Majalah Baruga Edisi 25 | November 2017

Page 1

Edisi

25 ISSN: 0135-0776 Laporan Utama

Liputan Khusus

Iklan: Masa Kini Kaderisasi Organisasi Lingkup dan Tantangannya FISIP Unhas, Sebuah Proses Jangka Panjang

Opini

Technoside

Perempuan Cantik DSLR vs Tak Harus Kayak Mirrorles Raisa

Cerpen

Tak Ada Senja Untukmu Kekasih


GRADIENT

GRAPHIC DESIGN DEVELOPMENT

“Design is not just what it looks like and feels like. Design is how it works.” – Steve Jobs


SALAM REDAKSI

Penanggung Jawab Azwar Asnan Pemimpin Redaksi Zulfah Raihani Achmad

Zulfah Raihani Achmad, Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Jasmine Aulia Lorca

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami haturkan atas segala rahmat dan karunia dari Sang Pencipta. Menulis adalah cara untuk mengabadikan ingatan. Tentang berbagai hal yang dilihat, didengar, dirasa, dan diraba. Tentang perjalanan panjang yang melibatkan jiwa-jiwa kita, juga tentang tantangan dan keikhlasan. Pada proses itu kita tumbuh untuk belajar memaknai setiap peristiwa dalam kehidupan. Hal inilah yang mengantarkan majalah Baruga Edisi ke-25. Melalui semangat untuk memberikan yang terbaik, kami pun belajar lebih banyak. Pada edisi kali ini Baruga hadir dengan liputan mengenai iklan. Kami menyajikan informasi tentang iklan masa kini dan tantangannya di masa depan. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang turut memengaruhi perkembangan iklan membuatnya hadir hampir pada setiap ruang selancar informasi kita. Dalam liputan yang lain, kami juga menyapa pembaca untuk melihat proses kaderisasi di FISIP Unhas. Serta, berbagai artikel lain yang menarik untuk disimak. Akhir kata, terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung majalah Baruga. Terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh warga Kosmik yang senantiasa memberikan saran dan kritik untuk membangun semangat belajar kepada tim redaksi. Semoga upaya menjadi lebih baik senantiasa mewarnai setiap gerak kita. Selamat membaca. Salam Biru Merah.

Sekretaris Redaksi Nur Octavia Dian R. Editor Wulan Dwiyanti Nafila Aindinia Koordinator Liputan Badrul Aeni Sultan Reporter Ario Suhendra Fadhila Nurul Imani Rani Wahyuni R. Nurwinda Anggraeny Annisa Lutfiah Anna Elvira Andarwati Muh. Fadil Ihsan Muh. Amin Faturahman Gerry Andriano S. Hanry Febrian P. Muh. Medriansyah P. Megita Anastasia Nurul Muthia Prabowo Arya Pradana Radiman Ashari A. Nurul Izzah M. Alfhy Syahriansyah Mean Miranty Rezki Aziziah Diah Aprilya

Redaktur Foto Rizky Rivan Cakra Ajie Wirabuana Agung Dewantara Fotografer Kifo Kosmik Desainer Grafis Gradient Kosmik Layouter Haekal Sandewang Kurniawan Kulau Muhammad Ihlasul Amal Ilustrator Kurniawan Kulau Rachmat Hidayat Alhamdani Pratama Manager Iklan Afifah Fayyadhah Pembantu Umum Seluruh Warga Kosmik

Penerbit

Desain Sampul Rachmat Hidayat Alamat Redaksi Pusat Lembaga Kemahasiswaan FISIP Unhas Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 E-mail barugakosmikuh@gmail.com

3 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


EDITORIAL Di awal tahun 1990, Indonesia memasuki masa perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi. Perubahan ini membawa dampak besar bagi sejarah kehidupan manusia. Hasilnya akses informasi yang kian cepat bisa menghadirkan beragam produk baru. Fenomena ini mengalami peningkatan yang signifikan dalam kurun 5 tahun terakhir. Kini, segala kebutuhan dan keinginan menjadi blur, dikendalikan oleh satu jari yang berubah menjadi “klik�. Sudah menjadi perbincangan hangat pula, media cetak, televisi, dan radio yang disebut sebagai media konvensional saat ini mengalami pergeseran nilai. Namun benarkah hal itu terjadi? Media digital yang kemudian hadir sebagai pesaingnya ternyata mampu menciptakan hal-hal baru yang tidak disanggupi media konvensional. Lagi-lagi, manakah yang lebih baik, khususnya dalam membangun produk yang kita sebut iklan? Telaah menyebutkan bahwa kehadiran media digital sebagai dampak dari perkembangan arus teknologi komunikasi dan informasi saat ini tidak sepenuhnya menggeser peran dan fungsi media konvensional. Baik media konvensional maupun media digital masingmasing memainkan perannya sendiri. Dalam hal menyampaikan produk atau jasa, semuanya memegang peranan penting dan memiliki sisi kelebihan dan kekurangan sendiri.

Di media digital, kecepatan adalah yang utama, sedangkan menghadirkan iklan ditengah arus selancar informasi adalah perihal yang tidak mudah diterima. “Skip� kemudian hadir untuk menjembatani antara mereka yang tidak membutuhkan iklan dengan mereka yang membutuhkan iklan. Adapun di media konvensional, mengabaikan perihal demi perihal untuk informasi yang lebih menarik untuk dituju. Meski begitu, peningkatan belanja iklan sebanyak 14 persen di sepanjang tahun 2016 sekaligus membuktikan bahwa aktor dibalik periklanan di Indonesia mampu membawa mereka pada tujuan yang ingin diwujudkan. Lagi, perkembangannya pun tidak mudah ditebak. Sebagai salah satu cara meningkatkan dan menghasilkan keuntungan, cara-cara yang lebih sederhana ditempuh untuk menarik sisi empati masyarakat. Sepertinya, hiruk pikuk kota dan dunia maya membuat manusia tumbuh dengan hasrat yang tidak mudah dikendalikan, menjadikannya haus akan kenikmatan untuk memiliki. Sudahkah kita bijak pada setiap kemudahan yang ditawarkan? Mungkin kita hanya butuh menjadi kokoh, bahwa dunia terlalu luas untuk dimiliki seluruhnya.

Redaksi

4

| Edisi 25 Tahun 2017


Baruga Content

Ilustrasi oleh Kurniawan Kulau

06-10

Laporan Utama Iklan: Masa Kini dan Tantangannya

24-26

Cerita Pendek Tak Ada Senja Untukmu

11-14

Liputan Khusus Kaderisasi Organisasi Lingkup FISIP Unhas, Sebuah Proses Jangka Panjang

27-28

Lingkungan Bijak Bersosial Media: Mengurangi Dampak Negatif Terhadap Lingkungan

16-17

Opini Anda Jual Saya Beli

30-31

Technoside DSLR vs Mirrorless

18-19

Opini Perempuan Cantik Tak Harus Kayak Raisa

32-33

Photo Story Anugerah Tuhan yang Lain

20-21

Photo Story Sorry God, I'm Gay

34

Gaya Hidup Hobi Atau Kebutuhan

22-23

Wawancara Khusus Sosial Media Di Balik Lembaga Pendidikan

36-37

Profil Muhammad Gibran: Sukses Ada Karena Berani Mengambil Kesempatan

38-39

Journey ENJ: Misi Menemukan Empati dan Rasa Syukur

42-43 44-45

Budaya Pernikahan Dalam Etnis Bugis

46-47

Resensi Film Menanyakan Hidup Lewat The Truman Show

48-49

Puisi

Resensi Buku Nietzsche

50-51 Kaleidoskop

5 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017



IKLAN: MASA KINI DAN TANTANGANNYA Teks Oleh: Ario Suhendra, Aziziah Diah Aprilia, Muh Fadil Ihsan, Megita Anastasia, Nurul Izzah, Gerry Andriano, Muh. Amin Faturahman Ilustrasi Oleh: Rachmat Hidayat

7 BARUGA| Edisi 23 Tahun 2015


Laporan Utama

Pada kehidupan sehari-hari, setiap apa yang kita tampilkan kepada orang lain akan membuat orang mengenali kita dan membuat mereka tertarik. Begitu pula dengan iklan, yang dibuat dan ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian dan membuat orang lain mengikuti pesan yang ditampilkan dalam iklan. Iklan saat ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan kita.

Periklanan di Indonesia Iklan merupakan jendela kamar dari sebuah perusahaan. Keberadaan iklan ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya konsumen. Kesadaran pengusaha di Indonesia terhadap pentingnya pengenalan produk atau jasa membuat bisnis periklanan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Menurut hasil temuan Nielsen Advertising Information Services yang dirilis oleh Nielsen Indonesia, pertumbuhan belanja iklan tahun 2016 memperlihatkan pergerakan yang positif dengan nilai pertumbuhan sebesar 14 persen di akhir tahun 2016. Pada angka pertumbuhan tersebut, total belanja iklan di televisi dan media cetak mencapai Rp134,8 triliun. Untuk periode sepanjang tahun 2016, sepuluh kategori produk dengan belanja iklan tertinggi juga meraih pertumbuhan yang positif. Kategori Pemerintahan dan Organisasi Politik masih menjadi pengiklan terbesar dengan nilai belanja iklan Rp8,1 triliun dan bertumbuh 9 persen, disusul oleh rokok keretek dengan total belanja iklan Rp6,3 triliun dengan pertumbuhan sebesar 45 persen. Pengiklan terbesar ketiga adalah Produk Perawatan Rambut dengan total belanja iklan sebesar Rp5,7 triliun dan 27% dibandingkan dengan tahun 2015. Kategori Telekomunikasi menghabiskan belanja iklan sebesar Rp5,3 triliun dengan pertumbuhan 25 persen. Di urutan ke lima adalah kopi dan teh yang tumbuh 24 persen menjadi Rp4,7 triliun. Kategori ini 8

| Edisi 25 Tahun 2017

juga merupakan salah satu kategori produk teratas yang mengalami pertumbuhan belanja iklan paling besar dalam sepuluh tahun terakhir yaitu tumbuh hingga 12 kali lipat dibandingkan tahun 2007. Di balik banyaknya iklan yang ditawarkan ternyata menyimpan suatu persoalan yaitu etika dalam beriklan. Banyak iklan yang ditampilkan tidak mendidik dan menyerang produk lain. Adapun ciri-ciri iklan yang baik antara lain: pertama, etis yaitu berkaitan dengan kepantasan dalam menampilkan sebuah iklan kepada masyarakat. Kedua, estetis yaitu berkaitan dengan kelayakan seperti, target pasar, target audiens-nya, dan kapan harus ditayangkan. Ketiga, artistik yaitu bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak yang melihat iklan tersebut. Perbedaan Media dan Media Digital

Konvensional

Di samping lewat pertelevisian, maupun media cetak, sejak awal tahun 1990an masyarakat Indonesia juga telah memulai media baru, yakni internet. Meski demikian, hingga mendekati tahun 2010-an, penetrasi beriklan di internet masih belum kuat di Indonesia. Para pemasang iklan masih terbatas pada pengusaha di bidang internet seperti toko online, usaha hosting, game online, software developer, dan affiliate marketing. Jika kita memperhatikan, sebenarnya insan marketing di Indonesia telah

mulai melirik internet sebagai salah satu cara beriklan. Namun, cara beriklan yang digunakan masih terfokus pada tiga cara yakni: berpindah dari tren offline ke online, yakni memfokuskan pada media; beriklan di facebook atau social network semacamnya; beriklan di Google Adsense atau Google Adwords yang mayoritas ditujukan untuk segmen pasar internet Indonesia yang kurang menguasai Bahasa Inggris. Namun, mengingat perkembangan teknologi tidak menutup kemungkinan internet menjadi sasaran “pusat periklanan” yang berkembang di pasaran, mengingat iklannya memungkinkan 24 jam. Tidak ada batasan waktu dan pangsa pasar pelanggan yang semakin hari semakin banyak menggunakan internet. Seperti kondisi saat ini yang memperlihatkan banyak contoh-contoh bentuk iklan yang bermacam-macam telah tersebar di media online. Hal ini terlihat sejak tahun 2014 lalu telah aktifnya Youtube menampilkan iklan, jika kita streaming maupun menonton sebuah tayangan. Selain itu, diikuti oleh sosial media Instagram yang sejauh ini telah aktif mempromosikan produk-produk dalam negeri maupun luar negeri. Terlebih lagi, banyaknya pengguna yang memanfaatkan Instagram sebagai media untuk mengiklankan produknya dengan cara endorse maupun berpromosi. Oleh sebab itu, tentu harus ada perundangan yang mengatur periklanan, agar iklan yang disampaikan dapat berkualitas, bersifat mendidik


Laporan Utama dan memberikan penawaran yang baik terhadap masyarakat, serta pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Media konvensional dan media digital memiliki perbedaan yang signifikan. Pada penyebaran pesan, media konvensional menggunakan media cetak, televisi, dan radio yang proses penyebarannya melalui beberapa tahap sehingga informasi yang disampaikan tidak secepat media digital yang menggunakan jaringan internet. Dosen Ilmu Komunikasi Unhas Muliadi Mau, S.Sos, M.Si mengungkapkan bahwa media digital ditandai dengan mobilitas yang tinggi karena media yang digunakan mudah dibawa ke mana-mana. Akan tetapi, pengirim serta penerima pesan tidak dapat diketahui karena setiap orang dapat menjadi pengirim maupun penerima. Artinya ialah komunikasi yang berlangsung lebih interaktif dan lebih cepat dalam aspek produksi dan distribusi. Berbeda dengan media konvensional yang tidak dapat dibawa ke mana-mana, namun pengirim dan penerima dapat diketahui. Melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, membuat informasi tersampaikan dengan sangat cepat dan komunikasi jarak jauh pun dapat dilakukan. Tak dapat dipungkiri bahwa media digital telah dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Media konvensional yang dulu menjadi sumber informasi utama setiap hari semakin tersingkir dengan hadirnya media digital. Ke depannya, menurut Muliadi Mau, S.Sos, M.Si, media digital dipastikan akan mendominasi. Hal ini karena media digital saat ini sudah mengonvergensi semua bentuk media mulai dari cetak, radio, dan sebagainya menjadi satu, yaitu media digital. Melalui satu media tersebut semua dapat dilakukan dan pasti akan lebih dominan. Akan tetapi, media konvensional belum tentu hilang. Kecenderungan beralihnya pengiklan ke media digital

karena mudahnya teridentifikasi berapa lama dan berapa banyak orang yang sudah menonton iklan yang dipasang. Namun, kemudahan pengguna untuk meng-skip iklan di media digital membuat beberapa pengiklan tetap bertahan di media konvensional. Efektifitas media konvensional dan media digital tergantung segmentasi iklan yang dituju. Namun dari segi jumlah, media digital lebih banyak diakses di Indonesia.

tal dituntut lebih selektif dalam menerima informasi. “Media digital juga memiliki dampak perubahan pola perilaku, nilai, sikap, gaya hidup dan style. Media digital juga dapat menjadi ajang kampanye hitam dan fitnah. Untuk menghindari hal tersebut, maka kita perlu mengidentifikasi jenis medianya terlebih dahulu, apakah media tersebut kredibel atau tidak. Maka, perlu media literasi agar tidak mudah terpengaruh ketika menerima pesan,� tutup Muliadi. Iklan di Era Media Digital

Dalam menghadapi serangan media digital, media konvensional harus membuat kemasan yang lebih menarik dan lebih dalam. Semakin bernilai sebuah informasi, semakin banyak orang membeli media konvensional. Berbeda dengan media digital yang mementingkan kecepatan, sehingga kedalaman berita diabaikan. Bila dilihat dari pendekatan konsep komunikasi, media konvensional masih menggunakan komunikasi satu arah yang hanya fokus pada mentransmisi pesan untuk disampaikan kepada pengguna. Sedangkan media digital menggunakan konsep komunikasi dua arah yang dapat saling memberikan umpan balik. “Dengan media digital, komunikasi akan lebih intens dan jarak akan lebih dekat. Sebelum hadirnya media digital, jarak menjadi halangan utama dan hanya dapat menerima informasi. Dengan hadirnya media digital orang bisa menjalin silaturahmi dengan siapa saja dan kapan pun, tidak hanya dapat menerima informasi, tetapi juga dapat memberi informasi. Selain itu, media digital juga dapat meningkatkan aspek ekonomi penggunanya.� Ungkap Muliadi Mau, S.Sos, M.Si. Pada era digital, kemungkinan apa pun seakan tidak dapat diprediksi. Dampak-dampak yang terjadi akibat arus informasi dari media digital yang semakin masif dan mudah didapatkan, membuat pengguna media digi-

Media digital merupakan salah satu media untuk memasarkan produk barang atau jasa dengan menggunakan media elektronik yang dapat menampilkan gambar maupun suara. Hal ini dilakukan untuk menampilkan produk periklanan menjadi lebih menarik agar masyarakat pengguna media elektronik akan lebih tertarik pada produk yang dipasarkan. Hal ini tentu sejalan dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini dan membuat masyarakat mulai memiliki perangkat mobile yang memungkinkan mereka untuk melihat konten secara online mulai meningkat.

Website merupakan halaman informasi yang disediakan melalui jalur internet sehingga dapat diakses oleh seluruh dunia dengan koneksi jaringan internet. Hingga saat ini perkembangan website telah sampai pada generasi ketiga yang menjadikan semua kegiatan dapat dilakukan di internet. Sebelum memasuki generasi ketiga, website pada generasi pertama hanya melakukan komunikasi satu arah atau bersifat statis. Pada generasi kedua, website dapat digunakan untuk melakukan komunikasi dua arah atau bersifat dinamis yang ditandai dengan hadirnya media sosial seperti Youtube dan Skype. Website merupakan salah satu perangkat utama untuk iklan di media digital. Iklan di digital media menawarkan pilihan iklan seperti Search 9 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Laporan Utama

Engine Marketing (SEM), iklan konten, iklan display, Search Engine Optimization (SEO), pemasaran sosial an pemasaran email. “Tren iklan saat ini adalah content marketing, jadi pemilik atau pembuat konten yang menyelipkan atau membuat konten suatu produk. Seperti review produk di Revius maupun unboxing therapy di Youtube. Keduanya termasuk dalam iklan karena memasarkan suatu produk dan dikemas dengan sangat menarik” ungkap Co-Founder & Managing Editor Revius, Akbar Zakaria. Iklan: Hard Selling atau Soft Selling?

Hard selling dan soft selling merupakan istilah dalam dunia marketing dan periklanan. Hard selling merujuk pada cara promosi yang menyampaikan pesan secara langsung. Sebaliknya, soft selling berarti cara promosi yang dilakukan secara halus atau tidak menyampaikan secara langsung. Tujuannya, lebih menekankan tumbuhnya kepercayaan dan hubungan baik dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu sineas yang juga pembuat iklan Muhammad “Wawan” Zulqamar bahwa sebenarnya soft selling muncul karena keinginan produsen iklan untuk membuat iklan yang bisa membekas di pikiran orang. Untuk membuat hal tersebut, membutuhkan sebuah cerita yang memiliki durasi yang lama. Lalu, untuk memenuhi iklan di televisi yang hanya membutuhkan durasi paling lama 30 detik, maka pengiklan menggunakan hard selling dengan tujuan informasi tetap sampai walau dibatasi oleh waktu. Walau terlihat kasar tetapi hard selling yang hanya menjual informasi memiliki biaya produksi yang minim dibandingkan dengan soft selling yang menjual emosi dengan sebuah cerita yang memiliki biaya produksi yang lebih banyak. Metode soft selling memang terbukti am-

10

| Edisi 25 Tahun 2017

pun menarik perhatian pengguna media digital beberapa tahun terakhir. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua jenis produk atau jasa selalu efektif dengan menggunakan pendekatan soft selling. Masih banyak orang yang sulit menentukan yang mana lebih baik antara hard selling dan soft selling. Padahal kedua metode tersebut sama baiknya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Menurut Akbar Zakaria, dunia periklanan merupakan anak kandung dari kapitalisme, iklan yang ingin dikatakan mendidik sebenarnya memiliki tujuan untuk menarik perhatian orang. Terlihat mendidik padahal sebenarnya tidak karena posisi iklan di perekonomian itu meminta orang untuk selalu membeli. Iklan selalu berbicara tentang tren yang pada akhirnya memisahkan antara hard selling dan soft selling yang merupakan pemisahan tentang iklan yang berbicara tentang produk dan iklan berbicara tentang emosi. Setiap budaya pasti memiliki cerita dan setiap yang menyentuh pasti memiliki storytelling. Iklan hard selling tidak memiliki cerita dan hanya mengatakan barang yang bagus. Tapi, tidak semua iklan soft selling itu bagus dan tidak semua iklan hard selling itu buruk. Karena media adalah wadah yang memang tidak terbatas dan tidak semua pengaruh buruk ada di media. “Dalam perkembangan media, soft selling mampu menempatkan diri di era digital media, karena mereka bisa membuat iklan dengan durasi sepanjang apa pun yang diinginkan tanpa batasan waktu. Sehingga mereka dengan bebas menggunakan media tersebut untuk bercerita dan menyentuh para penontonnya. Iklan di Indonesia sedang menuju ke arah soft selling dengan menggunakan Youtube dan beberapa media lainnya,” ungkap Muhammad Zulqamar.


Liputan Khusus

KADERISASI ORGANISASI LINGKUP FISIP UNHAS, SEBUAH PROSES JANGKA PANJANG Teks Oleh: Anna Nawir, Annisa Lutfiah, Prabowo Arya, Muhammad Medriansyah, Mean Miranti, Radiman Ashari, Nurul Muthia, Muh. Alfhy Syahriansah Foto Oleh: Kine dan Fotografi (Kifo Unhas)

Kaderisasi adalah istilah yang dikenal dalam proses regenerasi suatu organisasi. Kaderisasi juga merupakan suatu wadah untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin. Bila dikaitkan dengan organisasi, pengaderan hadir untuk menjalin kekompakkan dan mengenal satu sama lain,� ujar Gifffari Ramadhan, Divisi Kaderisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas.

P

erguruan Tinggi merupakan tahap pendidikan formal tertinggi untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas mempunyai ciri dan lingkungan yang berbeda dengan pendidikan menengah. Pada Perguruan Tinggi dikenal Tri Dharma

Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Mahasiswa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti orang yang belajar di perguruan tinggi.

Mahasiswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Mahasiswa memiliki peranan yang strategis terhadap majunya sebuah bangsa. Mahasiswa adalah bagian kecil dari masyarakat Indonesia dan berada pada puncak piramida 11 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Liputan Khusus

kependudukan pemuda yang kelak diharapkan menjadi generasi penerus bangsa dan negara. Mahasiswa baru adalah individu yang sedang berproses menuju kematangan pribadi. Mahasiswa baru umumnya ketika memasuki dunia perguruan tinggi belum mengenal proses belajar mengajar di perguruan tinggi, sarana, dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar di perguruan tinggi, seperti: perpustakaan, laboratorium, serta belum mengetahui kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh lembaga mahasiswa yang bertujuan memberikan dorongan dan motivasi pengembangan karakter. 12

| Edisi 25 Tahun 2017

Di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut lebih aktif untuk mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, di dalam penerimaan mahasiswa baru perlu diperkenalkan budaya ilmiah kampus sejak dini agar selama proses pembelajaran mahasiswa dapat mengikutinya dengan baik dan nantinya menjadi lulusan yang berkualitas. Salah satu wadah untuk mengembangkan potensi dalam diri mahasiswa seperti nilai-nilai kepemimpinan yang baik adalah melalui organisasi baik itu pada tingkat Departemen/ Himpunan Mahasiswa Departemen, Fakultas/BEM dan atau pada tingkat Universitas.

Selain memiliki sistem kepemimpinan yang baik, organisasi juga harus memiliki proses regenerasi yang baik pula. Tujuannya adalah untuk menjaga kesinambungan kinerja organisasi agar dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta mengembangkan organisasi tersebut sesuai perkembangan zaman. Kaderisasi adalah istilah yang dikenal dalam proses regenerasi suatu organisasi. Kaderisasi juga merupakan suatu wadah untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin. Terdapat beberapa tahap dalam proses kaderisasi, yaitu perekrutan, pendi-


Liputan Khusus

dikan atau pelatihan, sampai dengan pembuatan karya. Setiap organisasi akan berjalan baik apabila terdapat banyak kader di dalamnya. “Pengaderan adalah suatu proses penanaman nilai-nilai, melalui sebuah proses belajar untuk mengenal diri dan mengetahui hakikat manusia. Bila di kaitkan dengan organisasi, pengaderan hadir untuk menjalin kekompakan dan mengenal satu sama lain,� ujar Giffari Ramadhan, Divisi Kaderisasi BEM FISIP Unhas. Demi keberlanjutan suatu organisasi, tentu diperlukan regenerasi. Seiring berjalannya waktu, para kader baru

nantinya akan menggantikan posisi pimpinan lembaga dan jajarannya. Dalam setiap organisasi tentu memiliki struktur, visi, misi, dan struktur kepengurusan. Kaderisasi merupakan salah satu program kerja dalam sebuah organisasi. Namun, setiap organisasi, terlebih dalam kaderisasi memiliki dinamikanya masing-masing.

universitas maupun tingkat fakultas. Tujuannya adalah untuk mencegah perpeloncoan yang sering kali menjadi momok bagi mahasiswa baru pada umumnya, yang juga di dalamnya tertulis mengenai bagaimana dan seperti apa garis besar dari materi, mekanisme, bentuk pelaksanaan yang di sampaikan kepada Mahasiswa Baru.

Seperti yang terjadi di FISIP Universitas Hasanuddin yang memiliki tujuh departemen dalam naungannya. Pengawalan terhadap mahasiswa baru dilakukan dengan memberikan Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) baik itu dari tingkat

Drs. Rahmat Muhammad sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP mengatakan kaderisasi atau yang kerap disebut ospek saat ini tidak ada lagi dalam bentuk kekerasan. “Namun, yang namanya kegiatan mahasiswa semua ada atur13 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Liputan Khusus annya. Jadi, saya bilang itu pilihan. Sekali pun bahasa yang disampaikan kepada mahasiswa adalah kewajiban. Tapi bagi saya itu pilihan.” Sementara itu, menurut Laila Qadaria, orang tua dari Ninda Amalia kaderisasi adalah hal yang lumrah dilakukan. “Saya tidak pernah banyak komentar mengenai kegiatan kaderisasi anak saya. Dalam kegiatan tersebut sudah ada SK atau surat keterangan yang bisa jadi bukti kalau terjadi kekerasan,” tuturnya. Selain itu, pengawalan kaderisasi dari pihak fakultas juga dilakukan dengan membentuk medium interaksi berupa grup Whatsapp antara orang tua mahasiswa baru dan pihak fakultas.

14

| Edisi 25 Tahun 2017

Hal ini dilakukan agar orang tua mahasiswa dapat memperoleh informasi yang konkret tentang masalah akademik pada umumnya dan kaderisasi khususnya. Sehingga, melalui komunikasi langsung dengan pihak fakultas, kekhawatiran yang timbul dapat teratasi. Pilihan lain dalam mengatasi masalah yang terjadi antara pihak orang tua dan pihak kampus dapat diatasi dengan mengadakan dialog terbuka, “Tetapi yang harus digaris bawahi adalah dalam dialog tersebut harus dihadiri oleh seluruh pihak yang bersangkutan dengan proses pengaderan itu sendiri,” ujar Giffari Ramadhan selaku divisi pengaderan BEM FISIP Unhas.

Sama halnya dengan orang tua, pihak fakultas juga memberikan kesempatan kepada himpunan mahasiswa untuk memaparkan proses kaderisasi yang telah direncanakan dan disusun dalam bentuk proposal. Banyak tantangan yang dihadapi dalam sebuah proses pengaderan, salah satunya adalah tentang konsistensi. Pihak himpunan mahasiswa dalam hal ini divisi pengaderan dituntut untuk konsisten terhadap segala hal yang dilakukan dalam prosesi pengaderan. “Kata konsisten ini tidak hanya ditujukan kepada para kader, melainkan juga terikat untuk teman-teman yang melakukan pengaderan. Itulah tantangannya, konsisten,” jelas Giffari.


Foto oleh Rizki Rivan

15 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Opini

ANDA JUAL, SAYA BELI Teks Oleh: Runi Virnita Mamonto Ilustrasi Oleh: Kurniawan Kulau “Aku menjual karena semua orang ingin menjadi pembeli�

K

alimat tersebut adalah potongan dari cerita pendek berjudul Perempuan Cantik di Sebuah Hotel Mewah. Cerpen tersebut di tulis oleh Hamsad Rangkuti, seorang sastrawan yang banyak menulis tentang bagaimana masyarakat pinggiran hidup dan juga bertahan hidup. 16

| Edisi 25 Tahun 2017

Berbicara tentang hidup, bertahan hidup dan juga penghidupan, adalah hal yang tidak bias dipindahkan dengan jual beli. Sejak zaman merkantilis, jual beli dan hidup serta penghidupan adalah dua sisi mata uang. Bahkan, dalam keyakinan tradisional gereja, ada proses jual-beli dengan


Opini

Setiap orang selalu ingin membeli hal-hal yang baru padahal mereka tahu, itu tidaklah benar-benar baru

Tuhan yang akan membuat manusia bias meraih derajat lebih tinggi saat menghadap Tuhan nantinya. Jual beli yang mengaliri setiap sendi kehidupan manusia makin jelas terlihat saat Adam Smith mengeluarkan pemikirannya tentang ekonomi liberal klasik yang hingga hari ini masih banyak dipelajari untuk memahami bagaimana sebenarnya jual beli yang terjadi setiap harinya bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja melainkan rangkaian dari suatu sistem besar yang memiliki aturan-aturan yang mutlak dan mengharuskan setiap manusia yang hidup di dalam sistem tersebut untuk melakukan jual beli. Perkembangan sistem ekonomi mulai dari liberal klasik hingga kini menjadi neoliberal juga merupakan faktor utama terjadinya perluasan lokasi pasar tempat penjual dan pembeli saling bertemu. Jika pada zaman dahulu kita mengidentifikasi pasar sebagai sebuah lokasi jual beli, kini lebih dari itu, pasar merupakan ruang jual beli. Lokasi yang awalnya membutuhkan tempat yang konkret, misalnya pasar terong, kemudian bertransformasi menjadi ruang jual beli yang bias berada di mana pun. Seseorang yang berada di kamarnya bias membeli pakaian yang letak tokonya berada lima kilo meter dari kamarnya. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa bukan hanya pasar yang bertransformasi, melainkan juga pola komunikasi antara penjual dan pembeli. Pertemuan tatap muka antara penjual dan pembeli kini tak lagi penting. Kepercayaan pembeli untuk membeli barang yang dijual tidak lagi terbangun dari sebuah negosiasi yang panjang melainkan suatu sistem kemudahan berbelanja yang memanjakan pembeli. Dan tentunya, sistem seperti ini tidak lagi melihat jual beli sebagai sebuah usaha penghidupan melainkan lebih menitikberatkan pada servis kepuasan.

Jual beli yang awalnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, kini lebih berfokus pada kepuasan keinginan. Jika diperhatikan, orang-orang hari ini membeli bukan karena benar-benar merasa butuh. Membeli handphone keluaran terbaru, mobil dengan tipe terbaru, kamera dengan seri terbaru, atau barang apa pun dengan embel-embel terbaru. Setiap orang selalu ingin membeli hal-hal yang baru padahal mereka tahu itu tidaklah benar-benar baru. Pola belanja masyarakat yang selalu menuntut kebaruan tersebut tentu terkait erat dengan pola penjualan. Hal utama yang dijual hari ini bukanlah produk melainkan kebaruan. Penjual berlomba-lomba untuk menginovasikan barang jualan agar selalu terlihat sebagai sesuatu yang baru. Dalam memasarkannya pun selalu menggunakan metode yang baru. Hard selling ataupun soft selling yang dalam teori pemasaran dibagi secara gamblang kini melebur menjadi kolaborasi metode yang digunakan untuk menciptakan kebaruan metode dalam menjual sebuah kebaruan. Bahkan, hari ini jual beli bukan lagi tentang sebuah barang atau jasa melainkan jual beli kepuasan itu sendiri. Misalnya seseorang yang memiliki akun di media sosial. Tanpa sadar, ia menjual berbagai informasi terkait dirinya dan mengharapkan bayaran berupa follower, like, subscribe, dan sebagainya. Lagi-lagi, jual-beli informasi pribadi tersebut melulu soal pemuasan hasrat. Jika dilihat menggunakan kacamata hard selling ataupun soft selling, jual beli tersebut di atas adalah sebuah kolaborasi metode hard selling dan juga soft selling. Seseorang secara terangterangan menjual hal pribadinya, namun mengemasnya menggunakan petuah-petuah atau bahkan ayat suci. Lalu, salahkah orang yang menjual informasi pribadi jika semua orang ingin menjadi pembeli?

Servis kepuasan yang menjadi faktor utama dalam jual beli adalah kunci melihat bagaimana jual beli berjalan hari ini.

17 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Opini

PEREMPUAN CANTIK TAK HARUS KAYAK RAISA Teks Oleh: Irwan Idris (Direktur Ruang Antara) Ilustrasi Oleh: Alhamdani Pratama

Tidak dipungkiri ideologi iklan amat berpengaruh terhadap khalayak, tak hanya sebagai relasi konsumsi – produksi. Namun juga konsepsi idealitas dunia dalam imaji semesta iklan. Hiperreality, Baudilldard menyebutnya.

T

ahun 2004 yang lalu dalam bukunya ‘Dunia yang Dilipat’, Yasraf Amir Pilliang menjelaskan bagaimana maraknya iklan-iklan beraroma rasial. Menampilkan imaji idealitas wanita dengan tubuh langsing, kulit putih, hidung mancung atau pun berambut lurus. Pertimbangan untung rugi menjadi musabab iklan bermetamorfosis sebagai suara-suara dari industri. Dengan rekayasa psikologis, iklan merangsang suatu kebutuhan semu yang membuat orang tak pernah puas membeli. Sejarah dan Evolusi Iklan Boston Newsletter adalah koran pertama yang memuat iklan dengan menawarkan imbalan penangkapan pencuri di tahun 1704. Pada pertengahan tahun 1800-an dengan ditandai permulaan pengembangan industri periklanan serta membaiknya teknologi percetakan, menarik minat para pengiklan. J. Walter Thompson merupakan perintis agen periklanan dengan mengajak Harper`s Magazine untuk mencetak iklan makanan, sabun bahkan obat-obatan. 18

| Edisi 25 Tahun 2017

Memasuki fajar abad ke-20 periklanan telah menjadi unit sosial dan variabel ekonomi di Amerika Serikat. Dalam perjalannya, iklan berkembang dalam beberapa fase. Tahun 1990-an periklan berfokus kepada keuntungan-keuntungan produk dengan menggunakan iklan informasi. Pada tahun 1920 menampilkan periklanan yang sadar status. Dengan rumus demokrasi barang-barang, yaitu masyarakat kelas bawah setidaknya dapat memperoleh sebagian kemewahan dengan membeli produk-produk tertentu. Tahun 1930-an fokus pesan periklanan telah berpindah dari produk ke pengguna. Tahun 1960-an iklan berubah era, berpaling ke arah psikologi dengan melahirkan era periklanan citra, dan tahun 1970-an produk telah menjadi emblem identifikasi kelompok. Iklan sebagai Alat Hegemoni Budaya Hegemoni merupakan suatu kekuasan atau dominasi nilai-nilai kehidupan norma maupun budaya. Gagasan ten-


Opini tang hegemoni adalah suatu kelanjutan konsep di balik ideologi. Hegemoni adalah sejenis ‘penipuan’ di mana individu melupakan keinginan-keinginannya dan menerima nilai-nilai dominan sebagai pemikiran mereka. Teori hegemoni merupakan sebuah teori penting dari Antonio Gramsci. Hegemoni dibangun di atas pentingnya ide dan tidak mencakupinya kekuatan fisik dalam kontrol sosial politik. Gramsci mendudukan hegemoni sebagai bentuk supremasi suatu kelompok atau beberapa kelompok, atas yang lainnya. Lebih lanjut hegemoni masuk dalam ranah budaya atau hegemoni kultural. Media massa menjadi kanal untuk menghegemonikan budaya dominan menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya untuk secara sadar mengikutinya. Periklanan sebagai pembujuk konsumen, untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk perusahaan, juga menciptakan struktur- struktur makna yang secara samar memengaruhi cara berpikir, gaya hidup, serta perilaku masyarakat. Iklan merangsang suatu kebutuhan semu yang membuat orang tak pernah puas membeli. Menjadikan manusia mengonsumsi yang bukan disebabkan semata karena fungsi dan manfaat barang produk. Melainkan ada aspek emosi dan larutnya individu dalam budaya massa yang dipicu oleh iklan dan rayuan untuk membeli komoditas. Iklan menyerang ke sisi bawah sadar manusia, yaitu libido atau dorongan seksual. Sigmun Freud berujar, libido merupakan salah satu dorongan terdalam dalam perkembangan psikologis di alam bawa sadar manusia. Dalam budaya kapitalis, iklan menjelma sebagai penjualan citra produk dari pada produk itu sendiri. Misalnya iklan air mineral Aqua yang tak lagi hadir hanya sebagai pelepas dahaga, melainkan juga sebagai alat pembantu kala pikiran seseorang sedang tidak fokus, “Lagi kurang fokus? Minumlah Aqua”. Iklan minuman Marjan pun serupa, hingga keluarga-keluarga di Indonesia merasa kurang afdal kala berbuka puasa tanpa Marjan rasa melon tertata di atas meja. Marjan telah menggeser makna dari berbuka puasa itu sendiri. Iklan sebagai Alat Streotipe dan Penyelarasan Seperti yang disebutkan oleh Yasraf, terdapat banyak iklan-iklan yang mengandung unsur rasial, iklan dijadikan sebagai alat stereotipe terhadap perempuan. Mengeksploitasi tubuh wanita untuk dijadikan sebagai bahan komodifikasi, sering kita jumpai dalam gelanggang periklanan. Penggambaran perempuan hanya sebagai objek seksualitas laki-laki, atau pun perempuan hanya pantas sebagai orang yang harus tinggal melulu di dapur, juga kita jumpai dalam iklan. Tidak hanya itu, iklan telah berhasil mengonstruksi imaji idealitas wanita: perempuan yang

ideal itu bertubuh langsing, berkulit putih, berhidung mancung, atau pun berambut lurus. Iklan sebagai Narasi Paradigmatik Besar Ideologi Banyaknya penolakan konsep iklan rasis, menjadikan pembuat iklan memutar otak melakukan lompatan ideologi agar produknya tetap saja ‘basah’. Adalah pengamatan yang dilakukan oleh Kallis Mardiasih terhadap suatu produk kosmetik bermerek Pond's. Ia menjelaskan bagaimana lompatan ideologi narasi iklan yang dilakukan produk kecantikan tersebut. Kallis membahas tiga seri produk yang diluncurkan oleh Pond's yaitu White Beauty, Flawless White, dan Perfect Beauty. Tajuk serian tersebut juga berbeda-beda. Seri White Beauty mempertontonkan drama seorang pria ‘idaman’ yang lebih memilih perempuan berkulit putih untuk menjadi kekasihnya dibanding perempuan berkulit gelap. Pada akhirnya perempuan berkulit gelap tersebut memakai Pond's hingga memperoleh wajah yang white beauty. Dalam seri Flawless White isu rasialisme ditiadakan, munculnya penolakan konsep rasial dalam serial iklan, menjadi sebuah alasan. Narasi seri Flawless ini menampilkan seorang lelaki kekinian yang telah memiliki kekasih berwajah cerah. Lelaki itu, suatu hari bertemu mantan kekasihnya. Sang mantan yang merasa memiliki wajah kurang cerah, berkerut, dan hitam berkecil hati. Ia lalu memakai seri Flawless White hingga sekonyong-konyong wajahnya berubah cantik. Akhirnya si lelaki mantannya itu pun kembali jatuh hati kepadanya. Globalisasi kian mendobrak, narasi dalam ekonomi politik media juga berubah, iklan komersial pada era ini mewujud dalam studi kasus. Merek Pond's dengan seri Perfect Beauty menjadikan Raisa sebagai brand ambassador. Raisa bermonolog dalam iklan itu, ia menceritakan tentang ibunya yang gagal menjadi bintang akibat tugastugas rumah tangga. Ia pun tidak ingin mengikuti jejak ibunya dan bertekad mewujudkan cita-cita dengan wajah baru perempuan Indonesia. Iklan ini memamerkan sederet perempuan yang berhasil mewujudkan cita-citanya. Ya, iklan masa kini tidak lagi mengungkit soal perempuan berkulit putih dengan sejuta hak istimewanya. Lebih angkuh dari itu, Pond's hendak mengklaim bahwa cita-cita setinggi apa pun, bisa perempuan raih bila memiliki wajah cerah, putih, dan bersinar karena menggunakan produk Perfect Beauty, kayak Raisa.

19 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Photo Story

20

| Edisi 25 Tahun 2017


Photo Story

SORRY GOD, I’M GAY Foto dan Teks oleh: Cakra Aji Wirabuana

G

aya hidup Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin berkembang pesat. Bahkan hal ini sudah masuk ke Indonesia maupun Makassar. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang itu akan cenderung untuk menjadi bagian dari LGBT. Di antaranya keluarga, pergaulan, biologis, dan lingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh pasangan gay MH dan AM, mereka sudah pacaran hampir 6 bulan. Mereka berdua punya faktor yang membuat mereka menyukai sesama jenis. Seperti MH yang suka cowok sejak SD karena sering di cabuli oleh pamannya sendiri, sedangkan AM yang “sakit� karena faktor genetik. Walaupun keberadaan pasangan LGBT sangat tidak diterima di lingkungan mereka, tetapi atas nama cinta mereka berani melawan kodrat mereka sendiri. Cara pacaran mereka pun hampir sama dengan pasangan-pasangan pada umumnya, tetapi mereka lebih menjaga sikap apabila berapa ditempat umum. Pasangan ini bertemu melalui aplikasi media sosial yang di khususkan kepada pasangan LGBT. Banyak kode-kode yang mereka punya seperti T (Top), V (Vun), dan B (Bottom). Keberadaan mereka hampir luput dari pandangan kita karena penderita perilaku menyimpang ini bertingkah normal seperti laki-laki pada umumnya. Saya pun bertanya kepada mereka, apakah kalian ingin sembuh? Dengan kompak mereka bilang Mau. Berapa pun harga obatnya asalkan dapat menyembuhkan penyakit ini mereka mau membelinya. Ada tekanan batin yang mereka rasakan, apalagi pasangan LGBT sangat ditentang di Indonesia. 21 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Wawancara Khusus

MEDIA SOSIAL DI BALIK LEMBAGA PENDIDIKAN Ismail Bachtiar (CEO Rektor Institute) Teks dan Wawancara Oleh: Badrul Aeni Sultan

“Media sosial adalah ruang yang begitu dinamis, berkembang dengan berjalannya waktu. Sehingga ketika ditanya sampai kapan, maka jawabannya sampai media sosial tidak menawarkan keuntungan lagi.�

M

enurut UU Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 9 tentang perlindungan anak menegaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Pendidikan dalam hal ini, bukan hanya pendidikan formal yang ada di sekolah, namun juga terdapat pendidikan non formal diluar sekolah. Hal inilah yang menjadi perhatian besar Ismail Bachtiar, pemuda kelahiran Bone tahun 1992. Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) angkatan 2010 Unhas, ini mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang ia beri nama Rektor Institute pada tahun 2012. Baginya berkecimpung di dunia pendidikan adalah sebuah dedikasinya dalam pengembangan karakter generasi muda. Hingga kini, Rektor Institute kini 22

| Edisi 25 Tahun 2017

telah membina dan melibatkan ribuan orang yang terdiri dasi siswa mulai dari tingkat SD hingga mahasiswa. Rektor Institute bermula dari agensi tutor bimbingan belajar privat inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Rektor Institute. Ia ingat betul, sulit sekali mencari anak didik. Pada akhir 2012, salah satu dari dua siswa bimbingannya adalah anak dokter di sebuah rumah sakit di Makassar. Ibu siswa itu menceritakan kepada rekan-rekannya yang lain tentang kondisi akademis anaknya lebih baik setelah diajar Ismail. Dari sana Ismail mulai banyak menerima tawaran mengajar. Karena sudah tidak bisa ditangani sendiri, Ismail mengajak teman-temannya hingga mencapai 12 pengajar pada 2013. Ismail pun mulai mengembangkan usahanya.


Wawancara Khusus

Ia memberanikan diri menggarap pendampingan siswa kelas 12 yang bersiap ujian masuk fakultas kedokteran. Pembinaan karakter seperti shalat Dhuha, Tahajud, dan puasa Senin-Kamis di asrama dijalankan. Hal ini yang menurut Ismail salah satu pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga ia menolak ketika Rektor Institute dikatakan sebagai tempat bimbingan belajar. Dari tahun ke tahun Ismail melalui Rektor Institute-nya melakukan pengembangan dengan lembaga pendidikannya, misalnya dengan hadirnya website resmi yang menjadi wadah pengenalan lembaga ini. Kemudian hadir Fanspage yang menjadi tempat informasi mengenai kegiatan Rektor Institute dan tak ketinggalan media sosial yang nge-tren saat ini, yakni Instagram. Nah, bagaimana cerita Ismail Bactiar dalam memanfaatkan media sosial dalam pengembangan lembaga pendidikannya? Mari menyimak wawancara khusus dengan beliau. Rektor Institute dikenal sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan yang melibatkan banyak orang. Bagaimana cara Anda untuk mengajak mereka bergabung?

Alhamdulillah masuk tahun kelima ini, Rektor Institute sudah melibatkan banyak orang dalam proses berkembangnya. Ketika ditanya bagaimana cara mengajak? Di awal-awal kami hanya mengajak orang-orang yang kami kenal, kemudian tahun-tahun selanjutnya melakukan open recruitment, yang hampir dipastikan pendaftarnya membludak, itu dari sisi mentor-nya. Khusus untuk siswanya, biasanya kami turun langsung ke sekolah-sekolah untuk bersilaturahmi dengan mereka, sambil melihat kea-

daan sekolahnya, bahwakan kami biasanya langsung ketemu dengan orang tua siswa itu sendiri.

Sejak kapan Rektor Institute melirik Sosial Media sebagai wadah untuk beriklan?

Di antara cara yang Anda lakukan untuk mengajak mereka, bagaimana peran social media?

Tepatnya kami lupa, tapi sepengetahuan saya semenjak beberapa bulan terakhir ini. Setelah kami melihat potensi besar yang tidak membutuhkan tenaga banyak ini, dan langsung mengena kepada segmentasi yang kami harapkan.

social media adalah wadah yang biasa kami gunakan untuk mem-viral-kan atau project yang sementara kami kerjakan. Dari segi publikasi maupun dokumentasi. Banyak social media yang lagi tren saat ini, Rector Institute memiliki social media yang mana saja? Sampai saat ini, social media yang dimiliki oleh Rektor Institute itu ada Facebook dan Instagram. Mengapa Rektor Institute hanya memilih Facebook dan Instagram, sebagai social media? Kami paham, dalam sebuah eksistensi sebuah lembaga membutuhkan kedekatan dengan segmentasi, sehingga Facebook dan Instagram menjadi pilihan kami, karena keduanya kami rasa paling dekat dengan segmentasi kami. Selain mengajak orang untuk terlibat, hal apalagi yang dilakukan Rektor Institute dalam memanfaatkan social media?

Social media menurut kami adalah ruang yang begitu lengkap. Seperti yang kami katakan tadi, social media dapat menjadi wadah sosialisasi dan publikasi, kemudian beberapa tahun ini berkembang dengan adanya fitur sponsor yang dapat membantu pelaku bisnis atau pun suatu lembaga untuk mempromosikan event atau programnya. Hal inilah juga yang kami lirik, serta kami manfaatkan di social media, di luar fungsi utamanya.

Menurut Anda, apa yang menjadi perbedaan mendasar beriklan di social media dengan media iklan lainnya, semisal koran? Fungsi utama iklan adalah bagaimana kita menyosialisasikan event atau program kita kepada khalayak sehingga dikenal oleh masyarakat. Nah, ketika dibandingkan dengan media untuk beriklan lainnya, social media sangat membantu kami untuk dekat dengan segmentasi pasar yang kami harapkan,sehingga apa yang kami harapkan dapat tersampaikan dengan tepat sasaran. Menurut Anda, efektifkah beriklan di sosial media? Ketika ditanya efektif atau tidaknya, tergantung dari segmentasi yang diinginkan oleh pengiklan. Secara pribadi dengan segmentasi anak berusia sekolah dan mahasiswa, kami merasa sangat efektif karena sebagian besar menggunakan media sosial merupakan anak berusia sekolah dan mahasiswa. Sampai kapan Anda akan memanfaatkan social media sebagai media untuk beriklan? Media Sosial adalah ruang yang begitu dinamis, berkembang dengan berjalannya waktu. Sehingga ketika ditanya sampai kapan, maka jawabannya sampai media sosial tidak menawarkan keuntungan lagi.

23 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Cerita Pendek

TIDAK ADA SENJA UNTUKMU KEKASIH Teks Oleh: Hajir Muis Ilustrasi Oleh: Kurniawan Kulau

S

ukab yang malang, jauh-jauh aku ke tempat ini hanya untuk menuliskanmu sebuah surat yang tidak akan pernah sampai padamu. Aku tak sebodoh kamu Sukab. Dengan begitu nyali memotong senja pada empat sisi dengan kemilau keemasannya yang paling indah, yang paling mungkin didapati di langit sore. Sepuluh tahun tukang pos itu ‘terpaksa’ menyesatkan surat itu, terhambat oleh mereka yang protes, oleh mereka yang berebut surat dengan kartu pos bermatrai dengan gambar senja oranye, mereka berebut, padahal jelas sekali di sana tertulis namaku, “Untuk Alina Terkasih�. 24

| Edisi 25 Tahun 2017

Aku tak sebodoh dirimu Sukab, tak akan kubiarkan JNE, Tiki, J&T, Pos atau bahkan seluruh suremail apapun, menyesatkan surat ini untukmu. Karena surat ini hanyalah untukku, untuk Alinamu yang bahagia, yang telah memaafkanmu. Malam ini tidak ada lagi senja Sukab. Bahkan sore tadi juga tidak. Tahukan, setelah kamu mengirimkan senja itu, keguncangan terjadi di mana-mana, orang-orang di luar sana kehilangan senja. Mereka lalu berburu senja, mata mereka rindu dengan jingga hangat terakhir di ufuk itu. Seruni, Losari, dan di puncak-puncak gunung,

mereka memburuh sebuah senja. Tapi kita tahu, semua pun tahu, mereka hanya pura-pura berharap senja akan kembali. Padahal jelas-jelas mereka tahu, berita-berita mengabarkan, di koran, di TV, Youtube, Facebook, Twitter, Path, Instagram bahkan para selebgram mengabarkan langsung kehebohan itu ramai-ramai, dari lokasi-lokasi pencarian mereka, bahwa senja telah hilang. Senja, hilang dicuri lelaki dengan senyum tak berhenti di bibir pantai. Seorang paparasi atau mungkin photoshoper telah mengambil gambar, mengeditnya, dan mem-viral-kan.


Cerita Pendek Enam atau tujuh tahun orang-orang sibuk mencari senja yang hilang dengan harapan mereka agar senja menyembul kembali. Mereka tahu Sukab, tapi mereka sebenarnya suka-suka saja, mereka memang suka bermain-main. Seperti permainan, semua permainan yang mencari-cari. Mereka senang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada, asyik dengan imajinasi mereka sendiri. Mereka senang berkumpul dan membicarakan senja yang hilang, seakan-akan berduka, bersedih bersama. ***** Aku terduduk di atas pohon kelapa yang sengaja ditebang, mungkin karena sudah tua, atau memang ditaruh begitu saja, dibuat bangku, seakan-akan alami, biar yang duduk merasakan kesan romantis dan betah bermelankolis. Teman-teman sudah tidur saat itu di tenda, kami tidak dapat penginapan. Di langit aku melihat rembulan merah yang begitu indah, bulat penuh, cahayanya berpendar seperti cincin mengitari, tapi tidak juga menyatu dengan inti bulan yang merah itu. Sungguh indah Sukab. Tetapi yakinlah, aku tak akan memotongnya pada empat sisinya, dengan siluet nyiur pantai melambai-lambai, dengan gulungan ombak berkejaran serta bui-bui perak, pasir bening yang memantulkan bintik-bintik kilau bak berlian, manik-manik mutiara, kaca prisma, dan seperti katamu, bola mataku saat berkaca-kaca. Tak akan ku ambil semua itu dengan naif dan memasukannya ke dalam amplop lalu mengirimkannya padamu, Sukab. Aku cukup waras. Cukuplah dengan semua keguncangan di dunia ini, akibat tindakanmu menggunting senja! Sudah terlalu banyak huru-hara di mana-mana, aku tidak akan menambahnya. Aku membayangkan saat kamu memotong senja itu. Mengapa senja membiarkan dirinya di ambil begitu saja!? Sedang malam ini rembulan lebih awas, ia mungkin ketakutan

akan digunting tiba-tiba pada empat sisinya oleh orang-orang bodoh sepertimu, Sukab. Ya, sungguh banyak di luar sana, mereka yang memotong sana-sini, mengatakan itu didasarkan kasihnya, dilakukan untuk kebaikan dan kebahagiaan orang tercinta, dengan alasan ini itu lainnya. Omong kosong! Padahal kita semua tahukan, itu untuk diri mereka sendiri, itu keinginan mereka sendiri, demi kepuasannya dirinya sendiri. Apalagi kalau bukan mendapatkan yang lebih, memberi demi sesuatu yang lebih. Memberi senja agar memilikinya sepenuhnya plus tercapainya keinginan sendiri. Maka rembulan itu pun hilang di balik awan, dan saat muncul lagi, begitu saja telah berganti dengan warna abu-abu keperakan yang biasa-biasa saja. Sepertinya bulan itu berganti warna, agar-agar jangan sampai aku dan orang lain yang mendapatinya malam ini, tidak menjadi bodoh, berubah pendirian, dan berniat mengirim bulan merah itu padamu atau seseorang. Saat itulah langit menjadi begitu gelap, bulan benar-benar pergi, langit benar-benar hitam, ini tengah bulan Sukab, hanya awan yang mampu menggelapkan langit saat purnama sedang terang-terangnya. Lalu hal paling indah yang pernah kulihat itu muncul, membuat mataku seakan tak ingin mengatup sedetikpun, sekejap apapun, langit hitam dengan bintik-bintik berkilau. Bintang-bintang kerlap kerlip begitu indah Sukab. Jika mungkin saat itu, gemintang ini yang kamu kirim dalam amplop dan bukan senja bodohmu itu, yang baru ku baca setelah sepuluh tahun. Walaupun itu sepuluh atau seratus atau seribu atau sejuta tahun sekalipun, jika mampu, aku akan menerimanya Sukab. Aku akan menerimanya dengan bahagia, dan akan ku ambil isi surat itu untuk diriku sendiri. Gemintang tidak seperti senjamu Sukab. Kuakui senja itu indah, tak kupungkiri kusuka. Tapi gemintang Sukab, jika kamu memotongnya pada empat sisinya di langit ma-

lam, orang-orang tidak akan histeris, orang-orang tidak akan sekacau ini, tidak akan ada yang merasa kehilangan, tidak akan ada yang saling berebut, dan tukang pos dan anak-anak kampung tidak perlu heboh. Di sana, di langit itu, masih ada banyak dan akan cukup untuk dibagi kepada semua orang. Ada mega miliaran di atas sana Sukab. Jadi tidak akan ada yang perlu menjual di mall-mall dan pasar, tidak perlu. Tidak akan orang berebut bintang kecuali dia cukup serakah untuk mengambil jatah bintang orang lain. Bukan kali pertama aku melihat langit berbintang nan indah. Aku memang penyuka gemintang. Sering aku naik ke atap rumah di malam-malam sendirian. Membayangkan menarik garis dari satu bintang paling terang ke bintang terang lainnya. Rasi bintang, seperti kata buku ensiklopedia astronomi paman yang ku ciduk dari rumahnya semasa kecil. Awalnya hanya terlihat di langit, gugus-gugus bintang seperti tertulis dalam buku itu. Taurus, Libra, dan lainnya, sudah ku lupa namanya karena saking sulit merangkainya di langit. Satu favorit, karena memang mudah untuk dirangkai, ditemukan, Scorpio. Tapi gugus bintang semakin menarik, dalam sendiriku, aku bisa membentuk apa saja dengan menggarisnya sesuka hati, membentuk apapun yang ku suka. Begitulah mungkin Sukab, aku menjadi pencinta gemintang, pada saat-saat gelap ia selalu datang, keindahannya setia dalam memoriku. ****** Sukab, malam ini, di atas pohon yang sekan-akan romantis ini. Aku pandangi langit, penuh bintang, dan kutemukan sebuah gugus berbentuk semburat senyum merekah dengan mata berbinar, jika saja bukan karena angin bertiup yang menggoyangkan poniku, aku tahu gugus bintang itu akan berbentuk seperti apa, wajahmu mungkin. Tapi aku lebih suka dengan dua bola mata berbinar dengan sebuah senyum dari pada gugus bintang itu menyempurna menjadi sebuah 25 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Cerita Pendek wajah. Entah aku yang sengaja menyusunnya dengan menarik garisgaris atau bintang-bintang itu sendiri yang menentukan dirinya!? Tapi yang terpenting, itu sungguh indah, dan aku suka. Ada hal menarik dari gemintang Sukab. Jaraknya dari bumi kata buku itu, jauh sejauh-jauhnya. Saking jauhnya, kata buku itu, sebuah bintang yang berkelip, telah mati ratusan ribu, jutaan, bahkan miliaran tahun yang lalu. Betapa jauh jarak cahaya itu sampai, dan hingga malam-malam dipenuhi manik-manik indah itu. Begitulah bintang, dengan kematiannya, cahaya bintang-bintang telah mengindahkan hidup kita, menjadi petunjuk di malam gelap, menjadi surat cinta pada setiap amplop yang mungkin dibuat karena cinta. Berapa kemungkinan usia kita, Sukab? 40, 60, 80, 100 mungkin!? Bintang yang mati itu masih akan bisa kita nikmati sampai akhrinya nanti kita mati, bahkan sampai orang terakhir di bumi ini sendiripun yang akan mati, kelip bintang itu masih akan setia. Entah apa yang terjadi setelah itu! Tapi untuk apa kita mesti tahu, setidaknya kita tahu, bintang itu selalu ada bersama dalam setiap hidup kita, masing-masing kita. Itulah mengapa bintang ini tidak akan pernah ku tolak Sukab. Aku lebih suka cerita cinta langit gelap serta gemintang dari pada sore dan senjamu. Senjamu telah hilang dan orang-orang akan terus mencarinya. Saat nanti menemukannya, orang-orang akan mulai lagi berebut, sebuah senja. Akan muncul lagi Sukab lain, mencoba mengguntingnya pada empat sisi, memasukkannya ke amplop, mengirimkannya pada kekasih hatinya, dan terjadilah huru-hara di mana-mana. Orang-orang akan si-

26

| Edisi 25 Tahun 2017

buk lagi mencari sebuah senja, yang sebenarnya sudah tidak ada, mereka tahu sudah dicuri, dan saat ketemu akan diperebutkan lagi, begitu seterusnya. Tidak ada yang cukup bijak berbagi senja di sore hari tanpa harus memiliki sendiri, tanpa menguasai. Sedangkan bintang, bintang yang telah mati, yang mati agar menjadi kerlip kecil di langit pada malam gelap, pada seluruh hidup kita. Tidak akan menimbulkan masalah apa-apa, jika kamu memotong pada empat sisinya, tentu setelah kamu menarik garis sendiri sesuai maumu menjadi apa gugus bintang itu. Toh, semua orang yang punya imajinasi, pikiran yang baik, akan mendapatkannya dengan adil. Punyaku untukku sendiri, dan orang lain bahagia dengan miliknya sendiri. Bintang punya cara mencintai yang aneh, berkorban dan melakukan perjalanan sangat jauh, dengan kecepatan sangat tinggi, hanya untuk berkelip di langit malam yang gelap sesaat. Walau mati, kerlip sesaat itu abadi, setidak-tidaknya dalam seluruh hidup pecinta bintang. Sukab yang baik hati. Sukab, esok adalah hari bahagiamu. Moga engkau selalu bahagia. Sepuluh tahun waktu yang lama, cukup untuk membuatmu belajar menjadi waras kembali, waktu yang cukup mengubah pandanganmu pada dunia. Mungkin ada yang butuh waktu lebih, tapi moga kamu cukup sekarang. Kamu tidak akan memotong pagi atau siang, atau apapun, terutama senja di sore hari pada empat sisinya. Moga kamu sadar, bahwa ada bintang-bintang berhamburan yang cukup adil untuk kamu memotongnya pada empat sisi dan orang lain pun dapat melakukan hal yang sama, tanpa kita harus berebut. Potonglah!

Hal itu tidak akan menimbulkan kekacauan, dan yang ada hanya kebahagiaan mu dan juga dia, aku, mereka, kita semua. Besok adalah hari pernikahanmu dan aku telah maafkanmu, mengikhlaskanmu, dan senja yang kamu kirimkan, esok saat matahari mulai sampai di ufuk, akan ku kembalikan ia ke tempat semula, agar semua orang yang penuh harapan palsu itu, tersadar, dan menemukan harapan yang sebenarnya. Akan ku rekatkan kuat-kuat, akan ku jahit baik-baik, agar tak lagi terjadi pemotongan senja selanjutnya karena kenaifan pemuda kasmaran. Aku telah memenuhi janjiku Sukab, aku datang, aku tak terlambat, aku bahagia. Malam makin larut, Pantai Bara menjadi sangat dingin, aku semakin sendiri, tenda merayuku untuk rehat, besok pagi hari penting. Pertama senja itu akan kukembalikan dan kedua cincin merah keemasan itu. Ya, sebuah cincin indah dengan cepat telah ku pungut dari langit, tepat sebelum rembulan merah menghilang di balik awan. Besok akan kukenakan cincin ini ke jemari istrimu tercinta, yang akan menjadi kekasihmu selamanya. Ingat Sukab, Dia tak perlu senja, dia hanya butuh kamu menjadi kerlip bintangnya, di saat gelap, selalu. Tentu surat ini tidak akan pernah sampai padamu Sukab, aku berjanji, karena tidak ada yang boleh menjadi malang di antara kita, selain menjadi bahagia, sekan-akan abadi walau telah lama tiada seperti bintang. Alina Terinspirasi dari Mas Seno Gumira Ajidarma dalam “Sepotong Senja Untuk Pacarku� dan “Dunia Sukab.�


Lingkungan

BIJAK BERSOSIAL MEDIA: MENGURANGI DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN Teks Oleh: Andarwati Ilustrasi Oleh: Kurniawan Kulau

K

eanekaragaman sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia memang tidak terpungkiri lagi. Dari tepi pantai hingga puncak gunung, ribuan bahkan jutaan wisatawan yang datang ke Indonesia mengacungkan dua jempol terhadap keindahan alam Indonesia. Tak heran jika para wisatawan, baik domestik maupun internasional ingin mengabadikan keindahan tersebut dengan memotretnya, kemudian diunggah ke media sosial masing-masing. Sekilas tak ada yang salah dengan hal tersebut, namun jika kita menelisik lebih jauh, tentu kita akan tersadar bahwa unggahan tersebut dapat membawa dampak yang buruk

bagi lingkungan. Orang-orang yang melihat foto yang kita abadikan dan merasa bahwa tempat tersebut instagramable pun menjadikannya sebagai destinasi wajib untuk didatangi. Sayangnya, kebanyakan dari mereka hanya ingin mengabadikan dirinya bersama tempat tersebut tanpa merasa perlu untuk menjaganya. Teknologi terus saja berkembang tiap harinya. Selalu saja ada terobosan baru yang tercipta dari kecerdasan dan kreativitas manusia. Salah satu pencapaian terbesar umat manusia pada abad ini ialah ditemukannya internet. Melalui internet, kita dapat mengakses apa saja yang kita inginkan, mulai dari informasi, hiburan,

pendidikan, dan lain sebagainya. Salah satu produk internet ialah media sosial yang tujuan utamanya sebagai wadah untuk mengekspresikan diri. Bahkan, karakter seseorang dapat diketahui dengan melihat bagaimana orang tersebut mengelola akun media sosial miliknya. Media sosial yang merupakan salah satu media komunikasi massa kini beralih fungsi menjadi media untuk mengutarakan hal-hal yang bersifat privasi. Kebutuhan untuk tampil membuat individu lupa akan hal-hal yang boleh dan tidak boleh diutarakan atau ditampilkan pada akun media sosial miliknya. Hal ini menyebabkan media 27 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Lingkungan

Bijaklah menggunakan media sosial sebagai ajang aktualisasi diri, agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi orang lain dan lingkungan. Jika bukan diri kita, lantas siapa? Jika tidak dimulai dari sekarang, lantas kapan?

sosial membuat penggunanya secara tidak langsung cenderung untuk terus memperbarui akun miliknya. Baik berupa mengunggah foto, video, audio yang disertai dengan caption maupun tulisan saja. Di akun media sosial, kita cenderung memperbarui postingan-postingan. Baik itu berupa foto maupun tulisan. Jika ingin terlihat lebih keren, maka kita akan mengunggah foto-foto kita pada saat berada pada tempat-tempat dengan pemandangan yang indah, lengkap degan menuliskan caption untuk menggambarkan foto tersebut. Bahkan tak jarang ada yang rela mendaki ke puncak gunung untuk mengambil swafoto dengan latar awan atau puncak gunung, lalu diunggah ke media sosial miliknya. Keserakahan, gengsi, ego yang besar, membuat kita lupa akan dampak buruk yang di timbulkan. Pergi mendaki hanya sekadar untuk terlihat keren, namun melupakan dampak buruk bagi lingkungan. Seperti sampah yang kita tinggalkan di gunung, lapisan tanah yang mulai terkikis dan akhirnya menyebabkan longsor. Aldi Ashar Mappa, salah seorang anggota Komunitas Pecinta Alam mengemukakan bahwa dirinya begitu menyayangkan perilaku masyarakat yang tidak mencintai alam sebagaimana mestinya. Ia menceritakan bahwa pernah di suatu daerah di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah air terjun besar yang sangat indah dan dikelilingi oleh tebing-tebing yang sangat curam. Berawal dari sebuah foto yang diunggah oleh seorang warganet, masyarakat sekitar Bone pun mulai berbondong-bondong untuk mendatangi tempat tersebut. Namun tak disangka-sangka, tiba-tiba saja terjadi longsor dan air pun meluap sehingga menewaskan satu orang pada kejadian tersebut. “Air terjun yang selama ini kami jaga, dan sebisa mungkin jangan sampai terekspos akhirnya rusak hanya karena keegoisan manusia,� terang Aldi.

28

| Edisi 25 Tahun 2017

Di kota-kota besar pun tak ubahnya sama, gedung-gedung puluhan tingkat berlomba-lomba dibangun, sebagai tanda betapa modernnya kota tersebut. Gedung-gedung inilah yang juga menjadi incaran pengguna media sosial untuk dijadikan sebagai latar berswafoto yang kemudian diunggah ke akun miliknya. Seolah terlupa bahwa untuk membangun sebuah gedung membutuhkan begitu banyak bahan yang berasal dari pohon dan sumber oksigen. Tatkala sebuah gedung roboh, media pun berlomba untuk memberitakannya, mulai dari jumlah korban hingga kerugian finansial yang ditimbulkannya. Hal ini berbanding terbalik jika sebuah pohon yang tumbang karena diterpa angin kencang, selama tidak ada korban dan kerugian yang ditimbulkan, maka hal tersebut hanyalah dianggap sebagai suatu kewajaran. Mengapa kita tidak kunjung sadari jika tanpa pohon kita tidak akan bisa menghirup oksigen secara bebas. Melihat perbandingan jumlah kendaraan bermotor yang dan jumlah hutan saat ini, cepat atau lambat kita hanya akan menangis karena kekurangan oksigen. Media sosial memang memiliki segudang manfaat. Hanya bermodalkan media sosial, kita dapat menjalin komunikasi jarak jauh dengan teman lama atau mendapatkan teman baru, bahkan belakangan ini fungsinya merambat menjadi wadah untuk mempromosikan barang dan jasa. Bijaklah menggunakan media sosial sebagai ajang aktualisasi diri, agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi orang lain dan lingkungan. Jika bukan diri kita, lantas siapa? Jika tidak dimulai dari sekarang, lantas kapan? Semoga keindahan alam yang kita nikmati saat ini masih dapat dinikmati pula oleh anak cucu kita kelak. Maka jaga dan lestarikan alam kita untuk keberlangsungan seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi.


29 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Technoside

DSLR VS MIRRORLESS Teks Oleh: Fadhila Nurul Imani, Hanry Febrian P. Ilustrasi Oleh: Kurniawan Kulau

P

ada abad ke-20 ini teknologi sudah sangat berkembang, teristimewa untuk kamera itu sendiri. Dulu, kita telah mengenal kamera dengan basis analog yang menjadi primadona pada zamannya hingga saat ini meski peminatnya telah berkurang. Namun, kamera analog tadi sudah bertransformasi menjadi kamera dengan basis digital, yang lebih mukhtakhir dan lebih instan penggunaannya. Zaman ini, kebiasaan memotret sudah sangat lazim, hampir sebagian masyarakat menganggapnya sebagai sebuah kebutuhan, terutama untuk kebutuhan media sosial. Seperti yang marak saat ini yakni mengunggah foto-foto di Instagram dan bahkan video kesehariannya atau biasa di sebut video blogger di Youtube sehingga terkesan menjadi ajang pa30

| Edisi 25 Tahun 2017

mer-pameran di media sosial. Hal ini tentunya memerlukan perangkat pendukung seperti kamera. Meskipun saat ini telah tersedia ponsel pintar yang mempunyai kamera yang resolusinya nyaris setara dengan kamera digital, namun terkadang ada hasrat ingin memiliki keduanya. Sehingga bisa di katakan bahwa kebutuhan akan kamera menjadi salah satu kebutuhan yang utama. DSLR atau Digital Single Lens Reflex, menjadi kamera yang mendominasi saat ini. Kamera ini dianggap lebih cakap untuk menangkap momen-monen yang biasanya tidak terduga. Untuk kamera DSLR sendiri, saat ini masih di kuasai oleh dua vendor dunia, yakni Canon dan Nikon, meninggalkan vendor-vendor yang lain, seperti Pentax, Olympus, Leica, Fuji, dan lainnya. Namun, nampaknya saat

ini kamera DSLR harus mulai merasa awas dengan kemunculan kembali kamera mirrorless yang sempat meredup, yang kini nampaknya menjadi kamera ‘pujaan’ teristimewa untuk 2016. Fujifilm, merupakan vendor yang mencoba menaikkan kembali popularitas mirrorless seperti dulu yang memulainya dengan Fujifilm Mirrorless seri Sony A7R II dan TX-10. Di desain dengan bentuk yang unik dengan warna yang beragam, tak heran mirrorless ini mampu menyita perhatian masyarakat terutama kaum hawa. Kini kamera mirrorless menjadi perbincangan dan happening saat ini sehingga terjadi persaingan ketat antara kamera DSLR dan mirrorless. Kehadiran mirrorless tatkala membuat para pengguna DSLR sedikit dilema, tak banyak dari mereka yang akhirnya berubah haluan mengguna-


Technoside

Pada abad ke-20 ini teknologi sudah sangat berkembang, teristimewa untuk kamera itu sendiri. Dulu, kita telah mengenal kamera dengan basis analog yang menjadi primadona pada zamannya hingga saat ini meski peminatnya telah berkurang. Namun, kamera analog tadi sudah bertransformasi menjadi kamera dengan basis digital, yang lebih mukhtahir dan lebih instan penggunaannya.

kan kamera mirrorless dengan alasan lebih praktis serta kualitas gambar yang ditawarkan mirrorless tidak jauh berbeda dari kamera DSLR pada umumnya, begitu pula dengan fiturfitur di dalamnya yang hampir mirip dan lebih canggih. Menggunakan kamera mirrorless hasil foto jepretan kamu sudah bisa langsung dipindahkan ke perangkat seperti gawai menggunakan koneksi Wifi sehingga saat itu juga kamu sudah bisa mengunggahnya ke media sosial. Namun, ada pula yang memilih untuk tetap bertahan dengan alasan kebutuhan, sudah terlalu nyaman menggunakan kamera DSLR, dan juga karena telah memiliki banyak aksesoris DSLR seperti lensa sehingga sayang untuk dijual. Dari segi fisik, kamera mirrorless memang menjadi juara karena sengaja didesain dengan body dan lensa yang lebih kecil dan ringan. Berbeda dengan kamera DSLR yang memiliki ukuran body yang lebih besar dan berat sehingga kamera mirrorless terkesan lebih praktis dan mudah dibawa ke mana-mana. Namun bagi para fotografer profesional, kamera DSLR dianggap masih unggul karena banyaknya aksesoris yang ditawarkan seperti beragam lensa dan alat-alat lainnya sehingga dapat menghasilkan beragam variasi foto yang menarik. Dibandingkan dengan mirrorless yang minim aksesoris sehingga hasil foto yang terkesan monoton. Baterai mirrorless yang terbilang boros juga menjadi alasan bagi para fotogra-

fer profesional untuk tetap memilih DSLR karena merasa tidak cocok dengan kebutuhan pemakaiannya yang membutuhkan jangka waktu yang lama. Jika dilihat dari segi pangsa pasar, penjualan kamera Mirrorless saat ini memang meningkat dan sedikit lebih unggul ketimbang kamera DSLR. Menurut Canon, penjualan kamera DSLR saat ini mulai merosot dan sebagian besar penggunanya “bocor� ke mirrorless. Namun, sebagai pemimpin pasar, Canon punya banyak pengguna dan pengikut. Sebagian masih setia dan punya kekuatan lain, yaitu koleksi lensanya banyak dan terjangkau, demikian juga aksesoris resmi dan juga dukungan pihak ketiga yang banyak. Mirrorless yang paling banyak digandrungi saat ini dan penjualannya meningkat ialah keluaran Fujifilm. Dalam waktu relatif singkat, yaitu sekitar empat tahun, Fujifilm telah bangkit dari nol menjadi kekuatan yang disegani di dunia kamera digital. Banyak pengguna kamera DSLR atau pengguna kamera analog pindah ke sistem Fuji karena ukurannya yang relatif compact. Desain kamera dengan kendali yang seperti kamera film. Reputasinya sebagai pembuat lensa yang piawai juga membantu, dan terlebih mereknya yang sudah terkenal di dunia fotografi sejak berpuluh tahun yang lalu. Pengalaman Fuji dari film, banyak pilihan simulasi film yang menghasikan warna foto seperti warna film zaman dahulu se-

perti Fuji Astia, Velvia, sampai Classic Chrome (menyerupai film legendaris Kodachrome). Tren kamera mirrorless diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, dan diprediksi akan melahap 45 persen pangsa pasar kamera SLR nantinya. Lantas kamera yang mana yang menjadi pemenang? Tentunya keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, bukan? Semua ini tergantung pada kebutuhan dan segmentasi penggunanya. Jika ingin digunakan hanya untuk memperoleh foto atau gambar untuk kebutuhan hiburan atau media sosial tanpa memerhatikan keahlian fotografi, sebaiknya menggunakan kamera mirrorless dengan bentuk yang ringkas dan pengaturan yang mudah sehingga mempermudah proses pemotretan. Namun, jika ingin digunakan untuk mendalami tentang fotografi untuk memperoleh foto dengan estetika tinggi, sebaiknya menggunakan kamera DSLR. Di samping kamera ini memang ditujukan untuk pengguna yang memiliki dasar keahlian fotografi juga terdapat perangkat eksternalnya yang dapat menunjang pemotretan. Baik DSLR maupun mirrorless keduanya masih akan tetap melakukan persaingan ketat. Kvveduanya tentu akan terus berusaha menawarkan inovasi terbarunya seiring dengan perkembangan zaman.

31 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Photo Story

ANUGERAH TUHAN YANG LAIN Foto dan Teks Oleh: Agung Dewantara

"Tidak apa-apa kamu tuna rungu, tidak apa-apa kamu tuna grahita, yang penting kamu tidak mencuri dan jujur, karena itu adalah anugerah Tuhan,� Guru SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan

32

| Edisi 25 Tahun 2017


Photo Story

M

emiliki keterbatasan dalam berbicara dan pendengaran tidak menghambat jenjang pendidikan bagi laki-laki yang lahir 22 tahun silam. Muhammad Reza adalah sosok laki-laki yang penuh semangat dan periang di mata guru dan teman-temannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Provinsi Sulawesi Selatan Sentra PK-PLK. Siswa yang sudah duduk di kelas XII B (Tuna Rungu) sudah bersekolah di SLB sejak bangku sekolah dasar. Sekolah bagi Reza, panggilan akrab laki-laki yang mengalami

gangguan pendengaran dan berbicara sejak kecil tidak menjadi sebuah halangan baginya dalam mengenyam pendidikan. Selain aktif mengenyam pendidikan formal, Reza juga dibekali oleh sekolah keterampilan menjahit yang diajarkan. Ia mewakili sekolahnya dalam lomba keterampilan menjahit pada Gebyar dan Lomba Keterampilan PK-LK Tingkat Nasional di Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 2-6 September 2015. Saat ini dirinya masih belum memikirkan langkah selanjutnya setelah menamatkan sekolahnya.

33 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Gaya Hidup

HOBI ATAU KEBUTUHAN Teks Oleh: Nurwinda Anggraeny, Rani Wahyuni R. Ilustrasi Oleh: Kurniawan Kulau

B

erkumpul, makan bersama, bercanda gurau, bersama teman-teman adalah hal yang biasa dilakukan. Mulai dari anak muda hingga orang dewasa senang melakukan hal itu. Banyak yang bilang itu sebagai ajang untuk silaturahmi atau hanya sekadar untuk bersantai melepas penat belaka. Terkadang pemilihan tempat untuk berkumpul juga menjadi hal yang mendapat perhatian khusus. Ada yang suka berkumpul di tempat biasa-biasa saja hingga yang luar biasa alias high class. Mulai dari rumah teman, warung kopi, hingga kafe mewah dengan harga menu yang mahal. Di era globalisasi seperti saat ini, kebiasaan seseorang untuk berkumpul bersama teman seakan semakin tinggi. Semakin maju zaman, semakin banyak pula kafe yang mengubah penampilan menjadi lebih modern dengan arsitektur dan desain yang semakin menarik, sehingga tak jarang alasan orang berkunjung ke kafe itu hanya untuk berfoto dengan latar ruangan kafe yang bagus untuk kemudian diunggah di media sosial. Istilah anak zaman sekarang adalah tempat yang instagramable. Gaya hidup memang semakin berubah seiring waktu yang terus berjalan. Pengaruh globalisasi semakin kuat, hingga membuat gaya hidup anak muda di abad 21 ini lebih tertarik untuk mengikuti tren yang ada, termasuk nongkrong atau sering disebut dengan istilah nongki. Bahkan aplikasi nongki (aplikasi yang menyediakan referensi tempat untuk nongkrong yang recomended) juga sudah diciptakan dan bisa diunduh melalui Play Store bagi yang memiliki ponsel 34

| Edisi 25 Tahun 2017

Android. Itu membuktikan bahwa saat ini nongkrong bukan menjadi hobi tapi bahkan kebutuhan untuk sebagian orang. Fenomena nongkrong di kafe yang high class memang saat ini menjadi tren di kalangan beberapa orang utamanya anak muda yang masuk dalam kelas ekonomi yang tinggi. Tidak jarang mereka merogoh kocek dengan jumlah yang besar hanya untuk nongkrong dan menjadi anak yang kekinian. Gaya hidup ini memunculkan pertanyaan apakah nongkrong itu kebutuhan? Hanya sekadar hobi? Atau hanya untuk pamer? Apa sebenarnya manfaat dari nongkrong? Jika alasannya untuk menjalin silaturahmi bersama teman-teman tetapi nyatanya kekuatan gawai lebih besar untuk menjadi pengalih perhatian walaupun kita sedang bersama teman di dunia nyata. Aktivitas nongkrong belakangan ini hanya diunggah di media sosial untuk kemudian di-love, di-like, dikomentari atau unggahan tersebut nantinya menjadi referensi orang lain untuk berkunjung. “Manfaat dari nongki lebih ke silaturahmi, which is dari nongki itu bisa ngobrol banyak sama teman. Selain silaturahmi, nongkrong juga bisa mendapatkan banyak informasi-informasi bahkan ide pun bisa muncul dari nongki itu sendiri. Secara pribadi untuk nongkrong tidak harus di tempat yang keren atau yang memiliki kelas tersendiri, tapi lebih kepada kenyamanan tempat itu dan fasilitas yang disediakan seperti tempat yang ber-AC dan memiliki Wifi,� jawab Alif Rangga.


35 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Profil

MUHAMMAD GIBRAN: SUKSES ADA KARENA BERANI MENGAMBIL KESEMPATAN Teks Oleh: Dian Rahayu, Megita Anastasia

36

| Edisi 25 Tahun 2017


Profil

S

etiap orang punya cerita dalam mengejar cita-citanya, tidak terkecuali dengan Muhammad Gibran, salah satu presenter news station televisi swasta Kompas TV. Pria kelahiran 8 November 1993 di Lembang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng ini adalah salah satu alumni Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unhas. Putra Bantaeng yang akrab disapa Gibran ternyata pernah bercita-cita sebagai dokter gigi semasa kecilnya. “Waktu kecil saya bercita-cita sebagai dokter gigi, namun ketika memasuki bangku kuliah saya memilih untuk menjadi news anchor karena melihat image news anchor itu pintar, ganteng, rapi dan memang pada saat itu menjadi news anchor sedang hitshits-nya,” ungkap Gibran yang akrab disapa Gib. Untuk mencapai cita-citanya, Gibran tidak langsung menggeluti dunia pertelivisian, tetapi dia memulai karirnya melalui radio. Gibran berkarir sebagai penyiar di Madama Radio Makassar kurang lebih selama tiga tahun. Semenjak di Madama Radio, Gibran memegang program Morning Madama. "Di Madama itu asik sudah seperti rumah, kadang saya juga dibawakan hadiah dari fans. Mungkin karena saya men-treatment pendengar saya dengan baik, sehingga hubungan saya dengan pendengar itu baik,” tambahnya. Lewat radio Gibran dapat berkembang pesat, banyak mendapatkan pelajaran dan juga pengalaman. Tidak puas menjadi seorang penyiar radio, Gibran ingin belajar lagi di dunia pertelivisian. Jelang penyelesaian studinya sepulang KKN Gibran mendapat tawaran sebagai penyiar Kompas TV Makassar. Melalui kesempatan besar tersebut dia memulai karirnya sebagai news anchor. Sebelumnya dia sempat mencoba untuk mendaftar di beberapa TV lo-

“Ketika kita memulai sesuatu, jangan berhenti belajar, berusaha, selalu berdoa dan yakin semuanya akan berjalan lancar, yang terpenting jangan berhenti mencoba dan jangan takut salah” kal dan dengan usaha, berdoa, serta keyakinan, akhirnya Gibran berhasil menjadi seorang news anchor di Kompas TV Makassar. Setelah satu tahun lebih di Kompas TV Makassar, dia memilih untuk berprestasi lebih dalam dunia penyiaran tingkat nasional dan mencoba lagi tes ke Kompas TV Nasional. “Akhir tahun 2015, saya lebih ingin meng-upgrade diri dan memberanikan diri ke TV Nasional untuk mengembangkan karir. Ketika itu, saya mencoba mengirim surat ke Aiman Wicaksono dan Alhamdulillah saat itu surat saya direspon dengan baik,” jelas Gibran. Ketika ditanya siapa saja yang selalu memberi masukan seputar karir, Gibran memilih salah seorang seniornya di Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik), Mudrikan. “Ketika awal saya terjun di dunia broadcasting, kak Mudrikan yang selalu memberi saya saran dan masukan seputar karir,” ungkapnya. Gibran juga mengatakan bahwa Bayu Setiyono, Prabu Revolusi, dan Najwa Shihab adalah idolanya di dunia broadcasting. Tak hanya itu, Gibran juga mengakui dukungan dari teman dan keluarga sangat mempengaruhi karir yang dia capai saat ini. Gibran memang dikenal dengan sosok yang sangat memiliki banyak talenta. Ketika berkuliah, Gibran tidak hanya aktif sebagai penyiar radio maupun news anchor di TV lokal. Dia juga sempat aktif menjadi pengurus Kosmik periode 2015-2016 sebagai Koordinator Broadcasting Radio, dan juga aktif di bidang olahraga Karate. Selain itu, Gibran juga memiliki beberapa prestasi yang tidak kalah dengan yang lain, salah satunya adalah menjadi Taurungka Kabupaten Gowa 2015.

Melihat dari berbagai aktivitas yang dimiliki, ternyata Gibran mempunyai cara tersendiri untuk mengatur itu semua. “Waktu kuliah, saya berusaha untuk menjadi ketua kelas di setiap mata kuliah, jadi saya bisa dekat dengan dosen, bisa mengatur dan mengubah jadwal kuliah sesuai kemauan saya. Selain itu, kita harus menjadi orang yang didengar dan tentunya banyak-banyak bergaul dengan orang lain,” ungkapnya. Ketika ditanya pencapaian terbesar apa yang belum dicapai, Gibran mengatakan bahwa dia cukup melihat apa yang saat ini telah terjadi. Namun jika melihat ke depannya, Gibran juga ingin menjadi seorang Bupati. “Apa yang terjadi saat ini, itulah yang saya jalani, untuk ke depannya saya bercita-cita menjadi seorang bupati. Tapi saat ini, saya masih menikmati profesi saya sebagai news anchor dan masih mencintai pekerjaan saya,” jawabnya. Gibran juga menambahkan bahwa dia sangat bersyukur bisa menjadi jurnalis karena dia dapat belajar dengan melihat pergolakan politik, sistem pemerintah, dan melihat isu-isu bergulir secara langsung dan secara nyata. Menjadi seorang yang terus mencoba hal baru dan tidak takut salah adalah prinsip yang selalu dipegang oleh Gibran dalam proses mewujudkan cita-citanya. “Ketika kita memulai sesuatu, jangan berhenti belajar, berusaha , selalu berdoa dan yakin semuanya akan berjalan lancar, yang terpenting jangan berhenti mencoba dan jangan takut salah," ungkap Gibran.

37 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Journey

ENJ: MISI MENEMUKAN EMPATI DAN RASA SYUKUR Teks Oleh: Zulfah Raihani Achmad

“Kita bukan wisatawan tapi relawan.� Kalimat itu adalah mantra yang menguatkan nurani kami untuk bekerja dengan ikhlas. Di pulau Jinato Kabupaten Kepulauan Selayar, bersama 30 orang peserta lainnya, saya disambut meriah oleh warga lokal. Kapal perintis Sabuk Nusantara 50 sandar tepat sekitar pukul tujuh pagi. Perjalanan 3 hari 2 malam mengantarkan kami memulai misi Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) pada 26 Oktober-5 November 2016.

T

im Trayek R-43 oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia untuk kedua kalinya memilih pulau Jinato sebagai wilayah ekspedisi. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan wawasan kemaritiman generasi muda, serta penguatan konektivitas di pulau-pulau terdepan, terpencil, dan wilayah perbatasan. Pulau ini adalah salah satu pulau kecil dengan luas wilayah 8,48 km2 dan menjadi satu-satunya pulau yang memiliki sumber air tawar di antara pulau-pulau kecil lainnya di Selayar. Beberapa tahun terakhir, pulau Jinato menjadi salah satu tempat destinasi pelancong dalam negeri hingga man38

| Edisi 25 Tahun 2017

canegara. Sepanjang tahun 2016, terhitung sebanyak tiga kali kapal pesiar singgah di Pulau Jinato. Turis yang datang pun berasal dari berbagai negara dan berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Adapun pengunjung dari dalam negeri berasal dari Makassar hingga masyarakat luar Sulawesi. Selama berkegiatan pun selain tim kami, ada satu kapal pesiar yang singgah. mereka berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Inggris, dan Amerika. Ada pula rekan-rekan dari Makassar yang berkunjung saat itu. Semuanya dijamu dengan sangat baik oleh perangkat dengan sangat baik oleh perangkat desa dan warga

lokal. Pertama kali memijakkan kaki di wilayah ini membuat saya berdecak kagum. Kala itu di dermaga, cuaca cerah, bau laut yang khas, ikan-ikan dan terumbu karang, serta pohon kelapa di sepanjang pulau memberi salam penyambutan dan mengantar kami tiba di tujuan. Saya teringat Sekretaris Daerah Selayar saat menyambut kami di Kantor Bupati, ia benar bahwa kawasannya adalah surga bawah laut. Tanpa menyelam, ikan-ikan dan terumbu karang bisa dinikmati dengan indah. Di sana pula, yang oleh masyarakat lokal menyebutnya ikan duyung, bisa saya saksikan. Segala macam barang bawaan pun


Journey turut serta bersama kami. Semacam bekal untuk melengkapi kehidupan kami selama berkegiatan. Pada dasarnya, wilayah ini jauh dari kota, kebutuhan sehari-hari diperoleh dengan harga yang mahal, beberapa keperluan lainnya pun sulit didapatkan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran kami bawa dari Makassar. Sedang masyarakat lokal sendiri memenuhi kebutuhan sayurannya dari hasil pulau tetangga. Tapi soal ikan atau hasil laut lainnya tentu kami tidak khawatir. Pulau Jinato termasuk daerah yang masih menyimpan kearifan lokal. Masyarakatnya ramah, mereka tumbuh dengan menjaga tradisi adat. Mereka memiliki kemampuan mengumpulkan hasil laut dan tingkat pengetahuan tekhnik pengelolaan sumber daya alam yang masih terbilang sederhana. Di antara mereka, kaum laki-laki ada yang mencari ikan secara pribadi dan ada pula secara berkelompok. Perempuan bekerja di rumah, menjaga anak-anak, dan membantu mengelola hasil tangkapan seperti mengeringkan ikan. Anak-anak tumbuh dengan riang gembira, mereka belajar melalui institusi-institusi pendidikan yang terdiri atas satu Taman kanak-kanak, satu Sekolah Dasar (SD), dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anak-anak yang menempuh jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) biasanya memilih melanjutkan pendidikan di Bulukumba, dan setelahnya meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi di Makassar atau memilih bekerja membantu orang tua. Tim kami membawa misi pengabdian untuk menjalankan program yang berbasis pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Saya memilih untuk berada di tim ekonomi bersama tiga rekan lainnya. Kami melaksanakan program literasi keuangan untuk peserta didik tingkat SMP, juga memberikan pelatihan pengelolaan dan pengemaan hasil laut kepada penggerak PKK. Sedangkan

tim lainnya melaksanakan misi penting seperti melaksanakan program Indonesia Cemerlang, English for Fun, pemeriksaan kesehatan gratis, artificial reef, dan penanaman pohon. Selain itu, kami juga membangun taman baca yang ditujukan untuk anak-anak. Harapannya, tempat tersebut bisa menjadi ruang bermain sekaligus ruang belajar, juga untuk menanamkan budaya membaca sejak dini. Anak-anak tidak banyak tahu pula tentang bank, mereka menyimpan uang di rumah. Ibu dan ayah mereka tidak pernah beralasan untuk pergi ke ATM dan tidak ada asuransi untuk menjamin keluarga. Beberapa anak-anak memperoleh uang jajan dari hasil menjual buah jambu kepada kami. Ibu-ibu berjualan kerupuk, sio-may, atau es manis sebagai jajanan anak-anak. Kami memberi pelatihan pengemasan produk, berharap ibu-ibu bisa menambah penghasilan ke-luarga dengan memperluas pasar. Bersama anak-anak kami belajar bertanggung jawab pada lingkungan, mahsyurnya pulau Jinato terletak pada tangan masyarakatnya sendiri. Tugasnya menjaga kelestarian te-rumbu karang dan laut agar ikan-ikan dapat hidup dengan baik. Suatu hari, ingatan tentang kehidupan kota kemudian membuncah saat saya membutuhkan akses jaringan komunikasi. Salah satu cara memenuhinya di pulau Jinato adalah menuju pinggir laut sebelah barat karena tidak semua daerah di pulau ini dapat menangkap sinyal dengan baik. Hal itu menjadi tantangan tersendiri. Tentang hiruk pikuk kota dan segala kemudahan yang ditawarkan. Di sana kami menjalani kehidupan yang sebaliknya, juga rela tanpa arus listrik yang hanya tersedia pada pukul 6 petang hingga 10 malam. Pada siang hari, kami pun harus beradaptasi dengan cuaca panas tanpa pendingin ruangan. Apapun itu, toh orang-orang baik-baik saja tanpanya. Kita hanya butuh lebih memak-

nai segala yang kita miliki. Pada hakikatnya, kami tidak harus memosisikan diri sebagai orang asing, sejak saat itu hingga kini kami adalah bagian dari masyarakat pulau Jinato. Kami belajar bahwa tidak semua orang punya kesempatan dan kehidupan yang sama. Perbedaan cara pandang dan corak kebudayaan tidak menjadi strata di antara kami. Nilai dan norma sosial sepatutnya menjadi pegangan pada proses sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat di manapun kita berada, terlebih lagi bagi kita yang telah mengenyam pendidikan yang katanya “tinggi�. Suatu hari di tengah makan siang Kak Jinnah, pemilik rumah tempat kami tinggal bercerita, ada turis yang pernah berkunjung di pulau ini, mereka disambut dengan meriah lengkap dengan tarian adat. Setelah kunjungannya selesai, mereka mengakhirinya dengan memberikan hadiah untuk anak-anak. Hadiah tersebut diserahkan secara simbolis kepada pihak kepala sekolah SD. Setelah meninggalkan pulau Jinato, kardus hadiah tersebut dibuka, ternyata berisi pakaian dalam dan pakaian serba mini, beberapa diantaranya juga basah. Rasa kecewa dan marah oleh masyarakat beradu. Mereka tidak menyangka akan menerima kunjungan yang berakhir dengan kekecewaan. Alhasil, barang tersebut dibuang begitu saja. Bagi masyarakat lokal, hal ini semacam penghinaan dan tidak menghargai masyarakat. Oleh karena itu, alasan lain keberadaan kami selama sepuluh hari tidak terlepas dari kesadaran untuk terus belajar saling menghargai dan berbagi. Pengetahuan yang diperoleh selama ini sesungguhnya untuk merendahkan nurani dan jiwa kami untuk menjadi lebih bijaksana, bahwa institusi pendidikan yang sesungguhnya terletak dalam masyarakat dan lingkungan, serta tentang bagaimana kita menempatkan diri di ruang-ruang sosial.

39 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Salah satu pekerja di Pabrik Genteng Majalengka, 2016 Foto oleh: Rizki Rivan 40

| Edisi 25 Tahun 2017


41 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Budaya

PERNIKAHAN DALAM ETNIS BUGIS Teks Oleh: Jasmine Aulia Lorca Foto Oleh: Azwar Asnan

P

erkawinan yang dalam istilah etnik Bugis berarti siala atau "mengambil satu sama lain" merupakan ikatan timbal balik antar seorang perempuan dengan lakilaki. Perkawinan merupakan awal bagi mereka untuk membina rumah tangga. Siala dalam kebudayaan Bugis memiliki tata cara dan adat istiadat dalam prosesi pelaksanaannya tersendiri yang dijaga turun-temurun. Dalam masyarakat Bugis biasa, pernikahan dilakukan untuk menyatukan dua keluarga yang dikenal maupun tidak dikenal, sahabat atau bahkan mitra usaha dengan menjodohkan dan menikahkan anak mereka. Oleh 42

| Edisi 25 Tahun 2017

karena itu, pernikahan bisa juga dikatakan membuat orang lain (tau laeng) jadi bukan orang lain (tennia tau laing). Selain itu, dalam masyarakat Bugis juga terdapat perkawinan yang dilakukan dalam keluarga sendiri. Dalam arti pernikahan antar sepupu. Adapun pernikahan dengan sepupu satu kali dianggap "terlalu panas" sehingga perkawinan dengan sepupu kedua, ketiga, dan keempatlah yang dianggap ideal untuk masyarakat biasa. Pernikahan antara sepupu satu kali biasanya dilakukan oleh kaum bangsawan bugis untuk menjaga "darah putih" mereka tetap "kental".

Adapun pasangan yang akan dinikahkan harus berasal dari generasi atau "angkatan" yang sama. Pernikahan tidak boleh diadakan antara dua generasi yang berbeda. Misalnya pernikahan antara kemenakan dengan paman ataupun bibi mereka dan bahkan sepupu dengan perbedaan tersebut dipatuhi dan sangat jarang terjadi pelanggaran. Sebelum pernikahan dilangsungkan pihak laki-laki wajib memberikan mas kawin dan mahar yang terdiri dari dua bagian. Pertama, dui' menre' atau uang panai' (secara harafiah berarti uang naik) yang diberikan kepada pihak perempuan dari pihak laki-laki


Budaya untuk pesta pernikahan. Jumlah "uang panai" yang harus diberikan ini ditentukan oleh pihak perempuan dan disepakati bersama. Kedua sompa (secara harafiah berarti "persembahan") berupa uang rial atau biasa disebut uang 'rella' yang besarnya juga ditentukan oleh pihak perempuan. Sompa ditetapkan sesuai dengan status perempuan dan menjadi hak miliknya. Mahar atau lise' kawing (hadiah pernikahan) yang biasanya berbentuk uang yang akhir-akhir ini diganti dengan musaf Al-Quran.

kepada calon mempelai perempuan dan keluarganya. Setelah semua persyaratan disepakati, ditentukanlah hari untuk pengukuhan (mappasirakkeng yaitu 'saling menyimpulkan') kesepakatan. Dihari mappasirakkeng, passio' yakni 'pengikat' dibawa untuk calon pengantin perempuan, berupa sebuah cincin beserta sejumlah pemberian simbolis lainnya misalnya tebu, sebagai simbol sesuatu yang manis, buah nangka diibaratkan harapan (minasa) dan lainnya. Lalu ditentukanlah hari pesta pernikahan.

Sebelum acara atau prosesi pernikahan dilakukan, terdapat banyak tahapan yang harus dilewati. Bagi kaum bangsawan, garis keturunan diteliti secara saksama untuk memastikan status kebangsawanan mereka sesuai atau tidak.

Terdapat dua tahap dalam melangsungkan pesta pernikahan yaitu mappa'botting dan mapparola. Acara pernikahan (mappabotting atau menre' botting yang berartu 'naiknya mempelai') dilakukan di rumah mempelai perempuan tanpa dihadiri orang tua dari mempelai laki-laki. Mapparola yaitu membawa pengantin perempuan ke rumah mertuanya. Prosesi ini dilakukan setelah pernikahan terlaksana.

Mammanu' manu' yang artinya 'berbuat seperti burung-burung'. Seorang atau beberapa orang perempuan akan dikirim untuk berkunjung ke rumah pihak perempuan untuk mencari tahu seluk-beluknya. Kunjungan ini dilakukan seperti kunjungan biasa dan tidak resmi. Jika setelah kunjungan tersebut pihak laki-laki merasa tertarik maka akan dilakukan kunjungan kedua yang lebih resmi untuk menyatakan secara halus maksud dari kunjungan tersebut dengan menanyakan apakah perempuan tersebut belum ada yang mendekati? Apakah pintu masih terbuka (untuk melamar)? Hal tersebut dibicarakn secara halus sehingga pihak kedua tidak akan merasa malu jika pembicaraan mereka tidak berhasil. Jika pihak perempuan mengisyaratkan 'lampu hijau', kedua pihak akan mulai membicarakan waktu yang tepat untuk mengadakan lamaran secara resmi atau ma'duta. Selama proses pelamaran kedua pihak keluarga akan meneliti lebih jauh mengenai garis keturunan, kekerabatan, status, dan harta masing-masing. Untuk prosesi pernikahan, juga akan disepakati bersama besarnya sompa dan dui' menre' serta hadiah persembahan

Di acara pernikahan, mempelai lakilaki datang ke tempat acara pernikahan bersama para pengiringnya yang didahului dengan penyerahan sompa. Pada zaman dahulu, pengantin laki- laki harus melewati sejumlah rintangan sebelumnya, seperti barisan pasukan kuda atau pertunjukan silat. Setelah itu, mempelai laki-laki dipersilakan menyerahkan hadiah kepada pengawal. Untuk pria bangsawan tertinggi, terdapat ritual khusus yaitu dialog antara pihak mempelai laki-laki dengan seorang Bissu yang mewaliki mempelai perempuan. Sang Bissu akan berbicara dari atas rumah (rumah adat masyatakat Bugis umumnya tinggi dan menggunakan tangga untuk naik) menanyakan pengakuan mempelai laki-laki benar-benar turunan dari to risompa wali yaitu status kebangsawanan tertinggi yang memiliki 'darah putih', Darah Dewata dan bukan dari keturunan La Bulisa' (seorang pelayan Dewata yang menyamar menjadi anak Dewata untuk

mengawini putri Datu Jawa). Selama proses dialog berlangsung, bissu dan pengantin pria, masing-masing memegang lawolo (sehelai kain patola dan kain kaci yang dipilin, menyimbolkan pelangi masa La Galigo dan pohon walenreng). Lawolo merupakan simbol yang hubungkan antara bumi yang diwakili oleh mempelai laki-laki dengan langit yang diwakili pihak perempuan. Jika sudah yakin pengantin pria berasal dari bangsawan tertinggi, lawolo perlahan-lahan akan ditarik oleh sang bissu untuk menuntuk mempelai laki-laki naik ke atas rumah sembari disiram dengan butiran bertih (beras yang digoreng). Setalah berada di atas rumah, mempelai laki-laki akan menjalankan prosesi Ijab Kabul setelah mengucapkan kalimat syahadat yang tata caranya mengikuti ajaran Islam pada umumnya. Selanjutnya mempelai laki-laki akan menuju ke kamar mempelai perempuan yang dijaga oleh beberapa kerabat di pintunya. Mempelai laki-laki harus membayar secara simbolis perempuan penjaga pintu kamar mempelai perempuan agar ia dapat masuk. Setelah masuk, mempelai pria harus menyentuh tangan atau pergelangan istrinya (ma'dusa jenne' atau membatalkan air wudhu) serta kadang-kadang ada juga tradisi dimana kedua mempelai secara simbolis 'dijahit' dalam satu sarung. Setelah ritual dan prosesi tersebut, pasangan pengantin pun akan diresmikan dihadapan masyarakat dengan menyandingkan mereka dipelaminan. Dahulu, kedua mempelai harus duduk selama berhari-hari dihadapan ratusan bahkan ribuan tamu. Setelah acara pernikahan selesai, tahap kedua yaitu mapparola, pengantin perempuan akan dibawa ke rumah mertuanya dan disambut oleh orang tua suaminya.

43 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Resensi Buku

NIETZSCHE Teks Oleh : Rachmat Hidayat

“Tuhan sudah mati, kita telah membunuhnya”

F

44

Judul Buku

: Nietzsche

Penulis

: St. Sunardi

Penerbit

: LKiS Group

Cetakan

: Pertama

Jumlah Hal

: xx + 287

Tahun Terbit

: 2011

Harga

: Rp70.000,-

| Edisi 25 Tahun 2017

riedrich Wilhelm Nietzsche merupakan sosok yang mempunyai pengeruh besar dalam dunia filsafat modern. “Aku bukanlah manusia, melainkan sebuah dinamit, membuat orang gelisah, itulah tugasku.” demikianlah ungkapan seorang Nietzsche untuk menggambarkan pemikiran-pemikirannya yang destruktif. Destruktif, tidak dalam arti menghancurkan pemikiran anda ketika menyelami pemikiran-pemikiran Nietzsche yang kontroversial. Hanya saja dia berusaha untuk memperingatkan. Bahwa kapal yang kita tumpangi sedang menuju air terjun. Mula-mulanya Friedrich W. Nietzsche yang datang gagasan atau pemikirannya, memang kontroversial. Bagaimana tidak, dia mendeklara-

sikan kematian tuhan “Tuhan sudah mati, kita telah membunuhnya”, menyatakan perang dengan moralitas, dan bahkan melakukan pemutaran balik nilai-nilai. Tidak heran jika kemudian banyak orang-orang salah kaprah tentang pemikirannya. Buku yang berjudul Nietzsche, bertujuan untuk melakukan telaah pemikiran-pemikiran Nietzsche. Di dalam buku ini akan diuraikan pemikiran Nietzsche tentang tuhan, manusia, dan moralitas. Disajikan secara gamblang lewat pemaparan, yang jernih dan mendalam. Tidak lupa juga pengaruh pemikiran Nietzsche pada pemikir-pemikir sesudahnya. Buku ini juga menceritakan sedikit kisah hidup Nietzsche, untuk bisa memahami bagaimana kondisi


Resensi Buku

“Aku bukanlah manusia, melainkan sebuah dinamit, membuat orang gelisah, itulah tugasku.”

yang dialami oleh seorang Nietzsche, sehingga dia bisa mendapatkan titel gila. Nietzsche dalam mengungkapkan buah pikirannya, dia menulis dengan gaya aforisme.

dari buku ini. Nietzsche menyebutkan bahwa hakikat dunia adalah kehendak untuk berkuasa dan cara untuk menjelaskan segala-galanya.

Aforisme terdiri dari beberapa kalimat saja atau hanya satu paragraf. Bahkan ada juga satu aforisme yang terdiri dari satu kalimat. Satu aforisme ini merupakan gagasan utuh yang tidak tergantung pada aforisme sebelum dan sesudahnya.

Ditutup dengan gagasan tentang ubermensch dan kembalinya segala sesuatu yang berbicara tentang “antropologi” Nietzsche. Tidak lupa dengan para tokohtokoh yang terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Nietzsche. Tentu saja untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh si orang gila itu.

Untuk bisa memahami tulisan-tulisan Nietzsche, paling tidak kita perlu membacanya dua kali. Tentu saja tulisantulisannya penuh dengan bumbu sinistis dan kadangkadang berbau sarkasme. Mungkin karena itulah, dahulu pemikirannya kurang mendapat perhatian. Orang-orang akan merasa terhormat jika mendalami tulisan-tulisan berat Kant, Hegel, dan sejenisnya. Kalau diibaratkan, tulisan Kant dan Hegel bak musik klasik, maka tulisan Nietzsche adalah musik jazz, yang mula-mula di barat dianggap musiknya orang dekaden. Nihilisme, menjadi salah satu titik berat dalam pembahasan buku ini. Nihilisme menjadi bahaya dari segala bahaya dalam tulisannya. Dia melihat nihilisme muncul sebagai akibat kecenderungan orang memutlakkan nilai-nilai moral yang berkembang dalam sejarah. Tentu saja hal inilah yang akan berujung pada fanatisme. Orang-orang tidak lagi mempertanyakan hal-hal itu, namun langsung mempercayai dan mengiyakan hal tersebut. Orang, kata Nietzsche sudah percaya begitu saja bahwa apa yang dilakukan oleh orang-orang baik merupakan cerminan dari nilai-nilai luhur yang harus dipertahankan. Oleh karena itu, harus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sikap seperti ini membuat orang-orang tidak sempat lagi mempertanyakan apa yang disebut “baik” atau sebaliknya “jahat”. Sikap semacam inilah yang mengakibatkan runtuhnya nilai-nilai tertinggi dalam kebudayaan Barat. Inilah nihilisme.

Buku ini cocok bagi Anda yang tertarik untuk mencoba mengenal seorang Nietzsche. Tentu saja buku ini bukanlah kumpulan buku karya Nietzsche. Namun telaah dari pemikiran dan gagasan Nietzsche yang menjadi titik berat untuk memahami sedikit atau gambaran besar apa yang dipersoalkan oleh Nietzsche. Sampai-sampai dia disebut sebagai orang gila. Dengan gaya bahasa yang gamblang, tetapi penuh istilahistilah yang mungkin jarang kita temui. Tentu saja ini akan menyulitkan para pembaca awam. Maka disarankan untuk mencari referensi dari istilah-istilah tersebut. Dalam membaca karya-karya seperti ini, diharapkan para pembaca mempunyai rasa toleransi yang baik. Setidaktidaknya para pembaca sebaiknya menangguhkan dahulu penilaian tentang baik dan buruk. Mencoba melihat dari sudut yang berbeda tentu saja akan membuat Anda lebih memahami bentuk dari model yang coba Anda tangkap. Sebagai kesimpulan, buku yang berjudul Nietzsche ini menjadi salah satu alternatif untuk bisa mendapatkan sudut perspektif baru dalam melihat fenomena yang terjadi di sekitar kita. Nietzsche pada zamannya dianggap orang gila dan gagasan serta pemikirannya dianggap sesat dan membawa keburukan. Tapi, saat ini apa yang dia tuliskan kemudian mendapat perhatian yang besar. Karena dia memang tidak menulis untuk zamannya, tapi untuk abad berikutnya. Dan tentu saja abad berikutnya itu adalah hari ini di mana Anda membaca resensi ini.

Setelah nihilisme, Nietzsche datang dengan gagasannya tentang kehendak untuk berkuasa, yang menjadi fokus

45 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Resensi Film

MENANYAKAN HIDUP LEWAT THE TRUMAN SHOW Teks Oleh: Aziziah Diah Aprilya “Bagaimana jika ternyata hidup kita dijalankan sesuai arahan seseorang di luar sana dan kita tidak mengetahui itu?” Pertanyaan itulah yang muncul di kepala Truman (Jim Carrey) dalam film The Truman Show saat dia mulai menyadari bahwa kehidupan di sekitarnya sangat aneh.

T Sumber Gambar : http://www.imdb.com

Judul

: The Truman Show

Genre

: Satirical Komedy-Drama

Sutradara : Peter Weir Skenario : Andrew Niccol Produser : Scott Rudin, Andrew Niccol, Edward S. Feldman, Adam Schroeder Pemain

: Jim Carrey, Laura Linney, Noah Emmerich, Natascha McEl- hone, Holland Taylor, Ed Harris

Produksi : Scott Rudin Productions Tanggal Rilis : 1 Juni 1998 (Los Angeles) 5 Juni 1998 (United States)

46

| Edisi 25 Tahun 2017

ruman melihat banyak hal yang berpola setiap hari pada orang-orang di lingkungannya, dia merasa pola itu seperti diatur oleh seseorang. Mulai dari kelakuan istrinya yang kadang aneh sampai teman sekantornya yang membuat Truman merasa tidak nyaman dengan kehidupannya. Dia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik hidupnya dan dia ingin mengetahui apa itu.

“We have become bored with watching actors give us phony emotions. We are tired of pyrotechnics and special effects. While the world he inhabits is, in some respects, counterfeit, there’s nothing fake about Truman himself. No scripts, no cue cards. It isn’t always Shakespeare, but it’s genuine. It’s life.” Itulah kata-kata pembuka dari film The Truman Show yang bisa menjelaskan maksud dan tujuan dari acara televisi yang menjadi fokus utama di film ini. Bahwa orang-orang menginginkan emosi yang nyata dari apa yang ditontonnya, oleh karena itu tokoh utama Truman digambarkan sebagai seseorang yang sejak lahir tidak mengetahui bahwa hidupnya telah diatur dan dijadikan acara televisi. Dalam film ini, orang-orang di seluruh dunia sangat menggemari acara The Truman Show karena kisah nyatanya dan betapa polosnya Truman untuk memilih sesuatu dalam hidupnya. Ada sekitar ribuan kamera yang dipa-

sang tersembunyi di segala tempat, tanpa potongan dan disiarkan 24 jam terus menerus sehingga membuat acara itu sangat diidolakan di seluruh dunia. Acara itu pula menjadi tambang emas bagi para pengiklan yang masuk sebagai produk-produk Truman sehari-hari. Dari busana para aktor dan aktris sampai miniatur rumah Truman merupakan jualan paling terlaris bagi orang-orang. Jim Carrey yang berperan sebagai Truman terlihat sangat sesuai dengan perannya, dialog ceplas-ceplos khas Jim Carrey membuat film ini tidak membosankan dan di sisi lain tidak menutupi makna yang ingin disampaikan. Keunikan film ini juga tidak hanya datang dari cerita dan aktornya saja, tapi dari pengambilan gambar yang berbeda dari biasanya. Peter Biziou, Sinematografer The Truman Show membuat kita ikut merasakan menonton sosok Truman yang tidak mengetahui bahwa hidupnya direkam melalui perpindahan dan shot gambar yang ditampakkan seperti acara televisi di cerita film itu. Film The Truman Show mengambil latar pada tahun 1998 yang merupakan tahun film ini diproduksi. Peter Weir, sutradara film The Truman Show membuat kita melihat teknologi luar biasa yang bisa dipikirkan dan diciptakan oleh manusia. Dia memvisualisasikan sebuah studio raksasa di satu pulau untuk acara televisi yang


Resensi Film

Sumber Gambar: thinglink.com

merupakan drama nyata dari seseorang bernama Truman. Teknologi yang diceritakan dalam film ini memang belum ada karena sampai sekarang tidak ada acara televisi yang menyiarkan hal demikian. Fenomena dalam film The Truman Show mirip dengan hal yang kita kenal saat ini sebagai Vlog (Video Blog) yang banyak beredar di Youtube. Hal ini lantaran Vlog dan The Truman Show sama-sama memperlihatkan kejadian sehari-hari dari sang content creator dan tidak jarang diselipkan promosi suatu produk (iklan), sekali pun Vlog selalu disunting dan biasanya hanya memperlihatkan bagian-bagian yang menarik saja, namun orang-orang menyukai itu, mungkin karena dasarnya orang-orang selalu penasaran terhadap kehidupan orang lain.

jadi di hidupnya, ia mencoba mencari tahu suatu kebenaran terhadap rasa penasarannya. Dia bisa menjadi contoh untuk kita agar tidak menerima begitu saja pilihan-pilihan dalam hidup. Bahwa banyak dalam hidup ini yang harus dipertanyakan dan tentu saja pertanyaan itu bersanding dengan jawaban yang perlu kita cari sendiri. Film ini cocok untuk kita yang butuh hiburan sekaligus bahan untuk refleksi diri. Mungkin dunia memang memiliki banyak kebohongan seperti dunia Truman. Tapi kebenaran itu akan selalu ada bagi orang-orang yang mencari tahu jawabannya. Tugas awal kita adalah menanyakan pertanyaan yang tepat dan mencari jawaban yang tepat pula agar hidup ini tidak berdasarkan dari arahan seseorang di luar sana.

Film The Truman Show bisa juga dikatakan sebagai refleksi diri dengan menyadari keadaan di sekeliling kita. Hal ini karena Truman tidak serta merta menerima apa yang ter-

Film ini menjadi salah satu film yang wajib ditonton oleh siapa pun, terutama bagi mereka yang seringkali menanyakan hal yang terjadi dalam keseharian.

47 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


Puisi

Apa? Oleh: Khairulbariyah

Apa yang kau tahu tentang aku? Seorang malam yang berlagak cerah ataukah pagi yang sejatinya sepi? Aku merindu pada ketiadaan waktu Saat langit senja, bukan sapaan terakhir Saat aku bertemu takdir, Yang Tuhan namai kita. Apa yang ku tahu tentang kamu? Bagai paradoks yang pura-pura asik sendiri, ataukah cinta yang ramai? Kau adalah kerapuhan dalam ranum senja Waktu, yang padanya kau torehkan ribuan memori Kau jadikan kebahagian, bukanlah suatu pilihan Kita sering begitu sibuk hingga baru saja, mengetahui berbagai keindahan Kita sering begitu sibuk hingga tak tahu, hati yang mana terluka Menerima untuk kali kedua Satu hal, yang tak kau anggap nyata Kepada sisa senja di matamu Pada akhirnya, Hanya satu yang jadi simpul keseluruhan sajak Mari kita sedekat pekat dalam purnama Menyatu dalam jarak bagai urat dan nadi Melantunkan sajak Hingga takdir yang memisahkan kita.

48

| Edisi 25 Tahun 2017


Puisi

Seperti Ini Oleh: Andi Feninda Amaliah Syahbani

Hari-hari terlewati seperti ini Setelah waktu subuh terlewati, kita menunggu terbitnya matahari Menikmati sejuknya embun pagi Namun, tidak semua orang bisa menikmati Ada yang ketika terbangun, terburu-buru, dan langsung mandi Ada yang semalam tertidur, paginya tak bisa bangun lagi, ini baru pagi Lihatlah mereka yang berjuang di siang hari Ketika mentari mulai naik dan meninggi Ketika kaki masih harus berjalan dan berlari Warung makan yang mulanya ramai, menjadi sepi Begitulah siang hari Coba tengok, siapa yang bertahan di sore hari Saat sepatu mulai lelah bergesekan dengan lantai Saat rindangnya pohon diiringi oleh angin sepoi Saat totalitas kerja perlahan menjadi lebih santai Saat bercengkrama ditemani dengan secangkir kopi Selamat untuk mereka, para pejuang tak kenal letih Tibalah di penghujung hari Di malam hari, saat rembulan menggantikan mentari Akhir dari perjuangan yang membuat keringat, membentuk pori Akhir dari siang dan sore yang berpolusi Akhir dari insan-insan yang bernurani Insan yang siap menunggu pagi lagi Hari-hari terlewati seperti ini Pagi, siang, sore, malam, hingga pagi lagi Entah kapan semua berhenti Yang kita tau, hanya menjalani

49 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017


KALEIDO

OBSCURA 2016, dilaksanakan pada 4 September 2016

Alumnus Back To Kampus, Seminar Mengenal Media dan Jurnalistik Hari Ini, di Aula Prof. Syukur Abdullah, 19-20 November 2016

Basic Journalism Class, digelar pada Mei 2016 di Ruang A FISIP Unhas.

Basic Course Of Photography “Trust Your Picture� pada Juni 2016 di Gedung Pertemuan Ilmiah Unhas

Biro Challange dalam rangkaian Nurani 2016, di Embun Pagi Malino, Oktober 2016

Peringatan Hari Toleransi dan Hari Filsafat Dunia pada November 2016, di Aula Prof. Syukur Abdullah FISIP Unhas

FIGUR 2016 Mengenal Diri dalam Masyarakat, bertempat di LEC Athirah Baruga Antang pada November 2016

50

| Edisi 25 Tahun 2017


OSKOP Nurani 2016 “Memahami Perbedaan Wujud Persatuan” pada Oktober 2016 di Embun Pagi, Malino

Timelines 2016 “Dengan Esensi Kita Berkomunikasi” diselenggarakan pada Mei 2016 di LEC Athirah Baruga Antang

Hunting Wisata Kifo Kosmik, bertempat di Bulukumba pada Desember 2016

Kosmik Berbagi di Panti Asuhan AlMahabba Makassar pada 29 Juni 2016

Liga Biru Merah, digelar di Lapangan Asrama Mahasiswa Unhas pada Desember 2016

Advanced Broadcast Class, dibawakan oleh Aghni R. Destivani di Lab. Radio Komunikasi pada November 2016

Indie Movie Class, dilaksanakan pada Juli 2016 di Ruang B Fisip Unhas. Salah satu materi dibawakan oleh Fauzi Ramadhan

Broadcastour and Corporate Visit, dilaksanakan pada 15 Desember 2016

Rapat Kerja Kosmik Periode 2016-2017, Tanjung Bayang, April 2016

51 BARUGA | Edisi 25 Tahun 2017



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.