2 minute read

POTRET Saksi Bisu Dua Kasus

Saksi Bisu Dua Kasus

Advertisement

Perempatan Monjali, pertemuan antara kejujuran dan kepalsuan (diambil pada 23 Juni 2022).

© Alika/BAL

Lolos dari kegelapan Jalan Monjali, dua pengendara motor itu belum tentu bernasib baik. Sebab, Jalan Ringroad Utara yang menanti di depannya memiliki riwayat yang sama dengan jalan yang ia lalui sebelumnya (diambil pada 23 Juni 2022). Kendaraan bermotor berjejalan. Bunyi klakson saling bersahut-sahutan. Lampu jalan yang tampak redup beradu dengan lampu kendaraan yang terus berlalu-lalang. Kilatan visual malam di Jalan Ringroad Utara tersebut membius para pengguna jalan untuk melupakan momen mengerikan dua tahun silam. Pada 21 Agustus 2020 waktu dini hari, Agung Setyobudi (32) tengah melewati Jalan Ringroad Utara tatkala ia bertemu dengan belasan remaja yang menunggangi sepeda motor. Tak disangka, belasan remaja itu menghadang laju kendaraan Agung yang berjalan di jalur lambat. Tak butuh waktu lama, sebilah senjata tajam yang hingga kini tidak diketahui rupanya bersarang di punggung Agung. Mencoba melarikan diri, tubuh Agung justru kembali dihunjam senjata tajam. Total ada tujuh luka yang tersebar di punggung, perut, dan tangan Agung. Beruntung, nyawa Agung tetap selamat.

Berbeda dengan Jalan Ringroad Utara, Jalan Monjali tampak lebih jujur. Sorot lampu jalanan redup, tak punya nyali untuk beradu dengan sorot lampu kendaraan yang berlalu-lalang. Jumlah kendaraan yang melintas pun sebenarnya tidak terlalu banyak. Perpaduan dua hal tersebut membuat Jalan Monjali tampak mencekam pada malam hari. Tak kalah mencekam kala Aldiano Ahmad Jaelany (16) menjadi korban klitih di jalan tersebut pada 31 Juli 2021. Aldiano yang tengah melintasi Jalan Monjali bersama rekannya menjadi sasaran sekelompok pemuda yang membawa senjata tajam. Ia berhasil lolos dari kejaran mereka. Namun, sepeda motornya hilang kendali. Ia pun menabrak pohon perindang jalan. Ia meregang nyawa setelah menderita luka parah di kepala.

Saksi bisu pengejaran yang berujung penabrakan (diambil pada 23 Juni 2022).

Saksi bisu bersarangnya tujuh luka (diambil pada 23 Juni 2022).

Hingga tulisan ini terbit, dua kasus tersebut belum menemui titik terang. Pelaku klitih, yang merupakan para siswa, ternyata tidak menjalankan aksinya seorang diri. Jarot Wahyu Winasis, Pembimbing Kemasyarakatan Muda Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta, mengungkapkan bahwa ada kalangan mahasiswa yang membantu klitih dalam melancarkan aksinya. “Mereka bahkan ada yang paham hukum sehingga mengetahui celah-celah yang bisa dimanfaatkan,” jelasnya.

Di sisi lain, institusi pendidikan di Yogyakarta malah meremehkan fenomena klitih di Yogyakarta. “Tidak ada kaitan antara klitih dan pendidikan, sebab pendidikan sudah pasti mengajarkan hal-hal baik,” ujar Hasyim, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Yogyakarta. [Alika]

This article is from: