4 minute read

Tabel 3.2 Isu Aktual

Next Article
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

18. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal 19. Melakukan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian 20. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu 21. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 22. Menyusun laporan pelaksanaan tugas Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Advertisement

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Berdasarkan penjabaran butir SKP di atas, didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut :

Tabel 3.2 Isu Aktual Isu Dampak Apabila Isu Tidak Ditangani

Ketidakseragaman perawatan ETT oleh perawat di ruang GICU 1 A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. a. Risiko terjadinya VAP (ventilator associated pneumonia) b. Risiko tercabutnya ETT (dislokasi) c. Risiko terjadinya luka tekan pada kulit dan mukosa oral d. Berisiko terjadinya kebocoran udara, aspirasi sekret, iskemik, inflamasi trakea, nekrosis dan ulserasi

Adanya kejadian dekubitus pada pasien tidak sadar di ruang GICU 1 A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung a. Angka kejadian kasus dekubitus meningkat pada pasien yang tidak sadar di ruang GICU b. Penyembuhan luka menjadi semakin lama c. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

Belum optimalnya pelaksanaan Discharge Planning pasien pindah ruang dari unit layanan di ruang GICU 1 A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Pasien batal pulang/ pindah karena ketidaksiapan untuk perawatan di rumah/ di unit lain serta terjadinya perawatan ulang

Berdasarkan hasil dari environmental scanning yang telah dilakukan di Ruang GICU 1 A terdapat beberapa isu yang muncul, yaitu :

1. Ketidakseragaman perawatan ETT oleh perawat di ruang GICU 1 A RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung

Unit Pelayanan Intensif merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terorganisir yang ditujukan untuk mengatasi kondisi kritis pasien yang menyediakan perawatan medis khusus dan perawatan intensif (Marshall et al., 2017). Pada umumnya pasien yang dirawat di Intensif Care Unit (ICU) terpasang Endotracheal

Tube (intubasi) dan menggunakan Ventilasi Mekanik (Kuniavsky, Vilenchik, &

Lubanetz, 2020). Adapun yang menjadi risiko dari pemasangan intubasi endotracheal itu sendiri adalah terjadinya luka tekan pada kulit dan mukosa oral yang disebabkan dari tekanan langsung ke mukosa mulut dan bibir dalam karena pengikatan ETT yang ketat selama periode waktu tertentu. Risiko komplikasi akibat tindakan intubasi ETT pada pasien kritis sebesar 54% dan 28% terjadi di ruang rawat intensif. Hal ini terjadi karena pada pasien kritis mengalami kondisi yang tidak stabil (Setiyawan, 2018).

Untuk itulah perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan perawatan ETT seperti : teknik fiksasi yang tepat, reposisi secara teratur , pengukuran tekanan cuff ETT, pengembangan balon ETT, serta pembersihan ETT. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan selama masa orientasi 6 bulan di ruang GICU 1A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung didapatkan hasil, perawat belum melakukan perawatan ETT dengan rutin serta belum adanya keseragaman mengenai teknik perawatan ETT (teknik penggantian fiksasi ETT, pengukuran cuff pressure, reposisi ETT, pembersihan ETT serta pengecekan balon ETT) dan hal ini juga dikuatkan dengan belum adanya SPO terkait perawatan ETT di ruang GICU A.

2. Adanya kejadian dekubitus pada pasien tidak sadar di ruang GICU 1 A RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pasien yang terpasang ventilator mekanik dalam waktu yang lama dan terbatas pada tempat tidur membutuhkan perawatan total. Di samping itu pasien kritis diberikan sedasi atau obat penenang yang dapat menurunkan kesadaran pasien dan mengakibatkan penurunan kemampuan secara aktif untuk mengubah posisi sehingga

mengalami tekanan yang lama sehingga dampak yang merugikan karena pada posisi imobilisasi konsumsi oksigen pun akan meningkat. Posisi terlentang yang diberikan secara terus menerus berdasarkan penelitian di ICU Amerika dapat menurunkan sirkulasi darah dari ekstremitas bawah yang seharusnya banyak menuju dada. Pada tiga hari pertama bedrest, volume plasma berkurang 8%- 10%. Pada minggu keempat bedrest pasien mengalami kehilangan volume plasma 15%- 20%. Secara normal kulit tidak dapat mentolelir tekanan yang lama, oleh karena itu pasien yang imobilisasi dan yang bedrest memiliki resiko terbesar terhadap kerusakan kulit dan keterlambatan penyembuhan luka. Tekanan eksternal secara konstan selama 2 jam atau lebih akan menghasilkan perubahan yang irreversibel dalam jaringan (Syifa, 2014). Berdasarkan observasi selama masa orientasi 6 bulan di Ruang GICU 1 A pelaksanaan pencegahan dekubitus belum dilaksanakan secara optimal terkait mobilisasi yang dilakukan terhadap pasien, hal ini dikarenakan kondisi pasien yang masih belum stabil.

3. Belum optimalnya pelaksanaan Discharge Planning sebelum pasien keluar dari unit layanan di ruang GICU 1 A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pelayanan kesehatan merupakan indikator utama penilaian bagi rumah sakit.

Pelayanan kesehatan diberikan baik biopsikososial dan spiritual atau pelayanan komprehensif sesuai dengan kebutuhan setiap pasien mulai dari masuk ke rumah sakit sampai perencanaan pasien pulang atau discharge planning (Joint Commission

Internasional, 2017). Discharge planning memiliki pengaruh yang penting dalam pelayanan kesehatan diantaranya mengurangi rawat inap pasien dengan identifikasi awal dan intervensi yang tepat untuk perawatan berkelanjutan dan kebutuhan pasien lainnya, sehingga terdapat kesinambungan perawatan antara pengaturan perawatan kesehatan dan masyarakat berdasarkan kebutuhan individu (Discharge planning Association, 2019).

Hasil Penelitian Hegarty (2016), Braet (2016) dan Wong et al., (2011) discharge planning yang optimal dapat mengurangi readmisi dan mencegah masalah setelah meninggalkan rumah sakit. Menurut Hager (2010) pasien menjadi lebih nyaman, puas, kualitas hidupnya baik, dan mengurangi lama perawatan. Menurut Family Care

Giver Alliance (2012) peningkatan kesehatan pasien salah satunya ditentukan dari discharge planning dan perawatan lanjutan yang baik, mengurangi penerimaan kembali, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dari beberapa perawat selama masa orientasi 6 bulan ditemukan bahwa pemberian edukasi terkait perencanaan pulang pasien

This article is from: