Bilik Sukma
Penerbit Komisi KOMSOS Keuskupan Maumere
Pelindung/Penasehat Bapak Uskup Maumere Sekretaris Keuskupan Maumere Vikjen Keuskupan Maumere Vikep Pastoral Keuskupan Maumere
Penanggungjawab Komisi KOMSOS Keuskupan Maumere
Pemimpin Umum Poly Sola, Pr
Pemimpin Redaksi Yoris Role Dage, Pr
Dewan Redaksi Jacob Herin Urbanus X.L Avelandobolo Fitrinita Kristiani Kyara Christy Rini Kartini Astina Juliana Wall Abulat
Redaktur Pelaksana Gaby Mane, Pr Marsel Wera, Pr Enil Lobo, Pr Simon Weking Gerry Gobang Yani Yosepha
Redaktur Khusus Rm. Tony Tangi, Pr P. Paul Budi Kleen, SVD Rikhard Muga Buku, Pr Viator Parera Wall Abulat
Disain Grafis & Lay Out Agustinus “Gecko�Atrius
Humas Yoli
Bendahara Olga Pawe
Distributor Komisi Komsos
Alamat Redaksi KOMSOS Keuskupan Maumere Jl. Soekarno Hatta, No. 07 Maumere, Flores - NTT E-mail: sukmaonline @ yahoo.com Phone: 085239468899 Rek. BRITAMA BRI Cabang Maumere a.n. Rm. Gabriel Mane, Pr No. Rek. 011901016894505z
D
i awal salam sua ini sepantasnya disampaikan sejuta maaf, lantaran tidak terbitnya Majalah SUKMA untuk beberapa edisi. Pantas saja beberapa pembaca setia bertanya-tanya. Quo vadis Majalah SUKMA? Di tahun 2011 memang diprogramkan 5 edisi, tapi dalam kenyataan SUKMA hanya terbit 3 edisi. Dua edisi tak sempat diterbitkan karena kesibukan berkenaan dengan perayaan syukur Bapak Uskup, juga produksi Album Natal 2011 dari KEMA Voice. Puji Tuhan di awal tahun 2012 ini SUKMA kembali terbit. Ini adalah edisinya yang ke-13 didukung dengan Dewan Redaksi yang baru. Mudahmudahan dengan Dewan Redaksi yang baru SUKMA semakin lancar terbitannya. Juga kemasan beritanya yang lebih penuh warna untuk memenuhi dahaga umat Keuskupan Maumere, khususnya akan pelbagai informasi pastoral. SUKMA edisi ini menyuguhkan informasi pastoral seputar kegiatan PERPAS di Nele, program kerja 2012 dari beberapa komisi, berita dari satu dua paroki dan Surat Gembala Bapak Uskup untuk masa Prapaskah dalam rangka menyambut pesta Paskah. Akhirnya Dewan Redaksi SUKMA mengucapkan Selamat Pesta Paskah. Mari kita bangkit bersatu untuk karya pastoral bersama di tahun 2012. Tuhan sang empunya karya besar ini tentunya akan senantiasa menyertai dan memberkati kita. Salam karya, salam persaudaraan, salam kompak.
Redaksi 1
Daftar Isi BILIK SUKMA 1 SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012 3 PEMBERDAYAAN KUB DAN FUNGSIONARIS PASTORALNYA 8 RANGKUMAN AKHIR PERTEMUAN PASTORAL 10 TUJUAN JUMPA ORANG MUDA KATOLIK KEUSKUPAN MAUMERE 2012 14 DUC IN ALTUM 17 RETREAT PLUS-PLUS19 KAUM BERJUBAH, KAUM BERJUBAH,TERPANGGIL UNTUK BERUBAH DAN BERBUAH 21 SINODE KEUSKUPAN, PERSPEKTIF KANONIK 24 RAPAT TAHUNAN ANGGOTA SIGNIS INDONESIA KE-38 26 MEMBANGUN PILAR PEWARTA 28 MAUMERE IN LOVE 30 ZIARAH ROHANI KAIN KAFAN YESUS 33 BERITA RINGAN DARI PAROKI WAIRPELIT 34 CARITAS KEUSKUPAN MAUMERE: SOLIDER DAN BERJUANG BERSAMA-SAMA 36 GERAKAN SOLIDARITAS SERIBU RUPIAH 40 SOLIDARITAS PENDIDIKAN 42
Selamat Paskah 2012
Jantung Sukma SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012
PANGGILAN HIDUP DAN TANGGUNGJAWAB MEWUJUDKAN HIDUP SEJAHTERA Para pastor, biarawan-biarawati dan umat beriman yang saya kasihi dalam Yesus Kristus!
M
emasuki tahun keempat masa tugas saya sebagai Uskup Keuskupan Maumere, kembali saya mengajak saudara/i seiman untuk merenungkan makna Aksi Puasa Pembangunan, yang secara tetap kita lewati tiap-tiap tahun. Di bawah tema “PANGGILAN HIDUP DAN TANGGUNGJAWAB� kita sekalian diajak untuk menyadari bahwa hidup yang kita terima dan jalani adalah sebuah panggilan Allah. Oleh karena hidup itu adalah panggilan, kita juga menyadari tanggungjawab untuk bersatu dengan Allah sang pemberi hidup, bersaudara dengan sesama dan bersahabat dengan alam lingkungan. Inilah tema APP Nasional tahun ini yang dibahas juga di keuskupan kita melalui tiga pertemuan Katekese Umat.
Mgr. G. Kherubim Pareira, SVD Uskup Maumere
Diharapkan melalui pertemuan katekese ini seluruh umat diajak untuk membangun semangat persatuan di antar umat katolik di dalam Komunitas Umat Basis dan antar Komunitas Umat Basis demi membangun kesejahteraan bersama, juga meningkatkan semangat rela berbagi, meningkatkan kepekaan kita untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan hingga akhirnya terasa pula meningkat dan berkembangnya sistem kerjasama dalam gerakan demi kesejahteraan bersama. Kerjasama dan gerakan itu sesuatu yang harus diperjuangkan. Dan kita semua sepakat bahwa perjuangan itu bukan hanya menyentuh hal-hal lahiriah semata melainkan juga bahkan terutama penataan hidup bathin, sumber kekuatan dan semangat yang diterangi Roh Kudus. Walau demikian, harus diakui pendapat umum yang lebih mudah mengukur kesejahteraan hidup itu berdasarkan hal-hal lahiriah. Bagaimana dapat merasakan hidup yang sejahtera sementara jumlah penduduk miskin terus bertumbuh dan bertambah? Bagaimana dapat meraih hidup yang sejahtera bila orang terus dihadapkan dengan sejumlah kendala dan tantangan serta masalah hidup? Sejumlah tantangan dan masalah hidup saya sebutkan di sini yakni orang tidak mampu menanggapi dengan cerdas pengaruh konsumerisme, tidak bisa membedakan dan memisahkan dengan jelas antara keinginan dan kebutuhan, kurang mampu menangkap peluang memperbaiki nasib hidup, mental instan/cari gampang dan melemahnya semangat berjuang dan berkorban. Para pastor, biarawan-biarawati dan umat beriman sekalian yang saya kasihi dalam Kristus! Perjuangan untuk mewujudkan hidup sejahtera merupakan panggilan hidup dan tanggungjawab setiap pribadi manusia bersama lingkungan hidup setempat. Namun kendala dan tantangan untuk mewujudkan hidup sejahtera bukan hanya menjadi tanggungjwab orang per orang melainkan menjadi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat. Bagi kita umat Katolik realitas ini adalah panggilan hidup dengan sebuah tanggungjawab bersama. Suatu gambaran yang diungkapkan secara jelas oleh Paulus bahwa Gereja adalah
3
Jantung Sukma Tubuh Kristus (1Kor 12.27) bila satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh sakit. Sebagai satu tubuh, Gereja dipanggil dan diutus untuk melibatkan diri untuk mengatasi berbagai keprihatinan sosial dan membuat banyak orang tidak bisa merasakan hidup sejahtera.
terbatas hanya pada ruang dan waktu tertentu melainkan berkelanjutan.
Menyadari situasi demikian itu, kita semua sebagai warga Gereja dipanggil untuk bersatu dengan Dia dan bertanggungjawab terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Kehendak-Nya ialah bahwa kita dipanggil dan untuk berpartisipasi, bekerja, memelihara, melanjutkan dan menyempurnakan karya penciptaan-Nya (Kej 2.15). Tuhan mengambil manusia dan menempatkannya di dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Sementara itu hidup bersama di tengah masyarakat mewajibkan kita membantu dan membebaskan sesama kita dari segala hal yang menyesakkan dan membelenggunya, entah karena persoalan ekonomi, sosial, politik, membebaskan sesama dari tekanan, ketakutan dan kekuatiran. “Jika kamu tetap dalam firmanKu, kamu adalah benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu� (Yoh 18.37).
Apa kiranya tanggapan kita menjawabi undangan Tuhan dalam masa Prapaskah ini? Masa Prapaskah, lazim kita sebut sebagai masa tobat, masa puasa, masa rekonsiliasi; masa di mana kita bertobat dari segala dosa untuk menyambut Yesus yang bangkit, masa di mana kita memperbaiki dan membaharui diri kita dari segala bentuk sikap dan perilaku yang tak pantas dan tak berkenan pada Tuhan dan sesama serta lingkungan. Wujud tanggungjawab terhadap Allah kita nyatakan secara jelas dan nyata lewat kesetiaan kita mendengar, memelihara dan melaksanakan hukum-hukum-Nya. Sikap takut akan Tuhan harus menjadi suatu kebajikan yang menghantar seseorang menjadi lebih dekat dengan Allah; takut melakukan kesalahan, takut berbuat dosa yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sementara itu panggilan hidup dan tanggungjawab setiap umat beriman katolik untuk bersahabat dengan alam mesti membantu mengembangkan karya ciptaan Tuhan demi kesejateraan hidup bersama. Undangan Allah untuk ambil bagian dalam karya penciptaan yang menyelamatkan merupakan kewajiban religius setiap umat beriman katolik. Wujud partisipasi kita tak
Para pastor, biarawan–biarawati dan umat beriman sekalian yang saya kasihi!
Sementara itu wujud nyata tanggung jawab kita terhadap sesama, kita tempuh melalui aneka cara. Melalui puasa dan pantang kita mau dan rela berbagi apa pun yang kita miliki dengan mereka yang berkekurangan.Teladan hidup jemaat pertama (Kis 2:4147) tidak hanya mengajarkan kepada kita ketekunan beribadat dan Ekaristi, mengikuti ajaran para rasul, melainkan juga berbagi harta milik untuk keperluan setiap orang dan memberi kesaksian kepada banyak orang. Cara hidup mereka telah menjadi gambaran bagi
Bapak Uskup menanam ubi jalar dalam acara peringatan Hari Pangan sedunia.
4
Jantung Sukma Komunitas Umat Basis kita, bukan karena keterikatan hubungan darah, tetapi persekutuan dalam Kristus yang bangkit. Bagaimana kita dapat mencontohi teladan hidup jemaat pertama sebagai wujud panggilan hidup dan tanggungjawab kita untuk bersaudara dengan sesama, kita bisa menjawabnya dalam aksi-aksi nyata yang sudah, sedang dan selalu akan kita galakan bersama. Pertama,Aksi Puasa Pembangunan (APP) sebagai wujud tanggungjawab kita terhadap Gereja universal. Dengan kecenderungan semakin meningkatnya penerimaan APP dari tahun ke tahun, semoga dapat menjadi tanda bahwa kita betul peduli pada orang lain yang berkekurangan, seperti juga pada saatnya orang lain membantu kita dalam bentuk solidaritas. Kedua, Aksi Solidaritas (GESSER). Meskipun bernuansa Gereja lokal Keuskupan Maumere, namun aksi yang kini memasuki tahun kedua pengumpulannya telah ditanggapi secara amat meluas dan positip di seluruh wilayah keuskupan kita. Sesuai dengan tujuan awal sejak pencanangannya yakni membangun solidaritas umat, mendukung reksa pastoral keuskupan dan paroki, mengembangkan pendidikan katolik serta saling membantu di antara anggota jika ada yang sakit atau meninggal, maka sebagai Uskupmu saya tak hentihentinya mengajak seluruh umat di keuskupan ini untuk tetap memberi perhatian pada aksi solidaritas yang kita sebut sebagai “Gerakan Solidaritas Seribu Rupiah� (GESSER) setiap bulan setiap orang. Selain itu aksi kemanusiaan sebagai wujud solidaritas kita dengan sesama sudah dapat kita berikan kepada saudara-saudari kita di Keuskupan Weetebula melalui kolekte khusus pada minggu awal masa prapaskah ini,
untuk menolong meringankan beban sesama kita di Sumba Timur yang mengalami kelaparan. Sedangkan wujud kepedulian sebagai tanda kita bersahabat dengan alam lingkungan, dapat kita tunjukkan lewat aksi penanaman aneka pohon, melindungi terumbu karang, mencegah pemboman ikan di laut, membiasakan pembangunan berwawasan lingkungan, mengurangi kebiasaan tebas bakar yang berakibat pada kerusakan lingkungan dan lain-lain. Mengapa semua ini harus kita upayakan? Jawabannya adalah bila kita sungguh bersahabat dengan alam lingkunan sekitar kita, dia juga akan membantu manusia pada waktunya. Para pastor, biarawan dan biarawati dan seluruh umat beriman yang terkasih! Mengakhiri surat Gembala Prapaskah ini saya mengajak seluruh umat untuk mencontohi Sang Guru kita yang rela menjadi manusia dan mengalami sengsara dalam hidup, penderitaan memikul salib bahkan sampai wafat di salib hanya karena kasih-Nya, rasa solidernya dengan manusia berdosa. Semoga pantang, puasa, ulahtapa dan berbagai aksi selama masa Prapaskah ini, dapat membawa hasil nyata bagi kesejahteraan hidup kita dan sesama. Selamat berpuasa dan dan Selamat Pesta Paskah 2012. Uskupmu
Mgr.Gerulfus Kherubim Pareira, SVD Uskup Maumere
5
Jantung Sukma
PEMBERDAYAAN KUB DAN FUNGSIONARIS PASTORALNYA SEBUAH KARYA PASTORAL YANG BESAR DAN STRATEGIS MENUJU KEUSKUPAN MAUMERE YANG MANDIRI, SOLIDER, MISIONER DAN TRANSFORMATIP
S
Rm. Yohanes Eo Towa, Pr Direktur PUSPAS Keuskupan Maumere
ejak masih menjadi bagian dari Keuskupan Agung Ende, karya Pastoral di wilayah Keuskupan Maumere sudah dilaksanakan sebagai karya umat sebagaimana yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II yang memahami kembali Gereja sebagai umat Allah. Semua umat beriman kristiani yang telah dibaptis dan diteguhkan dengan Sakramen Krisma dipanggil dan diutus untuk ikut ambil bagian secara aktip dalam karya penyelamatan Tuhan kita Yesus Kristus di dunia, baik sebagai imam untuk menguduskan, nabi untuk mewartakan maupun sebagai raja untuk memimpin atau melayani. Melalui pelbagai kegiatan pendampingan, umat disadarkan bahwa mereka adalah subyek karya pastoral dan bertanggungjawab terhadap kehidupan Gereja, mulai di tingkat basis atau KUB–KUB masing-masing sampai dengan Paroki, Keuskupan maupun Gereja katolik sejagat. Mereka diyakinkan bahwa kuat-lemah, majumundur kehidupan Gereja katolik di pelbagai tingkat yang lebih tinggi termasuk di tingkat Keuskupan Maumere ini sangat ditentukan oleh kehidupan KUBKUB. Kalau KUB-KUB kuat dan maju maka Paroki-Paroki dan Keuskupan akan kuat dan maju. Tetapi sebaliknya kalau KUB-KUB lemah lesuh dan tidak maju maka Paroki dan Keuskupan juga lemah lesuh dan tidak maju. Bapak Uskup Maumere Mgr. G. Kherubum Pareira, SVD dalam banyak kesempatan menyampaikan hal ini dan menunjukkan bahwa ada tiga pilar utama yang harus terlibat aktip dan bertanggungjawab dalam karya pastoral untuk mengembangkan dan memajukan Keuskupan ini yaitu para Klerus, biarawan–biarawati dan awam. Ketiga pilar ini diajak untuk bahu membahu memberikan yang terbaik sesuai dengan kharisma, talenta dan kemampuan yang mereka miliki bagi karya kegembalaan dan kemajuan umat Allah dalam pelbagai bidang di keuskupan ini termasuk dalam usaha pemberdayaan KUB dan fungsionaris pastoralnya. Melalui program-program pemberdayaan KUB dan Fungsionaris Pastoralnya, semua umat dapat mengekspresikan panggilan dan perutusan mereka sebagai murid-murid Kristus untuk mengambil bagian dalam karya pastoral di Keuskupan ini. Sudah kurang lebih 6 tahun sebagai Keuskupan dan bahkan sejak 12 tahun terakhir, sejak MUSPAS IV Keuskupan Agung Ende di Maumere tahun 2000, seluruh karya Pasrtoral di wilayah ini sudah terarah kepada umat akar rumput sesuai dengan ARAH DASAR Pastoral yang telah digariskan pada waktu itu ialah Pastoral PEMBEBASAN DAN PEMBERDAYAAN dengan strateginya ialah PEMBERDAYAAN KUB DAN FUNGSIONARIS PASTORALNYA. Melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi dan formasi KUB serta Fungsionaris Pastoralnya di pelbagai bidang dan jenjang yang diprogramkan setiap tahun oleh Komisi-Komisi di tingkat Keuskupan dan seksi-seksi di tingkat Paroki / Stasi, dapat diharapkan akan terjadi suatu proses transformasi yang menggembirakan di masa depan di mana Keuskupan Maumere dapat juga menjadi sebuah Gereja lokal yang mandiri, solider, misioner dan transformatip.
6
Jantung Sukma Pada awal bulan Januari 2011 yang lalu PUSPAS dan CARITAS Keuskupan Maumere didampingi oleh P. Robert Mirsel, SVD dari Lembaga Candradytia menyelenggarakan survey tentang KUB dan Fungsionaris Pastoral di 8 Paroki dari 8 TPAPT dalam wilayah Keuskupan ini. Setiap TPAPT diwakili oleh satu Paroki. Paroki-Paroki yang menjadi pilihan dalam kegiatan ini ialah Paroki Boganatar, Kewapante, Bola, Thomas Morus, Magepanda, Koting, Lela dan Lekebai. Dari kegiatan ini kita memperoleh informasi mengenai potret KUB dan Fungsionaris Pastoralnya yang hidup saat ini sebagai hasil dari kerja keras selama 12 tahun terakhir sejak program Perberdayaan KUB dan Fungsionaris Pastoralnya digalakkan, serta akan menjadi dasar untuk terus diperjuangkan. a.Tentang potret KUB di Keuskupan Maumere. Dikatakan sekitar 50,8% KUB-KUB kita mempunyai anggota lebih dari 20 KK. Sekitar 46, 9 % KUB-KUB mempunyai anggota antara 10-20 KK. Sisanya 2,3 % KUB -KUB kita mempunyai anggota di bawah 10 KK. Berdasarkan data di atas maka kita dapat mengatakan bahwa KUB-KUB kita belum menjadi KUB ideal. Karena sebuah KUB ideal jumlahnya sekitar 10 – 20 KK. Selain itu dikatakan bahwa sekitar 68,1 % umat sudah memahami tentang
KUB sebagai persekutuan umat kristiani yang relatip kecil yang saling mengenal dan berkumpul secara tetap paling kurang sekali seminggu untuk berdoa, membaca dan menyeringkan Kitab Suci, membicarakan masalahmasalah sosial yang dihadapi dan dalam terang iman mencari solusi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan konkrit dalam semangat persatuan dan persaudaraan yang teguh serta bekerja sama dengan KUB-KUB lain, Lingkungan, Stasi, Paroki, Keuskupan dan Gereja Universal bahkan dengan umat beragama lain untuk memperjuangkan pembebasan dan pemberdayaan menuju hidup sejahtera rohani jasmani di dunia dan akhirat. Sementara itu sekitar 20,8 % umat masih memahami KUB sebagai kelompok untuk berdoa rosario, syering KS, Misa. Lalu sekitar 8,1 % umat masih memahami KUB sebagai unit adminstrasi terkecil dari paroki untuk urus surat menyurat, kumpul uang dan lain sebagainya. Dari data ini menyadarkan kita bahwa banyak umat kita sudah memahami tentang hakekat KUB dalam arti yang sesungguhnya dan tinggal sedikit umat yang masih memahami KUB sebagai kelompok untuk berdoa dan urusan atministrasi. Meskipun demikian umat harus terus didampingi agar tetap memiliki pemahaman yang benar dan dapat mewujudnyatakan dalam hidup ber-KUB. Selanjutnya dikatakan bahwa semua KUB sudah mempunyai kegiatan yang hampir sama seperti doa
7
Jantung Sukma rosario, syering Kitab Suci, Katekese, Misa, arisan, CU, UBSP, bakti sosial dan lain-lain dengan frekwensinya yang sangat bervariatip. Dari kegiatan-kegiatan itu kita boleh menyimpulkan bahwa sudah ada KUB-KUB di Keuskupan Maumere yang dapat diandalkan untuk menjadi basis kehidupan iman, sosial dan ekonomi meskipun masih ada juga KUB-KUB yang belum berdaya dan belum bisa diandalkan untuk menjadi basis kehidupan iman, sosial dan ekonomi. Selanjutnya dikatakan juga bahwa untuk kegiatan-kegiatan rohani cenderung didominasi oleh anak-anak dan kaum wanita ( 72, 2 % ). Sedangkan untuk kegiatan sosial dan ekonomi ( arisan, Iuran, CU, bakti sosial, dll ) didominasi oleh orangtua dan orang muda. Data ini menyadarkan kita bahwa belum semua umat dapat terlibat aktip dalam setiap kegiatan KUB mereka. Ada yang hanya terlibat aktip dalam kegiatan rohani dan yang lain hanya terlibat aktip dalam kegiatan sosial dan ekonomi. Kenyataan-kenyataan ini masih menjadi sebuah pekerjaan besar untuk terus menyadarkan umat agar terlibat aktip dalam setiap kegiatan KUB dan bertanggungjawab terhadap kemajuan KUB itu. KUBKUB hendaknya dihayati sebagai sebuah komunitas perjuangan yang harus dilaksanakan secara bersamasama untuk memperoleh kesejahteraan bersama baik di dunia maupun di akhirat. Meskipun dari kegiatan-kegiatan di atas telah membawa juga perubahan-perubahan yang lebih baik dan menggembirakan dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan. Seperti dengan Tuhan umat semakin giat berdoa, rajin menghadiri Misa Kudus, bertanggung jawab dengan tugas-tugas liturgi yang dipercayakan, semakin banyak umat yang tekun membaca dan merenung Kitab Suci, semakin suburnya organisasi-organisasi rohani yang tumbuh di Paroki-Paroki; dengan sesama seperti hubungan di antara mereka lebih akrab, rukun, toleran, mudah bekerja sama, suka menolong dan bersolider dengan yang miskin dan menderita; lalu dengan diri sendiri seperti semakin sabar, lemah lembut, rendah hati, semakin berani dan percaya diri, lebih tenang dan damai; dan dengan lingkungan seperti lingkungan semakin bersih, hijau, indah, sehat, jarang ada pengerusakkan dan pembakaran, namun hal itu masih jauh dari harapan. Karena dalam kenyataan kita masih menjumpai ada banyak umat yang belum berubah baik dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan sekitar. Di samping hal-hal di atas survei ini memberikan juga informasi yang cukup signifikan tentang masalahmasalah pokok yang masih dialami oleh banyak umat KUB dan harus segera diatasi karena jika tidak maka akan menimbulkan masalah-masalah baru yang akan semakin memprihatinkan kehidupan bersama. Masalah–masalah pokok itu ialah masalah ekonomi ( 70, 7 % ), masalah minum mabuk ( 60, 8 % ), kawin pintas, perselingkuhan, kumpul kebo, kekerasan dalam
8
rumah tangga (58 % ), masalah putus sekolah atau DO ( 48 % ), pengangguran ( 41 % ). Masalah-masalah itu menjadi tugas yang harus terus diperjuangkan dan masih menjadi sebuah karya pastoral yang besar yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat mulai di KUB-KUB masing-masing untuk mengatasinya. b. Tentang Fungsionaris Pastoral KUB. Dikatakan sekitar 60,6 % para fungsionaris pastoral KUB di Keuskupan Maumere ini cukup aktip. 29,5 % “biasa-biasa saja�. 4,9% mengatakan “acuh tak acuh�, sisanya pasip/malas 2,7 %.Tidak menjawab 2,3 %. Data ini cukup menggembirakan dan kita yakin ada banyak KUB kita yang berjalan cukup baik. Meskipun demikian kita perlu mengakui bahwa masih banyak juga fungsionaris pastoral KUB kita yang belum menjalankan tugasnya secara baik dan maksimal. Selain itu survei juga memberikan informasi kepada kita tentang gaya kepemimpinan dari fungsionaris pastoral KUB yang umat inginkan. Dikatakan sekitar 84,6 % menyebutkan tentang pemimpin yang diinginkan ialah pemimpin yang selalu melibatkan orang lain ( Suportip partisipatip), yang dekat dengan umat (87,7%), yang demokratis dan mendengarkan umat (79,8%), yang mengayomi (74%), yang berada di depan, di tengah dan di belakang (76%). Sedangkan gaya kepemimpinan dari fungsionaris pastoral KUB yang tidak diinginkan oleh umat ialah pemimpin yang otoriter (90,9%), yang bekerja sendiri dan tidak melibatkan orang lain (92,6%), yang mau menang sendiri (93,5%), yang hanya urus hal-hal rohani (64,8%). Dari data ini umat menghendaki agar para fungsionaris pastoralnya memiliki gaya kepemimpinan yang baik yang sesuai dengan keinginan mereka dan tidak mengharapkan pemimpin-pemimpin yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Data ini membantu para fungsionaris pastoral yang sedang melaksanakan tugas saat ini untuk menilai dan membina diri supaya dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan harapan umat dan bila belum sesuai dengan keinginan umat maka kita harus segera bertobat. Selain itu data ini akan membantu kita untuk suatu karya besar dalam melaksanakan tugas pendampingan para fungsionaris pastoral KUB selanjutnya. c. Usul saran untuk upaya pengembangan KUB dan pemberdayaan Fungsionaris Pastoral selanjutnya. Untuk upaya pengembangan KUB ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan: Pertama, peningkatan kwalitas kehidupan iman umat ( 82,5 % ). Usaha ini dapat dilaksanakan melalui katekese dan rekoleksi secara teratur bagi umat di KUB-KUB. Memberikan ketrampilan dalam hal membaca, merenung dan mensyeringkan Kitab Suci. Meningkatkan frekwensi doa bersama di KUB-KUB sekurang-kurangnya sekali seminggu. Kwalitas iman ini sangat penting untuk menjadi kekuatan dan jiwa
Jantung Sukma kehidupan KUB dengan segala aktivitasnya. Kedua, peningkatan hidup ekonomi umat ( 82,3 % ). Usaha ini dapat dilaksanakan dengan mengajak dan memotivasi umat untuk semakin banyak terlibat dan menjadi anggota salah satu Koperasi/CU di Keuskupan ini. Selain itu giat menggalahkan aksi solidaritas Keuskupan yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama termasuk untuk pengembangan ekonomi. Meningkatkan pelatihan ketrampilan dalam hal pengelolaan keuangan dan ekonomi rumah tangga, bertani, berternak, budidaya rumput laut, semangat wirausaha dan lain-lain. Ketiga, peningkatan semangat dan wawasan umat untuk dapat terlibat aktip dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dengan memberikan motivasi dan pengetahuan tentang kehidupan sosial kemasyarakatan dan mengenai ajaran-ajaran sosial Gereja. Sedangkan untuk upaya pemberdayaan Fungsionaris pastoral diusulkan pula tiga hal penting. Pertama, peningkatan kehidupan iman/spiritual para fungsionaris pastoral KUB melalui rekoleksi, retret, kursus dan pendalaman Kitab Suci, serta mendorong mereka untuk setia menerima Sakramen-Sakramen di dalam Gereja teristimewa Ekaristi dan Tobat serta tekun melaksanakan kegiatan-kegiatan devosional baik adorasi di depan Sakramen Maha Kudus, berdoa Rosario, novena-novena para kudus dan lain lainnya. Kedua, peningkatan pengatahuan dan ketrampilan
berpastoral bagi mereka melalui pembekalan dan pelatihan mengenai tugas dan wewenang mereka di KUB, ketrampilan memimpin pertemuan, ibadat, diskusi, menyusun program kerja, menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB), dan lainlain. Ketiga, peningkatan pengembangan kepribadian para fungsionaris pastoral di KUB melalui pelatihan tentang pentingnya relasi dan komunikasi yang baik, pengelolaan emosi, dan lain-lain agar mereka dapat menjadi pemimpin yang handal dan memiliki semangat pelayanan yang tinggi bagi orang lain. Usul saran di atas akan juga menjadi sebuah karya besar yang perlu diperhatikan selanjutnya. Demikianlah satu dua pikiran mengenai Pemberdayaan KUB dan Fungsionaris Pastoralnya sebagai sebuah karya Pastoral yang besar dan strategis yang harus terus dilaksanakan dan tak boleh berhenti oleh seluruh umat Keuskupan Maumere agar citacita terciptanya Keuskupan Maumere sebagai Gereja Lokal yang mandiri, solider, misioner dan transformatip dapat terwujud. Kami yakin segala masalah yang membelenggu dan melilit kehidupan umat Keuskupan ini akan dapat diatasi atau dibebaskan kalau KUB-KUB dan fungsionaris pastoralnya sungguh berdaya. Kami juga yakin kalau KUB-KUB dan fungsionaris pastoralnya yang telah berdaya dapat berfungsi dengan baik maka Gereja Lokal Keuskupan Maumere akan berkembang maju dan umat akan mengalami keselamatan serta kebahagiaan sejati sebagai anak-anak Allah.
9
Telinga Sukma
RANGKUMAN AKHIR PERTEMUAN PASTORAL NELE, 13-17 PEBRUARI 2012 Pengantar Tanggal 13 – 17 Pebruari 2012, bertempat di Wisma Nazareth Nelle Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD bersama dihadri 167 fungsionaris pastoral yang terdiri dari 56 fungsionaris tertahbis dan 43 fungsionaris terbabtis; 21 di antaranya laki-laki, 10 perempuan, 5 suster, 7 frater; menggelar Pertemuan Evaluasi Program Pastoral 2011 dan Penetapan Program Pastoral 2012. Pertemuan Pastoral ini berlangsung dalam suasana kasih persaudaraan. Kemasan acara rohani: perayaan Ekaristi harian, doa dan ibadat serta porsi waktu rekreasi dan istirahat yang cukup; amat mendukung kebugaran peserta di tengah padat dan seriusnya jadwal pertemuan.
Rm. Wilfrid Valiance, Pr Sekretaris PUSPAS Keuskupan Maumere
Solidaritas menampakkan warna khusus. Cukup banyak paroki ikut mengongkosi perhelatan ini dengan menyumbangkan berbagai kebutuhan seperti: aqua, kayu api, ayam, bumbu dapur, sayur juga pisang dan kelapa muda sebanyak yang dibutuhkan.
Proses Rangkaian Pertemuan Pastoral diawali dengan ibadat sabda yang dipimpin oleh P. Yeremias Purin Koten, SVD. Dalam refleksinya Pastor Paroki Renha Rosari Kewapante ini mengingatkan para fungsionaris pastoral bahwa karya pastoral akan berdaya guna dan berdaya menyelamatkan bila dilandaskan dalam doa, iman dan karya. Usai ibadat sabda, dilangsungkan seremoni pembukaan. Dalam sapaan awalnya Bapak Uskup mengungkapkan simpati dan kegembiraan atas antusiasme para fungsionaris pastoral menghadiri acara tahunan ini. Beliau berharap agar Pertemuan Pastoral ini dikelola dengan baik sehingga menghasilkan evaluasi dan perencanaan pastoral yang bermutu demi perkembangan Gereja Lokal Keuskupan Maumere. Direktur Pusat Pastoral, Rm. Yohanes Eo Towa, Pr yang juga Ketua SC menyampaikan gambaran umum pertemuan pastoral dan berharap agar para fungsionaris pastoral setia mengikuti seluruh proses. Koordinator OC, Rm. Arkadius Dhosa Ndo, Pr meyakinkan peserta akan kenyamanan mengikuti Pertemuan Pastoral dengan dukungan konsumsi dan akomodasi yang memuaskan. Pertemuan Pastoral yang telah berproses sejak evaluasi dan perencanaan pastoral tingkat paroki serta internal komisi; usai seremoni pembukaan langsung memasuki tahap pleno. 16 Komisi Pastoral mempresentasikan laporan untuk mendapatkan tanggapan dan masukan-masukan. Selain Komisi-Komisi Pastoral, Caritas, PUSPAS dan Ekonom Keuskupan juga menyampaikan laporan. Dari hati ke hati bersama Bapak Uskup terjadi pada akhir seluruh proses. Bapak Uskup mengucapkan terimakasih kepada para fungsionaris pastoral yang telah banyak berjuang memajukan Gereja Lokal Keuskupan Maumere sambil menyampaikan berbagai informasi pastoral. Para fungsionaris juga menyampaikan sejumlah harapan kepada Bapak Uskup.
10
Telinga Sukma
Uskup Maumere dalam salah satu sesi Pertemuan Pastoral
Pertemuan Pastoral ditutup dengan perayaan Ekaristi meriah di Gereja Paroki Roh Kudus Nelle yang dihadiri umat Paroki Nelle dan disemarakkan oleh Paduan Suara Paroki Maria Immaculata Habi.
Hasil 65,7% yaitu 69 program dari 105 program pastoral Tahun 2011 dapat dilaksanakan bersama 37 program luar matrix dengan sejumlah indikator pencapaian. Karya pastoral sepanjang Tahun 2011 menyerap dana sebesar Rp 409.621.000 yang bersumber dari Rp. 218.550.000 swadya komisi, Rp. 112.698.500 swadaya paroki, dan Rp 131.160.500 subsidi keuskupan; sementara 34,3% yaitu 36 program tidak terlaksana. Hasil evaluasi memperlihatkan pencapaianpencapaian menggembirakan. Di bidang pewartaan, tercatat sejumlah indikator yakni penerbitan Madah Bakti Keuskupan Maumere, terbentuknya Societas Liturgi, hadirnya akolit dan prodiakon, bertambahnya minat umat untuk memiliki dan membaca Kitab Suci serta hadirnya Seksi Kebangunan Rohani sebagai payung organisasi rohani di sejumlah paroki.
hidup sehat, meningkatnya pemahaman akan pentingnya sikap inklusif, ada data riil transmigran asal Keuskupan Maumere, para transmigran mendapat pembekalan spiritual, umat mendapat informasi pastoral melalui majalah SUKMA dan Radio Rogate, rehabilitasi mental bagi korban kekerasan, meluasnya sosialisasi tentang kesetaraan gender. Selain komisi-komisi, reksa pastoral juga dijalankan oleh Caritas Keuskupan Maumere: penanganan daerahdaerah rawan bencana, gerakan anti kekerasan dalam rumah tangga, rehabilitasi bersumberdaya masyarakat dan kemitraan untuk ketahanan dengan indikator keberhasilan berkurangnya pembakaran hutan, penanaman pohon di sejumlah mata air, bantuan fasilitas bagi orang cacat dan penanganan kasus-kasus kekerasan. Pusat Pastoral sebagai koordinator karya pastoral Keuskupan Maumere telah melaksanakan fungsi koordinasi, memfasilitasi rapat-rapat pastoral dan menjalin kerjasama baik dengan komisi-komisi maupun para pihak demi kelancaran karya pastoral. Ekonom Keuskupan berperan memperlancar karya pastoral melalui tanggungjawab keuangan. Distribusi keuangan keuskupan untuk biaya pastoral terjadi melalui Pusat Pastoral. Komisi-komisi diharapkan ikut membantu “membesarkan� Keuskupan dengan mengupayakan dana untuk meringankan keuskupan.
Di bidang pembinaan pencapaian pastoral terlihat dari bertambahnya pasangan hidup yang memiliki relasi makin baik, meningkatnya wawasan tentang kerasulan awam pada sejumlah umat, terbentuknya pengurus PUKAT Keuskupn Maumere, sejumlah OMK mengalami kemajuan dalam iman, kepercayaan diri dan militansi, bertambahnya wawasan animator/tris bahkan 5 anggota Tim KKI Keuskupan Maumere memiliki wawasan regional.
Di balik pencapaian-pencapaian, sejumlah keprihatinan pastoral perlu mendapat perhatian dalam reksa pastoral Keuskupan Maumere di tahun-tahun mendatang.
Indikator pencapaian bidang kemasyarakatan nyata dalam kegiatan budidaya rumput laut, jarak pagar dan ubi kayu, meluasnya pemahaman tentang penyakit mematikan TB/HIV Aids, menguatnya motivasi perilaku
36 program yang tidak terlaksana dan sejumlah program yang terlaksana secara tidak optimal merefleksikan seriusnya persoalan kelembagaan baik pada tingkat komisi maupun paroki-paroki.
11
Telinga Sukma Pemahaman visi misi pastoral yang terbatas, problem koordinasi, personalia yang tidak cukup, kurang trampil dan kurang memiliki kerelaan juga karya pastoral tidak berbasis data dan kurangnya kerjasama lintas komisi; merupakan alasan-alasan terkuat mandeknya karya pastoral.
dan wawasan sehingga belum menyentuh pendidikan karakter dan pemberdayaan ekonomi, kurangnya perhatian terhadap asrama-asrama, belum ada kepengurusan MPK, akte notaris sejumlah yayasan persekolahn katolik belum diperbaharui merupakan keprihatinan di bidang pembinaan.
Selain persoalan kelembagaan, ada sejumlah keprihatinan pastoral yang berkembang di tengah kehidupan Gereja Lokal Keuskupan Maumere. Keprihatinan-keprihatinan ini perlu mendapat jawaban melalui perencanaan pastoral di tahun karya 2012.
Keprihatinan di bidang kemasyarakatan nyata dalam maraknya tindakan pencaplokan umat oleh penyebar agama bukan katolik, ancaman keselamatan hidup oleh rabies, malaria dan HIV/AIDS, problem perantauan dan traffiking, maraknya perjudian, ancaman pemanasan global, belum memadainya pemahaman tentang kesetaraan gender dan pemahaman tentang belis sebagai penghargaan terhadap martabat perempuan, problem legalitas Rogate serta kualitas program siaran Rogate dan berita-berita SUKMA.
Di bidang pewartaan ada keprihatinanan berkenaan dengan kurangnya keterlibatan umat menyanyikan lagulagu liturgi akibat dominasi koor, para katekis kurang aktif terlibat dalam karya pastoral, fasilitator katekese kurang terampil, organisasi rohani Legio Maria, Santa Anna, Santo Yoakim kehilangan kader-kader muda, peran pastor sebagai moderator organisasi rohani belum cukup nampak serta kurangnya integrasi nilainilai katolik ke dalam mata pelajaran di sekolahsekolah. Merosotnya institusi keluarga sebagai rumah pendidikan anak dan remaja, kurangnya kehadiran umat dalam kegiatan KUB, awam belum cukup merasul akibat ketergantungan pada klerus, kaderisasi awam di bidang politik belum nampak, belum adanya wadah bagi kelompok kategorial pasca Sekami dan pra OMK, pendampingan OMK masih berkutat seputar kaderisasi
Suasana pertemuan pastoral
12
Keprihatinan dan isu-isu pastoral ini terakomodasi dalam 122 program pastoral 2012 yang terdiri dari 27 program penguatan kelembagaan komisi serta 85 program pemberdayaan fungsionaris dan umat dengan taksasi anggaran Rp.1.198.405.500,Demi karya bersama yang lebih sinergis. Caritas dianjurkan berkarya di bawah koordinasi Pusat Pastoral agar tidak berdiri sendiri tanpa hubungan dengan komisi-komisi pastoral dan paroki-paroki. Ada kesan karya caritas sangat bergantung pada lembaga donor
Telinga Sukma sehingga kurang menginspirasi solidaritas di tengah umat.
hanya berpengetahuan dan trampil tetapi terutama kepedulian dan kerelaan dalam pelayanan pastoral.
Refleksi
Karya pastoral paroki perlu dikoordinasi secara baik. Sudah saatnya memikirkan administrator paroki yang bekerja secara profesional agar para pastor lebih berkonsentrasi untuk pelayanan umat.
Meski mengalami banyak kesulitan para fungsionaris pastoral tetap tekun mengambil bahagian dalam Tritugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Keprihatinan tentang kerja tim yang belum baik, kepedulian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi umat, percobaan dan pembaharuan program, semangat untuk terus belajar dalam societas-societas pastoral adalah tanda kita sadar bahwa pastoral adalah sebuah karya sebagaimana Sang Guru dahulu berkarya. Pastoral merupakan karya bersama murid-murid Tuhan. Diperlukan visi misi, personalia, komitmen dan koordinasi yang baik agar karya bersama ini efektif. Tanpa tuntunan visi misi, karya pastoral tidak terarah. Tanpa personalia yang cukup, komisi dan paroki sulit bergerak. Tanpa komitmen serta kerelaan, ilmu dan ketrampilan pastoral tak akan berbuah. Tanpa koordinasi, pastoral menjadi hanya karya orang per orang dan karena itu tidak maksimal. Karya bersama yang strategis sangat mengandaikan perencanaan yang disandarkan pada analisis dan data. Analisis penting untuk mendiagnosa persoalan dan dukungan sumber daya: waktu, tenaga, dana. Data penting agar karya lebih proporsional dan terukur. Analisis yang tepat dan data yang akurat akan mendorong karya yang efektif dan berbuah. Gereja bukan lembaga yang hadir untuk mengurus semua hal. Komisi-komisi perlu membatasi diri pada karya pastoral yang sungguh memancarkan kekhasan kharisma Gereja.
Panggilan untuk Bertindak Demi efektivitas karya pastoral, kelembagaan komisi-komisi perlu diperkuat. Personalia komisi dibenahi dengan melibatkan orang-orang yang tidak
Di tengah kebutuhan akan wawasan pastoral yang makin luas, societas sebagaimana yang terbentuk dalam komisi liturgi menjadi inspirasi penting bagi komisikomisi untuk menghidupkan societas komisi. Problem pastoral tertentu sangat khas, kompleks dank arena itu tidak cukup ditangani hanya oleh satu komisi: orang muda dan kesehatan. Dibutuhkan kerjasama lintas komisi untuk karya yang lebih berdayaguna. Karya pastoral hendaknya memberi perhatian kepada umat yang sedang mengalami kesulitan terutama yang sakit, miskin dan bermasalah agar tidak muda tergiur oleh tawaran penyebar agama yang tidak bertanggungjawab. Sejumlah keprihatinan pastoral tidak terakomodir dalam program komisi. Mengatasi kesulitan ini usulan program komisi tidak harus dari paroki. Dengan proses renstra komisi-komisi dapat mengidentifikasi isu-isu aktual untuk dijadikan program komisi dengan meminta keterlibatan paroki. Caritas hendaknya memperkuat diri dari aspek dana agar tidak tergantung pada lembaga donatur dan lebih mendorong solidaritas di antara umat. Kerjasama Caritas dan pemerintah perlu demi koordinasi kerja dan tranparansi dana-dana bantuan.
Penutup Karya pastoral bergerak dalam spiral aksi refleksi. Pencapaian dan kegagalan adalah dinamika yang perlu ada. Hanya dengan begitu kita tahu diri bahwa kita bukan “superman�. Kita adalah manusia, bejana tanah liat. Kita hanya alat di tangan Tuhan. Perlu terus bergandengan tangan sambil mengandalkan Dia yang ada namun tiada, tiada namun ada.
13
Telinga Sukma
TUJUAN JUMPA ORANG MUDA KATOLIK KEUSKUPAN MAUMERE 2012
P
ada tahun ini, di bulan Oktober 2012, Komisi Kepemudaan Keuskupan Maumere (KOMKEP KUM) akan mengadakan kegiatan tiga tahunan yang disebut pekan Jumpa OMK tingkat Keuskupan. Rencananya kegiatan ini akan berlangsung tiga hari di Paroki St. Martinus Bola. Peserta kegiatan diperkirakan mencapai 2000 orang dari 35 paroki. Dilihat dari jumlah peserta yang hadir, bisa dibilang kegiatan ini adalah kegiatan akbar dan strategis. Jumpa OMK adalah kegiatan yang strategis. Kegiatan ini strategis karena mengandung kekuatan sekaligus dorongan untuk berubah. OMK dari 35 paroki berkumpul, saling mendengarkan, belajar serta menguatkan satu sama lainnya. Dengan pengalaman semacam ini, diharapkan OMK dapat mengalami pengubahan diri.
Urbanus X.L. Avélandobolo Anggota Komisi Kepemudaan Keuskupan Maumere
Jumpa OMK terbilang langka, sebab hanya diselenggarakan tiga tahun sekali. Karenanya pokok-pokok pembicaraan dalam Jumpa OMK kiranya merupakan tema-tema pilihan utama. Paling tidak, OMK diajak untuk melakukan dua hal. Pertama, melakukan refleksi diri dengan mengajukan pertanyaan “apa yang sudah dicapai selama tiga tahun ini, sejak Jumpa OMK 2009 yang lalu?” Kedua, OMK menyusun rencana aksi dengan pertanyaan utama “apa yang harus kita lakukan selama tiga tahun mendatang?” Dua pertanyaan ini mengantar kita pada pertanyaan berikutnya “apa tujuan Jumpa OMK 2012?”.
Tujuan Tujuan adalah suatu arah, keadaan dan tempat yang ingin atau pun hendak dicapai. Tujuan adalah sebuah harapan maupun cita-cita yang disederhanakan sehingga dapat diukur tingkat pencapaiannya. Karena itu, tujuan menjadi pendorong dan alasan kuat mengapa kita melakukan sesuatu. Apa yang menjadi tujuan Jumpa OMK 2012 sehingga kegiatan ini harus kita selenggarakan? Sebagai pegangan, pertama: kegiatan ini harus menjawab persoalan utama OMK KUM dan kedua: menyiapkan OMK menghadapi kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Ada tiga persoalan utama OMK. Pertama, orang muda memutuskan untuk hidup berumah tangga, bertahun-tahun tanpa harus menerimakan sakramen perkawinan. Ada berbagai penyebab yang membuat OMK berumah tangga tanpa menerimakan sakramen perkawinan, salah satu alasannya adalah lemahnya pemahaman dan kesadaran pribadi akan arti luhur sakramen perkawinan. Saya menilai, bukan karena adat belis, tapi karena memang orang beranggapan, tanpa sakramen perkawinan pun perkawinan itu baik-baik saja. Jadi kawin saja to. Semakin banyak orang muda yang memutuskan hidup berumah tangga tanpa sakramen perkawinan terlebih dahulu berarti semakin banyak orang menilai bahwa perkawinan katolik bukanlah suatu keharusan. Bagaimana kita sungguhsungguh mau membangun sebuah keluarga berciri katolik
14
Telinga Sukma
Kaum muda yang energik
jika sakramen perkawinannya dianggap tidak bernilai? Maju mundurnya kehidupan menggereja sangat erat kaitannya dengan cara hidup keluarga-keluarga katolik. Inilah salah satu persoalan yang saya anggap sangat mendasar yang perlu mendapat perhatian pada jumpa OMK mendatang. OMK adalah calon-calon pembentuk keluarga-keluarga katolik di masa mendatang, karena itu Jumpa OMK 2012 perlu menjawab bersama tantangan perkawinan ini. Persoalan kedua adalah sulitnya orang muda mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini berarti tingkat pengangguran makin hari makin bertambah.Tiap tahun, ribuan orang lulus SMA/SMU sebagian di antaranya tidak bisa kuliah karena kurang biaya, jadi harus cari kerja. Kemudian, pasar pencari kerja semakin penuh dan sesak karena tiap tahun pula, para sarjana baru butuh pekerjaan. Saat ini, Kabupaten Sikka menangguhkan sementara penerimaan CPNSD. Akibatnya ratusan sarjana, mungkin ribuan sarjana dalam dua tiga tahun mendatang tidak terserap di lapangan kerja. Orang sulit mendapatkan pekerjaan karena naiknya angka pertumbuhan para pencari kerja di Keuskupan Maumere tidak diikuti dengan kecepatan pertumbuhan lapangan kerja baru, apalagi penerimaan CPNSD pun ditangguhkan untuk beberapa tahun. Di satu sisi, sebagian orang butuh pekerjaan maka di sisi lain, kita butuh orang yang dapat menciptakan pekerjaan. Orang yang menciptakan pekerjaan ini kita sebut wiraswasta. Kita butuh banyak wiraswasta untuk
menciptakan pekerjaan bagi OMK lainnya, dengan begitu orang muda katolik dapat menolong orang muda katolik lainnya. Jadi, Jumpa OMK 2012 nanti perlu menjawab bukan saja mengenai kebutuhan mendapatkan pekerjaan tetapi lahirnya para wiraswasta OMK di Keuskupan Maumere. Kita butuh wiraswasta entah itu orang yang membuka usaha penjualan ikan, membuka tempat pangkas rambut, membuka usaha pisang goreng, warung makan maupun usaha-usaha lainnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Kita butuh kelahiran wiraswasta OMK untuk paling tidak memberikan pekerjaan kepada OMK lainnya. Persoalan ketiga adalah persoalan sosial politik. Pada tahun 2013 nanti, Kabupaten Sikka akan menyelenggarakan pemilihan umum kepala daerah dan satu tahun berikutnya pemilihan umum presiden dan DPRD/DPR RI. Berkaitan dengan pemilihan ini, OMK perlu dipersiapkan untuk berpolitik menuju kebaikan bersama. Dengan kata lain, Jumpa OMK 2012 adalah sarana penting bagi terlaksananya pendidikan politik OMK. Tanpa kesadaran politik pemilu dan kebaikan bersama, ada kemungkinan OMK dapat melakukan keputusan politik pemilu dengan tidak tepat. Jadi berdasarkan penjelasan saya sebelumnya maka ada tiga persoalan kunci, pertama: perkawinan OMK, kedua: wiraswasta OMK, dan ketiga: pendidikan politik pemilu dan kebaikan bersama. Maka tujuan Jumpa OMK 2012 di Bola mendatang perlu meningkatkan
15
Telinga Sukma pemahaman OMK akan perkawinan katolik, mendorong terciptanya wiraswasta OMK serta meningkatkan pemahaman berpolitik yang mendukung kebaikan bersama. Jika perlu dirumuskan dengan sebuah kalimat maka tujuan Jumpa OMK Keuskupan Maumere 2012 adalah meningkatkan kesadaran OMK sebagai calon pembangun keluarga katolik, wiraswata serta wawasan politik pemilu-kebaikan bersama.
Persiapan panitia Tujuan di atas dapat tercapai jika panitia penyelenggaranya telah dipersiapkan. Panitia Jumpa OMK 2012 perlu dipersiapkan dengan matang. Persiapan dapat dilakukan dengan beberapa pembekalan utama. 1. Tahap awal: pembekalan dengan materi manajemen kegiatan Jumpa OMK. Pembekalan ini bertujuan untuk membantu para panitia agar semakin memahami cara kerja yang tepat guna, tepat sasaran dan tepat pembelajaran dalam menyelenggarakan kegiatan. Pembekalan ini pun membantu panitia untuk dapat saling bekerja sama tidak saja dengan sesama panitia pelaksana tapi juga dengan penanggung jawab utama kegiatan, KOMKEP KUM serta peserta kegiatan secara keseluruhan. 2. Tahap akhir: pendalaman materi Jumpa OMK 2012. Saya menyebutnya Rekoleksi Panitia Jumpa OMK 2012. Tujuan rekoleksi ini agar panitia mendalami terlebih dahulu bahan-bahan yang perlu berkaitan
Peluncuran Buku Menyambut Hari, karya Rm. Poly Sola, Pr
16
dengan tantangan dan perkawinan OMK, tantangan dan wiraswasta OMK serta politik pemilu dan kaitannya dengan kebaikan bersama.
Penutup Jumpa OMK adalah peristiwa perjumpaan iman bagi sesama orang muda katolik. Jumpa OMK pun tidak harus sama dengan pertunjukan koor, mengingat Keuskupan Maumere sedang menggalakan nyanyian umat bukan nyayian koor dalam setiap perayaan Ekaristi. Jumpa OMK pun tidak harus ada pertandingan voli antar paroki atau TPAPT karena kita bisa membuat ajang tersendiri seperti kejuaraan piala Uskup. Jumpa OMK 2012 kiranya dapat menjadi perjumpaan yang berbeda. OMK berjumpa bukan untuk bertanding dalam kerangka sebuah kejuaraan tetapi berjumpa untuk berbagi dan berani melihat kenyataan hidup di tengah masyarakat. Saya tetap berkeyakinan bahwa kegiatan Jumpa OMK 2012 di Paroki Bola pada Bulan Oktober mendatang bernilai strategis serta dapat mendorong perubahan dan menjawab berbagai tantangan yang dihadapi OMK dan masyarakat secara umum. Andai saja jika kegiatan ini kurang mempersiapkan dengan matang, maka kita akan mengalami kerugian yang besar di tahun-tahun mendatang. Karena itu, saya mengajak kita semua, baik yang dapat terlibat secara langsung maupun yang berpengaruh seperti para pastor paroki dan pendamping OMK untuk memastikan bahwa kegiatan ini setia pada tujuan yang kelak ditetapkan.
Profil Sukma
DUC IN ALTUM Spirit Perubahan SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere
P
endidikan sudah menjadi kegelisahan sepanjang jalan peradaban manusia. Kegelisahan dan harapan akan pendidikan kita sangat beralasan sebab pendidikan memainkan peran strategis dalam memanusiakan generasi muda, pelanjut warta kerajaan Allah. Sadar akan peran yang sama, maka SMA KatolikYohanes Paulus II Maumere melalui kepemimpinan RM. Fidelis Dua, Pr, M.Th telah menanam spirit DUC IN ALTUM: Move Feast, Think Big, Start Smal dalam karya pendidikan membangun anak-anak bangsa dan kader gereja. Ada berbagai perubahan pun sangat Nampak sejak tahun 2010 yang lalu. Bermacam prestasi direbut dari tingkat lokal hingga nasional, berkat suasana kekeluargaan di sekolah milik SANPUKAT keuskupan Maumere ini. Apa saja yang dilakukan di sana?
Pengembangan Kurikulum Lengkap Stef Sumandi Staf SMA Yohanes Paulus II Maumere
Kurikulum merupakan jantung sebuah lembaga pendidikan (sekolah). Hal ini perlu diakui karena kualitas sebuah sekolah ditentukan oleh manajemen kurikulum yang baik pula. Untuk itu, SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere bekerjasama dengan Yayasan Keluarga Bunda, Jakarta mendesign dan menerapkan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) dengan pola 22 langkah. Kurikulum tersebut mencakup semua model kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini antara lain KTSP Bimtek, KTSP PPR dan KTSP PKB. KTSP Lengkap dengan Pola 22 Langkah ini menekankan proses pendidikan dalam empat ranah yakni ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan kecakapan hidup. Pengembangan KTSP 22 berpola langkah bersama Yayasan Keluarga Bunda telah mengantar SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere menjadi Juara Nasional MDG’s Award 2011 untuk program modul pemahaman dan pencegahan HIV/ AIDS.
Menciptakan Suasana Kelas Yang Nyaman Aplikasi dari KTSP dengan pola 22 langkah itu dilakukan melalui penilaian berbasis kelas dengan menekankan proses. Dalam penilaian berbasis kelas, pihak sekolah member porsi lebih tinggi pada penilaian proses pemelajaran di kelas ketimbang evaluasi midsemster dan evaluasi akhir semester. Pihak sekolah pun menerapkan pendidikan karakter yang di integrasikan dalam semua mata pelajaran. Sistem penilaiannya dalam bentuk kuantitas lalu dikonversi dalam skala nilai kualitatif (AK). Sistem penilaian sikap terkait perilaku positip dan perilaku negatip. Nilai perilaku positip akan menambah perolehan nilai siswa sedangkan perilaku negatip akan mengurangi perolehan nilai siswa. Suasana pemelajaran di kelas yang nyaman diciptakan melalui penerapan beragam method pemelajaran, strategi pemelajaran dan model pemelajaran yang diterapkan dalam setiap RPP khas SMA Katolik Yohanes
17
Profil Sukma Paulus II Maumere. Para siswa pun mengembangkan diri melalui kegiatan olah raga, kesenian, jurnalistik sekolah dan public speaking. Ada juga kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD), rekoleksi dan retret yang terprogram untuk semua tingkat kelas.
Menumbuhkan Budaya Panca Salam Sekolah menerapkan pendidikan karakter dengan hal sederhana dengan membudayakan Panca Salam. Pertama, salam kepada guru. Siswa/i dibiasakan memberi salam kepada para guru dan pegawai dengan cara mencium tangan. Hasilnya terciptalah suasana kekeluargaan antar semua warga sekolah dan siswa pun tidak menunjukkan perilaku negatif. Kedua, salam kepada sesama teman. Salam kepada sesama teman dilakukan dengan cara berjabatan tangan pada saat berjumpa. Saat siswa/I berjabatan tangan dengan suasana persaudaraan, akan menciptakan perasaan saling mengasihi, saling menghargai antara sesama manusia. Ketiga, salam lingkungan. Siswa dididik untuk mencintai lingkungan sekolah dengan cara memungut sampah yang diketemukannya lalu menempatkannya pada kotak sampah yang telah disediakan. Prinsipnya, lingkungan sekolah yang bersih akan menciptakan suasana nyaman dalam aktivitas pendidikan.
18
Keempat, salam kepada Negara dan Tanah Air. Setiap pagi diadakan apel bendera. Pihak sekolah menyadari bahwa bendera Merah Putih adalah lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semangat keberanian (merah) dan kesucian (putih) member nilai kepada para siswa untuk berani bersikap jika berada pada pihak yang benar sebaliknya mengakui dengan lapang dada jika bersalah. Kelima, salam kepada Allah. Setiap pagi sesudah bendera dinaikkan, dilanjutkan dengan ibadat singkat. Ibadat singkat ini dilakukan agar siswa dapat memperkaya iman dengan menimba dari sabda Allah. Sabda Allah dalam kitab suci kalau dibaca dan direnungkan secara terus menerus, dengan sendirinya akan merubah perilaku siswa. Apel dan ibadat dibuat dalam waktu lima belas menit. Spirit Duc In Altum mampu menggerakkan semangat seluruh warga sekolah pada SMA Katolik Yohanes Paulus II Maumere dengan visi Setia Pada Pencerdasan Kehidupan Bangsa, Berciri Khas Katolik, Unggul Berkarakter, Spiritual dan Mandiri.Visi ini tercapai dengan senantiasa berpikir besar, memulai dari hal-hal yang kecil tetapi bergerak cepat. Visi kami: cerdas dan mandiri; misi kami untuk setiap anak bangsa: kreatif dan inovatif; doa kami untuk setiap hati: damai dan bersaudara. Semoga‌.*****
Kaber Sukma
Retreat Plus-Plus OMK Paroki Katedral St. Yoseph Maumere
N
elle, Januari 2012 – Sekelompok Orang Muda yang tergabung dalam wadah Orang Muda Katolik Paroki Katedral St. Yoseph melaksanakan kegiatan retreat di Wisma Nazareth, Nelle. Kegiatan yang dimulai sejak 21-23 Januari 2012 ini mengusung tema “OMK : Pemimpin Yang Dinamis”. Menurut Vincentius Patris Kota, Ketua OMK Paroki Katedral St. Yoseph periode 2010-2012, kegiatan ini merupakan realisasi dari program kerja OMK Paroki Katedral St. Yoseph periode kepemimpinannya, di mana salah satu program kerjanya adalah Retret Tahunan OMK. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan program pamungkas kepengurusan OMK Paroki yang dinahkodainya.
Robert Riwande
Seperti halnya kegiatan-kegiatan OMK lainnya, porses persiapan retret diwarnai oleh berbagai pertemuan yang berlangsung secara berkesinambungan. Mulai dari pembentukan Panitia Pelaksana, Penentuan lokasi kegiatan, waktu dan tempat pelaksanaan, transportasi dan akomodasi, susunan acara hingga besarnya biaya yang dikeluarkan. “Banyak tantangan yang kami hadapi dalam proses realisasi retret ini. Mulai dari jangka waktu persiapan yang begitu sempit, penentuan lokasi kegiatan yang menimbulkan banyak perdebatan di antara rekan muda dalam susunan kepanitiaan, hingga pada besarnya dana yang harus kami siapkan untuk retret ini. Dengan keadaan Kas OMK yang sangat tidak cukup dan swadaya rekanrekan muda yang pas-pasan, kami tetap berusaha agar kegiatan tetap berlangsung sesuai rencana”, demikian Koko (Vincentius Patris Kota) berujar. “Puji Tuhan, atas berkat-Nya dan seiring dengan kerja keras panitia dan rekan-rekan muda dalam usaha pencarian dana ditambah uluran tangan para donatur pemerhati kaum muda, kegiatan ini dapat terlaksana sesuai rencana”, pungkas Koko. Perlu diketahui bahwa, kegiatan Retret OMK Paroki Katedral St. Yoseph kali ini agak berbeda dengan kegiatan retret yang sudah biasa dilakukan. Mereka menyebutnya ini retret plus-plus. Pasalnya, di dalam retret ini, keseluruhan acara tidak hanya diisi dengan pembinaan spiritual iman Katolik, tetapi juga ada sisipan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD) dan Proses Pemilihan Kepengurusan OMK Paroki Katedral St. Yoseph Periode Tahun 2012-2014 juga pemilihan Pengurus Seksi Kepemudaan Paroki Katedral St. Yoseph Maumere. Terkesan campur aduk memang, tetapi disinilah letak keunikannya. Di dalam retret tersebut, Orang Muda Katolik yang notabene aktif dalam Lingkungan masing-masing yang tersebar di lima Stasi yang ada di wilayah Paroki Katedral St. Yoseph Maumere tidak hanya ditempa iman kekatolikannya, tetapi juga diajak untuk menemukan jati diri dan fungsi OMK itu sendiri. Melalui diskusidiskusi interaktif dalam sesi LKTD, para peserta di tantang untuk menemukan
19
Kaber Sukma
sendiri permasalahan yang muncul sekaligus strategi penyelesaiannya berkaitan dengan dinamika kehidupan OMK dalam berpastoral juga di tengah keseharian mereka sebagai orang muda dengan tingkatan usia yang bervariatif. Hari pertama kegiatan retret (Sabtu, 21 Januari 2012) diisi dengan proses sosialisasi para peserta. Jhon Hendrik sebagai punggawa keseluruhan acara kegiatan berhasil membawa peserta melebur dalam suasana persaudaraan melalui games-games ringan namun sarat akan pesan moral. Selanjutnya di isi dengan materi LKTD sesi pertama, yang mengangkat topik “Orang Muda dan Orang Muda Katolik”. Proses penyajian materi dengan metode diskusi interaktif yang dibawakan oleh Charles dan beberapa rekan OMK berhasil menggiring peserta dalam diskusi interaktif hangat dan perdebatan ringan namun berbobot. Keseluruhan acara di hari pertama ditutup dengan renungan singkat dan meditasi oleh Frater Dony Migo dari Seminari Tinggi Ritapiret yang bertugas di Seminari Bunda Segala Bangsa. Peserta diajak untuk menyelami diri masing-masing. Mengenal lebih jauh Misteri Cinta Kasih Allah dalam pergumulan hidup keseharian mereka. Hari kedua (Minggu, 22 Januari 2012) kegiatan diawali dengan materi LKTD sesi kedua, yang mengangkat topik “Kepemimpinan Umum dan Kepemimpinan Katolik”. Materi yang dibawakan oleh Robert dan beberapa teman OMK lainnya ini, mengenalkan berbagai tipe kepemimpinan dan metodenya yang sering dijumpai dalam dinamika berorganisasi. Melalui berbagai tipe dan metode kepemimpinan yang disajikan, peserta diajak untuk bercermin, berdiskusi kemudian menemukan formula kepemimpinan yang relevan dan dinamis serta bagaimana metode penerapannya dalam organisasi OMK maupun dalam organisasi yang lebih luas. Materi LKTD ketiga, yang dibawakan oleh Jhon Hendrik lebih kepada aplikasi metode kepemimpinan dalam organisasi OMK. Peserta diajak untuk menyelesaikan
20
suatu contoh kasus berkaitan dengan proses perencanaan program kerja hingga tahap realisasi. Setelah Misa Minggu yang dipimpin oleh Rm. Marthon Wega, Pr (Moderator OMK Paroki Katedral St.Yoseph Maumere), proses pemilihan Pengurus OMK Paroki Katedral St. Yoseph Maumere masa bakti tahun 20122014 serta pemilihan Seksi Kepemudaan Paroki Katedral St. Yoseph Maumere pun berlangsung. Acara hari ini dtutup oleh Renungan Malam oleh Rm. Wilfrid Valiance, Pr (Pastor Paroki Nelle). Hari ketiga (Senin, 23 Januari 2012) kegiatan diawali dengan bakti sosial berupa pembersihan areal Wisma Nazareth Nelle sebagai lokasi retret dilanjutkan dengan summary oleh Rm. Marthon Wega, Pr. Dalam summarynya Rm. Marthon Wega, Pr menuturkan “Untuk menjadi pribadi OMK yang dinamis berkepribadian kuat dengan ciri khas Katolik, hendaklah terlebih dahulu mampu mengenal dirinya sendiri dan apa tujuan hidupnya? Ketika seorang muda Katolik mampu mengenal dengan tepat siapa dirinya dan mampu mengenal tujuan hidupnya, maka mampu juga menjadi pemimpin yang dinamis bagi dirinya sendiri juga dalam suatu organisasi”. Keseluruhan rangkaian kegiatan ditutup oleh Misa Perutusan yang dipimpin oleh Moderator OMK Paroki Katedral St.Yoseph Maumere, Rm. Marthon Wega, Pr. Dalam homilinya Rm. Marthon menegaskan bahwa setiap pribadi muda Katolik hendaknya mampu menjadi agen pengubah. Menjadi garda terdepan Gereja Katolik dengan ide-ide kreatif yang tidak hanya berhenti pada batas pemikiran semata, tetapi juga mampu direalisasikan dalam kehidupan yang sedang digeluti sekarang ini. Jeli melihat permasalahan yang akan muncul di masa mendatang, seraya menemukan langkah antisipatif dalam proses penyelesaian masalah tersebut. “Retret Plus-Plus ini diharapkan mampu dijadikan sebagai energi baru, bekal baru dalam melakoni peran sebagai Orang Muda Katolik yang 100% Katolik, 100% Indonesia”, pungkasnya.
Spirit Sukma
KAUM BERJUBAH, TERPANGGIL UNTUK BERUBAH DAN BERBUAH I. Sorotan Awal
S
Rm. Raymond Minggu, Pr Staf Seminari Bunda Segala Bangsa, Maumere
ampai saat ini orang memperhatikan dan menyoroti integritas dan komitmen kaum berjubah . Saat ini juga kita diajak untuk lebih sering bertanya dan mengintrospeksi diri. Pertama,Ada apa dengan kita sehingga cukup banyak orang berkomentar bahwa kita adalah ‘orang-orang terpilih’ yang juga perlu mawas diri terhadap kecenderungan berorientasi elitis (Lat.’electus:pilihan’): bergaya hidup elit, bos, manejer, birokrat, pengamat, politikus, salesman, easyman, oportunis, ular, dsb? Kedua, Ada apa pula dengan status dan jubah kita sehingga orang suka menyebut kita “kaum berjubah” yang sekilas dipandang sebagai ‘decorum clericalis’, hiasan-hiasan kaum klerus yang de facto terkesan menonjolkan status dan membungkus citra yang syarat awasan, syarat batasan, syarat embel-embel, syarat seremoni, syarat diplomasi, syarat rasionalisasi yang bisa membuat konstruksi batin sendiri terpecah dan teralienasi? Lalu tampaklah ekspresi wajah asing di tanah misi atau bidang karya sendiri (paroki/komunitas) namun sebaliknya begitu intens dan intim di tanah misi atau bidang karya orang lain.
II. Refleksi Biblis 1.
‘Elit’ dalam konteks Luk 4 : 18 -19
“Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Inilah ‘ke-elit-an’ Yesus yang seharusnya menjadi model ke-elit-an kita para pengikutNya, ‘orang-orang yang terurapi’. Ke-elit-an jiwa dan sikap yang sadar memilih untuk berpihak kepada mereka yang dalam mata dunia terbilang tidak elit. Atau oleh mendiang Paus Yoh Paulus II disebut dan dipopulerkan dengan istilah ‘preferential option for the poor’. Suatu panggilan dan tugas yang dalam pengalaman praktis memang sulit dan dilematis. Namun dengan ini seorang pengikut Kristus apalagi ‘orang yang terurapi’ justeru memperagakan keunikan serta keunggulan jati diri kekristenannya atau kualitas pribadi terpilih yang melekat padanya. Ke-elit-an semangat dan sikap seperti ini jelas tidak berarti berlagak kaya dan penuh kuasa. Juga tidak berarti memusuhi dan menjauhi para pemegang kekuasaan dan pemilik kekayaan.Yang pasti kita sendiri bisa menguji dan menilai bagaimana dan kepada siapa kecenderungan hati atau opsi pelayanan kita, yang utama dan pertama pada tempat, waktu dan cara yang tepat. Sekedar mengevaluasi diri, mungkin bukan hanya saya. Ada gejala, ada penyakit bahwa kita kurang fokus, kurang komit, opsi pelayanan kita ‘rubu-raba’, rangkap,
21
Spirit Sukma lompat-lompat, ada yang setengah-setengah saja. Tidak heran kalau ada umat sederhana mengeluh dan merasa kita cenderung pilih kasih atau pandang buluh. Ada pelayanan yang siap dan cepat bagi yang terpandang dan terkasih, namun kurang siap dan lambat bagi yang tak terpandang dan tersisih. 2. ‘Kualitas pribadi kaum terpanggil’ dalam konteks Luk 10:1-12; 17-24 “Merujuk kepada Surat Gembala Pra Paskah tahun ini saya hanya menandaskan ulang bahwa perjuangan untuk mewujudkan hidup sejahtera merupakan panggilan dan tanggungjawab setiap orang bersama lingkungan hidupnya setempat. Kita dipanggil untuk bersatu dan bergabung bersama Kristus dalam Gereja sebagai Tubuh MistikNya. Sebagai satu tubuh, Gereja dipanggil dan diutus untuk melibatkan diri sedemikian rupa dalam ikhtiar mengatasi berbagai keprihatian sosial atau singkatnya membantu banyak orang untuk bisa mengalami hidup sejahtera.” Untuk itu sebagai orang-orang pilihan dalam Gereja, kita perlu mengusahakan dan memiliki model tata kelola perutusan atau pelayanan kita yang selaras dan searah menuju kehidupan bersama yang sejahtera. Kita perlu terus-menerus belajar pada Yesus yang sungguh total mengelola kualitas pribadi para muridNya, sebagaimana kita baca dan renungkan dalam Luk 10: 112; 17 – 24. Kita seharusnya terpanggil untuk mengubah haluan yang sebelumnya simpang siur menjadi lebih terarah, terencana, terukur atau lebih fokus untuk melayani, membina dan membangun kehidupan umat. Fokus itu memotivasi Anda dan saya, fokus itu meningkatkan potensi Anda dan saya, dan memberi Anda dan saya kekuatan untuk menjawabi panggilan ini. Dkl, kita memang terpanggil terutama dan pertama-tama untuk selalu memperhatikan atau CARE terhadap mereka yang sungguh membutuhkan Tuhan dalam kehadiran kita. (C ARE: Communication-Affirmation-RecognitionExample) 3.
Sebab-Sebab Kegagalan :
a. Menurut Yesaya 56:10-12 Cita-cita “kesejahteraan hidup bersama” tidak terwujud karena para gembala tidak dapat mengerti panggilan dan tanggungjawabnya selaku gembala domba yang dipercayakan Allah. Seharusnya para gembala mengusahakan kesejahteraan lahir batin kawanan dombanya, namun mereka semua mengambil jalannya sendiri, masing-masing mengejar laba (ay.11c). Mereka berlaku bagaikan orang-orang buta yang tidak tahu apaapa, bertingkah seperti anjing-anjing bisu yang tidak tahu menyalak, yang hanya berbaring melamun dan suka
22
tidur saja (ay.10). Mereka tidak lebih dari anjing-anjing pelahap yang tidak tahu kenyang, yang kerjanya makan minum dan mabuk-mabukan setiap hari (ay.12). b. Menurut Yeremia 22:13-19 Cita-cita hidup bersama yang sejahtera tidak tercapai karena para gembala membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman. Mereka mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upah kepadanya(ay 13). Mereka tidak mengadili perkara orang sengsara dan orang miskin dengan adil (ay 16). Mata dan hati mereka hanya tertuju kepada pengejaran untung, kepada penumpahan darah orang yang tak bersalah, kepada pemerasan dan penganiayaan (ay 17).
III.Aksi Tobat: Dari Hati dan Dengan Hati Tak dapat dipungkiri bahwa kita menemukan hutan dan lautan persoalan yang sunguh memprihatinkan. Kita berpastoral di tengah arus (hasrat) sekularisme yang serba transitif dan trendy. Hasrat ‘terserah aku’(individualisme), ’mau gampang saja’, ‘mau menang sendiri’,‘mau senang sendiri’(hedonisme),‘mau kenyang sendiri’ (konsumerisme dan materialisme). Orang mulai terpancing dalam sentimen-sentimen politis, elitis, bisnis, etnis dan egosentris. Quo vadis, nurani pastoral kita sekarang ini? 3.1. “Kaum Berjubah yang Berhati Pastoral, pasti Berubah” Sebagai orang beriman, kita memiliki semangat dasar dan tuntunan hidup yakni cara hidup Yesus Kristus. “Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak. Maka tergeraklah hati-Nya oleh belaskasihan kepada mereka, sebab mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala (Mrk 6:34).” Tersirat di sini bahwa Yesus memang selalu ‘berhati pastoral’ yaitu hati seorang gembala yang penuh belaskasih, berbakti tanpa pamrih demi keselamatan dan kebahagiaan orang banyak. Orang banyak atau khalayak ramai adalah gambaran injili tentang dunia dan umat manusia yang sekedar mengarus tanpa arah, tanpa pangkal dan ujung orientasi hidup yang jelas. Berhadapan dengan orang sebanyak dan semacam ini, Yesus lalu menunjukkan rasa simpati, perhatian, kesediaan dan kesungguhan hatinya untuk menggembalakan mereka. Adakah kita juga berhati pastoral saat ini? Tidaklah mudah untuk menjawabnya secara objektif. Namun kita sendiri dapat menemukan bahwa seorang pastor yang berhati pastoral adalah dia yang selalu dapat menangkap, memahami dan
Spirit Sukma menyalurkan isi hati umat yang membutuhkannya. Ia biasanya tak sampai hati, tak bisa tidur nyenyak, tak bisa makan kenyang, tak sampai bersenang-senang membiarkan umat ditinggal terlantar begitu saja. Demikian gerakan ‘berhati pastoral’ sebenarnya lebih merupakan daya dorong batiniah untuk selalu menyediakan ‘tempat, waktu dan tenaga’ bagi banyak orang lain yang membutuhkan kita. 3.2. “Kaum Berjubah yang Berpastoral dengan Hati, pasti Berbuah Gerakan dalam hati pada gilirannya melahirkan gerakan keluar yaitu “berpastoral dengan hati”. Gerakan ini lebih dipahami sebagai butir-butir kebijakan dan langkah-langkah konkret, termasuk semua cara kerja dan cara hidup kita yang benar-benar simpatik atau berdaya tarik tersendiri. Berpastoral, dengan sendirinya berarti mewartakan Injil atau bersaksi tentang hidup dan karya Yesus Kristus. Penginjil bersaksi bahwa ‘setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan‘(Luk 10:17-20). Ini berarti karya pastoral atau pewartaan Injil pada prinsipnya tidak pernah boleh mengabaikan dimensi persekutuan, pertemuan, shering dan evaluasi kembali. .
Dalam gerakan ini umat dipandang sebagai berkat atau buah hati bukan sebagai beban atau buah bibir. Pada gilirannya mereka menemukan keteladanan sikap melayani yang diharapkan kelak menjadi semangat yang mendasari pilihan dan perjalanan hidup mereka turun temurun. Di sini kita hendaknya selalu berupaya mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas pribadi masing-masing. Kita hendaknya berkembang menjadi pelayan umat yang berkomitmen, berhasil menabur, menanam, menyiram, merawat dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan hidup rohani dan jasmani umat yang kita layani. Maka kita pun pasti menikmati buah-buah seperti suka cita, damai dan cinta yang mendalam akan panggilan dan perutusan kita. Kita boleh merasa memiliki kepercayaan diri dan sungguh diberi kepercayaan untuk mengaktualisasikan potensi pribadi. Kita boleh merasa memiliki harga diri dan sungguh diberi penghargaan atas wujud tanggungjawab atau prestasi yang diraih.Akhirnya, kita sungguh merasa bahagia dan mencintai panggilan serta perutusan yang sedang kita jalani ini. Berbahagialah kaum berjubah yang sungguh terpanggil untuk berubah dan menghasilkan buah-buah suka cita, damai dan cinta bersama umat beriman.
23
Gema Sinode
SINODE KEUSKUPAN PERSPEKTIF KANONIK (Bagian 1)
Pendahuluan
D Jacob Herin Anggota Dewan Redaksi Sukma
alam rapat Kolegium Konsultor tanggal 17 September 2011, Bapak Uskup Maumere, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira SVD, melontarkan gagasan untuk mengadakan sinode keuskupan. Saat itu saya (P. Kletus Hekong, SVD) diminta kesediaan untuk memberikan penjelasan kepada para imam mengenai sinode keuskupan dari perspektif hukum kanonik. Permintaan yang sama kembali disampaikan oleh Vikep Pastoral dalam pertemuan untuk memantapkan rencana penyelenggaraan sinode keuskupan itu pada tanggal 29 November 2011. Penjelasan itu penting untuk memiliki persepsi atau pemahaman yang sama tentang sinode keuskupan. Keinginan untuk memiliki pemahaman yang sama itu terungkap dalam pertanyaan yang dilontarkan para imam dalam rekoleksi pada bulan November 2011. Para peserta rekoleksi mengemukakan sejumlah pertanyaan, antara lain:Apa itu sinode? Apakah sinode itu sama dengan Musyawarah Pastoral (MUSPAS) yang dilaksanakan di Keuskupan Agung Ende? Apa yang dibicarakan waktu sinode? Siapa yang menjadi penanggungjawab dan yang dilibatkan dalam sinode itu? Kapan dan di mana sinode itu diselenggarakan? Bagaimana sinode keuskupan itu harus dipersiapkan? Telaahan ini dari perspektif hukum kanonik, kurang lebih hendak menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Untuk itu Majalah SUKMA akan memuat secara bersambung perspektif hokum kanonik tentang sinode keuskupan sebagai wacana dan persiapan menyongsong Sinode Keuskupan Maumere yang akan digelar pada tahun 2013 mendatang.
Sejarah Singkat Pembentukan Sinode Para pakar sejarah Gereja agak sulit memastikan awal munculnya sinode keuskupan. Ada yang mengatakan bahwa dia muncul sekitar abad IV. Yang lain, seperti A. Fuentes Caballero dan G. Dente menyatakan bahwa sinode keuskupan itu kurang lebih muncul pada abad VI. Pendapat ini mempunyai kaitan erat dengan riset yang dilakukan oleh Plçchl. Plçchl mengangkat sinode yang diselenggarakan di Taragona (Spanyol) pada tahun 516 dan kemudian di Auxerre (Perancis) pada tahun 585 sebagai dua sinode pertama dalam Gereja1. Sinode-sinode yang terjadi pada abad VI ini pada umumnya dimanfaatkan sebagai sarana kepemimpinan pastoral. Mereka diadakan dengan tujuan yang sangat luas, mulai dari pemilihan para Uskup sampai merencanakan strategi-strategi untuk memerangi ancaman-ancaman terhadap stabilitas Gereja, seperti heresi dan penyimpangan yang dilakukan para klerus. Lembaga ini berkembang menjadi sedikit lebih stabil pada abad IX. Dikatakan agak stabil karena dia mendapat peran yang lebih jelas, yakni sebagai sumber yang memantulkan fungsi legislatif Uskup diosesan. Sebagai sumber penopang fungsi legislatif Uskup diosesan, sinode keuskupan diadakan dua kali setahun. Norma–norma universal sinode banyak dikeluarkan oleh Konsili Lateran IV
24
Gema Sinode pada tahun 1215. Pada saat itu sudah digariskan hubungan antara sinode dan konsili. Sinode dipandang sebagai sarana untuk mengimplementasikan dekretdekret Konsili Lateran ke dalam konteks keuskupan. Dia ditempatkan di bawah kekuasaan dan tanggungjawab Uskup diosesan. Uskup diosesan pula yang menetapkan frekuensi penyelenggaraan, para peserta dan kharakter konsultatifnya. Legislasi sinode mendapat perhatian utama dalam Konsili Trente (15451563). Dia dibahas secara khusus dalam sessi XXIV pada tanggal 11 November 1563. Konsili Trente menetapkan bahwa sinode keuskupan diadakan setiap tahun dengan tujuan untuk mengimplementasikan dekret-dekret Trente. Kemudian, hasil-hasil sinode keuskupan menjadi sumbangan yang sangat berharga bagi karya legislatif dari Paus Benediktus XIV (17401758). Karena manfaat dari sinode sangat besar bagi fungsi legislatif para Uskup, maka Kodeks 1917 memasukannya sebagai suatu institusi yang stabil dalam kehidupan Gereja. Kodeks 1917 mengabdikan 7 kanon khusus tentang sinode keuskupan. Kanon-kanon ini, antara lain menetapkan bahwa sinode keuskupan diselenggarakan paling kurang sekali dalam 10 tahun (cf. Kan. 356,§1), hak untuk memanggil dan memimpin sinode berada di tangan Uskup (cf. Kan. 357,§1), tempat sidang-sidang sinode adalah Gereja katedral (cf. Kan. 357,§2); para peserta yang mempunyai hak dan kewajiban mengikuti sinode adalah Vikjen, para Kanonik Gereja Katedral, rektor seminari, para deken, wakil yang dipilih dari kapitel kolegial, pastor paroki tempat sinode diselenggarakan, para abas, seorang superior biara yang berada di keuskupan itu (cf. Kan. 358,§1). Yang lain dapat berpartisipasi atas undangan Uskup (cf. Kan. 358, §2). Partisipasi itu bersifat langsung dan personal dan tak diizinkan kehadiran melalui prokurator (cf. Kan. 359, §1). Selain itu, Kodeks 1917 juga menekankan pentingnya tahap persiapan yang dikerjakan oleh komisi khusus. Komisi ini yang merancangkan agenda sinode (cf. Kan. 360, §1), menetapkan waktu yang dimanfaatkan untuk berdiskusi di bawah kepemimpinan Uskup atau utusannya (cf. Kan. 361). Fungsi legislatif sinode dijalankan hanya oleh
Uskup dan dia pula yang berhak menandatangani dan mempromulgasikan dekret-dekret sinode (cf. Kan. 360)2. Ketetapan Kodeks 1917 mengenai sinode keuskupan menekankan subordinasi sinode keuskupan pada pribadi dan pelayanan Uskup diosesan. Dia kurang melibatkan peran awam, baik dalam fase persiapan maupun pelaksanaan sinode. Karena itu visi eklesiologis sinode sangat miskin dan terlalu eksklusif (hanya melibatkan para klerus). Visi eksklusif ini sangat bertentangan dengan paham Vatikan II mengenai Gereja sebagai persekutuan umat Allah. Meskipun dokumen Vatikan II tidak membahas secara khusus topik mengenai sinode keuskupan tetapi dekret Christus Dominus secara implisit memandang sinode sebagai sarana yang dimanfaatkan Uskup untuk menentukan peraturan yang sama untuk berbagai Gereja,… yang harus ditaati baik dalam mengajar kebenaran–kebenaran iman, maupun dalam mengatur tata tertib hidup Gereja (CD 36). Motu proprio Ecclesiae Sanctae, yang mengaplikasikan dekret Ad Gentes divinitus, menekankan pentingnya peran dewan pastoral dalam mempersiapkan dan memelihara ketetapan-ketetapan sinode. Kemudian dalam direktorium pelayanan pastoral para Uskup, Ecclesiae Imago (22 Februari 1973) ditegaskan bahwa Uskup, dalam sinode dan kunjungan pastoral, harus mempresentasikan sinode keuskupan sebagai momen fundamental bagi hidup dan pembentukan Gereja partikular. Karena itu, dia harus dipersiapkan dan dirayakan sesuai kebutuhan Gereja partikular3. (bersambung) ____________ 1 D. Mogavero, ‘Il Sinodo Diocesano ’ dalam Il Codice del Vaticano II Chiesa Particolare e Strutture di Comunione, (Bologna: EDB, 1985), pp. 53-70 2
Ibid. Paulo Urso, ‘La Struttura Interna Delle Chiese Particolari ’ dalam Il Diritto Nel Mistero Della Chiesa, II Edizione (Roma: Pontificia Universita Lateranense, 1990), pp.400-409. Lihat juga Dr. J. Riberu, Dokumen Konsili Vatikan II, Tonggak Sejarah Pedoman Arah (Jakarta: 3
Penerbit Obor, 1989), pp. 222-223.
25
Berita Sukma
RAPAT TAHUNAN ANGGOTA SIGNIS INDONESIA KE-38
K
Rm. Polykarpus Sola, Pr Ketua Komisi Komsos Keuskupan Maumere
omisi KOMSOS Keuskupan Maumere telah menjadi anggota SIGNIS Indonesia sejak tahun 2008. SIGNIS adalah suatu asosiasi Radio,Televisi dan Audio-Visual Katolik yang bergerak dalam karya pewartaan Gereja. Sebagai anggota setiap tahun KOMSOS Keuskupan Maumere wajib mengikuti rapat tahunan anggota SIGNIS Indonesia. Tahun ini rapat anggota SIGNIS berlangsung di Bandung dari tgl. 13-17 Pebruari 2012. Yang bertindak sebagai tuan rumah adalah KOMSOS Keuskupan Bandung dan Sanggar Pratikara. Rapat tahunan yang ke-38 ini dihadiri oleh 27 anggota SIGNIS dan 5 observer, dari unsur KOMSOS, Radio, Sanggar, Rumah Produksi dan perorangan. Selama 4 hari di Wisma Shalom Cisarua Bandung para anggota SIGNIS Indonesia saling belajar dan memperkaya di bawah tema permenungan: “Education on Ethic Media For Familiy”. Acara rapat di hari pertama dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Sekretaris Keuskupan Bandung. Mewakili Keuskupan dia menyapa hangat kehadiran para peserta rapat SIGNIS sekaligus apresiasi atas kepercayaan kepada KOMSOS Bandung dan Sanggar Pratikara sebagai tuan rumah penyelenggaraan rapat tahunan anggota SIGNIS Indonesia ke-38. Setelah makan malam dilanjutkan dengan acara perkenalan dan laporan karya 2011 dari seluruh anggota SIGNIS. KOMSOS Maumere mensyeringkan karya 2011, di antaranya yang rutin menerbitkan Majalah SUKMA, siaran harian Radio ROGATE dan produksi audio visual Album Natal 2011 KEMA Voice. Hari kedua diisi dengan kegiatan laporan dari Badan Pengurus, akreditasi keanggotaan dan peninjauan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SIGNIS Indonesia. Badan Pengurus melaporkan tentang training nasional 2011 dan pertemuan SIGNIS Asia di Nepal. Dalam akreditasi dibahas tentang keanggotaan SIGNIS, antara lain yang tidak menghadiri rapat tahunan, anggota yang lagi mengalami masalah dengan lembaganya, dan anggota yang mengundurkan diri dari SIGNIS. Berkaitan dengan AD-ART SIGNIS ditinjau bersama perihal rapat-rapat SIGNIS, yaitu Rapat Anggota, Rapat Badan Pengurus, Rapat Koordinasi Regio dan Rapat Khusus. Hari ketiga kegiatannya adalah Study Day dan Diskursi. Study Day merupakan kesempatan belajar bersama dari pelbagai program yang diproduksi oleh anggota SIGNIS. Ada program audio yang disiarkan di Radio, juga ada program audio-visual yang ditayangkan di Televisi. Pelbagai program ini didisplay dan dievaluasi dalam kelompok audio dan audio-visual, kemudian diplenokan untuk menjadi kesempatan belajar bersama. Dalam Diskursi para peserta SIGNIS mengunjungi salah satu rumah produksi di Kota Bandung yang kreatif memproduksi film-film edukatif berdurasi pendek. Beberapa dari produksi film mereka meraih penghargaan dalam kontes film internasional. Hari keempat beragendakan syering pengalaman seturut tema “Education on Ethic Media For Family”, Rapat Regio dan Rencana Training 2012 dan Venue.
26
Berita Sukma
Sebagian Peserta Signis
Untuk mendalami tema dihadirkan seorang jurnalis TVRI Stasiun Bandung dan sepasang suami-istri katolik untuk mensyeringkan pengalaman mereka seputar pendidikan untuk etika media dalam keluarga. Dalam rapat Regio Nusra dipilih Rm. Herman Yosep Beby dari KOMSOS Denpasar sebagai Koordinator regio yang baru, juga disepakati kegiatan training nasional yang akan dilaksanakan di Weetebula tgl. 1-5 Mei 2012, sebagai kelanjutan dari kegiatan pelatihan di Nele tentang: “Audio-Visual Advance dan Project Proposal Training�. Dalam Venue salah satunya diputuskan Rapat Tahunan
Anggota SIGNIS mendatang dengan tuan rumahnya KOMSOS Manado akan terjadi pada tgl. 19-22 Pebruari 2013. Untuk request 2012, KOMSOS Maumere mengajukan bantuan dana membiayai produksi album Komuni Pertama. Demikian sekilas laporan kegiatan Rapat Tahunan Anggota SIGNIS Indonesia ke-38 di Bandung yang telah diikuti KOMSOS Maumere. Dengan spirit yang baru, mari kita langkah bersama untuk memajukan karya pewartaan di Keuskupan Maumere. Selamat berkarya di tahun 2012.
27
Curhat Sukma
MEMBANGUN PILAR PEWARTA Percikan Wawancara bersama Ketua KOMISI KATEKESE Keuskupan Maumere
K
omisi Katekese merupakan salah satu komisi dalam struktur pelayanan pastoral di bawah rumpun pewartaan. Tugas komisi ini berpijak pada arah dasar Muspas Keuskupan Agung Ende dan Perpas Keuskupan Maumere, yakni agar umat dapat memaknai seluruh hidupnya dalam terang Kitab Suci dan menghindari terjadinya dikotomi antara aksi dan kontemplasi. Sebab aksi saja tidak cukup jika aksi itu tidak dibawa dalam suatu permenungan mendalam.
Fr. Donnie Migo Calon Imam Projo Keuskupan Maumere, sedang menjalankan TOP di Seminari Bunda Segala Bangsa, Maumere
Dalam wawancara singkat Wartawan SUKMA dengan Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Maumere, Rm. Laurens Noi,Pr (7/3) tentang program kerja komisi ini di tahun pastoral 2012. Beliau menegaskan bahwa program kerja komisi ini bertolak dari keprihatinan dasar akan situasi umat tentang katekese yang sering kali menjadi suatu kegiatan rohani yang kurang menarik hati. “Katekese menjadi kurang menarik karena disebabkan oleh dua hal ini, yakni kurangnya para fasilitator katekese di Paroki-Paroki mau pun KUBKUB dan umat belum memahami arti dan makna katekese bagi hidup dan karya mereka.” Demikian tandas Ketua Komisi yang juga menjabat sebagai Pastor Paroki Thomas Morus Maumere ini. Berdasarkan keprihatian di atas, maka Tim Komisi Katekese KUM telah menggodok satu program khusus komisi dalam tahun 2012 ini. Komisi bertekad agar tahun ini komisi mampu membuat pendataan terhadap seluruh fasilitator ketekese dari 35 paroki di wilayah Keuskupan Maumere. Pendataan ini sangat penting guna membangun jaringan pewartaan yang lebih kuat serta memaknai tahun 2012 yang juga merupakan Tahun Imam ini. Romo Lorens menjelaskan: “fasilitator dalam katekese sebenarnya adalah seorang pewarta. Mereka dipanggil untuk menghadirkan sabda ke tengah-tengah umat. Penguatan terhadap kapasitas para fasilitator sebagai jalan bagi tumbuhnya pilar-pilar pewartaan di KUM.” Kemudian beliau melanjutkan: “fasilitator (pewarta.red) yang akan didata dibagi dalam dua kelompok, yakni mereka yang memiliki latar belakang khusus pendidikan agama seperti: para ketekis, guru agama, sarjana filsafat dan teologi, sarjana pastoral dan jurusan sejenis. Selain itu, para fasilitator juga adalah mereka yang memiliki latar belakang selain pendidikan agama namun memiliki minat dalam berkatekese.” Dengan pendataan dan penguatan kapasitas pewarta, Komkat (Komisi Katekese) berharap agar dalam tahun 2012 ini dapat terbentuk sebuah komunitas pewarta di Keuskupan Maumere. Lebih jauh lagi, Komkat optimis bahwa melalui komunitas pewarta yang anggotanya berasal dari paroki-paroki yang tersebar di seluruh wilayah Keuskupan Maumere dapat membentuk lagi anggota komunitas pewarta di paroki masing-masing. Sehingga mereka dapat mengaktifkan kegiatan katekese di parokinya dengan menyusun bahan katekese atau memodifikasi bahan katekese dari keuskupan sesuasi dengan konteks
28
Curhat Sukma pastoral di paroki, stasi, lingkungan dan KUB dalam kerja sama dengan pastor paroki sebagai kateksis utama. Akhirnya, Komkat melalui ketua komisinya mengajak seluruh paroki di wilayah Keuskupan
Maumere untuk menjalin kerjasama dalam rangka pendataan ini, sehingga di akhir tahun pastoral 2012 pilar pewarta Keuskupan Maumere telah berdiri kokoh untuk memperkuat basis iman umat. “Mari menjadi pewarta.�
29
Jendela Sukma
Maumere In Love PADUAN SPIRIT PASTORAL, AKTIVISME DAN MANAGEMENT PROFESIONAL (1)
M
aumere in Love (MIL) yang telah digelar 17-21 Februari 2012 lalu oleh Keuskupan Maumere bekerjasama dengan Yayasan Arek Lintang (ALIT) Surabaya, Komunitas Sahabat Flores (KSF) dan EFAPA (Empowerment for Archipelago People Alliance) berlangsung meriah, penuh pesona dan tentu saja meninggalkan sejuta kenangan buat semua pihak yang telah bergabung di dalamnya atau sekedar menjadi penikmat event tersebut.
Yuliati Umrah, S.IP Adalah Direktur Eksekutif Yayasan Arek Lintang (ALIT ) Surabaya, aktif dalam jaringan internasional penyusunan Internasional Child Protection Law, End Child Prostitution , Sex Tourism and Traffciking, Tacking Demand Trafficking in person, konsultan lepas international humanitarian works dan kontributor majalah Archipelago Merpati Airlines.
Tidak disangsikan bahwa gelaran ini merupakan event terbesar dalam mempromosikan pesona Flores yang secara apik ditampilkan oleh berbagai lapisan masyarakat yang ada di Jazirah ini di mana Maumere menjadi porosnya. Banyaknya pujian yang dilontarkan, baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI ibu Mari Elka Pengestu, para Jurnalis yang sampai kini tulisan-tulisan pujian masih terus mengalir di internet walaupun ada saja yang melihat sisi bolong-bolong penyelenggara sebagai bentuk kritikan yang membangun, para pejabat daerah dari Flores Timur, Nagekeo, Ende, pejabat Provinsi NTT bahkan para sponsor yang menantang panitia untuk membuat event serupa di beberapa daerah lainnya di tahun ini saking senangnya mereka atas penyelenggaran MIL. Kalau ditelaah ke belakang jauh sebelum event ini terjadi, maka terdapat serangkaian proses selama setahun sebelumnya di mana penyelenggara yang memimpikan Masyarakat Flores terutama kaum mudanya dalam mengoptimalkan potensi-potensi Flores baik potensi alam, potensi budaya dan potensi sumber daya mereka sendiri sebagai orang produktif. Impian ini dilontarkan oleh seorang pastor yang kebetulan bertemu penulis di bulan April 2011 di sebuah Gereja tua (yang konon kabarnya gereja ini juga menyimpan heritage bangsa ini) di Nita, sebuah nama daerah ini seumur hidup saya baru saya tahu saat itu). Bersama 3 pemuda aktivis Gereja yang bertemu saya pada Januari 2011 yang terus menerus secara intensif membicarakan soal semangat sang pastor untuk membangun generasi Flores. Para pemuda inilah yang membawa penulis secara intensif mengkaji dan menyusun beberapa desain intervensi yang lebih konkrit bersama tim ALIT di Surabaya dan KSF di Jakarta. Keprihatinan sang pastor dan ketiga pemuda didasari oleh keadaan ekonomi umat yang tak juga membaik di saat kebutuhan dasar keluarga seperti pendidikan, kesehatan dan rasa nyaman semakin meningkat. Di sisi lain, hasil pertanian yang selama ini dikelola masyarakat tidak pernah menunjukkan peningkatan hasil penjualan. Persoalan semakin bertambah ketika anak-anak mereka yang beranjak dewasa tidak bisa diandalkan dalam mengelola hasil bumi dan lebih banyak memilih hijrah di kota besar seperti Surabaya, Jakarta dan Denpasar. Bisa ditebak pekerjaan pemuda Flores di tanah rantau dengan pendidikan yang pas-pasan tidak jauh dari pekerjaan hitam seperti preman pelabuhan, tukang tagih/centeng dan yang terbaik selevel satpam.
30
Jendela Sukma Persoalan lainnya, ketika para pemuda yang memiliki kecukupan pendidikan memilih untuk menghindari pekerjaan pengelolaan sumber daya alam ini. Pilihan menjadi pegawai kantoran, polisi atau tentara bahkan pegawai LSM (saya tidak mengkategorikan orang yang bekerja di LSM sebagai aktivis karena mereka bekerja dengan kontrak, digaji dan mendapat fasilitas kantor).
Spirit Kasih, Cinta dan Perdamaian Perkenalan ini berbuah pada rangkaian diskusi di Batu, Jatim saat 3 aktivis Gereja diundang salah satu calon presiden untuk didengarkan potensi-potensi apa yang dimiliki Flores. Bersama penulis para pemuda ini mengharapkan muncul solusi konkrit untuk menjawab kegelisahan sang pastor. Namun jalan tetap buntu. Sang pastor merefleksikan, bahwa karya pastoral yang selama ini musti dijalankan adalah mendorong kehidupan umat yang penuh cinta damai dan sejahtera. Namun bila melihat fakta yang ada di wilayah paroki Nita atau paroki lainnya masih banyak situasi kekerasan dalam rumah-rumah, pengangguran orang muda di mana-mana dan jumlah anak-anak yang putus sekolah serta kasus malnutrisi masih marak, maka ini cerminan bahwa spirit cinta, kasih dan perdamaian saja tidak cukup sekedar didengungkan. Namun butuh kerja konkrit untuk mewujudkannya. Ini menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah karya yang mumpuni dalam jangka waktu tidak terlalu lama dan tentu saja hemat biaya kalau perlu tak berbiaya. Harapan akan adanya sebuah upaya intervensi yang cukup inovatif dan lebih mengedepankan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, bukan menunggu belas kasihan orang lain baru menjalankan sebuah intervensi ini harus menjadi sebuah keniscayaan.
telah tercatat sebagai akseptor KB dan memiliki kartu jaminan kesehatan oleh pemerintah Surabaya. Karena hanya dari keluarga yang mampu menjalankan tanggung jawab pengasuhan yang baik akan lahir generasi yang penuh cinta, karena dari keluarga yang sejahtera maka lahir generasi yang cerdas dan karena dari lingkungan yang produktif akan lahir generasi yang mandiri. Maka tak banyak berteori bahwa strategi yang dijalankan ALIT bisa saja direplikasi di Flores dengan model berjenjang yakni kelompok Pilot dan akan terus dikembangkan sampai menjadi bola salju yang terus menggelinding membesar dalam pusaran orang muda. Lahir harapan baru di antara penulis, sang pastor dan pemuda aktivis Gereja bahwa perubahan pasti akan bisa dilahirkan tatkala kita meyakini bahwa Tuhan sangat adil memberikan rahmat-Nya. Maka ketimpangan tak seharusnya ada, anak-anak tak berpendidikan tak harus ada, ibu-ibu korban kekerasan juga tak harus ada, para pemuda menganggur pun tak boleh ada. Karena alam Flores telah menyediakan semuanya.Tinggal bagaimana pemikiran inovatif dan tidak selalu mengharap belas kasihan atau donasi orang lain untuk menggarap potensi diri sendiri. Harapan ini kemudian disampaikan kepada Bapak Uskup Maumere yang dengan sangat welcom dan terbuka menyilahkan kami (ALIT, Paroki Nita dan kelompok pemuda) melakukan pengembangan intervensi bermodel Social Entrepreneurship (wirausaha sosial).
Pola Intervensi
Sampai saat sang pastor mendatangi sendiri Yayasan ALIT di Surabaya di sela-sela waktu sebelum retret 2011 di Ledug. Sang pator melihat beberapa upaya konkrit yang dijalankan para aktivis ALIT bersama kaum papa tak berpendidikan yang berada di jalanan, di bawah jembatan dan emperan pasar. Di mana kini ALIT sejak 12 tahun berkiprah telah membawa kaum papa berbenah diri menjadi sosok-sosok entrepreneur tangguh yang mampu menjawab kebutuhan pasar domestik dan internasional sebagai penyuplai barangbarang kerajinan dan kebutuhan interior.
Diawali dengan sebuah workshop mengenai konsep kewirausahaan di mana 20 pemuda dari 3 paroki (Nita, Sikka dan Bola) didampingi penulis dan sang pastor merumuskan beberapa analisa usaha yang dapat mereka kembangkan sendiri berbasis kebutuhan pasar Maumere yang direspon dari kekayaan lokal dan potensi yang mereka punya. Maka lahirlah kelompok usaha yang diinisiasi oleh mereka sendiri dengan tanpa suntikan modal/investasi dari pihak mana pun. Mereka adalah kelompok furniture dan kerajinan bambu Nita, kelompok handicraft kerang dan bunga lontar Sikka dan kelompok Gerabah tradisional Wolokoli.
Anak-anak tidak lagi turun ke jalan sebagai pengemis, para ibu di rumah mengerjakan kerajinan dan para bapak mengumpulkan sampah-sampah yang akan disetorkan kepada pabrik. Mereka kini tinggal di rumah-rumah sewaan dan sudah memiliki tabungan untuk pendidikan anak-anak mereka. Kasus-kasus eksploitasi ekonomi dan kekerasan rumah tangga makin menurun hari demi hari. Para keluarga tersebut juga
Pilihan usaha ini didasari dari keberadaan bahan baku yang tersedia di sekitar mereka dengan analisis kebutuhan pasar yang selanjutnya dilakukan analisis kembali secara detail dalam tataran perhitungan bisnis (modal, harga pokok, harga jual dan laba). Pilihan bisnis dimerdekakan menurut pertimbangan mereka sendiri. Misalnya, pilihan pada produk berbahan bambu karena bambu memang banyak sekali di mana-mana dengan
31
Jendela Sukma harga jual furniturenya yg mampu bersaing dengan harga produk pabrikan. Selain itu para pemuda biasa pegang parang sebagai alat kerja sangat cocok dengan sebuah proses produksi material berbahan bambu. Pilihan pada kerajinan kerang dan lontar karena bahan ini sangat berlimpah dan tak termanfaatkan dengan optimal di mana kerajinan khas Flores yang bisa digunakan jadi oleh-oleh melulu hanya Kain Tenun Ikat yang tidak semua turis mampu dan mampu membeli. Penulis sebagai fasilitator dalam workshop ini hanya memberikan sentuhan pertimbangan bisnis seperti potensi pasar, analisa usaha serta strategi pemasaran dan penjualannya. Setelah workshop, para pemuda tidak boleh dibiarkan kembali menganggur. Dalam waktu singkat ALIT berperan sebagai motivator bisnis, pendampingan tehnis baik tehnik pembuatan hingga pengembangan desain serta tehnis pemasarannya. Para pastor di ketiga tempat memberikan ruang yang optimal untuk para pemuda mengembangkan produksi, baik penyediaan tempat berlatih dan berproduksi. Para orang tua yang bergabung dalam DPP menyumbangkan bahan baku yang mereka butuhkan seperti bambu, daun lontar dan tanah liat. Pembelian alat-alat sederhana yang disuplai dari Surabaya semakin menguatkan semangat para pemuda di ketiga paroki untuk memproduksi beraneka ragam produk. Namun, dalam menjalani proses berlatih produksi bukanlah hal yang mudah. Karena sebagian besar peserta inginkan uang cepat didapatkan dari sebuah proses belajar berproduksi yang membutuhkan ketekunan dan ketelatenan. Ditambah lagi dengan kekhawatiran bahwa produk mereka tidak ada yang membeli maka proses produksi dianggap sia-sia. Tak menunggu produk terkumpul dalam kuota besar, maka harus dilakukan strategi pemasaran dan pembesaran kebutuhan publik atas produk mereka. Selanjutnya diimbangi dengan membuka pelatihan terbuka bagi publik sehingga publik makin tahu kegunaan produk mereka dan tahu ke mana mereka bisa memesan produk tersebut dalam skala besar. Peserta pelatihan yang awalnya hanya 20 orang berkembang menjadi 60 orang dengan model produksi yang semakin berkembang selama kurun waktu 2 bulan. Kelompok entrepreneur baru juga semakin banyak, seperti kelompok penyedia jasa pendidikan untuk guru pra sekolah yang mengembangkan pendidikan anak usia
32
dini dengan pendekatan partisipatif dengan alat origami, gerak dan lagu. Kelompok ini kini digemari lebih dari 500 orang pendidik anak usia dini yang pada dasarnya butuh peningkatan skill dalam mendidik muridmuridnya. Gerakan ini dimotori oleh para pemuda yang berasal dari paroki St Thomas Morus dan melangsungkan kegiatan di gedung LK3I milik Puspas. ALIT yang banyak mengeksplore potensi lokal ini juga menelurkan inovasi pada kelompok perempuan yakni tenun ikat dan songket Flores. Dengan adanya kelompok fashion yang telah melatih lebih dari 50 ibuibu muda belajar tata rias wajah dan rambut yang memberi inspirasi lahirnya salon kecantikan keliling. Lahir pula kelompok desainer baju tenun tehnik drappery (ikat dan jelujur) sebanyak 25 orang di mana mereka adalah para penenun dan penjahit, serta para remaja peminat modelling sebanyak 100 remaja dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah menengah yang siap menjadi garda depan promosi tenun Flores yang sarat pesona ini. Kali ini paroki Katedral St Yosef memberikan dukungan sangat besar dalam membangun kelompok fashion ini. Hari demi hari sejak bulan Oktober hingga Desember diisi dengan berlatih, berlatih lagi dan terus berproduksi. Namun tak sedikit pula yang mundur dalam menjalani proses ini. Banyak sekali alasan seperti sibuk persiapan pesta sambut baru sampai bermingguminggu, capek latihan terus tapi tidak segera mendapat uang belum lagi godaan malas yang terus menerus membayangi mereka sehingga membuat para pastor harus tak henti memberi motivasi dan menasehati para peserta pelatihan ini. Tahap selanjutnya adalah menampilkan karya-karya orang muda yang didukung para ibu dan tentu saja para pastor dalam sebuah gelaran yang profesional. Maka Maumere in Love merupakan sebuah tahap awal bagi para orang produktif ini untuk melakukan strategi pemasaran dan penjualan secara profesional. MIL hanyalah sebuah ajang atau media mempromosikan diri dari apa yang sudah dipunya dan dikembangkan. MIL bukan sebuah ajang festival yang diada-adakan karena adanya ketersediaan dana projek atau anggaran negara. Ide MIL murni dilahirkan karena karya-karya mandiri orang produktif Flores penting untuk diperkenalkan ke seluruh penjuru bumi ini yang menunjukkan bahwa orang Flores siap berkompetisi dalam dunia bisnis profesional.
Dari Paroki ke Paroki
ZIARAH ROHANI KAIN KAFAN YESUS
U
mat Paroki St. Maria Magdalena Nangahure punya cara tersendiri menyambut Masa Pra Paskah 2012. Dalam memaknai masa “Retret Agung” ini, umat menyelenggarakan kegiatan “Ziarah Rohani Kain Kafan Yesus” berupa pameran foto asli Kain Kafan Yesus sejak tanggal 5–11 Maret 2012. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama Paroki St. Maria Magdalena Nangahure dengan Awam Pasionis (AP). Menurut Pastor Paroki Nangahure: Romo Damianus Sepo CP, AP adalah sekelompok umat yang tekun belajar tentang kharisma dan Spiritualitas pasionis dan berusaha menghidupinya dalam semangat St. Paulus dari Salib sebagai pendiri Pasionis. AP memandu umat baik dari Paroki Nangahure maupun pengunjung dari paroki-paroki lain untuk mengenal lebih dalam tentang kain Kafan Yesus.
P. Damianus Sepo, CP Pastor Paroki Nangahure
Pada hari Rabu dan Kamis pkl. 16.00 – 18.45 diadakan Seminar Kain Kafan Yesus dengan pembicara tunggal Pater Gabriel Antonelli, CP. Seminar ini dibagi dalam tiga bagian. Pertama dari aspek sejarah kain kafan, kedua dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi dan ketiga dari aspek biblis. Peserta seminar diberi kesempatan tanya jawab sehingga membantu pemahaman umat mengenai kain kafan serta misteri penderitaan dan wafat Yesus Kristus.
Kain Kafan Turin
33
Dari Paroki ke Paroki
BERITA RINGAN DARI PAROKI WAIRPELIT 01. DPP St.Yosef Wairpelit masa bakti 2009 – 2011 telah berakhir. Karena itu pada hari Minggu, 22 Januari 2012 bertempat di Gereja Wairpelit, P.Wilhelm Djulei, SVD selaku Vikjen Keuskupan Maumere melantik Pengurus DPP yang baru masa bakti 2012 – 2014, dengan Ketua Pelaksana Harian Bpk. Siprianus Uran. Perayaan Ekaristi yang sedianya dimulai jam 7 pagi terpaksa molor sampai dengan jam 8 karena hujan yang turun sangat lebat. Sesudah Misa pelantikan dilanjutkan dengan resepsi sederhana bertempat di Aula Paroki.
P. Gorys Sabon, SVD Pastor Paroki Wairpelit
02. Pada hari Sabtu, 04 Februari 2012 ada kunjungan balasan dari Santa Anna Paroki Tilang khususnya dari Stasi Pusat Tilang dan Stasi Nangablo ke Wairpelit. Pada kesempatan itu mereka saling berbagi pengalaman hidup rohani dan organisasi. P. Gorys Sabon, SVD, Pastor Paroki St. Yosef Wairpelit memoderatori seluruh kegiatan tersebut yang ditutup dengan Perayaan Ekaristi dan makan bersama. Beberapa pertanyaan diskusi yang digumuli dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian disempurnakan dalam pleno ialah : syarat-syarat untuk masuk menjadi anggota Santa Anna, perubahan apa yang dialami selama menjadi anggota Santa Anna, tantangan-tantangan yang dihadapi dan harapan-harapan ke depan. Ketua Santa Anna Wairpelit, mama Dince berharap agar kegiatan kunjungan seperti ini tetap dipertahankan sebagai salah satu kegiatan kesaksian paling nyata bagi umat beriman lainnya terutama dalam hal doa, visitasi orang sakit dan jompo. 03. Bertempat di pendopo Pastoran Wairpelit, Sabtu, 11 Februari 2012 OMK (Orang Muda Katolik) Paroki membuat rapat evaluasi kegiatan dan pelaporan keuangan mereka selama tiga tahun yang telah lewat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Ada banyak hal yang telah mereka rencanakan dan laksanakan yaitu : doa lingkungan, menjadi koor sponsor dalam pelbagai perayaan rohani dan profan, olah raga (volley-ball), kerja bakti (kumpul batu untuk Gereja Paroki yang baru), rekreasi kreatif dan pelbagai kiat pengumpulan dana untuk OMK. Saudari Veronika Sue sebagai Ketua OMK memimpin rapat evaluasi tersebut dan pada akhir rapat mereka juga membuat rencana kerja tahun 2012 yaitu : menjadi penggerak untuk Misa dan Adorasi Umat pada hari Jumat Pertama dalam bulan, membuat koleksi lagu2, mengadakan pergantian pengurus OMK periode 2009-2011. Di samping itu mereka tetap melanjutkan kegiatan-kegiatan rutin OMK yang lain seperti menjadi resepsionis di Gereja dan menjaga keamanan selama Perayaan Ekaristi dan kegiatan-kegiatan paroki lainnya. Ucapan terima kasih khusus kepada Bapak Ketua Seksi Kepemudaan Paroki yang lama Bpk.Yosef Organis dan Profisiat serta selamat bertugas kepada Bapak Ketua Seksi Kepemudaan Paroki yang baru Bpk. Apolinaris Padji. 04. Mengenakan seragam SEKAMI PAROKI berwarna biru, sesudah Perayaan Ekaristi Hari Minggu Prapaskah Kedua, 04 Maret 2012, SEKAMI Paroki St. Yosef Wairpelit berkunjung ke Panti Asuhan ALMA Wairklau-Maumere. Kunjungan SEKAMI tersebut dimaksudkan agar anggota SEKAMI dapat belajar dari pengalaman sendiri karena melihat secara langsung satu dunia lain yang
34
Dari Paroki ke Paroki berbeda yaitu kehidupan anak-anak panti dan menumbuhkan sikap solider terhadap mereka yang menderita dan berkekurangan, sekaligus mendorong mereka untuk lebih tekun belajar dan selalu bersyukur dalam setiap kesuksesan. Seluruh kegiatan kunjungan
ini dipandu oleh Ketua Seksi KKI Paroki, Ibu Edel bersama dengan animator-animatris SEKAMI lainnya. Sementara seperti itu.Terima kasih dan salam kompak selalu.
35
Mitra Sukma
Caritas Keuskupan Maumere: Solider dan Berjuang Bersama-Sama Lebih Mengenal & Mencintai Caritas Keuskupan Kita! Kapan Caritas Didirikan?
C
aritas Indonesia didirikan sesudah bencana gempa dan tsunami Aceh dan Nias 2004/2005. Kala itu disadari bahwa Gereja Indonesia belum punya wadah untuk memberikan tanggapan dalam bidang kemanusiaan yang diakibatkan oleh bencana. Ini suatu respon yang terlambat. Umat dari agama dan komunitas iman lain juga punya keprihatinan dalam bidang ini. Di Jakarta, Caritas Indonesia bergabung dengan saudara-saudari dari umat beragama lain yang mempunyai komitmen dan keprihatinan yang sama, dalam forum HFI (Humanitarian Forum Indonesia). Anggota forum ini adalah Dompet Dhuafa, Caritas Indonesia, Muhammadiyah Disaster Management Centre, Wahana Visi Indonesia, Yakkum Emergency Unit, Yayasan Tanggul Benanca Indonesia, PPKM (Perhimpunan Pemberdayaan Keberdayaan Masyarakat), PKPU (Lembaga Kemanusiaan Nasional).
P. Eman J. Embu, SVD Manejer Program Caritas Maumere
Di keuskupan kita, Caritas didirikan tahun 2006. Pada masa Uskup Vincent Sensi, Caritas diintegrasikan dalam Rumpun Kemasyarakatan. Dengan ini fungsi koordinasi ditekankan. Pada masa Uskup Kherubim Pareira Caritas didorong agar lebih independen. Dengan ini, kekhasan Caritas, termasuk metologi kerja pastoralannya, mendapat tekanan. Dalam bidang apa Caritas bekerja? Kalau kita perhatikan kegiatan Caritas-Caritas dari negara yang satu ke negara yang lain, kegiatan pastoral Caritas sangat bervariasi. Struktur lembaga ini pun bervariasi. Ia sangat bergantung pada kebutuhan dan konteks pastoral setempat. Di Indonesia, pasca tsunami Aceh dan Nias (2004/2005) Caritas didorong untuk bekerja dalam bidang tanggapan kemanusiaan khususnya dalam respon terhadap akibat bencana dan lebih dari itu ialah menyiapkan masyarakat agar tangguh menghadapi bencana. Seperti apa jaringan Caritas? Di banyak negara ada Caritas Nasional. Misalnya, Caritas Jerman, Caritas Belgia, dan Caritas Jepang. Di tingkat keuskupan dibentuk Caritas Keuskupan (ini tergantung pada uskup setempat, ada uskup yang tak membutuhkannya). Pada tingkat regio dibentuk jaringan tersendiri, Misalnya Caritas Asia. Lalu pada tingkat internasional ada Caritas Internasionalis yang berpusat di Vatikan. Presiden dari Caritas Internationalis sekarang adalah Cardinal Oscar Rodriguez Maradiaga. Pada tahun 2012 ini ada 165 Caritas nasional yang tergabung dalam keluarga Caritas Internationalis. Bagaimana Hubungan antara Caritas dengan Komisi-Komisi Pastoral? Dari program yang dijalankan sudah pasti bahwa apa yang dijalankan oleh Caritas dan Komisi-Komisi Pastoral dalam keuskupan
36
Mitra Sukma kita beririsan. Di keuskupan kita, fokus program Caritas adalah pada tanggapan kemanusiaan dalam kaitan dengan resiko bencana. Selain itu, ada satu-dua program tambahan. Andaikan program pastoral Caritas persis sama dengan program komisi-komisi, itu pun tak bisa dijadikan persoalan untuk membenturkan satu dengan yang lain. Baik program pastoral Caritas maupun program Komisi-Komisi Pastoral merujuk pada arah dasar pastoral keuskupan ini. Aksi-aksi konsientisasi dapat dijalankan di semua paroki dengan prinsip dasar yang menjadi semboyan kita yang tergabung dalam Caritas Internationalis, We are Caritas. Kendati demikian harus dicatat bahwa di satu pihak ada tuntutan-tuntutan implementasi program yang sangat berat, di pihak lain risorsis yang ada pada Caritas sangat terbatas. Karenanya, Caritas kita belum sanggup menjalankan program-program khusus di seluruh wilayah keuskupan ini. Di keuskupan ini ada 35 paroki. Jelas, Caritas dan Komisi-Komisi pastoral tak pernah kekurangan “lahan� untuk menjalankan karya pastoral untuk kemaslahatan umat. Sebagai misal, kalau Caritas membantu di Paroki Magepanda, Komisi Pastoral yang punya program serupa bisa membantu di Paroki Mauloo. Sesudahnya, Caritas dan Komisi tersebut bisa mensharingkan tentang perencanaan program yang partisipatif, tepat dan terukur; tentang metodologi kerja pastoral yang tepat sasar; atau tentang kisah-kisah sukses sebagai pembelajaran. Jadi, ada semacam learning forum yang dibuat secara berkala. Mengapa tidak? Direktur Pusat Pastoral kita bisa memfasilitasi pelaksanaan kerja sama ini dalam kerangka PCM (Project Cycle Management). Ini adalah suatu metologi kerja yang dikembangkan pada paruh kedua tahun 1960 dan banyak lembaga kemanusiaan menggunakannya. Bagaimana Caritas Mendapatkan Biaya? Pertanyaan ini berkaitan dengan kemandirian finansial. Pilihannya adalah tidak menjalankan satu program pun karena kita tak mempunyai biaya, atau menunggu sampai kita mandiri secara finansial, karena biasanya program pastoral yang menekankan konsientisasi dan dijalankan secara efektif tak bisa tidak akan memakan biaya yang tidak kecil; atau menerima bantuan solidaritas sambil berupaya meningkatkan kemandirian. Caritas kita bekerja dengan bantuan solidaritas dari anggota keluarga Caritas. Di sini tak ada pilihan atau kemandirian atau menerima bantuan solidaritas. Artinya, kita tidak mempertentangkan bantuan solidaritas dengan upaya kemandirian. Rumusan lain,
kalau Caritas kita menerima bantuan finansial, itu tidak harus berarti bahwa kita membunuh kemandirian. Bukankah bantuan solidaritas dari luar itu ada batasnya? Iya benar, ada batasnya. Upaya-upaya kemandirian dalam kesukupan juga ada batasnya. Pendeknya, segala sesuatu ada batasnya.Apakah Caritas kita akan dibubarkan kalau tak ada lagi bantuan finansial dari pihak lain? Ini adalah suatu skenario spekulatif yang paling ekstrim. Selama ada global solidarity, solidaritas yang lahir dari hati-nurani manusia, selama Caritas kita bekerja profesional, transparan, akuntabel dan dengannya Caritas Keuskupan kita dipercayai maka bantuan kemanusiaan akan tetap ditawarkan. Mungkin di kemudian hari jumlahnya berkurang. Di sini perlu ditekankan soal trust atau kepercayaan tadi. Lembaga-lembaga donor, entah lembaga dalam jaringan gerejawi ataupun tidak, tidak akan menyalurkan bantuan solidaritas mereka kepada lembaga-lembaga yang dikelola secara serampangan, apalagi koruptif dalam pengelolaan keuangan. Pada tingkat keuskupan, selama ini kita menggalang dana solidaritas khususnya untuk menganggapi keadaan darurat kemanusiaan. Caritas keuskupan kita adalah salah satu Caritas di Indonesia yang sangat aktif dalam hal ini. Untuk bencana gempa dan tsunami di Keuskupan Padang misalnya, kita mengumpulkan dana solidaritas sekitar Rp 200 juta. Diskusi-diskusi tentang penggalangan dana agar Caritas punya sumber dana yang tetap dari keuskupan ini sudah dibuat, misalnya melalui sumbangansumbangan khusus. Kendati demikian hal ini harus dijalankan dengan suatu koordinasi yang baik dengan lembaga dan komisi pastoral yang lain. Di Keuskupan lain di Indonesia Caritas punya unit usaha sendiri. Kita tidak membayangkan bahwa tiap komisi pastoral punya unit usaha sendiri. Di keuskupan ini, sudah ada unit-unit usaha.Andaikan profit dari unitunit usaha itu disumbangkan untuk komisi-komisi pastoral dan Caritas maka usaha kemandirian itu sudah berjalan walaupun bukan dalam jumlah yang sangat besar. Bagaimana Keuangan Caritas dikelola? Kalau kita sepintas mendengar tentang besaran biaya suatu program Caritas kita gampang berpikir bahwa dana Caritas bisa digunakan untuk kepentingan apa saja, bisa dipakai untuk membiayai kegiatan pastoral dari A sampi Z yang kita kehendaki. Kenyataannya tidaklah demikian. Dana-dana program itu itu adalah angka persetujuan dalam project agreement. Dana program-program ada di Freiburg,
37
Mitra Sukma Jerman atau di Bruxelles, Belgia. Hanya sedikit yang ada di rekening Caritas di di Maumere. Itu pun adalah dana untuk aktifitas program yang sedang berjalan. Dana-dana itu akan ditransfer sesuai time-frame pelaksanaan kegiatan dalam project agreement tiap tiga bulanan. Sesudah tiga bulan Caritas kita harus membuat Quarterly Narrative Report dalam bahasa Inggris tentang pelaksanaan kegiatan dengan bukti-bukti yang valid.Tiap bulan harus dibuat laporan keuangan mengiktui SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditetapkan. Tiap program harus mempunyai nomor rekeningnya sendiri. Pihak Caritas Jerman secara tetap meminta print out buku bank dan memperhitungkan juga bunga bank. Kalau Quarterly Narrative Report itu setelah ditelaah oleh pihak Caritas Jerman di Yogyakarta dan di Freiburg, diterima dan disetujui, maka dana untuk tiga bulan berikutnya boleh ditransfer. Artinya, pertama, penyaluran dana tahap lanjutan sangat tergantung pada kesetiaan dan tanggung jawab melaksanakan aktifitas yang ada dalam project agreement untuk tiga bulan sebelumnya. Kedua, pemanfaatan dana sangat terikat pada aktifitas program yang sudah disepakati dalam project agreement. Pemanfaatan dana di luar kesepakatan itu tidak akan pernah diterima oleh pihak donor. Patut ditambahkan bahwa dalam project agreement dengan pihak Caritas Jerman dan Belgia ada poin kesepakatan bahwa Caritas siap untuk diaudit oleh pihak ketiga yang diminta oleh pihak Caritas Jerman atau Belgia. “The Financial shall be checked regularly by DCV. DCV can commission an external auditor in agreement with the project partner,� demikian bunyi agreement itu. Dalam kenyataannya, pengelolaan keuangan Caritas kita diaudit secara tetap oleh Perwakilan Caritas Jerman (Countr y Representative) di Yogyakarta. Semestinya, komisi-komisi pastoral, unit-unit usaha kita di keuskupan ini juga diaudit secara tetap, baik audit program, maupun audit keuangan. Artinya, kita mau berpastoral secara profesional, transparan, dan akuntabel. Bagaimana Hubungan antara Caritas dengan Donor? Pertama, hubungan dengan donor dalam jaringan Caritas Internationalis mesti ditempatkan dalam kerangka pelaksanaan solidaritas, artinya dana-dana yang kita terima dari umat Katolik di tempat lain adalah bukti nyata dari solidaritas itu. Dalam kenyataannya program-program yang kita jalankan didesain secara sangat partisipatif melibatkan banyak stakeholder. Ada tawaran dari donor yang kita
38
tolak. Caritas kita tidak pernah ditempatkan (dan mau menempatkan diri) sekadar sebagai pelaksana program. Kata kunci dalam hubungan kita dengan donor bukan subjek-objek, tetapi partnership (kemitraan). Donor selalu mewajibkan cara kerja yang profesional dan laporan yang benar. Ini tidak boleh secara keliru dilihat sebagai beban yang harus dipikul semata untuk kesenangan donor. Sama sekali tidak. Ini sama sekali tak ada urusan dengan soal senang dan tidak senang. Ini adalah hal yang sangat positif untuk pengembangan lembaga seperti Caritas Maumere. Jadi, isu pokoknya bukan sekadar how to make your donor happy, tetapi solidaritas yang kualitasnya nyata dalam transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program. Apakah Caritas adalah NGO? Pertanyaan ini memberi label seolah-olah NGO (Non Governmental Organization) itu adalah sesuatu yang asing dan negatif ditilik secara pastoral. Susahnya, banyak NGO tak bisa berlindung dengan jubah agama seperti yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan.Tentu ada NGO yang baik dan professional, ada yang koruptif. Komisi pastoral dan lembaga-lembaga keagamaan pun demikian. Caritas Belgium dalam website-nya dalam kalimat pertama mengatakan bahwa mereka adalah suatu NGO.“Caritas International is one of the largest NGO in Belgium and was founded 75 years ago.� Kalau secara organisasi dibagi ke dalam dua kelompok besar, maka hanya dua kelompok masyarakat di dunia ini, yaitu, pemerintah dan bukan pemerintah (NGO). Gereja dan masyarakat sipil pada umumnya masuk dalam kelompok yang kedua (NGO). Kesimpulannya jelas, Caritas dan komisi-komisi pastoral itu NGO, bukan pemerintah. Dalam metodologi kerjanya Caritas menggabungkan cara kerja pastoral tradiosional dan jaringan paroki dengan prinsip-prinsip kerja modern yang mengikuti model PCM (Project Cycle Management). Selain itu, dalam mendesain metodologi kerjanya, Caritas menekankan prinsip solidaritas, akuntabilitas, transparansi. Bagaimana Staf Caritas Dibiayai? Sampai saat ini tak satu pun staf Caritas keuskupan kita adalah pegawai tetap. Berdasarkan kemampuannya, staf dikontrak untuk menjalankan suatu program tertentu mengikuti jangka waktu kontrak program tersebut. Besaran gaji staf ditetapkan dengan mempertimbangan besaran biaya kebutuhan minimum,
Mitra Sukma besaran biaya upah minimum, gaji pihak lain yang bekerja sama dengan Caritas dalam program yang sama, perbedaan antara pegawai tetap dan pegawai kontrak. Bagaimana Caritas Membangun Jaringan dan Komunikasi? Dalam kerangka gerakan sosial untuk perubahan, Caritas sungguh menyadari pentingnya informasi benar dan bisa menjangkau banyak kalangan. Sarana-sarana komunikasi modern dalam social media digunakan sejak awal. Pada tingkat nasional Caritas mempunyai news letter dan website. Di Maumere –satu-satunya Caritas keuskupan di Indonesia – kita mempunyai newsletter yang terbit secara tetap tiap bulan, dalam bentuk soft copy dan hard copy. Selain itu, kita mempunyai website http://Caritasmaumere.weebly.com Apakah Caritas Kita Berkembang? Ya, syukur bahwa Caritas kita berkembang baik, setidaknya menurut ukuran-ukuran yang dipaparkan berikut ini. Kepercayaan dari donor dari keluaga Caritas Internationalis yang nyata dalam penambahan jumlah program adalah salah satu ukuran bahwa Caritas kita berkembang dan telah menjalankan program-program pastoral secara profesional sesuai standar-standar umum yang ditetapkan oleh donor dalam keluarga Caritas. Standar yang dipakai di Caritas Maumere adalah standar yang sama yang dipakai oleh Caritas Jerman atau Caritas Belgium ketika mereka menjalankan program-program serupa di belahan dunia yang lain. Lantaran program-program itu dijalankan dengan baik maka dapat dipastikan bahwa kalau bukan semua maka cukup banyak umat kita yang adalah beneficiaries dari program tersebut telah mendapatkan manfaatnya. Assessment yang dibuat oleh Mike Bonke tahun 2011, atas permintaan dari Caritas Belgium mengatakan
bahwa Caritas kita telah menjadi salah satu lembaga kemanusiaan di Indonesia Timur yang kuat. “One very positive development with Caritas Maumere is that they have built up a good reputation within the island of Flores and within the Caritas network. Caritas Maumere is one of the main hubs for the Caritas network in Eastern Indonesia. Increasingly more partners are trying to establish cooperation with Caritas Maumere, to help implement their projects.” Tentu kita harus hati-hati dengan penilaian seperti ini. Ini sama sekali tak boleh dijadikan dasar untuk memuja diri. Sebaiknya penilaian seperti ini mesti dilihat sebagai kepercayaan untuk terus berbenah. Dalam beberapa pertemuan nasional dengan Working Group – lembaga-lembaga donor yang membantu Caritas-Caritas Keuskupan di Indonesia – Caritas kesukupan kita diminta secara khusus untuk mensharingkan apa yang kita lakukan (kisah sukses) misalnya dalam pengembangan media komunikasi. Caritas Keuskupan kita juga diminta oleh Keuskupan lain untuk memfasilitasi pelatihan DRR (Disaster Risk Reduction). Seorang staf Caritas keuskupan kita diminta secara khusus untuk membantu mengurus Caritas Indonesia untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Sekarang ini, Caritas keuskupan kita dipercayai oleh Caritas Jerman untuk mengkoordinasi pelaksanaan program CBR (Community Based Rehabilitation) untuk orang-orang difabel di Keuskupan Agung Ende, dan Keuskupan Larantuka. Artinya, solidaritas yang kita terima itu telah diteruskan kepada umat kita di Ende dan Larantuka. Tentu saja, ada banyak tantangan ke depan. Tapi gambaran-gambaran ini memperlihatkan secara jelas bahwa kita mempunyai cukup alasan bersyukur dan melihat ke depan dengan kepala tegak.
39
Gesser
GERAKAN SOLIDARITAS SERIBU RUPIAH (GESER) KEUSKUPAN MAUMERE
40
Gesser
Dibuat pada tanggal 01 Maret 2012
41
Gesser
GERAKAN SOLID ARIT AS PENDIDIKAN SOLIDARIT ARITAS KAS KEUSKUP AN MA UMERE KEUSKUPAN MAUMERE
42
Gesser
Dibuat pada tanggal 01 Maret 2012
43
44