KAMIS, 17 JUNI 2010
36 HALAMAN/Rp3.000,-
Pemkot-Polda Mulai Periksa Ijazah Aspal
FOTO DYLAN MARTINEZ/REUTERS
MASIH SUBUR: Striker veteran Uruguay Diego Forlan mencetak gol ke gawang Afrika Selatan dalam laga di Stadion Loftus Versfeld, Pretoria, dini hari tadi WIB.
Jawara Eropa Tumbang pada Laga Perdana DURBAN – Kejutan besar mewarnai babak penyisihan grup Piala Dunia (PD) 2010. Salah satu kandidat juara, Spanyol, ditumbangkan Swiss dengan skor 1-0 pada laga pertamanya di grup H . Kemenangan Swiss ini jelas di luar prediksi. Bagaimana tidak. Tim Matador –sebutan Timnas Spanyol– punya modal begitu moncer. Iker Casillas dkk. datang dengan predikat sebagai juara Piala Eropa 2008. Sebelum tumbang di tangan Swiss tadi malam, rekor pertandingan Spanyol juga
luar biasa. Dari 30 pertandingan usai merebut gelar Piala Eropa, La Furia Roja – sebutan lain Timnas Spanyol– berhasil memetik 29 kali kemenangan. Tapi, bola itu bundar. Apa pun bisa terjadi dalam sepak bola. Spanyol yang kini nangkring di urutan nomor dua rangking FIFA dan diperkuat pemainpemain kelas satu dunia dikalahkan Swiss
yang kini berada di posisi 24 dunia dan absen pada dua PD sebelumnya (2002 dan 2006). Swiss juga tampil tanpa dua pemain terbaiknya, Alexander Frei dan Valon Behrami. Kekalahan pada laga pertama seolah mendekatkan ’’kutukan’’ Spanyol yang tidak pernah bisa melampaui babak kuarter final sejak PD 1986. Satu-satunya gol Swiss yang menjung-
kirbalikkan prediksi tadi malam dicetak Gelson Fernandes pada menit ke-52. Lewat skema serangan balik yang cepat. Tampil dengan pemain-pemain terbaiknya, Spanyol tampil mendominasi sejak menit awal. Sederet peluang didapat tim besutan Vicente del Bosque itu. Penguasaan bola kedua tim juga sangat njomplang. Versi Soccernet, Spanyol menguasai 74 persen jalannya pertandingan. Baca JAWARA Hal. 11
BANDARLAMPUNG – Bobrok proses sertifikasi guru di Kota Bandarlampung tidak lama lagi terbongkar. Tidak hanya Pemkot Bandarlampung. Polda Lampung pun membentuk tim untuk mengungkap oknum guru menggunakan ijazah strata satu (S-1) asli tapi palsu (aspal). Diketahui, berdasarkan temuan Radar Lampung, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Badarlampung telah menganulir sertifikasi dua guru. Yakini Mami Kustini (50), guru SDN 3 Rajabasa, dan Hj. Yulita, S.Pd., guru SDN 1 Gedungmeneng. Plt. Wali Kota Bandarlampung Sudarno Eddi saat ditemui usai rapat terkait kekurangan kertas suara pilkada kemarin mengatakan, dirinya telah memerintahkan inspektorat untuk segera memeriksa Mami Kustini (50), guru SDN 3 Rajabasa. Inspektur Meifina B.F. yang ditemui di tempat yang sama mengatakan, kini tengah mengurus surat perintah tugas (SPT). ’’Sudah ada instruksi dari Plt. wali kota untuk turun. Kini kami tengah memproses SPT,’’ katanya. Wanita berjilbab ini melanjutkan, timnya segera memeriksa Mami setelah SPT ditandatangani. Selambat-lambatnya pemeriksaan berlangsung pekan depan. Terpisah, Kasat I Krimum (Kri-
minal Umum) Ditreskrim Polda Lampung AKBP Tatar Nugroho, S.I.K. menegaskan tidak harus menunggu laporan dari masyarakat, dinas, maupun instansi terkait menyangkut indikasi itu. Polri dapat bergerak ketika mengendus atau menemukan adanya dugaan tindak kejahatan yang efeknya merugikan publik. ’’Semua informasi yang ada ditampung, dipelajari, selanjutnya dilakukan langkah-langkah yang dianggap perlu. Kalau menyangkut kasus dugaan ijazah palsu, jelas kami merespons dan segera menyikapinya,’’ beber pria yang sempat menjadi penyidik madya unit V Dit. V Tipiter Bareskrim Mabes Polri itu. Dalam kasus dugaan penggunaan ijazah palsu ini, sambung Tatar, pihaknya tetap menganut sistem kehati-hatian dan tak mau ceroboh. Terlebih, hal ini telah melibatkan banyak institusi yang membutuhkan uraian dan penjelasan sebelum menentukan langkah tepat. Baca PEMKOT Hal. 11
Desak KPK Usut Rekening Rp95 M Milik Jenderal Polisi JAKARTA – Indonesia Corruption Watch (ICW) dan beberapa elemen antikorupsi lain sore kemarin (16/6) melaporkan rekening mencurigakan ke Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Rekening berisi uang senilai Rp95 miliar tersebut diduga milik perwira tinggi (pati) Polri atau jenderal berinisial BG. Satgas berjanji akan berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kapolri untuk mengusut kasus tersebut. Sekretaris Satgas Denny Indrayana mengatakan, pihaknya mendorong KPK agar bisa lebih cepat memprosesnya. Selain itu, satgas selalu mengoordinasikan kasus-kasus aktual dengan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri. ’’Pada saatnya, masalah itu akan kami komunikasikan,” kata Denny saat ditemui di kantornya kemarin. Terkait masalah rekening tersebut, lanjut Denny, sebenarnya satgas sudah mendapatkan beberapa data. Namun, data awal itu kebanyakan didapat dari surat kaleng. Karena itu, pihaknya akan mencocokkan data yang diberikan ICW tersebut. Menurut Denny, sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk membuka apakah rekening tersebut benar atau menyimpang. Dia menyebut, hal itu bisa di-cross check dengan kasus-kasus yang ditangani oleh perwira yang bersangkutan dengan rentang waktu yang relatif kurang lebih sama. ’’Misalnya, ada transfer dari perusa-
Polisi Incar Donatur Gayus Satgas Minta Bakrie Klarifikasi
FOTO MUSTAFA R./JPNN
ANGGARAN POLRI: Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (tengah) ketika rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di DPR RI kemarin. Rapat kerja tersebut membahas tentang anggaran kepolisian.
haan apa. Apakah perusahaan itu punya kasus hukum yang kemudian diduga memberikan gratifikasi kepada BG atau tidak. Saya tidak melihat kasus itu sulit untuk dibuktikan,” papar Denny. Yang menjadi tantangan, lanjut Denny, biasanya terkait dengan pati Polri lainnya. Selanjutnya, yang penting, pada saatnya
masalah itu dikomunikasikan dengan Kapolri. Dalam kasus tersebut, ungkap dia, satgas hanya bisa mempelajari data. Satgas menghormati peran dan tugas masingmasing instansi. Dalam UU, juga diatur bahwa satgas tidak bisa mengakses data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Tran-
saksi Keuangan (PPATK). ’’Doakan saja mudah-mudahan minggu depan sudah ada perkembangan,” katanya. Dalam pertemuan itu, Ketua Divisi Investigasi ICW Tama S. Langkun meminta satgas bekerja sama dengan KPK. Baca DESAK Hal. 11
JAKARTA – Dana Gayus yang miliaran rupiah di safety box sudah disita polisi. Namun, penyidik tak puas sampai di situ. Yang terbaru, aparat Direktorat III/Pidana Korupsi Bareskrim menyelidiki pihak-pihak yang menyetori dana ke pecatan PNS pajak itu. Mereka terancam delik pidana jika uang itu terbukti hasil korupsi atau suap. ’’Sekarang sedang dicari asalusulnya. Masih diperlukan proses penyelidikan,” ujar Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Pol. Ito Sumardi di gedung DPR Jakarta kemarin (16/6). Polisi pada
Jumat (11/6) menyita aset Gayus yang disimpan di safety box Bank Mandiri senilai Rp74 miliar. Uang itu terdiri atas USD dan dolar Singapura setara dengan Rp60 miliar dan perhiasan dari berlian dan emas senilai Rp14 miliar. Menurut Ito, jika nanti terbukti bahwa dana itu berasal dari pemufakatan jahat, pihak yang menyetor akan diproses. ’’Itu jelas. Ada aturannya,” katanya. Dari informasi yang dihimpun wartawan koran ini, uang itu berasal dari kerja ’’gelap’’ Gayus saat masih menjadi pegawai di Direktorat Pajak. Selama menjalankan aksi tak terpuji itu, suami Milana Anggraeni itu tak pernah menerima dana secara transfer, melainkan tunai. Baca POLISI Hal. 11
Dr. A.B. Susanto, Pengusaha dengan Seabrek Keahlian
Urus Penderita Diabetes sambil Beri Konsultasi Berlian Meskipun berlatar belakang ahli hormon dan diabetes, karir A.B. Susanto sebagai konsultan manajemen lebih meroket. Tokoh yang kerap menjadi rujukan bagi para peminat berlian di tanah air itu kini sibuk mengurusi penderita lepra dan mengejar obsesi barunya, yakni mengembangkan ekonomi daerah. Laporan Priyo H., JAKARTA
FOTO SAUDARA BERRY/AFP
LUKISAN OBAMA Anak-anak sekolah dari SD Menteng 1 kemarin mengamati lukisan karya seniman Indonesia Damien Dematra yang menggambarkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika ia masih muda. Obama untuk kali kedua menunda perjalanan ke Australia dan Indonesia. Gedung Putih beralasan, tumpahan minyak Teluk di bawah kendali membuat gelombang dalam agenda yang lebih luas.
SAMBIL tersenyum, A.B. Susanto menunjukkan sehelai kartu pos. Ada dua foto dirinya yang ikut nampang di situ. Susanto tidak sendirian. Di foto yang pertama, dia tampil bersama artis Sandra Dewi. Sedangkan di foto kedua, dia didampingi Qory Sandioriva, putri Indonesia 2009. Di sisi lain, tertulis besar ’’Hand in Hand for a World Without Leprosy’’. Sejak pertengahan 2009, pendiri The Jakarta Consulting Group (JCG) itu memang menjadi presiden Gerakan Masyarakat Peduli Indonesia dan Dunia tanpa Kusta (Gempita). Sandra Dewi kebetulan menjadi salah seorang duta lepra keliling. ’’Mungkin karena tidak ada yang mau mengurusi, makanya saya yang ditunjuk,’’ canda Susanto
Ingin Berlangganan, Hubungi: (0721) 782306 - 7410327
FOTO PRIYO H./JPNN
A.B. Susanto di kantornya, Gedung BNI 46, Jakarta.
saat ditemui di ruang kantornya di Wisma 46 Kota BNI, lantai 32, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (9/6). Puluhan koleksi benda antik dari berbagai negara, mulai gading gajah hingga miniatur patung ala Mesir menghiasi ruang kerja
Susanto yang cukup luas tersebut. Susanto menyatakan sangat prihatin dengan kondisi Indonesia yang kini berada di tingkat ketiga penderita lepra tertinggi dunia setelah India dan Brazil. Padahal, obat yang sangat manjur,
yakni MDT (multidrug therapy) sebenarnya tersedia di semua puskesmas di seluruh Indonesia secara gratis. Kurangnya sosialisasi membuat penderita bukannya memperoleh pengobatan, tapi malah dikucilkan. ’’Ini ironis sekali,’’ sesal pemilik nama lengkap Alfonsus Budi Susanto itu. Meskipun sekarang menjadi ’’aktivis’’ di dunia lepra, pria kelahiran Jogjakarta, 9 September 1950 itu sebenarnya adalah doktor endokrinologidiabetologi. Dalam bahasa sederhana, dia ahli dalam ilmu hormon dan diabetes. Sewaktu lulus SMA Kolese de Britto, Jogjakarta, pada 1969, Susanto memang langsung berangkat ke Jerman. Dia masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Bonn. Begitu lulus, dia melanjutkan studi ke Universitas Duesseldorf, Jerman Barat, hingga meraih gelar doktor. Dia sempat berpraktik di sejumlah rumah sakit ternama di Jerman. Tapi, pada 1978, Susanto memutuskan pulang ke tanah air. Dia lantas menjadi direktur medis di Schering AG. ’’Sejak awal sekolah di Jerman, saya memang berpikir untuk pulang. Saya merasa di sini (Indonesia, Red) lebih bisa menjangkau banyak orang daripada di Jerman. Yang terpenting, Jerman bukan bangsa saya sendiri,’’ tutur Susanto. Baca URUS Hal. 11
www.radarlampung.co.id