THE NOMAD PASSAGE - PROPOSAL 8.30

“The Nomad Passage” Transit Pengembara Digital, Blok M, Jakarta Selatan - A ​ place for digital nomad to transit

MASA DEPAN BERHUNI, BERBASIS HARI INI - 2035

STUDIO PERANCANGAN AKHIR 8.30 PROPOSAL TGA 8.30

BRANDON CHANDRA / 315160081

Dosen Fasilitator : Alvin Hadiwono, S.T., M.T Dosen Pengelola : Maria Veronica Gandha, S.T., M.Arch

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan “Proposal TGA 8.30” ini tepat pada waktunya. Selama Selama proses penulisan proposal ini, penulis mengalami berbagai hambatan. Namun, proposal ini berhasil diselesaikan berkat bantuan dan dukungan yang ada. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen Penanggung Jawab saya yaitu Maria Veronica G, S.T., M.Arch 2. Dosen Fasilitator saya yaitu Alvin Hadiwono, S.T., M.T 3. Keluarga yang sudah mendukung aktivitas saya dan dukungan emosional, dan 4. Teman-teman, dan kerabat lainnya yang sudah memberikan dukungan dan saran.

Semoga laporan proposal ini dapat menjadi laporan yang baik untuk melanjutkan proyek TGA (tugas akhir) 8.30 penulis kedepannya. Untuk itu kepada dosen PJMK dan dosen fasilitator, penulis meminta masukannya agar dalam perbaikan pembuatan perancangan dapat menjadi lebih baik lagi dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Jakarta, 17 Agustus 2020

2

PENULIS

Nama saya Brandon Chandra. Saya mahasiswa Arsitektur di Universitas Tarumanagara semester akhir. Studio Perancangan Arsitektur 8 Ganjil 2020-2021 bertemakan “Masa depan berhuni, berbasis hari ini”. Bagaimana saya bisa memproyeksikan masa depan dalam berhuni, dengan mempertimbangkan peristiwa yang ada. Pada proyek tugas perancangan akhir 8.30, saya mengajukan proyek bertempat di Blok M, dengan judul “The Nomad Passage” yang berfokus membuat tempat transit bagi para pengembara digital, sebuah gaya hidup baru yang disebut digital nomad, ​yang merespons secara ruang kebutuhan para pekerja digital di era informasi, abad-21, dimana konektivitas menjadi sangat penting, dan aksesibilitas menjadi poin utama dalam berhuni, khususnya bagi para Nomaders.

3

DAFTAR ISI Halaman Judul

1

Kata Pengantar

2

Penulis

3

Daftar Isi

4

Pendahuluan

5

Latar Belakang

5

Tujuan & Manfaat Perancangan

7

Kajian Teori

8

Studi Literatur

8

Digital Nomad

12

Metode Perancangan

15

Pendekatan Desain

15

Kerangka Metode

16

Program dan Aktivitas

17

Diagram Aktivitas

17

Program Usulan

18

Investigasi Tapak

20

Studi Preseden

24

Kesimpulan

26

Daftar Pustaka

27

4

PENDAHULUAN

Gambar 1. Ilustrasi Digital Nomad (sumber : Vecteezy)

Latar Belakang

Dari pengetahuan umum tentang bagaimana kita hidup dan tinggal, ​Dwelling ​atau biasa disebut berhuni, menjadi suatu kesatuan dengan kehidupan, karena manusia berhuni di segala tempat dan segala waktu serta kondisi. ​Dwelling ​memiliki banyak sekali definisi tergantung dengan pandangan masing masing. Dari definisi definisi yang ada, berhuni bisa dilihat dari sisi eksistensi, bangunan, dan rumah, yang mengartikan bahwa kita bisa berhuni dimana saja, dan bisa merasakan kehadiran kita di dunia.

Melihat dari gaya hidup manusia milenial, khususnya pada era informasi, Dunia digital yang berkembang semakin pesat membuat semua hal menjadi terasa berbeda bila dibandingkan dengan zaman dahulu. Maka

5

dari itu terciptalah gaya hidup baru yaitu Digital Nomad, ​dimana seorang ​digital nomad dapat hidup berpindah pindah, sembari bekerja secara online, semua dilakukan tanpa kontak fisik, memanfaatkan kemajuan digital, ini adalah sebuah peristiwa global yang sudah terjadi dan diprediksi akan menjadi gaya hidup dan bekerja yang baru di abad 21.

Maka melihat dari peristiwa ini, proyek ​The Nomad Passage berfokus untuk menjawab dan mewadahi tempat tinggal para ​digital nomad ​, yang secara langsung juga mempertemukan para ​digital nomad ​dari berbagai penjuru​, ​Sebuah ruang transit yang mendukung gaya hidup para pekerja ​digital.

Salah satu lokasi yang mendukung adanya proyek ini yaitu di Blok M, dimana memiliki

julukan kawasan TOD (​transit oriented development) ​dengan lingkungan yang didominasi kebudayaan dan nilai sosial, banyaknya ​culture seperti Jepang, Korea, China, dll, menjadikan tempat yang ideal

untuk proyek ini, khususnya bagi para ​digital nomad ​dengan memaksimalkan akomodasi dan budaya sehingga mendukung gaya hidup mereka untuk berpindah pindah dalam berhuni, bekerja dan ​travelling.

SHELTER FOR TRANQUILITY AND STILLNESS

SPACE FOR GATHERING ​EXPERIENCE ATTACHMENT ​MAN AND SPACE H​ ABIT IDENTITY COMFORT ​FEELING OF BELONGING DIRECT HUMAN RELATION H ​ OLDS OUR MEMORIES ​CONCEPT OF SPACE Individual Experience BIND NATURE AND CULTURE INTEGRATED LIFESTYLE E​ VERYDAYNESS TOGETHERNESS ​SURVIVING & LIVING W​ ORK LIVE COMMUNITY

Tujuan Melihat dari peristiwa global dengan adanya perubahan gaya hidup dalam bekerja, proyek ini memiliki tujuan dengan memprioritaskan ​digital nomad. ​Tujuan yang akan dicapai oleh proyek ini yaitu : 1. Untuk merespon dan mewadahi gaya hidup baru pekerja millennial ​digital nomad, memberi kebebasan dalam bersosialisasi satu dengan yang lain secara fleksibel untuk dapat berkolaborasi secara efektif.

2. Untuk mengaktualisasikan tempat berhuni yang tepat untuk ​nomaders, ​Sehingga menjadi tujuan awal hingga akhir pengembaraan.

Manfaat Terdapat manfaat dari proyek ​The Nomad Passage sebagai bangunan berhuni . Manfaat yang hendak dicapai oleh perancangan ini yaitu : 1. Para ​digital nomad ​bisa bekerja sendiri maupun berkolaborasi, melalui pertemuan dengan d ​ igital nomad​ lainnya.

2. Menjadi tempat transit yang ideal dengan memprioritaskan kenyamanan serta kebutuhan dasar pekerja digital dalam kehidupan sehari hari sebagai seorang ​digital nomad.

6

Sintesis

7

KAJIAN TEORI STUDI LITERATUR

Gambar 2. Ilustrasi Dwelling by Martin Heidegger

Dwelling by Martin Heidegger

Teori ​dwelling ini dikemukakan oleh Martin Heidegger (1889–1976) dalam tulisannya yang berjudul “​Building Dwelling Thinking​“.

Secara umum, simpulan bagian pertama dari buku ​Building Dwelling Thinking ini adalah sebagai berikut: Berawal dari sebuah space, yang dianalogikan sebagai sebuah wadah kosong, Tuhan menciptakan kehidupan dengan cara membentuk makhluk hidup sebagai pelaku/subjek yang mengatur kehidupan, yang salah satunya adalah manusia. Sebagai makhluk hidup, manusia harus dan akan

8

terus menerus memenuhi kebutuhannya, sebagai sebuah cara untuk mempertahankan eksistensinya didunia. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan naluri maupun lahiriah. Dalam memenuhi kedua kebutuhan tersebut, manusia akan melakukan sebuah usaha, dimana jika usaha ini dilakukan secara terus menerus, akan menghasilkan sebuah kebiasaan, dan akan membuat sebuah pola (​pattern) ​seperti yang dikemukakan Christopher Alexander.

Namun, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, maka dari itu

bergabunglah kebiasaan-kebiasaan individu ke dalam sebuah lingkungan sosial, dan terbentuklah kesepakatan yang kemudian berkembang menjadi ​culture​. Seiring berkembangnya waktu, ​culture tersebut mengalami perubahan akibat adanya pewarisan yang melibatkan perkembangan zaman yang disebut tradisi yang kemudian melahirkan sebuah memory pada masing-masing individu dalam lingkungan sosial tersebut.

Dalam ​territory tersebut manusia menciptakan atau menemukan identitas yang sesuai dengan kebutuhan dan ​memory yang dibawanya dari masa lalu sehingga dia merasakan perasaan yang nyaman dan lambat laun memunculkan sebuah perasaan homey​. Dalam hal ini, ​home tidak hanya di artikan sebagai rumah tempat tinggal , interaksi dalam diri seseorang terhadap ruangan yang ditempatinya, tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya (​surrounding​).

Setelah itu, ​memory tersebut akan mempengaruhi individu tersebut dalam mengekspresikan dirinya melalui tindakan, pemikiran, dan perasaannya. Hal inilah yang kemudian akan mempengaruhi manusia dalam membuat bidang batas (​marking​) yang kemudian membentuk territory.

Keseluruhan proses diatas sejak terbentuknya space hingga memunculkan perasaan nyaman (​homey​), itulah yang disebut sebagai dwelling.

Pencapaian tertinggi dari proses ​dwelling tersebut adalah ​home​.

Dwelling by Types

9

Dwelling as Pattern

Gambar 3. Ilustrasi pola (​pattern) oleh Christopher Alexander

Pattern in ​architecture is the idea of capturing ​architectural design ideas as archetypal and reusable descriptions. The term pattern in this context is usually attributed to ​Christopher Alexander​, ​an Austrian born ​American ​architect​. The patterns serve as an aid to design ​cities and ​buildings​. The concept of having collections of "patterns", or typical samples as such, is much older. One can think of these collections as forming a ​pattern language​, whereas the elements of this language may be combined, governed by certain rules.

Pattern dalam arsitektur ini, memiliki peran dan fungsi penting dalam pembentukan ​dwelling, karena bagaimana sebuah hunian pasti memiliki pola tersendiri, baik pola dalam bentuk, pola dalam ruang, atau pola dalam kebiasaan (​habit). Yang dimana pada akhirnya akan membentuk sebuah bahasa pola (​pattern language) ​baru yang disebut oleh Christopher Alexander, memiliki peran penting, dimana sebuah pola bisa dipakai dan diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Christopher Alexander berkata bahwa : ​Each pattern language reflects different modes of life, customs, and behavior, and is appropriate to specific climates, geographies, cultures,

10

and traditions. ​Yang dimana berarti, tiap pola merefleksikan bermacam macam mode kehidupan, sikap, dan menghitung sertakan kondisi iklim, geografis, dan budaya, serta tradisi dalam mendesain suatu bangunan.

Gambar 4. Ilustrasi Pola Berhuni Masa Depan

Definisi Dwelling dari diskusi dan kuliah tamu Pak Alvin Hadiwono Berhuni adalah sebuah paradigma menyeluruh yang saling mempengaruhi , Sebuah mode kesadaran (realitas kesadaran).

Berhuni tidak terbatas hanya pada subjek manusia dan bangunan, tetapi segala hal yang berada dalam mode kesadaran yang sama (segala hal).

Dapat dikatakan bahwa berhuni bukan hanya masalah bentuk atau fisik, maupun fungsi, tapi juga harus berada dibawah kesadaran yang mutlak.

Pak Suwardana Winata Manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan berevolusi menjadi konteks (pada jaman sekarang). Manusia selalu ingin menyatakan dirinya (statement) agar menjadi nyata (existence), dimana keduanya adalah sifat dasar manusia. pernyataan dirinya dilakukan dengan berbagai cara (method) seperti

11

aktualisasi (actualization), aksentuasi (accentuation) dan adaptasi (adaptation).

Berhuni pada akhirnya adalah tentang adaptasi, bagaimana manusia bisa mengaktualkan kehadirannya pada suatu keadaan, dan beradaptasi dengan keadaan tersebut melalui berbagai cara.

DIGITAL NOMAD

Gambar 5. Ilustrasi Digital Nomad (sumber: krisp.ai)

Dunia digital yang berkembang semakin pesat membuat semua hal menjadi terasa berbeda bila dibandingkan dengan zaman dahulu.

Berbagai kemudahan bisa kita dapatkan dengan instan seperti informasi, membeli barang-barang secara online bahkan bimbingan belajar yang bisa didapatkan lewat digital. Seiring perkembangan zaman, muncul juga istilah ​digital nomad yang saat ini sedang banyak dilakukan oleh para millenial. Apakah Digital Nomad ​itu?

Digital nomad ​berasal dari kata “digital” yang berarti berhubungan dengan sistem perhitungan tertentu dan “nomad” yang berarti pengembara atau “nomaden” yang berarti berpindah-pindah. ​Mereka bekerja sebagai karyawan untuk majikan mereka, sebagai kontraktor untuk perusahaan atau jika mereka memiliki bisnis sendiri untuk diri mereka sendiri.

Stereotip klasik nomaden digital adalah bahwa mereka bergerak cepat dari satu

12

tempat ke tempat setiap minggu atau beberapa minggu, ketika bekerja pada laptop mereka di pantai. Tetapi berbeda dengan di 2020: kebanyakan nomaders bergerak bisa setiap 4 sampai 6 bulan, untuk benar benar menikmati tempat, bekerja dari ruang coworking atau kafe dan memiliki hubungan dekat dengan tempat yang mereka kunjungi dan secara teratur kembali ke untuk bertemu teman mereka dari seluruh dunia.

Sama seperti suku nomaden tradisional yang "mengikuti pola tahunan atau musiman yang tetap dari gerakan dan pemukiman ", ​Nomaders bekerja jarak jauh melakukan hal yang sama. Banyak yang ingin tinggal di iklim sekitar 23 ° c/74 ° f, dan akan bergerak berdasarkan musim.

Istilah "digital Nomad " telah digunakan selama 1 dekade terakhir, dan sudah menjadi gaya hidup baru di era ke-3 era informasi.

The future of Working

Gambar 6. Nomadlist.com Website untuk d ​ igital nomad

Pieter Levels, seorang ​digital nomad ​senior dari belanda, sekaligus penemu website Nomadlist.com ​berkata bahwa bagaimana pengaruh waktu berpindah, pajak, harga hidup sehari hari, Koneksi internet, keamanan, cuaca, dan atraksi berpengaruh pada penentuan destinasi.

Pieter Levels memprediksi bahwa gaya hidup ​digital nomad ​ini akan menjadi sebuah tren, khususnya pada tahun 2035 dimana dia membuat prediksi sebagai berikut: ● ●

● ● ●

60% populasi pekerja akan menjadi ​freelancing ​, sehingga jumlah pekerja kantoran akan berkurang jauh.

1 dari 3 ​freelancer ​akan menjadi ​digital nomad. ​Akan semakin mudah mencari pekerjaan dimana bisa dilakukan secara online, dan dimana saja, juga mempengaruhi gaya hidup manusia yang ingin jalan jalan sambil bekerja.

Jumlah ​digital nomad diseluruh dunia diestimasikan berjumlah 1 miliar, bisa dibilang menjadi generasi baru.

Kota kota besar akan mulai berkompetisi untuk menarik para ​digital nomad ​, dengan meningkatkan penghijauan, internet yang lebih stabil, dan aspek lain.

Karena gaya hidup mengembara, tingkat pernikahan akan menurun, sehingga menahan laju perkembangan populasi.

13

● ● ●

Koneksi menjadi sangat penting, dengan bertemunya orang dari belahan dunia, yang meningkatkan jaringan pertemanan.

Sekolah sudah tidak ada lagi, karena semua akan dilakukan online, jadi akan banyak istilah H ​ omeschooling ​sehingga pekerja d ​ igital nomad ​akan semakin banyak.

Sama halnya dengan Universitas, akan banyak kelas online.

Digital Nomad activities in Indonesia

​Gambar 7. Data statistik destinasi d​ igital nomaders (​Sumber: nomadlist.com) Sejak beberapa tahun terakhir, Bali sudah menjadi destinasi favorit bagi para ​digital nomad, bahkan menempati peringkat 1 untuk kategori peningkatan tercepat menurut nomadlist.com, para ​digital nomad ​sudah sejak lama memasukkan bali sebagai destinasi, karena cuaca yang bagus, ​living cost ​terjangkau kaya akan sejarah dan tradisi, juga sektor sektor pariwisata yang baik dan didukung pemerintah.

Bahkan pada tahun 2018, Menteri Pariwisata Arief Yahya memperkenalkan istilah "​nomadic tourism​" , pengembangan sektor pariwisata yang ditujukan bagi para ​nomaders.

“Atraksi pun idealnya sesuai dengan selera mereka. Indonesia bagus di semua lini atraksi. Indonesia nomor satu dunia untuk digital nomad. Kondisi ini tentu jadi potensi besar yang harus dioptimalkan dengan dukungan aksesibilitas dan amenitas. Sebab, jumlah pengembara dunia sangat besar,” ujar Waizly (PIC Nomadic Tourism).

14

METODE PERANCANGAN PENDEKATAN DESAIN Dunia Perilaku (​Behaviour) - Keseharian

Metode pendekatan desain yang digunakan dalam perancangan proyek berhuni ini yaitu perilaku, dimana proyeksi desain berdasarkan keseharian pelaku, dalam hal ini para ​digital nomad. ​Keseharian (​Everydayness) ​adalah sebuah kondisi nyata yang secara berulang terjadi dalam kehidupan, dimana proyek berhuni ini dapat menjawab dan memberi kontribusi kepada pengguna.

Mendiskusikan keseharian dalam arsitektur, kita selalu akan dihubungkan dengan bagaimana melihat arsitektur sebagai bagian dari masyarakat. Deborah Berke mengungkapkan bahwa untuk dapat mengerti hubungan antara keseharian dan arsitektur, ada beberapa poin yang perlu mendapat perhatian, seperti: sebuah arsitektur dari keseharian kemungkinan

bersifat umum dan unik, asli dan berkarakter, cukup biasa, tidak ditutupi, sensual, terbuka dan emosional; sebuah arsitektur dari keseharian mengekspresikan kehidupan domestik; arsitektur dari keseharian kemungkinan berpihak dalam nilai kolektif dan simbolik tetapi tidak menempatkan diri pada yang bernilai monumental, arsitektur dari keseharian merespon kepada program yang memberi kontribusi arti dan fungsi dan perannya lebih daripada sekadar sebuah gaya; arsitektur dari keseharian dapat berubah secepat fesyen tetapi selalu populer; arsitektur keseharian adalah sesuatu yang tertampilkan dan terbangun (​Harris and Berke, Architecture of the Everyday, hal.

222-226, Agustinus Sutanto, Peta Metode Desain, hal 152​)

​ G ​ ambar 8. Strategi dalam membaca keseharian

15

Kerangka Metode Perancangan

​Gambar 9. Skema metode perancangan

16

PROGRAM & AKTIVITAS KESEHARIAN DIGITAL NOMAD Activity Program yang diajukan untuk proyek ini, mengacu terhadap pola berhuni keseharian para pengembara digital, dengan menetapkan ​Live, Work, Play & Community, ​maka didapat skema Aktivitas berhuni bagi para ​digital nomad, ​dari aktivitas ini maka tersusun konsep yang akan menghasilkan program-program, Skema aktivitas dibuat sebagai berikut :

Gambar 10. Skema Aktivitas & Program

17

Dari aktivitas yang disusun dalam sebuah skema pola kehidupan, maka akan muncul program program yang mendukung terciptanya aktivitas tersebut, program program akan dijelaskan di bagian berikutnya.

Program Usulan Program dari perancangan ini diharapkan dapat mewadahi dan mendukung pola hidup modern dalam bekerja, serta membantu para ​nomaders ​untuk mendapat pengalaman yang baik dalam berhuni. Program yang akan ada pada proyek ini yaitu :

LIVE 1. Transit Room - ​Transit room pada bangunan ini bisa diartikan seperti kamar temporer, dimana bagian dari hunian itu sendiri, yang selalu digantikan dan tidak selamanya, ​transit room ​ini juga berguna bagi para ​digital nomad ​untuk bisa memilih dan menyesuaikan dengan kebutuhan dalam berhuni sembari bekerja.

2. Nomad’s Therapy & Meditation Room - ​Pada ruang ini, memfokuskan terhadap kesehatan mental dan rohani, dimana menyediakan ruang untuk berdiam dan menenangkan pikiran, ditambah dengan pencampuran budaya dan agama, juga space untuk meningkatkan konsentrasi, ruang ruang untuk ​nomaders ​bermeditasi secara online dengan waktu 10-20 menit, lalu bergantian. Di ruang ini ​nomaders dapat menemukan cara untuk relax masing masing.

3. Gym, Jogging Track, Diet Zone, etc.

WORK 1. Co-Working Spaces - ​Ruang favorit untuk pada ​digital nomad, ​ruang utama ini yang mempertemukan ​nomaders ​satu dengan yang lain, ruang ini didesain khusus untuk memprioritaskan produktivitas, ruangan bebas bagi para pekerja untuk bekerja, fokus, mencari informasi, berbicara dengan yang lain, dan memaksimalkan kinerja secara profesionalitas, dengan fokus pada kenyamanan.

2. Nomad’s Workshop - ​Ruang Workshop para pekerja digital ​, disini akan terjadi beberapa aktivitas untuk pengunjung dapat belajar dan mendapat materi dari digital nomad yang menetap di proyek, secara langsung menciptakan simbiosis mutualisme antara fungsi proyek dengan ​nomaders.

3. Skype Room - ​Ruang untuk bekerja sendiri, dengan memaksimalkan kenyamanan serta ruang yang tidak begitu besar, sehingga hanya cukup untuk satu orang, seperti capsule, disini ​nomaders ​bisa bekerja sendiri, hal private seperti video call, bisa juga untuk meluapkan emosi karena pekerjaan.

4. Meeting room, Conference Room, Studio , Gudang, Percetakan 3D, Photo Room, Library, Grocery Store, Tools Store, etc.

18

PLAY & COMMUNITY 1. Main Room - ​Ruang yang bersifat dinamis, serba guna, dan menjunjung tinggi rasa kolaborasi, dengan menampung fungsi panelling, presentasi, Team building, seminar, semua ditampung di ruangan dengan fleksibilitas yang tinggi.

2. The Loft - ​Ruang yang berada di atas bangunan, dengan memberi kesan hangat dan fungsi yang bisa digunakan bagi ​digital nomad yang introvert, untuk menyendiri mencari inspirasi, ruang yang menampung kegiatan sharing dalam skala grup, juga movie screening / theater.

3. Cafe & Garden - ​Ruang terbuka yang menyatukan bangunan dan penghijauan, berfungsi untuk tempat berpesta, event di sore hari, latihan kekompakkan, dan refreshing.

4. Hobby room, Ruang pameran, Ruang berkenalan, Ruang publik, etc.

19

INVESTIGASI TAPAK BLOK M - Jakarta Selatan

Gambar 11. Peta Blok M (sumber : SPARK’19)

Kawasan Blok M berada di Kebayoran baru, Jakarta Selatan. Kawasan Blok M merupakan kawasan dengan budaya yang beragam, mulai dari Jepang, Korea, India, China, dst. Kawasan Blok M dikelilingi oleh banyak sekali moda transportasi, sehingga mendapat julukan kawasan TOD (​Transit Oriented Development) ​. Karena berkembangnya sistim TOD dikawasan blok M, masyarakat cenderung berjalan kaki dan memanfaatkan pedestrian yang ada untuk menjangkau tujuan. Kawasan blok M menjadi pilihan yang tepat untuk proyek ​The Nomad Passage karena TOD yang baik, serta kebudayaan yang masih kental, dengan atraksi yang beragam menjadi poin plus untuk para ​digital nomad ​dalam menentukan lokasi berhuni. ​Gambar 12. Blok M 90-an (sumber: google.com)

20

Gambar 13. Akses menuju Blok M (sumber : SPARK19)

Tapak terpilih berada pada perumahan yang didominasi oleh taman, perkantoran, dan pertokoan, tapak merupakan lahan kosong yang digunakan untuk parkir kendaraan, menurut rencana kota, tanah ini berfungsi tanah hunian vertikal.

Kondisi tapak di apit oleh penghijauan sehingga menahan polusi yang ada dari jalanan, dan lokasi tapak tidak berada pada jalan utama, sehingga masih mendapat ketenangan dan kenyamanan.

Dibagian Timur tapak adalah zona perumahan, taman, pada bagian Selatan tapak adalah zona perumahan, bagian barat tapak adalah perumahan dan bangunan komersial, bagian utara tapak taman, yang berseberangan dengan little tokyo.

Tapak ini terpilih karena mengakomodasi kebutuhan ​digital nomad​, dengan adanya keasrian, ​walkability, ​atraksi di sekitar, juga lengkapnya fasilitas yang ada, sehingga sangat cocok untuk dibangun proyek berhuni sambil bekerja.

21

Lokasi tapak memiliki akses menuju MRT blok M dengan jarak tempuh 480m, jarak tempuh menuju Halte Bus Blok M 500m, masih terjangkau dengan berjalan kaki , tapak berada di zona perumahan untuk mendapat ketenangan, juga dihimpit taman penghijauan yang bisa berfungsi sebagai zona bersepeda, berseberangan langsung dengan ciri khas Blok M yaitu little tokyo menjadi nilai plus. Lebar jalan Utama : 5 m Fasilitas penunjang seperti sekolahan, Gereja, Rumah sakit, taman, kuliner lengkap pada tapak ini, yang menjadi poin penting dalam pertimbangan pemilihan lokasi tapak untuk proyek yang bertema Co-Working space, jauh dari polusi dan hiruk pikuk jalanan, dan banyak shopping center untuk membeli bahan baku.

22

Gambar . Tabel SWOT kawasan Blok M

23

STUDI PRESEDEN HUBUD, Bali ​

HUBUD adalah singkatan dari HUB in Ubud, berada ditengah Ubud, Bali, berseberangan dengan wisata ​monkey forest.

Hubud adalah Co-Working space pertama yang ada di Ubud Bali, dan sudah menjadi tempat favorit bagi para ​digital nomad.

Hubud memiliki 3 tempat bekerja utama, yaitu ​The indoor coworking area, the outside coworking area, and The Loft.

Hubud menjadi destinasi favorit bagi para ​digital nomad ​karena lokasinya yang ideal, dengan berada ditengah sawah yang jauh dari perkotaan.

G ​ ambar 14. Hubud, Bali (sumber: google)

Hubud merupakan salah satu tempat coworking space yang paling nyaman, karena tempat ini didesain dengan konsep tempat terbuka yang dikelilingi taman dengan suasana arsitektur bambu. Ruangan dengan cat modern minimalis dan beragam furniture aneka bentuk yang tersebar di seluruh area kerja.

HUBUD berjarak 300 m dari wisata ​Monkey Forest dengan fasilitas dan program program yang beragam menjadikan tempat favorit para pekerja digital.

24

IMPACT HUB, Serbia Impact Hub merupakan Co-working space yang dibangun secara kreatif oleh arsitek yang merenovasi bangunan lama.

Bangunan ini di bilang sangat menjaga culture dari lingkungan, dimana menjadi salah satu bangunan yang bernilai seni. Impact hub terdiri dari 2 lantai bangunan memanjang dengan atap yang tinggi .

Gambar 15. Impact Hub

Gambar 16. Potongan memanjang Impact HUb

Bangunan ini memiliki 4 ruang office , 2 ruang meeting, 2 ruang skype, dapur, toilet yang semuanya melengkapi fungsi di tengah bangunan yang merupakan void, Co-Working space,

Mengingat penggunaan ruang sebelumnya, sangat penting untuk menganggap komunitas Impact hub sebagai ruang global baru yang mendorong pengembangan kewirausahaan.

Oleh karena itu, karakteristik utama dari proyek ini bergantung pada aspek kesinambungan fungsional sebagai salah satu prinsip terpenting dari revitalisasi.

Dapat dilihat dari bangunan ini, bahwa sebuah tempat untuk bekerja dan hidup mengarah pada satu titik , yaitu tempat Co-working, dengan memperhatikan struktur dan pola aktivitas manusia didalamnya.

25

KESIMPULAN Peran arsitektur penting dalam perkembangan teknologi khususnya di era digital, terutama dalam memberikan wadah yang sesuai dan responsif terhadap peristiwa dan kebutuhannya. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi pola hidup sebagian manusia, terutama dalam bekerja, dimana muncul istilah ​digital nomad bagi mereka yang menjalani pola hidup bekerja sambil jalan jalan, mereka tidak menetap, mereka berpindah sesuai dengan kemauannya dan kebutuhan riset atau pekerjaannya, sudah menjadi pertimbangan besar bagi seorang arsitek untuk menyediakan wadah yang sesuai dengan kebutuhan para ​digital nomad​, dengan memperhatikan aspek ​basic human needs ​, yang berkembang menjadi ​nomad needs, ​maka proyek “the nomad passage” merespon secara adaptif terhadap pola hidup bekerja. Dengan adanya sistem aktivitas yang berulang , maka menghasilkan produk arsitektur yang tepat sasaran, serta program program yang didesain khusus untuk menampung gaya hidup pekerja digital, khususnya mempertimbangkan perkembangan teknologi.

Didukung dengan kawasan proyek yang memadai seperti Blok M, meningkatkan ketertarikan para pengembara digital untuk datang dan menikmati bangunan. Dengan TOD yang baik maka menjadikan proyek ini tepat sasaran bagi mereka yang bekerja sambil berpindah tempat.

DREAM Perkembangan teknologi tidak bisa dihindari, manusia harus bisa beradaptasi, terutama dibidang bekerja karena manusia dituntut untuk produktif, namun bagaimanakah bisa peran arsitektur bekerja untuk merespons peristiwa ini? Bagaimanakah bisa mempertemukan para ​digital nomad dari berbagai belahan dunia, berkecimpung dan berkolaborasi dalam produktivitas? Masa depan menjadi mimpi bagi para pengembara digital karena pola hidup yang mereka pilih menentukan masa depan mereka masing masing. Arsitektur hidup untuk memberi ruang yang baik, khususnya dalam berhuni, konsep berhuni sambil bekerja yang dimiliki ​nomaders ​menjadi pertimbangan matang dalam mendesain arsitektur keseharian di masa depan. Kebiasaan para ​digital nomad ini membuahkan ruang ruang dengan dialog keseharian mereka.

“ Kebiasaan adalah arsitektur yang tak terlihat dari kehidupan sehari-hari.”

-Gretchen Rubin

26

DAFTAR PUSTAKA Alexander, C. (1977) A Pattern Language Bailey, S (20xx) Search Remotely Digital Nomad book

Christopher, P & Kemsley, R. (2012) Dwelling in Architecture Hayford, J. (2017) Anywhere, Book for digital Nomad Heidegger, M. (1971). Poetry, Language, Thought. New York: Harper Colophon Books Heidegger, M. (1971). Building, Dwelling, Thinking Jacobs, E. &

Gussekloo, A. (2016) Digital Nomads, How to live, work, and play

Sutanto, Agustinus (2020), Peta Metode Desain Wigglesworth, S., dan Till. J. 91998), The Everyday Architecture, Architectural Design Profile no. 134, London: Academy Edition Vroman, D. (20xx) ​For Travelers (and Digital Nomads) Not Tourists: A guide on how to connect with a destination for a more fulfilling travel experience

Archdaily , Diakses 17 Agustus 2020 https://www.archdaily.com/627398/impact-hub-belgrade-ured-architecture-studio?

Nomadlist (20xx) Diakses 15 Agustus 2020 h ​ ttps://nomadlist.com/canggu Yurista, A. (26 November 2020) Digital nomad. Diakses 15 Agustus 2020 https://kreativv.com/creativepreneur-career/digital-nomad/ Yurista, A. (28 November 2020) Digital nomad. Diakses 15 Agustus 2020 https://kreativv.com/creativepreneur-career/kelebihan-kekurangan-digital-nomad/ Baiba, M (22 July 2020) 7 Realities About the Digital Nomad Lifestyle. Diakses 15 Agustus 2020 ​https://wifitribe.co/blog/7-realities-about-the-digital-nomad-lifestyle/ Kane, Becky (20xx) 9 Best digital Nomad life. Diakses 15 Agustus 2020. https://doist.com/blog/9-best-locations-digital-nomad-lifestyle/ Hussain, A. (30 Maret 2019) 5 co-living for Digital Nomads. Diakses 15 Agustus 2020. https://www.forbes.com/sites/amarhussaineurope/2019/03/30/5-co-living-and-co-workingspaces-for-digital-nomads/ Kate (20xx) Why digital nomad use co working space. Diakses 15 Agustus 2020. https://nomadsworld.com/coworking-spaces/ Olivier, B. (16 Maret 2014) Heidegger and Everydayness. Diakses 15 Agustus 2020. https://thoughtleader.co.za/bertolivier/2014/03/16/heidegger-and-everydayness-today/

27

28