Bahana Edisi Agustus 2010

Page 1

Hooreeeeee..... SAYA Jadi Milyarder Baru...!

Rebut HADIAH Periode 6 Bulan Pertama: 1 Grand Prize @ 1 Milyar 19 Pemenang (1 untuk tiap cabang) @ 50 Juta 10 Pemenang @ 20 Juta 20 Pemenang @ 10 Juta 30 Pemenang @ 5 Juta 500 Pemenang @ 1 Juta

Terbit 16Halaman

Bahana Mahasiswa

Diundi September 2010Edisi Agustus 2010 Segera buka rekening dan tingkatkan saldo siapa tahu Anda jadi MILYARDER

No.259 Tahun XXVII Edisi Agustus 2010 Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

cmyk

1


Bahana Mahasiswa Edisi Edisi Agustus Agustus 2010 2010

Menteri Menyoal Dosen REKTOR Universitas Riau (UR) terpilih, Prof. Ashaluddin Jalil, telah definitif. Setelah sekian bulan menunggu—sejak terpilih November 2009. Ia dilantik Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh, Selasa (24/8) di Rektorat lantai empat. Dengan setelan jas hitam rapi, dihadiri Gubernur Riau, Ashaluddin tampak siap membawa UR empat tahun ke depan. Segenap masalah UR tentu sudah bergelayut dalam pikiran sang rektor, program prioritas tentu sudah disiapkan. Sebelum semua itu berjalan, M. Nuh, lebih dahulu melemparkan permohonan. Menurut Firdaus LN, salah satu senat universitas, permohonan berarti harus dilaksanakan. Anggaplah ini sebuah kritikan. Dalam sambutannya, M. Nuh mengatakan, “Mohon tingkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen. Bukan berarti pembangunan stadion, auditorium gak penting, itu perlu. Tapi yang jadi ruh universitas itu kualitas dosen. Dari data saya jenjang pendidikan dosen S-3 di UR baru 9,8 persen dari 1019 jumlah dosen. Idealnya 20 persen jika ditilik dari prestasi UR peringkat ke27 dari seluruh universitas di Indonesia,” kata M. Nuh. Kedua, lanjut M. Nuh, tri dharma perguruan tinggi diterjemahkan bukan semata akademik. Tapi ada penelitian dan pengabdian masyarakat. “Coba evaluasi sudah sejauh mana kontribusi dosen-dosen kita untuk masyarakat.” Ketiga, dengan bertambah tingginya posisi UR, jangan semakin redup. “Ibarat lampu, daya harus ditambah agar bisa diterima masyarakat luas,” kata M. Nuh. Permohonan menteri ini harus kita cermati bersama. Rektor harus benar-benar membuat kebijakan yang prestisius. Anggaran untuk sekolah dosen, sampai dana pengabdian mutlak diperlukan. Namun, tiap dosen yang akan disekolahkan, harus lewat seleksi, dan diprioritaskan bagi dosen yang sungguhsungguh untuk menuntut ilmu dan setelah itu siap mengabdi ke masyarakat, bukan dosen yang nyari S-3 guna kenaikan pangkat. Pengabdian pada masyarakat, seharusnya sudah jadi kewajiban tiap dosen. Mereka adalah ruh universitas. Para dosen yang melakukan penelitian harus berdampak langsung pada komunitas masyarakat terdekat. Dengan begitu, penelitiannya lebih dirasakan masyarakat. Artinya, UR masih harus banyak berbenah. Pembangunan segi fisik adalah salah satu prestasi. Tapi, keseimbangan pembangunan fisik dan peningkatan kualitas akademik harus jadi tolak ukur menuju universitas riset yang telah lama menggema. ***

Kritik Kukerta Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Saya ingin mengkritik soal Kuliah Kerja Nyata (Kukerta). Saya menilai Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) kurang profesional dalam mengelola Kukerta. Seperti soal pembagian kelompok, ada yang satu kelompok hanya 5 orang, tapi ada juga yang sampai 12 orang. Di samping itu, penyebaran dosen pembimbing lapangan juga tidak strategis. Satu lagi soal dana pembinaan. Kami tidak diberi uang pembinaan, sedangkan mahasiswa KKN tematik yang join dengan Universitas Andalas diberi dana pembinaan Rp 200 ribu per orang. Mengapa bisa begitu? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Rasyi Ketua Hima PSIK UR

Dua Masalah Faperika

Minta Penjelasan ESSU

Assalamualaikum Wr. Wb Saya prihatin melihat kondisi Fakultas Perikanan tak lagi kondusif, terutama terkait isu pemilihan ulang Dekan Faperika. Saya dan teman-teman di kampus sangat merasakan perubahan sikap para dosen kita. Mereka terpisah jadi beberapa golongan. Masingmasing golongan punya pandangan sendiri atas kasus pemilihan dekan. Sudah seharusnya kita hilangkan kepentingan negatif yang bisa merusak hubungan baik antar dosen. Soal KRS online. Ada yang jumlah SKS yang bisa diambilnya tak sesuai dengan jumlah SKS yang tertera di KHS-nya. Ada juga yang mengadu IPK yang tertera di KHS-nya 0,00. Namun rata-rata mereka mengeluhkan terlalu singkatnya batas waktu pengisian KRS online. Saya harap ini menjadi perhatian kita bersama dan bisa segera ditangani oleh pihak berkepentingan. Terima kasih. Febri Mayoka Ketua BEM Faperika UR

Saya mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau. Belakangan saya sering lihat tim ESSU (Engineering Service and Security Unit) mengangkut kayu dari tempatnya. Bahkan hampir setiap hari. Pohon-pohon akasia yang ada pun sudah mulai dirambah. Saya ingin bertanya, untuk apa kayu-kayu itu dibawa? Apakah ingin diolah? Atau dijual? Kalau diolah jadi apa? Kalau dijual dananya dikemanakan? Mohon penjelasan dari pihak ESSU. Terima kasih. M. Syahlan Daulay Mahasiswa Agroteknologi Faperta ‘06

Sekapur Sirih

BM Mengisi Ramadhan

Foto: Ari BM

KENALKAN BAHANA--Aang, Pemimpin Redaksi Bahana Mahasiswa saat memperkenalkan Bahana kepada mahasiswa baru dalam acara penyambutan mahasiswa baru beberapa waktu lalu.

BULAN Agustus paling dinanti. Di bulan ini perayaan ulang tahun Propinsi Riau (9/8) dan ulang tahun Republik Indonesia (17/8). Dua hari jadi yang menjadi bukti eksistensi Indonesia, terutama Riau, sudah merdeka. Merdeka dari jajahan negara asing. Bulan ini juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah, di mana

2

segala dosa diampuni dan segala amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. Bulan ini pula yang paling dinanti kru BM. “Bakal banyak undangan buka puasa,” ujar Made Ali, Pimpinan Umum BM, saat awal masuk bulan Ramadhan. Benar adanya. Dua minggu terakhir, BM sudah menghadiri lebih dari sepuluh

Kirimkan saran dan Kritik anda soal permasalahan di UR ke

facebook: Bahana Mahasiswa email: bahanamahasiswa@yahoo.com

undangan buka bersama. Ada dari rektorat, lembaga-lembaga se-Unri, maupun instansi dan relasi BM di luar kampus. Kegiatan lain kami, mengisi acara Perkenalan Kelembagaan Mahasiswa (PKM) yang diadakan BEM UR, Selasa (17/8). Semoga kita semua betul-betul mendapat berkah-Nya di bulan penuh berkah ini. Pembaca setia, Laporan utama BM edisi Agustus ini mengupas soal kualitas dosen UR. Ini berawal dari kritik Mendiknas, Muhammad Nuh, saat melantik Rektor UR, 24 Agustus. Persoalan utamanya, masih minim dosen S-3 dan dosen yang mengabdi ke masyarakat. Apa kendalanya? Dan apa yang harus dilakukan Ashaluddin untuk meningkatkan kualitas dosen ini? Pada rubrik alumni, BM langsung turun ke Selat Panjang menemui Tofikkurrahman, Wakil Ketua DPRD Kepulauan Meranti. Ia alumni FKIP angkatan 1997. Ada pula hasil wawancara dengan Alberthiene Endah, penulis yang belakangan tenar karena menulis sejumlah biografi ini tersaji di rubrik Bincangbincang. Tak lupa kami ucapkan selamat atas pelantikan Rektor UR, Ashaluddin Jalil beserta 12 pejabat barunya. Semoga bisa menciptakan atmosfer akademik yang lebih baik di UR. Akhir kata, selamat membaca. ***

STT: Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN:0215 -7667 Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa UR. Penasehat: Prof. Dr. Ashaluddin Jalil, M.S (Rektor Universitas Riau). Drs. Rahmat, MT (Pembantu Rektor III Universitas Riau). Pemimpin Umum: Made Ali Pemimpin Redaksi: Aang Ananda Suherman Pemimpin Perusahaan: Lovina Bendahara Umum: Lovina Sekretaris Umum: Lovina Litbang: Ari Mashuri MS Redaktur Pelaksana/Redaktur: Lovina Reporter:Erliana Fotografer: Ari Mashuri MS Artistik/Lay Out/ Ilustrator: Ari Mashuri MS Perpustakaan, Dokumentasi: Erliana Alamat Redaksi/Tata Usaha/ Iklan: Kampus Universitas Riau Jl. Pattimura No.9 Pekanbaru 28131 Telp.(0761) 47577 Fax (0761) 36078. Dicetak pada: PT. Riau Pos Graindo Pekanbaru. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

email: bahanamahasiswa@yahoo.com

facebook: bahana mahasiswa

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Redaksi menerima tulisan, asal sesuai dengan misi pers mahasiswa. Tulisan berupa naskah asli, karya orisinil, belum pernah dipublikasikan di media massa manapun, dan diketik rapi dua spasi. Redaksi berhak melakukan penyuntingan sepanjang tidak mengubah hakikat dan makna tulisan. Bagi tulisan yang tidak dimuat akan menjadi milik redaksi


Sempena

Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

3

Tak Tertarik Matematika Oleh Ahlul Fadli

Kami sering diberi tugas oleh mentor matematika. Dan saya selalu terlambat selesai dari temanteman lain.” lll

“Saya dulu tak suka matematika,” aku alumni SMA Negeri 8 Pekanbaru ini. Ia mulai tertarik ketika ikut bimbingan belajar saat duduk di kelas 3 SMA. “Kami sering diberi tugas oleh mentor matematika. Dan saya selalu terlambat selesai dari teman-teman lain.” Sejak itu, Duma sering mengerjakan soalsoal matematika di rumah. Ia jadi ketagihan. Ketika masuk kuliah, Duma pun memilih jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah (PBUD) bidang Matemarika FMIPA UR. Ia diterima. Selama kuliah, Duma mengaku jarang belajar di rumah. “Yang penting mengikuti setiap materi kuliah.” Trik lainnya, ketika ada tugas kuliah, langsung dikerjakan. “Biasanya saya selesaikan tugas di kampus.” Hal

terpenting, menurut Duma, harus menyenangi mata kuliahnya. “Kalau sudah begitu, akan mudah memahami pelajaran.” Di samping itu, Duma juga sering membaca di pustaka Jurusan Matematika. “Untuk tambah pengetahuan.” Kini Duma telah bergelar sarjana. Hal pertama yang dilakukannya setelah wisuda: mengajukan lamaran ke Cevron Pasifik Indonesia. Sementara orang tua ingin ia melanjutkan pendidikan S-2 ke Institut Teknologi Bandung. “Kalau tak lulus di CPI, saya ingin jadi pengusaha.” ***

Dumaria Siagian Alumni Matematika FMIPA UR ‘06 Pemuncak Universitas Wisuda Sarjana Ke-85

Istimewa

USMAN MANAN, Kepala Biro Administrasi Akademis dan Kemahasiswaan (BAAK) Universitas Riau diberi tugas membacakan nama-nama pemuncak universitas saat acara wisuda, Sabtu (24/7). Nama pertama yang disebut Dumaria Siagian. Ia mahasiswi Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) angkatan 2006. Ya, Duma— panggilan akrabnya—pemuncak tertinggi universitas. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)nya 3,94. “Saya tak sangka bisa jadi pemuncak.” Skripsi Duma berjudul Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Fuzzy Penuh dengan Perkalian Silang (Cross Product). Waktu pengerjaannya 4 bulan. “Judul ini dari pembimbing. Sebagian bahannya sudah ada,” akunya. Meski begitu, tak berarti pengerjaannya mulus. Kendala utama, “Referensinya sedikit.” Namun ia tak putus asa. Seniornya, Yeni—kini sedang kuliah di Malaysia— bersedia membantu. “Saya berkomunikasi lewat facebook saja.” Untuk pembimbing, Duma mengaku tak begitu sulit bertemu. “Biasanya jauh-jauh hari saya sudah buat janji. Kalau berhalangan, saya cari celah untuk bertemu,” ujarnya membeberkan trik berjumpa pembimbing.

MENDATAR 1. Lari (Ingg) 3. Maaf 6. Sedap; Lezat 7. Bagian antara buku dan buku atau antara sendi dan sendi 8. Lambang negara kita 10. Lazim; Umum 13. Empat 16. Tayangan di salah satu stasiun tv yang pesertanya di tinggal di tempat angker untuk menangkap hal gaib 18. Sapaan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi 20. Aren 21. Bunyi yang nyaring dan panjang 22. Jarum penyemat; Peniti MENURUN 1. Tualang-tulangan (tubuh, barang, rumah dsb) 2. Dekat (Ingg) 3. Dekat dan erat 4. Tidak makan dan minum 5. Tidak (Ingg) 9. Abang (minang) 11. Tulang rusuk 12. Segala sesuatu yang diajarkan 14. Penunjuk jalan; perintis jalan 15. Curah 17. Menyeka; Menyapu 19. Universitas Riau

KUPON mindA

KIRIMKAN JAWABAN ANDA DENGAN MELAMPIRKAN KUPON mindA DAN FOTOCOPY KTM ANDA KE REDAKSI BAHANA MAHASISWA JL.PATTIMURA NO.9 GEDUNG H KAMPUS UR GOBAH, KEC.SAIL, PEKANBARU, RIAU 28131 TELP. (0761) 47577 email: bahanamahasiswa@yahoo.com FACEBOOK: Bahana Mahasiswa DUA ORANG PEMENANG BERHAK MENDAPAT HADIAH DARI KAMI

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa BahanaEdisi Mahasiswa Agustus 2010 Edisi Agustus 2010

4 4

Dosen UR saat menghadiri pelantikan rektor. Mereka ruh universitas, dituntut tingkatkan kualitas. Foto: Aang BM

Sinar Redup Ruh Universitas Oleh Lovina KEDATANGAN Muhammad Nuh ke rektorat Universitas Riau (UR), Selasa (24/8), menyedot perhatian UR. Dua jam sebelum Nuh injakkan kaki di rektorat, para pejabat kampus sudah berkerumun di lantai 4 rektorat. Pukul 10.10, Nuh tiba. Ini kali kedua ia ke UR. Kunjungan pertama awal Junuari lalu. Saat itu ia tengah sosialisasi program kerja. Kunjungan kali ini lebih istimewa, terutama bagi Ashaluddin Jalil. Sebab, hari itu, Nuh datang khusus melantik Ashaluddin sebagai rektor UR. Begitu Nuh tiba, prosesi pelantikan langsung dimulai. Pukul 10.28, Nuh mengambil sumpah jabatan. Ia lalu melantik Ashaluddin, dilanjutkan pengalungan kalung jabatan pertanda Ashaluddin resmi mengemban jabatan rektor empat tahun ke depan. Nuh lalu memberi kata sambutan. Ia menyinggung siapa saja pendiri Universitas Riau—Kaharuddin Nasution, Datuk Wan Abdurahman, Soeman HS, dan Sutan Badriah. “Jangan sampai Rektor UR tak tahu pendiri universitasnya,” sindir Nuh diiringi gelak tawa hadirin.

Pada kesempatan itu, Nuh beri pernyataan soal UR. Ia minta UR tingkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen. “Bukan berarti stadion atau auditorium tak penting, itu perlu. Tapi yang jadi ruh sebuah universitas terletak pada kualitas dosen,” ujarnya. Nuh memaparkan, dari 1019 jumlah dosen UR, baru 9,8 persen bergelar doktor. “Idealnya 20 persen.” Lalu soal pengabdian dosen ke masyarakat. “Tri dharma perguruan tinggi diterjemahkan bukan semata akademik, tapi ada penelitian dan pengabdian masyarakat.” Menurutnya, dosen UR yang melakukan pengabdian masyarakat masih minim. Terakhir, ia beri masukan agar UR jangan bertambah redup seiring peningkatan posisinya. lll

Data Badan Kerjasama dan Pengembangan (BKP) UR menyebutkan, tahun 2010, dari 1059 jumlah dosen, 92 orang sedang kuliah S-3. “Ini baru data sementara. Dari FKIP banyak belum masuk,” ujar Anhar, Sekretaris BKP. Jadi sekitar 8,6 persen dosen UR sedang kuliah S-3. Sementara jumlah dosen yang bergelar doktor di UR, 131 orang (12,3 persen).

Angka ini agak beda dengan yang disebut Nuh. “Setahu saya memang sudah meningkat. Mungkin yang disampaikan Pak Menteri itu data 2009,” kata Saryono, guru besar FMIPA. Namun semua sepakat, angka itu tergolong kecil. Seperti kata Nuh, idealnya 20 persen. “Tapi saya optimis empat tahun ke depan bisa tercapai,” lanjut Saryono. Firdaus LN, guru besar FKIP agak pesimis. “Harus betul-betul digesa.” Menurut kaca mata Usman Tang, guru besar Faperika, “Kalau dibanding universitas lain yang setara, gerak kita termasuk lambat.” Ada beberapa penyebabnya. Usman Pato, guru besar Faperta menilai dosen itu sendiri kurang motivasi. “Mengapa begitu? Rata-rata sudah berumur,” lanjut Syaiful Bahri, Dekan FT. Dampaknya lagi, lanjut Syaiful, kalaupun disekolahkan, sebentar saja sudah pensiun.

“Sedikit waktu mengabdi untuk universitas.” Penyebab lain, kata Usman Pato, dari segi dana. “Beasiswa kurang.” Namun Adnan Kasry, guru besar Faperika memandang beasiswa sudah banyak tersedia. “Masalahnya, mau tidak mereka meninggalkan keluarga.” Bustari Hasan, guru besar dan dekan Faperika sepakat dengan Adnan. “Tapi lihat juga penguasaan bahasa asingnya. Ini juga jadi kendala.” Penyebab lain, menurut Bustari, ada pada manajemen internal. “Harus ada perjanjian. Dosen yang direkrut, tiga tahun ke depan harus siap sekolah S-3.” “Ya, perlu dilakukan perbaikan,” simpul Saryono menanggapi hal ini. lll

Pengabdian dosen ke masyarakat juga jadi soal. Nuh menyatakan masih minim. “Untuk

Penerapan Teknologi Tepat Guna oleh Dosen Tahun 2005-2009 20

JUMLAH

Nuh minta kualitas dosen UR ditingkatkan. Dosen adalah ruh universitas. Ibarat lampu, dayanya harus ditambah. Ia benar. Harusnya UR bisa lebih bersinar.

19

15

10

9 8 6

5

2005

2006

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

6

2007

2008

2009

TAHUN

Sumber: Lembaga Penelitian Universitas Riau


Bahana Mahasiswa BahanaEdisi Mahasiswa Agustus 2010 Edisi Agustus 2010

5 5

Data Sementara Dosen S-3 Tahun 2010 Fakultas

Muhammad Nuh tahun 2010, ada 13 judul yang dapat dana Dikti,” lapor Zulkarnaini, Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Usman Pato sepakat dengan Nuh. “Masih kurang. Ada beberapa penyebabnya.” Pertama, menurutnya, faktor malas. Faktor lain, dana penelitian kecil, tak tahu format proposal yang baik, dan kum dari pusat untuk pengabdian hanya berjumlah satu. Dosen dan guru besar lain yang BM temui menampik soal minim pengabdian masyarakat. “Tak semua bidang ilmu bisa diabdikan,” kata Syaiful. “Paling banyak pertanian dan perikanan, ada juga teknik kimia,” sambung Usman Tang. Firdaus LN punya alasan beda. “Sebetulnya banyak dosen yang melakukan pengabdian, tapi tak semua melapor. Itu yang harus dievaluasi.” Zulkarnaini yang juga guru besar Faperika sepakat soal kum. “Dosen-dosen jadi berpikir, kumnya cuma satu aja sudah bisa naik pangkat. Ya udah, jadi malas.” Namun ia tak sepakat soal kecilnya dana pengabdian. Sumber dana, lanjut Zulkarnaini, banyak. Ada dari DIPA, Dikti, KKN tematik, dan dana mandiri. “Tapi pengelolaannya belum otonomi.” Sementara untuk hasil penelitian yang diabdikan ke masyarakat diakui Zulkarnaini masih kurang. “Penelitian untuk aplikasi masih 25 persen, sedangkan penelitian untuk teori 75 persen,” terang Usman Tang. Menurut Usman Pato, ini disebabkan kurang koordinasi antara LPM dan Lembaga Penelitian (Lemlit). “Sudah banyak universitas lain yang menyatukan LPM dan Lemlit jadi LPPM.” Penyebab lain, bagi Usman Pato, hasil penelitian yang diabdikan ini belum terdata dengan baik. Adnan Kasry menegaskan perguruan tinggi harus bekerjasama dengan dunia industri. “Jadi hasil penelitian lebih mudah mendapat tempat pengaplikasian.” Sedangkan Ali Yusri, Dekan FISIP menilai harus ada perubahan mindset. “Lakukan penelitian skala regional.” Saryono berpikiran beda. Baginya, harus jelas dulu tolak ukur pengabdiannya. “Kalau yang dimaksud pengabdian itu harus turun ke desa dan terdata oleh lembaga, pasti akan minim. Tapi kalau pengabdiannya pada konteks orang yang memberikan ilmu buat masyarakat luas, saya rasa dosen kita lumayan banyak yang sudah melakukannya.” lll

Bukan berarti stadion atau auditorium tak penting, itu perlu. Tapi yang jadi ruh sebuah universitas terletak pada kualitas dosen. Ada banyak alasan dosen belum lanjutkan pendidikan S-3. Mashur, dosen FKIP, terikat tanggung jawab. “Saya harus ngurus UP2B.” Alasan sama dikemukakan Elmustian Rahman, juga dosen FKIP. “Keuangan tak ada masalah. Saya terkendala waktu, banyak yang harus diselesaikan.” Ia bertanggung jawab membina Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan (P2KK). Keduanya mengaku akan langsung lanjut sekolah bila tak menjabat lagi. “Sejak selesai S-2 tahun 2000, saya mau langsung S-3. Tapi kalah saing dapatkan beasiswa,” kata Mashur. Ia bertekad kuliah keluar negeri. “Saya kan bidang Bahasa Inggris, kalau dalam negeri rasanya kurang mantap.” Ia sempat tes beasiswa luar negeri, tapi tak lolos. “Kalau keluar negeri, dosen kita banyak tak mampu. Toefl-nya tinggi. Tapi dalam negeri juga banyak saingannya,” jelasnya. Syafrinal, dosen Faperta, sudah lebih dulu melakukan apa yang diniatkan Mashur dan Elmustian. “Saya sudah lulus di Unpad.” Sejak 18 tahun lalu, Syafrinal sudah selesai S-2. “Niat saya lanjut sekolah selalu terkendala kesibukan. Awalnya mengelola ekstensi, lalu PD II, terakhir memimpin universitas terbuka. Sekarang semua sudah lepas. Jadi bisa fokus lanjut sekolah,” terang Syafrinal. Berbeda dengan mereka, Fifi Puspita, dosen Faperta terkendala soal keluarga. “Malas tidak, semangat kendor juga tidak. Buktinya sampai sekarang saya masih melakukan riset.” Ia tegaskan, ini murni soal keluarga. “Siapa yang mengurus anak kalau saya tetap ego kuliah S-3? Anak saya masih kecil.” Fifi salah satu dosen yang paling sering melakukan riset. Namanya kerap kali ‘nangkring’ di Lemlit maupun LPM. Ia sering dapat bantuan dana dari pemerintah. “Saya juga tak ngerti mengapa minim dosen meneliti. Mungkin terkendala di persaingan mendapatkan dana, apalagi bila penelitian berwujud terapan,” duganya. Ia meyakinkan, tak sulit dapat dana penelitian. Kuncinya, ujar Fifi, penelitian mudah dan murah diterapkan di masyarakat. “Kalau bisa bahan bakunya sudah tersedia di masyarakat.” lll

Pada dasarnya semua sepakat dengan kritik

FISIP FE FMIPA FT Faperta Faperika FK FH FKIP

Jumlah Dosen (orang) 96 154 162 153 116 120 54 28 176

S-3 (orang) 9 16 30 12 19 31 1 1 12

S-2 sedang Studi S-3 (orang) 8 30 17 15 12 9 0 1 0

Sumber: Badan Kerjasama dan Pengembangan Universitas Riau

Nuh. Semua mengakui jumlah dan kualitas dosen S-3 masih rendah dan dosen yang mengabdikan diri ke masyarakat masih minim. Bagi Ashaluddin, ini bukan soal dana. “Kebanyakan dosen enggan merantau ke daerah lain untuk menuntut ilmu. Mereka lebih memilih berada di rumah daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3,” ujarnya. “Yang jelas S-3 ini harus digesa,” kata Usman Pato. Untuk menggesanya, saran Syaiful Bahri, manajemen harus diperbaiki. “Buat direktorat khusus di mana semua rektor dan dekan bisa berkumpul sehingga jalur koordinasi lebih mudah.” Adnan Kasry berbeda pandangan. Baginya, untuk membenahi semua itu, rektor harus lebih berperan. “Jangan banyak keluar kota. Mengambil kebijakan jadi banyak tertunda.” Solusi lain dari Adnan, harus ada gerakan massal seluruh dosen, mahasiswa, dan pegawai untuk berubah. Terakhir, ia sarankan benahi tradisi

ilmiah. “Dosen tak datang tepat waktu dan pulang sesuka hatinya. Tiba di kampus tak tahu apa yang mau dikerjakan. Bagaimana mau meneliti?” Saryono menyimpulkan, UR perlu tingkatkan kualitas penelitian, terutama berwujud pengabdian masyarakat. “Supaya atmosfer akademik lebih greget.” lll

Nuh benar. UR harusnya lebih bersinar seiring prestasinya meraih peringkat 27 se-Indonesia versi webometrics. “Lampu 100 watt di ketinggian 1 meter bisa menerangi areal tertentu. Jika ketinggian lampu dinaikkan, tentu areal yang diterangi semakin gelap. Bagaimana bisa kembali terang? Daya lampu perlu ditambah. UR pun harus begitu. Ibarat lampu, dayanya harus ditambah agar bisa diterima masyarakat luas,” kata Nuh sebelum mengakhiri pidatonya saat pelantikan rektor. laang

Mereka lebih memilih berada di rumah daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3.

Ashaluddin Jalil

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa Agustus 2010 BahanaEdisi Mahasiswa Edisi Agustus 2010

6

6

Prof. Aras Mulyadi:

Pengabdian Dosen Masih Minim DOSEN ruh universitas. Kata itu sempat dilontarkan Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh dalam sambutan saat pelantikan Rektor Universitas Riau (UR), Selasa (24/8) lalu. “Permohonan Menteri biasanya harus dilaksanakan,� kata Prof. Aras Mulyadi. Menteri memohon peningkatan kualitas dosen dengan memperbanyak dosen yang S-3, dan pengabdian pada masyarakat. Aras, Pembantu Rektor I (PR I) UR, membantu rektor di bidang akademik. Artinya, ia punya andil besar tingkatkan kualitas dosen UR. Kamis (2/9), di ruangannya, Aras baru saja usai sholat zuhur. Ia duduk di kursi sambil mengecek setumpuk berkas di meja kerjanya. “Disambil aja ya,� kata Aras, saat menerima kru BM, Aang Ananda Suherman dan Lovina yang hendak bercakap-cakap dengannya. Apa tanggapan soal permohonan Menteri? Kata Pak Menteri itu terjadi di Indonesia, bukan di UR saja. Secara umum seperti itu. Kan dari 25 ribu dosen di Indonesia, baru 2.500 yang S-3, itu berarti baru 10 persen juga. Jadi bukan hanya di UR, secara umum memang seperti itu. Apa persoalan dasar minimnya dosen bertitel S-3? Di UR baru sekitar 100 dosen yang S-3. Masalahnya bisa saja dari segi usia. Kawan-kawan yang usianya sudah di atas 40 tahun gak semangat lagi. Walaupun studi dalam negeri. Atau mungkin bisa saja masalah ekonomi. Secara umum universitas memfasilitasi dosen melanjutkan program studi. Sekarang kunci utamanya di Bapak dan Ibu dosen itu. Prinsipnya, jika kualitas dosen bagus Universitas Riau (UR) juga bagus. Riset universiti ujung-ujungnya program pasca sarjana. Syarat dosen mengajar di pasca sarjana harus S-3, terutama penanggung jawab mata pelajaran. Artinya dosen dipicu untuk melanjutkan studi. Sekarang, beasiswa tersedia di Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), beasiswa untuk melanjutkan S-2 dan S-3, baik di dalam maupun di luar negeri. Dari beasiswa itu, tergantung kawan-kawan dosen untuk memanfaatkannya. Jika tersedia, kendalanya apa?

Kalau studi di luar negeri kan ujungujungnya kemampuan berbahasa. Dikti hanya berikan beasiswa studi saja, tidak bahasa. Jadi apa peran universitas? Universitas bantu tingkatkan kemampuan berbahasa. Ini kita lakukan program pembiayaan untuk pelatihan bahasa. Sejak tahun 2009, sudah 40 dosen kita kita kursuskan untuk peningkatan kualitas bahasa di Bandung. Kita sudah bantu biaya mereka untuk tes Toefl (Test Of English Foreign Language). Itulah untuk meransang kawan-kawan dosen untuk melanjutkan pendidikan terutama ke luar negeri. Dana ini kita ambil dari PNBP yang masuk dalam DIPA.

letter of acception, surat tanda diterima di perguruan tinggi tertentu. Cuma untuk mendapatkan surat itu tentu hal penting komunikasi, dan hubungan emosional yang terbangun, dengan perguruan tinggi yang ada di luar negeri itu. Jadi memang dosen harus proaktif? Iya. Ya kan tergantung dianya sekarang.

Apa kriteria dosen yang dikursuskan? Kita adakan dulu tes dasar dari Unit Pelayanan dan Pengembangan Bahasa (UP2B), dari hasil tes itu kan kita ambil standar minimal untuk diberangkat kursus ke Bandung. Kan gak mungkin kemampuan bahasa yang dari nol kita berangkatkan langsung ke Bandung, kan aneh.

Jadi UR membantu dari segi mana? Kita berikan bantuan pada yang putus beasiswa. Orang yang masih aktif itu kan tidak prioritas. Ada orang yang menjerit-jerit karena putus beasiswa, itu yang kita bantu. Tapi itukan sifatnya bantuan.

Standar Toefl-nya berapa? Tak sampai 400, sekitar 350 lah kemarin.

Ada wacana program 100 doktor, kapan mulai? Rencana Pak Rektor mulai tahun depan, tahun 2011. Kan 2010 mau habis.

Dari mana saja dosen bisa mendapatkan biaya S-3? Untuk kuliah dalam negeri, itu ada dari Dikti, namanya BPPS. Ada dari Pemerintah Propinsi (Pemprop). Kita selalu dikuotakan Pemprop. Untuk tahun ini saja kita dikuotakan untuk S-2 dan S-3 sebanyak 10 orang. Dari pihak swasta kan ada juga, Tanoto, Chevron, tapi kan memang terbatas jumlahnya. Untuk beasiswa kuliah ke luar negeri? Ada dari Dikti juga, kemudian dari sponsor pemerintah di tempat dosen ini akan jalankan studi. Misal dari pemerintah Jerman, Australia, Belanda, Jepang. Tapi itu semua kan melalui seleksi. Dan pihak mereka sendiri yang melakukan seleksi. Berapa besar peluang dosen UR dapat beasiswa S-3 di luar negeri? Salah satu kuncinya bahasa. Besar peluang jika dia mampu untuk itu. Kalau dari beasiswa Dikti yang ke luar negeri itu, selain Toefl harus ada

Seperti apa gambarannya? Universitas buat skim pemberdayaan untuk itu, dan juga membuka pintu kerjasama dengan sumber-sumber pembiayaan. Karena soal pembiayaan universitas tak bisa berdiri sendiri. Makanya, akan ada kerjasama antara perguruan tinggi yang ada di Riau dengan pemerintah daerah (Pemda), baik Pemprop, Pemkab dan Kota. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang ada. Jadi program ini juga muncul dari daerah sendiri. Jadi dosen harus bagaimana? Tidak hanya dosen yang harus bersiap, universitas juga harus banyak berperan. Menyiapkan bahan baku untuk melanjutkan pendidikan. Jadi kelemahan kita kesiapan, universitas menyiapkan segi bahasa, dan segi beasiswa, kalau sudah ada bahan bakunya, kan tinggal dosen memilih jalur yang mana.

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Foto: Aang BM

Menteri juga menyinggung minimnya pengabdian dosen? Memang yang minim itu pengabdian, kalau penelitian kan sudah. Cuma mungkin, penelitian perlu publikasi dan implementasi. Jadi penelitian para dosen tak hanya publikasi, tapi dapat di implementasikan. Harus bersinergi antara penelitian dan lembaga pengabdian masyarakat. Lemabaga penelitian menghasilkan teori-teori dan teknologi, yang siap diimplementasikan lewat pengabdian pada masyarakat, kan itu yang diharapkan Menteri. Hari ini seolah-olah pengabdian pada masyarakat diam, penelitian kan sudah banyak, mungkin belum terimplementasikan. Bagaimana anda menilai penelitian dosen? Selama ini, produk akhir penelitian dosen laporan penelitian. Seharusnya, teknologi tepat guna, kerangka teori hasil penelitian, publikasi sehingga bisa dirujuk, dan kalau bisa lagi paten. Itu sebetulnya yang diharapkan. Jadi laporan


Bahana Mahasiswa Agustus 2010 BahanaEdisi Mahasiswa Edisi Agustus 2010

penelitian hanya persyaratan administrasi untuk mempertanggung jawabkan dana yang digunakan, bukan tujuan akhir. Selama ini, laporan penelitian dosen tak dibaca orang, teknologi tepat guna tak teraplikasikan, makanya pengabdiannya rendah, tidak terpublikasi. Ketiga tak ada kerangka teori, ndak bisa digunakan oleh dosen, seharusnya kerangka teori ini digunakan untuk mengajar. Dan mahasiswa pun semangat menerima yang memang dilakukan dosen itu sendiri. Jadi kalau tujuan penelitian sudah empat produk (teknologi tepat guna, kerangka teori, publikasi, dan paten) akan muncul nanti pengabdian masyarakat yang dimohonkan Pak Menteri. Permohonan Pak Menteri itu instruksi namanya. Penelitian dosen tidak dekat dengan masyarakat? Itu bisa jadi, makanya Dikti itu mengikat empat produk penelitian itu. Setiap hasil penelitian harus bisa diimplementasikan di masyarakat. Biasanya ada kenaikan pangkat ya, nah untuk naik pangkat itu kan salah satunya dinilai hasil penelitian. Kalau hasil penelitian itu hanya laporan penelitian, itu nilai kredit poinnya jauh dari nilai yang empat—kerangka teori, publikasi, teknologi tepat guna, dan paten tadi. Berarti mau ndak mau laporan penelitian ini hanya tujuan sampingan, karena sudah tinggi poin yang empat tadi. Sehingga laporan penelitian bukan

Kegiatan Dosen Pengabdian Kepada M asyarakat Tahun 2010 Sumber Dana Dirjen Dikti (DP2M) Defri Yoza

Evy Rossi

7 Usman Pato

1 Rudianda Sulaeman

FAPERTA

2

FAPERTA

9

FAPERTA

10

3 4 5 6

Besri Nasrul Didi Muwardi Fifi Puspita Besri Nasrul Anis Tatik Maryani Hensripides Faizah Hamzah Shorea Khaswarina Sukendi Ridwan Manda Putra Yurisman Yeni Kusumawaty Susy Edwina Evy Maharani Dewita Buchari Syahrul Sam Teten Suparmi

8

FAPERIKA

11 12

FAPERTA

FAPERIKA

13

FAPERTA

Murniati Febriana Sabrian Ida Zahrina Hamdan Alawi Usman M. Tang Ida Zahrina Bahruddin Said Zul Amraini Misrawati Yulia Irvani Dewi Usman M. Tang Hamdan Alawi Yulia Irvani Dewi Misrawati Widia Lestari

TEKNIK FAPERIKA TEKNIK

FAPERIKA

Note: tiap kelompok satu judul kegiatan Sumber: Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Riau

produk akhir dari penelitian itu, cuma syarat administrasi, lama kelamaan bisa ndak dihitung ini laporan penelitian. Apa yang harus dilakukan pimpinan universitas? Penganggaran untuk penelitian. Ini kan sudah berjalan. Untuk penelitian dari PNBP sudah dianggarkan 10 persen, dan itu sudah jelas skimnya, itu diberikan melalui laboratorium.

Kepada dosen secara kompetisi, dan kepada guru besar yang basisnya juga laboratorium. Jadi harapannya, penelitian yang dilakukan dosen memang melembaga. Kalau lembaga kan jadi banyak orang yang terlibat. Dan mahasiswa juga terlibat. Kalau tidak melembaga, nanti kelompok tertentu saja yang terlibat. Pokoknya penelitian yang diberikan nanti harus berbasis laboratorium. Dan penelitian kerjasama dengan pihak luar, harus lewat lembaga

7

7

penelitian. Jadi bisa dicacah, dipublikasikan dan dimanfaatkan guna keperluan kelembagaan. Dan sekarang sudah mulai seperti itu, sudah berjalan dan muali baguslah itu. Jadi sebagai dosen harus apa? Dosen fungsinya kan tiga sesuai tri dharma perguruan tinggi, pendidikan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Jadi jangan mentang-mentang sudah guru besar, tugasnya selesai dengan mengajar saja. Harus diimbangi ketiganya. Oleh karena itu di dalam beban kerja dosen (BKD) sekarang ini ada persentase masing-masing tri dharma, pendidikan pengajaran harus minimal 30 persen, penelitian minimal 25 persen pengabdian harus 10 persen, dan lain-lain juga ada, jadi kita harus mendistribusikan beban kerja kita ke ketiga komponen tri dharma. Jadi kalau tak begini, gak jalan kompetensi selaku profesi dosen itu. Profesi itu kan dibuktikan dengan sertifikasi. Bagi dosen BKD-nya tak memenuhi tiga komponen tri dharma, gak dibayarkan tunjangan profesinya sebagi dosen, jadi wajib dilaksanakan kegiatan yang mencakup tri dharma perguruan tinggi. Dari evaluasi kinerja dosen dalam melakukan tri dharma? Dari evaluasi kinerja paling minim itu memang pengabdian. Jadi perlu peningkatan dalam bidang pengabdian. *** Iklan

Global Development Learning Network (GDLN) Universitas Riau

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau

Mengucapkan Selamat Kepada

Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS

Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV Ttd Prof. Dr. H. Isjoni Ishaq, M.Si Dekan

Ttd

Dr. Muhammad Edisar, MT Direktur

Drs. W an Syafi’i, M.Si Pembantu Dekan I

Drs. Auzar, MS Pembantu Dekan II

Drs. Zulkarnain, M.Pd Pembantu Dekan III

Drs. H. M. Nur Mustafa, M.Pd Pembantu Dekan IV

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa Bahana Mahasiswa

M. Tofikurrahman

Edisi Agustus 2010 Edisi Agustus 2010

88

Tofik Tak Sekedar Berpolitik Oleh Made Ali SELAT Panjang sambut mentari pagi, 11 Ramadhan 1431 Hijriah. Sepeda, motor dan becak motor hilir mudik di perempatan jalan Teuku Umar. Tiga kendaraan itu, jadi primadona masyarakat tempatan. Tak ada bus, apalagi angkutan kota alias oplet. Jarang ada mobil. Kalau pun ada, biasanya berplat merah. Itu pun bisa dihitung jari. Motor bebek itu tiba di depan sekretariat partai Gerindra. Lepaskan helm. Ia masuk melalui jalan samping. Ia, M Tofikurrahman adalah Wakil Ketua DPRD Kepulauan Meranti periode 2009-2014. Tak hanya ngurus politik tok. Ia ikut memajukan dunia pendidikan Selat Panjang. “S1 saya pendidikan. Saya ingin ilmu saya tidak hilang. Dunia politik hanya sementara. Saya sadari betul,” kata Ketua Gerindra Selat Panjang itu. Sejak 1999, ia sudah terjun dalam dunia politik. Tiga kali bertukar partai—sebelumnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa. Gara-gara dunia politik ia tanggali status pegawai negeri. lll

Selama jadi anggota dewan perwakilan rakyat Bengkalis 2004-2009, Tofik tak hanya diam. Sebulan sekali, sekitar 45 alumni Universitas Riau (UR) kumpul di rumah Azmi Rojali Fatwa, kolega Tofik sesama anggota dewan Bengkalis. Tofik kerap diundang. Forum itu sudah lama dibentuk sebelum Tofik ikut bergabung. Diawali pengajian. Lalu mereka diskusi soal kondisi aktual Bengkalis. Salah satunya, “Bengkalis kabupaten terkaya di Indonesia. Tapi tingkat kesejahteraan masyarakat tidak berbanding lurus dengan anggaran yang ada,” jelas Tofik. Pertemuan itu penuh makna. “Di situ tempat kami berekspresi. Kami curhat sama-sama.” Tak sekedar diskusi. Tofik dan Azmi pernah gulirkan interpelasi. Interpelasi adalah hak bertanya khusus dimiliki anggota dewan. “Pertama interpelasi berhubungan dengan Iklan

Takbir bergema memuja... Mengagungkan kebesaran Allah... Pohon maaf dipinta... Membawa hati kembali fitrah...

BUMD, kedua periode kedua. interpelasi Lantaran jembatan Selat Kepulauan Baru hampir Meranti— menelan dana pemekaran dari rakyat Rp 100 Bengkalis— miliar lebih. membentuk Sampai kini kabupaten belum bisa sendiri, ia jadi difungsikan anggota dewan s e c a r a Kepulauan maksimal.” Meranti. Sikap kritis lll mereka menuai P a d a akibat. Azmi Oktober 2004. dipecat— Ia mendirikan pengganti antar P o n d o k waktu—dari Pesantren. Partai Demokrasi Setahun Kebangsaan kemudian pada 2009—kini mendirikan Azmi gabung s e k o l a h dengan PKS. menengah Tofik pun umum Al Foto: Made BM dipecat dari Maarif. Saat ini, dewan. Lantaran ia punya tiga Tofikurrahman dalam tubuh p o n d o k Wakil Ketua DPRD Kepulauan Meranti PKB, terjadi dwi pesantren; f u n g s i Raudatul kepemimpinan. Quran, Al Hasil putusan Muawanah, pengadilan memenangkan Muhaimin Iskandar dan Darul Ulum. Ponpes tersebut terdiri dari sebagai ketua umum PKB. Ia pro almarhum Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Gusdur. Ia suka pemikiran pluralisme Gusdur. Atas (SMA). “Pendidikan itu aset. Bila tak lagi “Saya rasakan ketika proses PAW digulirkan. jadi anggota dewan kelak, saya mengabdi di Hari ini rekomendasi dari PKB pusat masuk ke dunia pendidikan.” Bupati Bengkalis, seminggu kemudian keluar Ia juga kutu buku. Sejak kecil, ia rajin baca surat PAW. Prosesnya cepat sekali.” buku. “Dampaknya, mata kiri saya rabun,” Ia tak stres. “Itu biasa saja dalam hidup saya. katanya sambil menunjuk mata kirinya. Ia juga Sekecil apapun pilihan pasti berdampak bagi kita,” membuat lembaga riset kajian strategis Meranti. katanya. Atas saran kawan-kawannya, ia Ia punya koleksi 800 jenis buku—koleksi bergabung di Gerindra. Pada 2009, ia terpilih terbanyak seputar buku bisnis. Dua tahun lalu, kembali sebagai anggota dewan Bengkalis ia membuka pustaka taman bacaan rakyat bernama Ar Ridho di Alah Air. “Itu betul-betul modal dari saya,” katanya. Kini pustaka tersebut ia pindahkan ke rumahnya. “Saya ingin rubah pola pikir masyarakat dari buruh menjadi punya minat dunia usaha,” kata anak kelima dari sebelas bersaudara. lll

Awalnya ia ingin jadi ilmuwan. Ia lahir di Alah Air, Selat Panjang, 25 Juli 1972. Sekolah dasar hingga menengah ia tamatkan di Selat Panjang. Semasa sekolah, minimal ia selalu raih juara tiga. “Sebagai orang kampung berpikiran cari pendidikan murah. Ketika itu Unri murah,” kata Magister Ilmu Pemerintahan UR tahun 2008 itu. Meski murah, ia harus bersaing dengan sekitar 800 mahasiswa, sementara daya tampung hanya 50 kursi. Pada 1992, ia lulus Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UR. Tak sekedar kuliah, ia aktif berorganisasi; Ketua Himpunan

cmyk

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Mahasiswa Biologi, senat fakultas, legislatif fakultas dan pernah memimpin buletin Warta Biologi. Ia juga peraih beasiswa supersemar. Satu bulan kala itu Rp 48 ribu. Ia juga kerap ikut kegiatan pengajian. Pada 1997. Ia tamat kuliah, berprediket sangat memuaskan. Ia jadi asisten dosen selama dua tahun di almamaternya. Ia coba ikut program beasiswa mahasiswa due project S-2. Ia gagal. Ia putuskan pulang kampung. Ia aktif di lembaga swadaya masyarakat (LSM). Ia juga pernah bekerja pada sebuah perusahaan di Batam. lll

Pada 2002, ia lulus pegawai negeri di Bengkalis. Ia bertugas di SMP 6 Sungai Tohor. Pikirannya mentok. “Tak banyak aktifitas yang bisa saya kerjakan selain mengajar di desa,” katanya. Apalagi, kala itu gaji guru minim. “Bayangkan waktu saya jadi pegawai negeri golongan tiga, hanya Rp 766 ribu sebulan, insentif Rp 300 ribu,” imbuhnya. Melihat situasi itu ia bertekad perjuangkan nasib guru. “Latar belakang saya guru, ketika saya jadi guru hanya bisa bela kaum yang lingkupnya tidak terlalu banyak. Ketika saya terjun sebagai anggota dewan, saya bagian pengambil keputusan. Kita ingin mewarnai. Ketika jadi anggota dewan perjuangan kita lebih luas. Kita bisa perjuangkan nasib guru.” Ia mengundurkan diri delapan bulan kemudian. Penyebabnya, ia aktif di partai politik. Salah seorang pegawai negeri melapor pada atasannya. Istri dan kedua orang tuanya merestui. “Tanggal 27 Agustus 2003, saya mengundurkan diri dari pegawai negeri,” katanya. Sejak saat itu, tekad jadi anggota dewan kian kuat. Ia sholat Istikharoh. Ia bermimpi, sholat di padang pasir. Usai sholat, seorang ulama, mencium tangannya. Ia resah. Ia kira ajal segera menjemput. Ia bertanya pada ulama-ulama. Kata ulama, ia bakal jadi orang besar. “Sholat padang pasir sebagai jawaban setelah beberapa kali Istikharoh.” Ia juga terjun ke masyarakat, melakukan advokasi terhadap masalah kemasyarakatan, pemutusan hubungan kerja dan lingkungan hidup. Ia kembali ke kampung halaman. Apalagi selama menjadi ketua Badan Perwakilan Desa di desa Alah Air, masyarakat memintanya menjadi anggota dewan. Tanpa modal politik— ketenaran dan uang yang berlimpah—ia beranikan diri ikut bertarung anggota legislatif pada 2004 melalui PKB. Ia terpilih. Hampir 70 persen atau 2.300 lebih pemilih berasal dari desa Alah Air memilihnya. “Saya punya ‘hutang’ politik pada masyarakat yang memilih saya. Saya harus bayar ‘hutang’ tersebut,” kata mantan Calon Wakil Bupati Kepulauan Meranti itu. Artinya, masih ada waktu empat tahun mengembalikan ‘hutang’ rakyat tersebut. “Kita tunggu saja,” kata penyuka olahraga tenis meja itu. ***


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

Keluarga Besar Fakultas Ekonomi Universitas Riau

9

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Mengucapkan Selamat Kepada Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Ttd

Ttd

Drs. Kennedy, MM, Ak Dekan Dra. Hj. Sri Indarti, M.Si Pembantu Dekan I

Drs. Zainal Abidin Zein, MM, Ak Pembantu Dekan II

Drs. Syapsan, ME Pembantu Dekan III

Edyanus Herman Halim, SE, MS Pembantu Dekan IV

Drs. Ali Yusri, MS Dekan Drs. Yoserizal, M.Si Pembantu Dekan I

Heri Suryadi, S.Ip, M.Si Pembantu Dekan II Drs. Syafri Harto, M.Si Pembantu Dekan III

Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau l Mahasiswa UR semester 1,3 dan 5 l Tertarik dengan dunia Jurnalistik (Menulis,Karikatur,Grafis,Fotografi) l Menyerahkan: - Daftar riwayat hidup 1 lbr - Fotocopy KTM 1 lbr - Pas foto 3x4 warna 2 lbr l Bersedia mengikuti proses pemagangan untuk kemudian direkrut sebagai kru Bahana Mahasiswa l Screanning Test tanggal 24 Oktober 2010

Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

29-31 Oktober 2010 Ttd MADE ALI Pemimpin Umum

LPM Bahana Mahasiswa Jl.Pattimura No.9 Gedung H Kampus UR Gobah Pekanbaru Riau Telp. (0761)47577 email:bahanamahasiswa@yahoo.com

Info

085271572004 (Erli) Facebook: Bahana Mahasiswa

cmyk

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa

Faperta Bikin Sekber

Foto: Ari BM

Mahasiswa baru tampak serius mendengarkan presentasi kelembagaan tingkat Universitas saat acara penyambutan mahasiswa baru usai upacara HUT RI ke-65

Soal KRS Online Oleh Aang A Suherman MULAI Senin (23/8) seluruh mahasiswa Universitas Riau lakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) online. Sejak berlakunya KRS online masalah selalu saja ada di berbagai fakultas. Hasil temuan BM di lapangan, masalahnya, mulai dari server, mahasiswa lupa password sehingga tak bisa mengisi KRS, terlambat bayar SPP, sampai nilai yang salah masuk, dan kelas penuh. Misal di Faperta, “Kelas penuh memang terjadi, itu pada mata kuliah Biologi, Kimia. Mahasiswa yang mengambil sudah mencapai 70, jadi ini diprioritaskan untuk mahasiswa baru,” kata Ieannoal Vhallah, staf sistem informasi akademik Faperta UR. “Tapi kalau ada nilai yang berubah jadi E, itu memang absennya kena, walau dosen memberi nilai A, tapi setelah dicek absen lebih dari empat, diganti jadi E.” Permasalahan KRS online, kata Defrianto, Kepala Pusat Komputer (Puskom) UR, memang paling banyak terjadi di Faperta. “Itu karena ada pemindahan server ke server blade. Server blade teknologi terbaru. Keuntungannya, akses lebih cepat dan kemungkinan disconnected kian kecil. ada juga tak bisa login, tapi bisa teratasi sebelum batas pengisian KRS selesai.” Jika masalah di KRS tertera tulisan belum bayar SPP, kata Defrianto, “Karena kesalahan proses data di Bank BNI saat membayar SPP. Bukan salah sistem kita. Solusinya kita minta mereka copy bukti pembayaran SPP-nya, nanti akan kita proses.” Penggunaan KRS online, jelas Defrianto, baru mulai aktif sejak semester ganjil 2009, sekitar

setahun lalu. “Jadi kalau masih ada kesalahan, sekitar 10 persen, saya pikir itu masih wajar. Yang jelas kita akan terus melakukan pembenahan. Buktinya, bila dibandingkan dengan zaman dulu, sekarang kita bisa isi KRS di mana saja, tak harus di kampus,” kata Defrianto. “Kita juga tak puas dengan apa yang sudah dihasilkan. Kita terus lakukan pembenahan. Semester ini kita terapkan SMS Gateway. Nilai bisa diakses lewat SMS. Ada tata caranya. Ini kita edarkan ke seluruh fakultas. Semakin cepat tahu berapa nilainya, setidaknya mahasiswa bisa memprediksi, berapa SKS yang bisa mereka ambil untuk semester berikutnya.” Kalau persoalan lain, jelas Defrianto, kebanyakan di Puskom itu mengeluh soal lupa password. “Sebetulnya itu bukan urusan Puskom. Tapi karena dari fakultas minta datang ke Puskom, ya mau tidak mau kita layani juga. Satu hari ada sekitar 40 mahasiswa yang lupa password. Biasanya kita berikan password baru dan mereka sudah bisa mengakses.” Mengenai keluhan mahasiswa masih harus minta tanda tangan penasehat akademis (PA) ke kampus padahal sudah online, memang diakui Puskom sebagai kelemahan mereka. “Kita benahi secara bertahap. Yang jelas ke depan harus diusahakan bagaimana caranya PA bisa ACC secara online juga.” Intinya, tutup Defrianto, pasti akan ada kesalahan atau keluhan soal akses KRS online ini. “Tapi biasanya itu hanya sekitar 2 persen saja. Masih wajar.”

Iklan

Pusat Pengembangan Pendidikan (Pusbangdik) Universitas Riau Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

ttd Ir. Gunawan Tabrani, MP Kepala Pusbangdik

SEKITAR dua mingggu lalu, beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di Fakultas Pertanian (Faperta) lakukan gotong royong membersihkan ruangan seminar dan ujian kompre Faperta UR. “Ini akan dijadikan sekretariat bersama (sekber) empat HMJ di Faperta,” kata Ahmad Rifai, Pembantu Dekan III Faperta, saat dikonfirmasi via pesan pendek, Rabu (1/9). Menurut Ahmad Rifai, wacana sudah muncul saat Prof. Usman Pato terpilih jadi dekan. “Seminar dan ujian kompre dialihkan ke gedung pasca sarjana Faperta yang baru.” Sekretariat jadi penting, kata Ahmad Rifai, karena sekretariat yang ada sekarang tidak layak dan sangat sulit koordinasi antar kelembagaan. “Kita ingin lembaga mahasiswa itu bekerja secara nyaman dan bisa lebih kreatif dan inovatif dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kemahasiswaan,” kata Ahmad Rifai. Diharapkan, lanjut Ahmad Rifai, pemikiran yang dihasilkan HMJ semakin baik, karena interaksi yang intens antara pengurus HMJ dan lebih dekat dengan mahasiswa Faperta. “Kita berharap seluruh HMJ, sudah dapat membenahi sekretariat itu dan segera digunakan untuk kelancaran aktivitas HMJ,” tutup Ahmad Rifai. laang

Aksi Malaysia BEM FISIP BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (UR) bersama komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FISIP taja aksi menuntut sikap tegas pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan sengkarut hubungan Indonesia dan Malaysia. “Kalau memutuskan hubungan kita juga tidak ingin, tapi ini menyangkut marwah,” kata Dian, Ketua BEM FISIP, Rabu (1/9). Pernyataan itu mereka sampaikan saat aksi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau, Selasa (31/8). Hadir sekitar 15 orang. Aksi dimulai pukul 11.00. “Ini memang mendadak, jadi mahasiswa yang ikut tak terlalu banyak,” kata Dian. Sebelumnya, lanjut Dian, kita diskusikan isu ini bersama seluruh perwakilan HMJ di FISIP. “Tapi perwakilan yang hadir saat aksi hanya HMJ Ilmu Permerintahan dan HMJ Bisnis,” kata Dian. Dalam pernyataan sikap yang ditanda tangani Dian, Febri Siswandi, Ketua HMI Komisariat FISIP, dan koordinator lapangan, Mustafa Husein Lubis, mereka menuntut empat poin. Pertama, mendesak pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan konflik kedua negara secara diplomasi dan tegas. Kedua, mendesak pemerintah Indonesia untuk berunding dengan Malaysia mengenai batas wilayah kedua negara. Ketiga, mendesak Malaysia segera meminta maaf atas berbagai bentuk pelanggaran, yakni kekerasan terhadap warga negara Indonesia, dan intimidasi wilayah laut Indoensia. Terakhir, menyerukan boikot terhadap semua produk Malaysia. “Ini akan kita follow up terus, jika tidak ada perubahan kita akan aksi lagi siap lebaran,” kata Dian. laang

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Agustus 2010

10

Ali Yusri, dan Kennedy Dilantik, Bustari Belum Oleh Lovina SEHARI usai dilantik Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Ashaluddin Jalil, langsung melantik 12 pejabat baru di lingkungan universitas, Rabu (25/8) di Aula Rektorat lantai 4. Ada Kennedy sebagai dekan Fakultas Ekonomi (FE), Ali Yusri dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Sri Indarti Pembantu Dekan (PD) I FE, Zainal Abidin Zein PD II FE, Syapsan PD III FE, Edyanus Herman Halim PD IV FE, Yoserizal PD I FISIP, Heri Suryadi PD II FISIP, Syafri Harto PD III FISIP, Minarni PD I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Arisman PD II FMIPA, dan Khairijon PD III FMIPA. Dalam kata sambutannya, Ashaluddin berharap para pejabat baru ini bisa membantu menggapai world class university tahun 2020— sesuai visi universitas. “Harapan itu akan terwujud jika kita semua saling sinergi mewujudkan cita-cita universitas ini.” Kepada dekan dan pembantu dekan yang dilantik, Ashaluddin juga berharap bisa menjalankan amanah yang diberikan. “Ingat sumpah jabatan yang diucapkan harus dilaksanakan.” Sekitar pukul 17.30, pelantikan usai. Acara dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat kepada para pejabat baru yang dilantik. Acara ditutup dengan buka puasa bersama seluruh pejabat Universitas Riau. Bustari Tak Dilantik Bustari Hasan, Dekan terpilih Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) pada awal Junuari lalu, tak dilantik hari itu. Rektorat sengaja menunda pelantikan Bustari. “Mau dievaluasi ulang,” ujar Yanuar, Pembantu Rektor II saat acara buka puasa bersama. Bustari pun mengakui. “Mungkin akan dilakukan pemilihan ulang,” ujarnya saat ditemui Senin (30/8) siang. Namun ia menegaskan putusan mutlaknya ada di tangan para anggota senat Faperika. “Kita sedang menunggu proses pemilihan ketua jurusan selesai. Setelah itu baru bisa diadakan rapat senat.” Penyebab pemilihan ulang, menurut isu yang didapat Syaiful Bahri, Dekan Fakultas Teknik, Pembantu Dekan IV Faperika, Deni Elfizon, memberikan suaranya saat pemilihan. “Padahal sedang sekolah,” katanya. Menurut Usman Pato, Dekan Fakultas Pertanian, dosen yang sedang sekolah seharusnya dibebaskan dari segala tugasnya di perguruan tinggi. “Itu ada aturannya.” Ada pula soal Bustari buat surat pernyataan akan membagi posisi pembantu dekan bila ia terpilih. Surat pernyataan itu dibuat terkait imbangnya perolehan suara Bustari dan Thamrin saat proses pemilihan dekan. Ditemui Rabu (1/9) di ruangannya, Bustari tak menampik kedua isu itu. “Mengapa baru sekarang kasusnya menguak, mengapa tidak sejak awal pemilihan?” herannya. Namun Bustari tak mau berkomentar lebih banyak. “Nantilah dibahas, jangan sekarang. Ini bulan puasa.” ***


Bahana Mahasiswa

UR Tambah Guru Besar

Dosen Dilatih Buat Proposal

SELASA (3/8), Universitas Riau mengukuhkan empat guru besar. Keempat guru besar itu: Prof. Bintal Amin bidang ahli Ekotoksikologi Laut, Prof. Zulkarnaini bidang ahli Ekonomi Perikanan, Prof. Yusni Ikhwan Siregar bidang ahli Ekofisiologi Hewan Akuatik, dan Prof. Zulkarnain bidang ahli Manajemen Pemasaran. Dimulai dengan Zulkarnain dari FE. Orasinya berjudul Peran Entrepreneurial Marketing dalam Meningkatkan Kinerja Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. Lalu Zulkarnaini dari Faperika menyampaikan orasi dengan judul Implementasi Konsep Kerjasama (Cooperative Effect) Koperasi dalam Mencapai Keberhasilan KUD Mina (Koperasi Perikanan). Bintal Amin menyampaikan orasi berjudul Potensi Gastropoda Intertidal sebagai iomonitor Pencemaran Logam Berat di Perairan Pantai Tropis. Terakhir, Yusni Ikhwan Siregar menyamaikan orasinya berjudul Pemanasan Global dan Respon Fisiologis Hewan Akuatik. Rektor UR, Ashaluddin Jalil, memberi sambutan usai pembacaan pidato keempat guru besar itu. Dengan semakin banyaknya guru besar di UR, Ashaluddin berharap ini bisa jadi tolak ukur kemajuan universitas. “Saya ingin para guru besar bisa menularkan ilmunya kepada mahasiswa agar bisa jadi sarjana siap pakai.” l *24

SELASA siang (24/8), usai pelantikan rektor, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) taja pelatihan pembuatan proposal. “Ini salah satu usaha yang kami lakukan terkait kritik Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh,” aku Zulkarnaini, Ketua LPM. Saat Ashaluddin Jalil, Rektor UR dilantik, Nuh kritisi soal minimnya dosen UR yang melakukan pengabdian ke masyarakat. Empat dosen UR jadi pemateri. Fifi Puspita, dosen Fakultas Pertanian, beri pelatihan soal pembuatan proposal IbK (Ipteks berbasis kewirausahaan), Adhy Prayitno, dosen Fakultas Teknik, soal pembuatan proposal IbIKK (Ipteks berbasis inovasi kreatif kampus), Ida Zahrina, dosen Fakultas Teknik, tentang pembuatan proposal IbW (Ipteks berbasis wilayah) dan IbPE (Ipteks berbasis produk ekspor), dan Sukendi, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mengenai pembuatan proposal IbM (Ipteks berbasis masyarakat). Hadir 48 dosen dari 9 fakultas dan 1 program studi di UR. “Setiap fakultas kita minta 5 dosen,” kata Zulkarnaini. Guna menarik minat dosen mengabdi ke masyarakat, Zulkarnaini berjanji akan mengganti biaya pembuatan proposal yang diajukan. “Tentu kita mengharapkan proposal itu dari hasil penelitian mereka.” l lovina

Edisi Agustus 2010

11

Dekan Faperika Didemo DUA puluh limaan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) UR yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperika berdiri berjajar di depan biro Faperika, Senin (30/8). Beberapa dari mereka memegang karton berisi tulisan-tulisan soal pemilihan empat ketua jurusan (kajur) Faperika. Satu orang berdiri di depan, memegang toa. “Pemilihan kajur harus transparan. Dekan dilarang intervensi,” teriaknya. Pagi harinya, sebelum aksi, jurusan Sosial Ekonomi Perikanan (SEP) melakukan pemilihan kajur baru. “Kami dapat informasi dari salah seorang dosen, dekan mengintervensi proses pemilihan itu,” ujar Febri Mayoka, Ketua BEM Faperika. Sayang Febri tak mau memberi tahu siapa dosen pemberi informasi itu. Guna memperjelas persoalan, Febri bersama beberapa anggota BEM lain mendatangi Dekan Faperika, Bustari Hasan. Sekitar 45 menit mereka berdialog. Merasa kurang puas, mereka putuskan gelar aksi. Mereka minta Bustari turun menemui mahasiswa, menjelaskan soal intervensi pemilihan kajur. Sekitar 30 menit aksi, Bustari turun menemui mahasiswa. Bersama para kajur

dan pembantu dekan di Faperika, ia berdiri di anak tangga biro. Mahasiswa langsung menyampaikan aspirasinya. Mereka bertanya mengapa tiga dari empat kajur—SEP, Ilmu Kelautan (IKA), dan BDP (Budidaya Perairan)—harus dipilih hari itu juga. Mereka juga menanyakan soal intervensi dekan dalam pemilihan para kajur. Bustari beri penjelasan. “Masa jabatan keempat kajur itu sudah habis sejak 1 Juni lalu. Kekosongan yang ada merupakan tanggung jawab pimpinan. Yang berhak meng-SK-kan atau memperpanjang SK itu rektor.” Rektor, lanjutnya, tak mau memperpanjang SK para kajur karena dekan akan dipilih ulang. “Jadi saya akan konsultasikan dulu dengan rektor.” Soal intervensi, Bustari membantah. “Tadi pagi saya panggil satu orang dosen karena saya dengar isu, dia CPNS, mau naik jadi kajur. Saya bilang tidak boleh. Jadi tak ada intervensi.” Di akhir penjelasannya, Bustari berjanji akan segera membicarakan hal ini dengan rektor. Setelah itu akan dibahas lebih lanjut di senat Faperika. “Apapun yang terjadi, kita carikan solusi terbaik.” Setelah mendapat penjelasan, peserta aksi pun membubarkan diri. llovina Iklan

Badan Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPTIK) Universitas Riau

Fakultan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau Mengucapkan Selamat Kepada

Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Ttd

Ttd Hilwan Yuda Teruna, Ph.D Kepala BPTIK

Drs. Defrianto, DEA. Kepala Puskom

Fakultas Pertanian Universitas Riau Mengucapkan Selamat Kepada

Unit Pelayanan dan Pengembangan Bahasa (UP2B) Universitas Riau Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Ttd

Ttd Dr. Rusli Rustam, SP, M.Si Pembantu Dekan I Ahmad Rifai SP, MP Pembantu Dekan III

Prof. Dr. Usman Pato, M.Sc Dekan

Ir. H. Raswen Efendi, MS Pembantu Dekan II Ir. Sukemi Indra Saputra Pembantu Dekan IV

Drs. Masyhur, M.Ed Kepala UP2B

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

M

ENULIS itu mengasyikkan. Menulis itu menghasilkan. “Menulis itu mengasah panca indera kita. Asal mau memulai.� Begitulah kata wanita berambut sebahu kelahiran Bandung 16 September. Alberthiene Endah memulai karir menulis pada 1993 di majalah Hidup. Pada 1994-2004, redaktur pelaksana majalah Femina. Pimpinan Redaksi majalah Prodo pada 2004-2009, merupakan puncak karirnya sebagai wartawati. Dia juga novelis. Bila namanya belakangan tenar dia kerap menulis biografi, terutama artis. Biografi Probo Sutedjo, dan Ani Yudhoyono juga pernah dia tulis. Semua buku biografi yang dia gores dengan dawat, adalah orang tenar di mata publik. Usai check in di Bandara Sultan Syarif Qasim, satu jam sebelum terbang ke Jakarta siang itu akhir Juni lalu, Made Ali dan Aang Ananda Suherman sempat wawancara wanita yang ingin mendirikan sekolah menulis untuk remaja itu di sebuah restoran. Kenapa buku biografi anda selalu orang terkenal? Saya buat biografi orang yang sudah diketahui masyarakat. Bisa narapidana, bisa berlatar belakang profesi berbeda, bisa orang sedang jatuh, bisa yang sedang di atas. Luna Maya kemarin manggil aku untuk buatkan biografinya. Kalau konglomerat, aku harus lihat dia pernah jatuh bangun gak, dia pernah berada di titik nol gak. Kalau dia dari lahir sudah tidur di ranjang emas, udah gak jadi contoh, ya gak usah dibikinin, yang lain aja. Intinya bukan siapa dia, tapi apa yang dia miliki untuk dibagi. Walaupun dia seorang konglomerat yang terkenal gitu, tapi tak ada contoh baik atau pengalaman yang bisa dishare ke orang, aku gak mau. Kalau biografi Probo Sutedjo (salah satu orang dekat eks presiden Soeharto), apa kriteria anda? Oh sangat jelas. Dia mengalami masa peperangan tahun 1949. Dia juga ikut berjuang angkat senjata sampai masuk ke parit yang berisi kotoran manusia. Kalau Pak Harto berjuang dia atas. Dia di got-gotnya. Beliau anak petani yang sederhana, yang memiliki idealisme, bagaimana membangun negara itu dari sesuatu yang paling murni yakni pertanian. Itu yang dia bawa dengan Pak Harto. Nah sesuatu yang gua angkat dari buku Probo, sebagai dia saudara Pak Harto, dia menyaksikan detik demi detik bagaimana kakaknya memiliki prinsip-prinsip membangun negara. Kalau biografi Krisdayanti (KD)? Memang banyak yang protes, setelah saya launching buku KD, lalu ia selingkuh dan cerai. Kok AE (sapaan Alberthiene Endah) menulis buku yang melukiskan bagaimana KD begitu bijaknya. Sekarang gini deh, hari ini kita launching buku yang baik tentang kita aja, besok kita ketemu orang buruk yang mempengaruhi kita dan kita bisa jadi orang lain. Jadi kalau mereka cerai, jangan salahkan bukunya kalau mereka cerai, apa artinya buku. Dalam menulis biografi, ada metode khusus? Gak, sebenarnya saya diuntungkan jadi wartawan di Femina, sepuluh tahun di Femina,

Alberthiene Endah:

Menulis Urusan Hati

12

Kalau sudah jadi Ibu Negara sedikit. Berapa lama pengerjaan sebuah buku? Saya riset berbarengan dengan wawancara. Kalau buku yang perfect itu sebenarnya enam bulan. Tiga bulan wawancara, sebulan menulis, sisanya dua bulan untuk cek dan ricek naskah. Tapi buku Ram Punjabi, Ibu Ani pengerjaanya setahun, itu yang paling lama. Mereka berdua susah menjadwalkan waktu wawancara intensif. Saya penulis cepat. Kalimat yang saya buat detik ini adalah kalimat terbaik dalam pikiran saya. Saya tidak akan pernah bisa menulis dengan metoda, menulis dulu deh nanti diedit lagi, itu gak bisa. Ada orang bilang saya adalah penulis otentik, jadi dia hanya bisa menuliskan kalimat yang menurut dia sudah bagus. Maka itu saya kalau computer rusak saya marah- marah. Menulis itu adalah pekerjaan otentik dan sangat detail dan sangat agung, seperti seorang perancang merenda, payet demi payet, begitu juga penulis. Dia merangkai kata demi kata, dan tidak boleh satu kata pun yang dianggap tidak penting.

Foto: Made BM

dan lima tahun mimpin majalah itu. Pengalaman aku percaya, tak ada yang suka boong, karena saya itu yang mengubah saya. Saya ketemu Jenifer tertutup itu gak enak.Misal KD, dia kan cerita Lopez, Xanana Gusmao di penjara, siapa aja. dia makai narkoba, operasi plastik dia bongkar semua. Punya pengalaman berkesan dalam Saya bilang pada KD, bahwa suatu saat cerita wawancara? kamu itu akan jadi berkah kalau itu bisa Saya pernah wawancara dalam kondisi merubah orang. Bahwa orang lain bisa melihat beraneka ragam. Seorang ibu yang anaknya narkoba itu menimbulkan dampak buruk. digorok paginya, sorenya saya wawancara. Masih Ibaratnya kamu merelakan hal terburuk dalam bagus saya gak ditampol suruh pulang.Pada diri kamu untuk kebaikan orang. Itu kenaikan dasarnya, menulis biografi urusan hati. Ketika kelas dalam hidup menurut aku, daripada kamu orang itu sudah nyaman dengan kita, dia pasti menyembunyikannya, Tuhan juga tahu kok. pengen cerita sama kita, dan tak perlu digali. Sebenarnya ini kerjaan mirip psikiater. Bagaimana anda melakukan verifikasi? Saya selalu melakukan cek dan ricek, jelas. Jadi? Dalam setiap cerita jantungnya mereka, tapi Kalau dia tak memiliki kecakapan untuk aliran darahnya selalu saya cari. Bahkan saya dapet memahami jiwa orang lain, sulit. Jatuh tulisannya temen manjat pohonya Ibu Ani. Yang selalu saya akan garing. Banyak biografi dikerjakan sebuah cek dan ricek adalah kebenaran fakta. tim. Lu wawancara bagian susahnya, lu bagian Tapi untuk cara pandang, saya tidak mau kecil, lu pas dia sukses, trus di compare, itu tak ada tanya sama orang. Bu Ani memandang bahwa nyawanya. pada satu momen itu menggembirakan, orGua punya tim, tapi mereka hanya mencari ang lain tidak boleh mengedit itu, karena itu data. Tapi wawancara dengan orang yang mau perasaan Bu Ani. Ingat ini buku biografi, buku dibuatkan biografinya harus sama gua. Tim hanya tentang seseorang. Orang itu yang harus jadi mencari data. Menulis harus gua. Karena nafasnya jantungnya. ada di kita. Sisi kehidupan mana yang menarik bagi Bagaimana anda menyosokkan seseorang? anda? Apa adanya dia, saya mengambil dari dia. Ketika dia sulit. Saya selalu meluangkan Orang yang paling mengenali diri kita, yang diri banyak waktu menggali ketika dia sulit. kita sendiri. Itu kenapa buku biografi yang saya Karena itu masa-masa emas seseorang. Misal tulis itu ber-saya-saya. Ibu Ani. Saya cerita paling banyak dia pindah dari asrama militer ke asrama militer. Dia Bagaimana anda menggali kejujuran menikah dangan SBY saat gajinya 50 ribu, narasumber? 55 ribu. Soal dia dikirim ke Timor-Timor Tiap orang itu tak ada yang suka tertutup, itu ketika perang. Itu yang saya banyak cerita.

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Ada buku yang paling berkesan bagi anda? Buku biografi Chrisye. Saya kan menulis soal The Last World of Chrisye, itu bercerita satu tahun sebelum dia meninggal. Aku cerita degradasi perasaan dia mulai dari ketakutan, sampai dia marah sama Tuhan. Bukan marah ya, tapi dia protes kenapa ini terjadi pada saya. Kapan saat sulit bagi anda dalam proses pembuatan biografi? Saat narasumber menutupi hal-hal yang sebetulnya sudah diketahui khalayak, dan itu sebetulnya perlu diketahui orang banyak. Karena gini, apalagi biografi, kalau terlalu banyak menutupi terutama hal buruk dan orang sudah tahu, beban banget. Karena saya yakin bahwa seorang Ariel pun, anggaplah kesalahannya 99 persen, pasti satu persen dia pernah melakukan hal baik dalam hidupnya. Saya ingin menyadarkan orang tiap manusia di dunia ini memiliki sel-sel kebenaran. Itu prinsip saya. Dan cerita dia kenapa tergelincir itu yang saya gali. Apa beda biografi selebritis dan tokoh politik? Jauh bedanya. Karena pasti tiap orang itu punya momen-momen yang mengesankan bagi dia. Gak usah artis gak usah siapa. Yang bisa membedakan itu ritme hidup. Artis itu fluktuatif tinggi, dia hidup dalam sorotan, dan mereka tak punya privasi, nyaris. Itu aja bedanya. Gak ada yang lain kok. Saya wawancara Titik Puspa, Chrisye, Probo, intinya kita bercerita tentang manusia. Apa motivasi anda untuk penulis pemula? Lakukan sesuatu. Masalahnya mereka tidak ada semangat untuk memulai. Menulis itu mengasyikkan, menulis itu menghasilkan. Menulis itu mengasah panca indera kita. Mahasiswa lama skripsinya bukan karena bodoh, tapi tak pandai menulis. Menulis itu kombinasi antara kepandaian wawasan kita, kekayaan wawasan kita, kedalaman rasa batin kita, dan kekayaan kosakata. Makanya tulisan kering, walau orangnya pinter.***


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

13

Pekanbaru Kota Melayu?

Kota Melayu Menyikapi visi tersebut, perlu kebersamaan dalam mewujudkannya. Tanpa itu mustahil adanya. Mengapa? Karena Visi Riau 2020 merupakan visi propinsi, cita-cita Propinsi Riau.

Istimewa

P

UJI syukur kemajuan negeri Melayu sudah mulai diperhatikan. Terbukti bendera kemelayuan mulai dirancang dan dipancang, walau baru berupa visi yang berpayungkan budaya Melayu. Karena itu pula dengan rasa optimis kita pancangkan negeri ini sebagai pusat kekuatan budaya Melayu di Asia Tenggara tahun 2020 nanti. Hanya 10 tahun lagi. Waktu yang amat pendek untuk dijalani. Tak terasa hentakan visi Riau sudah dicanangkan sejak sepuluh tahun lalu. Saya rasa sudah saatnya kita evaluasi apakah visi tersebut sudah tecapai atau bahkan belum sama sakali. Dapatkah kita realisasikan Visi Riau? Sementara Propinsi Riau hanya bagian Negara Republik Indonesia, sedangkan yang akan dijalani adalah menjadi pusat dalam konteks se-Asia Tenggara. Mungkinkah ini hanya fatamorgana di kejauhan, namun sulit untuk diraba. Jika ditinjau dari segi konsep, pengertian visi itu dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan ideal pada masa depan yang ingin diwujudkan oleh seluruh komponen organisasi. Sesuatu yang merupakan segalanya, tak pernah berakhir, tak berbatas waktu dan tak terukur, penuh imajinatif, emosional, bergairah, dan inspiratif. Sedangkan peran dan fungsinya sebagai pandangan hidup kita semua—masyarakat Riau. Dengan memandang masa depan yang hendak kita wujudkan itu, jiwa kita akan hidup. Ini berpedoman pada keadaan ideal yang ingin diwujudkan bersama.

Mardianto Manan Pengamat Perkotaan

Ilustrasi : Ari MS

Untuk itu, mau tidak mau, semua perencanaan di daerah kabupaten dan kota wajib mengacu pada Visi Riau 2020. Namun propinsi juga perlu menfasilitasi pencapaian materinya, buatkan standarnya. Apakah baku atau elastis, tergantung kabupaten atau kota yang melaksanakan. Mengapa begitu? Karena Propinsi Riau bukan propinsi dengan budaya homogen, seperti Sumatera Barat atau Jogjakarta. Kita terdiri dari adat dan budaya yang sangat heterogen, dalam naungan budaya melayu tempatan. Budaya Kuansing, Tembilahan, akan jauh berbeda dengan budaya Pelalawan. Budaya Kampar akan amat beda dengan budaya Siak. Apakah dari pola perkawinan, garis keturunan, maupun para pemegang negeri dalam konteks adat setempat. Akan berbeda

lagi bila ditinjau dari bentuk bangunan, baik tampak luar maupun interior rumah. Untuk itu, pemerintah propinsi perlu menjembatani kesamaan dan perbedaan ini sehingga nantinya akan ada tuntunan budaya yang menjadi kompas seluruh aktifitas pembangunan di negeri Melayu ini. Dengan begitu pancang yang sudah dihujam ke Bumi Lancang Kuning dapat tegak berdiri betul. Alhasil nantinya di atas pancang akan dihiasi ornamen kemelayuan yang berkharismatik di mata orang luar. Semua silahkan berbeda, namun tetap dalam konteks kemelayuan Propinsi Riau, tak keluar dari koridor yang sudah disepakati bersama. Pertanyaannya saat ini, apakah visi kota Pekanbaru sudah mencerminkan visi Propinsi tersebut? Apakah sudah sesuai dengan visi pembangunan kota yang kita garap selama ini? Jangan-jangan baru sebatas konsep. Sebaiknya dari sekarang kita evaluasi sehingga koridor pembangunan yang sudah kita lalui benar-benar sesuai dengan cita dan mimpi kita. Akibat pembangunan kota yang tak

bervisi, para penjabat kita seakan bermusuhan dengan karakter kota ini. Asal bangunan sudah mulai menua, harus dibantai. Maka terbentuklah bangunan yang tak berkarakter dan amat berbeda dengan visi kita. Pusat budaya melayu sementara bangunan khas melayunya kita hancurkan. Contohnya Stadion Hangtuah diruntuhkan, Kaca Mayang dibiarkan sampai halal untuk dijual ke investor, Dang Merdu dihancurkan. Akhirnya kota kita nanti bakal berkembang menjadi serba tanggung. Entah ke mana arahnya. Jika mau kita duduk semeja bersama-sama, mengevaluasi diri, kemudian melakukan kilas balik lagi perihal visi dan misi kita sepuluh tahun lalu, saya yakin kita semua tertawa terbahak-bahak melihat janji visi kita. Jika kita perhatikan tata ruang di kota ini, pasti tak akan kelihatan. Rencana tata ruang adalah barang mewah di kota ini. Di sinilah dibutuhkan kearifan kita semua. Yang tua dengan kebijaksanaannya, yang muda dengan energi prima mudanya. Mari kita kelola dengan baik. Ibarat pepatah, si buta berguna untuk meniup lesung, si pekak berguna untuk membunyikan bedil, si lumpuh untuk menunggu rumah. Jangan pula saling menjegal satu dan lainnya demi kemajuan diri sendiri. Kita bangun kota ini dengan kebersamaan. Tak ada satu orang pun yang berjasa, karena kota kita adalah pusatnya jasa di Asia Tenggara. Semogalah... Iklan

Keluarga Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Riau

Pusat Pengembangan Karier dan Kewirausahaan

Mengucapkan

Mengucapkan Selamat Kepada

(P2K2) Universitas Riau

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV Ttd

Padil, ST, MT Pembantu Dekan I

Dr. Syaiful Bahri, M.Si Dekan Mujiatko, ST, MT Pembantu Dekan III

Ttd Ir. Alfian Kamaldi, MT Pembantu Dekan II

Prof. Dr. Saryono, M.Si Direktur

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

Pelangiku

Perjalanan masih panjang. Kita tak boleh berhenti di sini. Waktu terus berjalan. Kita harus melanjutkan hidup. Untuk menikmati pelangi yang datang dan pergi dalam sekejap. KALIMAT ini kudapat dari sahabatku saat ia coba bangkitkan aku dari mimpi burukku. Mimpi burukku berawal ketika aku mengenal Panca. Aku terima ia sebagai kekasihku tanpa rasa cinta hingga aku mengantarkannya ke alam berbeda. Aroma tanah dan bunga menemani Caeci yang belum juga beranjak dari tempatnya, di depan sebuah gundukan tanah basah bertabur bunga, masih menatap batu nisan bertuliskan “Panca. Lahir 20 Maret 1986. Wafat 27 September 2004”. Ah! Ini bukan salahku. Kenapa aku yang mesti merasa bersalah? Semua orang memang mengatakannya padaku. Semua orang bilang kalau kamu merangkul gadis lain di depan umum. Lalu, apa aku salah bila kukatakan Sangkut Riang adalah salah satu orang yang mengatakannya. Maaf, bila aku tak punya nyali melerai pertengkaran kamu dan Sangkut. Maaf, bila aku terlalu pengecut. Aku memang perempuan pengecut, yang cuma bisa terdiam di sudut taman melihat kekacauan yang terjadi. Begitu pula ketika Sangkut meraih batu bata di tanah, aku hanya mampu terpaku di sudut. Aku penyebab batu bata itu terlempar ke kepalamu ketika pertengkaran itu terjadi. Aku penyebabnya. Tapi semua sudah terlambat. Batu bata itu telah mengakhiri hidupmu. Tapi tidak dengan cintaku. Tunggu aku di sana kasih… Sebuah sentuhan lembut di bahu menyadarkanku dari lamunan. “Kita pulang sayang, sudah hampir gelap.” “Iya, Ma,” jawabku. lll

“Hisar, ini mamanya Caeci! Caeci gak keluar-keluar dari kamar sejak tadi pagi. Tante bingung, mana Papanya Caeci lagi di Singapura lagi! Kamu tolong datang ke rumah dong Sar, cepetan ya!” Mama Caeci sangat panik ketika menghubungi Hisar, sahabat kental Caeci dan Panca. Tak berapa lama, Hisar datang dengan Xenia-nya.

14

Ilustrasi: Ari MS

“Ada apa dengan Caeci, Tante?” “Ini Sar...” “Caeci, pintunya aku dobrak ya? Kamu jangan di belakang pintu. Caeci, kamu dengar aku?” Hisar berkata dengan nada panik, tapi tak ada jawaban. Mama Caeci menangis karena khawatir. lll

“Caeci…” Suara siapa ini? Sangat menyejukkan hati. Apa aku sudah di surga, dan ini suara malaikat? Baygon itu pasti bisa merenggut nyawaku dalam sekejap. “Mama?” “Iya sayang, kamu sudah sadar?”

Mama berkata lembut mengusap keningku. Kulihat sekililingku, Mama, Papa, Hisar. “Papa langsung datang dari Singapura mendengar kamu dirawat di rumah sakit. Papa khawatir. Papa sangat berterima kasih dengan Hisar.” “Ah, gak apa-apa Om. Caeci kan temen saya.” Aku coba duduk di tempat tidurku. Hisar membantuku. Tiba-tiba tangisku meledak. Sahabat kekasihku mendekapku erat. “Panca…” bisikku di dadanya. “Sebelum pergi, Panca menitipkanmu padaku. Katanya, aku harus jaga baik-baik perinya yang akan selalu ada di hatinya.” “Hisar, temani aku disini… Temani aku... Karena pelangiku sekarang sudah berlalu,” kataku sambil terisak. “Ayolah Caeci, tak ada pelangi yang abadi. Nikmati saja hidup ini dan nikmati keindahan pelangi-pelangi yang datang dan pergi dalam sekejap. Ini bukan salahmu. Dia memang bukan pria yang baik. Dia selingkuh, meskipun mencintaimu. Cinta bukan segalanya, Caeci. Doakan saja dia agar mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Hapus air matamu, Caeci. Perjalanan hidup kita masih panjang. Kita tak boleh berhenti di sini karena waktu terus berjalan.” Aku menengadahkan wajahku, menatap Hisar. Perlahan ia hapus air mata di pipiku. Lama kami terdiam. “Maafkan aku, Caeci,” katanya memecah keheningan. “Aku tak bisa menemanimu lebih lama. Aku harus berangkat. Ayahku mengirim aku ke Amerika, melanjutkan sekolah di sana.” Aku begitu pedih kehilangan Panca, sekarang aku harus kehilangan sahabat. “Oh ya, hari ini Caeci sudah bisa langsung pulang, kan Om?” tiba-tiba Hisar bertanya pada papaku dengan nada seriang mungkin. Padahal aku tahu hatinya pun pedih mengucap kalimat perpisahan tadi. Aku dapat merasakannya. “Oke!” jawab papa sumringah. lll

Endang Winarni Mahasiswa Budidaya Perairan Faperika ‘07

“Caeci, telah lama aku menganggapmu sebagai salah satu yang spesial meski tak ada artinya bagimu. Aku bukanlah orang yang tertarik dengan cinta. Cinta masuk, tak dapat dihindari, dan harus dirasakan, karena itu bagian dari hidup. Hidup akan selalu jadi misteri. Aku tunggu jawabmu selama aku masih hidup.” Aku terdiam mendengar pengakuan Hisar. Aku pun mencintainya sebelum Panca memilikiku dan aku masih mencintainya hingga saat ini. Benarkah dia menganggapku sebagai salah satu yang spesial? Benarkah dia juga mencintaiku? “Hisar, aku hanya manusia biasa. Tapi percayalah, aku pun akan mengasihimu.” lll

Hisar meninggalkanku sendiri. Sampai di Amerika, dia menghubungiku. Dia bilang, “Someday there’ll be a new world. A world of shining hope for you and me.” Rawatlah perasaan cintamu sampai kelak berguna untuk kita.” Ternyata itu kalimat terakhir yang ia katakan padaku. Sejak saat itu, ia tak pernah lagi menghubungiku. Mungkin Hisar sudah melupakan aku. Ah! Sudahlah. Aku harus melanjutkan hidupku, meski tanpa Panca, tanpa Hisar. Perjalanan masih panjang. Kita tak boleh berhenti di sini. Waktu terus berjalan. Kita harus melanjutkan hidup. Untuk menikmati pelangi yang datang dan pergi dalam sekejap. Thanks Sar, telah hadir dalam hidupku meski sejenak. Kamu sudah membuka mata hatiku tentang makna kehidupan hingga aku dapat menikmati kembali hidupku. *** Iklan

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Riau

Segenap Keluarga Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Riau

Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Ttd

Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Padil, ST, MT Pembantu Dekan I

Prof. Dr. Zulkarnaini, M.Si Ketua

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Ttd Dr. Syaiful Bahri, M.Si Dekan Mujiatko, ST, MT Pembantu Dekan III

Ir. Alfian Kamaldi, MT Pembantu Dekan II


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

15

Menziarahi Cut Nyak Dien Minggu pagi, 16 Maret 2008, pukul 06.30. Saya menapaki tangga pemakaman keluarga Pangeran Sumedang, Pangeran Soeria Koesoemaadmaja, dan keluarga ulama besar Haji Sanusi. Lebar tangga itu sekitar dua meter, terbuat dari batu sungai. Jalan menuju makam itu agak mendaki sejauh lebih kurang 500 meter. Sejumlah tukang bangunan kelihatan tengah memugar makam. Di kanan-kiri jalan ditumbuhi perdu. Dua papan petunjuk bertuliskan “Makam Tjut Nyak Dhien” tegak di masing-masing sisi jalan. Di tepi kiri jalan mencuat sebuah papan nama berukuran kecil yang disangga batang besi. Lalu, di kanan jalan terpasang papan nama yang terpaku pada sebatang pohon, tepat di bawah panah petunjuk ada identitas makam keluarga Pangeran Soeria Koesoemaadmaja. Sekitar lima meter dari situ ada makam ibunda Mohammad Hatta, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Siti Saleha. Ia wafat di Sumedang pada 13 April 1959 di usia 78 tahun. Pada 1950-an, Siti Saleha datang menjenguk salah seorang anaknya yang bertugas sebagai dokter di Sumedang dan akhirnya, ia tutup usia di kota ini. Setelah melewati papan petunjuk itu, anak tangga mulai menurun hingga saya tiba di depan gerbang makam Cut Nyak Dien, yang letaknya tepat di kaki gunung Puyuh. Cut Nyak Dien memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda setelah suaminya Teuku Umar ditembak pada 11 Februari 1899. Ia memimpin perang gerilya didampingi pengawalnya Pang Laot, yang kemudian menyerah kepada Belanda pada 6 November 1905. Setelah Pang Laot menyerah, Cut Nyak pun ditangkap. Cut Nyak kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena Belanda khawatir pengaruhnya akan membuat orangorang Aceh tetap berani melawan. Ia di Sumedang pada 1908.

pengawal. Satu pengawalnya sampai sekarang belum ditemukan makamnya. Pengawalnya yang lain adalah anak laki-laki berusia 15 tahun, bernama Teuku Nanna. “Kegiatan Cut Nyak Dien (semasa hidup di Sumedang) itu mengaji. Ia sudah hapal (Alquran) di luar kepala, sehingga ia cepat dikenal oleh ulama-ulama, terutama pemilik tanah ini, sampai wafat. (Ia) dimakamkan di tanah Haji Sanusi dan Hajah Husna, putrinya Haji Sanusi,” kata Nana. lll

Tahun 2000, Henry Dunant Center mulai menggagas dan memfasilitasi proses dialog antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dialog itu bertujuan mencari kesepakatan jalan damai bagi penyelesaian konflik Aceh. Pada tahun itu, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono berziarah ke makam Cut Nyak Dien, memohon restu pada pahlawan Aceh itu. Di kala Aceh sedang bergejolak banyak tentara dan polisi berziarah ke makam ini. “Tentara yang berziarah ada dari Bataliyon Siliwangi, sebelum berangkat ke Aceh. Satu bataliyon, kadang-kadang semua anggota, dari Danyon, Danton, Danru, Danki. Mereka pakai

“Alhamdulillah kamoe nyoe katroeh bak tempat moyang yang kamoe dambakaen, muliakan, kamoe han mephetuwo sejarah awak droen sampai nafas kamoe geu top lee pho rabbana.”

lll

Pintu gerbang besi itu terkunci. Di kiri pintu dipasang bel untuk memanggil juru kunci makam. Makam ini dinaungi kubah dengan model rumah adat Aceh, setinggi kurang lebih 1,5 meter. Pada atapnya tergantung lampu listrik 10 watt. Di sebelah kiri makam tampak sawah menghampar dengan padi menghijau. Gemericik air sungai Cipicung memecah kesunyian di sekitar makam yang dikelilingi pepohonan tua dan tinggi. Inilah ziarah pertama saya ke makam Cut Nyak Dien, yang usianya di bulan November 2008 ini genap 100 tahun. Seorang juru kunci, atau kuncen, bernama Nana Sukmana menyambut saya dengan ramah. Menurut Nana, pada 6 November 1905 Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang disertai dua

seragam militer,” kisah Nana. “Ada dari Brimob juga. Malah mereka minta foto di makam, supaya gampang melakukan pendekatan dengan orang Aceh di sana,” kata Nana, mengutip perkataan seorang tentara. Beberapa bulan menjelang Perjanjian Helsinki ditandatangani pada Agustus 2005, para anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih melakukan kunjungan ke makam. Pada 29 Juli 2005, ada dua rombongan tentara yang berziarah di jam yang berbeda. Rombongan pertama terdiri dari empat orang dari Markas Komando Daerah Militer Iskandar Muda, Banda Aceh, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Supiadin Adi Saputra. Kelompok kedua dari Satpal Satgas Banioin-4 yang dipimpin oleh Letkol Cpl. Agus Trisunu. Itulah yang

tertulis di buku tamu. Rombongan ini berjumlah 123 orang. Sebulan sebelumnya 17 orang dari Yonif 312 Subang juga berziarah. Kemudian, ada 41 anggota Yonif 301/PKS Sumedang, yang dipimpin oleh Letkol Inf. Urip W dan Kapten Inf. Andy C. Pada 30 Mei 2005, peziarah datang dari Sesko TNI beserta para perwira siswa manca negara yang mengikuti pendidikan di Sesko TNI AD, Sesko TNI AU, dan Sespri Polri, sebanyak 30 perwira. Menurut Nana, para peziarah tak hanya tentara Indonesia, tapi juga para gerilyawan GAM. “Ada sekitar 15 orang GAM datang ke sini,” kata Nana. “Mereka bertanya ke saya, tanya sejarah Cut Nyak Dien, mengapa sampai ke Sumedang. Mereka tidak terlalu banyak bicara. Mukanya sangar-sangar, kulitnya kehitam-hitaman, ganteng-ganteng,” kata Nana lagi. “15 anggota GAM itu orang muda semua,” ujar Nana, menambahkan. Kira-kira tahun 2002, tiga bus yang membawa sekitar 100 orang GAM yang ditahan di Jakarta berziarah ke makam. Mereka dalam pengawalan ketat anggota TNI. “Mereka menangis di sini,” kisah Nana. “Mereka banyak yang nangis, menangisnya kuat, terdengar dari jauh. Karena satu menangis, terharu, kita nangis, terbawa arus,” katanya. Selain rombongan itu, ada kelompok gerilyawan GAM lainnya yang berziarah, tanpa ia kenali peziarah itu sebagai orang GAM. Ia baru tahu belakangan. Dan ia agak bingung saat sejumlah aparat intelijen mendatangi makam Cut Nyak Dien berkali-kali setelah kunjungan orang GAM tersebut. Nana berulang kali ditanyai intelijen mengenai orang-orang GAM itu. “Bapak tahu ini GAM? Saya tidak tahu. Selama ini kamu kemana saja? Saya selama ini di sini, tidak kemana-mana. Bapak tahu, yang datang itu orang-orang GAM? Saya tidak tahu yang datang itu GAM.” Nana mengisahkan ulang adegan tanya-jawabnya dengan aparat intelijen tersebut. “Dua, dua, tiga, intel datang bergilir, secara bertahap,” katanya. “Buku tamu diambil intel, lalu dilingkari satu-satu namanya. Dicatat, lalu disalin. “Bukunya dikembalikan lagi,” kata Nana, sambil tertawa terkekeh-kekeh saat menceritakan pengalaman itu. Saya ingin tahu nama-nama orang GAM yang ditandai intelijen itu, tapi buku tamu yang dimaksud sudah tak ada. Nana juga tak mengetahui keberadaan buku itu. Jumlah peziarah mencapai ribuan orang. Jumlah peziarah terbanyak pada tahun 2005, lebih dari seribu orang. Jumlah itu menurun pada tahun berikutnya, sekitar 500 orang, begitu pula di tahun 2007. Sebagian besar peziarah berasal dari Aceh dan orang Aceh di Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Ada juga pejabat, pelajar, mahasiswa dari luar Aceh, seperti Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Sumedang.

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Basilius Triharyanto Wartawan Pantau Jakarta. Tulisan ini pernah dipublikasikan oleh Pantau Feature Service Aceh, 30 April 2008. Sedang orang asing yang berkunjung berasal dari Malaysia, Swiss, Belanda, dan Korea. Dua orang Aceh yang datang dari Lhok Nga, Aceh Besar, Sabri dan Syahrul, menggoreskan kebanggaannya berziarah di makam ini dalam bahasa Aceh: “Alhamdulillah kamoe nyoe katroeh bak tempat moyang yang kamoe dambakaen, muliakan, kamoe han mephetuwo sejarah awak droen sampai nafas kamoe geu top lee pho rabbana.” Pada 16 November 2005, Tengku Azwir Nazar dari Lambada Lhok, Aceh Besar, menorehkan kesannya: “Syahidmu adalah darah kami yang masih mengalir. Aceh Mulia!!!” Di tahun baru 2006, orang yang berperan penting dalam menjaga perdamaian Aceh berziarah ke makam Cut Nyak Dien. Ia adalah Pieter Feith, ketua Aceh Monitoring Mission (AMM). Ia menggoreskan kesannya: “As Head of Mission, AMM, I was very honored having visited the grave of Cut Nyak Dien, Hero of Aceh.” lll

Di makam itu di bulan Juni 2007, seorang lelaki berperawakan tinggi, kurus, dan bermata cekung, duduk bersujud. Ia baru beberapa hari tinggal di Sumedang, setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta. Firdaus Nurdin menemukan kekuatan untuk bertahan dalam perantauan usai berziarah. “Bangkit untuk berjuang terus ada,” kata Firdaus kepada saya. “Datang ke sini (makam) jiwa berani keluar,” lanjutnya. Menurut Firdaus, Cut Nyak Dien berbeda dengan pahlawan-pahlawan wanita lainnya. “Ia berjuang angkat senjata, rencong, melawan Belanda,” kata Firdaus. “Kartini sendiri berjuang di belakang meja, menulis,” lanjutnya. “Saya hampir setiap minggu ke makam. Ketika lagi ingat kampung halaman, dan teringat orang tua,” ujar Firdaus. “Kalau sudah di sini jadi tenang,” katanya lagi. Muhammad Yusuf, kawan Firdaus, saat pertama kali menginjakkan kaki di Sumedang, langsung berziarah ke makam Cut Nyak Dien. Di makam ia membaca Hikajat Prang Sabi. Hikayat ini ditulis oleh Tengku Chik Pante Kulu, seorang pujangga Aceh di masa lalu. Isinya membangkitkan semangat orang untuk berperang. “Saat hikayat kita baca, semangat kita naik untuk berperang,” kata Yusuf. “Belanda dilawan. Kenapa dengan Jawa tidak bisa,” lanjutnya lagi.***


Bahana Mahasiswa Edisi Agustus 2010

16

TERBESAR, TERDEPAN, PERTAMA DIBACA Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV Ttd

RIDA K LIAMSI CHAIRMAN

H MAKMUR, SE, MM, Ak CEO RIAU POS MEDIA GROUP

Civitas Akademika Universitas Riau Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Mengucapkan Selamat Kepada

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Atas pelantikan sebagai Rektor Universitas Riau Periode 2010-2014 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA Pada, 24 Agustus 2010 di Gedung Rektorat UR Lt.IV

Serta selamat atas Pelantikan Dekan dan Pembantu Dekan oleh Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MS pada, 25 Agustus 2010 FAKULTAS EKONOMI Drs. Kennedy, MM,Ak (Dekan) Dra. Hj, Sri Indarti, M.Si (Pembantu Dekan I) Drs. Zainal Abidin Zein, MM, Ak (Pembantu Dekan II) Drs. Syapsan, ME (Pembantu Dekan III) Edyanus Herman Halim alias Herlim, SE, MS (Pembantu Dekan IV) FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK Drs. Ali yusri, MS (Dekan) Drs. Yoserizal, M.Si (Pembantu Dekan I) Heri Suryadi, S.Ip, M.Si (Pembantu Dekan II) Drs. Syafri Harto, M.Si (Pembantu Dekan III) FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM Dr.Minarni, M.Sc (Pembantu Dekan I) Dr. Arisman, M.Sc (Pembantu Dekan II) Drs. Khairijon, MS (Pembantu Dekan III) Ttd

cmyk

Prof. Dr. Ir. Aras Mulyadi. DEA Pembantu Rektor I

Dr. Yanuar Hamzah, M.Si Pembantu Rektor II

Drs. Rahmat, MT Pembantu Rektor III

Dr. Adhy Prayitno, M.Sc Pembantu Rektor IV

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.