Indonesia dalam perspektif geopolitik global

Page 1

Indonesia dalam Perspektif Geopolitik Global Penulis : M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

“Tatkala Iblis mencuri dengar berita langit, maka itulah realita peperangan intelijen sejak dahulu kala, kenapa? Melalui info (mencuri dengar) tersebut, digunakannya sebagai bahan untuk ‘menggoda iman’ dan kehidupan manusia agar selaras dengan (skema) keinginan Iblis, karena ia lebih memahami situasi kedepan. Dari titik inilah muncul istilah tersirat maupun tersurat di dunia perpolitikan” Dunia (geo) politik modern kini pun ada istilah hal-hal tersirat dan tersurat. Hal tersurat misalnya, lazim akan terkait pengelabuan(deception) publik. Atau semacam iming-iming, pencitraan, menjual angan-angan, dll melalui gebyar media massa dan modus-modus lainnya.Deception itulah buah suatu propaganda. Intinya: "Tebarkan kebohongan berulangulang kepada publik, kebohongan yang berulang akan dianggap publik sebagai kebenaran" (Joshep Gobbelz). Selanjutnya diterangkan, hal-hal tersurat merupakan ranah masyarakat awam atau orang kebanyakan ---- sementara hal tersirat lazimnya koridor para mentor politik, ranah analis non mainstream, dalang serta pemilik hajatan, dan sebagainya. Jika Bush Jr dulu menyatakan bahwa di negara X terdapat pelanggaran HAM, atau ada pemimpin tirani, tidak demokratis, dll itu artinya ---- di negara tersebut niscaya tersimpan potensi besar atas minyak, emas dan gas bumi. Itulah hal tersirat dari apa yang tersurat. Rumusnya sebenarnya sangat sederhana: "If you would understand world geopolitic today, follow the oil" (Deep Stoat). Terkait hal tersebut, bahwa apa yang tengah terjadi sekarang ---- yaknigeopolitical shift (pergeseran geopolitik) dari Atlantik ke Asia Pasifik disinyalir merupakan perulangan peristiwa sesuai prolog pada awal catatan ini akibat si Iblis mampu mencuri dengar berita langit. History repeat itself. Dan sudah barang tentu, informasi yang dicuri oleh "Iblis" kini berupa kabar dari ‘langit geopolitik’ di Asia Pasifik. Tak boleh dielak, bahwa dunia (awam) sepertinya cuma memahami data-data tersurat. Pada ranah geopolitik contohnya, memang ditengarai ada sembilan chokepoints strategis dimana setiap harinya melintas kapal-kapal tanker membawa jutaan barel minyak. Adapun titik-titik strategis tersebut antara lain adalah Selat Hormuz yang dilintasi 17 juta barel, Selat Malaka: 15 juta barel, Terusan Suez: 4,5 juta barel, Bab el Mandeb: 3,3 juta barel, dan lain-lain. Data tersebut belum termasuk jalur pipa di Ukraina, atau geopolitical pipeline of Syria yang lintas (antar) negara bahkan membelah benua. Mungkin inilah hal tersirat sesuai adagium dunia politik sebagaimana isyarat Pepe Escobar, “Politik praktis itu bukanlah yang tersurat melainkan apa yang tersirat” (2007). Pada gilirannya, manakala Syria, atau Ukraina, dll dijadikan ajang proxy war (medan pertempuran) bagi kepentingan para adidaya semata-mata karena faktor what lies beneath the surface (apa yang terkandung dibawah permukaan), tetapi dalam peropinian global, tak sedikit kalangan awam menganggap konflik di kedua negara sebagai konflik sektarian, atau konflik antarfaksi di internal negeri. Sungguh menyedihkan, namun itulah kecanggihan deception,produk dan fabrikasi dari sebuah industri propaganda. Jujur harus diakui, bahwa epicentrum Abad Atlantik ada padachokepoints di atas sebab hampir semua titik strategis dalam cengkraman Armada Amerika baik Armada Ke 3, Ke 5, Ke 6, Armada Ke 7, dan lainnya, maka pertanyaannya sekarang, dimana epicentrum Abad Asia Pasifik sebagai pertimbangan utama bergesernya geopolitik global?


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.