26-11-2014
Kilas Balik Poso dan Aceh: Sasaran Perang Asimetris Pemilik Modal Raksasa Asing Penulis : Tim Riset Global Future Institute dari Berbagai Sumber Di mana terjadi konflik horizontal, maka di daerah tersebut berarti terkandung sumber kekayaan alam yang maha besar. Bagaimanakah profil konflik Poso dan bentuk perdamaiannya?
Konflik Poso memuncak sebanyak 2 kali. Pada Desember 1998 dan Mei 2006. Bukan kebetulan pula, kedua konflik ini terjadi pada masa jabatan Gubernur Sulawesi Tengah Mayjen TNI Bandjela Paliudju. Bandjela Paliuju menjabat Gubernur Sulteng pada 1996 – 2001 (Periode I) dan 2006 – 2011 (Periode II). Poso merupakan bagian dari Sulawesi Tengah yang kaya akan sumber daya alam, mulai dari minyak bumi, gas, emas hingga nikel. Bandjela Paliudju merupakan sosok yang berpihak kepada kepentingan masyarakat Sulteng. Pertanyaannya, kenapa Bandjela Paliudju sampai harus digoyang oleh dua kali kerusuhan pada dua kali masa jabatannya ? Adakah kepentingan modal raksasa yang akan diuntungkan dengan goyangnya atau jatuhnya Bandjela Paliudju? Sesaat setelah Bandjela Paliudju menjabat Gubernur Sulteng pada 1996, PT Inco asal Kanada mulai mengeksplorasi Nikel di Poso (1997). Kemudian pada 1998, PT Mandar Uli Mineral, anak usaha Rio Tinto Group milik "Rothschild", menggarap emas di Poso seluas 550 ribu hektar. Rupanya, pemerintahan Bandjela Paliudju di Sulteng yang pro rakyat, mengganggu bisnis Inco dan Rio Tinto. Maka pecahlah konflik Poso Desember 1998. Konflik Poso I (Desember 1998) berhasil digagalkan oleh kekuatan militer saat itu. Pada akhir periode jabatannya sebagai Gubernur Sulteng, Bandjela Paliudju hendak maju kembali untuk periode 2001–2006. Namun pemerintahan Gus Dur tidak mengangkat kembali Bandjela Paliudju (saat itu, jabatan Gubernur masih ditunjuk presiden). Ketika Pilkada Sulteng sudah digelar, pada 2005, Bandjela Paliuju ikut sebagai peserta. Kekhawatiran dari para pemilik modal besar di kawasan Sulteng dan khususnya Poso meningkat. Bandjela Paliudju dianggap bisa membahayakan kepentingan modal asing yang tengah masuk ke Sulteng dengan kebijakannya yang pro rakyat. Pada 2006, Inco akan memulai eksploitasi tambang barunya di Morowali dan telah investasi US$