Remagazine #1: Memaknai Pendidikan dan Kemerdekaan

Page 1

MEMAKNAI PENDIDIKAN

DAN KEMERDEKAAN Menteri Menteri Pendidikan Pendidikan BEM BEM Rema Rema UPI: UPI: “Pendidikan “Pendidikan Sebagai Sebagai Cita-cita Cita-cita Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia Indonesia MEMORIAM MEMORIAM PROF. PROF. FURQON FURQON Ph.D Ph.D :: “Sebab, “Sebab, Pendidikan Pendidikan tidak tidak akan akan berakhir berakhir hingga hingga akhir akhir zaman“ zaman“

MEREFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL RASIO GURU DAN MURID DI INDONESIA TIMPANG SEKITAR 152 RIBU SEKOLAH DI INDONESIA RUSAK TOTAL DAN BERAT

BEM SI JABAR : “Kawal janji Janji Kado Awal Tahun Jokowi”

BEM REMA UPI 2017: Laju Reaksi BERKAT KERJA KERAS, MIMPI ALBADRI TERWUJUD DI LONDON BIG DATA AND AUGMENTED REALITY

MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA

REMA CHALLENGES

EDISI 1

17 AGUSTUS 2017


DAFTAR ISI 2 Sambutan Presiden Mahasiswa Pendidikan sebagai Cita-cita Kemerdekaan Indonesia 5 Biografi Alm. Prof. Furqon

3

Data dan Fakta 7 11 Pusgerak 13 Wawancara tokoh: Prof. Karim Suryadi 15 Aku untuk UPI Big data dan Augmented Reality 17 19 Info Kementerian 21 Info Kampus Daerah 23 Galeri foto Himpunan Mahasiswa 26 Seni dan Sastra Quotes 28 Quiz 29 Space Iklan 28 Dapur Redaksi 32

1


Sambutan Presiden Mahasiswa “Menghantam Defisit Argumentasi�

Ada pemuda apik moralnya, dialotkan dengan ripuhnya akademik, Ada pemuda dinamis acuhnya, dihantam dengan pasifnya tembok persepsi kelas, Begitulah kemudian pemuda dizaman konspirasi ini dipelintir paradigmanya untuk dibentuk menjadi sebuah konsepsi argumentasi yang mandul. Hingga semua kebenaran yang lahir adalah relatif tidak ada kebenaran yang mutlak secara moral. Hal inii memunculkan sebuah kelesuan dalam berpendapat dikalangan halayak muda khususnya mahasiswa. Dan memiliki kecenderungan meningkatkan dosis sinisme terhadap fenomena gerakan moral yang dilakukan oleh segelintir aktifis yang mengatasnamakan keadilan. Gerakan moral yang berbumbu radikal kini dicekal, meskipun gerakan dibangun atas dasar argumentasi empiris yang sulit dibantah oleh rasionalisasi manapun. Represifitas yang dibangun secara sistematis membuat mahasiswa kian nyaman dalam ketakutannya. Pendidikan yang diatur sedemikian rupa membuat mahasiswa lupa akan konsekuensi identitasnya sebagai social control. Lambat laun ini membuat mahasiswa malas untuk berpikir kritis, bahkan jangankan untuk menulis hasil pemikirannya di media masa, untuk sekedar menegur temannya yang salah saja mahasiswa masih harus berpikir berulang-ulang, padahal sudah jelas itu merupakan sebuah kesalahan. Ini merupakan sebuah kemunduran dalam berpendapat. Para pemain politik kini tak usah repot-repot menyusun strategi agar anak muda yang kritis bisa bungkam. Karena jika anak muda masih larut dalam keadaan seperti ini, maka dengan sendirinya mereka akan berhenti berpendapat. Kini mereka tinggal fokus bagaimana caranya bisa mentransaksikan proyeknya di balik tangan tanpa harus diumbar di publik. Selain lesunya argumentasi dikalangan pemuda, terdapat juga penyakit akut yang sering menerpa gairah, yaitu keteledoran percaya diri yang menjadi salah kaprah hingga pada ujungnya memunculkan arogansi kaum intelektual. Ini sering kita lihat dikalangan aktivis yang bermahzab eksistensialisme, yang mengaggungkan eksistensi sebagai kebutuhan hidup. Kita sekarang sedang berada dalam dunia yang begitu dinamis, sampai-sampai tingkat konsentrasi manusia pun tak bisa dikontrol lagi, karena teralihkan oleh barbagai macam pengecoh pikiran seperti teknologi gadget dan berbagai teknologi lainnya. Namun dalam perjalanannya pemuda tetaplah pemuda, ia digadang menjadi iron stock dimasa depan. Harapan akan terus menetap dalam setiap pertambahan umur perjuangan, maka pemuda tak bisa dipisahkan dari perubahan itu. Sebagai sarana menjaga idealisme pemuda, kita membangun sebuah konspesi dasar dari berbagai pemikiran yang tertuangkan dalam goresan pena. Ini akan melatih kita untuk senantiasa mengaktualisasikan diri untuk membangun critical thinking dalam setiap barisan perjuangan masa muda. Dengan hadirnya Remagazine ini, diharapkan terciptanya sebuah tatanan pemikiran baru dikalangan anak muda Indonesia khususnya mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia untuk senantiasa berpendapat walaupun kematangan belum melengkapi, tapi yakinilah dengan seringnya kita mengeluarkan argumen atau pendapat yang dituangkan kedalam sebuah tulisan, akan membuat setiap pribadi muda menjadi semakin berkualitas. Selamat menikmati berbagai karya resonansi pemikiran para accelerator kebaikan. Mari bergabung bersama kami, accelerator kebaikan!

Ahmad Fauzi Ridwan Presiden BEM Rema UPI

2


Pendidikan sebagai Cita-cita Kemerdekaan Indonesia Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, disebutkan bahwa salah satu cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menyiratkan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan merupakan agenda prioritas yang harus terus dibenahi dalam rangka pembangunan bangsa Indonesia, karena hanya dengan pendidikan, citacita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa itu akan terwujud. Maka masalah utama yang perlu disikapi berdasarkan amanah UUD 1945 tersebut ialah mengenai pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan merupakan isu yang tidak pernah selesai diperbincangkan, karena berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dirasa belum cukup untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Upaya pemerataan pendidikan sudah mulai digencarkan oleh pemerintah melalui program Wajib Belajar 9 tahun. Secara umum tujuan wajib belajar adalah untuk mengurangi angka putus sekolah. "Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah" (Pasal 1 pada PP No.47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar".

Kemudian dikuatkan kembali melalui Pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu "(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan". Namun masih saja kita temui berbagai masalah yang berkaitan dengan pemerataan pendidikan. Beberapa masalah pemerataan pendidikan yang perlu diatasi meliputi kesenjangan kualitas pendidikan di Desa-Kota, Negeri-Swasta dan Umum-Agama. Pertama, kesenjangan kualitas dan penyelenggaraan pendidikan antara desa dan kota masih sangat terlihat jelas oleh mata kita. Tak perlu kita mendatangi daerah-daerah terpencil di pelosok negeri, karena berbagai tayangan di televisi swasta pun sudah banyak menunjukkan bahwa kondisi pendidikan negeri kita sangat mengkhawatirkan. Sarana prasarana sekolah yang tidak memadai, kualitas dan jumlah guru yang masih minim, akses menuju sekolah yang masih jauh dari rumah siswa dan faktor-faktor lainnya menjadi bukti bahwa kesenjangan pendidikan masih dirasakan oleh masyarakat di pelosok negeri sana. Seharusnya pemerintah memberikan perhatikan lebih kepada daerah-daerah yang tertinggal, baik melalui gelontoran anggaran pendidikan maupun kebijakan-kebijakan lain yang dapat meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di daerah tertinggal. Kedua, kesenjangan antara penyelenggaraan sekolah Negeri dan sekolah Swasta. Di mata masyarakat masih banyak pandangan bahwa sekolah Negeri lebih baik daripada sekolah Swasta. Sebetulnya yang menjadi perbedaan antara sekolah Negeri dan Swasta adalah mengenai penyelenggaranya. Apabila sekolah Negeri diselenggarakan langsung oleh pemerintah

3


Hal ini yang justru menjadi polemik dan akan menjadi kesenjangan dalam aspek fasilitas, kualitas dan profesionalitas pendidik hingga output peserta didik. Bagi Swasta yang memiliki modal besar, penyelenggaran pendidikan akan sangat ditunjang dengan fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas dan output siswa yang berprestasi. Namun bagaimana dengan Swasta yang tidak memiliki modal besar? Seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih kepada sekolah Swasta dan tidak meng-anak tiri-kan sekolah-sekolah Swasta. Harapannya dapat terbentuk kerangka pikir di masyarakat bahwa kualitas sekolah Swasta dan Negeri itu sama, sehingga tidak ada lagi upaya suapmenyuap oleh orang tua yang ingin anaknya masuk sekolah Negeri favorit. Dan ketiga, mengenai kesenjangan sekolah Umum dan Agama, akhir-akhir ini cukup hangat diperbincangkan. Hal ini disebabkan karena kebijakan Sekolah 5 hari atau Full Day School yang dikeluarkan oleh Mendikbud RI, Muhadjir Effendy melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Lima Hari Kerja Di Sekolah. Sejak awal dikeluarkan, masyarakat sudah memberikan reaksi yang beragam. Secara sekilas, publik dapat melihat bahwa ada dua golongan ormas yang berada di kubu berseberangan, yaitu Muhammadiyah yang pro kebijakan Full Day School dan NU yang kontra dengan Full Day School. Kebijakan ini dinilai dapat mengadu-domba kedua Ormas Islam besar di Indonesia ini. NU sebagai ormas yang notabene memiliki ribuan sekolah madrasah yang tersebar di Indonesia mengkhawatirkan kebijakan ini akan mematikan eksistensi sekolah Madrasah Diniyah. Dan pada hari Selasa kemarin, tanggal 15 Agustus 2017 tepat di Kantor Kabupaten Tasikmalaya, ribuan warga NU unjuk rasa tolak Full Day School. Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang tidak

beres dari penyelenggaraan pendidikan umum (Full Day School) dan pendidikan agama (Madrasah Diniyah). Selain ketiga permasalahan kesenjangan pendidikan diatas, masih ada lagi permasalahanpermasalahan dalam pendidikan lainnya yang perlu diatasi. Kriminalisasi terhadap Guru semakin menjamur akhir-akhir ini. Rekaman tindakan perundungan (bully-ing) antar siswa semakin ramai tersebar di media sosial. Degradasi moral tunas bangsa. Kesejahteraan Guru. Dan masih banyak lagi permasalahan yang harus segera dibenahi.

Wujudkan cita-cita k e m e r d e k a a n I n d o n e s i a ! Dari beberapa hal yang sudah disampaikan diatas, tidak bisa kita pungkiri bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa itu masih belum terealisasi. Pendidikan adalah punggung peradaban bangsa Indonesia. Ketika Pendidikan sudah tidak baik, jangan harap peradaban bangsa ini akan terwujud. Maka, di tengah-tengah nuansa kemerdekaan ini, teriakan lantang yang perlu disuarakan ialah "Wujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia!". Bukan hanya tugas pemerintah, namun kita pun memiliki tugas untuk membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia tersebut. Kecil besar kontribusi tak menjadi personal, selama kita menyalakan lilin-lilin kecil untuk menuju Pendidikan Indonesia yang lebih cerah. Merdeka! Hidup Mahasiswa! Hidup Pendidikan Indonesia! Salam Pendidikan dari, Adnan Rais Menteri Pendidikan BEM REMA UPI 2017 Kabinet Laju Reaksi

4


5


6


70%

Ruang Kelas

Sekolah di Indonesia dalam Kondisi Rusak Fasilitas merupakan hal terpenting dalam berjalannya proses belajar mengajar, namun apa yanga akan terjadi apabila sejumlah fasilitas pendukung proses pembelajaran mengalami kerusakan. Begitulah peristiwa yang terjadi di negeri kita Indonesia ini, kuang lebih sekitr 70% Ruang kelas sekolah di Indonesia dalam kondisi rusak.

Simpulan bagan : Sejamlah 98,9 ribu kondisi ruang kelas mengalami rusak sedang Sejumlah 165,7 ribu kondisi ruang kelas mengalami rusak parah Sejumlah 909,7 ribu kondisi ruang kelas mengalami rusak sedang, dan Sejumlah 489,6 ribu ruang kelas dalam kondisi baik

Seperti yang dikutip dari lembaga riset databoks.co.id yang diterbitkan pada 6 Oktober 2016 yaitu dari 1,6 juta ruang kelas yang ada hanya 29,3 persen ruang kelas dalam keadaan baik, sisanya dalam kondisi rusak ringan, sedang, dan berat. Kondisi ruang kelas rusak paling banyak terdapat di sekolah dasar. Sebanyak 46,5 persen atau 774 ribu ruang kelas rusak ada di sana. Meski pendidikan telah mendapat alokasi anggaran 20 persen setiap tahunnya, tapi infrastruktur masih dalam kondisi buruk. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilansir dari laman data.go.id memperlihatkan bahwa mayoritas ruang kelas sekolah di Indonesia masih dalam kondisi rusak. Peran dari masyarakat untuk membatu memperbaiki kondisi ini sangat diperlukan sebagai bukti aksi kepedulian terhadap dunia pendidikan di Indonesia dan Peran pemerintah yang lebih aktif dalam menanggulangi kondisi ini sangat diperlukan guna kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran di kelas dengan baik.

7


84%

Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah Kekerasan merupakan hal yang sangat kurang lazim dilakukan apalagi jika dilakukan terhadap sesame manusia. Kekerasan ini juga tak lepas dari lingkungan disekitar kita terutama dalam dunia pendidikan. Seperti yang dikutip dari Lembaga Riset Riset LSM International Center for Research on Women (ICRW) yang dirilis pada 2015, menyebutkan bahwa pada 2014, terdapat 84,1 persen anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata kawasan Asia, yakni 70 persen. Pakistan menjadi negara dengan persentase paling kecil sebesar 43,5 persen. Riset ini dilakukan di lima negara Asia, yakni Vietnam, Kamboja, Nepal, Pakistan, dan Indonesia. Untuk Indonesia, kota yang menjadi sampel adalah Jakarta dan Banten. Survei ini diambil pada Oktober 2013 hingga Maret 2014 dengan melibatkan 9.000 siswa usia 12-17 tahun, guru, kepala sekolah, orangtua, dan juga perwakilan LSM ICRW di Indonesia. Dalam riset tersebut menunjukan angka yang luar biasa dalam menymbang angka kekerasan terhadap anak di sekolah, sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai sesame manusia dalam menjaga sikap, apalagi berkaitan dengan dunia pendidikan, apakah pendidikan akan baik-baik saja dengan kekerasan?, tentu tidak.

Simpulan Bagan : : “Tercatat bahawa lebih dari 80% dibandingkan denga n negara lainnya bahwa indonesia menyumbang angka yang cukup tinggi dalam halnya kekerasan di sekolah�

8


Sekitar 152

Rusak

Ribu Sekolah di Indonesia Total dan Berat

Hakikatnya dalam dunia pendidikan sekolah merupakan sarana penunjang pegelolaan pendidikan khususnya diindonesia ini, namun beda halnya apabila yang terjadi adalah sekolah yang merupaka sarana penunjang pendidikan mengalami kerusakan yang berujung pada ketidak efektifannya proses pembelajaran, dikutip dari media detik.com (20/10/2016) bahwasanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melaporkan kepada Presiden Joko Widodo perihal kondisi sekolah di Indonesia. Dikatakan Muhadjir, ada 152 ribu sekolah di Indonesia yang mengalami rusak berat dan total.

Muhadjir mengatakan bahwa perbaikan diprioritaskan untuk sekolah – sekolah yang mengalami rusak fatal dan rusak berat, yang nanti statusnya akan dinaikan menjadi SPM (Standar Pelayanan Minimum) Sekolah bertahap selama 3 tahun apabila anggarannya cukup untuk memperbaiki 150 ribu sekolah yang rusak fatal dan berat. Perbaikan sekolah seharusnya mereta untuk seluruh sekolah yang mengalami kerusakan baik yang ringan maupun berat dan sudah menjadi tanggung jawab kita semua sebagai agen pendidik yang peduli pada pendidikan di indonesia ini, dan juga tanggung jawab pemerintah selayaknya sebagai penyedia fasilitas penunjang pendidikan.

Muhadjir mengatakan, pemerintah akan melakukan rehabilitasi sekolah yang rusak berat dan total itu mulai tahun depan. "Untuk tahun depan itu kita rencanakan akan direhabilitasi sekitar 50 ribu. Baik yang rusak berat maupun rusak fatal, rusak total," katanya. Namun, kata Muhadjir, untuk perbaikan sekolah yang mengalami rusak ringan, maka harus bersabar. Pasalnya Kemendikbud saat ini fokus untuk rehabilitasi sekolah ytang rusak berat dan total, sehingga anggaran untuk perbaikan sekolah yang rusak ringan sementara dihapus dulu.

9


Rasio

Guru dan Murid di Indonesia Timpang

Tenaga pengajar sekolah atau biasa disebut Guru merupakan fasilitas utama dalam sumber ilmu bagi para siswanya, namun bisa jadi masalah apabila perbandingan guru dan murid terjadi timpang dan tak seimbang, begitulah yang terjadi di indonesia menurut Analytic and Capacity Development Partnership (ASCDP) Seperti yang dimuat pada media Beritasatu.com berdasarkan data Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), rasio perbandingan antara guru dan murid di Indonesia adalah yang terendah di dunia. Hal itu dipengaruhi perekrutan guru yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan melampaui jumlah pendaftaran murid di segala tingkat pendidikan.

Menurut Anggota ACDP, Sari Soegondo, perbandingan tersebut menghasilkan rasio murid-guru 20:1, namun, 10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan menjadi 51 persen, sehingga rasionya 15:1 dan menjadi rasio perbandingan guru terendah di dunia. Sedangkan data UNESCO 2014 menetapkan perbandingan 26:1 untuk negara-negara Asia, dan 24:1 untuk negara-negara yang berpenghasilan menengah.

Jika dibandingkan dengan data UNESCO menurut Sari, Indonesia sangat jauh karena saat ini memiliki perbandingan 15:1 akibat kurangya pembangunan mutu pendidikan sehingga secara kuantitas timbul sebuah ketimpangan rasio guru-murid yang terlihat sangat menonjol pada daerah. Sementara, menurut Kepala Sub Bidang Pendidikan Tinggi Badan Pembangunan nasional (Kasubdit Bapenas) Amich Alhumani, Indonesia memiliki rasio perbandingan guru-murid terendah dunia karena adanya sekolah- sekolah kecil di daerah pendesaan dengan jumlah murid kurang dari 100 orang sehingga hal tersebut tidak efektif jika menempatkan guru sesuai aturan sembilan orang per sekolah, karena masih-masing guru hanya membimbing 1:10 murid. Maka dari itu perlu adanya pemerataan dalam pendistribusian guru dan harus ada kebijakan kebijakan pengalokasian guru sesuai dengan perbandingan guru dan murid. Pendistribusian guru yang baik merupakan solusi agar perbandingan guru dan murid sebanding.

10


BEM SI Jabar Kawal Janji Kado Awal Tahun Jokowi

B

EM SI kembali membantu menyuarakan suara masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai memiliki kejanggalan atau dapat dikatakan tidak bijak terhadap masyarakat dalam mengambil keputusan. Salah satu hal yang dituntut oleh BEM SI adalah penepatan janji mengenai Kado Awal Tahun dari Presiden yang sangat mengejutkan. Kado Awal Tahun merupakan kebijakan baru yang dinilai kurang sosialisasi ke masyarakat dan terkesan sepihak sehingga masyarakat kurang persiapan dalam menghadapi hal ini. Salah satunya yaitu mengenai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP No. 60 Tahun 2016) yang mulai ditetapkan pada tanggal 2 Desember 2016 lalu. PP No. 60 Tahun 2016 ini mengatur mengenai kenaikan harga STNK, TNKB, BPKB dari 200% hingga 300%. Hal ini tentu sangat memberatkan masyarakat, meskipun pemerintah berdalih kenaikan harga tersebut bertujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan dan mendongkrak penerimaan pendapatan negara non pajak. Selain mengenai PP No. 60 Tahun 2016, kebijakan baru pemerintah mengenai kenaikan harga BBM Non Subsidi dan Tarif Dasar Listrik 900 V/A yang berlaku sejak tanggal 5 Januari 2017 kemarin juga sama memberatkannya. Kenaikan harga BBM Non Subsidi ini diberlakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Pemasaran PT. Pertamina Nomor Kpts002/F00000/2017-S3 dan 003/F00000/2017-S3 tanggal 4 Januari 2017. Hal ini tentu saja bisa disebut cacat hukum karena dalam Perpres No. 191 tahun 2014 tentang penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Pasal 14, dijelaskan bahwa Harga Dasar dan Harga Eceran BBM ditetapkan oleh Menteri ESDM. Hal serupa terjadi pada penetapan kenaikkan harga Tarif Dasar Listrik (TDL) 900 V/A. Meskipun kenaikkan TDL ini hanya ditujukan untuk pengguna listrik 900 V/A, tetap saja memberatkan karena kebanyakan pengguna listrik 900 V/A adalah kalangan menengah ke bawah. Kado Awal Tahun ini sebenarnya telah dituntut oleh BEM SI sebelumnya, namun yang terjadi di sebagian daerah, kebijakan ini diterapkan tidak sesuai dengan Nota Kesepahaman BEM SI sebelumnya. Maka, setelah 90 hari, BEM SI menuntut lagi pemerintah menepati janjinya agar masyarakat tidak merasa keberatan dengan kebijakan-kebijakan baru ini.

Audiensi dengan perwakilan DPRD Jawa Barat membahas Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) - Gedung DPRD Jawa Barat - Bandung

Selain Kado Awal Tahun, Indonesia memiliki kasus lagi mengenai Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). Permasalahannya adalah mengenai lahan dan jalur Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Pemilihan lahan dan jalur ini dinilai tidak memiliki tata ruang wilayah yang baik. Sehingga, BEM SI menuntut agar pemerintah meninjau ulang mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah. Tentu, tata ruang ini tidak boleh menindas dan melanggar atas hak-hak masyarakat, terutama dalam konflik agraria. Permasalahan lainnya adalah mengenai proyek E-KTP. Dalam hal ini, BEM SI menuntut agar DPR dan pemerintah bisa melakukan transparansi mengenai proyek pengerjaannya. Selain itu juga, BEM SI menuntut agar masalah ini segera diselesaikan agar tidak mengganggu berjalannya PILKADA serentak. BEM SI mengkaji permasalahan E-KTP ini disebabkan oleh sangat berpengaruhnya E-KTP dalam proses PILKADA nanti. E-KTP merupakan syarat yang diperlukan bagi calon kepala daerah, terutama calon kepala daerah perseorangan yang harus mendapatkan dukungan dari masyarakat yang dapat diminisalisasikan dengan E-KTP. Selain itu, jika terdapat masyarakat yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), maka E-KTP bisa dijadikan syarat untuk menggunakan hak pilih. Namun, yang terjadi di Jawa Barat yaitu sekitar 3 juta orang belum mendapatkan EKTPnya. Hal tersebut setara dengan 9% suara Jawa Barat dalam pemilihan. Atas banyaknya kasus-kasus yang dituntut oleh BEM SI kepada pemerintah, umumnya, BEM SI menuntut agar pemerintah bisa lebih amanah dalam menjalankan kepercayaan dari Rakyat Indonesia dan tidak mengeluarkan kebijakan serampangan. [Anita Dyah] Sumber: Hasil Kajian Kemeterian Luar Negeri BEM Rema UPI

11


KPPM

Galang Bantuan untuk Bencana Sumbar

Aksi galang dana ini diselenggarakan di Car Free Day Dago, Bandung, sekitar pukul 8 pagi hingga Car Free Day selesai. Beberapa punggawa BEM REMA UPI terjun langsung untuk menjadi penyalur kebaikan masyarakat kota Bandung yang sedang berolahraga di kawasan Car Free Day untuk membantu saudaranya di Sumatera Barat. Tak hanya menggalang dana, Ujang, salah satu staf KPPM BEM REMA UPI pun turut menjelaskan kejadian yang terjadi di Sumatera Barat. Sehingga, masyarakat awam yang tak mengetahui keadaan di Sumatera Barat bisa lebih terbuka informasinya.

Perwakilan KPPM sedang melakukan penggalangan dana di area Car Free Day Jl. Ir. H. Djuanda - Bandung

Aksi galang dana yang diselenggarakan oleh KPPM BEM REMA UPI ini berhasil mengumpulkan dana jutaan rupiah yang langsung disalurkan ke posko bantuan banjir bandang Sumatera Barat. [Anita Dyah]

P

ada hari Minggu (12/03/2017), Kementerian Pengabdian dan Pengembangan Mahasiswa (KPPM) BEM REMA UPI menggalakan aksi untuk membantu yang tertimpa musibah di Sumatera Barat. Seperti yang telah kita ketahui, Sumatera Barat mengalami banjir bandang dan juga disertai longsor yang diakibatkan oleh hujan deras yang berlangsung terus menerus. Dari informasi yang didapatkan, terdapat 12 titik banjir di 7 kecamatan. Kecamatan terparah terdapat di Kecamatan Pangkalan dengan kedalaman 1.5 meter akibat meluapnya Sungai Maek. Dari bencana ini pun, tercatat 4 orang meninggal dunia dan terdapat 8 mobil yang tertimpa longsor. Oleh karena itu, KPPM BEM REMA UPI menyelenggarakannya aksi galang dana.

Perwakilan KPPM sedang melakukan penggalangan dana di area Car Free Day Jl. Ir. H. Djuanda - Bandung

12


Merefleksi

Hari Pendidikan Nasional Prof. Karim Suryadi Peneliti komunikasi politik Dosen FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Kolumnis Pikiran Rakyat

Bandung - Prof. Karim Suryadi mengatakan terdapat pepatah dalam bahasa Arab, yang kalau diterjemahkan berbunyi jadikanlah mengajar sebagai kesempatan memperdalam ilmumu, dan jadikanlah kritikan para murid sebagai pengingat apa yang tidak kau miliki. Filosofi dalam mengajar adalah menuntut ilmu. Guru harus sudah memiliki apa pun yang diharapkan ada dan terjadi pada murid-muridnya. Bila guru menginginkan muridnya memahami sesuatu, guru yang mengajarnya harus sudah paham. Bila seorang guru menginginkan murid-muridnya menjadi guru yang baik, dialah definisi terlengkap tentang guru yang baik itu. Baginya teramat banyak tokoh yang menginspirasi dan mengajarkan kebajikan dan menginspirasi untuk menjadi orang baik bagi beliau. Prof. Karim Suryadi mengatakan untuk belajar mengenai heroisme seorang guru bisa dari Panglima Besar Sudirman, belajar kesederhanaan dalam hidup dari Prawoto Mangkusasmito (sampai 1950 sudah menjadi Wakil Perdana Menteri dan Wakil Ketua 1 Konstituante namun masih mengontrak rumah), atau belajar menikmati menderitanya menjadi seorang pemimpin dari Haji Agus

Salim, dan masih banyak tokoh lainnya yang menginspirasi beliau. “Dari merekalah kita bisa belajar banyak cara menjadi orang hebat, namun satu jalan saja menuju kehancuran, yakni sombong datang mendahului kehancuran,� tutur Prof. Karim Suryadi, Rabu (19/04/2017). Prestasinya Prof. Karim di bidang kepenulisan sudah tidak diragukan lagi dan begitu banyak. Sejak setahun silam beliau dipercaya sebagai penulis kolom tetap di www.pikiran-rakyat.com untuk bidang politik, yang terbit setiap hari Selasa. Beliau mengatakan tertarik menulis karena berawal dari kesenangannya membaca. Dimulai dari kegemarannya menulis cerita pendek, feature, hingga essay. Termasuk membaca pikiran orang yang tidak ia kenal. “Pikiran yang dituliskan menyelinap masuk menerobos tembok, menembus jarak dan waktu. Lalu muncul keinginan mewarnai diskursus yang terjadi,� ucapnya. Tulisan beliau pun sejak semester dua ketika kuliah di S1 sudah dimuat di Bandung Pos dan Gala (dulu pesaing

13


Pikiran Rakyat, sekarang sudah tidak terbit). Menurutnya untuk mengasah menulis adalah dengan giat mengikuti berbagai lomba. Dari tulisan pun menjadi salah satu saksi jalan hidupnya, persalinan anak beliau dibiayai dari hadiah juara menulis tentang anak jalanan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (2001). Baginya selain turut membangun diskursus akademik, menulis adalah strategi personal marketing yang paling alami. Untuk tetap bisa produktif mengasilkan tulisan, tips dari beliau adalah jangan membunuh ide. Ketika gagasan datang tuliskan sebelum lupa dan malas merampasnya. Alirkan gagasan dengan bahasa dan gaya sendiri agar natural. Gunakan analogi untuk "mencipta" istilah baru. Sebagai seorang dosen yang juga bertugas mendidik dan erat kaitannya dengan dunia pendidikan menurut Prof. Karim, Hardiknas adalah momentum memperbaharui semangat dalam memahamkan warga bangsa tentang budaya, alam, dan nilai-nilai hidupnya serta memberi contoh atas apa yang ingin diwujudkan lewat aktivitas mendidik. “Hardiknas pun saya maknai sebagai tonggak sejarah saat para pendiri bangsa menunjukkan keberanian moral dalam memilih jalan perubahan dan kemajuan yg diletakan di atas hamparan budaya bangsa. Karena itu, baik proses maupun hasil pendidikan tidak boleh menabrak budaya bangsa. Ini berarti kita hanya boleh meminjam metode dari bangsa lain, namun tidak untuk substansi pendidikan,” ujar Prof. Karim. Baginya Hardiknas itu soal pewarisan keberanian moral memilih jalan kemajuan lewat mendidik, sebuah jalan yang dibangun di atas dua sifat alami manusia, yakni imajinasi dan nilai. Keberanian moral dimaksud menunjukkan bahwa Indonesia dibangun dengan sikap optimis dan keyakinan untuk berubah, dan tidak memilih jalan mengekor kepada bangsa lain. Mengingat semakin terdegradasi moral dan karakter bangsa mengenai Pendidikan Nasional saat ini, menurut pandangan beliau gambaran pendidikan yang ideal yaitu ide dasar diknas tidak berubah yakni kecerdasan sebagai individu,

kesadaran sebagai mahluk Allah SWT dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan negara. Ketiga dimensi ini menjadi bauran penting diknas dalam merespon setiap perubahan. Mengenai banyaknya desakan penghapusan dan masih relevan atau tidaknya pelaksanaan Ujian Nasional, Prof. Karim menuturkan jika kadar mompetisi murid jangan dikurangi. Jepang yang mengurangj beban muridmuridnya menyesal karena mentalitas siswa disana diakui menurun. UN dibutuhkan untuk memberi stimulus bagi murid sekaligus memberi gambaran capaian pembangunan pendidikan. Namun nilai UN jangan dijadikan satu-satunya parameter kelulusan. Beliau menambahkan jika evaluasi yang paling adalah fair menggunakan instrumen yang paling peka dalam membaca keragaman dalam minat, bakat, dan kemampuan unik murid. Apa pesan Bapak di hari Pendidikan Nasional ini? “Misi kita sebagai warga bangsa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas kita menyiapkan beragam instrumen yang dibutuhkan oleh kehidupan yang cerdas itu, baik instrumen fisik maupun psikis,” ucapnya.***

“Misi kita sebagai warga bangsa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas kita menyiapkan beragam instrumen yang dibutuhkan oleh kehidupan yang cerdas itu, baik instrumen fisik maupun psikis,”

Prof. Karim Suryadi

14


AKU UNTUK INDONESIA

“Mimpi Albadri Terwujud di London Berkat Kerja Keras,

L

ONDON, sebuah kota yang mampu memikat

warga dunia. Big Bang dan metropolitan Eropa

tergambar jelas di ibu kota Inggris tersebut.

“Saya tidak pernah menyangka akan membuat sebuah passport dan bisa mewujudkan mimpi menginjakkan kaki di London,” kenang Shofiyudin Albadri, Jumat (24/4/2017) lalu. Albadri meupakan salah satu dari tim balap mobil hemat energi Shell Eco Marathon Drivers World Championship, yang berhasil menjadi juara dunia dunia. Ia merupakan mahasiswa dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Albadri yang mengaku lahir di kalangan keluarga sederhana menuturkan, dirinya sedikit kaget ketika diterima di UPI. Di UPI ia dikenalkan dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Kompetitif, hingga akhirnya ikut bergabung ke dalam UKM tersebut. Berada di UKM tersebut nayatanya mampu mewujudkan mimpinya, pada tahun 2016 lalu. Sebuah mimpi yang sudah ada sejak lama semasa dirinya bersekolah menengah dulu. Albadri dkk dapat singgah di London dan menjadi juara.

Perjuangan yang Tidak Mudah Menghabiskan seluruh waktunya untuk ikut andil di workshop Kompetitif menjadi kebiasanya sehari-hari. Ia pergi kuliah pada siang hari, sementara malam harinya ia habiskan untuk bekerja di workshop.

“Yah kan terkadang hidup itu terbalik, siang istirahat malamnya bekerja,” ujarnya. Sebelum terbang ke Italia, ayah Albadri jatuh sakit. Kala itu, Albadri akan mengikuti sebuah event yang sama di Yogyakarta. Usai melakukan event di Yogyakartanyatanya ayahnya belum sembuh juga. Tak tega meninggalkan Sang Ayah, membuat Albadri memutuskan bolak-balik dari Bandung ke Cirebon untuk merawat ayahnya. Tepat seminggu setelah event tersebut usai, ayah Albadri dikabarkan wafat. Sedangkan, dua minggu kemudian beliau harus berangkat ke Italia. Berangkat dengan kondisi duka bukanlah hal mudah. Beruntungnya Albadri masih sanggup berjuang untuk bertahan. Ta k m u d a h b e r a d a d i m e d a n perlombaan.Banyak kendala yang dihadapi oleh kontigen UPI ketika akan berlomba di Italia. Salah satunya, kerusakan mobil secara mendadak yang akan digunakan pada lomba saat pengiriman saat itu waktu mereka hanya tersisa tinggal 3 hari untuk memperbaikinya. Walaupun sempat merasakandownpada dirinya dan yang lainnya, akhirnya Albadri dan kawan-kawan memaksimalkan 3 hari mereka demi perlombaan tersebut. Mahasiswa yang berasal dari Indramayu ini juga mengalami sedikit kendala ketika akan menuju ke tempat perlombaan.

15


AKU UNTUK INDONESIA

Saat itu mereka harus sampai ke tempat perlombaan pada

Di akhir pembicaraan, Albadri mengaku ia tidak

pukul 8 pagi untuk melaksanakan technical meeting,

mempunyai rencana untuk mengikuti perlombaan lagi

sedangkan MRT yang biasa mereka gunakan baru datang di

dikarenakan ia sudah berada di tingkat akhir. Albadri pun

pukul 8 tepat.

merasa sangat bersyukur telah mengenal UKM Kompetitif

Pada akhirnya, Albadri dkk harus mencari

yang bisa membawanya sampai sejauh ini. Walaupun

kendaraan alternatif lainnya demi mencapai tempat tujuan.

perbedaan pendapat sering terjadi antara anggota team, hal

Perjalanan selama 1 jam yang harus mereka tempuh

tersebutlah yang dapat memperkuat chemistry diantara

menyebabkan mereka terlambat menghadiri technical

mereka sehinggadapat menjadi team yang seutuhnya.

meeting. Namun, mereka akan bisa bernapas lega ketika

Albadri kemudian berpesan untuk mahasiswa UPI lainnya

pihak panitia memperbolehkan mereka masuk.

bahwa tidak perlu takut untuk bermimpi karena mimpi adalah

“Pada saat itu, yang terpikirkan oleh kami adalah kita sudah sampai sejauh ini, kita sudah sampai disini. Masa kita

awal dari segala harapan dan kekuatan dalam perjuangan. [Karimna Isya]

mau mundur begitu saja?” katanya. Dengan berpegang teguh pada prinsip, “Jika saya sudah mengikuti lomba, maka saya harus juara pertama” dan “Jangan pernah takut untuk bermimpi” akhirnya beliau dapat

Buah Perjuangan: Kala Indonesia Raya Bergema di London Albadri bercerita dalam pengalaman terbaiknya saat

© Kabar Kampusku

keluar sebagai pemenang.

berada di London adalah ketika dapat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan beliau sangat terharu, dibandingkan ketika beliau menyanyikan Indonesia Raya di negara lain yang pernah ia kunjungi sebelumnya. “Hal berkesan selanjutnya adalah ketika kita dikasih kesempatan untuk belajar di perusahaan mobil Ferrari yang biasanya cuma bisa melihat saja atau punya dalam bentuk © Guy Levy for Shell

mainan” ujar Albadri, ketika ditanya hal yang paling diingat dan berkesan baginya. Albadri juga berkata ketika mereka dihadiahkan pergi ke London, ia makan di sebuah restoran yang pernah dikunjungi oleh pembalap ternama. Ia juga merasa sangat bersyukur ketika dirinya mendapatkan kesempatan untuk

© Pikiran Rakyat

berfoto dengan pemilik restoran tersebut. “Kata orang, belum bisa dikatakan mampir ke restoran itu kalau nggak foto sama pemiliknya,” ujarnya sambil terkekeh.

16


17


18


INFO KEMENTERIAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI (KEMENDAGRI)

KEMENTERIAN LUAR NEGERI (KEMENLU)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN (KEMENDIK)

KEMENTERIAN KESEKRETARIATAN KABINET (KEMENSEKKAB)

19


KEMENTERIAN KEUANGAN (KEMENKEU)

KEMENTERIAN PENGEMBANGAN SUMBE DAYA ORGANISASI (KPSDO)

KEMENTERIAN PENGEMBAGAN DAN PENGABDIAN MAHASISWA (KPPM)

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (KEMKOMINFO)

20


KEKAMDAAN KAMDA TASIKMALAYA

Diki Kurniawan Presiden

Sulvia Syahrul Wakil Presiden

KAMDA SERANG

Ogi Adiwioga Presiden

Juju Mantiah Wakil Presiden

KAMDA SUMEDANG

Dedi Risyandi Gubernur

Jujun Misbahudin Wakil Gubernur

21


KAMDA CIBIRU

Firas Fathin M Ketua

Fitria Pebriani Wakil Ketua

KAMDA PURWAKARTA

Rifqi Abdul Basit Presiden

Ferry Ardiyanto K Wakil Presiden

22


EVENT

HIMPUNAN MAHASISWA

MENPAR CUP 24/3/2017

Event Himpunan Mahasiswa Elektro 24/3/17

Launching Rumah Impian 1/4/2017

23


Piala Pancasila 1/4/2017

PGPAUD Expo 5-6/4/2017

DINAMIK 9/4/2017

24


Fashion Show Kartini 15/4/2017

Opening LSF AEDF 17/4/2017

SOPAN KALUHUR 2 22/4/2017

25


INFO

&

SENI SASTRA P

agelaran Brataya Gending 2 dari seni tari Amphiteater UPI 10 April 2017

Isola menari

26


Miskin Tak Boleh Sekolah Ditengah sawah, Pria bercaping mendengar lenguhan perih anaknya, Cangkul itu menjerit, siang malam Mengaduk lumpur, untuk hiruk pikuk pendidikan Hari ini anaknya mengeluh perihal tugas, Bukan itu, sebabnya Esok entah kapan lagi Mungkin lenguhan itu benar jadi derita Lenguhan anaknya yang lapar, pengangguran Miskin yang kian menjadi, ia tak boleh berpendidikan. Disudut surga lainnya, Ironi seorang yang picik lahir, Ini itu tak tergoyah, Harta menari dipaha tuan Hatinya mati, akalnya tuli. Barangkali cicit pria terpancing, Tak berharta namun berhati mulia Pendidikan bukan soal hartanya, saat ini atau esok Ini soal bagaimana itu jadi manfaat Bagaimana semua itu Membentuk manusia seutuhnya

Pendidikan, hati dan akal

Tak Beruang Tak Berpendidikan Mestikah bocah dengan lumpur dihidupnya Tak bolehkah perbaiki nasibnya? Kini, esok atau bahkan nanti Cicitnya kian mati tergerus kepicikan Diatas sana, surga-surga tuan Rupiah-rupiah itu menari dipahanya Keenan, siapa yang berhata, Dia yang berkuasa. Si miski berlontar “Tuan, anak saya pintar” Si tuan jadi sangar “Tak beruang tak berpendidikan” Bocak itu pulang, meratapi cucu-cicitnya Yang mungkin mati tanpa belas kasih Malam itu ia mengaduh, sekaligus jadi bising Mengadu pada mayat yang lama bersemayam Ki Hajar Dewantara “Bawakanlah cicitku pintar di alam barzah,” “Mahsyurkan ia dengan akalnya,” “Duniawi ini sempit, untuk kami sifakir,”

Sejak kapan garuda itu jadi lusuh? Iyakah sejak kemarin, para penguasa mengaku berpendidikan? Iyakah sebenarnya itu hanyalah lisan? Iyakah itu kemunafikan batin dan keluhnya lidah? Apa kabar pendidikanku yang setinggi langit sedalam samudra, Hari ini deklarasi penguasa, ia bercakap Biaya naik lagi, esok begitu lagi Hingga terus anakku miskin dan musnah dari muka bumi Sadarlah, Setinggi kau mendaki pendidikan Sesungguhnya itu dangkal Sedalam kau menyelam Sesungguhnya itu daratan Pendidikan itu munafik, tanpa hati dan akal suci

27


28


29

Muhayan : 085797453110 (Line/WA)

Narahubung:

Silakan pindai QR Code dibawah ini menggunakan QR Scanner untuk mengetahui CLUE cara menyelesaikan tantangan tersebut.

Garis yang menghubungkan setiap huruf tidak boleh ada yang saling berseberangan atau menyilang garis lainnya. Tidak boleh ada garis yang diagonal, hanya diperbolehkan garis vertikal atau garis horizontal

Hubungkan setiap huruf dengan garis tanpa putus hingga tidak ada huruf yang tersisa, agar menghasilkan sebuah kalimat.Kalimat yang dihasilkan dari sambungan huruf-huruf tersebut merupakan sebuah pertanyaan yang harus kamu jawab.

Petunjuk: Petunjuk:

Pemenang tidak dipungut biaya apapun, hati-hati terhadap penipuan.

Daftar pemenang akan dipublikasikan pada akun media sosial BEM Rema UPI dan akan dihubungi juga melalui kontak peserta yang diberikan.

Ada hadiah menarik yang menanti untuk 10 orang dari kamu yang bisa menyelesaikan tantangan ini dan menjawabnya dengan benar.

Bagi yang bisa menyelesaikan tantangan ini, tulis jawaban mu di bagian belakang halaman ini beserta identitas lengkap, lalu gunting dan kirimkan kertas ini ke Sekretariat BEM Rema UPI Gedung Geugeut Winda No. 1 Universitas Pendidikan Indonesia - Bandung. Masukkan ke kotak surat yang ada di samping pintu. Atau dapat mengirimkan jawabannya ke email : bem@upi.edu (khusus mahasiswa luar UPI Bumsil)

REMA REMA CHALLENGES CHALLENGES


ADVERTISING S P A C E AVA I L A B L E

30


31


Dapur Redaksi Daftar nama - nama penyusun REMAGAZINE

Yoga Surya Atmaja Vira Nurofah

Selaku Pimpinan Redaksi

Selaku Pimpinan Redaksi

Monalisa

Nila Melati Karimah Selaku Redaktur Pelaksana

Selaku Sekretaris Redaksi

Desain Grafis : Redaktur : Karimna Isya Anita Dyah Pertiwi Abdurrahman Hafidzudin Farhan Dhiyaa Pratama

Muhayan Al-Idris Aprilia Egi Rahman Fairuz C. Reka Septiani Wildan Arief

32


copyright

2017


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.