Fisika bangunan

Page 1

Fisika Bangunan MAKALAH

UNIVERSITAS NUSA CENDANA Fakultas Sains Dan Teknik Arsitektur 2016/2017

Nama

: Boby. R .W Beda

Nim

: 1206097054


KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Bangunan. Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : Semua rekan – rekan dan pihak terkait yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Akhirnya penulis mengucapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kupang, 12 oktober 2016

Penulis


BAB 1.PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang. Fenomena pada objek dan ruangan juga merupakan dari cahaya. Secara umum,

keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit. Langit sebagai asal cahaya dan bumi sebagai infestasinya. Oleh karena itu cahaya adalah kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan sesuatu. Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan alami mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya. Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruang tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahayaan yang terlalu terang akan meyebabkan silau dan kurang baik bagi mata. Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruangan,pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut ruang. Dari penyataan

yang

berkembang

tentang

pembahasan

pencahayaan

alami

menyatakan bahwa kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas pencahayaan alami yang baik juga pengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari. 1.2.

Rumusan Masalah 1. Apa itu pencahayaan alami? 2. apa manfaat cahaya alami dalam berarsitektur ?

1.3.

Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian pencahayaan alami2. 2. Untuk memahami bagaimana tata cara pencahayaan alami pada bangunan gedung


BAB II.RUMUSAN MASALAH 2.1.

Definisi Pencahayaan Alami Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam

ruanganpada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam ruanganmelalui

bukaan,

cahaya

ini

dapat

diproses

terlebih

dahulu

dengan

menggunakan“shading� .Shading dimaksud sebagai penyaring cahaya yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruangan yang diinginkan. 2.2. Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Dalam Berarsitektur 1. Ruang lingkup. 1.1.

Standar ,tata cara perancangan system pencahayaan alami pada bangunan gedung ini di maksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana

pembangunan

gedung

di

dalam

merencanakan

system

pencahayaan alami sesuai dengan kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang berlaku. 1.2.

Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alamisiang hari dalam bangunan gedung.

2. Istilah Dan Definisi. 2.1.

Bidang lubang cahaya efektif. bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya.

2.2.

Faktor

langit

(

fl

)

angka

karakteristik

yang

digunakan

sebagai

ukurankeadaan pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan. 2.3.

Langit

perancangan

langit

dalam

keadaan

yang

ditetapkan

dan

dijadikan dasar untuk perhitungan. 2.4.

Lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat langit.

2.5.

Terang langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat pencahayaan alami siang hari.

2.6.

Titik ukur titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.


3.

Kriteria Perancangan 3.1.

Ketentuan Dasar.

3.1.1. Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. 3.1.2. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang. Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami

pada

bidang datar di lapangan terbuka

ditentukan oleh : a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. b. ukuran dan posisi lubang cahaya. c. distribusi terang langit d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur. 3.1.3. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari. Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan

terhadap

terbuka

yang

tingkat

merupakan

pencahayaan ukuran

bidang

kinerja

datar

lubang

di lapangan

cahaya ruangan

tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi : a) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.

.


b) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar

-

frl) yakni komponen

pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.

c) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda luar ruang maupun cahaya langit.

3.1.4. Langit Perancangan a. Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang dinyatakan dalam lux. b. Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih danditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah : 1. bahwa langit yang demikian sering dijumpai.


2. memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, a. dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan b. untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah. 3. nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir 2) pasal ini tidak boleh terlampau a. rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi. 4. Sebagai Langit Perancangan ditetapkan : 1. langit biru tanpa awan atau 2. langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih. 5. Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titiktitik di bidang a. datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan b. bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana c. merata terangnya (uniform luminance distribution). 3.1.5. Faktor Langit Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang

datar

di

lapangan

terbuka.

Pengukuran

kedua

tingkat

pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai berikut : a)

Dilakukan pada saat yangsama.

b)

Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang merata di mana-mana.

c)

Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan kaca.

Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung dari langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan di luar dan di dalam ruangan. Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari cahaya langit baik yang langsung maupun karena refleksi, terhadap tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka disebut faktor pencahayaan alami siang hari. Dengan demikian


factor langit adalah selalu lebih kecil dari faktor pencahayaan alami siang hari. Pemilihan factor langit sebagai angka karakteristik untuk digunakan se bagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur. 3.1.6. Titik Ukur a) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja

b) Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup memuaskan,maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangannya. Dalam perhitungan digunakan dua jenis titik ukur : 1. titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding samping, yang berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif. 2. titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding samping,yang juga berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif, dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang lubang cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau hingga pada “bidang� batas dalam pencahayaannya itu.

ruangan yang

hendak dihitung


Penjelasan mengenai jarak d.

Penjelasan mengenai jarak d. c) .Jarak “d� pada dinding tidak sejajar Apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d diambil jarak di tengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil jarak rata-ratanya. d)

Ketentuan jarak “1/3.d� minimum Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang daripada 6 meter, maka ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter.

3.1.7. Lubang Cahaya Efektif

Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang-lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing


dinding ini mempunyai bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri (lihat gambar 4 ).

Penjelasan mengenai jarak d

Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang cahaya itu sendiri. Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh : a) penghalangan cahaya oleh bangunan lain dan atau oleh pohon. b) Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan

pandangan

ke

luar,

seperti

balkon,

konstruksi

“sunbreakers� dan sebagainya. c) Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya . d) Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya. 3.2.

Persyaratan Teknis.

3.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Kualitas Pencahayaan. a) Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan oleh: 

penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya penglihatan oleh mata terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan itu.



lamanya waktu aktivitas yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat secara terus menerus memerlukan perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula secara periodik dimana mata dapat beristirahat.

b) Klasifikasi kualitas pencahayaan. Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut : 1. Kualitas A : kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya. 2. Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif


terus menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan sebagainya. 3. Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya. 4. Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan sebagainya.

2.3.

Cara perancangan pencahayaan alami siang hari.

Prosedur Perancangan Pencahayaan Alami Siang Hari dilaksanakan dengan mengikuti bagan di bawah ini :

2.3.1. Pencahayaan Alami dan Luas Lubang Cahaya a) Untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang diinginkan maka di dalam perancangan

perlu

diperhatikan

hal-hal

yang

mempengaruhi

kualitas

pencahayaan tersebut.Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruangan ditentukan oleh : 1). perbandingan luas lubang cahaya dan luas lantai. 2). bentuk dan letak lubang cahaya. 3). faktor refleksi cahaya dari permukaan di dalam ruangan.


b) Kedudukan Lubang Cahaya Disamping ketiga faktor tersebut pada 5.2, perlu diperhatikan kedudukan lubang cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan sekitarnya yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam ruangan.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.