Edisi FIGUR
ACTA DIURNA 13 Maret 2021
Opini
Liputan Khusus
Laporan Utama
Ketika Etika Dilupakan
Menilik Efektivitas Pembelajaran Berbasis Daring dalam Pandangan Mahasiswa
Beradaptasi dengan Digitalisasi
Salam Redaksi Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Acta Diurna Edisi Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR) 2021 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada edisi kali ini, tim redaksi menyajikan informasi mengenai Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR) 2021 yang mengangkat tema “Pahami Dirimu, Kenali Mediummu”. FIGUR yang berlangsung dari tanggal 12 hingga 14 Maret 2021 ini merupakan rangkaian dari sosialisasi almamater formal Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Universitas Hasanuddin (Unhas). Akhir kata, segenap tim redaksi berharap Acta Diurna ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca. Kami memohon maaf apabila ada keasalahan maupun kekurangan. Semoga Acta Diurna ini terus
Susunan Redaksi Penanggung Jawab Ketua Umum Kosmik Reporter Zhafirah Permata Sari Siti Sakinah Syamsir Latifahtul Khaerani Nurul Balqis Salsabila Muh. Irshanul Ichsan Editor Siti Sakinah Syamsir Fotografer KIFO Kosmik Layouter Rezky Dina
diterbitkan dengan lebih baik untuk edisi berikutnya. Salam Biru Merah!, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 2
Opini
Ketika Etika Dilupakan Oleh: Latifahtul Khaerani Nurul Balqis Salsabila Foto: KIFO Kosmik
Orang sedang fokus bermain media sosial.
Dewasa ini, dunia maya dan dunia nyata bagaikan dua kehidupan yang tidak dapat terlepas dari realitas kita. Keduanya saling berdampingan dan terhubung. Bahkan sekarang ini dominasi dunia maya jauh lebih besar daripada dunia yang sesungguhnya. Apalagi di masa pandemi yang membuat mobilitas terhambat dan interaksi terbatas, sebagian besar akhirnya beralih menggunakan dunia virtual. Di dunia virtual seseorang memiliki akses luas, tanpa sekat, dan tanpa batas. Mereka bebas menemukan informasi yang diinginkan terlepas dari positif atau tidaknya informasi tersebut.
3
Seseorang dapat dengan bebas menuangkan idenya serta memberi komentar apapun mengenai informasi yang diperoleh. Namun bebas bukan berarti beringas, leluasa bukan berarti seenaknya. Berselancar di dunia maya membuat orang seringkali lupa bahwa “maya” bukan berarti tidak ada. Sesungguhnya dibalik dunia maya, ada orang-orang yang juga sama dengan kita. Username dan profile picture bukan hanya sebuah karakter fiktif seperti di dunia game. Dibalik itu semua, ada sosok manusia nyata yang juga punya akal untuk mengolah informasi yang
diterima serta perasaan yang bisa saja terluka karena tulisan yang dibaca. Kesadaran ini perlu ditanamkan dalam diri kita, sebab baru-baru ini, melansir dari Kompas.com berdasarkan riset yang dirilis oleh Microsoft mengatakan bahwa masyarakat Indonesia kini dilabeli sebagai negara dengan warganet paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Ini tentu mengejutkan, apalagi mengingat negara kita sebelumnya sangat dikenal dengan budaya sopan santunnya. Berdasarkan hasil studi oleh survei Charities Aid Foundation (CAF) tahun 2018 dan Survei Gallup dan Abt Associate 2019
yang dirilis Pew Research Center, membuktikan bahwa Indonesia adalah negara dengan orang-orang yang paling murah hati dan religius. Studi itu dilakukan dengan meneliti perilaku masyarakat Indonesia di dunia nyata. Namun ternyata setelah keberadaan dunia nyata tergerus dengan hadirnya dunia maya, budaya sopan santun ini kian terabaikan. Tidak dapat dipungkiri, pengaruh budaya luar yang bebas juga ikut berperan andil dalam hal ini. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menjadikan budaya sopan santun sebagai prinsip yang harus selalu menjadi pegangan dimanapun kita berada, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Seharusnya lebih mudah bagi kita untuk berlaku sopan di dunia maya sebab kita sudah terbiasa melakukannya di kehidupan nyata. Kita hanya perlu menganggap dunia maya sama urgensinya dengan dunia nyata, dimana diantara keduanya kita harus tetap menjaga perilaku. Jika di dunia nyata kita ringan tangan untuk membantu orang yang tidak dikenal dan berkata sopan kepada mereka, maka di dunia maya kita juga harus menjunjung tinggi kesopanan dengan tidak seenaknya berkomentar buruk di postingan orang lain. Jika di dunia nyata kita diajarkan untuk tidak berbohong dan menyebar fitnah, maka di dunia maya kita juga harus menjunjung tinggi nilai kejujuran dengan tidak membuat dan menyebar berita hoaks. Jika kehidupan
Seseorang menggunakan layanan media sosial.
kita sudah update dari nyata ke maya, maka budaya dan prinsip kita juga ikut update, jangan sampai kita lupakan. Jangan sampai kebebasan di dunia maya membuat kita berperilaku seenaknya, misalnya melontarkan ujaran kebencian, membuat dan menyebarkan berita hoaks, menyerang orang lain secara personal, mengadu domba, dan lain sebagainya. Jangan sampai kita termasuk ke dalam kategori orangorang yang hanya tahu cara menggunakan media sosial, tapi tidak tahu cara beretika di media sosial. Pada akhirnya, pembahasan ini mengarahkan kita pada konsep Netiket. Sederhananya, netiket adalah
etika dalam berkomunikasi lewat internet. Netiket memiliki fungsi yang sama dalam lingkungan sosial manusia, yaitu tata krama atau sopan santun yang harus diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Meskipun istilah Netiket masih belum ramai digaunggaungkan saat ini, namun sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi penting bagi kita untuk memahaminya dan mempraktikkannya. Memang sulit jika kita mengharapkan semua warganet Indonesia mengubah perilakunya di dunia maya. Namun yang pasti, jika kita tidak tak mampu mengubah jutaan orang diluar sana, setidaknya marilah kita memulai perubahan itu dari diri kita sendiri!
4
Voxpop
Bagaimana Peran Organisasi Saat Ini Bagi Mahasiswa Di Era New Media? Aziz Albar Panitia FIGUR 2021 Dalam era new media saat ini kita memang harus menyikapi dan menghadapi segala dinamika di dalamnya dengan bijak, terutama dalam berorganisasi. Saya rasa kita harus memahami diri kita sebagai pengguna dan mengenali medium yang digunakan sesuai tema FIGUR yang diangkat pada kesempatan kali ini, yaitu “Pahami Dirimu, Kenali Mediummu”. Perkembangan era new media saat ini sangat memudahkan kita berinteraksi meskipun jarak kita sedang berjauhan dan tidak bisa dipungkiri kegiatan keorganisasian yang tidak bisa dilakukan di satu tempat secara bersamaan kini bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi meeting conference. Yang harus kita lakukan dalam era new media saat ini, yaitu kita sebisa mungkin lebih bijak untuk memaksimalkan medium yang digunakan karena selain dampak positif yang diberikan dampak negatif pun tak bisa terelakkan.
Anggriani Pengurus Kosmik Periode 2020/2021 Menurut saya, peran organisasi bagi mahasiswa di era new media saat ini sangat memberikan dampak positif yang cukup besar. Khususnya bagi setiap organisasi yang mampu memanfaatkan teknologi digital dalam melakukan aktivitasnya. Ditambah dengan kondisi saat ini yang memungkinkan kita untuk tidak banyak melakukan interaksi secara langsung. Nah, di sinilah organisasi melibatkan peran new media dalam mengemas program tanpa mengurangi eksistensinya. Organisasi dapat memberikan wadah belajar dalam bidang tertentu yang bisa jadi tidak dapat diperoleh di tempat lain.
Andy Marko DPK Kosmik Periode 2020/2021 Menurut saya sebelum ada kata menyikapi perlu ada edukasi tentang hal tersebut, contohnya kita harus memahami apa itu nilai-nilai berita. Sekarang kita mendapatkan informasi bukan hanya dari lembaga pers tetapi sekarang kita bisa mendapatkan informasi dari berbagai individu. Kalau untuk saya cara menyikapinya kita harus bijak mengambil nilai-nilai positifnya serta memahami dan memilah lebih dalam kalau berita itu menarik untuk kita. Karena disetiap informasi pasti ada positif dan negatifnya.
5
Laporan Utama
Pelaksanaan FIGUR 2021 hari kedua.
Beradaptasi dengan Digitalisasi Oleh: Zhafirah Permata Sari Nurul Balqis Salsabila Foto: KIFO Kosmik Pandemi Covid-19 menjadi suatu tantangan besar bagi tiap sektor di Indonesia, termasuk industri media dan pendidikan. Saat ini, segala sistem sedang diusahakan oleh berbagai pihak untuk dikemas secara menarik dan sejalan dengan digitalisasi. Jelas ini tidak mudah bagi masyarakat Indonesia khususnya pelajar dan procumer media (produsen dan konsumen media) mengingat medium komunikasi yang harus beradaptasi dengan digitalisasi membuat
masyarakat mulai turut aktif dalam memproduksi dan mengonsumsi produk konten maupun informasi. Pembacaan kondisi ini pula dilakukan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) yang kemudian dituangkan ke dalam konsep FIGUR 2021 yaitu “Kebebasan Berekspresi di Era New Media”, yang diharapkan dapat membangkitkan kesadaran untuk masyarakat untuk mengetahui posisinya sebagai produsen sekaligus konsumen dari sebuah konektivitas media sosial
yang telah menjadi tren hari ini serta agar setiap insan yang terlibat dapat melek akan perubahan digitalisasi. Istilah digitalisasi hadir karena terjadinya revolusi industri yang pertama kali dicetus oleh pemerintahan Jerman pada tahun 1800-an sebagai arsip dokumen dalam bentuk digital. Seiring perkembangan zaman, industri 3.0 menjadi titik awal dari era digital revolution yaitu memadukan inovasi di bidang Elektronik dan Teknologi. Menurut seorang Professor Marilyn Deegan dalam buku “Digital
6
Futures: Strategies for tengah terpapar olehnya. memahami dirinya sebelum The information Age” Agar kita mampu mengontrol memilih medium apa yang yang dirilis tahun 2002, digitalisasi adalah proses konversi dari segala bentuk dokumen tercetak atau yang lain ke dalam penyajian bentuk digital. Sedangkan pengertian lainnya, digitalisasi adalah sebuah istilah atau terminologi yang digunakan untuk menjelaskan sebuah proses peralihan media. Peralihan yang dimaksud adalah peralihan dari tercetak, video, maupun audio menjadi sebuah digital. (nesabamedia.com, 2020). Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa digitalisasi merupakan proses peralihan dari dokumen cetak menjadi dokumen dengan sistem digital yang saat ini telah diterapkan pada sebagian besar masyarakat Tema yang diusung untuk FIGUR 2021 juga berkaitan dengan salah satu cara yang bijak untuk menghadapi digitalisasi yaitu “Pahami Dirimu, Kenali Mediummu”. Dengan kata lain, dalam beradaptasi terhadap digitalisasi, kita perlu memahami diri terlebih dahulu sebelum memanfaatkan ragam medium yang ada. Febby Ardiatri Pasangka, selaku steering committe menuturkan bahwa tema “Pahami Dirimu, Kenali Mediummu” diangkat berdasarkan pembacaan kondisi hari ini ditengah hampir segala sesuatu yang kita lakukan dan kita temui sebagian besar bersinggungan dengan media digital. Hal ini pun kemudian menimbulkan berbagai macam fenomena-fenomena yang sadar atau tidak kita
7
dan menjadikan medium kita sebagai tempat yang aman dan nyaman, menyelami sejauh mana kita memahami diri terkait pengetahuan dalam mengelolah informasi serta memahami mediamedia itu bekerja agar kita tak terkontrol olehnya dan mampu memaksimalkan medium tersebut sebagai tempat mengekspresikan diri. Koordinator Acara FIGUR 2021, Muhammad Rafly Dicky Dhafa Al Ghifahri, menuturkan bahwa rangkaian FIGUR 2021 dimulai dengan tahapan Pra-FIGUR. Dalam tahapan ini, peserta dibekali dengan materi dasar yang akan menunjang proses riset mereka. Setelah Pra-FIGUR, peserta masuk ke proses riset. Di proses riset ini, mahasiswa baru secars berkelompok diwajibkan untuk membuat hasil riset yang berbentuk essay populer maupun karya lainnya yang bersifat opsional seperti infografis, videografis dan ilustrasi. Topik riset yang diberikan berkaitan dengan tema FIGUR 2021 yaitu “Pahami Dirimu, Kenali Mediummu”. Kemudian, proses rangkaian kegiatan FIGUR dilanjutkan dengan seremonial FIGUR yang diselenggarakan pada 12-14 Maret 2021. Pembekalan materi dimuat menjadi lebih spesifik dan mendalam, di seremonial ini juga menjadi wasah bagi para peserta membedah hasil riset. Tiap kelompok akan mempresentasikan isu riset yang dipilih. “Harapannya sendiri adalah peserta dapat mengenali dan
ingin digunakan dalam membuat suatu konten, informasi, ataupun platform untuk mengekspresikan dirinya. Adapum 2 tujuan utama dari FIGUR 2021 secara keseluruhan adalah membentuk kerangka berpikir dan mengidentifikasi calon pemimpin.” jelas Al selaku Koordinator Acara FIGUR 2021. Pada hari kedua FIGUR, kegiatan dimulai pukul 13.00 yang dibuka oleh Biro Comgastra (Communication Games and Art), mengajak peserta bermain kuis sehingga walaupun dibatasi oleh jarak dan layar, namun peserta masih dapat menikmati euforia dari kegiatan FIGUR. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi “Media Studies” oleh Budi Zulkifli, peserta diperkenalkan mengenai konvergensi media sebagai solusi bertahan di era digital. Selain itu, materi ini juga menjelaskan perbedaan antara platform di new media dan beberapa konvergensi yang melibatkan jurnalis hingga distrupsi industri media. Setelah materi pertama dan ishoma, materi selanjutnya dibawakan oleh Riza Darmaputra dengan materi “Cultural Studies” yang dimulai pukul 16.15. Di materi ini, pemateri menjelaskan mengenai pengertian kajian budaya dari suatu fenomena yang tidak asing bagi anak muda, khususnya peserta FIGUR hingga kaitan antara cultural studies dengan komunikasi.
Seseorang sedang mengikuti acara secara daring
8
Liputan Khusus
Menilik Efektivitas Pembelajaran Berbasis Daring dalam Pandangan Mahasiswa Oleh: Siti Sakinah Syamsir Foto: KIFO Kosmik
Seseorang sedang mengikuti pembelajaran secara daring.
Pandemi virus Covid-19 melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia. Meruaknya virus tersebut menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh masyarakat, juga meluluh lantakkan seluruh sektor kehidupan. Pemerintah Indonesia pun mengambil kebijakan untuk mengatasi situasi yang terjadi, salah satunya adalah penerapan kebijakan physical distancing, dimana warga harus menjalankan seluruh aktivitas di rumah, seperti bekerja, belajar, termasuk dalam melaksanakan ibadah. Dikatakan Maria
9
Van Kerkhove, pemimpin teknis untuk respons Covid-19 sekaligus kepala unit penyakit dan zoonosis di WHO, saat ini hal yang bisa dilakukan untuk menghindari diri dari virus Covid-19 adalah dengan tidak berada di kerumunan atau tempat ramai. (Kompas.com, 2020)
tetapi, dari kebijakan ini juga banyak pihak yang belum siap untuk melaksanakan metode pembelajaran berbasis daring. Bukan hanya kesiapan yang masih perlu dibenahi, nyatanya masih banyak kalangan yang ternyata tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar jarak jauh karena terbatasnya kemampuan masyarakat, banyak diantaranya yang tidak memiliki perangkat yang menunjang metode pembelajaran ini.
Selain berdampak pada sektor kesehatan dan perekonomian, sektor pendidikan juga turut terkena dampak yang cukup fatal. Kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dilakukan Setuju dalam jarak jauh atau dalam pernyataan jaringan (daring). Akan menurut
dengan tersebut, Khairunnisa
Syahrial selaku mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa “Metode pembelajaran daring masih terbilang kurang efektif bagi pelajar di daerah pelosok, kurangnya akses internet serta minimnya penggunaan gawai di kalangan masyarakat pelosok agaknya cukup menyulitkan pelajar mengimbangi metode pembelajaran daring. Belum lagi, paket data internet (kuota) terpaksa harus terus dibeli agar dapat mengakses jaringan internet justru semakin menyulitkan bagi pelajar yang terkendala ekonomi. Syukurnya, subsidi kuota oleh Kemendikbud dapat menjadi salah satu solusi”
dilakukan sebagai upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam membantu memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dan beberapa dampak positif lainnya adalah metode belajar yang kian bervariatif, serta karena belajar di rumah kita jadi memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga. Sedangkan beberapa dampak negatifnya adalah kita jadi kurang bersosialisasi, adanya kecenderungan kehilangan pembelajaran atau learning loss karena lebih leluasa (kurang terpantau) saat proses belajar mengajar berlangsung disebabkan kurangnya akses dosen dalam mengawasi setiap mahasiswanya.” terang Ahmad Luthfi Baihaki.
Dalam menyikapi fenomena yang terjadi ini, BAZNAS Jabar berupaya terus membantu masyarakat, salah satunya adalah dengan membuat kampanye “Bantu Pelajar Kurang Mampu Untuk Belajar Daring” dalam rangka menggalang dana demi membantu para pelajar yang tidak mampu untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh. (Baznasjabar.org, 2020)
Tidak kehabisan akal, Andika Catur Prasetyo A. yang juga seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin bertutur, “Untuk mengoptimalkan efektivitas saat pembelajaran daring bukan hanya PR bagi pengajar melainkan juga pelajar. Menciptakan kelas yang interaktif, kendalikan diri saat proses belajar agar tidak acuh atau bermalasmalasan, mencari tempat belajar yang nyaman, serta tetap mandi dan rapi karena akan mempengaruhi mood ketika belajar”.
Adapun pendapat lain yang diutarakan oleh seorang mahasiswa lainnya di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin terkait metode pembelajaran daring yakni “Kalau menurut saya, terdapat dampak positif dan negatif dari metode pembelajaran daring, bila melihat dari sisi positifnya maka tentu saja pembelajaran daring
ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Kemendikbud no.4 tahun 2020, memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama. (2) Home Visit Method, metode ini mirip seperti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan home visit di rumah pelajar dalam waktu tertentu. (3) Integrated Curriculum yang disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Prof. Zainuddin Maliki, dimana pembelajaran akan lebih efektif bila merujuk pada project base. Yang mana, setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata pelajaran terkait. Dan (4) Blended Learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. (Sevima.com, 2020)
Selain metode pembelajaran berbasis daring, beberapa ahli sudah menggodok tentang metode pembelajaran yang cocok selama pandemi ini diantaranya; (1) Metode
Project
Based
Learning
10
Seseorang sedang fokus memperhatikan materi secara daring.
11
Galeri Foto
Pelaksanaan FIGUR 2021 hari kedua dengan materi “Media Studies”.
Panitia FIGUR 2021 sedang memberikan games kepada peserta.
Panitia FIGUR 2021 sedang bertugas menjadi operator acara.
Warga Kosmik turut mengikuti rangkaian acara FIGUR 2021 hari kedua.
Panitia FIGUR 2021 sedang fokus memperhatikan materi.
Panitia FIGUR 2021 ikut menyemangati peserta.
12