Majalah Baruga Edisi 24| Januari 2016

Page 1

Edisi 24 | 2016

ISSN: 0135 - 0776

technoside

sosial media dan wajah masa depannya resensi nightcrawler & gandhi the man

Liputan khusus

masalah lagi, carut marut penetapan ukt

Tentang media (kamu) dan duniamu



salam redaksi Ainun Jariah Yusuf, Pemimpin Redaksi

Penanggung Jawab Aslam Azis Pemimpin Redaksi Ainun Jariah Yusuf Redaktur Pelaksana Wulan Dwiyanti R. Sekretaris Redaksi Ayu Indah Trisusilowati

Segala puji kami haturkan atas segala karunia dari Yang Maha Pencipta

Editor Indah Wahyu Lestari

Jurnalisme tidak berawal dan berakhir dengan berita, kata Goenawan Moehammad. Sikap ingin tahu menjadi dasar kemudian berlanjut melewati lorong yang licin dan ruwet. Jalan yang bukan hanya membutuhkan keterampilan dan kecerdikan, tapi juga kesediaan dan keikhlasan untuk melaluinya. Hal itulah yang berusaha kami wujudkan dalam menerbitkan majalah Baruga Edisi ke-24 ini. melalui jalan yang licin dan ruwet itu kami belajar, dan akan terus belajar. Mencoba menjadi lebih baik dan memberikan yang terbaik.

Kordinator Liputan Jabal Noor

Pada edisi kali ini kami menyapa pembaca dengan bahasan mengenai sosial media. Baruga hadir dengan liputan mengenai efek media sosial terhadap interaksi langsung penggunanya. Bagaimana hal tersebut mempengaruhi budaya “salam dan sapa�, dan akhirnya sampai pada kesimpulan apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena tersebut. Dalam liputan yang lain, kami juga menyuguhkan pembahasan mengenai polemik penetapan UKT yang tak berkesudahan. Setelah dua kali pengubahan struktur dan prosedur, UKT masih meninggalkan masalah dan tanda tanya besar.

Reporter Firdaus Nur Yani Alifati Rizky Rivan Badrul Aeni Sultan Annisa Lutfiah Ario Suhendra Dian Rahayu Fadhila Nurul Imani Ihsan Juzaili Intan Firdausi Jasmine Aulia Lorca Kurniawan Nafila Ainindia M Rani Wahyuni Winda Anggraeny Zulfah Raihani

Redaktur Foto Ari Azhari Hidayat Said Fotografer KIFO KOSMIK Desainer Grafis Gradient KOSMIK Ilustrator Bachry Ilman Wira Yudha Satria Tristania Indah W. Manager Iklan Andi Chairiza Bahrun Pembantu Umum Seluruh warga KOSMIK

Desain Cover Tristania Indah W.

Tidak sampai disitu saja, Baruga juga membawa kita meihat prediksi masa depan media sosial dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan. Serta, masih banyak artikel lain yang menarik untuk disimak lebih jauh. Akhir kata, terima kasih kami haturkan untuk kritik dan saran yang masuk ke meja redaksi. Kami akan terus berusaha, belajar, dan terus berproses. Terima kasih yang sedalam-dalamnya juga kami persembahkan untuk keluarga kecil KOSMIK, rumah yang senantiasa memberi segala dukungan dan semangatnya. Selamat membaca dan salam biru merah! Penerbit

Alamat Redaksi Sekretariat Kema FISIP UH Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Facebook BarugaMagz Kosmik Unhas Twitter @barugaKOSMIK 3

| Edisi 24 Tahun 2015


editorial K

ini kita berada di era yang dulunya hanyalah khayalan, imajinasi, bahkan hal yang sepertinya sulit untuk diwujudkan. Dengan modal keingintahuan, kecerdasan, dan tekad yang kuat, dunia menjelma menjadi serba digital. Hal yang dulunya merupakan imajinasi, kini beranjak hadir dalam wujud yang nyata. Salah satu produk dari dunia yang serba digital ini yaitu ponsel pintar. Mungkin kita lebih sering menyebutnya smartphone. Sesuatu yang menarik untuk kita cermati, perubahan besar penggunaan ponsel beakangan ini. jika diawal tahun 1990-an ponsel hanya digunakan oleh orangorang dengan pengahasilan menengah ke atas, maka kini hal tersebut telah bergeser. Penyebaran penggunaan ponsel telah menyentuh semua lapisan masyarakat. Ponsel tak lagi menjadi barang mewah. Perubahan itu tidak cukup sampai disitu. Ponsel yang awalnya cukup dengan fungsi telepon dan mengirim pesan melalui sms, kini semakin perkasa. Dengan kehadiran internet, ponsel menjadi jauh lebih pintar. Sebuah wahana bernama media sosial, kemudian ikut dalam keperkasaan ponse pintarn tersebut, dengan tujuan menjadi media sosialisasi orang-orang di seluruh dunia. Dengan smartphone, media sosial bisa diakses dimana saja dan kapan saja. Tentu saja, tanpa peru lagi ke warung internet ataupun menghidupkan komputer dengan segala kerumitannya. Walhasil, semua kalangan bisa mengakses media sosial ini. dari anakanak, remaja, dewasa, hingga orang tua asyik dengan kotak kecil di tangan sembari menunggu antrian, di angkutan umum, di tempat makan, bahkan saat belajar sekalipun.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap interaksi sosial di kehidupan nyata? Konon katanya, Indonesia adalah negeri yang ramah dan murah senyum. Tapi masihkah itu berlaku, ketika disekeliling kita merunduk pada smartphone masing-masing. Sebuah sindiran kemudian muncul, “mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat�. Entah sindiran itu nyata atau bentuk slogan semata. Tapi patutlah kita khawatir akan ketergantungan terhadap media sosia ataupun smartphone yang semakin merajai pergaulan sosial kita. Di dunia nyata tentunya. Dengan media sosial kita berinteraksi, bersosialisasi, dengan orang lain tanpa terbatas pada waktu dan tempat. Tapi ingatkah kita untuk menyapa atau sekedar senyum dengan dia yang sedang duduk di sebelah kita? Pakar psikologi kemudian sepakat, bahwa efek candu media sosial bisa berdampak pada gangguan komunikasi verbal dalam berinteraksi secara langsung. Hal yang lebih jauh, candu itu malah menimbulkan hiperrealitas. Cenderung membesarkan sebagian fakta, dan menutupi bagian yang lain. Kemudian menggantikan fakta yang tertutupi dengan fantasi, fiksi, dan halusinasi. Cukup mengerikan terdengar, jika kita kemudian kehilangan makna dalam ruang sosial kita. Berarti juga kita kehilangan satu sisi kemanusiaan. Bukankah semua teknologi yang termasyhur itu diciptakan untuk memanusiakan manusia? Tentu saja jawabannya iya. Jika pengguna media sosial mampu membatasi ruang di dunia virtual dan ruang di dunia nyata.

Redaksi

4

| Edisi 24 Tahun 2015


contents

Edisi 24 2016

Laporan Utama: Tentang Media (Kamu) dan Duniamu

6

Opini: Ostaf Al Mustafa: Interaksi Zomsial dan Zombeing di Media Sosial

16

Opini: Darmadi Tariah: Dikte Sosial Media kepada Televisi

Opini: Hajir Muis: Dunia Berbagi

24

32

Technoside: Sosial Media dan Wajah Masa Depannya

38

Foto Esai

44

19

Liputan Khusus: Masalah Lagi, Penetapan UKT Unhas dianggap Belum Saksama Untuk Mahasiswa

Lingkungan: Internet dan Lingkungan

34

12

Komunitas: Malam Sureq: Datang, Dengar, dan Bacakan Puisimu

Resensi Film & Buku: Nightcrawler & Gandhi The Man

50

46

Puisi

Kaleidoskop

54

5

| Edisi 24 Tahun 2015


Laporan Utama

Tentang media (kamu) dan duniamu Oleh: Firdaus, Dian Rahayu, Ario Suhendra, Winda A, Annisa Lutfia, Fadhilah N, Nafila Aindinia Foto: Kine dan Fotografi (KIFO) KOSMIK Unhas Dewasa ini, informasi adalah sebuah kebutuhan baru yang wajib untuk terpenuhi, yang mana sekotak smartphone menjadi pemenuh kebutuhan ini, sebab ia menjadi penghubung ke dunia baru yang menyediakan semua informasi, mulai dari permasalahan global sampai kepada permasalan pribadi-pribadi pengguna media.

6

| Edisi 24 Tahun 2015


P

enggunaan media bukanlah isu yang baru dalam masyarakat, seiring dengan perkembangan teknologi, era informasi yang terbuka semakin mendekati keterbukannya, meskipun masih jauh dari kata ideal. Bentuk penyebarluasan informasi melalui media bukan lagi milik televisi maupun radio yang notabennya adalah media dengan satu arah informasi saja. New Media adalah istilah yang diberikan pada media yang mampu menciptakan dunia penyebaran informasi, tanpa mengenal batas, intinya informasi yang disediakan tidaklah terbatas, begitupun dengan wilayah cakupan informasi tersebut yang tak mengenal batas geografi. Informasi yang sudah ada di internet telah menjadi informasi publik, dan tentunya sudah menjadi hak bagi mereka yang menggunakan internet untuk mengetahui informasi yang telah dibagikan tersebut. Maraknya media yang kini bermunculan tidak terlepas dari peran internet. Masyarakat berusaha membuat media sesuai dengan keinginan mereka sendiri, terlepas dari pengaruh media mapan penyiaran seperti televisi dan radio, dengan kemampuan internet yang cakupannya tak terbatas, serta modal pembuatan media yang tak sebesar media mapan. Maka masyarakat muncul ke permukaan tak hanya sebagai penerima informasi namun juga mampu mengolah informasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Sebagai salah satu media penyampaian informasi berbasis internet adalah media sosial, dimulai dengan situs pertemanan berbasis desktop seperti Facebook yang menjadi salah satu sosial media yang populer, dan kini dengan kemajuan teknologi media sosial semakin berkembang dengan adannya smartphone sebagai penghubung pada media sosial. Komunikasi Media Sosial Penggunaaan media sosial yang semakin meningkat bila dilihat dari kacamata seorang Dosen Komunikasi Muliadi Mau, S.sos. M.Si. mengungkapkan bahwa “salah satu ciri komunikasi tatap muka dengan komunikasi bermedia atau menggunakan media sosial adalah, komunikasi yang menggunakan media biasanya memiliki hambatan-hambatan psikologis yang relatif terbatas dibandingkan komunikasi tatap muka”. Komunikasi tatap muka memiliki hambatan – hambatan psikologis yang lebih besar misalnya merasa tidak enak hati kalau mengungkapkan sesuatu secara terbuka, atau mengungkapkan sesuatu secara ”vulgar”. Tapi kalau menggunakan media orang memiliki hambatan yang relatif kecil secara psikologis. Berbeda kalau menyampaikan sesuatu secara langsung karena itu berpotensi untuk menyakiti orang. Sehingga orang lebih cenderung menggunakan media sosial secara ”semau gue”. Boleh jadi karena faktor ketidaktahuaanya, serta faktor psikologis.

Perlu diketahui bahwa ciri khas berkomunikasi menggunakan media adalah hambatan psikologis yang dimiliki relatif kecil. Pengguna media sosial dibuat nyaman, untuk mengungkapkan hal-hal yang dalam lingkungan sosialnya tidak dapat diungkapkan, namun penggunaan media sosial secara bebas dan tak dibatasi penggunaanya disebabkan “boleh jadi orang – orang tersebut tidak memiliki kemampuan melek media sehingga dia tidak bisa membedakan dimana ruang - ruang privat dan ruang - ruang public” ungkap Muliadi Mau, S.sos Berkembangnya media sosial saat ini menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat akan informasi sudah mencapai tahap ketergantungan. Tidak hanya tempat mendapatkan informasi, media sosial dijadikan tempat untuk berinteraksi dan menunjukan diri seperti yang diungkapkan oleh Riza Darma Putra, S.Sos. M.Ikom., “Itu bukan soal langsung atau tidak langsung, tapi ini persoalan bahwa seseorang itu merasa ada kalau dia eksis di media sosial”. Bahkan dewasa ini lebih nyaman mengungkapkan segala sesautu di media sosial, hal-hal yang pada ruang sosial bukan menjadi hal utama yang ingin dibagikan, Media sosial berhasil untuk menyediakan ruang tersebut “Karena untuk budaya budaya ketimuran, kalau kita berhadapan dalam artian bertatap muka secara langsung dengan orang lain kemudian menyampaikan sesuatu yang mungkin sifatnya itu mengenai kelemahan atau kekurangan orang lain, kita agak sedikit risih dibandingkan dengan menggunakan media. Sehingga orang lebih senang menggunakan media, tapi itu secara umum. Faktor khususnya karena ketidakmampuan kita menggunakan media secara cerdas. akibat keterbatasan literasi media yang terbatas sehingga tidak bisa bedakan yang mana ruang publik dan yang mana ruang privat” Ungkap Muliadi. Sangat wajar bila kini di media sosial orang dapat berkomentar panjang lebar tentang informasi yang dibagikan, entah itu mulai dari permasalahan pribadi pengguna media sosial, sampai kepada tahap kebijakan pemerintah, masyarakat dengan bebas mampu mengutarakan pendapatnnya, ini sebagai bentuk lain yang digunakan oleh pengguna media sosial untuk mengeksiskan diri. Merasa memberikan peran serta sumbangsih terhadap informasi yang disebarluaskan, apalagi informasi yang menyangkut akan kebijakan pemerintahan, tentunya akan mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Namun reaksi teercepat dan paling beragam dari masyarakat dapat kita lihat di tatanan media sosial, bahkan tak jarang isu-isu Nasional yang berkembang dimulai dari media sosial dengan penyebaran informasi yang tak mengenal waktu dan tempat.

7

| Edisi 24 Tahun 2015


Laporan Utama Akses Media Tanpa Batas Media sosial memberikan wahana baru dalam berinteraski ditambah dengan jumlah penggunananya yang semakin meningkat setiap tahunnya, sangat wajar apabila kini berinteraksi di media sosial sangatlah intens. Aplikasi media sosial yang mudah didapatkan pada smartphone masing-masing semakin memudahkan kita untuk terhubung langsung ke media sosial. Penggunanya dimanjakan dengan kemudahan dan kekuasaan mutlak dalam penggunaanya, sudah banyak kejadian yang kita dapat lihat pada media sosial yang bahkan sampai pada tahap pelanggaran etika atas penyebaran sebuah informasi, maupun informasi yang tidak sewajarnya disebarluaskan. seperti yang diungkapkan oleh Riza Darma Putra “Kadang orang lain risih terhadap hal-hal yang tidak penting disebar di media sosial. Tetapi hal seperti itu tidak perlu dilarang dan terpulang pada masing-masing orang�. Media sosial hanyalah wadah penyedia informasi oleh karenanya pemilihan informasi yang ingin kita konsumsi menjadi tanggung jawab pribadi penggguna media sosial itu sendiri. Namun pengguna media sosial juga tak mengenal umur, sering kali kita dapati pengguna media sosial masih di bawah umur yang semestinya informasi yang mereka dapatkan masih dalam pengawasan orang tua. Menanggapi masalah ini Riza Darma Putra mengungkapkan, seharusnya itu tugas orang tua dan juga guru disekolah, akan tetapi insan komunikasi punya peran penting dalam memberikan literasi kepada anak-anak baik itu melalui bahan ajar ataupun kegiatan lain diluar. Meski berada di bawah umur namun sebagai pengguna sosial setiap penggunanya dituntun akan tanggung jawab atas informasi yang disebarluakannya. Menanggapi perihal penggunaan 8

| Edisi 24 Tahun 2015

media secara umum dan media sosial secara khusus di bawah umur, Muliadi mengungkapkan “Dalam kajian media terdapat yang namanya pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan Cultural adalah membudayakan mulai dari lingkungan kecil, seperti keluarga untuk menggunakan media dengan sehat. Contoh sederhana adalah orang tua membiasakan anaknya untuk menonton televis pada jam-jam tertentu saja. Kemudian orang tua harus bisa mendampingi anak, org tua senantiasa mengontrol alat gadget yang dimiliki anaknya dengan memasang berbagai macam teknologi yang memungkinkan orang tuk tetap mengawasi anaknya. Yang paling penting sebenarnya pendekatan cultural dengan menanamkan sedini mungkin untuk mengunduh atau mengakses tayangan, program atau content yang sehat. Serta salah satu pendekatan cultural adalah keimanan, kalau keimanan yang ditancapkan dari orang tua itu bagus, maka anaknya pasti bagus juga. Pendekatan struktural yaitu seperti di Indonesia

ini program yang mempelopori terutama di kementrian informasi dan komunikasi itu ada program tentang bagaimana menggunakan media secara sehat termasuk didalamnya kita diajarkan untuk menginstall program yang bisa langsung memblokir program lain yang sifatnya disfungsi. Kita juga dituntun dan disajikan buku - buku pedoman tentang bagaimana berinternet secara sehat. itu salah satu contoh pendekatan structural.� Penggunaan media sosial dibawah umur memang sudah tak bisa dihindari disebabkan akses media yang begitu mudah, media maupun media sosial secara khusus merupakan penyedia informasi publik yang dapat dinikmati dan digunakan oleh siapapun. Mendekatkan Yang Jauh dan Menjauhkan Yang Dekat Media sosial sebagai ruang interaksi yang baru sangat memudahkan bagi para penggunanya untuk tetap terhubung tanpa mengenal jarak. Namun Muhammad Fahmi Mazda (21) memiiki anggapan lain.


“Budaya senyum sapa kian memudar saat ini karena sifat media sosial itu sendiri yang serba instan. Dengan membuka Facebook misalnya, kita bisa langsung terhubung dengan orang-orang dengan jangka yang lebih luas dan dengan cara hanya duduk di tempat sambil menggunakan koneksi internet. Hal ini membuat pengguna media sosial merasa jauh lebih nyaman berinterkasi melalui media sosial sehingga melupakan orang-orang di sekitarnya” ungkap mahasiswa Jurusan Hubunan Internasional ini. Mahasiswa angkatan 2012 ini juga menambahkan bahwa masih ada sebagian pengguna Facebook/media sosial sadar akan pentingnya berinteraksi secara langsung. Misalnya dengan membatasi penggunaan media sosial di tempat umum seperti kelas atau kantor. “Harapan saya semestinya media sosial dan interaksi secara langsung harus digunakan secara proporsional dengan kondisi sosial tempat kita berada” Ujarnya menutup wawancara dengan tim redaksi kami.

Menjadi sebuah pertanyaan besar saat media sosial dianggap mampu menggantikan ruang sosial yang kita miliki, orang –orang yang terhubung di media sosial dengan mudah mampu berinteraksi dengan orang yang tidak berada dalam jangkauan ruang sosialnya, sehingga melupakan bahwa ada orang lain di ruang sosialnya sebagai tempat untuk berbagi informasi dan mengaktualkan potensi diri dalam lingkungan sosial yang ia miliki. Penggunaan media saat ini, selain untuk mengumpukan informasi sebanyak mungkin juga menjadi tempat untuk mengaktualkan keberadaan diri bagi sebagian orang, yang memang memiliki keinginan untuk terlihat dalam media sosial. Pengunaaan media sosial kini benar-benar memudahkan manusia dalam berkomunikasi jarak jauh, namun dalam lingkungan sosial kita menjadi tidak sehat atau dalam istilah Marxisme sebagai suatu keterasigan pada diri kita, terhadap lingkungan sosial kita yang padanya kita memiliki tanggung jawab yang besar.

Media Sosial: Dua Sisi Mata Uang Sebagai tempat penyebaran informasi publik yang cepat dan tanpa harus menghabiskan banyak, waktu media sosial mampu mengangkat sebuah isu dalam masyarakat dengan cepat. Penyalahgunaan media sosial menjadi hal biasa, penyebaran informasi di media sosial sering kali mengandung unsur ketidaksesuaian dengan budaya kita. “Kalau tujuannya untuk menjatuhkan seseorang, untuk merusak reputasi seseorang tentu dengan menggunakan media massa terutama media sosial itu lebih efektif. Tapi jika terjadi maka itu termasuk disfungsi media. Kita menyalahi fungsi media itu sendiri. kita boleh jadi melakukan deliet media dan kita bisa saja dituntut oleh orang karena pencemaran nama baik” Jelas Muliadi. Beiau juga menambahkan, Potensinya besar untuk menjatuhkan seseorang didepan publik dan ini otomatis lebih efektif. Media adalah dua sisi mata uang, yang dalam kajian media itu bersifat fungsional dan ada juga disfungsional. 9

| Edisi 24 Tahun 2015


Laporan Utama

‘‘

Tujuan awal media adalah mempermudah penyebaran informasi kepada publik, namun menjadi sebuah kesalahan bila tujuan ini dilanggar, serta penggunaan media sosial yang menghilangkan akan kemanusiaan itu sendiri.

Kajian fungsional adalah kajian yang mengkaji tentang potensi – potensi positif dari media massa, termasuk didalamnya media sosial. Sebaliknya, kajian disfungsional adalah yang mengkaji tentang potensi negatif dari media massa. “Kita berharap masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan media sehingga betul yang dimaksimalkan adalah fungsinya dan diminimalkan adalah disfungsinya. Jadi hakikat media itu hadir sebenarnya untuk memanusiakan manusia bukan untuk mendehumanisasi manusia,” terangnya lebih jelas. Tujuan awal media adalah mempermudah penyebaran informasi kepada publik, namun menjadi sebuah kesalahan bila tujuan ini dilanggar, serta penggunaan media sosial yang menghilangkan akan kemanusiaan itu sendiri, menggantikan ruang sosial dimana potensi kemanusiaan itu dapat diaktualkan menjadi rasa kemanusiaan yang berharga. Menjadi keharusan bersama dalam penggunaan media maupun media sosial dengan bijaksana, tanpa harus menghilangkan sisi dan potensi dari kemanusiaan itu sendiri, penggunaan media sosial harus diterapkan dengan bijaksana. Seperti yang diungkapkan Mulia-

10

| Edisi 24 Tahun 2015

di, “banyak cara yang digunakan, tentu yang paling utama adalah pendidikan literasi media, pendidikan literasi media bisa ditempuh dengan cara formal ataupun nonformal. Pendidikan formal bisa dimasukkan di kurikulum meskipun tidak dalam bentuk satu mata pelajaran, tetapi dia dimasukkan didalam pelajaran. Non formalnya, pemuka-pemuka sebagai panutan masyarakat senantiasa mengkampanyekan tentang literasi media”. Tanggung jawab sebagai pengguna media sosial bukan hanya dikembalikan kepada perorangan ataupun suatu lembaga yang berada di bawahnya. Meskipun mereka berada di bawah naungan untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap media. Namun masyarakatlah yang memiliki tanggung jawab paling besar dalam mencerdaskan diri dalam penggunaan media. Serta berusaha untuk tidak menghilangkan potensi kemanusiaannya hanya karena dihalangi dan dinyamankan untuk berinteraksi pada dunia media sosial yang notabennya hanya dijaadikan tempat untuk membagi, memberi, dan mendapatkan informasi tambahan, untuk meningkatkan akan pengetahuan dan potensi dari manusia itu sendiri.


11

| Edisi 24 Tahun 2015


Opini

interaksi zomsial dan zombeing di media sosial Oleh: Ostaf Al Mustafa (pengurus ISKI Sulsel dan Penasehat Masika ICMI Sulsel) Illustrasi: Tristania Indah W. Zomsial1 juga Zombeing telah menjadi revolusi postur baru tubuh-tubuh pengguna ponsel cerdas (smartphone). Meski demikian apakah makhluk baru itu memiliki kepintaran bersosialisasi atau justru kegoblokan mutakhir pula? Ponsel juga medsos telah merebut seluruh area telapak tangan mereka.

Z

omsial ini lebih mengerikan dari zombie versi Warm Body , 28 Days Later, I am Legend, Walking Dead, ataupun World War Z . Kelebihan serangan zombie yang ditulis oleh Max Brooks yakni berhasil mengubah Iran menjadi negara demokratis, yang meruntuhkan kepercayaan mereka pada Dua Belas Imam (Itsna Asyariyyah) dan imam-imam lainnya yang dianggap mengetahui peritiwa yang belum terjadi . Serangan zombie ke Iran, sama sekali tak bisa ditangkal oleh keimanan pada Imam Mahdi (Muhammad bin Hasan Al-’Askari), karena sebuah kota bernama Emam Khomeyni hancur oleh serangan nuklir. Korea Utara juga demikian, berubah

menjadi negara demokrasi, setelah serangan zombie ke pusat kekuasaan. Nuklir dan zombie merupakan dua perubah dunia, menurut imajinasi Brooks. Relasi politik dalam World War Z sangat kuat dalam imajinasi perubahan tatanan dunia, yang tentu saja tidak mengabaikan interaksi setiap tokoh melalui media. Brooks belum memasukkan medsos sebagai rantai penghubung informasi sebaran zombie. Zomsial dan Zombeing selain berkomunikasi menggunakan ponsel, juga melalui suara mendengkur dan mengerang. Sempurnalah mereka bukan sebagai manusia.

1. Steve Cutts, seniman London membuat ilustrasi mengerikan tentang relasi sosial dalam medsos yang tak lagi dilakukan oleh manusia, tapi oleh zombie yang berjalan menunduk. Manusia telah berubah dalam segalanya, tidak oleh infeksi serangan virus, tapi justru oleh piranti seluler. Cutts berhasil menampilkan satu realitas itu dalam berbagi ilustrasi berjudul Our World of Today (Dunia Kita Dewasa ini). Berdasarkan ilustrasi ini, penulis menanamakan jenis manusia yang terinfeksi itu sebagai Zomsial (Zombie Sosial). Lihat : http://www.boredpanda.com/modern-world-caricature-illustrations-steve-cutts/

12

| Edisi 24 Tahun 2015


Meski realitas Zomsial hanya bisa dijelaskan secara imajiner, tapi efek seperti itu benar-benar eksis. Mulai dari ketakutan terjangkit influenza hingga identitas diri yang berlapis-lapis maupun cara berkomunikasi, nyaris tidak lagi dilakukan seperti manusia ala homo sapiens. Adam Sadilek, Henry Kautz, dan Vincent Silenzio dalam “Modeling Spread of Disease from Social Interactions”(2012) menjelaskan penyebaran penyakit melalui interaksi sosial. Ketiga pakar tersebut meneliti data publik Twitter pada seribu akun yang sama sekali tak saling kenal. Pada sebuah ilustrasi dijelaskan tentang hubungan pertemanan dengan orang yang dikenal maupun dengan orang asing pada kasus influensa. Zombie tak memerlukan komunikasi tatap muka, meski mereka saling berhadapan. Pengguna ponsel juga medsos demikian pula. Zombie tak bermasalah dengan kejujuran dan kedustaan, tapi di medsos itu bagian dari persoalan karakter personalitas. Bila lima temanmu mengalami lima gejala seperti flu dan kemudian bertemu dengan sepuluh orang asing yang mengalami hidung meler dan sakit kepala, apakah kamu kemudian segera menjadi sakit pula? Itulah pertanyaan yang menjadi dasar dari model penyebaran penyakit. Penelitan menggunakan bahasa unigram, bigram, dan trigram yang ditokenizasi. Kicauan yang digunakan berupa “I feel sick” (Aku merasa sakit) yang merepresentasikan vektor berupa “i; feel; sick; i feel; feel sick; i feel sick”. Dari tiga kata itu, kemudian direspon dalam fitur positif dan negatif.

‘‘

Zombie tak bermasalah dengan kejujuran dan kedustaan, tapi di medsos itu bagian dari persoalan karakter personalitas. Kata-kata yang memastikan secara positif sakit di antaranya sakit kepala, batuk, demam, sakit perut, gangguan tenggorokan, infeksi, demam, selesma/masuk angin, infeksi, istrahat di rumah, dan istrahat di tempat tidur. Respon sebaran penyakit ini menimbulkan keresahan sosial mirip dengan kasus infeksi virus yang menjadikan zombie menyebar di seluruh dunia. Medsos juga mempengaruhi identitas. Nicole Ellison dalam “Future Identities: Changing identities in the UK – the next 10 years” (2013) memperlihatkan perubahan identitas seseorang dalam medsos di United Kingdom. Dalam medsos bisa terjadi MUDs (Multi-User Dimensions)2 yang kemudian membuat sosialgraf (social graph) . Masalah yang timbul adalah kejujuran dan tipuan. Ellison tak merinci sebesar apakah kejujuran dan tipuan pada mereka yang memiliki beragam identitas. Kesimpulan yang diambil oleh Ellison yakni perubahan identitas bisa memperbesar ekologi komunikasi. Medsos merepleksikan identitas yang berkaitan dengan aktivitas. Dunia online, tidaklah memisahkan antara “dunia ril” dan virtual. Agaknya, prilaku online dan offline merepleksikan dimensi dari diri, dan aktivitas online sama-sama ‘ril’ sebagaimana yang terjadi secara offline (bertemu langsung). Meski Ellison tak memberikan data tentang besaran volume

kejujuran dan tipuan di dunia online, namun kesimpulan bisa menunjukkan penguna Twitter cukup jujur dalam dua realitas berbeda. Matthew Turk dalam “Perceptive Media: Machine Perception and Human Computer Interaction” menekankan pada Vision based interfaces (VBI)3 yang bisa menjembatani hal yang hilang dalam dunia online, seperti gerakan, mimik, juga siapakah yang dihadapi, dan memastikan ia bukan mesin. VBI merupakan pengembangan dari apa yang tak bisa dilakukan komputer. Komputer dianggap buta, tuli, dan bisu. Toilet di bandara internasional seringkali lebih cerdas dari komputer manapun yang bisa dibeli, karena bisa membedakan apakah seseorang berada di depan bak cuci tangan atau kloset. Penglihatan merupakan elemen penting dalam komunikasi antar-manusia, meskipun bisa dilakukan tanpa itu. Menurut Turk, orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam melakukan perjalanan hanya untuk melakukan komunikasi tatap muka. Ada kesempurnaan dalam komunikasi yang tak bisa didapatkan melalui teks dan suara. Bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, anggukan senyap, dan berbagai sikap tubuh, bisa menunjukkan personalitas dan kepercayaan. Perkataan Wexelblat patut diperhatikan yakni “Jangan memanusiakan komputer-komputer. Mereka membenci itu!”.

2. Brad Fitzpatrick menjelaskan sebagai “pemetaan global terhadap setiap orang dan bagaimana mereka saling terhubung.” Lihat : http://readwrite. com/2007/09/12/social_graph_concepts_and_issues. 3. Sebuah sub-bidang dari media perseptif yang berkonsentrasi pada pengembangan kesadaran viusual. VBI mencari jawaban atas pertayaan-pertanyaan seperti Apakah ada orang disana? Mereka dimana? Siapa Mereka? Seperti apa gerakan orang itu? Seperti apa ekspresi mukanya? Apakah bibirnya bergerak? Isyarat-isyarat apa yang sedang ia buat?

13

| Edisi 24 Tahun 2015


Foto oleh: KIFO

VBI belum bisa dilakukan sepenuhnya melalui medsos seperti BBM, Twitter, Line, dan WA. Komunikasi hanya dilakukan antar teks plus diimbuhi emoticon di antara anggota grup. Komunikasi antar-muka via webcam atau kamera, bukanlah fitur dari medsos tersebut. Zomsial kini sudah dialami generasi Z4 dan Alfa yang pra-kebutuhan dasarnya berupa wifi, baterai, juga kouta data. Sebagian generasi Y juga mengindap virus Zomsial ini. Generasi Alfa5 berpeluang lebih besar menjadi Zombeing, karena paparan teknologi komunikasi lebih mutakhir. Teori Kebutuhan ala Abraham Maslow atau Piramida Maslow6 kini dasar piramidanya harus dibangun ulang. Kalau dulu meski kebutuhan fisiologis terpenuhi, tapi tak mungkin bisa langsung dapat menjadi bagian aktualisasi diri.

Di era medsos, justru kebutuhan pra-fisiologis, sudah bisa dipakai untuk aktualisasi seperti selfi, grufi, maupun menyatakan sikap diri. Zomsial ini adalah generasi yang lehernya tertekuk oleh gravitasi layar ponsel, bahkan ada yang punggungnya juga bengkok gegara medsos. Sebuah tingkatan evolusi ekstrim yang lebih parah dari khayalan evolusioner kalangan Darwinian. Kalangan Darwinian percaya bahwa manusia berevolusi dari hewan, tapi kini kaum Ponselian berubah dari human being menjadi Zombeing. Lalu sebutan smartphone apakah layak disematkan pada piranti komunikasi yang digunakan Zombeing tersebut? Siapapun yang menjawabnya, berarti sudah menjadi bagian dari Zomsial. Bila tidak memberikan jawaban, maka telah menjadi Boneys.

4. Generasi kelahiran 1995-2012. Usia produktif pada tahun 2013-2020. Keunggulan generasi ini yakni terpapar teknologi canggih dalam komputer dan media. Kecerdasan mereka dibentuk oleh internet. Lihat : http://www.socialmarketing.org/newsletter/features/generation3.htm. 5.

Lihat: http://www.mccrindle.com.au/the-mccrindle-blog/what-comes-after-generation-z-introducing-generation-alpha.

6.

Lihat: http://www.simplypsychology.org/maslow.html

14

| Edisi 24 Tahun 2015


“Be Smarter”

15

| Edisi 24 Tahun 2015


Opini

dikte media sosial kepada televisi Oleh: Darmadi Tariah (Penggiat Komunitas Tanahindie) Illustrasi: Bachry Ilman Keberadaan sosial media hari ini bisa jadi merupakan salah satu tema yang paling ramai diperbincangkan, diteliti dan dianalisis. Daya tariknya berupa realitas hidup, berlangsung dan nyaris memengaruhi seluruh sendi kehidupan mengangkat media sosial memuncaki tema-tema pewacanaan. Apalagi untuk masyarakat urban, saat ini susah membayangkan bagaimana kondisi kehidupan perkotaan jika dipisahkan dengan keberadaan media sosial. Orang-orang boleh saja dengan enteng menyerukan hemat energi dengan mematikan listrik selama sejam sekali dalam setahun, tetapi belum pernah saya jumpai ada yang berani menyerukan matikan smartphone yang jangankan sehari saja, sejam pun belum pernah. Sama halnya dengan gerakan bersih pantai atau gerakan pop cinta lingkungan lainnya, mungkinkah akan ada yang menggalakkan gerakan bersih-bersih timeline? Kemunculan media sosial beberapa tahun silam tidak membutuhkan waktu lama hingga mengakar di kehidupan kekinian. Sejak era Myspace, fenomena baru ini mulai bergerak sensasional, meretas kebekuan komunikasi global dan medium kampanye yang murah. Orangorang mulai memanfaatkannya sebagai corong canggih mengenalkan identitas mereka baik personal maupun kelompok kepada dunia. Mutakhirnya era Facebook dan 16

| Edisi 24 Tahun 2015

Twitter, bahkan dimanfaatkan dengan baik menjadi medium pesan sosial individual hingga sosial politik. People’s power dikomunikasikan menantang dominasi tatanan sosial hingga strutural pemerintahan. Arab Spring yang fenomenal itu menjadi salah satu bukti awal bagaimana perubahan tatanan sosial politik di awali dengan pesan-pesan berantai melalui media sosial. Dunia saat itu membuktikan bahwa media sosial tampil sangat baik menjembatani orang-orang melakukan perubahan dalam skala yang mencengankan, efek Arab spring bahkan masih terus berlanjut hingga kini. Dalam negeri, solidaritas sosial yang diikat melalui media sosial menjadi populer sejak era kasus koin untuk Prita. Seluruh negeri tersatukan membantu Prita melalui komando di media sosial.


‘‘

Belakangan sepertinya bukan hal yang menguntungkan lagi bagi televisi dalam hal memenangkan percaturan opini publik.

Hal yang tak kalah menarik lainnya adalah mengamati televisi. Sejak kemunculan media sosial, lambat laun memengaruhi bagaimana televisi menggiring isu. Perkembangan sosial media menjadikan televisi akhirnya membebek terhadap perbincangan di media sosial. Perlahan-lahan isi televisi didominasi berbagai isu yang lebih “kaya� di media-media sosial. Tidak heran, hingga hari ini, beberapa televisi nasional kita bahkan memiliki acara tertentu khusus membincangkan isu-isu di media sosial. Dan tidak heran lagi jika remaja-remaja urban mulai meninggalkan televisi, menganggapnya usang penuh drama. Awalnya, bisa saja orang melihat bahwa peristiwa seperti Arab Spring, Kasus Prita dan lainnya merupakan peristiwa yang memang layak diberitakan. Tetapi susah menyisihkan kenyataan bahwa melalui media sosiallah perubahan sosial sekarang ini banyak bermula, televisi sebagai salah satu bentuk media seolah telah tamat dalam pengawalan isu-isu perubahan, televisi cenderung tampil sebagai penjaga orde dunia lama. Selanjutnya, di sisi lain, lamat-lamat televisi mulai dihiasi status-status orang-orang di media sosial, Bukan hanya acara berita yang mulai interaktif dengan media sosial, reality show hingga sinetron pun dijejali status-status tanggapan. Perkem-

bangan seperti ini terus berlanjut sampai ukuran popularitas suatu acara televisi menjadikan Twitter sebagai barometernya. Sifat elitis televisi seolah tidak berdaya menghadapi gaya common people ala media sosial. Jika sebelumnya televisi mampu merajai pertarungan pembentukan opini publik, paska Pilpres 2014 lalu keadaan mulai berubah. Hirarki “kuasa� pada struktur media televisi, agenda setting, media setting, dan pengabaian pada elemen-elemen jurnalisme seperti cover both side, belakangan sepertinya bukan hal yang menguntungkan lagi bagi televisi dalam hal memenangkan percaturan opini publik. Hal seperti ini mengingatkan saya akan perkataan seorang dosen jurnalistik kami di universitas yang baginya lebih memilih menonton sinetron yang jelas drama dan fiktif ketimbang berita-berita televisi yang cenderung dramatis dan nyaris fiktif. Pada masa-masa sebelum Pilpres hingga beberapa waktu setelahnya, televisi benar-benar tampil dengan tabiatnya yang paling buruk. Hal ini menyadarkan masyarakat, kita bisa melihat televisi tampil sebagai perusahaan yang sifat alamiahnya mencari keuntungan bisnis semata, bukan institusi sosial yang menjaga moral, kewarasan rasio dan taat etika. Media sosial mau tidak mau kemudian dimanfaatkan orang-orang

untuk menjaga kewarasan, setidaknya di sini lebih banyak orang benarnya. Bukannya media sosial tidak memiliki kelemahan, tentu saja banyak, tetapi sifatnya yang memberikan peluang dan kesempatan yang sama besarnya kepada setiap orang dalam menyiarkan apa saja dan tidak adanya hirarki kuasa yang kaku benar-benar tidak tercela. Media sosial tampil menawarkan hal baru tersebut. Semua orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk berbicara, menanggapi, memnyiarkan informasi dan sebagainya. Saat ini, seluruh segmen acara televisi yang peruntukannya hanya kepada segelintir orang untuk mengisinya, berbeda dengan dunia internet. Sangat banyak situs untuk kepentingan apapun bisa diakses gratis oleh siapapun juga, umumnya akan berakhir menjadi siaran-siaran pribadi atau kelompok melalui linimasa akun-akun di media sosial. Semua orang bisa menjadi apa saja, dengan skala cakupan baik sifatnya geografis, sosiologis hingga psikologis jauh lebih luas ketimbang apa yang selama ini dilakoni televisi. Opini-opini bebas yang berkeliaran sangat banyak di media sosial tidak bisa lagi diabaikan oleh televisi. Berita-berita televisi telah sangat dipengaruhi oleh isu-isu di jejaring sosial, salah satu alasannya boleh jadi seperti yang telah diungkap

17

| Edisi 24 Tahun 2015


sebelumnya bahwa media sosial jauh lebih unggul dan lebih luas jangkauan dan cakupannya. Belum lagi kenyataan bahwa media sosial digerakkan oleh semua orang, intelektual merdeka sangat banyak yang bergerak di media sosial memberikan penjelasan-penjelasan terhadap berbagai persoalan hidup dan fenomena-fenomena kekinian, yang selama ini hanya didapatkan masyarakat dari pembicara tertentu yang “dipilih” televisi. Mau tidak mau, sekarang, tidak jarang berita televisi akhirnya telah banyak yang sumber awalnya didapatkan dari perbincangan-perbincangan media sosial. Jika disandarkan pada prinsip waktu dan kebaruan, akhirnya orang-orang yang mengakses media sosial dengan sendirinya menemukan berita televisi seperti itu telah ketinggalan karena sebelumnya mereka telah mendapatkannya di dunia maya. Dunia internet khususnya media sosial mampu menjadikan semua orang bisa berperan sebagai institusi media yang memproduksi berita, menjadi selebriti, atau pengamat politik. Mereka bukan hanya “penonton”, tetapi media itu sendiri, relay me-relay siaran berita, pilih memilih yang dianggap bermanfaat dan sesuai kebutuhan. Perihal semacam itu tidak akan pernah mungkin bisa ditawarkan televisi. Salah satu contoh kasus menarik bagaimana televisi tidak mampu berbuat banyak, misalnya betapapun kerasnya usaha TV One menggiring opini publik mengenai perkembangan konflik di kawasan Timur Tengah hari ini denganme-relay siaran Aljazeera,

18

| Edisi 24 Tahun 2015

senantiasa akan terpatahkan dengan perimbangan berita yang berseliweran melalui media sosial. Banyak pengamat bebas merdeka setia mengawal, menganalisa, dan menjelaskan hingga memberikan perimbangan berita dari tautan-tautan yang lebih netral mengenai setiap permasalahan yang “diagenda settingkan” media-media konvensional termasuk konflik Yaman dan Suriah. Walhasil, jika ingin mengetahui perkembangan konflik di kawasan Timur Tengah atau konflik-konflik lain baik dalam maupun luar negeri, anda akan tahu bagaimana mendapatkan berita yang baik. Saya membiasakan dalam berinteraksi untuk menanyakan kepada siapa saja pola konsumsi mereka terhadap televisi. Dominannya mereka mengaku telah sangat jarang menonton televisi, kecuali untuk siaran sepakbola atau motoGP. Tanpa bermaksud melakukan generalisasi, masyarakat di desa-desa pun jarang yang menonton kanal TV terresterial, mereka memiliki jaringan TV kabel dengan pilihan lebih bermutu dan spesifik. Sementara itu, generasi muda, dari kota besar hingga desa-desa telah mampu mengakses internet untuk bersosial media atau menonton Youtube. Bagi sebagian orang, himbauan kampanye semacam matikan tv-mu tidak relevan lagi, bisa jadi karena memang televisi sudah tidak menyala lagi. Televisi tidak lagi dilirik, digantikan ruang bebas ekspresi kaya pilihan seperti lini masa media sosial.


Opini

dunia berbagi

Oleh: Hajir Muis (Ketua KOSMIK Periode 2013-2014) Illustrasi: Bachry Ilman Di masa lalu sebelum telepon ditemukan, sulit membayangkan bagaimana orang yang berjauhan akan dapat saling berkomunikasi. Jarak tentu akan menjadi penghalang kita untuk dapat bertukar kabar atau saling mengirim pesan. Mungkin hal demikian akan terselesaiakan jika kita memiliki kemapuan telepati, semua permasalahan komunikasi bahkan akan dengan mudah terselesaikan, jarak pun tidak akan menjadi masalah. Sayangnya tidak banyak dari kita mampu saling berkomunikasi dengan bertelepati.

K

urang dari 2 abad lalu, telpon akhirnya ditemukan oleh Alaxander Graham Bell dan Antonio Meucci. Telepati yang tadinya hanya takhayul kemudian menemukan bentuknya dalam teknologi-tekonologi pendukung komunikasi. Tekonologi memang diciptakan dan dikembangkan demi untuk memudahakan serba-serbi kehidupan manusia. Teknologi komunikasi dewasa ini telah mensubstitusikan ketidakmampuan berkomunikasi lewat telepati dengan beragam alat bantu komunikasi. Kita yang saling berjauhan kina dapat berkomunikasi dari tempat kita masing, yang saling berjauhan. Bagi anak zaman ini, telepon (berupa Gadget) telah menjadi bagian dari keseharian, suatu kelaziman, bahkan memiliki posisi penting dalam kehidupan. Apa yang terjadi kemudian saat ini adalah dunia benar-benar didekatkan, dipersempit, dipadatkan ukurannya, diper-

pendek jarak tempuhnya, dengan perantaraan kabel bahkan nirkabel. Semakin hari dunia semakin ‘padat’. Pada awalnya untuk berkomunikasi jarak jauh kita mengunakan surat, kita memerlukan beberapa hari atau beberapa minggu agar pesan tersebut bisa sampai lalu beberapa waktu untuk balasan. Kemudian telepon ditemukan dan berkembang, dengan telepon kita bisa, pada saat bersamaan (real time) berkomunikasi dengan orang dari berbagai daerah yang jauh dengan perantaraan kabel. Berikutnya dengan satelit, tentu kita sudah membayangkan perkembangnnya. Nah bagaimana dengan zaman dewasa ini? Singkatnya, Hp tidak lagi sekedar untuk menelpon, setelah dikombinasikan dengan internet dan teknologi gadget yang setara komputer, sekarang ‘dunia’ serasa ada dalam gengaman kita.

19

| Edisi 24 Tahun 2015


Pada dasarnya teknologi sebagai hasil sains, merupakan hasil dari sebuah kebudayaan, namun pada saat bersamaan, perkembangan teknologi juga memberikan pengaruh pada kebudayaan. Dan setiap kali teknologi mempengaruhi sebuah kebudayaan maka akan terjadi perubahan sosial, baik dalam sekala kecil, maupun sekala besar. Dalam artian lebih sederhana teknologi telah memberikan dampak positif dan tidak bisa dipungkiri juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan.

pengkaji yang mencoba menjelaskan fenomena tersebut. Media baru yang menandai sebuah zaman baru yang terlihat begitu ‘berbeda’ dengan zaman sebelumnya, dengan segala serba-serbinya yang begitu cepat, informasi yang begitu mudah diakses, infomasi yang begitu massif, kini sedikit banyak mempengaruhi anak zaman pengguna media baru, apa yang ‘kurang’ dirasakan oleh penguna media konvensional, atau bahkan

Interaksi di media sosial Interaksi sosial kini tidak hanya berkutat di ruang-ruang fisik manusia, sekarang dunia sosial telah semakin ‘luas’. Adanya ruang-ruang sosial menggunakan media baru (lebih di kenal dengan sebutan sosial media) memungkinkan interaksi terjadi dengan menggunakan gadget dan jaringan, lewat sosial media, manusia saling berinteraksi dengan intensitas tinggi. Dunia yang selanjutnya kita sebut dunia online. Sekarang semakin sedikit jumlah orang di masa modern ini, terutama di kota besar, yang tidak memiliki gadget. Belakangan dalam kajian media baru, banyak kita temukan permasalahan-permasalahan akibat pengunaan media sosial dalam proses komunikasi. Banyak pemikir dan

20

| Edisi 24 Tahun 2015

media klasik, dan pasti manusia tradisional pra ‘gadget’. Pertanyannya apakah dengan adanya gadget dan sosial media kualitas komunikasi dan interaksi kita semakin membaik? Jawaban apapun kemudian akan menunjukan dampak baik dan buruk sosial media. Banyak kemudahan dan kebaikan terhadap interkasi sosial akibat keberdaan gadget dan sosial media. Beberapa yang terpenting adalah, mengkoneksikan kita dengan banyak orang, ruang bergaul dan berteman dengan banyak orang, memotong jarak dan waktu, mencari

informasi dan pengetahuan, dan paling banyak dimanfaatkan untuk ruang mengekspresikan diri. Anehnya, bukannya menambah kualitas interaksi kita, dengan adanya teknologi komunikasi, selain membantuh dan memiliki nilai baik. Juga menyebakan banyak masalah dan keburukan, semisal; semakin asosialnya seseorang, banyaknya anonim, menjadi tempat dan ruang menebar fitnah, hingga sarana menipu. Kadang kita menemukan dalam keseharian, bagaimana fungsi media dialih fungsikan, dalam hal ini benda (gadget) dengan media sosialnya, terkesan dipaksakan untuk menggantikan, atau setidaknya menyamai fungsi kemanuasiaan. Media dianggap memiliki indenpendensinya sendiri, dianggap sebagai lawan komunikasi, seakan-akan media memang mengantikan manusia. Kekeliruan tersebut dikarenakan kita lupa bahwa media seperti kata Mc Luhan hanya merupakan; “perpanjangan tangan manusia�. Media hanyalah sarana dalam proses komunikasi, interaksi, kebudayaan manusia. Saat kemanusian dilepaskan dari teknologi komunikasi (sebagai jiwa di balik media), manusia akan terjebak dalam nihilitas, duduk memainkan gadgetnya lalu menjadikan media sebagai tujuan konunikasi, tapi tak ubahnya seseorang yang duduk berhadap-hadapan dengan tembok. Kasus kriminal yang marak terjadi lewat interkasi di media sosial juga demikian.


Gadget dan sosial media memang dengan bentuknya memang memungkinkan terciptanya ladang kejahatan yang makin luas. Hal ini berarti permasalahan bukan pada gadgetnya, namun hal ini dikarenakan permasalahan mental dan konsep kemanusiaan.

makna. Perbedaannya kita tak mungkin bejabat tangan dan saling berpelukan dalam dunia online, ruang fisik tidak dimungkinkan. Pertanyaan selanjutnya adalah pada dunia fisik (offline) dan online, apa yang sering kita bagikan? Bagaimana interaksi kita? Bagaimana komunikasi kita? Mari meninjau gagasan seorang tokoh komunikasi penggagas teori dialog, seorang filsuf Jerman, Martin Buber. Bagi Buber, ada dua jenis pertemuan atau interaksi. Pertama, ada pertemuan yang sekedar pertemuan alamiah, sepintas lalu, biasa saja, seperti pertemuan orang yang berjalan saling berlalulalang, atau pertemuan kita yang duduk pada barisan kursi bioskop, pertemuan itu dia sebut Buber dengan “vergegnung”. Pertemuan yang kedua, adalah pertemuan diri kita, seluruh pribadi kita, dengan saling memberikan perhatian sehingga timbul kesan yang tertinggal, bukannya pertemuan ‘luar saja’ tapi pertemuan seluruh pribadi kita, Buber menyebutnya dengan istilah Jerman “begegnung”.

Seiring pekembangan teknologi media terus menemukan bentuknya, ini hal biasa dan merupakan konsekuensi pengetahuan manusia yang terus berkembang. Pertanyaanya, bagaimana dengan kemanusian? Mestikah kemanusiaan tunduk pada perkembangan tersebut? Tunduk pada kebendaan. Tentu saja tidak metsti demikian, bagi saya permasalahan manusia dengan media baru dewasa ini adalah sama dengan permasalahan manusa sepanjang masa. Yaitu bagaimana sebenarnya memposisikan kemanusiaan. Tidak berbeda dengan baik zaman ini dan sepanjang sejarah, kecenderungan seseorang di hadapan benda (gadget) sangat bergantung pada bagaimana konsep kemanusiaan yang ia pahamami.

‘‘

Satu hal yang kadang terlupakan dari ‘dunia berbagi’ ini adalah batasan-batasan ruang, antara ruang offline dan online.

Ruang Offline dan Online Satu hal yang kadang terlupakan dari ‘dunia berbagi’ ini adalah batasan-batasan ruang, antara ruang offline dan online. Banyak asumsi mencoba membenturkan antara dunia online dengan offline, terkadang kita mendengar seorang sarkastik mengatakan bahwa “media online tidak bisa menggantikan pertemuan tatap muka (offline)”, dan memang benar demikian. Dunia offline dan online tidak dapat di bandingkan atau saling menggantikan, dan memang tak perlu untuk dibandingkan atau menggantikan, itulah kekeliruannya. Masing-masing ‘dunia’ tersebut punya batasan ruang, yang bagi saya, sama saja pada satu sisi, dan sangat berbeda pada sisi lain. Persamaannya antara dunia online dan offline merupakan dunia yang dengannya manusia bisa saling memberi informasi, menyampaikan pesan, meninggalkan kesan, dan bertukar

Jika kita seturut dengan kemanusian, seyogyanya pertemuan kita seharusnya sebesar-besarnya adalah untuk mengusahakan agar perjumpaan dan interaksi kita sesama manusia itu meninggalkan kesan, tentu kesan yang baik. Kita bisa saling memberi perhatian, saling mengenal, saling menghargai, sehingga tercipta nuansa dialog yang menghancurkan dikotomi antara ‘aku dan kamu’, hal inilah yang di maksudkan oleh buber sebagai ‘Bergegnung’, perjumpaan yang memanusiakan, perjumpaan yang manusiawi. Dunia ini pada dasarnya merupakan tempat untuk manusia saling berbagi, berinteraksi, saling menganal, membangun kehidupan, dan melestarikan alam dan kehidupannya. Tugas khas yang hanya manusia mampu memikulnya.

21

| Edisi 24 Tahun 2015


Opini

Kemudian muncul dunia yang kita sebut “online� (Dunia sebelumnya kita sebut dunia offline). Pertanyaannya? apakah demikian menjadikan dunia tersebut berbeda. Bagi saya sulit untuk membedekannya, esensi kedua dunia tersebut sama-sama merupakan tempat, sarana, untuk berbagi apapun. Hanya saja apakah dalam perjumpaan kita di dunia offline dan online kita sudah berjumpa sebagai sesama manusia atau berjumpa tanpa kesan! Permasalahan interaksi di dunia online sebenarnya bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Mari mengajukan sebuah pertanyaan sederhana, apakah pada dunia sosial fisik kita sudah mampu berinterkasi dengan baik? Menjadikan manusia lain sebgai teman komunikasi yang baik? Permasalahannya lalu terlihat dengan jelas, bahwa pada dunia fisik pun banyak dari kita yang tidak mampu membangun dunia kemanusiaan kita dengan baik. Perjumpaan kita lebih banyak merupakan perjumpaan yang angin lalu, kebanyakan orientasinya adalah mendahulukan diri sendiri, padahal dalam interaksi dibutuhkan manusia lain agar bisa

terjalin konektifitas, dialog, dan keinginan untuk mau terlibat dengan yang lain. Kecuali memang kita tidak mengangap penting orang lain, maka berkomunikasi dengan tembok akan menjadi hal yang lumrah ditemui. Akhirnya bagi saya, baik online maupun offline, adalah merupakan dunia nyata dengan batasan-batasan masing-masing, sebagai dunia berbagi tentunya. Setiap orang di dunia ini berusaha memberi sesuatu kepada sesama (baik melalui jaringan atau pertemuan langsung). Namun apa yang akan diberikan, dibagikan, disebarkan, tentu adalah apa yang dimilikinya. Apakah yang dibagikannya adalah kebencian ataukah yang dibagikan adalah kebaikan? Jika yang dimilikinya adalah kebencian maka bisa dipastikan ia akan berbagi dengan hate speech. Jika yang dimilikinya adalah kemunisaan, maka kemanusiaanlah yang akan dibagikannya. Jika kemanusiaannya kurang maka dia akan mengutamakan gadget dibanding, memperhatikan kebahagiaan orang di sekitarnya. Jika ia manusia maka maka dia akan berusaha memanusiakan manusia, baik di dunia Offline maupun Online.

Foto oleh: KIFO

22

| Edisi 24 Tahun 2015


Illustrated by Wira Yudha Satria


Masalah Lagi, carut marut penetapan ukt Oleh: Wiulan Dwiyanti, Sri Kardina Dg. Intan, Zulfah Raihani, Rani Wahyuni, Intan Firdausi Foto: Kine dan Fotografi (KIFO) KOSMIK Unhas

24

| Edisi 24 Tahun 2015


Penetapan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal) mahasiswa Unhas dinilai akan menegakkan keadilan dan kesejahteraan. Namun, apakah hal tersebut akan sesuai dengan fakta yang terjadi ? Hal ini menjadi salah satu kritikan dan masalah yang tak kunjung ada ujungnya. “Perbedaan yang mencolok mengenai pembayaran uang kuliah dari angkatan-angkatan sebelumnya menjadikan hal ini dirasa penting untuk dibahas� ungkap Noufal Renwarin, salah satu anggota Aliansi Unhas Bersatu.

25

| Edisi 24 Tahun 2015


Liputan Khusus

U

ang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan sistem pembayaran akademik untuk mahasiswa program S1 reguler membayar biaya satuan pendidikan yang sudah ditetapkan sesuai jurusan masing-masing. Saat ini UKT dinilai sebagai terobosan baru dalam pembayaran akademik. Ciri khas UKT adalah dihapuskanya semua sumbangan awal saat masuk kuliah untuk gedung, maupun sumbangan-semumbangan lain yang dibayarkan per semester di semua jurusan universitas negeri di seluruh Indonesia. Berdasarkan surat edaran terakhir Dirjen Dikti mengacu kepada UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang statusnya saat ini sedang proses uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Komite Nasional Pendidikan (KNP). Sejak ditetapkannya sistem UKT pada Agustus 2013, Unhas sendiri telah dua kali mengubah struktur dan prosedur pembayaran sistem UKT yaitu pada tahun pertama kali ditetapkan, dan terakhir pada 2014 lalu. Hal inilah yang menjadi penyebab tidak terjadinya konsistensi untuk pembayaran UKT di masing-masing angkatan. Selain itu, “Perbedaan yang mencolok mengenai pembayaran uang kuliah dari angkatan-angkatan sebelumnya menjadikan hal ini dirasa penting untuk dibahas” papar Noufal. Noufal renwarin mengakui bahwa meskipun disadari, mau tidak mau Unhas harus menerapkan model pembiayaan UKT setelah melalui masa uji coba yang cukup lama. Seakan-akan mahasiswa melawan bayangan, yang meskipun kita hilangkan akan tetap muncul bayangan yang lainnya. “Oleh karena itu, yang menjadi fokus saat ini seharusnya adalah soal yudisial review PTNBH” tuturnya kembali.

26

| Edisi 24 Tahun 2015

UKT setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang disesuaikan dengan kemampuan orangtua calon mahasiswa baru, tidak sama di setiap PTN dan program studi (Prodi). Hal ini kembali, karena Unhas telah berkedudukan sebagai PTN-BH. Sesuai aturannya PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) memiliki banyak keleluasaan dalam pengelolaannya. Kampus diberi hak untuk menentukan besaran biaya pendidikan yang ditanggung mahasiswa (SPP/UKT), membuka dan menutup jurusan, fakultas, atau prodi, mengangkat dan memberhentikan dosen. Bahkan lebih dari itu, kampus diberi keleluasaan untuk membuka usaha/pemanfaatan aset dan bekerja sama dengan pihak luar. Berdasarkan hal tersebut, timbullah pendapat bahwa “Mengapa negara seperti ingin melepas tanggung jawabnya terhadap pendidikan dengan adanya PTNBH. Ibarat perusahaan yang ingin go public, orang-orang akan berinvestasi sebanyak-banyaknya. Seakan-akan universitas dijadikan sebagai jualan” kritik Noufal. Adanya ketetapan UKT juga dikatakan bahwa akan terjadi subsidi silang antara mahasiswa ‘kaya’ dan mahasiswa ‘miskin’. Hal ini digambarkan dengaan adanya pengelompokan pembayaran UKT berdasar pada tigkat pendapatan orang tua, hal ini diatur di pasal 2 permen no 55 tahun 2013. Selanjutnya, hubungannya dengan PTN-BH, telah dijelaskan diatas bahwa PTN yang telah PTN-BH berhak untuk menentukan sendiri besaran biaya yang ditanggung oleh mahasiswanya. Maka, PTNBH tentu bisa mengatur jumlah besaran UKT tersebut sesuai dengan keadaan mahasiswa dan kebutuhan pembiayaan operasional PTN.

Namun, apakah benar dengan sistem UKT, besaran biaya pendidikan yang dibayar mahasiswa akan semakin murah? Apalagi dengan sistem PTN-BH dimana kampus dituntut untuk mendapat sumber pendanaan sendiri? Hal ini masih menjadi tanda tanya yang besar, dan seakan mengambang. Pihak perguruan tinggi belum juga memberikan kejelasan, seperti halnya saat ingin diminta kesediaan untuk diwawancara pihak perguruan tinggi tidak memberikan umpan balik.


Lalu, Bagaimanakah Pendapat Mahasiswa dengan Ketetapan Sistem UKT ? Pandangan berbagai kalangan mahasiswa di Unhas dalam melihat ketetapan sistem UKT ini bervariatif. Mahasiswapun terbagi dalam menyikapi hal ini. Ada yang bilang dengan UKT SPP semakin murah, ada yang bilang sebaliknya. Kalau ditelisik lebih jauh ternyata memang bagi sebagian kategori mahasiswa spp ini semakin murah, tetapi bagi sebagian kategori lain, ketetapan UKT mereka semakin

mahal. Unhas sendiri membagi sistem pembayaran UKT dengan lima kelompok atau golongan. Yang terjadi disini adalah subsidi silang antara mahasiswa non-Reguler dan Reguler serta Bidikmisi sehingga uang kuliah mahasiswa Reguler dapat ditekan. Tetapi dalam kebijakan UKT ini, kategori Jalur Non Subsidi memiliki biaya UKT masih terbilang mahal. “Jika melihat ini kita pasti tidak setuju, tetapi kita juga harus punya sistem tandingan. Jadi, istilahnya jika kita tidak setuju dengan sistem

ini lalu sistem apa yang bisa mahasiswa usulkan, dan sampai sekarang saya belum punya sistem untuk tawarkan ke unhas karena melihat PTNBH turun dari keribetan negara ini. Seperti pendidikan saat ini pasti berujung untuk bisnis, kesehatanpun digunakan untuk bisnis. Saat ini tidak ada yang lepas dari bisnis.� Tutur Vini Mamonto, salah satu mahasiswa Fisip Unhas. Menurut Aliansi Unhas Bersatu, Unhas juga dinilai terlalu berani untuk menggolongkan orang. Padahal mereka masih salah dalam menggolongkan.

Foto oleh: KIFO

27

| Edisi 24 Tahun 2015


Liputan Khusus

‘‘

Adanya ketetapan UKT juga dikatakan bahwa akan terjadi subsidi silang antara mahasiswa ‘kaya’ dan mahasiswa ‘miskin’.

Padahal, penggolongan masyarakat tidak semudah itu. Kenyataannya, masih ada mahasiswa yang penggolongan UKT-nya tidak sesuai degan kemampuan ekonominya. Untuk menyelesaikannya pun, sangat ribet dalam pengurusannya. Penggolongan berdasarkan penghasilan orang tua memang dirasa tepat karena negara sudah seharusnya memberikan pendidikan secara utuh. Usaha Aliansi Unhas Bersatu (AUB) dalam Menolak Penetapan UKT PTNBH merupakan isu yang besar, keberhasilan aksi tidak dinilai dari seberapa banyak aksi. Menurut Noufal pengawalan ini harus beregenerasi. Meskipun Aliansi Unhas Bersatu pernah merasa lelah karena isu PTNBH kan berarti melawan sesuatu yang tidak riil. PTNBH adalah undang-undang tidak mudah untuk digugat. Pernah juga merasa down, karena banyak hal yang dilakukan tapi kadang merasa tidak tahu sebenarnya apa efek untuk diri sendiri. Nah, untuk mengatasi ini rasa kelelahan harus dibagi dengan orang lain agar bisa bekerja sama. Bagaimanapun ini adalah sebuah proses. Salah satu upaya yang Aliansi Unhas Bersatu adalah membangun relasi untuk tolak UKT yang tergabung dalam Pecat UPT. “Untuk pengawalan PTNBH, sebenarnya Aliansi Unhas sudah mencapai tahap yang cukup jauh untuk sampai ke pengadilan, pada saat itu untuk pengajuan ke MK di butuhkan teleconference, pada awal misalnya BEM fakultas Hukum setuju untuk menolak PTNBH tetapi, karena adanya pergantian pengurus kemudian fakultas hukum menerima adanya PTNBH di unhas sehingga rencana awal tidak terselesaikan” jawab Noufal yang juga menjabat sebagai kord. bidang advokasi Unhas. Agar pengawalan PTNBH tetap

28

| Edisi 24 Tahun 2015

berlanjut pada pengurus selanjutnya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga senantiasa mengenalkan advokasi dan membahas tentang isu PTNBH. Aliansi Unhas bersatu sudah sampai pada tahap memiliiki pengacara, dan stuck pada masalah fakultas Hukum. AUB menganggap dalam memperjuangkan UKT harus menggunakan ligitasi. Tetapi menurut mereka hal tersebut masih sulit dilakukan. “Hal ini memang bukanlah sesuatu yang mudah, dan masih banyak kendalanya. Selama ini, Unhas dianggap tidak transparan dalam pembiayaannya. Pembaruan atau pengembangan fasilitas untuk mahasiswa di kampus yang bisa dirasakan hanyalah perbaikan taman. Selebihnya merupakan proyek-proyek yang mengutamakan keuntungan seperti wisma, rumah sakit” keluh Noufal. Unhas menurut AUB masih belum memperjelas arah dan tujuan pembiayaan UKT, karena jika dilihat dari segi fasilitas yang Unhas miliki masih ada yang tidak terselesaikan. Misalkan saja, pembangunan stadion untuk mahasiswa, masih belum terselesaikan hingga saat ini. AUB juga menekankan bahwa perbedaan penerapan PTNBH di unhas dan universitas lain di pulau Jawa atau di UI misalnya, pembangunan fasilitas kampus mereka jelas. Perpustakaan lebih maju, sedangkan di Unhas tidak demikian. “Masalah selanjutnya, adalah mengenai dosen. Dahulu, dosen ada bila dikti membuka penerimaan untuk unhas, sekarang dengan adanya sistem PTNBH, Unhas bisa langsung mengeluarkan surat penerimaan dosen tanpa harus melalui dikti. Nyatanya, dosen yang sekarang masih tidak karuan, ada yang hanya masuk lima menit, mengajar kurang jelas, dll. Padahal, untuk menjadi PTNBH unhas sudah melalui masa uji coba selama lima tahun” tutup Noufal saat diwawancara. (Wdr)


29

| Edisi 24 Tahun 2015


Seorang petani Desa Manimbahoi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa, yang sedang menjalankan rutinitas kesehariannya di ladang.(15/03/2015)

30

| Edisi 24 Tahun 2015


31

| Edisi 24 Tahun 2015


Lingkungan

internet dan lingkungan Oleh: Kurniawan Kulau Illustrasi: Tristania Indah Teknologi membuat manusia merasa bisa hidup tanpa melihat pohon atau pun binatang secara langsung dalam waktu yang lama. Bukankah pohon, binatang, dan pemandangan indah nan ajaib dapat kita lihat di laptop ataupun ponsel kita. Ini bukan realitas yang dikonstruksikan, namun inilah kisah nyata manusia netizen. Sehari tanpa ponsel bagaikan hidup di neraka, kini ponsel sudah diibaratkan sebagai pacar/ istri kedua yang tanpanya hidup ini hampa.

D

unia internet sudah menjelma dan merasuk ke dalam diri generasi serba virtual ini. Segalanya dilakukan dengan menggunakan gawai (alat elektronik), mulai dari transaksi bisnis, hingga informasi dan berkomunikasi yang sangat cepat. Begitu pun dengan berita tentang kerusakan lingkungan atau

32

| Edisi 24 Tahun 2015

pemahaman tentang urgensi perawatan lingkungan. Namun hal itu tidak sekrusial dibanding kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh internet itu sendiri. Justru yang paling menonjol adaah dampak buruk dari internet itu terhadap lingkungan hidup.

Dewasa kini, media social yang mulai menayangkan atau menyebarkan nikmatnya surga dunia atau keindahan alam. Konsekuensinya, semakin banyak media menayangkan keindahan alam maka semakin banyak pula orang yang akan terpengaruh dan tertarik untuk datang


Hal yang palng mengkhawatirkan jika mereka yang datang malah merusak lingkungan itu sendiri. Mengapa demikian? Karena perbedaan pemahaman tentang penggunaan teknologi internet yang masih berbeda-beda.

Dengan segala kemudahan dan kecanggihan internet saat ini, ada pihak yang menggunakannya sesuai dengan fungsinya. Adapula yang serta merta memanfaatkanya. Penggunaan internet khusunya media sosial

‘‘

Kita yang tak terkena dampak bencana alam hanya sibuk menggerakkan jempol diatas layar ponsel ketimbang mau sedikit menggerakkan tangan kita untuk menghijaukan teras dan halaman depan rumah.

Kita tahu Isu lingkungan bukanlah isu seksi dibandingkan isu politik, korupsi, atau skandal seks dan narkoba yang melibatkan kalangan pejabat. Isu ini baru mengemuka ketika terjadi bencana alam yang menimbulkan banyak korban. Disinilah masalahnya: kita yang tak terkena dampak bencana alam hanya sibuk menggerakkan jempol diatas layar ponsel ketimbang mau sedikit menggerakkan tangan kita untuk menghijaukan teras dan halaman depan rumah. Kita masih lebih memilih untuk menghabiskan uang untu membeli pulsa dan aksesoris ponsel ketimbang membeli pot atau bibit tanaman. Dulu berkebun dan mengurus tanaman adalah kegemaran banyak orang sebagai pengisi waktu luang bahkan juga sebagai hobi. Sekarang, beli pulsa, aksesoris ponsel, bergaul di media sosial atau menjelajahi internet menjadi pilihan dan prioritas utama.

yang tidak terkontrol bukan hanya akan memberikan informasi tentang lingkungan dan juga urgensi perawatan lingkungan, melainkan juga bisa berbalik dan menjadi bumerang yang dapat merusak lingkungan itu sendiri.

Isu kerusakan lingkungan memang bukan prioritas di kalangan generasi virtual, namun (isu) keindahan alam sekarang nampaknya sedang berada pada posisi ketenarannya. Banyak media utamanya media online memberitakan atau menyebarkan potret keindahan alam, tanpa mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkannya terhadap lingkungan. Ironis memang ketika banyak tempat atau destinasi wisata yang populer karena media sosial, kemudian ramai dan jadi kotor karena sampah wisatawan. Misalnya saja aktivitas pendakian gunung, ada pendaki yang hanya foto, mengibarkan bendera, tulis nama dikertas, kertasnya ditinggal di gunung, dan kemudian fotonya di sebarkan ke sosial media. Ha ini yang menarik banyak pengunjung lainnya yang juga kemungkinan akan melakukan hal yang sama. Maka bisa di bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Menyikapi lingkungan yang kian hari semakin rusak parah, internet khususnya media sosial, sudah harus bertransformasi dari yang hanya sekedar sebagai alat pemuas kebutuhan yang menjadikan kita pribadi yang konsumtif, menjadi alat pemmbuka kesadaran dan memberikan pemahaman, serta mendorong pemeliharaan dan perawatan lingkungan. Jangan sampai kita menjadi ancaman bagi keberadaan diri kita dendiri. Kita tidak mewarisi bumi dari orang tua kita. Kita meminjamnya dari anak cucu kita. Kita semua meminjamnya dan kelakakan mengembalikannya.

Apakah salah manusianya? Kelangsungan hidup manusia tergantung pada pemeliharaan ekosistem. Ekosistem dapat berjalan tanpa kita, namun kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa ekosistem selama kita hidup di Bumi. Memandang alam sebagai sekadar sumber daya untuk dikonsumsi, maka manusia akan menimbulkan persoalan. Jangan sampai kiamat ekologis terjadi hanya karena persoalan diri kita yang masih belum bisa terlepas dari cengkraman konsumerisme yang diciptakan oleh teknologi internet.

33

| Edisi 24 Tahun 2015


Technoside

sosial media dan wajah masa depannya Oleh: Badrul Aeni Sultan Fenomena yang terjadi saat ini di dunia adalah maraknya penggunaan sosial media dalam berkoneksi satu sama lain. Diantara sosial media yang sering digunakan adalah Facebook, Twitter dan Instagram.

F

acebook merupkan sosial media yang dirintis oleh Mark Zuckerberg, yang merupakan mahasiswa pada saat mendirikan perusahaan ini. Pada tahun 2003, tepatnya tanggal 28 Oktober, Mark menciptakan sebuah situs yang bernama Facemash, program ini menempatkan dua foto berdampingan dan meminta penggunanya memilih foto mana yang paling seksi, situs ini menarik 450 pengunjung dengan 22.000 tampilan foto pada empat jam pertama seperti yang dilangsir oleh situs computer-muter.blogspot. com. Kemudian, resmi menggunakan nama Facebook pada tanggal 4 februari 2004, setelah membeli domain dari Aboutface.com seharga USD 200.000. Dalam perkembangannya, Facebook terus melebarkan sayapnya, bukan hanya di Amerika saja namun sudah mulai masuk ke negara-negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia, situs jejaring sosial ini, mulai berkembang pada tahun 2008, dengan kemudahan-kemudahan yang diperoleh oleh para pengguna, dengan pesat orang-orang

34

| Edisi 24 Tahun 2015

menggunakan situs ini. Saat ini, menurut wordpress.com, pengguna Facebook di Indonesia mencapai 21.195.800 orang, wajar saja, dikarenakan negara ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, diluar itu Facebook juga sangat mudah digunakan oleh berbagai macam umur, dari yang tua sampai yang masih anak-anak. “Para anak muda Indonesia pada rentang waktu 2008 sampai 2013 beranggapan bahwa, mereka akan dikatakan gaul ketika telah memiliki yang nama Facebook, “ seperti halnya yang dikatakan oleh Pikardi, Mahasiswa Jurusan Teknik Komputer, STIMIK Handayani. Dalam segi ekonomi, Facebook merupakan perusahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal itu dibuktikan pada tahun 2006, perusahan ini mendapatkan suntikan dana USD 25 juta hasil investasi Peter Thiel, Greylock Patners dan Meritech Capital Patners, kemudian pada tahun 2007, microsoft mengumumkan telah membeli 1,6 % saham Facebook senilai USD 15 milyar. Kedua investasi ini menunjukkan bahwa pe-

luang bisnis di perusahan ini sangatlah menarik dan menguntungkan, hal itu dibuktikan dengan pendapatan Facebook pada tahun 2008 berkisaran antara USD 3,75 milyar sampai USD 5 milyar. Hal ini diprediksi akan naik dikarenakan fitur yang ada di Facebook terus berkembang. Fitur-fitur yang dimiliki oleh Facebook diantaranya adalah messages yang dirilis pada tahun 2004, yang merupakan bentuk peleburan dari pesan dan chatting pada tahun 2011. Kemudian group yang memudahkan penggunanya menggukan saling terkoneksi satu sama lain dalam satu wadah yang lebih privasi, fitur ini dirilis pada bulan September 2004. Jejaring sosial ini makin menarik setelah dirilisnya photos dan video pada bulan oktober 2005, yang memudahkan orang untuk saling menyapa, setelah itu Facebook


kembali berinvoasi dengan meluncurkan news feed pada bulan september 2006, kemudian disusul oleh pages pada bulan november 2007, selain itu pada tahun 2010 tepatnya bulan mei perusahan ini meluncurkan fitur events, kemudian di tahun yang sama tepatnya dibulan agustus fitur places diluncurkan, kemudian berturut-turut Deals, timeline, dan photo sync diluncurkan oleh Facebook. Dari semua fitur terbaru tersebut, saat ini Facebook sedang mencoba menggunakan fitur baru yakni upcoming events sebuah fitur yang memungkinkan kepada kita, untuk melihat event yang ada di sekitar kita, hal ini dibuat untuk menjawab kebutuhan dari sebagian besar orang yang mulai mencari event-event disekitarnya, untuk memanfaatkan waktu luangnya. Secara sederhana, manusia di dunia ini tidak akan pernah berhenti menambah kebutuhannya, dari situ semakin banyak kebutuhan manusia maka perkemban-

gan fitur yang ada di Facebook juga akan banyak dan akan selalu diperbaharui. Pada tahun 2006, Facebook mendapatkan pesaing yakni Twitter. Akun sosial media ini, dinilai lebih sederhana ketimbang dengan akun media sosial media lainnya, karena hanya tersedia 140 karakter, yang biasa disebut dengan kicauan atau tweet. Jejaring sosial ini, merupakan perusahan yang didirikan oleh Jack Dorsey pada bulan Maret 2016, kemudian diresmikan sebagai jejaring sosial pada tanggal 1 juli 2006, seperti yang dilangsir di wikipedia.com. Indonesia merupakan tujuan pasar yang menarik untuk beberapa perusahan seperti halnya Facebook, Twitterpun berkembang sangat pesat di Indonesia, bahkan beberapa media menempatkan Indonesia diposisi keenam pengguna Twitter terbesar di dunia. Pada tahun 2013 tepatnya di bulan februari, Twitter melangsir bahwa pengguna akun ini sebanyak 500 juta pengguna dan

35

| Edisi 24 Tahun 2015


Technoside

200 diantara merupakan pengguna aktif. Dari sebayak itu, perusahan ini pada tahun 2012 memperoleh pendapatan sekitar US$ 317 juta. Twitter sebenarnya merupakan wujud sederhana dari Facebook. Dikarenakan beberapa fitur hampir sama namun disederhanakan, seperti pesan atau direct Messenge, kemudian fitur follower atau following yang fungsinya hampir sama dengan teman di Facebook, dan beberapa fitur lainnya. Saat ini, Twitter tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi antara perorangan atau kelompok melainkan juga telah digunakan sebagai portal berita atau hanya sebagai tempat untuk mengiklankan sesuatu prodak. Setelah Twitter, perkembangan perkembangan media sosial berlanjut ke Instagram, yakni perusahan Burbn Inc, yang digawangi Kevin Systrom dan Mike Krieger. Sosial media ini merupakan aplikasi untuk berbagi foto yang memungkinkan penggunanya mengambil foto, menerapkan digital penyaringan, dan kemudian berbagi pada berbagai layanan sosial media. Pada tanggal 6 Oktober 2010, adalah awal dari perkembangan instagram dengan merilis produknya ke Apple App store, kemudian pada tahun 2012 beberapa perusahan menambah dukungan untuk Android 2.2 atau lebih tinggi, yang didistribusi melalui iTunes App Store dan Google Play. Dari segi pengguna, walaupun sebagai media sosial yang termasuk baru, pada bulan desember 2010, penggunanya telah mencapai 1 juta orang, kemudian pada tahun awal januari 2011 jejaring sosial ini berinovasi dengan membuat

36

| Edisi 24 Tahun 2015

Hashtag yang membuat finansial mereka menjadi US$ 7 Juta, yang mengakibatkan nilai jual Instagram melonjak ke angka US$ 25 juta. Pengguna Instagram terus meningkat, pada tahun 2011 perusahan ini merilis bahwa penggunanya telah mencapai 5 juta pengguna. Semakin naiknya pengguna, instagrampun semakin berbenah, pada 2011 di bulan September, perusahan yang berasal dari San Francisco ini meluncurkan versi 2.0 di App Store dengan menambahkan fitur, live filter, foto resolusi tinggi, Till shift secara instan, dll. Hal ini mengakibatkan lonjakan pengguna yang mencapai 10 kali lipat. Dan kini telah diklaim bahwa pengguna instagram di Ios diklaim melebihi 20 Juta. Tidak berhenti disitu, pada tahun 2012 lalu, Instagram kembali merilis aplikasinya versi android, yang telah diunduh sebanyak 1 juta kali dalam selang

‘‘

sehari, dan nilai jual sosial media inipun meningkat menjadi US$ 500 juta atau dalam Rupiah mampu mencapai 4,5 triliun. Instagram semakin menjadi sorotan setelah Facebook mengumumkan telah membeli Instagram dengan nilai fantastis yakni US$ 1 milyar. Intagram dikabarkan akan merilis filter baru, tampilan dan beberapa kemampuan baru lainnya, melalui instagram versi 3.2 kemudian update versi 3.2.0 ini kabarnya menyediakan filter baru yakni willow yang memberikan efek monochrome yang membuat suasana pada foto nampak hitam putih. Dengan berjalannya waktu perkembangan Instagram yang telah mencapai 8 juta pengguna dari seluruh dunia, akan semakin meningkat. Semakin meningkatnya jejaring sosial ini pastinya di masa depan instagram akan menambahkan fitur-fitur yang lebih canggih lagi.

Secara sederhana, manusia di dunia ini tidak akan pernah berhenti menambah kebutuhannya


Budaya

memaknai pamali Oleh: Nuryani Alifaty Foto: KIFO Kosmik Bagi masyarakat Makassar khusunya Bugis ungkapan Pamali sudah tak asing lagi bagi mereka. Pamali digunakan untuk menyatakan larangan kepada seseorang yang berbuat tidak sesuai dengan keadaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pamali di definisikan sebagai pantangan atau larangan berdasarkan yang dianut oleh suatu adat dan kebiasaan sebuah budaya.

M

asyarakat Bugis sangat meyakini bahwa Pamali dapat mengakibatkan ganjaran ataupun kutukan jika pentangan tersebut di langgar. Dalam budaya Bugis Pamali sangat kental akan pengetahuan kearifan yang menguatkan nilai-nilai ideal yang di lontarkan dalam makna pappaseng atau pappasang. Pada masa lampau sifat pamali secara umum teraplikasi dengan sangat baik sebab sangat mempengaruhi emosional lawan bicara dan akhirnya rela mengikutinya. Namun, untuk menghindari kata-kata tabu saat berkomunikasi saat ini, masyarakat Bugis menggunakan eufemimse sebagai pandangan kata yang lebih halus. Misalnya riappemmalianggi anaadaraE makkelong ri dapurennge narekko mannasui yang berarti anak gadis di larang menyanyi saat berada di dapur.

Masyarakat bugis menjadikan salah satu pantangan menyayi dalam dapur dengan alasan kemungkinan besar sang anak gadis akan mendapatkan jodoh yang sudah tua. Secara logika memang tak ada hubungannya antara menyayi dan jodoh. Namun, ungkapan ataupun larangan yang bernilai bagi kesehatan di sampaikan secara tidak langsung, melainkan di ungkapkan dalam bentuk pamali.

muatan pendidikan. Pamali umumnya memiliki makna yang bersifat anjuran untuk berbuat baik bagi dirinya dan sesamanya. Pamali sangat kaya akan nilai leluhur dalam hal pergaulan, etika, kepribadian dan merupakan nilai budaya Bugis yang mutlak untuk terus di pertahankan seiring dengan waktu.

Pamali sangat menggambarkan betapa tingginya penghargaan masyarakat Bugis terhadap sesama. Ekspresi budaya “Pamali� merupakan suatu sikap tutur budaya Bugis-Makassar yang bersifat spontan sebagai bentuk pelanggaran dengan penekanan pada kejiwaan dan tidak melanggar yang di pamalikan. Pamali dalam masyarakat Bugis menrupakan nilai budaya akan sebuah syarat dengan

37

| Edisi 24 Tahun 2015


38

| Edisi 24 Tahun 2015


Shalat Idul Adha di Bulu Bawakaraeng

T

Foto dan Teks oleh: Yudhi Kurniadi

epatnya tanggal 24 September 2015, bertepatan dengan 10 Zulhijjah, sekitar pukul 06:49. Melaksanakan Shalat Idul Adha di Puncak Gunung Bawakareng sudah menjadi tradisi warga sekitaran yang tinggal di bawah kaki Gunung Bawakaraeng. Dengan peralatan seadanya mereka melakukan pendakian dari sebelum tanggal 24 September 2015. Banyak jemaah yang datang untuk Shalat, hingga beberapa kali bergantian untuk melaksanakan Shalat secara berjamaah. Dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa terlihat di Puncak Gunung Bawakareng, semua datang dengan tujuan yang sama, yaitu Shalat Idul Adha. Terlihat dari raut wajah mereka betapa sangat khusuyk dalam menjalankan ibadah ini. Udara dingin saat itu sama sekali tidak menganggu mereka untuk beribadah, tetap beribadah seperti bagaimana semestinya. Kemudian setelah itu mereka saling berpelukan, menghanturkan maaf kepada saudara, teman, bahkan kepada beberapa para pendaki yang juga saat itu berada di sana.

39

| Edisi 24 Tahun 2015


40

| Edisi 24 Tahun 2015


SUASANA PAGI DI PASAR TERONG Foto dan Teks oleh: Jasmine Aulia Lorca

P

asar Terong adalah nama pasar tradisional yang berada di kota Makassar dan terletak di jalan Terong, kelurahan Wajo Baru, Kecamatan Bontoala. Pasar Terong ini terkenal sebagai pemasok sembilan bahan kebutuhan pokok, seperti sayur-mayur, aneka jenis ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi-Selatan. Tapi, yang dijual di pasar ini tidak hanya sayur-mayur, sembako dan buah-buahan saja tapi ada juga yang menjual perabotan rumah tangga, perlengkapan mayat dan penjual kue-kue kecil untuk sarapan pagi. Walaupun bukan pasar tertua di Makassar, pasar Terong adalah salah satu pasar yang sangat dikenal di jazirah Sulawesi. Sebuah pasar yang kini bisa disebut tak terurus dengan baik walaupun tentu saja pemerintah kota dan khususnya warga Makassar dan sekitarnya telah memperoleh banyak manfaat dari pasar yang kerap dianggap “tradisional� ini.

41

| Edisi 24 Tahun 2015


BEKAS TERMINAL BERUBAH JADI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH Foto dan Teks oleh: Zulkifli Ramli

T

42

erminal merupakan salah satu pusat perhubungan dan transportasi di darat. Keberadaannya sangat membantu masyarakat. Di Makassar, Sulawesi Selatan terdapat sebuah terminal yang sudah lama tidak terpakai atau lebih pantas disebut “Bekas Terminal�. Bekas terminal ini terletak di daerah Panakkukang. Letaknya juga sangat dekat dari Pasar Hewan yang bernama Pasar Hobi.

Keberadaan tumpukan sampah ini juga dimanfaatkan warga daerah sekitar untuk membuang sampah bahkan mengais rezeki dari sampah tersebut. Nampaknya, warga sekitar lebih memilih menjadikan bekas terminal tersebut sebagai tempat pembuangan sampah sementara ketimbang memfungsikannya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat.

Jika melihat dari luar, tempat ini seakan menarik sebagai latar untuk berfoto karena terdapat beberapa mobil-mobil bekas kecelakaan yang menjadi rongsokan. Ketika masuk ke dalam, penglihatan memang tertuju pada mobil-mobil bekas tersebut.

Selain itu, di sekitar terminal juga terdapat pemukiman warga yang dikhawatirkan terganggu kesehatannya ataupun tercemar akibat keberadaan tempat pembuangan sampah sementara tersebut.

Ironisnya, setelah lama tak terawat dan dipergunakan, bekas terminal ini lambat laun justru menjadi tempat pembuangan sampah sementara. Meski tak seluruh bagian yang menjadi tempat tumpukan sampah namun hal ini sedikit mencemari bekas terminal ini.

Kini tak ada lagi aktivitas transportasi di tempat itu, kesadaran warga sekitar yang menjadikan tempat itu sebagai tempat pembuangan sampah diharapkan mampu dilakukan dengan tertib. Peran pemerintah pun diperlukan untuk menata tempat ini lebih baik kedepannya.

| Edisi 24 Tahun 2015


43

| Edisi 24 Tahun 2015


Komunitas

Datang, Dengar, dan Bacakan Puisimu Pada Malam Sureq Oleh: Ayu Indah T. Foto: KIFO Kosmik

“Datang, dengar dan bacakan puisimu” Kalau kamu suka puisi, baik suka mendengarkannya, menulisnya, dan atau membacanya, kamu harus gabung dengan komunitas yang satu ini.

M

alam sureq adalah komunitas yang diperuntukkan bagi orang-orang yang suka, dekat dengan seni, terutama puisi. “Malam sureq ada saat merebaknya kegiatan-kegiatan puisi, jadi di Makassar pun, kita mau melakukan kegiatan yang terkhususkan pada puisi, jadi terbentuklah malam sureq. Di daerah lain mungkin dikenal dengan nama malam puisi, kami memakai kata “sureq” semata ingin menggunakan kata puisi dalam

44

| Edisi 24 Tahun 2015

bahasa Bugis, walaupun sureq bukan berarti puisi, tapi arti dari sureq adalah yang paling mendekati bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia” terang Fuad Hasan salah satu penggerak berdirinya malam sureq. Menurut Fuad, malam sureq adalah gerakan yang diinisiasi oleh anak muda pecinta puisi yakni Tislam Masykur, Faisal Oddang, Ibe S Palogai, Rahmat, Youmul, Siah, Fatur, Rival, Bombom, Syarif dan dia sendiri.


Tidak ada tanggal pasti kapan berdirinya malam sureq ini. Berawal dari mention-mention di twitter kemudian bertemu di kafe baca. Walaupun tidak ada patokan pasti kapan terbentuknya malam sureq, namun kegiatan pertama malam sureq yaitu pada tanggal 26 September 2013. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan komunitas ini, sudah barang tentu tidak jauh dari puisi. Membaca puisi misalnya. Biasanya kegiatan kumpul-kumpul baca puisi diadakan di kafe baca adhyaksa atau kafe pojok. Tidak hanya itu, malam sureq juga sering di undang untuk mengisi acara yang dilakukan oleh organisasi atau komunitas lain. Kemudian mereka menampilkan penampilan baca puisi, juga musikalisasi puisi. Penggemar dan penikmat puisi ini yang tergabung dalam malam sureq biasanya mengadakan kegiatan satu sampai dua bulan sekali. Acara malam sureq selalu saja berhasil membuat suasana indah, keadaan ini di dukung oleh kafe baca yang di desain dengam lampu penerangan yang agak temaran. Pada penampilannya, selain tampil sendiri para peserta juga ada yang tampil berdua. Biasanya puisi-puisi tak dibacakan secara monoton dan datar. Biasanya puisi yang dibacakan diiringi dengan music akustik, atau musikalisasi puisi pada umumnya. Setelah membacakan puisi akan ada suit-suitan atau selingan humor yang menjadi penghangat malam.

“Sebagai apresiasi diri, tiap peserta yang akan membacakan puisinya akan di foto kemudian menguploap foto tersebut di twitter” ungkap Nurul Fadilah S salah satu pecinta puisi di malam sureq. Sampai pada saat ini, tiap kali ada kegiatan malam baca puisi dari malam sureq, banyak penikmat dan pecinta puisi yang turut datang mendengarkan, sampai penuh kursi-kursi dan membiarkan beberapa orang berdiri. Sebagai bentuk kecintaan terhadap puisi, mereka selalu hadir walau telah kehabisan kursi. Mereka yang datang kebanyakan dari kalangan mahasiswa. “Karena aku adalah sastra.. Toreh nadi kiriku, Kau akan lihat darah Kahlil Gibran Sedang yang kanan, Akan mengalir darah Laila Majnun. ..” Sepenggal puisi karya Fuad yang berjudul “Karena Aku Adalah Sastra”. Setiap orang yang memenuhi ruangan kafe baca berhak membacakan puisi. Baik karangannya sendiri maupun karangan penyair ternama. Namun yang datang, juga boleh hanya mendengarkan. Maka “datang, dengar dan bacakan puisimu.

45

| Edisi 24 Tahun 2015


Resensi Film

nightcrawler Oleh: Nafila Aindinia Judul: Nightcrawler Sutradara: Dan Gilroy Produser: Jennifer Fox, Jake Gyllenhaal, Tony Gilroy Penulis: Dan Gilroy Genre: thiller crime noe-noir Durasi: 117 menit Main Cast: Jake Gyllenhaal, Rene Russo, Riz Ahmed, Bill Paxton Tahun Rilis: 2014

F

ilm ini disutradarai oleh Dan Gilroy yang juga adalah seorang penulis dimana ia berhasil membuktikan bahwa film yang bagus tidak harus selalu menampilkan hal yang penuh efek visual ataupun sensualitas. Film Nightcrawler ini menceritakan tentang Louis Bloom (diperankan oleh Jake Gyllenhaa)l adalah seorang jenius yang psikopat dan manipulatif. Dia selalu berusaha mencari pekerjaan namun sering ditolak dan direndahkan, bahkan sampai mencuri besi tua. Hingga akhirnya, ia melihat sebuah kecelakaan dan mendapati seorang jurnalis lepas yang meliput kejadian tersebut. Melihat hal itu, ia menjadi tertarik dan mulai merekam setiap peristiwa kejahatan yang biasa disebut nightcrawler. Tugasnya tidak mudah, karena ia harus menjadi yang pertama sampai di TKP, bahkan kalau bisa sebelum polisi datang, serta harus bisa mendapatkan sudut pandang yang bagus. Ia mempunyai klien tetap, yaitu Nina ( diperankan oleh Rene Russo), yang bertugas mengarahkan program di sebuah stasiun televisi. Lou mulai menikma46

| Edisi 24 Tahun 2015

ti pekerjaan barunya dan berniat serius sampai akhirnya ia menyewa seorang pria bernama Rick ( diperankan oleh Riz Ahmed) sebagai asisten. Lambat laun Lou semakin berambisi dan obsesi berlebihnya untuk menjadi sukses, hingga mulai berbuat “curang� terhadap musuh, rekan, hingga ke polisi. Film ini lebih mengedepankan psikologis Lou Bloom, dan memang Gyllenhall yang mampu mengekspresikannya dengan baik, dari gaya tubuh, raut muka, hingga tatapan mata. Semua adegan yang dilakoninya terasa begitu pas dan tidak berlebihan. Terlebih lagi, kita bisa dibuat terpukau oleh setiap kata-kata yang diucapkan Lou yang sangat bagus. Selain itu ide cerita dan peyutradaraannya pun merupakan titik tumpu kesuksesan film ini, karena meskipun tema utama yang ia bawa merupakan crime tapi fokus yang ingin Dan Gilroy gambarkan pada karirnya sebagai

pada bagian tersebut. Penjahat, polisi, pembunuhan, semua itu digunakan untuk membawa kita kedalam sebuah suasana yang kuat dan menyenangkan, sebuah petualangan intens dibalik efektifitas pada eksekusi yang diterapkan, mengajak kita berputar-putar pada beberapa polemik sosial yang jauh lebih mengerikan dibandingkan kasus kriminal yang ia pakai. Film ini juga mengangkat isu-isu kehidupan modern yang sedikit menjadi realita sekarang ini. Tentang bagaimana hati, tahta dan harta menjadi incaran utama. Terlebih lagi saat obsesi berlebih tersebut menyebabkan kita melakukan berbagai cara bahkan tidak ragu untuk melakukan hal yang merugikan orang lain.


Source: imdb.com

Hal ini semua dikemas oleh Dan Gillroy dengan cara yang apik, dimana banyak unsur-unsur seperti romance, thrill, action, crime dan komedi tetap dihadirkan tanpa mengurangi esensi dari inti cerita.

berfokus pada karakter, sehingga Lou mendapatkan ruang dan perhatian yang sangat besar, dan Jake Gyllenhaal berhasil memanfaatkan kelebihan yang ia peroleh tersebut.

Selain itu, berbagai efek suara yang ada menjadikan film ini menjadi film yang mudah diingat, sebab efek-efek tersebut mendukung terciptanya suasana menegangkan walau sebenarnya kebanyak scene film ini hanyalah pengambilan potongan-potongan gambar. Film Nightcrawler juga mampu membawa kita menelusuri jalan pikiran seorang psikopat secara mudah tanpa kita harus menganalisis lebih dalam dan berputar-putar pada hal-hal manipulatif yang ada dalam setiap adegan. Faktanya Nightcrawler memang dibangun secara keseluruhan dengan

Lou berhasil ia bentuk menjadi mengerikan dibalik sikap dinginnya, senyum palsunya mengintimidasi, ia tenang dan sopan tapi tidak takut untuk mengambil tindakan frontal, dan dengan tatapan mata yang berhasil ia jadikan seolah mati dan kosong itu Nightcrawler terus bergerak intens dibawah kendalinya. Namun sayang, banyak pertanyaan yang muncul sehubungan dengan film ini seperti bagaimana bisa Lou mendapatkan akses ke radio polisi, hingga ke nomor plat mobil penjahat. Selain itu rasanya

kurang seru karena tidak ada tokoh yang mampu menantang Lou guna menghalangi karirnya. Film Nightcrawler ini memiliki banyak pesan yang dapat kita tangkap. Diantaranya apa yang kita inginkan bisa kita raih asal kita tidak mudah berputus asa. Selain itu film ini juga memberikan pemahaman negatif bahwa bagaimana orang bisa lebih sukses jika melakukan tindakan-tindakan curang, dan berani menghalalkan segala cara. Karena sampai akhir film, tidak diceritakan Lou Bloom menerima “sangsi� atas perbuatan jeleknya. Akhir kata, film ini memiliki production value, dialog cerdas, dan patut diacungi jempol.

47

| Edisi 24 Tahun 2015


Resensi Buku

gandhi the man Oleh: Jasmine Aulia Lorca “Untuk mengubah orang lain, terlebih dahulu kamu harus mengubah dirimu sendiri.”

I Judul : Gandhi The Man Penulis : Ekhnath Easwaran Penerbit :PT. Bentang Pustaka Kota Terbit : Yogyakarta TahunTerbit : 2013 Tebal buku : 268 halaman ISBN : 978 602 7888 90 6

tu merupakan salah satu penemuan Gandhi paling radikal yang ia hasilkan seumur hidupnya. Gandhi yang memiliki nama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi telah banyak melakukan eksperimen pada hidupnya sendiri hingga membawanya pernah jatuh naik bangun, dan sukses selama hidupnya. Jauh sebelum ia berhasil menemukan panggilan hidupnya yang sebenarnya, ukuran sukses yang dikejar oleh seorang pria muda yang hidup di India zaman penjajahan ini adalah materialistis yang begitu sulit untuk dimiliki oleh kaum tertindas seprti dirinya. Dengan susah payah dia melanjutkan pendidikan hukum di Inggris. Dinamika kehidupan yang ia alami semasa itu telah membawanya menjadi pengamat yang baik akan dirinya sendiri. Belajar dari kesalahan dan kegagalan yang ia lakukan, secara tidak langsung hal itulah yang membentuk dirinya dan menuntunnya pada panggilan hidupnya yang sesungguhnya yaitu pelayanan. “Setiap keinginan kita pasti membawa kita dalam konflik. Namun kita bisa memilih, bagaimana dan siapa yang akan kita lawan.” Seringkali saat kita melakukan sesuatu atau berusaha mewujudkan keinginan kita, saat masalah atau rintangan datang, setiap jalan rasanya sulit untuk dilewati. Kepercayaan diri untuk menetukan pilihan hilang

48

| Edisi 24 Tahun 2015

karena konflik sebenarnya yang tengah dihadapi adalah didalam diri kita sendiri tanpa disadari. Belajar dari cara gandhi dalam menghadapi masalah yang ia hadapi. Awalnya, berkali-kali ia selalu lari setiap masalah datang padanya dan justru masalah yang sama kemudian datang lagi dengan kadar kegawatan yang semakin bertambah. Untuk menghadapi situasi itu seringkali kita sama seperti Gandhi yang dahulu. Menjadi merasa yang paling benar dan seringkali menyalahkan lingkungan dibanding mengintrospeksi diri sendiri. Kemudian mengabaikan masalah tersebut dan mengarahkan kemarahan akan kegagalan kita pada orang lain bukannya pada diri sendiri. Itulah yang akhirnya disadari oleh Mahatma Gandhi dan kemudian menerapkannya dalam kehidupannya.

”Berbicara tentang seorang Mahatma Gandhi, adalah salah jika kita mengikutinya secara literal dan mengimitasi kehidupan Gandhi di permukaannya.”


Karena sesungguhnya, ada banyak hal yang bisa depelajari dari seorang Gandhi yang Agung (Mahatma). Namun kita berbalik lagi, bahwa kita tidak bisa menjadi sama seperti dia. Sebagaimana mengembangkannya, Satyagraha bukanlah teknik ataupun teori, melainkan cara hidup yang diterapkan Gandhi pada dirinya sendiri dan pada lingkungan keluarganya, lalu berkembang ke komunitas, institusi, kemudian negara. Bagi Mahatma Gandhi, kemerdekaan India dari belenggu Inggris hanyalah hadiah untuk kedisiplinan dalam menerapkan satyagraha. Juga hanya merupakan contoh nyata begitu besar manfaat satyagraha ini dalam melakukan revolusi. Dalam perjuangannya di Afrika Selatan, ia mendefinisikan satyagraha seperti ini “kebenaran (satya) mengimplementasikan cinta dan keteguhan (graha) menjadikannya ada. Oleh karena itu, bertindak sama seperti sebuah energi. Dengan demikian aku mulai menyebutkan gerakan ‘satyagraha’ sebagai sebuah energi yang muncul dari kebenaran dan cinta atau nirkekerasan..” Sedangkan Nirkekerasan sendiri menurut gandhi adalah merupakan ekspresi kebenaran yang pal-

ing mulia. Belajar dari pengalaman hidupnya. Gandhi mendapatkan bahwa satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah dan konflik hanyalah dengan nirkekerasan (ahimsa). Baginya, kekerasan hanya akan membuat solusi tipuan dan menanamkan benih kegetiran dan permusuhan yang suatu saat nanti akan tumbuh kepermukaan dan menjadi masalah yang baru lagi. Adalah lebih elok jika kita belajar dari penemuan-penemuan gandhi dari eksperimen hidupnya. Karena sebenarnya itulah yang membuatnya mampu menjadi seorang Mahatma atau ‘jiwa yang agung’. Satyagraha dan Ahimsa tidak hanya dapat bekerja dalam lingkup politik tapi bahkan prinsip-prinsipnya dapat di implementasikan dalam semua bentuk interaksi manusia. Satyagraha dilingkungan keluarga, ketika diterapkan dengan benar, dapat menjadi landasan hubungan personal yang mendalam antara pria dan wanita. “Ketika keselamatan seseorang lebih penting bagimu dibanding keselamatan dirimu sendiri, ketika bahkan hidupnya lebih penting bagimu dibandingkan hidupmu sendiri barulah kamu bisa dikatakan bahwa kamu mencintai”. Gandhi sendiri belajar akan hal tersebut dari istrinya Kasturbai. Gandhi adalah se-

orang yang otoriter dan terkadang tempramen karena ia percaya bahwa haknya adalah memaksakan seluruh kehendaknya pada istrinya. Namun Kasturbai memiliki pemahaman intuitif tentang cinta nirkekerasan itu dan selama perselisihan rumah tangga yang kacau itu, ia mempunyai posisi yang setara dengan Gandhi. Perilakunya kemudian mengubah hubungan Gandhi dengannya. Dalam lingkungan kerja instansi maupun organisasi, seringkali konflik yang terjadi adalah seputar opini dan selera perorangan, perbedaan cara dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebagaimana orang bijak dari india yang mengatakan “semua orang berpikir bahwa jam di arloji-nya lah yang menunjukkan waktu yang paling benar.” Dalam hal ini tugas satyagraha adalah meminimalkan kepentingan diri dan lebih melihat denga perspektif yang lebih luas dalam arti lepas dari belenggu kepentingan pribadi. Gandhi percaya bahwa, ketika banyak orang yang menerapkan nilai-nilai nirkekerasan dalam hidupnya, institusi-institusi yang jauh lebih besar juga akan merefleksikan nilai tersebut.

49

| Edisi 24 Tahun 2015


Puisi

Puisi Cinta Oleh: Sri Kardina Dg. Intan Saat matahari sudah lelah memancarkan sinarnya. Bintanglah yg tetap setia Menggantikan peran matahari untuk menyinari langit. Bintang... Di penglihatanku Ia tak selalu muncul setiap malam Di penglihatanku Ia hanya setitik terang Yang selalu bersinar saat gelap Terkadang ku tak tahu Ia selalu ada disana Dan tak pernah berpindah Bahkan... Ketika ku tak melihat terang nya Ia memunculkan diri Agar ku tahu, ia ada disana Walau ia jauh, ia tetap indah Walau ia jauh, ia tetap dekat dihati Meski kadang menghilang Ia tetap bercahaya Dan masih setia memberikan gambaran indah Malamku... Hanya bintanglah yg selalu menemaniku Kerlip cahayanya yg mengindahkan malamku Yang tak dapat ku tolak Selalu , dan selalu ku inginkan Aku tersipu pada malam berbintang Seakan ia mengerti sosok lelaki yg ku khayalkan. Cahayanya membuatku yakin Kamu adalah yang terbaik. Bintang itu punya nama Yaitu kamu .... Saat kegelapan menghampiriku Cahayamu-lah penerangnya Saat pikiranku liar tak bertepi Sinarmu-lah labuhannya Cahayamu .... Bagaikan cinta dalam kegelapan Tetaplah setia pada sinarmu Agar malamku tak gelap

50

| Edisi 24 Tahun 2015

Perjalanan Pulang Oleh: Nurul Fadhillah S. /1/ Ketika turun hujan September malam Bulan-bulan sedang merangkak dari rahim Tuhan Berusaha tinggi menjulang Menuju atas kepala yang sudah penuh bosan /2/ Kasih, pada kepalan rindu buatmu Titik butirnya sengaja kujatuhkan satu-satu Dari dalam mobil merah milik bapak berbaju pudar Agar kau paham, betapa rindu kian mencekam /3/ Sekelebat bayang bapak dan mama bergantian tayangtayang Tipis senyum kekasih lama, Berdarah-darah dalam kotak kenangan Yang mulai melayang-layang /4/ Terang jalan trotar kota Sebentar lagi padam dan berganti dengan wajah kita Aku, membawa sebundel cinta Oleh-oleh dari bibir merah Perempuan pesolek yang senang bercerita /5/ Tentang lilin-lilin anti padam Asuhan tuan-tuan berdasi basa-basi Atau juga tentang keping-keping sajak Yang pada akhirnya lupa ‘Tuk kita bawa pulang

Makassar, 2014.


Puisi

Rindu yang Meradang Oleh : Annisa Lutfia Ketika hati ini berontak ditemani rindu yang meradang Hanya satu yang bisa kulakukan Duduk sendiri menikmati matahari yang mulai tenggelam di kaki barat Menampakkan bias indahnya sembari menikmati keanggunannya Dan merasakan hangatnya yang menenangkan Saat itu juga... Banyak yang menyebut dirinya sebagai ‘pengagum senja’ Iya, aku sedang merindu Merindukan masa kanak-kanak yang begitu bahagia Bahagia dengan segala kesederhanaan Mengejar layangan di bawah teriknya mentari misalnya. Atau hanya sekedar duduk melingkar di hadapan sebuah kertas Yang sepakat kita namai ‘ular tangga’, Ah, aku sungguh merindukan itu Hal kecil yang sangat jarang aku temui sekarang, Di negeri yang mulai berkembang dengan segala teknologi digitalnya

Banyak dari kita yang terlena dengan hal itu, Sampai lupa bahwa kebersamaan secara nyata jauh lebih penting Ketika kotak digital menggantikan sebuah kebersamaan Kebersamaan yang seharusnya adalah adalah sumber pembentuk setengah lingkaran di bibir Maka bersiaplah, virus mendatang Individualis akan mematikan negeri ini Kepedulian terhadap sesama perlahan memudar Pudar, dan hilang Sungguh miris, Aku... Mulai tergerak untuk menjadi mesin pencipta senyum Untuk mereka, pemilik mata-mata berbinar Pemilik senyuman tulus Dan wajah-wajah lugu Mereka... para generasi mendatang

51

| Edisi 24 Tahun 2015


Puisi

Dia; Titik Dua Cembung Oleh : Sandrawali Dia datang.. Menyajikan kelakar menipu malam, kembali Tepiskan perdu kesenduan dari jauh Andai waktu keliru, cerita ini ‘kan lebih bergemuruh Serupa kisah dibibir cangkir ‘Kita’ teguk pelangi dari hujan Tentang warna, serta guratan awan penghiasnya Di secangkir kopi itu, Ada kebersamaan, ada tanya yang belum terselesaikan Nikmatilah! Meski lelah, namun kau tak memberi jeda. Tahukah kau tuan, di tiap aksaraku Kau adalah arsiran abstrak tak pernah sanggup terlukiskan. Kerap merekah, pada kelopak mawar merah Juga syahdu pada lingkaran tari rumi, Mendentingkan rasa yang suri, riuhkan sepi. Kendurikan asa. Cinta kita lautkan, belum sempat berlabuh; malang Hingga larik kita kian berdendang, tenggelamkan durja Kelak, jika lupamu mengingat Tentang senja tlah berklise kenangan Masih adakah getir itu? Entahlah. aku merenda diam, menciduk tanya Hanya untuk memastikan jawaban hati; dilema.

52

| Edisi 24 Tahun 2015


53

| Edisi 24 Tahun 2015


kaleidoskop

Rapat Kerja Pengurus Kosmik Unhas periode 2015/2016 pada bulan April, bertempat di Tanjung Bayang.

Diskusi Foto yang dilaksanakan di ruang KEMA FISIP bersama kanda Marwan Paris.

Hari pertama Basic Course of Photography (BCOP) XXV yang diselenggarakan di GPI Unhas pada bulan Mei.

Dikdas Green Communication Club yang bertempat di Lengkese-Tanralili-Lembah Loe, pada bulan Juni.

54

| Edisi 24 Tahun 2015

Kelas Dasar Jurnalistik yang dilaksanakan pada bulan Mei, yang dibawakan oleh kak Irmawati.

Pelatihan Menulis Liputan dan Peristiwa (Timelines) 2015 yang bertempat di Asrama Mahasiswa Balikpapan.

Penerimaan & Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) 2015, dilaksanakan di FIS IV ruang 209, 19 Agustus 2015.

Advanced Radio Class yang dilaksanakan di Lab. Radio Komunikasi Unhas pada bulan September.


Pameran & Panggung Seni Communication Fair yang bertempat di GOR Unhas, dilaksanakan pada bulan September.

Orientasi Bersama Calon Unik dan Radikal (Obscura) dilaksanakan di ruang KEMA FISIP B, 12 Oktober.

Pembukaan Nuansa Unik dan Radikal (NURANI) pada Desember yang bertempat di desa Malaka, Kab. Maros.

Liga Biru Merah yang dilaksanakan pada bulan Desember, di lapangan Asrama Mahasiswa Unhas.

Malam Benang Merah bersama warga Kosmik, bertempat di Taman Sospol, pada akhir Oktober.

Riset yang menjadi rangkaian kegiatan Nurani 2015 dengan mewawancarai warga sekitar desa Malaka.

Hunting Wisata KIFO KOSMIK di Toraja, yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 Desember.

55

| Edisi 24 Tahun 2015



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.