![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
7 minute read
BAB III ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
from Pemberian Edukasi Tntng Tatalaksana Prawatn Marka Area Radiasi Pd Kulit Pasien Sub Inst Radioterapi
3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual
3.1.1 Identifikasi Isu
Advertisement
Sesuai penjelasan sebelumnya, salah satu tugas dan fungsi radiografer di Sub Instalasi Radioterapi ialah melaksanakan teknik penyinaran radiasi terhadap pasien dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat kesembuhan yang maksimal dengan efek samping yang minimal. Teknik penyinaran radiasi pada pasien sangat bergantung pada tingkat keakuratan marka area radiasi yang sebelumnya telah ditentukan melalui proses simulasi. Proses kegiatan dalam mewujudkan standar pelayanan tersebut dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis yang berpotensi menimbulkan isu-isu terkait pelayanan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi isu dengan metode analisis kesenjangan (environmental scanning) untuk kemudian dianalisis secara sistematis sehingga didapat solusi alternatif penyelesaian isu.
Adapun identifikasi isu dan analisis isu aktual yang dapat diambil di Sub Instalasi
Radioterapi RSUP Prof. Dr I.G.N.G. Ngoerah adalah:
Tabel 3.1 Identifikasi Isu Aktual
No Uraian Tugas Kondisi Saat Ini Kondisi yang
Diharapkan Identifikasi Isu
1. Manajemen ASN sebagai
Pelayan Publik, Smart ASN bekerja secara profesional:
Melakukan teknik penyinaran radiasi terhadap pasien radioterapi
Pelayanan tidak optimal dikarenakan banyaknya marka area radiasi pada kulit pasien yang memudar, tidak jelas, serta media perekat marka yang terlepas, dan hilang
2. Manajemen ASN Proses verifikasi marka area radiasi
Marka area radiasi pada kulit pasien jelas dan akurat sehingga pelayanan dapat berjalan optimal sesuai standar
Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi
Radioterapi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
Tahun 2022
Proses verifikasi marka area radiasi Belum optimalnya
Pelayan Publik:
Radiografer bertugas melaksanakan verifikasi lapangan radiasi pada pasien
3. Smart ASN berintegritas:
Melaksanakan kegiatan jaminan mutu hanya dilakukan pada penyinaran pasien kali pertama dilakukan secara periodik proses verifikasi marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi
Radioterapi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022
Kontrol dan penyegaran kembali marka area radiasi tidak dilakukan secara konsisten dikarenakan kapasitas jumlah pasien yang banyak dalam sehari pelayanan.
Kontrol marka area radiasi dilakukan secara konsisten oleh petugas
Belum optimalnya kontrol marka area radiasi pada kulit pasien oleh petugas di Sub Instalasi
Radioterapi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
Tahun 2022
Berikut merupakan uraian identifikasi isu yang ditemukan:
1. Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022
Dalam melaksanakan teknik penyinaran pasien radioterapi, petugas radiografer berpatokan pada marka area radiasi yang sebelumnya telah ditentukan melalui proses simulasi kemudian digambar atau ditandai pada kulit pasien. Marka area radiasi pada kulit pasien digunakan sebagai patokan dalam setup posisi pasien selama pelaksanaan terapi. Marka area radiasi pada kulit pasien berisikan informasi tentang lapangan radiasi letak tumor yang dilakukan terapi radiasi. Untuk itu wajib bagi para pasien untuk menjaga dan merawat marka tersebut agar tidak sampai memudar dan hilang. Ketidakakuratan marka area radiasi dapat mempertinggi risiko kesalahan dalam setup pengaturan posisi target radiasi, sehingga tujuan terapi menjadi tidak tepat guna.
2. Belum optimalnya proses verifikasi marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022 Proses verifikasi merpakan proses penyesuaian area radiasi yang sebelumnya telah ditentukan melalui proses simulasi dengan marka area radiasi pada kulit pasien. Saat ini proses verifikasi hanya dilakukan saat kali pertama jadwal penyinaran pasien. Rata-rata jumlah fraksi penyinaran pasien dengan kasus dimana marka area radiasi diharuskan digambar pada kulit pasien yaitu sekitar ± 25 kali sampai dengan 30 kali. Apabila proses verifikasi dilakukan secara periodik tentu akan sangat mempengaruhi tingkat keakuratan area radiasi dalam pemberian terapi bagi pasien. Namun dikarenakan waktu verifikasi yang lumayan lama sehingga berpengaruh pada durasi pelayanan serta untuk memperpanjang lifetimealat detektor (EPID) sebagai modalitas alat, maka proses verifikasi disepakati hanya dilakukan pada kali pertama penyinaran pasien.
3. Belum optimalnya kontrol marka area radiasi pada kulit pasien oleh petugas di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
Tahun 2022
Para petugas radiografer telah berkomitmen untuk selalu berusaha melakukan kegiatan kontrol marka area radiasi pada kulit pasien dengan menebalkan kembali gambar marka yang memudar, serta mengganti marka perekat yang hilang dan hampir terlepas. Namun proses kontrol belum berjalan secara konsisten, dikarenakan kapasitas jumlah pasien yang banyak dalam sehari pelayanan dirasa masih timpang dengan durasi waktu pelayanan yang disediakan. Serta belum adanya standarisasi operasional yang berlaku menimbulkan kerancuan secara subjektif pada petugas dalam melaksanakan proses kontrol.
3.1.2 Analisis Isu
a. Matriks Penilaian Kualitas ISU dengan Analisis APKL
Berdasarkan identifikasi isu diatas, selanjutnya dilakukan analisis dengan metode
APKL yang bertujan untuk menilai kualitas isu. Teknik APKL yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:
1. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa sekarang;
2. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya
3. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang
4. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu yang prioritas.
Gambaran matriks penilaian kualitas Isu menggunakan analisis APKL dapat dilihat pada table dibawah ini.
1 Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022
2 Belum optimalnya proses verifikasi marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr.
I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022
3 Belum optimalnya kontrol marka area radiasi pada kulit pasien oleh petugas di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr.
I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022 b. Matriks Penilaian Kualitas ISU dengan Analisis USG
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga isu yang telah diidentifikasi sebelumnya merupakan isu yang memenuhi syarat untuk selanjutnya dianalisis kembali menggunakan metode USG dengan tujuan menentukan isu prioritas.
Analisis USG adalah salah satu metode skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing isu dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Isu dengan total skor tertinggi akan ditentukan sebagai isu prioritas. Berikut penjabaran dari analisis USG: a) Urgency(U) yaitu seberapa mendesaknya masalah tersebut untuk diselesaikan berkaitan dengan dimensi waktu b) Sriousness(S) yaitu seberapa serius suatu isu harus di bahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan c) Growth(G) yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera
Interval dalam penentuan prioritas dinyatakan sebagai berikut:
1 : Sangat kecil / rendah pengaruhnya
2 : Kecil pengaruhnya
3 : Sedang / cukup
4 : Besar / tinggi pengaruhnya
5 : Sangat besar / tinggi pengaruhnya jelasnya marka area radiasi optimalnya proses verifikasi area radiasi pada kulit
Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode USG seperti yang tercantum pada tabel diatas, dan setelah berdiskusi dengan Penanggung Jawab Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah selaku Mentor, maka didapatkan isu prioritas, yaitu “Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022” .
3.1.3 Analisis Penyebab
Analisis akar penyebab (RootCauseAnalysis– RCA) didefinisikan sebagai proses atau teknik mendalam untuk menemukan faktor dasar utama yang mendasari suatu masalah. Analisis akar penyebab adalah metode untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah. Untuk menganalisa sebab mengapa isu tersebut terjadi, dilakukan analisa dengan menggunakan diagram fishbonessebagai berikut:
Material
Belum adanya media edukasi tercetak
Media penggambaran marka menggunakan spidol dan perekat non woven yang gampang hilang dan terlepas
Kapasitas jumlah pasien yang banyak dalam sehari pelayanan
Gambar 3.1 Diagram Fishbhone LINGKUNGAN
Metode
Edukasi tentang perawatan marka area radiasi masih secara lisan
Belum adanya standar mengenai tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien
Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi
Radioterapi RSUP
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230811031003-359cc3c8bf2c26fe1738b1d4f900541c/v1/9439ed23b7e5e71e2c392131c6cb2043.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Beberapa pasien alergi terhadap media penggambaran marka sehingga area radiasi menjadi lebih rawan hilang
Prof. Dr. I.G.N.G.
Ngoerah Tahun
2022
Tiap petugas tidak menyampaikan edukasi tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi secara seragam
Umur, kondisi, bahasa, derajat pengetahuan pasien yang berbeda-beda
3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya Smart Governance
Berdasarkan analisis penyebab dengan menggunakan fishbone diagram diatas, ditemukan bahwa penyebab utama isu “Tidak jelasnya marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Tahun 2022” ialah belum adanya media edukasi tercetak yang dapat digunakan sebagai standarisasi tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien. Akibatnya edukasi yang diinformasikan oleh petugas tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien menjadi tidak seragam, serta rawan terlupakan oleh pasien. Marka area radiasi yang tidak jelas dapat meningkatkan ketidakakuratan penyinaran radiasi pada pasien. Hal ini tentu berpegaruh pada kedudukan dan peran radiografer di Sub Instalasi Radioterapi sebagai pelayan masyarakat. Sebagai pelayan masyarakat radiografer Sub Instalasi Radioterapi bertugas untuk melakukan teknik penyinaran radiasi secara kompeten dan profesional kepada pasien, sehingga dapat mewujudkan pelayanan yang prima serta optimal sebagai implementasi dari Smart Governance Jika hal ini terus berlanjut maka standar pelayanan radioterapi yaitu mendapatkan suatu therapeuticratio yang optimal, yaitu tingkat kesembuhan maksimal serta efek samping yang minimal dengan tujuan akhir meningkatkan ketahanan dan kualitas hidup pasien, menjadi tidak tercapai. Akibat jika hal tersebut tidak ditangani maka akan berdampak pada hal-hal berikut ini:
1. Kesalahan pada target penyinaran
2. Organ sehat (organ at risk) dapat menerima dosis radiasi yang berlebih
3. Terjadi efek samping yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien
4. Tujuan radiasi menjadi tidak tepat guna
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif
Merujuk pada permasalahan di atas, maka penulis mengusulkan sebuah gagasan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan “Optimalisasi Pemberian Edukasi Tentang Tatalaksana Perawatan Marka Area Radiasi Pada Kulit Pasien Di Sub Instalasi Radioterapi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah” dengan media brosur. Untuk mewujudkan gagasan di atas, maka dibutuhkan beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pemecahan masalah. Adapun rangkaian kegiatan pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dengan Mentor terkait penyusunan rancangan media edukasi tercetak berupa brosur tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G.
Ngoerah
2. Penyusunan rancangan media edukasi tercetak berupa brosur tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
3. Pembuatan brosur tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
4. Pelaksanaan uji coba sosialisasi brosur tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr I.G.N.G. Ngoerah
5. Pelaksanaan sosialisasi brosur pada pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi sosialisasi brosur tentang tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien di Sub Instalasi Radioterapi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah
Edukasi dengan memberikan brosur tatalaksana perawatan marka area radiasi pada kulit pasien ini dilakukan setelah pasien selesai dilakukan proses simulasi penggambaran area radiasi pada kulit. Kemudian dilakukan umpan balik untuk mengevaluasi pemahaman pasien setelah pemberian edukasi dilakukan. Proses pemberian edukasi ini kemudian didokumentasikan pada lembar dokumentasi edukasi yang ada pada rekam medis pasien. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelayanan professional yang diberikan oleh radiografer guna mengoptimalkan standar pelayanan radioterapi terhadap pasien, serta meningkatkan mutu dan pelayanan rumah sakit.