32 HALAMAN/Rp3.000,-
SENIN, 8 NOVEMBER 2010
FOTO JPNN
KUBURAN MASSAL: Sebanyak 64 jenazah korban awan panas Merapi dimakamkan secara massal di Tempat Pemakaman Umum Seyegan, Godean, Sleman.
INFO HAJI
Terserang Batuk-Pilek SEBAGIAN besar jamaah calon haji (JCH) Lampung terserang batuk dan pilek. Setiap hari yang antre berobat di Posko Kesehatan Ibadah Haji Indonesia sedikitnya 100 orang. Demikian pesan singkat ketua kelompok terbang (kloter) 21 Admi Syarif kepada Radar LamLaporan: pung tadi malam (7/11). HERMANSYAH dari Tanah Suci ’’Saya memperoleh informasi itu dari dr. Rita, tim tenaga kesehatan haji Indonesia. Kata dia, stok obat mencukupi. Selain itu, mereka yang terserang batuk dan pilek tetap bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji,” beber Admi. Dia juga menceritakan usai menunaikan salat Subuh berjamaah di Masjidilharam, sejumlah JCH Lampung sempat menunggu sekitar satu Baca TERSERANG Hal. 19
Pembaca Radar Lampung, mulai Rabu (27/10) kami membuka dompet peduli untuk membantu saudarasaudara kita yang mengalami musibah tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, dan letusan Gunung Merapi, Jogjakarta. Salurkan bantuan Anda langsung ke Graha Pena Lampung, Jl. Sultan Agung No. 18, Kedaton, Bandarlampung, atau ke nomor rekening BCA 0200.7000.66. An. Ardiansyah (Radar Peduli)
SUMBANGAN MINGGU, 7 NOVEMBER 2010 Saldo
Rp 57.576.500
1. Hamba Allah Swt.
Rp
100.000
2. D. Lisnayanti, Bandarlampung
Rp
100.000
3. Karyawan Radar Lampung Group
Rp
1.000.000
TOTAL
Rp 58.776.500
Judi Adu Ayam Beromzet Ratusan Juta di Pesawaran
Sekali Bertaruh Minimal Rp3 Juta Inilah bukti betapa susahnya memberantas perjudian. Di Desa Hanura, Padangcermin, Pesawaran, praktik adu ayam beromzet ratusan juta rupiah malah berjalan aman dan sudah berlangsung selama 10 tahun. Mengapa? HUKUM Indonesia secara tegas melarang semua bentuk perjudian. Hal ini diatur dalam pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Seseorang yang terbukti melakukan praktik itu diancam penjara paling lama sepuluh tahun atau denda paling tinggi Rp25 juta. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak bentuk perjudian terjadi, termasuk di Lampung. Baca SEKALI Hal. 19
Letusan Merapi
Belum Fase Puncak Muntahkan Energi Setara 600 Nuklir
MAGELANG - Amukan Merapi belum mencapai puncaknya. Padahal hingga Jumat (5/11), gunung itu sudah memuntahkan sedikitnya 100 juta meter kubik magma, setara 12 megaton TNT (trinitrotoluene) atau sebanding ledakan 600 bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima 6 Agustus 1945. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono kemarin menjelaskan, dengan volume magma sedemikian besar, letusan Merapi kini memasuki skala VEI 4. Secara kualitatif diklasifikasikan letusan kataklismik alias letusan yang menghasilkan perubahan besar bagi lingkungan. Secara global, rata-rata letusan skala ini terjadi sepuluh tahun sekali. Sementara dalam konteks Indonesia, letusan Merapi 2010 adalah yang terparah sepanjang 30 tahun terakhir pasca letusan Galunggung 1982-1983. Status skala VEI 4 membuat Merapi kini juga berdiri sejajar dengan letusan Gunung Agung 1963 dan letusan Vesuvius yang legendaris di tahun 79 M. Yang membedakan gunung-gunung tersebut rata-rata memiliki periode letusan yang besar sehingga masa istirahatnya cukup lama. Letusan Galunggung, misalnya, yang merontokkan kubah lava setinggi 80 meter bernama Bukit Jadi di dalam kawah, terjadi setelah masa istirahat 80 tahun. Sementara, letusan Gunung Agung
terjadi 120 tahun setelah gunung ini beristirahat. Sebaliknya, Merapi kerap meletus, rata-rata 3-5 tahun sekali. Sehingga agak aneh mengapa gunung teraktif di dunia yang paling sering meletus itu memiliki masa istirahat amat pendek. Letusan dari Rabu hingga Minggu ini (3-7/11) telah merenggut korban jiwa sedikitnya 116 orang. Jenazah-jenazah yang hangus tersebut pada umumnya ditemukan di daerah aliran Sungai Gendol yang merupakan jalan tol bagi material awan panas untuk mengendap ke bawah. Perluasan zona bahaya Merapi, yang kini ditetapkan menjadi minimal 20 km dari puncak, lebih difokuskan kepada penduduk yang tinggal di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Merapi. Namun karena arah dan karakter letusan tak bisa lagi diprediksi, peringatan dalam zona bahaya tersebut diberlakukan umum. ’’Sehingga belum jelas benar apakah fase puncak letusan (climactic) sudah terlewati atau tidak,” jelas Surono.
Keluarga Korban Siap Bantu Polisi KOTABUMI – Keluarga Hamid Turaya (33), yang tewas ditembak Sabtu lalu (6/11) sekitar pukul 06.30 WIB, sangat berharap aparat kepolisian segera mengungkap dan menangkap pelaku. Harapan itu disampaikan Hartawan Turaya (43), kakak Hamid, kepada Radar Kotabumi (grup Radar Lampung) kemarin. ’’Saya mewakili keluarga besar berharap pihak kepolisian bisa membongkar identitas pelaku,” katanya. Hartawan juga berharap asal usul pelaku memperoleh peluru dan senjata api (senpi) terungkap. Apalagi, polisi telah mengamankan barang bukti berupa proyektil peluru. ’’Kami siap bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap kasus ini,” tegas dia. Menurutnya, suami Husnul Khotimah (30) itu tidak memiliki musuh. Hamid dikenal ramah dan pintar bergaul. Baca KELUARGA Hal. 19
Polda Lampung Tambah Personel MESUJI – Situasi di kawasan Register 45 Sungaibuaya, Mesuji, belum sepenuhnya kondusif. Sejumlah warga tampak berjagajaga di setiap pintu masuk permukiman. Tindakan mereka itu terkait rencana penggusuran oleh tim terpadu. ’’Kami berjaga-jaga guna mengantisipasi rencana tim terpadu masuk wilayah kami untuk melakukan pengusiran. Kami melihat banyak anggota polisi yang berpatroli di kawasan Register 45,” terang Sahrul (31), warga setempat, kemarin. Muin (43) menambahkan, warga akan terus memperjuangkan tanah yang telah mereka duduki selama belasan tahun. ’’Tanah ini bukan milik PT Silva Inhutani Lampung. Tanah ini punya masyarakat dan kami akan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan,” tegas Muin yang lantas diamini beberapa warga.
Lahar Dingin Mengancam Hujan dengan intensitas tinggi di atas Merapi memicu luncuran banjir lahar dingin yang cukup besar. Banjir itu mengancam ribuan warga yang tinggal di bantaran sungai. Kemarin pagi, banjir lahar dingin dengan skala besar terjadi di Kabupaten Magelang, tepatnya Kali Putih dan Kali Pabelan yang bersumber dari Kali Senowo. FOTO BAY ISMOYO/AFP
Baca LETUSAN Hal. 19
LAVA: Lava keluar dari puncak Gunung Merapi kemarin.
Baca POLDA Hal. 19
Fahma-Hania, Kakak-Beradik yang Jadi Jawara di Ajang Internasional berkat Utak-atik Software
Mama Beli Hak Paten, Karyanya Di-download 20 Ribu Orang per Hari Berkat kepiawaiannya menciptakan aplikasi software untuk ponsel, Fahma Waluya Rosmansyah (12) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (7), berhasil mengharumkan nama bangsa. Karya mereka menjadi juara pertama di ajang internasional Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) di Malaysia.
perkenalkan dengan nama Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku. Meski Fahma tercatat sebagai siswa kelas VII SMP Salman Al Farisi, Bandung, hingga kini sulung di antara dua bersaudara itu sudah menciptakan 14 software edutainment. Tiga di antaranya khusus dia buat untuk aplikasi ponsel. Termasuk software yang dimenangi di ajang APICTA 2010. Fahma mengatakan, dirinya bisa membuat software dalam waktu dua hingga tiga bulan. ’’Saya cuma mengubah program aplikasi Adobe Flash Lite menjadi software dalam bentuk lain,” papar putra pasangan Yusep Rosmansyah (39) dan Yusi Elsiano (34) itu. Setelah program dibuat, Fahma menambahkan efek suara dengan memanfaatkan suara Hania untuk mengisi.
Laporan Nungki Kartikasari, BANDUNG PRESTASI membanggakan ditorehkan Fahma dan Hania di Negeri Jiran pada 19 Oktober lalu. Kakak-beradik itu cukup kompak. Di ajang bergengsi internasional tersebut, keduanya berhasil menciptakan tiga software andalan yang akhirnya mampu menggondol penghargaan APICTA 2010 dalam kategori secondary student project yang mereka
FOTO NUNGKI KARTIKASARI/JPNN
MEMBANGGAKAN: Fahma Waluya Rosmansyah mengutak-atik laptop dan ponsel miliknya.
Baca MAMA Hal. 19