Kiprah 72

Page 1

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

1


2

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


NUANSA

HUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN

UNTUK KUALITAS HIDUP LEBIH BAIK TEKS WARA NOVELLA

Dewan Redaksi: Setia Budhy Algamar Rido Matari Ichwan Amwazi Idrus Dedy Permadi Pemimpin Umum: Velix Wanggai Pemimpin Redaksi: Wara Novella Redaktur Pelaksana: Arif Fajar • Djuwanto Redaksi: Krisno Yuwono • Bimo A • Djoko Karsono Mirah N • Warjono A Budi Hartati • Gustav S A Mukmin • Sambiyo Noorman W • Indah P Editor: Wayan Yoke • Sri Rizqi Gustiarini• Hideko Desain/Artistik: E Prananta • Eko Wahono • Rangga Fotografer: Odhy A • Agus Iwan S • Suseno Sekretaris: Juariah • Giantry • Umi Fatimah S Kontributor: Ade Syaiful • Taufan Madiasworo Warsono • Dini Y • Asep Kurniawan Sirkulasi/Distribusi: Karina • Nadi Tarmadi • Yusron • Arifin Diterbitkan oleh: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Alamat: Biro Komunikasi Publik, Gedung Utama Lt.4 Jl Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 Telp./Fax: 021-725 1538, 021-724 8932 e-mail: kiprahpu@gmail.com

Redaksi Majalah KIPRAH menerima kiriman artikel, atau tulisan lain yang (1) bersifat populer dan (2) sesuai dengan isi Majalah KIPRAH. (3) Panjang tulisan minimal 400 kata, maksimal 1600 kata. (4) Pengiriman naskah dapat dilakukan melalui email ke kiprah@pu.go.id, disertai dengan data diri berupa biografi singkat dan alamat, nomor telepon, fax atau E-mail (bila ada). (5) Naskah yang tidak dimuat biasanya tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. (6) Redaksi berhak melakukan perubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan.

S

ALAH satu cara bagi sebuah negara untuk dapat dikenal oleh dunia internasional dapat melalui berbagai macam aspek, salah satunya adalah dengan menunjukan peningkatan kualitas hidup. Pada KIPRAH edisi 72 kali ini, mengangkat sejauh mana persiapan pembangunan infrastruktur dalam negeri, baik yang telah selesai maupun dalam pembangunan untuk memenuhi target Pembangunan Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 atau dikenal dengan istilah Gerakan 100-0-100, dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sebagaimana yang menjadi amanat dalam pembukaan UUD 1945 yakni meningkatkan kesejahteraan umum. Kementerian PUPR terus berupaya membangun infrastruktur guna meningkatkan kualitas hidup tersebut. Diantaranya adalah dengan pembangunan sarana sanitasi, pembangunan SPAM untuk memastikan ketersediaan air minum, serta menyerahkan peralatan persampahan dan air limbah kepada Pemkab/Kota. Hingga pada tahun 2019 mendatang, pemerintah optimis pembangunan SPAM dapat menjangkau 10 juta sambungan rumah tangga sehingga target pencapaian 100% kebutuhan air bersih dapat terpenuhi. Di bidang peningkatan kualitas permukiman, pembangunan pun dilakukan di 10 perkampungan nelayan yang selama ini identik dengan kesan kumuh, akan ditata menjadi lebih rapih dan bersih. Terkait dengan pemanfaatan sampah, KIPRAH kali ini menghadirkan informasi bagaimana mengelola serta memanfaatkan timbunan sampah yang ada kemudian dapat diolah menjadi bahan baku semen dan menghasilkan daya listrik. Tidak ketinggalan pula, Kiprah mengangkat inisiatif dari daerah terutama perkotaan dalam membangun daerahnya menjadi lebih baik. Hal tersebut ada dalam artikel mengenai ‘‘Smart City’’ yang menceritakan bagaimana beberapa Kepala Daerah di Indonesia sudah menerapkan Smart City pada daerah yang dipimpinnya. Kota Bandung sebagai contoh, memberikan layanan akses internet di taman-taman kota, mencanangkan tarif transportasi umum, dan mendirikan command center. Begitu juga dengan Tri Rismaharani sebagai Walikota Surabaya, yang berhasil melibatkan partisipasi masyarakat untuk menjadikan wilayah yang dipimpinnya menjadi kota yang lestari. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah tiada henti berupaya untuk mewujudkan kota hijau melalui berbagai macam pendekatan. Untuk liputan dari daerah dalam rubrik jelajah, Kiprah menampilkan keindahan dan kemegahan Jembatan Merah Putih yang berada di Kawasan Timur Indonesia telah rampung dibangun dan sekaligus menjadi Jembatan terpanjang dikawasan ini. Dalam rubrik liputan khusus, Kiprah mengangkat pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan arus perdagangan di wilayah tersebut. Kiprah menghadirkan wawancara ekslusif dengan Wida Nurfaida dan Dahlia Erawati dua sosok wanita tangguh cerminan Kartini masa kini Kementerian PUPR yang sigap dalam menunaikan tugas di lapangan, sosok kartini PUPR yang tak kenal panas terik ketika bertugas, sebagai pembuktian nyata bahwa Kementerian PUPR tidak membeda-bedakan gender dalam melaksanakan tugasnya membangun infrastruktur untuk Negeri. Mari bersama kita bangun infrastruktur untuk Negeri serrta meningkatkan kualitas hidup lebih baik. Selamat Membaca.n MAJALAH KIPRAH 3 VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


DAFTAR ISI

8 NUANSA ............................................................................................................................................................................... 3 LAPORAN UTAMA Mendongkrak Kesejahteraan Melalui 100-0-100 ........................................... 8 Menuju 100% Akses Sanitasi .............................................................................................................. 12 10 Juta Sambungan Demi 100% ................................................................................................ 14 Mengikis Kesan Kumuh di Kampung Nelayan ..................................................... 17 Mengolah Sampah menjadi Listrik dan Semen ................................................. 20 Apa Kata Mereka? .................................................................................................................................................. 22

LINTAS INFO Menteri PUPR Raih Anugerah Wira Bakti Praja........................................................ 6 Kementerian PUPR Akan Bedah 100 Rumah di Tiap Lokasi Wisata................................................................................................................................................................................................. 6 Kementerian PUPR Selenggarakan Workshop Bersama KPK............ 7 AKTUALITA Infrastruktur Berkelanjutan Memacu Pertumbuhan .................................... 24 Smart City, Menata Kota Secara Berkelanjutan ................................................... 26 Menyiapkan Infrastruktur Asian Games ........................................................................... Menteri Basuki Perintahkan Bangun Tanggul Darurat di Lokasi yang Jebol ........................................................................................................................................................................... 32 Perlunya Irigasi untuk Ketahanan Pangan .................................................................... 35 Pembangunan Satu Juta Rumah Butuh Data Akurat ................................ 36 DINAMIKA Tantangan yang Dihadapi Tapera Lebih Berat Lagi ................................... 38 GALERI Indonesia Climate Change Education Forum and Expo 2016: Mencari Solusi Mengatasi Perubahan Iklim ........ 42

COVER: MENUJU 100-0-100

4

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

JELAJAH Gebrak Pak Kumis Andalan Tangerang ................................................................................44 Ini dia Jembatan Terpanjang di Kawasan Timur .............................................. 47 Tempat Pembuangan Akhir, Sumur Batu: Sampah Dapat Hasilkan Daya Listrik ....................... 50


Daftar Isi Peringatan Hari Air Dunia XXIV 2016: Air dan Lapangan Pekerjaan ............................................................................................................................................................................... 52

29

WACANA Perubahan Perilaku, Selangkah Menuju “Bogor Kota dalam Taman” dalam Program 100-0-100 .......................................................................................... 53 Hari Peduli Sampah Nasional: Saatnya Perang Melawan Sampah ..................................................................................................................................................................................... 56 Penanganan Kawasan Kumuh di Indonesia dan Negara-Negara di Asia Tenggara .............................................................................................. 60 Mewujudkan Kota Hijau Berkelanjutan ............................................................................ 64 PROFIL Wida Nurfaida, Kasatker Tol Cisumdawu ...................................................................... 68 Dahlia Erawati, Kasatker PS-PLP Provinsi Jawa Timur ...................................70

47

LAPORAN KHUSUS Mewujudkan Nawacita di Perbatasan ................................................................................. 72 Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong, Kalimantan Barat.............................................................................................................................................................................................. 75 Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong Mota’ain, Nusa Tenggara Timur ................................................................................ 78 Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong Skouw Papua ....................81 INFO BUKU Kota Tua Punya Cerita: Historia Jakarta ............................................................................ 84

50

JENDELA Carissa Puteri: Menanamkan Pendidikan Kebersihan Sejak Dini .............................................................................................................................................................................. 85

17

72

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

5


LINTAS INFO

MENTERI PUPR RAIH ANUGERAH WIRA BAKTI PRAJA TEKS INDAH

M

ENTERI Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Luhut Binsar Panjaitan mendapatkan anugerah Wira Bakti Praja dari Real Estate Indonesia (REI) di Batam, Kamis (14/4). Penghargaan Wira Bhakti Praja didedikasikan kepada insan pelaku pembangunan yang dianggap berjasa dibidang properti. Penyerahan penghargaan dilakukan saat merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) REI ke-44 di Movie Town atau di kawasan perfilman di Batam. Dalam sambutannya, Menteri PUPR mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepadanya dan ia pun menyampaikan, akan terus mendukung pembangunan kawasan di Indonesia. “Saya berpikir dalam membangun suatu kawasan, kita harus memiliki ciri, contoh, di Batam kita punya kawasan yang sering dijadikan lokasi syuting baik film nasional maupun internasional, Batam akan dijadikan kota pusat pembuatan film, saya mendukung ini,” ujar Menteri PUPR. Ia menambahkan, kemudian Ambon disebut City of Music, Palembang ada Sport City. Menurutnya, penamaan tersebut untuk memberi ciri kota dan hal tersebut merupakan ide yang sangat bagus dan harus didukung. Sementara itu, Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy menyampaikan rasa terimakasihnya pada berbagai pihak sehingga REI terus bisa tumbuh dan berkembang seperti saat ini. “REI berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah dan daerah, dalam mendukung Program Sejuta Rumah yang dicanangkan Pemerintah, REI telah membangun sekitar tiga juta unit rumah bagi MBR (masyarakat berpenghasilan rendah),” katanya. n

KEMENTERIAN PUPR AKAN BEDAH 100 RUMAH DI TIAP LOKASI WISATA TEKS RISTYAN

K

EMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan akan melakukan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau bedah rumah tidak layak huni di sekitar lokasi wisata Danau Toba, Tanjung Lesung dan Bromo-Semeru-Tengger. Di tiap masing-masing lokasi wisata tersebut akan ada 100 rumah yang mendapatkan BSPS dengan nilai Rp15 juta per rumah. 6

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Dedy Permadi, usai acara penandatanganan kerjasama antara Kementerian PUPR dan Bank BTN dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepariwisataan di Jakarta, Kamis (28/4) menyampaikan bahwa dari sekitar 10 lokasi percepatan pembangunan destinasi pariwisata yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata, Kementerian PUPR sementara ini hanya fokus


LINTAS INFO

di tiga lokasi tersebut sebagai percontohan. “Masing masing lokasi tersebut nantinya akan kami berikan stimulan dalam program BSPS sekitar 100 rumah dengan bantuan sekitar Rp15 juta per rumah,” katanya. Meski begitu, ia menegaskan, mengenai angka pastinya yang akan dibedah tetap menunggu hasil survey tim dari Kementerian PUPR dan pemerintah daerah setempat yang menjadi lokasi destinasi wisata. Dengan adanya bedah rumah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas tempat tinggalnya sehingga dapat membantu menarik wisatawan untuk berkunjung sekaligus mendukung Program Satu Juta Rumah.

Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono kepada sejumlah wartawan usai melakukan penandatanganan kerjasama antara Kementerian PUPR dan Bank BTN menyampaikan bahwa bantuan stimulan atau bedah rumah dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumah-rumah warga di sekitar lokasi destinasi wisata di Indonesia. “Jika rumah masyarakat kondisinya baik dan sanitasinya juga baik tentu bisa menjadi homestay-homestay baru yang dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung,” katanya. Direktur Utama BTN, Maryono mengatakan, BTN juga akan membiayai rumah-rumah penduduk yang dapat dijadikan sentra bisnis kepariwisataan di tiap destinasi. Menurutnya, kegiatan bedah rumah merupakan salah satu bagian dari Program Satu Juta Rumah dan untuk melaksanakan program itu BTN berikan fasilitas membangun rumah di 10 destinasi wisata. Misalnya, ia melanjutkan, di 10 destinasi itu di sekelilingnya ada rumah-rumah dan toko yang bisa menjual souvenir, restoran, dan lain sebagainya, itu yang dibiayai melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Seperti diketahui, Kementerian Pariwisata telah menetapkan kebijakan percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas wisata yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, BromoTengger-Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, dan Morotai. n

KEMENTERIAN PUPR SELENGGARAKAN WORKSHOP BERSAMA KPK TEKS INDAH/IWAN

K

EMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkeinginan di semua unit organisasi selalu menjunjung tinggi integritas. Untuk mewujudkan itu bersama dengan Direktorat Jenderal Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyelenggarakan Workshop Tunas Integritas dan Komite Integritas di Kampus PUPR, Senin (11/4). Acara yang diikuti oleh Pejabat Eselon I dan II Kementerian PUPR tersebut bertujuan untuk membangun zona integritas dan pembinaan terhadap Tunas Integritas di masing-masing unit organisasi di Kementerian PUPR. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR, Rildo Ananda Anwar mengatakan, Workshop Tunas Integrasi diselenggarakan selama tiga hari untuk membangun komitmen integritas demi pencegahan korupsi. Pada kegiatan tersebut, lanjutnya, program serta metodenya disiapkan oleh KPK. “Kegiatan ini tidak terkait dengan kasus yang sedang ditangani KPK, pasalnya penyelenggaraan workshop ini su-

dah direncanakan sejak lama namun baru bisa terlaksana saat ini,” katanya. Rildo pun berharap, dengan adanya workshop tersebut, para eselon I dan II mampu membuat komitmen integritas untuk pencegahan korupsi di lingkungan Kementerian PUPR makin mantap. Pada acara tersebut, peserta melakukan simulasi senam otak, simulasi team work dan melakukan beberapa kegiatan dengan metodologi interaktif yang melibatkan seluruh peserta dalam kelompok-kelompok diskusi untuk pemecahan-pemecahan kasus pada kegiatan sehari-hari di lingkungan kerja. Selain itu juga dilakukan tanya jawab hal-hal yang terkait dengan pemahaman serta peran serta dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. n MAJALAH KIPRAH 7 VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA

FOTO: E-MONEP.GORONTALOPROV.GO.ID

Menuju 100-0-100

PEMBANGUNAN JALAN DAERAH DI GORONTALO

Mendongkrak Kesejahteraan Melalui 100-0-100 Gerakan 100-0-100 pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Manusia yang berkualitas akan mampu meningkatkan kesejahteraannya dan memiliki daya saing yang unggul. TEKS TIM KIPRAH

8

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

D

ALAM RPJMN 2015-2019 telah mengamanatkan Gerakan 100-0-100, yaitu 100% akses aman air minum, bebas kumuh dan 100% akses sanitasi yang layak pada akhir tahun 2019. Program ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dalam hal ini ditangani oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen CK). Sejatinya target 100-0-100 atau yang dikenal juga dengan istilah universal access tersebut secara tersurat disebutkan


Mendongkrak Kesejahteraan Melalui 100-0-100

yang ingin dituju oleh Gerakan 100-0-100. Menyediakan sumber air bersih untuk bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, membangun infrastruktur sanitasi dan melenyapkan pemukiman kumuh akan membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat dan meningkat kualitas hidupnya. Ditjen CK, Kementerian PUPR terus berupaya agar Gerakan 100-0-100 tersebut dapat terealisasi pada waktunya. Sejumlah program strategis pun telah disusun guna mendukung program tersebut. Seperti pada tahun ini, ada beberapa sasaran pembangunan yang akan dibidik oleh Ditjen CK. Di Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman (PKP), tahun ini akan melakukan Penataan 2,161 Ha Kawasan Kumuh Perkotaan di 15 Kab/Kota. Lalu juga akan melakukan Peningkatan Kualitas Permukiman di 909 Ha Kawasan Pusat Pertumbuhan yang ada di 135 Kab/Kota. Tak hanya itu, tahun ini Direktorat PKP juga akan menata 435 Ha Kawasan Permukiman Nelayan, Kawasan Perbatasan, Pulau Terluar & Kawasan Rawan Bencana yang ada di 16 Kab/Kota. Sementara itu, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP), tahun ini akan membangun TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Regional di 2 Kab/Kota, yang mampu menampung sampah yang dihasilkan 109.400 Kepala Keluarga. Tahun ini juga menjadi tahun dimulainya pembangunan infrastruktur TPA secara bertahap di 70 Kab/Kota, yang mampu menampung sampah dari 2.450.000 Kepala Keluarga. Lalu membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Regional di 2 Kab/Kota yang mampu mengolah limbah yang dihasilkan oleh 2.000 Kepala Keluarga. Selain itu juga membangun IPAL terpusat Skala Kota di 7 Kab/kota dan Pembangunan IPAL Pembangunan SANIMAS 752 Kws di 156 Kab/Kota, yang mampu mengolah limbah dari sekitar 78.300 Kepala Keluarga. MENCIPTAKAN KOTA HIJAU

dalam RPJMN 2015-2019 bidang infrastuktur. Yakni Pemerintah menginginkan terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar, pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian. Selain itu pada 2019 Pemerintah juga menginginkan terwujudnya kota-kota di Indonesia tanpa permukiman kumuh. Gerakan 100-0-100, juga merupakan implementasi dari Nawacita, yakni misi pembangunan yang ingin dicapai pemerintah dalam kurun lima tahun mendatang 2015-2019. Dalam Nawacita diantaranya disebutkan: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; serta Meningkatkan kualitas hidup manusia. Butir Nawacita yang mengatakan bahwa pembangunan di Indonesia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada dasarnya tepat dengan apa

Di bidang air minum, yang ditangani oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan air minum (PSPAM) akan

Butir Nawacita yang mengatakan bahwa pembangunan di Indonesia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada dasarnya tepat dengan apa yang ingin dituju oleh Gerakan 100-0-100. MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

9


LAPORAN UTAMA

FOTO: WWW.MEDIAWARGA.INFO

Menuju 100-0-100

SARANA AIR BERSIH DI DESA KOTABUMI TENGAH BARAT

membangun infrastruktur SPAM. Diantaranya membangun SPAM Regional dengan kemampuan 1.450 liter/detik yang akan menjangkau 145.000 Sambungan Rumah Tangga (SR). SPAM regional ini akan dibangun 13 Kab/Kota yang ada di empat Provinsi. Sementara itu juga akan dibangun SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) yang bisa menyalurkan air bersih dengan kemampun 2.189 ltr/dtk. SPAM IKK ini dibangun untuk dapat melayani 218.900 SR yang tersebar di 92 Kab/Kota yang ada di 32 Provinsi. Tak hanya itu, Ditjen CK tahun ini juga akan membangun SPAM Berbasis Masyarakat di 1.480 Desa yang ada di 33 Provinsi. SPAM Berbasis Masyarakat ini nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 473.600 SR dengan kecepatan

10

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

air 1.480 ltr/dtk. SPAM Kawasan Khusus dengan kemampuan menyalurkan air sebanyak 302 ltr/dtk juga akan dibangun di 60 Kab/Kota yang ada di 16 Provinsi. SPAM Kawasan Khusus ini ditargetkan dapat menyalurkan air ke 79.480 SR. Selain itu Ditjen CK akan membantu menyehatkan 60 PDAM, 25 UPTD dan 12 Kota Binaan menuju 100% akses air minum bersih. Meski tak terkait langsung dengan program 100-0-100, Ditjen CK melalui Direktorat Bina Penataan Bangunan (BPB) akan merevitalisasi 12 Kota Pusaka dan 55 Kota Hijau. Selain itu juga akan menyelenggaraan bangunan gedung seluas 103,878 m2 dan penataan bangunan 183,726 m2. Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, sering mengatakan dalam setiap kesempatan, bahwa tahun ini merupakan tahun percepatan pembangunan infrastruktur. Apa yang dilakukan oleh Ditjen CK pada 2016 ini, merupakan bagian dari misi mempercepat pembangunan. Melalui percepatan infrastruktur di bidang cipta karya ini akan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat diyakini juga akan meningkatkan daya saing bangsa. Sebab pada dasarnya, perbedaan antara satu negara dengan negara lain terletak pada kualitas sumber daya manusianya (rakyat). Sehingga pada akhirnya percepatan pembangunan di bidang Cipta Karya juga berkontribusi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Itulah yang sebenarnya menjadi tujuan utama dari Nawacita. n


Mendongkrak Kesejahteraan Melalui 100-0-100

MAJALAH KIPRAH 11

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA Menuju 100-0-100

Menuju 100% Akses Sanitasi Di bidang sanitasi, Direktorat Jenderal Cipta Karya terus berupaya membangun infrastruktur sanitasi dan air bersih demi terwujudnya target 100% akses sanitasi tiga tahun mendatang. TEKS TIM KIPRAH

T FOTO: WISMAPUTRATILE.BLOGSPOT.COM

ERCAPAINYA 100% akses sanitasi, menjadi salah satu program prioritas yang akan dikejar oleh Ditjen Cipta Karya (Ditjen CK), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Tercapainya 100% akses sanitasi, artinya seluruh masyarakat Indonesia pada 2019 telah mendapakan akses sanitasi yang layak. Terpenuhinya penyediaan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan

WARGA SEDANG MENCUCI DI KALI.

12

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

dasar masyarakat. Untuk mencapai target tersebut Pemerintah, dalam hal ini oleh Ditjen CK. Telah memiliki strategi untuk bisa mencapai target tersebut. Jika pada 2014, akses sanitasi layak baru mencapai 62%, pada 2015 telah meningkat menjadi 64%. Tahun ini ditargetkan akses sanitasi akan meningkat lagi menjadi 72%. Tahun tahun berikutnya target akses sanitasi masyarakat terus ditingkatkan hingga mencapai 100% pada 2019. Direktur Jenderal Cipta Karya, Andreas Suhono, ada tiga pendekatan yang akan dilakukan pemerintah dalam kurun waktu 2015-2019 guna mencapai target 100% sanitasi layak untuk masyarakat (universal acsess). Tiga pendekatan yang dimaksud itu adalah yaitu terbangunnya sistem persampahan dan air limbah di daerah binaan, mendorong dan menfasilitasi pemda untuk meningkatan pelayanan agar masalah sampah dan limbah dapat ditangani, serta


Menuju 100% Akses Sanitasi

melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat memang perlu dilibatkan, pasalnya dana yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut cukup besar. Kementerian Bappenas sendiri telah menghitung kebutuhan dana untuk mencapai target universal acsess itu mencapai Rp273 triliun. Oleh karena itu upaya yang masif untuk meningkatkan akses sanitasi layak ini tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh Kementerian PUPR. Perlu juga dukungan dari instansi lain khususnya dari Kementerian Kesehatan dan Bappenas. Dana yang cukup besar ini tidak bisa dipenuhi semua oleh pemerintah sendiri. Keterlibatan Pemerintahan Daerah, sektor swasta, BUMN dan masyarakat mutlak dibutuhkan. Pemerintahan Daerah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah punya kewajiban untuk membangun sarana sanitasi. Idealnya Pemerintahan Daerah menganggarkan minimal 2% dari APBD untuk pembangunan sanitasi di daerahnya masing-masing. Dalam rangka mendukung Pemda untuk ikut berpartisipasi mencapai target 100% akses sanitasi, beberapa waktu yang lalu Ditjen CK menyerahkan peralatan persampahan dan air limbah kepada 12 Pemkab/Kota. Dalam kesempatan itu, Ditjen CK, menyerahkan aset sebanyak 42 unit dengan total nilai Rp115 miliar, yang dananya berasal dari APBN. Menurut Andreas Suhono, penyerahan aset ini akan terus dilakukan di tahun-tahun berikutnya hingga 2019 dengan mengutamakan produk dalam negeri. Hal ini dilakukan sebagai insetif kepada Pemda kabupaten/kota yang mau mendorong peningkatan pelayanan sanitasi dan air limbah. Tahun ini dalam bidang sanitasi Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen CK, telah membuat sasaran program TA 2016. Diantaranya adalah membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Regional di 2 Kab/Kota yang mampu mengolah limbah yang dihasilkan oleh 2.000 Kepala Keluarga. Selain itu juga membangun IPAL terpusat Skala Kota di 7 Kab/kota dan Pembangunan IPAL Pembangunan SANIMAS 752 Kws di 156 Kab/Kota, yang mampu mengolah limbah dari sekitar 78.300 Kepala Keluarga. Kementerian PUPR menyatakan kesiapannya untuk membangun infrastruktur di tempat-tempat pariwisata yang menjadi prioritas Pemerintah. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan ada 10 kawasan wisata yang menjadi perhatian pemerintah dan pembangunannya akan dilakukan secara bersama-sama kementerian terkait. Adapun 10 kawasan wisata tersebut yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika, Pulau Komodo, Wakatobi, dan Morotai. Pembangunan infrastruktur yang dimaksud bukan hanya fasilitas jalan menuju akses dan kesiapan bangunan. Namun yang lebih penting adalah pembangunan pelayanan sanitasi dan air minum. Presiden Joko Widodo

INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Kementerian PUPR menyatakan kesiapannya untuk membangun infrastruktur di tempattempat pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah. memberi mandat langsung kepada Menteri PUPR agar membangun jaringan sanitasi dan air bersih dengan kualitas terbaik di Labuan Bajo. Upaya ini untuk memikat para wisatawan yang berkunjung dapat lebih nyaman sehingga memperpanjang kunjungan mereka. n

MAJALAH KIPRAH 13

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA Menuju 100-0-100

10 Juta Sambungan Demi 100% Hingga 2019 nanti Pemerintah optimis dapat pembangunan SPAM untuk menjangkau 10 juta sambungan rumah tangga. TEKS TIM KIPRAH

B

ERBAGAI proyek infrastruktur terus dikebut pembangunannya, salah satunya infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Pembangunan SPAM perlu dikebut demi memenuhi kebutuhan akan air minum dan air

14

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

baku bagi masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Cipta Karya (Kementerian PUPR, Ditjen CK) menargetkan tahun ini 78,8% kebutuhan akan air minum dapat terpenuhi. Tahun depan target tersebut naik menjadi menjadi 84,8%. Sedangkan pada 2019, Kementerian PUPR optimis 100% kebutuhan air bersih dapat dipenuhi oleh Pemerintah melalui SPAM. Dana yang disiapkan guna pengadaan air bersih dalam kurun waktu 2015-2019 sebesar Rp52,1 triliun. Menurut Direktur Pengembangan SPAM Ditjen CK, Kementerian


10 Juta Sambungan Demi 100%

WARGA MENIKMATI AKSES AIR BERSIH DI PULAU MANDANGIN, JAWA TIMUR

PUPR, Mochammad Natsir menyatakan, adanya SPAM Regional yang merupakan salah satu upaya untuk mempermudah masyarakat memperoleh kebutuhan akan air baku di lintas Kabupaten, Kota, dan Provinsi. Dijelaskan olehnya, saat ini sumber air baku semakin terbatas dan kualitasnya menurun. Akibatnya, banyak kawasan perkotaan yang kesulitan memenuhi kebutuhan air baku dari wilayahnya sendiri. Sehingga guna memenuhi air baku seringkali harus mendapatkan dari kabupaten atau kota tetangganya. Salah satu solusi terhadap kondisi tersebut adalah SPAM Regional, yaitu SPAM yang melayani lintas Kabupaten, Kota, atau Provinsi untuk mengatasi keterbatasan air baku di beberapa kabupaten atau kota. Khusus tahun 2016, pemerintah telah menyiapkan Rp165 miliar untuk membangun lagi 5 SPAM Regional yang tersebar di empat provinsi, yaitu Riau, Jawa Tengah,

FOTO: WWW.INFOBLORA.COM

DUA BUAH ALAT BERAT SEDANG MENIMBUN PIPA AIR BERSIH DI RUAS JALAN CEPU BLORA

Yogyakarta, dan Jawa Timur. Rincian rencana pembangunan lima SPAM Regional tersebut adalah : n SPAM Regional Durolis, Riau: Kapasitas 200 liter/detik, Anggaran Rp35 miliar n SPAM Regional Keburejo, Jawa Tengah: Kapasitas 200 liter/detik, Anggaran Rp40 miliar n SPAM Regional Petanglong, Jawa Tengah: Kapasitas 200 liter/detik, Anggaran Rp30 miliar n SPAM Regional Kertamantul, Yogyakarta: Kapasitas 200 liter/detik, Anggaran Rp25 miliar n SPAM Regional Mojokerto, Lamongan, Jawa Timur: Kapasitas 200 liter/detik, Anggaran Rp30 miliar Sebelumnya pada 2015 lalu, sudah ada empat SPAM Regional yang telah diselesaikan pemerintah yakni SPAM Kertamantul (Yogyakarta-Sleman-Bantul), Bregas (BrebesTegal-Slawi), (Banjarmasin-Kab. Banjar, Banjar Baru, Barito Kuala), dan Pasigala (Palu-Sigi-Donggala). Selain itu sebanyak 617 SPAM telah disediakan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan 249 SPAM untuk daerah perbatasan, pulau kecil terluar, nelayan, destinasi wisata unggulan, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta Peningkatan Kijerja PDAM, dimana pada tahun 2015, terdapat 22 PDAM yang naik kinerjanya dari kurang sehat menjadi sehat, dan 18 PDAM yang naik kinerjanya dari sakit menjadi kurang segar . Semua SPAM tersebut sudah terbangun dan berfungsi kecuali SPAM Pasigala karena jaringan air bakunya baru akan diselesaikan tahun ini. Dari segi pembiayaan, pembangunan SPAM dapat melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha, pinjaman perbankan, kontribusi dari program corporate social responsibility (CSR), atau kemitraan lain. Sedangkan dari aspek teknologi, bisa melalui penyulingan air laut (Sea Water Revers Osmotion/SWRO), pengolahan

MAJALAH KIPRAH 15

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA

SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM (SPAM), AIR BISA LANGSUNG DI MINUM DARI KRAN AIR DI LINGKUNGAN UNS SOLO.

Dari segi pembiayaan, pembangunan SPAM dapat melalui kerja sama Pemerintah dengan badan usaha, pinjaman perbankan, kontribusi dari program corporate social responsibility (CSR), atau kemitraan lain. air gambut dan Ultra Filtration. Pemerintah menargetkan pada tahun 2016 membangun SPAM untuk 916.980 Saluran Rumah (SR) untuk mencakupi 78,8% kebutuhan air minum masyarakat. Dalam penyelenggaraan SPAM, menurut Mochammad Natsir menegaskan bahwa Kementerian PUPR tetap mengacu pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 85 Tahun 2013 yang mencabut Undang-undang 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan memberlakukan kembali UU 11/1974 tentang Pengairan. Menurutnya, ada enam landasan pokok yang ditetap-

16

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

FOTO: WWW.SKYSCRAPERCITY.COM

Menuju 100-0-100

kan MK untuk penyelenggaraan SPAM ke depan. Pertama, kehadiran negara untuk menjamin hak atas air untuk rakyat adalah mutlak. Kedua, pengusahaan air dalam hal ini penyelenggaraan SPAM lebih diutamakan untuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara) atau BUMD (Badan Usaha Milik Daerah). Kemudian kerjasama dengan swasta itu dimungkinkan dengan syarat tertentu yang ketat termasuk pengawasan dan pengendaliannya. Keempat, Pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan terlebih lagi meniadakan hak rakyat atas air. Kelima, Pengawasan dan pengendalian negara atas air bersifat mutlak dan terakhir keenam memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk masalah pengaturan mengenai air minum dan air baku yang belum tercantum dalam Undang-undang Nomor 11/1974, maka pada akhir 2015 lalu sudah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 121/2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (SDA) dan PP Nomor 122/2015 yang mengatur sistem air minum atau SPAM. Pada awal 2016 ini ada dua kebijakan dari Pemerintah yang sedang dilaksanakan. Pertama yaitu penyelesaian (penghapusan) piutang negara kepada PDAM sebesar Rp4,2 triliun melalui mekanisme hibah kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota yang dilanjutkan dengan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada PDAM yang memiliki hutang. Kebijakan ini diharapkan dapat menyehatkan sekaligus mendorong pengembangan PDAM. Kebijakan yang kedua adalah Program 10 juta Sambungan Rumah (SR) baru untuk meningkatkan akses pelayanan air minum dan mencapai target 100 persen air minum yang layak. n


Mengikis Kesan Kumuh di Kampung Nelayan

Mengikis Kesan Kumuh di Kampung Nelayan Pemukiman nelayan identik dengan kawasan kumuh. Kesan itu pun ingin diubah dengan menata kampung nelayan lebih rapih dan bersih. TEKS TIM KIPRAH

T

AHUN ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan lebih intensif untuk menata kampung nelayan, melalui program penataan kawasan pemukiman nelayan. Program ini akan ditangani oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen CK). Seperti

diketahui program ini merupakan bentuk tindak lanjut dari instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tahun lalu memerintahkan Kementerian PUPR untuk merevitalisasi kawasan kumuh, khususnya di perkampungan nelayan. Saat itu Presiden Jokowi menginginkan setidaknya 10 kampung nelayan, seperti di Belawan, Tegal, dan Pekalongan untuk direvitalisasi. Dari kesepuluh kampung nelayan tersebut pada tahun 2016 ini akan ada tiga kampung nelayan yang diprioritaskan pembangunannya. Tiga lokasi pemukiman nelayan itu terletak di Sumber Jaya, Kampung Melayu, Bengkulu; Kampung Nelayan di Tegal berlokasi di Kelurahan Tegal Sari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah; dan Kampung Beting, Kecamatan Pontianak

PEMB. RUMAH KHUSUS NELAYAN DI DESA TAKKA TIDUNG, KEC. POLMAN

MAJALAH KIPRAH 17

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA Menuju 100-0-100

FOTO: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

Kota Pontianak. Melalui penataan kampung nelayan, Presiden berkomitmen ingin mengubah kesan kumuh di sentra pemukiman nelayan. Guna memantau perkembangan penataan kampung nelayan tersebut, beberapa waktu yang lalu Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen CK Kementerian PUPR Rina Farida, meninjau salah satu kawasan permukiman yang jadi sasaran pembangunan, yaitu di Desa Sumber Jaya, Bengkulu.

WARGA BERAKTIFITAS DI KAMPUNG NELAYAN TAMBAKLOROK, SEMARANG, JAWA TENGAH

18

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Di desa tersebut rumah penduduk rata-rata berdinding kayu, beratap seng serta tidak dilengkapi kamar mandi dan kakus. Setiap hari penduduk mandi dan mencuci pakaian serta buang air di sungai terdekat. Kondisi ini menurut Rina sangat rentan terserang penyakit, terutama demam berdarah dengue (DBD) dan diare. Melihat kondisi seperti itu, menurut Rina, maka penataan permukiman akan difokuskan pada pembangunan infrastruktur mulai dari pembuatan jalan lingkungan, drainase, air bersih serta tempat pengolahan sampah.


Mengikis Kesan Kumuh di Kampung Nelayan

Di awal kegiatan kunjungan kerjanya bersama rombongan Komisi V DPR RI, Rina juga meninjau Pembangunan Kawasan Kumuh Kampung Melayu di kota Bengkulu dengan pekerjaan peningkatan kualitas jalan Lapen (Lapis Penetrasi Macadam). Jalan dengan lebar 3,5 meter, panjang 1.290 meter dan menelan biaya senilai Rp9,8 milyar. Pembiayaan tersebut bersumber dari APBN Tahun Anggaran (TA) 2015. Sementara itu di Pontianak, kampung nelayan yang akan ditata adalah Kampung Beting, Kecamatan Pontia-

nak Kota Pontianak seluas 12 Ha. Kawasan ini dinyatakan kumuh berdasarkan Surat Keputusan Walikota tertanggal 7 Mei 2015. Kondisi fisik kawasan ini berdasarkan data Dirjen CK cukup mengkhawatirkan lantaran tak ada saluran drainase maupun saluran air limbah. Kawasan yang didominasi bangunan semi permanen ini juga tidak memiliki fasilitas pengolahan sampah bahkan tak memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH). KAMPUNG NELAYAN TEGALSARI

Sejak wacana penataan terhadap kampung nelayan mulai bergulir pada 2015, kampung nelayan yang ada di Kota Tegal sudah di rencanakan akan dijadikan pilot project oleh Kementerian PUPR. Bahkan Pemerintah Kota Tegal telah menyiapkan aset berupa lahan seluas 3.000 meter persegi di kawasan Jalan Lingkar Utara (Jalingkut) Tegalsari, Tegal Barat, untuk dibangun Rusunawa atau rumah deret demi mendukung penataan lingkungan permukiman nelayan di sana. Kepala Dinas Permukiman dan Tata Ruang (Diskimtaru) Kota Tegal, Ir. Nur Effendi menyatakan Kota Tegal memiliki potensi nelayan yang besar. Sayangnya lingkungan permukimannya belum tertata dengan rapi dan kumuh, sehingga perlu ditata kembali. Kampung Nelayan yang diberi nama Kampung Tegal Sari ini masuk kategori kumuh berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Tegal Tahun 2014. Kawasan ini tidak memiliki fasilitas pengelolaan air limbah, sehingga limbah rumah tangga yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai. Kawasan ini memiliki fasilitas pengolahan sampah, namun tidak berfungsi. Adapun prioritas permukiman yang akan ditata yakni Kelurahan Tegalsari, Kelurahan Muareja dan Kelurahan Mintaragen. Sebab konsentrasi nelayan di Kota bahari ini berada di tiga kelurahan tersebut. Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal Ir. Noor Fuady menyebut saat ini nelayan Kota Tegal mencapai sekitar 11.000 orang. Sebagian besar memang membutuhkan tempat tinggal. Diharapkan Rusunawa yang akan dibangun itu cepat terealisasi sehingga segera dapat segera dihuni oleh nelayan. n

Kota Tegal memiliki potensi nelayan yang besar. Sayangnya lingkungan permukimannya belum tertata dengan rapi dan kumuh, sehingga perlu ditata kembali. MAJALAH KIPRAH 19

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA Menuju 100-0-100

Mengolah Sampah menjadi Listrik dan Semen

TEKS TIM KIPRAH

M

ASALAH sampah merupakan salah satu persoalan rumit yang banyak dihadapi oleh pemerintah. Pertambahan penduduk dan arus urbanisasi di perkotaan menjadi penyebab semakin meningkatnya timbunan sampah, khususnya di kawasan kota. Besarnya jumlah dan timbunan sampah yang tidak dapat ditangani dengan baik mengakibatkan berbagai masalah. Salah satunya masalah kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Beberapa alternatif carapun dilakukan untuk menyingkirkan sampah demi terwujudnya kota nan bersih. Diantaranya melalui sub sistem dalam pengelolaan sampah atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Soal penanganan sampah, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen CK, Kementerian PUPR) tahun ini menargetkan dapat merampungkan dua penanganan tempat pembuangan akhir (TPA) regional yang mampu mengelola sampah dari 110.000 Kepala Keluarga (KK). Pembangunan dua TPA tersebut menandai pula Pembangunan Infrastruktur TPA secara bertahap di 70 Kab/Kota (2.450.000 KK). Dua TPA yaitu TPA Regional Legok Nangka dan TPA Regional Nambo sudah dalam proses pembangunan. Untuk TPA Regional Legok Nangka dimulai pada (21/4) . Sudah dalam progres fisik 49,24% serta progres keuangan sebesar Rp12.019 Miliar (24.62%) Sedangkan progres fisik untuk TPA Nambo 7,13% dan sebesar Rp4.324 Miliar (7,13%) untuk progres keuangan. TPA Legok Nangka yang berlokasi didaerah administratif ini menyediakan pelayanan Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Legok Nangka untuk menangani sampah yang bersumber dari wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut dengan kapasitas sampah 1.500 ton/hari. Pembangunan TPA Nambo dan Legok Nangka ini harus

20

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

segera diselesaikan. Pasalnya, menurut Gubernur Jawabarat, Ahmad Heryawan (Aher), hal ini penting guna mengatasi persoalan sampah yang terjadi di kawasan tersebut. TPA regional Nambo direncanakan menjadi penampungan FOTO: BERITA DAERAH.CO.ID

Sampah yang dibuang di TPA dapat diolah menjadi bahan baku semen dan juga bisa menghasilkan daya listrik. Teknologi pengeolahan sampah seperti ini yang tengah dibangun pemerintah.

PEKERJA MEMASUKAN SAMPAH YANG AKAN DIOLAH MENJADI LISTRIK SAAT MENCOBA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH


Mengolah Sampah menjadi Listrik dan Semen

sampah dari Bogor, Bekasi, dan Depok. Sedangkan TPA regional Legok Nangka ditargetkan mampu menampung sampah dari kawasan Bandung Raya. Kedua TPA ini diharapkan dapat efektif untuk mengatasi persoalan sampah karena pengolahannya dilakukan secara modern dengan menggunakan teknologi tinggi yang ramah lingkungan. Aher menuturkan bahwa TPA Nambo dan Legok Nangka ini akan menjadi penanganan sampah modern terpadu yang pertama di Indonesia. TPA Nambo, yang terletak di Kecamatan Klapanunggal, Bogor dibangun untuk menggantikan TPA Galuga, di Kecamatan Cibungbulang, Bogor. TPA yang disebutkan terakhir ini telah belasan tahun digunakan untuk tempat pembuangan sampah baik dari Kota maupun Kabupaten

Bogor, saat ini daya tampungnya sudah melibihi kapasitas. Sebenarnya TPA Nambo ini bukan untuk kepentingan Kabupaten Bogor saja, tapi juga Kota Bogor dan Depok. TPA ini memiliki areal seluas kurang lebih 40 hektar dengan rincian, 25 hektar lahan milik Perhutani yang tak produktif dan 15 hektar lainnya milik Pemerintah Kabupaten Bogor. Ketika berkunjung ke Cibinong Aher memastikan 2017 mendatang TPA Nambo beroperasi. Adapun TPA Legok Nangka akan digunakan untuk menangani sampah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya. Aher menegaskan agar nantinya Pemerintah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya harus berkomitmen sehingga mau membuang limbah perkotaannya ke TPA ini. Dijelaskan oleh Aher, sampah menjadi salah satu persoalan utama dalam kehidupan perkotaan. Tingginya sampah yang dihasilkan tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan untuk pembuangan sampah. Oleh karena itu, dengan menggunakan pengolahan sampah berteknologi insenerator, akan mampu menekan kapasitas sampah hingga 90 persen. Sampah yang diolah dengan teknologi insenerator akan berkurang volumenya. Hasil pengolahannya hanya tinggal 10 persen saja. Ditambahkan oleh Kepala Dinas Permukiman dan Perumahan Jawa Barat, Bambang Riyanto, pembangunan kedua TPA tersebut akan dilengkapi dengan infrastruktur utama seperti sanitary landfield dan kolam rigid serta fasilitas pendukung seperti akses jalan. Untuk TPA Nambo juga akan dilengkapi dengan Biodrying. Sehingga nantinya, TPA ini akan mampu memproduksi RDF sebagai bahan bakar industri semen. TPA SARBAGITA

Persoalan sampah juga dialami oleh Provinsi Bali, khususnya di wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) . Permasalahan sampah ini kawasan ini makin bertambah dengan semakin sulitnya mencari lokasi untuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah. Akhirnya Pemerintah Daerah di wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan) membuat kesepakatan untuk menerapkan sistem pengelolaan persampahan secara regional dan terpusat dengan aplikasi teknologi pengolahan sampah terpadu yang disebut dengan IPST (Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu). TPA Sargabita berada di TPA Suwung. Dari 24 Ha lahan di TPA Suwung, 10 Ha digunakan untuk TPA Sarbagita. SARBAGITA merupakan pusat pengolahan sampah terpadu dengan konsep berbasis 3 R (Reduce, Reuse, Recycling). Untuk jangka panjang pengelolaan sampah di kota Denpasar akan dilakukan secara terpadu dengan bekerjasama dengan tiga kabupaten lain dengan nama SARBAGITA. TPA terpadu Sarbagita ini bekerjasama dengan pihak ketiga yang bertujuan mengelola sampah menjadi energi listrik. TPA ini diperkirakan menerima sampah 800 ton/hari. Dengan komposisi 75% sampah organik dan 25% sampah non organik, dengan keadaan 55% sampah organik basah dan 20% sampah organik kering. Sampah non organik sebagian berupa plastik dan kertas. Sehingga dari jumlah sampah tersebut diperkirakan 175 ton/hari sampah dapat diolah menjadi 2.5MW listrik. n

MAJALAH KIPRAH 21

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


LAPORAN UTAMA Menuju 100-0-100

APA KATA MEREKA? INDRA HERLAMBANG, SELEBRITIS

PEDULI KEBERSIHAN

AHMED ZAKI ISKANDAR, BUPATI TANGERANG

BERANTAS KAWASAN KUMUH SEBAGAI Kabupaten penyangga Jakarta, Kabupaten

Tangerang seharusnya ikut maju. Namun, kemajuannya justru kalah dengan pecahannya, Kabupaten Tangerang Selatan dan Kota Tangerang.

22

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

PRESENTER Indra Herlambang merasa miris

melihat banyaknya sampah yang berserakan di beberapa wilayah di Jakarta. Seperti pengalamannya saat memungut sampah di sekitar lokasi Gelora Bung Karno. Dalam waktu satu jam saja bisa dapat terkumpul tutup botol minuman sampai 2 kg. Saat memungut sampah, Indra mengatakan bahwa seorang anak menghampirinya untuk memasukkan sampah ke dalam kantong yang dia bawa. Hal tersebut membuatnya tersadar bahwa berbuat baik tidak usah banyak bertanya dan berpikir tetapi langsung saja dikerjakan. Dengan berbuat tindakan nyata maka orang sekitar lama-lama juga akan meniru apa yang kita kerjakan. Indra mengaku kesal dengan masyarakat yang suka buang sampah sembarangan. Apalagi yang sering buang sampah dari mobil. “Males lihat mobil mewah yang buang sampah terus pergi. Mobil lo aja yang kece, buang sampah enggak bisa,� ujar Indra. n

Secara umum, persentase warga miskin di Kabupaten Tangerang adalah 6,68% dari populasi penduduk. Tugas Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memang tidak mudah karena banyak kawasan yang padat, kumuh, dan miskin. Ada tiga tipologi kawasan permukiman penduduk di Kabupaten Tangerang. Ada kawasan nelayan pesisir di bagian utara, kawasan pertanian, serta perkotaan dan industri. Semuanya memiliki kesamaan. Yakni, memiliki sanitasi yang buruk dan kualitas rumah yang tidak layak. Pria berusia 42 tahun ini pun kemudian meluncurkan program Gebrak Pak Kumis (Gerakan Bersama Rakyat Atasi Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin) untuk membenahi kawasan-kawasan tersebut. Proyek percontohan dari Gebrak Pak Kumis dilaksanakan di Kampung Rawa Saban pada 2011. Pada 2012 program itu dilanjutkan dengan membedah 1.000 unit rumah di lima kawasan kumuh yang penduduknya berpenghasilan rendah. Kawasan tersebut dibangun dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas. Menurut Zaki, pemerintahnya tidak hanya membedah rumah, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana agar memiliki ketahanan ekonomi. n


Apa Kata Mereka?

RAMSON SIAGIAN, ANGGOTA DPR RI KOMISI VII

PEDULI AIR BERSIH RAMSON Siagian, Anggota DPR RI Komisi VII, sangat peduli

terhadap kebutuhan air bersih untuk masyarakat. Ia pun memperjuangkan air bersih bagi ribuan masyarakat Desa Mrican, Kecamatan Sragi, melalui sumur bor air dalam. Menurut Ramson air merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar terutama untuk minum, memasak dan mencuci. Untuk itu dirinya telah memperjuangkan program air bersih terutama di desa-desa yang saat ini kualitas airnya kurang. Dengan adanya program tersebut, kini masyarakat setempat tidak lagi kesulitan air guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Program air bersih yang merupakan aspirasi dari Bung Ramson ini ternyata sangat dibutuhkan masyarakat, karena sebelumnya untuk minum, masak dan mencuci warga setempat hanya mengandalkan sumur dengan kualitas air yang jauh berbeda dengan Sumur Bor ini. Meski baru satu penampungan air, kini ia terus memperjuangkan supaya air bersih tersebut dapat merata sampai ke rumah-rumah warga dengan disalurkan melalui pipanisasi. Karena membutuhkan tempat penampungan yang tinggi maka akan dibangun tempat penampungan yang baru supaya air bisa merata dan bermanfaat. n

MAHYELDI ANSHARULLAH, WALI KOTA PADANG

BENAHI PEMUKIMAN TEPI PANTAI MAHYELDI Ansharullah, Wali Kota Padang, dalam setiap kunjungan-

nya merekam laparan dari warganya. Salah satu permasalahan yang ia langsung tangani adalah pembenahan pemukiman di Kawasan Purus III Kecamatan Padang Barat. Saat kunjungannya di daerah tersebut ia banyak mendapat laporan dari warga sekitar bahwa pemukiman mereka tidak layak karena tidak adanya kakus dan drainase yang kotor. Menanggapi hal tersebut pihaknya telah berkoordinasi dengan camat setempat dan akan membedah permasalahan pada tiap sektor dengan dinas terkait. Adanya kasus warga Kota Padang yang Buang Air Besar (BAB) sembarangan ke laut, pihaknya melalui camat akan mempercepat pengadaan WC umum dengan jumlah tertentu di kawasan tersebut. Pembenahan ini perlu dilakukan mengingat kawasan tersebut bagian dari pusat wisata yang akan dikembangkan di Padang. n

MAJALAH KIPRAH 23

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita

PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG TANJUNG PRIOK

Infrastruktur Berkelanjutan Memacu Pertumbuhan Melalui PermenPUPR No. 05 / 2015, prinsip-prinsip konstruksi berkelanjutan wajib diterapkan pada setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR. TEKS TIM KIPRAH

24

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

D

ALAM berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulangkali menyampaikan perihal terkait antisipasi terhadap perubahan pada tingkat global serta meningkatnya daya saing Indonesia terhadap negara lainnya. Dengan itu, perlu adanya suatu upaya pembenahan seperti deregulasi, percepatan pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDA). Lebih khusus lagi Presiden Jokowi mengatakan, percepatan dalam hal pembangunan infrastruktur sangatlah berpengaruh terhadap kecepatan daya saing Indonesia. Jokowi menilai, dirasakan percuma apabila deregulasi


Infrastruktur Berkelanjutan Memacu Pertumbuhan

dilaksanakan tanpa dibarengi dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Harus diakui, bahwasanya kegiatan pembangunan yang ada selama ini belum berjalan dengan optimal yang disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya yaitu, pembangunan yang masih bersifat sektoral dan kurang bersandar pada pendekatan sistemik dan ekosistemik, lebih mengedepankan capaian dalam jangka pendek serta mengabaikan prospek berkelanjutan secara holistik. Lebih dari itu, tantangan terkait pembangunan yang akan dihadapi Indonesia dimasa yang akan datang tidaklah ringan. Seperti meningkatnya kebutuhan akan energi yang tidak dibarengi dengan jumlah ketersediaanya, serta adanya keterbatasan ruang yang disebabkan oleh meningkatnya arus urbanisasi diperkotaan. Dengan itu, peningkatan polusi udara terus terjadi ditambah dengan tuntutan mobilitas yang tinggi sehingga membutuhkan moda transportasi yang efisien dikemudian hari. Pemerintah menyadari, untuk menghadapi tantangan yang ada perlu melakukan upaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development), khususnya pada setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur dalam bidang pekerjaan umum dan permukiman, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menerbitkan PermenPUPR No. 05/PRT/M 2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Setelah Permen itu ditetapkan, penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman wajib memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian infrastruktur dan lingkungannya. LANGKAH STRATEGIS PERLU DILAKUKAN

Dalam mendukung Indonesia melakukan sustainable infrastructure, Kementerian PUPR menyiapkan langkah strategis, diataranya yaitu komitmen untuk berkontribusi dalam mengurangi dampak pemanasan global melalui pengurangan emisi CO2 sebanyak 26% atau sebanyak 41% apabila dengan bantuan internasional, memastikan bahwa kegiatan pembangunan infrastruktur dapat memenuhi prinsip berkelanjutan penyelenggaraannya, mendorong pelaksanaan konstruksi berkelanjutan agar praktek penyelenggaraan infrastruktur memberikan manfaat ekonomi yang tinggi, memastikan manfaat sosial yang akan diterima oleh masyarakat, serta mendorong terbentuknya regulasi berkaitan dengan penyelenggaraan infrastruktur hijau. Hal itu antara lain diantaranya yang tertuang dalam PermenPU PR No.02 tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau; Permen PUPR No.05 tahun 2015; Rancangan SE Menteri PU PR tentang Sistem Pemeringkatan Infrastruktur Berkelanjutan; Rancangan SE Menteri PU PR tentang Penyelenggaraan Ja-

lan Hijau). Selain itu Kementerian PUPR melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), terus berupaya menciptakan teknologi infrastruktur berwawasan lingkungan yang berorientasi pada manfaat, inovatif, aplikatif dan kompetetiff. Serta menggunakan aplikasi inovasi teknologi infrastruktur dalam pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah di Indonesia. n

PRINSIP PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR KEBERLANJUTAN 1. Kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak; 2. Pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber daya alam maupun sumber daya manusia (reduce); 3. Pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun nonfisik; 4. Penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse); 5. Penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle); 6. Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya pelestarian; 7. Mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana; 8. Orientasi kepada siklus hidup (life cycle); 9. Orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan; 10. Inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan 11. Dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen implementasi.

MAJALAH KIPRAH 25

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita

Smart City, Menata Kota Secara Berkelanjutan Ada delapan indikator yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melihat sukses tidaknya implementasi smart city yang dicanangkan. TEKS TIM KIPRAH

COMMAND CENTER, BANDUNG

26

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

S

AAT ini di beberapa kota besar di tanah air, Pemerintah daerah setempat, mulai menggalakan pembangunan kota melalui konsep smart city. Kota-kota di tanah air dan bahkan di dunia sejatinya menghadapi tantangan yang kurang lebih sama, yakni peningkatan pertumbuhan penduduk yang pesat akibat arus urbanisasi. Tantangan tersebut dapat diatasi dengan konsep penataan kota “Smart City�. Konsep Smart City merupakan konsep penataan kota


Smart City, Menata Kota Secara Berkelanjutan

dengan peningkatkan peran infrastruktur publik serta pembangunan yang tidak ego sektoral. Pembangunan ego sektoral merupakan pembanguan yang cenderung tidak memperhatikan dampak terhadap lingkungan sekitar. Atribut kota cerdas atau smart city bisa diwujudkan dengan partispasi multistakeholders, masyarakat yang cerdas dengan kesetaraan dan pendidikan yang baik, rencana strategis yang berkesinambungan dan terintegrasi, serta kemitraan. Konsep smart city didefiniskan lebih dari sekedar menciptakan ruangan hijau yang lebih baik, akses komunikasi yang lebih cepat, dan transportasi yang hemat energi. Namun lebih dari itu, smart city adalah kota yang cerdas secara ekonomi, lingkungan, pemerintahan, pola hidup, cerdas mobilitas kotanya, dan cerdas masyarakatnya. Angin segar Smart City sudah ditiupkan beberapa kepala daerah, misalnya Walikota Bandung Ridwan Kamil

dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Upaya mewujudkan kota cerdas di Bandung dengan memberikan layanan akses internet di taman-taman kota, mencanangkan kartu pintar tarif transportasi umum, maupun dengan mendirikan command center. Begitu juga dengan Surabaya yang berhasil melibatkan partisipasi masyarakatnya dari awal untuk menjadikan kotanya sebagai Smart City sehingga kesetaraan warga, Pemerintah, swasta, dan akademisi mampu menciptakan kota yang lestari. Sementara itu, pengamat perkotaan Wicaksono Saroso menegaskan bahwa kota adalah cerminan dari masyarakatnya. “Jika ingin menjadi kota cerdas maka masyarakatnya juga harus cerdas, percuma saja jika sudah banyak diterapkan teknologi tapi masih ditemukan perilaku masyarakat menerobos lampu merah, buang sampah sembarangan, dan lainnya,� ujar Wicak. Kementerian PUPR tengah mengembangkan delapan

MAJALAH KIPRAH 27

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita

TAMAN KOTA DI SURABAYA

atribut yang akan diterapkan dalam konsep smart city di kota dan kabupaten Indonesia. Delapan atribut tersebut nantinya dapat menjadi indikator untuk melihat suksesnya implementasi smart city yang dicanangkan. Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan delapan indikator tersebut merupakan inovasi dari konsep green city yang sebelumnya pernah diterapkan pada 112 kota/ kabupaten di Indonesia. “Delapan indikator ini merupakan inovasi dari konsep green city yang digabungkan dengan penggunaan sistem teknologi informasi dan komunikasi pintar. Nantinya indikator ini akan berguna sebagai target perkembangan Kota Cerdas di Indonesia,” ujar Basuki. Basuki menjabarkan delapan indikator dalam konsep smart city tersebut, antara lain smart development planning, smart green open space, smart transportation, smart waste management, smart water management, smart building, dan smart energy. “Delapan indikator dalam smart city ini tetap bertujuan untuk membuat tata kelola kota yang berkelanjutan. Hal ini mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota/

28

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

kabupaten yang mengusung konsep smart city,” ujarnya Sementara itu, menurut pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga, masih banyak yang salah persepsi tentang smart city dan green city. Green city adalah suatu konsep upaya untuk melestarikan lingkungan. Caranya, dengan mengembangkan sebagian lingkungan suatu kota menjadi lahan-lahan hijau yang alami untuk menciptakan kekompakan antara kehidupan alami lingkungan itu dengan manusia. ‘‘Konsep green city bertujuan agar terdapat keseimbangan dan kenyamanan dari manusia yang menghuni dan lingkungan itu sendiri,” ucap Nirwono. Sedangkan, smart city adalah konsep perencanaan kota dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan membuat hidup yang lebih mudah dan sehat, dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Menurut Nirwono, akan lebih baik jika Pemerintah menerapkan konsep green city terlebih dahulu. Baru setelah itu, mengembangkan smart city. Dengan begitu, kota-kota di Indonesia bisa menjadi kota ramah lingkungan, hemat dan cerdas. n


Menyiapkan Infrastruktur Asian Games

Menyiapkan Infrastruktur Asian Games Konsep berkelanjutan akan diterapkan dalam membangunan infrastruktur Asian Games. Tujuannya agar bisa diwariskan kepada generasi penerus. TEKS TIM KIPRAH

I

NDONESIA mendapat kepercayaan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta olahraga terbesar di Asia atau Asian Games ke-18 pada 2018 mendatang. Sebelumnya Indonesia juga pernah didapuk menjadi penyelenggara Asian Games IV tahun 1962. Presiden RI saat itu, Ir. Soekarno mengatakan penyelenggaraan Asian Games bukan sekedar menyelenggarakan pertan-

dingan olah raga semata. Asian Games punya arti penting bagi bangsa Indonesia, tetapi juga mengusung harga diri bangsa. Event olahraga seperti ini dapat digunakan sebagai medium membentuk karakter bangsa. Tak hanya itu, infrastruktur yang dibangun saat perhelatan Asian Games IV tahun 1962, hingga kini masih bisa dipergunakan dan bahkan menjadi kebanggaan bangsa. Sebut saja kompleks olahraga Senayan beserta Gelora Bung Karno. Belum lagi tugu selamat datang di kawasan Bundaran HI, yang kini menjadi salah satu ikon Kota Jakarta. Hal itu senada dengan yang disampaikan oleh Wakil Dewan Kehormatan Olympic Council Asia (OCA) atau Dewan Olimpiade Asia Wei Jizhong. Ia meminta agar infrastruktur penunjang Asian Games 2018 dapat menjadi warisan bagi generasi penerus dan mempunyai konsep berkelanjutan (sustainable).

MAJALAH KIPRAH 29

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita Hal tersebut diungkapkannya saat menghadiri rapat bersama kesiapan infrastruktur Asian Games 2018 yang dilaksanakan di ruang rapat Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Sekjen PUPR), Selasa (12/4). Rapat bersama yang dipimpin oleh Sekjen Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono tersebut juga dihadiri oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Infrastruktur Asian Games 2018 Imam S. Ernawi, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto dan perwakilan dari Komite Olimpiade Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Palembang. Untuk itu, segenap stakeholder harus bekerja keras agar pelaksanaan pembangunan infrastruktur Asian Games berhasil dengan baik, sekaligus juga menjadi sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan setelah gelaran tersebut selesai nantinya. Wei menambahkan, ada beberapa hal yang harus didiskusikan agar infrastruktur tersebut menjadi berkelanjutan yaitu, harus menentukan siapa nanti yang menjadi pemilik atau pengelolannya, siapa penggunanya dan menentukan manajemen pengelolaan di masa depan. Sementara itu Sejen Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono yang memimpin rapat tersebut menggaris bawahi bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah kerjasama antar stakeholder terkait untuk mencari berbagai solusi dan saat ini Pemerintah tidak bisa mundur dan terus maju dalam membuat infrastruktur Asian Games menjadi lebih baik dan tentunya juga memikirkan keberlanjutan dari sarana dan prasarananya. Dalam mendukung penyelenggaraan Asian Games XVIII pada 2018 nanti, Kementerian PUPR akan membangun 10 tower rumah susun (rusun) senilai Rp3,5 triliun untuk menampung para atlet yang berlaga di Asian Games. Wisma atlet tersebut berada di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Kepala Satuan Kerja Penyediaan Rumah Susun Strategis Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Erizal dalam laporannya menyampaikan bahwa rusun Wisma Atlet Kemayoran terdiri dari 10 tower. Tiga tower rusun dibangun di Blok C2 dengan 1.930 unit hunian dan tujuh tower di Blok D10 dengan 5.494 unit hunian. Erizal menerangkan bahwa tiap tower yang dibangun akan memiliki jumlah lantai yang berbeda, seperti di Blok C2-1 akan dibangun 18 lantai, C2-2 24 lantai dan C2-3 18 lantai. Kemudian untuk tower D10-1 terdiri dari 24 lantai, D10-2 32 lantai, D10-3 24 lantai, D10-4 32 lantai, D10-5 32 lantai, D10-6 24 lantai dan D10-7 32 lantai. “Masa pelaksanaan pembangunan Rusun Wisma Atlet Kemayoran ditargetkan selama 510 hari kalender yang dimulai pada 17 Maret 2016 hingga 8 Agustus 2017,� ujarnya. RENOVASI GBK

Menghadapi perhelatan akbar itu, Presiden Joko Widodo memberikan perhatian khusus dengan memperca-

30

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

yakan renovasi Stadion Utama GBK kepada Kementerian PUPR. Menurut Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Adjar Prajudi, renovasi dan penataan kawasan komplek GBK dimaksudkan untuk menciptakan kualitas ruang luar bangunan venues yang lebih baik. Dana yang dibutuhkan untuk renovasi GBK ini tidak kurang dari Rp2 triliun. Bersumber dari APBN 2016 yang masuk DIPA Kementerian PUPR. Ditambah Rp500 miliar yang berasal dari pengalihan alokasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ketersediaan dana yang cukup besar tersebut diprediksi mampu merenovasi seluruh fasi-


Menyiapkan Infrastruktur Asian Games

litas olahraga yang ada di Gelora Bung Karno (GBK), yang luasnya mencapai 87 hektar. Renovasi tersebut mencakup 14 venues, yakni antaranya Stadion Utama GBK, Tenis Indoor dan Outdoor, Gedung Stadion Madya, Gedung Basket, Lapangan Hoki, Lapangan Panahan, Lapangan Sepakbola A/B/C, Stadion Renang, Istora Senayan, Lapangan Softball Pintu Satu, Lapangan Latihan Bulu Tangkis (Hall ABC), Gedung Bola Voli, Lapangan Softball Cemara III, dan Lapangan Bulu Tangkis. Selain adanya beberapa usulan perbaikan sarana dan prasarana ruang luar bangunan seperti gerbang, loket, pedestrian, dan parkir. Serta pagar, tempat duduk, toilet, penanda kawasan,

food court, playground, outdoor gym, dan tempat sampah. Khusus venue stadion renang akan dirombak total dan dijadikan aquatic centre. Karena stadion renang saat ini tidak memenuhi standar olimpiade internasional. Dalam merenovasi fasilitas olahraga yang ada di area GBK ini, Kementerian PUPR mengajak Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk ikut berpartisipasi. Bahkan Kementerian PUPR menghimbau kepada seluruh arsitek Indonesia yang sedang berada di luar negeri, untuk kembali sementara ke tanah air demi menyambut Asian Games ke-18 ini. Masa konstruksi renovasi GBK, diperkirakan l memakan waktu selama 13 bulan, sehingga ditargetkan selesai pada Juli 2017. n

MAJALAH KIPRAH 31

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita

Menteri Basuki Perintahkan Bangun Tanggul Darurat di Lokasi yang Jebol Belum lagi hilang rasa letih dialami warga Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) Bekasi yang selama 2 hari (20-21 April) hunian tempat tinggalnya terendam air bah setinggi 500 cm–3 meter. TEKS SONY

BANJIR BEKASI

32

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

S

ECARA tiba-tiba Kamis malam (21/4) menjelang Jumat pagi sekitar pukul 23.40, warga dikejutkan oleh datangnya banjir susulan yang kembali menerjang permukiman yang dihuni 1.500 Kepala Keluarga. Penyebabnya, lagi-lagi meluapnya sungai Cikeas yang tidak mampu menahan derasnya curah hujan yang masuk di Hulu Sungai Cikeas, Bogor. Selain curah hujan tinggi, ditengarai parahnya kondisi sungai yang terdegradasi ditambah kerusakan lingkungan, menjadikan penyebab utama


Menteri Basuki Perintahkan Bangun Tanggul Darurat di Lokasi yang Jebol

meluapnya debit sungai Cikeas. Dan banjir yang melanda perumahan kali ini dinilai yang terparah dari banjir tahuntahun sebelumnya. Tercatat, debit limpasan di bendungan Kali Bekasi mencapai 800 meter kubik per detik. Banjir susulan yang datang seketika itu memang di luar dugaan warga Perumahan PGP, yang berlokasi di Kelurahan Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi. Memang setiap musim penghujan Perumahan PGP menjadi langganan banjir, disamping perumahan lain seperti Komplek IKIP, Perum Nasio Indah (Jatikramat), Perum Mustika Gandaria Setu, Perum Lotus Chandra Kelurahan Jatimurni di Kecamatan Pondok Melati. Namun banjir kali ini adalah yang terparah, bahkan melibatkan berbagai elemen petugas gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, Basarnas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BPBD-Jabar serta satuan perangkat daerah (SKPD) dibuat repot karenanya. Bahkan BNPB Jabar menghimbau warga untuk meninggalkan rumah. Sayangnya, himbauan itu tidak digubris. Warga lebih memilih bertahan di lantai 2 di rumah mereka, dengan alasan pengamanan. Musibah yang menimpa warga Perumahan PGP, gencar dikabarkan media sosial (medsos). Tak urung, keprihatinan yang tengah menimpa warga PGP sangat mengusik Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono. Sehingga, pada Kamis malam sekitar pukul 22.00 WIB melakukan blusukan (turun ke lokasi) guna mengecek langsung lokasi bencana didampingi Walikota Bekasi, Rahmad Effendy. Saat itu, tercatat kedalaman air sudah mulai menyusut, meski di sebagian tempat masih terdapat genangan setinggi satu meter di RT 08, RT 09 dan RT 10 Perumahan PGP. Menteri PUPR, Basuki saat meninjau berjanji pihaknya segera membuat tanggul darurat untuk menutup masuknya luapan air Kali Bekasi yang terdapat di RW 10 tidak jauh dari pintu gerbang masuk Perumahan PGP. Melalui pagar rumah warga yang jebol (bantaran kali Bekasi) luapan air mengalir deras masuk ke Perumahan. “Disini kita akan buat tanggul darurat, kita akan pasang tanggul sepanjang 2 meter untuk menutup aliran air, ujar Menteri PUPR. Instruksi Basuki pun langsung ditindaklanjuti. Penanganan darurat pun langsung dilakukan pada keesokan harinya, Sabtu (23/4) oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS Cilicis) dengan menyiapkan berupa 800 karung pasir dan 30 buah bronjong. Menurut Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA), Kementerian PUPR, Mudjiadi yang memantau langsung di lokasi Perumahan PGP menjelaskan, pada lokasi tanggul perumahan yang jebol sekitar 20 meter. Adapun tanggul yang akan dibuat terdiri dari bronjong sepanjang 20 meter yang dilapisi geotekstil (karpet plastik) agar air tidak dapat masuk sebelum nantinya dibuat tanggul permanen dengan parapet. Dan pekerjaan tanggul dijadwalkan Senin (25/4) telah rampung dikerjakan. Sebelumnya, Kemen-

MENTERI PUPR, BASUKI HADIMULJONO SAAT MENINJAU LOKASI BANJIR

terian PUPR dalam meringankan beban warga Perumahan PGP yang kekurangan air bersih antara lain menyiapkan 9 hidran umum berkapasitas 2000 liter, masing-masing 4 mobil tangki air dan mobil pompa, ditambah 150 unit brojong, karung pasir dan 1 buah dumptruck dan eskavator. Mudjiadi menambahkan, penyebab banjir Kamis, (21/04) akibat curah hujan yang tinggi, sehingga air Kali Bekasi dengan debit 700 meter kubik perdetik meluap yang menyebabkan tanggul di perumahan Pondok Gede Permai jebol. Perumahan Pondok Gede Permai dilalui Kali Bekasi. Kali Bekasi merupakan pertemuan dua kali yaitu Kali Cileungsi dan Kali Cikeas. Di hulu Kali Cileungsi dan Kali Cikeas terjadi curah hujan yang tinggi diatas 100 meter kubik perdetik, sehingga aliran air sampai di pertemuan Kali Bekasi airnya tinggi. Kapasitas Kali Bekasi sekitar 500 meter kubik perdetik, debit air yang datang kemarin mencapai 700 meter kubik perdetik, sehingga muka air sungai tinggi dan meluap kekiri dan kanannya. Di beberapa tempat terjadi limpasan dan terdapat tanggul yang terlalu rendah, sehingga air masuk ke daerah perumahan. Hal itu merupakan resiko kalau kita menangulangi banjir dengan tanggul, jika terjadi kegagalan akibatnya tingkat kerusakannya akan tinggi sehingga terendam. Pola Bendung Bekasi saaat ini sudah kita ubah agar fungsi utamanya sebagai air baku untuk DKI Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi juga berfungsi sebagai pengendali banjir di hulu Bendung. Standar Operasional ini sudah dirembukkan dan disepakati oleh Perum Jasa Tirta (PJT), Pemkot Bekasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Dalam menghadapi bencana ada 2 penanggulangan yaitu pertama, tanggap darurat dan kedua, permanen. Penanggulangan tanggap darurat dilakukan untuk jangka pendek artinya agar bila ada banjir lagi tidak masuk, karena itu akan dibuat dari beronjong di lokasi-lokasi yang terjadi aliran air. Di tahun ini juga melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, dilakukan inventarisasi

MAJALAH KIPRAH 33

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita dan langsung mendesain untuk penanganan permanen berupa parapet, ungkap Mudjiadi. Menurut Dirjen SDA, banjir disebabkan oleh tiga hal, yakni curah hujan yang tinggi, kapasitas sungai dan perilaku manusia. Kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air semua sungai-sungai yang strategis akan menerapkan early warning system (EWS). Saat ini yang sudah ada di Kali Ciliwung. Dalam waktu dekat, di Kali Bekasi juga akan diterapkan EWS, tegas Mudjiadi. Rahmat Effendy yang turut mendampingi Basuki Hadimuljono menjelaskan, tanggul kali sudah dibuat setinggi 5 meter. Namun tanggul ini tidak mampu menahan luapan aliran kali. Untuk itu, pihaknya akan meninggikan tanggul hingga 1,2 meter lagi. “Tanggul harus dinaikkan 120 cm untuk dapat menjahan limpasan air sehingga tidak masuk ke perumahan warga lagi,” tuturnya. Tercatat Tanggul Kali Bekasi di Perumahan PGP sepanjang 1.500 meter

BANJIR BEKASI

34

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

membentang dari RW08, RW09 hingga RW10. Sebelumnya, dari Sepanjang 800 meter keberadaan tanggul, 100 meter diantaranya sudah ditinggikan menjadi 6,2 meter. Sisanya yang berada di RW. 08 belum ditinggikan. Namun Rahmat Effendy menegaskan, permasalahan banjir yang melanda permukiman di bantaran Kali Bekasi juga akibat dari keterlambatan petugas Bendungan Kali Bekasi dalam membuka-tutup bendung sehingga kedatangan air dari Bogor meluap di permukiman warga Kota Bekasi. Meski demikian, tambah Walikota Bekasi, pihaknya bersama Kementerian PUPR telah menggagas penanganan solusi jangka pendek terkait dengan kegiatan tanggap darurat di sekitar lokasi banjir. “Kalau lumpur di sungai tidak dikeruk dan buka Bendung Kali Bekasi tidak tepat, pasti akan banjir lagi, tegas Rahmat. Dia meyakini akibat keterlambatan pembukaan pintu air telah berimbas pada terjadinya banjir Kamis lalu (21/4) di Perumahan PGP. Pasalnya, hujan di Hambalang, tol Jagorawi dan Sentul butuh waktu 6 jam untuk sampai di Bekasi. Kalau bendung telat dibuka pasti naik air kalinya’’, ujar Walikota Bekasi. Sejalan dengan itu, Rahmat meminta petugas Bendung Kali Bekasi (Perum Perum Jasa Tirta), untuk membuka pintu bendung, agar banjir di permukiman bantaran Kali Bekasi dapat berkurang. “Saya minta bendung dibuka, sebab posisi Bendung sangat strategis mengelola aliran Kali Bekasi,” ungkapnya. Sejalan dengan itu, Pemerintah Kota Bekasi tengah mengintensifkan komunikasi dengan Kementerian PUPR untuk dapat mengelola secara bersama Bendung Kali Bekasi di Jalan M. Hasibuan, Bekasi Selatan. “Kami ingin kelola bersama bendung itu, sebab dalam waktu kurang dari 6 jam, air dari Bogor sampai di Kota Bekasi melalui Kali Cikeas dan Cilengungsi,” ucap Rahmat Effendi. Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Tri Adhianto mengaku APBD Kota Bekasi 2016 telah mengucurkan dana Rp5 miliar untuk penguatan tanggul dengan “sheet pile” sepanjang 85 meter yang akan ditinggikan. Dia berharap dengan selesainya pekerjaan tanggul nanti maka permasalahan banjir di Perumahan PGP Jatiasih dapat teratasi. Di sisi lain, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, terjadinya banjir akibat tanggul Sungai Cikeas tidak mampu menahan debit sungai sehingga tanggul jebol. “Patahan tanggul sekitar 10 meter dan rembesan air sepanjang satu komometer sehingga debit sungai sungai membanjiri permukiman Kota Bekasi,” ujarnya. Ditambahkan, hampir setiap tahun, banjir akibat luapan Sungai Cikeas, Bekasi atau akibat jebolnya tanggul sungai melanda komplek Perumahan PGP. Terkait hal ini, dirinya mengusulkan perlunya dibangun tanggul yang kuat yang mampu menahan terjangan debit sungai agar banjir tidak terulang kembali. n


Perlunya Irigasi untuk Ketahanan Pangan

Perlunya Irigasi untuk Ketahanan Pangan Tak ubahnya sebuah pohon raksasa dengan batang, dahan, dan rantingnya yang rimbun telah memberi keteduhan dan ketenangan bagi siapa saja yang menikmatinya. Demikian halnya dengan irigasi. Dengan tersedianya air irigasi dapat mendukung terjaminnya tanaman tumbuh dengan baik. TEKS SONY

T

ERKAIT hal ini, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, selama lima tahun masa jabatannya bertekat untuk mencapai kedaulatan pangan dengan membangun satu juta hektar jaringan baru dan merehabilitasi tiga juta hektar jaringan irigasi yang rusak. Hal ini membuat Direktur Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Adang Saf Achmad, harus bekerja lebih keras lagi. Pasalnya, peran dan dukungan irigasi yang masih belum maksimal terhadap ketahanan pangan. Data Ditjen Sumber Daya Air menyebutkan, keandalan irigasi saat ini hanya 10,7%. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya kondisi dan fungsi prasarana irigasi permukaan, yaitu baru sekitar 46%. Ditambah dengan belum optimalnya manajemen, lahan pertanian yang masih belum berkelanjutan, serta ancaman alih fungsi lahan yang semakin kuat. Untuk itu pihaknya saat ini tengah melakukan evaluasi dan analisis data secara menyeluruh terhadap bangunan jaringan irigasi yang telah dibangun berlandaskan paradigma kebijakan dan strategi yang baru, serta dikaitkan dengan berbagai perubahan lingkungan. Termasuk dengan perubahan iklim yang dipadukan dengan pola pengelolaan sumber daya air yang ada. Hasil dari evaluasi tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam menyusun kebijakan program penanganan irigasi secara menyeluruh. Yaitu, penetapan keputusan sistem irigasi baru ke depan dengan melibatkan seluruh stakeholders. Seiring dengan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan program tersebut, akan dilakukan berbagai kegiatan yaitu

ALAT BERAT SEDANG MENGERUK SALURAN IRIGASI

antara lain penyempurnaan prasarana fisik irigasi agar adaptif terhadap tuntutan kebutuhan, meningkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) sebagai ujung tombak pelayanan publik. Karenanya, perhatian terhadap OP tidak hanya sebatas hanya pada penyediaan biaya semata, tetapi juga menyangkut institusi pengelolaan, sistem manajemen, dan kemampuan sumber daya manusia. Seperti dalam menentukan kerusakan lingkungan, perlu dilihat lagi terkait penyebabnya. Apakah akibat dari kesalahan manusia, atau dari fenomena alam. Sehingga hal tersebut dapat mempermudah dalam penangannya. Terkait dengan perubahan lingkungan, termasuk iklim, menurutnya perlu dikaji dan dianalisis secara mendalam terutama terhadap dampak yang ditimbulkan, seperti pola curah hujan, debit air, untuk selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam melakukan adaptasi. n

MAJALAH KIPRAH 35

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


aktualita

Pembangunan Satu Juta Rumah Butuh Data Akurat Penyediaan data yang akurat diyakini menjadi salah satu faktor terpenuhinya target pembangunan satu juta rumah. TEKS TIM KIPRAH

U

NTUK dapat menghimpun data pembangunan rumah untuk masyarakat agar hasilnya bisa lebih akurat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan bersama dengan sejumlah mitra kerja bidang perumahan membentuk Tim Pendataan Program Satu Juta Rumah Tahun 2016. Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Dedy Permadi mengatakan, tim pendataan yang dibentuk tersebut dapat menghimpun data pembangunan rumah yang sudah dibangun

PERUMAHAN SIAP HUNI

36

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

untuk masyarakat. Ditambahkan olehnya, tujuan lain dari dibentuknya tim ini adalah agar target satu juta rumah pada Program Satu Juta Rumah 2016 dapat tercapai. Seperti diketahui sebelumnya, Presiden Joko Widodo pada April 2015 telah mencanangkan Program Satu Juta Rumah. Melalui program tersebut pemerintah menargetkan dapat membangun satu juta unit rumah per tahun dalam kurun waktu 2015-2019. Setelah program ini berjalan satu tahun, berdasarkan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Penyediaan Perumahan ada beberapa kendala yang dihadapi program ini. Diantaranya belum tersosialisasinya dengan baik Program Satu Juta Rumah kepada Stakeholder di daerah serta data perumahan yang kurang akurat. Selain itu diketahui juga, perumahan belum menjadi program utama pemerintah daerah. Lalu regulasi pemerintah daerah terkait pembangunan rumah/perumahan belum mendukung. Jenis perizinan/non perizinan pembangunan perumahan, persyaratan dan proses penerbitan. Serta masih tingginya


Pembangunan Satu Juta Rumah Butuh Data Akurat

persyaratan KPR oleh Bank Indonesia. Menyikapi hasil monitoring dan evaluasi tersebut, Dedy Permadi menegaskan bahwa strategi pendataan Program Satu Juta Rumah 2016 berbeda dengan tahun sebelumnya. “Tahun ini ditugaskan ada enam koordinator yang bertanggungjawab atas data-data perumahan antara lain yang dibangun oleh kontribusi CSR dan LSM, Perbankan, Pengembang, Pemerintah Daerah, APBN dan Kementerian/Lembaga/BPJS Ketenagakerjaan,” ujarnya. Dedy menyampaikan bahwa kegiatan pendataan Program Satu Juta Rumah merupakan kegiatan penting dan perlu dilakukan secara intensif mengingat luasnya wilayah Indonesia. Saat ini, lanjutnya, diperlukan satu format data yang sama untuk menghimpun data pembangunan rumah yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah agar nantinya memudahkan mitra kerja Kementerian PUPR seperti pengembang, perbankan dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat untuk mengisi dan melaporkan hasil Program Satu Juta Rumah. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Dirjen Penyediaan Perumahan, untuk Program Satu Juta Rumah 2016 , ditargetkan membangun rumah 700 ribu unit untuk Masyarakat Berpenghasilan rendah (MBR). Sementara target pembangunan rumah untuk nonMBR sebanyak 300 ribu unit. Hingga 4 April 2016 lalu, untuk pembangunan rumah bagi MBR baru mencapai 18.240 Unit, sedangkan untuk nonMBR baru terbangun 11.780 Unit. Sehingga total baru terbangun 30.020 unit rumah. n

TINGGAL DI RUSUN LEBIH NYAMAN SONTAK Rusun Rawa Bebek Jakarta Timur jadi perbincangan. Menyusul penertiban bangunan ilegal yang dilakukan oleh Pemrov DKI Jakarta di kawasan Pasar Ikan dan Luar Batang. Warga yang tergusur dari kawasan itu direlokasi di Rusun Rawa Bebek ini. Rusun yang telah siap di huni sejak Januari 2016 lalu. Terdiri dari enam menara dengan kapasitas masing-masing menara sebanyak 125 unit. Setiap menara bisa menampung 250 orang. Alhasil, dalam secara keseluruhan rusun Rawabebek bisa menampung sekitar 1.500 orang pekerja. Ditemui pada April lalu sebagian besar penghuni Rusun tersebut mulai merasa nyaman. Itu seperti yang disampaikan oleh Saidi (50), yang sebelumnya tinggal di Kawasan Pasar Ikan Luar Batang RT 02 RW 04. Diakui olehnya lingkungan di Rusun Rawa Bebek lebih bersih. Sementara ongkos hidup, tak jauh beda ketika ia dan keluarga tinggal di kawasan Pasar Ikan Luar Batang. “Yang saya rasakan di sini lebih bersih ya dan nyaman. Ukuran ruangan rumah juga lebih besar di sini. Soal biaya, kalo dihitung-hitung gak jauh beda waktu tinggal di sana. Saya di sini setelah 3 bulan nanti bayar ongkos sewa 300 ribu rupiah per bulan,” ujar Saidi yang sudah tinggal di Pasar Ikan sejak tahun 1995. Jika ditambah dengan biaya listrik dan air, Saidi menghitung biaya yang harus dikeluarkannya tidak jauh beda. Saat tinggal di Pasar Ikan, ia mengaku perlu mengeluarkan uang sebesar 500 ribu rupiah per bulan untuk mengontrak. Saidi yang tinggal bersama istri dan satu anaknya ini juga mengatakan besar ruangan di rusun juga lebih besar dibanding kontrakannya di Pasar Ikan. Namun soal pekerjaan, Saidi memang harus mulai mencari lagi. Hal serupa dirasakan oleh Soim (34) yang juga menghuni rusun Rawa Bebek Blok A. Soim sudah seminggu lebih tinggal di rusun dan mencoba membuat nyaman. “ Alhamdulillah, nyaman, dibilang gak puas ya puas. Sudah begini adanya,” ujar ibu satu anak ini. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, Soim akan mulai berdagang. Sebelumnya, selama tinggal di Pasar Ikan Luar Batang, Soim memang berdagang. “Saya baru mau dagang. Sudah selesai bikin perabotan. Dulu saya juga dagang nasi di sana,” ucap Soim sembari membenahi etalase dagangannya. Untuk sementara, warga pindahan Pasar Ikan Luar Batang memang harus tinggal di rusun Rawa Bebek. Sejatinya, rusun ini diperuntukkan bagi para pekerja lajang. Nantinya, mereka akan berpindah ke rusun keluarga yang saat ini dalam proses pembangunan. n

MAJALAH KIPRAH 37

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


dinamika

Maurin Sitorus, Direktur

Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tantangan yang Dihadapi Tabungan Perumahan Rakyat Lebih Berat Lagi S ETELAH melalui proses pembahasan sejak tahun 2012, akhirnya pada bulan Februari 2016 DPR resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) menjadi UndangUndang (UU). Meski sudah melalui proses pembahasan yang cukup lama, sebagian pekerja maupun perusahaan pemberi kerja belum sepenuhnya memahami program ini. Hal ini terkait karena program Tapera dirasa tumpang tindih dengan program BPJS Ketenagakerjaan yang dinilai sama. Untuk mengetahui lebih jauh lagi terkait program Tapera ini, Majalah Kiprah pun berkesempatan mendapat penjelasan dari Maurin Sitorus, Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Dirjen Pembiayaan Perumahan, Kementerian PUPR). Berikut petikan hasil wawancaranya : BISA DIJELASKAN SEPERTI APA KONSEP TAPERA INI ?

Pengumpulan dana berdasarkan prinsip gotong rayong. Seluruh lapisan masyarakat, mulai dari yang berpenghasilan rendah, menengah hingga tinggi, semuanya mengiur ke Tapera. Sementara yang bisa menggunakan Tapera ini hanya mereka yang berpenghasilan rendah (MBR). Jadi Tapera ini diatur untuk digunakan oleh MBR dan mereka yang belum memiliki rumah. Digunakan untuk membeli, merenovasi ataupun untuk membangun rumah.

38

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

DIRJEN PEMBIAYAAN PERUMAHAN, MAURIN SITORUS, SEDANG MEMBERIKAN PENGHARGAAN BIDANG PROPERTI


wawancara

LALU BAGAIMANA DENGAN PENGIUR YANG LAIN ?

Jadi sebenarnya, ada tiga fungsi yang ada pada Tapera. Pertama, sumber pembiayaan perumahan. Kedua, sebagai jaminan hari tua (JHT). Bagi pengiur Tapera yang bukan MBR dan belum memiliki rumah, jangan takut uangnya hilang. Setelah pensiun nanti, uang yang mereka iurkan akan dikembalikan plus hasil investasinya. Ketiga, distribusi subsidi. maksudnya mereka yang berpenghasilan menengah dan tinggi mensubsidi MBR. Dari tiga fungsi tersebut dua diantaranya yang paling menonjol. Tapera sebagai sumber pembiayaan perumahan dan sebagai JHT. Sebenarnya konsep Tapera ini juga sudah dijalankan di beberapa negara. DI NEGARA MANA SAJA ITU ?

Seperti di negera China program Tapera sudah ada sejak tahun 1991. Di China, karena sudah berjalan selama 25 tahun, punya dana yang cukup besar. Melalui dana tersebut bisa menstabilkan surat utang Negara. Jadi, jika surat utang negara di China banyak yang dilepas ke pasar sekunder, langsung bisa diserap melalui dana Tapera ini. Begitu juga di Malaysia sudah ada semacam Tapera. Lalu di Singapura, Brazil, Jamaika dan Filipina. Indonesia sebenarnya relatif tertinggal. SEBENARNYA APA URGENSI DIBERLAKUKANNYA UU TAPERA INI ?

Tapera tidak hanya untuk menangani permasalahan perumahan di masa lalu dan masa kini, namun juga untuk mengatasi persoalan perumahan di masa depan. Jika tidak diatasi saat ini, persoalan perumahan akan terus menggelinding menjadi persoalan yang makin besar di masa depan. Bisa dibayangkan, generasi masa depan akan menghadapi tantangan yang makin sulit untuk memiliki rumah. Jika mereka yang belum memiliki rumah datang ke pemerintah saat ini, pemerintah akan berkata dana yang dimiliki sangat terbatas. Nah, bila kita buat Tapera saat ini, nanti di masa depan bila ada masyarakat yang belum memiliki rumah datang ke pemerintah, dana yang dimiliki untuk pengadaan rumah sudah besar. Sehingga kemampuan pemerintah juga besar untuk pengadaan rumah. APAKAH INI BERSIFAT WAJIB ?

Wajib bagi pekerja formal dan informal. Jika tidak diwajibkan nanti tidak jalan-jalan. DI BPJS KESEHATAN, MASYARAKAT TIDAK MAMPU IURANNYA DITANGGUNG PEMERINTAH, BAGAIMANA DI TAPERA ITU SENDIRI ?

Di Tapera tidak ada seperti itu. Konsep Tapera dengan BPJS Kesehatan agak berbeda. Perumahan membutuhkan dana yang besar. Untuk satu rumah sederhana saja

MAJALAH KIPRAH 39

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


dinamika harganya sekitar Rp120 juta. Sementara untuk kesehatan, dengan dana sebesar Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per bulan sudah bisa mendapat pelayanan kesehatan. Jadi dilihat dari struktur masyarakat Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa, 20% merupakan masyarakat mampu yang tidak perlu dibantu, termasuk dalam hal memiliki rumah. Lalu 40%, merupakan kelompok menengah (middle class), mereka punya kemampuan tapi perlu dibantu. Punya penghasilan dan bisa mencicil. Itu pemerintah bantu dengan kemudahan. Seperti uang muka hanya 1%, bunga cicilan 5%, bebas biaya administrasi dan PPN serta bantuan tunai uang muka Rp4 juta. Nah, yang 40% lagi merupakan golongan tidak mampu, apapun upaya yang dilakukan pemerintah, mereka tetap

PEKERJA SEDANG MEMBANGUN KOMPLEK PERUMAHAN BARU

40

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

tidak akan mampu membeli rumah. Termasuk di dalam kelompok paling bawah ini, 10% kelompok paling bawah merupakan gelandangan. Jumlahnya itu diperkirakan mencapai 25 ribu orang. Untuk gelandangan seperti itu ditempatkan di rumah sosial. Khusus untuk gelandangan ini ditangani oleh Kementerian Sosial. APAKAH HUBUNGAN STRUKTUR PENDUDUK DENGAN TAPERA ?

Nah, sebelum ada Tapera, kelompok middle class ditangani pemerintah. Setelah ada Tapera, mereka ditangani oleh Tapera. Nantinya dana-dana pemerintah dialihkan untuk menangani kelompok 40% terbawah. Sehingga dengan adanya Tapera ini, secara tidak langsung masyarakat


wawancara

paling bawah ini juga ikut terbantu. Jadi sekali lagi Tapera itu sangat penting dan strategis. Baik dilihat dari sisi segmentasi penduduk, maupun penyelesaian perumahan saat ini dan di masa datang. BERAPA BESARAN IURAN TERSEBUT ?

Dari usulan DPR besarannya itu pekerja sebesar 2,5% dan dari pemberi kerja 0,5%. Totalnya 3%. Dari usulan pemerintah untuk besaran iuran Tapera tidak diatur dalam Undang-Undang, diatur saja dalam Peraturan Pemerintah agar lebih fleksibel. BPJS KETENAGAKERJAAN JUGA MEMILIKI JHT, APAKAH AKAN ADA TUMPANG TINDIH DENGAN TAPERA ?

Tidak. Sebenarnya ini membuat tabungan pekerja jadi lebih banyak. Jadi yang ada di Tapera itu bukan JHT (Jaminan Hari Tua), tapi berfungsi seperti JHT. Di BPJS tenaga kerja untuk JHT itu besarnya 3,75% di Tapera 2,5%. Jadi nanti waktu pencairan pekerja saat pensiun atau mengakhiri masa kepesertaannya akan mendapat JHT dari dua sumber. MENGAPA IURAN UNTUK TAPERA DIPISAHKAN, TIDAK DIJADIKAN SATU DENGAN BPJS KETENAGAKERJAAN ?

Jadi dalam Undang-Undang BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan ada empat amanat yang harus dikerjakan badan ini. Jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kesehataan. Sementara jaminan perumahan hanya tambahan saja, tidak eksplisit ada di UU tersebut. Kami menginginkan soal iuran pembiayaan perumahaan ini punya landasan hukum yang kuat melalui UU Tapera ini. Ini juga terkait kekuatan pendanaan, saya perkirakan BPJS Ketenagakerjaan untuk membiayai perumahan hanya punya dana Rp10 hingga Rp20 triliun saja. Sementara yang kami butuhkan mencapai Rp1500 triliun. APAKAH NANTINYA AKAN ADA SEMACAM BPJS TAPERA ?

Program Tapera akan memaksimalkan lembaga atau badan yang sudah ada. Dana dikumpulkan di bank. Pengelolaannya ada di bank kustodian (lembaga yang bertanggung jawab unutk mengamankan aset keuangan dari suatu perusahaan atau perorangan). Pemanfaatannya akan disalurkan melalaui bank-bank komersial dan perusahan pembiayaan. Untuk meningkatkan nilainya dana ini dikelola juga oleh manajer investasi. MASIH BANYAK PEKERJA YANG BELUM MENJADI PESERTA BPJS KESEHATAN MAUPUN KETENAGAKERJAAN. APAKAH HAL SERUPA BISA TERJADI DI PROGRAM TAPERA, BAGAIMANA ANTISIPASINYA?

Iya, itu dia tantangannya. Di BPJS Ketenagakerjaan dari 42 juta pekerja yang menjadi target peserta, hingga

PEKERJA SEDANG MEMBANGUN KOMPLEK PERUMAHAN BARU

kini yang baru menjadi peserta sebanyak 18 juta pekerja. Kemampuan BPJS Ketenagakerjaan untuk merekrut peserta hanya sebenyak 4 juta pekerja setiap tahun. Saya sudah bisa membayangkan tantangan yang dihadapi Program Tapera ini akan lebih berat lagi. Apalagi untuk masukan pekerja informal. Sosialisasi jadi hal yang terpenting. ADAKAH KENDALA DALAM PELAKSANAAN UU TAPERA INI ?

Secara prinsip tidak ada. Sebelum menjadi UU, ketika masih berbentuk RUU sudah dibahas sejak 2012 lalu. Memang ada isu-isu yang masih jadi pembahasan. Seperti keberatan dari asosiasi pemberi kerja tentang besarnya iuran yang harus mereka bayar. Lalu juga ada isu tentang pengelolaan dana Tapera ini. Serta wajibnya pekerja informal masuk ke dalam program Tapera ini. Pekerja informal memang diwajibkan agar mereka bisa masuk ke dalam sistem. Sehingga pekerja informal dapat mengakses KPR perbankan. Selama ini pekerja informal sulit untuk masuk dalam sistem perbankan. Padahal dilihat dari sisi penghasilan mereka masuk syarat menerima KPR perbankan. n

MAJALAH KIPRAH 41

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


GALERI

INDONESIA CLIMATE CHANGE EDUCATION FORUM AND EXPO 2016

MENCARI SOLUSI MENGATASI PERUBAHAN IKLIM TEKS TIM KIPRAH | FOTO DOK. PUPR

K

EMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ikut menyemarakkan kegiatan Indonesia Climate Change Education Forum & Expo (ICCEFE) 2016 yang diselenggarakan dan diinisiasi oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), yang berlangsung di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (14/4). Acara pameran tahunan ini diikuti oleh sejumlah ins-

42

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

tansi seperti Kementerian, Pemerintah Daerah, Perusahaan BUMN, Organisasi Lingkungan serta Swadaya Masyarakat sebagai pendidikan untuk memberikan informasi masalah perubahan iklim sehingga generasi muda dapat aktif menjaga lingkungan. Kementerian PUPR pada kesempatan tersebut menampilkan berbagai macam materi, antara lain seperti Teknologi Pengolahan Air Limbah Sistem Bio Filter, Konsep Sistem Pengelolaan Sampah Ideal, Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), 8 Atribut Kota Cerdas (Smart City), Menghadapi Perubahan Iklim Bidang Pemukiman, Restorasi Sungai Cikapundung, Penataan Kampung Nelayan, SPAM Mendukung Green Campus, Pembangunan Jembatan Gantung, Target Pembangunan Perumahan 2016, Cara Mudah Mendapatkan Rumah, dan Teknologi 100 persen Akses Air Minum. Pameran yang berlangsung selama 4 hari dari tanggal 14-17 April 2016 ini, bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan serta peranan seluruh pemangku kepentingan dalam solusi dan tindakan nyata menyikapi perubahan iklim lewat dunia pendidikan. n


INDONESIA CLIMATE CHANGE EDUCATION FORUM AND EXPO 2016

MAJALAH KIPRAH 43

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


jelajah

Gebrak Pak Kumis Andalan Tangerang Program perbaikan kawasan kumuh di Kabupaten Tangerang kini menjadi percontohan nasional. TEKS | FOTO TIM KIPRAH

D

ALAM meningkatkan kesehatan dan mengentaskan pemukiman kumuh di negeri ini, pemerintah punya gerakan 100-0-100, yang ditargetkan akan dicapai pada 2019 nanti. Gerakan 100-0-100, yang dimaksud adalah pencapai 100% akses air minum bersih bagi semua masyarakat Indonesia, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, serta pencapaian 100% akses sanitasi

BUPATI TANGERANG, AHMED ZAKI ISKANDAR

44

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

untuk masyarakat Indonesia. Kawasan kumuh yang tidak layak huni menjadi persoalan di beberapa daerah di tanah air. Arus urbanisasi yang begitu kuat dan makin sulitnya mendapatkan lahan pemukiman di kota-kota besar, menjadi faktor utama menjamurnya kawasan kumuh tersebut. Persoalan pemukiman kumuh juga dialami oleh Kabupaten Tangerang, Banten. Sebagai salah satu daerah industri yang dekat dengan Ibukota Jakarta, Kabupaten Tangerang tak luput dari kedatangan kaum pendatang. Persoalan urbanisasi ini ujung-ujungnya berdampak pada permasalahan ekonomi dan sosial bagi daerah ini. Kondisi ini jelas berdampak pada masalah pemukiman di kabupaten ini. Sehingga kemudian banyak kelompok-


Gebrak Pak Kumis Andalan Tangerang

KABUPATEN TANGERANG

kelompok masyarakat miskin yang mendiami daerah-daerah padat dan kumuh. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang sendiri mencatat sedikitnya ada 407 kawasan yang masuk dalam kategori padat, kumuh dan miskin. Dan dalam 400-an kawasan ini, terdapat 13.950 kepala keluarga bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh, 81.440 keluarga masih tinggal di bangunan rumah yang tidak permanen. Serta 5.283 keluarga masih tinggal di bantaran sungai, situ dan sempadan pantai. Untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pemukiman kumuh, Pemkab Tangerang, pada 2011 lalu meluncurkan Gerakan Atasi Kawasan Pemukiman Padat Kumuh dan Miskin atau lebih dikenal dengan sebutan Gebrak Pak Kumis. Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, Gebrak Pak Kumis ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman untuk desa-desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Tangerang, beserta penyedian prasarana, sarana dan utilitas rumah tidak layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) setiap tahunnya. Menariknya, pendanaan Program Gebrak Pak Kumis tak hanya berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) saja, tapi juga memanfaatkan dana dari kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-

perusahaan yang ada di Kabupaten Tangerang. Jadi jika ada perusahaan yang ingin membantu Pemkab Tangerang dalam mengatasi persoalan kemiskinan di wilayahnya, maka perusahaan tersebut dapat berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) untuk melihat wilayah mana saja yang dapat disaluri bantuan lewat program Gebrak Pak Kumis ini. Sejak dicanangkan tahun 2011 lalu, dalam bidang fisik, program ini telah menyerap anggaran sebesar Rp44,5 milyar hingga 2015 ini. Menurut Kepala Bapeda Kabupaten Tangerang, Hery Haryanto, pada akhir 2015 lalu telah dibangun 1.000 unit rumah di kawasan kumuh yang tersebar di 10 kecamatan dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang. Bupati Ahmed Zaki Iskandar menyatakan berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaannya, Gebrak Pak Kumis merupakan salah satu program dari 25 program unggulan yang cukup berhasil di wilayah berjuluk “Kota Seribu Industri� ini. Selain dapat meminimalisir kawasan kumuh, program ini pun dijadikan proyek percontohan bagi kegiatan serupa di beberapa daerah oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Bahkan Bupati Tangerang pun diminta menjadi salah satu narasumber terkait rencana Bappenas untuk me-

MAJALAH KIPRAH 45

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


jelajah nanggulangi masalah kemiskinan ini. Setelah menata pemukiman kumuh melalui perbaikan fasilitas fisik, Gebrak Pak Kumis semakin diperluas. Untuk tahun 2016 ini, Pemkab Tangerang akan mengadakan pelatihan-pelatihan agar bisa memunculkan “pengusaha-pengusaha” baru dari wilayah kumuh itu. Melalui kegiatan ini diharapkan menularkan etos kerja kepada penduduk lainnya untuk lebih giat berusaha. Sehingga bila dahulu, penduduk Tangerang hanya bisa menjadi buruh ataupun penonton dari usaha yang dilakukan oleh orang di luar Kabupaten Tangerang, dengan meningkatnya etos kerja, mereka dapat menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal. MENGUBAH PERILAKU

Di sisi perbaikan fasilitas sanitasi, Pemkab Tangerang memiliki Program Sanisek (Sanitasi Berbasis Sekolah). Dalam program ini Pemkab Tangerang menyediakan sarana mandi, cuci dan kakus bagi warga sekolah. Soal Sanitasi kadang dianggap sepele namun dampak yang ditimbulkan cukup besar. Seperti yang disampaikan oleh beberapa guru pengajar sekolah dasar (SD) di Tigaraksa. Sebelum Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang mencanangkan program Sanisek, banyak siswa maupun guru sekolah di sana yang mengalami gangguan pencernaan karena sekolah tempat mereka beraktivitas tidak memiliki kakus atau sarana sanitasi. Mereka pun terpaksa harus menahan diri bila ingin Buang Air Besar (BAB) maupun Buang Air Kecil. Akibatnya, gangguan pencernaan jadi penyakit rutin bagi mereka. Gangguan kesehatan ini tentunya amat menganggu proses belajar mengajar di sekolah. Apa yang dilakukan oleh Pemkab Tangerang melalui

BUPATI TANGERANG, AHMED ZAKI ISKANDAR

46

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Sanisek ini, sejatinya merupakan ikhtiar untuk mencapai target 100% akses sanitasI di negeri ini. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, pada tahun pertama pelaksanaan Sanisek yakni tahun 2013, pelaksanaan program Sanisek berhasil membangun 245 toilet di Sekolah Dasar (SD), 18 toilet di Sekolah Dasar (SD) percontohan dan satu toilet Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun 2014, pembangunan toilet yang dilakukan sebanyak 177 unit, dengan masing-masing 89 toilet untuk SD, 54 unit untuk SMP, 26 toilet bagi SMA, dan 8 unit untuk SMK, dengan mekanisme swakelola sekolah. Sedangkan untuk tahun 2015 telah dibangun 217 sekolah dengan pembangunan toilet sebanyak 221. Pembangunan sarana MCK di sekolah-sekolah ini tak selalu menjadi target dari Pemkab Tangerang, melainkan yang ingin dilakukan tak hanya sekedar menyiapkan sarana fisiknya saja, tetapi juga mengubah perilaku hidup sehat masyarakat, khususnya para pelajar. “Yang lebih penting ke depan para siswa menjadi lebih mengerti akan pentingnya perilaku hidup sehat,” ujar Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar. Sementara itu Kepala Bapeda Kabupaten Tangerang, Herry Haryanto menyatakan, pembangunan sejumlah sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) ini dilakukan oleh Pemkab Tangerang untuk mengubah pola dan gaya hidup dari para siswa. “Mohon maaf, dulu di wilayah Tangerang ini ada banyak kebiasaan buah hajat di kebun atau modol di kebon (dolbon). Melalui program Sanisek dan program pembangunan MCK di beberapa daerah ini, kami coba merubah gaya hidupnya. Sehingga secara perlahan, kebiasaan-kebiasaan buruk dalam buang bisa terkikis habis,” paparnya. n


Ini dia Jembatan Terpanjang di Kawasan Timur

Ini dia Jembatan Terpanjang di Kawasan Timur

G

Keberadaan jembatan ini diharapkan mampu memperlancar roda kegiatan ekonomi di Maluku. TEKS TIM KIPRAH FOTO DOK BIRO KOMPU

ELIAT pembangunan di kawasan Indonesia Timur makin terasa gaungnya. Seperti yang terjadi pada awal April lalu, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Gubernur Maluku, Said Asega, meresmikan Jembatan Merah Putih di Kota Ambon, Maluku. Jembatan yang membentang sepanjang 1.140 meter ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia Timur saat ini. Dalam sambutannya Presiden mengingatkan, di era globalisasi seperti saat ini perubahan terjadi sangat cepat dan ada tiga hal yang harus segera dilakukan, yaitu deregulasi, percepatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Menurutnya, regulasi berfungsi untuk mempercepat proses pembangunan, sehingga saat ini yang diperlukan adalah deregulasi, karena regulasi yang ada saat ini justru menghambat pembangunan. “Dalam era globalisasi perubahan terjadi sangat cepat dan ada tiga hal yang harus segera dilakukan yaitu deregu-

MAJALAH KIPRAH 47

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


jelajah

48

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Ini dia Jembatan Terpanjang di Kawasan Timur

lasi, percepatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas SDM,” tutur Jokowi dalam sambutannya saat meresmikan Jembatan Merah Putih. Menurutnya, regulasi berfungsi untuk mempercepat proses pembangunan, sehingga yang diperlukan saat ini adalah deregulasi. Karena regulasi yang ada saat ini justru menghambat pembangunan. Sementara itu Gubernur Maluku, Said Asegaf dalam sambutannya menyampaikan bahwa Jembatan Merah Putih merupakan icon kebanggaan masyarakat Ambon dan juga sebagai solusi dalam pengembangan wilayah Kota Ambon. “Bapak presiden sangat memperhatikan kawasan timur Indonesia, semoga hal ini menjadi motivasi bagi kami di wilayah timur,” ujarnya. Secara teknis, panjang jembatan tersebut adalah 1.140 meter yang terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka sepanjang 520 meter, Jembatan Pendekat di sisi Desa Galala sepanjang 320 meter, dan jembatan utama sepanjang 300 meter yang merupakan tipe jembatan khusus. Jembatan Merah Putih menggunakan sistem beruji kabel atau cable stayed, dengan jarak antar pilon sepanjang 150 meter. Menteri Basuki mengatakan, bahwa proses pembangunan Jembatan Merah Putih yang telah dimulai sejak 17 Juli 2011 sempat beberapa kali tertunda. Termasuk yang terakhir karena adanya gempa namun ternyata masih bisa diteruskan. “Alhamdulillah sudah selesai dan bisa di-

resmikan Bapak Presiden. Kita tahu dalam perjalanannya, sempat beberapa kali tertunda, termasuk yang terakhir karena adanya gempa, ternyata masih bisa diteruskan,” tutur Menteri Basuki. Jembatan Merah Putih yang membentang di Teluk Dalam Pulau Ambon menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka), Kecamatan Sirimau pada sisi utara dan Desa Hative Kecil/Galala, Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan. Jembatan ini pun kini menjadi icon Kota Ambon dan merupakan bangunan kebanggaan Indonesia dan Masyarakat Maluku khususnya Jembatan Merah Putih dibangun untuk menunjang pengembangan fungsi kawasan Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon, dimana Desa Rumah Tiga (Poka) sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah-Telaga Kodok sebagai kawasan Permukiman, serta menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada khususnya pada Jazirah Leihitu. Dibangunnya jembatan ini diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari Kota Ambon menuju Bandara Pattimura dan sebaliknya, sehingga biaya operasi kendaraan dapat berkurang. Sebelum ada Jembatan Merah Putih, Jarak Bandara Internasional Pattimura ke Kota Ambon yang berkisar 35 km harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal feri (kapal penyeberangan) antara Desa Rumah Tiga (Poka) dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, belum termasuk waktu antre. n

MAJALAH KIPRAH 49

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


jelajah

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR , SUMUR BATU:

Sampah Dapat Hasilkan Daya Listrik Kata sampah bukanlah suatu hal yang baru bagi kita. TEKS KIPRAH | FOTO SATKER PLP STRATEGIS

J

IKA mendengar kata ini, yang pertama kali terlintas dibenak kita adalah suatu kotoran, sisa makanan, setumpuk limbah ataupun benda lainnya yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Dengan kata lain sampah merupakan suatu meterial sisa yang sudah tidak digunakan. Namun jika kita melihat dari sudut pandang lain, tumpukkan sampah yang ada dapat kita kelola sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Seperti menghasilkan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk dan

50

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

gas mentana yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Seperti apa yang di lakukan oleh TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sumur Batu Kota Bekasi. Pada beberapa waktu lalu, operasional TPA ini dirasakan belum optimal. Hal ini disebabkan jumlah debit sampah tidak sebanding dengan kapasitas daya tampung. Sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Seperti bocornya tempat pengelolaan air leachate (cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah) mengalir langsung ke drainase yang kemudian mencemari air sungai di daerah tersebut. Dengan itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi selaku pihak pengolola TPA Sumur Batu mengajukan permohonan bantuan kepada Direktorat Jendral Cipta, Karya Kemen-


Tempat Pembuangan Akhir, Sumur Batu: Sampah Dapat Hasilkan Daya Listrik

terian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen CK Kementerian PUPR) untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS). Tanpa menunggu waktu lama, pihak Ditjen CK menyambut baik usulan yang diajukan tersebut. Hasil dari tindak lanjut usulan tersebut yaitu berupa pembangunan Sel 4 dan Sel 4 TPA Sumur Batu dengan pembiayaan seluruhnya berasal dari APBN TA 2015 yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Satker PLP) Strategis. Sambil menunggu terlakasananya pembangunan, Pemkot Bekasi menyiapkan Detail Engineering Design (DED) pembangunan sel 4 dan 5 TPA Sumur Batu beserta mitra swasta untuk pengelolaan gas sampah TPA ini. Kondisi existing sel pembuangan sampah di TPA Sumur Batu dengan total luas TPA sekitar 14 Ha, terdiri dari 5 (lima) sel yaitu (i) Sel 4, 5A & 5C, (ii) Sel 5B, (iii) Sel 5D, (iv) Sel 3 dan (v) Sel 1 & 2. Adapun sel yang dilakukan pembangunan pada TA 2015 oleh Satker PLP Strategis adalah Sel 4, 5A & 5C seluas sekitar 2 Ha, dengan sistem anaerabic bioreactor landfill. Landfill bioreactor merupakan metode pengembangan dan konvensional landfill yang bertujuan untuk mempercepat proses degradasi sampah yang tertimbun di dalam landfill. Prinsip utamanya yaitu menjaga kondisi optimum agar mikroorganisme yang mendegradasi sampah dapat bekerja dengan baik. Faktor terpenting yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme ini adalah kelembapan sampah. Ada beberapa Keunggulan dari pengggunaan sistem an aerobic bioreactor landfill ini antara lain, Resirkulasi air lindi, yang akan mempercepat proses dekomposisi sampah. Sehingga, sampah akan cepat stabil dan produksi gas sampah lebih cepat. Dengan adanya resirkulasi air lindi tersebut, sekaligus melakukan pengendalian air lindi, sehingga tidak mengkontaminasi badan air dan tanah. Maka dari itu, Produksi gas sampah akan meningkat. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk energi listrik atau sebagai bahan bakar kompor. Sel landfill itu sendiri bersifat lebih cepat stabil. Dengan itu, sampah yang berasal dari material organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, yang kemudian sel landfill dapat dimanfaatkan kembali untuk pembuangan sampah yang baru. Adapun lokasi penerapan sistem an arobic landfill di TPA Sumur Batu adalah Sel 4, 5A & 5C yang telah dioperasikan sejak 2010 sampai dengan 2013, dan telah ditutup pada Tahun 2014. Pada Tahun 2015 dilakukan pengukuran dimana volume sampah yang ada ekuivalen sebesar 399,109 ton (hasil pengukuran volume timbulan sampah sebesar 929.313 m3, dengan koefisien settlement 30% dan density 0,3 kg/lt). Timbulan sampah pada sel tersebut di atas dapat menghasilkan laju gas sampah (CH4, CO2, NO2) sebesar 530 m3/ jam, dan menjadi masukan/bahan untuk memutarkan gas engine, yang dapat menghasilkan listrik sekitar 300 -500 Kilo Watt. Hasil uji coba running test sistem an aerobic bioreactor

landfill pada (12/01/16) membuktikan bahwa proses tersebut berjalan lancar. Produksi laju gas sampah yang dihasilkan sebesar 270–300 m3/jam, dan sebagian gas sampah yang dihasilkan dimasukan dalam gas engine (sekitar 25 – 30 %) sehingga menghasilkan listrik sekitar 25 Kilo Watt. Untuk ke depannya, hasil tenaga listrik itu akan dijual ke PLN oleh Dinas Kebersihan Kota Bekasi bersama mitra swastanya. Adapun listrik yang dihasilkan pada saat ini masih dimanfaatkan dalam menunjang operasional TPA Sumur Batu. n

MAJALAH KIPRAH 51

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


jelajah

GERAKAN DONOR DARAH DALAM RANGKA HAD 2016

PERINGATAN HARI AIR DUNIA XXIV 2016

Air dan Lapangan Pekerjaan Banyak lapangan pekerjaan yang erat kaitannya dengan air. Menjaga kelestarian air berarti juga mempertahankan pekerjaan bagi banyak orang. TEKS KIPRAH | FOTO BIRO KOMPU DITJEN SDA

H

ARI Air Dunia (HAD) yang dahulu disebut Hari Air Sedunia (HAS) atau World Water Day dan sering pula disebut sebagai World Day for Water merupakan hari peringatan yang ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat sedunia (internasional) akan pentingnya air bagi kehidupan serta untuk melindungi sumber daya air secara berkelanjutan. Adanya permasalahan air yang sedang dialami dunia ini telah mendorong dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian perlunya upaya bersama dari seluruh komponen

52

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

bangsa dan bahkan dunia untuk bersama-sama memanfaatkan dan melestarikan Sumber Daya Air (SDA) secara berkelanjutan. Peringatan HAD XXIV tahun 2016 tingkat nasional diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerjasama dengan Kementerian/ Lembaga lainnya, wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha, para pemangku kepentingan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan Hari Air Dunia Tahun ini dibagi menjadi beberapa bidang yaitu Bidang Kampanye Peduli Air, Gerakan Masyarakat, Seminar/Lokakarya, Pameran dan Bidang Publikasi dan Dokumentasi. Salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Air Sedunia, adalah gerakan Donor Darah yang diselengarakan pada 20 April 2016 di Gedung SDA, Kementerian PUPR. Sementara itu BPLHD DKI Jakarta dan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) di Karet Bivak–Pejompongan. Pelepasan Perahu Hias dan Penebaran Bibit Ikan. Talkshow di Media Televisi. Pemberian Penghargaan Petugas Pintu Air (Manggarai, Depok, Katulampa). Serta Pentas Musik Biola Sanggar Merah Putih. Peringatan Hari Sedunia 2016 ini juga dimeriahkan dengan launching Film “Mencari Mata Air” berlokasi di Episentrum – Kuningan, Jakarta. Peringatan HAD XXIV Tahun 2016 di Indonesia sangat penting untuk memusatkan perhatian masyarakat pada berbagai isu penting. Diantaranya: Adanya target Kabinet Kerja dalam bidang infrastruktur sumber daya air, antara lain pembangunan 60 buah bendungan, 3 juta Ha rehabilitasi irigasi dan 1 juta Ha pembangunan irigasi; Dengan adanya pembangunan dan pengembangan infrastruktur sumber daya air ini dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga akan meningkatkan perekonomian dan penghidupannya; Meningkatkan kapasitas tampungan air permukaan agar dapat tersimpan lebih lama untuk dapat dipergunakan dan dimanfaatkan bagi kemakmuran masyarakat. Isu penting lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air di Indonesia adalah meningkatkan kepedulian akan semakin menurunnya kuantitas dan kualitas air yang tersedia; Meningkatkan kesadaran akan pentingnya upaya konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air; Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar instansi Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta serta dengan lembaga internasional dalam menjalankan program-program pengelolaan sumber daya air; Serta meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam konservasi, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. n


Perubahan Perilaku, Selangkah Menuju “Bogor Kota dalamPeringatan Taman” dalam Hari Air Program Dunia 100-0-100 XXIV 2016

Perubahan Perilaku, Selangkah Menuju “Bogor Kota dalam Taman” dalam Program 100-0-100 TEKS ELSONDI

K

OTA Bogor mengalami kekeringan tahun 2015 menjadi berita. Betapa tidak? Kota Bogor sejak dulu dikenal sebagai kota hujan dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar 225-335 mm, sedangkan yang minimum pada bulan September saja 128 mm merupakan indikator curah hujan yang menengah (menengah: 101-300 mm) di Indonesia. Suhu udara rata-rata 26º C dengan kelembaban udara rata-rata di atas 70%, yang pada ketinggian 190-330 meter dari permukaan laut membuat iklim Kota Bogor termasuk kategori sejuk. Menjadi ciri khas Kota Bogor juga, selain di Kebun Raya Bogor vegetasi dengan pohon-pohon tinggi seperti kenari (cannarium commune), damar (agathis dammara), beringin (ficus benyamina), angsana (pterocarpus indicus), dan trembesi (pterocarpus inidicus). Sebagai bagian dari RTH, perlu dipertahankan agar menunjang rasa sejuk

kota tetap terjaga. Kota Bogor dilintasi oleh dua sungai besar yaitu Ciliwung dan Cisadane yang menjadi urat nadi kota sebagai salah satu sumber air baku untuk pengolahan air minum. Taman kota yang tersebar di beberapa kecamatan yang pada tahun 2005 tercatat 364,467,26 m2 untuk fungsi ekologis dalam mengurangi pencemaran, meredam kebisingan, dan memperbaiki iklim mikro, juga sebagai habitat satwa untuk menjaga keseimbangan ekosistem, serta menjadi daerah resapan di satu sisi. Di sisi lainnya fungsi sosial bagi warga kota berekreasi aktif dan pasif untuk kesegaran mental dan fisik, dan tempat bersantai, serta fungsi estetis kota. Taman-taman di kecamatan sebagai taman lingkungan berupa RTH (Ruang Terbuka Hijau) terutama dimaksudkan untuk wadah interaksi masyarakat setempat. Taman lingkungan terletak di sekitar daerah permukiman ataupun

TANAMAN POHON DI KOTA BOGOR (FOTO ELSONDI)

MAJALAH KIPRAH 53

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


opini perumahan, yang bersifat akumulatif untuk menampung kegiatan rekreasi bagi warga kota dalam bentuk ”community park”. Oleh karena itu, perlu direncanakan pengadaannya, terintegrasi dengan lingkungannya, dan menjadi tanggung jawab masyarakat setempat dalam pemeliharaannya. Dari hasil pengkajian data sekunder pada rencana penggunaan lahan tahun 2007-2012 mengindikasikan adanya perubahan dengan menggunakan klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan RT/RW 2011-2031. Penggunaan lahan terbesar teridentifikasi untuk perumahan dari 1.020,80 ha naik menjadi 1.358,00 ha. Artinya ruang tidak terbangun atau ruang terbuka semakin berkurang. Mengacu pada standar, kebutuhan RTH Fasum seluas lebih dari 253 ha dan RTH Lingkungan seluas lebih dari 1500 ha, kini Bogor berbenah menata RTH dan taman-taman melalui program P2KH-Mandiri menuju “Bogor Kota dalam Taman”, yang oleh Walikota Bima Arya Sugiarto diintrodusir sebagai “Kota Sejuta Taman!” Dari klasifikasi RTH yang meliputi RTH pertamanan berupa jalur hijau jalan, sempadan sungai, pantai, rel kereta api, taman meliputi taman kota dan taman lingkungan, RTH pertanian berupa sawah, kebun, dan ladang, RTH kehutanan, RTH olahraga, dan RTH pemakaman, gejala perubahan fungsi oleh masyarakat cenderung terjadi pada

DAERAH SEMPADAN CISADANE (FOTO SENTOT HARSONO)

54

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Perubahan Perilaku, Selangkah Menuju “Bogor Kota dalam Taman” dalam Program 100-0-100

sempadan sungai dan sempadan rel kereta api sebagai tempat hunian, sedangkan taman lingkungan sebagai tempat usaha berupa kios atau lapak sehingga mengganggu fungsi sesungguhnya. Demikian juga pertambahan jumlah penduduk karena arus urbanisasi dari daerah sekeliling Kota Bogor mengokupasi lahan-lahan tersebut. Hal ini berkontribusi memperluas lahan terbangun yang kumuh, dan berimplikasi pada sikap pemerintah kota dalam penanganannya untuk penyediaan infrastruktur permukiman berupa air minum yang layak dan sanitasi yang sehat. Melihat kondisi ini, yang terjadi juga di kota-kota metropolitan lainnya, Kemitraan Habitat, lembaga swadaya nirlaba mandiri yang didirikan tahun 2015 menyentuh permasalahan dengan Gerakan 100-0-100 sebagai gerakan untuk membantu pemerintah kota melalui penggalangan sinergi antar stakeholders. Indonesia yang tergabung dalam Konferensi Habitat, khususnya porsi Kementerian PUPR bagaimanapun berkiprah untuk mengimplementasikan 6 Goals dari 17 Goals dari Sustainable Development Goals (SDGs) dari Agenda Baru Perkotaan (New Urban Agenda) rumusan Istambul 1996, yang terkait dengan bidang perumahan, permukiman, dan perkotaan. Beberapa di antaranya seperti keberlanjutan manajemen air dan sanitasi (Goal 6), ketahanan struktur (Goal 9), dan kota dan permukiman yang

PENUTUPAN LOKAKARYA OLEH IR. JOESSAIR LUBIS (FOTO OLEH ENDANG SETYANINGRUM)

inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan (Goal 11). PERUBAHAN PERILAKU

Satu langkah yang telah dimulai pada penghujung tahun 2015, Urban Development Management Advisory (UDMA) Kota Bogor, salah satu kelompok kerja pelaksana fungsi Kemitraan Habitat telah menyelenggaraan lokakarya fasilitator pemberdayaan masyarakat dalam percepatan Gerakan 100-0-100 dengan tema “Masyarakat sebagai Agent of Change dalam Permukiman dan Perkotaan Berkelanjutan”. Lokakarya ini memfokuskan pada perubahan perilaku masyarakat di kawasan kumuh dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau, dan pada gilirannya akan berinisiatif dalam tindakan mendukung Gerakan 1000-100. Para fasilitator menjadi ujung tombak membimbing langsung masyarakat ke arah yang diharapkan. Hadir sebagai narasumber dari Bappeda Kota Bogor, Dinas Pengawasan dan Permukiman Kota Bogor, Dr. Yayat Supriatna, Dr. Ir. Bambang Sulistiantara, M. Agr dari IPB, Konsultan World Bank, pakar bidang kebakaran Ir. Erry Saptaria,CES, dan mewakili Tim UDMA di bidang air minum, sampah, dan sanitasi Dra. Endang Setianingrum, MT. Paparan-paparan yang baru dan segar bagi para fasilitator ini dirasakan perlu diperoleh lebih dalam sebagai bekal melalui kegiatan lokakarya-lokakarya yang diharapkan pada masa mendatang. Salah satu butir kesimpulan hasil lokakarya yang menjadi harapan masyarakat untuk mencapai pemenuhan Gerakan 100-0-100 adalah apabila kebijakan yang dibuat memahami hak dan kebutuhan dasar masyarakat berupa air, tempat tinggal yang layak, serta hak-hak dasar untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan. Ini tentunya merupakan pintu masuk untuk perubahan perilaku. Lokakarya ditutup oleh Ir. Joessair Lubis, CES, Koordinator Tim UDMA Kota Bogor setelah terlebih dahulu memperdengarkan rekaman musik satu lagu bergenre etnik Sunda berjudul “Bogor Kota dalam Taman” dengan partitur lagu seperti yang melengkapi artikel edisi ini yang khusus ditulis untuk mendukung sosialisasi dan kampanye RTH kepada masyarakat Kota Bogor oleh para fasilitator. n Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mewakili redaksi Majalah Kiprah

MAJALAH KIPRAH 55

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana

Hari Peduli Sampah Nasional

Saatnya Perang Melawan Sampah TEKS SONY | FOTO RISET

M

INGGU pagi, 21 Februari 2016 lalu di alun-alun seberang Bundaran Hotel Indonesia (HI) menjadi saksi diselenggarakannya Hari Peduli Sampah Nasional. Beberapa tokoh masyarakat berkumpul dan berdeklarasi mengucapkan ikrar dan menyatakan: “Perang Melawan Sampah�. Mereka adalah Mantan Menteri Lingkungan Hidup (Emil Salim dan Rahmat Witoelar), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Siti Nurbaya) mewakili Presiden Jokowi, Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN, (Ferry Mursidan), Ka.Staf Kepresidenan Jokowi (Teten Masduki), Wagub DKI Jakarta (Djarot Saiful Hidayat), Anggota Komisi 7 (Satria) dan Kepala BNPB (Willem Rampangile) serta utusan dari Kowani dan KADIN. Mereka mengucapkan Ikrar: Perang Melawan Sampah. Keberadaan para tokoh juga didukung oleh 800 perkumpulan yang terga-

IKRAR PERANG MELAWAN SAMPAH

56

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

bung dalam komunitas Peduli Sampah. Dalam acara itu juga, para tokoh memberikan orasinya. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar selaku mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pesan Presiden RI terkait Jihad Perang Melawan Sampah. Presiden Jokowi, tutur Siti Nurbaya meminta agar di kalangan masyarakat kita, ditumbuhkan budaya malu membuang sampah di sembarang tempat. Selain itu, penanganan sampah juga harus dilakukan mulai hulu hingga hilir. Saat ini, ujar Jokowi merupakan moment tepat untuk melakukan gerakkan revolusi mental. Khususnya dalam hal kepedulian terhadap sampah. Sampah terbagi 2 jenis. Sampah organik dan nonorganik. Sampah organik mudah terurai dalam tanah. Sedangkan sampah non-organik (sulit terurai), dan dimungkinkan


Hari Peduli Sampah Nasional

KEMERIAHAN HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL

akan terurai setelah ratusan tahun. Sampah non-organik seperti plastik, tidak dapat terurai oleh tanah. Itu sebabnya, keberadaan sampah plastik harus dikurangi. Kalau dapat dihilangkan agar siklus penciptaan kompos dapat berjalan sempurna sebagaimana mestinya, tanpa harus dihalangi oleh adanya sampah plastik. Sejalan dengan permasalahan ini, diperlukan sosialisasi penggunaan tas kresek yang berbayar. Artinya, bila belanja di pertokoan/pasar, lalu konsumen memanfaatkan tas plastik untuk barang yang dibelinya harus membayar senilai Rp5000 per kantong plastik. Mengingat kebanyakan masyarakat kita belum mengerti ketentuan ini. Maka pemerintah menyerukan agar penggunaan tas kresek mulai diminimalisir. Jika perlu ditiadakan atau diganti oleh kantong yang terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah diurai tanah. Misalnya yang terbuat dari sari ketela (singkong). Gerakan seperti ini harus disosialisasikan di masyarakat. Agar lambat laun masyarakat berpaling menggunakan tas kresek, atau akan lebih baik lagi jika berbelanja membawa kantong atau tas sendiri dari rumah. Cara ini bukan sekedar berhemat, melainkan juga disinyalir mampu mengurangi sampah yang terbuat dari bahan plastik. “Mari kita contoh budaya orang tua kita dulu. Mereka selalu bawa tas bila berbelanja. Kita semua bisa mencontoh mereka dalam hal ini,� tutur Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

KENAPA HARUS BAYAR?

Bila saja kita tidak ingin membayar kantong plastik yang kita pergunakan, maka sebaiknya bawalah tas sendiri dari rumah, bila hendak berbelanja. Langkah ini akan lebih bijak, daripada dengan menumpuk sampah plastik yang pada akhirnya merusak kelestarian lingkungan hidup kita sendiri. Bayangkan saja, plastik baru dapat diurai oleh tanah setelah berusia 100 bahkan 1000 tahun kemudian dan kemudian akan mencemari lingkungan. Terkait permasalahan sampah plastik dihimbau kepada para pedagang dan pengelola gerai ritel modern untuk mensosialisasikannya. Ketentuan tas berbayar sesungguhnya sudah diberlakukan sebulan lalu di seluruh kota di Indonesia. Namun baru sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Terkait dengan himbauan tersebut, pemerintah melarang untuk membagikan kantong plastik kepada konsumen yang berbelanja. Deklarasi tidak hanya di Pusat Jantung Kota Jakarta saja, melainkan juga tersebar di 23 Kota-kota propinsi. Bahkan usai Deklarasi, dilakukan penandatanganan Perangko Sampah dan kegiatan Teleconference kepada beberapa Walikota diantaranya, Walikota Bandung, Surabaya, Makassar dan Balikpapan. Untuk DKI Jakarta, acara ini diikuti oleh 800 komunitas Peduli Sampah, termasuk dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yakni komunitas

MAJALAH KIPRAH 57

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana

TUMPUKAN SAMPAH PASAR

yang tergabung dalam Direktorat Jenderal Cipta Karya (Dirjen CK). Terlihat juga dari komunitas mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang tumpah ruah jadi satu dalam acara. Dalam satu tekad yakni perang melawan sampah. Mereka beraksi dengan harapan menggugah hati masyarakat untuk ikut bersama berperang melawan keberadaan sampah. Sampah sudah saatnya di kelola agar seminimal mungkin (sejak dari hulu) atau rumah tangga hingga sampai Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dengan cara dibedakan (dipilah) antara sampah organik dan nonorganik. Kebiasaan masyarakat pada jaman dahulu, ketika melakukan belanja kepasar,

SAMPAH DAUR ULANG YANG SUDAH DIPILAH

58

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

selalu membawa kantong belanja sendiri, ada baiknya saat ini kita meniru hal tersebut. Mantan Menteri Lingkungan Hidup periode Presiden Soeharto, Emil Salim mengingatkan, Jakarta adalah barometer daerah lain. Jika dari Jakarta menyerukan gerakan bebas plastik. Pasti daerah lain akan mengikutinya. Hasil dari penjualan plastik dipusat pembelanjaan diupayakan untuk menyantuni orang-orang miskin yang jumlahnya masih banyak di Jakarta. Perang terhadap masalah sampah sudah diikrarkan. Ikrar itu telah diucapkan oleh seluruh kalangan masyarakat (pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha dan lainlain). Kita berharap, ikrar itu bukan hanya sekedar slogan belaka, melainkan komitmen kuat yang wajib dilaksanakan bersama. Untuk itu, pemerintah harus bertindak tegas dan tidak mentolerir masyarakat yang tertangkap tangan masih membuang sampah sembarangan. Menyikapi permasalahan sampah di perkotaan, boleh dibilang kondisinya sangat memprihatinkan. Kota Jakarta sekalipun yang notabene sebagai Ibukota negara, sekaligus “Etalase Pertama” belum mampu menangani permasalahan sampah yang ada. Bila Ibukota saja yang jelas-jelas menjadi “Etalase Pertama” bagi turis mancanegara masih semrawut, kotor dan bau kurang sedap menusuk hidung. Bagaimana dengan kota-kota lain di Indonesia, tentunya akan lebih jorok dan


Hari Peduli Sampah Nasional

SUASANA KOTA NYAMAN TANPA SAMPAH

semrawut kondisinya. Walaupun tidak bisa digambarkan seperti itu. Setidaknya namanya juga “Etalase� harus menarik, bukan malah sebaliknya. Ibarat gadis cantik. Semakin bersolek, semakin menarik. Semakin banyak pula orang yang ingin mendekati. Bayangkan bila Kota Jakarta yang kita cintai bersama, bagaikan seorang Gadis Cantik yang bersolek. Apa penilaianmu. Begitu pula, dengan penanganan masalah sampah di Kota Jakarta. Bila dikelola sedemikian rupa hingga tercipta lingkungan Jakarta yang bersih, indah dan tentu akan lebih menarik banyak wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Ibukota Indonesia. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menyebutkan, diperkirakan Jakarta memproduksi sampah antara 6500–7000 ton/ hari. 15% diantaranya berasal dari sampah non-organik. Tentu hal ini sangat menyedihkan. Karena di samping merepotkan dalam membuang ke TPA Bantar Gebang, juga tidak sedikit biaya yang dikeluarkan Pemda DKI hanya untuk mengoperasikan truk-truk pengangkut sampah. Oleh karena itu, Djarot berharap perlu ditumbuhkan budaya malu jika masyarakat membuang sampah sembarangan. Kita bayangkan, jika Jakarta sebagai ibukota negara kondisinya bersih, nyaman dan indah seperti negara lain. Pastinya, akan banyak turis mancanegara yang ingin berkunjung ke Jakarta. Citra ibukota tentu menjadi sorotan dunia. Untuk itu, mari satukan langkah untuk membudaya-

kan kebersihan, khususnya di taman-taman kota dan tempat-tempat bersejarah seperti museum, tempat tujuan wisata yang banyak digandrungi turis asing. Marilah kita dukung untuk Indonesia ke depan yang lebih indah, asri dan nyaman. Apalah artinya sebuah komitmen bila hanya omongan belaka tanpa dibarengi aturan yang mengikat. Aturan terkait dengan larangan membuang sampah sembarangan dan sanksinya harus ditegakkan. n

RUANG PUBLIK NYAMAN TANPA SAMPAH

MAJALAH KIPRAH 59

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana

Penanganan Kawasan Kumuh di Indonesia dan Negara-Negara di Asia Tenggara TEKS MAHDITIA PARAMITA, DIREKTUR HOUSING RESOURCE CENTER INDONESIA | FOTO ISTIMEWA

MAHDITIA PARAMITA, DIREKTUR HOUSING RESOURCE CENTER INDONESIA

mentara itu, Indonesia menyelenggarakan program-program penanganan kawasan kumuh dengan melakukan variasi pendekatan, sehingga menggabungkan dua strategi, baik partisipatif maupun program yang lebih fokus pada aspek fisik dengan pendekatan top-down. Program penanganan kumuh di Thailand yang mendapat apresiasi secara global adalah penanganan permukiman di sepanjang sungai Ban Mankong. Proyek ini menitikberatkan pada penguatan partisipasi komunitas di kawasan kumuh sebagai solusi utama penyelesaian permasalahan kumuh perkotaan. Program yang mulai dijalankan pada tahun 2003 ini menyalurkan dana pemerintah berupa subsidi infrastruktur dan pinjaman lunak perumahan langsung kepada komunitas miskin. Dengan skema tersebut, komunitas di sepanjang Sungai Ban Man-

S

EBAGAI upaya untuk mengurangi kawasan kumuh perkotaan, beberapa negara di Asia Tenggara telah melakukan berbagai strategi menyesuaikan kondisi dan karakter masyarakat di negara masing-masing. Beberapa negara yang terbukti telah berhasil melakukan program pengentasan kawasan kumuh khususnya di perkotaan adalah Thailand, Singapura dan Indonesia. Tiga negara tersebut menunjukkan progress penanganan kumuh perkotaan yang cukup baik dilihat dari capaian penanganan dalam program-program yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Ditinjau dari pendekatan penanganan yang telah dilakukan, Thailand, Singapura dan Indonesia merupakan tiga negara di Asia Tenggara yang berupaya untuk mengentaskan kemiskinan dengan pendekatan yang cukup berbeda. Thailand sukses melakukan penataan kawasan permukiman kumuh perkotaan melalui pendekatan partisipatif yang dipadukan dengan desain peningkatan perekonomian di level komunitas. Pada perspektif lain, Singapura berhasil mengentaskan permukiman kumuh perkotaan dengan pendekatan yang lebih bersifat top-down dimana faktor kepemimpinan menjadi elemen keberhasilan utama sehingga mendapatkan kepercayaan oleh masyarakat. Se-

60

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

PEMBANGUNAN RUSUNAWA MUARABARU


Penanganan Kawasan Kumuh di Indonesia dan Negara-Negara di Asia Tenggara

RUSUNAWA SLEMAN

kong melakukan perencanaan, pembangunan, hingga pengelolaan pembiayaan secara mandiri. Selain Thailand, Singapura juga menjadi negara dengan program penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang banyak diapresiasi oleh berbagai pihak sebagai salah satu contoh best practice penanganan kawasan kumuh perkotaan. Bahkan, keberhasilan penanganan kawasan kumuh perkotaan di Singapura yang sudah dimulai pada era tahun 1940an seringkali dianggap sebagai program pengentasan kawasan kumuh perkotaan paling fenomenal di Asia Tenggara. Kuatnya sosok Lee Kuan Yew sebagai bapak pembangunan di Singapura menjadi kunci utama keberhasilan penanganan kumuh perkotaan di Singapura, terutama pada masa-masa awal kemerdekaan Singapura. Pada tahun 1947, ketika Singapura baru membentuk lembaga khusus bidang perumahan (Housing Committee), tercatat bahwa 72% penduduk (sekitar 680,000 jiwa) tinggal di kawasan pusat kota. Kondisi ini berimplikasi terhadap kualitas kawasan permukiman yang sangat buruk. Kawasan kumuh perkotaan semakin berkembang, wabah penyakit meningkat, tingginya kriminalitas, dan kawasan permukiman yang rawan bencana kebakaran dengan akses pemadaman yang sangat sulit. Pada masa itu, penanganan kumuh perkotaan lebih pada upaya membangun

rumah susun publik sebanyak dan secepat mungkin dalam rangka merelokasi masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh perkotaan. Selain itu, penyediaan rumah susun publik tersebut juga dilakukan sebagai antisipasi kebutuhan perumahan seiring terjadinya kenaikan pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan. Seiring berjalannya waktu, sejalan dengan pesatnya pertumbuhan perekonomian di Singapura dan keinginan Pemerintah Singapura merubah Singapura dari negara berkembang menjadi negara maju, maka isu mengenai permukiman kumuh perkotaan juga terus mengalami perbaikan. Hingga saat ini, Singapura menjadi satu-satunya kota yang tidak memiliki kawasan permukiman kumuh karena hampir seluruh penduduknya dapat menempati rumah susun publik yang disediakan oleh pemerintah. Di Indonesia, penanganan permukiman kumuh sudah secara tegas diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam penjelasannya, tercantum secara eksplisit bahwa penyelenggaraan PKP juga menyasar pada upaya pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh. Sebagai bentuk penjabaran atas amanat Undang-undang tersebut, pemerintah tercatat telah melaksanakan berbagai program Perumahan dalam rangka menangani masalah kumuh perkotaan. Meng-

MAJALAH KIPRAH 61

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana ingat sangat kompleksnya permasalahan kumuh perkotaan di Indonesia, baik disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi, pluralitas dan karakter masyarakat perkotaan Indonesia yang sangat beragam, maka pendekatan yang dilakukan pada program-program perumahan tersebut lebih bervariasi, sehingga tidak hanya monoton pada satu pendekatan. Pendekatan partisipatif dalam program penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Indonesia terlihat pada beberapa program yang sudah dilakukan. Namun demikian, program-program partisipatif tersebut juga ditopang pola pendekatan top-down dimana pemerintah sebagai pihak yang lebih banyak merancang dan mengawasi program-program penanganan kumuh perkotaan di Indonesia. Program-program tersebut sudah dimulai sejak tahun 1969 melalui pelaksanaan Program Perbaikan Kampung (Kampoeng Improvement Program/KIP) dan berakhir tahun 1989. Program ini bahkan sempat menjadi best practice di skala internasional terkait penanganan kawasan kumuh perkotaan. Setelah itu, pada tahun 1989 dilakukan program Pembangunan Perumahan Berbasis pada Kelompok (P2BK), kemudian juga program Kampoeng Improvement Program (KIP) KIP komprehensif pada tahun 1999-2002. Selain itu, program sejenis juga dilaksanakan dengan menambahkan aspek modal ekonomi yaitu Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) pada tahun 1999, dan Community-Based Initiatives for Housing and Local Development (COBILD) pada era 2000-2003. Tahun 2004, pemerintah meluncurkan program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) yang menitikberatkan pada aspek fisik, sosial, manusia dan ekonomi. Pada tahun 2010 diluncurkan kegiatan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2K-BK) dengan menggunakan pendekatan Tridaya (manusia, lingkungan, ekonomi), kesesuaian dengan tata ruang, penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU), dan keterpaduan dengan sektor lain. TARGET DAN CAPAIAN

RUSUNAWA TAMBORA

62

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Terkait dengan capaian penanganan kumuh perkotaan, Singapura menjadi negara dengan tingkat penanganan kawasan permukiman kumuh yang telah tuntas 100%. Sementara itu, penanganan kawasan kumuh perkotaan di Indonesia dan Thailand masih terus dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh masing-masing pemerintah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNHabitat 2010, presentase penduduk perkotaan yang tinggal di kawasan kumuh pada tahun 2005, baik di Indonesia maupun Thailand berada pada kisaran 26% dari total penduduk perkotaan. Secara spesifik, penanganan kawasan kumuh perkotaan sepanjang di sungai Ban Mankong tercatat telah mampu menyasar pada 96,000 rumah tangga dalam 1,800 komunitas, atau mencapai sekitar 15% dari total masyarakat


Penanganan Kawasan Kumuh di Indonesia dan Negara-Negara di Asia Tenggara

KAMPUNG DERET, JAKARTA

RUSUNAWA BURUH, UNGARAN, SEMARANG

RUSUNAWA PNS, REMPOA, TANGERANG

kumuh perkotaan di Thailand hingga tahun 2014 (World Bank, 2014). Keberhasilan penanganan permukiman kumuh di Sungai Ban Mankong disebabkan karena fokus penanganan yang menyasar pada dua hal, yaitu memprioritaskan partisipasi masyarakat dan penyediaan variasi program kepemilikan tanah bagi masyarakat yang dampak lanjutannya adalah peningakatan taraf perekonomian di masyarakat. Variasi program penanganan kawasan kumuh dalam program ini mencakup diantaranya adalah on-site improvement, re-blocking, rekonstruksi, dan relokasi. Di Singapura, pada jangka waktu 4 tahun setelah didirikannya Lembaga khusus Pembangunan Perumahan Singapura (HDB), pemerintah Singapura telah mampu membangun 8,000 rumah susun publik. Setelah itu, pada tahun 1976, tercatat lebih dari 50% penduduk Singapura sudah tinggal di rumah susun publik, jauh meningkat dari semula yang hanya 8,8% pada tahun 1959. Saat ini, sebanyak 85% dari penduduk Singapura telah tinggal di HDB flat dan sudah tidak lagi memiliki kawasan permukiman kumuh.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2013, presentase penduduk yang tinggal di kawasan kumuh mencapai sekitar 11,6% dari total populasi (sebagian besar tinggal di kawasan perkotaan). Secara detail, berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), beberapa program penanganan kawasan kumuh di Indonesia menunjukkan hasil sebagai berikut: n Kegiatan P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan telah menyasar pada 41.988 kelurahan (1999-2012), n Kegiatan NUSSP menjangkau 802 kelurahan dengan penerima manfaat 783.123 KK (2004-2010), n Kegiatan penataan kembali kawasan permukiman menjangkau 609 kawasan kumuh (2005-2012); n Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan menjangkau 821 kelurahan (2005 - 2012); n Kegiatan peningkatan masyarakat miskin perkotaan (program Pro Rakyat Klaster IV) menjangkau 5 kawasan dengan penerima manfaat 4.481 KK (2011-2012). n

MAJALAH KIPRAH 63

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana

Mewujudkan Kota Hijau Berkelanjutan TEKS DAN FOTO TAUFAN MADIASWORO. KEPALA BALAI INFORMASI PERMUKIMAN DAN PERKOTAAN, DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

”Upaya perwujudan kota hijau berkelanjutan dapat dilakukan dengan beragam pendekatan. Upaya ini memerlukan kesadaran, pemahaman, komitmen dan keterlibatan secara inklusif dari segenap pemangku kepentingan”

I

NDONESIA mengalami pertambahan penduduk yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini, jumlah penduduk perkotaan mencapai 51% dari total penduduk Indonesia, dan terus meningkat dibandingkan sepuluh tahun yang lalu yaitu sekitar 45%. Diperkirakan pada tahun 2035, penduduk perkotaan akan mencapai 66%. Proses urbanisasi mengakibatkan semakin banyak penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan sejalan dengan pertumbuhan ekonominya.

Telapak ekologis (ecological footprints) kegiatan produksi dan konsumsi kawasan perkotaan semakin tinggi sehingga memberikan tekanan pada wilayah sekitarnya. Kondisi ini memicu terjadinya kerusakan lingkungan dan berkurangnya kemampuan sumber daya alam serta berimplikasi pada berbagai permasalahan perkotaan seperti, alih fungsi lahan baik di kawasan lindung maupun di kawasan budidaya yang berdampak pada kerusakan ekosistem, penurunan produktivitas lahan, banjir, kemacetan, dan menurunnya luasan ruang terbuka hijau yang kini berkisar 13,13% di kota-kota dan 16,32% di kawasan perkotaan. Kompleksitas permasalahan dan tekanan terhadap kota kita semakin meningkat dengan hadirnya parameter perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global khususnya pada kota metropolitan dan kota besar yang sebagian sedang mengalami degradasi fungsi dan penurunan kualitas fisik perkotaan. Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan fisik dan ekonomi semata, cenderung mengarah pada pemanfaatan Sumber Daya Alam dan

TAMAN SRIGUNTING DI KAWASAN PUSAKA KOTA LAMA SEMARANG MERUPAKAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEKALIGUS RUANG PUBLIK. SELAIN MEMILIKI FUNGSI UTAMA/ INTRINSIK YAITU FUNGSI EKOLOGI SEBAGAI PARU-PARU KOTA, PRODUSEN OKSIGEN, DAN MENYERAP POLUSI UDARA, RTH JUGA MEMILIKI FUNGSI TAMBAHAN (EKSTRINSIK) ANTARA LAIN: FUNGSI SOSIAL BUDAYA YANG MENGGAMBARKAN EKSPRESI BUDAYA LOKAL DAN MEDIA INTERAKSI WARGA KOTA, FUNGSI EKONOMI, DAN FUNGSI ESTETIKA UNTUK MEMPERINDAH ARSITEKTURAL KOTA.

64

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Mewujudkan Kota Hijau Berkelanjutan

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI SALAH SATU SUDUT KOTA OSAKA, JEPANG. KEBERADAAN RTH PERKOTAAN SANGAT PENTING UNTUK MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN DAN KESEIMBANGAN EKOSISTEM KOTA, BAIK KESEIMBANGAN SISTEM HIDROLOGI, MIKROKLIMAT MAUPUN EKOLOGIS LAINNYA.

lingkungan yang tidak terkendali. Di satu sisi, lingkungan hidup memiliki keterbatasan daya dukung baik lingkungan maupun sosial, jika di eksploitasi secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan krisis ekologi. Berdasarkan Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-1019 disebutkan bahwa kerusakan lingkungan seperti pada biota dan ekosistem menurunkan fungsi dan daya dukung lingkungan yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini menyebabkan target Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2030 sulit tercapai. Gambaran kondisi kota kita tersebut di atas, menunjukkan bahwa upaya mewujudkan ruang perkotaan yang layak huni dan berkelanjutan masih menghadapi kendala dan tantangan yang berat di masa mendatang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi beragam permasalahan tersebut di adalah melalui perwujudan kota hijau. Kota hijau sejatinya memiliki makna yang sama dengan kota berkelanjutan (sustainable city) dan kota yang berwawasan lingkungan (ecocity). Kota hijau dapat dipahami sebagai kota yang berwawasan lingkungan hidup yang pengembangan kotanya dimaksudkan untuk dapat menjaga kelestarian berbagai sumber daya yang menunjang kehidupan, mengingat kota dengan wilayah sekitarnya merupakan satu kesatuan sistem geografis yang memiliki hubungan

timbal balik dan ketergantungan. Kota dalam perspektif lingkungan hidup tercipta sebagai akibat berlangsungnya proses interaksi antara manusia (lingkungan hidup sosial) dengan sumber daya alam (lingkungan hidup) yang terejawantah dalam lingkungan binaan manusia (built environment) sebagai satu sistem yang utuh. Secara normatif, Pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi, yaitu Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mensyaratkan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan rincian RTH Publik sebesar 20% dan RTH Privat sebesar 10%. Ketentuan preskriptif mengenai RTH tersebut harus secara eksplisit termuat dalam setiap Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota/kabupaten. Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan RTH perkotaan sangat penting untuk menjamin keberlangsungan dan keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi, mikroklimat maupun ekologis lainnya. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memuat persyaratan dan penyelenggaraan bangunan gedung yang ditata berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian dengan lingkungannya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap

MAJALAH KIPRAH 65

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


wacana

TRANSPORTASI PUBLIK BERUPA TREM (LIGHT RAIL TRANSIT/KERETA YANG MEMILIKI REL KHUSUS DI DALAM KOTA) YANG BERPADU DENGAN JALUR SEPEDA DI SALAH SATU SUDUT KOTA ROTTERDAM, BELANDA. UPAYA PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK ANTAR MODA DENGAN PRINSIP HEMAT ENERGI, BEBAS POLUSI, RAMAH LINGKUNGAN, DAN BERORIENTASI PADA MANUSIA PERLU TERUS DILAKUKAN.

TRANSPORTASI AIR DI DI KOTA COPENHAGEN, DENMARK. GREEN TRANSPORTATION BERTUJUAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN DAN MENGARAHKAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA YANG RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENCAPAI KUALITAS LINGKUNGAN YANG BERSIH, SEHAT, DAN NYAMAN.

66

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

keseluruhan ekosistem dan bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, terdapat pula Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau sebagai instrumen dalam rangka mewujudkan terselenggaranya bangunan gedung hijau yang berkelanjutan dengan memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau. Bangunan yang menerapkan unsur pelestarian fungsi lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas tata ruang dan lingkungan hidup pada kawasan perkotaan. Regulasi yang diterbitkan Pemerintah merupakan instrumen penting dalam rangka mewujudkan kota/kawasan perkotaan dan bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi serta berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan kualitas ruang hidup, ekonomi, serta menyejahterakan masyarakat. Mewujudkan kota hijau, tidak semudah membalikan telapak tangan. Beragam kendala menjadi faktor penghambat dalam perwujudan kota hijau, antara lain kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kota hijau, peningkatan jumlah penduduk perkotaan dan urbanisasi, pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan aspek fisik dan ekonomi, belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kurangnya kerjasama dan koordinasi antar sektor, keterbatasan lahan kota untuk mewujudkan target sebesar 30% ruang terbuka hijau dari luas kota serta perkembangan perkotaan yang cenderung ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang tidak terkendali. Beberapa strategi yang dapat dilakukan dan perlu terus di dorong serta dikembangkan untuk mewujudkan kota hijau berkelanjutan, antara lain: 1. Melakukan perencanaan dan perancangan kota dan kawasan perkotaan yang mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan berpihak pada prinsip pembangunan berkelanjutan. 2. Melakukan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di kabupaten/kota. 3. Merancang bangunan hemat energi dan ramah lingkungan. 4. Melakukan upaya pengembangan sistem transportasi publik antar moda dan berkelanjutan. 5. Melestarikan kearifan lokal (local wisdom). 6. Menerapkan konstruksi hijau yang merupakan sebuah pola tatanan infrastruktur yang dilakukan mulai dari proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pemakaian, hingga daur ulangnya menggunakan energi seminimal mungkin dan me-


Mewujudkan Kota Hijau Berkelanjutan

ningkatkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. 7. Melakukan upaya pengurangan sampah/limbah dengan menerapkan prinsip 3R, yaitu mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah. 8. Melakukan efisiensi pemanfaatan sumber daya air, misalnya dengan penerapan konsep biopori dan melakukan pengelolaan air hujan. 9. Menumbuhkembangkan kepedulian dan peran aktif masyarakat untuk terlibat dalam perwujudan kota hijau dengan mendorong terbentuknya komunitas peduli lingkungan. 10. Mendorong tata kelola yang baik dengan prinsip keterlibatan, akuntabilitas, efektivitas, pemerataan, dan berkekuatan hukum untuk mendorong terwujudnya kota hijau berkelanjutan melalui berbagai kebijakan yang berfihak pada lingkungan. Upaya mewujudkan kota hijau yang berkelanjutan memerlukan peran, dukungan, dan komitmen dari para pemangku kepentingan, baik Pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah sebagai regulator berperan dalam penyiapan kebijakan dan program. Saat ini, kebijakan dan arah perencanaan kota-kota di Indonesia telah mengarah pada konsep kota hijau. Namun demikian, perwujudan kota hijau tidak hanya pada aspek perencanaan semata, namun yang tidak kalah penting adalah konsistensi implementasi rencana dan pengawasan pembangunan. Untuk itu, kebijakan perlu ditransformasikan menjadi program aksi yang kongkrit, terukur dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas. Swasta berperan sebagai motor dengan menjalankan dan mengembangkan usahanya dengan cara atau pendekatan yang ramah lingkungan, serta mengembangkan corporate social responsibility (CSR), misal melalui penyediaan ruang terbuka hijau dan penggunaan material atau bahan bangunan yang ramah lingkungan. Terakhir, masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung, terlibat secara aktif, dan mengawal perwujudan kota hijau dengan menaati peraturan perundangan, menerapkan gaya hidup yang hemat energi dan ramah lingkungan, mengembangkan permukiman dan lingkungan sehat, dan melakukan penghijauan lingkungan permukiman. Kecintaan dan kesadaran terhadap lingkungan hidup harus ditanamkan sejak usia dini dan harus diturunkan dari generasi ke generasi. Melalui kesadaran, pemahaman, komitmen, kolaborasi, dan keterlibatan secara inklusif dari segenap pemangku kepentingan, terwujudnya kota hijau yang berjati diri dan berkelanjutan yang menjadi harapan kita bersama adalah sebuah keniscayaan. n

PEDESTRIAN DI SALAH SATU SUDUT KOTA SINGAPURA. PEDESTRIAN SEBAGAI ELEMEN KOTA ADALAH BAGIAN SISTEM TRANSPORTASI YANG MEMERLUKAN KETERPADUAN DENGAN SISTEM LAIN. PEDESTRIAN BERPERAN DALAM MENINGKATKAN VITALITAS RUANG KOTA, MENCIPTAKAN UDARA BERSIH DAN BEBAS POLUSI DAN PERLU DIRANCANG SECARA FUNGSIONAL, AMAN, NYAMAN, DAN AKSESIBEL BAGI SEMUA.

PROTOTIPE ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DI KAWASAN WERDHAPURA, DENPASAR. NILAI KEARIFAN LOKAL YANG TEREJAWANTAH DALAM BENTUK NILAI ADAT, KELEMBAGAAN, ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN TATA RUANG ADALAH ASPEK PENTING SEBAGAI IDENTITAS KOTA YANG BERKELANJUTAN. NILAI KEARIFAN LOKAL SEJATINYA DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI RUJUKAN DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN KOTA MASA DEPAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGI.

MAJALAH KIPRAH 67

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


profil

Kartini PUPR, Wida Nurfaida, Kasatker Tol Cisumdawu:

Perempuan Harus Bisa Bekerja Lebih Baik TEKS A MUKMIN | FOTO BIRO KOMUNIKASI PUBLIK PUPR

tor, Pemda, Pemerintah Pusat, masyarakat sekitar hingga turun ke lapangan memastikan proyek berjalan baik sudah menjadi rutinitas yang dijalaninya tanpa ragu. Ia bahkan begitu yakin bahwa Tol Cisumdawu akan selesai tepat waktu. Wanita dengan gelar master di bidang teknik ini berpesan agar ke depan lebih banyak lagi wanita yang ambil bagian dalam pengerjaan proyek fisik. Dirinya meyakinkan bahwa wanita tetap bisa berkontribusi kepada negara meski tetap tidak boleh absen mengurus keluarga. Berikut wawancara khusus Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Birkom, PUPR) bersama Wida Nurfaida yang langsung di temui di lokasi proyek Tol Cisumdawu: Bagaimana anda memulai karir anda di Kementerian PUPR?

W

ANITA menekuni karir sudah menjadi hal lumrah di zaman ini, namun memimpin pengerjaan proyek fisik tentu bukan hal mudah. Dialah Wida Nurfaida, wanita luar biasa yang langsung memimpin pengerjaan sebagai Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Selain profesi yang dominan digeluti laki-laki, ruas Tol Cisumdawu bukanlah medan yang ramah. Perbukitan yang terjal, tanah yang labil, serta jalur yang berliku menjadi tantangan yang nyata. Bagi wanita kelahiran 42 tahun silam ini, medan berat yang dilalui merupakan tantangan yang harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Melihat tantangan besar ini, Wida pun harus putar otak untuk menembus perbukitan dengan membuat terowongan. Dengan panjang 472 meter dan diameter 14 meter, terowongan Tol Cisumdawu ini akan menjadi yang pertama di Indonesia. Wida sama sekali tidak menganggap tugas diamanahkan kepadanya sebagai beban. Justru, bagi Kartini PUPR tersebut, ini adalah ajang pembuktian bahwa wanita juga mampu bekerja lebih baik. Mengkoordinasikan para inves-

68

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Saya memulai karir di Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2000 selaku staf unit manajemen proyek perbantuan pinjaman dari Asian Development Bank (ADB), Direktorat Jenderal Bina Marga. Kebetulan lama di Direktorat Bina Program, mendapat kepercayaan mengurusi pinjaman luar negeri dengan ADB, World Bank, JICA, AusAid dan lain-lain. Terakhir sebelum saya ditugaskan di Kepala Satuan Kerja Tol Cisumdawu ini, saya ditugaskan sebagai Kepala Satuan Kerja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri yang juga berkoordinasi untuk mempercepat bagaimana pekerjaan loan di Direktorat Bina Marga. Karir saya berlanjut dengan diberikan kepercayaan oleh pimpinan-pimpinan untuk menjadi Kepala Satuan Kerja di pembangunan jalan tol Cisumdawu.


Wida Nurfaida

Kendala apa saya yang anda hadapi dalam karir yang di dominasi oleh laki-laki?

Terus terang memang berat dan tidak mudah bekerja di bidang yang mayoritas digeluti oleh laki-laki. Saya dituntut untuk memimpin dan berkoordinasi juga dengan pihakpihak ke tiga seperti kontraktor, konsultan, masyarakat hingga pemerintah daerah. Perlu sinergi bersama antara berbagai pemangku kepentingan. Kendala di lapangan bekerjasama dengan yang mayoritas laki-laki tidak saya temui karena buat saya hal ini sudah menjadi hal yang biasa, bukan lagi sesuatu yang baru di dunia konstruksi. Kiprah perempuan di Kementerian PUPR sudah sangat terbuka lebar. Hanya tantangannya, kita sebagai perempuan harus bisa membuktikan kita punya kemampuan dan kecakapan yang sama bahkan tidak kalah dengan laki-laki. Apa motivasi anda memilih karir di Kementerian PUPR untuk ditekuni?

Penempatan sebagai Satker proyek fisik dengan permasalahan yang luar biasa banyak dan juga tantangan yang sangat besar bagi saya sebagai perempuan justru membuat saya semakin termotivasi bahwa saya harus bekerja baik. Bahkan kalau perlu lebih baik dari rekan kerja saya yang mayoritas laki-laki. Karena saya sangat menyukai pekerjaan ini, tentu saya juga harus lebih tangguh dalam menjalaninya. Karir ini saya yakini dan tekuni sesuai kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan-pimpinan kepada saya. Saya patut berbangga mendapat kepercayaan ini dan harus fokus untuk bekerja baik. Saya juga selalu merekomendasikan dan memberanikan teman-teman sesama perempuan di lingkungan Kementerian PUPR untuk berperan aktif dan nyata langsung turun ke lapangan. Siapa tokoh perempuan yang menginspirasi anda?

Tokoh perempuan yang sangat menginspirasi saya adalah Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher. Dalam salah satu kutipannya yang sangat menginspirasi dan saya kagumi, beliau mengatakan: “If you want something said, ask a man; if you want something done, ask a woman.� Tokoh perempuan lain yang pasti menginspirasi adalah ibu, beliau banyak mengajarkan bahwa bekerja dengan hati akan lebih menghasilkan dibandingkan dengan bekerja untuk sekerdar mengejar rutinitas. Apa saya yang menjadi tantangan anda dalam menjalankan tugas anda saat ini?

Kendala yang saya temui dalam pekerjaan ini multidimensi, dalam artian banyak sekali. Kondisi geografisnya yang rawan tanah longsor misalnya, menuntut kita untuk memilih dan mematangkan desain yang akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga secara teknis perlu sinergi dari berbagai pihak baik dari Universitas maupun lembaga-lembaga penelitian dan kajian. Masalah utama

yang dihadapi dalam proyek ini adalah lahan, karena proyek ini membutuhkan pembebasan lahan yang begitu besar juga pengerjaan tanah yang kuantitasnya sangat besar. Kelihatan bagaimana kita seperti memotong beberapa gunung di sini. Beberapa pembebasan lahan seperti tanah wakaf juga harus dikoordinasikan dengan Kementerian Agama. Namun demikian saya meyakini jika kita saling bersinergi baik pemerintah pusat, masyarakat maupun instansi-instansi lain, proyek ini akan bisa diselesaikan tepat waktu dengan kualitas yang baik. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan di lapangan?

Target pelaksanaan proyek ini diharapkan sesuai dengan kontrak. Untuk Seksi II Tol Cisumdawu yang sekarang terkontrak adalah 2018. Saya optimis itu bisa terlaksana karena untuk Seksi II ini kita bagi menjadi dua, untuk Fase I sampai saat ini sudah selesai sekitar 80%. Fase II saya berharap juga, dengan percepatan-percepatan yang kita lakukan di lapangan kita bisa lebih awal dari target. Saya juga sudah mengupayakan untuk pengerjaan tujuh hari seminggu dan juga membuat shift malam untuk mempercepat penyelesaian. Seksi II Tol Cisumdawu ini menjadi prioritas sehingga jika jalan nasional di daerah Cadas Pangeran mengalami kendala, tol ini akan menjadi alternatif yang menghubungkan Cileunyi ke Sumedang. Sementara itu, penyelesaikan keseluruhan Tol Cisumdawu sepanjang 60 km, kita sedang mempersiapkan tender untuk Seksi I, Seksi III, Seksi IV, Seksi V dan Seksi VI kepada pihak investor. Dengan demikian penyelesaian bisa sesuan jadwal, tepat waktu dan dengan kualitas yang baik. Apa yang membanggakan dari proyek Tol Cisumdawu bagi Anda?

Tol Cisumdawu memiliki terowongan (tunnel) jalan pertama di Indonesia yang panjangnya sekitar 472 m dengan diameter besar, sekitar 14 m dibandingkan dengan MRT. Saya berharap ini akan menjadi proyek percontohan bahwa ke depan kita akan lebih banyak terowongan-terowongan jalan sehingga bisa lebih ramah lingkungan dan tidak terlalu merubah kondisi alam. Sehingga mendukung juga pemerintah untuk menjaga lingkungan hidup. Penyelesaian terowongan ini juga diharapkan tidak ada permasalahan sehingga bisa lebih awal dari target yang terkontrak. n MAJALAH KIPRAH 69

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


profil

Kartini PUPR, Dahlia Erawati, Kasatker PS-PLP Provinsi Jawa Timur:

Kementerian PUPR Tidak Membeda-bedakan Gender TEKS WARJONO | FOTO BIRO KOMUNIKASI PUBLIK PUPR

kaitan. Dan tidak hanya berhenti di aspek teknisnya saja. Misalnya, untuk suatu proyek fisik, dalam pengerjaannya mungkin muncul masalah-masalah sosial, seperti pembebasan lahan. Meskipun bukan wilayah kami, kami tidak bisa menyerahkan sepenuhnya ke pemerintah daerah, karena pemerintah daerah kan urusannya bukan itu saja. Memang diperlukan terobosan-terobosan, harus proaktif. Selain itu, untuk sanitasi ini sebetulnya yang sangat penting adalah perilaku masyarakatnya sendiri. Contohnya, meski sudah ada sanitary landfill, tetapi kalau masyarakat tetap membuang sampah tanpa dipilah, ujung-ujungnya open dumping lagi. Ini juga menjadi bagian dari tugas kami, melalui pembinaan secara berjenjang.

P

ERMUKIMAN yang sehat dan layak merupakan kunci terwujudnya kualitas hidup masyarakat yang baik. Pentingnya pengelolaan lingkungan inilah yang mendorong Dahlia Erawati untuk bekerja di Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1993, setelah menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Penyehatan ITS. Perempuan yang kini dipercaya untuk menjadi Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (Kasatker PS-PLP) Provinsi Jawa Timur ini memang memiliki ketertarikan terhadap permasalahan sanitasi. Berikut petikan wawancara kami dengan sosok Kartini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini. Bagaimana awal mula ibu bekerja di bidang PU, dan apa yang menjadi tanggungjawab ibu sekarang?

Awal karier saya pada tahun 1993 di Departemen PU, saya mendapatkan tugas untuk menangani persampahan, sesuai latar belakang pendidikan saya yaitu Teknik Penyehatan. Adapun sekarang, saya dipercaya oleh Bapak Menteri PUPR untuk menjadi Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PS-PLP) Provinsi Jawa Timur. Apa isu utama yang ibu hadapi dalam menangani sanitasi?

Di satker ini, ada tiga sektor yang ditangani yaitu drainase, persampahan, dan air limbah, dan mencakup 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk penanganannya diperlukan pendekatan yang menyeluruh, karena saling ber-

70

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Apa pengalaman yang paling berkesan selama perjalanan karier ibu?

Tahun 2015 lalu, kami berhasil menuntaskan pembangunan saluran drainase Gunungsari (Banyu Urip-Balongsari) di Surabaya. Proyek ini sangat berkesan bagi saya karena di samping nilainya yang cukup besar, banyak faktor non-teknis yang menjadikan proyek ini sangat menantang. Awalnya saya merasa gamang, apakah saya bisa? Tetapi dengan ini saya belajar banyak dari proyek tersebut, mulai dari hubungan antar instansi hingga penanganan masalah


Wida Nurfaida

sosial yang muncul. Alhamdulillah, berkat keyakinan dan kerja tim yang baik serta koordinasi semua pihak, terutama Pemerintah Kota Surabaya, pembangunan ini dapat terselesaikan dengan baik dan saat ini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Bukan hanya pengurangan genangan, tetapi juga kelancaran arus lalu lintas dan dampak positif bagi perekonomian wilayah tersebut. Bagaimana pendapat ibu tentang persepsi masyarakat yang melekatkan citra maskulin pada bidang ke-PU-an?

Di awal saya bekerja, memang jumlah perempuan di bidang PU tidak sebanyak sekarang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kaum perempuan membuktikan diri bahwa dirinya juga mampu. Sekarang sudah banyak perempuan yang memiliki kesempatan untuk berkarier di kementerian PU. Sampai sekrang eselon II juga ada yang perempuan. Dulu juga sempat, posisi Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah dijabat oleh seorang perempuan. Kesan tadi saya rasa hanya persepsi sebagian masyarakat. Anak-anak muda sekarang sudah tidak begitu menganggap ada perbedaan untuk kegiatan yang harus dipilih perempuan dan laki-laki. Di bidang saya, Teknik Lingkungan, misalnya, proporsi mahasiswanya hampir berimbang. Apakah ibu pernah menghadapi masalah yang disebabkan perbedaan gender di tempat kerja?

Selama ini saya belum pernah menghadapi masalah demikian. Kementerian PUPR tidak membeda-bedakan gender. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kita, laki-laki ataupun perempuan, dapat sama-sama berkontribusi. Pelaksanaan kegiatan bersama-sama dengan pemerintah kota. Kepala dinas bina marga juga seorang perempuan, dan beliau juga sangat concern agar pekerjaan ini bias berjalan baik. Kami juga tidak henti-hentinya Kepala Daerah Tri Rismaharini, perempuan tidak bisa dikesampingkan.

Siapakah tokoh perempuan yang menginspirasi ibu?

Ibu saya. Beliau seorang ibu rumah tangga dan seorang wanita sederhana. Namun demikian, beliau selalu mendidik saya sejak kecil agar berani, mandiri, dan tidak kenal putus asa. Apa pesan ibu bagi perempuan yang ingin berkiprah dalam pembangunan, khususnya di bidang PU?

Kita sebagai seorang perempuan, selain memiliki tugas atau kodrat nantinya sebagai seorang ibu yang diharapkan akan bisa mendidik anak, apabila kita bisa mengasah potensi kemampuan kita untuk lebih, tidak ada salahnya kalau kita berkarier. Melalui karier kita itu nanti bisa memiliki kontribusi untuk pembangunan negara kita. Kini kesempatan bagi perempuan Indonesia untuk berkontribusi membangun negeri sangat luas membentang. Apalagi dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), kita tidak boleh tersisihkan di negeri sendiri. Jadi sejak dini, manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas diri dengan menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Jangan puas hanya menjadi rata-rata, teruslah berupaya menjadi lebih baik. Dengan kualitas diri yang baik bisa membimbing anak dan mendampingi suami, dan tetap berkontribusi tenaga dan pikiran untuk Indonesia yang lebih baik. n

Ada anggapan bahwa secara naluriah, perempuan berbeda dengan laki-laki. Apa tanggapan ibu tentang ini?

Saya rasa, ya, seorang perempuan memiliki naluri yang berbeda. Tetapi ini justru bisa menjadi keuntungan. Bagi perempuan, persiapan lebih utama, karena umumnya kemampuan fisiknya berbeda dibandingkan laki-laki. Tentu kita memperhitungkan semua agar dapat disiapkan lebih awal. Itu lebih baik daripada menangani permasalahan setelah timbul. Perempuan juga tingkat kekhawatirannya lebih tinggi. Saya memang cenderung lebih cerewet, baik ke kontraktor atau dalam koordinasi dengan instansi terkait pekerjaan. Ini karena kita dibatasi waktu, sehingga harus terus diingatkan dan dikejar tindaklanjutnya.

MAJALAH KIPRAH 71

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

Pos Lintas Batas Negara

MEWUJUDKAN NAWACITA DI PERBATASAN Indonesia memiliki beberapa kawasan perbatasan yang harus dijaga keberadaannya. Pembangunan infrastruktur di daerah perbatasan juga bertujuan untuk meningkat kesejahteraan masyarakat setempat. TEKS TIM KIPRAH

GROUNDBREAKING PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT, PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN JUGA MENGEDEPANKAN ASPEK INFRASTRUKTUR PENUNANG SEPERTI BENDUNGAN UNTUK KESEJAHTERAAN WARGA

72

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Mewujudkan Nawacita di Perbatasan

D

AERAH perbatasan yang merupakan jendela depan negeri ini terus dipantau perkembangan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo. Hal tersebut di tunjukkannya dengan langsung meninjau progres pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong yang saat ini telah mencapai 45,92 persen. PLBN yang terletak di kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat tersebut ditargetkan akan selesai pada akhir 2016. Dengan pembangunan PLBN, Pemerintah ingin menunjukan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar sehingga harus ditunjukan dengan fisik yang besar juga. Sebagai etalase negeri ini, pembangunan kawasan di perbatasan harus mencerminkan besarnya bangsa Indonesia. Perlu juga diketahui, dalam hal ini Pemerintah bukan hanya membangun PLBN saja tapi juga infrastruktur permukiman disekitar kawasan tersebut. Seperti jalan yang diperlebar dari lima meter menjadi 20 meter, juga akan ada pembangunan pasar modern untuk usaha kecil dan menengah. Hal ini didasari keinginan dari Presiden Jokowi untuk menciptakan titik-titik pertumbuhan di daerah-daerah perbatasan Indonesia, tidak hanya di Jawa tapi juga

menyebar di NTT, Papua dan Kalimantan. Pembangunan kawasan perbatasan termasuk pos lintas batas ini merupakan pelaksanaan agenda Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk membangun Indonesia dari pinggiran. Sesuai dengan arahan pembangunan jangka panjang dan jangka menegah nasional yang tertuang dalam RPJPN 20052025 dan RPJPMN 2015-2019 yang diantaranya adalah pembangunan yang merata dan berkeadilan yang salah satunya diwujudkan dengan menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Ada 9 PLBN yang kini tengah di bangun. Kesembilan PLBN itu adalah PLBN Mota’ain, Motamasin, Oepoli dan Wini di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian di Kalimantan Barat ada Aruk, Nanga Badau dan Entikong dan di Papua ada di Skouw dan Waris. Dari sembilan, dua PLBN besar yaitu Entikong dan Mota’ain pembangunannya sudah di mulai sejak 2015, sementara lima PLBN baru awal tahun ini dimulai. Kemudian untuk dua lagi yaitu PLBN Oupoli dan Waris baru masuk tahap pra design. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Investasi, Rido

PRESIDEN JOKO WIDODO BERSAMA MENTERI PUPR BASUKI HADIMULJONO MENINJAU PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE DI ATAMBUA, NTT.

MAJALAH KIPRAH 73

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

Pos Lintas Batas Negara

SALAH POS LINTAS BATAS DI PERBATASAN PAPUA

Matari Ichwan, mengatakan bahwa pembangunan PLBN sangat penting karena Indonesia berbatasan langsung dengan beberapa negara diantaranya seperti Malaysia, Papua New Guinea, Timor Leste dan lainnya. Sehingga pembangunan 9 PLBN adalah sebagai bentuk pengamanan Indonesia dari batas terluarnya. Dan sebagai pelaksana pembangunan, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan sembilan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) selesai pada akhir 2016. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Bina Penataan Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen CK, Kementerian PUPR) ,Adjar Prajudi Percepatan pembangunan PLBN terpadu serta sarana prasarana penunjang yang ada di kawasan perbatasan ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2015. Meskipun pembangunan PLBN dan kawasan terluar bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang dihadapi. Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, tantangan pertama adalah biaya pembangunan yang besar. Dibutuhkan anggaran sebanyak Rp41,065 triliun dari total anggaran Kementerian PUPR 2016 sebesar Rp104,8 triliun untuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga guna membangun berbagai infrastruktur, termasuk infrastruktur di kawasan perbatasan. Menurut Adjar, sembilan PLBN yang dibangun tersebut sebelumnya sudah ada namun dianggap tidak layak un-

74

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

tuk menjadi pos lintas batas. Sehingga pos lama diratakan dan kemudian dibangun baru. Bangunan PLBN akan terbagi dalam tiga zona, zona pertama adalah Zona Inti yang terdiri dari bangunan utama PLBN, bangunan pemeriksa kargo kedatangan/keberangkatan, monumen garuda, check point, dan check point pemeriksaan kargo. Kedua adalah Zona Sub Inti yang terdiri dari area Parkir, bangunan kantor PLBN, dan mess pegawai. Terakhir adalah Zona Pendukung yang terdiri dari masjid, food court/rest area, Wisma Indonesia, pasar tematik dan parkiran. Nantinya di PLBN ini akan dilakukan penertiban dan pengecekan secara ketat dengan menggunakan x-ray. Sehingga orang atau barang yang akan melintas PLBN dari negara tetangga tidak bisa keluar masuk semaunya. Berdasarkan data dari Ditjen CK hingga per 1 Maret 2016, progres kegiatan fisik PLBN Entikong telah mencapai 44,52 persen, Montaain 49,12 persen, Aruk 0,09 persen, Nanga Badau 0,39 persen, Motamasin 3,17 persen, Wini 10,88 persen, dan Skouw 6 persen. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen CK, Kementerian PUPR, Rina Farida menegaskan bahwa Kementerian PUPR tidak hanya membangun PLBN saja namun juga melakukan pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan PLBN. Tak hanya jalan tetapi juga melingkupi drainase, pengelolaan sampah, air minum dan lainnya. Dengan adanya pengembangan infrastruktur maka diharapkan ekonomi daerah setempat akan meningkat sehingga kesejahteraan masyarakatnya juga meningkat. n


Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong, Kalimantan Barat

Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong, Kalimantan Barat

Meningkatkan Kesejahteraan di Tapal Batas Pembangunan di wilayah perbatasan dengan Malaysia ini juga dilakukan untuk mendukung peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat. TEKS TIM KIPRAH

K

EMENTERIAN Pekerjaam Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Cipta Karya (Ditjen CK) saat ini tengah berupaya menyelesaikan pembangunan 7 buah Pos Lintas Batas Nasional (PLBN). Salah satu diantara-

nya adalah PLBN Terpadu Entikong, yang dinilai strategis di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. PLBN Entikong ini diharapkan dapat selesai pada akhir tahun ini. Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, PLBN Entikong ini perlu ditambah dengan keberadaan sebuah pasar untuk lebih menghidupkan perekonomian rakyat sekitar. Proyek ini telah mulai dikerjakan Agustus 2015. Menurut Direktur Bina Penataan Bangunan Ditjen Cipta Karya Adjar Prajudi, proyek PLBN Entikong progres fisiknya saat ini telah mencapai 45% dan progres keuangan sekitar 42,3%. Proyek ini diperkirakan menelan dana sebesar Rp 153 Miliar dari APBN.

POS LINTAS BATAS ENTIKONG

MAJALAH KIPRAH 75

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

Pos Lintas Batas Negara

Meski demikian, pembangunan PLBN ini juga menghadapi kendala yang cukup pelik yakni masalah pembebasan lahan dan penghapusan aset. Masalah lahan belum seluruhnya terbebas. Untuk itu, Adjar menyatakan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan Ditjen Bina Marga untuk biaya pembebasan. Sedangkan terkait dengan penghapusan aset tengah diupayakan untuk dipercepat prosesnya bekerjasama dengan Pemprov Kalbar. Sebagai PLBN Terpadu yang merupakan pos pemeriksaan lintas batas orang dan barang yang keluar dan masuk melewati batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka desain bangunannya pun disesuaikan dengan budaya kearifan lokal. Yakni berupa bentuk rumah panjang dan perisai Suku Dayak. Detail arsitektur dan lokalitas menjadi komponen penting dalam desain PLBN Terpadu Entikong, hal ini tercermin pada penggunaan ornamen lokal sebagai pola bukaan dan fascade, sedangkan untuk pencahayaan menggunakan cahaya alami dengan banyak bukaan menggunakan material transparan. Selain untuk melayani fungsi utama PLBN berupa kepabeanan (Custom), keimigrasian (Immigration), karantina

POS LINTAS BATAS ENTIKONG

76

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

(Quarantine) dan keamanan (Security) yang dikenal dengan singkatan CIQS, PLBN Entikong ini nantinya juga akan dilengkapi dengan berbagai prasarana. Seperti monumen Garuda, mess pegawai, masjid, food Court dan wisma Indonesia. Sesuai dengan visi dari Presiden Jokowi yang menginginkan Pos Lintas Batas Negara lebih bagus dari yang dimiliki Malaysia. Melalui pembangunan PLBN Terpadu ini, diharapkan dapat mewujudkan sasaran Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara 2015-2019 yaitu terlaksananya pengelolaan batas wilayah negara yang berdaulat, aktivitas lintas batas negara yang kondusif, percepatan pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang, serta terbentuknya kelembagaan yang kuat dalam pengelolaan perbatasan negara. Guna mendukung percepatan pembangunan perbatasan ini, tak hanya pembangunan PLBN saja yang dikebut. Tetapi juga kegiatan pembangunan jalan perbatasan terus dipantau pengerjaannya. Seperti yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang lang-


Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong, Kalimantan Barat

sung meninjau kegiatan pembangunan jalan perbatasan di daerah Santos saat memantau pembangunan PLBN Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Dalam laporannnya Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan, Bastian Sihombing menjelaskan capaian pekerjaan pembangunan jalan perbatasan dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Utara sepanjang kurang lebih 1.700 km. Sedangkan untuk jalan perbatasan di Kalbar, sepanjang 732 km, kondisinya 37% sudah diaspal, 32% masih agregat (bebatuan), 12% jalan tanah dan sisanya masih belum tembus. Di tahun 2016 ini, Kementerian PUPR akan melanjutkan penanganan jalan paralel mulai dari Temajuk sampai Sei Ular. Untuk Kalimantan Barat menembuskan sisa yang belum tembus dari Temajuk-Nanga Era (batas Kalimantan Timur) termasuk penanganan akses perbatasan dengan melakukan pelebaran menuju Pos Lintas Batas yaitu di Aruk, Entikong dan Nanga Badau, serta rekonstruksi ruas jalan Sei Kelik-Siduk-Ketapang untuk mendukung Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Ketapang dan Sail Karimata maupun penanganan sejumlah ruas jalan dan jembatan di Kabupaten-Kabupaten Perbatasan seperti di Sambas,

Sanggau, Kapuas Hulu, maupun Bengkayang. Untuk perbatasan di Kalimantan Timur, Kementerian PUPR bersama-sama dengan Zeni TNI AD menggarap pembangunan jalan Batas Kalimantan Barat menuju Tiong Ohang dan ruas jalan Long Pahangai-Long Boh. Hal ini sebagai kelanjutan MoU antara Kementerian PUPR dan TNI AD dalam pembangunan kawasan strategis perbatasan, khususnya jalan paralel perbatasan di Kalimantan, pada 27 April 2015 yang lalu. Selain itu, dibuka akses dari Tiong Ohang ke Long Pahangai yang dianggarkan dengan skema tahun jamak. Di Kalimantan Utara, Kementerian PUPR akan menembuskan jalan paralel perbatasan dari Long Boh (Batas Kalimantan Timur), Metulang, Long Nawang, Long Pujungan, Long Kemuat, Langap, Malinau yang kondisi sekarang sebagian masih hutan dan terisolasi. Dan rekonstruksi jalan dari Apas, Simanggaris menuju batas negara. Jalan akses menuju perbatasan menembuskan dari Mensalong ke Tau Lumbis yang masih terisolir, kemudian dari Malinau ke Long Bawan termasuk penanganan ruas jalan di Pulau Sebatik, pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. n

POS LINTAS BATAS ENTIKONG

MAJALAH KIPRAH 77

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

Pos Lintas Batas Negara

GROUNDBREAKING PLBN MOTAAIN, NTT

Pos Lintas Batas Negara Terpadu Mota’ain, Nusa Tenggara Timur

Memperindah Sekaligus Meningkatkan Pelayanan Kawasan perbatasan RI-Timor Leste ini tengah dibenahi agar semakin indah. Tak hanya itu, penataan juga termasuk meningkatkan pelayanan di pos perbatasan. TEKS TIM KIPRAH

78

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

K

AWASAN perbatasan memiliki fungsi sangat strategis, karena sebagai pintu keluar masuk negeri sekaligus juga menjadi teras bagi negara. Kondisi kawasan perbatasan di mata negara tetangga sejatinya menjadi barometer kondisi di dalam negeri. Oleh sebab itu Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain yang merupakan pos perbatasan yang paling ramai dilalui oleh pelintas batas yang terletak di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur kini tengah dibenahi.


FOTO: MAPIO.NET

Pos Lintas Batas Negara Terpadu Mota’ain, Nusa Tenggara Timur

PERBATASAN MOTA’AIN, NTT

Sebagai salah satu proyek pembangunan kawasan perbatasan, pembangunan PLBN Mota’ain sudah menunjukkan perkembangan yang baik. Menurut data Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen CK, Kementerian PUPR), hingga 24 Maret 2016, pekerjaan konstruksi PLBN yang menjadi penghubung Indonesia dengan Timor Leste di kawasa Belu ini telah mencapai 62,17%. Perkembangan ini tergolong cepat mengingat pada 1 Maret 2016 lalu perkembangan pembangunan fisiknya baru mencapai sekitar 49,12%. Pembangunan PLBN Mota’ain ini dipercayakan kepada perusahaan konstruksi pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan kontrak senilai Rp82,07 miliar. Pengerjaannya telah dilakukan sejak 3 Agustus 2015 dan ditargetkan rampung pada 26 Oktober 2016. Seiring dengan cepatnya proses pembangunan fisik, serapan anggarannya pun demikian pula. Hingga 24 Maret 2016, serapannya sudah mencapai Rp53,36%. PLBN Motaain ini akan dilengkapi dengan zona inti yang terdiri dari Gerbang Tasbara dan Pos Jaga, Karantina Tumbuhan dan Hewan, Pemeriksaan Imigrasi, Jembatan

Timbang, Pemeriksaan X-Ray Kendaraan, Bea Cukai, dan Lambang Negara Indonesia. Dan juga zona sub inti dan pendukung yang terdiri dari Wisma Indonesia dan Mess Karyawan serta sarana pendukung lainnya. PLBN Motaain yang tengah dalam tahap pekerjaan ini akan berdiri di atas lahan seluas 8,03 ha dengan luas bangunan mencapai 8,554,12 meter persegi yang berupa bangunan dua lantai. Bangunan utama ini akan menjadi pusat pelayanan keimigrasian terpadu. Seluruh pelayanan akan dilakukan di satu gedung yang sama dan dilakukan dengan alur yang lebih teratur dengan cukup melakukan satu kali pelaporan. Untuk desain bangunan utama, bentukan atap rumah “Matabesi”, rumah tradisional masyarakat Belu, menjadi patokan utama. Hal ini seperti PLBN lainnya yang mengadopsi desain dan konten lokal. Dan juga sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo kepada Kementerian PUPR untuk membangun perbatasan dengan slogan “Kebersamaan Membangun Kawasan Permukiman Perbatasan yang Terbaik di Beranda Depan Negara Republik Indonesia”. Selain pembangunan gedung, pekerjaan lainnya yang

MAJALAH KIPRAH 79

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

FOTO: PANORAMIO.COM

Pos Lintas Batas Negara

PERBATASAN MOTAAIN, NTT

tak kalah penting adalah membangun jembatan timbang yang menjadi komponen utama pemeriksaan bea dan cukai setiap kendaraan angkutan barang yang melintas PLBN ini. Selanjutnya ada gedung genset untuk menempatkan generator listrik cadangan guna mengantisipasi adanya gangguan pasokan listrik reguler. Keberadaan genset ini menjadi penting lantaran hampir seluruh kegiatan pelayanan dilakukan secara elektronik seperti penggunaan komputer di meja imigrasi, pemeriksaan sinar x, gerbang detektor logam dan sebagainya. Upaya perbaikan yang dilakukan di PLBN Mota’ain ini sangat diperlukan. Sebab, selama ini pelayanan di PLBN Motaain sangat menyedihkan. Para pelintas batas harus mondar-mandir ke sejumlah gedung hanya untuk mengurus dokumen imigrasi. Kondisi ini terjadi karena sebelum ada perbaikan ini, bangunan-bangunan yang ada di kawa-

80

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

san PLBN ini lokasinya terpisah-pisah. Selain rangkain proses yang merepotkan, pos lintas batas ini pun tampak kurang indah. Hanya berupa bangunan-bangunan sederhana beratapkan asbes. Area terminal yang berfungsi sebagai tempat antre kendaraan yang akan melintas pun masih belum tertutup aspal atau pun beton rigid. Hasilnya, permukaan yang masih berupa tanah membuat debu beterbangan ketika dilalui kendaraan. Dengan perbaikan ini diharapkan PLBN Mota’ain bisa tampil lebih bagus dengan pelayanan yang lebih prima. Dan sebagai dukungan terhadap PLBN Mota’ain, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR juga membangunan akses jalan menuju PLBN dari jalan paralel perbatasan sepanjang 5 kilometer. Saat ini jalan akses tersebut masih terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur, nantinya akan dilebarkan menjadi 4 lajur. n


FOTO: BERITADAERAH.CO.ID

Pos Lintas Batas Negara Terpadu Skouw, Papua

PLBN SKOUW, PAPUA

Pos Lintas Batas Negara Terpadu Skouw Papua Di kawasan ini, pembangunan wilayah perbatasan ditujukan pula untuk meningkatkan arus perdagangan diantara kedua negara. TEKS TIM KIPRAH

P

OS Lintas Batas Terpadu di Skouw, Kota Jayapura merupakan salah satu dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) sebagai teras terdepan Indonesia yang terus dikebut pembangunannya. PLBN Skouw di Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua yang pembangunannya sudah dimulai sejak 18 Desember 2015 ditargetkan rampung tahun ini. Saat ini menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Peker-

MAJALAH KIPRAH 81

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


laporankhusus

FOTO: RISET

Pos Lintas Batas Negara

PERBATASAN SKOUW, PAPUA

jaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen CK, Kementerian PUPR) Andreas Suhono, progres fisik PLBN Skouw telah mencapai 10,23 persen. PLBN Skouw ini menurut Andreas akan dilengkapi sarana dan prasarana penunjang lainnya, seperti pasar, sistem penyediaan air minum, sanitasi, dan permukiman di sekitar wilayah PLBN. Pembangunan sarana dan prasarana ini untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar. Pembangunan PLBN Skouw yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana PT Nindya Karya ini menghabiskan dana APBN sebesar Rp165,994 miliar diatas lahan seluas 10,7 hektar. Adapun pembangunan PLBN Skouw akan dibagi menjadi tiga zona, yakni zona inti, zona sub-inti, dan zona pendukung. Zona inti akan memiliki luas 7.619 meter persegi dan terdiri atas beberapa bangunan utama PLBN, seperti klinik, gudang sita, bangunan jembatan timbang, check point, bangunan utilitas, koridor pejalan kaki, bangunan sinar-X untuk mobil pengangkut barang, dan bangunan pelayanan terpadu kedatangan mobil kargo.

82

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

Sementara itu, zona sub-inti akan dibangun seluas 1.193 meter persegi, terdiri atas bangunan wisma Indonesia, mes karyawan, dan gedung serba guna. Adapun zona pendukung seluas 1.300 meter persegi dan akan memiliki restoran, ATM, masjid, gereja, pos polisi, dan lain-lain. Desain bangunan rumah tangfa, rumah pesisir di daerah Skouw dipilih untuk desain PLBN Skouw di Papua. Karena desain rumah tangfa dianggap lebih cocok diterapkan daripada rumah honai, dan rumah manokwari karena letak Skouw pada daerah pantai memerlukan bangunan yang lebih transparan terhadap aliran udara dan cahaya. Sementara Rumah Honai dan Rumah Manokwari bersifat lebih tertutup karena merupakan rumah dataran tinggi. Rumah tangfa memiliki atap dengan bentuk perisai dan memiliki dua ruang panjang untuk masyarakat berkumpul, sedangkan bagian tengah berfungsi sebagai sirkulasi. Biasanya, masyarakat menggunakan rumah tangfa untuk bersosialisasi, bernyanyi, dan mengerjakan kerajinan tangan. PLBN Skouw ini menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, selain un-


PLBN Skouw Papua

GROUND BREAKING PLBN SKOUW, PAPUA

tuk mengembangkan potensi ekonomi lokal juga untuk menandai pengembangan dan penguatan relasi antara Indonesia dan Papua Niugini. Dan tak hanya menjadi etalase bagi Indonesia di wilayah perbatasan dengan Papua Niugini, teapi juga menjadi sarana perdagangan di antara kedua negara yang hingga saat ini terus berkembang. Menurut catatan dari pos pemantau perbatasan, selama ini setiap tahun setidaknya 63.000 warga Papua Niugini melintasi pos perbatasan Skouw. Mereka pergi ke Jayapura atau ke pasar di perbatasan untuk membeli berbagai barang kebutuhan sehari-hari, seperti perlengkapan rumah tangga dan bahan makanan. Proyek yang dikelola oleh Kementerian PUPR ini menjadi bagian dari penguatan infrastruktur Papua dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah. Bahkan menurut Luhut, Pemerintah akan terus mengembangkan pembangunan di Papua, termasuk pembangunan jalan trans yang nantinya dapat menghubungkan Sorong hingga Merauke. Jika semua proyek infrastruktur di Papua rampung, diharapkan harga berbagai komoditas dapat

ditekan. Sehingga masyarakat Papua menjadi lebih mudah mengaksesnya. Saat ini, sebagian ruas jalan tersebut telah dibangun, salah satunya jalan lintas yang menghubungkan Wamena di Jayawijaya dengan Mumugu di Kabupaten Asmat. Dengan pertumbuhan ekonomi 9 persen, penguatan dan pengembangan infrastruktur tersebut akan mendorong semakin cepat pergerakan roda ekonomi di Papua. Selain memperkuat pembangunan fisik, pemerintah juga akan memberi fasilitas untuk para pedagang asli Papua. Sehingga mama-mama Papua menjadi bagian dari pembangunan Papua. Karena menurut Luhut saat ini pemerintah bersungguh-sungguh ingin menggunakan pendekatan kesejahteraan untuk membangun Papua bukan dengan pendekatan keamanan. Untuk itu, semua warga Papua diharapkan dapat turut terlibat dan bekerja keras, apalagi tidak ada persoalan dana di wilayah tersebut. Karena tahun ini, pemerintah akan mengucurkan dana hingga Rp 6 triliun lebih untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pemerintah berharap, dengan semua hal yang telah dan akan dilakukan, daya saing warga Papua semakin meningkat. n

MAJALAH KIPRAH 83

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


INFO BUKU

Kota Tua Punya Cerita: Historia Jakarta

“

KOTA TUA� sejatinya hanya bagian dari wilayah Jakarta

Barat. Di tempat itulah terletak Pelabuhan Sunda Kelapa, yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sunda pada abadabad awal Tarikh Masehi, yang lalu tumbuh menjadi kota pelabuhan antarbangsa bernama Jayakarta di zaman Kesultanan Banten. Di kawasan Kota Tua pula pada abad ke-17, VOC Belanda mendirikan kota kolonial Batavia, cikal bakal Jakarta. Dalam kurun waktu setengah milenium, pelabuhan purba Sunda Kelapa bermetamorfosa menjadi Jayakarta, Batavia dan akhirnya menjadi Jakarta. Berbagai bangunan dan benda peninggalan yang masih tersisa, lengkap dengan aneka kisahnya membuat Kota Tua menjadi salah satu tempat paling mempesona di Ibukota. Buku ini berisi kumpulan tulisan tentang aneka tempat dan peristiwa yang pernah terjadi di Kota Tua dan sekitarnya di masa lalu. Merupakan kompilasi dari tulisan wartawan harian Kompas dan seorang ahli sejarah dan sastra Belanda Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, Lilie Suratminto. Tiap tulisannya dikemas secara ringan dan dengan gaya bahasa yang sederhana namun tetap menarik. Hampir di setiap halamannya juga dihiasi dengan foto maupun ilustrasi berwarna dari topik tulisan yang tengah diulas. Tidak hanya itu, editor juga menyisipkan peta dan inset pada beberapa bangunan atau landmark dari Kota Tua yang dilengkapi dengan penjelasan ringkas. Buku ini merupakan bacaan ringan yang cukup menarik bagi pembaca yang ingin lebih dekat dengan Kota Tua. n TEKS FITRIA JUDUL BUKU:

Kota Tua Punya Cerita: Historia Jakarta PENGARANG:

Chris van Uffelen EDITOR:

Lilie Suratminto dan Mulyawan Karim PENERBIT:

Braun Publishing AG, 2015 ISBN:

303768190X, 9783037681909 KOLASI:

272 halaman, ilustrasi

84

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Jendela

CARISSA PUTERI

Menanamkan Pendidikan Kebersihan

Sejak Dini TEKS TIM KIPRAH FOTO KAPANLAGI.COM

C

ARISSA Puteri, artis dan ibu dari satu anak ini ingin mengajarkan kebersihan semenjak kecil bagi sang buah hati. Karena menurutnya banyak penyakit yang berawal dari kebiasaan kurang bersih dan kurang sehat. Apalagi saat ini sedang gencar pemberitaan tentang penyebaran virus Zika yang begitu cepat membuat masyarakat menjadi resah, tak terkecuali di Indonesia. Belum lagi, kuman dan virus lainnya juga dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengancam Si Kecil di rumah. Untuk itu ia menerapkan berbagai strategi khusus di dalam rumah. Perlindungan terhadap keluarga di rumah pun selalu jadi yang utama. Salah satunya, dengan menjaga kebersihan rumah yakni menyapu dan mengepel lantai rumah 2 kali sehari, pagi dan sore. Selain itu, ia juga membiasakan anaknya, Quenzino Acana Naif, untuk membuka sepatu atau sandal setiap memasuki area dalam rumah. Serta membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Selain itu pemain film Ayat-ayat Cinta ini juga membiasakan seluruh anggota keluarga, terutama Si Kecil. Seusai beraktivitas apalagi jika dari luar rumah, sebelum cuci tangan dan cuci kaki dengan sabun, sang anak tak diperbolehkan masuk ke kamar tidurnya. Menurut Carissa, sebagai seorang ibu kita harus pintar. Terutama harus bisa menanamkan hal-hal baik dan positif terhadap anak seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan sabun. n

MAJALAH KIPRAH 85

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


KARIKATUR

86

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016

100-0-100


Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri, Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula. Surat R.A. Kartini kepada Ny. Abendanon. 12 Desember 1902

MAJALAH KIPRAH 87

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


88

MAJALAH KIPRAH

VOL 72 TH XV | MAR-APR 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.