03
DITERBITKAN OLEH BIRO MEDIA BEM PSIKOLOGI UI -------------------------------------------------------------------------------------------------Reporter: Hana Paramytha, Iqbal Maesa , Syazka Kirani, Hervi Utami, Fasya Fauzani, Septiani Khaerunissa, Avissa Nadindra, Permata Dewi Andanti, Kresenbud BEM IKM Psikologi UI 2013, Kastrat BEM IKM Psikologi UI 2013. Desain, Tata Letak, dan Percetakan: Johan Wahyudi Fotografer: Anggraini Hapsari, Hanisa Amalina, Diah Ayu Asmarani Marketing & sirkulasi : Dea Safirahilda, Annabelle Wenas.
04 Apakah HELLO selalu menyenangkan dan GOODBYE itu selalu menyedihkan? Berikut jawaban beberapa sivitas UI yang BUNCH tanyakan mengenai hal tersebut…
LUKMAN NUR HAKIM, PSIKOLOGI UI 2012 “Mmm, gue sih sependapat kalau hello selalu menyenangkan. Kalau goodbye, menurut gue gak selalu menyedihkan. Yaa, tergantung suasananya aja. “
TIARA RAHADIAN, PSIKOLOGI UI 2010 “ Hello gak selalu happy dan goodbye juga gak selalu sedih. Karena terkadang dalam sebuah awal, ada aja hal yang bikin gak happy lalu meskipun pada dasarnya I hate goodbyes, tapi aku selalu percaya dibalik hitam ada putih dan dibalik putih ada hitam.”
PRADINA PARAMITA, PSIKOLOGI UI 2010 “Kalau menurut aku, hello itu selalu menyenangkan, tapi goodbye belum tentu menyedihkan. Soalnya kalau goodbye dengan yang tidak menyenangkan, goodbye jadinya menyenangkan.”
DINDA AYU, PSIKOLOGI UI 2013 “ Seringnya sih gitu, tapi tergantung orangnya juga. Kadang hello juga bisa menyedihkan dan goodbye juga bisa menyenangkan. “
AZWAR RAMADHAN, MANAJEMEN UI 2010 “ Sebenarnya tergantung objek yang dihadapinya apa sih, gak selalu hello menyenangkan dan goodbye menyedihkan. Walaupun biasanya kalau hello itu lebih cenderung ke arah yang positif, sedangkan goodbye diawal banyak sedihnya.”
RADETA EFFENDI, TEKNIK SIPIL UI 2012 “ Hello gak selalu menyenangkan. Kan mungkin ada juga hello yang tidak diharapkan. Kalau goodbye, iya selalu menyedihkan.”
Betulkah jawaban mereka? Yuk buktikan kebenarannya di pembahasan Main Topic (MANIC) nanti ! Foto : DOK. PRIBADI
Oleh :
Septiani Khaerunnisa
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
05
MENEMBUS
KEMACETAN
BERSAMA
ORANG ASING Ala @Nebengers
foto : dok. pribadi
narasumber : Komunitas Nebengers oleh : Hana Paramytha
“Nobody is a stranger, just friends we’re yet to meet. Won’t you rather share a seat on your car instead of travel alone” #nebengers
B
agi para anggota Nebengers, melakukan perjalanan bersama orang asing adalah hal yang biasa. Nebengers adalah jejaring fasilitator bagi masyarakat yang ingin bepergian dan memiliki rute perjalanan yang sama dengan cara menebeng. Bagaimana ceritanya bertemu dengan orang asing menjadi hal yang biasa dan malah menjadi semacam “candu” di Nebengers?
Selain itu, pihak Nebengers juga selalu memberikan informasi mengenai perjalanan tebeng menebeng yang tengah terjadi. Kebanyakan para followers Nebengers menjadi silent reader terlebih dahulu dan melihat transaksi yang terjadi sebelum akhirnya yakin untuk memberi atau mencari tebengan. Agar lebih terpercaya, setiap selesai nebeng para followers harus memberikan testimoni dengan tagar #CeritaNebeng. Mention, Janjian, dan Langsung Berangkat! Tujuannya untuk membantu orang lain berani Ketika awal mengetahui konsep nebeng dan juga merekomendasikan orangNebengers, tidak sedikit yang bergidik ngeri orang yang nebeng atau ditebengi tersebut. membayangkan perjalanan yang akan dilalui. Bayangkan saja, belum pernah bertemu namun Orang Asing yang Menjadi Pasangan sudah melakukan perjalanan bersama. Belum lagi Banyak cerita menarik seputar kegiatan isu mengenai keamanan dalam bertransportasi tebeng menebeng ini. Mulai dari mendapatkan seperti penculikan dan pencurian. Lantas, perjalanan yang menyenangkan sampai memiliki bagaimana cara Nebengers “menenangkan” para keluarga baru. Ada followers yang bertemu calon penebeng yang khawatir ini? saudara jauh, temannya kakak atau adik, Informasi adalah hal yang ditekankan mendapatkan pekerjaan dari teman nebeng oleh Nebengers agar masing-masing followersnya bahkan sampai mendapat pasangan. Semua merasa nyaman dan aman untuk melakukan itu bermula dari berkenalan dan memberikan perjalanan bersama. Kita sebagai penebeng punya tebengan ke “orang asing”. Bagi kita yang masih andil dalam menjaga keamanan dan kenyamanan ragu, pihak nebengers punya saran untuk kita kita ketika bertemu dengan orang baru. Aturan yang belum berani mencoba. Seperti layaknya utamanya, akun Twitter tidak boleh diprotect. berkenalan dengan orang baru, pertama kita Kebayang dong bagaimana bisa kita memberikan harus berpikir positif dulu. Kalau merasa ragu dan tebengan kalau tidak mengetahui sedikitpun takut sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Jangan informasi tentang penebeng? Aturan soal akun lupa untuk mencari informasi mengenai orang Twitter ini berguna agar antara penebeng dan yang akan menjadi rekan perjalanan kita. Tertarik pemberi tebengan dapat saling mengenal melalui untuk mencoba? linimasa twitter masing-masing. Kalau sudah saling mengenal dan merasa cocok, tinggal mention, janjian dan langsung berangkat bersama.
biro media bem ikm f.psi ui 2013
06
Perubahan Untuk Psikologi Bisa!
M
enjadi ketua BEM Fakultas Psikologi UI sudah merupakan niatan Ananda Findez Shidiq Anugrah atau yang akrab disapa Abang, sejak menjadi mahasiswa baru. Salah satu alasan Abang untuk maju menjadi Ketua BEM adalah kondisi BEM Fakultas Psikologi UI yang terlalu nyaman di internal. Akibatnya, BEM Fakultas Psikologi terkesan “jago kandang”. Niat untuk menjadi Ketua BEM juga semakin bulat tatkala Abang menerima beasiswa dari pemerintah padahal Abang tidak pernah mendaftar untuk beasiswa tersebut. Di situlah Abang ingin berkontribusi untuk negara dan mengawali kontribusi tersebut dengan menjadi Ketua BEM. Lain halnya dengan Niken Linda Dinartika, Wakil Ketua BEM Fakultas Psikologi UI. Alasan Niken untuk mendampingi Abang sebagai Wakil Ketua BEM karena ingin give back ke Fakultas dan BEM. Abang dan Niken sebelumnya merupakan rekan satu bidang di Departemen Kajian Strategis (Kastrat) BEM Opera 2011. Pada tahun 2012 di BEM Bakti, Abang menjabat sebagai Wakil Ketua Departemen Kastrat sedangkan Niken pindah ke divisi Litbang sebagai staf. Niken dipilih karena dianggap dapat melengkapi Abang baik dari segi personal maupun pekerjaan. Begitu melengkapinya, Abang bahkan setuju dengan pendapat “Kalau Abang adalah buku, maka Niken adalah orang yang dapat menerjemahkan buku tersebut”
Modal Partner dan Pengalaman Untuk maju menjadi ketua BEM, cukup banyak modal yang dimiliki oleh Abang seperti pengalaman selama di BEM sejak tahun pertama, visi yang sudah direncanakan sejak menjadi mahasiswa baru, kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan dana. Sedangkan Niken menekankan adanya partner yang sevisi sebagai bekal dalam menjalankan BEM. Bukan sebuah perjalanan jika tidak ada tantangan. Selama menjalankan BEM, tentu ada tantangan yang dihadapi oleh Abang dan Niken. Salah satu tantangan tersebut adalah penerimaan sivitas tentang perubahan yang dibawa oleh BEM tahun ini, keberanian untuk keluar dari standar lama dan mengatur lebih banyak orang dari sebelumnya. Selain menghadapi tantangan, menjalankan BEM juga berarti mendapatkan kesempatan untuk belajar banyak hal baru. Pada bulan Desember, BEM akan berganti kepengurusan. Abang dan Niken sendiri berharap BEM tahun depan dapat menjadi BEM yang cerdas, dapat menerima kritikan serta keluhan dengan baik dan setiap masalah dapat dipertimbangkan jalan keluar yang terbaik.
“BEM IKM ini milik kalian, kami hanya bertugas untuk berusaha mengurus BEM IKM ini dengan dengan tujuan melayani kalian. Ini adalah pelayanan terbaik yang dapat kami berikan, semoga bisa memenuhi apa yang IKM dan sivitas Fakultas Psikologi, UI, maupun masyarakat inginkan. Terima kasih atas semangat kalian semua untuk berprestasi, sinergis dan aktif bersama kami. Terus kobarkan semangat BISA! Untuk Fakultas Psikologi, UI, dan tentunya Indonesia.”
- Abang dan Niken, 2013
FOTO : ANGGRAINI HAPSARI
Oleh :
HANA PARAMYTHA DAN JOHAN WAHYUDI
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
07 “There is love in holding and there is love in letting go.� - Elizabeth Berg
Ketika
Perpisahan Memicu Gangguan
K
etika perpisahan mampu menimbulkan gangguan cemas terhadap individu, bisa jadi individu tersebut mengalami separation anxiety. Separation anxiety merupakan gangguan cemas yang muncul akibat perpisahan dengan f igur attachment ataupun rumah. Penyebabnya akibat rasa takut akan hal-hal yang dapat mengganggu kehidupan f igur attachmentnya tersebut seperti; sakit, cidera, musibah atau bahkan kematian. Tak hanya itu, mereka memiliki ketakutan atas hal-hal yang dapat menimpa dirinya apabila ia tidak mengetahui keberadaan f igur attachmentnya maupun tidak terus berkomunikasi dengan f igur attachment maka mereka merasakan ketakutan atas tersesat, diculik, atau bahkan mendapati kecelakaan. Apabila seorang anak memiliki separation anxiety terhadap rumahnya, ia biasanya menolak untuk pergi keluar dari rumah karena tidak ingin berpisah. Berdasarkan American Psychiatrist Association, seseorang dinyatakan memiliki gangguan separation anxiety apabila merasakan takut, cemas, atau menghindar yang terus menerus terjadi selama setidaknya 4 minggu pada anak-anak dan pada orang dewasa selama 6 bulan atau lebih. Separation anxiety sering didapati pada anak-anak dan apabila separation anxiety didapati pada orang dewasa, bentuknya kecemasan yang ditunjukkannya berbeda. Seperti apabila anak-anak menunjukkan kecemasannya dengan tidak ingin keluar rumah atau terus menjadi “bayang-bayang� orangtua ketika sedang di rumah, orang dewasa lebih menunjukkan kecemasannya dengan bentuk rasa peduli yang berlebih terhadap pasangan atau anak apabila tidak mendapat kabar dari salah satu f igur tersebut.
FOTO : ANGGRAINI HAPSARI
Oleh :
Syazka Kirani Narindra
Binatang Juga Bisa Terkena Separation Anxiety Perlu diketahui bahwa separation anxiety tak hanya didapati pada manusia, tetapi juga didapati pada binatang.Salah satu binatang yang telah diteliti memiliki separation anxiety adalah anjing. Dari penelitian tersebut, anjing diketahui menunjukkan rasa cemasnya dengan merusak rumah dan mengeluarkan suara-suara (vocalization) apabila ia ditinggal selama 1 menit oleh pemiliknya. Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan yang timbul akibat perpisahan tak hanya terjadi pada manusia tetapi juga dengan binatang. Ternyata, manusia dan binatang, terutama anjing, memiliki satu sumber utama yang menciptakan gangguan separation anxiety yaitu attachment. Attachment sudah kita dapati sejak pertama kita lahir dalam bentuk hubungan orang tua terhadap anak dalam bentuk pembelajaran sosial pertama kali pada keluarga. Namun apabila attachment yang didapati oleh sang anak tidak baik, maka hal tersebut akan mempengaruhi bentuk attachment sang anak terhadap orang lain seperti dengan teman, pacar, istri, suami, atau bahkan kepada keturunannya. Untuk mengantisipasi munculnya separation anxiety, sedari dini individu harus diberikan attachment styles secure agar merasa nyaman dan dapat memunculkan rasa percaya dengan baik. Secure attachment juga diperlukan ketika individu mulai menginjak usia 1 tahun karena pada usia tersebut mulai timbul stranger anxiety. Dengan adanya secure attachment, kecemasan dapat tertangani dengan baik. Referensi: American Psychiatric Association.(2013).Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders; Fifth Edition. United States of America: American Psychiatric Publishing. Overall, Karen L., Ar thur E. Dunham dan, Diane Frank.(2001). Frequency of nonspecif ic clinical signs in dogs with separation anxiety, thunderstorm phobia, and noise phobia, alone or in combination. JAVMA. Vol.219 No.4, 467-473
biro media bem ikm f.psi ui 2013
08 “Sometimes, we need destroy something valuable to us in order to realize that the true value is within us” – Phil Hansen
FOTO : ISTIMEWA
Oleh :
dept. kresenbud bem ikm psikologi ui
Berkarya Dengan Menghancurkan Karya Sendiri
ala Goodbye Art
A
pa yang kamu ingat ketika mendengar kata ‘goodbye’? Kematian? Air mata? Banyak dari kita yang menghindari saat terakhir, kematian, atau hal-hal yang berhubungan dengan kata ‘selamat tinggal’. Tapi tahukah kamu ada seorang seniman asal Chicago yang justru membuat satu eksperimen untuk menghancurkan karya-karyanya? Orang tersebut bernama Phil Hansen dan eksperimen itu dinamakan “Goodbye Art” Sebuah karya biasanya diciptakan, dari tidak ada menjadi ada.Selama ini kita terpaku untuk membuat karya dan menjaga agar karya tersebut tidak rusak bahkan hancur. Phil Hansen menggunakan pola pikir yang sebaliknya. Pola pikir ini ia dapatkan setelah ia menyadari bahwa media tempatnya berkarya semakin lama semakin sedikit. Ia harus mencari cara lain agar bisa tetap berkarya. Dalam proyek ini ia berpikir untuk menghancurkan karyanya setelah karya itu berhasil diselesaikan meskipun butuh waktu dan usaha yang tidak mudah untuk melakukannya. Ide dari goodbye art adalah untuk menghancurkan karya secara sengaja maupun secara natural. Awalnya, ia membuat sebuah karya yang dibentuk dari medium yang dibentuk dan ditutupi dengan pasir. Karya tersebut kemudian dipaparkan dengan sinar X-Ray dan menghasilkan karya yang luar biasa. Kemudian ia sadar bahwa proses karya seni ini belum selesai. Ia pun kembali ke rumah dan menhancurkan
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
karyanya tersebut di dengan alat penghancur kertas. Pada saat itu ia merasa sangat kacau dan sedih karena karyanya telah hancur. Meskipun ia merasa sangat tidak nyaman untuk menghancurkan karya yang sudah dibuat, ia tetap melakukan penghancuran atas karyakaryanya. Walaupun begitu, Phil tidak berhenti menghancurkan karyanya. Dua puluh tiga karya dalam satu tahun eksperimennya ini dibuat namun tidak pernah dipamerkan. Semuanya lenyap karena dihancurkan olehnya atau lenyap dikikis alam. Dalam berkarya, Phil memang tidak hanya membuat karya dalam media-media yang lazim digunakan seperti tembok ataupun kain. Ia juga membuat karyanya dengan benda-benda yang bersifat sementara, seperti air seni di tumpukan salju, minyak dari kentang goreng, bekas roti yang ia makan, pisang, bahkan anggur yang dibekukan. Dalam sebuah presentasi, Phil menyatakan bahwa eksperimennya ini mengubah pandangannya akan kehancuran. Ia merasa goodbye art membuatnya semakin kreatif karena harus mengeksplor banyak cara untuk menghasilkan karya-karya berikutnya. Phil juga semakin menghargai proses karena selesainya suatu karya digunakan sebagai pemicu apa yang bisa ia lakukan selanjutnya. Penasaran seperti apa karya Phil Hansen? Kalian bisa mengunjungi situs resminya di
http://philinthecircle.com/goodbyeart.html.
09
Bermain dengan Emosi melalui
FOTO : ANGGRAINI HAPSARI
Oleh :
Iqbal Maesa Febriawan
Pertemuan dan Perpisahan
Sebelum lanjut membaca artikel ini, pejamkan mata sejenak (jangan sampai tidur!) atau memandang ke suatu tempat sambil mengingat memori tentang pertemuan dan perpisahan unik yang pernah terjadi. Apakah pertemuan yang dialami selalu menyenangkan dan perpisahan yang dialami selalu menyedihkan? Jika jawabannya adalah “ya�, maka penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Hello (Could Be) Sad - Goodbye (Could Be) Happy alam pertemuan dan perpisahan, ada permainan rentang emosi positif-negatif yang berlaku baik dalam pertemuan pertama sebuah hubungan interpersonal maupun ketika hubungan berakhir. Hal ini dibuktikan oleh tinjauan pustakayang dilakukan atas penelitian mengenai tahapan hubungan interpersonal oleh Peter A. Andersen dan Laura K. Guerrero, peneliti komunikasi dan emosi. Saat mengawali sebuah hubungan interpersonal, perasaan cemas, ragu-ragu, takut, dan malu seringkali muncul. Kemunculan emosi tersebutlah yang diduga membuat orang grogi dalam berkenalan dengan orang baru.
D
Perasaan cemas, ragu-ragu, takut dan malu ketika mengawali interaksi dengan orang baru ternyata dialami oleh semua individu. Pada penelitian yang dilakukan Erin A. Heerey dan Leila F. King pada tahun 2007, gelisah sebagai penanda kecemasan muncul di seluruh partisipan, baik yang memiliki kecenderungan trait pencemas (anxious) maupun tidak ketika mengawali interaksi dengan orang baru. Lain halnya dengan emosi yang muncul ketika mengakhiri sebuah hubungan interpersonal. Masih berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Peter A. Andersen dan Laura K. Guerrero, berakhirnya suatu hubungan interpersonal ternyata dapat diiringi dengan perasaan lega, puas, bahkan suka cita.
biro media bem ikm f.psi ui 2013
10
“I’ll never see them again. I know that. And they know that. And knowing this, we say farewell.” - Haruki Murakami
Dalam kasus hubungan romantis, ternyata perpisahan dapat menjadi hal yang membahagiakan bagi individu dengan karakteristik. Bagi kalian yang pernah menjalani atau mendengarkan curhat teman yang mengalami long-distance relationship (LDR), kebanyakan dari kalian memiliki dugaan bahwa orang yang menjalani LDR mengalami sedih, gundah, dan sendu. Menurut Mark Attridge, salah satu peneliti emosi dalam hubungan interpersonal, individu yang tergolong dekat dengan pasangannya selama hubungan romantis dan memiliki disruption potential (kecenderungan untuk mencari pasangan lain atau terganggu kehidupan sehari-harinya ketika berpisah) cenderung mengalami emosi dengan rangsang yang tinggi (high arousal) ketika berpisah dalam long-distance relationship, termasuk passion dan joy. Oleh karena itu, berpisah ternyata juga dapat menimbulkan perasaan bahagia. Ekspresi Hello dan Goodbye Untuk Survival Asosiasi ‘hello’ dengan emosi positif dan ‘goodbye’ dengan emosi negatif diduga merupakan fungsi dari display rules yang telah dianut oleh individu dan berjalan secara otomatis tanpa perlu proses berpikir yang rumit. Emosi yang sinkron dengan pertemuan dan perjumpaan pun ditengarai memiliki fungsi evolusi, yaitu bertahan hidup. Individu yang menampilkan emosi negatif ketika pertemuan atau emosi positif ketika perpisahan akan dianggap aneh oleh lingkungan dan kemungkinan besar dikucilkan. Adanya isolasi dari lingkungan menyebabkan individu tidak dapat bertahan di lingkungannya.Bayangkan ketika ada orang yang tersenyum gembira ketika hadir di pemakaman
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
seseorang atau terlihat bermuram durja ketika sedang berkenalan. Orang ini kemungkinan besar akan terasing dari kehidupan sosialnya karena dianggap tidak dapat menampilkan emosi yang sesuai dengan lingkungan dan konteks. Ada salah satu penelitian lintas budaya mengenai emosi dan relasi individu yang dilakukan oleh Shinobu Kitayama, Batja Mesquita, and Mayumi Karasawa pada tahun 2006. Menurut mereka, ada dua emosi yang terjadi dalam menghadapi pertemuan dan perpisahan. Emosi yang terjadi ketika mengalami momen pertemuan mengandung tema interdependensi (relasi dengan individu lain) dan dikenal dengan istilah socially engaging emotion. Socially engaging emotion lebih banyak muncul saat momen hello atau ketika berinteraksi dengan orang lain. Situasi hello terasosiasi dengan interdependensi karena memiliki kesamaan berupa adanya relasi dengan orang lain Sedangkan emosi yang terjadi ketika momen perpisahan dan bernuansa independensi (kebebasan, memisahkan diri) dari orang lain disebut socially disengaging emotion. Socially disengaging emotion muncul saat momen goodbye atau ketika memisahkan diri dari lingkungan sosial. Situasi goodbye disamakan dengan independensi karena sama-sama memiliki ciri otonomi dan tidak ada hubungan dengan orang lain. Lebih lanjut, studi yang dilakukan terhadap individu di Jepang dan Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa socially engaging emotion lebih intens dirasakan orang Jepang dan socially disengaging emotion lebih intens dirasakan orang Amerika Serikat. Hubungan antara intensitas masing-masing emosi di negara tersebut diduga dijembatani oleh faktor
11
FOTO : DIYAH AYU ASMARANI budaya. Orang Jepang, yang menganut budaya kolektivis, lebih intens merasakan emosi yang terkait membangun relasi dengan orang lain. Frekuensi pengalaman emosi socially engaging di budaya kolektif dan socially disengaging di budaya individualis - dapat memprediksi kesehatan mental individu di negara yang menganut budaya terkait. “Menularnya” Emosi dalam Interaksi Sosial Emosi sangat penting dalam interaksi sosial. Secara umum, orang-orang lebih tertarik dengan individu yang menyampaikan emosi secara terbuka dan sesuai dalam interaksi sehari-hari. Kebanyakan orang akan tertarik untuk berinteraksi dengan individu yang dapat memahami emosi lawan bicaranya dan menunjukkan respon yang sesuai (kongruen) atas emosi yang ditampilkan. Seperti ketika kita hendak mencari teman untuk curhat, kita akan mencari teman curhat yang bisa memahami bahwa kita sedang sedih, galau, atau gundah gulana dan menampilkan ekspresi (wajah dan gestur) yang seolah-olah mencerminkan emosi yang dirasakan tanpa terlibat secara emosional. Hal yang sama juga berlaku ketika berada pada momen pertemuan dan perpisahan. Bayangkan ketika kita mencoba berkenalan dengan ramah sedangkan lawan bicara kita menanggapi dengan dingin. Tentunya interaksi yang terjadi tidaklah menyenangkan. Kejadian diatas ternyata dapat ditinjau berdasarkan mood-similarity effect. Berdasarkan moodsimilarity effect, individu akan lebih puas berinteraksi dengan orang yang mood-nya berada dalam taraf yang sama dan hal ini dibuktikan oleh studi yang oleh dilakukan
Kenneth D. Locke dan Leonard M. Horowitz pada tahun 1990. Selain itu, Andersen dan Guerrero berpendapat bahwa kebanyakan emosi datang dari interaksi sosial. Interaksi sosial pun dapat menjadi media pertukaran emosi. Lebih lanjut, Elaine Hatfield, John T. Cacioppo, dan Richard L. Rapson mengungkapkan konsep emotional contagion. Penulis pernah mengalami kejadian dimana saat itu suasana rumah sedang biasa saja dan penulis menyatakan bahwa ia diterima di Universitas Indonesia. Saat itulah seisi rumah bersorak gembira seiring gembiranya penulis saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa emosi dapat menular. Proses dan penyebab “menularnya” emosi yang terjadi dalam interaksi sosial belum dapat diketahui secara pasti namun mengakibatkan emosi yang dirasakan pelaku interaksi dapat pula dirasakan oleh penerima interaksi. Menurut studi yang dilakukan Judee Burgoon dkk., emosi dipertukarkan secara timbal balik oleh antarindividu dalam interaksi sosial. Ketika kita sedang berinteraksi dengan seseorang, kita akan berusaha untuk menyesuaikan emosi kita dengan emosi yang ditimbulkan oleh lawan bicara sehingga interaksi dapat berjalan dengan lancar. Referensi: Andersen, P. A., & Guerrerro, L. K. (1998). Principles of communication and emotion in social interaction.In P. A. Andersen, & L. K. Guerrero, Handbook of Communication and Emotion; Research, Theory, Applications, and Contexts (pp. 49-96). California: Academic Press. Berscheid, E., & Ammazzalorso, H. (2003). Emotional experience in close relationships. In G. J. Fletcher, & M. S. Clark, Blackwell Handbook of Social Psychology: Interpersonal Processes (pp. 308-330). Malden: Blackwell Publishers Ltd. Boiger, M., & Mesquita, B. (2012).The construction of emotion in interactions, relationships, and cultures.Emotion Review 4 (3) , 221-229. Kitayama, S., Mesquita, B., & Karasawa, M. (2006). Cultural affordances and emotional experience: Socially engaging and disengaging emotions in japan and united states. Journal of Personality and Social Psychology 91 (5) , 890-903. Planalp, S., Fitness, J., & Fehr, B. (2006).Emotion in theories of close relationships. In A. L. Vangelisti, & D. Perlman, The Cambridge Handbook of Personal Relationship (pp. 369-384). Cambridge: Cambridge University Press.
biro media bem ikm f.psi ui 2013
12
Pulih Sebelum Terluka:
FOTO : HANISA AMALINA
Oleh :
Permata Dewi Andanti
B
How to Move On
From Tough Break
erakhirnya sebuah hubungan identik dengan dilema. Tahapan sebelum hari itu datang menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dilalui. Namun dengan persiapan diri dan pengetahuan tentang cara menghadapi perpisahan, kemungkinan terburuk dari perpisahan dapat dicegah. Susan Heitler, seorang psikolog lulusan Harvard, menyarankan komunikasi kolaboratif untuk dilakukan saat akan berpisah. Komunikasi kolaboratif berarti melakukan dialog bersama pasangan mengenai perpisahan tersebut dan bersama-sama melakukan evaluasi. Pertukaran informasi memberikan sinyal kepada kedua pihak mengenai kekuatan hubungan, penghormatan dan kesetaraan posisi di antara mereka. Sebaliknya, ketika memutuskan berpisah maka gaya komunikasi yang sebaiknya dihindari adalah dominansubmisif atau winner-loser. Gaya komunikasi ini menonjolkan jenjang antara pihak yang meninggalkan dan pihak yang dicampakan. Ketika pasangan mengakhiri hubungan dengan kalimat perpisahan ambigu sedangkan si penerima diam saja, maka gaya komunikasi dominan-submisif lah yang terbangun. Gaya komunikasi dominan-submisif tercermin dari kalimat tanpa menjabarkan alasan yang jelas seperti;”Aku kira kita sebaiknya tidak berhubungan lagi” atau “Kamu nyebelin, aku capek sama kamu”. Gaya komunikasi kolaboratif memunculkan perasaan sedih dalam ambang kewajaran sedangkan depresi merupakan risiko bagi gaya komunikasi dominan-submisif. Efek gaya komunikasi terhadap perasaan diterangkan melalui proses atribusi dalam sistem kognitif manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Kelley mengenai sistem kognitif manusia menemukan bahwa manusia selalu mencoba mencari penjelasan mengenai pengalaman yang dialami untuk kemudian merespon
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
dan memprediksi masa depan. Penelitian yang dilakukan Ellis dan Kruglanski mengatakan bahwa semakin besar ambiguitas suatu pengalaman, maka semakin subjektif interpretasi dari orang tersebut. Maka tidak heran terdapat pemaknaan yang salah pada orang yang diputus cinta menggunakan komunikasi dominansubmisif, sebab kalimat ambigu tersebut diartikan berdasarkan terkaan. Bagaimana mengobati luka tersebut? Tindakan yang perlu diambil untuk mengobati luka setelah putus cinta tergantung dari perasaan yang masih dirasakan. Jika merujuk pada gaya komunikasi, maka perasaan yang menetap bergantung pada proses berakhirnya hubungan. Langkah pertama adalah mengidentif ikasi proses putus cinta yang dialami, apakah terjadi kolaborasi atau malah berakhir sebagai orang yang manut. Bila kolaborasi berlangsung dan tidak ada persepsi sebagai korban dalam perpisahan tersebut, maka memberikan waktu bagi diri sendiri untuk menerima kenyataan dan membuka diri adalah jawabannya. Langkah kedua adalah dengan membenahi tiga aspek kognitif tentang diri, orang lain dan masa depan. Dengan mengetahui langkah yang dapat diambil dalam mengadapi perpisahan, pulih sebelum terluka lebih jauh bukanlah hal yang tak mungkin. Referensi: Ellis, S., Mendel, R., & Mir, M. (2006). Learning from successful and failed experience: The moderating role of kind of after-event review. Journal of Applied Psychology 2006, Vol. 91, No. 3, 669–680.DOI: 10.1037/0021-9010.91.3.669 Heitler, S. (2012, Januari 24). Breaking Up Is Hard To Do, So Here’s a 6-Step HowTo. Psychology Today. http://www.psychology today.com/collections/201306/moving/ breaking-is-hard-do-so-heres-6-step-how. Preston Ni. (2013, Januari 20). The Break-Up Cure: 7 Ways to Heal & Find Happiness Again. Psychology Today. http://www.psychology today.com/collections/201306/free-quit/ the-break-cure-7-ways-heal-f ind-happiness-again.
13
Long Distance
relationship
Perpisahan Juga Membawa Kabar Baik!
FOTO : DIYAH AYU ASMARANI
Oleh :
Avissa Nadindra
M
endengar kata Long-Distance Relationship (LDR), umumnya orang berpikir tipe hubungan ini akan sulit dipertahankan. Penelitian yang dilakukan oleh Guldner & Swensen dan Rhodes juga menunjukkan bahwa LDR memiliki risiko perpisahan tinggi karena lokasi tempat tinggal kedua subjek yang berjauhan. LDR dapat disebabkan banyak hal seperti tuntutan akademis, kesempatan karir, urusan imigrasi, dan keinginan orangtua. LDR bisa terjadi sejak awal berpacaran atau beberapa lama setelah menjalin hubungan. Di balik kesulitan dalam menjalin LDR, sebuah studi yang dilakukan oleh Kellmer, Rhoades, Stanley, dan Markman mengenai LDR menegaskan hal yang berbeda. Observasi dilakukan menggunakan perbandingan individu yang berpacaran jarak dekat (close-proximity relationship) dan LDR dari segi kualitas hubungan, komitmen, dan stabilitas. Uniknya, pasangan LDR memiliki kualitas, pengendalian hubungan, kebahagiaan, dan komunikasi berpacaran yang lebih baik dibandingkan pasangan close-proximity relationship. Selain itu, pasangan LDR secara signif ikan memiliki dedikasi berhubungan yang lebih tinggi. Namun, untuk hal komitmen, hubungan jarak dekat dan jauh memiliki kendala yang hampir sama LDR Juga Bisa Langgeng! Ada dua faktor yang saling berinteraksi dalam kualitas dan dedikasi hubungan, yaitu faktor seleksi dan faktor proses. Faktor proses merujuk kepada pengalaman dan dinamika dalam berhubungan, sedangkan faktor seleksi merujuk kepada karakteristik dari subjek LDR. Faktor proses berperan dalam
menjawab kualitas LDR yang lebih tinggi dibandingkan individu yang berpacaran jarak dekat. Para pasangan yang menjalani LDR berasumsi bahwa hubungan akan lebih lancar apabila mereka tinggal berdekatan. Oleh karena itu, para pasangan berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka untuk melawan kognitif disonansi. Selain itu, proses seleksi juga berperan dalam kualitas berpacaran.berpendapat bahwa individu dalam LDR memiliki ‘standar’ yang lebih tinggi dalam pemilihan pasangan dibandingkan pasangan jarak dekat. Hal ini dilakukan agar para individu bisa memantapkan diri untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan ideal mereka. Stabilitas hubungan jarak dekat dan jauh pada kenyataannya memang tak jauh berbeda rentang waktunya. Namun, para pasangan LDR mempercayai bahwa mereka memiliki optimisme yang lebih kuat menuju ke jenjang pernikahan dengan kekasihnya. Kepercayaan ini diperoleh dari kerelaan mereka untuk mencapai cita-cita mendatang dengan ‘berjuang’ untuk sementara waktu. Referensi: Guldner, G.T., & Swensen, C. H. (1995). Time spent together and relationshipquality: Long-distance relationships as a test case. Journal of Social andPersonal Relationships.12 (2), 313. Helgeson, V. S. (1994). Long-distance romantic relationships: Sex differences inadjustment and break-up. Personality and Social Psychology Bulletin, 20(3), 254. Kelmer, G., Rhoades, G. K., Stanley, S., Markman, H.J. (2013). Relationship Quality Commitment, and Stability in Long-distance Relationships. Family Process 52(2), 257270. Rhodes, A. R. (2002). Long-distance relationships in dual-career commuter couples: A review of family issues. The Family Journal.10 (14), 398. Sahlstein, E. M. (2004). Relating at a distance: Negotiating being together and being apar t in long-distance relationships. Journal of Social and Personal Relationships.21(5), 689.
biro media bem ikm f.psi ui 2013
14
Kopi Darat pada
Online Dating FOTO : ANGGRAINI HAPSARI
Oleh :
Hervi Utami K.
K
opi Darat atau Meet Up biasanya dilakukan oleh orang yang sudah saling mengenal di dunia maya, lalu ingin melanjutkan hubungan mereka secara lebih realistis di dunia nyata dengan cara bertemu muka satu sama lain. Salah satu pihak yang sering melakukan kopi darat adalah pengguna online dating. Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Relationship formation on the internet: What’s the big attraction?” karya McKenna, Green dan Gleeson, mengekspresikan diri yang sebenarnya (true self) lewat internet tidak membuat seseorang memiliki kecenderungan yang besar secara signif ikan untuk bertemu muka dengan teman-teman atau pasangan di internet. Orang yang tidak memiliki keinginan untuk bertemu muka dengan teman-teman di internet dianggap telah merasa puas pada hubungannya dengan orang lain di sekitarnya dan tidak merasa kesepian. Temuan lain menunjukan bahwa seseorang yang berinteraksi lewat internet lebih menyukai pasangannya setelah mereka saling bertemu muka. 40 Menit Untuk Saling Menyukai Ada perbedaan waktu untuk menyukai pasangan yang secara signif ikan antara di dunia nyata dengan dunia maya menurut McKenna, Green dan Gleeson. Di dunia maya, hanya butuh waktu selama 40 menit untuk saling menyukai sedangkan di dunia nyata justru dibutuhkan waktu lebih dari 40 menit. Penelitian yang dilakukan oleh Whitty dan Carr menunjukan saat dua orang mulai
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
“Benarkah hubungan yang terjalin lewat interaksi internet dapat berlanjut saat bertemu langsung di dunia nyata?” mengikat komunikasi di luar dating site, maka dating site menjadi tidak lagi relevan bagi hubungan yang baru lahir dan semakin tidak relevan ketika mereka sekali bertemu. Tidak relevan di sini berarti bila dua orang yang telah bertemu atau melakukan kopi darat, mereka tidak lagi kembali menjalin komunikasi lewat dating site sehingga dating site sudah tidak lagi berperan dalam hubungan mereka. Masih berdasarkan jurnal karya McKenna, Green dan Gleeson, orang seringkali sangat terbuka dengan orang asing karena orang asing tersebut tidak dapat memasuki lingkaran sosial orang tersebut dan ikatan diadik. Ikatan diadik yaitu ketika seseorang dapat membuka diri dengan orang yang telah ia percaya dan tidak dapat dilanggar. Hal ini yang membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk berinteraksi secara online dibandingkan tatap muka. Hubungan lewat online dating dapat berlanjut saat kedua orang bertemu satu sama lainnya. Ini lumrah karena adanya kesesuaian diri seseorang di internet dan di dunia nyata. Mereka yang sudah melakukan kopi darat juga akan cenderung memilih terus melakukan kopi darat karena orang yang mereka temui sesuai dengan ekspektasi mereka. Referensi: McKenna, K. Y. A., Green, A. S., & Gleeson, M. E. J. (2002) Relationship formation on the internet: What’s the big attraction?. Journal of Social Issues, 58, (1), 9-31 Whitty, M. T., & Carr, A. (2006). Cyberspace romance: The psychology of online relationships New York, NY: Palgrave Macmillan.
15
ILUSTRASI : JOHAN WAHYUDI
Oleh :
Hervi Utami K.
biro media bem ikm f.psi ui 2013
16
Nostalgia :
A Blast from the Past from the movie Eternal Sunshine of the Spotless Mind
FOTO : ISTIMEWA
Oleh :
Fasya Fauzani
N
ostalgia; demikian fenomena ini biasa disebut, dapat didef inisikan sebagai kerinduan yang sentimentil akan masa lalu. Salah satu f ilm yang mengangkat tema nostalgic memories adalah Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Film ini bercerita mengenai Joel dan Clementine, sepasang kekasih yang merasa sudah saling tidak cocok setelah 2 tahun menjalin hubungan.Joel kemudian mengetahui bahwa Clementine telah menghapus memori mengenai dirinya melalui bantuan dari Dr. Mierzwaik. Marah dan kecewa akan keputusan Clementine, Joel akhirnya menjalani juga prosedur tersebut untuk menghapus memori tentang sang mantan kekasih. Menggunakan bantuan alat-alat canggih, Joel kemudian dalam tidurnya mengunjungi berbagai memori bersama dengan Clementine, ketika satu-persatu memori tersebut dihapus oleh sistem. Seiring dengan berjalannya waktu, ‘kunjungan’ Joel ke dalam pengalaman-pengalaman nostalgianya ini justru malah kembali membuatnya jatuh cinta pada Clementine. Nostalgia Bisa Membuat Bahagia Film tersebut secara umum dapat menggambarkan bagaimana ingatan mengenai nostalgic moment berperan dalam hidup kita. Routledge yang melakukan berbagai eksperimen dan survei terkait nostalgia, menyebutkan berbagai dampak positif yang bisa didapat saat kita bernostalgia. Ingatan mengenai masa lalu memang tidak semuanya berisi pengalaman menyenangkan. Pengalaman saat kita berada di atas tentunya juga diimbangi dengan pengalaman saat kita berada di bawah. Walaupun begitu, Routledge
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
“Seberapa sering Anda melihat fotofoto lama Anda bersama dengan teman-teman sekolah? Pernahkah Anda merasa ingin kembali ke “the good old days”? menyebutkan bahwa saat kita mengingat-ingat pengalaman yang ada, kita akan cenderung lebih berfokus pada bagian menyenangkan dari pengalaman tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya mood positif dan perasaan bahagia saat seseeorang sedang mengingat masa lalunya. Selanjutnya, nostalgia juga dikatakan bisa meningkatkan self-esteem yang kita miliki. Hal ini dikarenakan pengalaman nostalgia biasanya berkaitan dengan pencapaian-pencapaian pribadi yang pernah kita lakukan sebelumnya. Ingataningatan semacam ini akan sangat membantu untuk mengembalikan lagi kepercayaan diri saat kita sedang merasa tidak yakin akan sesuatu. Kebanyakan dari pengalaman nostalgia juga berkaitan dengan hubungan sosial yang telah kita bangun sebelumnya, misalnya saja pengalaman dengan orang terdekat seperti kisah Joel dan Clementine dalam f ilm Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Pengalaman semacam ini biasanya akan sangat berguna saat kita merasa kesepian. Ingatan mengenai hubungan yang pernah kita miliki ini seakan mengingatkan bahwa kita pernah dan mampu membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain. Lebih dari itu, kita juga bisa mendapatkan lagi perasaan bahwa kita berharga dan dicintai. Referensi: Routledge, C. (2009). Nostalgia is good medecine. Diakses dari http://www.psychology today. com/blog/death-love-sex-magic/200908/nostalgia-is-good-medicine Routledge, C. (2013). The rehabilitation of an old emotion. Diakses dari http://www. psychology today.com/blog/death-love-sex-magic/201307/the-rehabilitation-old-emotion Wagele, E. (2013). Nostalgia: A valuable tool for life. Diakses dari http://www.psychology today. com/blog/the-career-within-you/201307/nostalgia-valuable-tool-life
17
ILUSTRASI : JOHAN WAHYUDI
Oleh :
annabelle wenas
Referensi : Hefner, V. (2011). From love at first sight to soul mate: Romantic ideals in popular films and their association with young people’s beliefs about relationships. (Order No. 3479093, University of Illinois at Urbana-Champaign). ProQuest Disser tations and Theses, , 242. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/901259223?accountid=17242. (901259223). Sternberg, R. J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review, 93(2), 119-135.doi:http://dx.doi.org/10.1037/0033-295X.93.2.119
biro media bem ikm f.psi ui 2013
18
A NEW
DEAN
Dr. Tjut Rifameutia, MA
FOTO : ISTIMEWA
Hello, WE HAVE oleh : DEPARTEMEN KAJIAN STRATEGI BEM IKM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA 2013
D
alam ‘menyambut’ dekan yang baru, dibentuklah tim Panitia Seleksi Calon Dekan (PSCD) yang beranggotakan 10 orang. PSCD bertugas untuk melaksanakan seleksi bakal calon Dekan di tingkat Fakultas dan menyerahkan tiga nama calon dekan kepada Rektor UI yang sekarang dipegang oleh pejabat sementara Rektor, Muhammad Anies, M,Met. Fakultas Psikologi memiliki tiga bakal calon Dekan yaitu Dr. Tjut Rifameutia, MA (Mbak Tia), Dr. Guritnaningsih A. (Bu Gurit), dan Prof. Dr. Hamdi Muluk (Bang Hamdi). Visi-misi para bakal calon Dekan dapat teman-teman lihat dengan mudah melalui poster yang dipasang di hampir seluruh sudut di Fakultas Psikologi. Banyak harapan terkait dipilihnya pemimpin fakultas kita yang baru untuk Fakultas Psikologi yang lebih baik lagi. Jika kita membaca visi misi para bakal calon Dekan di Fakultas kita, hampir kesemuanya memiliki visi yang serupa. Bakal calon Dekan 1, Mbak Tia, memiliki visi untuk Fakultas Psikologi yang memiliki daya saing di dunia Internasional dengan cara meningkatkan kualitas lulusan. Bakal calon Dekan 2, Bu Gurit, memiliki visi untuk Fakultas Psikologi yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu yang bertaraf Internasional. Sementara bakal calon Dekan
BUNCH 6TH DECEMBER 2013
3, Bang Hamdi, lebih menekankan Fakultas Psikologi yang unggul dalam pendidikan, pengembangan ilmu dan penerapan psikologi berbasis riset untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Indonesia secara etis dan profesional Memang, pada hakikatnya semua visi akan selalu terkesan bagus dan gemilang. Jika dilihat sekilas, visi-visi yang dimiliki oleh para bakal calon dekan semuanya hendak mengisi kekurangan-kekurangan yang sekarang ada di Fakultas Psikologi kita ini. Sayangnya, meski berada di Indonesia yang menganut asas demokrasi, sivitas akademika F.Psi UI (mahasiswa, dosen, karyawan) tidak memiliki hak suara untuk memilih pemimpinnya sendiri. Penerimaan sivitas pun hanya diboboti sepuluh persen dari keseluruhan penilaian. Meskipun demikian, PSCD menjamin bahwa mereka aktif menjaring aspirasi dari sivitas dan menimbang masukan sivitas mengenai jejak rekam keempat bakal calon kandidat. Saat ini rangkaian seleksi telah memasuki tahap akhir, pada tanggal 19 November lalu Dekan baru telah terpilih. Dekan yang terpilih tersebut adalah Dr. Tjut Rifameutia, MA (Mbak Tia). Sekarang, mari kita dukung dan sambut bersama Mbak Tia sebagai Dekan terpilih, dan menunggu implementasi visi misi yang dijanjikan selama kampanye. Selamat berjuang untuk Mbak Tia!
Oleh :
Permata Dewi Andanti
INGIN TAHU LEBIH BANYAK MENGENAI ARTIKEL PSIKOLOGI LAINNYA? AKSES ARTIKEL BUNCH LAINNYA DI
BEMPSIKOLOGI.UI.AC.ID
biro media bem ikm f.psi ui 2013