Edisi 1 Tahun 2018
C A P T U R E Life is an Opportunity, Capture it
Liputan Khusus
“Berjualan Kantongan, Tiga Anak Kecil Hidupi Keluarga” Opini
“Becak. Riwayatmu Kini” Laporan Utama
PASAR LELONG RAJAWALI, NYAMAN DI SIANG HARI AMANKAH DI MALAM HARI?
1
CAPTURE
Salam Redaksi
Susunan Redaksi
Assalamualaikum Wr Wb uji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa Tuhan kita yang satu yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan juga memudahkan kami dalam berbagai proses pengerjaan sehingga dapat menyelesaikan Majalah Capture ini.
Penanggung Jawab: Nurul Muthia Amin
Kemudian tak lupa juga kami ucapankan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pembuatan dan pengerjaan majalah ini.
Editor: Fitrayani Arya
P
“Pasar bukan hanya tempat komersial dengan untung rugi di dalamnya melainkan tempat dimana orang-orang berbagi suka dengan sekeranjang ceritanya”
CAPTURE
2
Dengan tagline “Life Is an Oppurtunity, Capture it” kami mencoba memberitahukan pembaca bahwa majalah ini berisi berbagai peristiwa dan informasi yang dimuat berdasarkan fakta. Kami mencoba berkarya lewat tulisan yang seolah mengumumkan bahwa karena karya inilah maka kami ada dan dianggap abadi. Edisi pertama ini kami mengangkat tema “Market and Activity”. Dimaksudkan bahwa tema ini menitik beratkan pada segala aktifitas pedagangan, produk dagangan hingga fasilitas pasar yang berfokus pada peliputan di Pasar Lelong di jalan Rajawali, Makassar. Besar harapan kami untuk majalah ini dapat diterima dan dikonsumsi terus menerus oleh masyarakat.
Pemimpin Redaksi: Teguh Ardiansyah S.
Fotografer: Andika Bhayangkara Reporter: Agustina Zakariah Annisah Desti R. Andi Ainun Fathira Andika Bhayangkara Fitrayani Arya Teguh Ardiansyah Sabir Layouter: Andi Ainun Fathira
Wassalamualaikum Wr Wb
3
CAPTURE
Laporan Utama
Laporan Utama
Interaksi antara konsumen dan produsen di Pasar Lelong Rajawali, pagi hari.
PASAR LELONG RAJAWALI, NYAMAN DI SIANG HARI AMANKAH DI MALAM HARI? Reporter Oleh: Fitrayani Arya Foto Oleh: Andika Bhayangkara
CAPTURE
4
M
asyarakat Indonesia dikenal dengan kegemarannya mengonsumsi hidangan-hidangan hasil olahan seafood. Bukan hanya karena Indonesia merupakan negara maritim, namun salah satu bahan pokok dalam konsumsi masyarakat Indonesia sehari-hari ini sudah sangat akrab dengan lidah-lidah mereka. Maka tak sedap rasanya jika tak mengunjungi tempat-tempat tradisional yang menyediakan bahan-bahan mentah makanan pokok yang satu ini. Salah satu tempat menjanjikan untuk mendapatkan ikan-ikan sebagai bahan dasar olahan seafood ada di Pasar Lelong Rajawali.
seperti hari sabtu dan minggu. Hal ini dibenarkan oleh beberapa pedagang ikan yang merasakan perbedaan banyak pengunjung di hari kerja dengan hari libur.
ditingkatkan, ia menambahkan, “Bahkan kotak ikan juga ikut diambil.” Beliau sangat menyayangkan kehilangan barang dagangan sebagai sumber penghasilan seperti itu.
Keramaian itu tentu dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab apalagi untuk tempat yang sering didatangi pengunjung. Pasar Lelong Rajawali pun tak luput dari intaian kejahatan. Beberapa pedagang ikan mengeluhkan pernah kehilangan ikan yang diawetkan di dalam kotak khusus pada malam hari.
Para pedagang merasa dirugikan sebab kotak-kotak tersebut merupakan kotak yang mereka gunakan untuk berjualan pada siang hari. Apalagi beberapa di antara kotak yang dicuri merupakan kotak baru sebagai bantuan pemerintah kepada para pedagang ikan. Untuk menghindari pencurian, beberapa pedagang ikan mengupayakan agar ikan dagangan mereka laku terjual.
Suara gaduh pisau-pisau pedagang berbaur dengan suara tawar-menawar antara pedagang dengan pembeli di Pasar Lelong Rajawali. Hal ini mungkin tampak biasa bagi warga sekitar, sebab hampir tiap hari pasar ini tidak pernah kekurangan pengunjung. Sebagian besar pengunjung pasar Lelong Rajawali juga telah mengetahui letak-letak pedagang ikan yang hendak mereka beli. Tegur sapa antara pedagang dan pengunjung akan sangat mudah ditemukan di pasar ini. “Rumah saya jauh tapi saya senang berbelanja di tempat ini,” ujar Yaya sebagai salah satu pengunjung tetap Pasar Lelong Rajawali.
“Di sini sering terjadi pencurian. Kalau malam kan ikan ditinggal di sini, jadi ikan-ikan yang disimpan dalam kotak sering hilang,” ujar Muhammad Rusli, salah seorang pedagang ikan di Pasar Lelong Rajawali. Rusli menuturkan bahwa walaupun para pedagang ikan membayar keamanan sebesar lima ribu rupiah per hari, namun kehilangan ikan masih sering terjadi. Menurutnya, rawannya pencurian disebabkan karena yang menangani keamanan di pasar tersebut adalah mereka yang juga bekerja di Pasar Lelong. Kurangnya tenaga kerja keamanan memungkinkan menjadi salah satu penyebab sehingga pihak keamanan tidak mampu menjangkau seluruh lokasi pasar.
Keramaian pengunjung yang terlihat pada hari-hari biasa belum seberapa jika dibandingkan dengan akhir pekan
Pedagang ikan lain bernama Ramli Daeng Erang juga mengungkapkan bahwa keamanan di tempat ini perlu
Kendala tersebut tentu tidak menyurutkan semangat para pedagang ikan dalam meraup keuntungan lebih, sekaligus menghidari kemungkinan kejahatan yang dapat terjadi. Seperti yang dilakukan oleh pedagang ikan, Daeng Maja dan Aris. Daeng Maja menyiasati masalah tersebut dengan melakukan kerja sama dengan satu rumah makan seafood di belakang pasar sedangkan Aris bekerja sama dengan salah satu industri pengolah ikan kemasan.
5
CAPTURE
Liputan Khusus
Liputan Khusus
Ikan Kudu-Kudu, Ikan khas Makassar yang Kurang Peminat di Tempat Asalnya Reporter Oleh: Annisah Desti Foto Oleh: Annisah Desti & Andika Bhayangkara
S
ejak dahulu Makassar memang terkenal dengan makanan lautnya yang mudah didapatkan, harga terjangkau, dan berkualitas baik. Hal ini membuat ikan segar hasil tangkapan nelayan Makassar telah dikirim ke Ibukota Jakarta untuk dipasarkan. Selain menyasar pasar dalam negeri, Dasar Pengenaan Pajak ( DPP ) Makassar juga menargetkan menembus pasar ekspor ikan segar utamanya ke negara-negara Eropa. Banyak sekali jenis ikan yang dapat dijumpai di perairan Makassar. Salah satunya adalah ikan kudu-kudu. Ikan ini juga dikenal dengan nama boxfish merupakan ikan yang berbentuk kotak. Tidak seperti ikan biasa yang relatif pipih, matanya besar menonjol di setiap sisinya. Ditambah lagi, ikan kudu-kudu memiliki corak dan motif tubuh yang cantik layaknya ikan hias. Kulit ikan ini pun tidak seperti kulit ikan pada umumnya. Kulit ikan kudu-kudu, tidak bersisik. Meskipun terdiri atas puluhan atau mungkin ratusan bagian-bagian kecil, namun masing masing tersusun rapat, tidak bertumpuk-tumpuk seperti sisik. Masing-masing bagian tersebut berbentuk segi enam (hexagonal) dan sangat keras. Dengan bagian luar yang sangat keras itu, lebih menyerupai cangkang. Ikan kudu-kudu memiliki cita rasa yang lezat dan juga mengandung protein tinggi serta rendah lemak. Protein pada ikan ini sangat baik untuk mengatasi masalah pencernaan karena dapat diserap usus dengan lebih mudah. Hal tersebut dikarenakan protein pada ikan mengandung serat yang mampu meringankan kinerja pada usus halus. Selain itu kandungan asam lemak omega 3 ikan laut juga mamput mencerdaskan dan meningkatkan daya ingat pada otak. Walaupun ikan kudu-kudu berasal dari perairan Makassar, ikan ini ternyata kurang digemari oleh masyarakatnya sendiri. Di Pasar Lelong Rajawali yang merupakan salah satu pasar ikan terbesar di Makassar, ikan kudu-kudu sangat sulit dijumpai. Hanya ada satu pedagang yang terlihat menjual ikan bernama latin Ostracion cubicus ini.
Selain itu, beberapa pedagang ikan yang tidak menjual ikan kudu-kudu kompak mengatakan kalau alasan mereka tidak menjual ikan tersebut karena kurangnya niat pembeli dan populasi ikan tersebut terbilang langka, “Saya pernah jual ikan kudu-kudu tapi tidak laku. Jadi saya tidak mau jual lagi,” ucap Aldi, salah satu pedagang yang sudah tidak menjual ikan kudu-kudu. Sementara itu, alasan kurang diminatinya ikan kudukudu, mayoritas dikarenakan konsumen tidak tahu bagaimana cara mengolah ikan tersebut. Menurut Intan, salah satu pengunjung pasar, alasan kuat untuk tidak membeli ikan kudu-kudu adalah karena takut jika ikan tersebut mempunyai racun. Akan tetapi, dilansir dari Kompas.com, ikan kudu-kudu hanya akan membahayakan jika salah diolah. “Kalau salah cara motongnya, ikan ini akan terasa pahit karena empedunya pecah. Jadi, saat membelahnya mesti hatihati,” ujar Darwis, pemilik rumah makan yang menjual ikan kudu-kudu.
Sisik ikan kudu-kudu yang tersusun rapat berbentuk segi enam (hexagonal).
Jumlah ikan kudu-kudu yang dijual hanya berjumlah 2-3 ekor saja.
Ikan kudu-kudu jika diolah merupakan kuliner yang digemari oleh wisatawan, namun kurang diminati di kota Makassar sebagai daerah asalnya. Tidak ada jenis kuliner khusus yang hanya berbahan ikan ini. Hanya pada proses olahannya saja, seperti dagingnya yang dipotong kecil lalu digoreng hingga dibakar. Pada umumnya, lebih ke arah cita rasanya saja. Salah satu hal yang menjadi penyebab kurang diminatinya ikan kudu-kudu adalah masyarakat selama ini mengira ikan kudu-kudu berbahaya untuk dikonsumsi. Adanya asumsi bahwa ikan ini mengandung racun menjadi faktor utama masyarakat sungkan mengonsumsinya. Padahal di luar kota Makassar, sudah banyak sekali rumah makan yang menjual makanan berbahan dasar ikan kudu-kudu ini dengan harga relatif tinggi, seperti di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Satu-satunya pedagang menjual ikan kudu-kudu.
yang
Ketika dimintai keterangan pada Jum’at 13 Juli 2018, Rusli yang merupakan satu-satunya pedagang yang menjual ikan tersebut mengungkapkan penyesalannya menjual ikan kudu-kudu. “Ikan kudu-kudu belum ada yang laku, tidak ada yang mau beli,” tuturnya. CAPTURE
6
7
CAPTURE
liputan Khusus
IKLAN
Berjualan Kantongan, Tiga Anak Kecil Hidupi Keluarga Reporter Oleh: Teguh Ardiansyah Sabir Foto Oleh: Andika Bhayangkara
D
i Pasar Lelang Rajawali terlihat banyak anak kecil yang berlari mengikuti pengunjung yang hendak membeli sambil menyodorkan kantongan dan menawarkan jasa angkat barangnya. Dialah Gunawan (13), Farel (10), dan Iksan (13) yang menempuh pekerjaan ini di usia sekolahnya. Disaat anak-anak seusianya yang menikmati masa-masa kecil bermain di rumah dan belajar di sekolah, mereka malah menyentuh dunia pekerjaan. Merekalah para pencari nafkah cilik. Di bahu kanan dan kirinya terdapat beban untuk menghidupi. Si Gunawan yang berhenti bersekolah untuk menghidupi nenek dirumah sejak ayahnya meninggal dunia dan ibunya pergi dari rumah. Si Farel yang juga tidak bersekolah untuk membantu ibunya mencari uang sejak bercerai dengan ayahnya. Si Iksan yang yang sekarang tinggal bersama ibunya membantu mencari uang karena ayahnya yang berada jauh di tanah Papua. Kantongan yang mereka jual perlembarnya hanya sebesar Rp1.000 dan bila pengunjung hendak memakai tenaganya untuk membawa barang maka perkantongnya anak-anak ini mendapat Rp5.000. Penghasilan yang didapat tiap harinya tidak menentu. Kadang mendapat upah lebihdari pengunjung yang memakai jasa angkat mereka.
Tidak tampak kegelisahan di wajah mereka. Jika anakanak ini sedang rehat untuk sekadar istirahat, mereka mengisinya untuk bercerita bersama, saling mencela karena itu yang dianggap seru bahkan bermain dengan saling mengejar satu sama lain. Di balik tanggung jawab untuk menghidupi, mereka pada dasarnya sama dengan anak kecil pada umumnya. Jika anak kecil yang dipahami sibuk memikirkan impian dan cita-cita maka hal itu juga berlaku pada ketiga anak ini. “Biar jualan kantonganka kak mauka jadi tentara juga� kata Gunawan sambil mengangkat dagu. Sama halnya dengan dua anak lainnya yang bercita-cita menjadi seorang polisi dan dokter. Anak-anak ini punya mimpi besar walaupun masa-masa belajarnya direnggut oleh tuntutan untuk menghidupi. Mereka menjalaninya dengan kegembiraan bukan karena keterpaksaan. Selalu ada senyum yang mereka lukiskan di setiap lembaran hari-harinya.
Tidak ada peraturan perundang-undangan mengenai anak yang bekerja di bawah umur. Melainkan peraturan tentang pengusaha yang mempekerjakan anak di bawah usia 15 tahun jika itu mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial (UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 69 Ayat 1). Mereka menjalani hari-hari dengan berjualan kantongan dengan hati yang riang dan gembira.
Source : Info Kosnik CAPTURE
8
9
CAPTURE
Opini
Karya
Nyanyian Abang Becak Karya: Wiji Thukul
Becak, Riwayatmu Kini Penulis Oleh: Teguh Ardiansyah Sabir Foto Oleh: Teguh Ardiansyah Sabir
Cinik sai borik bellaya Bella mamo kamajuanna
K
ota Makassar hari ini telah dewasa dan tumbuh bersama perkembangan teknologi yang pesat. Gemerlapnya kota ini pun merenggut satu persatu produk kebudayaan hasil warisan dari para leluhur. Salah satu produk kebudayaan yang direnggut oleh zaman ialah becak. Jika berkunjung ke Pantai Losari maka terdapat replika becak dengan ukuran yang tiga kali lebih besar sebagai bukti sejarah alat transportasi tutoa rioloa (para leluhur). Melihat realitas yang ada, becak perlahan mulai kehilangan citranya ketika teknologi bergerak begitu cepat mengubah pola pikir masyarakat. Becak yang awalnya terbuat dari kayu dan besi yang dijalankan secara manual dengan menggunakan kaki untuk mengayuh pedal, hari ini telah dimodifikasi secara keseluruhan mulai dari badan kendaraan yang dibalut besi dan dijalankan oleh mesin yang kemudian dikenal dengan nama bentor atau becak motor. Pola konsumtif masyarakat untuk mendapatkan segala sesuatu secara instan dan cepat membuat penggunaan bentor kian meningkat. Ditambah lagi sejak Agustus 2015 transportasi berbasis online telah hadir di Makassar sehingga ketertarikan pada becak makin berkurang. Lampu butuh menyala, menyala butuh minyak Perut butuh kenyang, kenyang butuh diisi Namun bapak cuma abang becak! Maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uang simbok akan kembali mengajak berkelahi bapak. (Wiji Thukul, dalam karyanya ‘Nyanyian Abang Becak’)
CAPTURE
10
jika harga minyak mundhak simbok semakin ajeg berkelahi sama bapak harga minyak mundhak lombok-lombok akan mundhak sandang pangan akan mundhak maka terpaksa tukang-tukang lebon lintah darat bank plecit tukang kredit harus dilayani
Masyarakat dengan cepat beralih dari becak mengingat kendaraan ini sangatlah lambat, bila menaikinya terpapar sinar matahari secara langsung hingga terkena polusi kendaraan lain. Bahkan salah satu alasan mengapa masyarakat tidak menggunakan becak lagi karena merasa iba terhadap tukang becak. Bukan hal keliru, melihat para tukang becak yang berusia 30-40 tahun harus mengayuh pedal dengan jarak yang biasanya cukup jauh. “Umur saya 40 tahun dan sekitar 10 tahun yang lalu saya mengayuh becak,” kata Makja yang merupakan seorang tukang becak di Pasar Lelong Rajawali.
siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok siapa bisa mencukupi sedangkan kebutuhan hidup semakin mendesak maka simbok pun mencak-mencak: “pak-pak anak kita kebacut metu papat lho!” bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho!” si Penceng muntah ngising, perutku malah sudah isi lagi dan suk Selasa Pon ana sumbangan maneh si Sebloh dadi manten!”
Salah satu pangkalan becak di Makassar yang tersisa adalah di Pasar Lelong Rajawali. Tidak terlihat banyak tukang becak disana. Jumlahnya sekitar sepuluh buah becak. Mereka beroperasi sejak subuh hari dan pulang di sore hari. Bermain kartu, tidur, duduk dan bercengkrama sesama adalah aktifitas yang mereka lakukan dalam menunggu pelanggan. Tidak adanya aturan mengenai jalur operasinya membuat para tukang becak di Pasar Lelong Rajawali semakin bertahan dan menikmati pekerjaannya.
jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan
Orang yang hari ini bekerja sebagai tukang becak belum tentu mereka tidak mempunyai bakat dan potensi di pekerjaan lain. Melainkan mereka merasa nyaman dan menikmati pekerjaan ini. Bisa saja merekalah orang-orang yang menolak untuk menua dengan kenangan masa muda yang mengerikan, merasa takut ketika datang terlambat ke kantor, rutintas mengerjakan tugas-tugas penghilang semangat, kehidupan seperti mesin, yang kemudian berakhir dengan pensiun lalu hilang dari masyarakat.
nasib kepadamu duh pangeran duh gusti sebab nasib adalah permainan kekuasaan lampu butuh menyala, menyala butuh minyak perut butuh kenyang, kenyang butuh diisi namun bapak cuma abang becak! maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uang simbok akan kembali mengajak berkelahi bapak. solo, 1984
Becak bukan hanya sebuah alat transportasi yang kemudian diliat sebagai alat berpenghasilan. Tukang becak yang ada hari ini adalah mereka yang berusaha untuk tetap menghidupkannya sebagai warisan budaya juga.
11
CAPTURE
TOKOH
Usia Bukan Penghalang Bagi Pengusaha
Kuliner
Pallubasa Berbahan Dasar Ikan, Kenapa Tidak? Reporter Oleh: Agustina Zakaria Foto Oleh: Andi Ainun Fathira
Penulis Oleh: Andika Bhayangkara Foto Oleh : Andhika Bhayangkara dan Teguh Ardiansyah Sabir
S
alman, orang-orang memanggilnya pak Salman. Sejak usia 9 tahun dia sudah mulai mencari pekerjaan sampingan sambil bersekolah. Ia ikut membantu orang-orang di Pasar Lelong Rajawali, mengangkat ikan yang siap dijual dari laut sampai tujuan ke Pasar Lelong Rajawali Makassar. Sebelum menghampiri beliau, terlihat banyak pedagang yang sibuk melayani pembelinya. Di Pasar Lelong Rajawali saya melihat pedagang ikan dan rumput laut yang ada di sekitar tempat jualannya. Tertarik meliput karena terdapat banyak sekali udang dan cumi-cumi di satu tempat saja yaitu tempat pak Salman berdiri sambil mengurus semua barang-barang yang dimilikinya.
Pak Salman membagikan pengalamannya, disaat berusia 9 tahun beliau sudah mempunyai niat besar untuk mencari pekerjaan sampingan demi membantu ekonomi keluarganya dan mempunyai niat sungguh-sungguh dalam bekerja meski di usia yang masih sangat dini. Tidak banyak orang-orang yang berusia serupa dengan beliau mempunyai niat besar seperti itu. Usaha yang telah didirikan dan diimpikanya, sedikit demi sedikit telah tercapai dengan bersungguhsungguh dan kerja kerasnya. Pak Salman betul-betul menekuni dan terus menabung hasil yang dia peroleh sedikit demi sedikit dari hasil penjualan hasil lautnya selama bertahun-tahun.
J
ika biasanya pallubasa berbahan utama dari daging sapi, berbeda dengan warung yang terletak di kantin Pasar Lelong Rajawali yang justru terbuat dari ikan. Kondisi warung di kantin ini memang sangat sederhana namun itu tidak menyurutkan niat para pengunjung dan pedagang untuk makan disana. Ketakutan kolesterol tinggi dan diabtes saat mengonsumsi daginglah yang menjadi penyebabnya. Cahaya pemilik salah satu warung berhasil memberi alternatif lain kepada orang-orang yang menghindari untuk mengonsumsi daging sapi, sehingga mereka juga dapat menikmati makanan berkuah ini. Namun, tidak semua jenis ikan dapat diolah untuk dijadikan pallubasa, melainkan ikan yang memiliki daging putih dan tekstur yang lembut. Salah satunya yaitu ikan Lamuru yang harganya berkisar 200 ribu untuk ukuran sedang dan harga untuk ukuran besarnya bisa mencapai 500 ribu. Pemilik warung dapat dengan mudah memperoleh ikan Lamuru dan beberapa jenis ikan lainnya dengan harga yang lebih murah. Mengingat lokasi hingga keakraban mereka dengan
para pedagang ikan di Pasar lelong Rajawali. � Dua ekor sampai tiga ekor per hari habis,� ucap Cahaya (13/7/18). Dilihat dari tampilan pallubasa ini, serupa memang tak ada yang berbeda pada umumnya. Tetapi dengan ciri khasnya yaitu kuah yang berwarna cokelat kekuningan, serta tambahan kelapa sangrai dapat menggugah selera makan siapa saja yang hendak memakannya. Perbedaan baru bisa dirasakan ketika telah mencobanya karena rasa ikan tak begitu berubah meskipun banyaknya bumbu yang digunakan. Walau demikian, perpaduan antara ikan dan banyaknya bumbu yang digunakan menjadikan makanan ini begitu nikmat ketika dimakan, ditambah lagi ikan yang begitu lembut serta kuahnya dapat mengembalikan stamina setelah lelah berkeliling pasar. Nah, tertarik mencoba pallubasa ikan? Jangan khawatir, anda dapat mencobanya di warung yang terletak di kantin lantai dua Pasar Lelong Rajawali. Selain Pallubasa, warung lain di kantin ini juga menawarkan beberapa hidangan dengan bahan utama ikan. Di antaranya coto ikan, bakso ikan, dan sop ikan.
Pak Salman mengambil ikan dan hasil laut lainnya dari berbeda-beda kota dari Palopo hingga kota Palu. Kini di Pasar Lelong Rajawali, pengusaha terlaris dagangannya hanyalah beliau. Berbekal keramahan hati dan jujur dia bisa membahagiakan istri dan menyekolahkan anak-anaknya yang kini berjumlah empat orang.
Ikan lamuru yang dipotong dan dibersihkan kemudian diberi bumbu-bumbu lalu diolah menjadi hidangan pallubasa.
Rumput laut yang dijual oleh Pak Salman.
CAPTURE
12
Cumi-cumi dan udang yang juga menghiasi dagangan Pak Salman.
13
CAPTURE
AYO MAKAN IKAN! Mengapa Kita Harus Makan Ikan? Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik dan mudah dicerna tubuh. Selain itu ikan juga lebih murah dan mudah diolah menjadi beragam hidangan. Hampir setiap daerah di Indonesia punya hidangan ikan yang enak dan unik. Tentang khasiat ikan iuntuk kesehatan, William Harris, seorang ahli nutrisi dan metabolisme University South Dakota mengatakan; ‘Konsumsi ikan bisa menurunkan risiko terserang penyakit jantung dan juga kanker.’ Journal of the American College of Cardiology juga mencatat bahwa orang Jepang yang mengonsumsi minimal 100 gram ikan per hari, hanya punya setengah jumlah penderita serangan jantung dibandingkan Amerika Utara. Selain itu ikan laut yang kaya asam lemak omega 3 juga mampu mencegah penyakit Alzhemeir, kanker dan penurunan fungsi memori. Ini karena ikan mengandung sejumlah vitamin dan mineral penting. Sementara sejumlah juru masak di dunia juga mengakui bahwa memasak ikan lebih mudah. Cepat masak, tidak repot memberi banyak bumbu dan rasanya gurih enak. Apalagi harga ikan di dunia selalu lebih murah daripada daging sapi atau daging kambing.
Source : Pinterest
Source : Pinterest
Membuat Sushi Sederhana di Rumah
Resep
Resep
Bahan : 1. Dua siung bawang merah. 2. Dua siung bawang putih. 3. Satu Ikan tongkol rebus. 4. Penyedap rasa secukupnya. 5. Satu bungkus nori 6. Nasi panas. Cara membuat : 1. Suwir kecil ikan tongkol yang telah direbus. 2. Iris tipis bawang merah dan bawang putih kemudian tumis sampai harum. 3. Setelah harum, masukkan ikan tongkol rebus yang telah di suwir. 4. Aduk rata hingga menyatu. 5. Selanjutnya, ambil lembaran nori. 6. Beri nasi di atas lembaran tersebut. 7. Beri nasi sedikit di atasnya, kemudian ratakan. 8. Setelah di ratakan, beri tumisan suwiran ikan tongkol, kemudian gulung.
Source : Pinterest CAPTURE
16
17
CAPTURE
INDIE MOVIE CLASS IKLAN
IKLAN
Indie Movie Class (IMC) adalah wadah pelatihan atau workshop yang diadakan oleh Kifo Kosmik Unhas setiap tahunnya. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dalam bidang perfilman, Ilmu yang didapatkan peserta pada Indie Movie Class ini, diharapkan dapat menjadi bekal utama bagi peserta untuk terjun ke dunia perfilman.. Kegiatan ini diadakan selama kurang lebih 1 bulan.
PRA-PRODUKSI 4-5 AGUSTUS
PRODUKSI 6-12 AGUSTUS
PASCA-PRODUKSI 13-19 AGUSTUS
CAPTURE
18
19
CAPTURE
CERPEN
CERPEN
Someone and Me
Source : Google
Penulis Oleh: Fitrayani Arya
“Destia....” suara itu sungguh mengejutkanku. Fira, sahabatku itu berlari tergesa-gesa ke arahku mengguncang-guncang bahuku dengan nafas yang tersengal-sengal. “Ada apa sih Ra? Kamu dikejar pak Dani karena bolos kelasnya lagi ya?” tebakku membuat bibir mungil gadis itu manyun seketika. “Ihh.. Tia.. aku udah insyaf gak akan bolos kelas fisika lagi kok. Ini hal yang jauh lebih penting.” Katanya sambil merebut es jeruk yang ada di tanganku. Aku tahu pasti hal yang dimaksud Fira ada hubungannya dengan idola-idolanya itu yang entah sudah berapa banyak. “Ini loh Tia, kamu tahu Farel? Penyanyi keren yang mukanya mirip sama Lee Min Ho itu. Kamu pasti tau kan?” tanya Fira dengan mimik muka yang serius. Aku menggelengkan kepala. “Kamu gak tau? Kudet kamu ah... jadi gak seru ngomong sama kamu padahal aku pengen ajak kamu nonton konser yang mau dia gelar.” Kata Fira memandangku dengan wajah sebal. Kalau dipikir-pikir aku memang kudet tapi yah mau bagaimana lagi, aku memang tidak begitu suka memperhatikan siapa saja artis yang tengah naik daun saat ini. Jika ditanya tentang rumus fisika atau apa yang sudah ditemukan oleh Robert Boyle,
CAPTURE
20
Archimedes, dan Simon Ohm mungkin aku akan dengan senang hati membantu tapi jika ditanya kamu tau tidak siapa itu si penyanyi A,B, dan C maka maaf, lebih baik cari orang lain saja. “Terus siapa dong yang bisa aku ajak? Mana aku baru putus sama Dodi Lagi!” Fira menatapku memelas, aku tau apa maksudnya. Sebenarnya aku tidak begitu suka berhimpithimpit di tengah keramaian, tapi demi sahabatku mau tidak mau aku harus menemaninya. “Iya deh iya, aku temenin kamu nonton konser deh.” Fira melompat lompat riang, matanya tampak berbinar saking senangnya. *** Terik mentari benar-benar menyilaukan. Kendaraan umum dari tadi juga penuh terus, sepi rasanya pulang sendiri karena Fira tidak bisa pulang denganku hari ini, dia ada hal penting yang harus dikerjakan. “Bruuukk.” Kurasakan punggungku terjerambab di atas trotoar, sakit. Seseorang dengan setelan kacamata dan topi hitam juga meringis di hadapanku sambil mengelus pinggangnya. Wajahnya tampak familiar tapi aku tidak tau
siapa. Mungkin karena parasnya yang ala Korea membuatnya mirip dengan idol Korea yang sering kulihat di drama. “Maaf ya, aku tadi gak ngeliat kamu berdiri disini. Aku buruburu soalnya.” Laki-laki itu membantu merapikan bukubuku yang kujatuhkan karena ditabrak olehnya. Ia membuka kacamata hitamnya dan tersenyum lembut ke arahku. Dadaku berdebar, mungkin saja pipiku sudah memerah sekarang karena terkesima. Sepertinya orang ini orang baik, walau sekilas tampak seperti penjahat karena setelan bajunya yang serba hitam. “Iya, gak apa-apa kok. Salahku juga berdiri sambil melamun jadi gak ngeliat kalau ada orang lagi lari ke arahku.” Ia tersenyum teduh, lesung pipit di kedua pipinya membuat pria itu terlihat manis. “Aku gak pernah liat kamu di daerah sini, kamu orang baru ya?” aku mencoba mencairkan suasana, tepatnya mencairkan hatiku yang terpaku memandangi orang itu. “Ah..oh... itu.. aku hanya berlibur untuk beberapa hari di sini.” Ia menjawab pertanyaanku sambil menggaruk tengkuknya, ia berubah menatapku aneh seperti orang kebingungan. “Kenapa? Kamu kesasar ya?” tanyaku menebak-nebak. “Ah
enggak kok, oh ya kenalin aku Fiki. Kalau kamu?” bibirnya kembali menyunggingkan sebuah senyum. Fiki? Namanya terdengar lucu. “Aku Destia. Eh udah ada angkot tuh, aku duluan ya.. makasih tadi udah bantu mungutin buku aku.” Kataku sambil berlari kecil menuju angkot. Masih kudengar dari kejauhan ia berkata ingin berjumpa lagi denganku. Entah mengapa hatiku mengatakan ingin bertemu lagi dengannya padahal aku tidak tau siapa dia. Mungkinkah aku jatuh hati secepat itu pada seseorang? Entahlah. *** Akhir-akhir ini Fira tidak bisa pulang denganku, wajar saja karena dia terpilih sebagai peran utama dalam drama musikal yang akan diadakan sekolah akhir tahun nanti. Tapi beberapa hari terakhir ini pula aku selalu bertemu dengan Fiki ketika pulang sekolah, entah apa yang merasuki pikiranku tapi aku merasa nyaman berbincang dengannya. Dia suka bercerita mengenai ahli fisika favoritnya apalagi dia juga kuliah dijurusan ilmu fisika. Tapi menurutku dia tetap orang yang agak aneh, dia selalu menggunakan topi dan jaket yang hampir menutupi wajahnya. Tapi aku tidak bisa serta merta menuduhnya sebagai teroris
21
CAPTURE
CERPEN atau penjahat, mana ada teroris yang kulitnya bersih dan terawat seperti itu. “Hai Tia.. sudah pulang? Mau aku temenin nunggu angkot? Sekalian aku mau diskusiin beberapa studi yang gak aku ngerti.” Fiki tiba-tiba menepuk pundakku ringan.
CERPEN
panggung itu lagi. Yupss, dan sepertinya aku juga ingin lebih dekat dengan seseorang itu. Farel Fikiandi, let me be your friend or.. more than just a friend?
“Eh.. Fiki, kaget aku.” Dia hanya tersenyum kecil melihat ekspresiku. “Tapi kalau boleh tau, kamu kok selalu pake baju tertutup gitu? Terus kayak dikejar-kejar orang. Maaf tapi kamu bukan penyelundup atau teroris kan?” kataku lagi. Dia tertawa kecut. “Kamu beneran mau tau siapa aku ya?” aku mengangguk penasaran. “Gak baik ngomong di sini. Gimana kalau kita ketemuan di konser nanti malam?” katanya lagi. Aku menyetujui tawaran Fiki, toh aku juga sudah mengatur janji dengan Fira sekalian aku memperkenalkan Fiki padanya. “Oke. Sampai ketemu nanti malam.” *** Sudah satu jam aku celingak-celinguk mencari Fiki, tapi batang hidungnya tidak terlihat sama sekali. “Tia, mana orang yang pengen kamu kenalin sama aku?” Tanya Fira. “Aku juga gak tau Ra, katanya kita ketemuan disini tapi kok gak datang ya? Apa karena banyak orang jadi kita gak bisa liat dia?” kataku heran. “Udah deh Tia, kita nikmatin aja dulu konsernya. Itu Farel naik ke panggung” teriak Fira bersamaan dengan sosok yang naik ke atas panggung. Sontak semua penonton berteriak histeris. Tunggu. Walau cahaya lampu tidak begitu terang, namun aku masih bisa mengenali sosok itu. Fiki? Tapi Fiki selalu menggunakan pakaian tertutup dan topi sedangkan orang yang bernama Farel itu mempunyai style sebagaimana halnya seorang penyanyi. “Test...test.. selamat malam semua.” Baru beberapa kata yang orang itu ucapkan, semua penonton seketika berteriak riuh. Tapi suaranya memang seperti suara Fiki. “Sebelumnya aku ingin memberitahu kalian sesuatu. Nama lengkapku adalah Farel Fikiandi, mungkin kalian semua sudah tau tapi ada seseorang di antara kalian yang bahkan gak kenal siapa aku. Dia gak tau aku penyanyi, yang dia tau aku hanya seorang teman baru yang tanpa sengaja selalu bertemu dan berbincang masalah studi dengannya. Jadi aku mau minta maaf sebelumnya karena gak kasih tau yang sebenarnya sama dia.” Kata orang itu panjang lebar. Apa? Apa yang orang itu katakan tadi? Dia memang benar-benar Fiki. Dia bahkan minta maaf atas hal yang tidak seharusnya dipermasalahkan. Tapi entah kenapa jantungku terasa akan copot. Bagaimana tidak, dari ratusan orang yang ada disini kalimat itu tertuju padaku. “Dan untuk orang yang aku maksud tadi, aku pengen lebih dekat sama kamu.. oke guys silahkan nikmati lagu pertama yang bakalan aku nyanyiin.” Kata orang yang berdiri di atas CAPTURE
22
Source : Google 23
CAPTURE
CERPEN
CERPEN
Sepotong Mentari
Source : Google
Penulis Oleh: Fitrayani Arya Gemersik dedaunan berbisik lembut, angin bertiup pelan meliuk-liuk sambil bersenandung dalam keheningan khas sore hari. Tampak seorang gadis tengah menikmati suasana itu, suasana yang sangat jarang ditemui ditengah-tengah perkotaan yang asik mengikuti arus metropolitan. Gadis itu duduk di sebuah bangku di bawah pohon rimbun. Ia menyandarkan punggungnya dengan sesekali menghirup napas berat, matanya nampak sembab menandakan ia habis menangis. Entah mengapa hari terasa sangat panjang untuk dilalui. Seluruh dunia terasa melambat bagi si gadis. Sesekali alisnya mengkerut, sesekali binar matanya meredup. Raganya bagaikan terkunci dengan tangan dan kaki yang lunglai mengisyaratkan ia sedang tidak baik-baik saja. Langit memerah hampir senja tak serta merta meredakan debaran di dadanya. Debaran itu semakin mengguncah tatkala kerinduan yang menyesakkan makin meluap. Tangis gadis itu tiba-tiba pecah, wajahnya tertunduk. Bahkan burung pun ikut merasakan kesedihan dengan tidak bersiul meracau. Ia mengedarkan pandangannya, hanya beronggok-onggok tanah yang ia dapati. Tangisan itu tertuju pada satu onggokan tanah yang didalamnya terbaring orang terkasih. Onggokan tanah itu masih belum ditumbuhi rerumputan liar di atasnya sebagaimana lainnya tanda masih baru.Gadis itu, baru saja kehilangan ibunya. Berbagai perasaan bergemuruh dalam
CAPTURE
24
dirinya, duka tak lagi mampu tersembunyikan. Andai waktu bisa kembali, ia akan berusaha lebih keras, mungkin sangat keras untuk mengurangi bertumpuk-tumpuk rasa penyesalan pada sang ibu. Andai mungkin waktu bisa kembali, ia akan lebih sering mengucapkan kata maaf atas kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat. Menyakitkan memang jika mengingat bahwa manusia telah terikat dengan takdir dan kefanaan. Namun tetap saja, ibu adalah rumah ternyaman untuk menghilangkan pilu. “Ibu, bagaimana disana? Apakah dingin?” beberapa kata terurai dari bibir si gadis. Rautnya memaksakan senyum pahit, ujung matanya masih belum mengering. Ia tak peduli dengan penampilannya kini, yang ia pikirkan hanyalah sosok yang benar-benar ia rindukan. Ibu. Memori di tiap ruang otaknya berputar, gambaran-gambaran masa lalu menari sesukanya. Ia ingat betul sebagian besar dari serpihan memori itu diisi oleh kenangan akan hadirnya seorang ibu. Hal-hal kecil yang sempat terlupakan muncul ke permukaan, mempermainkan perasaan si pemilik memori. Ia ingat betul, ketika itu usianya 4 tahun, ia jatuh dari sepeda namun ibu dengan sigap membasuh lukanya. Ketika itu usianya 7 tahun, suhu tubuhnya sangat tinggi dan ibu rela tidak tidur hingga semalaman karena khawatirnya. Ketika itu
usianya 18 tahun, ibu rela menemaninya seharian dibawah terik mentari ketika akan mendaftar di sebuah universitas. Bahkan sehari sebelum ibunya tiada, ia masih sempat menyiapkan hadiah ulang tahun kepada anaknya.
membuat siapapun yang ada di sana tentu akan bergidik ketakutan. Namun berbeda dengan Ami, ia tetap memandangi makam yang telah menjadi rumah baru untuk ibunya itu.
“Ami, jangan gunakan air matamu untuk sesuatu yang tidak berguna.” Kalimat itu terngiang di kepala si gadis. Ia ingat ibunya pernah berkata demikian. “Ami, kehangatan bisa kita dapatkan dari mana? Ya, dari mentari. Mentari yang ada di langit berbeda dengan mentari yang ada di dalam jiwa tiap manusia. Mentari di dalam jiwa jauh lebih hangat daripada mentari di atas sana.” Ia ingat betul ibunya pernah bernasehat seperti itu bahkan tatapan sayu ibunya pun tergambar dengan jelas.
“Mi, ayo kita pulang. Sudah senja, biarkan ibu beristirahat di sana.” Sebuah tangan menyentuh pundak Ami. Hampir saja ia lupa, dia tidak sendiri di tempat itu. Ia datang bersama ayahnya.
Si gadis beranjak dari duduknya, menyentuh nisan yang sama dinginnya dengan semburat angin yang bertiup kala itu. Di sana terukir sebuah nama menandakan tempat itu telah dinaungi seseorang. “Ibu, bagaimana di sana? Apakah sepi?” daun berguguran dihempas angin seakan menjawab pertanyaan yang si gadis ajukan. Tangannya dengan lihai memunguti dedaunan yang berjatuhan menjamah makam ibunya. Senja semakin menampakkan dirinya dan mentari tidak lagi utuh bentuknya. Suara-suara alam mulai meninggi
Laki-laki yang umurnya hampir setangah baya itu dari tadi hanya memperhatikan Ami. Ia tidak berani mengganggu guratan kesedihan yang membuat Ami larut dalam genangan kenang. Tapi ketika ia melihat langit menguning dengan guratan-guratan yang menghitam, ia dengan terpaksa mengajak Ami untuk segera beranjak dari tempat itu sebelum lengit benar-benar menghitam. Ami menghela napas. “Sebentar lagi yah, masih banyak yang belum aku sampaikan pada ibu.” “Ayah tau Mi, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Kita bisa kembali lagi kesini lain waktu. Dan ibu pasti juga setuju dengan hal itu.” Ami mendongakkan kepala, apa yang dikatakan ayahnya memang separuh benar bahkan mungkin lebih daripada benar. Sampai kapan ia mau terus larut meratapi apa yang
25
CAPTURE
CERPEN
telah terjadi. Toh bukan dia saja yang telah kehilangan ibunya, banyak diluar sana orang-orang yang jauh lebih dahulu kehilangan ibunya. Namun gadis itu tak bisa memungkiri, dibandingkan orang lain, mungkin ia salah satu orang yang jarang sekali berterima kasih kepada sang pencipta karena sempat menitipkan seorang ibu sebaik itu padanya. Terkadang penyesalan memang selalu datang terlambat bahkan sangat terlambat, di saat kita sudah merasakan yang namanya kehilangan, maka saat itulah penyesalan perlahan menyudutkan perasaan kita. Ami kembali menunduk, mengamati nisan didepannya itu lekat-lekat. Ayah menepuk pundaknya pelan bermaksud menyalurkan sedikit energi ketegaran dengan sentuhannya. Walaupun tidak menolong banyak, namun hal itu yang paling diperlukan Ami untuk saat ini. Paling tidak bukan hanya dia yang merasakaan kehilangan. “Kalau begitu, ayah tunggu kamu di mobil. Sudah beberapa jam berlalu sejak kita di sini, setidaknya ayah harus memanaskan mesin mobil dahulu sebelum kita pulang.” Ami mengangguk. Ia tau, seperempat dari perkataan ayahnya hanya untuk digunakan sebagai alasan. Ia hanya ingin membiarkan Ami menumpahkan sekali lagi kesahnya. Ayah beranjak labih dahulu dari tempat itu, memantapkan dirinya untuk melangkah keluar dari gerbang pemakaman walau sesekali berbalik memastikan apakah Ami akan baikbaik saja di tempat itu. “Ibu, jaga diri baik-baik. Aku tau, sepotong mentari masih bersinar di dalam matamu dan aku juga tau sepotongnya lagi sudah kau berikan padaku. Setengah dari hidupku kuhabiskan denganmu, walau apa yang kuberikan padamu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah kau lakukan untukku. Tapi terima kasih..” gadis itu membuka suara, menahannya sebentar kemudian melanjutkan kembali kalimatnya yang sempat tertahan, “... untuk sudah membesarkanku dan maaf atas kesalahan yang telah kulakukan selama ini.”
CERPEN
dimana manusia akan abadi ketika berhasil melewati siklus kehidupan yang fana ini. “Jika telah tiba waktunya, Ami berjanji akan lebih dahulu mencari ibu dan ketika tiba waktunya nanti, Ami akan lebih dahulu membahagiakan ibu. Ami percaya hal itu, jauh di masa mendatang, kita akan bertemu lagi. Ibu..” Ia berdiri dari duduknya, menengadah sebentar memandang langit senja yang mendung kemudian berjalan pelan menuju gerbang pemakaman, meninggalkan tempat itu. Tidak seharusnya ia berlama-lama bernostalgia di tempat itu. Ia bukanlah gadis lemah, hanya saja tiap orang pasti membutuhkan waktu untuk sekedar melepaskan beban yang tak sanggup ia jinjing. Dan hal itulah yang Ami lakukan sekarang ini, ia hanya melampiaskan secerca penyesalan dan sesak yang bertengger di rongga tubuhnya. Seukir senyum tersungging di bibir mungil gadis itu, perasaannya beberapa waktu lalu sempat rapuh tapi sekerang ia memantapkan hatinya untuk mengkokohkan kembali perasaan yang rapuh itu. Ia akan menyimpul kembali serpihan-serpihan kenangan yang ia dan ibunya miliki. Menyimpannya dengan apik di salah satu sudut otaknya. “Ibu, Ami pulang dulu. Ami akan sering-sering mampir kesini.” Bisik gadis itu pelan. Ia sadar tidak akan lagi bisa melihat hangatnya sinar mentari yang terpancar dari mata ibunya, ia juga sadar bahwa mentari di dalam hidupnya tidak akan utuh lagi. Tapi hangatnya sepotong mentari yang hilang itu tetap akan ia rasakan melalui ingatan, sepotong mentari yang sinarnya akan terus memancar dari mata ibunya walau mata itu tidak akan lagi bisa ia pandang. Walau mata itu telah tertutup, namun sinar mentari di dalamnya tidak akan pernah redup. Seperti malam hari, di mana mentari tidak bisa terlihat tapi masih mampu membiaskan cahayanya pada bulan. Walau kehangatan cahaya itu berubah menjadi dinginnya angin malam.
Tampak sebuah binar kelegaan yang terpancar dari raut Ami. Ia tau, walaupun tanpa mengucapkan kata maaf, ibunya sudah lebih dahulu memaafkannya sekecil apapun kesalahan itu. Wajahnya tidak lagi sepucat sebelumnya. Ia mungkin telah memantapkan hatinya, dia dan ibunya sebenarnya tidak benar-benar berpisah. Hanya saja raga ibunya telah lebih dahulu menghilang dan itu bukan berarti jiwanya ikut menghilang. Ami percaya, walaupun tak terlihat, jiwa ibunya masih senantiasa memandu tiap derap langkah yang akan ia ambil nantinya. Karena jiwa itu tidak benar-benar lebur bersama raga sang ibu, jiwa itu hanya berada di dimensi lain. Dimensi
Source : Pinterest CAPTURE
26
27
CAPTURE
Resensi
Resensi
BEAUTY INSIDE, KARENA YANG TERLIHAT TERKADANG SEBUAH KEBOHONGAN Source : Google
Penulis Oleh: Fitrayani Arya Resensi Film: Beauty Inside (2015) Yang terlihat terkadang sebuah kebohongan. Ya, sepertinya itulah penggambaran yang tepat untuk film yang satu ini. Merupakan sebuah remake dari film Amerika berjudul sama, yaitu “The Beauty Inside” yang dirilis pada tahun 2015 oleh rumah produksi Korea Selatan, Yong Film. Beauty Inside menampilkan problematika percintaan yang manis namun penuh dengan keyakinan yang kuat. Genre romance fantasy menjadi fokus utama dalam film ini menjadikan film ini masuk dalam 10 besar film bioskop terbaik tahun 2015 di Korea Selatan. Fantasi yang ditampilkan pun sangat hidup walau tidak dapat diterima secara akal sehat. Berawal dari pertemuan antara seorang wanita dengan pria yang memiliki penyakit aneh yang dideritanya sejak usia 18 tahun. Woo Jin, pria yang menderita penyakit aneh itu tak lagi menampakkan diri di muka umum dan hanya orang terdekatnya yang mengetahui penyakit yang diderita Woo Jin, ialah ibu dan teman dekatnya, Sang Baek. Tentu saja, ia menjauhkan diri dari dunia luar, bayangkan jika harus bangun dengan wajah dan fisik yang berbeda setiap harinya. Kata frustasi mungkin tidak akan cukup menggambarkannya. Walau perubahan wujud terjadi setiap harinya, namun jiwa dalam diri Woo Jin tetaplah jiwa yang sama dan ingatan yang sama. Karena penyakit aneh yang dideritanya, Woo Jin memilih profesi sebagai seorang desainer furnitur dan sahabatnya Sang Baek yang akan memasarkannya melalui daring. Benarlah jika orang mengatakan, keterbatasan
CAPTURE
28
apapun yang dimiliki seseorang pasti terdapat satu keahlian yang ia miliki. Namun konflik batin yang terus dialami oleh tokoh utama Woo Jin menjadikan sosoknya tak bisa luput dari ingatan para penikmatnya. Terutama ketika ia bertemu dengan sosok Yi Soo, seorang pegawai di salah satu galeri furnitur tempat Woo Jin menjual furniturnya. Tentu saja Yi Soo tak menyadari jika orang yang datang tiap hari ke galeri tempatnya bekerja adalah Woo Jin akibat penyakit anehnya. Kisah pelik ini akhirnya mempersatukan tokoh Woo Jin dan Yi Soo. Bukannya bahagia selamanya, kisah yang lebih pelik justru baru dimulai ketika mereka memulai sebuah hubungan. Pandangan-padangan miring dari orang sekitar menjadikan Yi Soo ragu akan pilihannya menjalin hubungan dengan Woo Jin. Seperti sebuah skenario yang mempermainkan tokoh Woo Jin dan Yi Soo. Karakter Yi Soo yang kuat juga menjadi daya tarik tersendiri. Han Hyo Joo yang memainkan karakter Yi Soo seperti tidak sedang memainkan peran. Beradu akting dengan karakter utama yang tidak hanya diperankan oleh satu orang tidaklah mudah. Selain sangat direkomendasikan, benyak menfaat yang dapat dipetik dari film ini. Film ini sedikit banyak mengajarkan penontonnya untuk lebih menghargai kehidupan, juga tidak hanya memandang seseorang dari tampilan luarnya saja. Beauty Inside memberikan pemahaman bahwa setiap kebahagiaan bu-
tuh perjuangan. Dengan menyaksikan film ini, penonton juga diberi pesan tersirat bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Mereka memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, namun tiap manusia sejatinya memiliki kecantikan dalam dirinya. Kelebihan: •Secara keseluruhan, alur yang ditampilkan dalam film sangat mudah dipahami apalagi ketika tokoh utama Woo Jin dan Yi Soo terkadang bermonolog dalam film sebagai pengiring. •Peran yang sangat apik oleh sosok Woo Jin yang tidak hanya diperankan oleh satu orang tetapi diperankan oleh banyak aktor. •Karakter Yi Soo yang tegar dan kuat dengan menerima Woo Jin yang berpenyakit aneh membuat film ini semakin menarik untuk ditonton. •Banyak pelajaran yang dapat ditarik, mulai dari makna kehidupan hingga menunjukkan simpati terhadap kekurangan orang lain. Kekurangan •Pertemuan kedua tokoh setelah berpisah terasa sedikit dipaksakan karena adegan tersebut hampir berada di akhir film sehingga kesan pertemuan kedua tokoh terasa singkat. •Tidak diceritakan mengenai pendapat ayah dari tokoh Yi Soo terhadap sosok Woo Jin sehingga terkesan beberapa pertanyaan tidak terjawab sepenuhnya.
Judul Film : Beauty Inside Produser : Park Tae Joon Penulis : Kim Sun Jung Sinematografer : Kim Tae Kyung Sutradara : Baek Jong Yul Negara : Korea Selatan Bahasa : Korea Perusahaan Produksi : Yong Film Tanggal Rilis :20 Agustus 2015 (Korea Selatan :11 September 2015 (Amerika) Musik : Jo Yeong Wook Durasi : 126 Menit
29
CAPTURE
Puisi
Pedagang Karya: Teguh Ardiansyah Sabir
Jejak-jejak kaki membekas di jalan yang tak lagi baru Dinding pagar yang telah kusam dimakan oleh usianya Kiri kanan ramai pengunjung Riuh piuh teriakan pedagang Dengan harap menarik minat “Wahai Tuan singgahlah melihat dagangan kami Cakalang, layang, ikan merah, cumi-cumi Pilih lah sesuai keinginan hati� Kata pedagang sambil mengangkat ikan Lalu lalang gerobak berisikan hasil tangkapan laut Digiringnya menuju bakul berisi es yang larut Para punggawa yang duduk di sudut Beradu mulut Dengan Sawinya yang jua duduk sambil memeluk lutut Pedagang-pedagang bercanda bercumbu Melempar tawa berbagi senyum tak heran kebahagiaan menghanyutkan hari-hari mereka
CAPTURE
30
Puisi
Bekerja Bersama Hati Karya: Teguh Ardiansyah Sabir
Mentari membuka mata diiringi nyanyian suara ayam Mereka yang terlelap oleh malam Terbangunkan oleh tuntutan penafkahan Roda-roda kendaraan mengantarnya dengan ceria Jangan kira roda itu mesin yang menghidupi Melainkan tenaga dari kaki-kakinya yang mengayuh Menembus sisa-sisa kabut di malam buta Dia senang Tak terlihat murung karena rutinitasnya Dijalaninya bukan sebagai hambatan Di pundaknya hinggap harapan-harapan Karenanya ia bekerja menyeimbang dengan perasaannya yang juga senang Mengayuh kesana kemari Membawa beban yang tak tentu beratnya Terlukis senyum manis bila upah diterima Tawa melengkapi tiap waktu bekerjanya Sedih? Hal mustahil
31
CAPTURE
Photo Story
Pasar Lelong Rajawali Oleh: Teguh Ardiansyah Sabir Foto: Teguh Ardiansyah Sabir dan Andika Bhayangkara
Pasar Lelong Rajawali merupakan salah satu pasar ikan terbesar di kota Makassar yang terletak di jalan Rajawali No.14 Makassar. Pasar ini telah berdiri sejak lama namun tidak diketahui secara pasti pada tahun berapa. Biasanya pasar ini mulai beroperasi sejak subuh hari dan puncak proses jual belinya pun terjadi pada sekitaran pukul 11.00. Setiap hari pasar ini selalu ramai pengunjung mengingat para pedagang memperdagangkan berbagai jenis ikan dengan jenis dan ukuran yang beragam. Sebuah daya tarik bagi konsumen terhadap dagangan yang cukup bervariatif dan kondisi ikan yang masih segar. Para pengunjung yang membeli ikan dengan ukuran yang besar tidak perlu merasa khawatir bagaimana cara ikan tersebut dibawah pulang. Para pedagang telah CAPTURE
32
Photo Story
mentaktisinya dengan menyediakan pisau tajam yang bentukmya lebih lebar dan pipih. Pisau daging (meat cleaver) adalah jenis pisau yang digunakan beberapa pedagang untuk memotong daging ikan yang besar dengan tekstur keras. Tubuh ikan kemudian dipotong sesuai keinginan dari pembeli. Diantara semua jenis, ikan cakalang merupakan salah satu favorit jenis ikan yang paling sering dibeli oleh para pengunjung. Ikan yang sejenis dengan ikan tuna ini memiliki daging yang rasanya lezat dan kaya akan gizi yang baik untuk tubuh seperti kandungan omega-3nya. Oleh karena itu, ikan cakalang yang cenderung berukuran besar biasanya akan dipotong menjadi beberapa bagian. Kesegaran ikan di Pasar Lelong Rajawali tidak perlu dipertanyakan lagi. Cukup dengan melihat mata maka telah diketahui bahwa kondisi ikan memang dalam keadaan yang segar. Jika mata ikan berwarna cerah, bening, cembung dan menonjol maka indikator kesegarannya telah mencapai. Namun, sebelumnya terjadi negosiasi antara pedagang dan pembeli untuk mencapai kesepakatan. Bila telah tercapai, maka pembayaran dilakukan dalam bentuk uang tunai.
33
CAPTURE
GALERI
Dari dalam pasar, tampak keramaian terjadi dengan segala kesibukannya.
Pedagang yang mengatur dagangannya sesuai jenis dan jumlahnya.
Bagian tengah pasar merupakan tempat penjualan ikan-ikan yang berukuran besar.
Salah satu pedagang yang sedang memotong ikan.
Menggunakan kantong plastik, jenis ikan apapun siap dibawa pulang.
Lokasi Pasar Lelong Rajawali.
Becak dan bentor sebagai jasa transportasi di pasar ini.
Kantin yang berada di lantai dua Pasar Lelong Rajawali.
Dagangan yang diberi batu es sebagai bentuk pengawetan.
Proses pemisahan udang yang hendak dijual dan disimpan.
Penjual es campur di are parkir Pasar Lelong Rajawali.
Potret anak yang bermain di sekitaran pasar.
Proses transaksi jual beli.
Selain menjual ikan, ada juga pedagang yang menjual sayur dan buah.
Di lorong pasar ikan yang dijual berukuran lebih kecil dan sedang.
CAPTURE
34
Pembayaran yang dilakukan menggunakan uang tunai.
35
CAPTURE
GALERI
Copyright 2018 CAPTURE
36