Dr Imam Sukardi PTAIN Berperan Deradikalisasi
WAWANCARA HLM C6 MAKAM KHOJA AHMAD YASSAWI Jejak Keemasan Arsitektur Timurid Kompleks pemakaman ini menjadi salah satu bangunan paling spektakuler di Asia Tengah.
SITUS HLM C2
HUSSEIN YEE Terinspirasi Kisah Umar bin Khattab Menurut Yee, Islam adalah agama perdamaian karena diciptakan untuk semua umat manusia.
REPUBLIKA
MUALAF HLM C8
GLOBALEXCHANGE.ORG
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011 ● C1
“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPUASA SEBAGAIMANA TELAH DIWAJIBKAN ATAS ORANGORANG SEBELUM KAMU AGAR KAMU MENJADI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA.” (QS AL-BAQARAH [2]: 183).
Oleh Heri Ruslan
M
arhaban, Ya Ramadhan. Selamat datang bulan yang amat istimewa. Bulan kesembilan dalam kalender Hijriah ini menempati posisi yang mulia dalam ajaran Islam. Betapa tidak. Pada bulan ini terjadi sederet peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran, kitab suci yang menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat Manusia sehingga bulan ini dijuluki Syahr Alquran. “Ramadhan adalah satu-satunya nama bulan yang tercantum dalam Alquran surah al-Baqarah [2] ayat 185,” tulis Ensiklopedi Islam. Di bulan ini pula umat Islam meraih kemenangan dalam Perang Badar. Bahkan, peristiwa penaklukkan kota Makkah (Fath Makkah) juga terjadi pada bulan yang bergelar Syahr Allah (bulan Allah) itu. Pada bulan inilah, Allah SWT memberikan pahala yang amat besar bagi setiap hamba yang berbuat kebaikan. Pada Ramadhan pula diturunkan Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Yang paling istimewa, pada bulan ini, lebih dari 1,5 miliar penduduk di seantero jagad yang beragama Islam akan menunaikan ibadah shaum atau puasa. Ramadhan bergelar Syahr as-Siyam karena pada bulan ini seluruh hamba Allah yang beriman diwajibkan untuk menunaikan puasa atau shaum selama satu bulan penuh. Kewajiban berpuasa ditegaskan oleh Allah SWT dalam Alquran surah al-Baqarah [2] ayat 183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” Umat Islam mulai diwajibkan untuk berpuasa pada tahun kedua Hijrah, saat memasuki bulan Ramadhan. Kewajiban menunaikan ibadah shaum dimulai setelah Rasulullah SAW menerima wahyu, surat al-Baqarah ayat 183. Lalu, apa yang disebut dengan puasa? Secara bahasa, puasa berasal dari bahasa Arab, shaum (jamaknya shiyam) yang bermakna al-Imsak (menahan). Sedangkan menurut istilah, puasa itu menahan makan dan minum serta semua yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa adalah ibadah yang telah diwajibkan Sang Khalik kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Puasa merupakan ibadah yang telah dilakukan sejak manusia hidup di muka bumi. Ibnu Katsir meyakini bahwa ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Menurut Ibnu Katsir, Nabi Adam AS berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa Adam berpuasa pada 10 Muharram sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah. Pendapat lainnya menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu dia diturunkan dari taman surga oleh Allah. Nabi Nuh AS pun bersama umatnya berpuasa. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip penjelasan Ibnu Majah yang menyebutkan bahwa, “Puasa Nuh adalah setahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha.” Nabi-nabi sesudahnya pun melakukan ibadah puasa. Puasa juga tak hanya dikenal dalam agama Islam. Agama dan kepercayaan lainnya pun memiliki tradisi puasa. Tentu saja, caranya berbedabeda. Puasa yang diwajibkan bagi umat Muslim yang beriman amatlah istimewa. Karena, inti kewajiban shaum adalah mencetak insan yang bertakwa. ■
arsitektur
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
C2 FOTO-FOTO: ARCHNET
MAKAM KHOJA AHMAD YASSAWI
Jejak Keemasan
ARSITEKTUR TIMURID KOMPLEKS PEMAKAMAN INI MENJADI SALAH SATU BANGUNAN PALING SPEKTAKULER DI ASIA TENGAH. apak Turki”. Begitu umat Islam di Asia Tengah menjuluki Syekh Khoja Ahmad Yassawi, seorang sufi dan pujangga agung dari abad ke-12 M. Syekh Yassawi terlahir pada 1093 M di Ispidjab (Sayram). Tokoh sufi sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam di Kazakhstan itu masyhur sebagai pendiri tarekat Yassawiyyah. Syekh Yassawi sangat terkenal dan dihormati di Asia Tengah. Dengan bahasa Turki, ia mempopulerkan Sufisme. Lewat sekolah teologi yang yang dirintisnya, ia mengubah Yasi atau Turkistan menjadi salah satu kota paling penting pada abad pertengahan di Asia Selatan. Ia juga dikenal sebagai filsuf dan negarawan yang paling hebat di zamannya. Tokoh besar itu wafat pada 1166 M di Turkistan, sebuah kota di selatan Kazakhstan. Untuk menghormati sang ulama, pemimpin Dinasti Timurid, Timur Lenk membangun sebuah makam yang megah. Bangunan makam Syek Yassawi yang megah itu dibangun Timur “Sang Penakluk” pada 1389. Hampir dua abad setelah tokoh sufi terkemuka itu meninggal dunia. Awalnya, Syekh Yassawi dikebumikan pada sebuah makam yang kecil. Lalu, Timur Lenk memerintahkan agar dibangun sebuah kompleks pemakaman yang besar untuk menghormati pujangga agung itu. Pembangunan makam atau mausoleum itu membutuhkan waktu selama 16 tahun. Belum selesai makam itu dibangun, Timur Lenk
“B
meninggal dunia pada 1405 M. Sehingga, pembangunan kompleks makam Syekh Yassawi pun terhenti. Meski bangunannya masih belum sempurna, mausoleum tersebut bertahan selama berabad-abad sebagai salah satu karya arsitektur terbaik warisan Dinasti Timurid. ●●●
Menurut laman arsitektur, Archnet, pembangunan kompleks makam Yassawi itu merupakan karya pertama arsitektur Timurid. Strukturnya berbentuk persegi empat dengan luas 45,8 x 62,7 meter dan tingginya 38,7 meter. Bangunan itu memanjang dari tenggara ke barat laut. Bangunan ini terdiri dari delapan ruang utama, 27 kamar kecil dan 12 gang. Semuanya berada di dalam satu bangunan yang terbagi menjadi dua lantai. Setelah memasuki pintu masuk, pengunjung akan dibawa ke sebuah aula besar persegi berukuran 18,2 x 18,2 m yang disebut kazandyk (ruang tembaga). Bagian ini ditutup oleh sebuah kubah batu terbesar di Asia Tengah dengan diameter sesuai panjang aula, 18,2 m. Di tengah kazandyk terdapat kuali perunggu yang digunakan untuk ritual keagamaan. Makam Syekh Yassawi (gur khana) terletak di bagian poros barat laut dan sarkofagus terletak tepat di tengah ruangan tersebut. Ruang makam itu ditutup oleh kubah ganda dengan atap bergaris. Kubah di bagian dalam dibuat setinggi 17 meter dan kubah luar dibuat di ketinggian 28 meter. Bagian luar kubah dihiasi batu giok hijau heksagonal
dengan pola emas. Interiornya dihiasi stalaktit alabaster yang dikenal dengan nama muqarnas. Lantai aula dan masjid dilapisi oleh ubin hijau heksagonal. Di bagian barat daya makam itu terdapat sebuah masjid kecil yang berbentuk persegi empat dengan ceruk dalam di salah satu sisinya. Masjid ini ditutup oleh lengkungan kubah. Mihrab masjidnya dihiasi oleh mosaik fayans. Selain dua ruangan penting tersebut, bangunan ini memiliki beberapa ruang pendukung seperti ruang makan (ash khana) dengan dapur (khalim khana) di bagian selatan, perpustakaan (kitab khana) di barat daya, istana kecil (aq saray) di bagian timur laut bangunan, sebuah masjid dan sebuah sumur suci. Bagian dalam bangunan ini dihasi dengan ornamen geometris berwarna biru terang dan bunga-bunga. Di
bagian luar mausoleum ini dilapisi oleh ubin kaca berbentuk geometri dengan ornamen Kufik dan Suls yang diambil dari Alquran. Dalam rencana awalnya, di kompleks makam itu akan dibangun dua menara. Sayangnya, rencana itu tak terwujud karena proyek pengerjaannya terhenti pada 1405. ●●●
Bahan utama yang dipakai untuk pembangunan mausoleum ini adalah ganch, yaitu campuran dari semen, gips, dan tanah liat yang dibakar. Batu ini dibuat di daerah bernama Sauran. Lapisan tanah liat yang ditanam mencapai kedalaman 1,5 meter menjadi pondasi bangunan untuk mencegah rembesan air. Dekorasi kompleks makam itu terkonsentrasi pada bagian luarnya. Hampir semua bagian luar dihiasi dengan ubin kaca. Di bagian permukaan di sebelah utara, timur, dan barat dihiasi mosaik (hazarbaf) membentuk hamparan pola geometris dengan beberapa ukiran Kufik. Meskipun setiap permukaan memiliki pola yang berbeda, ketiganya disatukan bersama dengan balutan batu mosaik pada pola geometrisnya. Tiga permukaan tersebut juga digabungkan dengan inskripsi Nakshi yang menyambung. Konstruksi mausoleum ini menjadi sangat penting bagi perkembangan teknologi bangunan. Arsitektur pemakaman Syekh Yassawi sulit ditandingi, baik dari sisi konstruksi maupun inovasi artistiknya. Betapa tidak. Arsitektur mausoleum itu memadukan kaligrafi, miniatur lukisan Persia, dan literatur yang melahirkan gaya artistik yang berbeda yang dikenal sebagai gaya Timurid. Keseimbangan visual yang ditampilkan mausoleum itu telah menginspirasi arsitektur Mughal India, seperti Makam Humayun dan Taj Mahal. ●●●
Bangunan mausoleum Syekh Yassawi dibangun di atas sisa-sisa benteng yang dulu pernah mengelilinginya. Makam ini terletak di timur laut Turkistan, sebuah pusat perdagangan kuno yang dulu dikenal dengan nama Khazret, lalu setelah itu bernama Yasi. Arsitektur peninggalan Dinasti Timurid itu pertama kali mengalami restorasi pada 1907. Restorasi dilakukan untuk melanjutkan pembangunan mausoleum. Selain itu,
juga membangun kembali dinding luar makam yang rusak berat setelah diserang oleh tentara Tsar pada 1864. Di era kekuasaan Jenderal Tsar Chernyayev, wilayah Turkistan berada di bawah kekuasaan Rusia. Kompleks pemakaman Syekh Yassawi pun dijadikan sebagai gudang militer. Pada 1884, sejumlah insinyur Rusia mulai melakukan serangkaian upaya untuk melihat kerusakan bangunan.
Upaya ini terus dilakukan hingga 1930, namun tanpa hasil. Selama periode itu, tentara Rusia juga menghancurkan Mausoleum Rabia Sultan (putri dari Ulugh Beg) yang berdekatan dengan dengan kompleks Makam Syekh Yassawi dan menggunakan batunya untuk membangun sebuah gedung. Setelah Revolusi Rusia, sejumlah ulama Rusia yang
awalnya berbasis di Tashkent lalu kemudian ke Almaty melakukan studi yang rinci tentang berbagai aspek dari monumen tersebut. Kajian yang dilakukan dari 1951 hingga 1989 itu berhasil membuka pemahaman terhadap sejarah Timurid dan arsitekturnya. Para ulama Rusia itu pun memposisikan monumen tersebut sebagai salah satu kunci untuk mengkaji arsitektur warisan Dinasti Timurid. Peran penting dari bahan penelitian yang disediakan oleh Soviet terhadap penelitian Mausoleum Syekh Yassawi tentu tak bisa diremehkan. Kajian itu berhasil membongkar sebuah misteri dan rahasia mengenai teori dan praktik arsitektur Timurid. Bahkan, para peneliti mampu mengungkap teknik inovatif kubah dan prasasti yang ditemukan di permukaan dekorasi. Selama periode penelitian itu, dilakukan restorasi besar-besaran. Struktur bangunannya dibuat lebih stabil, dekorasinya dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai masa kejayaannya dulu. Pemugaran dan renovasi terbaru bangunan bersejarah itu dilakukan dari 1992 hingga 2000. Proyek restorasi itu dibiayai oleh Pemerintah Turki. Proyek ini menarik perhatian dunia arsitektur. Pemerintah Kazakhstan menominasikan bangunan itu sebagai situs warisan dunia UNESCO. Selama lebih dari enam abad, mausoleum Syekh Yassawi telah menjadi simbol nasional dan bangunan sejarah penting bagi Kazakhstan. Meski penguasa Dinasti Timurid tak menyelesaikan pembangunan mausoleum itu, namun keunikan sejarah bangunan ini telah mengangkat statusnya dibandingkan bangunan lain di Kazakhstan. Maklum saja, makam ini dibangun tokoh besar di Asia Tengah, Timur Lenk. ■ c02 ed: heri ruslan
situs
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
C3
D Z AT U I R Q
Miqat untuk Penduduk Irak MIQAT ADALAH PEMBATAS ANTARA TANAH SUCI DAN TANAH BIASA YANG MENGELILINGINYA.
ada era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, ajaran Islam berkembang semakin pesat. Wilayah kekuasaan Islam pun kian meluas. Kawasan Mesopotamia dan sebagian Persia yang dikuasai Dinasti Sassanid dari Persia berhasil direbut pasukan tentara Muslim. Satu per satu wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi (Bizantium) juga dikuasai umat Islam. Tak heran jika Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Utara, dan Armenia akhirnya menjadi milik Islam. Romawi ditaklukkan pasukan tentara Muslim dalam Perang Yarmuk pada 636 M. Sedangkan, dominasi Dinasti Sassanid di Persia diakhiri pasukan tentara Muslim pada 637 M dalam Perang Qadisiyyah, di dekat Sungai Eufrat. Dalam petempuran itu, pasukan Islam di bawah komando Sa’ad bin Abi Waqqas berhasil mengalahkan kehebatan tentara Persia. Bahkan, Jenderal Sasanid yang masyhur, Rustam Farrukhzad, tewas dalam pertempuran itu. Sejak itulah Islam mulai bersemi di Irak. Perlahan namun pasti, penduduk Irak pun menjadi Muslim. Sebagai pemeluk Islam, mereka harus menunaikan rukun Islam yang lima. Salah satunya adalah menunaikan ibadah haji. Saat itu, sempat terjadi masalah karena penduduk Irak belum memiliki miqat. Miqat merupakan batas dimulainya ibadah haji (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah. Sebelumnya, Rasulullah SAW telah menetapkan empat miqat bagi jamaah haji yang ingin memasuki Tanah Suci, yaitu di
P
Jeddah Tempat Miqat? BIGCACHE.GOOGLEAPIS.COM
Dzulhulifah, Juhfah, Qarnul Manazil, dan Yalamlam. Penduduk Irak pun berbondongbondong bertanya kepada Amirul Mukminin tentang miqat bagi mereka. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ketika dua kota ini (Bashrah dan Kufah) dikuasai oleh Islam, orang-orang berdatangan menghadap Umar dan berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasulullah SAW telah menetapkan Qarnul Manazil sebagai miqat bagi penduduk Najd, tetapi tempat itu menyimpang dari jalan yang kami lalui. Kalau kami harus melewati Qarnul Manazil, kami mengalami kesukaran.’ Umar berkata, ‘Coba kamu lihat arah yang setentang dengan Qarnul Manazil pada jalan yang kamu lalui’.” Kemudian, Umar menetapkan Dzatu Irq sebagai miqat bagi mereka. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith al-Nabawi, Dzatu Irq berarti asal mula sesuatu atau sesuatu yang sedikit. Tempat ini menjadi jalan bagi masyarakat Irak dan sekitarnya menuju Makkah. Lokasinya terletak 90 km dari Makkah, terletak di timur laut Tanah Suci. “Tempat ini adalah daerah batas antara Najed dan Tihamah, di dekat Authas,” ujar Dr Syauqi. Di tempat itu terdapat banyak rumah, pepohonan, dan masjid. Airnya bersumber dari berbagai kolam yang ada di tempat tersebut. Daerah ini disebut dengan Irq karena terletak di dekat Gunung Irq di dekat lembah al-Aqiq. ●●●
Secara harfiah, miqat berarti lokasi tempat seorang jamaah haji berihram, sebelum ia memasuki Tanah Suci. Miqat adalah pembatas antara Tanah Suci dan tanah biasa yang mengelilinginya. Seorang jamaah haji atau umrah tidak boleh memasuki Tanah Suci tanpa berihram terlebih dahulu. Miqat terbagi menjadi dua bagian: miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani adalah yang berhubungan dengan waktu, yaitu kapan haji dilakukan. Dalam surah alBaqarah ayat 189 disebutkan mengenai
● Bandara King Abdul Aziz, Jeddah
elaksanakan haji merupakan rukun Islam yang kelima. Perintah menunaikan ibadah haji tercantum dalam Alquran surah al-Hajj ayat 27. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” Salah satu syarat yang harus dilakukan oleh para jamaah adalah dengan berihram sebelum memasuki Tanah Suci. Rasulullah telah menentukan daerah-daerah mana saja yang menjadi miqat. Bahkan, masyarakat Makkah sekali pun harus melakukan ihram di luar Kota Makkah apabila mereka ingin menunaikan ibadah haji atau umrah. Lajnah Daimah untuk Riset Ilmiah dan Fatwa telah menetapkan jamaah haji tak bisa berihram di Jeddah. Fatwa itu
M
dikeluarkan ulama Arab Saudi karena munculnya buku berjudul Adillatul Itsbat Anna Jaddah Miqat. Dalam buku itu, penulisnya berusaha menambah satu miqat tambahan di luar miqat yang ada dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Dalam buku tersebut, penulis beranggapan Jeddah menjadi miqat bagi orang yang datang dengan pesawat. Itu karena perjalanan tersebut para jamaah boleh menunda ihram mereka setelah sampai di Jeddah. Menurut penulis buku itu, Jeddah sejajar dengan dua miqat, yaitu Juhfah dan Sa’diyah. Menurut Lanjah Daimah, hal ini sangatlah keliru karena Jeddah berada di dalam wilayah miqat. Orang yang datang ke Jeddah berarti sudah melalui salah satu miqat yang ditetapkan oleh Rasulullah atau berada dalam posisi sejajar dengannya baik di darat, laut, maupun udara. ■ c02 ed: heri ruslan
ketentuan waktu haji. “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji’.” Sedangkan, miqat makani berhubungan dengan tempat. Rasulullah telah menentukan empat lokasi miqat bagi jamaah haji untuk berihram. Hal tersebut didasarkan oleh hadis berikut. Ibnu Abbas RA berkata: “Bahwa Nabi SAW telah menentukan tempat permulaan ihram bagi penduduk Madinah di Dzulhulifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Nejed di Qarnul Manazil, dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam.” Dan, beliau bersabda, “Tempat-tempat itulah untuk (penduduk) mereka masingmasing dan untuk orang-orang yang datang di tempat-tempat tadi yang bermaksud hendak mengerjakan ibadah haji dan umrah. Adapun orang-orang yang tinggal (di dalam daerah miqat), maka dia (berihram) dari tempatnya sehingga orang Mekah pun supaya memulai ihramnya dari Makkah pula.” Untuk penduduk Madinah, Rasulullah menetapkan Dzul Hulaifah yang sekarang disebut dengan Abyar Ali. Juhfah menjadi tempat miqat bagi penduduk Syam (Suriah dan sekitarnya). Juhfah ini terletak di padang tak berpenghuni di dekat Rabigh. Melakukan ihram dari Rabigh dapat dikatakan berihram di miqat karena letaknya sebelum Juhfah. Selain itu, desa Juhfah kini tidak ada lagi sehingga Rabigh menjadi miqat bagi orang Suriah. Untuk penduduk Nejed, miqatnya berada di Qarnul Manazil yang kini disebut dengan as-Sail. Tempat ini terletak sekitar 94 km di sebelah timur Makkah atau sekitar 220 km dari Pelabuhan Udara King abdul Aziz di Jeddah. Dan bagi penduduk Yaman, miqat berada di Yalamlam yang berjarak 93 km dari Makkah. ●●●
Orang yang melintasi miqat dengan tujuan Makkah untuk berhaji atau menunaikan umrah, wajib berihram dari miqat-miqat tersebut.
Disyariatkan kepada jamaah yang menempuh perjalanan udara dan laut untuk bersuci terlebih dahulu sebelum menaiki kedua transportasi tersebut. Setelah mendekati daerah miqat dari manapun mereka datang, para jamaah tersebut diwajibkan berihram lalu berniat umrah atau haji sambil bertalbiyah. Seseorang tidak diwajibkan berihram apabila ia akan pergi ke Makkah untuk tujuan niaga atau bekerja. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah, “Miqat-miqat itu untuk penduduk-penduduk wilayah itu, juga untuk penduduk daerah lain yang hendak haji atau umrah yang melintasi miqat-miqat itu.” Hal ini pernah dilakukan Rasulullah ketika datang ke Makkah pada saat Pembebasan Makkah. Saat itu, Nabi SAW tidak berihram karena tidak sedang melaksanakan umrah atau haji. Beliau bahkan mengenakan serban yang dililitkan pada topi baja. Apabila seseorang tinggal di Makkah dan ingin berhaji, dia harus keluar dari kota suci itu menuju daerah miqat dan berihram di sana. Setelah itu, barulah boleh masuk kembali ke Makkah. Sedangkan yang rumahnya jauh dari miqat, ia boleh memilih apakah akan berihram dari miqat terdekat atau berihram dari tempat tinggalnya. Hal itu dijelaskan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Abbas ketika beliau menjelaskan ketentuan miqat. “Dan orang yang bertempat tinggal di kawasan sebelum miqat (diukur dari Makkah), tempat ihramnya adalah dari keluarganya (rumahnya). Hingga, penduduk Makkah pun berihram dari rumahnya.” ■ c02 ed: heri ruslan
tema utama uasa merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia dan disyariatkan dalam Islam. Dan setiap ibadah itu, tentu saja mengandung hikmah dan tujuan. Shalat misalnya, tujuannya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS alAnkabuut ayat 45). Demikian pula dengan puasa, tujuannya secara tegas dijelaskan dalam Alquran surah al-Baqarah [2]: 183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah, yakni mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang Allah. Berkaitan dengan hal ini, Rasul SAW menegaskan bahwa sesungguhnya puasa itu ada tiga tingkatan, yakni puasanya orang awam, puasa khawas, dan puasanya khawasul khawas. Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar dari
P
TUJUAN DAN KEUTAMAAN PUASA terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan puasanya orang khawas adalah menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor, mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan kakinya dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Sementara telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Puasa khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih. Adapun puasanya khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk menahan seluruh anggota pancaindera,
tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para ulama, inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang akan diberikan oleh Allah secara langsung. Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. (Hadis Qudsi). Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa sebagaimana penjelasan QS AlBaqarah [2] ayat 183 di atas. Ahli Tafsir terkemuka Muhammad Ali a-Sabuni mengatakan, ibadah puasa memiliki yang sangat besar. Pertama, puasa menjadi sarana
pendidikan bagi manusia agar tetap bertakwa kepada Allah SWT. Kedua, puasa merupakan media pendidikan bagi jiwa untuk tetap bersabar dan tahan dari segala penderitaan dalam menempuh dan melaksanakan perintah Allah SWT. Ketiga, puasa menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan terhadap orang lain sehingga tumbuh rasa empati untuk menolong sesama yang membutuhkan. Keempat menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT. Selain memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Badan
C4
RAMADHAN BAGI UMAT NABI MUHAMMAD SAW MULAI TURUN PADA 10 SYA’BAN, SATU SETENGAH TAHUN (18 BULAN) SETELAH UMAT ISLAM HIJRAH KE MADINAH.
Oleh Heri Ruslan
NABI IBRAHIM AS TERKENAL DENGAN KEGEMARANNYA BERPUASA, TERUTAMA PADA SAAT HENDAK MENERIMA WAHYU DARI ALLAH SWT. radisi dan kewajiban puasa tak hanya berlaku pada umat Nabi Muhammad SAW. Surah alBaqarah [2] ayat 183, yang menjadi landasan perintah berpuasa bagi umat Rasulullah, menyebutkan bahwa kewajiban ibadah puasa telah diberikan kepada umat-umat sebelumnya. Menurut sejarawan Muslim legendaris, Ibnu Katsir, ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Nabi Adam, kata dia, berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa Adam berpuasa pada 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah. Riwayat lain menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu diturunkan dari taman surga oleh Allah. Ada juga yang mengatakan Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam berpuasa dalam rangka
T
dalam Peradaban Islam Oleh Heri Ruslan
ecara bahasa, puasa berasal dari bahasa Arab, Shaum (jamaknya Shiyam) yang bermakna al-Imsak (menahan), sedangkan menurut istilah, puasa itu menahan makan dan minum serta semua yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Ulama terkemuka Syekh Wahbah azZuhaili mendefinisikan puasa sebagai menahan diri dari segala keinginan syahwat, perut serta faraj (kemaluan), dan dari segala sesuatu yang masuk ke kerongkongan, baik berupa makanan, minuman, obat, dan semacamnya pada waktu tertentu—mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Menurut Syekh az-Zuhaili, puasa dilakukan oleh Muslim yang berakal, tidak haid, dan juga tidak nifas dengan melakukannya secara yakin. Setiap Muslim yang beriman diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. Perintah berpuasa telah ditegaskan dalam surah al-Baqarah [2] ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” Perintah berpuasa Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW mulai turun pada 10 Sya’ban, satu setengah tahun setelah umat Islam hijrah ke Madinah. “Ketika itu, Nabi Muhammad baru saja diperintahkan untuk mengalihkan arah kiblat dari Baitulmakdis (Yerusalem) ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi,” tulis Ensiklopedi Islam. Puasa Ramadhan dimulai ketika melihat
S
HOLLYCHASE
atau menyaksikan bulan pada awal bulan tersebut. Apabila langit dalam keadaan berawan yang mengakibatkan bulan tak dapat dilihat dan disaksikan, bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Kewajiban puasa sebulan penuh pada Ramadhan baru dimulai pada tahun kedua Hijriah. Itu artinya, umat Nabi Muhammad SAW secara turun-temurun telah melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan selama 1.430 kali. Tahun ini, Ramadhan memasuki tahun 1432 H. Lalu, apakah ada kewajiban puasa bagi umat Rasulullah sebelum puasa Ramadhan? Sebelum turunnya ayat yang memerintahkan puasa wajib di bulan Ramadhan, menurut H Sismono dalam Puasa pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, pada mulanya kaum Muslimin memandang puasa Asyura (10 Muharam) sebagai hari puasa wajib mereka. Keyakinan tersebut mungkin mengacu kepada puasa yang dilaksanakan umat Yahudi pada Hari Raya Yom Kippur yang jatuh pada tanggal 10 bulan Tishri. Hari Asyura merupakan hari raya terbesar umat Yahudi dan hingga saat ini masih dirayakan oleh orang-orang Yahudi Khaibar (dekat Madinah). Mereka yang melaksanakan puasa pada hari itu akan mengenakan pakaian yang serbaindah, berbelanja makanan, minuman, dan lain sebagainya. Imam Syafii pernah mengutip hadis Nabi SAW yang menyatakan, “Sangat disukai berpuasa tiga hari, yakni hari kesembilan, kesepuluh, dan kesebelas Muharam.” Imam Hanafi juga berkata, “Tak ada yang salah dalam urusan hari Asyura, selain berpuasa pada hari itu saja. Orangorang Rawafidh mengada-adakan bid’ah kesedihan pada itu; orang-orang jahil Suni mengada-adakan bid’ah kesukaan.’’ Menurut riwayat lain, sebelum turunnya perintah puasa Ramadhan, Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya serta kaum Muslimin melaksanakan puasa pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Qomariyah. Selain itu, mereka juga biasa berpuasa tanggal 10 Muharam, sampai datang perintah puasa wajib di bulan Ramadhan. Berdasarkan penjelasan di atas, tam-
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
C5
Puasa Umat Terdahulu
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Ibadah puasa dapat memenuhi semua dimensi standar kesehatan yang ditetapkan oleh WHO itu. Bahkan, Dokter Alexis Carrel (1873-1944) yang pernah meraih hadiah Nobel dua kali menyatakan, Apabila pengabdian, shalat, puasa, dan doa yang tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, itu artinya kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat itu. Ahmad Syarifuddin dalam Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, mengungkapkan, rumusan kesehatan psikis yang ditetapkan WHO ini bisa dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal, puasa bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa sebagai buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan (rabbani). ■
RIWAYAT SHAUM PERINTAH BERPUASA
tema utama
BOSTON
Oleh Heri Ruslan
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
mendoakan putra-putrinya. Selain itu, ada pula yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya tobat Adam oleh Allah. “Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumat, diturunkan di bumi pada hari Jumat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumat, dan wafat pun pada hari Jumat.” (HR Bukhari). Walaupun dalam Alquran maupun hadis tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Adam dan generasi sesudahnya, tetapi ada petunjuk-petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para rasul terdahulu itu adalah agama monoteisme yang mengajarkan kepercayaan pada keesaan Tuhan (Allah). Lalu, bagaimana dengan Nabi Nuh AS. Menurut sebuah riwayat, Nabi Nuh yang berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun, seperti puasanya Nabi Adam. Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Allah dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terkatung-katung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar, seraya bertobat kepada Allah. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip Ibnu Majah tentang puasa Nuh. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Puasa Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha.” Dalam riwayat lainnya, Abu Qatadah dari Zaid bin Rabah Abu Faras, mendengar Abdullah bin Amr berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Nuh berpuasa satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha. Daud berpuasa setengah tahun. Ibrahim berpuasa tiga hari setiap bulan, berpuasa satu tahun dan berbuka satu tahun.” Menurut Ibnu Katsir, hadis itu dican-
tumkan al-Haitsami pada ath-Thabari. “Namun, saya belum mendapatkannya,” kata Ibnu Katsir. Nabi Ibrahim AS juga terkenal dengan kegemarannya berpuasa, terutama pada saat hendak menerima wahyu dari Allah, yang kemudian dijadikan suhuf Ibrahim itu. Puasa menurut agama Ibrahim dilaksanakan oleh Ismail, putra Ibrahim yang terkenal taat beribadah; dan puasa Ibrahim diikuti pula oleh Ishaq (putra Ibrahim dari Sarah). Nabi Ya’qub terkenal sebagai orang tua dan rasul yang gemar berpuasa, terutama untuk keselamatan putra-putranya. Sementara Nabi Yusuf berpuasa ketika berada dalam penjara bersama para terhukum lainnya. Kebiasaan berpuasa ini juga beliau terapkan ketika menjadi pembesar Mesir dan menjabat sebagai menteri perekonomian negeri tersebut. “Karena aku khawatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin,” ujar BIBLE.CA
● Ilustrasi Umat Nabi Musa AS
● Ilustrasi Umat Nabi Nuh AS
Nabi Yusuf. Sedangkan Nabi Yunus berpuasa dari makan dan minum saat berada dalam perut ikan besar selama beberapa hari, kemudian berbuka puasa setelah dimuntahkan kembali dari dalam perut ikan itu. Untuk berbuka, dikisahkan, beliau memakan buah semacam labu yang tumbuh di tepi pantai. Nabi Ayub berpuasa pada waktu hidup dalam serba kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun, sampai akhirnya lepas dari cobaan itu. Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dan sebagai orang tua yang banyak melakukan puasa dalam rangka bertakwa kepada Allah, di samping dalam rangka hidup sederhana dan untuk kelestarian generasi sesudahnya. Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam dalam persiapan menerima wahyu dari Allah di Bukit Sinai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ilyas ketika akan pergi ke Gunung Horeb untuk menerima wahyu dari Allah. Sedangkan, Nabi Isa mulai berpuasa ketika mulai tampil di muka umum untuk menyatakan dirinya sebagai rasul. Nabi Daud biasa berpuasa secara berselang, sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari
pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya, dan terus-menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi. Jadi, boleh dibilang tradisi puasa sama tuanya dengan peradaban manusia. Menurut ulama terkemuka, Syekh Wahbah az-Zuhaili, kewajiban puasa Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW mengandung begitu banyak faidah, baik material maupun spiritual. “Pelaksanaan puasa merupakan perwujudan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, yang dapat menjauhkan seorang Muslim dari siksaan Allah SWT, karena puasa merupakan sarana penebus dosa,” ujar Syekh az-Zuhaili. Selain itu, kata dia, puasa juga menjadi sarana pendidikan moral yang dapat melahirkan perangai-perangai luhur. Menurut Syekh az-Zuhaili, puasa bisa menjadi alat yang ampuh untuk memerangi hawa nafsu. Puasa mengajarkan kejujuran, kesabaran, kedisiplinan, menjernihkan pikiran. Dalam konteks hubungan sesama manusia, puasa dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang tinggi. ■
TRADISI PUASA DALAM AGAMA LAIN
WH
AT IS
EID
paklah bahwa puasa Asyura tak ada hubungannya dengan peringatan wafatnya Husain bin Ali bin Abi Thalib yang biasa diperingati oleh penganut Syiah. Namun demikian, sebagian umat Islam, termasuk di Indonesia, ada yang rutin melaksanakan puasa Asyura. Rasulullah pun terbiasa berpuasa pada hari Asyura. Bahkan, Rasul SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk juga berpuasa pada hari itu. Menurut Ibnu Umar RA, Rasulullah pernah berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh dia (Ibnu Umar) untuk berpuasa juga. Namun, saat datang perintah puasa Ramadhan, puasa Asyura itu ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Tentang perintah Rasulullah untuk berpuasa Asyura, menurut Bukhari, Ahmad dan Muslim adalah sesudah beliau tiba di Yatsrib (Madinah). Tepatnya, sekitar setahun setelah Rasul SAW dan sahabat-sahabatnya tinggal di Madinah. Menurut riwayat, Rasul SAW tiba di kota itu pada Rabiul Awal, sedangkan perintah puasa Asyura itu disampaikan pada awal tahun kedua. Kemudian, pada tahun kedua hijrah saat memasuki bulan Ramadhan, turunlah wahyu yang berisi perintah kepada umat Islam akan diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan. Dan puasa Asyura hanya satu kali dilaksanakan sebagai puasa wajib. Wajib puasa Perintah untuk melaksanakan puasa Ramadhan ini diwajibkan kepada setiap Muslim, terutama yang sudah dewasa (baligh), dan tidak diwajibkan pada anakanak, orang sakit, tua, dan lemah, serta orang yang sedang dalam perjalanan (musafir). Kewajiban itu berlaku selama sebulan dalam setahun. Mengapa puasa itu diwajibkan pada bulan Ramadhan, tidak di bulan lainnya seperti Syawal, Muharram, Rabiul Awal, atau lainnya? Tidak ada penjelasan yang komprehensif mengenai masalah ini. Tentu saja, semua itu adalah rahasia Allah. Namun, sejumlah pihak menduga, ada beberapa hal yang menjadi sebab diwajibkannya puasa pada bulan itu, yakni pada bulan tersebut Allah menurunkan
wahyu pertama Alquran kepada Nabi Muhammad. Menurut pendapat yang muktabar, wahyu pertama diturunkan pada malam 17 Ramadhan saat Rasul SAW sedang bertafakur di Gua Hira. Dan pada malam itu pula, Rasul SAW dikukuhkan sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Selain itu, pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang kemuliaannya lebih baik daripada seribu bulan. (QS Al-Qadar [97]: 1-5). Itulah malam Lailatul Qadar. Dan keutamaan lainnya yang terdapat pada bulan Ramadhan dan tidak ditemukan di bulan lainnya adalah shalat Tarawih. Rasulullah SAW bersabda, barang siapa yang berdiri melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan keikhlasan (karena Allah), maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari). ■
Macam-macam
PUASA
alam Islam, dikenal berbagai macam puasa. Pertama, puasa wajib, yang meliputi puasa Ramadhan, puasa kafarat (denda atau tebusan), dan puasa nazar. Puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan seseorang karena sebab-sebab tertentu, seperti bersetubuh di siang hari bulan Ramadahan, sedangkan puasa nazar adalah puasa yang diwajibkan atas seseorang karena suatu nazar. Kedua, puasa haram. Puasa bisa menjadi haram hukumnya jika dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Puasa pada hari tasyrik atau 11, 12, dan 13 Zulhijah juga hukumnya haram. Bahkan, puasa sunah seorang istri yang dilakukan tanpa izin suaminya juga hukumnya haram. Puasa yang dilakukan seorang wanita dalam keadaan haid dan nifas juga haram. Ketiga, puasa sunah. Salah satunya, puasa Senin-Kamis, serta puasa Nabi Daud AS—sehari puasa, besoknya tidak. Keempat, puasa makruh. Puasa jenis ini terbagi menjadi tiga macam. Pertama, puasa hari Jumat, kecuali beberapa hari sebelumnya telah puasa. Kedua, puasa wisal, yakni puasa yang dilakukan secara bersambung tanpa makan dan minum pada malam harinya. Ketiga, puasa dahri atau puasa yang dilakukan secara terus-menerus. ■
D
Oleh Syahruddin El-Fikri Sismono dalam bukunya yang berjudul Puasa pada Umat-umat Dulu dan Sekarang menyebutkan, puasa sudah dikenal oleh bangsa dan kaum yang hidup sebelum datangnya Islam. Seperti puasa yang dilakukan oleh bangsa Mesir kuno, Yunani kuno, Romawi Kuno, Zoroaster, Majusi, Yahudi, Nasrani, Cina kuno, Jepang kuno, Buddha, Hindu, Manu, dan Konghucu. Caranya puasanya pun bermacam-macam. Tentu saja, tujuan dan motivasi puasa setiap agama pun berbeda-beda. Semua itu menunjukkan bahwa puasa merupakan tradisi dan kebiasaan dalam setiap agama dan umat-umat terdahulu. Berikut ini tradisi puasa pada peradaban dan agama lain:
H
hari-hari tertentu, terutama ketika menghadapi musuh, dengan maksud agar memperoleh kemenangan. Mereka biasa berpuasa pada Oktober yang biasa disebut puasa Ceres. Kebiasaan ini kemungkinan pengaruh dari orang-orang Yunani Hellenis yang berpuasa dalam rangka memuja dewa Attis.
YAHUDI
DNACONSULTANTS
BANGSA MESIR Pemeluk agama Mesir kuno (penyembah berhala) melakukan puasa untuk menghormati tuhan matahari dan Sungai Nil sebelum adanya tuhan-tuhan lainnya. Pengabdian kepada matahari dan Sungai Nil tersebut karena manfaat yang mereka rasakan. Orang-orang Mesir kuno juga melakukan puasa agar bisa menjalin hubungan dengan para dewa. Karena itu, mereka mendirikan kuilkuil pemujaan. Upacara pemujaan terhadap para dewa ini secara teoretis dibawakan oleh Sang Raja, tetapi kenyataannya sering juga dibawakan oleh deputi atau para pendetanya.
YUNANI KUNO Puasa juga dikenal di kalangan pemeluk agama Yunani kuno. Puasa tersebut dilaksanakan oleh laki-laki maupun perempuannya. Bagi kaum perempuan Yunani kuno, puasa sangat dipentingkan sebagai kewajiban yang datang dari para pendeta atau mereka wajibkan sendiri. Orang-orang Yunani kuno mengambil tradisi puasa orang-orang Mesir kuno, kemudian mereka mewajibkan puasa tersebut di kalangan mereka. Meski mengadopsi tradisi Mesir kuno, namun puasa orang Yunani kuno dikerjakan dengan tata cara mereka sendiri. Misalnya, para wanita melakukan puasa dengan cara duduk di atas tanah dengan menunjukkan perasaan duka nestapa. Sebagian orang Yunani kuno berpuasa beberapa hari secara berturut-turut, terutama menjelang peperangan berlangsung.
ROMAWI KUNO Pemeluk agama Romawi kuno sebagaimana halnya dengan bangsa Yunani (Hellas) menganut politeisme, yakni menyembah banyak dewa. Mahadewa Yunani bernama Zeus, sedangkan mahadewa bangsa Romawi adalah Yupiter. Orang-orang Romawi kuno berpuasa pada
keras, sedangkan puasa hanya akan melemahkan tenaga untuk bekerja. Zoroaster juga melarang orang mengurangi makan dan minum. Bahkan, memerintahkan orang memakan makanan yang baik-baik, sehat dan sempurna.
MANU Puasa juga dikenal di kalangan para pemeluk agama Manu, sebuah keyakinan yang lahir pada abad ke-3 SM di wilayah Babilonia. Manu, seorang bekas pendeta Nasrani, mengajarkan kehidupan zuhud, hidup serba sederhana dan harus menyingkirkan diri dari pergaulan masyarakat, bahkan tidak perlu membangun sesuatu pun. Umumnya para pengikut Manuisme menganggap puasa sebagai bentuk ibadah yang suci dan luhur. Puasa menurut Manuisme, merupakan ajaran yang tampak sebagai usaha menekan nafsu-nafsu jahat.
CINA KUNO
mat Yahudi atau Bani Israil adalah keturunan Ya’qub putra Ishaq putra Ibrahim. Ya’qub itulah yang biasa dipanggil Israil. Umat Yahudi adalah umat yang taat dalam kepercayaan mereka terhadap Taurat, taat beribadah, dan kaya dengan upacara keagamaan. Puasa pada umat Yahudi tidak kita dapati uraian secara rinci dan jelas dalam kitab Taurat (Perjanjian Lama), kecuali sekadar pujian dan anjuran saja kepada yang melakukannya. Mereka berpuasa, sebagaimana puasa yang dilakukan oleh Nabi Musa sewaktu menerima wahyu di Bukit Sinai.
U
ZOROASTER
Masyarakat Cina kuno yang menganut ajaran Taoisme dan Konfusianisme juga mengenal tradisi berpuasa. Orang-orang Cina kuno berpuasa pada hari-hari biasa, sedangkan pada hari-hari tertentu seperti ketika terjadi banyak fitnah dan bencana, mereka mengharuskan diri berpuasa, dengan tujuan agar terhindar dari fitnah dan bencana itu. Sementara itu, orang-orang Tibet membiasakan menahan diri dari makan dan minum selama 24 jam berturut-turut tanpa makan sedikit pun, sampai-sampai air liur pun tidak boleh ditelan, dengan tujuan magis maupun religius.
K
HINDU
Menurut catatan kuno, agama Shinto di Jepang dikatakan orang sebagai agama yang para penganutnya dikenal sebagai ‘orang-orang yang berpantang’. Siapa saja tidak boleh menyisir rambut, mencuci, makan daging, maupun mendekati wanita-wanita. Kedudukan badan hukum alim-ulama yang turun-temurun dan disebut dengan Imbe, berfungsi untuk menyiapkan selamatan-selamatan bagi para dewa, karena telah melakukan pantang dari segala pengotoran atau segala hal yang tidak suci.
Di dalam kitab Injil atau Perjanjian Baru yang diimani oleh umat Kristen, baik itu Katolik Romawi, Kristen Protestan, maupun Kristen Advent memang tidak kita dapati ajaran tentang puasa secara jelas dan rinci, selain sekadar sebutan bahwa puasa sebagai bentuk ibadat yang terpuji dan sanjungan bagi orangorang yang berpuasa. Dalam Injil Barnabas bisa ditemukan secara panjang lebar tentang ajaran puasa sebagai syariat yang diwajibkan, yang bersumber pada
Para penganut Hindu di Bali hingga sekarang masih melaksanakan ajaran puasa, terutama pada Hari Raya Nyepi, yaitu hari raya pergantian tahun Saka, yang berselisih 78 tahun dari tahun Masehi.
BUDDHA
GGPHT
uasa dalam ajaran Buddhisme berhubungan dengan perbuatan-perbuatan normal (biasa) yang digemari oleh kalangan kebiaraan, yaitu tidak makan antara pukul 12 siang sampai pagi hari berikutnya. Tetapi, tetap dibolehkan meminum air selama berpuasa. Ini merupakan kebiasaan harian para pendeta Buddha. Cara ini diikuti oleh orang-orang luar sebagai tata tertib yang mempunyai faidah khusus dan yang menjadi kewajiban pada waktu liburan agama Buddha, yakni pada bulan baru bulan purnama. Sedangkan di kalangan pendeta Vajjiam, mereka hanya dibolehkan makan pada waktu matahari tergelincir.
P
TASAWUF
SINTO
KRISTEN ebiasaan berpuasa juga dikenal di kalangan para pemeluk agama Zoroaster. Agama ini dikenal pada abad ke-8 SM di Persia. Di kalangan pemeluk Zoroaster dikenal puasa yang disebut ‘puasa tolak bala bencana’ (deprecated fasting). Namun, dalam kitab al-Milal Wan-Nihal terdapat keterangan bahwa agama tersebut melarang seseorang berpuasa. Karena, agama Zoroaster mengajarkan agar seseorang bekerja
puasa yang dijalankan oleh Yesus sendiri, seperti tersebut dalam kutipan surat 14 ayat 16. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam. Dengan munculnya Paulus yang mengajarkan Paulinisme, maka ajaran puasa dalam Perjanjian Baru menjadi berubah, bahkan dihapuskan, karena dianggap sebagai syariat yang memberatkan para pengikut Kristus dan dianggap sebagai penghalang bagi orang-orang yang akan menganut Paulinisme. Karena itu, Paulus tidak memperketat atau mempertegas ajaran puasa; bahkan sekarang umat Kristen tidak lagi mengenal kewajiban puasa. Dr Ahmad Shalabi dalam buku Perbandingan Agama memaparkan, puasa di kalangan umat Nasrani meliputi puasa hari Rabu yang merupakan hari pengkhianatan terhadap Nabi Isa hingga tertangkap, dan puasa pada hari Jumat. Sesudah itu puasa Natal selama 43 hari yang berakhir pada hari Natal, dan puasa Agung selama 55 hari, yang 40 hari merupakan puasa yang dilakukan Nabi Isa ditambah dua minggu (dua pekan) sebagai persiapan dan penderitaan. Dalam menjalankan puasa-puasa tersebut mereka tidak dibenarkan memakan daging hewan apa pun juga atau apa saja yang bersifat hewani. Yang dibolehkan hanyalah jenis-jenis tumbuhan.
itual berpuasa juga dikenal di kalangan para pendeta Hindu (Brahmana). Para pengikut Brahmanisme memang dikenal sangat fanatik, sangat patuh terhadap perintah puasa yang dibuat oleh para pendeta Brahma. Sejak masa kanak-kanak para pengikut Brahmanisme telah mengenal aturan puasa yang sangat keras. Terutama pada aliran Yogi, ada yang berpuasa sampai 10 hari atau 15 hari bahkan lebih lama lagi dari itu, tidak memakan sesuatu apa pun, atau paling tidak hanya minum beberapa tetes air. Penganut Hindu-Brahma juga terbiasa berpuasa pada hari ke-11 setelah munculnya bulan baru dan bulan penuh. Sementara pemuja Syiwa juga berpuasa tiap hari Senin pada November. Wanita-wanita Hindu lama (kuno) biasa berpuasa kalau suami atau kekasih mereka pergi berperang. Kebiasaan ini terutama dilakukan oleh para wanita di kalangan keraton, dengan alasan agar menang perang.
R
Praktik puasa bagi para penganut tasawuf (kaum sufi) merupakan praktik ibadah yang tidak asing, bahkan merupakan salah satu dari macam-macam disiplin ibadah dan syariat yang harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan, kecintaan, keikhlasan, kezuhudan, ketakwaan, keimanan, kerendahan diri, dan penuh harap. Sehingga, bisa dikatakan puasa bagi kaum sufi merupakan persiapan dan jalan menuju makrifat. Untuk itu, mereka melaksanakan puasa, baik yang wajib maupun yang sunah.
KEBATINAN Puasa di kalangan penganut kebatinan di Indonesia sangat banyak variasinya. Begitu juga dengan dasar dan motifnya, sesuai dengan macam alirannya. Misalnya, puasa pati geni yang dilakukan selama sembilan hari penuh. Selama delapan hari berpuasa biasa dengan berbuka sedikit ketika terbenam matahari; sedangkan pada hari kesembilan tidak berbuka puasa hingga hari berikutnya pukul 09.00 baru berbuka. Mereka pantang makan lauk pauk, makan sayuran, dan lainnya. Serta ada pula aliran kebatinan yang mengajarkan puasa tiap Senin dan Kamis. ■ ed: Heri Ruslan
wawancara
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
C6
DR IMAM SUKARDI
PTAIN Berperan Deradikalisasi K FOTO-FOTO: DAMANHURI ZUHRI
amis (28/7) lalu menjadi hari yang bersejarah bagi civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Pada hari itu, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) itu secara resmi berubah status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi IAIN. Salah satu tantangan yang tengah dihadapi IAIN adalah munculnya gejala radikalisme berbasis agama di kalangan umat. “Perguruan Tinggi Agama Islam, termasuk IAIN
Apa dampak perubahan dari STAIN Surakarta menjadi IAIN? Secara internal organisatoris, perubahan itu berdampak pada penambahan lembaga struktural. IAIN Surakarta merupakan perguruan tinggi Islam alternatif yang diprakarsai oleh almarhum Munawir Syadzali. Tujuan utamanya untuk mencetak ulama intelek dan intelek ulama. IAIN Surakarta didirikan untuk menampung lulusan madrasah aliyah program khusus yang pernah didirikan oleh Kementerian Agama. Sehingga mereka benar-benar bisa mendalami agama Islam melalui pendalaman dua bahasa (Arab dan Inggris) dan materi-materi keislaman. IAIN Surakarta bercita-cita untuk menghasilkan ulama intelek dan intelek ulama, yang benar-benar dapat mendalami agama Islam dan memahaminya secara inklusif, penuh keterbukaan, toleransi, dan menjaga harmoni dalam kehidupan keberagamaan di Indonesia. Tentunya, sesuai dengan sifat agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Perubahan status dari STAIN menjadi IAIN diharapkan kualitasnya menjadi lebih baik. Pada titik ini, perlu tindakan besar dan pikiran besar guna memenuhi targettarget pendidikan Islam, yang memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat pendidikan modern. Tanpa tindakan dan pikiran besar ini, perubahan kelembagaan hanya akan memakan anggaran besar, tetapi miskin kreativitas, inovasi, dan capaian-capaian prestasi yang berguna bagi pembangunan bangsa. Kontribusi apa yang bisa diberikan IAIN Surakarta kepada umat Islam Indonesia? Tantangan yang paling nyata dilihat dari perspektif peran keilmuan PTAI termasuk IAIN adalah munculnya radikalisme berbasis agama, yang mengancam integrasi bangsa. Beberapa disiplin ilmu keislaman yang diajarkan di PTAI belum mampu mencairkan kekakuan keberagamaan masyarakat dan belum menjadi lembaga yang otoritatif. Masyarakat, dalam batas-batas tertentu, lebih memilih pemahaman radikal yang diperoleh dari lembaga-lembaga tidak resmi. Padahal PTAI, termasuk IAIN Surakarta, sejatinya dapat memainkan peran deradikalisasi. Memahami agama secara inklusif, toleran, terhadap pemeluk agama yang berbeda sekte dan memiliki keyakinan yang berbeda. Dalam konteks ini, IAIN Surakarta merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Islam negeri yang berada di pusat peradaban Jawa. Surakarta adalah kota dengan warisan sejarah yang sangat kaya dan telah menarik minat penelitian para sarjana, baik Barat maupun domestik. Sebagai kota peninggalan Kerajaan Mataram Islam, Surakarta sangat tepat menjadi tempat pengembangan keislaman dan kejawaan. Di sini, telah terjadi simbiosis antara Islam dan budaya. Istilah Islam Jawa sendiri sejak pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java (1816) dan Clifford Geertz Religion of Java (1960-an) telah ikut menganyam sendi-sendi sejarah dan peradaban Jawa. Keberadaan IAIN di Surakarta ini,
nculkan nilai-nilai karakter unggulan bangsa, seperti suka bekerja keras, gotong-royong, dan lain-lain. Untuk itu, diharapkan PTAIN dapat membentuk pribadi Muslim yang cerdas intelektualnya, cerdas emosionalnya, dan cerdas spiritualnya yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Dengan demikian, ini menjadi tantangan dan harapan PTAIN untuk bisa berperan dan menjadi solusi bagi permasalahan bangsa saat ini.
Surakarta, sejatinya dapat memainkan peran deradikalisasi. Memahamkan agama secara inklusif, toleran, terhadap pemeluk agama yang berbeda sekte dan yang memiliki keyakinan berbeda,” ujar Rektor IAIN Surakarta, Dr Imam Sukardi kepada wartawan Republika, Damanhuri Zuhri. Berikut petikan wawancara dengan doktor bidang pemikiran Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu tentang peran perguruan tinggi agama Islam di era globalisasi ini.
tentu saja, mengartikulasikan sebuah garis kontinum yang menyematkan mandat historis tersebut. Nilai-nilai kearifan Jawa dan nilai-nilai Islam, karena itu, dapat dikembangkan secara bersama-sama dan tidak diletakkan dalam kerangka binary position. Bukankah peran semacam ini pernah dilakukan Walisongo? Ya, peran semacam ini telah dilakukan oleh para Walisongo. Mereka tidak menghapus tradisi-tradisi lokal, tetapi secara cerdas melakukan akulturasi dan enkulturasi budaya. Dalam pandangan para Walisongo, ada titik taut universal antara kearifan Jawa dan kearifan Islam. Dan di titik inilah, IAIN Surakarta mengemban tugas memainkan moderasi ajaran Islam di tengah-tengah tradisi Jawa yang lebih dulu ada, di samping peran-peran strategis lain terkait dengan tuntutan-tuntutan masyarakat modern. Dengan demikian, IAIN Surakarta bisa lebih banyak lagi bermanfaat untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara, serta menjadi aset bagi bangsa yang besar. Menurut Anda, bagaimana kualitas perguruan tinggi Islam negeri selama ini? Berbicara kualitas perguruan tinggi berarti terkait kualitas dosen dan kualitas proses akademik dan kualitas output lulusan. Kualitas dosen perguruan tinggi Islam negeri saat ini cukup menggembirakan. Banyak dosen yang sedang dan senantiasa berbenah diri meningkatkan kualitas diri dengan berbagai media, di antaranya dengan upaya meningkatkan kualifikasi akademik dengan menyelesaikan jenjang akademik sampai S-3, baik di dalam maupun luar negeri: Barat Timur. Kualitas jurnal-jurnal ilmiah juga masih terus diusahakan. Kualitas output lulusan PTAIN juga semakin diterima dan dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat semakin meningkatnya tokoh-tokoh dan pemimpin bangsa, serta para cendekiawan yang berasal dari latar belakang lulusan perguruan tinggi Islam negeri. Apakah mungkin perguruan tinggi Islam di Indonesia menjadi unggulan di Indonesia dan World Class University? Menjadi perguruan tinggi unggulan di Indonesia adalah salah satu impian yang senantiasa
Tantangan yang paling nyata dilihat dari perspektif peran keilmuan perguruan tinggi Islam adalah munculnya radikalisme berbasis agama yang mengancam integrasi bangsa.
terus diusahakan. Ke depan, dengan semakin banyaknya doktor muda yang telah menyelesaikan studinya, serta kualitas input yang masuk dari berbagai sekolah dan madrasah yang berkualitas, kami berharap IAIN Surakarta dapat menjadi perguruan tinggi unggulan di Indonesia dan tentunya juga bisa menjadi World Class University. Bagaimana peran PTAIN dalam pembentukan moral bangsa? PTAIN semestinya mengambil peran yang besar dalam pembentukan moral bangsa. Selama ini, para ahli pendidikan Islam belum mendasarkan strategi pendidikan Islam pada elaborasi yang mendalam tentang realitas objektif. Tetapi, pendasarannya pada tataran subjektif normatif kurang diintegrasikan dengan realitas di lapangan. Artinya, pendidikan Islam baru ditampilkan pada tataran idealitas normatif, belum melihat pada realitas objektif secara maksimal. Untuk itu, perlu diusahakan secara sungguh-sungguh dalam membentuk pribadi Muslim yang cerdas intelektualnya, emosionalnya, dan spritualnya serta bagus akhlaknya. Dengan demikian, harus ada elaborasi dan integrasi yang mendalam antara idealitas normatif dan realitas objektif. Kendala apa yang dihadapi PTAIN, terutama dalam melahirkan kader serta pemimpin umat yang andal? Selama ini masuk PTAIN menjadi pilihan pinggiran. Sehingga calon-calon mahasiswa yang potensial kurang begitu berminat kuliah di PTAIN. Untuk melahirkan kader serta pemimpin umat yang andal hendaknya sudah dimulai sejak kecil, setidaknya dimulai dari bangku sekolah atau madrasah. Dengan mengembangkan madrasah unggulan yang mencetak kader-kader unggulan serta mewadahi mereka ke dalam perguruan tinggi Islam yang unggulan, diharapkan dapat melahirkan kaderkader serta pemimpin umat yang andal. Hal inilah yang sedang diperjuangkan IAIN Surakarta, yakni perguruan tinggi yang unggulan sebagaimana cita-cita Bapak H Munawir Sadzali, mencetak ulama intelek dan intelektual ulama. Bagaimana PTAIN bisa menjadi solusi bagi permasalahan bangsa? Selama ini yang menjadi permasalahan utama bangsa ini adalah masalah moral dan karakter bangsa. PTAIN diharapkan mampu memadukan nilai-nilai moral agama, sekaligus memu-
Apa tantangan PTAIN di era globalisasi? Di era globalisasi ini semakin terasa begitu ketatnya persaingan mencari kerja. Kompetisi antara sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, unggul, dan andal semakin ketat. Persaingan di bidang pendidikan tinggi saat ini juga amat luar biasa ketatnya. Bukan hanya antar-PTS, melainkan juga antar-PTN, bahkan PTN dengan PTS. Ditambah lagi, banyak perguruan tinggi luar negeri yang ingin membuka perguruan tinggi di Indonesia, baik langsung maupun bekerja sama dengan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Untuk meningkatkan daya saing, setiap perguruan tinggi harus memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan pengajaran, serta penelitian dan pengabdian masyarakat yang memadai. Realitasnya, PTAIN masih tertinggal jauh dari negara lain. Mutu lulusan PTAIN juga masih dikeluhkan, hasil-hasil penelitian ataupun jumlah jurnal yang telah terakreditasi di PTAIN juga terbatas, serta minimnya kontribusi dalam ikut memecahkan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dalam konteks inilah, PTAIN ditantang untuk mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi globalisasi pendidikan. Bagaimana PTAIN menyikapi perubahan zaman? Zaman akan terus berubah. Yang tidak melakukan perubahan akan tergilas oleh zaman. Untuk itu, PTAIN perlu senantiasa melihat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman tersebut. Selain itu, perguruan tinggi Islam diharapkan dapat menjadi agen perubahan itu sendiri sehingga dapat mewarnai peradaban dunia. Bagaimana agar ilmu-ilmu keislaman tetap bisa diminati masyarakat? Agar tetap bisa diminati oleh masyarakat, para pakar ilmu keislaman harus memperkuat epistemologi ilmuilmu tersebut. Selain itu, mereka juga harus bisa menyajikan ilmu-ilmu keislaman sebagai alternatif untuk mencari solusi terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan. Jadi, ilmu-ilmu tersebut tidak hanya berkutat pada halhal yang bersifat teoretis, tetapi juga bagaimana persoalan-persoalan dalam kehidupan bisa mendapatkan jawaban dari ilmu-ilmu tersebut. Islam tidak boleh terpisah dari kehidupan nyata dengan konsep yang mengawangawang. Karena agama ini sangat memperhatikan keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Bahkan, dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ad-Dunya Mazra’atul Akhirah” (dunia adalah ladang menuju akhirat). Bila dunianya baik, insya Allah akhiratnya juga baik. Namun, bila dunianya buruk, akhiratnya juga tentu akan buruk. Begitulah kira-kira logikanya. Dengan demikian, ilmu-ilmu keislaman jangan dibedakan dengan ilmu-ilmu umum. Keduanya harus dipadukan. Sehingga, Islam menjadi berkembang dan menguasai peradaban dunia. Namun sebaliknya, akan menjadi sempit jika mengenal dan mempertajam dikotomi ilmu-ilmu tersebut. Dengan memadukan keduanya, masyarakat akan semakin berminat dan ilmu keislaman akan mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Upaya apa yang dilakukan IAIN Surakarta untuk menghadapi gejala radikalisme berbasis agama? Sesungguhnya, masalah radikalisme ini sudah terlebih dahulu masuk ke sekolah-sekolah, sehingga pada gilirannya mereka juga memasuki dunia kampus. Mahasiswa sebagai sasaran gerakan mereka sesungguhnya memiliki interaksi intelektual yang berlangsung intensif sehingga gerakan-gerakan yang melenceng di kampus lebih mudah diselesaikan dengan menerapkan materi dan metode yang tepat. Penguatan mata kuliah Civic Education dan Studi Islam secara komprehensif dan kritis oleh ahlinya, diharapkan dapat mencairkan paham keislaman yang eksklusif dan sempit serta merasa paling benar. Mahasiswa sebagai orang yang berproses menuju dewasa diharapkan mampu melakukan seleksi yang lebih baik, di samping keengganannya untuk melakukan sesuatu yang berisiko. Mereka memiliki kematangan pemikiran dan tindakan. Dengan kematangannya berpikir, seseorang dapat menolak pandangan-pandangan hidup yang berpotensi merugikan kesejahteraan banyak orang. Selain itu, perguruan tinggi perlu mengintensifkan pembimbing per angkatan dan unit-unit kegiatan kemahasiswaan untuk bisa mendeteksi jika ada mahasiswa yang dicurigai melakukan sikap di luar kebiasaan. Dengan demikian, jika mahasiswa di angkatan itu ada yang terkena, mereka gampang terdeteksi. Di sini juga pentingnya membangun dialog dengan mahasiswa. Dengan dialog yang terbuka, semua permasalahan yang terjadi dapat terurai dan dapat diselesaikan secara baik. ■ ed: heri ruslan
sastra
ejak lelaki itu tak tercium baunya lagi, kulihat Mbak Yuni jadi seperti pohon yang meranggas. Sering kulihat ia menangis dalam kesunyiannya sendiri. Semuanya dimulai tiga tahun silam. Pak Darji yang mengenalkan lelaki itu kepada Bapak. Lelaki dari Semarang. Ia mempunyai dua petak sawah di Sugihmanik sini. Pak Darji adalah orang yang dipercaya menggarap sawah itu dengan sistem paroan[2]. Kukira, sejak semula Mbak Yuni memang tak sukasuka amat dengan lelaki itu. Mungkin karena cara lelaki itu menawarkan, memperlihatkan sekaligus memamerkan diri, Mbak Yuni jadi seperti tak punya pilihan lain. Saat pertama kali Pak Darji menanyakan Mbak Yuni kepada Bapak, dia membawa sekardus oleh-oleh untuk kami berlima. Lalu, setelah Bapak semakin ramah kepada Pak Darji, dia pun jadi semakin sering datang dengan bermacam-macam oleh-oleh. Dari berkalengkaleng biskuit, pakaian, TV, bahkan juga berkarungkarung beras hasil sawahnya. Aku tak pernah mendengar Mbak Yuni mengangguk ‘ya’ dalam kemantapan saat ditanya Bapak perihal perjodohan itu. Mbak Yuni selalu saja menunduk dalamdalam menyembunyikan ekspresi. Kupikir Mbak Yuni bingung mau memberi jawaban apa untuk perjodohan yang aneh itu. Bagaimana tidak aneh? Kami tidak pernah mengenal siapa lelaki itu. Kami hanya mengenal sedikit baunya dari Pak Darji. Menikah dengan orang yang tak dikenal, bukankah itu hal yang sulit? Mungkin karena melihat kondisi Emak, Bapak, dan keempat adiknya, Mbak Yuni akhirnya mengiyakan pernikahan itu. Dan akhirnya, tersematlah cincin, gelang, giwang, dan kalung emas dari lelaki itu di tubuh Mbak Yuni. Padahal, kami belum pernah melihat rupa lelaki kaya itu. Yang kami tahu, konon lelaki itu seorang direktur, punya banyak tanah di mana-mana, punya sebuah perusahaan besar di Semarang, dan satu lagi, kereta Pandanwangi, yang sering melintasi desa kami itu katanya sering mengangkuti barang-barang pabriknya Pak Saipul yang dikirim ke Solo dan sekitarnya. Kami baru melihat rupa lelaki itu seminggu menjelang akad. Hanya ada upacara yang sangat sederhana untuk acara suci tersebut. Mbak Yuni memang tak menginginkan sebuah acara besar-besaran yang merepotkan Bapak. Cuma, yang membuatku sedikit mrengkel[3] adalah kedatangan lelaki itu, yang hanya seorang diri tanpa seorang sanak saudara pun. Padahal aku, Emak, Bapak, apalagi Mbak Yuni, ingin sekali mereka tahu bahwa kini kami telah menjadi bagian dari keluarga besar mereka. Meski kami ini orang miskin. Jujur, ada sedikit ketakutanku saat itu. Jangan-jangan keluarga Mas Saipul tak mengetahui pernikahan ini.
S
C7
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
BLIKA
SIRI
RENDRA PURNAMA/REPU
●●●
Oleh Adi Zamzam
Jangan-jangan keluarga Mas Saipul malah tak menyetujui pernikahan ini. Entahlah. Entahlah dengan perasaan Emak Bapak. Entahlah dengan perasaan Mbak Yuni. Tanpa acara mewah pun peristiwa itu segera menjadi berita besar di Sugihmanik. Beberapa tetangga sering menggodaku bahwa sekarang aku punya kakak ipar seorang jutawan. Mereka sering memintaku untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Maklum, di sini adanya cuma pekerjaan lumpur. Tapi, buat apa kutanggapi ocehan-ocehan iseng itu? Aku tahu, dalam setiap pergunjingan di warung-warung, mereka justru sering memperolok kebodohan Mbak Yuni yang mau saja dijadikan istri kedua (menurut tebakan mereka). Bagiku, semua itu tak mengapa. Meski lelaki itu cuma menginap dua hari dalam seminggu, yang penting adalah Mbakyuku bahagia. Sejak saat itu, kehidupan kami memang berubah. Dinding gedhek dan papan triplek diganti batu bata dan semen. Aku pun tak perlu lagi menyipitkan mata bersusah-susah untuk membaca karena balon lampu lima watt telah diganti lampu neon dua puluh watt. Kami akhirnya mampu pasang listrik sendiri. Setiap pagi buta pun Emak tak perlu lagi bersusah-susah mengayuh lori menuju hutan di tepian desa untuk mengambil rumput dan mengumpulkan kayu bakar karena di rumah sudah ada warung yang harus ia tunggui. Dan, yang paling penting, Mbak Yuni terlihat semakin cantik. Sepuluh bulan kemudian, rumah kami makin bertambah ramai dengan kehadiran seorang bayi lelaki montok. Mbak Yuni memberinya nama Bagus Prayogo. Bocah itu tampan menuruni bapaknya. Memang banyak yang termakan iri dengan kebahagiaan kami. Nada omongan mereka sering terdengar memojokkan dan berbau tak sedap. Ada yang bilang Mbak Yuni punya dukun pelet, ada yang mengatai Mbak Yuni mata duitan, bahkan ada yang sampai hati menyebarkan isu bahwa Bapaklah yang sebenarnya telah menawarkan Mbak Yuni ke lelaki kaya itu. Mas Saipul tak pernah tahu bau busuk di sekitarnya. Kamilah yang menghirupnya sendiri dan mengendapkannya dalam diam. Lalu, tiba-tiba saja lelaki itu menghilang. Emak dan
Bapak sebenarnya sudah pernah berprasangka bahwa Mas Saipul sudah beristri, meski Pak darji selalu ngotot menjawab belum. Kami tak pernah menyinggung perkara itu di depan Mas Saipul karena lelaki itu terlampau baik hati kepada kami. Bahkan, Mbak Yuni sekali pun tak pernah menyinggung hal itu. Meski Mbak Yuni cuma diberi dua hari, bukankah sudah cukup kalau semua sudah bahagia? Semula, kami mengira lelaki itu cuma ditelan kesibukan di Semarang. Tapi, dalam pikiran kami tumbuh keburukan saat kami tahu bahwa tanah yang disewa Pak Darji telah dijual semua dengan harga yang kabarnya hampir dua kali lipat. “Pak Saipul cuma bilang sahamnya jatuh. Jadi, beliau butuh modal yang banyak,” itulah jawaban Pak Darji saat kami tanya perihal kebenaran kabar. Lalu … “Yaa … setahuku rumahnya di Semarang. Embuh[4] alamatnya di mana. Ketemuku dengan beliau saat di Klewer. Aku jadi mandor yang disuruh mencari kuli angkut. Lah, sekarang saja beliau tak pernah kirim barang lagi ke Solo. Embuh apa pabriknya bangkrut atau bagaimana. Saat itu, beliau cuma bilang sahamnya jatuh. Itu saja.” Lalu … “Masih sendiri, bener! Wong aku dengar dengan telingaku sendiri kok. Setiap beliau bergurau dengan temantemannya yang bos-bos itu, beliau selalu disindir untuk cepat-cepat cari istri. Mungkin, yang lima hari itu beliau sibuk dengan pekerjaan, tak sempat pulang.” Lalu … “Yaa … saat itu beliau tanya, ‘apa di kampung Pak Darji ada gadis cantik yang mau dijadikan istri?’ Beliau menyuruhku mencari yang masih muda karena kalau pabriknya sudah bertambah, istrinya itu bisa diajarinya untuk mengurus usaha. Kamu seharusnya bersyukur karena aku memilihkan anakmu. Hidup kamu sekarang sudah berubah enak to?” Lalu … “Keluarganya? Embuh, aku tak kenal keluarganya.” Lalu ●●●
“Sabar dulu kenapa sih? Siapa tahu beliau sekarang sedang pontang-panting. Kan beliau sudah bilang, sahamnya jatuh. Nanti kalau sahamnya sudah berdiri lagi, pasti beliau akan ke sini lagi. Kan beliau sudah punya anak dari anakmu?!”
Sejak kepergian lelaki itu Mbakyuku jadi seperti jati di musim kemarau. Daun kebahagiaannya gugur satu demi satu. Ia enggan lagi bersua dengan dunia luar. Mungkin, ia sudah tahu bahwa ia telah menjadi menu utama dalam setiap pergunjingan. Hari-harinya hanya berisi lamunan. Ia bahkan kehilangan selera menyentuh Bagus. Kami tak tahu mesti dengan apa menghiburnya. Bapak marah besar kepada Pak Darji. Bapak lalu meminta lelaki makelar itu untuk melacak alamat Mas Saipul. Di Klewer, Bapak dan Pak Darji mendapatkan nama sebuah pabrik besar di Semarang. Namun, yang sungguh tak terduga adalah pabrik itu ternyata sudah gulung tikar. Dan akhirnya, semua cerita itu hanya berhenti sampai di sini. Alamat lelaki itu tak pernah kami ketahui. Para tetangga bilang, ini semua karena kesalahan Bapak, Emak, dan terutama Mbak Yuni sendiri. Salah siapa mau dibeli dengan harta? Ah, orang-orang. Mereka selalu saja egois, hanya memandang dari tembok luar saja. Coba kalau mereka berada dalam posisi Mbak Yuni. Siapa yang tak bahagia jika adik-adiknya bisa hidup layak? Siapa yang tak bahagia jika kedua orangtuanya bisa hidup nyaman? Aku perempuan. Aku bisa merasakan luka Mbak Yuni. Apalagi, umurku hanya selisih lima belas menit dengannya. Persetan dengan lelaki bermental saham itu! Semoga saja nanti akan datang seorang lelaki pengganti yang benar-benar lelaki sejati. Meski sekarang Mbak Yuniku janda beranak satu, tapi ia masih sangat cantik. Umurnya baru enam belas. ■ [1] Secara bahasa berarti tersembunyi. Pernikahan siri dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tanpa adanya pengakuan dari KUA. [2] Bagi hasil [3] Mengganjal di hati [4] Tak tahu
Adi Zamzam adalah nama pena dari Nur Hadi. Penulis kelahiran Jepara ini sudah menghasilkan banyak cerpen dan puisi. Pada 2002, beberapa cerpen dan puisi dipublikasikan di Bahana Sastra-nya RRI Pro II Semarang. Tahun 2004, memenangkan Juara Harapan Lomba Menulis Cerpen Islami Majalah Ummi. Tahun 2005, Juara Harapan Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI ke- VII) majalah Annida. Tahun 2008, Juara Tiga Lomba Menulis Cerita Pendek Islami ( LMCPI ke-VIII) Majalah Annida. Tahun 2009 dan 2010, dua buah cerpen menjadi karya favorit dalam LMCR, memperebutkan LIP ICE Selsun Golden Award. Tahun 2010, masuk nominasi Krakatau Award 2010.
mualaf
REPUBLIKA ● AHAD, 31 JULI 2011
C8
Hussein Yee
Terinspirasi Kisah b a t t a h K n i b Umar
MENURUT YEE, ISLAM ADALAH AGAMA PERDAMAIAN KARENA ebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab sempat membenci Rasulullah SAW. Umar dikenal sebagai sosok yang keras dan ditakuti kaum Quraisy. Suatu hari, dengan penuh amarah, ia menenteng pedang untuk membunuh Nabi Muhammad. Abdullah anNahham al-‘Adawi kemudian mencegatnya di tengah jalan. “Aku hendak membunuh Muhammad,” ujar Umar. “Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad?” tanya Abdullah. Umar marah mendengar ucapan Abdullah itu. “Jangan-jangan, engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asalmu?” “Maukah engkau kutunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu, wahai Umar! Sesungguhnya, saudara
S
perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu.” Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Di dalam rumah, Fatimah—saudara perempuannya—bersama sang suami sedang membaca Alquran. Umar sempat mendengarnya. Ia langsung melabrak adik dan iparnya. “Apa yang kalian baca tadi?” tanya Umar. Adiknya mencoba untuk menutupi apa yang mereka lakukan. “Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?” tanya ipar Umar. Mendengar pertanyaan itu, Umar makin garang. Ditendangnya sang adik ipar dengan keras. Fatimah pun ditampar hingga berdarah. Umar terdiam, ketika adiknya mengucap dua kalimah syahadat di depannya. Hidayah Allah mulai menyinari hatinya. Umar lalu meminta adiknya untuk menunjukkan lembaran Alquran yang mereka baca. Setelah mandi, Umar membacanya. Hatinya bergetar saat membaca ayat Alquran. “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci,” ujarnya. Umar pun mengakui kebenaran Islam. Ia bahkan menjadi pemimpin umat Islam, setelah Rasulullah SAW wafat. ●●●
Kisah masuknya Umar ke dalam Islam di atas telah menginspirasi dan menjadi hidayah bagi Husein Yee. Ia tercengang ketika membaca buku tentang Umar bin Khattab itu. Buku itu dibacanya karena ia merasa sulit untuk membaca Alquran. Kisah masuk Islamnya Umar membuat Yee tertarik untuk mempelajari Islam. “Kitab itu (Alquran, red), pastilah sesuatu yang luar biasa karena mampu mengubah pandangan seseorang,” ujar Yee. Saat itu, Yee sedang mencari kebenaran tentang Tuhan. Ia semakin penasaran untuk mengenal Islam. Ia mencari Alquran dan membacanya. Setelah membacanya berulang-ulang, dalam hatinya tumbuh sebuah keyakinan. “Inilah agama yang selama ini aku cari,” ujarnya dalam hati. Yee merasa Islam lebih rasional dan mampu menjawab pertanyaannya tentang Tuhan. Menurut dia, agama ini sangat tepat sasaran. Islam hanya mengajarkan satu Tuhan, yaitu Allah, dan bukan tiga Tuhan seperti konsep Trinitas. “Saya rasa ini sangatlah seder-
Alquran Sumber Kebenaran enurut Yee, Sidharta Budha Gautama bukanlah Tuhan. Gautama, kata dia, mempercayai bahwa Tuhan itu satu (monoteisme). Dalam perjalanannya, lanjut Yee, Gautama selalu berdoa kepada Pencipta. Kata dia, dalam darma Gautama pun juga diajarkan adanya qada dan qadar yang disebut sukha dan dukkha. Yee mencontohkan ketika seseorang berbuat kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala atas kebaikannya dan begitu pula sebaliknya. Dalam penelitiannya terhadap Budha dan Islam, Yee merasa ada suatu keterkaitan antara keduanya. Sebagian besar ajaran Gautama mengarah ke ajaran Islam, tauhid. Dan, ia percaya Gautama adalah satu dari ratusan Nabi yang Allah turunkan ke atas dunia untuk menyebarkan agamanya. Hal ini diyakininya karena ia percaya Allah tidak hanya menurunkan Nabi di Arab saja, tetapi di seluruh penjuru dunia, termasuk di Cina. Dan menu-
M
rutnya, Gautama adalah Nabi yang Allah turunkan untuk bangsa Cina agar mengajari mereka tentang agama Allah. “Karena, Islam bukan hanya untuk orang Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia,” kata dia. Maka, ia berusaha untuk mengajak semua orang membaca Alquran. Meskipun bukan umat Muslim, kata Yee, mereka akan menemukan kebenaran di dalam Alquran tersebut. Yee tidak akan berkomentar ketika seseorang atau kerabatnya menganggap orang Muslim itu jahat atau buruk. Karena, sama seperti agama lain di dunia ini, ada Muslim yang baik dan yang buruk. Namun, apabila seseorang mengatakan Islam itu buruk, maka ia akan marah. “Seseorang tidak boleh menghakimi Islam itu buruk kalau ia belum benar-benar mengenal Islam,” katanya. Ia juga meminta orang-orang untuk membedakan Islam dan Muslim, agama dan negara, serta agama dan tradisi. ■ c02 ed: heri ruslan
DICIPTAKAN UNTUK SEMUA UMAT MANUSIA.
hana,” katanya. Dalam pandangan Yee, tauhid Islam itu begitu mudah dan sangat sederhana. Untuk menjadi Muslim, kata dia, seseorang hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia makin terpesona dengan ajaran yang disebarkan Nabi Muhammad SAW itu karena Islam tidak mengajarkan kekerasan, tetapi perdamaian dan saling menghormati. Yee pun menyadari bahwa Islam bukanlah sebuah agama eksklusif yang hanya dimiliki atau dianut oleh satu kelompok tertentu. Menurutnya, Islam adalah sebuah agama yang universal. Allah SWT—Tuhan umat Islam— tidak hanya untuk orang Arab, tetapi juga untuk orang Cina, Negro, dan semua orang di atas bumi ini. “Islam adalah agama untuk semua umat di bumi,” tuturnya. ●●●
Jauh sebelum memeluk Islam, Yee adalah penganut Budha. Ia mulai melakukan pencarian, setelah merasa agama yang dipeluknya itu tidak lagi memuaskan hatinya. Ia menilai, ajaran agamanya sudah tak lagi sesuai dengan yang diajarkan Gautama. Menurut Yee, Gautama bukanlah Tuhan yang harus disembah. Gautama adalah seorang pangeran yang berkelana mencari kebenaran. Lalu, ia mendapatkan ‘pencerahan’ dan dijuluki Sang Budha. Ia memberikan ajaran-ajaran yang ia peroleh dari semedinya kepada orang-orang. “Ia (Gautama) tidak mengklaim dirinya sebagai Tuhan,” kata Yee dalam acara The Deen Show. Menurut dia, dalam menjalani kehidupan beragama, seseorang harus benar-benar mendalami agama. Ia mendalami agama tradisionalnya dengan bekerja di biara. Lama mengabdi pada biara membuatnya sadar bahwa apa yang dilaksanakan orang-orang sudah melenceng dari ajaran Gautama. “Orang-orang mulai memuja dan berdoa kepada Gautama yang sama sekali tidak mengizinkan orang untuk memujanya.” Dengan perasaan kecewa, ia lalu pindah keyakinan menjadi seorang penganut Kristen, agama yang banyak dipeluk penduduk di Cina. Di awal menjadi seorang kristiani, pria yang berusia sekitar 60 tahunan itu menganggap Kristen sebagai agama yang indah. “Saya rasa sangat indah karena Kristen mengajarkan tentang cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama serta tetangga,” kenangnya. Selain itu, menurut Yee, Kristen adalah agama yang ‘bebas’. Hanya dengan mengatakan percaya dengan agama tersebut, kata dia, bebas melakukan apa pun yang dimauinya. Ketika seseorang melakukan kesalahan, lalu dia melakukan pengakuan di depan
pendeta, maka dosanya akan hilang dan dia bersih kembali. “Itu mudah,” tuturnya. Ia lalu mengajarkan agama Kristen kepada orangorang di sekitarnya. Ia pun sempat berkomitmen dengan sekolah misionaris untuk menyebarkan Kristen. Yee sempat berpikir, dirinya akan menjadi orang yang sangat egois apabila menyimpan sendiri agamanya. Yee pun kembali ke lingkungannya dan menyebarkan Kristen kepada mereka. Untuk menjadi seorang misionaris, Yee mengaku perlu mempelajari banyak hal tentang Kristen. “Saya harus mempersiapkan diri dan belajar lebih dalam mengenai Kristen dan Trinitas yang menjadi inti dari agama cinta ini,” ceritanya. Kegundahan kembali menerpa hatinya, ketika Yee mempelajari Trinitas. Tidak mudah baginya untuk menerima konsep “Tiga Tuhan” ini. Sulit baginya mempercayai seseorang yang menjadi Tuhan dan Tuhan yang menjadi seorang manusia yang fana. Kegalauan itu disampaikannya kepada seorang pendeta. Kepada pendeta itu, Yee bercerita betapa hatinya sulit sekali menemukan kebenaran akan Kristen. Pendeta tersebut berkata pada Yee, “Bersabarlah, Roh Kudus akan datang padamu dan memberikanmu pencerahan.” Yee pun menunggu dan menunggu akan kedatangan Roh Kudus. Akan tetapi, yang ditunggunya tak kunjung datang. Padahal, ia ingin sekali menyebarkan Kristen kepada teman-temannya. Saat itu, Yee bahkan berpikir mereka akan masuk neraka apabila tidak menganut Kristen. Ia menganggap orang-orang itu tersesat. Pada saat yang sama, Yee memiliki teman-teman Muslim. Namun, ia sama sekali tidak mengetahui apaapa tentang Islam. Awalnya, Lee berpikir bahwa Islam adalah agama untuk orang-orang tertentu saja, bukan agama untuk semua orang. Ketika masih mempercayai Kristen, ia ingin sekali mengajak teman-temannya yang Muslim untuk berbagi agama yang dipeluknya. Ia ingin mengatakan, “Tuhan mati untuk menyelamatkan kita semua.” Yee pun diam-diam mempelajari agama Islam. Sayangnya, kata dia, pada era 1960-an, orang-orang non-Muslim tidak dibenarkan membaca Alquran. Hingga akhirnya, ia membaca buku tentang Umar bin Khattab. Sejak itulah, Yee mulai menemukan apa yang dicarinya selama ini. Ia menemukan kebenaran dalam Islam. Menurutnya, Islam adalah agama perdamaian karena ia diciptakan untuk semua. Bagi Yee, Islam adalah sebuah akronim dari I Shall Love All Mankind (Saya mencintai seluruh umat). Kini, Yee menjadi seorang ulama. Di berbagai tempat dan kesempatan, ia selalu menyampaikan dakwah Islamiyah. ■ c02 ed: heri ruslan