Acta Diurna FIGUR 2019 Hari Kedua

Page 1

LAPORAN UTAMA

Literasi Digital dalam Menghadapi Media BARU

Liputan Khusus

Bersikap dan Memahami Media Baru Melalui Media Studies


SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab Ketua Umum Kosmik Editor Marva Syarif Maulana Gobel Fotografer Kifo Kosmik Reporter Nurul Izzah M Maldhi Hamonangan Malau M. Alfan Asmari M. Indra Irawan Salsabila Qurrota A’yun Nurlaela Tulfadillah Layouter Ashari

SALAM REDAKSI Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Acta Diurna Edisi Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR) 2019 ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin. Pada edisi kali ini, tim redaksi menyajikan informasi mengenai FIGUR 2019 yang mengangkat tema “The Closer You Look The More You See”. FIGUR yang berlangsung dari 11 hingga 13 Desember 2019 ini merupakan rangkaian dari sosialisasi almamater formal di Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Universitas Hasanuddin (Unhas). Akhir kata, segenap tim redaksi berharap Acta Diurna ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan. Semoga Acta Diurna dapat terus diterbitkan dengan lebih baik untuk edisi berikutnya. Salam Biru Merah!

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

2


Literasi digital akan membantu kita dalam lingkup komunikasi untuk belajar memfilter setiap informasi yang diterima agar tak tersesat jauh dalam bingkai kebohongan dan kebodohan.

Pentingnya literasi digital agar seseorang mampu menggali informasi secara holistik serta mendalam terhadap suatu persoalan yang disuguhkan oleh media baru hari ini.

Literasi media sangatlah penting, apalagi kita berada di era globalisasi yang notabene perkembangannya sangat cepat, sehingga menjadi hal untuk menangkis hal negatif yang ada pada era ini seperti hoax.

Dengan adanya literasi media kita bisa memilah mana yang benar-benar isu yang benar mana isu atau berita yang belum teruji kebenarannya.

Literasi digital begitu penting untuk bisa memfilter isu-isu atau berita yang tidak falid datanya.

3


Literasi Digital dalam Menghadapi Media BARU Reporter: Nurul izzah M, maldhi hamonangan malau Fotografer: KIFO KOSMIK

I

nformasi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Kini informasi tidak hanya dapat diperoleh dalam bentuk cetak, tetapi sudah bisa diakses melalui media digital. Informasi yang masuk melalui media digital bagaikan arus sungai yang mengalir deras, memberikan dampak positif maupun negatif yang membuat pengguna media digital tersebut harus paham tentang konsep literasi digital untuk menyaring suatu informasi. Pentingnya literasi digital disadari oleh Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Universitas Hasanuddin (Unhas), sehingga Kosmik menjadikan Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR) 2019 sebagai wadah belajar untuk memaknai literasi digital itu sendiri. Istilah literasi digital ( digital literacy ) diperkenalkan dan digunakan pertama kali oleh Paul Gilster dalam bukunya “ Digital Literacy ” (1997). Ia mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan menggunakan teknologi dan informasi 4

dari peranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks, seperti akademik, karir, serta aktivitas kehidupan sehari – hari lainnya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan ketertarikan dan kemampuan untuk memahami dan menggunakan cara kerja media digital. Mengusung tema “The Closer You Look, The More You See” , FIGUR kali ini hadir sebagai pengingat untuk melihat sesuatu lebih dekat agar dapat memaknainya lebih dalam. Hal ini dapat diterapkan pada penggunaan new media (media baru) agar kita tidak serta merta dalam menerima informasi di media, tetapi kita harus mencari tahu lebih jauh tentang keakuratannya. Asisten Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kosmik periode 2019/2020, Irfan Ashar Pratama, menuturkan bahwa konsep literasi digital diusung karena adanya pembacaan situasi oleh panitia dan pengurus terhadap kondisi hari ini, di mana semakin banyak informasi tersebar di media digital yang bisa saja menghadirkan kondisi - kondisi disinformasi yang dikonsumsi


Pemaparan materi oleh Ayu Andriani mengenai Media Studies.

oleh masyarakat. Fenomena ini sedang marak terjadi dan hal ini merupakan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mengkajinya. Koordinator Acara FIGUR 2019, M. Alfan Asmari, menuturkan bahwa rangkaian FIGUR terdiri dari tiga tahap, yaitu Pra-FIGUR, riset, dan seremonial. Pra-FIGUR menghadirkan materi – materi yang akan menjadi pengantar bagi peserta dalam berpikir kritis mengenai penyebaran informasi yang ada di media digital agar kedepannya mereka lebih mudah dalam memahami bagaimana konsep literasi digital. Riset merupakan rangkaian kedua dimana peserta diberikan simulasi riset agar mereka paham bagaimana cara meriset di lapangan. Dalam literasi sendiri, riset dibutuhkan guna menentukan informasi mana yang dapat diterima.

2019 mengangkat konsep literasi digital diharapkan peserta dapat memahami dan mengimplementasi literasi digital,” jelasnya. Pada hari kedua FIGUR, rangkaian kegiatan kembali dilanjutkan dengan Materi “Media Studies” oleh Ayu Adriani. Melalui materi ini, peserta diperkenalkan dengan media dengan platform baru yang ditandai dengan konvergensi karakter media cetak, audio, dan visual, sekaligus dengan karakter interaktivitas yang tinggi. Selain itu, materi ini juga berbicara mengenai karakteristik dan permasalahan yang hadir dalam media baru, hingga Agenda Setting. Setelah materi kedua dan ishoma, materi selanjutnya akan dibawakan oleh Darmadi Tahriah dengan judul ”Cultural Studies” pada pukul 13.00 Wita.

Di hari seremonial, peserta diberikan materi tentang literasi digital yang dapat berpengaruh pada budaya-budaya yang hadir di lingkungan sekitar. Adapun materi kepemimpinan dihadirkan karena dirasa perlu untuk dipahami oleh mahasiswa baru. “Karena FIGUR 5


Tantangan Zaman di Era Revolusi Digital Reporter: M. ALFAN ASMARI Fotografer: KIFO KOSMIK

B

icara tentang era, saat ini kita berada di era revolusi digital yang ditandai dengan teknologi yang semakin canggih. Perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital ini telah terjadi sejak tahun 1980 dan berlanjut sampai hari ini. Kecanggihan teknologi juga hadir pada teknologi informasi. Hari ini, kita mengenal istilah new media (media baru) yang hadir sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi informasi. Media baru yang lebih interaktif dari media komersial lainnya, yakni dengan kemampuan mengubah audiens yang pasif menjadi audiens yang dapat memberikan feedback terus menerus. Luasnya cakupan yang diberikan oleh media ini, menjadikannya sebagai media yang paling sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Seringnya penggunaan media baru membuat banyak orang bergantung dan menjadikannya sebagai kebutuhan dalam memperoleh informasi. Tidak dapat dipungkiri, dari sekian banyak informasi yang tersebar di media baru, ada informasi yang tidak mengandung unsur kebenaran sebagaimana informasi publik seharusnya. Hal ini dikarenakan semua pengguna media baru memiliki hak yang sama 6

dalam menyebarkan informasi apapun. Kata �apapun� menandakan bahwa tidak ada batasan konten informasi yang dapat dibagikan. Sejalan dengan itu, persebaran disinformasi juga semakin sulit dikendalikan karena kemampuan seseorang dalam mengelolah informasi yang dikonsumsi tidak sebanding dengan kecepatan persebaran informasi. Kecepatan arus informasi ini yang membuat banyak orang menerima informasi tanpa mempertimbangkan kebenaran informasi tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kemampuan yang bukan hanya dalam penguasaan teknologi tetapi juga pemahaman mengenai teknologi itu. Kemampuan ini biasa disebut dengan literasi digital yang berkaitan dengan bagaimana kita berliterasi di dunia digital. Karena segala yang didigitalkan dalam media baru adalah hasil konstruksi dari fenomena realitas yang terjadi. Penting untuk diingat kemampuan pengoperasian didasari oleh pemahaman. Jangan sampai kita lupa bahwa teknologi hadir untuk membantu aktivitas manusia bukan untuk menggatikan ruang aktivitasnya.


Bersikap dan Memahami Media Baru Melalui Media Studies Reporter: Nurlaela Tul Fadillah, Salsabila Qurrata A’yun Fotografer: KIFO KOSMIK

S

aat ini teknologi informasi berkembang dengan begitu pesat. Hal ini ditandai dengan terciptanya teknologi internet, di mana teknologi ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan new media atau media baru. Dalam buku Martin Lister yang berjudul “New Media: A Critical Introduction” dijelaskan bahwa media baru merupakan sebuah terminologi atau kata-kata khusus yang digunakan untuk menyebutkan sesuatu hal tentang perubahan skala besar dalam produksi media, distribusi media dan penggunaan media yang bersifat teknologis, harfiah, konvensional dan budaya. Munculnya media baru menghadirkan tantangan dan potensi yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam ruang lingkup komunikasi. Hadirnya media membawa fenomena baru di mana masyarakat sangat bergantung pada media. Tak bisa dipungkiri di era digital seperti sekarang ini, informasi menjadi salah satu kebutuhan pokok sehingga masyarakat dapat dengan mudah percaya atas realitas yang disuguhkan oleh media. Literasi digital menjadi salah satu jawaban atas fenomena ini. Kita dapat mempelajari bagaimana media mempengaruhi kita dalam realitas sosial dan bagaimana cara kita bertindak dalam menghadapinya. Dalam hal ini media tidak lagi mempengaruhi, tetapi masyarakat yang menentukan media apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) sadar akan pentingnya literasi digital di era seperti sekarang ini. Sehingga, dalam Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR) 2019 yang mengusung tema

“The Closer You Look, The More You See” dirangkaikan dengan materi Media Studies oleh Ayu Adriani. Ayu Adriani menjelaskan media studies ialah bagaimana cara kita menyikapi dan memahami lebih lanjut mengenai media. Ia juga menekankan bahwa media merupakan industri, di mana masyarakat berperan sebagai sasaran pasar. Maka dari itu, sebagai masyarakat kita harus bisa lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan media. Muhammad Salim Anhar, salah satu peserta FIGUR 2019 menjelaskan dampak media baru yang ia rasakan, “Dari yang saya amati, media dapat membentuk pola pikir dan mendikte selera seseorang. Hal inilah yang kemudian dikhawatirkan karena media dapat dengan mudahnya mempengaruhi dan menyatukan pikiran atau selera seseorang sehingga dapat melemahkan daya kritis seseorang.” Selanjutnya, dampak tersebut dapat diminimalisir dengan cara literasi media. “Menurut saya, literasi media dan digital harus semakin gencar dilakukan agar seseorang dapat memiliki konsep pemikirannya sendiri dan tidak mudah terbawa oleh arus informasi yang beredar,” ujar peserta FIGUR lainnya, Raina Ahaddina. Salah satu poin penting dari materi ini adalah sikap kritis, seperti iyang dikatakan oleh pemateri Ayu Adriani. “Kita harus berpikir kritis, jangan mudah percaya dan menyebarkan serta penting untuk melakukan validasi atas informasi yang kita dapatkan,” tuturnya. 7


8

Suasana senam pagi.

Materi “Media Studies” dibawakan oleh Ayu Adriani.

Salah satu peserta mengajukan pertanyaan kepada pemateri.

Peserta mencatat materi yang dipaparkan.

Suasana forum FIGUR hari kedua.

Penyerahan plakat kepada Ayu Adriani setelah pemberian materi “Media Studies”.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.