3 minute read

3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu

Next Article
Jalan

Jalan

3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Advertisement

Pelayanan kefarmasian bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented). Tuntutan-tuntutan masyarakat ini disebabkan oleh ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit akibat meningkatnya kasus-kasus seperti: kesalahan medis (medical error), kecelakaan (medical accident), kejadian nyaris celaka (KNC), atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi di rumah sakit.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Salah satu tujuan penting dari penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit adalah mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dalam pelayanan kesehatan. Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak terjadi. Insiden Keselamatan Pasien ini meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Sentinel.

Berdasarkan data Laporan Kesalahan Dispensing Obat di Depo Farmasi Produksi Steril RSHS pada bulan Januari sampai dengan Maret 2021, dilaporkan ketidakpatuhan petugas dalam pengisian kartu stok di Depo Farmasi Produksi Steril adalah 2,0%. Ketidaktepatan pemilihan pelarut yang tercantum dalam Formulir Order Pencampuran Obat Sitostatika mencapai 10,2%. Ketidaktersedian obat kemoterapi saat jadwal terapi obat pasien sedang berlangsung adalah 4,0%.

Ketidakpatuhan petugas dalam pengisian kartu stok terjadi biasanya karena human error, yaitu tidak menuliskan pengeluaran obat pada kartu stok. Ditemukan stok obat fisik yang ada sering berbeda dengan stok yang tercantum pada kartu stok dan

berbeda pula dengan yang tercantum pada data stok di komputer. Hal ini tidak terlalu mendesak dan dapat diatasi dengan meningkatkan kembali sistem pengawasan dan pengendalian oleh Apoteker Penanggung Jawab Depo Farmasi dan mengingatkan kembali kepada petugas farmasi mengenai pentingnya pengisian kartu stok.

Ketidaktersediaan obat kemoterapi saat jadwal terapi obat pasien sedang berlangsung dapat mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan. Sistem pengawasan dan pengendalian yang di lakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar. Meskipun kekosongan terjadi tapi masih dapat di atasi, jadi bukan sesuatu yang mendesak. Kekosongan obat terjadi karena pembayaran yang terhambat, dengan cashflow rumah sakit yang menurun maka berdampak pada operasional pengadaan obat.

Pemilihan pelarut yang tidak tepat (inkompatibilitas) dapat membahayakan dan menyebabkan kegagalan terapi pada pasien. Hal ini dapat dikategorikan sebagai kesalahan pengobatan (medication error) dan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Meskipun insiden ini belum sampai terpapar ke pasien, kerugian yang ditimbulkan akan sangat berdampak sekali bagi rumah sakit, mengingat harga obat-obat sitostatika yang terbilang cukup mahal yang pada akhirnya berpengaruh pada keseimbangan keuangan rumah sakit dan pengadaan obat lainnya. Proses dispensing yang berlangsung akan menjadi lebih lama dikarenakan harus sering mengkonfirmasi ke ruangan perawatan pasien mengenai ketidaktepatan pencantuman jenis pelarut pada Formulir Order Pencampuran Obat Sitostatika. Pada proses dispensing, diawali dengan mengkaji Formulir Order Pencampuran Obat Sitostatika kemudian dilakukan entrydata ke komputer. Selanjutnya, entrydata untuk mencetak lembar etiket yang akan ditempelkan pada sedian racikan yang sudah jadi. Entry data mencetak lembar etiket ini cukup memakan waktu. Lamanya proses dispensing oleh petugas farmasi berarti waktu tunggu obat jadi menjadi semakin lama dan dampak selanjutnya adalah kepuasan pasien akan menurun. Pengisian nama pelarut yang sesuai dalam program pembuatan etiket formula racikan obat sitostatika masih menggunakan sistem manual, begitu pun dalam pengisian suhu penyimpanan dan waktu kadaluarsanya. Dengan demikian, isu ini sangatlah mendesak dan harus segera ditindaklanjuti dan layak dijadikan isu terpilih.

This article is from: