10 minute read

DAFTAR TABEL

Bab I

Pendahuluan

Advertisement

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam peraturan perundang-undangan Nomor 5 tahun 2014 menjelaskan bahwa profesi dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah diangkat dan ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian Pegawai menerapkan manajemen ASN sehingga terciptanya Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Terbitnya UU yang mengatur tentang ASN secara signifikan mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN yang berlandaskan pada nilai dasar, kode etik dan kode perilaku, komitmen, integritas, moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik, profesionalitas jabatan dan kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan meningkatkan kepedulian, partisipasi untuk meningkatakan pelayanan berorganisasi dan memberikan penguatan untuk lingkungan yang strategis secara komprehensif pada setiap diri ASN.

Sebagai wujud reformasi, ASN memegang peranan yang penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berkelas dunia. Oleh karena itu ASN bertugas melaksanakan kebijakan publik yang telah diatur oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundangundangan, memberikan pelayanan publik yang profesional juga berkualitas dalam mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam mewujudkan ASN yang dapat menjalankan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Terciptanya corevalues atau nilai-nilai dasar ASN Ber-AKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) dan Employerbrandingbangga melayani bangsa menjadi acuan dalam memperkuat budaya kerja.

Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kewajiban untuk mengikuti pembinaan melalui jalur pelatihan dasar sebagai pembekalan komprehensif dalam memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai

ASN, sesuai dengan peraturan LAN – RI Nomor 38 tahun 2014. Pelatihan dasar

CPNS menuntut setiap peserta dapat mengaktualisasikan materi pembelajaran nilainilai dasar (corevalues) ASN serta manajemen ASN, pelayanan publik dan Wholeof Goverment. Agar dapat dipahami, dimaknai dan diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Pelayanan publik yang dilakukan oleh perawat adalah pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual. Selain itu, dalam UU

Keperawatan No.38 tahun 2014 pasal 29 tentang praktik keperawatan, perawat bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dalam keadaan tertentu. Asuhan keperawatan yang dilakukan perawat sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah memberikan cairan sesuai kebutuhan klien.

Kebutuhan dasar manusia menurut abraham maslow yakni, setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, salah satunya kebutuhan fisiologis yang didalamnya terdapat oksigenasi, cairan, nutrisi, temperatur, tempat tinggal,istirahat dan seksual.

Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit, untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit diperlukan adanya masukan, distribusi dan keluaran yang memadai telah diatur dalam mekanisme yang berkaitan satu sama lain. Jika keseimbangannya terganggu dapat mengakibatkan dehidrasi, overhidrasi, hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia dan hiperkalsemia. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intra vena (IV). Oleh karena itu, Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen atau unsur vital bagi tubuh.

Cairan intra vena (IV) atau cairan infus merupakan pemberian sejumlah cairan melalui pembuluh darah vena. Sebagian besar pasien yang dirawat di RSUP Dr.

Hasan Sadikin mendapatkan terapi cairan infus. Fungsi cairan infus untuk menggantikan kehilangan cairan, elektrolit dan nutrisi dari dalam tubuh. Pada umumnya cairan infus digunakan untuk terapi kesembuhan klien, namun jika penggunaannya tidak diawasi dapat memperberat keluhan klien. Pemberian label pada cairan infus diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan juga memudahkan dalam mengobservasi terapi cairan maupun obat yang ada didalamnya. Dalam upaya menjaga mutu pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien dalam memberikan terapi cairan. Penulis menyusun laporan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi penggunaan Label pada Cairan Infus oleh

Perawat di Ruang Rawat Inap RSUP Hasan Sadikin Bandung” .

1.2 Tujuan Aktualisasi

1.2.1 Tujuan Umum

Peserta pelatihan dasar Calon Pegawan Negeri Sipil (CPNS) dapat menjadi PNS yang professional dan berkarakter dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif), mampu melaksanakan perannya sebagai pelayan masyarakat, pelaksanaan kebijakan publik, serta perekat pemersatu bangsa dalam melaksanakan tugas sebagai perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.2.2 Tujuan Khusus

Terwujudnya optimalisasi penggunaan label cairan infus oleh perawat di ruang rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

1.3 Manfaat Aktualisasi

1.3.1 Manfaat bagi penulis

Penulis dapat mengaktualisasikan nilai-nilai, fungsi dan tugas ASN dalam tugas serta kegiatan sehari-hari. Penulis berharap hasil aktualisasi ini dapat mewujudkan ASN yang professional serta berorientasi dalam pelayanan.

1.3.2 Manfaat bagi Institusi

Hasil aktualisasi ini diharapkan dapat menjadi bahan usulan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan layanan yang prima.

1.3.3 Manfaat bagi Masyarakat a. Meningkatkan pengawasan terhadap cairan infus b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional.

Bab Ii Profil Instansi Tempat Aktualisasi

2.1 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong” .

Sedangkan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yakni “ Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera” . RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung juga mempunyai motto yang berbunyi “Kesehatan Anda menjadi prioritas kami” .

2.2 Nilai-nilai Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

Berdasarkan Visi dan Misi diatas, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki nilai-nilai yang di terapkan yaitu, “ PAMINGPIN PITUIN” atau kepanjangan dari : Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya.

Profesional : Nilai yang beorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan.

Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive.

Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.

Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amnah, menjungjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.

Sebagai instansi yang memberikan pelayanan kesehatan RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung memiliki Janji layanan yakni, “SIGAP” kepanjangan dari:

S: Senyum – Sapa – Salam – Sopan – Santun (5S)

I : Inovatif dalam berkarya

G: Gelorakan semangat pelayanan prima

A: Amanah menjaga keselamatan pasien

P: Peduli, perhatian dan perasaan

Selain itu, terdapat nilai-nilai yang dianut dalam memberikan pelayanan yaitu :

“PRIMA” atau akronim dari, Profesional, Respek, Integritas, Manusiawi, Amanah.

2.3 Tugas Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan dan penelitian dan upaya lainnya sesuai kebutuhan. RSUP Hasan Sadikin Bandung ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan

Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh rumah regional di Jawa Barat dan beberapa rumah sakit diluar provinsi Jawa Barat. RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung memiliki enam layanan unggulan terdiri dari pelayanan jantung terpadu, pelayanan onkologi, pelayanan infeksi, Bedah minimal invasif, Kedokteran nuklir dan transplantasi ginjal. Dalam melaksanakan tugas pokok diatas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

2.3.1 Pelayanan medik dan penunjang medik

2.3.2 Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan

2.3.3 Pelayanan rujukan

2.3.4 Pelayanan umum operasional dan penunjang non medis

2.3.5 Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

2.3.6 Pelayanan administrasi dan keuangan

2.3.7 Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangann sumberdaya manusia

2.3.8 Penelitian dan pengembangan

2.3.9

PERMENKES RI No. 78 tahun 2019 pasal 4 menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi:

2.3.1 penyusunan rencana program dan anggaran

2.3.2 pengelolaan pelayanan medis

2.3.3 pengelolaan pelayanan penunjang medis

2.3.4 pengelolaan pelayanan penunjang nonmedis

2.3.5 pengelolaan pelayanan keperawatan

2.3.6 pengelolaan pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan

2.3.7 pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi di bidang pelayanan kesehatan

2.3.8 pengelolaan keuangan dan barang milik negara

2.3.9 pengelolaan sumber daya manusia

2.3.10 pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat

2.3.11 pelaksanaan kerja sama

2.3.12 pengelolaan sistem informasi

2.3.13 pelaksanaan urusan umum, dan

2.3.14 pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

2.5 Uraian / Rincian Tugas Jabatan Peserta

2.5.1 Profil Peserta

Nama : Dini Isyaturodhiyah, S.Kep., Ners

NIP : 199708172022032002

Jabatan / Golongan : Ahli Pertama – Perawat / IIIb

Unit Kerja : Bidang Keperawatan

Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Peserta saat ini terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS) di lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan instansi RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung terhitung tanggal 01 Maret 2022 sebagai Ahli

Pertama - Perawat di bawah Bidang Keperawatan.

2.5.2 Uraian /Rincian Tugas Peserta

Peserta saat ini bertugas dibagian unit kerja bidang keperawatan, terdapat tugas dan fungsi hal tersebut sebagai acuan untuk memberikan pelayanan yang optimal, yakni memberikan pelayanan keperawatan secara holistik, bermutu, dan memuaskan bagi pasien. Keperawatan meyakini manusia adalah makhluk yang unik dan holistik yang berhak memperoleh pelayanan keperawatan yang bermutu dari seorang perawat melalui ilmu dan kiat keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Keperawatan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan, penelitian keperawatan serta mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan dalarn memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien dan keluarganya.

Peserta saat ini menjabat sebagai Ahli pertama – perawat dan unit kerja di bidang keperawatan. Dalam pelaksaan aktualisasi peserta mengacu pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang didalamnya meliputi :

Tabel 2. 1 Uraian Tugas dan Jabatan

No Uraian Tugas Jabatn

1 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu

2 Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan

3 Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu

4 Membuat prioritas diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan

5 Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu (merumuskan, menetapkan tindakan)

6 Melakuakan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter

7 Melaksanakan casefinding/deteksi dini /penemuan kasus baru pada individu

8 Melakukan komunikasi teurapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

9 Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat /bencana /kritikal

10 Melakukan tidakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi

11 Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu

12 Memberikan dukungan/ fasilitas kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka, atau menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan

13 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

14 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi

15 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

16 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

17 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

18 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu

19 Melakukan pemenuhan kebutuuhan oksigenasi kompleks

20 Melakukan perawatan luka

21 Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala

22 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medikal bedah

23 Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien

24 Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu

25 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

26 Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan

27 Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/ unit/ fasilitas kesehatan

28 Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat

29 Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat

30 Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada pasien/petugas/pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi

31 Melakukan pendidikan kesehatan pada individu

2.5.3 Profil Ruangan Azalea

Ruang Azalea merupakan ruang perawatan gangguan sistem saraf pada individu berbagai tingkat usia (anak-anak dan dewasa) dengan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Ruang Azalea terdiri dari 7 kamar perawatan kelas II I dan 1 kamar perawatan HCU. Model layanan pada uang Azalea dibagi menjadi 2 tim, yakni tim I dan tim II. Tim I dan tim II masing-masing terdiri dari 10 orang perawat yaitu 1 ketua tim dan 9 anggota. Semua perawat bertanggung jawab untuk melakukan asuhan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada shift dinas tertentu. Berikut struktur organisasi ruangan Azalea :

Bab Iii

Rancangan Aktualisasi

3.1Identifikasi dan Analisis Isu Aktual

3.1.1 Identifikasi Isu

Penulis menentukan identifikasi isu dengan cara melakukan observasi selama orientasi ruangan di unit kerja Rawat Inap RSUP Hasan Sadikin Bandung. Identifikasi isu juga dilihat dari hal-hal yang tidak sesuai dalam pelayanan yang diberikan. Berikut, beberapa identifikasi isu yang telah dirumuskan :

3.2.1.1 Kurangnya kesadaran pasien dan penunggu pasien terhadap penggunaan masker yang dapat berakibat terhadap tingginya penularan Covid19 diruang rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

Pasien dan penunggu pasien di ruang perawatan dewasa maupun anak-anak tampak tidak menggunakan masker di area ruang rawat inap. Ruang perawatan tersebut disi paling sedikit oleh dua pasien dan paling banyak 13 pasien dengan penunggu pasien masing-masing satu orang. Edukasi telah dilakukan saat pasien dan penunggu pasien memasuki ruang rawat inap untuk pertama kali. Namun, kesadaran pasien dan penunggu pasien untuk menggunakan masker masih sangat kurang.

3.2.1.2 Belum optimalnya penggunaan label pada cairan infus oleh perawat di ruang rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung

Berdasarkan hasil kajian situasi selama dua bulan mulai dari bulan Maret - Mei, penggunaan label cairan infus belum sepenuhnya digunakan karena sosialisasi tidak merata dan SPO sudah kadaluarsa. Tingginya beban kerja perawat menyebabkan seringnya pemasangan label terlupakan. Label cairan infus sangat diperlukan untuk mengawasi banyaknya cairan yang didapat juga menghindarkan dari kekeliruan. Jika tidak terpasang dampak yang akan terjadi adalah tidak terkontrolnya cairan infus yang masuk kedalam tubuh.

Keseimbangan cairan pasien tidak dapat diobservasi yang mengakibatkan adanya keluhan lain yang dirasakan.

3.2.1.3 Kurangnya kepatuhan keluarga pasien mengenai pembatasan jam kunjungan dan jumlah penunggu pasien di ruang rawat inap RSUP

Hasan Sadikin Bandung.

Penunggu pasien yang tidak patuh terhadap pembatasan jam waktu kunjungan akan berdampak pada pasien sekitar. Terjadinya kebisingan mengakibatkan waktu istirahat pasien terganggu. Tindakan keperawatan dan tindakan medik juga terganggu akibat kunjungan diluar waktu serta jumlah penunggu yang banyak karena ruangan terbatas.

Setelah menemukan isu-isu diatas tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi isu tersebut terkait kesesuaian dengan Sasaran Kinerja

Pegawai (SKP). Berikut penjabarannya :

Tabel 3. 1 Identifikasi Isu Terkait Sasaran Kinerja Perawat (SKP)

No Tugas dan Fungsi jabatan Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan Identifikasi Isu

1 Terlaksananya kepatuhan pelaksanaan protokol

Kesehatan

2 Terlaksananya Asuhan Keperawatan

Kesadaran pasien dan penunggu terhadap penggunaan masker di ruang rawat inap masih sangat kurang

Pasien dan penunggu pasien taat dalam penggunaan masker di ruang rawat inap

Kurangnya kesadaran pasien dan penunggu pasien terhadap penggunaan masker yang dapat berakibat terhadap tingginya penularan

Covid-19 di ruang rawat inap RS

Hasan Sadikin Bandung

Belum diperbaharuinya SPO penggunaan label cairan infus, belum patuh perawat dalam menjelankannya

Perawat patuh terhadap penggunaan label pada cairan infus diruang rawat inap

Belum optimalnya penggunaan label pada cairan infus oleh perawat di ruang rawat inap

RS Hasan Sadikin Bandung.

3 Terlaksananya kepatuhan pelaksanaan protokol

Kesehatan di ruang rawat inap

Penunggu pasien tidak patuh terhadap pembatasan jam kunjungan dan jumlah penunggu di ruang rawat inap

Patuhnya penunggu pasien mengenai jadwal jam kunjungan dan peraturan jumlah penunggu pasien

Kurangnya kepatuhan keluarga pasien mengenai pembatasan jam kunjungan dan jumlah penunggu pasien di ruang rawat inap RS

Hasan Sadikin Bandung.

3.1.2

Isu-isu yang didapat selanjutnya dilakukan proses penapisann isu untuk melihat kualitas isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan (APKL). Dalam menentukan score/nilai pada kolom APKL menggunakan skala likert 1-5 (1 : tidak aktual, 2 : kurang aktual, 3 : cukup aktual, 4 : aktual, 5 : sangat aktual). Penggunaan tehnik APKL adalah menganalisis kualitas isu untuk menpertimbangkan isu yang menjadi prioritas utama, sehingga dapat dicari solusinya. Berikut tabel penilainnya :

Kurangnya kesadaran pasien dan penunggu pasien terhadap penggunaan masker yang dapat berakibat terhadap tingginya penularan Covid19 diruang rawat inap RSUP

Hasan Sadikin Bandung.

Belum optimalnya penggunaan etiket dalam labu cairan infus oleh perawat di ruang rawat inap

RSUP Hasan Sadikin Bandung

Kurangnya kepatuhan keluarga pasien mengenai pembatasan jam kunjungan dan jumlah penunggu pasien di ruang rawat inap RSUP hasan Sadikin Bandung

5 4 4 4 15 III

Selain menggunakan analisis APKL, dalam mempertimbangkan kembali tiga isu menjadi satu isu prioritas yang dipilih maka dilakukan penapisan isu dengan tehnik USG atau kepanjangan dariUrgencyyaitu seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas, Seriousnessyaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas,Growthyaitu sebagai seberapa besar memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani. Dalam menentukan score/nilai pada kolom USG menggunakan skala likert 1-5. Berikut tabel identifikasi isu dengan tehnik

USG :

Tabel

1

Kurangnya kesadaran pasien dan penunggu pasien terhadap penggunaan masker yang dapat berakibat terhadap tingginya penularan Covid-19 diruang rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4 4 5 13 2

2

Belum optimalnya penggunaan label pada cairan infus sebagai oleh perawat di ruang rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung

5 5 5 15 1

This article is from: