Ditulis oleh: Hanif Rosyadi
Celetukan Weyoo‌.. Tulisan ini merupakan buah pikiran dari sang penulis yang suka nyeleneh, yang mana dalam kalimat-kalimat selanjutnya akan lebih membahas apa yang dirasakan oleh saya dalam menjalani keseharian yang begini-gini aja. Dengan ditemani kopi hitam bukan kupu-kupu tapi kopi hitam biasa dan rokok surya andalan tanpa sebotol minuman yang memabukkan. Dengan perasaan yang linglung dan hati yang pusing dengan kendaraan yang lalu-lalang dijalanan, saya akan mengutarakan sebuah keresahan-keresahan yang mungkin saya atau kalian alami atau mungkin kalian tidak menyadarinya. Yang ada didalam sini mungkin adalah hal konyol atau sekedar opini yang muncul dan mengendap di dalam pikiran, dengan diiringi alunan musik Radiohead yang di putar melalui laptop menggunakan youtube dan wifi kontrakan agar tercapai sebuah tulisan dalam media alternative ini. Tidak lupa juga terima kasih kepada Tuhan yang maha asik, yang masih memberikan kesehatan kepada saya dengan meniup dan menghela nafas yang kian hari kian sesak. Dan terima kasih kepada orang tua yang selalu
saja mendukung saja tanpa mengetahui pasti apa yang saya lakukan selama ini. Juga gak lupa untuk semua fasilitas berkecukupan ini, yang telah membantu dalam proses penyelesaian media alternative ini. Bagi saya hidup adalah tentang menghargai segala hal yang telah terlalui meskipun selalu di balut dengan dosa-dosa yang dilakukan dengan sengaja, semoga dengan dosa yang telah dibuat ini akan berpengaruh baik untuk masa depan saya yang diharapkan.
KONSTRUKSI MEDIA DIGITAL TERHADAP POLA PIKIR Sadar atau tidak, kita tetaplah menjadi korban atas media digital masa kini. Media digital saat ini menjadi bagian dalam lingkungan kita. Pernah gak sih kalian susah fokus? Sama aku juga biasanya sering. Kronologisnya seperti ini: “Lagi baca buku, e-book, atau jurnal dll, sambil dengerin musik, terus ada notifikasi chat line atau wa dari temen, pas dibuka ternyata isinya link berita yang kebetulan judulnya menarik, terus kita buka atau baca link tsb.� Hal ini merupakan sebuah distraksi dalam media digital yang dapat disebut sebagai Ekosistem Digital yang telah mewadai kita menjadi seseorang yang Multitasking atau dapat melakukan segala hal dalam waktu yang bersamaan. Jadi, segala sesuatu yang dulunya membutuhkan beberapa media, tapi kini kita hanya butuh satu, yaitu: Laptop dan Handphone. Beberapa hal tersebut menyebabkan media-media online sadar agar dapat mengemas informasi secara singkat, padat, dan menarik. Menyadari hal ini, membuat aku merasa seperti terpengaruh oleh media tersebut, sebab dengan pengemasan informasi yang singkat dan padat membuat kebiasaan berpikir yang singkat dan padat pula. Bahkan, media pun bisa saja mengorbankan akurasi dan kedalaman sebuah informasi tersebut. Saat ini kita di
tuntun untuk menjadi seseorang yang dapat dibilang ‘instan’ atau hanya ingin pokok-pokok dan kesimpulan. Faktor inilah yang membuat kita susah untuk berkontemplasi terhadap makna sebuah pesan yang ada didalam media. Menyebabkan kita tidak berpikir secara mendalam. Anjing. Kita tidak bisa menyalahkan atau menghentikan perubahan ini. Ketika mesin cetak ditemukan, banyak kalangan yang menentang hal tersebut dikarenakan akan merusak cara kita belajar kelak. Pada zaman tersebut orang-orang membaca di perpustakaan kemudian berdiskusi bareng-bareng. Namun, ketika media cetak keluar membuat orang-orang dapat membaca dirumah masing-masing dan menimbulkan budaya mengoleksi buku, artinya punya tapi tidak selalu dibaca. Cara kita mengolah pengetahuan dan informasi memang berubah, tapi kita dapat mengkompensasi kekurangan tersebut. Ketika kita memasuki tradisi cetak, kemampuan mengingat dalam kebudayaan lisan berkurang. Namun, peran ingatan ini tergantikan oleh arsip dalam budaya cetak. Seperti contohnya, ketika kita pindah dari kebudayaan tulis ke digital kita kehilangan sebuah kedalaman dan akurasi informasi yang sangat dibutuhkan. Selama ini kalian sadar gak? Terkikisnya sebuah kedalaman dan akurasi justru menjadi tantangan tersendiri nih buat kita sebagai pengguna media.
Radiohead – Paranoid Android Please could you stop the noise, I’m trying to get some rest From all the unborn chicken voices in my head What’s that? (I may be Paranoid. But not an android) (2x) When I’m king, you will be first against the wall With your opinion which is of no consequence at all What’s that? (I may be Paranoid. But not an android) (2x) Ambitions makes you look preety ugly Kicking and squeling gucci little piggy You don’t remember (2x) Why don’t you remember my name? Off with his head,man (2x) Why don’t you remember my name? I guess he does Rain down, rain down Come on rain down on me From a great height (2x) Height… That’s it, sir, you’re leaving The crackle of pigskin The dust and the screaming The yuppies networking The panic, the vomit God love his children (2x)
SAMPAH&KEBIASAAN Apakah salah aku menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak berhasil ketika aku melihat seseorang dengan gampangnya membuang sampah sembarangan? Apa yang salah? Orang tua? Menurutku karena orang tua atau secara menyeluruh bisa disebut keluarga adalah lingkungan pertama kita mendapatkan pendidikan. Dadi ceritoe ngene lho rek, pas itu aku lagi makan gado-gado di sebuah warung, saat itu sekitar pukul 09.00 pagi, aku sendirian. Warungnya tidak jauh dari kontrakanku. Saat itu lagi di pertengahan melahap lontong dan tahu beserta isi dari gado-gado tersebut, datanglah ayah ibu dan anak yang sekitar umur 6-7 tahun. “monggo mas” ujar bapaknya. Mereka sekeluarga duduk didepan ku, dan kemudian aku berfikir untuk mengamati mereka. Pada saat itu, aku memandangi HP, terus aku melihat ibu nya mengambil kerupuk udang yang berada di kotak samping meja, dengan di bungkus plastik dan empat batang kerupuk, ibu dan anak ini berbagi. Pikirku “alangkah indahnya”. Tapi keindahan itu ilang pas ibunya buang plastik dan tisu untuk mulut di lantai warung. Janggal dan pengen tak omongi ibunya “BUK, TOLONGLAH DIAJARIN ANAKNYA BIAR GAK BUANG SAMPAH SEMBARANGAN, MASA HABIS MAKAN GITU, LANGSUNG DIBUANG KEBAWAH”. Tapi karena nyaliku ciut, aku diem aja lah. Hehehe…. Dibiar-biarin, lama-kelamaan tisu dibuang di bawah, anaknya juga ngikutin. “..anjing ni orang..” teriakku dalam hati. Ibunya dengan wajah polos sambil makan kerupuk tidak menghiraukan anaknya yang meniru kelakuannya. Dalam hatiku aku hanya bisa bergumam. Dan pada saat itu aku muak dan ketika selesai makan dan mau bayar, tanpa sepatah kata
langsung aku ambil sampah yang berada dibawah mereka dan langsung saja kumasukkan ke sampah terdekat. Seketika itu ibunya hanya bisa menatap aku dan seperti malu pikirku. Bukannya aku sombong cok! Tapi, dari hal sekecil ini lho yang perlu diajarkan keanak-anak kita, dan untuk masa depan Indonesia nanti yang (harusnya) lebih baik, bukan malah mencontohkan hal konyol sehingga ditiru oleh anaknya. Kebanyakan orang tua zaman sekarang selalu memuji anaknya, selalu bangga akan anaknya yang mampu menghafal banyak ayat-ayat ketimbang bagaimana mereka berperilaku. Seperti aku yang bangga dengan anakku ketika membuang sampah pada tempatnya, lalu seperti aku yang bangga sama anakku karena ia selalu membukakan pintu ketika aku datang pulang kerja. Hal inilah yang perlahan kusadari mulai pudar tertimpa oleh pesatnya zaman serta usia. Meskipun menghafal ayat bukan hal buruk (Jelas positif rek! Hehehe), namun manusia dikodratkan bukan hanya mengejar kepentingan akhirat melulu dan menjalin hubungan baik dengan Tuhan saja. Hubungan antar sesama makhluk hidup disekitar, dalam artian ke sesama manusia juga harus diperhatikan. Bagaimana kita mampu berhubungan baik dengan Tuhan apabila dengan hal sekecil dan senyata itu saja terlewatkan?
Anjingggg‌‌‌Anjinggggg
TIDAK CINTA, JANGAN DI PAKSA Dengan kemajuan-kemajuan zaman dari era kegelapan/jahiliyah sampai era yang terang-benerang ini, dimana pejabat terang-terangan korupsi, penindasan pada rakyat oleh aparat, anak muda mesum dimanamana. Merupakan kekacauan yang saat ini sedang terjadi. Mungkin benar kata orang-orang bahwa “ketika zaman kenabian sudah berakhir, tidak ada orang baik, Yang ada hanya orang yang menutup-nutupi aibnya�. Penulisan diatas merupakan garis besar dari keresahankeresahan yang akan ku luapkan tentang mereka yang berhijab atau berpeci tapi belum tau apa makna dari kedua simbol tersebut, meskipun aku juga hanya tau sedikit. Terkadang aku heran, kenapa banyak temenku dulu yang berhijab sekarang dia lepas jilbabnya, padahal dari sejak kecil ia berhijab. Apakah faktor lingkungan yang mempengaruhi membuat dia gengsi? Atau hanya untuk menampilkan pose-pose di media sosial agar terlihat lebih cantik? Meskipun ini adalah privasi seseorang, aku cuma menyayangkan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Memang tingkat kelabilan seorang wanita lebih tinggi, namun bukan dengan cara memainkan hijabnya. Aku tidak peduli hal itu wajib atau tidak, tapi setidaknya kalau sudah tertulis dalam kitab, ya jangan dipermainkan. Aku bukan orang suci dan aku juga bukan orang yang beragama dengan baik dan benar, dan belum melakukan perintahnya dengan baik, karna itu
aku belum bisa dikatakan orang yang beragama. Tetapi aku hanya miris. Miris. Miris. Miris‌‌ Diatas memang agak sedikit menyudutkan salah satu gender. Namun yang sekarang juga tidak luput dari keresahan-keresahanku sebagai manusia. Kaum berpecipun juga menjadi perhatian perjalananku yang dimana mereka duduk di kursi parlemen yang sangat dihormati tapi masih saja melakukan hal yang merugikan dan “bodohâ€? dengan embel-embel peci sebagai atribut agar terlihat suci. Lucunya di negeri ini peci digunakan alat atau tameng agar seseorang bisa terlihat lebih baik dan suci didepan muka umum. Meskipun peci bukanlah berasal dari islam sendiri, tapi kebanyakan masyarakat Indonesia menilai orang berpeci dianggap sebagai orang yang suci dan berperilaku baik. Mungkin tulisan yang kata kali ini tidak mendasar, dan tidak detail-detail banget, karena menuliskan kata perkata memang susah untuk dijelaskan mengenai hal tersebut. Tapi pada dasarnya makhluk-makhluk seperti mereka ini ialah orang-orang yang kekurangan cinta, karena tanpa cinta bisa jadi mereka melakukan hal-hal yang bodoh. Atau mungkin cinta mereka terpaksa dan dipaksakan karena sesuatu hal.
SENSOR TAI!! Apa karena menonton sandy, putting sapi dan shizuka bisa bikin kalian coli??!! Kenapa di tv berita perang, polisi lempar-lemparan, dan Israel dan Palestine boleh ditayangkan? Dan ditonton oleh anak-anak? Tapi, bokep dan seks tidak boleh ditayangkan? Padahal secara budaya, seks adalah kenikmatan. Kita smua munafik atau tidak? kita tidak mau melakukan adegan-adegan tersebut dan tidak memperbolehkan anak-anak menonton dan melakukan adegan-adegan itu, tapi di usia 50
tahun keatas suami istri harus nnton bokep dulu. Pornografi dilihat dari sisi positifnya secara kebudayaan ialah cara kita menyayangi orang. Sekarang hal yang porno-porno tidak boleh, telanjang sedikit tidak boleh. Apakah manusia bisa hanya saling berperang?