Sekilas madura dari perspektif geopolitik

Page 1

30-06-2015

Analisis Geopolitik

Sekilas Madura dari Perspektif Geopolitik Penulis : M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Memulai telaah (geopolitik) Madura ---konon nama pulau itu bermakna “MADU”-nya Indonesia RAya (terbaca: MADURA)--- sekurang-kurangnya ada dua retorika yang perlu dikaji sekaligus menjadi kontemplasi kita bersama. Pertama: Apakah Cina akan rela merogoh koceknya sebesar Rp 2,1 Triliun (T) dari Rp 4,5 T biaya pembangunan Jembatan Surabaya Madura (Suramadu) jika Madura cuma penghasil jagung, garam, sate, karapan sapi, atau carok belaka? Kedua: Apakah konflik Syiah-Sunni di Sampang murni konflik antarmazhab, intoleransi, dll atau disebabkan faktor lain terkait what lies beneath the surface,apa yang terkandung di bawah permukaan Madura? Retorika ini tak perlu dijawab agar tulisan ini dapat dilanjutkan. Intelijen tidak pernah kecolongan, karena kerjanya mengelola serta menganalisa data dan fakta yang berserak menjadi sekumpulan informasi akurat untuk kepentingan (disuguhkan) pimpinan dan negara. Tetapi apa boleh buat, info intelijen setajam apapun akan terpulang kepada si pengguna (user): “Dipakai, didiamkan, atau dicampakkan!” Ini premis awal terkait geopolitik Madura. Ada premis lain tentang modus kolonialisme yang kerap dilakukan golongan negara kolonial di muka bumi: “Conflict is the protection oil flow and blockade somebody else oil flow” (Dirgo D Purbo, 2011). Katakan itu sebuah asumsi meski belum bisa dikatakan teori, tetapi ia bisa dijadikan titik mula mengurai tulisan tak ilmiah ini, selain terinspirasi dua retorika di atas. Maka mem-breakdown asumsi Dirgo, substansinya ialah bahwa konflik-konflik terutama konflik komunal dalam skala besar dengan motif dan latar belakang apapun, sepertinya sengaja “diciptakan” guna melindungi aliran minyak dan memblokade pihak-pihak lain agar publik tidak memahami ada aliran minyak di sekitarnya. Dengan kata lain, mata serta opini publik sengaja dialihkan (deception) melalui tampilan (konflik) di atas permukaan via gebyar media, sedang hidden agenda yang dijalankan oleh kelompok kepentingan tertentu justru lepas dari pantauan publik. Inilah yang seringkali tak dipahami oleh kaum awam. Mencermati Madura sebagai contoh, nasibnya hampir mirip dengan Papua. Betapa tingkat kesejahteraan warga di kedua daerah kurang beruntung di tengah kelimpahan sumber daya alam (SDA)-nya, celakanya justru dikelola oleh (asing) swasta. Di Papua ada emas, gas, bahkan menyimpan (ditemukan) uranium, namun SDA dimaksud dalam cengkeraman asing (Amerika dan Cina). Demikian pula Madura, meskipun di pulau garam ---istilah lain Madura---terdapat geliat offshore danonshore, toh dikelola oleh swasta asing pula. Warga di sekitar hanya menonton, dibuat lupa atas takdir tanah (geopolitik)-nya yang berkelimpahan SDA. Segenap warganya cenderung abai, bagaimana sistem bagi hasil antara swasta pengelola, pusat dan daerah; atau sudahkah corporate social responsibilty (CSR) diturunkan kepada lingkungan; apakah semua itu ada kontribusi untuk APBD setempat, dan lain-lain. Hal ini dilupakan oleh elit lokal bahkan mungkin juga elit nasional karena terlalu asyik sendiri dengan isueisue politik, korupsi, demokrasi, HAM, lingkungan, konflik antarmazhab dalam agama


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Sekilas madura dari perspektif geopolitik by BEM KM UGM - Issuu