Feature Andi Novirianti

Page 1

Gaiah dan Manusia Sama-sama Mati Oleh Andi Noviriyanti Ketika Kawasan Konservasi Gajah Itu Diubah Jadi Kota Kecil

Satu kematian untuk gajah, satu kematian pula untuk manusia. Manusia dan gajah di Kecamatan Pinggir dan Mandau, Kabupaten Bengkalis sama-sqma mati gara-gara berebut lahan. Penyebabnya dimulai dari hilangnya kowasan konservasi gajah bernama Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja seluas 18 ribu hektar yang diubah jadi sebuah kota kecil. Tempat berdirinya Kantor Camat Piriggir, Pabrik Kelapa Sswit, dan pemukiman penduduk Laporan Andi Noviriyanti, Pinggir

andi-noviriyanti@riaupos.co.id

i

Sabtu (19/7) pagi sekitar pukul 10.00 WIB, Ronald Silalahi (a9) dan tiga temannya Sinaga, Kabul dan Anto bersepakat melakukan pengusiran kawanan gajah yang kelihatan akan merangsek tanaman pertanian mereka. Untuk menakut-nakuti kawanan gajah yang sudah dari kemarin malam berada di sekitar areal pertanian mereka itu, tepatnya di Balai Makam, Kecamatan Mandau, dihidupkanlah mesin gergaji rantai (chainsaw). Suara chainsaw yang menderu dan dipegang Ronald itu bukannyi berhasil menakut-nakuti kawanan gajah itu,i"tupi malah membuat kawanan gajah itu melakukan serangan balik. Kawanan gajah itu mengejar Ronald Silalahi dan kawan-kawannya.

Kencangnya lari Ronald, ternyata tak mampu mengalahkan kejaran seekor gajah besar yang menjadikan Ronald dan chainsawnya sebagai target. Saat Ronald terjatuh dan tersungkur, gajah besar itu dengan sigap menginjak tubuh Ronald. Pinggang dan perut Ronald pun remuk. Tangan kirinya pun ikut patah. Dalam sakit yang tidak tertahankan itu, Ronald berusaha berteriak meminta pertolongan. Ketiga temannya yang mendengar teriakan itu, tidak kuasa untuk menolong. Pasalnya mereka pun sedang lari tunggang langgang ketakutan. Setelah kawanan gajah itu pergi barulah mereka berani menolong Ronald dan mengantarnya pulang ke kediamannya. Hanya beberapa saat, sekitar pukul 11.00 WIB, Ronald menghembuskan nafas terakhir-

Kematian Ronal di Desa Balai Makam, akibat diinjak gajah bukanlah kematian pertama di kawasan Kecamatan Mandau dan kecamatan pemekarannya yakni Kecamatan Pinggir. Sebelumnya di dua kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Bengkalis itu ada nama Ponibi (27) yang juga mati diinjak gajah pada April 2007. Sebelumnya lagi ada nama Widodo (25) yang juga rnati dengan cara yang sama pada akhir tahun 2004. Nama-nama itu diperkirakan lebih banyak lagi. Mengingat nama-nama itu hanyalah yang terekspos di media masa. Kematian manusia akibat diinjak gajah itujika dilihat data2007-2008, berbanding lurus


P

t

jumlahnya dengan kematian gajah. Misalnya kematian Ronal di tahun 2008 ini, hzrnya berselang satu bulan dengan kematian seekor gajah di Balai Pungut, Kecamatan Pinggir. Gaja-h itu mati dalam keadaan kaki dan belalainya terjerat kawat sementara gadingnya menghilang. Selanjutnya kematian Ponibi tahun 2007 berselang dua bulan dengan kematian seekor gajah yang mati dalam keadaan ditusuk benda tajam semacam tombak. Gajah dan manusia sama=sama mati di tempat ini untuk mempertahankan arealnya masingrnasing bagi kelangsungan hidupnya masing-masing pula.

AwaI Saling Bunuh Tidak ada datapasti sejak kapan peristiwa saling buuuh antaragajah dan manusia itu terjadi. Namun dugaan kuat, peristiwa saling bunuh itu mencuat setelah gajah di kawasan itu nrakin terdesak di habitatnya. Bahkan benteng terakhir mereka yang dilindungi Undang-undang berupa SM Balai Raja seluas 18 ribu hektar yang terletak di Kecamatan Pinggir pun telah disulap menjadi sebuah kota kecil. Di kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi eaiah seiak tahun 1986 hingga saat ini tersebut telah berubah menjadi kawasan kantor camat, p.iL.6t nu1; dan pabrik kelapa sawit serta pemukiman penduduk. Bagaimana hal itu bisa terjadi dan siapa yang bersalah atas hilangnya kawasan itu? Tak ada satu pihak pun yang mengaku bertanggungjawab akan hilangnya kawisan konservasi itu. Namun berdasarkan penelusuran data yang Riau Pos lakukan diketahuijauh sebelum areal tersebut ditunjuk sebagai kawasan konservasi, PT Caltec Pacific Indonesia (yang kini bernama pT Chevron Pacific Indonesia - Chevron) telah beroperasi pada tahun igZj. U.r.ka juga telah mendiirikan sekolah di Desa Pinggir sebagai program pengembangan masyarakat. Ku*asu. konservasi itu juga dibangun di atas kawasan eks HPH PT Chandra, sehingga di dalam kawasan itu sudah ada jalan-jalan operasional. Kondisi itu membuat kawasan terseb-rit dari awal sudah rawan terhadap kegiatan perambahan

Untuk mengantisipasi kerawanan itu, pada tahun 1993 dilakukan penataan batas kawasan sepanjang 51 KM. Pada tahun 1993 itu berhasil dituntaskan tata bitas sepanjang 33,721131. Dalam penataan batas itulah diketahuilah bahwa di dalam kawasan telatrbeidirisejumlah kebun karet dan sawit. Bahkan naasnya pada tahun 1995, pos jaga untuk kawasan SM Balai Raja itu dibakar oleh pihak tertentu. Namun karena telah ditunjuk sebagai kawasan konservasi maka kawasan tersebut tetap harus dipertahankan. untuk itulah tim Konservasi sumber Daya Alam (KSDA) melakukan patroli clan operasi gabungan di kawasan itu. Mengingat ada ancaman perambahan terhadap kawasan itu, pada tahun 1996, dikeluarkan surat kepada Kepala Inspektur Wilayah Provinsi Riu., ugu. menertibkan kepala desa yang mengeluarkan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dikawasan konservasi tersebut. Itu sesuai dengan Surat Edaran MenteriDalam t tegeii Nomor 5g3/lgg4 kepala desa dan camat tidak memiliki kewenangan untuk memberi ijintembuka tanah. ,

Selanjutnya, pada tahun 2001, Departemen Kehutanan Kantor Wilayah provinsi Riau juga menyurati bupati walikota se Riau untuk memberitahukan kawasan konservasi di masin!'-musing wilayah dengan diberlakukannya otonomi daerah. Bupati walikotajuga diminta berperai dalam menjaga keberadaan kawasan konservasi yang ada.

I

i


1

r Namun bukan tanggapan positif yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis. Pemkab Bengkalis justru mulai tahun 2002 mulai membhngun Pabrik Kelapa Sawit dan Kantor Kecamatan Pinggir di kawasan Konservasi Balai Raja itu. Bahkan pemberilahuan secara lisan oleh petugas lapangan KSDA tidak dipedulikan. Pada Desember 2003 digelar rapat koordinasi penanganan masalah perambahan hutan di SM Balai Rhja. Saat itu dipimpin oleh Jhon Kenedie selaku Kepala BKSDA Riau dan turut dihadiri oleh Fadrizal Labai dari Dinas Kehutanan (saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Dinas

Kehutanan), Abdul Hamid mewakili Dinas Kehutanan Bengkalis, clan berbagai instansi terkait termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan kepolisian. Dalam pertemuan itu disepakati di antaranya, komitmen untuk mengatasi perambahan, membentuk tim inventarisasi, dan melaksanakan upaya penangangan secara tegas terhadap pelaku perambahan. Namun butir-butir kesepakatan itu tidak terealisasi sampai saat ini.

Itulah sebabnya kini, dari sekitar 18 ribu hektar kawasan konservasi SM Balai Raja yang tersisa hanya sekitar 500 hektar. Itupun adalah Hutan Lindung Talang yang terletak di tepi kompeks Perumahan Talang Chevron. Selebihnya kawasan konservasi yang membentang dari t<anior Camat Pinggir hingga ke Hutan Lindung Talang telah berubah menjadi sebuah kota kecil yang dilengkapi berbagai fasiltas umum termasuk pabrik kelapa sawit, kebun kelapa sawit 4an perumahan penduduk. Seiring dengan itu, kawasan konservasi gajah lainnya yang letaknya takjauh dari SM Balai Raja yakni Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Duri, seluas 5.873 hektar juga tcrdcgradasi. Tempat sckolah gajah itu sempat dibakar dan dirambah secara besar-besaran hingga akhirnya tidak bisa dipertahankan. Kawanan gajah itu akhirnya ditumpang titipkan di Taman Hutan Raya Sultal syarif Kasim (SSK) yang kemudian dikenal dengan nama pLG Minas. Sejak hilangnya dua kawasan konservasi di wilayah Kecamatan Mandau dan pinggir itulah diperkirakan konflik antaragajah dan manusia di dua kecamatan itu menjadi-jadi. Tanaman pertanian yang siap panen di kawasan itu kerap kali dijarah gajah. Sesekali rumah penduduk ynng kebanyakan terbuat dari papan pun diluluhlantakkannya. Bahkan kawanan gajah itu, sejak beberapa tahun terakhir kerap kali mendatangi komplek perumahan Chevron yang lokasinya berbatasan langsung dengan SM Balai Raja. Durasinya, menurut Tiva Permata Iswahyudi, humas Chewon wilayah Duri, rata-rata"tigabulan sekali. Sementara untuk kasus kematian, biasanya hanya sekali setahun.

Jalan Damai llampir tidak ada jalan damai dari perseteruan antara gajah-gajah di kawasan itu dengan manusia di sekitarnya. Pernah suatu kali, di Maret 2006, dicarikan soluii untuk menghentikan konflik antara gajah dan manusia di tcmpat itu. Kala itu dilakukan pertemuan antara aparat clesa clan kecamatan, Dinas Kehutanan Riau, Balai KSDA, World Wicle Fund for Nature (WWF) Ria*, dan Chevron di Posko Amuk Gajah, Kecamatan pinggir. Ada tiga opsi yang dihasilkan dalam pertemuan itu. Pertama, melakukan pengusiran bagi gajahgajah itu. Kedua, merelokasi gajah-gajah itu ke Taman Nasional T'esso Nito fetlga,

lfNfN).


,i menggiring ke blok hutan Libo yang masih memiliki hutan. Opsi pertama tidak memungkinkan karena kalau diusir gajah-gajah itu tidak ada tempat mau diaralrkan kemana. Mengingat kalwasan disekitar itu tidak ada lagi yang memiliki hutan yang mbmadai bagi kehidupan gajah. Satu ekor gajah memiliki daerah jelajah sekitar 400 hektar. Opsi keduajuga tidak memungkinKan. Pasalnya kawasan di TNTN, tempat yang akan menjadi tempat penampungan gajah itu sudah ovcr kapasitas. Persoalan rclokasi juga mendapat pcnolakan dari WWF mengingat rclokdsi begitu jauh dan memungkinkan gajah-gajah itu akan mati saat pemindahan. Opsi ketiga juga ticlak'lebih baik. l-lutan Libo yang dimaksud tcrnyata kawasan rawa yallg tidak mungkin di tcnrpati gajah. ,

Ketika opsi kedua dipaksakan dan dilakukan penangkapan dan pembiusan terhadap gajah-gajah di Balai Raja tersebut, ditambah-tambah terkatung-katungnya masalah relokasi, akhirnya gajah tersebut justru mati. ,

Sejak itulah persoalan konflik gajah di kawasan itu cendrung dibiarkan. "Kami sudah rnenyurati pihak BKSDA untuk melakukan pengusiran gajah-gajah yang masih berkeliaran di sekitar Balai Makam tempat Ronald Silalahi diinjak gajah. Namun sampai saat ini belum ada yang turun melakukan pengusiran," keluh CamatMandau Djoko Edy Imhar, akhir pekan lalu kepada fuau Pos.

Kepala BKSDA Raclman Sidik, mengaku, sctakat ini memang ticiak ada kcgiatan apa-apa"yang dilakukan. Pasalnya melakukan pengusiran kembali akan gajah-gajah itu sifatnya hanya solusi sementara. "sekarang siapa yang mau diusir, Gajah yang mengganggu manusia atau justru manusia yang mengganggu gajalfl Pemkab Bengkalislah yang harus bertanggung jawab akan hal ini. Merekalah yang harus mencarikan kawasan pengganti bagi gajah-gajah tersebut," ujar Rac|man Sidik senbari menyatakan BBKSDA akan meneruskan kasus hukum hilangnya kawasan itu.

Mcnanggapi tuntutan itu, Camat Mandau yang menjadi perpanjangan tangan dari Pemerintah fabupaten Bengkalis yang lokasinya sangatjauh ditempat-itu-mengaku tak tahu menahu ihwal ittu. Bagi pria yang dulu juga menjadi camat di Kematan Pinggir ini, persoalan satwa liar lrcnjadi tanggungf awab BKSDA sebagai pcrwakilan pemerintah pusat. "Merekalah yang harus bertanggungiawab. Karena kita tidak tahu siapa yang dulu menghuni tempat itu. Ini sama saja mengkaji mana duluan ayam atau telur?," ungkapnya sembari menyebutkan Pemkab Bengkalis telah telah mengalokasikan dana untuk membantu BKSDA menyelcsaikan persoalan gajah-gajah tersebul..

kontlik gajah dan ntanusia di dua kecamatan itu, menurut Nurul Qomar, dosen Fakultas Pertanian Universitas fuau yang memiliki latar belakang pendidikan S1 dan 32 bidang kchutanan, menyebutkan persoalan itu memang telah meniadi konflik akut. Tak ada pilihan, kecuali pilihan-pililran ekstrim. Pilihan mengembalikan fungsi karvasart sebagai krrwasan Persoalan

konservasi dan memindahkan manusia dari kawasan itu, menurutnya akan sangat mahal hiavanva. Pilihan memindahkan ke temnat harrl -iuga tidak bisa karena hanrnir sclllua kau,asatr koiiseruasi yang ada kini juga sedang rusak berat. "'fidak ada piliiran," ujarnya urentefiaw'ekau kasus tanpa solusi itu.


Namun sedikit alternatif lain yang ditawarkannya adalah menumpangtitipkan gajah-gajah itu ke perusahaan. Seperti yang dilakukan oleh Arara Abadi dan Riau Pulp yang memilihara gajah liar. Beberapa ekor gajah itu meniadi tanggungiawab kedua perusahaan itu, baik makannya maupun pemeliharannya. Alternatif lain adalah mendosmetikan gajah tersebut seperti di India. Gajah itu hidup berdampingan dengan manusia. Di mana manusia memiliharanya layaknya hewan _ peliharaan seperti kuda.

Alternatif lainnya juga untuk sementara agar tidak ad5rlagi korban manusia adalah berusaha mcnjauhi gajah-gajah yang bcrkcliaran tcrscbut, seperti yang dilakukan oleh Chevron. Tiva menyebutkan, mereka selalu menghimbau kepada penghuni kompleks perumahan mereka untuk mengurangi aktivitas di luar rumah pada sore dan malam hari serta selalu waspada terhadap kemungkinan munculttya kawanan gajah liar itu. Bila nrcrruinui ka."r'antir; gajali iiti.iarrgarr mengganggunya ataupun mengusirnya. Biarkan pihak yarg kompetcn yang mengembalikannya ke hutan. Menghubungi pihak keamanan untuk penanganan lehih lanjut. i.'\'!riiil{.i i-,rr i.;ii'+ii iiri lil.:.ir:ii,-ir Liul'ltruit'.uri uit!l iiALifail-GiicI'ali iitUl VAilu i;tasiir -UiSa rncnyelamatkuut kawasan koservasinya. Agar kelak kontlik akut manusia dan satwa liar serta bcncana lingl.lungan lairurya tidak tcriadi karcna diubahnya karrasan konsenasi mcniadi kalasan *** r.' LiUUiU[! d'.r ,,i.-- .^

D;t,,r'ir,itlrrn tJi

Rioii

Po.i

in?,ssrtl I l,sii.ri;t.t ?{i{'iB


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.