[Architectural Design Studio, Year 4] Phase 1 Early Research

Page 1

BEYOND ECOLOGY TGA 8.31 ‘Melampaui’ Ekologi Menuju Arsitektur untuk Kebaikan dan Kehidupan

NAMA NIM

: CAROLINA TEDJAPRANATA : 315170059

Dosen PJMK: M. Veronica Gandha, S.T., M.Arch. Dosen Fasilitator: Dr. Ir. Danang Priatmodjo, M.Arch. PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2020/2021



Kulangkahkan kaki ku Satu demi satu Sesak.... Panas... Becek... Kering... Kobaran api yang begitu buas Asap hitam yang terus megepul dan semakin pekat Air mata yang terus mengalir tiada henti Bumiku menangis Perbuatan yang tidak bertanggungjawab Luka terus ditorehkan Dapatkah bumi bertahan?


Kudengar suara tetesan embun di pagi hari Burung-burung berkicauan Kurasakan hangatnya sinar matahari di pagi hari Kuhirup udara sejuk di pagi hari Dengan secangkir teh panas di pagi hari Kulihat mereka asik bersenda gurau Oh...sungguh menyenangkan berada di sini




Ketika suhu rata-rata di bumi semakin meningkat Aku mengeluh Ketika sulitnya mencari air bersih Aku mengeluh Ketika napas terasa sesak Aku mengeluh Ketika pelaku bertingkah menjadi korban Pantaskah aku? Biarkan aku bertahan bersama saudaraku Hewan... Tumbuhan... Bersama teknologi yang juga semakin berkembang Kuakan dapatkan lagi apa yang hilang dari bumiku tercinta



KULIAH 1: ECO-LOGIC INTERCONNECTION OF ECO-SYSTEM Ilustrasi ini menggambarkan keterhubungan antara semua aspek dari sebuah ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik dengan lingkungan sekitarnya, sehingga membentuk suatu sistem yang membentuk siklus atau jaring kehidupan. Pertanyaan: • Melampaui ekologi seperti apa dan bagaimana untuk kebaikan dan kehidupan dalam konteks arsitektur?


SAVE ENERGY!

Created by Olena Panasovska from the Noun Project

The Laws of thermodynamics state that energy can neither be created nor destroyed.


KULIAH 2: E(CO) 2ANTROPOCENTRISM Ilustrasi ini menggambarkan bahwa tema ekologi sendiri sangat luas dan dapat dihubungkan ke berbagai aspek. Pandangan dan pendapat tentang ekologi sendiri terlalu antroposentris karena menolak ukurkan manusia sebagai yang utama dari ekosistem. Faktanya, manusia hanya sebagian kecil yang ada di alam semesta. Hal ini bukan hanya sebatas fisik yang terlihat, melainkan harus memahami lebih dalam, aktivitas apa yang ada dibaliknya dan pengaruh apa yang terjadi terhadap keterhubungan semua aspek tersebut. Pertanyaan: • Apa tolak ukur dan batasan dalam melampaui ekologi dalam arsitektur?


Being unique is good, but don’t forget the balance between nature and the architecture itself.

Architecture

Nature

Dare to DREAM!

Start with a line.


KULIAH 3: ARSITEKTUR YANG VISIONER, INOVATIF, KREATIF DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI PROYEK MULTI DISIPLIN - PERAN ARSITEK SEBAGAI KOORDINATOR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN DARE to DREAM and START Ilustrasi ini menggambarkan bahwa menjadi seorang arsitek harus berani bermimpi dan berinovasi, serta dapat mempertahankan desain yang sudah dirancang. Mulailah dari sebuah garis. Seorang arsitek harus mampu mempertanggungjawabkan desainnya yang tidak hanya unik, tetapi juga dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi terhadap alam melalui desain yang dirancang. Ekologi dalam arsitektur tidak selalu berkaitan dengan hijau, tetapi terkait juga dengan penggunaan energi yang efektif dan efisien. Tidak hanya menggunakan material baru yang ramah lingkungan, tetapi dapat mendaur ulang apa yang sudah ada untuk digunakan kembali. Pertanyaan: (diambil dari wawancara yang ada di blog Regina Flores Mir) Bagaimana dorongan kita sebagai umat manusia untuk dapat merancang dunia kita berfungsi sebagai titik awal untuk menciptakan masa depan yang lebih baik? Jawaban: Menurut Neri Oxman adalah melalui “Ekologi Material” - yang merupakan “bidang yang muncul dalam desain yang menunjukkan hubungan informasi antara produk, bangunan, sistem, dan lingkungannya.”



KULIAH 4: Deep Ecology (Ecosophy) and Architecture (From Eco-logic to Ecosophy) DEEP ECOLOGY as an Environmental Philosophy and Social Movement Ilustrasi ini menggambarkan bahwa dalam ekologi, masalah dimulai ketika populasi manusia yang semakin bertambah mengakibatkan perubahan pada lingkungan, seperti peningkatan suhu lingkungan, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, dan lainnya. Kemudian, terjadilah pengurangan populasi manusia akibat peristiwa alam yang terjadi atau yang lainnya. “Deep ecology” muncul sebagai filosofi lingkungan dan gerakan sosial antara hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, sehingga terciptalah keseimbangan, keberlanjutan, dan aliran energi tetap terjaga. Berikut adalah beberapa prinsip dalam Deep Ecology: 1. Prinsip biospheric egalitarianism (persamaan hak) 2. Prinsip Non-Antroposentrisme 3. Manusia berpartisipasi dengan alam 4. Prinsip Realisasi Diri (self-realization) Pertanyaan: Bagaimanakah melampaui ekologi dalam membentuk ekologi baru dari masalah yang ada?



KULIAH 5: `DROMOS OIKOS` - NOTES ON THE FIFTH ECOLOGY INDUSTRY 4.0 Revolusi Industri 4.0 sangat berkaitan erat dengan teknologi, cyberspace, artificial intelligence, dan lainnya. Ruang-ruang menjadi tidak nyata atau virtual, terutama di masa pandemi yang terjadi di tahun 2019-sekarang. Dalam konteks melampaui ekologi dalam arsitektur tentunya tidak terlepas dari teknologi yang semakin berkembang. Dikutip dari materi kuliah yang dipaparkan Pak Agustinus pada tanggal 4 Februari 2021, “melampaui ekologi adalah sebuah kondisi ekosistem dengan kondisi formasi sosialnya yang mengalami kondisi kecepatan dan percepatan. Pada titik ini, kecepatan menjadi jantung dunia keseharian dan ekosistem disekitar kita mengalami `pemadatan waktu` (time compression) sebagai konsekuensi dari percepatan kehidupan. Kecepatan dan percepatan menjadi sentral kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.” Karena itu kecepatan menjadi parameter dalam kemajuan. Di dalam ekosistem yang semakin cepat berproses, penggunaan teknologi dapat berdampak positif dan juga negatif terhadap interaksi sosial antar makhluk hidup dan juga lingkungannya. Pertanyaan: Bagaimanakah teknologi ini dapat diterapkan dalam arsitektur untuk menyeimbangkan ekosistem antar makhluk hidup dan lingkungannya?


SUMMARY Ekologi berkaitan dengan organisme dan lingkungannya. Di dalam suatu ekosistem, terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berketergantungan, sehingga membentuk suatu siklus atau jaring kehidupan. Di dalam pemahaman tentang ekologi sendiri terdapat paham yang mengatakan bahwa konsep ekolgi dinilai terlalu antroposentris atau berpusat pada manusia. Faktanya adalah manusia hanya sebagian kecil dari alam. Tolak ukur dalam keseimbangan ekosistem bukanlah pada manusia, melainkan terhadap keseluruhan organisme dan juga alam. Menurut Arne Naess, beberapa prinsip “deep ecology” sebagai suatu gerakan lingkungan dapat menjawab tema soal mengenai melampaui ekologi menuju arsitektur untuk kebaikan dan kehidupan. Tidak hanya itu, percepatan dan kecepatan yang berkaitan erat dengan teknologi sangat mempengaruhi suatu kondisi di dalam ekosistem.

ISSUE Climate change merupakan fenomena yang sedang dihadapi dunia saat ini. IPCC (2007) menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang paling rentan terkena dampak buruk perubahan iklim1. Hal ini disebabkan karena pesisir merupakan wilayah peralihan ekosistem darat dan laut dimana saling mempengaruhi (Dahuri et al. 2001, Setneg 2007)2. Menurut Aldrian et al. (2011) indikasi perubahan iklim yang mengancam pesisir berupa peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, peningkatan suhu muka bumi, peningkatan paras muka air laut dan berkurangnya tutupan salju di daratan3. Gas rumah kaca (GRK) disebabkan oleh polusi gas CO2, CH4,CFC, O3 dan N2O akibat aktivitas manusia. Peningkatan suhu di bumi tidak hanya berdampak pada daratan, tetapi juga lautan. Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas lautan melebihi daratan. Kenaikan temperatur suhu permukaan air laut berefek pada ekosistem laut, terutama terumbu karang. Maka dari itu, bagaimana persoalan polusi terhadap ekosistem perairan yang ada di dalamnya, terutama terumbu karang Indonesia yang kaya akan biota laut, yang tidak hanya berefek pada manusia, tetapi juga tumbuhan dan hewan laut?

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. Climate Change 2007 – Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge: Cambridge University Press. 2 Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Balai Pustaka. 3 Aldrian E, Karmini M, Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 1



LinkedIn © ARCHITECTURAL DESIGN STUDIO 8 carolinatedjapranata@gmail.com +62 83808558600

Portfolio


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.