat Nabi Hud AS itu sebagai bangsa Finiqiy, atau al-’Ibriyyah al-Qadimah. Kata ‘Ibriyyah berasal dari ‘Ain, Ba, Ra, ‘Abara artinya “menyeberang”. Orang Mesir Kuno menamakan bangsa ‘Ibriyah itu dengan nama Khabiru. Mereka mendirikan kerajaan-kerajaan di Babilonia, di Kan’an, mendirikan Kerajaan Maritin, seperti Carthago, menguasai Laut tengah, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasti Fir’aun.

B

●●●

Kini, Beirut menjadi ibu kota dan kota terbesar Republik Lebanon. Kota itu terletak di semenanjung barat Laut Mediterania, sekitar 94 km di utara dari perbatasan Lebanon-Israel. Beirut diapit oleh gununggunung di Lebanon khususnya dua bukit, yaitu al-Ashrafieh dan al-Musaytibah. Daerah pemerintahan Beirut adalah seluas 18 km persegi dan wilayah metropolitannya seluas 67 km persegi. Kota ini didiami oleh 1,2 juta jiwa dan menjadi 2,1 juta jiwa bila termasuk daerah metropolitannya. Sebelum perang saudara Lebanon pecah, kota ini mendapat julukan “Paris di Dunia Timur” karena suasana kosmopolitannya. Beirut memiliki sejarah yang cukup panjang. Sejarah tersebut dimulai sekitar 5.000 tahun yang lalu. Menurut Encyclopedia Britannica, kota kuno Beirut berasal dari nama Kanaan ‘Bee’rot’ yang berarti sumur. Sumur ini merujuk pada air bawah tanah yang digunakan penduduk lokal untuk kebutuhan sehari-hari. Referensi sejarah pertama mengenai Beirut ada pada abad ke-14 SM yang terdapat di prasasti dengan tulisan rune dari ‘Surat-surat Amarna’. Ammunira dari Biruta (Beirut) mengirim tiga surat kepada Fir’aun Mesir. Bangsa yang pertama kali bermukim di Lebanon adalah bangsa Semit Kanaan, atau dalam bahasa Yunani Phoenician’ karena hidup di lepas pantai bangsa Phoenician terkenal dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan mereka. Pusat kekuasaan bangsa Kanaan ini berada di Byblos (sekitar 30 km di utara Beirut). Di Sidon (25 km di selatan Beirut), mereka mendirikan benteng kuat di pantai. Pada 332 SM, bangsa Romawi menaklukkan Phoenicia dan memerintah Lebanon sebagai bagian dari Provinsi Suriah. Selama di bawah kekuasaan Romawi, berkembang bahasa Armanic yang dominan sehingga menggeser bahasa Phoenicia dan menandai adanya integrasi budaya di kawasan tersebut. Pada masa Kekaisaran Romawi inilah, agama Kristen mulai berkembang di Lebanon. Pada 140 SM, kota tersebut dihancurkan oleh Diodotus Tryphon dalam pertarungannya dengan Antiochus VII dalam perebutan takhta monarki Seleuka, kemudian kota tersebut dibangun kembali dan diberi nama Laodicea di Kanaan. Meskipun Kota Beirut telah disebutkan pada catatan sejarah Mesir, kota itu baru dikenal secara luas setelah diberi status koloni Romawi, Colonia Julia Augusta Felix Berytus pada tahun 14 SM. Sekitar tahun ketiga hingga keenam Masehi, Beirut terkenal dengan sekolah hukumnya. Dua orang Hakim Roma yang terkenal,

Papinian dan Ulpian, berasal dari bangsa Kanaan dan belajar hukum di bawah kekaisaran Severan. Kota itu dihancurkan oleh gempa bumi dan gelombang pasang pada tahun 551 M. Sekitar 30 ribu tewas di Berytus dan sepanjang Pantai Fenisia. Total korban yang tewas adalah sekitar 250 ribu orang. Bahkan, ketika umat Muslim menguasai kota itu pada tahun 635 M, Beirut masih berupa reruntuhan. ●●● Beirut jatuh ke tangan Muslim di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Pada masa tersebut, Lebanon menunjukkan perkembangannya sebagai masyarakat modern. Pada era ini, bahasa Arab menjadi bahasa resmi Lebanon dan negara ini menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang. Hal ini berlangsung hingga tahun 1099 ketika penganut Kristen di Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan negara di sekitar kawasan tersebut. Selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga membendung proses arabisasi dan islamisasi dalam pemerintahan Islam. Para Crusader (Tentara Perang Salib) berusaha menancapkan pengaruh Kristen dengan menghidupkan budaya Barat di tengah kehidupan Islam di Beirut. Namun, pada 1187 M, Kesultanan Mamluk yang berpusat di Mesir berhasil mengusir pasukan Tentara Salib dan menguasai Lebanon serta Suriah hingga 1500 M. Beirut dan Suriah jatuh ke tangan pemerintahan Turki Usmani atau Ottoman pada 1516 M, tak lama setelah Portugis mengelilingi Benua Afrika (1598) untuk mengalihkan perdagangan rempah-rempah Timur jauh dari Suriah dan Mesir. Pada abad ke-17 M, kota tersebut menjadi eksportir sutra Lebanon ke Eropa. Secara teknis, Beirut menjadi bagian dari Provinsi Ottoman, Damaskus, dan kemudian Sidon (1660). Revolusi Industri dan pendudukan Mesir atas Suriah pada 1832 menggairahkan kembali peran penting kota

tersebut dalam perdagangan yang sempat meredup selama pemerintahan Ottoman. Pada abad itu pula terjadi perang saudara antara Maan dan Shihab dari golongan Druze dan Maronit pada tahun 1841, 1845, dan 1860. Pengungsi Manorit Kristen melarikan diri ke Beirut dari perang saudara di pegunungan Suriah, sementara para misionaris Protestan dari Amerika, Inggris, dan Jerman menambah jumlah penduduk kota itu. Pada akhir Perang Dunia I yang menandai jatuhnya Dinasti Ottoman, kota ini jatuh ke tangan Prancis. Keputusan ini diambil berdasarkan Konferensi San Remo di Italia tahun 1920. Selama memerintah Lebanon, Prancis berniat baik terhadap negara tersebut dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat Lebanon menerima sebagai mandataris Prancis. Bahkan, mereka meminta berpisah dari Suriah sehingga bisa berdiri sendiri. Tapi, kebebasan penuh baru diperoleh Lebanon pada 1946 walaupun secara resmi negara tersebut merdeka pada 22 November 1943. Beirut terkenal dengan negara beragam agama di antara seluruh negara di Timur Tengah. Mayoritas penduduk menganut Islam dan Kristen. Ada sembilan komunitas agama utama di Beirut, yaitu Maronit Katolik, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Armenia Apostolik, Katolik Armenia, Protestan, Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Druze. Hingga pertengahan abad ke-20 M, Beirut juga menjadi rumah bagi komunitas Yahudi di lingkungan Wadi Abu Jamil. Sebelum perang sipil terjadi, lingkungan Beirut cukup heterogen. Namun, akibat perang banyak dari mereka memisahkan diri dan membentuk kelompok. Beirut bagian Timur lebih banyak diisi dengan masyarakat Kristiani dengan sedikit Muslim Sunni, sementara itu bagian barat Beirut ditempati mayoritas Muslim Sunni dengan sedikit masyarakat Kristen dan Druze, sedangkan Beirut bagian utara terus berupaya menambah penduduk beragama Protestan sejak abad ke-19 M. ■ c02, ed: heri ruslan

Perang Saudara di Lebanon erang Saudara Lebanon dimulai dari 1975 hingga 1990 M. Diperkirakan sekitar 150 ribu hingga 230 ribu warga sipil tewas akibat peperangan tersebut. Sekitar satu juta jiwa lain, sekitar seperempat populasi negara tersebut, terluka dan 350 ribu penduduk mengungsi. Tidak diketahui secara jelas faktor pemicu peperangan tersebut. Keterlibatan Suriah, Israel, Amerika Serikat, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) telah memperburuk konflik tersebut. Pertempuran sempat

P

terhenti pada 1976 karena ada mediasi dari Liga Arab dan intervensi Suriah. Pertempuran ini terpusat di Lebanon Selatan. Perang ini dimulai pada akhir masa pemerintahan Dinasti Ottoman di Lebanon. Perang Dingin memberi dampak yang cukup kuat terhadap Lebanon dan menyebabkan krisis politik pada 1958. Tahun 1975, kehadiran kekuatan bersenjata asing dalam bentuk gerilyawan PLO memiliki efek di Lebanon. Mereka menjalankan hak veto pada politik Lebanon. Pembentukan negara

Israel dan perpindahan 100 ribu pengungsi Palestina ke Lebanon (sekitar 10 persen total populasi) mengubah demografi Lebanon dan memberikan dasar bagi keterlibatan jangka panjang Lebanon dalam konflik regional. Setelah pertempuran sempat terhenti pada 1976 karena mediasi Liga Arab dan intervensi Suriah, pertikaian Palestina-Lebanon berlanjut di Lebanon selatan yang telah diduduki PLO sejak 1969. Hal ini bertentangan dengan kesepakatan Kairo yang juga ditandatangani Pemerintah Lebanon. ■ c02, ed: heri ruslan

. AUTOCARHIRE


tema utama

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

C4

DARI GUA HIRA PADANG ARAFAH WIKIMEDIA

ALQURAN MERUPAKAN FIRMAN ALLAH SWT YANG BERISI PETUNJUK BAGI SELURUH UMAT MANUSIA. Oleh Heri Ruslan

S

enin, 17 Ramadhan/ 6 Agustus 610 M. Muhammad SAW yang sedang menyendiri dalam sebuah gua sempit di pegunungan sekitar Makkah tiba-tiba kedatangan tamu istimewa. Adalah Malaikat Jibril tamu yang tibatiba singgah ke Gua Hira itu. “Bacalah!” ujar Jibril kepada Muhammad. Rasulullah pun segera menjawab, “Aku tak bisa membaca.” Lalu, Jibril memegang dan memeluk tubuh Muhammad dengan sangat kuat. “Aku sampai merasa sesak,” ujar Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah ra. Setelah itu, Jibril melepaskan pelukannya dan kembali berkata, “Bacalah!” Muhammad SAW kembali menjawabnya, “Aku tak bisa membaca.” Lagi-lagi, Malaikat Jibril memeluk dan memegang tubuh Nabi SAW dengan sangat kuat. Rasa sesak kembali dirasakan Rasulullah hingga akhirnya Jibril melepaskannya dan kemudian berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Itulah lima ayat pertama Alquran dari surah AlAlaq, yang diwahyukan Allah SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan keadaaan bergemetar, Nabi Muhammad SAW bergegas pulang untuk menemui istrinya, Khadijah. Sesampainya di rumah, Rasulullah berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!” Khadijah pun menyelimuti suaminya yang menggigil hingga hilang rasa takutnya. “Wahai Khadijah, apa yang terjadi padaku?” tanya Nabi SAW.

Dengan penuh kesabaran Khadijah menenangkan suaminya. Rasulullah SAW pun menceritakan pengalamannya selama berada di Gua Hira. “Aku khawatir terhadap diriku sendiri,” ujar Nabi Muhammad. “Tidak, bergembiralah! Demi Allah, selamanya Allah tidak akan menghinakanmu karena engkau suka menyambung tali silaturahim, jujur dalam berkata, ikut meringankan beban orang lain, suka menjamu tamu, dan suka menolong orang yang menegakkan kebenaran,” ujar Khadijah. ●●●

Khadijah kemudian membawa suaminya menemui anak pamannya bernama Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Waraqah adalah pemeluk Nasrani di zaman jahiliah. “Wahai anak pamanku, dengarkanlah kisah anak saudaramu (Rasulullah SAW),” kata Khadijah. “Apa yang engkau lihat anak saudaraku?” Rasulullah SAW kemudian bercerita tentang pengalamannya di Gua Hira. Setelah mendengar kisah itu, Waraqah berkata, “Itu adalah Namus, yang diturunkan Allah SWT kepada Musa AS. Andai, aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu.” “Benarkah mereka akan mengusirku?” tanya Rasulullah. “Benar! Tak seorang pun yang membawa risalah seperti engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu dengan sepenuh hati.” Tak lama setelah itu, Waraqah tutup usia. Wahyu yang turun pun terputus. “Nabi Muhammad SAW sampai bersedih,” ungkap Dr Akram Dhiya al-Umuri dalam Shahih Sirah

Proses

Turunnya Wahyu Oleh Heri Ruslan

asulullah SAW menerima wahyu Alquran lewat beragam cara. Menurut Prof MM Al-A’zami dalam The History of the Quranic Text, penerimaan wahyu Alquran yang dialami Rasulullah SAW berada di luar jangkauan akal manusia. Berikut beberapa cara penerimaan wahyu yang dialami Nabi

R

Muhammad SAW: Al-Harith bin Hisham bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, bagaimana wahyu itu sampai padamu?” Beliau menjawab, “Kadang-kadang seperti bunyi lonceng, dan itu sesuatu yang paling dahsyat yang sampai kepadaku, kemudian lenyap dan aku dapat mengulang apa yang dikatakan. Kadang-kadang, malaikat hadir dalam jelmaan manusia, dan berkata kepadaku

Nabawiyah. Saat wahyu tak kunjung tiba, Rasulullah SAW naik ke puncak gunung. Dalam ketidakpastian itu, secara tiba-tiba Jibril muncul. “Wahai Muhammad, engkau adalah benarbenar Rasul Allah,” ujar Jibril. Ucapan Jibril itu membuat hati Nabi Muhammad tenteram dan beliau pun pulang ke rumahnya. Menurut Dr Akram, tak diketahui secara pasti berapa lama wahyu itu tidak turun. Namun, menurut As-Suhaili dalam ArRaudhul Unuf, hal itu tak berlangsung lama. Hingga akhirnya wahyu kembali turun secara berangsurangsur. Wahyu kedua yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat pertama surah al-Muddatstsir: “Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu beri peringatan, dan Tuhamu maka MUSLIM.COM agungkanlah, dan pakaianmu maka bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) maka tinggalkanlah.” ●●●

Turunnya surah al-Muddassir merupakan sebuah perintah kepada Rasullah SAW untuk menyampaikan dakwah Islam kepada manusia. Alquran merupakan kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Kitab suci Alquran itu diturunkan secara berangsur-angsur. Menurut Prof MM Al-A’zami dalam The History the Qur’anic Text, Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu 23 tahun. “Kitab suci Alquran diturunkan secara bertahap untuk memenuhi tuntunan situasi dan lingkungan yang ada,” ujar Prof Al-A’zami. Ibnu Abbas (wafat 68 H), seorang ilmuwan terkemuka di antara sahabat Rasulullah SAW, menyatakan, Alquran diturunkan ke langit terbawah (bait al-izzah) dalam satu malam. Kemudian, diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan keperluan. Sebagai wahyu (QS 4:163), surah-surah dan ayat-ayat Alquran diturunkan oleh Allah SWT secara bertahap. Ibnu Hajar al-Asqalani berpendapat, Alquran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam al-qadar (kemuliaan), lengkap dari ayat pertama hingga terakhir. Namun, Fakhruddin ar-Razi memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz (catatan mengenai ketentuan yang ditetapkan Allah SWT) ke langit dunia dalam 23 kali lailatul qadar. “Ayat-ayat yang diturunkan dalam setiap malam al-qadar adalah

dan aku dapat memahami apa yang dikatakannya.” Aisyah ra pernah menuturkan, “Sungguh aku pernah melihat Nabi SAW saat wahyu turun kepadanya. Pada hari itu, beliau merasa kedinginan sebelum wahyu berhenti dan dahinya penuh keringat.” Ya’la pernah sekali bercerita kepada Umar tentang keinginannya melihat Nabi Muhamamad menerima wahyu. Pada sebuah kesempatan, Mumar memanggil dan ia menyaksikan Rasulullah SAW wajahnya kemerahan, bernapas sambil terengah-engah. Tak lama kemudian kembali normal lagi. Saat Aisyah tertimpa fitnah, Nabi

Muhammad tak menerima wahyu seketika. Beliau merasakan kepedihan karena istrinya dituduh melakukan perbuatan tak terpuji dengan seorang sahabat, hingga kemudian turunlah ayat 16 surah an-Nur. Dalam kasus Ibnu Um-Maktum yang keberatan berjihad karena buta, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu secara spontan. Pernah pula Rasulullah SAW menerima wahyu dengan cara Mailakat Jibril menam-

ayat-ayat yang hendak diturunkan pada tahun itu secara berangsur-angsur kepada Nabi SAW,” ujar ar-Razi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah kami menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan.” (QS al-Qadar: 1). Namun, asy-Sya’bi mengemukakan pendapat yang ketiga. Menurut dia, Alquran diturunkan pada bagian pertamanya saja pada malam alqadar. “Yang lainnya diturunkan sesudah itu secara bertahap dalam berbagai waktu,” ujarnya. Menurut Ensiklopedi Islam, para ulama meyakini pendapat pertama yang paling kuat. ●●●

Alquran terdiri atas 114 surah. Setiap surah memiliki jumlah ayat yang berbeda-beda. Surah terpendek terdiri atas tiga ayat, sedangkan yang terpanjang mencapai 286 ayat. Tentang jumlah ayat dalam Alquran, para ulama berbeda pendapat. Abu Abdurrahman as-Salmi, seorang ulama Kufah terkemuka, berpendapat Alquran terdiri atas 6.236 ayat. Sedangkan, menurut as-Suyuti, terdiri atas 6.000 ayat lebih. Al-Alusi berpendapat, jumlah ayat Alquran terdiri dari 6.616 ayat. Perbedaan pendapat itu disebabkan adanya perbedaan dalam metode penghitungan. Ada yang menyebutkan kalimat basmalah sebagai ayat, ada yang tidak. Demikian pula dengan kata-kata pembuka surah, seperti Ya Sin, Alif Lam Mim, dan lainnya. Ada yang menyebutnya sebagai ayat, ada pula yang tidak. Untuk memudahkan membaca dan menghafal, para ulama membagi Alquran ke dalam 30 juz (bagian) yang sama panjang. Selain itu dibagi ke dalam 60 hizb (nama hizb ditulis di sebelah pinggirnya). Setiap hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salsalah (tiga perempat). Lalu, kapan berakhirnya Alquran diturunkan? Pada umumnya, para ulama menetapkan hari terakhir penghabisan turunnya Alquran adalah Jumat, 9 Zulhijah 10 H/ 16 Maret 632 M. Saat itu, Rasulullah berusia 63 tahun. Ayat yang terakhir diturunkan adalah surah al-Maidah [5] ayat 3: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu ….” Setelah beberapa bulan ayat tersebut turun, Rasulullah SAW wafat pada 8 Juni 632 M. Para ulama sepakat, ayat di atas sebagai wahyu terakhir yang diterima Rasulullah SAW saat berada di Padang Arafah, ketika wukuf untuk menunaikan ibadah haji. Sejarah mencatat, inilah haji terakhir Nabi Muhammad SAW atau biasa dikenal dengan sebutan haji wada (haji penghabisan). Alquran merupakan petunjuk hidup bagi umat manusia. Allah SWT berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang batil).” (QS al-Baqarah [2]: 185). ■

WIKIMEDIA

pakkan wajah aslinya, hal itu seperti tercantum dalam surah an-Najm ayat 13. Pernah pula malikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujudnya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasa wahyu itu telah berada di dalam hatinya. ■


tema utama

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

C5

ALQURAN

Lailatul Qadar

Oleh Heri Ruslan

uatu hari, dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW berkisah kepada para sahabat tentang seorang seorang yang saleh dari Bani Israil. Orang tersebut menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fisabilillah. Mendengar kisah itu, para sahabat merasa iri karena tak bisa memiliki kesempatan untuk beribadah selama itu. Usia umat Nabi Muhammad SAW memang lebih pendek dari umat terdahulu. Dalam riwayat lainnya disebutkan, Rasulullah SAW pernah merenungi hal itu. Nabi SAW pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. “Dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga, Allah SWT lalu mengaruniakan lailatul qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW,” ungkap Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi dalam kitab Fadha’il Ramadhan. Menurutnya, lailatul qadar adalah suatu malam karunia Allah yang sangat besar kebaikan dan keberkahannya. Lalu, apa sebenarnya lailatul qadar itu? Lailatul qadar berarti malam yang penuh dengan kemuliaan. Pada malam itu, kata dia, diturunkan Alquran yang memiliki kemuliaan melalui seorang malaikat yang juga sangat mulia dan diterima seorang nabi yang juga sangat mulia. Qadar bisa bermakna ukuran. Ukuran segala sesuatu itu ditetapkan pada malam itu, rezeki seseorang, apakah dia bahagia atau tidak? Sampai setahun ke depan ditetapkan pada malam itu. Lailatul qadar memiliki sejumlah keistimewaan. Betapa tidak. Pada malam itu Alquran diturunkan. Selain itu, lailatul qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan. Pada malam itu para malaikat dan ar-Ruh (yang dimaksud adalah Malaikat Jibril) turun ke bumi. Para malaikat itu turun dengan membawa rahmat dan keberkahan. Yang tak kalah penting, malam yang istimewa itu membawa kedamaian dan rasa aman kepada siapa saja yang menjumpainya sampai terbit fajar. Dalam sebuah riwayat, yang dimaksud fajar adalah terbit fajar di keesokan harinya. Tapi, hatta mathla’il fajr berarti sampai tiba saatnya fajar kehidupannya yang baru di akhirat nanti. Lalu, seperti apa ciri-ciri akan datangnya lailatul qadar? Tanda-tanda fisik—seperti yang populer di kalangan masyarakat—bahwa malam itu tenang, angin sepoi-sepoi, kemudian matahari di keesokan harinya berawan dan tidak terlalu panas. Namun, riwayat-riwayatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.

S

Tanda-tanda fisik semacam itu secara logika memang sulit diterima. Karena, sangat relatif, bergantung pada musim. Kalau musim hujan, ya pasti mendung. Apalagi dengan perubahan iklim sekarang. Jadi, tanda-tanda fisik itu tidak bisa dijadikan ukuran. Tanda yang pasti adalah salaamun hiya hatta mathla’il fajr. Yang utama, salah satu tanda yang pasti dari lailatul qadar adalah orang selalu merasa damai, selalu menebar kedamaian dalam hidupnya sampai dia meninggal dunia bahkan sampai dibangkitkan kembali menyongsong fajar kehidupan yang baru. Tak ada seorang pun yang tahu kapan tamu agung itu akan datang. Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu akan menghampiri hambanya. Terlebih, sebagai tamu agung, lailatul qadar hanya dianugerahkan kepada orang-orang yang mendapat taufik dan beramal saleh pada malam itu. Mengapa begitu? Supaya kita semakin giat mencarinya sepanjang hari, khususnya pada malammalam sepuluh terakhir Ramadhan. Sesungguhnya, lailatul qadar itu memiliki banyak makna. Lailatul qadar bisa diartikan secara fisik bahwa betul-betul memang malam itu ada sesuatu yang istimewa. Pada malam itu, Malaikat turun berbondong-bondong sangat luar biasa, dan hanya detik itu, menit itu, atau jam itu. Ada lagi yang memaknai lailatul qadar simbolis sesungguhnya. Laila artinya malam. Malam bisa berarti keheningan, kesyahduan, kepasrahan, tawakal, kerinduan, kehangatan, termasuk juga kekhusyukan. Sebagaimana banyak dijelaskan dalam berbagai buku sejarah, termasuk Sirah Nabawiyyah, lailatul qadar itu hanya terjadi sekali dalam setahun, yakni hanya pada bulan Ramadhan. Dan itu pun waktunya tidak ditentukan. Ada yang berpendapat, terjadi di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Karena begitu mulianya lailatul qadar, Rasulullah SAW mengajak seluruh sahabatnya, istri-istrinya, sampai kepada pembantu-pembantunya untuk memperbanyak ibadah. Karena itu, ketika istri-istri Rasulullah diminta untuk mencari lailatul qadar, Aisyah ra berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana kalau saya yang mendapatkan? Apa yang harus saya baca? Minta rumah, minta kekayaan, atau minta yang lainnya? Rasulullah mengajarkan, bacalah “Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa’fu anni (Ya Allah Engkalau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah. Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu, karena itu ampunilah dosadosaku)”. ■

AGUNG SUPRIYANTO

Keistimewaan

Penghafal Alquran lquran adalah kitabullah yang diturunkan lafal dan maknanya kepada Nabi Muhammad SAW. Alquran adalah kitab suci yang kekal abadi serta terpelihara dan dijaga oleh Allah SWT sampai akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami yang benarbenar memeliharanya.” Rasulullah SAW memelihara Alquran dengan menghafalkan setiap ayat yang diwahyukan kepadanya. Bahkan, Allah SWT telah menjamin terpeliharanya hafalan Nabi SAW terhadap ayat-ayat Alquran. “Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepatcepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (QS alQiyamah: 16-17) Rasulullah SAW sangat mendorong sahabat dan umatnya untuk menghafal ayat-ayat suci Alquran. Orang-orang yang menghafal Alquran mendapat posisi yang istimewa di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW. Mereka yang menjaga Alquran lewat hafalan akan mendapat posisi yang terhormat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad SAW mengibaratkan orang yang tak memiliki hafalan Alquran sebagai gubuk kumuh yang nyaris roboh. “Orang yang tidak mempunyai hafalan Alquran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR Tirmidzi). Lantas, apa saja keistimewaan yang akan diraih seorang hamba yang menghafal Alquran? Alquran merupakan pedoman hidup bagi orang yang ingin bahagia di dunia dan akhirat. Menurut dia, Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk mencintai Alquran. Amr bin Salmah, seorang sahabat Nabi SAW, karena kemampuannya menghafal Alquran, pada usia tujuh tahun telah mendapat posisi yang istimewa di kalangan masyarakatnya. Atas kepandaiannya menghafal Alquran, ia selalu ditunjuk menjadi imam shalat jamaah atau shalat jenazah. Hal itu sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Orang yang paling banyak menghafal ayat-ayat Alquran lebih utama untuk menjadi imam.” Demikian pula dengan Ibnu Abbas. Pada usia 10 tahun, ia telah hafal 30 juz. (Bukhari, Fathul Bari). Ia pun kemudian menjadi ulama besar dalam tafsir karena ingatan yang sangat terjaga pada masa kanak-kanak. “Ahli tafsir terbaik adalah Ibnu Abbas,” ujar Abdullah bin Masud. Bahkan, mereka yang mampu menghafal Alquran dalam sebuah hadis disebutkan akan merasakan nikmat kenabian. Bedanya, ia tidak mendapatkan wahyu. “Barang siapa yang membaca (hafal) Alquran, sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian. Hanya saja, tidak diwahyukan kepadanya.” (HR Hakim) Selain itu, Alquran juga menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya. Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bersabda, “Sebaik-baik

A

WIKIMEDIA

kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” Mereka yang hafiz Alquran pun akan mendapatkan penghargaan khusus dari Rasulullah SAW. Hal itu pernah terjadi ketika proses pemakaman para syuhada yang gugur di Perang Uhud. “Adalah Nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud, kemudian beliau bersabda, ‘Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Alquran? Ketika ditunjuk kepada salah satunya, beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.’” (HR Bukhari). Nabi SAW pun lebih memercayai orang yang memiliki hafalan Alquran paling banyak sebagai pemimpin. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW telah mengutus sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka. Mereka satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal. Maka sampailah pada Shahabi, yang paling muda usianya, beliau bertanya, ‘Surah apa yang kau hafal?’” “Aku hafal surah ini... surah ini... dan surah alBaqarah.” “Benarkah kamu hafal surah al-Baqarah?” tanya Nabi lagi. “Benar,” jawab Shahabi. Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR Turmudzi dan An-Nasa’i). Selain itu, orang-orang yang hafal Alquran adalah mereka yang diberi ilmu. Tak heran, jika anak-anak yang hafiz Alquran mampu menoreh prestasi yang cemerlang di sekolahnya. Bahkan, ada pula hadis yang menempatkan para hafiz di posisi yang amat mulia. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Para ahli Alquran. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.’” (HR Ahmad). Selain mendapat jaminan kemuliaan di dunia, di akhirat kelak nanti para penghafal Alquran akan memiliki derajat yang lebih tinggi. Jaminannya adalah surga. Sungguh, luar biasa. Umat Muslim pun diajarkan untuk menghormati para penghafal Alquran. ■ heri ruslan


wawancara

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

C6

H DJAN FARIDZ

Ramadhan Momentum Perubahan amadhan adalah bulan yang mulia dan agung. Inilah bulan penuh ampunan, kebaikan, dan keberkahan yang dinanti setiap Muslim di seantero dunia. Selama Ramadhan, umat Islam dilatih untuk memiliki jiwa peduli terhadap sesama. Oleh karena itu, bulan Ramadhan dikenal sebagai Syahr al-Jud (bulan kedermawanan) dan Syahr al-Muwasah (bulan memberikan pertolongan bagi orang yang berhajat). “Artinya, sudah waktunya umat bukan saja sabar melawan cobaan selama bulan Ramadhan, melainkan juga sadar untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih

R

Apa sesungguhnya hikmah puasa Ramadhan itu? Hikmah puasa di bulan suci Ramadhan sungguh banyak. Di antaranya, melatih kesabaran, memupuk kepedulian, dan mendorong perubahan diri. Puasa di bulan suci ini harus berdampak pada kemanfaatan diri untuk umat, masyarakat, dan Tanah Air. Hikmah yang paling relevan untuk kehidupan umat Islam di Ibu Kota Jakarta saat ini, menurut saya adalah bagaimana kita sebagai umat Islam yang baik dapat sabar menahan cobaan dan sadar untuk melakukan perubahan. Inilah yang saya coba dorong melalui para kiai di NU Jakarta agar bisa diteruskan kepada masyarakat melalui dakwah dan kegiatan sosial selama bulan Ramadhan ini. Artinya, sudah waktunya kita sebagai umat Islam, bukan saja sabar melawan cobaan selama bulan Ramadhan ini, melainkan juga sadar melakukan perubahan diri menjadi lebih peduli dan lebih aktif mengatasi masalah-masalah sosial di sekitar kita. Tanpa itu semua, kesalehan sosial hanya jadi kata-kata saja.

peduli dan lebih aktif dalam mengatasi masalah-masalah sosial di sekitar kita,” ujar H Djan Faridz, ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta kepada wartawan Republika, Damanhuri Zuhri. Ramadhan merupakan momentum bagi umat untuk melakukan perubahan diri. Tanpa itu, menurut bendahara Forum Ulama Habaib Betawi (FUHAB) itu, kesalehan sosial yang diharapkan lahir dari puasa Ramadhan itu tak mungkin terwujud. Berikut petikan wawancara dengan tokoh NU yang juga dikenal sebagai pengusaha dan anggota Dewan Perwakilan Daerah asal DKI Jakarta itu seputar hikmah Ramadhan.

Menurut Anda, apa makna puasa Ramadhan pada zaman ini? Menurut saya, pada era globalisasi ini, Islam tetap dan semakin menjadi variabel besar dan penting dalam arsitektur ekonomi, sosial, dan politik global. Mengapa? Karena, jumlah umat Islam di dunia semakin bertambah serta isu-isu dunia yang semakin banyak dikaitkan dengan Islam. Tidak hanya hal-hal yang negatif seperti terorisme yang selalu dikaitkan dengan Islam, tapi juga solusi-solusi yang positif, misalnya, ketika pasar keuangan dunia jatuh, sistem ekonomi syariah dipandang sebagai alternatif karena mengutamakan kejujuran dan keadilan sosial, bukan kekayaan dan kemenangan individu seperti model ekonomi kapitalisme. NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dengan 40 juta anggota memiliki kewajiban untuk menunjukkan bahwa Islam dalam tatanan global yang begitu banyak variabelnya ini bukan saja harus moderat, melainkan juga harus intelektual, modern, menarik, dan produktif. Hanya dengan cara itu Islam bisa adaptif dan semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur masyarakat global. Nah, pada bulan Ramadhan ini, ketika hampir dua miliar kaum Muslim berpuasa, saya sangat berharap, perenungan, kesabaran, dan perubahan yang kita lakukan selama sebulan ini terhadap diri sendiri demi kemuliaan bersama akan membuat dunia menjadi lebih baik. Pertanyaannya, mampukah kita sebagai umat mengkritik dan mengoreksi diri sendiri sebelum kita mengkritik dan mengoreksi kelompok lain di dunia? Apa tantangan yang dihadapi umat Islam di Ibu Kota Jakarta? Tantangan umat Islam yang pertama itu kesabaran. Jadi, bukan hanya takwa, tapi kesabaran. Dengan kondisi ekonomi sosial yang makin sulit, apalagi pada bulan Ramadhan, kemacetan, barang-barang kebutuhan mahal, gaji tidak naik, ya itu, kita mesti sabar. Saya juga meminta tokoh-tokoh NU mulai turun dan berdakwah agar menganjurkan masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT supaya mereka tawakal. Kesabaran adalah tantangan utama yang paling sulit untuk hidup di Jakarta sekarang ini. Karena, masyarakat Jakarta sangat frustrasi dengan kondisi sosial yang ada di sekitar mereka. Rasa frustasi ini bukan hanya di antara penduduk miskin yang nasibnya tidak pernah berubah, bahkan makin sulit selama ini. Ada sekitar 500 ribu orang penduduk miskin di Jakarta yang jumlahnya bukan turun,

melainkan bertambah. Padahal, Jakarta tambah makmur dari segi perekonomian. Artinya, ada tali-temali sosial yang terputus. Yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin. Yang terjadi, pada akhirnya adalah kesenjangan sosial yang menyebabkan ketidakpedulian sosial dan pada akhirnya menjadi kebencian sosial. Tidak heran kalau antara pemilik mobil dan motor saja bisa bertengkar karena berebutan jalan, padahal mereka merupakan kalangan masyarakat yang lumayan mampu dan berpendidikan. Bayangkan, apa jadinya jika hal itu terjadi di antara masyarakat yang tidak mampu dan tidak berpendidikan? Akibatnya adalah tawuran dan kriminalitas yang terus-menerus kita hadapi dan kita tangisi, tapi tidak coba kita atasi dengan lebih tegas, lebih aktif, dan lebih terencana. Bagaimana peran ormas Islam? Peran ormas Islam tentu sangat penting. Karena, ulama bersentuhan langsung dengan masyarakat dan tokoh panutan. Kalau kita lihat, tokoh panutan di Jakarta bukan ketua RT, ketua RW, atau pengusaha. Kalau pengusaha kan lebih individu, dia tidak mau bercampur dengan masyarakat. Kalau RT hanya sebatas urusan administrasi lingkungan, begitu juga RW. Tapi, kalau ulama, mereka sehari-hari bertemu umat, baik itu di majelis taklim, shalat lima waktu, atau shalat Jumat. Ulama selalu berinteraksi dengan masyarakat. Maka dari itu, saya minta NU berperan lebih aktif dan makin mendekatkan diri dengan masyarakat. Sekarang kita lihat, orang kaya dan miskin semuanya berebut. Dari berebut mencari nafkah, sampai berebut di jalan raya. Belum lagi, berebut lahan untuk parkir. Kalau motor sekarang parkirnya di pinggir-pinggir jalan, ada pula yang di kolong jembatan.

FOTO-FOTO AGUNG SUPRIYANTO

Puasa di bulan suci ini harus berdampak pada kemanfaatan diri untuk umat, masyarakat, dan Tanah Air.

Bagaimana peran ulama? Ulama harus lebih banyak mendekatkan diri kepada masyarakat agar lebih banyak menyadarkan umat untuk lebih bersabar. Kota Jakarta ditetapkan sebagai pusat kebudayaan Islam di wilayah Asia, bagaimana pendapat Anda? Sebaiknya, kita sebagai umat Islam di Indonesia harus bisa mengkritik dan menyempurnakan diri sendiri dulu sebelum mencoba mempromosikan diri keluar, termasuk negara lain di Asia. Masih banyak hal yang membuat Islam belum dijalankan dengan benar di Indonesia. Jangan lupa, bagi banyak masyarakat, dunia Islam adalah sebuah agama saja, sebuah kepercayaan dan keyakinan diri, bukan seperti di Indonesia, di mana Islam dijalankan sebagai budaya atau jalan hidup kolektif bagi sekelompok komunitas. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Jakarta memang paling punya banyak pengalaman dan peninggalan tentang budaya Islam. Sebagai salah satu budaya dunia paling tua dan paling tumbuh di Asia Tenggara, Islam juga yang sedikit banyak memisahkan Asia Tenggara menjadi “Rumpun Melayu”, yaitu budaya baru yang masuk dan tersebar dari Selat Malaka lewat perdagangan. Dulu, Asia Tenggara disebut Nannyang Province, yang artinya provinsi paling selatan dari daratan Cina yang memiliki karakter budaya yang lebih dipengaruhi oleh ajaran Konghucu dan Buddha. Setelah lebih didominasi oleh ajaran Islam, Asia bagian Tenggara kemudian menemukan jati diri baru yang tumbuh dan berkembang pesat. Untuk bisa menempatkan Islam sebagai budaya dan bukan hanya agama, maka Islam harus mampu memecahkan masalah sosial dengan cara-cara baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Budaya yang tinggi akan langgeng dan adaptif mengikuti perubahan zaman. Karena itu, inti budaya yaitu keseragaman cara pandang dan cara tindak dalam membangun kehidupan dan kesejahteraan bersama. Saya rasa, Jakarta bisa menjadi pusat budaya Islam kalau umat Islam Jakarta sudah bisa menyelesaikan masalahmasalah sosial ekonomi yang semakin pelik saat ini. Tanpa itu, Islam hanya sebagai agama dan budaya tua yang sudah tidak relevan lagi dalam kehidupan modern. Ini tantangan yang harus kita jawab sebagai umat Islam yang baik dan berguna. Sekarang ini tawuran antarkelompok masyarakat di Ibu Kota DKI Jakarta masih sering terjadi. Bagaimana peran ulama untuk mengatasinya? Tidak ada cara lain untuk mengatasinya selain dengan

meningkatkan tali-temali dan kepedulian sosial yang dibarengi oleh peningkatan kesejahteraan ekonomi. Untuk itu, saya meminta kepada NU di Jakarta agar aktif merangkul anak jalanan dan warga miskin untuk diberikan kesadaran sosial, etika, dan agama yang kuat sambil bersama-sama mencari solusi untuk permasalahan ekonomi yang dihadapi. Tawuran lebih disebabkan oleh tekanan ekonomi. Kalau sekarang mencari pekerjaan susah, pengangguran, cari barang susah, akhirnya jalan-jalan nggak keruan. Nah, inilah yang harusnya dipikirkan oleh lurah dan camat, misalnya, dulu kalau ada pembersihan selokan kita konsepnya gotongroyong atau kerja bakti, cuma nggak mendapat honor bayaran. Nah, kalau pembersihan selokan diswadayakan, dianggarkan, akhirnya orang kerja gotong royong, tapi dapat honor. Artinya, dia dapat penghasilan. Nah, kalau dapat penghasilan, temperamennya akan turun karena ada uang yang bisa dibelanjakan untuk membantu orang tuanya dan membeli bahan makanan untuk keluarganya. Jadi, perlu ada sinergi yang kuat antara ulama, pengusaha, dan pemerintah? Betul. Kalau pengusaha, lingkungannya terbatas dalam hal menciptakan lapangan kerja yang massal. Kalau kita membersihkan selokan-selokan di kampung- kampung hanya dengan gotong royong mungkin dilakukan tiga bulan sekali. Tapi, kalau itu digerakkan di setiap RW, di tempattempat yang kumuh dan miskin itu, bisa dilakukan lewat gerakan kerja bakti dengan mendapatkan honor. Artinya, Ramadhan merupakan momen yang tepat bagi para ulama untuk turun langsung? Saya kira, para ulama sudah turun, karena mereka ada di tengah masyarakat. Para ulama sudah banyak berbicara dan berdakwah. Cuma masalahnya, kalau kita hanya ngomong, tapi kondisi ekonomi umat pas-pasan, susah juga. Kita kasih pengajian, tapi perut mereka lapar, ya capek juga. Sekarang ini, di mana ada mushala, ada NU. Pengurus NU biasanya menjadi pengurus mushala. Pembinaan kepada masyarakat kami lakukan secara terus-menerus karena NU merupakan bagian masyarakat dan umat. ■ ed: heri ruslan


sastra

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

Revolver

M Daniel Ilyas abut pagi masih menyelimuti desa saat desingan peluru mortir pertama melesat diikuti gelegar ledakan. Kicau burung dan kokok ayam yang semula riuh, membungkam sepi. Tembakan pertama disusul tembakan kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh dan seterusnya sampai aku keliru menghitungnya. Penduduk yang telah berangkat ke sawah dan ke ladang buru-buru pulang ke rumah masingmasing. Anak-anak yang telah sampai di sekolah berlarian ke sana ke mari seperti anak ayam kehilangan induk. Aku bersama beberapa laki-laki bersembunyi di tepian danau yang tertutup deretan pohon kelapa dan bambu Aur. Air danau menyembur ke atas dihunjam peluru mortir. Kebanyakan peluru mortir itu jatuh di tengah sawah dan guguk yang banyak ditumbuhi pohon Pauh dan Durian. Di antara kami tidak seorang pun yang berbicara. Kalaupun ada, hanya dengan bisik-bisik. Tidak ada yang berani merokok. Menjelang tengah hari, suara tembakan mortir berhenti sama sekali, berganti dengan gemuruh iring-iringan konvoi yang sedang bergerak perlahan ke utara melintasi jalan raya yang membentang di tengah sawah. Di atas setiap panser seorang tentara bersiaga melayani senapan mesin. Anggota pasukan berdiri berjejer di atas truk terbuka memegang senjata siap tembak. Kami tahu kini desa kami telah diduduki APRI. Dari arah kampung terdengar suara seseorang berteriakteriak memberitahukan situasi sudah aman. Semua penduduk dipersilakan pulang dengan tenang ke rumah masingmasing sambil menunggu instruksi selanjutnya. Sampai di rumah kudapati ayah duduk kebingungan. Belum pernah ayah semurung itu. Selama ini ayah seorang yang suka bercanda dan selalu gembira. Di atas meja tergeletak sepucuk revolver tanpa sarung dan enam pelurunya dalam kotak rokok. Ibu memeluk kedua adikku yang masih duduk di bangku Sekolah Rakyat. Jelas sekali, ibu baru saja menangis. “Ayah tidak tahu apa yang akan ayah perbuat dengan revolver ini. Kalau ayah serahkan, ayah pasti ditangkap. Tetapi, kalau ayah sembunyikan pasti ada orang yang melaporkan kepada APRI. Itu lebih berbahaya, ayah tidak hanya ditangkap tetapi bisa juga ditembak.” Dalam usia ayah yang telah lima puluh sembilan tahun, ayah saat itu tampak lebih tua dari umurnya. Waktu aku pertama kali tahu ayah diberi sepucuk revolver oleh Letnan Gendut, seorang tentara pemberontak, aku telah meminta ayah mengembalikan senjata itu kerena ayah bukan seorang tentara atau intel. Pada waktu Perang Kemerdekaan, senjata ayah hanya bambu runcing yang dipakai ayah kalau lagi ronda malam. Tetapi, ayah tidak memperdulikan permintaanku. Bahkan dengan bangga ayah memamerkan revolver itu kepada setiap orang. Dengan sengaja ayah membiarkan kancing jasnya terbuka sehingga popor revolver yang terselip di pinggang ayah itu bisa terlihat jelas. Aku berani bertaruh bahwa ayah tidak tahu cara menggunakan revolver itu, apalagi menembak tepat sasaran. Aku juga meragukan, apakah revolver itu masih bisa bekerja dengan baik atau mungkin saja sudah rusak dan afkir sama sekali. Pada malam hari, suasana desa terasa sunyi dan mencekam kerena jam malam mulai diberlakukan. Sesekali terdengar rentetan tembakan di kejauhan. Di tengah keheningan itu kami mendengar suara sepatu menginjak kerikil halaman disusul ketukan pintu. Dengan tangan gemetar ayah membukakan pintu. Tiga orang tentara bersenjata lengkap diantar dua orang petugas ronda berdiri di halaman. Setelah memberi salam, salah seorang diantara mereka masuk ke rumah. ”Kami mendapat laporan, Bapak memiliki sepucuk revolver?” Tentara itu membuka pembicaraan. “Betul Pak.” Sahut ayah dengan nada pasrah. Ayah langsung mengambil revolver dan pelurunya dari dalam lemari dan menyerahkannya kepada tentara itu. Setelah menerima

K

senjata itu, ayah diperintahkan ikut mereka. Aku dan ibu hanya bisa memandang ayah berjalan dikawal tiga orang tentara. “Ayah pasti dibebaskan kerena ayah tidak bersalah. Ayah orang baik, tidak pernah bermasalah dengan siapa pun. Mereka hanya memerlukan keterangan dari ayah tentang asal-usul pistol itu. Tidak mungkin ayah dipenjara, apalagi ditembak.” Aku berusaha menghibur ibu. Aku sendiri tidak begitu yakin dengan apa yang kukatakan. Hanya saja, aku berusaha untuk menyembunyikan kecemasanku. Pagi-pagi sekali aku dan ibu telah tiba di Balai Desa untuk menghadap Kepala Nagari yang baru. Kami harus menunggu berjam-jam kerena pagi itu Kepala Nagari telah berangkat menghadiri rapat di Kecamatan. Setelah Zhuhur, barulah kami dapat bertemu langsung dengan kepala Nagari. Kamarulzaman tersenyum ketika kami salami. Aku merasa lega. Secercah harapan berkelabat, Kamarulzaman akan membantu kami membebaskan ayah. Waktu hendak mengikuti ujian akhir SMP, malam hari kami belajar bersama di rumahku. Sementara aku sibuk menghapal pelajaran, Kamarulzaman asyik membaca buku tentang Sosialisme Indonesia. Mengetahui aku senang membaca buku sastra, Kamarulzaman meminjami aku buku Ibunda karangan Maxim Gorky. “Saudara tentu ada keperluan bertemu dengan saya. Apa yang bisa saya bantu?” “Ayah saya ditahan di Buterpra.” “Sejak kapan?” “Tadi malam, tiga orang tentara menjemput ayah saya ke rumah dan membawanya ke Markas Buterpra.” “Mengapa mamak sampai ditahan? Setahuku mamak bukan tentara.” “Ayah saya memiliki sepucuk revolver pemberian Letnan Gendut.” Kamarulzaman terkejut mendengar penjelasanku. “Tolong saudara jelaskan untuk apa Letnan Gendut memberi ayah saudara revolver.” Lalu kuceritakan bahwa ayahku memiliki keterampilan meramal peristiwa yang akan terjadi. Caranya simpel sekali. Ayah mengoleskan sadah pada siku bagian dalam, pergelangan dan ujung jari tengah tangan kirinya. Kemudian ayah membaca mantra dan meniup olesan sadah tiga kali. Setelah itu ayah menjengkali olesan sadah itu dengan jari tangan kanan ayah. Bila jengkalan ayah selalu jatuh pada olesan sadah berarti jawabannya “ya”, tetapi apabila ujung telunjuk ayah melewati ujung jari tengah tangan kiri berarti jawabannya “tidak”. Dengan cara seperti itu ayah memberi jawaban kepada setiap pertanyaan Letnan Gendut, apakah APRI besok pagi masuk atau tidak. Setahuku hampir semua ramalan ayah meleset. Kalaupun ada yang benar hanyalah kebetulan. Aku pun tidak tahu, apakah ayah sendiri percaya dengan ramalan itu. Pernah aku wanti-wanti supaya ayah tidak lagi meramalkan apakah APRI akan masuk ke desa kami atau tidak. Hal itu membahayakan keselamatan ayah sendiri. Seandainya ayah meramalkan APRI besok tidak masuk, ternyata APRI masuk, ayah bisa dituduh menjebak tentara pemberontak. Namun, ayah masih tetap saja melayani permintaan Pak Gendut dan anak-buahnya yang datang malam-malam ke rumah kami. Kata ayah, Pak Gendut memaksanya di samping memberikan sedikit uang sebagai tanda terima kasih kepada ayah. Selesai mendengar ceritaku, Kamarulzaman berujar, “Jadi, Letnan Gendut memberi ayah saudara revolver kerena ayah saudara bisa meramal. Tapi, untuk apa senjata itu?” Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya Kamarulzaman melanjutkan, “Baiklah, saya akan menulis surat kepada Komandan Buterpra supaya mamak dibebaskan.” Kamarulzaman mengambil secarik kertas, menulis surat, kemudian memasukkan surat itu ke dalam amplop dan mengelemnya. Sementara, aku dan ibu menunggu dengan penuh harapan surat itu benarbenar sakti. Kamarulzaman lansung menyerahkan surat itu kepadaku. Sambil mengantarkan kami ke pintu keluar, Kamarulzaman berkata pada ibuku, “Etek tidak usah cemas.

Mamak pasti dibebaskan. Saya tahu mamak orang baik-baik.” Ibu hanya bisa mengucapkan terima kasih. Kami buru-buru berangkat naik bendi ke Markas Buterpra. Sampai di sana, surat Kamarulzaman kuserahkan kepada petugas piket. Rumor yang beredar melalui bisik-bisik di antara sesama warga di Balai Desa pagi tadi bersileweran di kepalaku. Bang Sidiq yang biasa disuruh-suruh Wali Nagari mengantar nasi bungkus untuk pasukan pemberontak yang singgah di desa kami tewas tertembak APRI. Bang Sidiq kepergok mengenakan seragam tentara pemberian seorang komandan pasukan pemberontak. Seorang sersan mayor NRP dan seorang Jaksa yang tertangkap APRI langsung dieksekusi. Tukang apa yang biasa menempa cangkul, sabit, dan parang dijemput tentara malam-malam. Aku dan Ibu hanya bisa berdoa memohon kepada Allah supaya ayah terhindar dari malapetaka. Aku dan Ibu yakin, sebuah doa mampu mendatangkan keajaiban. Setelah lama menunggu aku disuruh masuk. Aku merasa bahagia sekali melihat muka ayah kembali ceria setelah dibebaskan, walaupun setiap hari Selasa harus lapor ke Markas

C7

RENDRA PURNAMA/REPUBLIKA

Buterpra. Paling melegakan aku, ayah berjanji akan bertaubat tidak lagi membuka praktek ramal-meramal. Ayah sadar pekerjaan itu termasuk syirik, kekal dalam neraka. ■ ket: APRI sebutan TNI di daerah yang dikuasai PRRI

M Daniel Ilyas lahir di Bayur Maninjau tahun 1938 mulai menulis cerpen tahun 1956 untuk kisah minggu pagi RRI Bukitinggi dilanjutkan dengan menulis naskah sandiwara radio dan mengasuh acara sastra di RRI padang ( 1962-1965 ). Novelnya Bunga Api Revolusi dimuat sebagai cerita bersambung pada harian Res Publika Padang. Harian Res Publika Padang merupakan surat kabar independen yang menampung karya sastra pendukung Manipes Kebudanyaan tahun 1960–an. Cerpen-cerpennya antara lain dimuat dalam Republika.


mualaf

REPUBLIKA ● AHAD, 14 AGUSTUS 2011

C8 FOTO FOTO ADITYA PRADANA PUTRA

MIKE CLERCX

Ingin Menjadi

MUSLIM SEUTUHNYA MIKE BERKENALAN DENGAN ISLAM SEJAK TIGA TAHUN SILAM SAAT MENGINJAKKAN KAKINYA DI INDONESIA.

umat (29/7), tiga hari menjelang Ramadhan 1432 H, Mike Clercx (23) menorehkan sejarah baru dalam hidupnya. Pemuda berkebangsaan Belanda itu membuka lembaran baru dalam kehidupannya. Mike memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Seusai shalat Jumat, Mike yang mengenakan kopiah hitam, baju koko, dan celana berwarna putih duduk bersila di hadapan sejumlah jamaah Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Di antara jamaah yang hadir adalah kerabatnya di Indonesia, sedangkan sebagian lagi jamaah yang kebetulan menunaikan shalat Jumat di masjid tersebut. Sesaat sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat, Mike tampak sedikit gugup. Ketika detik-detik itu tiba, dengan fasih dan lantang, ia mengikrarkan dirinya sebagai pemeluk Islam. “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” ucapnya. Sejak itu, Mike resmi menjadi seorang Muslim. Ketegangan yang sempat menghinggapinya berubah menjadi kebahagiaan. Rona kegembiraan terpancar dari wajahnya. Senyum yang mengembang di wajahnya menandakan betapa leganya perasaan Mike. “Lega,” ujar Mike kepada Republika yang ikut menyaksikan ikrarnya menjadi seorang Muslim. Senyum dan kebahagiaan pun terpancar dari wajah-wajah jamaah yang turut menyaksikan kebulatan tekad seorang pemuda Eropa menjadi seorang Muslim. Satu per satu jamaah pun menyalami dan mengucapkan selamat kepada Mike.

J

●●● Mike berkenalan dengan Islam sejak tiga tahun silam saat menginjakkan kakinya di Indonesia. Awalnya, pemuda yang masih berkuliah itu sama sekali tak mengenal agama terbesar kedua di dunia itu. Menurut dia, Islam yang dikenalnya di Negeri Kincir Angin sangat berbeda dengan yang ditemuinya di Indonesia.

“Mereka lebih menutup diri dan dianut oleh komunitas tertentu,” ujar Mike. Namun, sejak kedatangannya ke Indonesia, pandangannya terhadap Islam mulai berubah. Ternyata, umat Muslim di negeri yang pernah menjadi jajahan nenek moyangnya itu justru terbuka. Adalah keluarga Herina Fauza, sahabatnya di Indonesia, yang membuka mata Mike untuk mengenal Islam. Sambutan keluarga Herina yang ramah dan bersahabat menghapus pandangan negatif Mike terhadap Muslim yang ada dalam pikirannya. “Mike merasa senang ketika keluarga saya menyambutnya seperti keluarga sendiri. Karena memang seperti itulah seharusnya seorang Muslim menyambut tamu mereka,“ ujar Herina. Perlahan namun pasti, Mike mulai tertarik untuk mengenal Islam. Mahasiswa jurusan Bisnis IT itu amat tertarik ketika mendengar cerita-cerita mengenai sejarah Islam dari Herina. Menurut Mike, sahabat yang dikenalnya dari forum diskusi di internet itu banyak bercerita tentang sejarah Islam, seperti bagaimana Siti Hajar memperoleh air di tanah kering Makkah untuk putranya Ismail atau tentang kisah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah itu membuat rasa ingin tahu Mike terhadap Islam semakin bergelora. Diam-diam, ia mulai mencari kebenaran kisah yang diceritakan Herina. Ia melakukan banyak studi literatur untuk memperoleh kebenaran tersebut. Mike semakin dibuat penasaran ketika Herina juga menceritakan mengenai keilmiahan Alquran. “Dia bercerita bahwa dalam Alquran pun terdapat khasiat madu atau penjelasan ilmiah lainnya yang banyak baru diketahui pada era modern,” tutur pria bertubuh jangkung itu. Untuk membuktikannya, Mike mulai membuka-buka FOTO-FOTO DOKPRI

Alquran dan mencoba memahami terjemahannya. Hidayah Allah SWT mulai terpancar dalam hatinya. Ia merasakan kagum terhadap agama samawi ini. Namun, ketika itu, ia tidak berani membaca Alquran lebih banyak. “Saya sempat takut nanti salah interpretasi,” tuturnya. Penelitiannya terhadap Islam berlangsung cukup lama. Mike membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun sebelum akhirnya benar-benar yakin untuk menjadi seorang Muslim. Selain membaca literatur-literatur keislaman, Mike juga banyak berdiskusi mengenai agama Islam bersama beberapa ustaz. Semua itu dilakukannya selama berada di Indonesia. ●●● Mike dikenal sebagai pria yang mandiri dan berpendirian teguh. Ketika akan masuk ke dalam sesuatu, ia harus memahami terlebih dahulu apa yang akan dijalaninya. Begitu pula dengan Islam. Ia harus benar-benar memahami Islam terlebih dahulu sebelum menjadi bagian darinya. Mike pun belajar berpuasa dan shalat. Untuk gerakan dan bacaan shalat, Mike belajar dari ayah Herina. Tidak ada kesulitan yang berarti ketika Mike belajar shalat. Dia juga bertemu dengan seorang ustaz di Al-Azhar untuk mengajarinya shalat. Karena itu, setelah menjadi Muslim, kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikannya sebagai seorang Muslim tak lagi menjadi masalah. Begitu pula dengan berpuasa. Pada tahun pertama kedatangannya ke Indonesia, Mike sempat berpuasa selama tiga hari. Ia menjalaninya dengan lancar. Tahun berikutnya, Mike kembali ikut berpuasa meskipun belum benar-benar memeluk Islam. Kali itu, ia berhasil menamatkan puasanya sebulan penuh. Saat itu, Mike sedang menjalani intensif di dalam satu non government organisation (NGO) yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup selama enam

bulan. Kebetulan, ketika itu masuk bulan Ramadhan. Atas inisiatif sendiri, ia pun ikut berpuasa. “Dia ikut bangun ketika sahur dan makan di warung sederhana di dekat indekosnya,“ tutur Herina. Dengan begitu, Ramadhan pertama Mike sebagai seorang Muslim pada tahun ini bukanlah hal yang berat karena ia sudah mengalami dua kali Ramadhan. Bahkan, ia pernah menamatkan puasa satu bulan penuh. Paling-paling, Mike hanya sedikit mengeluhkan rasa capai yang dirasakan ketika berpuasa sambil bekerja. Jauh sebelum menjadi Muslim, Mike sudah mencoba dan mengetahui apa saja kewajiban seorang Muslim. Ia mengaku, tidak ingin ketika menjadi seorang Muslim, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Mike tidak ingin setengah-setengah dalam menjalankan sesuatu. Ia tak ingin menjadi Muslim yang setengah-setengah. Pemuda itu ingin menjadi Muslim seutuhnya. Lalu, bagaimana Mike memutuskan menjadi seorang Muslim? “Keinginan itu muncul beberapa bulan lalu,” kata Mike. Hatinya merasa yakin dengan kebenaran ajaran Islam. Tidak ada lagi keraguan dalam diri Mike terhadap Islam. Dan, tiga hari sebelum Ramadhan, ia pun mengucapkan syahadat. Dua pekan pertamanya sebagai seorang Muslim, ia habiskan di Indonesia. Setelah itu, Mike harus kembali ke Belanda untuk menyelesaikan kuliahnya di Universitas Avans, Belanda. Lalu, bagaimana tanggapan orang tua Mike di Belanda? Mike mengaku, tidak pernah secara langsung mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang Muslim kepada keluarganya. Sejak masuk Islam, Mike banyak berubah. “Saya tidak lagi merokok dan memakan babi,” paparnya. Orang tua pun menerima keputusan Mike untuk memeluk Islam. Kini, sang ibu mulai memisahkan hidangan untuk Mike yang tidak lagi mengonsumsi babi. “Mereka akan mengerti,” ucap Mike sambil tersenyum. ■ c02, ed; heri ruslan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.