KAMIS, 1 JULI 2010
36 HALAMAN/Rp3.000,-
Putusan Sanksi Andi Nurpati Lebih Ringan JAKARTA – Harapan untuk memberi pelajaran agar anggota KPU lebih independen masih jauh. Andi Nurpati, anggota KPU yang memilih tawaran bergabung ke Partai Demokrat, mendapatkan sanksi lebih ringan daripada rekomendasi Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu). Sidang kode etik Dewan Kehormatan (DK) KPU hanya menonaktifkan Andi Nurpati. Padahal, rekomendasi Bawaslu secara jelas meminta nonaktif secara tidak terhormat. ’’DK merekomendasikan Andi Nurpati diberhentikan karena melanggar Peraturan KPU No. 31/2008 dan UU No. 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu,” kata Ketua DK KPU Jimly Asshiddiqie dalam keterangan pers di gedung KPU, Jakarta, kemarin (30/6). Putusan DK yang sejatinya diumumkan pukul 16.00 WIB itu mundur sekitar satu jam. ’’Ada perdebatan sebelum memutuskan tadi,” ujarnya. Menurut Jimly, Nurpati terbukti melanggar kode etik penyelenggara pemilu sebagaimana rekomendasi Bawaslu. Dalam pelanggaran yang terjadi pada Pilkada Tolitoli, Sulawesi Tengah, Nurpati terbukti tidak cermat dan tidak tertib sebagaimana ketentuan UU. Itu terlihat dalam munculnya surat edaran nomor 320 yang menimbulkan kerusuhan besar di Tolitoli. ’’Meskipun hal itu bukan tanggung jawab Andi Nurpati sendiri,” kata Jimly.
Enam Pilkada Satu Putaran BANDARLAMPUNG – Pilkada enam kabupaten/kota yang digelar kemarin diprediksi hanya berlangsung dalam satu putaran. Sebab, masing-masing daerah ada pasangan calon yang mampu meraup suara lebih dari 30 persen. Bahkan di Lampung Timur, pasangan Satono-Erwin Arifin menang telak dengan perolehan suara 49,87 persen. Merujuk hasil penghitungan cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei, pasangan pemenang lainya adalah Rycko Menoza S.Z.P.-Eki Setyanto menang di Lampung Selatan. Pasangan Bustami Zainudin-Raden Nasution menang di Waykanan; Lukman Hakim-Saleh Chandra menang di Metro; dan Aries Sandi D.P.-Musiran menang di Pesawaran.
Baca PUTUSAN Hal. 17
Khusus di Bandarlampung, dari tiga lembaga survei, yakni Jaringan Survei Lampung (JSL), Rakata Institute, dan Lembaga Independen Survei (LIS), masingmasing mengeluarkan hasil berbeda. JSL memenangkan pasangan Eddy Sutrisno-Hantoni Hasan dengan perolehan suara 33,4 persen. Sementara Rakata Institute memenangkan Herman H.N.-Tobroni Harun (Mantab) dengan 34,67 persen dan LIS memenangkan Kherlani-M.W. Heru Sambodo (Khado) dengan 41,28 persen. Sekretaris Eksekutif JSL Hamdani menerangkan, penghitungan cepat dilakukan dengan sampel 125 TPS dan baru selesai direkapitulasi pukul 22.45 WIB tadi malam. Survei dilakukan dengan menyebar tim untuk mendapatkan
data-data perolehan suara di tempat pemungutan suara (TPS). ’’Berdasarkan hasil quick count tersebut, pilkada hanya dilakukan satu putaran. Penghitungan ini kami lakukan dengan margin of error 1,2 persen, maka angka ini diperkirakan tidak akan berbeda jauh dengan penghitungan manual yang akan diselenggarakan oleh KPU Bandarlampung,” ujar Hamdani di Graha Pena Lampung tadi malam. Sementara, Direktur Eksekutif LIS Erwin Syahrir mengatakan bahwa lembaganya melakukan penghitungan cepat dengan sampel 350 dari total 1.450 TPS. Hasilnya, Khado menang dalam satu putaran dengan 41,28 persen dan unggul di 144 TPS. Baca ENAM Hal. 17
FOTO JPNN
BACAKAN KEPUTUSAN: Dewan Kehormatan (DK) KPU akhirnya menyatakan putusannya terhadap Andi Nurpati. Dalam pembacaan putusannya di kantor KPU, Jl. Imam Bonjol, Jakarta Pusat, kemarin (30/ 6), Ketua DK KPU Jimly Ashidiqie menyatakan Andi Nurpati terbukti melanggar kode etik.
Ultah, Polri Banjir Kritik JAKARTA – Hari ini genap 64 tahun usia korps kepolisian. Berbagai lembaga dan kelompok masyarakat mengevaluasi kinerja satu tahun terakhir institusi bersemboyan Rastra Sewakotama (abdi utama bagi nusa bangsa) itu. Hasilnya, semua kompak menilai Polri belum berubah. Sebaliknya, justru menurun prestasinya. ’’Kalau diberi skor, ya bisa dikatakan terancam tidak naik kelas,’’ ujar Nasir Jamil, anggota Komisi Hukum (III) DPR yang membidangi pengawasan terhadap institusi kepolisian, di Jakarta kemarin. Beberapa kasus besar yang menjadi sorotan media hingga kini belum tuntas. Yang terbaru, soal transaksi mencurigakan sejumlah perwira polisi. Nasir mencontohkan, kasus Gayus Tambunan juga belum tuntas disidik. Oknum anggota yang dikenai sanksi juga sebatas pada level penyidik muda setingkat komisaris polisi, yakni AKP Sri Sumartini dan Kompol Arafat Enanie. ’’Jenderal-jenderalnya yang disebutsebut terkait belum diklarifikasi. Belum tersentuh,’’ kata politisi asal Nanggroe Aceh Darussalam itu. Belum lagi usai kasus Gayus, mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji dijerat dengan dugaan korupsi PT Salmah Arowana Lestari dan dugaan korupsi saat dia menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat. Padahal,
FOTO DINA PUSPASARI
HITUNG CEPAT: Rakata Institute bekerja sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung menggelar quick count empat pilkada kabupaten/kota di Hotel Bukit Randu kemarin (30/6).
Calon Tidak Tanggapi Hasil Secara Berlebihan BANDARLAMPUNG – Pasca pencoblosan, tiga calon wali kota Bandarlampung masing-masing Herman H.N., Kherlani, dan Eddy Sutrisno lebih banyak menghabiskan waktunya di kediaman mereka masing-masing. Tidak ada acara khusus yang mereka gelar. Dari pantauan Radar Lampung di kediaman Herman H.N., misalnya. Meski sementara unggul,
Herman H.N. tidak terlalu berlebihan menanggapi kemenangannya. Di kediaman pribadinya, Jl. Cut Nyak Dien, Durianpayung, hingga dini hari tadi pukul 01.00 WIB, para pendukung dan kerabatnya masih ramai berkumpul. Dari keterangan seorang kerabatnya, Nurdin, calon yang juga menjabat sebagai kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Provinsi Lampung ini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Menurutnya, usai mencoblos, Herman H.N. mengurung diri di dalam kamar seraya berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. ’’Malam ini juga nggak ada acara khusus. Paling tadi sore Baca CALON Hal. 17
Baca ULTAH Hal. 17
Soekirno Martosoekardjo, Kembali ke Tanah Air setelah 48 Tahun ’’Terjebak’’ di Rusia
Pulang untuk Obati Rindu, Belum Ingin Jadi WNI Lagi Setelah hampir setengah abad ’’terjebak’’ di Negeri Beruang Merah, Prof. Dr. Soekirno Martosoekardjo kemarin (30/6) bisa bertemu kembali dengan anak dan familinya di Indonesia. Mengapa dokter itu tetap memilih tinggal di tanah air keduanya?
FOTO RAKA DENNY/JPNN
negara Rusia itu, tampak seseorang berambut putih, mengenakan jas abu-abu, dan berwajah lokal. Dia sangat fasih berbicara dengan logat Rusia. Pria tersebut adalah Soekirno Martosoekardjo, seorang WNI yang kini menjadi warga negara Rusia. Bagi Soekirno, kemarin merupakan hari bersejarah. Sebab, untuk kali pertama setelah 48 tahun tinggal dan melanjutkan hidup di Rusia, dia kembali ke tanah air kemarin. Dia menjadi tamu kehormatan dalam peringatan hubungan RI-Rusia. Dia juga mendapat kado dipertemukan dengan sanak keluarga yang telah kehilangan kontak selama puluhan tahun. ’’Saya sampai sekarang masih belum percaya bisa kembali, bisa melihat Indonesia lagi. Saya sangat senang bisa bertemu putri dan keluarga saya,’’ ujar Soekirno dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata kepada para hadirin.
LEPAS KANGEN: (Dari kiri ke kanan) Soetoto, Helyawati, Dubes RI untuk Rusia Hamid Awaludin, Soekirno, dan Katarina di Deplu Jakarta.
Baca PULANG Hal. 17
Laporan Zulham Mubarak, JAKARTA RUANG Nusantara di lantai 2 Gedung Kemenlu, Jl. Pejambon, Jakarta Pusat, kemarin dipadati puluhan orang berkulit pucat yang mengenakan emblem bendera Rusia. Hari itu, pemerintah RI memang sedang mengadakan seminar yang merupakan peringatan 60 tahun hubungan RI-Rusia. Praktis, mayoritas tamu dan undangan adalah wakil dari Negeri Beruang Merah. Namun, ada sedikit pemandangan yang terasa janggal. Duduk di antara belasan wakil
Ingin Berlangganan, Hubungi: (0721) 782306 - 7410327
www.radarlampung.co.id