caritas Maumere
Kabar untuk Anda Edisi Juni 2012
Mimpi (Buruk) tentang Tambang Eman Embu, SVD | Manager Program Caritas Maumere
Dalam mimpi itu, Anda mengetahui juga bahwa perusahaan tambang itu sangat dermawan. Ia bukan lembaga bisnis yang cari untung sebesar-besarnya dengan mengeluarkan ongkos yang sekecil-kecilnya, tetapi ia malah lebih dermawan dari lembaga bantuan kemanusiaan. Kegiatan-kegiatan OMK (Orang Muda Katolik) di paroki-paroki dibantu. Gedung-gendung paroki yang rusak direhab. Yang hampir roboh dihancurkan dan dibangun yang baru. Gereja mendapat sumbangan, bisa dipakai untuk kepentingan ini dan itu. Dan karena itu, tak usah lagi minta iuran atau sumbangan dari umat. Bukan hanya gereja. Keluarga-keluarga miskin yang tak mampu membayar uang sekolah dan membelikan seragam untuk anak-anak juga dibantu. Ini mimpi yang jadi kenyataan! Anda tersenyum. Puas. Tiba-tiba Anda dibangunkan oleh suara ribut orang banyak dalam suatu pertemuan. Cuma sedikit yang menerima tambang, sebagian besar menolak menolak. “Jangan bermimpi, jangan terbuai dengan janji-janji muluk!” demikian suara teriakkan yang membangunkan Anda. Dan ternyata, Anda ada di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Maumere. Siang itu, ada diskusi seputar rencana tambang pasir besi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Sikka. Dr. Eko Teguh Paripurno, seorang geolog dan ahli dalam bidang mitigasi bencana menjadi pembicara utama dalam pertemuan itu. Caritas Maumere
KABAR UNTUK ANDA
Pertemuan itu difasilitasi oleh Caritas Keuskupan Maumere. Tentu, dalam kerja sama dengan banyak pihak. “Jangan tolak tambang, biarkan dulu mereka bekerja. Toh kita belum tahu hasilnya apakah merugikan atau menguntungkan. Nanti baru diputuskan kemudian,” kata yang satu. “Jalan pikiranmu sangat kacau. Itu sama saja Anda katakan bahwa ular kobra itu berbisa atau tidak baru bisa diketahui sesudah ular itu memagut anak Anda. Dimana tambang pasir besi yang tidak merusak lingkungan? Dimana-mana tambang itu merugikan mayarakat sekitar daerah lingkar tambang!” timpal yang lain. Seperti biasa ada pro dan kontra. Bersama Anda, saya juga ada dalam aula pertemuan itu. Saya menolak tambang yang destruktif terhadap lingkungan. Saya aktif membantu masyarakat di Lembata untuk mempertahkan hak-hak mereka ketika tanah ulayat akan diambil begitu saja tanpa persetujuan mereka oleh suatu perusahaan tambang emas di sana. Saya bekerja dengan teman-teman dari jaringan NGO yang peduli dengan lingkungan. Data-data dan argumentasi saya dapat dibaca dalam tulisan-tulisan saya entah opini atau feature di koran-koran lokal di Nusa Tenggara Timur. Anda terkejut lantaran dibangunkan dari mimpi indah pada siang itu, tapi saya diteguhkan oleh pernyataan seorang peserta pertemuan itu. “Sikap gereja sebagai institusi, harus kita diskusikan dengan matang dan diputuskan bersama. Tapi, kalau kalian menanyakan pendapat pribadi saya, maka saya katakan bahwa saya menolak tambang pasir besi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Sikka,” kurang lebih demikian katanya. Peserta itu dengan tenang dan setia mengikuti diskusi dalam pertemuan dimaksud. Dia bicara pada bagian akhir pertemuan. Dan peserta itu tak lain adalah Mgr. Kherubim Pareira SVD, Uskup Maumere.
Kabar Solidaritas
M
aumere, Minggu, 27 Juni 2012. Siang itu udara sangat menyengat. Sesudah makan siang Anda mengantuk, lalu tertidur sangat pulas. Dan tak disangka-sangka, Anda bermimpi. Dalam mimpi ini Anda berkelana jauh ke depan. Sepuluh tahun lagi seluruh wilayah selatan Kabupaten Sikka, mulai dari Paga di ujung barat sampai dengan Pruda di ujung timur telah menjadi daerah tambang pasir besi. Artinya, daerah pasir dan tanah di daerah pesisir dibongkar. Pasir di dasar laut dikeruk. Para petambang bekerja 24 jam tiap hari. Alat-alat pengeruk pasir dan kapal pengangkut super sibuk. Anda menyaksikannya dengan rasa kagum dan bangga.
1
Kabar Komunitas
2
Caritas Maumere
KABAR UNTUK ANDA
Bermitra Menghadapi “Bencana Kakao” Kanisius Kasih| Koordinator Program CMDRR -CKM
M
inggu, 24 Juni 2012 waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi. Mobil Mitsubishi L 200 yang saya kemudikan meluncur perlahan dari kantor Caritas Maumere menuju arah timur. Disamping saya Romo Cyrilus Meo, Pr yang sudah mengenakan jubah dibalut jacket hitam, duduk tenang sambil mengunyah roti tawar dan sesekali meneguk air putih dari dalam botol. “Minta maaf saya terpaksa makan dan minum sendiri karena ini bagian dari proses pemulihan operasi saya,” demikian ujar Romo Cyrilus sesaat setelah mobil keluar dari gerbang Pusat Pastoral. Di barisan kedua jok mobil, Sun Fernandez (Koordinator Program Ekonomi WFI) dan om Gepa (sopir cadangan yang disiapkan untuk mengemudikan mobil di medan sulit). Setelah menempuh perjalanan satu jam empat puluh lima menit, kami akhirnya tiba di stasi Waidahi – Paroki Kloangpopot. Banyak umat sudah menunggu dengan sabar karena sudah mendapat khabar sebelumnya bahwa tim Caritas Maumere akan datang bersama seorang pastor yang akan memimpin perayaan ekaristi. Setelah beristirahat sejenak, Perayaan Ekaristi dimulai pada jam sepuluh pagi. Sebagaimana biasa, Romo Cyrilus selalu mengaitkan tema misa dan isi bacaan hari itu dengan tujuan kunjungan tim Caritas dan WFI yakni membangun kemitraan dalam menghadapi ancaman bencana. Menjelang akhir misa, bapak Thomas Tular (ketua Stasi Waidahi) mengumumkan bahwa setelah Perayaan Ekaristi, yang boleh pulang hanya anak-anak. Sedangkan orang dewasa tetap berada didalam kapela karena akan dilanjutkan dengan pertemuan bersama tim Caritas. Leopoldus Maring (kontak person Caritas dan pengurus DPP Kloangpopot) mengawali pertemuan dengan memperkenalkan tim yang datang secara singkat. Selanjutnya waktu diserahkan kepada saya untuk menginformasikan tentang Caritas. Setelah memberikan gambaran tentang Caritas, program dan kegiatan, personil serta jaringan kemitraan, saya juga memberikan pengantar tentang bencana pada umumnya dan jenis-jenisnya termasuk bencana laten yang sesungguhnya telah melanda masyarakat namun tidak disadari. Setelah memancing dengan beberapa pertanyaan pada akhirnya umat menyadari bahwa di Kloangpopot dan
Siapa Kami Caritas Keuskupan Maumere didirikan pada tanggal 01 November 2006 oleh Mgr. Vincentius Sensi, Uskup Maumere, sebagai respon terhadap rentetan bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2004. Selanjutnya, tahun 2008 sampai dengan 2010 Caritas Maumere menjalankan tiga program yang sesuai dengan rencana strategisnya yaitu Pengurangan Resiko Bencana
Suasana diskusi antara Tim Caritas Maumere, WVI dan komunitas
sekitarnya sesungguhnya telah dilanda bencana. Mereka menyebutnya sebagai bencana kakao atau bencana ekonomi. Kemudian saya memancing lagi dengan beberapa pertanyaan sehingga mereka menemukan pula bahwa menghadapi bencana laten seperti ini harus butuh kerja sama dari pelbagai pihak. Karena itu tepatlah kalau Caritas menggandeng WFI, Swiscontact, Litbang Pertanian dan beberapa NGO lainnya dalam membantu masyarakat di Kloangpopot dan sekitarnya dalam menghadapi ancaman bencana ini. Selanjutnya waktu saya serahkan kepada Pak Sun untuk menginformasikan program ekonomi yang didalamnya juga membantu petani untuk melakukan gerakkan perubahan dalam kelompok petani (poktan dan gapoktan). Muncul pelbagai tanggapan klasik seperti ungkapan-ungkapan berikut: “Kalau mau bantu kami beri kami uang saja seperti BLT”. “Kami tidak mau dengar janji saja, tetapi kami perlu bukti kapan kita mulai bekerja”. Pak Sun memberikan contoh-contoh kegagalan pemberian bantuan seperti itu dengan mengatakannya sebagai akronim dari Bantuan Langsung Tewas atau Bantuan Langsung Tuntas. Pada akhirnya Romo Cyrilus menutup pertemuan dengan menegaskan gerakkan solidaritas yang tidak dipahami sebagai bagi sama banyak melainkan lebih menekankan aspek bela rasa (kompasi) terhadap sesama yang lebih menderita dan berkekurangan. Selain itu program yang hendak dijalankan bersama bukanlah proyek melainkan cara kerja baru/manajemen yang membantu petani untuk memperbaiki cara berusaha, cara memproduksi, cara memasarkan dan cara memanfaatkan keuangan dalam keluarga. yang Dimanajemeni oleh Masyarakat, Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga (Anti Domestic Violence), dan Program Dukungan untuk Pengembangan Lembaga. Pada tahun 2010 sampai 2012 selain melanjutkan tiga program yang sudah ada, Caritas Maumere menjalankan beberapa program baru yaitu Program Paroki Hijau (Green Parish), Manajemen Sampah, Partnership for Resilience (PfR) dan Rehabilitasi Berbasis Komunitas (Community Based Rehabilitation).
3
KABAR UNTUK ANDA
Bermitra untuk Ketahanan yang Tangguh Margaretha Helena | Koordinator Program PfR
Kemitraan untuk Ketahanan (PfR/Partner for Resilience) selama thn 2011-2015 akan bekerja di 30 desa di NTT yang berada di 5 kabupaten yakni: Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (di pulau Timor), Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende (di Pulau Flores) dan Kabupaten Lembata. Pada tgl 21-24 Mei 2012 bertempat di Hotel Sasando Kupang diadakan pertemuan mitra PfR, pertemuan ini diberi judul: Sub Akademi Pembanguan Berbasis Selatan-Selatan. Kegiatan ini dihadiri oleh 125 orang dari berbagai komponen/ pemangku kepentingan. Di antaranya adalah adalah 5 lembaga internasional yang mendukung program PfR. Juga hadir perwakilan dari Pemerintah Pusat, pemerintah propinsi, serta beberapa NGO di Kupang seperti Plan Internasional dan WALHI NTT, WVI dan WFP. Selain itu, hadir pula akademisi dari Universitas Nusa Cendana dan Universitas Katolik Widya Mandira, dan sejumlah wakil dari masyarakat desa program PfR. Pada hari pertama seperti biasanya ada kegiatan seremoni pembukaan yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari Narasumber Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup yang berbicara soal kerusakan lingkungan sebagai dampak global dari perubahan iklim. Ada sesi diskusi tematik yang dibagi dalam 5 kelas sesuai tema yang dipilih yakni: 1. Ketahanan dan Manajemen air: Strategi Masyarakat Untuk Memanen Air di Savana 2. Ketahanan dan mata pencaharian berkelanjutan: Mekanisme Bio Rights dan manajemen keberlanjutan di daerah pesisir 3. Ketahanan dan Kemampuan Adaptasi: Adaptasi Pertanian terhadap perubahan iklim bagi para petani. 4. Ketahanan dan energi Bio-fuel: penggunaan energi berdampak keil bagi masyarakat pedesaan. 5. Ketahanan dan pengurangan resiko bencana: strategi berbasis masyarakat untuk kesiapsiagaan menghadapi banjir. Nara sumber dari tema-tema ini selain dari akademisi, praktisi juga masyarakat yang sudah melakukan kegiatankegiatan yang bertujuan menggurangi resiko bencana, beradapatasi dengan perubahan iklim dan kegiatan rehabilitasi/ konservasi lingkungan. Pada hari II, ada sesi kunjungan antar kelas tematik, contohnya kelas I tema Ketahanan dan Manajemen air: Strategi
Dame Manalu Staf PfR Karina KWI bersama fasilitator Caritas Maumere sedang mempresentasikan PLTA di hadapan para peserta SSCBDA
Masyarakat Untuk Memanen Air di Savanam mengunjungi kelas III tema Ketahanan dan Kemampuan Adaptasi: Adaptasi Pertanian terhadap perubahan iklim bagi para petani dan seterusnya. Kunjungan peserta dari setiap tema secara bergilir untuk saling belajar dan berbagi. Dan diakhir proses hari II peserta dari setiap tema, membuat kesimpulan tema yang didiskusikan dan rekomendasi untuk diserahkan kepada para pemangku kepentingan. Pada hari III, setiap lembaga diberi ruang untuk memasarkan apa saja yang menjadi unggulan dari program yang sudah dan sedang dijalankan, selain lembaga, masyarakat dampingan juga memasarkan produk-produk lokal yang menjadi produk unggulan dari setiap desa. Pada hari III ini, waktu yang disiapakam sampai dengan jam makan siang. Yang menarik di hari III ini adalah “jual beli produk� (pengetahuan) diantara peserta dan lembaga. Setiap lembaga dan peserta saling berkunjung dari stand dan ke stand sambil berdialog dan berbagi produk (pengetahuan). Tim Caritas Maumere yang hadir di pertemuan ini membawa produk masyarakat desa Runut Sistim infus Bambu, Desa Magepanda pengolahan pangan lokal dari umbi hutan dan PLTA swdaya masyarakat dari Desa Renggarasi. Stand Caritas Maumere, termasuk salah satu stand yang ramai dikunjungi. Pada umumnya peserta SSCBDA baik wakil masyarakat, akademisi, praktisi, wakil dari lembaga internasional juga pemerintah sangat tertarik dengan inisiatif lokal pembangunan PLTA secara swadaya oleh masyarakat.
Visi & Misi Kami
Visi Misi
Terciptanya masyarakat Allah Keuskupan Maumere yang sejahtera lahir dan batin dalam semangat solidaritas Kristiani #1. Membebaskan masyarakat dari bencana malaria, TBC, kusta, narkoba, dan HIV/AIDS
#2. Membebaskan masyarakat dari kelaparan dan gizi buruk #3. Membebaskan masyarakat dari KDRT #4. Melestarikan lingkungan hidup #5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tanggap darurat #6. Memperjuangkan kebijakan publik yang lebih memihak rakyat kecil
Kabar Komunitas
Caritas Maumere
Kabar Lembaga
4
Caritas Maumere
Pertemuan Antar Mitra Kakao Agustinus Atrius | Redaktur Kabar Untuk Anda
P
ada hari Kamis, 05 Juli 2012, Pemerintah Kabupaten Sikka dan NGO yang berkarya di Kabupaten Sikka mengadakan pertemuan di Aula Litbang Pertanian Kabupaten Sikka. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan antar mitra program kakao yang dihadiri oleh beberapa NGO antara lain Swiss Contact, Veco, World Vision Indonesia, Yayasan Pengembangan Masyarakat Flores, Plan Internasional, VSO, Caritas Maumere; sementara dari pemerintah dihadiri oleh wakil dari Dinas Pertanian, Litbang Pertanian, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan serta Universitas Nusa Nipa yang mewakili lembaga akademisi. P Klaus Naumann SVD, mewakili Caritas Maumere menghadiri pertemuan tersebut bersama Rm. Cyrilus Meo Mali, Pr, Kanis Kasih, Piter Yikii, dan Ernestina Dua Sina Hariona.
Jurnal Caritas
Simpli Boseng, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, mewakili Bupati Sikka membuka pertemuan tersebut 28 Mei - 1 Juni 2012 | Forum Direktur dan Pertemuan Tahunan Karina KWI. Rm. Cyrilus Meo Mali, Pr bersama Kanis Kasih mengikuti pertemuan tersebut. Forum Direktur diadakan pada tanggal 28-29 Mei sedangkan Pertemuan tahunan diadakan pada tanggal 30 Mei - 1 Juni. 24 Juni | Hasse, Mahasiswa dari Belanda yang sempat bekerja di Cordaid Belanda, mengunjungi Caritas Maumere untuk menggali informasi pertanian dan kebijakan pemerintah di sektor pertanian berkaitan dengan perubahann iklim. 25 -30 Juni | Joni Limbong, Staf Keuangan PfR Karina
Spritualitas
KABAR UNTUK ANDA
secara resmi. Dalam kata sambutan pembukaannya, Simpli memberikan beberapa penegasan untuk peserta pertemuan antara lain bahwa persoalan kakao di Kabupaten Sikka bukan hanya persoalan penyakit, tapi juga persoalan usia tanaman yang sudah tua sehingga dibutuhkan kerjasama dan komitmen dari berbagai unsur untuk mengadakan peremajaan kakao. Menurut beliau, peremajaan merupakan satu harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Beliau juga menambahkan bahwa Gernas Kakao yang dimulai sejak tahun 2009 di Kabupaten Sikka itu baru meliputi 2.000 hektar. Padahal tingkat kerusakan yang dialami oleh para petani kakao di Sikka sekitar 17.000 hektar. "Kondisi seperti ini membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak untuk turun tangan bersama-sama mengatasinya" imbuhnya. Dalam rencana, akan dibentuk Forum Kakao Sikka yang akan diawali dengan pertemuan pemantapan di Bapeda Sikka dan akan diperkuat dengan SK Bupati Sikka. KWI mengunjungi Caritas Maumere. Kunjungan ini dalam rangka monitoring keuangan dan bimbingan teknis baik bagi staf Keuangan program PfR maupun bagi staf finance Caritas Maumere dari program lainnya. 28 Juni | Pemutaran Film Dokumenter pendek bertajuk permasalah sampah. Pembuatan film berdurasi 5 menit ini dimaksudkan untuk mengangkat permasalahan sampah yang terjadi di Maumere, khususnya di Paroki Kewapante yang menjadi sasaran pelaksanaan program Managemen Sampah oleh Caritas Maumere.
Kasih akan sesama, yang berakar pada kasih akan Allah, pertama-tama dan pada dasarnya adalah tugas setiap pribadi umat beriman, akan tetapi adalah pula merupakan misi seluruh komunitas gerejani di setiap level Paus Bendediktus XVI, Ensiklik Deus Caritas Est, art. 20
BARANG CETAKAN Printed Matter Kepada Yth.:
Kabar untuk Anda SEKRETARIAT: Jl. Soekarno Hatta, No. 07, Kelurahan Kota Baru, Maumere 86111 Website: www.caritasmaumere.weebly. com Tlp. 0382 21989, Mobile: 082146352996
Mohon maaf, bila salah menulis nama/gelar