Edisi Mei - Juli 2021

Page 1

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

1


2

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


Perpustakaan Selama Pandemi: Beda Fakultas Beda Pelayanan

Akademisi di Riau Tak Peduli Pemberantasan Korupsi

KHAZANAH

LAPORAN UTAMA

Lambang Penyimpan Rahasia Negara

Proyek Kampus Rawan Maling

6 7

LAPORAN UTAMA

21 22

5

Besar Nama Kecil Gaungnya

16

13

KAMPUSIANA

LAPORAN UTAMA

DAFTAR ISI

8

26

10 12

FEATURE

Uang Rokok DIgebuk Pagebluk

42 REPORTASE Megaproyek di Binawidya

35 REPORTASE Cerita-cerita dari Dapur Kelembagaan Mahasiswa

46 ALUMNI

Tak Bisa Jauh dari Jurnalistik

38

52

Raja Alam Membelah Sungai Jantan

36

KILAS BALIK

SEMPENA

32

Cumlaude Jalur Ekspres

31

41 50 56

REDAKSI YTH SEKAPUR SIRIH SEULAS PINANG BEDAH BUKU RANGKUMAN PERISTIWA OPINI FOTO JENGAH MIND-A SASTRA BUNDEL

REDAKSI STT: Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN: 0215-7667. Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau. PENASEHAT Prof. Dr. Ir. H. Aras Mulyadi, DEA (Rektor UNRI), Prof. Dr. Iwantono, M. Phill (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI), PEMBINA Dr. Awitdrus, M.Si (Wakil Dekan III FMIPA UNRI), dan Alumni Bahana Mahasiswa UNRI. PEMIMPIN UMUM Ambar Alyanada PEMIMPIN REDAKSI Dicky Pangindra PEMIMPIN PERUSAHAAN Meila Dita Sukmana SEKRETARIS/ BENDAHARA Raudatul Adawiyah Nasution LITBANG Haby Frisco REDAKTUR PELAKSANA Annisa Febiola REDAKTUR Firlia Nouratama DIR. BAHANA PRODUCTION HOUSE Reva Dina Asri DESAINER Tegar Pamungkas FOTOGRAFER Rio Eza Hananda LAYOUTER Haby Frisco STAF IKLAN Reva Dina Asri PUSTAKA & DOKUMENTASI Salsabila Diana Putri (non-aktif) SIRKULASI & MEDSOS Malini REPORTER Annisa Febiola, Raudatul Adawiyah Nasution, Reva Dina Asri, Haby Frisco, Firlia Nouratama, Salsabila Diana Putri (non-aktif), Rio Eza Hananda, Malini, Tegar Pamungkas, Aditia Anhar, Andi Yulia Rahma ALAMAT REDAKSI/IKLAN Kampus UNRI Binawidya, Arena Panjat Dinding, Jl. HR. Soebrantas KM. 12,5, Panam, Pekanbaru. Telepon (0761) 47577. Email: bahanaur@gmail.com.

KRU MAGANG Aditya, Agnes, Aisyah, Aliyah, Almuhaimin, Caesare, Denisa, Dewi, Dicky, Dwinanda, Ellya, Elvira, Febrina, Juanito, Lia, Liza, Nita, Syahnari, Hardiansyah, Khairunnisa, Nadine, Nailal, Novita, Qonitah, Rosi, Sakina, Selvi, Yanisa, Yella Dicetak pada CV Mitra Irzani. Isi diluar tanggung jawab percetakan. Redaksi menerima tulisan berupa opini dan artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan tanpa merubah tujuan tulisan.

BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

3


KEEP IN TOUCH WITH US ON Ilustrasi: Aditia Anhar

COVER STORY

4

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

Kejayaan lembaga antirasuah KPK bak menemui titik terendah. Tes Wawasan Kebangsaan berujung pada pemecatan kepada 51 pegawai. Simpati datang dari 74 guru besar lintas kampus dan disiplin ilmu. Mereka menamainya dengan Koalisi Guru Besar Antikorupsi. Semuanya tegas menolak hasil tes dan minta agar pemecatan dibatalkan. Sayangnya, akademisi UNRI tak satupun tampak menunjukkan simpatinya secara nyata. UNRI menyimpan 76 guru besar yang tersebar di 8 fakultas. Bahana menghimpun tanggapan keseluruhannya. Hanya 7 orang saja yang menyatakan sikap. Sisanya memilih bungkam, dengan alasan bukan bidang ilmunya. Tak punya kapasitas untuk bicara soal kondisi KPK. Fokus dan nurani hanya tertuju pada bidang ilmu masing-masing.


REDAKSI YTH

Saya ingin sampaikan kegelisahan saya terhadap petugas satpam gerbang yang kerap kali menggoda lewat sapaan bahkan menyetop kendaraan motor saya. Namun, pertanyaan tak sesuai dengan jabatannya. Saya tak ingat mukanya, tapi saya pernah diberhentikan dan oknum itu memegang bahu saya sambil bertanya “Mau kemana sayang?” saat siang hari. Ini bukan hanya sekali dua kali, setiap lewat saya sering sekali diberhentikan dan ditanya “Sudah makan? Jangan lupa makan.” Saya mohon binaannya terhadap satpam yang bertugas untuk tidak melakukan Cat Calling atau Sexual Harassment. Terimakasih. Reva - Mahasiswa FKIP 2016

Jawaban: Terlebih dahulu saya sebagai Komandan dan jajaran Satuan Pengamanan Universitas Riau (Satpam UNRI) mohon maaf atas sikap atau perbuatan anggota kami dalam menjalankan tugas di lapangan. Kami juga mengucapkan terimakasih atas masukan dan informasinya. Kami akan menindak lanjuti dan mengadakan investigasi di lapangan untuk mencari oknum yang melakukan tindakan yang tidak terpuji dan memberikan sanksi sesuai aturan Satpam UNRI. Kedepannya kami mohon apabila ada permasalahan seperti ini, segera melapor ke managemen di Lantai IV Gedung Rektorat dan pelaku akan kami tindak tegas. Elianto – Komandan Satpam UNRI

“Teruntuk DPM UNRI” Setau saya agar pelaksanaan kelembagaan di tingkat universitas dan fakultas lancar, tentu perlu adanya peran controlling melalui Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), sebagai jembatan bagi mahasiswa dalam pengawasan kinerja dari eksekutif tertinggi (BEM) di lingkungan kampus yang seiring berjalannya waktu sarat akan kepentingan-kepentingan oknum-oknum yang jahil, sehingga merusak tatanan etika berorganisasi yang baik dan kritis. Bagaimana kinerja DPM dan apa yang telah diraih selama ini, karena kami sebagai mahasiswa sangat minim informasi atas kinerja Dewan Perwakilan Mahasiswa ini. Saya juga mendesak agar dibentuknya Mahkamah Mahasiswa sebagai pelengkap Trias Political yang selama ini kehilangan peran dan diambil oleh SC atau dewan lainnya, sehigga terjadi konflik Pemira di universitas atau fakultas tidak terseleseikan apabila ada pihak yang dirugikan. Terimakasih. Charissa Juwita - Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2019

Jawaban: Fungsi, tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) terdapat pada Undang-undang nomor 2 tahun 2016 tentang DPM Universitas dan DPM Fakultas. Kinerja DPM UNRI dapat dilihat di instagram @dpm¬_unri serta dapat berkomunikasi dengan kelembagaan yang ada di fakultasnya dan/atau melalui dapil dari fakultasnya. Segala saran yang masuk akan kami jadikan aspirasi yang akan dibahas di internal DPM UNRI. Dan bersamaan surat ini kami mengharapkan kerja sama dari UKM Bahana selaku kelembagaan mahasiswa yang berperan sebagai media mahasiswa Universitas Riau untuk meliput segala kebijakan DPM UNRI agar dapat memperluas informasi. Panusunan Siregar – Ketua DPM UNRI

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

5


SEKAPUR SIRIH

Foto bersama seusai kelas ilustrasi.

J

Bahana Tetap Membahana

ELANG perayaan Milad Bahana, Kru disibukkan dengan pelbagai kegiatan. Puncaknya 17 Juli ini Bahana genap berusia 38 tahun. Di usia yang hampir menginjak empat dekade, para pengurus berazam hendak terbitkan buku. Ia kumpulan liputan rubrik Sempena dan Gelagat. Hadiah lain yang tak kalah membahagiakan datang dari hasil liputan redaksi. Salah satu tulisan di majalah sebelumnya—Mimpi Riau Mandiri Pangan—memenangkan kompetisi menulis Aliansi Jurnalis Independen Indonesia kategori feature, akhir Februari lalu. Kami berdoa semoga Bahana tetap mengembangkan tradisi akademis yang kritis, seperti yang dititipkan pendahulu. Berharap pembaca terus setia menanti lahirnya karya-karya kami. Setelah merayakan hari jadi Bahana, tiga hari berikutnya umat islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah. Kami segenap keluarga Bahana Mahasiswa mengucapkan selamat beraye. Mohon maaf lahir dan batin. Pembaca yang budiman, Rasa syukur kami haturkan, majalah ini meluncur lagi ke tangan pembaca. Kami menyuguhkan Laporan Utama soal polemik yang menderu Komisi Pemberantasan Korupsi. Firli Bahuri Ketua KPK sengaja buat Tes Wawasan Kebangsaan untuk menjegal 75 pegawai yang berintegritas. Tulisan ini menyoroti sikap para guru besar di UNRI yang memilih bungkam, ketimbang mendukung upaya pemberantasan korupsi. Padahal proyek di kampus rawan jadi sasaran ‘maling’. Bahkan, beberapa dosen dan pegawai sudah terseret ke jeruji besi. Liputan soal ini kami luahkan ke dalam Laporan Utama kedua. Reportase menyajikan tulisan proyek AKSI dengan bantuan dana dari Asian Development Bank. UNRI terima uang Rp800 miliar untuk membangun 10 gedung baru. Masih di rubrik yang sama, kelembagaan mahasiswa ceritakan sulitnya berkegiatan selama pandemi Covid-19. Untuk rubrik Feature, kami mengulik nasib para juru mudi

6

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

bus UNRI kala pandemi. Perkuliahan beralih virtual. Mayoritas mahasiswa kini berada di kampung halaman. Tiga bus kuning yang biasa berkeliling mengantarkan mahasiswa sudah tak lagi lalu lalang di Kampus Binawidya. Prestasi Tri Padila Rahmasari mengisi rubrik Sempena. Ia kantongi gelar sarjana di Pendidikan Kimia pakai jalur ekspres. Tak ada seminar proposal juga seminar hasil. Keuntungan ini ia dapat berkat menang Program Kreativitas Mahasiswa sampai bermuara di Pekan Ilmiah Nasional. Hadir pula rubrik Gelagat yang menceritakan Soekartono. Ia masih setia dengan mesin ketik jadul andalannya, termasuk membuat soal ujian mahasiswa. Mesin ketik itu bermerek Brother Typewriter M-2000 berwarna putih abu-abu yang ia beli tahun 2016 seharga Rp1,4 juta. Rubrik Kampusiana menggambarkan kondisi pelayanan perpustakaan di UNRI selama pagebluk. Seperti Namanya, rubrik Ringkasan menyajikan ringkasan beberapa peristiwa yang terjadi Kampus Jantung Hati Masyarakat Riau ini selama Bahana garap majalah ini. Untuk rubrik Alumni, ada Suyanto di dalamnya. Ia salah satu alumni Bahana. Selain menghabiskan hari sebagai dosen Ilmu Komunikasi, ia kini jadi Sekretaris Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNRI. Mundur sejenak menengok pelayanan Perpustakaan UNRI tahun 1990-an, kami suguhkan di rubrik Bundel. Tulisan ini bercerita bagaimana perkembangan pelayanan mengikuti perkembangan zaman. Selain hasil liputan, ada pula tulisan non-liputan. Bedah Buku, Jengah, Sastra, dan Mind-A hadir menemani waktu santai pembaca. Hambatan demi hambatan tentu ada. Namun, merampungkan majalah sudah jadi kewajiban. Kini, sampailah majalah berjudul Mana Suaramu, Prof? ke tangan pembaca. Salam hangat dari Kru Bahana. Jaga kesehatan selalu. Selamat membaca!


SEULAS PINANG

Mencari Profesor Peduli Pemberantasan Korupsi P ARA pejabat negara +62 begitu sumringah. Kematian lembaga antirasuah benar terjadi adanya. Sejatinya kuburan KPK memang telah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. Ketika kekuatan trias politika di negeri ini berkelindan merevisi UndangUndang KPK Nomor 30 Tahun 2002. KPK yang sudah dikuburkan itu, lantas dilenyapkan lagi. Skenario busuk menyingkirkan 75 pegawai yang rekam jejaknya telah teruji—tak pandang bulu menyikat penggarong uang negara. Firli Bahuri gunakan jurus tes wawasan kebangsaan yang telah direkayasa sebagai syarat peralihan menjadi aparatur sipil negara. Alhasil penyidik senior seperti Novel Baswedan Cs telah terdepak dengan cap berpaham radikal dan tak Pancasilais. Permintaan sejumlah tokoh publik agar Presiden Joko Widodo ambil sikap selamatkan KPK juga tak benar-benar digubris. Jokowi hanya memainkan gimik. Ia seolah-olah berpihak pada pemberantasan korupsi. Semuanya omong kosong. Tak salah bila Badan Eksekutif Mahasiwa Universitas Indonesia memberinya julukan ‘The King of Lip Service’. Secara gamblang Komisi Antirasuah sudah tak bisa diharapkan lagi. KPK bukan lagi lembaga independen. Ia sudah masuk dalam rumpun eksekutif dengan segala konsekuensinya. Kini saatnya mengambil jalan perlawanan. Masyarakat mesti cermat memilih pemimpin pada 2024 nanti, saat pemerintahan Jokowi berakhir. Jangan sampai tertipu untuk ketiga kalinya, memilih kucing dalam karung.

gerakan-gerakan yang lebih besar.

Namun sayang, nalar sehat para mahaguru itu tak mampu menulari sejumlah guru besar dari Bumi Lancang Kuning. Dari 74 nama, hanya Profesor Syafrinaldi yang tanpa tedeng aling-aling ikut melawan. Lantas sisanya kemana? Berkaca pada Universitas Riau. kampus negeri ini punya 76 guru besar aktif, namun tak nampak batang hidungnya. Bila disisir hanya tujuh orang saja yang berani berpendapat. Adalah lelucon bila tak mau bersuara dengan dalih bukan bidang keilmuannya. Atau malah terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Sehingga tidak mau tahu persoalan semacam ini. Padahal Riau masuk dalam zona merah rawan korupsi. Sekali lagi ini adalah soal moral. Benar, bukan hanya guru besar saja yang mesti berkoar-koar. Perlu upaya kolaborasi untuk memberantas korupsi atau menentang ketidakadilan seperti saat ini. Setidaknya suara para akademisi ini sangat berpengaruh dan dibutuhkan. Sebagai orang yang dianggap berpendidikan dan berilmu tinggi, pernyataannya akan sangat ditunggu-tunggu. Mereka juga jadi panutan masyarakat. Punya tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa dan menuntun masyarakat menjauhi perilaku koruptif. Riau punya ratusan guru besar. Jangan sampai Syafrinaldi sendirian. Mana Suaramu, Prof?

Sebanyak 74 guru besar dari berbagai bidang ilmu dan lintas kampus telah memulai perlawanan itu. Mereka berhimpun menolak hasil TWK. Langkah kecil ini hendaknya juga menginspirasi

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

7


BEDAH BUKU

Bicara Itu Ada Seninya

Kemampuan berbicara bisa ditingkatkan dengan berusaha. Itu bukan bawaan lahir seperti anggapan mayoritas orang banyak. Komunikasi adalah hal yang penting untuk bersaing. Kebiasaan berbicara bisa membuka peluang kesempatan.

Oleh Raudatul Adawiyah Nasution

Judul: Bicara Itu Ada Seninya Penulis: Oh Su Hyang Penerbit: Bhuana Ilmu Populer Tahun Terbit: 2018 Terjemahan: Asti Ningsih FOTO: BM/HABY FRISCO

Halaman: 235

8

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


Tahukah Anda Bahwa Berbicara Itu Ada Seninya?

J

IKA dalam musik ada ‘buta nada’, dalam bicara pun ada ‘buta ucapan’. Mereka adalah orang yang merusak suasana dengan ucapan yang tidak sesuai pada tempatnya. Sering kali mereka hanya menghafal istilah atau humor terbaru. Hal ini dinilai sebagai cara yang tidak baik dalam sebuah percakapan dengan seseorang. Karena bukan artikulasi yang jelas atau bicara tanpa tarikan napas yang membuat lawan bicara menilai cara kita berkomunikasi, melainkan ucapan yang dilontarkan. Menurut Oh Su Hyang, seorang dosen juga pakar komunukasi terkenal di Korea Selatan, sekaligus penulis buku ini, untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi kita harus mengetahui metode komunikasi yang efisien. Ia katakan juga bahwa kemampuan berbicara bisa ditingkatkan dengan berusaha. Itu bukan bawaan lahir seperti anggapan mayoritas orang banyak. Komunikasi adalah hal yang penting untuk bersaing. Kebiasaan berbicara bisa membuka peluang kesempatan. Membaca buku ini menjadi salah satu usaha. Oh Su Hyang menjabarkan cara berkomunikasi dalam buku ini dengan sangat baik dan sederhana. Berbeda dari banyak buku di pasaran yang hanya sekedar menuliskan teknis, bahan ajaran atau terjemahan, Ia menjabarkan dengan lebih detil rahasia inti komunikasi. Tak kalah, ia pun menceritakan beberapa kisah dari orang terkenal yang telah sukses dengan komunikasinya. Mulai dari Lee Byung Hun hingga pembawa acara komedi dengan kekuatan kata-katanya. Penulis membagi buku dalam lima bab. Mulai dari mengulas soal perbedaan pengucapan kata dan pentingnya kesan pertama dalam berkomunikasi. Paras, dandanan, pakaian, dan gaya rambut yang baik memang tidak bisa diabaikan. Namun, melalui ucapan, kita memperoleh kesan baik dari lawan bicara dan dapat menunjukkan

sisi menarik diri kita. Ucapan adalah sarana penting untuk menilai seseorang secara keseluruhan. “Tidak apa-apa kali ini tidak memberikan kesan yang baik, pertemuan berikutnya kan bisa” adalah anggapan yang salah. Sebab janji untuk bertemu berikutnya hanya bisa terjadi jika Anda telah beri kesan yang baik sebelumnya. Kemudian bab kedua bertajuk Pintar Mendengar, Pandai Bicara. Perlu dipahami bahwa teknik terpenting dalam komunikasi adalah mendengar. Memberi pujian detail akan mendatangkan reaksi yang baik. Di samping itu tertawa menjadi salah satu bagian penting juga dalam komunikasi agar hubungan tidak kaku dan membosankan. Lanjut bab ketiga mengulas soal tips ucapan yang membuat lawan bicara memihak kita. Intinya memberikan keinginan pendengar. Perlu diingat bahwa satu kata kunci yang tepat lebih baik daripada sepuluh ungkapan. Hal tersebut dapat dimulai dari menetapkan nilai produk dengan baik. Yaitu nilai yang sesuai dengan kualitas diri. Misalnya saat wawancara kerja maupun proses tawar-menawar. Untuk teknik ini storytelling merupakan plot yang kokoh. Oh Su Hyang mengisahkan Steve Jobs dengan cerdas mengeluarkan iPod dari kantong celana jeans-nya. Lalu mempengaruhi audiens bahwa iPod bisa dipakai dimana saja tanpa perlu repot. Kekuatan apa adanya juga sangat penting. Seperti Starbucks, hanya bermain dengan rasa kopi dan pelayanan terbaiknya bagi konsumen. Tapi rasa kopi khasnya tak pernah tergantikan. Nah, pada bab empat Penulis mulai membahas betapa pentingnya ‘isi’ dalam sebuah percakapan. Oh Su Hyang dalam bab ini menyeret kisah orang terkenal yang menunjukkan ucapan bisa jadi musikal yang meleburkan akting dengan lagu. Seperti pidato Barack Obama bak pertujukan, dibawakannya dengan intonasi yang beda. Keberhasilan merangsang rasa penasaran audiens juga jadi prestasi

saat berbicara. Sehingga orang akan berkonsentrasi pada cerita baru. Semakin bagus jika punya jiwa sastra, sebab itu adalah harta terbaik. Bisa digali dengan banyak membaca. Penulis menyematkan dasar percakapan. Katanya, lebih pendek, lebih mudah. Winston Churchill dan Jackie Chan, kedua orator yang pakai aturan “KISS”, yaitu Keep It Simple, Stupid. Lebih lanjut, dibahas pada bab terakhir soal suara bagus ketika seseorang berbicara. Penulis menegaskan hal itu bukan bawaan lahir. Isi bicara dikuatkan oleh suara yang bergema. Gema suara lah yang menarik orang untuk mendengar. Oh Su Hyang beri hidangan penutup dalam bukunya. Ia tuliskan kisah orang yang sukses dengan komunikasinya. Ada Lee Byung Hun dan Lee Seo Jin, mereka sosok yang menawan telinga. Punya suara bariton yang menggetarkan hati. Lalu Song Joong Ki dan Kim Soo Hyun punya suara bak laut jernih yang menenangkan. Hingga terakhir kisah pemilik suara yang lembut menemaninya selama 20 tahun, Lee Geum Hee. Buku yang ditulis Oh Su Hyang ini merupakan buku yang sangat berarti. Buku yang hidup dengan ajakan isi pengalaman peningkatan diri. Banyak orang hebat terkendala dalam hal berbicara. Mulai dari sulit menyampaikan keahlian, hingga mengajar. Buku ini bisa menjawab keresahan itu. Setiap tips dan kisah orang terkenal yang disampaikan penulis sangat dekat dengan kondisi pada umumnya. Kesalahan-kesalahan dalam berbicara diulas penulis hingga ke akar-akarnya. Semakin sempurna dengan arahannya untuk memperbaiki masalah tersebut. Buku ini juga sangat pantas untuk semua usia. Bahasanya jelas, mudah dimengerti. Apalagi bagi mereka yang tidak punya kepercayaan diri. Dengan berusaha menerapkan rahasia komunikasi yang diulas Oh Su Hyang dalam bukunya, lambat-laun bisa jadi proses perubahan yang baik. Rasa percaya diri untuk bicara akan tumbuh dengan sendirinya.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

9


RANGKUMAN PERISTIWA

Rektor Universitas Riau Aras Mulyadi melantik Agus Sutikno jadi Dekan Fakultas Pertanian periode 2021-2025. Agus memenangi pemilihan dekan akhir Maret lalu, yang diikuti dua calon. Dari total 20 anggota senat pemegang suara, Agus peroleh 14 suara. Sementara rivalnya, Ahmad Rifa’i hanya dapat 6 suara. Sebelum terpilih jadi dekan, Agus sempat menjabat Wakil Rektor II di Universitas Maritim Ali Haji hingga akhir jabatannya pertengahan 2020 lalu. Jauh sebelum itu, ia juga pernah ditunjuk sebagai Kepala Perpustakan UNRI sejak 2011 hingga 2018.

AGUS SUTIKNO, DEKAN FP TERPILIH DILANTIK

2 JUNI 2021

5 JUNI 2021

SUHU WAN TERPILIH MENJADI KETUA IKA UNRI

10

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

Wan Muhammad Hasyim—akrab disapa Suhu Wan—terpiliih jadi Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Riau (IKA UNRI) sampai empat tahun mendatang. Hasil ini didapat setelah, ia peroleh 8 suara dari 15 suara yang direbutkan. Sementara Acmad sang penantang hanya dapat 7 suara. Hasil ini pun antarkan pemilik ritel Idol Mart sebagai ketua terpilih pada Kongres IKA UNRI ke-V . Alumnus Fakultas Ekonomi ini menawarkan enam program kerja yang hendak dibuat. Keenamnya meliputi: rapat kerja tahunan, rapat bulanan secara daring dan luring, mendirikan unit usaha, silaturahmi akbar alumni, bantuan pendidikan bagi mahasiswa kurang mampu, pelatihan kewirausahaan bagi alumni dan mahasiswa. Serta, membangun kerjasama dengan berbagai mitra dalam program organisasi.


MEXSASAI TERPILIH JADI DEKAN FH UNRI

Mexsasai Indra terpilih jadi Dekan Fakultas Hukum Universitas Riau. Mexsasai menang telak atas Maria Maya. Ia meraup 8 dari 9 suara anggota senat. Mexsasai menamatkan studi sarjana dan magister di Universitas Islam Riau. Sedangkan studi doktoral ia tempuh di Universitas Padjadjaran, Bandung. Sebelum terpilih, Mexsasai adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum UNRI.

8 JUNI 2021

16 JUNI 2021

REKTOR UNRI POSITIF COVID Rektor UNRI Aras Mulyadi terkonfirmasi positif Covid-19 usai terbang dari Bandung, Jawa Barat. Hasil ini diketahui setelah melakukan tes swab antigen di Rumah Sakit Pendidikan UNRI. Dampaknya para pegawai rektorat harus bekerja dari rumah. Selama dua hari gedung disterilkan.

SURAT EDARAN PEMBAYARAN UKT Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan—Sujianto keluarkan edaran dimulainya pembayaran uang kuliah tunggal semester ganjil 2021/2022. Pembayaran dibuka sejak 1 hingga 31 Juli mendatang.

1 JULI 2021

12 JULI 2021 DEMO MENUNTUT UKT Rombongan Badan Eksekutif Mahasiswa boyong mahasiswa UNRI memenuhi halaman rektorat. Lengkap dengan almamater biru langit, keresahan soal Uang Kuliah Tunggal (UKT) lantang mereka suarakan.

Tumpang tindih kebijakan pimpinan dinilai merugikan mahasiswa. Bermula dari lahirnya kebijakan mengenai pengembalian 50 persen UKT, revisi, hingga tenggat masa pembayaran. Sujianto, Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan dituntut berikan solusi.

Ada delapan hal pokok yang jadi sorotan Senin itu. Pertama, menuntut pencairan pengembalian UKT 50 persen UKT bagi mahasiswa semester delapan jenjang sarjana dan diploma empat, serta semester enam jenjang diploma tiga. Kedua, perpanjangan waktu pembayaran UKT hingga 31 Oktober 2021. Ketiga, mendesak segera pencairan pengembalian UKT 50 persen. Pun menuntut revisi UKT bidikmisi dan non-bidikmisi paling lambat 20 Juli. Keempat, mendesak lahirnya kebijakan pembebasan paling tinggi 50 persen UKT bagi mahasiswa aktif semester tujuh dan sembilan yang mengambil mata kuliah kurang dari atau sama dengan 6 SKS. Tanpa harus ikuti mekanisme pengembalian UKT. Baik program sarjana maupun diploma. Kelima, menyoal perpanjangan masa pembebasan sementara UKT hingga 30 September. Keenam, berikan titik terang pengembalian UKT dan bantuan Kemendikbud semester ganjil.

Gayung bersambut, Sujianto minta waktu satu minggu sejak hari itu untuk memprosesnya. Akan tetapi, ia tegaskan bahwa tuntutan pertama tak bisa dikabulkan. Peraturan Mendikbud jadi acuannya. Tenggat pembayaran UKT pun diperpanjang hingga 31 Oktober. Sujianto diminta turun jabatan jika ia tak segera penuhi tuntutan. Hal ini jadi poin terakhir dalam tuntutan aksi. BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

11


OPINI

Menjadi Lulusan yang Siap Bersaing di Dunia Kerja Oleh Dr. Alvi Furwanti Alwie Koordinator P2K2 Unri FOTO: FACEBOOK/ALVIPURWANTI

P

ERSAINGAN dalam mencari pekerjaan memang semakin ketat bagi lulusan yang ingin berkarir di perusahaan. Namun, sebenarnya peluang tetap besar. Memang, banyak yang merasa gamang ketika akan memasuki dunia kerja dan bahkan tidak tahu mau berkarir di bidang apa. Belum mengetahui dan belum yakin dengan kompetensi masingmasing. Belum tahu apa yang dibutuhkan dunia kerja, sehingga bisa mempersiapkan dengan diri dengan baik.

Nah, di satu sisi ada peluang dan kebutuhan perusahaan terhadap karyawan. Sedangkan di sisi lain ada lulusan yang siap berkontribusi. Seharusnya ada satu titik temu yang menjadi kunci dari dua pihak yang saling membutuhkan ini. Bagaimana seharusnya kita melihat dari dua sisi ini? Apa saja sebenarnya yang harus dipahami para lulusan, sehingga bisa secepatnya mendapat pekerjaan pertama dan mudah-mudahan menjadi karir bagi mereka? Pertama, Apakah IPK Penting?

Tentu saja penting. Jika ingin berkarir di perusahaan, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) masih dijadikan oleh perusahaan sebagai saringan awal untuk penerimaan karyawan lulusan perguruan tinggi. Bagaimana kita bisa sampai pada proses berikutnya, jika persyaratan administrasi tidak dapat kita penuhi?

Mengutip dari Kompas.com, Praktisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Audi Lumantoruan mengungkapkan bahwa IPK memang jadi penilaian awal terhadap kompetensi karyawan. Meskipun, IPK diakui juga bukan parameter yang benarbenar mencerminkan pencapaian akademik selama di bangku kuliah. IPK lebih sering dipakai sebagai filter awal. Apalagi jika pendaftaran menggunakan sistem online, sudah pasti biasanya gagal apabila IPK di bawah batas yang disyaratkan. Kedua, Apakah Pengalaman Organisasi dan Pengalaman Kerja/ Magang Penting?

Dr. Selfi Budi Helpiastuti, M.Si dari Universitas Jember mengamati, pelamar fresh graduate yang berhasil melewati tahap wawancara adalah mereka yang aktif di berbagai kegiatan ketika jadi mahasiswa. Selain itu, ada yang sempat bekerja paruh waktu atau bekerja lebih dulu di perusahaan lain. Mereka lebih fokus dalam menjawab pertanyaan dan jawabannya lebih tertata. Sehingga, pihak perusahaan lebih mudah menilai apakah kompetensinya cocok dengan yang dibutuhkan. Ketiga, Apakah Mengenali Perusahaan yang Kita Minati Penting? Dengan mengenali perusahaan yang kita minati, akan membuat kita antusias dengan perusahaan. Terlebih jika value perusahaan cocok dengan peminatan kita. Pewawancara akan

12

BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

menaruh respek lebih besar pada kandidat yang tahu banyak tentang profil perusahaan, serta terlihat antusias dengan pekerjaan yang dilamarnya. Keempat, Apakah Networking Penting?

Networking adalah relasi atau jaringan. Di dalam dunia kerja, networking sangat dibutuhkan. Bagi yang masih mahasiswa, tentu saja sangat bermanfaat jika membangun networking sejak dini. Manfaatnya mungkin belum terasa saat kuliah, tapi nanti saat sudah lulus dan memasuki dunia kerja.

Manfaat dari networking di antaranya memiliki beragam informasi dan teman, belajar komunikasi dan adaptasi di segala situasi, membuka peluang untuk belajar sesuatu yang baru dengan mengikuti organisasi kampus. Misalnya belajar mengasah soft skill seperti kepemimpinan dan tanggung jawab. Kelima, Apakah Ada Peran Perguruan Tinggi?

Saat ini, sudah banyak kampus yang mempersiapkan mahasiswanya. Misal dengan melatih bekerja paruh waktu dan menyediakan program magang. Bahkan, saat ini atmosfer kampus dengan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga menjadikan ini sebagai kinerja, termasuk juga kewirausahaan. Pelatihan dan magang ini memang belum mampu menampung semua mahasiswa, tapi juga tidak semua mahasiswa berminat. Termasuk di Universitas Riau (UNRI).

Pelatihan-pelatihan soft skill dan hard skill telah disediakan UNRI, baik melalui unit lain maupun melalui Pusat Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (P2K2) setiap tahunnya. Dengan sistem hybrid untuk workshop maupun training saat ini, tentu memberikan peluang cukup besar bagi mahasiswa dan fresh graduate untuk mengikuti. Workshop character building, follow your passion dan lainnya ternyata hanya diakses sekitar 40 persen dari kapasitas yang tersedia. Selain itu, UNRI melalui P2K2 juga menyediakan aplikasi pusat karir (Carcentos) untuk menjembatani alumni dengan perusahaan-perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Ke depannya, diharapkan bisa memberi informasi lowongan pekerjaan bagi alumni. Aplikasi Carcentos UNRI merupakan wadah interaksi digital bagi alumni. Beberapa fitur yang tersedia seperti fitur user, employer, tracer study. Alumni yang masuk ke dalam aplikasi bisa melamar pekerjaan secara langsung

Keberhasilan dalam persaingan karir ditentukan oleh kedua belah pihak, yakni pekerja dan perusahaan. Para fresh graduate harus menyadari bahwa dalam iklim dunia kerja yang semakin kompetitif ini, mereka harus segera mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan. Jangan pernah berhenti belajar dan berkarya.*


KAMPUSIANA

Perpustakaan Selama Pandemi: Beda Fakultas Beda Pelayanan Sejak awal pandemi, layanan Perpustakaan UNRI beralih ke dalam jaringan. Dari kesepuluh perpustakaan fakultas, hanya tiga yang telah terintegrasi ke perpustakaan universitas. Sisanya menyelenggarakan pelayanan secara mandiri. Oleh Rio Eza Hananda

R

ARI Anggraini kesulitan mencari buku referensi untuk menyelesaikan tugas akhir. Mahasiswi Fakultas Pertanian ini sudah kepikiran bisa mencari-cari buku dan skripsi yang ada di perpustakaan fakultas. Namun itu tak bisa dirasakannya. Lantaran hampir seluruh perpustakaan fakultas di Universitas Riau tak membuka layanan langsung. Pelayanan beralih ke dalam jaringan. Bukan tanpa usaha, Rari sudah menyiasatinya pakai internet. Ia hanya terkendala, tak semua jurnal dan skripsi di pranala dapat diakses secara cuma-cuma. “Mahasiswa harus membeli lagi

buku-buku tersebut. Padahal, di fakultas kan ada,” keluh mahasiswi angkatan 2017 ini. Hal yang serupa juga dirasakan oleh Kania Purbasari. Sudah lama ia melihat perpustakaan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) selalu tutup. Kania cerita, pernah suatu waktu ia mendatangi perpustakaan pusat—Perpustakaan Universitas Riau—hendak mencari buku kuliah, di sana ia kebingungan dengan sistem pelayanan online yang baru baginya. Sebagai solusi lain, ia kadang mengandalkan referensi dari internet saja. “Alur masuk ke perpustakaan lebih

diinformasikan dengan detail dan disosialisasikan lebih masif,” harap mahasiwi FMIPA ini. Bagi Adithia Devin, pelayanan perpustakaan secara online justru memudahkan mahasiswa. Mahasiswa Teknik Mesin ini kerap mencari buku kuliah di perpustakaan ketimbang di internet. Hanya saja ia menilai informasi peminjaman buku secara online ini belum banyak diketahui mahasiswa “Sistem online saat ini sebenarnya mempermudah mahasiswa. Cuma, informasi ini [peminjaman buku secara online] belum diketahui secara merata. Itupun karena kebetulan ke sana, BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

13


makanya saya tahu,” ungkap Adithia. Akhir Februari lalu saya berkunjung ke Perpustakaan UNRI. Siang itu, suasana terlihat lengang dari biasanya. Beberapa kertas pengumuman tertempel di bagian pintu masuk. Di dalam hanya dua orang pegawai berjaga, tak jauh dari pintu. Tak satupun mahasiswa saya temui hari itu. Saya berjalan menuju ruangan Kepala UPT Perpustakaan—Edyanus Herman Halim. Namun hari itu, Edyanus tak berada di ruangannya. “Pak Edi gak masuk, masih sakit,” kata salah seorang pegawai di situ. Lalu mengarahkan saya menemui Kepala Bidang Pelayanan. Seorang perempuan paruh baya tengah bekerja di depan komputer. Ialah orang yang dimaksud pegawai tadi. Ajir—Kepala Bidang Pelayanan Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Universitas Riau. Pandemi Covid-19 turut merubah model pelayanan di perpustakaan. Bila keadaan normal, pengurusan bebas pustaka, peminjaman dan pengembalian buku dilakukan secara langsung tatap muka. Kini semua itu beralih ke sitem online. Begitu juga penyerahan berkas tugas akhir. Mahasiswa cukup menyerahkan berkas tugas akhirnya melalui surel ke alamat tugasakhir. unri@gmail.com. Sementara untuk layanan bebas pustaka, bisa diakses melalui admpustaka.unri.com. Peminjaman dan pengembalian buku dilakukan melalui sirkulasi.unri@ gmail.com. Ajir jelaskan, mahasiswa yang akan meminjam buku dapat mengakses Online Public Acces Catalogue atau OPAC. Di situs ini pemustaka dapat melihat daftar buku yang tersedia. Setelah dapat buku yang akan dipinjam, selanjutnya isi elektronik formulir peminjaman. “Nanti ada petugas pelayanan menjawab, apakah buku itu ada atau tidak. Jika ada, akan dibalas kepada peminjam dan disuruh datang untuk mengambil buku,” jelas Ajir. Bagaimana Pelayanan di Perpustakaan Fakultas? Sudah setahun lebih pandemi melanda negeri. Sejak maret 2020 lalu, kegiatan belajar mengajar di Universitas Riau beralih ke dalam jaringan. Pelayanan perpustakaan juga

14

BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

terdampak. Kesepuluh perpustakaan cabang di tiap-tiap fakultas punya kebijakan masing-masing. Ada yang telah beralih ke sistem pelayanan online secara penuh. Banyak juga yang masih menyelenggarakan pelayanan tatap muka. Misalnya Perpustakaan di Fakultas Teknik (FT). Mahasiswa di sana dapat mengakses peminjaman buku yang terhubung langsung ke perpustakaan universitas. Hasnidar Koordinator Cabang Perpustakaan FT katakan, saat ini baru tiga fakultas yang melayani peminjaman buku antar fakultas. Diantaranya FT, Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Pertanian (FP). Nantinya mahasiswa teknik dapat meminjam buku ke pepustakaan kedokteran ataupun ke Pertanian. Begitu pula sebaliknya.Dengan mengakses lib.unri.ac.id, mahasiswa ketiga fakultas itu otomatis terhubung ke domain yang sama dengan perpustakaan pusat. "Sekarang, mahasiswa diarahkan untuk peminjaman buku yang sudah terhubung dengan perpustakaan pusat. Dalam waktu 1x24 jam akan dikonfirmasi dengan WhatsApp," katanya. Pernyataan Hasnidar dibenarkan oleh Gusti Mayasari. Pegawai di Perpustakaan FK itu katakan sistem peminjaman online sudah terpadu dan terhubung ke perpustakaan pusat. Akan ada saling kontak untuk mengonfirmasi peminjaman. Sementara pengurusan surat bebas pustaka, mahasiswa diminta mengirimkan permohonan melalui surat elektronik yang ditujukan kepada Gusti. Sedangkan untuk skripsi, mahasiswa hanya perlu memperlihatkan judulnya saja. “Untuk membaca di tempat, saya batasi. Kalau rame saya nggak kasih,” ujarnya. Di Fakultas Pertanian, Yurnalis hanya melayanai mahasiswa seorang diri. Kata dia, beberapa pegawai sudah pensiun. Ia mengakalinya membuka perpustakaan dengan selingan hari. Satu hari buka dan satu hari berikutnya tutup. Berbeda dengan tiga fakultas ini, beberapa fakultas lain masih melayani secara mandiri. Perpustakaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

Alam buat pelayanan secara manual. Pelayanan urusan perpustakaan sudah layaknya biasa, sebelum pandemi. “Kami sudah bisa melakukan kegiatan perpustakaan seperti biasanya, berbeda dengan sebelum Ramadan kemarin, kecuali bagian surat-menyurat dan administrasi,” tutur Indriyeni Koordinator Cabang Perpustakaan FMIPA. Serupa juga dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Yuli Astuti selaku koordinator jelaskan, belum ada sistem online di perpustakaan FEB. Mereka masih bekerja secara manual. “Kita sudah mengajukan sistem online ini kepada fakultas. Mudah-mudahan bisa memberikan peralatan yang sesuai untuk pelayanan online.” Fakultas Hukum (FH) juga sudah mulai melayani mahasiswa secara langsung. Halima Indah, Staf Koordinator Cabang Perpustakaan FH paparkan adanya jadwal piket untuk pelayanan secara langsung di fakultas. Jika ada pegawai yang berhalangan hadir, maka ia wajib cari penggantinya. Perpustakaan Cabang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

Dua orang mahasiswa tampak sedang mengurus berkas di perpustakaan FEB UNRI.

“Kami sempat melakukan sistem pelayanan secara online, tetapi mengalami kesulitan dalam memantau mahasiswa dari fakultas lain,” ujarnya. melayani mahasiswa secara tatap muka. Hadriani selaku koordinator keluhkan, kendala bukan hanya dialami mahasiswa saja. Perpustakaan pun merasakannya. “Kami sempat melakukan sistem pelayanan secara online, tetapi mengalami kesulitan dalam memantau mahasiswa dari fakultas lain,” ujarnya. Lain lagi dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Selama pandemi, pelayanan untuk membaca

di perpustakaan ditiadakan. Pelayanan yang tetap dibuka tatap muka seperti penyerahan skripsi, surat bebas pustaka, surat keterangan unggah Jurnal Online Mahasiswa. Selain itu, melayani peminjaman dan pengembalian buku. Semua layanan dibatasi waktunya. “Hanya pelayanan surat-surat saja dan waktu pelayanan pun mahasiswa harus menjadwalkan terlebih dahulu,” jelas Bonyamin Ritonga Koordinator Cabang Perpustakaan FISIP. Perpustakaan Cabang Fakultas Keperawatan (FKp) ternyata juga alami kendala tersendiri. Thamrin Hasan, Koordinator Cabang Perpustakaan FKp jelaskan, fakultasnya membuat sendiri pelayanan secara online dalam bentuk pranala WhatsApp dan surel yang sudah disebarkan. Namun, perpustakaan FKp belum terhubung dengan perpustakaan pusat. Hanya terhubung untuk katalog dalam pranala OPAC. Mahasiswa yang ingin meminjam skripsi di perpustakaan harus mengisi pranala satu hari sebelumnya. Selang sehari, mahasiswa bisa datang untuk memeriksa peminjaman. Jika buku yang dminta tersedia, pegawai akan

meletakkannya di atas meja dalam ruang baca khusus. Perpustakaan Cabang FKp punya empat orang pegawai. Tiga di antaranya bekerja di kantor, satu orang lagi bekerja dari rumah. Jadwal bertugas pun dibagi, ketiganya bekerja secara bergantian. Dalam merencanakan perpustakaan terpadu, butuh sarana dan prasarana. Alat untuk membaca kartu mahasiswa, salah satunya. “Kami masih menggunakan barcode yang diberikan Fakultas Keperawatan,” terang Thamrin. Terakhir, Perpustakaan Cabang Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK). Aryen Wildani sebagai koordinator jelaskan bahwa peminjaman dilakukan secara online terpadu dari pustaka pusat. Kini, Perpustakaan FPK sementara tak melayani seperti biasa. “Kami di sini belum bisa menyediakan layanan peminjaman buku, karena masih ada kasus Covid. Mungkin menunggu keputusan dari pusat dulu untuk kami agar bisa menyediakan layanan baca dan pinjam,” jelas salah satu staf perpustakaan.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

15


LAPORAN UTAMA

FOTO: HUMAS UNRI

BESAR NAMA KECIL GAUNGNYA Oleh Ambar Alyanada

16

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


Para guru besar galang dukungan buat 75 pegawai KPK yang gagal tes wawasan kebangsaan. Dari semua profesor itu, hanya satu yang berasal dari Riau. Selebihnya memilih bungkam dengan berbagai alasan.

P

ESAN berantai itu masuk ke gawai Syafrinaldi pertengahan Mei lalu. Beberapa guru besar tengah menghimpun dukungan buat 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi alias KPK. Para pegawai dipecat lantaran tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK). Tes yang disinyalir buah akal-akalan Ketua KPK Firli Bahuri untuk menggembosi pemberantasan rasuah. “Saya setuju dan bergabung. Karena memang dari dulu, saya komit sekali dengan pemberantasan korupsi,” ujar Syafrinaldi. Ia dan 73 guru besar lintas kampus lainnya, berkirim surat pada Presiden Joko Widodo, 16 Mei 2021. Para profesor yang menamakan diri sebagai Guru Besar Antikorupsi, mendesak presiden ambil tindakan atas pemecatan 75 pegawai KPK. Pada Pimpinan KPK, mereka minta hasil tes TWK dibatalkan. Syafrinaldi adalah Rektor Universitas Islam Riau. Ia satu-satunya profesor dari Riau yang ikut gerakan ini. Baginya, seorang guru besar harus menjadi suri tauladan bagi akademisi lain. “Sivitas akademika diharapkan tidak, atau bebas dari nilai-nilai korupsi itu,” tutur Guru Besar bidang Hak Milik Intelektual dan Hukum Internasional ini. Sikap para guru besar menginspirasi koalisi masyarakat sipil Gerakan Riau Antikorupsi (Grasi). Selama satu pekan, koalisi ini bagikan seratus surat untuk akademisi lintas kampus di Riau. Juga sejumlah tokoh berbagai latar belakang. Seniman, mahasiswa, aktivis hingga kartunis. Mereka diminta menuliskan pandangan ihwal polemik di lembaga antirasuah tersebut. Namun, dari seratus surat yang dikirimkan hanya sepuluh orang yang

menanggapi. Kesepuluh surat inilah yang kemudian dikirim Grasi ke Istana Negara di Jakarta. “Tanda tanya besar mengapa akademisi tidak mau merespon. Sebagai ujung tombak wilayah intelektual, sudah seharusnya kebebasan berpikir kritis muncul dari kampus-kampus,” kata Ahlul Fadli Koordinator Grasi. Ahlul juga menyayangkan tak satupun guru besar dari kampus negeri di Riau yang buka suara. Ia miris lebihlebih Riau masuk daftar provinsi zona merah rawan korupsi. Bagaimana Tanggapan Guru Besar Universitas Riau? Sejak awal Juni lalu, Kru Bahana Mahasiswa (BM) hubungi seluruh Guru Besar UNRI. Tujuannya hendak cari tahu sikap masing-masing mahaguru menyangkut isu KPK. Dari data Senat Universitas Riau, tercatat ada 76 nama dosen berstatus aktif guru besar. Pada masing-masing guru besar itu, Kru BM menawarkan tiga pilihan. Melakukan wawancara langsung, wawancara lewat telepon atau mengisi kuesioner jajak pendapat. Dari seluruh profesor yang dihubungi, hanya tujuh orang yang menyatakan pendapat mengkritisi polemik di KPK. Yustina misalnya. Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini mengaku konsisten mengikuti pemberitaan KPK lewat televisi dan kanal Youtube. Ia menilai beberapa pertanyaan yang diberikan tak sesuai dengan tugas pegawai KPK itu sendiri. “Cenderung mendiskreditkan salah satu agama yang juga melanggar UUD 1945,” tulis dosen Biologi FKIP UNRI ini. Ia ingatkan hasil TWK mesti dikaji ulang.

Hal serupa juga diungkapkan Zulfadil. Ia mengikuti polemik di KPK sejak 75 pegawai dinyatakan tak lolos TWK. Menurutnya, ada yang disembunyikan di balik keganjilan tes tersebut. Ia heran dan bertanya, mengapa KPK perlu membuat tes seperti itu. “Ada hidden mission. Kompetensi yang dimiliki 75 yang tidak lulus tersebut sangat bagus. Mereka juga sudah bekerja keras di KPK,” ujar Guru Besar Bidang Manajemen Sratejik ini. Pendapat lain datang dari salah satu Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Iwantono. Baginya pro dan kontra isu KPK wajar terjadi. Lantaran KPK adalah lembaga yang diharapkan masyarakat jadi tumpuan pemberantasan korupsi. “Masyarakat berharap banyak dari KPK ini. Jadi berita tentang KPK cukup menarik khalayak,” kata Iwantono yang juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI ini, di ruangan kerjanya. Namun, ia mengaku belum berkontribusi luas dalam menanggapi isu TWK ini. Dia bilang urusan itu bukan ranahnya. Yang merupakan akademisi di bidang nano material. “Kalau kontribusi membuat opini atau edukasi ke pihak lain, saya belum sampai ke tahap itu,” jelas dosen Fisika ini. Soal kontribusi, Saryono punya cerita sendiri. Guru Besar bidang Biokimia ini mengaku telah memulai dari hal-hal kecil. Ia contohkan, selama pembelajaran di kelas, ia menekankan perilaku jujur pada mahasiswanya. Alumnus Kimia UNRI ini mengaku miris melihat serangkaian kejadian yang melemahkan KPK. “Kita sebagai bangsa berharap

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

17


"

Kepedulian pemberantasan korupsi adalah masalah pribadi. Siapa yang peduli pasti akan berkomentar. Untuk gerakan moral begitu, ndak harus orang hukum.

"

FOTO: WWW.GAGASANRIAU.COM

Prof. DR. H. Syafrinaldi, S.H., MCL Rektor UIR

18

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

dengan berkurangnya korupsi, pembangunan semakin baik. Ekonomi baik dan rakyat semakin sejahtera,” ujarnya. Di luar dari tujuh orang yang memberi tanggapan. Sisanya memilih tidak menyatakan sikap dengan berbagai alasan. Sebut saja Usman Pato. Bekas Dekan Fakultas Pertanian ini enggan berkomentar. Lewat pesan WhatsApp, ia menolak mengisi jajak pendapat dengan alasan tak sesuai dengan bidang keilmuannya. Begitupun dengan Sujianto Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan. Sebagai Guru Besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ia justru mengaku tak punya kapasitas dan mengalihkan ke yang lain. Kamis siang, Rektor Aras Mulyadi tengah menuruni anak tangga dari lantai dua Gedung Rektorat UNRI. Fani ajudannya mengikuti dari belakang. Sambil memegang gawai, Aras memilih bungkam saat ditanya ihwal polemik yang menderu KPK. Aras dan pembantunya—M. Nur Mustafa Wakil Rektor Bidang Akademik—seia sekata memilih tak berkomentar. Keduanya malah saling tunjuk. Aras arahkan kru BM untuk wawancara M. Nur . Sementara, WR I itu justru melemparnya lagi ke Iwantono. “Yang lain lah dulu,” jawab Aras menanggapi. Saat itu, ia juga menyanggupi akan mengisi jajak pendapat. Namun hingga berita ini terbit, Profesor Fakultas Perikanan dan Kelautan itu, tak menepati janjinya. Ketua Senat UNRI—Adel Zamri punya pandangan berbeda. Ia akan berkomentar setelah semua profesor mengisi angket. Guru Besar FMIPA ini juga menyarankan lakukan wawancara ke profesor senior. Ashaluddin jalil dan Yusmar Yusuf. Keduanya Guru Besar dari FISIP. Ashaluddin Jalil mengaku sedang di daerah yang susah akses sinyal. Selang lima hari berikutnya, mantan Rektor UNRI ini tak juga mengangkat panggilan telepon meskipun

berdering. Sedangkan Yusmar Yusuf tidak merespon sama sekali. Ia hanya membaca pesan yang dikirim padanya. Setelah menghubungi seluruh guru besar, Adel tak jua tepati perkataannya. Profesor dari FMIPA ini hanya membaca pesan yang dikirim padanya. Ada pula yang beralasan sedang sibuk atau tengah sakit. Misalnya Harlen dari FEB. Saat pertama kali dihubungi, ia tak membalas pesan yang dikirim. Esoknya dihubungi kembali namun ia katakan belum bisa memberi komentar, karena sedang dalam masa pemulihan usai dirawat di rumah sakit. Selain itu, Zuchra Helwani dari Teknik Kimia. Saat dihubungi ia mengaku tengah banyak kegiatan. Tak berkenan memberi pendapat. Bungkamnya beberapa guru besar dengan alasan bukan bidang keahliannya disayangkan Syafrinaldi. Baginya kepedulian pemberantasan korupsi adalah masalah pribadi. Siapa yang peduli pasti akan berkomentar. “Untuk gerakan moral begitu, ndak harus orang hukum. Saya kebetulan orang hukum aja,” tuturnya. Lebih lanjut, kata dia sudah semestinya melihat isu korupsi sebagai masalah yang serius. Dampaknya besar karena dapat menggerogoti ekonomi negara. “Siapapun bilang korupsi pasti gak bagus. Agama manapun bilang itu pasti tidak baik.” Ketua Badan Kajian Antikorupsi dan Tata Kelola Pemerintah yang Baik (BAKAT) Fakultas Hukum Universitas Riau, Davit Rahmadhan sebut polemik yang menderu KPK merupakan sebuah keruntuhan bagi eksistensi lembaga itu sendiri. Dosen Hukum Pidana ini, melihat apa yang terjadi sangat bertentangan dengan nilai dan moralitas di negara hukum yang bersumber pada Pancasila. “Kecacatan moral terjadi di institusi KPK. Pada proses peralihan dari pegawai KPK ke dalam ASN itu,” jelasnya.*


BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

19


20

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


Lambang Penyimpan Rahasia Negara Getam Sarang Tabuan merupakan penutup kepala yang pernah digunakan Sultan Syarif Kasim II. Tak sembarang orang bisa memakainya. Karena melambangkan penyimpan rahasia-rahasia kenegaraan.

Oleh Reva Dina Asri

S

EKELOMPOK pemuda dari komunitas Serai Serumpun menemui Gubernur Riau Syamsuar, Selasa 6 Oktober 2020 lalu. Mereka menyerahkan replika Getam Sarang Tabuan ke tangan Syamsuar. Sejenis penutup kepala yang dulu pernah dipakai Sultan Syarif Kasim II—Sultan ke-12 Kesultanan Siak Sri Indrapura. Prosesi penyerahan bernama Sirih Balik ke Gagang atau Sirih Pulang ke Gagang. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya sebagai tradisi mengembalikan sesuatu ke tempatnya semula. Getam Sarang Tabuan lantas diletakkan di Istana Kerajaan Siak sebagai benda koleksi, menambah pajangan istana. Hari itu juga, Syamsuar resmi menetapkan 6 Oktober sebagai Hari Getam Riau. Tiga laki-laki berbusana melayu tengah berkodak di Taman Budaya Riau. Mereka Ryan, Ridwan, dan Syukri. Gambar hasil jepretan akan dipublikasian di media sosial tempat mereka berkomunitas, Serai Serumpun. Komunitas ini sudah ada sejak September 2019. Fokusnya mengumpulkan pemuda yang berkhidmat pada pelestarian kebudayaan Melayu. “Terutama budaya berbusana Melayu,” kata Nanda, salah satu pendiri komunitas ini. Kata Serai mengandung makna orang, sedangkan Serumpun bermaksud berkumpul atau satu

KHAZANAH

FOTO: SERAI SERUMPUN

rumpun. Dua kata ini dianggap selaras dengan simbol yang mereka gaungkan. Ketika serai tumbuh serumpun, maka wanginya akan semerbak ke sekitar. Muhammad Ridwan, salah satu anggota komunitas ini bercerita kepada Bahana. Pegiat seni dan budaya Melayu ini jadi satu-satunya orang yang dapat membuat Getam Sarang Tabuan. Ia juga punya sijil atau sertifikat belajar membuat destar. “Tak sembarang orang bisa membuat getam ini,” katanya sembari menunjuk buku Destar Alam Melayu. Buku karya Johan Iskandar itu menuliskan, getam punya 12 macam rupa. Getam Bulan, Getam Pekasam, Getam Jantung, Getam Bertanduk, Getam Budu, dan Getam Sedaun. Ada pula Getam Sudu Itik, Getam Bunga Padi, Getam Bertangkai, Getam Kuncen, Getam Tanjong Penaga. Dan tentunya Getam Sarang Tabuan. Ridwan jelaskan, fungsi tiap-tiap Getam sejatinyanya sama. Hiasan kepala. Ia tak diperuntukkan sebagai peralatan perlindungan diri, hiasan tok. Sedangkan untuk perlindungan, biasanya topi besi dan topi keledar menjadi bagian dari atribut perang. Getam Sarang Tabuan berwarna keemasan. Dalam Adat Melayu warna keemasan berarti lambang kejayaan dan kemegahan. Bagian depan getam berhiaskan logam dengan 11 sudut runcing mengelilinginya. Sementara bulu-bulu halus berwarna putih menghiasi bagian atas. Lengkap pula dengan corak khas Melayu. Garis-garis di sekeliling getam bermakna rahasia dan aib yang dijaga oleh empunya. “Untuk getam ada banyak jenisnya, salah satunya Getam Sarang Tabuan,” terang Ridwan. Getam ini asli dari Riau. Namun, pengrajinnya sudah tak ada lagi sejak 1940.

Hatinya tergerak, Ridwan lantas pelajari cara membuat getam jenis ini. Ia terpacu untuk belajar. Sebab, tak menemukan lagi orang yang dapat membuatnya di Bumi Lancang Kuning. “Prosesnya panjang, harus berguru terlebih dulu,” kenangnya. Getam Sarang Tabuan betul-betul sakral. Mulai dari bahan, proses pembuatan, hingga pemakainya. Satu tahun Ridwan habiskan untuk berguru pada Johan Iskandar di Kajian Akademi Melayu Universitas Malaya, Negeri Jiran Malaysia. Penutup kepala ini tak bisa sembarang jadi. Berguru memang jadi syarat. “Tidak hanya asal buat dan diperjualbelikan,” sambung Syukri. Selain itu, bahan dasarnya juga khusus, harus kain murni. Sementara pemakainya, tak pula sembarang orang berkesempatan. Pucuk pimpinan suatu negeri lah yang berhak atas getam ini. Mengkilas sejarah, getam ini punya ciri khas menutupi seluruh bagian kepala sultan. Maknanya melambangkan penyimpan rahasiarahasia kenegerian. Itulah musabab mengapa tak sembarang orang boleh memakai. Rahasia ketahanan negara taruhannya. “Jadi, rahasia–rahasia ketahanan negara hanya diketahui oleh si pemakai,” ungkap Ridwan menambahkan. Komunitas Serai Serumpun resah dengan menjamurnya orang mengenakan penutup kepala khas Melayu, tetapi tak paham makna. Baik dalam hal pembuatan maupun pemakaiannya. “Supaya nantinya tidak ada orang yang membuat getam ini, kecuali mereka yang paham kaidahnya dalam proses dan syarat-syarat pembuatannya,” begitu harap Syed Muhammad Syukri, Ketua Serai Serumpun.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

21


LAPORAN UTAMA

PROYEK KAMPUS RAWAN MALING Pengadaan barang dan jasa di UNRI tergolong rawan dikorupsi. Setidaknya sudah empat orang dijatuhi hukuman penjara. Akibatnya pembangunan tak maksimal bahkan mangkrak.

Oleh Andi Yulia Rahma

22

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


N

ASIB buntung menimpa 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka dipecat dari lembaga anti rasuah lantaran tak lolos tes wawasan kebangsaaan (TWK). Tes ini dinilai sejumlah pihak kontroversial mulai dari daftar pertanyaan hingga ke-75 nama yang sudah ditarget. Kuat syak wasangka, Firli Bahuri Ketua KPK sengaja buat TWK guna menyingkirkan pegawai yang berseberangan dengannya. Pertengan Mei lalu, sebanyak 74 guru besar lintas kampus merespon. Para guru besar mendesak pimpinan KPK, Firli Cs membatalkan hasil tes itu. Gerakan moral para guru besar itu menginspirasi koalisi masyarakat Gerakan Riau Anti Korupsi (Grasi). Koalisi masyarakat sipil Riau ini, kirimkan seratus surat tanggapan akademisi di Riau untuk mendukung 75 pegawai KPK. Yang kemudian diteruskan kepada Presiden Joko Widodo. Dari keseluruhan surat yang dibagikan, Grasi hanya menerima balasan sepuluh surat saja. Selebihnya tak merespon. Ahlul Fadli Koordinator Grasi menyayangkan minimnya kepedulian akademisi di Riau terhadap pemberantasan korupsi. “Tanda tanya besar mengapa akademisi tidak mau merespon. Pun mengkritisi atau menyuarakan pendapat mereka,” kata alumnus Universitas Riau ini. Dari 74 guru besar yang tegas menolak TWK itupun hanya satu guru besar di Riau yang ikut bersuara. Yakni Syafrinaldi Rektor Universitas Islam Riau. Ahlul menilai mestinya kebebasan berpikir kritis muncul dari kampuskampus. Apalagi Riau masuk tiga besar provinsi rawan korupsi. Mulai dari pemerintahan, legislatif bahkan menjalar ke dunia pendidikan.

“Tanda tanya besar mengapa akademisi tidak mau merespon. Pun mengkritisi atau menyuarakan pendapat mereka.”

Dalam kurun 2015-2019, Indonesia Corruption Watch atau ICW menemukan 202 kasus korupsi di sektor pendidikan yang melibatkan 465 orang. Kerugian negara yang timbul akibat tindakan korupsi tersebut mencapai Rp410,9 miliar. “Dari ratusan kasus itu, sebanyak 20 kasus atau sekitar 10 persen terkait dengan korupsi di perguruan tinggi dengan kerugian negara mencapai Rp81,9 miliar,” kata Siti Juliantara Peneliti ICW, dilansir dari Koran Tempo. Pegawai atau pejabat struktural tercatat paling banyak sebagai pelakunya. ICW juga menemukan lima modus korupsi yang terjadi di perguruan tinggi. Di antaranya pengadaan barang dan jasa, dana hibah, dana penelitian, sumbangan pendidikan, serta anggaran operasional kampus. Di Universitas Riau, modus korupsi pengadaan barang dan jasa menyeret beberapa dosen dan pegawai ke jeruji besi. Seperti terhimpun pada Majalah Bahana edisi Oktober-November 2015, yang beritakan dugaan korupsi pembangunan kelas baru dan Gedung Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik alias FISIP. BERTARIKH pada 2011, empat ruangan kelas baru akan dibangun menyusul jumlah mahasiswa FISIP yang terus bertambah. Uang Rp900 juta dianggarkan dari dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Nasional atau BOPTN. Lokasi pembangunan berada di sebelah musala fakultas, dekat dengan homestay Mahasiswa Pecinta Alam Sakai FISIP. Proyek pembangunan ruang kelas lantas dilelangkan. Perusahan yang beralamat di Siak, CV Siak Setia Jaya keluar sebagai pemenang tender. Dalam dua bulan perusahaan ini harus selesaikan pembangunan ruang kelas tersebut. Namun sejak dapatkan kontrak, perusahaan tak kunjung mengerjakan pembangunan. Jamarusen atau biasa dipanggil Nonet—pemilik CV Siak Setia Jaya— pada Hery Suryadi mengaku belum memulai pekerjaaan karena kekurangan tenaga kerja. Hery adalah Pembantu Dekan II FISIP. Ia lantas pertemukan Nonet dengan Ekki Ghadafi, Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan FISIP. Ekki

lalu mengenalkan Nonet pada Joko, kontraktor yang akan membantu pengerjaan proyek. Singkat cerita, Nonet sepakat kerjasama dengan Joko. Awalnya pembangunan berjalan, sesekali Nonet datang mengawasi. Malangnya, makin hari ia jarang melihat para pekerjanya hingga ketahuan kontraktor menghilang. Jejak Joko tak terlacak. Pembangunan ruang kelas mangkrak. Nonet akhirnya dipanggil Kejaksaan Negeri Pekanbaru. Dari hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Riau, proyek ini terbukti merugikan negara. Ia harus membayar kerugian itu sebesar Rp. 212.539.282. Kejari juga memanggil Hery Suryadi pada Juli 2012. Namun sebulan sejak pemanggilan itu, kejaksaan menghentikan penyelidikan dengan alasan kerugian negara sudah dikembalikan. “Saya harus jual mobil dan kebun untuk ganti kerugian negara Rp200 juta itu,” cerita Nonet dalam tulisan di majalah itu. Tak tersentuh di proyek pembangunan kelas baru, Hery Suryadi justru terjerat korupsi pembangunan gedung Pascasarjana FISIP tahun anggaran 2012. Proyek senilai Rp9,5 miliar itu jadi bancakan tiga nama lain yang kini status hukumnya telah incracht atau berkuatan hukum tetap. Dua dari tiga nama itu dari pihak swasta. Ruswandi kontraktor proyek dan Benny Johan konsultan perencana dan pengawas proyek. Serta Ketua Tim Teknis Pembangunan Proyek yang merupakan Dosen Teknik Sipil Universitas Riau, Zulfikar Djauhari. Pada 2018 lalu, Kepolisian Resort Kota Pekanbaru juga tetapkan Ekki Ghadafi—anggota kelompok kerja (Pokja)—sebagai tersangka. Tiga tahun menyandang status tersangka, Ekki juga belum disidangkan. Penyidik belum selesaikan berkas perkara mantan Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Provinsi Riau itu. Berulang kali pula Jaksa Penuntut Umum mengembalikan berkas dan menyatakan belum lengkap alias P-21. Polisi kembali memanggil Ekki pada 4 Juni lalu. Rencana membangun gedung Pascasarjana FISIP di Kampus Binawidya—kampus utama UNRI— BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

23


24

BAHANA MAHASISWA

Riset: Dicky Pangindra EDISI MEI-JULI 2021 Infografis: Haby Frisco


muncul setelah dua tahun terjadi kebakaran di Kampus Gobah. Kebakaran terjadi pada 2010 melenyapkan dua puluh tujuh ruangan tempat mahasiswa pascasarjana. Si jago merah juga melalap Sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi Mahasiswa. Ali Yusri, Dekan FISIP kala itu ambil kebijakan perkuliahan Pascasarjana FISIP dipindah ke Kampus Panam. Barulah pada pada 2012 diadakan lelang mencari kontraktor yang akan membangun gedung pascasarjana baru. Tepatnya 2 Oktober, lewat Layanan Pengadaan Secara Elektronik atau LPSE, tender gedung senilai Rp9.504.906.000 diumumkan selama satu minggu. Namun hingga tenggat akhir pendaftaran, tak banyak perusahaan tertarik mendaftar. Pokja menyatakan lelang proyek gagal. “Waktu lelang pertama ada yang daftar tapi tak sampai 3 perusahaan,” ujar Iskandar, Ketua Pokja lelang proyek dalam majalah Bahana terbitan 2015 silam. Gagal dilelang pertama, Rektor Ashaluddin Jalil selaku Kuasa Pengguna Anggaran atau KPA perintahkan buat lelang kembali. Setelah dibuka, 14 perusahaan tercatat mendaftar pada lelang kedua ini. Dari semua pendaftar, hanya empat perusahaan yang mengirimkan dokumen penawaran. Diantaranya PT Elbass Poly Karya, PT Dayatama Beta Mulya, PT Indah Harisanda dan PT Ramawijaya. Keempat perusahaan boleh ikut tahap evaluasi. Ada dua tahapan evaluasi yang mesti dilewati: evaluasi administrasi dan evaluasi teknis. Hanya Elbass dan Dayatama yang lolos evaluasi administrasi. Sisanya dinyatakan gagal. Pada evalusi teknis, dua perusahaan yang lolos administrasi ini, dinyatakan tidak memenuhi syarat. Pokja kembali terbitkan berita acara bahwa lelang kedua dinyatakan gagal. Dua kali berujung kegagalan, Ashaluddin Jalil sarankan Hery dan Pokja konsultasi dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional. Inspektorat lantas mengarahkan Pokja konsultasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan dan Jasa Pemerintah atau LKPP. Deputi Layanan Hukum dan

Penyelesaian Sanggah LKPP berikan saran, rektor selaku KPA dapat melakukan Penunjukan Langsung (PL). Arahan LPPP merujuk pada Peraturan Presiden 2010 nomor 54 soal pengadaan barang dan jasa. Dalam kasus gedung Pasca Sarjana, PL dilaksanakan sebab tahapan-tahapan normal yang dilalui tak terpenuhi. Selang dua hari sejak LKPP berikan saran, pada 19 Oktober 2012, Rektor Aje—sapaan akrab Ashaluddin— memberikan rekomendasi pada Pokja untuk diadakan PL. Tiga perusahaan yang memenuhi kriteria kemudian diundang. PT Pembangunan Perumahan, PT Total Bangun Persada dan PT Waskita Karya. PT Pembangunan Perumahan menolak karena sedang kerjakan proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan UNRI. PT Total Bangun Persada juga menolak dengan alasan proyek berada di bawah standar mereka. Tersisa PT Waskita Karya yang dipandang memenuhi kriteria PL untuk proyek ini. Namun, Ruswandi Manager Marketing perusahaan pelat merah itu bilang, perusahaannya tidak bisa ikut lelang karena nilai proyek tak sampai Rp25 miliar. Ruswandi beri tawaran lain. Proyek akan digarap oleh PT Usaha Kita Abadi (UKA). Yang diakunya sebagai perusahaan milik koperasi karyawan Waskita Karya. Ruswandi juga mengaku jadi komisaris di PT UKA. Pokja lantas meminta Ruswandi masukkan penawaran. Dari sinilah persoalan muncul. Ruswandi memasukan berkas penawaran tanpa sepengetahuan Ratna Mulyani—Direktur PT UKA yang juga kakak iparnya. Semua tandatangan atas nama Ratna dipalsukan. Ruswandi juga memanipulasi data perusahaan dengan mencomot 14 karyawan Waskita yang diaku sebagai karyawan UKA. Hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan menemukan kerugian negara Rp940.245.271. Beberapa bagian gedung ditemukan telah retak. Dua tiang sengaja dibangun padahal dalam kontrak tidak ada disepakati. Ruswandi dinyatakan bersalah. Pada 27 Desember 2018, Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

(Tipikor) Pengadilan Negeri Pekanbaru menjatuhi kurungan 3 tahun penjara dan denda Rp50 juta dengan subsider 3 bulan kurungan. Ruswandi juga diwajibkan mengganti kerugian negara senilai Rp940.245.271 atau subsider 6 bulan kurungan. Dalam satu sidang, hakim juga menjatuhi vonis 2 tahun serta denda Rp50 juta buat Hery Suryadi. Ia bertanggung jawab pada pelaksanaan proyek. Pekerjaaan pembangunan baru sampai 60 persen namun anggaran tetap dicairkan 100 persen. Enam bulan sebelum vonis itu juga, Hery telah dijatuhi hukuman pidana oleh Pengadilan Tipikor Tanjungpinang. Semasa menjabat Wakil Rektor II Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), ia terjerat korupsi pengadaan Program Integrasi Sistem Akademik tahun anggaran 2015. Hery, dianggap merugikan keuangan negara sebesar Rp12,3 miliar. Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 1 tahun 8 bulan. Pada 29 Maret 2019, atau selang tiga bulan setelah majelis hakim jatuhkan vonis pada Hery dan Ruswandi, penyidik tetapkan dua tersangka baru. Zulfikar Djauhari dan Benny Johan. Majelis hakim Pengadilan Tipikor PN Pekanbaru jatuhkan vonis 2 tahun kurungan dan denda Rp50 juta buat Zulfikar dan Benny. Untuk Benny, majelis tambahkan hukuman ganti kerugian negara Rp43,2 juta. Jaksa Penuntut Umum ajukan banding. Di tingkat banding, kedua pesakitan ini dapat vonis lebih ringan. Zulfikar dikurung satu tahun tanpa denda. Benny 1,5 tahun serta denda Rp50 juta. Setelah putusan itu dibacakan, baik jaksa maupun kubu Zulfikar sama-sama ajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam vonis yang dibacakan 8 April 2020, Hakim Agung menguatkan putusan banding. Hanya ada tambahan denda Rp50 juta untuk Zulfikar. Lima hari pasca putusan, Kejari menjebloskan Zulfikar ke Rumah Tahanan Kelas I Pekanbaru. Untuk mencegah rasuah, Ahlul katakan mahasiswa harus ikut ambil peran. Bersikap kritis dan berani tidak ikut campur terhadap perilaku koruptif. “Berani menyuarakan isu-isu yang ada di kampus. Itu jadi salah satu nilai integritas seseorang,” ujarnya.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

25


LAPORAN UTAMA

Akademisi di Riau Tak Peduli Pemberantasan Korupsi Oleh Firlia Nouratama

H

Melalui Grasi inilah mereka dipertemukan dalam satu wadah. Dari sini, wawasan serta ide-ide bisa dituangkan. Bisa jadi, pemikiran dan gerakan baru akan muncul. Ahlul Fadli, Koordinator Grasi

26

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

ASIL tes wawasan kebangsaan (TWK) Komisi Pemberantasan Korupsi terus menuai protes dari publik. Firli Bahuri Ketua KPK diduga sengaja buat tes itu untuk menyingkirkan 75 pegawai yang dianggap berseberangan dengannya. Beragam dukungan kepada 75 pegawai yang tak lolos tes terus berdatangan. Sebanyak 74 guru besar dari lintas kampus dari berbagai disiplin ilmu, meminta KPK batalkan hasil TWK. Para guru besar ini menilai, tes itu melanggar hukum dan etika publik. Di Riau gaung penolakan juga bermunculan. Salah satunya dari Koalisi Gerakan Riau Anti Korupsi (Grasi). Koalisi ini beranggotan Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi mahasiswa, lembaga bantuan hukum dan masyarakat sipil. Grasi terbentuk atas inisiatif dari KPK dan Komisi Yudisial, yang dideklarasikan 26 Mei 2016 lalu. Tujuan utamanya memperkuat jaringan masyarakat untuk peduli isu korupsi di Riau. Lantaran sebelumnya gerakan masyarakat memerangi korupsi berjalan sendiri-sendiri. “Melalui Grasi inilah mereka dipertemukan dalam satu wadah. Dari sini, wawasan serta ide-ide bisa dituangkan. Bisa jadi, pemikiran dan gerakan baru akan muncul,” kata Ahlul Fadli Koordinator Grasi. Sikap 74 guru besar itu menginspirasi gerakan Grasi. Pada Jumat, 11 Juni lalu, koalisi ini kirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo, ihwal pemberhentian 75 pegawai KPK. Sepekan sebelumnya, Grasi terlebih dahulu kirim surat meminta tanggapan akademisi dari berbagai perguruan

tinggi di Riau. Juga sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang, seperti seniman, mahasiswa, aktivis hingga kartunis. Namun dari 100 surat cinta yang dikirimkan, hanya sepuluh orang yang menanggapi. Kesepuluh surat inilah yang kemudian dikirmkan ke presiden. Mengapa hanya sepuluh persen saja yang menanggapai? Siapa sajakah mereka?. Firlia Nouratama, Reporter Bahana melakukan bincang-bincang bersama Ahlul Fadli di Sekretariat Walhi Riau, 11 Juni lalu. Berikut petikannya: Bagaimana hasil ‘surat cinta’ yang Grasi buat? Dari 100 surat yang dikirim, hanya 10 orang yang memberi tanggapan, selebihnya tak menjawab. Kebanyakan memang berasal dari akademisi. Padahal Riau merupakan target 3 besar zona merah KPK. Seharusnya, akademisi dan mahasiswa bisa lebih kritis. Surat cinta ini sebagai bukti bahwa masih ada segelintir orang yang bersuara atas pelemahan KPK, selain guru besar.

Adakah akademisi di Riau yang terang-terangan menolak TWK ini? Kami melihat, di Riau hanya ada satu guru besar yang menyatakan sikap terhadap pelemahan KPK. Itupun bukan dari Universitas Riau, melainkan Rektor Universitas Islam Riau [Syafrinaldi]. Ini sangat miris menurut kami. Padahal, ada banyak guru besar yang tersebar di lima kampus besar di Riau. Apakah selain Syafrinaldi, mereka tidak punya jiwa anti korupsi?


Sikap akademisi yang lain? Secara umum, hanya sedikit yang memberi respon terkait TWK KPK ini. Bahkan menjadi tanda tanya besar mengapa akademisi tidak mau merespon. Pun mengkritisi atau menyuarakan pendapat mereka. Sebagai ujung tombak wilayah intelektual, sudah seharusnya kebebasan berpikir kritis muncul dari kampus-kampus. Untuk sekelas Badan Eksekutif Mahasiswa, isu ini juga tidak muncul. Biasanya, terkait isu minyak dan gas mereka kerap turun tangan. Namun, terkait isu TWK di KPK, hal tersebut tak terlihat. Dari hasil surat cinta bisa dinilai bahwa kepedulian mereka terhadap isu-isu pelemahan KPK sangat kurang.

Bila dibandingkan dari luar Riau, apa perbedaan sikap akademisinya? Kami melihat respon baik pada akademisi di luar Sumatera, khususnya daerah Jawa. Hal ini dibuktikan dari 74 guru besar yang menyatakan sikap, kebanyakan berasal dari Jawa. Alasannya juga karena di Jawa memiliki akses yang lebih dekat dan terbaru. Mereka di wilayah itu juga dinilai paham situasinya. Dengan informasi yang didapat bisa disebarkan ke luar Jawa. Pun perguruan tinggi besar di sana, sebagian masih menyimpan rasa kepedulian dan punya integritas.

Selain kirim surat, apa saja gerakan yang dibuat Grasi? Kita membuat rilis dan kampanye media sosial. Contohnya membuat video. Terakhir kali juga diadakan nonton bareng film dokumenter berjudul The End Game. Upaya itu dilakukan agar permasalahan ini diketahui orang banyak dan disebarluaskan.

Bagaimana jika ke-51 pegawai tetap diberhentikan? Sebenarnya 51 Pegawai KPK tersebut sudah diberhentikan, tapi memang peresmiannya di bulan November. Suratnya bahkan sudah keluar. Saat ini statusnya masih nonaktif. Artinya, bisa berkantor tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk berhenti menjadi Pegawai KPK

tidak bisa langsung begitu saja, ada prosesnya. Masih ada waktu hingga November sampai benar-benar tidak lagi di KPK. Menjelang November, upaya konsolidasi terus digalakkan. Contonya dengan menyadarkan masyarakat bahwa permberhentian pegawai KPK ini membawa dampak yang besar.

Pemecatan itu bakal melemahkan kinerja KPK, khusus di Riau apa akibatnya? Dalam memberantas korupsi di Riau, kinerja KPK terbilang progresif. Pemberantasan korupsi oleh KPK menjadi salah satu yang dapat memperbaiki ekosistem tata kelola di Riau. Selain itu merubah pola pikir dari yang koruptif menjadi lebih rapi dan bersih secara sistem. Walaupun begitu, sebagai masyarakat, sudah seharusnya ikut membantu kinerja KPK. Misalnya memberi informasi jika ada dugaan korupsi. Bisa pula meminta pendampingan KPK terkait kasus korupsi. Upaya lanjutan Grasi mendukung 75 pegawai KPK? Intinya kita menunggu kabar, perlu dirembukkan lagi. Dilihat juga sudah sejauh mana perkembangan di nasional. Ke depannya tidak ada yang tahu, apakah terus mendukung perjalanan 75 Pegawai KPK tersebut atau ada strategi baru. Semuanya harus dikonsultasikan. Tidak bisa asal dan sembarangan. Perlu terus dipantau dan berkoordinasi dengan teman-teman daerah atau di nasional.

Bagaimana Grasi melihat peran mahasiswa terkait kasus TWK KPK? Umumnya masih ada yang menyuarakan, tapi tidak banyak. Pasca aksi reformasi korupsi, Revisi UndangUndang KPK, dan Rancangan UU KUHP disitulah puncak paling besar para mahasiswa turun. Akan tetapi, saat alih status Pegawai KPK dan diperlemah oleh TWK ini, mahasiswa tidak nampak. Memang, beberapa mahasiswa juga membuat kegiatan nonton bareng dan diskusi. Di lain sisi, mungkin saja aksi turun ke jalan tidak dilakukan sebab keamanan yang tak terjamin. Bisa jadi, mahasiswa

hati-hati dalam melakukan kegiatan. Banyak aksi demo yang didesak keluar, kemudian ditangkap. Kali ini mahasiswa tidak semasif yang di jalan. Bahkan beberapa BEM di Jawa banyak membatalkan kegiatan diskusi KPK dan acara nonton bareng, karena ada intimidasi. Di antaranya dengan mengirim pesan ke panitia sampai pembubaran paksa. Selain turun ke jalan, bagaimana mestinya mahasiswa menyikapi TWK ini? Kalau tidak ingin turun ke jalan setidaknya suarakan di kampus masing-masing. Bisa juga melakukan aksi di kampung-kampung tempat tinggal mahasiswa. Sebenarnya ada banyak cara, tinggal keinginan dari mahasiswanya saja. Secara individu juga bisa menyuarakan pemikiran di media sosial dengan pertimbangan, argumen, dan data yang matang.

Nah, supaya mahasiswa peka terhadap isu korupsi? Mahasiswa harus tahu lebih detail tentang kasus yang muncul. Pelajari isu besar. Terkait isu TWK KPK, kami melihat ini hanya pengalihan isu. Isu besarnya adalah bagaimana dampak setelah ini. Misalnya pemberian izin seluas-luasnya, pengusaha menguasai pasar dengan sistem monopoli, dan masih banyak lagi. Dampak-dampak ini yang harus mahasiswa pelajari. Kalau hanya fokus pada pelemahan KPK semata, koruptor dan pengusaha yang bermain sudah memikirkan jauh ke depan. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan bisa membaca strategi. Apa yang perlu diperbaiki untuk mencegah tindakan korupsi? Bersikap kritis dan berani. Berani untuk tidak ikut campur terhadap hal-hal buruk. Selain itu, berani menyuarakan isu-isu yang ada di kampus. Itu jadi salah satu nilai integritas seseorang.*

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

27


GELAGAT

Mesin Ketik Andalan Pakde Ia tulis soal-soal ujian mahasiswa masih pakai mesin ketik. Bila ada tulisan yang keliru, ia menutupinya pakai cairan tipe-ex atau mengulang ketikan dari awal.

FOTO: DOK.NARASUMBER

Oleh Aditia Anhar

28

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


S

ABAN Jumat seusai salat subuh, sepeda ontel itu dikayuhnya. Jarak sekitar tujuh kilometer dari Jalan Bukit Barisan ke Jalan Pattimura. R Soekartono tiba di Kampus lama Universitas Riau. Biasa disebut Kampus Gobah. “Sekalian olahraga,” katanya. Di hari lain sepeda motor atau mobil jadi pilihannya. Sebelum menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Riau, Soekartono lama malang melintang sebagai jaksa. Awal karirnya di Korps Adhyaksa dimulai tahun 1986 di Jakarta. Setahun setelah tamatkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Sebagai pegawai negeri, ia harus siap ditugaskan di manapun. Dari Jakarta, Soekartono dipindahkan ke Lahat, Sumatera Selatan. Hanya setahun di Lahat, Soekartono kembali dimutasi ke Magelang. Kali ini sebagai Seksi Perdata Usaha Negara sampai 1994. Setahun kemudian, ia dapat tugas ke Pengadilan Negeri Purbalingga. Ada pengalaman yang berkesan di sini. Saat itu pada 2003, nusantara dihebohkan dengan munculnya kasus Sumanto. Pelaku kanibalisme dan pencurian mayat. Soekartono jadi salah satu jaksa yang menuntut Sumanto ke jeruji besi. “Saya menjadi jaksa dalam persidangan itu,” kenangnya. Saat itu se isi ruang sidang dipenuhi pengunjung. Kasus ini menyorot perhatian publik. Usai di Purbalingga, Soekartono kembali meniti karirnya sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Lombok Timur. Tiga tahun di Lombok, pada 2006 ia hijrah ke Pekanbaru. Posisinya saat itu sebagai Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara di Kejaksaan Tinggi Riau. Selama bertugas di Bumi Lancang Kuning, Soekartono juga sempat bertugas di Siak dan Rengat. Masingmasing selama enam bulan sebagai Pelaksana Harian Kepala Kejaksaan Negeri. Di usia 62 tahun, Soekartono akhiri karirnya sebagai jaksa di Kejaksaan Tinggi Riau. Tak mau membiarkan masa pensiunnya berlalu begitu saja, Soekartono menetapkan pilihan sebagai tenaga pengajar.

“Aneh kan ya. Dari jaksa yang ketemu dengan teroris, pembunuh, penipu, sekarang malah jumpa mahasiswa. Ya, itu alasannya untuk amal jariyah,” ceritanya. Ia mengajar di Universitas Lancang Kuning, Universitas Islam Riau, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Hingga akhirnya pada 2014, Soekartono mulai debutnya sebagai dosen di UNRI. Ia ajarkan mata kuliah Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Tata Usaha Negara. Selama menjadi dosen, Soekartono lebih akrab di panggil Pakde oleh mahasiswanya. Setiap perkenalan dengan mahasiswa, ia meminta dipanggil begitu. Merasa lebih dekat, itulah tujuan Soekartono. Bahkan, di ruangan kelas sekalipun.

“Iya, memang saya sering dipanggil Pakde. Tapi bukan pak dekan, lho ya,” kelakarnya.

Satu hal yang unik dari Soekartono adalah caranya membuat soal ujian mahasiswa. Pakde menulis soal-soal itu menggunakan mesin tik atau mesin ketik. Tak ayal bila terjadi salah ketik beberapa huruf saja, ini sulit dirubah bila tidak harus mengetik ulang dari awal. Mesin ketik merek Brother Typewriter M-2000 berwarna putih abu-abu ia beli pada tahun 2016 seharga Rp1,4 juta. Kebiasaan menggunakan mesin ketik ini saat ia menjadi jaksa. Keakrabannya dengan mesin ketik membuat Sokartono mahir mengetik menggunakan sepuluh jari. Bahkan, ia hanya perlu waktu 15 menit untuk mengetik soal ujian mahasiswa. Derisma Wulandari salah satu mahasiswanya di FH UNRI katakan, Soekartono sering salah ketik saat buat soal ujian. Namun begitu mahasiswa masih dapat memahami maksud dari soal tersebut. Begitu juga dengan Dimas, ia malah tak menyadari beberapa kali soal ujian yang diberi Sokartono salah ketik.

Walaupun Soekartono punya laptop yang lebih praktis untuk mengetik soal ujian, tetap saja ia lebih nyaman dan terbiasa dengan mesin ketik. Jika ada kata hasil ketikan yang salah, ia akan mengoleskan cairan pengoreksi atau tipe-ex dan memperbaikinya. Dengan begitu, Soekartono tak perlu membuat soal dari awal. Selain itu, cara mengajar Soekartono pun unik. Ia gunakan metode penjelasan satu arah dan menuliskan materi pembelajaran di papan tulis. “Kalau mengajar, saya menggunakan cara manual. Saya tulis di papan. Materinya ya berdasarkan buku paket yang diberikan,” kata Soekartono mengisahkan. Derisma Wulandari ceritakan, dosennya itu selalu menyiapkan singkatan-singkatan unik. Tujuannya, memudahkan mahasiswa untuk mengingat. “Cara mengajar Bapak tu unik. Dia mengajarkan dari pangkalnya gitu. Contohnya upaya mempertahankan kemerdekaan, siap sedia membela tanah air, menjaga keutuhan bangsa, menolak campur tangan, memperkuat pertahanan. Itu disingkat menjadi SMMM,” jelas Derisma mengenang. Dimas membagikan kebiasaan Soekartono sebagai dosennya kala itu. Sebelum mulai belajar, ia selalu menunjuk mahasiswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Sembari mengingat kembali materi di pertemuan sebelumnya. Hal ini dikatakan Dimas membuat ia dan kawan-kawan harus belajar sebelum masuk kelas. Kini, telah usai masa Soekartono mengajar. Ia mengundurkan diri dan pensiun menjadi dosen di umur 69 tahun. Bertepatan dengan awal datangnya pandemi Covid-19 ke Indonesia. Ia terbang, pulang kampung ke Malang. Mesin ketik kesayangan ia tinggalkan di rumah adik sepupunya di daerah Bukit Raya, Pekanbaru. Soekartono tak ingin perjalanannya berhenti sampai di sini saja. Ia berencana membuka praktik advokat di Malang. Berbekal sertifikat dan pengalaman yang ia miliki selama bekerja di dunia hukum.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

29


FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

Serba-serbi Ramadan di sekitar UNRI

RAMAI-RAMAI pedagang takjil tak hanya ada di Jalan Soebrantas saja. Di sepanjang ruas Jalan Bina Krida dan Jalan Manyar Sakti tak kalah ramai. Deretan pedangang kaki lima lengkap dengan takjil yang dijajakan di atas meja. Bahkan, mahasiswa juga memanfaatkan bulan Ramadan untuk berjualan takjil.

MENANTI tiba waktu Salat Isya dan tarawih, dari luar masjid terlihat tampak lalu-lalang orang berdatangan untuk beribadah di Masjid Arfaunnas. Satpam pun memberikan karcis untuk masing-masing pemilik kendaraan di halaman masjid. Tujuannya agar kendaraan yang ke luar masuk lebih terpantau. Masjid Arfaunnas biasanya mendirikan Salat Tarawih dengan 8 rakaat, 3 rakaat Salat Witir penutupnya. Tak lupa ada sesi ceramah oleh ustaz di setiap pertengahan Salat Tarawih.

30

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


FOTO

CoronaVac adalah jenis vaksin yang diberikan. Bahan bakunya berasal dari Sinovac. Vaksin merek Sinovac merupakan vaksin pabrikan dari Cina. CoronaVac sendiri dikelola oleh Bio Farma. Dosis yang diberikan untuk satu peserta vaksinasi berjumlah 0,5 ml per satu suntikan. Satu vial vaksin CoronaVac dapat dibagi untuk sepuluh orang.

Vaksinasi Covid-19 di RSP UNRI

FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

31


SEMPENA

FOTO: DOK. NARASUMBER

CUM LAUDE JALUR EKSPRES Tahun 2020 lalu, ia jadi ketua PKM yang lolos sampai ke Pimnas. Bonusnya ia dapat pembebasan skripsi. Cukup pakai makalah Pimnas pada sidang sarjana. Oleh Rio Eza Hananda Nama: Tri Padila Rahmasari Ttl: Pasar Baru Pangean, 3 Desember 1999 Riwayat Pendidikan - SDN 001 Pasar Baru Pangean (2005-2011) - MTsN 1 Kuantan Singingi (2011-2014) - SMAN Pintar Provinsi Riau (2014-2017) - Universitas Riau (2017-2021)

32

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

K

ARANGAN ilmiah itu hanya sekitar tiga puluh halaman. Bagian sampul berwarna hijau agak gelap. Tri Padila Rahmasari presentasikan skripsinya akhir Januari lalu. Di hari Selasa itu, ia pun resmi bergelar Sarjana Pendidikan. “Mungkin saya satu-satunya dari FKIP dengan skripsi hanya 30 lembar. Biasanya skripsi anak FKIP itu tebaltebal, sampai ratusan halaman,” kata perempuan kelahiran Pangean, Kuantan Singingi ini. Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan—FKIP— Universitas Riau, mahasiswa baru bisa menyelesaikan Starata Satu setelah ikuti empat kali sidang ujian. Seminar mata kuliah di semester enam. Disusul seminar proposal dan seminar hasil. Terakhir ujian komprehensif atau sidang sarjana. Aturan itu tak berlaku bagi Dila— sapaan akrabnya. Ia tamatkan kuliah di Pendidikan Kimia pakai jalur ekspres. Tanpa seminar proposal juga seminar hasil.


Muasalnya dari kebijakan Mahdum Adnan. Terhitung Agustus 2020 lalu, Dekan FKIP itu, bebaskan skripsi mahasiswa peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian dan Teknologi yang lolos sampai Pekan Ilmiah Nasional alias Pimnas. Cukup pakai makalah Pimnas, mahasiswa sudah bisa ikut sidang akhir. Dila pertama kali tahu aturan ini dari Rozalinda—Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sekaligus dosen yang mendampinginya di ajang PKM. Masih penasaran, Dila temui Wakil Dekan III FKIP. Niatnya hendak memastikan kepastian aturan yang dimaksud Rozalinda. “Iya benar dan memang kebijakan ini baru ditetapkan Agustus 2020. Selamat ya kamu menjadi mahasiswa pertama di FKIP yang mendapat hak istimewa seperti ini,” kata Dila menirukan ucapan Hermandra saat itu. Pimnas merupakan salah satu ajang bergengsi bagi mahasiswa beradu ide dan kreativitas secara nasional. Pesertanya diikuti ratusan perguruan tinggi se-Indonesia. Pelaksanaan Pimnas ke-33 pada 2020 lalu, di Universitas Gadjah Mada sedikit berbeda dari biasanya. Akibat pandemi Covid-19, peserta hanya diwajibkan membuat artikel yang di unggah ke jurnal terakreditasi. Beda dari tahun-tahun sebelumnya yang mengharuskan peserta membuat produk atau benda. Bersama Gesty Mika Juwani dan Lani Dwi Kurnia, tim ini ikut PKM kategori Penelitian Sosial dan Humaniora. Di UNRI bidang penelitian masih minim peminat. “Jadi peluangnya besar untuk sampai ke Pimnas,” cerita Dila. Mulanya mereka berniat mengembangkan bahan ajar berbasis elektronik untuk membantu guru melek teknologi dalam pembelajaran. Namun rencana itu berubah. Meraka putuskan pilih judul penelitian Elektronik Lembar Kerja Peserta Didik (E-LKPD) untuk Menumbuhkan High Order Thinking Skills pada Materi Kesetimbangan Larutan. Dalam proposal ketiganya menyebutkan, E-LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang efektif pada materi kesetimbangan larutan yang menuntut peserta didik mampu

memecahkan soal-soal berbasis HOTS. Atau kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, kreatif dan memecahkan masalah. Dila cerita sempat alami kendala dalam menyusun proposal. Lantaran sulitnya mencari literatur dan bahan referensi. Di UNRI belum ada skripsi yang membahas topik seperti penelitian mereka. Berkat kegigihan yang kuat, semua kendala berhasil dilewati. Tim ini lolos ke Pimnas. Keikutsertaannya di PKM 2020 silam bukanlah yang pertama. Dila sempat coba keberuntungan di tahun sebelumnya, saat Universitas Udayana jadi tuan rumah penyelenggara PKM ke-32. Naik pesawat sekalian liburan gratis ke Bali sudah terbayang. Apa hendak dikata. Dila harus relakan angannya itu tak sampai. Proposal bidang pengabdian yang diajukan, tak lolos sampai ke nasional. Bagi mahasiswi kelahiran tahun 1999 ini, kegagalan adalah hal yang biasa. Ia punya motto Everything will be, if you believe you can be. Segala sesuatu bisa terjadi ketika kamu percaya itu terjadi. Hal inilah yang terus membakar semangatnya. Pupe Piliani menilai Dila adalah sahabat juga sosok ketua yang bisa mengatur timnya. Dila mengerti kemampuan teman-temannya, ia akan membagi tugas sesuai keahlian masingmasing anggota. “Satu pelajaran yang Dila ambil dalam PKM adalah bentuk perjuangan yang sangat panjang. Perlu komitmen dan tekad,” kata Pupe. Baru dua hari masuk Taman kanak-kanak (TK). Dila kecil—saat itu beusia lima tahun—sudah minta pindah ke Sekolah Dasar. Anak ke tiga dari pasangan Murnis dan Ardiana ini mengaku bosan, lantaran hanya diajarkan menggambar. Tokoh Si Unyil dalam kartun anak-anak adalah gambar hari pertamanya di TK. Ardiana lalu menemui Kepala SD 001 Pasar Baru. Ia ceritakan anaknya tak mau sekolah TK lagi. “Ini anak saya katanya nggak mau TK, bu. Di umur segini, dia mau masuk ke SD. Kalau nggak bisa mengikuti pelajarannya, nggak usah dinaikkan kelas,” cerita Dila menirukan perjanjian ibunya dengan Kepala SD kala itu. Ardiana yakin akan kemampuan

FOTO: DOK. NARASUMBER

anak bungsunya itu. Sebab ia sudah membakalinya pengetahuan baca tulis. Sambil berjualan di warung, pakai kardus bekas, ia ajarkan anaknya membaca juga menulis. Perjanjian pun disepakati. Dila diterima masuk SD tahun 2005. Selama duduk di bangku SD, Dila selalu jadi juara kelas bahkan langganan juara umum. Ia juga sempat mewakili sekolahnya pada olimpiade matematika tingkat kabupaten. Juara tiga berhasil dibawa pulang. Selesai dari SD, Dila lanjut ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kuantan Singingi. Di madrasah atau setingkat Sekolah Menengah Pertama, Dila juga ikut olimpiade matematika lagi. Naik setingkat, di tahun 2014, pendidikannya lanjut ke Sekolah Menengah Atas Negeri Pintar—SMA N Pintar, salah satu sekolah favorit di Riau. Dila tergolong siswa yang aktif dan berprestasi. Minatnya berubah, dari olimpiade matematika ganti ke pelajaran Kimia. Risna Sastia, guru kimianya yang membuat tertarik dan akhirnya memilih masuk di klub olimpiade kimia SMA N Pintar. Tepat di 2016 pada ajang Olimpiade Sains Nasional bidang kimia, Dila keluar sebagai juara satu tingkat kabupaten. Di akhir jenjang sekolah ini, ia jadi lulusan siswa berprestasi. Masuk jenjang perkuliahan, beberapa kampus ternama di Pulau Jawa akan jadi rujukan. Salah satunya di Institut Teknologi Bandung. Rencana itu urung dilakoni, kedua orang tuanya masygul bila anaknya merantau jauh dari kampung halaman. Dila ikut kehendak ayah dan ibunya. BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

33


FOTO: DOK. NARASUMBER

Kertas-kertas itu tertempel di dinding kamar. Isinya beberapa target yang ingin dicapai. Setiap akhir kalimat di tutup dengan tulisan ‘Aamiin Ya Allah’. Harapan Dila, siapapun yang berkunjung turut membaca dan mengaminkan targetnya. Pilihannya berlabuh ke UNRI, masuk jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Nasional di tahun 2017. Di awal-awal kuliah, ia kerap menangis. Keinginan kuliah di kampus idamannya masih bergejolak. Di semester dua, ia coba peruntungan masuk Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Hal itu justru membuatnya tak fokus kuliah. Indeks Prestasi Kumulatifnya turun. Hingga suatu ketika, salah satu dosen di kelas pernah berujar. “Kampus itu tidak menentukan siapa kamu, tetapi kamulah yang harus menentukan siapa diri kamu di kampus itu,” Dila menirukan kalimat Ardiansyah saat itu. Perkataan itu menyentak, Dila bangkit mulai menerima kenyataan. Masuk tahun kedua perkuliahan, ia ikuti ajang Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bidang kimia. Bercokol di peringkat tujuh, mewakili UNRI di bidang kimia untuk tingkat regional. Tak berhenti di situ, di semester enam lalu ia coba ikut Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres).

34

BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

kesempatan itu tak mau ia lewatkan. Sebelumnya, saran untuk ikuti ajang ini telah didapatnya pada semester dua. Rasa percaya diri yang kurang, menjadi penghambat langkah Dila. “Sempat pas mau seleksi Mapres, saya gak niat gitu. Sampai pas ada technical meeting, saya nggak datang. Saya di-chat sama salah satu panitianya. Istilahnya, waktu itu saya coba-coba aja karena disarankan beberapa teman dan kakak tingkat,” kenangnya. Pada Pilmapres ini, Dila bersaing dengan 21 mahasiswa FKIP lainnya. Salah satu tahapan, peserta mempresentasikan gagasan di hadapan dewan juri. Sehari sebelum penampilan ia diberi tahu bahwa peserta wajib menuliskan ide dalam bahasa Inggris. Hari itu juga, ia langsung berlatih sendiri di depan cermin. Kala itu, tema yang diangkat dalam seleksi awal fakultas adalah Revolusi Industri 4.0 dan Sustainable Development Goals (SDGs). Di akhir penilaian, Dila memenangkan kategori sebagai best presentation dan terpilih jadi Mahasiswa Berprestasi III FKIP UNRI.

Kertas-kertas itu tertempel di dinding kamar. Isinya beberapa target yang ingin dicapai. Setiap akhir kalimat di tutup dengan tulisan ‘Aamiin Ya Allah’. Harapan Dila, siapapun yang berkunjung turut membaca dan mengaminkan targetnya. Target-target itupun ia diskusikan bersama ibunya. “Ibu kasih support dan hadiah dalam bentuk yang bermacammacam, seperti alat-alat sekolah,” cerita Ardiana lewat sambungan telepon. Ia bangga anaknya menyelesaikan kuliah dengan predikat Cum laude hanya 3,5 tahun. Lebih-lebih, Tri Padila biayai kuliah sendiri pakai beasiswa Bidikmisi yang didapatnya. Kini Dila tengah menunggu jadwal wisuda. Sembari ancang-ancang lanjut ke jenjang Strata Dua. Jadi dosen merupakan cita-citanya. “Ketika kamu menginginkan sesuatu, maka harus berjuang semaksimal mungkin. Setiap orang memiliki kemampuannya masingmasing dan akan unggul ketika memaksimalkan potensi yang dimiliki,” tutup Dila.*


JENGAH

TIPS MENJAGA KOLESTEROL DI MASA LEBARAN

FOTO: PIXABAY.COM

HARI Raya Lebaran Idul Adha identik dengan beberapa sajian makanan yang menggugah selera. Beberapa makanan khas lebaran di antaranya adalah rendang, semur daging, gulai, dan opor ayam. Sungguh menu-menu tersebut sangat enak. Namun, ketika lebaran orang-orang cenderung kurang memerhatikan pola makan yang sehat. Kita seharusnya jangan sampai kalap dan mengonsumsi secara berlebihan, ya. Pasalnya, makanan di hari lebaran kebanyakan mengandung minyak dan santan. Bisa bikin kadar kolesterol dalam darah melonjak. Eits, tapi ada cara bagaimana tetap bisa menikmati hidangan lezat nan menggugah selera di atas tanpa menahan selera kita. Berikut tipsnya: Pilih satu jenis makanan yang tinggi kolesterol Dalam satu hari, pilihlah satu jenis makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Contohnya jika disajikan rendang dan opor ayam, maka pilihlah satu di antara dua hidangan tersebut untuk dikonsumsi hari itu

Gunakan piring yang lebih kecil saat mengambil makanan Kenapa harus menggunakan piring yang lebih kecil? Karena tindakan itu akan meminimalisir kesempatan kita untuk mengambil lebih banyak makanan Oleh Dinda Resti Rizana Mahasiswa D3 Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

Minumlah minuman yang mengandung susu sebelum makan Tujuannya untuk menghindari kalap saat memakan hidangan khas lebaran. Penelitian menyebutkan bahwa susu dapat membuat kita kenyang lebih lama

Olahraga Aktivitas fisik seperti olahraga bisa membakar kalori dan lemak tubuh menjadi energi. Sehingga, disarankan berolahraga untuk menjaga kadar kolesterol tubuh. Tidak perlu aktivitas fisik ekstrim untuk menghilangkan lemak dan kolesterol dalam tubuh. Bisa dengan berenang, joging, atau bersepeda. Aktivitas fisik lainnya bisa dengan berjalan-jalan santai selama 30 sampai 45 menit.

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

35


FEATURE

‘Uang Rokok’ Digebuk Pagebluk Selama pandemi sopir bus UNRI tak punya penghasilan tambahan. Biasanya mereka dapat uang rokok dari sewa bus kegiatan mahasiswa. Oleh Tegar Pamungkas

FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

FOTO: BM/TEGAR PAMUNGKAS

Musnih, sopir bus UNRI

B

US itu berwarna biru. Sisi kiri kanan badan bus tertempel stiker ‘Universitas Riau’. Pukul setengah empat sore, masih kurang beberapa menit. Bus belum beranjak dari parkiran di pelataran musala rektorat. Setiap hari Senin sampai Jumat, pukul 7 pagi, bus ini berangkat dari Kampus UNRI Gobah di Jalan Pattimura menuju Kampus Binawidya Panam. Rata-rata penumpangnya adalah pegawai yang lokasi rumahnya tak terlalu jauh dari kampus Gobah. Sesekali ada juga mahasiswa maupun dosen yang ikut menumpang. Sekitar pukul 15.30, tepatnya mengikut jam pulang para pegawai. Bus berangkat lagi ke Gobah. Di situlah bus yang dibeli UNRI tahun 2006 itu bertanggang. Esok pagi jalan lagi ke Kampus Binawidya. Begitu seterusnya. Pintu depan bus telah terbuka. Di balik kursi kemudi tampak pria paruh baya asik memainkan gawai.

36

BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

Sebuah handsfree menempel di telinga kirinya. Untuk berjaga apabila ada yang memanggil masih terdengar di telinga kanannya. “Masuk aja dek, lewat pintu sebelah,” sahut pria itu pada Kru Bahana, akhir April lalu. Ia masih menunggu beberapa pegawai yang akan pulang. Musnih namanya. Sudah 34 tahun jadi sopir—kampus negeri pertama di Riau—UNRI. Tahun 1987, kali pertamanya bawa bus trayek sekitaran Kampus UNRI Gobah di Jalan Pattimura. Bus kapsul moncong mirip pesawat ia kemudikan. Era tahun 80-an, bus model ini memang nge-tren. “Sekarang bus itu ada di depan Rusunawa,” jelas Musnih. Ia cerita beberapa mobil operasional UNRI pernah dijajalnya. Di kampus Purnama, Musnih ditugasi jadi sopir mobil tangki air. Namun tak lama, lantaran aktivitas perkuliahan di kampus Dumai itu mulai menurun. Ia

Bus UNRI terparkir di depan Musala Rektorat.

ditarik kembali ke Pekanbaru. Kali ini ia jadi juru kemudi bus milik Faperika—kini FPK alias Fakultas Perikanan dan Kelautan. “Waktu itu fakultas punya bus sendiri. Seperti FKIP dan Faperika,” kenangnya. Musnih tentu tak sendiri. Ada tujuh lagi sopir bus UNRI se angkatannya. Aris, Kasmir, Helmi, Sunardi, Tarmizi, Dedi, dan Haryono. Namun kini hanya tersisa empat orang yang masih aktif. Sisanya telah purna tugas. Perlahan bus biru pun beranjak. Kini bergeser sekitar 20 meter ke arah Selatan. Berhenti tepat di pelataran gedung rektorat. Tak jauh dari pintu masuk gedung empat lantai itu. Chetaak. Suara pintu terbuka. Seorang ibu dan anak perempuan masuk dari pintu belakang. Beberapa saat disusul seorang ibu-ibu berbaju biru seragam Korps Persatuan Pergawai Republik Indonesia.


FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

Seketika suara-suara penumpang di belakang terdengar. Mereka saling lempar cerita sambil menunggu yang lainnya masuk ke bus. “Pak, bu Lina udah pulang duluan,” sahut salah satu dari mereka pada Musnih, isyaratkan tak ada lagi penumpang yang ditunggu. Musnih menginjak pedal gas. Sore itu hanya empat penumpang yang ikut. Pandemi Covid-19 memukul segala aktivitas penjuru negeri. Tak terkecuali bagi para sopir bus UNRI. Biasanya minimal dua bus setiap pagi selalu jalan. Kini hanya bus biru rute Gobah – Panam saja yang masih beroperasi. Itupun penumpang bisa di hitung dengan jari. Sebabnya kampus menerapkan kerja dari rumah atau biasa dikenal work from home— WFH. Bagi juru mudi ini, ada tidaknya penumpang mereka tetap ke kantor. Sekadar isi absen dan menunggu perintah atasan.

“Pegawai ni ada pula kan WFH sama WFO [kerja di kantor] nya, jadi ya kalau pada WFH gak ada yang naik bus ini,” cerita Musnih. Meskipun semua bangku kosong ia tetap jalan. Sedikit hal yang buat Musnih dan sopir lainnya lebih tenang, mereka tetap digaji seperti biasa. Tak ada pemotongan upah. Hanya saja uang sampingan yang berkurang. Bila keadaan normal, mereka bisa dapat penghasilan tambahan dari kegiatan mahasiswa yang menyewa bus. Istilahnya untuk uang rokok. “Sulitnya sekarang gak ada kegiatan mahasiswa. Jadi gak ada pemasukan tambahan. Biasanya ada lah sedikit uang rokoknya,” kata Musnih sembari tertawa kecil. Rute terjauh yang pernah ditempuh, Musnih mengantarkan beberapa mahasiswa ikut kontes robot ke Lampung. Perjalanan itu memakan waktu sampai dua hari dua malam.

HABIB—Kepala Sub bagian Rumah Tangga UNRI jelaskan, selama pagebluk ini tak ada pengurangan pegawai sopir. Dari lima bus yang ada,hanya tiga yang beroperasi. Satu bus biru rute GobahPanam. Bus kuning yang umumnya beroperasi di kampus Panam yang dibeli pada 2013 dan 2016 silam. Sisanya, dua bus dikandangkan dengan alasan peremajaan. “Untuk pegawai tidak ada pengurangan, semua dibagi shift kerjanya,” ujar Habib.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

37


REPORTASE

FOTO: DOK. KELEMBAGAAN MAHASISWA

CERITA-CERITA DARI DAPUR KELEMBAGAAN MAHASISWA Dua belas kelembagan mahasiswa Universitas Riau ceritakan kondisi organisasi yang terimbas pandemi Covid-19. Dari sulitnya mencari anggota baru hingga seretnya mencairkan dana kegiatan. Oleh Salsabila Diana Putri

38

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


S

ULITNYA mencari anggota di masa pandemi Covid-19, diutarakan Andrian. Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra atau UKM Batra ini cerita, dari 60 calon anggota yang telah mendaftar hanya tersisa enam orang saja. “Proses pengaderan anggota terhambat,” katanya. Tak hanya kaderisasi, beberapa kegiatan lain juga terdampak. Seingatnya, sejak pandemi hanya satu kegiatan yang terselenggara. Yakni pementasan secara semi dalam jaringan atau hybrid. Peserta dibatasi hanya 25 orang yang ikut secara langsung. Ini merujuk aturan yang dikeluarkan Iwantono—Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni sekaigus Ketua Satuan Tugas Siaga Bencana Universitas Riau. “Kita udah latihan terus menerus. Tapi kalau enggak dipentasin, kan sayang,” cerita mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini. Lomba teater tingkat nasional pun terancam nihil. Padahal tiap tahun Batra tak pernah absen kirim delegasi. Andrian tak yakin tahun ini bisa ikut lagi. Alasannya soal dana. Kata dia, rektorat tak berikan dana partisipasi. “Tahun ini masih belum bisa dipastikan, Batra akan berangkat atau tidak,” ujarnya. Lain UKM, lain pula cerita. Regina Dwita Andjani—Kapten UKM Olahraga bilang prestasi atletnya menurun. Larangan berkegiatan secara langsung dituding jadi penyebabnya. Hanya cabang olahraga kartu bridge dan catur yang tetap eksis di masa pagebluk ini. Regina juga akui kesulitan mencari anggota baru. Kini, ia tengah mengupayakan perizinan buat pendidikan anggota secara tatap muka. “Dampaknya lebih ke pembentukan karakter anggota, karena pandemi ini jadi apatis,” terang Regina. Bila tidak bisa langsung, ia berharap bisa adakan kegiatan secara hybrid. Nasib tak jauh beda dirasakan Resimen Mahasiswa alias Menwa. Pendidikan dan pelatihan (diklat) calon anggota dihelat secara dalam jaringan. Jordiansyah Simto Sinaga—Komandan Menwa bilang, mahasiswa yang mendaftar ke organisasi yang bergerak di bidang militer ini menurun. Padahal proses perekrutan sudah berjalan sejak masuknya mahasiswa baru dalam tiga

gelombang. Setali tiga uang, Korps Sukarelawan Palang Merah Indonesia atau KSR PMI UNRI bahkan beberapa kali menunda pendidikan dan pelatihan dasar (diklatsar) untuk anggota baru. “Semula direncanakan bulan Mei, tetapi akhirnya diundur,” kata Arbi Arba’a Hermawan Ketua KSR PMI. Untuk jadi anggota organisasi yang bergerak di bidang kerelawanan ini, mereka mesti mengikuti dua pelatihan. Diklatsar ruangan dan lapangan. Arbi katakan tak memungkinkan Diklatsar lapangan dihelat secara daring. Ia berharap tiap kelembagaan mahasiswa diberi izin menyelenggarakan kegiatan yang menyangkut kelanjutan kepengurusan organisasi. Koperasi Mahasiswa (Kopma) menyiasati diklat calon anggota secara virtual. Beda jauh dari biasanya. Calon anggota Kopma diberi tantangan menjual habis dagangan yang diberikan. Mereka juga tak diperbolehkan membawa gawai dan uang. “Pihak kampus lebih men-support kegiatan-kegiatan yang diadakan kelembagaan se-lingkungan UNRI,” harap Abdul Latif Ketua Kopma. Cerita juga datang dari UKM Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup. Organisasi pecinta alam tingkat universitas ini berhasil selenggarakan kegiatan secara langsung. Alfat Lian bilang kegiatan susur sungai, rafting dan ekspedisi gunung mendapat izin dari kampus dan daerah sasaran acara. Namun, kata mahasiswa Teknik Kimia ini, program Bina Desa yang direncanakan urung terlaksana. Bagi UKM bidang Jurnalistik, pandemi juga turut merubah kegiatan peliputan. Ambar Alyanada Pemimpin Umum Bahana ungkapkan, kini kerjakerja jurnalistik seperti wawancara narasumber lebih banyak lewat telepon seluler. Agenda diklat juga tak maksimal lantaran dihelat secara virtual. Pandemi punya hikmah tersendiri bagi Rojja Tri Aksa. Ketua Universitas Riau Cendekia atau URC ini mengaku penerimaan anggota periode ini paling besar sejak berdirinya UKM yang bergerak dibidang akademik itu pada 2015 lalu. Ia mencatat tak kurang 280 mahasiswa mendaftar. Setelah lewat

proses seleksi, sebanyak 120 orang yang dinyatakan lolos. Tak hanya itu, Rojja sebut sistem daring membawa keuntungan tersendiri bagi URC. Pasalnya lebih menghemat tenaga, waktu dan penggunaan anggaran bisa diminimalisir. Ia contohkan bisa menghemat biaya operasional dan pengeluaran untuk konsumsi. Misalnya dalam operasional dan konsumsi. “Pemateri yang dihadirkan juga bisa dari luar kota, bahkan luar negeri,” jelas Ketua URC ini. Kendala tak terlalu berarti juga dirasakan UKM bidang keagamaan. Bagi Andrizal Saputra, Ketua UKMI ArRoyyan, seluruh kegiatan yang telah direncanakan dalam Rencana Anggaran Biaya terlaksana seluruhnya. Ia beri contoh kegiatan pengajian rutin saban Kamis. Meskipun akunya, hanya sedikit pengurus yang berada di kampus, mereka menyiasati kegiatan dengan berbagi tugas. “Pengurus yang berada di kampung mesti menyiapkan desain media sosial dan ikut gabung secara virtual,” ujar Andrizal. Mirip dengan Ar-Royyan, pengurus UKM Pramuka juga banyak di kampung. Sulthan Fiddunya ungkapkan akhir tahun nanti Pramuka hendak membuat acara besar. Ia punya harapan kegiatan bisa terlaksana tatap muka. Saat ini berbagai kegiatan fisik dialihkan secara daring. Termasuk pembekalan materi bagi anggota baru. Beralih ke lembaga eksekutif mahasiswa tingkat universitas. Fitrah Agra Nugraha—Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRI, sampaikan kondisi pandemi penting untuk dipahami. Menurutnya setiap kelembagaan mahasiswa perlu mencari cara agar regenerasi terus berjalan. “Kalaupun kegiatan full online semua, minimal agenda-agenda pengkaderannya bisa berjalan lebih baik dari agenda lain,” ujar Agra. Pada Maret lalu, selama empat hari BEM UNRI buat pelatihan pengkaderan tingkat universitas. Kegiatan yang dinamakan Training Organisasi III atau TO III diikuti 31 peserta serta sekitar 90 panitia. “98 orang kalau gak salah, dengan pembagian shif. 20 orang pershift,” kata Ficho Anggriawan Ketua Pelaksana, April lalu. BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

39


REALISASI PAGU KELEMBAGAAN TAHUN ANGGARAN 2020

Sumber: Kemahasiswaan UNRI Riset: Dicky Pangindra Infografis: Haby Frisco

Acara di hari pertama dihelat secara daring. Tiga hari berikutnya, panitia kumpulkan peserta di Batalyon Artileri Pertahanan Udara 13 Pekanbaru. Dalam laporan keuangannya, BEM UNRI anggarkan Rp28,7 juta untuk kegiatan TO III ini. “BEM tak hanya mengandalkan TO. Tapi juga memperbanyak diskusi biar hasilnya efektif,” jelas Agra. Sementara Dewan Perwakilan Mahasiswa atau DPM UNRI mengaku telah merangkum berbagai kendala yang dialami tiap kelembagaan mahasiswa. Mereka juga telah bertemu dengan Iwantono. Hasil pertemuan itu, kegiatan tatap muka tak dibolehkan tanpa izin Satuan Tugas Covid-19 UNRI. Kegiatan yang diizinkan secara semi daring maksimal 25 orang yang berada di lokasi. “Harus ada surat izin dari wilayah dilaksanakan kegiatan tersebut,” kata Panusunan Siregar, Ketua DPM UNRI

40

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

menirukan pernyataan Iwantono saat audiensi. Kesulitan menganggarkan dana kegiatan juga jadi cerita tak terpisahkan. Di BEM UNRI, Agra rasakan penganggaran tahun ini lebih sulit dari tahun sebelumnya. Sebab harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi pandemi. UKM tempat melatih mahasiswa berwirausaha juga sama. Abdul Latif bilang, Kopma hanya cairkan 30 persen dari pagu yang diberikan Rp60 juta pertahun. Pendapatan dari sumber lain juga menurun. Selama pandemi, unit-unit usaha Kopma tak beroperasi. Padahal biasanya lini usaha ini jadi andalan untuk menambah pundi-pundi penghasilan pengurus. Lain pula dengan Mapalindup. Ketatnya sistem penganggran, pengurus mesti buat kegiatan sesuai aturan selama pandemi. “Kalau berkegiatan harus bisa menyesuaikan

dengan kondisinya,” ujar Alfat Ketua. Dalam laporan realisasi anggaran tahun lalu, hanya dua kelembagaan yang habiskan duit sampai seratus persen. DPM UNRI dapat jatah Rp80 juta. Namun, pengeluaran lembaga legislatif ini justru melebihi pagu yang diberikan. Uang Rp80.145.000 mereka habiskan untuk 13 kegiatan. Pengurus UKMI Ar Royyan juga habiskan jatah uang dari kampus. UKM dibidang keagamaan ini membuat 14 kegiatan dengan dana Rp65 juta. Seperti langit dan bumi. Seperti itu pula yang dirasakan para pengurus Batra. Tahun 2020 lalu, tak sampai lima persen dana yang mereka cairkan. Padahal pagu UKM ini paling besar nomor dua setelah BEM UNRI. Batra, URC dan UKM Olahraga dijatah Rp100 juta. PERTEMUAN itu digelar di Warung Kopi Bengkalis Jalan Soekarno-Hatta, 7 Juli lalu. Iwantono mengumpulkan ketua-ketua kelembagaan mahasiswa tingkat universitas. Ia juga memboyong kedua staf ahlinya, Arifudin dan Syafri. Pada diskusi itu, Iwantono tegaskan seluruh kegiatan kemahasiswaan tak boleh digelar tatap muka. Katanya, aturan tersebut juga berlaku pada setiap unit-unit lembaga di UNRI. Baik kegiatan yang diselenggrakan di dalam dan di luar kampus. Bekas Ketua Forum Wakil Dekan III itu juga meminta seluruh lembaga kemahasiwaan beradaptasi dalam jaringan. Setiap lembaga yang hendak buat acara secara semi daring harus mendapat persetujuanya sebagai Ketua Satuan Tugas Siaga Bencana UNRI. “Kami diberi otoritas untuk membuat asesmen, menjustifikasi boleh tidaknya kegiatan tersebut dilaksanakan semi online,” ujar Iwantono. Tak hanya izin, pada Satgas panitia juga mesti menjelaskan rancangan kegiatan yang akan dibuat. Misalnya jumlah peserta yang ikut serta dokumentasi kegiatan. Satgas akan keluarkan surat tugas jika menyetujui. “Kalau gak lengkap, ya gak masuk poin. Ini kadang tidak tersosialisakan kepada mahasiswa,” timpal Arifudin.#Annisa Febiola, Raudatul Adawiyah.


LAPORAN KEUANGAN LPM BAHANA MAHASISWA TAHUN ANGGARAN 2020 1.

JUNI 2020 : Rp2.000.000 Kelas Teknik Menulis Opini bersama Windu Jusuf (Tirto.id)

2.

JULI-AGUSTUS 2020 : Rp5.998.000 Lomba Sempena Milad Bahana Mahasiswa ke 37: Karya Jurnalistik, Lomba Opini, Lomba Podcast, Lomba Ilustrasi

3.

AGUSTUS 2020: Rp2.000.000 Kelas Penulisan Script Video dengan Mohammad Irvan, Pegiat Film Kongsi Film Pekanbaru

4.

SEPTEMBER 2020: Rp2.000.000 Kelas Menulis dengan Setri Yasra (Tempo) dan Aulia Adam (Tirto)

5.

SEPTEMBER-OKTOBER 2020: Rp8.000.000 Cetak Majalah Simsalabim Aklamasi No. 287

6.

SEPTEMBER 2020: Rp2.000.000 Musyawarah Tahunan Bahana Mahasiswa

7.

OKTOBER 2020: Rp2.673.000 Upgrading Kru Bahana Mahasiswa

8.

OKTOBER-NOVEMBER 2020: Rp5.478.000 Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar

9.

NOVEMBER 2020: Rp13.845.000 Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut Nasional (Kenal Sastrawi IV)

10.

NOVEMBER-DESEMBER 2020: Rp8.000.000 Cetak Majalah Mimpi Riau Mandiri Pangan No. 288

MIND-A MENDATAR 2. Salah satu jurusan di Fakultas Teknik 4. Presiden mahasiswa dari FKIP 5. Jumlah UKM tingkat universitas 7. Kependekan dari Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup 8. UKM yang bergerak di bidang jurnalistik 9. Fakultas yang berada di Kampus Gobah 10. Nama Wakil Rektor III MENURUN 1. Nama rektor Universitas Riau 3. Nama dekan FMIPA 6. Nama maskot Bahana Mahasiswa

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

41


REPORTASE

MEGAPROYEK DI BINAWIDYA 10 Gedung Baru yang Akan Dibangun

1. Boat & Marine Center Luas: 1.500 m2 TInggi: 2 lantai Lokasi: dekat waduk 2. University Main Library Luas: 2.000 m2 TInggi: 3 lantai Lokasi: berdekatan dengan LPPM

Waduk

3. Information & Technology Center Luas: 4.000 m2 TInggi: 3 lantai Lokasi: berdekatan dengan University Main Library

FPK

FP UPT TIK

FMIPA

Pustaka

5. Postgraduated Center Luas: 7.500 m2 TInggi: 6 lantai Lokasi: depan Rektorat 6. Food Science Center Luas: 3.500 m2 TInggi:3 lantai Lokasi: sekitar Stadion Mini 7. Student Center Luas: 3.500 m2 TInggi: 2 lantai Lokasi: berdekatan dengan Food Science Center

LPPM

FEB

Rektorat

5 6

2 Venue Panjat Tebing

7

8

UPT Bahasa

3 4

FKIP

FISIP

8.Training Center Luas: 4.000 m2 TInggi: 2 lantai Lokasi: Jl. Mucthar Lutfi

Masjid Arfaunnas

9. Integrated Laboratories Luas:7.500 m2 TInggi:3 lantai Lokasi: deretan RS UNRI 10. Health Studies Complex Luas: 7.500 m2 TInggi: 3 lantai Lokasi: seberang Pertamina Retail

Jl. SM Amin

4. Integrated Classroom Luas: 8.500 m2 TInggi: 3 lantai Lokasi: antara Venue Panjat Tebing dengan UPT Bahasa

1

FT

9 RSP UNRI

10

Pertamina Retail

Jl. HR Soebrantas

Ilustrasi denah: Aditia Anhar Teks: Haby Frisco

42

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

UNRI menerima hibah proyek AKSI dari ADB senilai 44,45 juta dolar AS. Sepuluh gedung baru akan dibangun di Binawidya—sebutan kampus utama UNRI. Oleh Raudatul Adawiyah Nasution

A

GUS Margiwiyatno baru saja turun dari lantai dua gedung Satuan Pengawas Internal Universitas Riau, akhir Maret 2021. Siang itu, ia dan rombongan dari Jakarta tengah meninjau perkembangan proyek Advanced Knowledge and Skills for Sustainable Growth in Indonesia—AKSI—megaproyek ratusan miliar rupiah pinjaman dari Asian Development Bank atau ADB. Agus adalah Manager Project Management Unit (PMU). Unit ini bertugas mengawasi pelaksanaan proyek AKSI ADB di empat perguruan tinggi penerima hibah. Meliputi: UNRI, Universitas Jambi, Universitas Malikussaleh dan Universitas Pendidikan Indonesia. “Sejauh ini bagus, kok. Proyek ini jalanlah sesuai harapan,” kata Agus menilai laporan kerja PIU UNRI. Setiap

triwulan sekali, PMU melaporkan perkembangan proyek ke ADB. PIU atau Project Implementation Unit merupakan pelaksana proyek ADB di tingkat universitas. Ia bertanggung jawab kepada rektor serta melaporkan perkembangan ke PMU. Manajer PIU UNRI—Fajar Restuhadi cerita, UNRI terima duit sekitar Rp800 miliar dari ADB. Uang itu akan dipakai buat bangun sepuluh gedung baru serta biayai penelitian dosen dan mahasiswa. Kesepuluh gedung itu yakni, Ruang Kelas Terpadu, Laboratorium Terpadu, Pusat Teknologi dan Informasi, Gedung Perpustakaan Universitas, Kompleks Studi Kesehatan dan Pusat Teknologi dan Ilmu Pangan. Keenam gedung ini akan dibangun tiga lantai. Lalu ada Gedung Mahasiswa, Dermaga Kapal dan Pusat Kelautan, Pusat Pelatihan Universitas yang

direncanakan berdiri dua lantai. Terakhir bangunan enam lantai untuk Gedung Pascasarjana. Semua gedung itu akan dibangun di Kampus Binawidya. Sementara pada pengembangan soft program, seperti penelitian mahasiswa dan dosen akan dikelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Semuanya bermuara pada pengelolaan ekosistem lahan basah dan kebencanan, yang menjadi unggulan UNRI. “Kita diharapkan unggul di bidang itu,” kata dosen Fakultas Pertanian ini. Fajar jelaskan lebih lanjut, selain dari ADB, uang APBN dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNRI turut biayai proyek jumbo ini. “Dari UNRI lumayan gede juga kok, puluhan miliar,” ujarnya tak mau menyebutkan spesifik. BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

43


7 Fokus Penelitian yang Membagi Program Berdasarkan Aspek Lembaga di UNRI: 1

Kemandirian pangan dan sumberdaya alam

3

Pengembangan teknologi kesehatan dan obat

2

Energi baru, terbarukan, material maju, teknologi informasi dan komunikasi

4

Kemaritiman dan pengembangan wilayah pesisir dan perikanan

5

Pengelolaan lahan gambut

6

Manajemen penanggulangan bencana

7

Sosial humaniora seni budaya, pendidikan dan hukum

Dana yang dikucurkan: ADB: $200.000.000 Pemerintah Indonesia: $66.000.000

Universitas Malikussaleh

Universitas Riau Universitas Jambi

Universitas Pendidikan Indonesia

4 Universitas yang mendapatkan dana ADB (Asian Development Bank) Universitas Malikussaleh Memliki keunggulan pada bidang pengembangan sumber daya berkelanjutan Dana diterima: $43,16 juta

Ilustrasi denah: Aditia Anhar Teks dan Infografis: Haby Frisco

44

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

Universitas Riau

Universitas Jambi

Memliki keunggulan pada pengelolaan lahan basah dan kebencanaan

Memliki keunggulan pada pengembangan bidang pertanian

Dana diterima: $44,45 juta

Dana diterima: $46,38 juta

Universitas Pendidikan Indonesia Memliki keunggulan pada bidang pendidikan vokasi Dana diterima: $46,09 juta


Laporan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) UNRI tahun 2019-2020 mencatat, sekitar Rp32,7 miliar telah dianggarkan untuk menunjang proyek AKSI. Dengan rincian Rp6,5 miliar dari PNBP dan sisanya Rp26,2 miliar dari ADB. Dari dana itu, sebesar Rp1.130.460.000 digunakan untuk membiayai 85 penelitian mahasiswa, delapan penelitian dengan partner internasional, dua program pengabdian, serta satu penelitian gender di tahun 2020. Sedikitnya, telah terbit 70 artikel di jurnal nasional dan 9 artikel di jurnal internasional. “Penelitian sudah jalan,” kata Yohannes Firzal, Koordinator Pekerjaan Sipil dan Infrastruktur—PIU UNRI.

PERTEMUAN itu berlangsung di Gedung Rektorat dr Prakosa Kampus Universitas Negeri Semarang (UNS). Widodo Muktiyo menyambut tamunya dari Riau—sesama Wakil Rektor IV— Mashadi Ali dan rombongan. Mashadi bekas Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi UNRI. Lawatan enam tahun lalu itu, ia memboyong Joko Samiaji, Zulharman, Fajar Restuhadi serta Zulfikar Djauhari. Di Solo, mereka hendak belajar menyusun proposal dan implementasi proyek hibah Islamic Development Bank pada UNS. “Universitas Riau musti memperoleh IDB ini, adalah karena UR memiliki jumlah mahasiswa yang banyak, sekitar 35.000 orang mahasiswa aktif, juga memiliki mahasiswa multikultural terbesar di Sumatera,” kata Fajar dalam rilis berita unri.ac.id saat itu. Fajar ceritakan, sepulangnya dari Solo mereka buat proposal hibah ADB ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Joko Samiaji ditunjuk jadi Ketua. Singkat cerita, pada 18-19 Oktober 2017, lima perwakilan ADB pun berkunjung ke UNRI. Mereka beri sinyal positif proposal yang diajukan Joko dan timnya akan lolos. Setahun pun berlalu, kabar baik yang dinanti akhirnya tiba jua. Pada 28 November 2018, ADB menyetujui empat proposal penerima hibah proyek AKSI. Salah satunya proposal dari UNRI. Keempat penerima proyek AKSI diarahkan sesuai keunggulan lokal masing-masing kampus. Universitas

Malikussaleh fokus mengkaji pengembangan sumber daya berkelanjutan. Universitas Jambi akan membangun pusat penelitian khusus pertanian. Universitas Pendidikan Indonesia fokus pada peningkatan kualitas pendidikan teknis dan kejuruan. Serta UNRI yang dianggap unggul pada pengelolaan lahan basah dan kebencanaan Tujuan akhirnya, masing-masing universitas ini akan dijadikan Center of Excellence (COE) sesuai keunggulannya. Lima bulan setelah umumkan empat universitas penerima hibah itu, ADB merilis proyek AKSI 8 April 2019. Dengan estimasi proyek akan berakhir lima tahun mendatang, pada 30 Juni 2024. Kucuran dana 200 juta dolar AS dibagikan pada empat kampus ini. UNRI terima 44,45 juta. Sementara UPI 46,09 juta, Unimal 43,16 juta. Terakhir paling banyak diborong UNJA 46,38 juta. Sisanya untuk operasional Project Management Unit. Pemerintah Indonesia juga buka kucurkan dana 66,5 juta dolar AS. Total anggaran proyek AKSI senilai 266,5 juta dolar AS.

Sejauh mana perkembangan Proyek AKSI UNRI? Maket-maket itu tersebar di beberapa lokasi. Salah satunya maket student center yang berada di lantai satu Gedung Rektorat Universitas Riau. Gambar miniatur bangunan itu dibuat oleh PT Penta Rekayasa. PT Penta Rekayasa—perusahaan konsultan asal Bandung—pemenang lelang Detail Engineering Design (DED) CSR-02 proyek AKSI di Universitas Riau. Kontrak lelang senilai Rp5,641 miliar itu, untuk empat gambar bangunan: Ruang Kelas Terpadu, Laboratorium Terpadu, Gedung Mahasiswa dan Kompleks Studi Kesehatan serta infrastruktur penunjang lainnya. Sementara, enam gambar gedung lainnya—Gedung Pusat Teknologi dan Informasi, Gedung Perpustakaan Universitas, Gedung Pascasarjana, Pusat Teknologi dan Ilmu Pangan, Dermaga Kapal dan Pusat Kelautan serta Pusat Pelatihan Universitas— dikemas pada paket lelang DED CSR-03. Situs Layanan Pengadaan Secara

Elektronik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan umumkan, PT Wiswakharman sebagai pemenang proyek DED CSR-03. Perusahaan beralamat di Jalan Semeru, Semarang, Jawa Tengah, menerima kontrak senilai Rp4,54 miliar. “Seluruh detail desain sudah rampung,” kata Fajar, 30 Maret lalu. Nantinya, tiga dari sepuluh gedung akan dibangun pakai konsep green building—sebutan bangunan hijau yang hemat energi dan ramah lingkungan. Konsep ini salah satu yang diwajibkan di proyek AKSI. “Kalau semuanya green building kan bagus, tapi mahal,” terang Fajar. Sebulan sebelum kedatangan tamu dari Jakarta, Project Management Unit, pada 6-7 Maret di Hotel Pangeran Pekanbaru, PIU UNRI telah merampungkan dokumen paket konstruksi dengan kode CWR-01. Dokumen ini akan digunakan untuk membangun empat gedung yang telah digambar PT Penta Rekayasa. Sebulan selesai bahas CWR01, PIU kembali menyusun paket konstruksi gedung yang didesain PT Wiswakharman, awal April lalu. Tender pengadaan konstruksi keenam bangunan itu dibagi jadi dua paket. Paket konstruksi CWR-02 dan CWR-03. Hasil kedua pembahasan itu, dokumen—estimasi Rancangan Anggaran Biaya, Harga Perkiraan Sendiri, maupun persyaratan peserta lelang—diteruskan pada Kelompok Kerja Pelelangan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada kuartal ketiga 2021, ketiga paket konstruksi direncanakan sudah diumumkan di lpse.kemendikbud.go.id. “September nantinya, peletakan batu pertama sudah dimulai,” ujar Evi Suryawati Sekretaris PIU UNRI. Fajar ceritakan, kini PIU UNRI tengah menyiapkan berkas persyaratan lelang untuk mencari kontraktor pembangun. Sembari itu juga menunggu persetujuan Eselon I Kemeterian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta persetujuan ADB. “Masih persiapan lelang. Juga menunggu persetujuan Kemendikbudristek dan terbitnya No Objection Letter dari ADB,” tulis Fajar dalam pesan WhatsApp, 27 Juni lalu.* BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

45


ALUMNI

TAK BISA JAUH DARI JURNALISTIK Sejak mahasiswa, Suyanto tunak menggeluti jurnalistik. Tak jarang tulisannya membuat ia mesti berurusan dengan rektorat.

Oleh Firlia Nouratama

FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

"

Sebagai pers mahasiswa memang sudah mestinya berpikir kritis dan berani mengkritik. Suyanto, Dosen Ilmu Komunikasi UNRI,

Alumni Bahana Mahasiswa

46

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

"


P

ERISTIWA dua dekade lalu masih kuat dibenaknya. Saat ia, Abdul Kadir Bey dan Hanshardi —Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Bahana Mahasiswa (BM)— harus menghadap Rektor Universitas Riau kala itu, Muchtar Ahmad. Ketiganya dipanggil lantaran memuat tulisan di koran Bahana edisi April 2000. Berita bertajuk Rektor UNRI Digugat 1 Milyar buat sang rektor naik pitam. Berita ihwal pemecatan di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian. Pada 21 Maret 2000, Muchtar Ahmad mengeluarkan SK pemberhentian untuk duo Effendi. Arman Effendi diberhentikan sebagai Ketua Jurusan Agronomi. Sementara Rasman Effendi dipecat dari Ketua Program Studi Agronomi. Alasan pemecatan keduanya, karena konflik yang tak berkesudahan. Yang ditakutkan rektor saat itu, dapat mengganggu kelancaran perkuliahan di Agronomi sendiri. Tak terima dengan pemecatannya, Arman ajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru. Arman minta Muchtar pulihkan nama baiknya dengan ganti rugi sebesar Rp1 miliar. Rektor tak bergeming dan menantang balik Arman membuktikan di persidangan. “Padahal dalam penulisannya saya sudah cover both side ke rektor. Sudah konfirmasi ke Pembantu Rektor III, namun tidak direspon,” cerita Suyanto mengenang kejadian itu. Sejak gabung di Bahana, Suyanto mengaku kerap dapat tekanan dari berita yang mereka tulis. Namun ia mahfum, sebagai pers mahasiswa memang sudah mestinya berpikir kritis dan berani mengkritik. Tak jarang permintaan pada kru BM hanya beritakan informasi yang baik-baik saja mereka tolak. Pria kelahiran Pekanbaru ini berpendirian, selagi berita itu benar dan faktual mereka tak takut untuk menuliskannya. Bahkan berhadapan dengan rektor sekalipun. Suyanto lahir dari pasangan Suparman dan Sumirah, 44 tahun silam, tepatnya pada 24 April. Suparman adalah karyawan PT Indah Kiat Pulp and Paper. Sementara Sumirah mengurus rumah tangga.

Suyanto mengenyam bangku sekolah dasar di SDN 003 Pekanbaru. Di sekolah ini, ia hanya sampai kelas dua saja. Karena keluarganya memutuskan pindah ke Duri, Kabupaten Bengkalis. Di tempat yang baru, Suyanto sekolah sampai tingkat atas di SMA Negeri 1 Sebanga Duri. Ia dikenal sebagai murid yang berprestasi. Langganan masuk rangking lima besar di sekolahnya. Bercita-cita jadi teknokrat dan dokter, di SMA ia masuk Jurusan Fisika. Kata Suyanto, saat itu tak semua orang bisa masuk jurusan ini. Minimal nilai mata pelajaran fisika, kimia dan matematika harus delapan. Ia ingat dalam satu kelas itu, 90 persen diisi oleh laki-laki. Tamat dari SMA, Suyanto melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Kala itu ia dihadapkan dengan tiga pilihan jurusan yang akan diambil. Pilihan pertama dan kedua di Universitas Padjadjaran, pada Jurusan Teknik Industri dan Kedokteran. Pilihan terkahir Jurusan Ilmu Pemerintahan di UNRI. “Saya terlalu percaya diri kalau tidak lolos pilihan satu ya pasti pilihan dua,” kenangnya. Takdir tuhan berkata lain. Pilihan ketiga yang sebenarnya tak diharapkan itu justru meloloskan namanya. Suyanto diterima kuliah di universitas yang berdiri sejak 1962 ini. Sudah dua semester menjejal perkuliahan, Suyanto coba peruntungan lagi. Pada 1997, ia berhasil menaklukkan jurusan yang diangankannya. Suyanto lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Gayung tak bersambut. Ayahnya tak setuju jika putra kesayangannya itu merantau jauh ke seberang pulau. Ia pun mengalah dan menerima kehendak ayahanda agar menyelesaikan gelar sarjana di Ilmu Pemerintahan. “Udah-lah kuliah di sini aja, udah hilang setahun habis waktunya segala macam,” kata Suyanto menirukan perkataan Suparman. Sebagai mahasiswa, Suyanto mulai terlibat aktif diberbagai organisasi. Beberapa organisasi payububan diikutinya. Ikatan Mahasiswa Kabupaten Bengkalis, Ikatan Mahasiswa Duri dan Ikatan Mahasiswa Kecamatan

Mandau. Karena tinggal di Pekanbaru, ia juga ikut Ikatan Mahasiswa Kota Pekanbaru. Di paguyuban ini, Suyanto inisiasi terbitkan buletin-buletin daerah. Di kampus Fisipol—kini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)— ia juga ajak organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa menerbitkan buletin. Mereka beri nama buletin Radikal. Kata dia, radikal bukan sesuatu yang negatif. Ini adalah gerakan spontan yang konstruktif. “Di buletin ini [Radikal] saya sebagai Pemimpin Redaksi,” kenangnya. Hasil dari kerjasama apik berbagai pihak, akhirnya Radikal berhasil terbit sebanyak tiga sampai empat kali saat itu. Ketertarikan pada dunia jurnalistik semakin dalam sejak masuk Bahana akhir 1998 sebagai kru magang. Suyanto kian aktif sejak diangkat sebagai reporter BM. Ia bahkan ikut pelatihan jurnalistik hingga ke Lampung dan Padang. Selain menulis, banyak hal yang dilakukan Suyanto dan kolega di Bahana. Mereka membuat gebrakan baru dengan membuat organisasi pers mahasiswa se-Pekanbaru saat itu. Namanya Visi ABG—kini Forum Pers Mahasiswa Riau—kepanjangan dari empat lembaga pers mahasiswa dari empat kampus berbeda. Visi dari Universitas Lancang Kuning, Aklamasi dari Universitas Islam Riau, Bahana Mahasiswa dari UNRI dan Gagasan dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selain itu ada pula diskusi dengan mengundang tokoh-tokoh. Mengadakan kegiatan-kegiatan seremonial seperti ualng tahun Bahana pada 17 Juli dan lain sebagainya. Namun kesibukan di Bahana tak pernah membuatnya lupa tugas dan kewajiban di kampus. Pembagian waktu bukan kendala bagi mahasiswa pemuncak ini, terutama untuk mobilitas. Untuk bolakbalik dari Panam ke Gobah sudah punya sepeda motor. “Saya hanya terpaksa harus bolos kalau memang kegiatan padat di Bahana. Tapi gak lebih dari empat kali bolos,” kenang Suyanto.

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

47


Susah Senang di Bahana Bahana sudah seperti keluarga bagi Suyanto. Sama-sama merasakan senang, sedih, dan kesusahan. “Kalau ada yang dapat beasiswa, semua kru diusahakan dapat, yang tidak dapat pun kita bagi rata." Semasa mahasiswa waktunya memang banyak dihabiskan di Bahana. Sekretariat masih di kampus Gobah saat itu. Kalau tidak ada kuliah, hampir 24 jam lelaki ini akan berkutat dengan komputer dan tulisan. Terutama ketika sudah dekat deadline. Kata Suyanto, pasti banyak yang stres. Apalagi jika bahan berita yang sudah masuk tapi belum disunting dan di-layout. Bahkan ada yang sampai kena sakit kuning. “Teman saya ada yang kerjanya jam 12 malam, itulah kena penyakit kuning,” ingatnya sambil tertawa. Namun yang membuatnya sedih setelah cetak. Majalah hanya dijadikan alas tempat duduk oleh mahasiswa. “Mestinya disimpan dengan baik karena kita menerbitkan itu susah. Butuh waktu sebulan. Butuh waktu meneriaki reporter, butuh waktu begadang, dan lainnya,” tuturnya. Sulitnya cetak di jaman itu berbeda dengan sekarang. Dulu harus bawabawa seperangkat komputer ke Riau Pos—tempat percetakan. Sekitar jam 10 malam mereka sudah harus di lokasi untuk me-layout ulang. “Belum lagi pas nyampek di sana ternyata file yang dibawa berbeda,” keluhnya. Rasa lelah itu terbayar saat majalah

yang terbit banyak yang membacanya. Lebih-lebih kerap kekurangan lantaran selalu jadi rebutan di tiap fakultas. Doni Fajri paham betul sifat temannya itu. Baginya, Suyanto adalah sosok yang kalem dan fokus. Hampir tiap saat bertemu di sekre, Suyanto tak pernah absen membaca buku dan koran. “Orangnya tekun, gak macammacam, gak neko-neko, lurus-lurus aja orangnya,” cerita Doni. Padatnya kegiatan di Bahana membuat orangtuanya khawatir. Ia bahkan disangka melakukan hal-hal yang negatif. Lantaran jarang pulang ke rumah. “Saya kadang jam 5 pagi baru pulang. Itupun setelah ganti baju langsung balik ke kampus. Kadang 2 sampai 3 hari gak pulang ke rumah,” ceritanya. Namun seiring berjalannya waktu, kedua orang tuanya memahami dan balik mendukung kegiatannya di Bahana. Mereka sudah tahu bila anaknya tak pulang pasti tidur di BM. Belum lagi, pamannya juga seorang wartawan dan alumni Bahana. Semasa kecil ia sering melihat pamannya menghabiskan waktu bolak-balik Bahana. Pada keponakannya itu, Sutrianto bilang kalau dirinya sedang ada kerjaan menulis di pers kampus. Ia juga mendorong Suyanto terjun di bidang yang sama dengannya. Suyanto bersyukur aktif sebagai jurnalis. Dari situ bisa kenal banyak orang. Mulai kalangan bawah bahkan pejabat tinggi negara. “Kerjanya fleksibel tapi jaringannya banyak.”

“Orangnya tekun, gak macam-macam, gak neko-neko, lurus-lurus aja orangnya” Doni Fajri, Pemred Bahana 2001-2002

48

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

Sahrul Tombang teman akrab Suyanto cerita, keduanya masuk Bahana di tahun yang sama. Mereka juga sangat dekat dan kompak. “Saya sering makan di rumah dia, kemanamana saya numpang motor dia,” kenang Sahrul tertawa. Sebagai Pemred, Sahrul selalu berkomunikasi dengan rekan sejawatnya itu. Mulai urusan redaksi sampai pribadi. Kini walau komunikasi tak sesering dulu, Sahrul masih mengingat Suyanto. Keduanya pun terlibat di pekerjaan yang sama, yakni Pegawai Negeri Sipil. Bedanya, Suyanto sebagai dosen, sedang Sahrul sebagai pelayan masyarakat. Lain lagi Fahmi, ia mengaku dekat dengan Suyanto saat bergabung di Bahana. Suyanto menangani bidang keredaksian. Kalau Fahmi spesialisasi di desain grafis, Layouter dan pengasuh rubrik Wak Atan. “Memang susah senang samasama. Makan apa adanya sama-sama, dan berjuang bersama membesarkan Bahana Mahasiswa. Yah boleh dikatakan salah satu yang paling dekat,” tukasnya. Selain kegiatan menulis, para kru ikut aksi menurunkan Orde Baru. Pernah suatu ketika, saat aksi demonstran dihujani gas air mata dan peluru karet. Aparat membabi buta mengejar mahasiswa. Pemandangan saat itu banyak korban terluka dan pingsan. Untungnya, Suyanto masih bernasib baik. Ia hanya terkena pentungan polisi tepat di kepala sebelah kanan dan gas air mata.

“Saya sering makan di rumah dia, kemanamana saya numpang motor dia” Sahrul Tombang, Pemred Bahana 2002-2003


“Seminggu juga menghilangkan bengkak di kepala,” ceritanya.

Tamat Kuliah Kesibukannya di Bahana, tak membuat Suyanto lupa tugas dan kewajiban di kampus. Ia lulus sebagai Pemuncak Pertama dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,47 di tahun 2001. Tamat kuliah dan selesai di Bahana sebagai redaktur pelaksana, Suyanto tak jauh-jauh dari tulis menulis. Ia mulai merintis karir di media lokal di Tabloid Bisnis Riau. Di tabloid ini Suyanto jadi wakil pemimpin redaksi. Di tahun yang sama ia juga mendirikan Majalah Hijrah. Majalah yang bernuansa islami yang terbit bulanan. Tandem dengan Ahmad S. Udi sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Majalah ini hanya bertahan sembilan bulan. Kegiatan menulis juga ia lakoni di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau. Pekerjaan itu diberikan Muchtar Ahmad—Rektor UNRI—usai ditemui Suyanto. Salah satu hal yang Suyanto percaya saat bergabung dalam pers kampus adalah dirinya bisa kenal rektor beserta jajarannya, termasuk dekan fakultas. Ini jadi kelebihan selama terjun di dunia jurnalistik. “Jadi saya ambil hikmahnya kalau aktivis kampus bisa kenal rektor, wakil rektor, dan dekan fakultas bisa kenal kita.” Muchtar Ahmad menawarkan Suyanto jadi humas bareng Herman Budoyo—mantan Ketua Koperasi Mahasiswa UNRI. Keduanya mengelola majalah Perniagaan Riau. Tak puas, Suyanto juga dapat proyek buat majalah Ikatan Nasional Konsultan Indonesia atau Inkindo. Saat itu kantor Inkindo bersebelahan dengan majalah Perniagaan Riau. “Jadi saya melalang buana di empat media. Waktu itu saya sudah mau diwisuda sehingga sudah mulai tidak aktif pun sudah mulai berganti kepengurusan di Bahana.” Bagi dosen Ilmu Komunikasi UNRI ini, membagi waktu bukanlah hal yang rumit. Keempat majalah terbit tepat waktu. Hijrah terbit sebulan sekali, begitupun Kadin dan Inkindo. Sedangkan Bisnis Riau terbit dua minggu sekali.

FOTO: FACEBOOK/SUYANTO

Suyanto saat di University Sains Malaysia. Ia menyelesaikan gelar doktoral bidang Ilmu Komunikasi pada tahun 2016.

“Jadi bagi waktunya pas deadline saja, karena saya sebagai Wapimred dan Pimred sehingga kerjanya untuk mensahkan beritanya saja,” tandas Suyanto. Karir wartawan dijalani sampai tahun 2003. Setelah ia menemui Muchtar Ahmad sampaikan akan melanjutkan kuliah Strata Dua. Suyanto enggan kuliah di dalam negeri. Tekadnya bulat kejar beasiswa ke luar. Setidaknya tiga kampus ia lamar. Universitas di Jerman, Australia dan Malaysia. Suyanto diterima di University of Melbourne di Australia dan Universitas Kebangsaan Malaysia. Ia kembali diskusi dengan Muchtar. Dari situ Suyanto lantas pilih di Malaysia. Alasannya, saat itu Pemerintah Provinsi Riau tak berikan beasiswa ke Australia. Di negeri jiran, Suyanto masih berkutat sebagai jurnalis. Ia menulis buletin untuk organisasi Persatuan Pelajar Indonesia dan Persatuan Pelajar Mahasiswa Riau Malaysia. Menurutnya, buletin dapat mengenalkan kegiatan mereka di sana juga menjalin silaturahmi antar sesama mahasiswa Riau. Tak hanya di buletin itu saja, Suyanto juga bekerja lepas di media nasional.

“Jadi koresponden selama di Malaysia, setiap ada berita kita dibayar,” ujarnya. Agustus 2006, ia tamat kuliah S-2. Bekal gelar magister ia lantas mendaftar dosen luar biasa di Jurusan Ilmu Komunikasi UNRI. Ini adalah saran Ashaluddin Jalil Rektor UNRI yang menggantikan Muchtar Ahmad. Karir Suyanto terus melejit sejak diangkat jadi dosen tetap. Pada 2011, ia ambil gelar doktoral di Universitas Sains Malaysia dan selesai pada 2016. Kini ia tak berkecimpung lagi di dunia kewartawanan secara langsung. Fokus sebagai pengajar di program S-1 dan S-2 Ilmu Komunikasi. Selain mengajar di kelas, Suyanto dapat tugas tambahan. Sejak 10 Februari lalu, ia emban Sekretaris Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNRI. Setelah sebelumnya sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP dan Ketua Labor Ilmu Komunikasi. Pencapaian bapak tiga anak ini tidak lepas dari doa orang tua nya. “Pesan orang tua, perkaya ilmu karena ilmu itu bia menjagamu sampai akhir hayat. Kalau perkaya harta, kamulah yang menjaga harta,” tutup Suyanto.* BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

49


Aku Tembak-kau & Tembakau Hendrian Syaputra – Mahasiswa Teknik Elektro UNRI, Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Pulau Burung

Kuhirup udara terasa manis Tapi sesak di dada kian mengikis Dingin…! Udara tipis berteman gerimis Kembang kempis dada, hati teriris Karna terbayang cintaku yang kau tangkis

Ku-cinta kau gadis mata minimalis Berjuang-Ku untukmu hingga malam ku habis Agar dapat halal ku pandang wajahmu yang manis Dengan cengingis tanpa diksi cintaku kau tangkis Karna aku penghisap asap tembakau yang disulut dengan pancis Sadis…! Sadis wahai gadis mata minimalis

Memang ku sadar romantis tidak membersamaiku Kocek-ku kempis, Dollar tidak berada dalam dompetku Besi berkarat pun kau tampak menjadi tungganganku Saat ini apa yang dapat ku banggakan padamu? Ku tanya padamu? Aku bertanya kepadamu!

Tidak ada! Tidak ada yang dapat ku banggakan padamu Tidak ada yang dapat ku tunjukkan padamu Agar aku tidak lagi bertekuk lutut mengais-ngais cintamu Tapi terimakasih dariku atas galau darimu Aku sadar. Indonesia adalah Aku, Soekarno Bapak ku

50

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


SASTRA

Wahai gadis mata minimalis Bibir tipis senyum manis

Satu hal yang ku ingin engkau tahu Aku terpasung oleh batangan tembakau Itu karna keadaan di masa lampau Bukan ku ingin dihantui batuk dan suaraku jadi parau Tapi ini batas agar aku tidak pernah menjadi pedaw

Seuntai lagi, wahai gadis bibir tipis senyum manis… Bapak-ku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, Daripada pemuda kutu buku yang memikirkan diri sendiri Jadi begini!

Jika jadi hal semena-mena, apalagi hendak dikata Bak kebakar janggut hulu-hilir menyusun rencana Lebih baik pucuk bara menyenggol sikut sodara Lebih baik lengan saya tertusuk sodara punya bara Daripada kerah berdasi membalikkan periuk kita punya sodara Bait itu khodam kita wahai anak bangsa Dari Papua – Sulawesi, Kalimantan – Jawa hingga Sumatera Dari yang agamis, idealis, romantis sampai sang pujangga Jangan pernah lupakan kalimat Bhineka Tunggal Ika Bersatu kita teguh, bercerai kita nikmati yang semena-mena Wahai gadis mata minimalis Cukup sekian, ku harap engkau sadar …………………………………… Tapi, siapa “Aku”? Di mana “Aku” sekarang? Pekanbaru, 2021

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

51


KILAS BALIK

Raja Alam Membelah Sungai Jantan Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah mulai dibangun sejak 2009. Pengerjaannya sempat terhenti. Setelah sepuluh tahun, jembatan senilai setengah triliun ini baru bisa digunakan.

Oleh Haby Frisco

FOTO: BM/RIO EZA HANANDA

S

52

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

EBUAH menara pancang setinggi 75 meter kokoh menjulang membentuk segitiga. Ia disangga empat belas cable stayed atau kabel penyangga bercorak kuning di hulu dan hilir. Kabel-kabel beton itu berfungsi menahan beban jembatan. Di bawahnya mengalir sungai Siak. Adalah Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah atau biasa disebut Marhum Bukit. Masyarakat Kota Pekanbaru lebih mengenalnya dengan Jembatan Siak IV. Jembatan sepanjang 800 meter ini menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman di pusat Kota Pekanbaru dengan Jalan Sembilang di Rumbai Pesisir. Jembatan Marhum Bukit mirip seperti Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Kabupaten Siak Sri Indarpura. Sama-sama memiliki kesamaan pada kabel penyangga bercorak kuning. Jembatan ini tersusun dari struktur Bundel Strand, kabel berdiameter 0,6 inci dengan tujuh kawat baja yang menyatu ke satu inti. Permukaan lantainya dari beton bertulang berlapis aspal.


Tengku Alam Merebut Tahta Kerajaan Siak Tengku Alam atau Raja Alam adalah sultan keempat Kerajaan Siak Sri Indrapura. Ayahnya Raja Kecik bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah pendiri Kerajaan Siak. Ibunya putri dari Dipati Batu Kucing Musi Rawas. Tengku Alam anak sulung dari tiga bersaudara. Dua adiknya bernama Tengku Buwang Asmara dan Tengku Muda. Raja Kecik mendirikan Kerajaan

Siak pada 1723 di tepian Sungai Jantan [Sungai Siak]. Ia bertahta selama 23 tahun. Posisinya sebagai Sultan digantikan oleh Tengku Buwang Asmara. Hal inilah yang memicu perselisihan antara tiga bersaudara itu. Tengku Alam tak terima keputusan ini. Ia memilih meninggalkan Negeri Istana. “Dia pindah, bukan pergi,” jelas Nizami Jamil. Nizami mengisahkan, Tengku Alam berkelana sampai ke Melaka dan Laut Cina Selatan. Di sana ia menjadi penguasa laut, merampas kapal Lanun—kapal perompak, kapal pedagang yang melintas, juga kapalkapal milik Belanda dan Inggris. Dalam perjalanannya itu, Tengku Alam menetap di Siantan (Pontianak) dengan membawa 500 orang pengikut dari berbagai suku bangsa. Berbagai macam kapal perang hasil rampasan juga dimilikinya. Hal ini membuat Kolonial Belanda menjadi gentar. Mengatasi itu, kolonial buat siasat licik. Tengku Alam diadu domba dengan saudaranya sendiri. Belanda membujuk Tengku Alam kembali ke Siak dan menawarkan bantuan merebut takhta kerajaan. Ini tak lepas dari kekalahan Belanda oleh Tengku Buwang Asmara di Melaka dalam perang Guntung. Tengku Alam menerima tawaran Belanda. Ia beri syarat Belanda tak boleh mencampuri masalah keluarga Kerajaan Siak dan Belanda dapat membangun lojinya kembali menurut aturan Kerajaan Siak. Perang saudara pun terjadi. Kekalahan dan kemenangan terjadi silih berganti. Di tengah kondisi perang saudara, Tengku Buwang Asmara menyampaikan wasiat dari Raja Kecik kepada Tengku Ismail, putranya. “Seandainya apabila kakandamu Raja Alam kembali ke Negeri Siak, bahwa dia ingin memegang tampuk pimpinan Kerajaan Siak ini, serahkanlah Tahta Kerajaan Siak ini kepadanya karena dia saudara sulung yang berhak juga menjadi Raja di Kerajaan Siak.” Tengku Buwang Asmara mangkat pada tahun 1760, takhta kerajaan dilanjutkan oleh putranya— Tengku Ismail. Tengku Ismail dinobatkan jadi Sultan Siak ketiga oleh Dewan Kerajaan Siak Datuk Empat Suku. Datuk Tanah Datar, Datuk Kampar, Datuk Pesisir, dan

FOTO: BM/HABY FRISCO

Di Kantor Kwartir Daerah Riau di Jalan Diponegoro, Rabu pagi, ia baru saja turun dari mobil. Lalu berjalan membawa tas jinjing hitam menuju ruangan kerjanya sebagai Ketua Harian Kwarda Riau. Setelah sampai, beberapa buah buku dikeluarkan dari tas itu. “Kalau mau nulis [Marhum Bukit], harus baca dahulu,” katanya kepada Kru Bahana, awal April lalu sambil melihatkan beberapa lembar kertas naskah tulisan. Lelaki itu ialah Orang Kaya Nizami Jamil—kerap disapa OK Nizami Jamil. Ia seniman dan budayawan Riau yang mengusulkan nama jembatan Siak IV Marhum Bukit. Nizami besar di lingkungan Istana Kerajaan Siak. Ayahnya adalah sekretaris pribadi Sultan Syarif Kasim II. Nizami cerita, mulanya Jembatan Siak IV ini akan dinamai Jembatan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah atau Marhum Pekan. Usulan ini berasal dari Wan Thamrin Hasyim— Gubernur Riau saat itu. Namun nama itu tak jadi digunakan lantaran sudah dipakai untuk Jembatan Siak III. Marhum Pekan dikenal sebagai pendiri Kota Pekanbaru yang sebelumnya telah dirintis oleh ayahnya, Marhum Bukit. Lalu, Nizami Jamil usulkan nama Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Nama Sultan Siak Keempat itu jadi nama tunggal yang masuk. Kemudian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengesahkan nama itu jadi nama resmi jembatan yang diresmikan 14 Februari 2019. “Sebab diberi nama itu karena permintaan pemerintah. Lalu saya diminta menulis sejarahnya [Marhum Bukit],” cerita mantan Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau ini. Ia pun ditugasi menuliskan sejarah dan asal usul Marhum Bukit.

"Sebab diberi nama itu karena permintaan pemerintah. Lalu saya diminta menulis sejarahnya [Marhum Bukit]." O.K Nizami Jamil Budayawan Riau

Datuk Lima Puluh. Keempat datuk ini ialah orang-orang kepercayaan diberi gelar kehormatan oleh Sultan Siak untuk menjalankan roda pemerintahan. Tengku Ismail memegang takhta sampai 1766. Ia menyerahkan kerajaan pada Tengku Alam, sesuai wasiat ayahnya, Tengku Buwang Asmara. Tengku Alam lantas ditabalkan jadi Sultan Kerajaan Siak ke-IV, bergelar Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Buku Sejarah Kerajaan Siak yang ditulis Nizami, menyebutkan perpindahan kekuasaan terjadi pada tahun 1766. Terjadi perbedaan dengan catatan Dadang Irham. Pengelola komplek makam kelurga kerajaan itu ceritakan pergantian kekuasaan terjadi pada 1761. Nizami bilang, di era kepemimpinannya, Tengku Alam memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke hulu Sungai Jantan di wilayah Batin Senapelan. Ini bagian strategi menghadapi kolonial yang ingin menguasai Negeri Siak. Sebab lain, Tengku Alam tak mau membayar hutang perang kepada Belanda jika ia BAHANA MAHASISWA

EDISI MEI-JULI 2021

53


54

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

2 1. Makam Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah di dalam Komplek Pemakaman Marhum Pekan, sebelah Masjid Raya Nur Alam, Pekanbaru 2.Buku Peresmian Jembatan Marhum Bukit dibuat oleh O.K Nizami Jamil

FOTO: BM/HABY FRISCO

1

FOTO: BM/HABY FRISCO

telah menjadi Sultan Siak. Lain lagi dengan Dadang, ia menyebut justru Belanda ikut membantu perpindahan. Belanda mengawal Sultan Siak saat memindahkan pusat pemerintahan ke Senapelan. Belanda membawa satu batalion dengan 16 pucuk meriam. Katanya lagi, kalau tidak ada Belanda kala itu, habislah Sultan Siak diserang orang Petapahan karena jalur perdagangan dipotong. Menurutnya, wajar saja jika negara merdeka bekerja sama dengan negara merdeka. “Yang menolong pindah itu Belanda, kok. Sultan Siak dan Belanda itu kawan akrab,” ujar penggiat jejak sejarah pariwisata Pekanbaru ini. Dalam upaya membangun Negeri Senapelan sebagai pusat kerajaan, Tengku Alam memindahkan pelabuhan dagang di Tapung Kanan dan Tapung Kiri ke Negeri Senapelan. Jalur dagang dari Pagaruyung dan Petapahan menuju Johor juga dipotong dan dirintis pembangunan sebuah pekan atau pasar. Ia juga membangun istana, masjid, dan balairung. Senapelan inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya Kota Pekanbaru. Dadang menulis di portal riaumagz. com, Tengku Alam wafat pada 18 September 1765 dengan usia 63 tahun. Ia dimakamkan di sebuah bukit di daerah Senapelan. Sewaktu pemakaman, Raja Alam diberi gelar Marhum Bukit. Marhum berarti almarhum, sebutan untuk orang yang telah wafat. Suwardi Mohammad Samin, sejarawan Melayu Riau, mengatakan pemberian gelar sesuai dengan tradisi raja-raja. Apabila meninggal, maka diberikan gelar di tempat ia meninggal. “Pemberian gelar Marhum Bukit itu, karena dia meninggal di situ,” tutur Suwardi. Sementara itu, Nizami jelaskan bahwa Tengku Alam mangkat pada 1980 di Negeri Senapelan. setelahnya, takhta kerajaan berpindah ke anaknya, Tengku Muhammad Ali. Ia menjadi Sultan Siak kelima tahun 1780 hingga 1782 dengan gelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah. Tengku Muhammad Ali tak lama menjabat, lantaran usianya yang sudah tua. Masa mudanya dihabiskan menjadi panglima perang. Semasa Perang


Guntung, Ia jadi panglima perang Tengku Buwang Asmara. Pada masa kekuasaan Tengku Muhammad Ali inilah nama Senapelan berganti nama jadi Pekan-baharu. Kota ini menjadi tempat perdagangan yang baru. Ia tutup usia pada 1782, diberi gelar Marhum Pekan. Menurut Dadang, Marhum Pekan bertakhta rentang tahun 1766 hingga 1779, lalu wafat pada 1791. “Tahun 1791, Marhum Pekan sudah tidak ada. Meninggalnya bukan tidak diketahui, tapi sudah tidak ada catatan terkait meninggalnya. Maka, dianggap tahun 1791,” ucapnya. Hanya dua Sultan Siak yang pernah berkuasa di Pekanbaru. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Keduanya lebih dikenal sebagai Marhum Bukit dan Marhum Pekan.

Di Komplek Pemakaman Marhum Pekan Makam Marhum Bukit berada di Komplek Pemakaman Marhum Pekan. Tepatnya di sebelah Masjid Raya Nur Alam atau biasa disebut Masjid Raya Pekanbaru, masjid tertua di Kota Pekanbaru. Masjid ini dibangun pada masa Raja Alam bertakhta. Lokasinya di Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan. Tak jauh dari Pasar Bawah. Berjarak sekitar dua kilometer dari Jembatan Marhum Bukit. Menilik catatan milik Tengku Djang Said Muhammad sekitar tahun 1929, dahulu komplek makam dikenal dengan nama Bukit Perkuburan. Luas areanya sekitar 1800 meter persegi. Ada pula beberapa gerbang masuk. Sebuah gapura bertuliskan Komplek Makam Marhum Pekan menyambut, jika masuk melalui pekarangan masjid. Berjalan kaki menaiki lima anak tangga, sampailah di area pekarangan makam. Satu bangunan berukuran sekitar 12 x 15 meter dikelilingi sekitar 73 makam kerabat kerajaan. Bangunan yang diperkirakan telah ada sesudah tahun 1990-an itu sudah lima kali direnovasi. Semua elemennya masih asli sejak awal makam dibuat, hanya ditambah keramik saja. Komplek makam ini jadi salah satu cagar budaya Kota Pekanbaru. Bangunan ini berisi lima makam di satu ruangan besar, dan satu

makam lain di bagian belakang. Secara berurutan, makam Sultan Makam Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah paling depan dari pintu masuk. Kedua, makam Syaid Syarif Usman Shabuddin atau Marhum Barat. Ia dikenal sebagai panglima perang Kerajaan Siak dan menantu Raja Alam. Ketiga, makam Tengku Embong Badari’ah, anak Marhum Bukit dan merupakan istri dari Syaid Usman. Keempat, ada makam Sultanah Khodijah, yakni istri Marhum Bukit. Lalu, makam Marhum Bukit. Berjalan sekitar lima langkah ke belakang, tampak makam Tengku Pangeran Kesuma Dilaga. Makamnya terpisah dengan lima makam lainnya. Ia adalah cucu dari Marhum Bukit. Menatap fisiknya, semua makam hampir serupa. Panjangnya berbeda, berkisar 4,20 meter. Ada juga yang lebih pendek. Tak ada sebab pasti yang menjelaskan mengapa makam dibuat lebih panjang. “Orangnya sama saja kayak kita sekarang. Belanda saja waktu itu dua meter paling tinggi,” ungkap Dadang. Lima makam terletak lebih tinggi dari lantai. Makamnya bertingkat dilapisi keramik. Dua nisan dibalut kain kuning, tertancap di dua sisi makam bagian teratas. Tak ketinggalan, nama empunya makam dipasang di salah satu sisi makam sebagai penanda. Menariknya, makam Marhum Bukit tampak lebih tinggi dibanding yang lain. “Kuburan lebih tinggi karena tahta dan ia ayah dari Marhum Pekan,” sebut Nizami. Lanjut Nizami, makam Sultan Siak lainnya ada di Siak, di Buantan. Namun, yang paling banyak ada di Koto Tinggi. Sepengetahuan Dadang, tak ada catatan pasti kapan makam dibuat. Kini, makam sudah diberi semen dan berlapis keramik. Dulu hanya batu kapur saja. “Kalau udah disemen, berarti tahun 1900-an.” Kini, tak jelas di mana keturunan langsung dari Marhum Bukit berada. Dadang menyebut, tersebar di Malaysia dan Brunei. Mereka kerap berziarah tiap tahun. Garis keturunan Arab yang paling banyak dan sering berziarah, turunan Sultan Syarif Kasim. Dadang menerka, mungkin masih banyak lagi keturunan Marhum Bukit. “Yang mengaku keturunannya

ada juga. Betul atau tidaknya wallahu a'lam,” lanjut Dadang. Nizami ungkapkan, meskipun dulu berperang melawan Belanda, Raja Alam tak bisa diusulkan jadi pahlawan nasional. Sebab, ia juga pernah bergabung bersama Belanda dan menyerang Tengku Buwang Asmara.

Penantian Panjang Jembatan Marhum Bukit Hujan deras mengguyur Pekanbaru di suatu pagi Kamis itu. Tepat lima hari jelang berakhirnya jabatan Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim. Jembatan senilai Rp483 miliar itu diresmikan, pertengahan Februari 2019, bersamaan dengan peresmian dua jalan layang. Jalan layang Simpang SKA SoekarnoHatta dan Simpang Pasar Pagi Arengka. Pembangunan Jembatan Siak IV sudah dimulai sejak 2009. Kala itu, Gubernur Rusli Zainal anggarkan Rp9,4 miliar. Pada 2010, pembangunan fisik berlanjut dengan kontrak Rp16, 8 miliar. Setelah dua kali dianggrakan, pelaksanaan pembangunan dijalankan dengan skema tahun jamak pada 20102013 senilai Rp348,14 miliar. Namun di tahun 2014, pengerjaan dihentikan. Annas Maamun, gubernur saat itu enggan melanjutkan pembangunan, sebelum dilakukan audit terlebih dahulu. Hal itu urung dilakukan lantaran Annas kadung terjerat kasus korupsi.. Empat tahun tersendat, pekerjaan kembali dijalankan pada masa Gubernur Arsyadjuliandi Rachman. Pemerintah membuat kontrak tahun jamak dengan anggaran Rp109,22 miliar bersumber dari dana APBD Riau 2017-2018. Sepuluh tahun berlalu. Empat kali gubernur berganti. Pembangunan jembatan Marhum Bukit dinyatakan rampung. Tepat sebulan setelah peresmian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengeluarkan sertifikat kelayakan, sejak 18 Maret 2019 jembatan resmi dibuka untuk umum.*

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

55


BUNDEL

Beda Zaman Lain Cara Pelayanan

S

ATU tahun lebih pandemi melanda negeri. Sejak maret 2020 lalu, kegiatan belajar mengajar di Universitas Riau beralih ke dalam jaringan. Pelayanan perpustakaan juga terdampak. Termasuk kesepuluh perpustakaan cabang di tiap-tiap fakultas. Misalnya Perpustakaan di Fakultas Teknik (FT). Kini mahasiswadapat mengakses peminjaman buku yang terhubung langsung ke perpustakaan universitas. Hanya mengakses lib.unri.ac.id. "Sekarang, mahasiswa diarahkan untuk peminjaman buku yang sudah terhubung dengan perpustakaan pusat. Dalam waktu 1x24 jam akan dikonfirmasi dengan WhatsApp," kata Hasnidar Koordinator Cabang Perpustakaan FT. Kondisi ini jauh berbeda dengan era tahun 90-an. Seperti tertuang pada Koran Bahana edisi April 1995 berjudul “Perpustakaan UNRI Kurang Terurus”. Berikut ini artikelnya. Banyak mahasiswa mengaku bingung mencari bukubuku yang mereka perlukan. Lantaran susunan dan letak buku di Perpustakaan Universitas Riau tidak teratur. “Susunan buku-buku di pepustakaan ini tidak teratur letaknya dan buku-buku yang telah tersusun tidak sesuai dengan masing- masing fakultas,” kata seorang mahasiswa memberi komentarnya perihal kesemrautan itu. Chan Sirdi Kepala Perpustakaan UNRI katakan tak teraturnya susunan buku-buku di perpustakaan disebabkan kurangnya pegawai. “Kebijaksanaan pemerintah dalam menambah pegawai perpustakaan sangat kecil sekali sehingga pegawai yang ada di perpustakaan ini masih kurang dan hal ini mengakibatkan pelayanan terhadap mahasiswa menjadi jelek,” jelasnya. Masalah juga disebabkan karena banyak mahasiswa yang sembarangan meletakkan buku-buku setelah dibaca. “Ketidakteraturan buku-buku ini juga disebabkan oleh mahasiswa yang sembarangan meletakkan buku yang mereka baca,” bela salah seorang pegawai perpustakaan. Syawaluddin mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengusulkan, agar penyusunan buku-buku di rak hendaknya disesuaikan berdasarkan fakultas. “Sehingga mahasiswa tidak terlalu sulit mencari buku-buku yang dibutuhkan,” katanya. Menurut Chan, jumlah pegawai yang bertugas di Perpustakaan UNRI saat ini terdiri dari dua orang master, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak tiga orang. Sementara untuk Sarjana Strata Satu ada 1 orang, sedangkan yang dibutuhkan 8 orang. Untuk tingkat Diploma Dua perpustakaan ada sebanyak 5 orang yang 56

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

dibutuhkan 42 orang. Jadi saat ini Perpustakaan UNRI masih kekurangan pegawai sebanyak 45 orang, demikian jelasnya kepada BM. Ada dua cara pelayanan yang pernah dilakukan perpustakaan. Cara pertama yang pernah dilakukan ialah dengan sistem tertutup. Dalam sistem ini mahasiswa tidak boleh ke rak buku tetapi hanya bisa memesan buku yang ingin dipinjam kepada petugas perpustakaan. Petugaslah yang mencarikan buku-buku yang diperlukan. Dengan sistem ini susunan dan letak buku akan lebih teratur. Pada saat jabatan Rektor UNRI dipegang oleh Bosman Saleh, sistem ini dihapuskan dan diganti dengan sistem terbuka. Dalam sistem terbuka seperti sekarang ini mahasiswa boleh mencari buku di rak. Sistem ini mengakibatkan buku-buku banyak yang rusak dan letaknya pun tidak teratur lagi. Buku-buku yang ada di Perpustakaan UNRI berasal dari berbagai sumber, ada yang dibeli, sumbangan dari Bank Dunia dan ada juga yang berasal dari hadiahhadiah seperti dari Caltex dan Kedutaan Besar. Namun dari jumlah buku- buku yang tersedia ternyata masih banyak yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan mahasiswa. “Mekanisme pemilihan buku selama ini kurang bagus sehingga banyak buku- buku yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa,” tutur Chan Sirdi. Perpustakaan UNRI hanya terdiri dari dua buah gedung menurut sebagian mahasiswa masih tergolong kecil. Perpustakaan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia digolongkan kepada tiga kategori. Kategori pertama ialah perpustakaan besar seperti yang dimiliki oleh Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, serta Institut Teknologi Bandung. Kedua kategori sedang seperti yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara dan Universitas Hasanuddin. Yang ketiga termasuk kategori kecil, seperti yang dimiliki oleh UNRI, Universitas Jambi dan Universitas Bengkulu. Untuk memprioritaskan jumlah buku yang tersedia di setiap perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia, pemerintah membentuk Pusat Pelayanan Disiplin Ilmu (PUSYANDI). Perguruan Tinggi yang ditunjuk sebagai PUSYANDI ialah Universitas Airlangga untuk disiplin ilmu Kedokteran, Teknologi dipusatkan di ITB, Komputer, Informasi dan Perpustakaan dipusatkan di UI, Ilmu Kelautan dipusatkan di Institut Teknologi Surabaya.#Salsabila Diana Putri


BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

57


58

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021

59


60

BAHANA MAHASISWA EDISI MEI-JULI 2021


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.