Buas zine vol.3

Page 1



VOL.3


Belakang Layar : . Dulkornen . Rosyid Ridho . Brambot Kusuma . Doni Taringx . Al Hakim FK Buletin Uwit Art Space Copyright.BUASZine 2020 2


sekapur sirih Mak.Jegagik.......datanglah pandemi kofid-19 tai kucing yang menggemparkan seluruh penjuru bumi dengan serangan brutal komando virus yang membabi buta. Pekerjaan tertunda, akifitas mulai terbatas, seakan kita dipaksa oleh keaadaan yang fakingsyhitt ini untuk memenjarakan diri di kediaman masing - masing. Awalnya sih kita - kita di Salatiga nggak terlalu khawatir karena mana mungkin sih si virus ini nyampe ke kota kecil, damai, indah, nan permai ini??? ya nyampe ddoonggggg eeeeeee yaaa pada akhirnya kita - kita pun juga terserang invasi virus konnn,,,,,kofid kofidd, yah Uwit pun mulai berguguran daunya seiring meluasnya virus ini. Kebingungan mulai melanda dan yah terpaksa vakum untuk waktu 1 tahun lamanya.....tapi disamping itu kawan kawan tetap berusaha memberikan dampak positif bagi khalayak sekitar. Selamat menikmati suguhan Buas yang ke 3 ini setelah setahun hilang dari permukaan. Inti dari tulisan ini sebenarny cuma SAMBAT!!! - Dulkornen

3


“Semua Orang Tidak Mengerti Apa Itu Seni” -Squidward Q. Tentacles-

4


content. 1. novemberfun #2 2. festival kemul 3. sepia #4 4. kpk 5. aksi mingguan

5


Sebagaimana proses manusia mencurahkan perasaan kepada seseorang yang dicintainya, mula-mula mengetahuinya, kemudian mengenalnya, memahaminya, berlanjut merumuskannya kedalam luapan rasa, lalu mempresentasikan hasilnya. Begitu juga karya dalam seni, yang lahir dari hasil cinta manusia kepada seni itu sendiri. November 2019, minggu kedua, Novembefun bagian pertama. Dimulai pada sore hari, sekitar jam tiga lewat, mereka (penyelenggara) tiba di Kanopi Selasar Kartini, tempat terlaksanakannya workshop yang diselenggarakan Uwit Art Space dalam acara Novembefun. Novembefun merupakan acara yang telah terselenggara untuk kedua kalinya dalam rentang tahun cukup lama. Pertama terselenggara pada November 2016, dengan tujuan bersenang-senang melalui acara workshop di bulan November, dan acara terselenggara di Uwit Art Space. Di tahun 2019 ini, atau acara Novembefun yang kedua kalinya, acara diselenggarakan di luar Uwit Art Space, dengan tujuan mengenalkan materi-materi workshop kepada masyarakat di luar lingkup Uwit Art Space dan lontaran secara spontan. Dipandu oleh F.K a.k.a Alhakim dan Ndook_ a.k.a Handoko pada workshop menggambar di media kayu, atau materi ini lebih pas disebut sebagai menggambar bersama, bukan workshop. Wahyu Kipli dan teman-teman Uwit Art Space yang lain sebagai pemateri workshop Tindes Art, salah satu pengembangan dari grafis

6


dalam teknik cetak tinggi. Tapi sangat disayangkan atau memang ketika acara mulai di setengah jalan, hujan datang membuyarkan acara workshop. Karena kanopi yang dikira mampumenaungi, ternyata anginpun menghembuskan air sampai di dalam seisi kanopi. Acara berhenti, sesegera perlengkapan diamankan, dan semua peserta-pemateri berteduh menyelamatkan diri. Satu jam lebih hujan bersua, lalu menuju reda. Karena workshop tidak memungkin dilanjutkan di tempat itu, setelah benar-benar reda, acara berpindah di Uwit Art Space. Tidak banyak yang ikut berpindah, beberapa peserta yang enggan meneruskan atau memiliki acara lain berpamitan pulang, dan hanya beberapa peserta yang akhirnya datang. Melanjutkan pengerjaan workshop yang belum selesai, menjadikan serunya acara hingga keintiman suasana sampai acara selesai. 17 November 2019, minggu ketiga, Novembefun bagian kedua. Ternyata teman-teman penyelenggara acara Novembefun begitu bergairah untuk membagikan apa yang dipahaminya, sehingga workshop dilaksanakan lagi di minggu ketiga, dan masih bertempat di Kanopi Selasar Kartini. Tetapi kali ini acara dimulai agak gasik, jam sepuluh lewat tiga menit, seperti yang tertulis dalam poster publikasi. Jam sepuluh terlewat banyak, bahkan sepertinya sebelas lewat, teman-teman penyelenggara acara baru terlihat datang dengan wajah kegirangan seperti biasanya -tepat waktu adalah mitos. Di Kanopi, mereka berbagi tempat dengan lapak buku usaha dagang mahasiswa-mahasiswi salah satu institude negeri di kota Salatiga. Semua perlengkapan disiapkan, mulai dari Tindes Art dengan tinta offset, roll, yellow board/kertas daur ulang, sendok, pensil, dan kertas samson, kemudian kardus dan beberapa alat tulis/gambar untuk menggambar bersama. Workshop di minggu ketiga ini berbeda dengan minggu kedua. Jika tindes art di minggu kedua menggunakan kain hasilnya, di minggu

7


ketiga ini, tindes art memakai kertas samson untuk pencetakan. Sedangkan menggambar bersama pada minggu kedua adalah menggambar pada media kayu, minggu ketiga mengajak peserta menggunakan kardus sebagai medianya. Sedikit demi sedikit, peserta mulai berdatangan, dan seperti sebelumnya, peserta dibebaskan untuk memilih materi apa yang akan mereka ambil, kemudian penjelasan dari pemateri tentang karakter media, bagaimana pengerjaanya, dan praktek pun dipersilahkan. Setiap peserta yang baru datang dijelaskan dari awal, dan selalu berulang untuk kedatangan berikutnya -begitu baik, menjadi kurang efektif. Karena jika itu masalah pendekatan dengan interaksi, seharusnya interaksi akan terbangun dengan sendirinya di waktu yang tepat. Di peralihan tengah hari menuju sore, sebagian Kanopi Selasar Kartini mulai dipadati teman-teman peserta workshop, yang ternyata antusias begitu menakjubkan jika dibandingkan pada minggu kedua. Semesta turut serta dalam kelancaran hari itu, cuaca cerah hingga selesainya acara. 24 November 2019, minggu terakhir, pada Novembefun bagian penutup. Di waktu matahari sedang bertugas, panas yang agak pas membuat rasa ayem teman-teman Uwit Art Space pada hari itu. Karena acara pada minggu keempat adalah mural bersama di lingkungan dusun Togaten, Pasar Sapi, dan dalam poster yang terpublikasi memberitahukan bahwa mural dilaksanakan pada jam satu siang. Tepat ketika hawa panas membuat sebagian orang enggan untuk menikmatinya secara langsung, dan memang, bahwa kenyataanya mural baru terlaksana satu jam lebih lambat dari jadwal. Walaupun demikian, setidaknya hujan belum datang, itulah rasa ayem. Semua yang terlibat terlihat menikmati mural bersama pada siang itu, hingga sore menjelang, beberapa pemural sudah menyelesaikan muralnya. Dengan ragam bentuk karakter juga goresan mereka, mebawa nunsa

8


pemaknaan (tema) tentang kepahlawanan pada jalan gang Togaten ketika melaluinya. Dan mari berpindah ke Uwit Art Space, untuk menengok pameran, karena tidak hanya mural acara pada hari itu. Seperti pada tulisan awal, karya yang akan lahir dari hubungan manusia kepada seni. Pameran ini adalah sebuah upaya, perayaan untuk memberi apresiasi kepada semua peserta workshop yang telah mencoba mencari tahu esensi, memahami karakter media juga cara memperlakukannya, merekonstruksikan konsep gagasan, mewujudkannya menjadi karya, dan lahirlah setiap karya yang ada di pameran ini. Diawali pembukaan pameran, setelah itu berbincang bersama para pemateri tentang serunya workshop di tempat umum dengan peserta yang tidak terduga, dan ketika suasana ngobrol sedang enak-enaknya, acara yang berada di luar ruangan ini terhenti karena hujan datang, membuat buyar semua yang ada di sana. Mungkin hanya membuat hawa menjadi segar dan basah, hujan cepat berhenti. Semua yang hadir di malam itu pasti merasakannya, rasa hangat nan intim ketika hanya sedikit yang datang, membuat suasana semakin menarik. Ditambah ketika Sosok Virtual feat DulKribel salah satu penampilan pada acara malam itu memulai membunyikan instrumen yang mengawang-ngawang, seraya mengiringi suasana acara dengan penuh distorsi kelam. Tata visualpun dimainkan, untuk turut membantu penampilan. Mulai dari beat nuansa gelap hingga terang penuh lirik positif, duo rapper Salatiga itu menyuguhkan penampilannya begitu mantap. Lalu acara berlanjut dengan penampilan group krontjong karpet, akronim dari kroncong karang pete. Semakin syahdu malam itu, membuat gelem ra gelem setiap yang ada di sana menjadi nglaras dipenghujung acara. Sebuah penutupan yang aduhai.

Tulisan : Rosyid Ridho Illustrasi : Brambot Kusuma

9


Mungkin menciptakan lagu tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, tetapi mungkin juga tidak sesulit seperti yang terpikirkan. Hanya perkara tentang mau atau tidak mau, karena semua perlu proses belajar. Minggu sore, 22 Desember 2019, suasana di 1915 Arts Koffie Huis, Salatiga, ramai dipadati penonton dan penampil yang akan mempertunjukkan karya mereka. Acara yang diselenggarakan oleh Kemul (Kelompok Menulis Lagu) ini untuk pertama kalinya dibuat sebagai perayaan hasil dari workshop membuat lagu, yang selalu diadakan pertemuan satu hari dalam satu minggu. Dan workshop menulis lagu dimulai sekitar pertengahan bulan September 2019 lalu, dengan dimentori/pemateri workshop Adoy dan Bonita. Sore itu, dengan cuaca berhujan, tidak serta-merta menyurutkan antusias penonton. Dengan berjubelnya mereka di teras tempat pertunjukan berlangsung, yang seakan menjadi intim nan syahdu. Bergantian penampil memperdengarkan karyanya, dari yang berformat gitar dan nyanyian, piano dan nyanyian, bahkan seperangkat aplikasi beat maker dari gawai pintar dan sedikit rap turut membawa suasana menjadi keceriaan. Pertunjukan pun seolah menjadi panggung interaksi antar penampil dan penonton. Disela-sela pergantian penampil, canda-tawa terlihat dari mereka, bahkan disaat pertunjukan pun tak jarang riuh gurauan mereka lontarkan. Semua bersenang-senang di acara perdana yang sukses terselenggara.

10


Tulisan : Rosyid Ridho

11


12


Mengingat penuh tentang peristiwa-peristiwa beberapa tahun kebelakang memang tidak mudah untuk kita sebagai manusia yang memiliki sistem kurasi memori di setiap peristiwa yang diambil dan dimasukkan kedalam catatan otak bernama ingatan, oleh sebab itu, ingatan selalu butuh penyeimbang, atau mudahnya, tidak hanya tersimpan di dalam etalase ingatan pikiran, tetapi juga tertata rapi di dalam 'pembukuan ingatan' berupa warkat; tertulis, terekam, tergambar, dan tercetak. Dengan begitu, semua kejadian yang dialami dapat kita ingat, atau paling tidak kita tahu pernah mengalami sesuatu kejadian yang hampir terlupakan. Karena apa yang terlewati adalah tahap menuju saat ini dan nanti, proses yang tidak akan terulang sama persis. Arkian, pernyataan itu membuat kami (Uwit Art Space) sebagai ruang berkesenian, sadar di usia yang ke-3 ini ternyata masih kurang dalam urusan pendokumentasian, sialnya, dokumentasi yang pernah kami buat lenyap di antara rusaknya beberapa peranti penyimpanan. Dan atas dasar kepentingan bersama, kini kami mencoba membuatnya kembali, mengumpulkan ingatan-ingatan yang hilang-terlewatkan, memetakannya sesuai ragam-bentuk ikatan peristiwa. Seolah-olah semua itu dilakukan karena ingatan ini terlalu banyak hingga mulai saling tumpang-tindih, tetapi nyatanya kami juga tersadar, bertambahnya usia bisa juga diartikan sebagai berkurangnya usia hingga mulai lupa. Lantas semua itu dilakukan hanya untuk mencatat jejak-perjalanan kami. Hemat kata, acara ini tidak hanya tentang perayaan mengingat terlahirnya ruang, tetapi lebih mengingat bahwasanya ruang ini ada karena kalian, dan kami mencoba menghadirkan kumpulan peristiwa yang masih ada. Tulisan : Rosyid Ridho

13


Sebelum sampai ke pertengahan dasawarsa usia, mereka bercerita tentang kejadian-kejadian membanggakan menuju kesedihan. Hal membanggakan mereka ketika apa yang diimpikan terwujud, yaitu di awal usia keempat, kandungan debut mini album mereka telah lahir lima lagu. Tapi sebelum mereka merayakannya, keputusan salah satu personil untuk keluar dari formasi mutahir sangat mereka sayangkan. Hingga rasa kehilangan bertambah ketika meninggalnya mas Apri (cello) membuat mereka goyah. Setelah itu, beberapa bulan mereka memutuskan untuk istirahat -mengumpulkan keyakinan untuk tetap bertahan. Hingga semua sepakat untuk terus berjalan, bahkan kembalinya personil menjadi titik keyakinan bertambah. Dan malam itu, 10 Desember 2019, bertempat di Qoriyah Toyibah, Kalibening, mereka membuat syukuran atas usia ke lima, terselubung juga perayaan mini album yang belum sempat mereka rayakan perilisannya. Dan acara berkonsep kekeluargaan ini sukses mereka (KPK) jalankan, dengan sederhana nan intim. Keceriaan terlihat dari raut wajah teman-teman.

Tulisan : Rosyid Ridho

14


“Ahsu Dahlah” Artwork oleh Tamami 2021


Yang menarik dari skena hip-hop lokal (Salatiga) adalah ketika ke"ada"nya sulit untuk diketemukan, atau sebut saja hanya sebagian dari mereka yang terdeteksi. Mereka seperti sengaja menanggalkan identitas, membiarkan seolah ada-tiada, dan membuatnya seperti mitos. Walaupun dalam lingkup mereka sendiri, pencarian tetap menemui titik kurang memuaskan, dimana pencarian terbanyak hanya berujung pada Salatiga Hip-Hop Movement (Dance), GANEK akronim Gagal Nekat (Rap), dan SoviXKrible (Rap) -itupun karena mereka teman kami. Jika menilik perkembangan skena musik yang lain, rata-rata penyebarannya sedikit lebih banyak dan mudah untuk ditelusuri. Misalnya; Hardcore/Punk, Rock, Metal, dan tentu saja Pop/Top40. Skena hip-hop Salatiga lebih mirip seperti grunge di Salatiga. Masih ada beberapa, karena grunge mungkin hanya sebuah era -kata Yoyon saat wawancara bersama Ayos Purwoaji dalam c2o newsletter edisi 35. Masih banyak yang belum diketahui tentang skena hip-hop di Salatiga, termasuk siapa saja yang menjadi penggerak kawasan itu Tapi sebentar. Atau, jangan-jangan pencarian kamilah

16


yang sebenarnya enggan mengeksplor lebih jauh keberadaan mereka. Karena jika memang iya, Salatiga Hip-Hop Movement pada bulan lalu mengadakan kompetisi battle dance, dan bisa jadi itu menjadi tempat berkumpulnya mereka -para pelaku hip-hop di Salatiga. Tapi entahlah, karena sebenarnya kami menganggap ini bukan tentang soal seberapa banyaknya, tetapi lebih kepada bagaimana skena itu tumbuh-berkembang di kota Salatiga dan tetap ada -meski militansi, juga tak mampu terdeteksi oleh kami. Walhasil, 8 Desember 2019, sebuah acara pesta kecil-kecilan peluncuran mini album dari kelompok hip-hop kota Solo (Biggy X Jojo) diadakan di Uwit Art Space, Salatiga. Acara ini adalah rangkaian tour album mereka, dan Salatiga kejatahan menjadi tempat terselenggaranya tour mereka setelah dari Cirebon dan Pati. Dengan tajuk acara sesuai judul album mereka "Aksi Mingguan" dan seperti kata Biggy dalam press release "album ini adalah sekumpulan cerita dari Biggy dan Jojo yang selalu mereka tulis pada hari minggu, dan dari situlah tajuk Aksi Mingguan berasal". Mereka juga mengajak, BDB akronim BarvDiBvat, kelompok beat box asal Jogja yang juga telah mengeluarkan album perdana mereka, dan katanya mereka adalah 'kelompok beat box yang pertama kali membuat album fisik di Asia Tenggara'. Bersamaan mereka tour bareng. Acara dimulai dengan mural jaming bersama Ctrl, Reel, dan Vamps di tembok lingkungan dusun Togaten area Uwit Art Space. Sementara itu di lokasi Uwit Art Space, acara dibuka dan dilanjutkan sharing session "Aksi Mingguan" bersama Biggy dan Jojo, di moderatori oleh Doni TaringX. BDB selaku teman juga saksi perjalanan tour mereka, turut diajak pula dalam sesi bincang-bincang santai. Membedah album dan perjalan setiap kelompok hip-hop dengan balutan guyonan. Setelah selesai, acara dilanjutkan pertunjukan

17


pesta peluncuran Aksi Mingguan. Diawali Noxtah (Rap), lalu Esruboy (Rap) , dan Kerp -mungkin lebih kentara punk ketimbang hip-hop. Dan menariknya, semua opening act berasal dari kota Boyolali. Menuju ke penghujung acara, BDB giliran ambil bagian, duo beatbox asal Jogja ini membawa suasana semakin panas. Hingga penampilan terakhir yang ditunggu-tunggu telah tiba, Biggy x Jojo mengawalinya dengan membagi kegelisahannya tentang "Bar-Bar Gobar" teman-teman mahasiswa, diteruskan "Malinois" seolah terpengaruh oldskull-era. Mereka menyusun setlist seperti pada tracklist album, dilanjutkan Cemara Tanah Merah, Tata Cara Intimidasi, Evanescet, dan ditutup dengan track Aksi Mingguan. Semua disampaikan/dimainkan begitu padat, seolah tanpa adanya jeda pada setiap pergantian lagu. Sembilan malam lebih, semua penampilan telah selesai menyuguhkan beat-frestyle dengan takaran secukupnya pembawa suasana. Hingga sepuluh kurang, acara tetap berlanjut cangkruk.

Tulisan : Rosyid Ridho

18


404 not found.

* Banyak dari file entah itu foto maupun tulisan sebagai bahan untuk pembuatan zine ini yang lenyap begitu saja entah kemana. Oleh karena itu kami segenap kru yang berbuat mohan maaf.


UWIT




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.